NEOPLASMA
Disusun Oleh:
Fallery Setyaprawira W. (1910211041)
Salwa Tsabitah A.M. (1910211054)
Ayi Nabilah (1910211056)
Nden Ajeng Tresnawati (1910211057)
Theresia Angelin Hulu (1910211092)
Andreifa Fatwa Fadillah (1910211104)
Fadhilah Qostholani Augisna (1910211124)
Dhia Adhi Perwirawati (1910211125)
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Esa yang telah melimpahkan banyak karunia serta rahmatNya, sehingga
makalah Tutorial Kasus 4 “NEOPLASMA“ Fakultas Kedokteran Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Jakarta dapat kami selesaikan.
Adapun makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas kami untuk
melaksanakan Ujian Akhir Semester. Makalah ini memuat materi kasus 1 beserta
learning progressnya.
Demikian makalah ini kami susun. Kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam proses pembutan laporan ini, kami ucapkan terima kasih.
Kami harap makalah ini dapat memberikan banyak manfaat bagi semua pihak.
Jakarta, 25 Oktober 2019
NEOPLASMA- FBS 2
Kasus
Halaman 1
Halaman 2
Pada palpasi teraba nodul soliter padat, berukuran 3x4 cm di regio colli anterior
sinistra, konsistensi keras, sulit digerakan, terfiksasi dengan jaringan sekitar dan ikut
bergerak ketika menelan. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening di leher.
Dokter menyarankan beberapa pemeriksaan diantaranya fine needle aspiration
biopsy (FNAB) untuk menlihat gambaran mikroskopik sel. Hasil biopsi ditemukan
adanya carcinoma tiroid papiler. Faktor yang sangat berpengaruh tethadap
prognosis carcinoma tiroid adalah jenis patologik, stadium dan adanya metastase
Terminologi
1. Tumor
2. Radiasi
3. Kanker
4. Angiogenesis
5. Vaskularisasi
6. Palpasi
7. Nodule soliter padat
8. Regio colli anterior sinistra
9. Fiksasi
10. FNAB
11. Karsinoma
12. Tiroid
13. Papiler
14. Prognosis
15. Metastase
Problem
1. Apa yang dimaksud tumor?
2. Apa saja ciri-ciri tumor?
3. Bagaimana pertumbuhan tumor?
4. Apa saja gejala klinis dari penderita tumor?
5. Apa saja penyebab tumor?
6. Organ apa yang terkena tunor pada kasus tersebut?
7. Bagaimana peran angiogenesis dalam pertumbuhan tunor?
8. Apakah kanker dapat disebabkan kanker?
9. Apa saja diagnosis kanker?
10. Bagaimana cara untuk melihat gambaran mikroskopik sel kanker?
11. Apa saja klasifikasi tumor?
12. Bagaimana penyebaran sel kanker?
13. Bagaimana cara menentukan stadium?
Hipotesis
1. Tumor adalah pembengkakan salah satu tanda kardinal peradangan yang
morbid. Ciri-ciri dari tumor adalah terdapat tonjolan di permukaan tubuh
2. Permukaan tumor ganas terjadi sangat cepat diikuti dengan tenggorokan
dan suara serak . Kehilangan nafsu makan yang menyebabkan penurunan
berat badan
3. Pertumbuhan tumor dimulai dengan kinetik dan pertumbuhan sel tumor,
angiogenesis, progresi, dan heterogenitas, dan invasi serta metastasis sel
tumor
4. Tumor dapat diklasifikasikan salah satunya berdasarkan sifat biologik
5. Dengan melakukan pemeriksaan FNAB
Mekanisme
Nona T Hipoksia
Tumor
Invasi Metastasis
Learning Issues
1. Neoplasma
a. Definisi
b. Ciri-ciri
c. Klasifikasi
d. Faktor predisposisi
e. Namenklatur
2. Karsinogenesis
a. Definisi
b. Klasifikasi
c. Agen karsinogenesis
d. Tahapan
3. Biologi pertumbuhan tumor
a. Definisi
b. Kinetik pertumbuhan
c. Angiogenesis
d. Progresif dan heterogenitas
e. Penyebaran
4. Gambaran klinis
5. Stagging and gradding
6. Diagnosis
7. Pertahanan tubuh terhadap tumor
DEFINISI DAN NOMENKLATUR NEOPLASMA
a. Definisi
Rupert Willis (British Pathologist) : Massa jaringan yang abnormal, tumbuh
berlebihan, tidak terkoordinasi dengan jaringan normal dan tumbuh terus meskipun
stimulu yang menimbulkannya telah hilang.
Robbins Pathology : Neoplasma ‘Pertumbuhan baru’. Suatu sel disebut neoplastic
apabila dapat melakukan replikasi tanpa adanya faktor pengendali pertumbuhan sel
yang normal. Mempunyai kemampuan yang otonom dan cenderung menjadi besar
tanpa pengaruh lingkungan setempat.
b. Nomenklatur
Berdasarkan sifat biologisnya dan sel induknya ( Parenkim):
1. Jinak : Dari epithelial hingga mesenkimal, diakhiri dengan huruf (- oma). Contoh :
Fibrosit = fibroma.
2. Ganas : Epitel = Karsinoma (-karsinoma/-oma Malignan), Mesenkimal = otot,
tulang, darah, Jar. Ikat (-sarkoma)
Pengecualian, beberapa tumor ganas memakai akhiran –oma, seperti: Basalioma
(tumor ganas padi membran basal), Hepatoma (tumor ganas di hepar), Seminoma
(tumor ganas di epitel testis)
Karakteristik dari Neoplasma Jinak dan Ganas
Karakteristik
Jinak
Ganas
Diferensiasi dan anaplasia
Berdiferensiasi baikyang sangat mirip dengan selnormalnya Mitosis jarang dijumpai
Konfugirasinya normal
Diferensiasi baik hingga tidak bisa berdiferensiasi
Terdiri atas sel anaplastik (sel yang tidak dapat berdiferensiasi) Sel anaplastik :
- Pleomorfiseme (variasi besar & bentuk)
- Hiperkromatik
- Peningkatan rasio inti dan
sitoplasma
Kecepatan tumbuh
Umumnya tumbuh lambat
Tumbuh cepat dan melakukan metastasis
Invasi lokal
Tetap ditempat asalnya Membentuk kapsul dan memiliki batas yang tegas
Infiltrasi (melakukan penyebaran di daerah sekitar)
Invasi (mencengkeram/menembus membran basal)
Destruksi (merusak) Tidak berkapsul
Metastasis
Tidak bisa metastasis
Metastasis Melalui 3 cara :
- Mengalir melalui dinding rongga tubuh
- Penyebaran limfatik
- Penyebaran hematogen
Epidemiologi
a. Etiologi
1. Bahan kimia : karsinogen kimia mempunyai kelompok elektrofil reaktif yang tinggi,
yang langsung akan merusak DNA, dengan menimbulkan mutasi dan kemudian
menjadi kanker.
a. Agen yang bekerja langsung: tidak membutuhkan perubahan metabolit agar
menjadi karsinogenik. Contohnya ialah obat kemoterapi, untuk menyembuhkan
kanker tertentu tetapi ternyata memicu kanker jenis kedua
b. Agen yang bekerja tidak langsung: zat kimia yangmembutuhkan perubahan
metabolit untuk menjadi karsinogen aktif melalui jalur metabolit endogen.
2. Energi radiasi : radiasi ion menyebabkan patahnya kromsom , translokasi, dan
mutasi titik yang menyebabkan kerusakan genetik dan karsinogenesis. Sumber
radiasi : sinar UV, sinar X, radiasi nuklir, dll
3. Agen mikroba
BIOLOGI TUMOR
2. Angiogenesis tumor
Angiogenesis merupakan pembentukan vascular baru pada suatu jaringan.
