Anda di halaman 1dari 18

ANALISA CAIRAN PLEURA

DEPARTEMEN Patologi Klinik


Efusi pleura
• Efusi pleura adalah kelainan berupa akumulasi cairan di
rongga pleura
Penyebab : paru-paru
jantung
hati
keganasan
Untuk mengetahui penyakit yang menyebabkan efusi
pleura dilakukan pemeriksaan analisis cairan pleura,
meliputi gambaran makroskopik, mikroskopik, dan
komponen kimia dalam cairan  diagnosis
Fisiologi cavum pleura
Cairan pleura

• Cairan pleura terletak di antara pleura viseral dan


pleura parietal dan berfungsi meminimalkan
gesekan antara kedua membran tersebut.
• Pada keadaan normal, volume cairan pleura
sekitar 0,3 ml/kgBB atau kurang dari 30 mL,
dengan kadar protein yang rendah, sekitar 1 g/dL.
Efusi pleura terjadi bila laju pembentukan cairan pleura melebihi
laju absorbsinya, seperti yang disebabkan oleh keadaan berikut:

• Peningkatan laju pembentukan cairan pleura karena


peningkatan tekanan hidrostatik pada gagal jantung kongestif,
• Peningkatan permeabilitas kapiler karena infeksi atau inflamasi,
• Penurunan tekanan onkotik karena hipoalbuminemia.
• Penurunan laju absorbsi disebabkan oleh obstruksi pembuluh
limf karena keganasan atau jejas pembuluh limf.
Insidens
• Di Indonesia penyebab efusi pleura berbeda
dengan di Amerika. Sebagai contoh, laporan
Khairani, Syahruddin, dan Partakusuma di RS
Persahabatan, didapatkan keganasan (42,8%)
dan infeksi tuberkulosis (42%) sebagai
penyebab tersering, diikuti gagal jantung (7%),
sirosis hepatis (3,4%), infeksi bakteri nonTB
(2,5%), dan gagal ginjal (2,5%).
Transudat

• Terbentuk dari cairan yang melewati sawar kapiler yang


intak. Cairan berpindah karena peningkatan tekanan
hidrostatik atau penurunan tekanan osmotik.
• Efusi yang terjadi oleh karena faktor-faktor mekanik yang
mempengaruhi pembentukan dan resorbsi cairan Misalnya:
Albumin plasma menurun atau tekanan vena mekanik
• transudat menandakan bahwa kelainan yang terjadi bukan
pada membran pleura.
• Penyebab efusi pleura transudatif: gagal jantung, sirosis,
hipoalbuminemia, sindrom nefrotik, emboli paru, hipotiroid.
Eksudat
• Terbentuk dari cairan dan protein akibat kebocoran
sawar kapiler yang mengalami perubahan dan
peningkatan permeabilitas, seperti pada infeksi,
inflamasi, dan keganasan.
• Efusi yang terjadi oleh karena kerusakan lapisan
mesothelial
• Penybeab efusi pleura eksudatif: pneumonia,
keganasan, emboli paru, rheumatoid arthritis,
pankreatitis, lupus eritematosus, uremia, kilotoraks,
pasca-operasi CABG.
Kriteria Light
Dari pemeriksaan laboratorium, cairan pleura
disebut eksudat jika memenuhi 1 atau lebih dari
kriteria Light, yaitu:

• Rasio kadar protein cairan pleura/serum >0,5


• Rasio LDH cairan pleura/serum >0,6
• LDH cairan pleura lebih dari dua pertiga batas atas nilai
rujukan LDH serum.
*Sensitivitas dan spesifisitas kriteria Light untuk
mengidentifikasi eksudat sebesar 98% dan 83%.
Catatan:
• Kriteria ini dapat salah mengidentifikasi transudat
sebagai eksudat pada 15%-20% pasien dengan gagal
jantung kongestif atau sirosis, terutama pada pasien
yang sudah mendapat diuretik.
• Pada pasien CHF atau sirosis dengan cairan pleura
yang memenuhi kriteria eksudat dihitung selisih
protein serum dan protein cairan pleura. Jika protein
serum lebih tinggi 3,1 g/dL dari cairan pleura, maka
cairan digolongkan sebagai transudat.
Pemeriksaan mikroskopis
• Sebagian besar transudat tampak jernih, berwarna kuning
jerami, dan tidak kental.
• Warna putih susu pada kilus atau pseudokilus.
• Warna merah  darah dan warna kecoklatan menandakan
darah terdapat dalam waktu lama di cairan.
• Kekeruhan cairan pleura dapat disebabkan oleh peningkatan
sel/debris atau kadar lipid.
• Jika cairan pleura disentrifugasi, lalu cairan menjadi jernih,
maka kekeruhan disebabkan oleh sel atau debris.
• Jika kekeruhan tetap ada setelah sentrifugasi, maka
kemungkinannya adalah kilus atau pseudokilus
Mikroskopis
• Jumlah lekosit
• Hitung jenis lekosit
• BTA cairan Pleura
• Kultur bakteri
• Pewarnaan Gram ?
• Peningkatan jumlah sel dengan dominansi MN menandakan penyakit
kronik.
• Limfositosis pada tuberkulosis, keganasan, pasca-operasi CABG,
sarkoidosis, kilus, rheumatoid arthritis, atau sebagian kecil emboli paru.
Limfosit >90% mengarahkan diagnosis pada tuberkulosis atau limfoma.
• Eosinofilia ≥10% paling sering disebabkan oleh adanya udara atau darah
di rongga pleura. Selain itu, eosinofilia juga dapat ditemukan pada
keganasan, parapneumonik, transudat, asbestosis, sindrom Churg-
Strauss, dan idiopatik.
• Sel mesotel merupakan sel yang melapisi rongga pleura dan terdapat
dalam jumlah kecil di cairan pleura normal. Jumlah sel mesotel menurun
pada tuberkulosis atau efusi parapneumonik komplikata. Adanya sel
mesotel >5% menurunkan kemungkinan tuberkulosis sebagai penyebab.
Kimiawi
• Total protein : exudates:
• - Pleura > 3,0 g/dl
• - Peritoneal > 2 – 2,5 g/dl
• Protein dan LDH di cairan pleura merupakan indikator
permeabilitas vaskular.
• LDH juga merupakan indikator derajat turnover
dan/atau derajat inflamasi di rongga pleura.
• Kadar glukosa cairan <60 mg/dL sering ditemukan pada
efusi parapneumonik, efusi pleura ganas, tuberkulosis
pleura, atau efusi pleura reumatoid.
• pH cairan pleura dapat menurun karena akumulasi
laktat yang diduga disebabkan oleh glikolisis anaerob
di cairan atau jaringan pleura. pH cairan pleura < 7,2
dapat ditemui pada efusi parapneumonik
komplikata, ruptur esofagus, efusi pleura ganas, atau
asidosis sistemik.
• Pemeriksaan kolesterol dan trigliserida untuk
mengidentifikasi kilus atau pseudokilus
• Kilus ditandai oleh kadar trigliserida >110 mg/dL dan
kadar kolesterol <200 mg/dL,
Pemeriksaan tambahan
• LDH
• Glukosa: rendah jika < 60 mg/dl atau 40 mg/dl
lebih rendah dari plasma (TB, Rheumatoid)
• Amilase (dugaan perforasi esophagus, pankreatitis)
• Kreatinin (membedakan cairan peritoneal atau
kebocoran urine)
Kadar normal = 0,…. – 1,2 mg/dl
Jika lebih berarti telah bercampur dengan urine
Kultur
• Sensitivitas kultur bakteri dari cairan pleura dapat
dikatakan rendah, sehingga hasil kultur yang negatif tidak
menyingkirkan kemungkinan infeksi.
• Kultur aerob dan anaerob dapat mengidentifikasi bakteri
pada sekitar 40% efusi parapneumonik.13 Laporan lain
oleh Jimenez dkk. hanya mendapatkan 19,3% kultur yang
positif pada pasien efusi parapneumonik.
• Pewarnaan BTA cairan pleura sangat jarang memberi hasil
positif. Satu penelitian pada tuberkulosis pleura
mendapatkan pewarnaan BTA positif sebanyak 5,5% dan
kultur positif pada 36,6% dari total 245 kasus.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai