Anda di halaman 1dari 1

Efusi pleura merupakan kondisi di mana terdapat akumulasi cairan berlebih pada cavitas pleuralis

yang disebabkan oleh meningkatnya produksi atau berkurangnya absorpsi cairan pleura. Cairan
biasanya bersumber dari pembuluh darah atau pembuluh limfe, terkadang juga disebabkan karena
adanya abses atau lesi yang didrainase ke cavitas pleuralis. Efusi pleura merupakan manifestasi dari
banyak penyakit, mulai dari penyakit paru sampai inflamasi sistemik atau malignansi. Efusi pleura
selalu abnormal dan mengindikasikan terdapat penyakit yang mendasarinya. Efusi pleura dibedakan
menjadi eksudat dan transudat berdasarkan penyebabnya (Permana 2016).
Efusi pleura secara umum diklasifikasikan sebagai transudat dan eksudat, bergantung pada
mekanisme terbentuknya serta profil kimia cairan efusi pleura tersebut. Cairan transudat dihasilkan dari
ketidakseimbangan antara tekanan hidrostatik dan onkotik misalnya jumlah cairan yang dihasilkan
melebihi jumlah cairan yang dapat diabsorbsi, sementara eksudat dihasilkan oleh proses inflamasi
pleura ataupun akibat berkurangnya kemampuan drainase limfatik. Pada kasus-kasus tertentu cairan
pleura dapat memiliki karakteristik kombinasi dari transudat dan eksudat Rongga pleura dalam keadaan
normal berisi sekitar 10-20 ml cairan yang berfungsi sebagai pelumas agar paru-paru dapat bergerak
dengan lancar saatbernapas. Cairan yang melebihi normal akan menimbulkan gangguan jika tidakbisa
diserap oleh pembuluhdarah dan pembuluh limfe (Titik 2017)
Efusi pleura jenis transudat tersebut keseimbangan kekuatannya menyebabkan pengeluaran cairan
dari pembuluh darah. Mekanisme terbentuknya transudat karena peningkatan tekanan
hidrostatik(CHF), penurunan onkotik (hipoalbumin) dan tekanan negatif intra pleura yang meningkat.
Biasa terjadi padapenderita gagal jantung, sindroma nefrotik,hipoalbuminemia, dan sirosis hepatis.Ciri-
ciri cairan transudat serosa jernih, bj biasanya rendah (dibawah 1.012),terdapat limposit dan mesotel
tetapi tidak ada netrofil,protein<3%. Eksudat ini terbentuk karena penyakit dari pleura itu sendiri yang
berkaitan dengan peningkatan permaebilitas kapiler atau drainaselimfatik yangkurang. Biasa terjadi
pada penderita pneumonia bakterialis, karsinoma, infarkparu, dan pleuritis. Ciri-ciri eksudat berat
jenis>1.015, kadar protein>3%, rasioprotein pleura berbanding LDH serum 0.6, warna keruh (Titik
2017).
Penetapan kadar protein dalam serum biasanya mengukur protein total, dan albumin atau
globulin. Ada satu cara mudah untuk menetapkan kadar protein total, yaitu berdasarkan pembiasan
cahaya oleh protein yang larut dalam serum. Penetapan ini sebenarnya mengukur nitrogen karena
protein berisi asam amino dan asam amino berisi nitrogen. Total protein terdiri atas albumin (60%) dan
globulin (40%). Bahan pemeriksaan yang digunakan untuk pemeriksaan total protein adalah serum.
Bila menggunakan bahan pemeriksaan plasma, kadar total protein akan menjadi lebih tinggi 3 – 5 %
karena pengaruh fibrinogen dalam plasma. Cara yang paling sederhana dalam penetapan protein adalah
dengan refraktometer (dipegang dengan tangan) yang menghitung protein dalam larutan berdasarkan
perubahan indeks refraksi yang disebabkan oleh molekul-molekul protein dalam larutan. Indeks
refraksi mudah dilakukan dan tidak memerlukan reagen lain, tetapi dapat terganggu oleh adanya
hiperlipidemia, peningkatan bilirubin, atau hemolisis.
Percobaan penentuan kadar protein dan BJ efusi dilakukan dengan menggunakan metode
refraktometri menggunakan alat yang bernama refraktometer. Refraktometer adalah alat yang
digunakan untuk mengukur kadar/ konsentrasi bahan terlarut, Prinsip kerja dari refraktometer sesuai
dengan namanya adalah memanfaatkan refraksi cahaya Pengukuran ini memanfaatkan prinsip indeks
bias, semakin tinggi kadarnya maka indeks biasnya akan semakin tinggi sehingga refractometer akan
menunjukkan skala yang semakin besar (Misto et al. 2016). Refraktometer sebelum digunakan haru
dikalibrasi terlebih dahulu dengan air (akuades), hal tersebut agar refraktometer lebih akurat dalam
mengukur sampel. Pengukuran dilakukan dengan meneteskan sampel pada alat refraktometer,
kemudian Pada lensa akan terlihat bagian terang (putih) dan gelap (biru). Lihat batas garis indeks SP
(Serum Protein, g/dL), Nd (Refractive index) dan U.G (Urinary Specific Gravity). Baca hasil pada
posisi SP batas garis bagian gelap.

Titik P. 2017. Gambaran mikroskopis histologi bloksel efusi pleura dengan menggunakan fiksasi
alkohol 70% dan bnf 10% pada pewarnaan he [Tesis]. Semarang (ID): Unoiversitas muhammadiyah
semarang.
Misto, Mulyono T, Alex. 2016. Sistem pengukuran kadarguladalam cairanmenggunakan sensor
fotodiode terkomputerisasi. Jurnal ILMU DASAR. 17(1): 13–18.
Permana IAN. 2016. Penatalaksanaanfisioterapi pada efusi pleura di rs paru dr. ario wirawan salatiga
[Skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai