Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PKN

”CONTOH KASUS YANG MENGANCAM INEGRITAS


NASIONAL”

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

KELAS : XI MIPA 4
GURU PEMBIMBING : SUHARTINI, S.Pd.,M.Si

SMA UNGGUL NEGERI 4 PALEMBANG


TAHUN AJARAN 2016/2017
NAMA : KRIDA KINANTI
KELAS : XI MIPA 4
TUGAS PKN

Contoh Kasus Yang Membahayakan Integritas Nasional


Kasus Ahok dan Demokrasi Liberal-Kriminal

Copyr
ight ©liputan6

KONFRONTASI- Demokrasi liberal-kriminal saat ini sudah melampaui batas


dan mengancam integrasi nasional, demikian pandangan tokoh nasional Rizal
Ramli yang sangat resah dengan kondisi bangsa kita belakangan ini. Rizal
meminta agar rakyat menahan diri dan jangan sampai gara-gara ulah seseorang,
bangsa ini pecah, apalagi bertumpah darah. Rizal Ramli (mantan demonstran
Dewan Mahasiswa-ITB) mengatakan, potensi perpecahan akibat isu SARA saat
ini terjadi hanya karena ulah segelintir orang. Publik dan umat Islam melihat
kasus Ahok (Basuki Tjahaya Purnama) jadi pemicu utama krisis sosial
belakangan ini, yang makin membuktikan demokrasi liberal-kriminal sudah
melampaui batas dan bertentangan diametral dengan Pancasila/UUD45
Soekarno-Hatta dan founding fathers. .Ahok adalah ''buah politik'' oligarki dari
demokrasi liberal-kriminal yang kasat mata, busuk dan menghisap sumber daya
ekonomi rakyat dimana neoliberalisme-oligarkisme dan kapitalisme kroniisme
makin menjadi-jadi.

Rizal Ramli, sang Rajawali pengemban nasionalisme Soekarno-Hatta itu


mengingatkan, gesekan sosial makin keras dan demokrasi liberal-kriminal sarat
politik uang dewasa ini sudah melampaui batas, sehingga ketegangan
antargolongan, ras, suku dan agama makin mengeras."Memang, ada yang
sebagian satu atau dua orang, kita 'sikat' orangnya. Kok ribet amat. Jangan
sampai persaudaran kita yang hancur karena ambisi satu atau dua orang saja.
Kita harus move on cepat agar tak terperangkap," demikian Rizal Ramli,
pengusung ekonomi konstitusi.

Dalam hal ini, Mantan Megawati Soekarnoputri benar-benar punya instuisi


politik yang peka soal Ahok. Jauh-jauh hari, Ketua Umum PDI Perjuangan itu
memperingatkan agar Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjaga mulut alias
menahan diri dalam berkata-kata. Tabiat dan kelakuan Ahok yang dengan
angkuhnya menghardik Rais Amm PBNU Kiai Ma'ruf Amin dalam persidangan
kasus penodaan agama menunjukkan Ahok tidak mengikuti nasihat Megawati.

"Nasihat Mega ke Ahok terbukti benar. Akibat ucapan Ahok, persoalan bangsa
makin kusut saja," ujar Ketua Koalisi Rakyat Pemerhati Jakarta Baru (Katar)
Sugiyanto Emik kepada redaksi sesaat lalu (Kamis, 2/2/17).

Rizal, Menko Ekuin era Presiden Gus Dur itu menyorot khusus situasi sosial
masyarakat DKI Jakarta yang makin mudah marah tersulut sentimen suku,
agama, ras dan antar golongan (SARA).

Mantan Menko Maritim dan Sumber Daya itu mengimbau masyarakat


Indonesia bisa tenang dan saling mendinginkan agar konflik SARA akibat kasus
Ahok tak kembali pecah menumpahkan darah di Indonesia.

"Saya mengimbau, apapun yang terjadi kita itu bersaudara. Apapun agamanya,
apapun sukunya, kita harus saling mendinginkan," kata Rizal usai ibadah salat
Jumat bersama umat muslim keturunan Tionghoa di Masjid Lautze, Jakarta
Pusat, Jumat (3/2/17).

Ekonomi Indonesia dan Bahaya SARA. Ekonom senior, Rizal Ramli bahkan
memprediksi perekonomian Indonesia akan lumpuh sampai minus lima hingga
delapan persen akibat isu SARA sebagai ekses kasus Ahok.

Para ulama dan analis melihat, skandal Ahok dan segenap kesalahannya di mata
umat Islam sudah melampaui batas dan memecah belah bangsa ini ke tubir
jurang kehancuran. ''Ahok harus dipenjara karena tebar kasus SARA,'' kata
Muslim Arbi, pengamat politik .
"Kalau ada krisis lagi ekonomi kita bisa mundur sampai delapan tahun dan akan
lebih parah dari krisis di tahun 98," kata Rizal Ramli di Masjid Lautze, Jakarta
Pusat, Jumat (3/2)

Rizal menjelaskan, saat diterjang krisis 98, ekonomi Indonesia lebih mudah
bangkit. Karena pada tahun itu meski krisis dari segi moneter atau finansial,
harga komoditas masih terbilang tinggi.

"Makanya dulu masyarakat di luar Jawa yang ekonominya bergantung pada


komoditas makmur. Sekarang ekonomi kita tidak begitu. Komoditi kita belum
bangkit," kata mantan Menko Maritim dan Sumber Daya itu

Makanya di era pemerintahan B.J Habibie, perbaikan ekonomi bisa mudah


digenjot dari minus 13 persen menjadi minus lima persen. Berlanjut
terdongkrak ke positif 4,5 persen di masa Presiden Abdurrahman Wahid alias
Gus Dur.

"Jadi bukan hal yang mudah. Kalau sekarang konflik SARA pecah, ekonomi
kita akan jauh lebih sulit bangkit dibanding krisis tahun 98," terang Rizal.[wid]

Menurut cendekiawan Muslim Dr Yudi Latif, KH Maruf Amin, para ulama dan
masyarakat madani, kembali ke UUD 45 asli adalah jalan tengah,
konstitusional, dan sesuai gezets gebung wischenscaf. bangsa kita, yang juga
ingin diminta para aktivis ke DPR yang lalu dituduh makar oleh Polri.

Jadi, setelah NU kembali ke Khittah 1926, maka Indonesia menyusul dengan


kembali ke Khittah 1945. Para ulama NU mendorong itu (Khittah 1945), kata
KH Maruf Amin

"Kalau NU kembali ke Khittah 1926, maka Indonesia harus kembali ke Khittah


1945," ucap Rais Aam Syuriah PBNU KH Ma'ruf Amin.

Ungkapan itu disampaikannya saat "Halaqah dan Silaturrahim Syuriah PBNU


dengan Ulama Pesantren dan Syuriah NU se-Jatim" yang dihadiri 100-an jajaran
syuriah NU dan ulama pesantren se-Jatim di Surabaya (7/12/16).

Khittah berarti garis perjuangan saat pertama kali didirikan, karena itu ucapan
Ketua Umum MUI Pusat itu berarti bangsa dan negara Indonesia harus kembali
pada UUD 1945.

"Saya sependapat," ujar orang nomer satu di Syuriah PBNU itu menanggapi
permintaan jajaran syuriah NU se-Jatim kepada PBNU untuk tampil dalam
mendorong perbaikan bangsa dan negara melalui "Kembali Pada UUD 1945".
Cicit dari Syekh Nawawi Al-Bantani itu menyatakan Nahdlatul Ulama (NU)
merupakan organisasi perbaikan yang selama ini selalu setia dalam menjaga
negeri ini.

"Sudah lama NU menjaga negara ini dengan berbagai cara, mulai dari Pangeran
Diponegoro yang bertempur selama lima tahunan (1825-1830) hingga Resolusi
Jihad (22-10-1945) yang menguatkan kemerdekaan," tutur ulama yang terlibat
dalam aksi massa 1410, 411 dan 212 itu.

Baginya, perannya dalam aksi massa 1410 (14-10-2016), 411 (4-11-2016) dan
212 (2-12-2016) juga dalam rangka menjaga negara yang dicintainya dari
konflik yang meruncing terkait kasus penistaan agama dengan tersangka
Gubernur DKI Jakarta non-aktif Basuki Tjahja Purnama alias Ahok itu.

"Ikhtiar saya berhasil dengan kedatangan Presiden Jokowi dalam aksi 212,
meski hanya sebentar. Saya katakan kedatangan Presiden merupakan perhatian
kepada umat NU dan Muhammadiyah juga, karena peserta aksi itu juga
mengadakan zikir, shalawat, yasinan, dan sebagainya," kilahnya.

Akhirnya, Presiden Jokowi juga mau berdialog dengan dirinya. "Presiden


Jokowi berjanji akan mengembangkan 'New Economy Policy' atau ekonomi
baru yang memberdayakan pribumi, bahkan Presiden akan menyiapkan 9 juta
hektare untuk koperasi, pesantren, usaha kecil, dan sebagainya," paparnya.

Alumni Universitas Ibnu Chaldun Jakarta itu mengaku pandangan Presiden itu
akan mendorong kembalinya Indonesia pada Khittah 1945. "Jadi, setelah NU
kembali ke Khittah 1926, maka Indonesia menyusul dengan kembali ke Khittah
1945. Para ulama NU mendorong itu (Khittah 1945)," tukasnya. .(berbagai
sumber)

SARAN :
Untuk mewujudkan integrasi nasional diperlukan keadilan kebijakan
yang diterapkan oleh pemerintah dengan tidak membedakan ras, suku, agama,
bahasa, gender, dan sebagainya. Sebenarnya upaya membangun keadilan,
kesatuan, dan persatuan bangsa merupakan bagian dari upaya membangun dan
membina stabilitas politik disamping upaya lain seperti banyaknya keterlibatan
pemerintah dalam menentukan komposisi dan mekanisme parlemen.
Dalam mengalami masalah yang rumit diperlukan penanganan yang tidak
berat sebelah. Karena kalau negara terasa berpihak baik terang-terangan atau
terselubung maka akan terjadi pemihakan yang membelah suasana.
Kasus yang dapat membahayakan integritas bangsa Indonesia seperti
kasus Gubernur non-aktif DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok
seharusnya segera cepat diselesaikan walaupun kasus tersebut sangat rumit.
Agar tidak terjadinya perpecahan bangsa, pemerintah harus mengambil tindakan
walaupun harus dengan jalur hukum. Karena kita tidak boleh memfonis
seseorang dengan cara kita sendiri agar adanya keadilan.
Indonesia yang memiliki beragam suku, agama, ras, bahasa dll kadang
dapat menimbulkan berbagai masalah yang dapat membahayakan integritas
bangsa Indonesia. Oleh karena itu sebagai pemerintah ataupun tokoh
masyarakat seharusnya kita dapat menerima perbedaan tersebut dengan cara
saling menghormati antar bangsa walaupun banyaknya perbedaan.

SUMBER :
http://www.konfrontasi.com/content/tokoh/rizal-ramli-ahok-dan-demokrasi-
liberal-kriminal

Anda mungkin juga menyukai