Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Literatur Review

Dalam penulisan skripsi ini penusilis menggunakan beberapa literature review, yang

mana dapat membantu selama penulisan skripsi ini. Berikut beberapa literature yang

digunakan.

Yang pertama adalah skripsi yang berjudul ‘’Hubungan Kerjasama Bilateral Indonesia-

Laos Melalui Diplomasi KBRI Vientiane Di Bidang Pendidikan Tahun 2010-2016’’ oleh

Irfan Hilmi Jurusan Hubungan Internasional Universitas Pasundan Bandung. Skripsi tersebut

membahas tentang kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Laos dalam

bidang pendidikan melalui diplomasi yang dilakukan oleh Kedutaan Besar Republik

Indonesia yang ada di Vientiane, Laos.

Hubungan bilateral antara Indonesia dan Republik Demokrat Rakyat Laosterbentuk

sejak terjalinnya pembukaan diplomatik kedua negara yang terjadi pada30 Agustus tahun

1957 bidang dan hampir tidak ada masalah yang berarti namun tidak ada kerjasama yang

signifikan. Investasi di bidang pendidikan melalui KBRI Vientiane di adakan melalui

beberapa program dalam rangka peningkatan sumber daya manusia negara Laos untuk

mendorong Laos keluar dari status Least Developed Country pada tahun 2020.

Dalam kerjasama di bidang pendidikan antara Indonesia-Laos, pemerintah Indonesia

memberikan beberapa Beasiswa Darmasiswa, Kemitraan Negara Berkembang (KNB) dan

Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI). Beasiswa yang diberikan telah banyak

melahirkan Friends of Indonesia di Laos yang senantiasa membantu kegiatan KBRI

Vientiane. Selain beasiswa, pelatihan di bidang seni dan budaya bagi masyarakat Laos

diberikan melalui kursus Bahasa Indonesia yang dilakukan secara Regular selama 10 bulan
setiap tahunnya serta pelatihan seni budaya lainnya yang dikemas dalam wadah workshop

(Tari, pembuatan batik, dan film dokumenter).

Pemerintah Indonesia melalui SEAMEO QTEP Indonesia juga telah memberikan

sumbangsih dalam upaya penigkatan kualitas tenaga pengajar di Laos melalui pemberian

bantuan pelatihan teknis kepada sejumlah lembaga pendidikan di Laos. Tidak hanya di

bidang pendidikan, pelatihan teknis juga diberikan kepada para pekerja di bidang agrikultur,

pertanian dan pengukiran kayu melalui mekanisme Kerjasama Selatan-Selatan dan bantuan

pelatihan dari Kementrian Perindustrian Indonesia.

Latar belakang negara Indonesia dan Laos yang tergabung dalam Organisasi regional

dikawasan Asia Tenggara dalam hal ini adalah ASEAN mendorong kemungkinan untuk

melakukan kerjasama antar kedua negara tersebut semakin terbuka lebar. Berkat adanya

perwakilan diplomatik yang ada di kedua negara, maka hubungan yang terjalin akan menuju

ke arah yang lebih baik.

Perbedaan skripsi tersebut dengan penelitian penulis adalah terletak pada negara

kerjasama yaitu Laos. Selanjutnya adalah implementasi dari kerjasama tersebut yaitu melalui

diplomasi yang dilakukan oleh perwakilan Indonesia yang berada di Laos dalam hal ini

adalah KBRI Vientiane.

Yang kedua adalah tesis yang berjudul ‘’Kerjasama Indonesia–Malaysia Dalam

Bidang Pendidikan Anak TKI Di Sabah’’ oleh Shylvia Windary Jurusan Hubungan

Internasional UGM yang saat ini tercatat sebagai dosen program studi Hubungan

Internasional Universitas Pasundan. tesis tersebut membahas tentang kerjasama di bidang

pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah indonesia dengan pemerintah malaysia. dalam

tesis ini dijelaskan tentang upaya pemerintah indonesia yang bekerjasama dengan pemerintah

malaysia dalam memenuhi hak anak TKI di sabah untuk mendapatkan pendidikan yang

memadai.
Dari kerjasama tersebut, telah dibangun Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK)

yang merupakan sekolah induk yang membawahi pusat-pusat belajar yang terdapat di Sabah,

Community Learning Centre (CLC) setingkat Sekolah Menengah Pertama yang terdapat di

setiap pusat pendidikan di Sabah. Perbedaan tesis tersebut dengan penelitian penulis adalah

negara kerjasama nya yaitu Malaysia serta tujuan dari kerjasama bilateral tersebut yaitu

utnuk meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak TKI yang ada di Sabah, Malaysia.