Angiogenesis
pada sel tumor salah satu faktor terpenting bagaiman suatu sel tumor bisa terus
tumbuh.
Jadi , fungsi utama angiogenesis:
❖ Memasok nutrisi dan oksigen ke sel tumor
❖ Sel endothelial baru akan merangsang pertumbuhan tumor dengan mensekresi
faktor-faktor partumbuhan
❖ Membantu proses metastasis pada sel tumor yang ganas
Sel tumor merupakan sel yang dapat membuat sendiri faktor-faktor induksi
pertumbuhan, termasuk faktor angiogenesis. Sel tumor dan sel radang (makrofag)
dapat menginduksi pengeluaran TAAF ( Tumor Associated Angiogenic Factor ),
beberapa TAAF yang paling penting dalam proses angiogenesis adalah bFGF (basic
Fibrose Growth Factor) dan VEGF ( Vaskular Endothelial Growth Factor). Setelah
faktor-faktor pertumbuhan tersebut terpenuhi maka akan terjadi angiogenesis.
Tubuh pada dasarnya memiliki cara untuk mengendalikan angiogenesis yang
berlebihan ini dengan cara mengeluarkan faktor penghambat bernama
Thrombopsdin yang diekspresikan oleh gen p53. Namun pada dasarnya pada sel
tumor mutasi gen yang terjadi biasanya merusak kinerja dari p53. Sehingga pada sel
tumor tidak terjadi penghambatan angiogenesis secara maksimal.
Penyebab karsinogenesis:
1. Perubahan genetik atau kerusakan genetik nonletal, dipengaruhi oleh bahan
kimia, virus, radiasi, atau faktor keturunan pada sel germinal. Kemudian
terjadilah pembelahan sel berlebihan dan tidak terkendali.
8. Kerusakan genetik yang tidak sembuh karena adanya ekspansi klonal suatu sel
progenitor (sel yang mampu berdiferensiasi) tunggal, hingga muncullah suatu
massa tumor. Karena itulah tumor bersifat monoklonal.
9. Epigenetik, antara lain metilasi DNA, asetilasi histon, dan perubahan ekspresi
dari non-coding RNA.
Jadi, maksud dari kelainan genetik atau mutasi menyebabkan pertumbuhan tidak
terkontrol dari sel adalah ketika terjadi mutasi RAS yang menyebabkan
munculnya rangsang pertumbuhan secara terus menerus, dan mutasi MYC yang
menyebabkan terjadinya proliferasi dan siklus sel terus menerus.
II. Gen
Pengatur Apoptosis
Apoptosis diinduksi oleh P53 sebagai hasil dari gen TP53 dibantu oleh kelompok
pro apoptotic (BAX dan BAK). Tahap apoptosis normal melalui 2 jalur yaitu:
Saat mutasi sel akan terjadi penurunan kadar CD95 yang turun, penginaktifan
kompleks sinyal penginduksi kematian oleh protein FLICE, keluarnya sitokrom c dari
mitokondria berkurang sebagai akibat dari peningkatan BCL2, Kadar yang menurun
dari proapoptotik BAX mengakibatkan hilangnya p53, menghilangnya APAF- 1,dan
peningkatan dari inhibitor apoptosis. Sehingga sel tumor bisa tumbuh dengan
banyak tanpa mengalami kematian sel.
Gen repair akan memperbaiki DNA yang rusak/ DNA yang mengalami mutasi. Gen
yang mengalami mutasi akan diperbaiki salah satunya oleh protein GADD45 yang
diaktifkan oleh gen P35. Jika gagal, sel akan mengalami apoptosis.
2. Kaheksia kanker
Adalah keadaan ketika penderita kehilangan lemak & massa tubuhnya (BB turun)
scr progresif disertai dengan rasa lemah, letih lesu. Inilah suatu makna yang
menggambarkan mengapa penderita kanker mengalami badan yang kurus.
Laju metabolisme basal dalam tubuh penderita meningkat karena proses
metabolisme yang terjadi untuk memenuhi pertumbuhan sel tumor juga meningkat
(kelainan metabolisme) . Selain itu, penderita juga merasa kurang nafsu makan
karena makrofag, sel imun yang berperan dalam menghadapi sel tumor, akan
menghasilkan TNF. Dimana TNF akan menekan nafsu makan penderita, mencegah
kerja lipase lipoprotein sehingga mencegah keluarnya asam lemak dr lipoprotein.
*kemaren kasusnya pasien juga kurus, dan kurang nafsu makan. Ntar dijelasin kaya
gitu aja ya. Walaupun ga ditanyain tentang itu pokoknya jelasin aja apapun itu yang
berkaitan dengan kasus.
3. Sindrom paraneoplasma
Adalah sekelompok gejala yang terjadi pada pasien kanker, yg tdk dapat dijelaskan
apakah akibat penyebaran jauh atau local atau elaborasi hormone yang tidak
berasal dari jaringan asal tumor.
Contohnya adalah pada penderita penyakit metastatic osteolitik akan terjadi
hiperkalsemia. Hiperkalsemia terjadi karena PTH merangsang pelepasan Ca2+ dari
tulang ke darah.
Grading
Penentuan derajat (grading) suatu kanker merupakan upaya untuk memperkirakan
tinggi keganasan berdasarkan diferensiasi sitologik sel tumor dan jumlah mitosis di
dalam tumor. Ada : GX, G1, G2, G3, dan G4.
Staging
Penilaian ini biasanya didasarkan pada pemeriksaan klinis dan radiografik serta
beberapa kasus eksplorasi bedah. Penentuan staging menggunakan system TNM.
Sistem TNM ini disetujui oleh AJCC (American Joint Committee on Cancer) dan
UICC (Union of International Cancer Control).
Sistem TNM
T - tumor primer (ukuran)
T0 : Tumor in situ
T1 : Tumor dengan diameter max 2 cm
T2 : Tumor dengan diameter 2-5 cm
T3 : Tumor dengan diameter > 5 cm
T4 : Tumor dengan ukuran yang lebih besar, invasi keluar organ
N – nodus limfa ; seberapa banyak nodus yang diinvasi
N0 : Tidak ada metastatis ke KGB
N1 : Telah terjadi metastatis
N2 : Metastatis ke KGB di sekitar tumor
N3 : Metastatis sangat luas ke jaringan/organ
M – Metastatis
M0 : Belum bermetastatis
M1 : Sudah bermetastatis
Tujuan Staging
• Membuat prognosis dan rancangan penyembuhan
• Mengetahui seberapa parah kanker
• Mengetahui di mana letak kanker
• Memprediksi kambuhnya kanker
Alasan Staging
• Membimbing penyembuhan
• Estimasi prognosis
• Standardisasi pengobatan
• Bisa digunakan untuk membandingkan hasil yang ada
1. Antigen Tumor
Antigen yang memicu respons imun terbukti pada banyak tremor
eksperimental dan pada kanker manusia. Antigen tersebut secara garis besar
dapat digolongkan
menjadi dua kategori: antigen spesifik-tumor, yang hanya terdapat pada sel
tumor dan tidak pada sel normal, dan antigen terkait-tumor yang terdapat
pada sel tumor dan beberapa sel normal. Studi eksperimental pada model
murine dan penelitian tentang limfosit yang menginfiltrasi tumor pada manusia
mengungkapkan pentingnya peran sel T sitotoksik CD8+ (CTL) pada imunitas
tumor. Seperti telah diketahui, CTL mengenali
antigen peptida spesifik yang disajikan di permukaan sel oleh molekul
kompleks histokompatibilitas mayor (MHC) kelas L Sifat antigen tumor yang
dikenali oleh
CTL digambarkan pada Gbr. 6-34 dan dijelaskan berikut ini.
A. Antigen Kanker-Testis.
Antigen golongan ini dikode oleh gen yang pada jaringan dewasa inaktif
kecuali di testis (yang memunculkan nama tersebut). Walaupun terdapat
dr testis, protein tersebut tidak diekspresikan di permukaan sel karena
sperma tidak
mengekspresikan antigen MHC. Oleh karena itu, demi kepentingan
praktis, antigen golongan ini bersifat spesifik-tumor. Prototipe antigen ini
adalah famili gen
MACE. Walaupun spesifik-fnmor, antigen MAGE tidak khas untuk tumor
individual. MAGE-1 diekspresikan pada 37% melanoma serta pada
karsinoma paru, hali,
lambung, dan esofagus dalam jumlah bervariasi. Antigen serupa yang
disebut GAGE, BAGE, dan RAGE dilaporkan ditemukan pada tumor lain.
B. Antigen Spesifik-Jaringan.
Antigen dalam kategori ini sebaiknya dianggap sebagai antigen
spesifikdiferensiasi, dan antigen ini diekspresikan pada sel tumor serta sel
padanannya yang tidak mengalami transformasi. Yang termasuk antigen
kategori ini adalah MART-1, gp100, dan tirosinase. Peptida yang berasal
dari protein ini diekspresikan pada melanosit
normal dan melanoma. Oleh karena itu, sel T sitotoksik yang ditujukan
pada antigen ini tidak saja akan memsak sel melanoma, tetapi juga sel
normal yang mengandung melanin. Karena melanin terdapat di retina dan
otak, imunisasi dengan antigen ini perlu dipertimbangkan baik-baik.
E. Antigen Virus.
Antigen yang berasal dari virus onkogenik seperti HPV dan EBV dapat
menjadi sasaran sel T CDB+. Antigen tumor semacam irri sama-sama
dimiliki oleh tumor sejenis dari pasien yang berlainan. Antigen ini dapat
menjadi sasaran yang efektif untuk imunoterapi karena tidak diekspresikan
pada sel normal.
H. Antigen Spesifik-Diferensiasi.
Antigen spesifik-diferensiasi, seperti CD10 dan antigen spesifikprostat
(PSA) masing-masing diekspresikan pada sel neoplastik dan sel B normal
serta epitel prostat jinak dan ganas. Antigen ini terutama berfungsi
sebagai penanda diagnostik untuk jenis sel yang mengalami transformasi
3. Makrofag
In vitro, makrofag aktif memperlihatkan sitotoksisitas selektif terhadap sel
tumor. Sel T, sel NK, dan makrofag mungkin bekerja sama dalam reaktivitas
antitumor karena interferon-y yaitu sitokin yang dikeluarkan oleh sel T dan sel
NK adalah aktivator kuat bagi makrofag. Sel ini dapat menghancurkan sel
lumor melalui mekanisme yang
serupa dengan yang digunakan untuk mematikan mikroba (misal,
pembentukan metabolit oksigen reaktif atau dengan sekresi faktor nekrosis
tumor (TNF). Selain banyak efek lainnya, sitokin ini bersifat litik bagi beberapa
sel tumor.
4. Mekanisme humoral.
Mekanisme ini mungkin ikut serta dalam destruksi sel tumor melalui dua
cara:
(1) aktivasi komplemen dan (2) induksi sitotoksisitas selular dependen-
antibodi oleh sel NK.
Imunosurvelains
Karena mekanisme antitumor beragam dan masih berupa kemungkinan,
apakah ada bukti bahwa berbagai mekanisme tersebut bekerja in vivo
untuk mencegah munculnya neoplasma? Argumen paling kuat tentang
keberadaan imunosurveilans adalah meningkatnya frekuensi kanker pada
pejamu dengan defisiensi imun. Sekitar 5% orang dengan imunodefisiensi
kongenital mengidap kanker, suatu angka yang besarnya sekitar 200 kali
lipat dibandingkan dengan orang tanpa imunodefisiensi. Secara analog,
penerima cangkok organ yang mengalami imunosupresi dan pasien AIDS
juga memperlihatkan peningkatan angka keganasan. Perlu dicatat bahwa
sebagian besar (tetapi tidak semua) neoplasma ini adalah limfoma,
seringberupa limfoma sel B aktif. Yang terutama ilustratif adalah gangguan
limfoproliferatif
terkait-X. Apabila anak lelaki pengidap gangguan ini terjangkit infeksi EBV,
infeksi tidak bermanifestasi sebagai mononukleosis infeksiosa swasirna
seperti
biasanya tetapi berkembang menjadi mononucleosis infeksiosa bentuk
kronik dan kadang-kadang fatal atau yang lebih parah, limfoma maligna.
Sebagian besar kanker terjadi pada orang yang tidak menderita
imunodefisiensi yang nyata. Apabila memang terdapat imunosurveilans,
bagaimana kanker ini dapat menghindari sistem imun pada pejamu
imunokompeten? Beberapa mekanisme pelolosan-diri
diajukan:
III. Tidak adanya kostimulasi. Sensitisasi sel T membutuhkan dua sinyal, satu
oleh peptida asing yang disajikan oleh MHC dan yang lain oleh molekul
kostimulatorik. Walaupun mungkin mengekspresikan antigen peptida
bersama dengan molekulkelas I, sel tumor sering tidakmengekspresikan
molekul kostimulatorik, seperti B7-1. Hal ini tidak saja menghambat
sensitisasi, tetapi juga menyebabkan selT anergik atau mengalami
apoptosis. Untuk mengatasi masalah ini, dilakukan upaya untuk
mengimunisasi pasien kanker dengan sel tumor autolog yang
ditransfeksikan dengan B7-1. Dalam pendekatan lain, sel dendritik, yang
diketahui mengekspresikan molekul kostimulatorik dengan kadar tinggi,
dipulsakan dengan peptide tumor dan diinfuskan ke tubuh pasien.
IV. Imunosupresi. Banyak agen onkogenik (misal, zat kimia dan radiasi
pengion) menekan respons imun pejamu. Tumor atau produk ttrmor juga
dapat
bersifat imunosupresif. Sebagai contoh, transforming groruth fnefor (TGF)-
B, yang dikeluarkan dalam jumlah besar oleh banyak tumot, merupakan
imunosupresan kuat. Pada beberapa kasus, respons imun yang dipicu
oleh tumor (misal, aktivasi sel T repatorik) dapat menghambat imunitas
tumor. Mekanisme cerdik lainnya yang digunakan oleh tumor adalah
dengan mengekspresikan ligan Fas yang mengikat Fas di permukaan sel
T dan mengirim sinyal kematian ke sel imun.
METODE MORFOLOGIK
Pada sebagian besar kasus, diagnosis kanker secara laboratoris tidaklah sulit.
Kedua kutub pada spektrum jinak-ganas tidak menimbulkan masalah. Namun, di
tengah-tengah terletak "daerah tak-bertuan" ada orang bijak akan melintas dengan
hati-hati. Dokter cenderlmg meremehkan konhibusi yang mereka berikan dalam
diagnosis suatu neoplasma. Data klinis merupakan hal yang tak-ternilai bagi
diagnosis patologik. Perubahan yang dipicu oleh radiasi di kulit atau mukosa dapat
serupa dengan yang terdapat pada kanker. Potongan yang diambil dari fraktur yang
menyembuh dapat mirip dengan osteosarkoma. Evaluasi laboratorik terhadap suatu
lesi sesuai dengan spesimen yang diserahkan untuk diperiksa. Oleh karena itu,
spesimen harus adekuat, representatif, dan diawetkan dengan benar. Terdapat
beberapa cara mengambil sampel, termasuk eksisi atau biopsi, aspirasi jarum-halus,
dan apusan sitologik. Apabila lesi tidak dapat dieksisi, pada pemilihan tempat untuk
biopsi pada lesi yang besar perlu diperhatikan bahwa batas lesi mungkin tidak
representatif, sedangkan bagian tengah mungkin umumnya nekrotik. Seperti
limfoma diseminata (yaitu mengenai banyak kelenjar getah bening), kelenjar di regio
inguinal yang mendapat drainase dari banyak bagian tubuh sering mengalami
pembahan reaktif yang mungkin menutupi adanya neoplasma. Kadang kadang
diperlukan diagnosis potong-beku untuk, misalnya, menentukan sifat suatu lesi di
payudara atau mengevaluasi tepi suatu kanker yang diangkat untuk memastikan
agar seluruh neoplasma sudah diangkat. Metode tersebut yang menggunakan
sampel dibekukan dengan cepat dan dipotong, memungkinkan evaluasi
histologik dalam hitungan menit. Pada biopsi payudara, misalnya, diagnosi potong-
beku memungkinkan kita menentukan apakah lesi ganas dan mungkin memerlukan
eksisi luas atau pengambilan sampel kelenjar getah bening ketiak unturk
memperkirakan penyebaran.
Pasien dihindarkan dari biaya dan trauma operasi berikutnya. Di tangan yang
kompeten dari berpengalaman, diagnosis potong-beku akurat, tetapi terdapat
keadaan tertentu yang memerlukan uraian histologik yang lebih rinci dengan metode
rutin yang memakan waktu. Dalam hal ini, walaupun merupakan kekurangan, kita
sebaiknya menunggll beberapa hari daripada melakukan pembedahan yang tidak
adekuat atau tidak perlu.
PEMERIKSAAN BIOKIMIAWI
Pemeriksaan biokimia untuk berbagai hormon, enzim terkait-tumor, dan penanda
tumor lainnya dalam darah tidak dapat dipahami sebagai modalitas untuk diagnosis
kanker. Namun, pemeriksaan ini berperan dalam menemukan kasus dan, pada
sebagian kasus menentukan efektivitas terapi. Penggunaan berbagai pemeriksaan
ini dibahas bersama dengan bentuk spesifik neoplasma yang dibicarakan pada bab
lain sehingga hanya beberapa contoh yang akan disinggung. Karsinoma prostat
dapat dicurigai apabila kadar PSA dalam darah meningkat. Kadar juga mungkin
meningkat pada hiperplasia prostat jinak dan peningkatan PSA tidak diagnostik
untuk suatu kanker. Radioimmunoassay untuk hormone dalam darah mungkin dapat
menunjrikkan adanya tumor pada sistem endokrin dan, pada sebagian kasus,
adanya produksi ektopik hormon oleh tttmor nonendokrin. Telah ditemukan sejumlah
penanda tumor dalam darah, dan setiap tahun ditemukan satu yang baru. Hanya
sedikit yang masih bertahan dan terbukti bermanfaat secara klinis. Dua yang sudah
dipastikan adalah CEA dan u-fetoprotein. CEA, yang secara normal dihasilkan
dalam jaringan embrionik r-rsus, pankreas, dan hati, adalah stuatu glikoprotein
kompleks yang dihasilkan oleh banyak neoplasma
berbeda. CEA dilaporkan positif pada 60% hingga 90% karsinoma kolorektum, 50%
hingga 80% kanker pankreas, dan 25% hingga 50% tumor lambung dan
