Anda di halaman 1dari 8

KRITIK SENI TEATER

KELOMPOK 2

NENG JODHA JEUNG KANG AKBAR

Disusun oleh :

Adryan Novanda (kelompok 1)

XII MIPA 3
A. Deskripsi
1. Naskah:
a. Isi/Tema
Dari hasil observasi dengan membaca dan bertanya kepada anggota
kelompok 1, teater ini bertemakan tentang drama kolosal dan
percintaan.
b. Alur
Alur dalam teater ini menggunakan alur maju.
c. Sejarah/zaman naskah
Berdasarkan kutipan yang ada dalam naskah pada bagian yang
dibacakan oleh narator di awal, teater ini mengambil zaman keadaan
ketika kerajaan Mughal dan Raja Akbar berkuasa.
d. Latar belakang pengarang
Naskah teater pada kelompok 2 dibut sendiri oleh Bunga Azrofah
berdasarkan cerita sejrah yang terjadi di India.

2. Gaya Pementasan
Gaya pementasan yang diambil oleh kelompok 2 yaitu gaya pementasan
realisme. Realisme sendiri adalah aliran seni yang mengangkat peristiwa
keseharian yang dialami oleh orang kebanyakan. Istilah realisme pada
aliran ini bukan merujuk pada tingkat kemiripan atau keakuratan gambar
lukisan dengan referensinya.

3. Tata Pentas
a. Konsep panggung
1) Babak 1
Pada babak ini konsep yang digunakkan yaitu di tengah medah
perang. Properti yang mendukung latar tersebut adalah pedang
yang yang digunakan untuk berperang serta adegan bertarung yang
ditunjukan. Serta soundeffect yang mendukung suasana
peperangan.
2) Babak 2
Pada babak kedua konsep panggung di kerajaan ratu Jodha.
Diperjelas dengan kehadiran ayah serta ibu dari ratu Jodha.
3) Babak 3
Di babak 3 konsep yang digunakan yaitu di taman kerajaan.
Properti yang digunakan yaitu beberapa dekorasi rumput serta
pohon yang menandakan keadaan di taman istana.
4) Babak 4
Di babak 4 konsep yang digunakan adalah pernikahan antara Jodha
dan Akbar. Tata panggung yang ditampilkan mencerminkan
pernikahan di india pada umumnya. Dilengkapi oleh soundeffect
yang mendukung suasana pernikahan.
5) Babak 5
Pada babak ini latar yang digunakan yaitu di pintu masuk kerajaan
Mughal. Ditandai dengan penyambutan oleh beberapa orang
penghuni istana.
6) Babak 6
Pada babak 6 ini berlatar di koridor istana ditunjukkan dengan
properti yang mendukung.
7) Babak 7
Di babak 7 konsep yang digunakan adalah di kamar Jodha.
Diperjelas dengan properti seperti kasur lantai serta bantal yang
menggambarkan keadaan kamar.
8) Babak 8
Dibabak 8 konsep panggung yang digunakan adalah ruang utama
kerajaan Mughal. Diperjelas dengan apa yang diucapkan oleh
narrator
9) Babak 9
Konsep pada babak ke 9 ini adalah lanjuran rencana dari
MahamAnga untuk membunuh Raja Akbar. Berlatar di salah satu
ruangan dikerajaan dtunjukan oleh properti yang menggambarkan
pintu.
10) Babak 10
Di babak 10 ini menunjukan latar di ruang makan karena terdapat
beberapa peralatan makan.
11) Babak 11
Konsep pada babak ini permohonan maaf dari Akbar kepada Jodha
berlatar di sebuah taman kerajaan. Diperkuat dengan beberapa
properti seperti rerumputan dan pohon. Di perjelas dengan
soundeffect.

4. Musik
Musik yang digunakan pada teater ini sesuai dengan latar dan adegan.
Misalnya ketika latar berada di medan peperangan ada soundeffect yang
menunjukkan suara teabasan pedang, adapun ketika adegan pernikahan
ada souneffect yang menunjukkan suara musik India.

5. Busana
Busana yang digunakan disesuaikan dengan tokohnya. Busana pada teater
ini konsepnya memakai sari atau pakaian khas India. Serta memakai
beberapa accessories seperti gelang kaki, gelang ataupun hiasan kepala.

6. Casting
Casting / pemilihan peran yang digunakkan menggunakan teknik “Casting
to emotional temperament” yang merupakan pemilihan pemeran
berdasarkan hasil observasi hidup pribadi pemain karena mempunyai
banyak kesamaan atau kecocokan dengan peran yang akan dimainkannya
(persamaan emosi temperamen, dan sebagainya)\

7. Proses latihan & pementasan


a. Reading
Tahap awal latihan teater adalah membaca teks naskah. Membaca teks
naskah dilakukan untuk mendapatkan maksud atau tujuan dari naskah
lakon secara detail yang dapat dilakukan dengan membaca berangkai.
Dalam membaca berangkai, semua anggota duduk melingkar lalu
membaca bergiliran tanpa mempertimbangkan peran atau tokoh
terlebih dahulu hingga membaca berdasarkan peran dan dengan
pemahaman.
b. Menghafal dialog
Kegiatan menghatal dimulai sesegera mungkin setelah mendapatkan
naskah. Latihan baris-baris dialog yang ada dalam teks lakon bisa
dilakukan setiap hari. Semakin cepat dan tepat dalam menghafal
naskah, semakin mudah menjalankan proses kerja berikutnya.
c. Merancang komposisi
1) Blocking
Blocking memiliki arti kedudukan pemain, gerak pemain dan satu
tempat ke tempat lain yang didorong dengan motvasi yang kuat,
yaitu memiliki maksud dan tujuan tertentu karena tuntutan adegan
pada naskah.
2) Leveling
Leveling adalah pengaturan tinggi rendah posisi aktor di atas
panggung. Pengaturan ini berguna untuk membantu sutradara
dalam membuat fokus warna panggung sehingga dapat meniadi
salah satu daya tarik penonton.
3) Badancing
Badancing adalah pengaturan atau pengelompokan aktor di atas
panggung yang bertujuan menghindar ketimpangan di sini adalah
posisi pemeran yang dapat menimbulkan pemandangan yang
kurang menarik dan berakibat pada keenuhan penonton.
4) Fokus
Selain mengarahkan para pemeran, sutradara juga harus mampu
mengarahkan perhatian penonton kepada seluruh aktivitas
pertunjukan. Perhatian penonton dapat difokuskan dengan cara
menjaga agar setiap pemain dapat terlihat dengan jelas dalam
memanfaatkan ruang panggung dan blocking.
d. Run-through
Run-through adalah latihan hafalan naskah lakon secara keseluruhan.
Pada tahap ini, para aktor berlatih memainkan peran dari awal sampai
akhir cerita tanpa melihat naskah lagi. Sutradara tidak menghentikan
proses latihan yang sedang dilakukan. Arahan, kritik, dan saran akan
diberikan setelah latihan berakhir sebagai bentuk evaluasi bagi para
pemainnya.
e. Latihan teknik
Pada tahap ini, aktor dikenalkan dengan tata panggung, tata busana,
tata suara, tata musik, tata cahaya, dan properti. Latihan ini biasanya
dilakukan pada hari-hari terakhir atau seminggu menjelang
pertunjukan.
f. Dress rehearsal
Dress rehearsal atau biasanya disebut dengan geladi bersih. Pada
proses ini dilakukan latihan secara lengkap dan menyeluruh, mulai
dari latihan acting, properti, tata busana, tata cahaya, dan lain
sebagainya. Dress rehearsal bertujuan membiasakan pertunjukan yang
sebenarnya kepada seluruh pemain dan kru yang terlibat, serta
memperbaiki hal-hal yang dinilai masih memiliki kekurangan.