Dari tesis tersebut, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa dengan adanya

kerjasama yang dilakukan pemerintah indonesia dengan malaysia tidak hanya berdampak

pada meningkatnya pendidikan anak-anak TKI di Sabah tetapi juga dapat mempererat

hubungan bilateral yang terjalin antar dua negara tersebut.

Yang ketiga adalah Skripsi yang berjudul ‘’Kerjasama Bilateral Indonesia dan

Tiongkok dalam Bidang Pendidikan Melalui ASEAN-China Center’’ oleh Rizki Septin

Amalia Jurusan Hubungan Internasional Universitas Hasanudin. Dalam skripsi tersebut

membahas tentang kerjasama yang dilakukan pemerintah indonesia dengan tiongkok dalam

bidang pendidikan melalui peran ASEAN China Center. Perbedaan skripsi tersebut dengan

penelitian tersebut adalah pada negara tersebut serta dalam skripsi ini membahas tentang

peran ASEAN China Center dalam kerjasama di bidang pendidikan antara Indonesia dan

Tiongkok sedangkan pada penelitian penulis membahas tentang kerjasama pemerintah

Indonesia dan pemerintah belanda dalam bidang mendidikan melalui nota kesepahaman

dalam bidang pendidikan tinggi dan ilmu pengetahuan.

Dari skripsi tersebut, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa kerjasama yang

dilakukan antara indonesia dan tiongkok adalah saling menguntungkan. Di satu sisi,

Tiongkok melakukan kerjasama dengan membuat kebijakan memberikan beasiswa dan

peningkatan pendidikan vokasi dan mendirikan pusat bahasa di beberapa perguruan tinggi
Indonesia agar banyak orang Indonesia yang mau untuk mempelajari bahasa Mandarin serta

mempelajari kebudayaan Tiongkok. Disisi lain, Indonesia juga mengambil keuntungan yaitu

dengan adanya program yang dibuat oleh pemerintah Tiongkok maka orang Indonesia yang

belajar ke Tiongkok akan menyerap ilmu serta melakukan pertukaran budaya sehingga

adanya saling keterikatan antara kedua negara serta adanya keuntungan dari segi ekonomi,

politik dan perdagangan. Ini menjadi sebuah kerjasama mutualisme yang saling

menguntungkan masing-masing pihak.

B. Kerangka Teoritis

Untuk mempermudah proses penelitian dan mendapatakan pengertian yang lebih

dalam pada penelitian ini, diperlukan adanya landasan untuk memperkuat analisis, maka

penulis mengutip beberapa teori para ahli hubungan internasional serta para pakar yang

berkompeten dalam penelitian ini yang tentunya berhubungan dengan objek-objek yang

diteliti.

Hubungan antar negara telah menjadi sebuah keharusan bagi suatu negara dalam

mengembangkan dan mempertahankan stabilitas kehidupan di negara yang bersangkutan.

Hubungan internasional inilah yang kemudian mempengaruhi dinamika kehidupan dunia

internasional dari segala aspek, karena hubungan internasional merupakan aktivitas yang

dilakukan oleh negara-negara yang mencakup semua bidang kehidupan dunia internasional.

Hubungan Internasional menggunakan pelbagai bidang ilmu seperti ekonomi,sejarah,

hukum, filsafat, geografi, sosiologi, antropologi, psikologi, studi-studi budaya dalam kajian-

kajiannya. HI mencakup rentang isu yang luas, dari globalisasi dan dampak-dampaknya

terhadap masyarakat-masyarakat dan kedaulatan negara sampai kelestrarian ekologis,

proliferasi nuklir, nasionalisme, perkembangan ekonomi, terorisme, kejahatan yang

terorganisasi, keselamatan umat manusia, dan hak-hak asasi manusia. Hoffman menyatakan
bahwa ilmu hubungan internasional sebagai subjek akademis terutama memperhatikan

hubungan politik antar negara.1

Hubungan Internasional menurut Mochtar Mas’oed dalam bukunya Ilmu Hubungan

Internasional: Disiplin dan Metodologi mendefinisikan bahwa:

“Hubungan Internasional didefinisikan sebagai studi tentang interaksi

antar beberapa aktor yang berpartisipasi dalam politik internasional.

Yaitu meliputi negara-negara, organisasi internasional, organisasi non

pemerintah, kesatuan sub-nasional seperti birokrasi pemerintah dan

pemerintah domestic serta individu-individu. Tujuan dasar studi

Hubungan Internasional adalah mempelajari perilaku internasional,

yaitu perilaku para aktor negara maupun non-negara, di dalam arena

transaksi internasional. Perilaku ini bias terwujud kerjasama,

pembentuan aliansi, perang, konflik, serta interarksi dalam organisasi

internasional.”2

Interaksi antar aktor tersebut bisa berbentuk hubungan bilateral, trilateral, regional

dan multilateral. Bentuk-bentuk interaksi inilah yang disebut dengan hubungan luar negeri.

Adapun yang dimaksud hubungan bilateral adalah keadaan yang menggambarkan adanya

hubungan yang saling mempengaruhi atau terjadinya hubungan timbal balik antara dua

pihak.3

Salah satu kajian dalam hubungan internasional adalah politik internasional yang

mengkaji segala bentuk perjuangan kepentingan dan kekuasaan. Menurut K.J. Holsti dalam

1
A. A. Banyu Perwita dan Yanyan M. Y, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), hlm. 1.
2
Mochtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodelogi, (Jakarta: LP3S, 1987), hal 28.
3
A. A. Banyu Perwita dan Yanyan M. Y, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), hal 42.
buku Pengantar Ilmu Hubungan Internasional karya Anak Agung Banyu Perwita & Yanyan

Mochamad Yani menyatakan bahwa:

"Politik internasional merupakan studi terhadap pola tindakan

negara terhadap lingkungan eksternal sebagai reaksi atas respon

negara lain. Selain mencakup unsur power, kepentingan dan

tindakan, politik internasional juga mencakup perhatian terhadap

sistem internasional dan perilaku para pembuat keputusan dalam

situasi politik. Jadi politik internasional menggambarkan hubungan

dua arah, menggambarkan reaksi dan respon bukan aksi”4

Kerjasama dapat dijalankan dalam suatu proses perundingan yang diadakan secara

nyata atau karena masing-masing pihak saling tahu sehingga tidak lagi diperlukan suatu

perundingan. Selanjutnya Dougherty & Pfaltzgraff secara teori mendefinisikan bahwa

kerjasama dan kerjasama internasional sebagai berikut:

“Kerjasama dapat didefinisikan sebagai serangkaian hubungan-


hubungan yang tidak didasarkan pada kekerasan atau paksaan dan
disahkan secara hukum, seperti dalam sebuah organisasi
internasional seperti PBB atau Uni Eropa. Aktor-aktor negara
membangun hubungan kerjasama melalui suatu organisasi
internasinal dan rezim internasional, yang didefinisikan sebagai
seperangkat aturan-aturan yang disetujui, regulasi-regulasi, norma-
norma, dan prosedur-prosedur pengambilan keputusan, dimana
harapan-harapan para aktor dan kepentingan-kepentingan negara
bertemu dalam suatu lingkup hubungan internasional
(Dougherty&Pfaltzgraff,1997:418-419).”

4
Ibid hal 40.
Kerjasama internasional muncul karena keadaan dan kebutuhan masing-masing negara

yang berbeda sedangkan kemampuan dan potensi yang di miliki pun juga tidak sama. Hal ini

menjadikan suatu negara membutuhkan kemampuan dan kebutuhannya yang ada di negara lain.

Kerjasama internasional akan menjadi sangat penting yang harus dipelihara dan dimaksimalkan

agar tumbuh rasa persahabatan dan saling pengertian antar negara satu dengan lainnya.