payudara, bergantung pada kadar serum yang dianggap merupakan peningkatan
bermakna. Peningkatan kadar CEA juga dilaporkan pada banyak bentuk kanker
lainnya, tetapi tidak konsisten. Pada hampir semua jenis neoplasma, derajat
peningkatan berkaitan
dengan beban tumor pada tubuh sehingga kadar tertinggi ditemukan pada pasien
dengan penyakit metastatik tahap lanjut. Namun, peningkatan CEA juga dilaporkan
ditemukan pada banyak gangguan jinak seperti sirosis alkohol, irepatitis, kolitis
ttlserativa, dan
penyakit Crohn. Kadang-kadang, kadar antigen ini meningkat pada perokok yang
tampak sehat. Oleh karena itu, sensitiaitss dnn spesifisitns pemeriksaan CEA tidak
memindai untuk mendeteksi kanker secara dini. Namun, pemeriksaan ini masih
bermanf aat dalam
memberikan bukti awal kemungkinan karsinoma kolorektum karena tumor ini
menyebabkan peningkatan kadar CEA tertinggi; pemeriksaan CEA paling
bermanfaat dalam deteksi kekambuhan setelah eksisi. Apabila reseksi tumor
berhasil, CEA menghilang dari serum; kemunculannya kembali hampir selalu
menandakan awal dari suatu akhir. Penanda tumor lainnya yang sudah dipastikan
adalah o-fetoprotein. Peningkatan kadarnya daiam darah ditemukan pada orang
dewasa dengan kanker
yang terutama berasal dari hati dan sisa yolk sel di gonad. Penanda ini juga
meningkat, walaupun tidak selalu, pada teratokarsinoma dan karsinoma sel
embrionik di testis, ovarium, dan tempat di luar gonad dan kadang-kadang pada
kanker lambung dan pankreas. Seperti pada CEA, penyakit jinak termasuk sirosis,
hepatitis, dan kehamilan (terutama pada distress atau kematian janin), dapat
menyebabkan peningkatan
sedang o-fetoprotein. Oleh karena itu, timbul masalah dalam spesifisitas dan
sensitivitas, tetapi penanda ini masih bermanfaat sebagai bukti awal, misalnya,
karsinoma hepatoselnlar dan berguna untuk tindak-lanjut intervensi terapi.
Penjelasan singkat ini sudah memadai untuk menerangkan berbagai pendekatan
laboratorik yang digunakan untuk mendeteksi dan mendiagnosis tumor.
DIAGNOSIS MOLEKULER
Untuk diagnosis tumor dan untuk memprediksi sifat.
Diagnosis keganasan
Menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk membedakan
proliferasi monoklonal (neoplasma) dan poliklonal (reaktif).
Prognosis dan sifat
Menggunakan FISH (Hibridisasi in situ fluoresensi) dan PCR untuk mendeteksi
amplifikasi antigen seperti HER 2/NEU dan NMYC, yang akan memberikan
informasi tentang prognosis dan terapi untuk kanker payudara dan
neuroblastoma.
Kini semakin banyak teknik molekular yang digunakan untuk mendiagnosis tumor
dan memperkirakan perilakunya. Karena setiap sel T dan sel B memiliki susunan
gen reseptor antigen yang unik, deteksi gen reseptor sel T atau imunoglobulin
dengan reaksi rantai polimerase (PCR) memungkinkan kita membedakan antara
proliferasi monoklonal (neoplastik) dan poliklonai (reaktif). Transkrip BCR-ABL
dengan PCR dapat menjadi tanda tangan molekular pada leukemia myeloid
kronik. Teknik fluorescent in situ hybridization (FISH) bermanfaat untuk
mendeteksi karakteristik translokasi pada banyak tumor, termasuk sarcoma
ewing serta beberapa leukemia dan limfoma. Metode FISH dan PCR juga dapat
digunakan untuk memperlihatkan amplifikasi berbagai onkogen, seperti HER-2
dan N-MYC. Onkogen ini, seperti telah dibahas, memberikan informasi mengenai
prognosis untuk kanker payudara dan neuroblastoma. Pemanfaatan teknik
molekular yang juga mulai mencuat adalah mendeteksi penyakit residual minimal
setelah pengobatan. Sebagai contoh, deteksi transkrip BCR-ABL dengan PCR
menghasilkan perkiraan tentang sisa leukemia pada pasien yang diobati untuk
leukemia mieloid kronik.