B. Analisis Formal
Teater kelompok 2 dari negara India yang berdjudul “Neng Jodha jeung Kang
Akbar” merupakan sebuah karya yang menceritakan tentang dua kerajaan
yang menyatukan wilayahnya dengan menikahkan kedua anggota
keluatganya. Kerajaan Rajput memilii seorang putri bernama Jodha. Dan
kerajaan Mughal memiliki raja bernama Akbar.
Teater ini memiliki sekitar 10 peran. Jodha dan Akbar merupakan dua orang
yang berbeda kepercayaan, Jodha beragama Hindu dan Akbar beragama
Islam. Awalnya Jodha menolak permintaan kedua orangtuanya itu namun
seiring berjalannya waktu Jodha menerima perjodohan itu dan menikah
dengan Akbar.
Dengan menngunakan konsep panggung, tata busana, tata rias, dan musik
khas India. Karena cerita ini bertema drama percintaan berbeda kepercayaan,
nilai yang dapat kita ambil adalah jangan pernah menyerah untuk
memperjuankan cinta yang kita inginkan, meski terhalang kepercayaan dan
banyak keluarga yang menentang. Seperti halnya ratu Jodha dan Raja Akbar
mereka yang memiliki kepercayaan berbeda namun mampu pertahan dan
bersatu dalam ikatan suci.

C. Interpretasi
Dalam teater ini terdapat beberapa nilai verbal yang dapat diambil yaitu pada
babak 11, pada bagian tersebut Jodha pergi meninggalkan kerajaan, karena
sudah tidak dipercaya lagi oleh Raja Akbar. Namun, pada akhirnya Raja
Akbar menyadari kesalahannya dan berusaha meminta maaf kepada Jodha.
Dalam teater ini memiliki makna seni yatu ketika para penghuni istana
Mughal, menari untuk merayakan hari ulang tahun Raja Akbar. Dalam teater
ini juga menyuguhkan tata cara upacara pernikahan orang India.
Tema dalam cerita ini yaitu tentang kisah percintaan berbeda kepercayaan
dengan gaya pementasan realisme dan diberikan juga sedikit komedi yang
pas, misalnya pada babak 5 disitu di ceritakan ketika selurung keluarga di
kerajaan Mughal menyambut kedatangan raja Akbar dan Ratu Jodha.
Komedinya, ketika salah satu prajurit meniup semacam terompet sebagai
tanda bahwa sang Raja dan Ratu sudah tiba, dia melakukan gerakan yang
membuat penonton tertawa.
Dalam setiap pementasan tentunya kita ingin berhasil. Tetapi ada saja harapan
atau ide yang kita buat tidak bisa diwujudkan dan tidak sesuai dengan apa
yang kita inginkan. Pada teater inipun begitu misalnya pada proses upacara
pernikahan, seharusnya ada bunga-bunga yang dilempar kearah para
pengantin, dikarenakan lupa bunga tersebut tidak jadi dilempar.
D. Eveluasi
Teater memiliki fungsi yaitu salah satunya untuk media hiburan atau explore.
Dalam teater ini ada fungsi teater yang terlihat misalnya pada babak 8 ketika
semua peran menari, pada babak 11 ketika clossing.
Teater ini memilki inovasi artistik, ada kelebihan dan kekurangan. Misalnaya
soundeffect untuk setiap adegan, itu semuanya sudah pas dan sangat cocok.
Untuk tata busana sudah cukup menunjukan ciri khas negara India. Properti
dalam teater ini juga masih kurang, ketika ada adegan dengan kamar set
properti kurang untuk menujukkan bahwa itu sedang dikamar. Untuk tata rias,
dalam teater ini sudah cocok karena pada setiap peran sudah menunjukan
karakternya masing masing.
Dalam teater ini ada pencapaian artistik yaitu
Teater ini memiliki bobot ide 8/10. Ide yang dituangkan dalam teater ini
sudah bagus.
Jika dibandingkan dengan teater kelompok saya yang berjudul “Antigone”,
teater ini dan teater saya mempunyai kelebihan tersendiri dan ceritanya pun
berbeda latar. Teater ini mempunya set latar kehidupan pada masa kerajaan di
India sedangkan teater saya ada pada kehidupan di Yunani. Teater saya dan
teater ini memiliki khas, keunikan kelebihan, dan kekurangan yang tidak bisa
dibandingkan. Tema dan ide ceritanya pun berbeda.

Anda mungkin juga menyukai