Anda di halaman 1dari 21

PENGEMBANGAN STANDAR WBS (WORK BREAKDOWN STRUCTURE)

UNTUK MENINGKATKAN PERENCANAAN PENJADWALAN PADA


PROYEK KONSTRUKSI PELABUHAN UDARA BERBASIS RISIKO

Daniel Tampak Raja T Sitohang1 , Yusuf Latief2 , Leni Sagita Riantini3

1. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok,
16424, Indonesia

E-mail : rajatua.ds@gmail.com

Abstrak

Proyek pengembangan bandara termasuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional Indonesia
yang diatur dalam Peraturan Presiden no.58 / 2017. Pemerintah berkomitmen untuk
mewujudkan kemandirian ekonomi dengan meningkatkan pembangunan infrastruktur dan salah
satunya dengan menggerakkan sektor ekonomi yang harus didukung oleh salah satunya adalah
pembangunan bandara di daerah-daerah yang dapat memacu dampak ekonomi. Namun dalam
praktiknya, seringkali ada keterlambatan dalam proses pelaksanaan pembangunan bandara yang
berdampak negatif bagi pemangku kepentingan terkait dengan proyek. Pada kajian dari
beberapa literatur didapat bahwa pelaku konstruksi masih belum terlalu familiar tentang WBS
yang benar. WBS yang umum dilakukan pada praktik pengelolaan proyek adalah WBS yang
tidak formal yang hanya mengacu pada Bill of Quantity. Sehingga menimbulkan mispersepsi
antar pihak dalam mengelola proyek. Jadi dibutuhkan manajemen proyek bandara yang baik dan
benar untuk menghilangkan fenomena ini agar tercipta keseragaman pemahaman mengenai
harapan terhadap konstruksi bandar udara dan pengelolaan yang lebih baik dan detail. Work
Breakdown Structure (WBS) adalah dekomposisi aktivitas proyek yang dipecah menjadi
beberapa elemen kerja berdasarkan hierarki. WBS membuat manajemen proyek lebih baik
sehingga risiko terhadap kelemahan kinerja waktu dapat diantisipasi dan dikelola di tingkat
sumber daya. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan standar WBS berbasis risiko
untuk meningkatkan kinerja waktu pembangunan proyek bandara. Hasil dari penelitian ini
adalah standar WBS, metode implementasi, kegiatan, potensi risiko bahaya, perencanaan
penjadwalan menggunakan standar WBS berbasis risiko, kamus WBS dan daftar periksa WBS
pada pekerjaan konstruksi bandara, sebagai upaya mencegah, mengurangi, atau menghilangkan
peristiwa potensial yang terjadi. dalam penundaan. Penelitian ini menghasilkan bahwa terdapat
enam (6) level WBS hingga kepada sumber daya dengan metode sebagai penghubung antara
paket pekerjaan (level 4) dan aktivitas (level 5). Penelitian ini juga menghasilkan 13 variabel
risiko dominan yang mempengaruhi kinerja waktu proyek dan rekomendasi respon risiko yang
menjadi dasar pengembangan WBS standar.

Abstract

Airport development projects are included in the list of Indonesian National Strategic Projects
which are regulated in Presidential Regulation no.58 / 2017. The government is committed to
realizing economic independence by increasing infrastructure development and one of them is
by moving the economic sector which must be supported by one of them is the construction of
airports in the regions. regions that can spur economic impacts. But in practice, there are often

1 UNIVERSITAS INDONESIA
delays in the process of implementing airport construction which has a negative impact on
stakeholders related to the project. In a review of some literature it was found that construction
actors are still not too familiar with the correct WBS. A common WBS for project management
practices is an informal WBS that only refers to the Bill of Quantity. Thus giving rise to
misperceptions between parties in managing the project. So it needs a good and correct airport
project management to eliminate this phenomenon in order to create a uniform understanding of
airport construction and better and more detailed management. Work Breakdown Structure
(WBS) is the decomposition of project activities which are broken down into several work
elements based on hierarchies. WBS makes project management better so that risks to
weaknesses in time performance can be anticipated and managed at the resource level. This
study aims to develop risk-based WBS standards to improve the performance of airport project
development times. The results of this study are WBS standards, implementation methods,
activities, potential hazard risks, scheduling planning using risk-based WBS standards, WBS
dictionaries and WBS checklists on airport construction work, as an effort to prevent, reduce, or
eliminate potential events. in delay. This research results that there are six (6) WBS levels to
resources with methods as a link between work packages (level 4) and activities (level 5). This
study also produced 13 dominant risk variables that affect project time performance and risk
response recommendations which are the basis for developing standard WBS.

