Dahulu kala,hiduplah seorang janda miskin bernama Mak Daliyah. Ia tinggal di
sebuah gubuk reyot di pinggir hutan dan bekerja di ladang sempit peninggalan mendiang suaminya. Sepulang dari berladang, Mak Daliyah mencari kayu bakar di hutan. Kayu-kayu bakar itu kemudian dijual di perkampungan penduduk yang jauh dari tempat tinggalnya. Mak Daliyah mempunyai seorang anak gadis bernama Cantika. Sesuai namanya, wajah Cantika amatlah cantik. Mak Daliyah : (kelelahan)Cantika, anakku. Ibu lelah sekali. Kamu tolong masak untuk makan malam nanti ya. Cantika :(Sedang bercermin) Memangnya habis dari mana? (Menyahut tanpa menoleh) Mak Daliyah : Dari ladang lalu ke hutan, mencari kayu bakar untuk dijual besok Cantika :Aduh. Lihat anakmu sudah secantik ini. Masa disuruh masak? Nanti bau,kotor, terus harus dandan lagi Mak Daliyah :(Menghela napas) Memangnya mau kemana sampai merias diri? Cantika :Gak kemana-mana,tapi aku suka berias saja. Lihat,bukankah aku cantik? Ah, bukan cantik. Tapi sangat cantik! (Terus mengedipkan mata di depan cermin) Mak Daliyah :Mak tau kamu cantik, tapi harusnya kamu tidak bicara begitu. Tidak baik membangga banggakan diri seperti itu Cantika :Aku memang cantik kok. Kenapa tidak boleh mengakuinya? Mak Daliyah :Ya udah. Yang penting kamu masak ya. Mak lelah, butuh istirahat Cantika :Tidak! Aku gamau! Mak Daliyah :(terdiam)Kalau gitu, biarkan Mak istirahat sebentar ya Keesokan harinya, mereka pergi ke pasar. Cantikapun memakai pakaian terbaik yang dimilikinya. Mak berjalan di belakang, sedangkan Cantika di depannya, Pemuda :Wahai gadis cantik, apa yang kamu lakukan disini? Cantika :(Memandang sang pemuda)Aku hanya sedang berjalan jalan Pemuda :Kalau begitu, biarkan aku menemanimu agar tidak bosan Cantika :Baiklah Pemuda :Tapi, aku penasaran. Apakah wanita berbaju lusuh dibelakangmu adalah ibumu? Cantika :Bu....bukan!Dia Cuma pembantuku Mak Daliyah : (Terkejut dan sedih) Cantika, anakku! Teganya kau seperti ini pada ibu yang sudah melahirkanmu. Sungguh durhaka kau menganggapku sebagai pembantumu, sadarlah! Cantika : (Menggeleng sambil menutup telinga)Tidak!Aku malu pnuya ibu sepertimu. Pemuda itu pasti lari jika tahu kau ibuku! Pokoknya TIDAK! (berteriak) Mak Dahliyah :(berlinang air mata, berlutut dan berdoa) Ya Tuhan, sadarkan anakku dan berilah ia hukuman yang setimpal Cantika :(Mendadak tidak bisa bergerak) loh? Ada apa dengan tubuhku!?(menatap kedua tangannya dengan ngeri) Kenapa aku tidak bisa bergerak!? (menatap Mak Daliyah penuh penyesalan) Mak!Ampuni aku! Tolong ampuni anakmu ini mak! (terus menangis hingga tak lagi bersuara dan tak lagi bergerak) Semuanya telah terlambat. Mak Daliyah hanya terdiam. Akhirnya seluruh tubuh Cantika berubah menjadi batu yang terus meneteskan air mata seperti air mata penyesalan yang menetes dari matanya. Orang-orang yang mengetahui hal itu sampai sekarang terus menyebutnya “Batu Menangis”.