Pertama, menurut Koesnadi Kertasasmita yang dimaksud dengan kerjasama

internasional, yaitu:

“Kerjasama Internasional terjadi karena ‘nation understanding’

dimana mempunyai arah dan tujuan yang sama, keinginan didukung

oleh kondisi internsaional yang saling membutuhkan kerjasama itu

didasari oleh kepentingan bersama diantara Negara-negara namun

kepentingan itu tidak identik.”5

Kedua, konsep kerjasama internasional lainnya dapat dipahami melalui teori yang

dikemukakan oleh Kalevi Jaakko Holsti, sebagai berikut:6 (1) Pandangan bahwa dua atau

lebih kepentingan, nilai atau tujuan saling bertemu dan dapat menghasilkan sesuatu,

dipromosikan atau dipenuhi oleh semua pihak; (2) Persetujuan atas masalah tertentu antara dua

Negara atau lebih dalam rangka memanfaatkan persamaan atau benturan kepentingan; (3)

Pandangan atau harapan suatu Negara bahwa kebijakan yang diputuskan oleh Negara lainnya

membantu Negara itu untuk mencapai kepentingan dan nilai-nilainya; (4) Aturan resmi atau

tidak resmi mengenai transaksi dimasa depan yang dilakukan untuk melaksanakan persetujuan;

(5) Transaksi antar Negara untuk memenuhi persetujuan mereka.

Ketiga, Kerjasama Internasional menurut James Edward Dougherty dan Robert L.

Pfaltzgraff yaitu:

5
Koesnadi Kartasasmita, Organisasi Internasional, (Jakarta: Rosdakarya, 1983), hal. 14.
6
KJ.Holsti, Politik Internasional, Kerangka Untuk Dianalisis, Jilid II, Terjemahan M.Tahrir Azhari, (Jakarta
Erlangga, 1988), hal.652-653.
“Kerjasama internasional dapat diartikan sebagai seperangkat

hubungan yang tidak didasarkan pada unsur paksaan dan kekerasan.

Kerjasama dapat muncul akibat adanya komitmen individu dan

Negara untuk mendapatkan kesejahteraan kolektif.”7

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, setiap negara-negara di dunia ini akan

melakukan interaksi antar-bangsa yang mana terselenggaranya suatu hubungan internasional

baik melalui berbagai kriteria seperti terselengaranya suatu hubungan yang bersifat bilateral,

regional, maupun multilateral. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh

Kusumohamidjojo tentang hubungan bilateral yakni :

“Suatu bentuk kerjasama diantara negara-negara yang berdeketan

secara geografis ataupun yang jauh diseberang lautan dengan sasaran

utama untuk menciptakan perdamaian dengan memperhatikan

kesamaan politik kebudayaan dan struktur ekonomi.

(Kusumohamidjojo, 1987:3).”

Selanjutnya, dalam kamus politik internasional, Didi Krisna mendefinisikan konsep tentang

hubungan bilateral adalah sebagai berikut, bahwa:

“Hubungan bilateral adalah keadaan yang menggambarkan adanya

hubungan yang saling mempengaruhi atau terjadi hubungan timbal

balik antara dua belah pihak (dua negara)(Krisna, 1993:18).”

Dalam rangka mencapai tujuan Negara Republik Indonesia sebagaimana tercantum

dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

Tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa

serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,

7
James E Dougherty & Pfaltzgraff Robert L. Contending Theories, (New York: Harper and Row Publisher,
1997), hal. 418-419.
dan keadilan sosial, pemerintah Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional

melakukan hubungan dan kerjasama internasional yang diwujudkan dalam Perjanjian

Internasional.

Menurut UU No. 24 tahun 2000 pasal 1, yang dimaksud dengan Perjanjian

Internasional adalah :

‘’Perjanjian Internasional adalah perjanjian, dalam bentuk dan

nama tertentu, yang diatur dalam hukum internasional yang dibuat

secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban di bidang

hukum publik.’’8

Bentuk dan nama perjanjian internasional dalam praktiknya cukup beragam, antara

lain: treaty, convention, agreement, memorandum of understanding, protocol, charter,

declaration, final act, arrangement, exchange of notes, agreed minutes, summary records,

process verbal, modus vivendi, dan letter of intent. Pada umumnya bentuk dan nama

perjanjian menunjukkan bahwa materi yang diatur oleh perjanjian tersebut memiliki bobot

kerja sama yang berbeda tingkatan-nya. Namun demikian, secara hukum, perbedaan tersebut

tidak mengurangi hak dan kewajiban para pihak yang tertuang di dalam suatu perjanjian

internasional. Penggunaan suatu ben-tuk dan nama tertentu bagi perjanjian internasional,

pada dasarnya menunjukkan keinginan dan maksud para pihak terkait serta dampak

politiknya bagi para pihak tersebut. Sebagai bagian terpenting dalam proses pembuatan

perjanjian, pengesahan perjanjian internasional perlu mendapat perhatian mendalam

mengingat pada tahap tersebut suatu negara secara resmi mengikatkan diri pada perjanjian

itu.

Menurut  Andi Hamzah dikutip dari Kamus Hukum bahwa :

8
Undang-Undang No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional
‘’Memorandum juga merupakan suatu nota/ surat peringatan tak

resmi yang merupakan suatu bentuk komunikasi yang berisi antara

lain mengenai saran, arahan dan penerangan.’’9

Selanjutnya menurut Munir Fuady dalam buku Hukum Bisnis Dalam Teori dan

Praktek, definisi MoU adalah sebagai berikut :

‘’MoU atau Memorandum of Understanding adalah perjanjian

pendahuluan,yang nanti akan dijabarkan dan diuraikan dengan

perjanjian lainnya yang memuat aturan dan persyaratan secara

lebih detail.’’10

Adapun yang merupakan ciri-ciri dari suatu M.O.U adalah sebagai berikut : 

1. Isinya ringkas, bahkan sering satu halaman saja

2. Berisikan hal yang pokok saja

3. Hanya berisikan pendahuluan saja, yang akan diikuti oleh perjanjian lain yang lebih

rinci.

4. Mempunyai jangka waktu berlakunya, misalnya 1 bulan, 6 bulan atau setahun.

Apabila dalam jangka waktu tersebut tidak ditindaklanjuti dengan penandatanganan

suatu perjanjian yang lebih rinci, maka MoU tersebut akan batal, kecuali diperpanjang

dengan para pihak.

5. Biasanya dibuat dalam bentuk di bawah tangan saja tanpa adanya materai.

6. Biasanya tidak ada kewajiban yang bersifat memaksa kepada para pihak untuk

membuat suatu perjanjian yang lebih detil setelah penandatanganan MoU.11

9
Andi Hamzah, Kamus Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986), hal. 319.
10
Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, (Bandung: PT.  Citra Aditya Bakti, 2002),  hal. 90
11
Ibid hal. 92
Negara merupakan salah satu unsur penting dalam Hubungan Internasional, ide atau cita-

cita untuk bersatu merupakan sesuatu hal yang sangat penting untuk dapat membentuk suatu

bangsa yang akan hidup dalam suatu negara. Oleh karena itu, rakyat yang mempunyai cita-

cita untuk bersatu merupakan unsur yang sangat penting bagi negara. Dahulu orang

berpendapat bahwa suatu bangsa hanya dapat dibentuk oleh suatu masyarakat yang berasal

dari satu keturunan, satu bahasa dan satu adat istiadat, namun pendapat ini tidak dapat

dipertahankan karena tidak terbukti kebenarannya.

Menurut Roger H. Soltau yang dikutip dari buku karya Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar

Ilmu Politik mendefinisakn bahwa:

“Negara adalah agen (agency) atau kewenangan (authority) yang

mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas

nama masyarakat (The state is an agency or authority managing or

controlling these (common) affairs of behalf of and in the name of the

community.”12

Selanjutnya, menurut Roger H. Soltau yang dikutip dari buku karya Miriam Budiarjo,

Dasar-Dasar Ilmu Politik mendefinisakn bahwa:

“Negara adalah agen (agency) atau kewenangan (authority) yang mengatur atau

mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat (The state

is an agency or authority managing or controlling these (common) affairs of behalf

of and in the name of the community.”13

Kedaulatan merupakan suatu institusi, yang berarti seperangkat aturan yang

dijalankan oleh negara. Aturan itu menyatakan dan mengatur kemerdekaan eksternal dan

kekuasaan negara domestik. “Tidak ada negara atau kelompok negara yang memiliki hak
12
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012), hal. 48.
13
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012), hlm. 48.
mengintervensi, langsung, atau tidak langsung, untuk alasan apapun, dalam masalah internal

atau eksternal negara lain manapun” (PBB 1970). Dengan kata lain, pemerintah berkuasa di

dalam wilayahnya sendiri dan merdeka dari negara lain. Banyak penstudi masih memikirkan

tentang kedaulatan dalam hal sebagai institusi dasar masyarakat internasional (James 1986).
14

Adapun kutipan dari Mochtar Kusumaatmadja pada tahun 1996 kaitannya dengan

kedaulatan sebuah negara yang menyatakan bahwa:

“Negara dikatakan berdaulat atau sovereign karena kedaulatan merupakan

suatu sifat dari atau ciri hakiki dari pada Negara, bila dikatakan bahwa Negara

itu berdaulat dimaksudkan bahwa Negara itu mempunyai kekuasaan yang

tertinggi, Negara berdaulat berarti bahwa Negara itu tidak mengakui suatu

kesatuan yang lebih tinggi dari pada kekuasaannya sendiri dengan perkataan

lain Negara memiliki monopoli dari pada kekuasaan. Suatu sifat khas dari pada

organisasi masyarakat dan kenegaraan dewasa ini yang tidak lagi membenarkan

orang perseorangan mengambil tindakan-tindakan sendiri apabila ia dirugikan,

walaupun demikian kekuasaan tertinggi ini mempunyai batas batasnya. Ruang

berlaku kekuasaan tertinggi ini dibatasi oleh batas-batas wilayah Negara itu

artinya suatu Negara hanya memiliki kekuasaan tertinggi di dalam batas-batas

wilayahnya (Mochtar Kusumaatmadja,1996: 16-17).”

Dalam Studi Hubungan Internasional, kita mendapati beberapa konsep HI yaitu State, Non-

State, Actors, National Power, National Interest. National Interest sendiri adalah konsep

Hubungan Internasional yang paling sering dikaji dan mudah diterapkan. Beberapa pakar

studi Hubungan Internasional menjelaskan definisi Kepentingan Nasional yang berbeda-beda,

Hans J Morgenthau berpendapat bahwa :

Robert Jackson & Georg Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional, (Pustaka Pelajar, 2009), hlm.
14

338.
‘’Kepentingan nasional  merupakan alat untuk mengejar

kekuasaan, karena melalui kekuasaan itulah suatu negara dapat

mengontrol negara lain. Lebih spesifiknya konsep kepentingan

nasional adalah kemampuan negara untuk melindungi dan

mempertahankan identitas fisik, politik, dan kultur dari gangguan

negara lain.’’15

Kepentingan nasional sering dijadikan tolok ukur atau kriteria pokok bagi para pengambil

keputusan (decision makers) masing-masing negara sebelum merumuskan dan menetapkan

sikap atau tindakan.  Bahkan setiap langkah kebijakan luar negeri (Foreign Policy) perlu

dilandaskan kepada kepentingan nasional dan diarahkan untuk mencapai serta melindungi

apa yang dikategorikan atau ditetapkan sebagai ”Kepentingan Nasional”16

Konsep pendidikan nasional yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewatara sangat

membumi dan berakar pada budaya nusantara, antara lain tutwuri handayani, “tripusat”

pendidikan (keluarga, sekolah, masyarakat). Jadi, tutwuri memberi kebebasan pada siswa

untuk berbuat sekehendak hatinya. Handayani merupakan sikap yang harus ditaati oleh siswa

hingga menimbulkan ketertundukan. Dengan demikian, sebagai subyek siswa memiliki

kebebasan, sebagai objek siswa memiliki ketertundukan sebagai kewajibannya.17

Pendidikan merupakan instrument yang sangat penting dalam membangun sebuah

negara. Kesusksesan sebuah negara membangun sistem pendidikan bisa menjadi salah satu

tolak ukur dari kesuksesan generasi yang berhasil pada masa yang akan datang.Ki hajar

15
Hans J. Morgenthau, Politics among nations : the struggle for power and peace, (New York: knopf, 1978)

16
Teuku May Rudy, Study Strategis dalam transformasi sistem Internasional Pasca Perang dingin, (Bandung:
Refika Aditama, 2002), hal 116
17
Silabus.org ‘’Konsep Pendidikan’’ dalam http://silabus.org/konsep-pendidikan/ diakses pada 20 April 2018,
15.50 WIB
Dewantara merupakan tokoh penting dalam dunia pendidikan di Indonesia. Ki Hajar

dewantara mendefinisikan pendidikan sebagai berikut:

“Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta

jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan

menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.”18

Sebagai tambahan Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

Nasional menyebutkan bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”19

Selanjutnya, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional menjelaskan bahwa fungsi dan tujuan dari pendidikan nasional dituangkan di dalam

pasal 3 yang mengatakan bahwa:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

18
http://duniabaca.com/definisi-pendidikan.html. Di akses tanggal 8 Agustus 2016.
19
Ibid.
C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran dan perumusan masalah serta asumsi-asumsi diatas,

penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut :

‘’Dengan adanya Kerjasama bilateral antara pemerintah Indonesia dan Pemerintah

Belanda dalam bidang pendidikan, maka kualitas Sumberdaya Manusia di Indonesia

akan meningkat yang ditandai dengan adanya bentuk kerjasama seperti pertukaran

mahasiswa, pemberian beasiswa oleh pemerintah Belanda dan pengembangan

kurikulum melalui double degrees dan joint degrees’’.

D. Operasional Variabel dan Indikator

Variabel dalam Indikator Verifikasi


Hipotesis (Teoritik) (Empirik) (Analisis)
Variabel Bebas:
Dengan adanya 1. Pemerintah 1. Data (Fakta) mengenai
Kerjasama antara Indonesia dan kerja sama bilateral
Pemerintah Indonesia Pemerintah dalam bidang
dan pemerintah Belanda pendidikan Indonesia-
Belanda dalam bidang melakukan Belanda tertuang dalam
pendidikan penandatanganan MoU (Memorandum of
MoU dalam bidang Understanding)
Pendidikan Tinggi (Sumber:
dan Ilmu http://treaty.kemlu.go.i
pengetahuan. d)

Variabel Terikat :
Maka kualitas sumber 2. Dalam 2. Data (Fakta) terdapat
mewujudkan pada MoU antara
daya manusia di
peningkatan Pmerintah Belanda dan
indonesia akan
kualitas Pemerintah Indonesia
meningkat yang sumberdaya dalam bidang
ditandai dengan adanya manusia di pendidikan tinggi dan
indonesia, maka ilmu pengetahuan.
bentuk kerjasama
dalam kerjasama (Sumber:http://treaty.k
seperti pertukaran
tersebut disepakati emlu.go.id)
mahasiswa, pemberian beberapa program
pengimlementasian
beasiswa oleh
nya, yaitu sebagai
pemerintah belanda
berikut :
dan pengembangan
1) Pertukaran
kurikulum melalui
mahasiswa,
double degrees dan dosen,
joint degrees’’ ilmuwan, pakar
dan ahli
melalui
program-
program seperti
Netherlands
Initiative for
Capacity
Development
in Higher
Education
(NICHE)
2) Program
beasiswa
seperti StuNed,
NFP
(Netherlands
Fellowship
Programme)
3) Pengembangan
dan penilaian
kurikulum dan
kualifikasi,
termasuk
double degrees
dan joint
degrees

E. Skema Kerangka Teoritis


Indonesia Belanda

Kerjasama Bilateral

MoU On Higher
Education and Science
Cooperation

Peningkatan Kualitas Sumber


Daya Manusia di Indonesia
ditandai dengan adanya bentuk
kerjasama seperti:
1) Pertukaran mahasiswa
2) Pemberian beasiswa oleh
pemerintah Belanda
3) Pengembangan
kurikulum melalui
double degrees dan joint
degrees

Anda mungkin juga menyukai