Keywords :
WBS, Time performance, Risk, Airport Construction

Pendahuluan
Pelabuhan Udara atau Bandar udara berdasarkan pengertian yang dituliskan pada
peraturan Undang – Undang nomor 1 tahun 2009 adalah kawasan di daratan dan/atau
perairan dengan batas – batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara
mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat
perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang
lainnya, yang terdiri atas bandar udara umum dan bandar udara khusus yang selanjutnya
bandar udara umum disebut dengan bandar udara. Pembangunan pelabuhan udara atau
bandar udara masuk ke dalam daftar Proyek Strategis Nasional yang diatur dalam
Perpres nomor 58 tahun 2017 yaitu melakukan revitalisasi kepada lima (5) bandara lama
dan membangun dua (2) bandara baru. Pemeritah lewat program Nawa Cita ke tujuh (7)
yaitu mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor – sektor strategis
ekonomi domestik mendorong Kementrian Perhubungan untuk bisa membangun bandar
udara di daerah yang bisa memacu ekonomi. Beberapa sumber media memperlihatkan
seringnya terjadi keterlambatan pada proses pelaksanaan pekerjaan fisik bandara.
Pelaksanaan pekerjaan terminal baru Bandara Blimbingsari pada tahun 2014 mengalami

2 UNIVERSITAS INDONESIA
keterlambatan. Pelaksana yang ditunjuk oleh Dinas Perhubungan Jawa Timur, PT
Nindya Karya terlambat menyelesaikan proyek yang ditargetkan harus selesai akhir
Desember 2014 namun baru dapat menyelesaikannya pada akhir Februari 2015.
Keterlambatan proyek pembangunan terminal bandara tersebut mengakibatkan PT
Nindya Karya didenda oleh BPK sebesar Rp 5,8 Miliar atau 14.5 % dari nilai Kontrak
senilai Rp 40 Miliar. Pembangunan Bandara Soekarno Hatta terminal 3 Ultimate juga
menunjukkan kinerja waktu yang buruk. Pembangunan yang dijadwalkan selesai bulan
Agustus 2015, pada waktu tinjauan yaitu Mei 2015 masih hanya terlihat pondasi
bangunan saja (airport.id,2015). Di lain waktu Presiden Indonesia bapak Ir. Joko
Widodo berkunjung pada bulan April tahun 2017 ke proyek pembangunan Bandara
Internasional Jawa Barat di Majalengka. Beliau menilai bahwa proyek tersebut masih
lambat progresnya dan menghimbau pihak terkait yaitu kementerian perhubungan dan
pelaksana untuk dapat menyelesaikan pekerjaan pembangunan awal tahun 2019
(setkab.go.id). Pengerjaan proyek Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin juga
mengalami keterlambatan progress kemajuan fisik sebesar 5 % dari target yang
direncanakan. General Manager PT Angkasa Pura I menyampaikan bahwa
keterlambatan disebabkan 4% karena kondisi lahan yang masih dikuasai oleh
masyarakat dan 1% kondisi cuaca hujan yang lebat. Pihaknya masih berharap
pembangunan proyek senilai Rp 683,2 Miliar tersebut bisa selesai akhir tahun 2018.

Murali Sambasivan et al., (2007) Masalah keterlambatan dalam industri konstruksi


adalah fenomena global dan industri konstruksi di Malaysia tidak terkecuali. Lima
penyebab paling penting yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah: (1)
perencanaan kontraktor yang tidak tepat, (2) kesalahan selama tahap konstruksi, (3)
pengalaman kontraktor yang tidak memadai, (4) keuangan klien yang tidak memadai
dan pembayaran untuk pekerjaan yang diselesaikan dan (5) kekurangan komunikasi
antar pihak.

Widayati (2011) menyimpulkan bahwa masih banyak pelaksanaan proyek tidak


berdasarkan WBS untuk merincikan pekerjaan, meskipun diketahui bahwa WBS
merupakan input penting pada proses manajemen proyek. Walaupun WBS memiliki
peran penting dalam proyek dan diwajibkan untuk dilakukan dalam proses pengelolaan

3 UNIVERSITAS INDONESIA
proyek dari tahap perencanaan sampai dengan tahap pelaksanaan, masih banyak proyek
yang tidak membuat WBS dalam bentuk formal sebagai alat pengelolaan proyek
(Suanda,2013). Hal ini didukung oleh pernyataan dari Project Management Institute
(2017) yang menjelaskan sulitnya medefinisikan lingkup berakibat kepada tidak
tercapainya tujuan proyek. Hal ini disebabkan belum adanya standar work breakdown
structure sehingga mengakibatkan keanekaragaman persepsi terhadap WBS bandar
udara.

WBS yang distandarisasi penting untuk proyek, karena akan menyajikan dasar
pendekatan yang seragam kepada para pelaku konstruksi. Hal ini baik untuk
pengembangan manajemen komunikasi yang sukses. (Ibrahim, et.al, 2009). Pentingnya
mendefinisikan lingkup proyek sesuai dengan persyaratan proyek agar tercapai
kesuksesan proyek (PMBOK, Project Management Body of Knowledge 6th edition,
2017). Tonder & Bekker (2002) menerangkan bahwa WBS membentuk dasar untuk
kebanyakan proses manajemen proyek. WBS yang terdefinisi dengan baik dan
menyeluruh yang menyesuaikan diri terhadap struktur organisasi dan jenis sistem
manajemen sangat penting untuk meningkatkan probabilitas kesuksesan proyek dengan
memastikan sumber daya terbaik diterapkan pada seleksi yang benar dari pemilihan
proyek.Penelitian ini menyimpulkan metode dalam mengembangkan WBS yang
didasari deliverable dari analisis fungsional dari deliverables akhir proyek telah
menunjukkan bahwa terdapat efek positif pada pengukuran sukses proyek. Biffi (2008)
menyimpulkan standarisasi WBS merupakan suatu usaha yang penting pada proyek
dengan manajemen proyek yang baik. Hal ini dapat menghubungkan pengendalian
lingkup, waktu, dan biaya yang agar berjalan sesuai rencana pada jalurnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Membuat bentuk standar WBS konstruksi pelabuhan udara
2. Mengidentifikasi metode pelaksanaan dari setiap paket pekerjaan dan konstruksi
pelabuhan udara
3. Mengidentifikasi aktivitas pada paket pekerjaan konstruksi pelabuhan udara
4. Mengidentifikasi sumber daya yang digunakan dari setiap aktivitas pekerjaan
konstruksi pelabuhan udara

4 UNIVERSITAS INDONESIA
5. Mengidentifikasi risiko pada paket pekerjaan, metode, aktivitas dan sumber daya
yang berpengaruh terhadap kinerja waktu proyek
6. Mengembangkan standar WBS berbasis risiko untuk merencanakan pengelolaan
proyek yang meningkatkan perencanaan waktu

Tinjauan Teoritis
Dick (2015) menjelaskan bahwa Work Breakdown Structure (WBS) adalah tulang
punggung rencana proyek. Fungsi yang paling utama adalah untuk mengkomunikasikan
ekspektasi kinerja yang jelas tentang proyek. Untuk eksekutif, jadwal rincian pekerjaan
(work breakdwon schedules) mengomunikasikan dengan tepat apa yang akan mereka
dapatkan dari proyek. Masukan WBS, dari ruang lingkup hingga tugas anggota tim
terkecil, merupakan hasil yang jelas dan terukur. Ketika harapan akan proyek
dikomunikasikan itu kepada eksekutif, mereka tahu apa yang akan mereka dapatkan dari
proyek. Yang penting, mereka tahu apa yang tidak akan mereka dapatkan.

Rajasa, et al (2017) dan vania, et al (2017) menjelaskan bahwa fenomena yang terjadi
pada dunia konstruksi selalu berhubungan dengan kinerja proyek yang tidak tercapai,
hal ini diakibatkan oleh ada sektor – sektor manajemen proyek yang tidak dilakukan.
Manajemen proyek yang baik harus mendefinisikan proyek secara jelas dengan lingkup
proyek yang dapat diantisipasi, berakuntabilitas baik agar tercapai harapan setiap
tahapan siklus proyek.(Molloy, 2016) Devi dan Reddy (2012) menjelaskan bahwa jalan
keluar dalam kegagalan proyek salah satunya adalah memahami proyek seutuhnya
dengan kemampuan organisasi proyek dalam mendefinisikan lingkup. Hal ini selain
membantu dalam perencanaan, akan memudahkan dalam pemantauan. (Ibrahim, et
all,2007). Sharifzadeh, et al (2015) mengembangkan standar WBS untuk konstruksi
bawah tanah karena ketidakpastian dan kompleksnya lingkup pekerjaan bawah tanah
sehingga sangat diperlukan untuk dilakukan standarisasi.
Berdasarkan identifikasi pada buku Project Management Body of Knowledge 6 th Edition
(2017), dapat diambil beberapa permasalahan yang mendasari perlunya standarisasi
dalam manajemen proyek terkhusus untuk WBS, yaitu :
1. WBS jarang dibuat ke dalam bentuk formal
2. WBS yang tidak dibuat ke bentuk formal membuat estimasi biaya kurang akurat
karena terfokus hanya kepada item yang terdapat pada Bill of Quantity.

5 UNIVERSITAS INDONESIA
3. Pekerjaan yang tidak masuk Bill of Quantity tidak masuk ke dalam jadwal proyek
sehingga penyelesaian item pekerjaan tidak menambah progress.
4. Pekerjaan masuk ke dalam Bill of Quantity tapi secara aktual tidak termasuk ke
dalam lingkup kerja (Rencana Kerja dan Syarat – syarat)
5. Terjadi perbedaan perspektif pendefinisian item kerja.
6. Salah dalam menentukan jalur kritis.
7. WBS yang tidak dibuat ke dalam bentuk formal membuat identifikasi risiko menjadi
kurang baik.
8. Terjadi kekeliruan terhadap aktivitas yang penting, dan baru disadari pada saat waktu
proyek ketat (mendekati jadwal milestone aktivitas) karena tidak diuraikan
(breakdown) di awal rencana.
9. Terjadi miskomunikasi akibat perbedaan persepsi mengenai item dan lingkup kerja
pekerjaan dengan stakeholder karena ketiadaan WBS formal.

Berdasarkan pemaparan sebelumnya yaitu dari latar belakang dan referensi dari
penelitian sebelumnya, maka dapat diidentifikasi permasalahan penelitian yaitu WBS
sudah menjadi bagian dalam perencanaan proyek untuk mendefinisikan proyek
sehingga dapat dirinci ke dalam estimasi biaya namun belum terstandarisasi dan juga
belum berbasis risiko.

Metode Penelitian
Strategi penelitian dipengaruhi oleh tipe pertanyaan yang diajukan dalam kalimat
dengan metode survey, kemampuan kontrol yang dimiliki peneliti akan karakter
peristiwa yang akan diteliti dan fokus terhadap peristiwa kontemporer sebagai kebalikan
dari peristiwa historis (Robert K. Yin,1994). Maka dari itu penelitian ini bersifat
mengumpulkan data dari survey responden, wawancara kepada para pakar dan
pengumpulan data sekunder dengan tujuan untuk membantu mempertajam analisis
dalam penelitian.

6 UNIVERSITAS INDONESIA
Mulai
Studi
Literatur

Research
RQ 1 RQ 2 RQ 3 RQ 4 RQ 5 RQ 6 RQ 7 RQ 8
Question

Standar Kamus
Sumber Checklist Variabel
Standar Metode Aktivitas Risiko Kinerja WBS WBS Pek.
Daya WBS Pek. Penelitian
WBS Kerja Pekerjaan Waktu Pelabuhan Pelabuhan
Aktivitas Bandara
Udara Udara

Standar Metode Sumber Daya Pengemban


Aktivitas Risiko Kamus
Pekerjaan WBS Kerja Aktivitas gan Standar
Pekerjaan Tertinggi WBS
Konstruksi Pekerjaan Pekerjaan Pekerjaan WBS
Konstruksi terhadap Pekerjaan
Pelabuhan Konsruksi Konstruksi Konstruksi Pekerjaan
Pelabuhan Kinerja Pelabuhan
Udara Pelabuhan Pelabuhan Pelabuhan Pelabuhan
Udara Waktu Udara
Udara Udara Udara Udara

- Analisis
- Analisis - Analisis - Analisis - Analisis Analisis Arsip
Arsip - Analisis - Analisis Strategi
Arsip Arsip Arsip Arsip Wawancara
- Studi Arsip Arsip Penelitian
- Survey - Survey - Survey - Survey Survey
Kasus

- List Data - List Data - List Data - List Data - List Data
- Kuesioner -List Data - List Data Instrumen
- Kuesioner - Kuesioner - Kuesioner - Kuesioner - Kuesioner
Penelitian

- Analisis
.Recognition
Delphi Validasi
Pattern
Pakar V
Analisis Analisis Analisis Analisis .Gap
-Uji Analisis
Delphi Delphi Delphi Delphi Analysis
Homogenitas
Validasi Validasi Validasi Validasi .Analisis Data
-Uji Validitas
Pakar I Pakar II Pakar III Pakar IV Delphi
-Uji Reabilitas
Validasi
-Analisis Risiko
Pakar VI
Kualitatif

Sumber Risiko
Standar Metode Pengemban
Aktivitas Daya Tertinggi Kamus Checklist
WBS Kerja gan Standar
Pekerjaan Aktivitas terhadap Kineja WBS WBS
Pekerjaan Pekerjaan WBS
Konstruksi Pekerjaan Waktu Pekerjaan Pekerjaan Output
Konsruksi Konstruksi Pekerjaan
Pelabuhan Konstruksi Konstruksi Pelabuhan Pelabuhan
Pelabuhan Pelabuhan Pelabuhan
Udara Pelabuhan Pelabuhan Udara Udara
Udara Udara Udara
Udara Udara

Validasi Kesimpulan
Selesai
Pakar VII & Saran

Gambar 1. Diagram tahapan penelitian


Salah satu variabel bebas pada rumusan masalah 1 hingga rumusan masalah 4 adalah
sebagai berikut :
Tabel 1 Variabel Rumusan I s.d 4

VARIABEL INDIKATOR SUB INDIKATOR PAKET PEKERJAAN

Utilitas
Sistem Pasok
Bandara Electrical Power Supply Trafo
Energi Listrik
(ME)
Panel distribusi tegangan
     
listrik
      Instalasi kabel
Uninterruptable Power
     
Supply (UPS)
      Sistem grounding
    Emergency Power Plant Genset
    Photovoltaic Power Modul Photovoltaic

7 UNIVERSITAS INDONESIA
VARIABEL INDIKATOR SUB INDIKATOR PAKET PEKERJAAN

Generation System
      Connection Box
      Junction Box
      Power Conditioner
Sistem Monitoring
 
    Meteorology
      Dan Lain - lain
Tiang Utilitas (Utility
Power Distribution
    Pole)
      Cable Duct Bank PVC
      Instalasi Kabel
Sistem Supply (Scope Pekerjaan Jalan
Perpipaan Pasok Air
  Air Bersih Akses)
Tempat Penyimpanan
  Galian
  Air (Water Storage)
Timbunan dan
   
  Pemadatan
Dinding Pelat Lantai dan
 
    Tutup, serta Manhole
      Tangga Servis
    Sistem Distribusi Air Pipa Distribusi
      Pompa Booster
      Electric Drive Fire Pump
      Engine Drive Fire Pump
      Pompa Jockey

Pada penelitian ini terdapat tujuh tahapan pengumpulan data dan analisis, yaitu:
1. Tahap 1 – Validasi WBS Pakar Awal
Validasi kepada pakar yang berpengalaman dan mengetahui perencanaan proyek
berbasis WBS dengan menggunakan alat bantu berupa kuisioner . Jumlah pakar 3-5
orang, pengalaman minimal 10 tahun, dan tingkat pendidikan minimal S1
2. Tahap 2 – Validasi WBS Pakar Akhir
Validasi akhir sebagai persetujuan atas variabel dari analisa tahap pertama. Jumlah
pakar 3-5 orang, pengalaman minimal 10 tahun, tingkat pendidikan minimal S1.
3. Tahap 3 – Analisis Pareto
Analisis arsip data proyek berupa BoQ atau RAB pekerjaan bandar udara dari proyek
bandar udara. Dengan pendekatan Hukum Pareto, dapat diketahui komponen pekerjaan
yang merupakan pekerjaan dominan dari biaya total proyek,

8 UNIVERSITAS INDONESIA
4. Tahap 4 – Validasi Risiko Pakar
Validasi kriteria risiko terkait kinerja kualitas yang akan dikuesionerkan. Jumlah pakar
3-5 orang, pengalaman minimal 10 tahun, tingkat pendidikan minimal S1.
5. Pengumpulan Data Tahap 5 – Pilot Survey
Pilot survey dilakukan untuk mengetahui apakah kuesioner mudah dipahami responden.
Jumlah responden 10 orang., pengalaman 1-10 tahun, tingkat pendidikan minimal S1.
6. Pengumpulan Data Tahap 6 – Kuesioner Responden
Kuisioner responden untuk mendapatkan faktor risiko tertinggi. Jumlah responden 35
orang, pengalaman 5-10 tahun. Validasi hasil pada tahapan ini menggunakan uji
statistik yang antara lain dilakukan uji homogenitas, validitas, dan realiabilitas
menggunakan perangkat lunak SPSS versi 23.
7. Pengumpulan Data Tahap 7 – Validasi Pakar Akhir
Validasi pakar akhir untuk mengetahui kesesuaian hasil dan wawancara terkait
penyebab, tindakan preventif, dampak, dan tindakan korektif untuk mendapatkan
rekomendasi pengembangan WBS. Jumlah pakar 3-5 orang, pengalaman minimal 10
tahu, tingkat pendidikan minimal S1.

Hasil Penelitian
Dari hasil identifikasi WBS standar pekerjaan bandar udara konstruksi bangunan tinggi
jenis apartemen yang dilakukan melalui benchmarking, analisis arsip, dan survei pakar
ditemukan WBS standar sebagai hasil dari RQ1:

Pre-Eliminary

Architecture

Structure
WBS Level 1 WBS Level 2 Work WBS Level 3 Sub WBS Level 4 Work
Activity Resource
Project Name Section Work Section Packages
Material
Passanger Interior
Terminal Check-in Baggage Activity 1
Building Handling System Equipment
External Works
Weight Scale Activity 2
(Pressure Sensor Labort
Mechanical
In Line Screening BHS
Baggage Handling
Electrical System Departure Make-Up
Airport Secuirty BHS
System Arrival Baggage
Special Equipment
Flight Information Handling System
System
Misc
Weather Data

9 UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 2. Diagram Standar WBS

Tabel 3 Variabel Peristiwa Risiko Tertinggi setiap Kategori


Peringk
Variabel Risiko Yang Mempengaruhi Kinerja Waktu Level
at
Proyek Risiko
Risiko
KATEGORI RISIKO WBS LEVEL 4 PAKET PEKERJAAN
Penyampaian pekerjaan tambah kurang dari kontraktor
X10 utama ke subkontraktor untuk tujuan pemberian harga 11 Tinggi
tidak dilaksanakan secara cepat
Banyak terjadi perubahan desain, gambar, spesifikasi
X13 3 Tinggi
dan lingkup paket kerja semasa proyek
KATEGORI RISIKO ALTERNATIF METODE/DESAIN
Terdapat ketidaksesuaian metode
X20 konstruksi/pelaksanaan yang diaplikasikan terhadap 1 Tinggi
perencanaan
Kekeliruan dalam perencanaan metode
X19 4 Tinggi
pelaksanaan/konstruksi
Metode Consolidation Setlement kurang tepat pada
X21 5 Tinggi
daerah dengan kondisi tanah yang lembek (weak soil)
KATEGORI RISIKO WBS LEVEL 5 AKTIVITAS
Terlambatnya konsultan dalam memberikan Sedan
X25 16
persetujuan dan izin kegiatan kontraktor g
Sedan
X30 Aktivitas pekerjaan terhenti. 19
g
KATEGORI RISIKO WBS LEVEL 6 SUMBER DAYA MATERIAL
Kekurangan material sesuai spesifikasi di area/ lokasi
X36 2 Tinggi
kerja
X34 Pengiriman material terlambat dari jadwal perencanaan 6 Tinggi
       
KATEGORI RISIKO WBS LEVEL 6 SUMBER DAYA PERALATAN
X41 Peralatan mengalami kerusakan 8 Tinggi
Sedan
X45 Peralatan idle/ tidak beroperasi. 15
g
KATEGORI RISIKO WBS LEVEL 6 SUMBER DAYA TENAGA KERJA
Sedan
X51 Produktivitas tenaga kerja lebih rendah dari kebutuhan 14
g
Jumlah tenaga kerja tidak memadai dari yang Sedan
X58 17
dibutuhkan/direncanakan g

Dari validasi terhadap pakar mengenai variabel risiko,. Tindakan Preventif dan
Tindakan Korektif yang ditemukan dari tahapan penelitian sebelumnya telah
menghasilkan rekomendasi dan tambahan terhadap aktivitas pada standar WBS

10 UNIVERSITAS INDONESIA
Pekerjaan Bandar udara sehingga dapat menjadi acuan yang menghasilkan
pengembangan standar WBS berbasis risiko yang dikelompokkan ke dalam 5 kategori
yaitu :
1. Masukan dan tambahan pada manajemen
2. Tambahan pada elemen WBS lain
3. Tambahan pada WBS yang bersangkutan
4. Tambahan pada persyaratan pekerjaan
5. Mempengaruhi koefisien WBS
Dapat ditunjukkan sebagai berikut :
Tabel 4 Pemetaan Pengelompokan Tindaka Preventif terhadap Risiko
KO TINDAKAN PREVENTIVE (Hasil Pattern Kelompok Keterangan
DE Recognition) 1 2 3 4 5
•  Pada kontrak design and build maka
TP
desain perlu mendapatkan persetujuan V Item
1
segera dari konsultan manajemen konstruksi         manajerial
•  Melakukan peninjauan desain sebelum
TP
award kontrak agar profosal yang diajukan V Item
2
berdasarkan kondisi proyek maksimal         manajerial
•  Secara periodik melakukan pengecekan
TP
terhadap perubahan peraturan pemerintah V Item
3
sehingga dapat segera melakukan tindakan         manajerial
TP Item
•  Pemilihan subkon lebih ketat V
4         manajerial
TP Item
•  Melakukan pelelangan V
5         manajerial
TP Item
•  Membuat prosedur pemilihan Subkon V
6         manajerial
•  Melakukan rapat peninjauan pekerjaan
TP
mingguan yang melibatkan tim proyek V Item
7
internal dan eksternal         manajerial
•  Mempublikasikan jadwal pekerjaan
TP
rencana dan jadwal pekerjaan aktual kepada V Item
8
tim proyek         manajerial
TP •  Melakukan integrasi perubahan pekerjaan Item
V
9 (CCO) terhadap manajemen pengadaan         manajerial
•  Melakukan improvement terhadap
TP kemampuan penanganan teknologi dan
V
10 metode konstruksi material yang relevan Item
pada masanya         manajerial
•  Mengidentifikasi dan menjalin kerja sama
TP
dengan subkontraktor yang memiliki V Item
11
reputasi baik terhadap proyek sejenis         manajerial
TP •  Melakukan improvement terhadap V     V   Item

11 UNIVERSITAS INDONESIA
KO TINDAKAN PREVENTIVE (Hasil Pattern Kelompok Keterangan
DE Recognition) 1 2 3 4 5
manajerial/mas
12 organisasi proyek ukan pada
RKS
Item
TP •  Merencanakan durasi pekerjaan sesuai manajerial/mas
V V
13 dengan waktu efektif kerja ukan pada
      RKS
TP Masukan pada
•  Mengakses data cuaca secara tepat V
14         RKS
•  Melakukan survey dan investigasi lokasi
TP
sebelum melakukan perencanaan dan V Masukan pada
15
mengajukan profosal         RKS
TP •  Mengakses rekomendasi dari ahli pada Masukan pada
V
16 bidang yang ditinjau         RKS
TP Masukan pada
•  Menugaskan PM yang kompeten V
17         RKS
Item
TP •  Membuat perencanaan praktis dan dapat manajerial/mas
V V
18 dilaksanakan. ukan pada
      RKS
Menjadi
•  Melakukan soil investigasi yang optimal
TP tambahan pada
yang dilakukan pada area – area V
19 WBS
representatif
        bersangkutan
Menjadi
TP •  Melakukan soil improvement pada area tambahan pada
V
20 paket pekerjaan WBS
        bersangkutan
•  Menyediakan kontingensi waktu untuk
TP
kegiatan investigasi kondisi tanah setelah V Item
21
award kontrak         manajerial
Item
TP •  Menugaskan tim teknis/geoteknik yang manajerial/mas
V V
22 kompeten ukan pada
      RKS
Item
TP •  Melakukan klasifikasi dan pelatihan yang manajerial/mas
V V
23 tepat terhadap para pekerja ukan pada
      RKS
Item
TP manajerial/mas
•  Membuat prosedur pelaksanaan V V
24 ukan pada
      RKS
TP •  Melaksanakan audit sistem mutu V     V   Item
25 manajerial/mas
ukan pada
12 UNIVERSITAS INDONESIA
KO TINDAKAN PREVENTIVE (Hasil Pattern Kelompok Keterangan
DE Recognition) 1 2 3 4 5
RKS
Item
TP manajerial/mas
•  Menugaskan supervisor yang kompeten V V
26 ukan pada
      RKS

Tabel 5 Pemetaan Pengelompokan Tindaka Korektif terhadap Risiko


KELOMPOK
KODE TINDAKAN KOREKTIF KETERANGAN
1 2 3 4 5
•  Identifikasi keterkaitan desain
TK1 terhadap rencana jalur aktivitas V        
kritis. Item manajerial
•  Mempersiapkan dan membuat
TK2 ketentuan antisipasi yang V        
disepakati oleh stakeholder Item manajerial
•  Menyesuaikan prioritas dan
TK3 V        
prasyarat sesuai dengan milestone Item manajerial
•  Persiapkan secara teratur kritik
jadwal/ laporan CPM untuk
ditinjau tim proyek dan
TK4 V        
manajemen untuk menjadi alat
kerja dan diskusi dalam
mengambil keputusan Item manajerial
•  Melakukan rapat evaluasi
bersama dengan stakeholder Item
TK5 V     V  
terkait untuk memastikan manajerial/Masukan
perbaikan desain pada RKS
•  Mengganti subkontraktor
TK6 V        
dengan segera Item manajerial
•  Take Over Pekerjaan dari
TK7 V        
subkontraktor yang tidak perform Item manajerial
•  Melakukan pembinaan terhadap
TK8 V        
subkontraktor Item manajerial
•  Menambah personil dalam
mempersiapkan dokumen
TK9 pengadaan terhadap subkontraktor V     V   Item
untuk mengejar ketertinggalan manajerial/Masukan
waktu rencana pada RKS
Item
manajerial/Masukan
•  Melakukan peninjauan dan pada
TK10 evaluasi terhadap metode yang V V V V   RKS/Tambahan
relevan pada elemen WBS
lain dan yang
bersangkutan
13 UNIVERSITAS INDONESIA
KELOMPOK
KODE TINDAKAN KOREKTIF KETERANGAN
1 2 3 4 5
•  Melakukan peninjauan terhadap
status progress proyek untuk
TK11 dapat dilakukan tindakan V        
percepatan (Fast Track &
Crashing) pada jalur kritis Item manajerial
•  Memulai prosedur yang
diperlukan segera untuk
mengidentifikasi dan menyiapkan
TK12 V        
proposal kerja untuk mendapatkan
persetujuan pekerjaan secara
cepat. Item manajerial
•  Evaluasi terhadap kondisi hasil
investigasi yang mempengaruhi
TK13 V        
rencana proyek (melakukan
replanning) Item manajerial
•  Evaluasi terhadap perencanaan
TK14 V        
pelaksanaan proyek Item manajerial
•  Melakukan rotasi terhadap tim
TK15 proyek terhadap metode V        
konstruksi tertentu Item manajerial
•  Menggunakan masukan para
ahli untuk medapatkan solusi
TK16 V        
prosedur aplikatif dengan
konstrain waktu Item manajerial
•  Mengadakan Rapat berkala
TK17 untuk memperoleh masukan dari V        
pihak – pihak proyek Item manajerial
•  Melakukan koordinasi
TK18 V        
pengiriman dengan vendor Item manajerial
•  Mempercepat pendatanganan
TK19 V        
material Item manajerial
•Membuat penyesuaian
TK20 V        
penggunaan sumber daya material Item manajerial
TK21 •  Memajukan jadwal pengiriman V         Item manajerial
TK22 •  Mencari alternatif jalan lain V         Item manajerial
•  Membuat jadwal pengiriman
TK23 V        
baru Item manajerial
•  Melakukan koordinasi waktu
TK24 V        
pengiriman dengan pihak terkait Item manajerial
TK25 •  Menambah alat yang ideal V         Item manajerial

Pembahasan
Dari analisis yang telah dilakukan ditemukan bahwa penyusunan WBS tergantung pada
metode atau pilihan desain. Metode atau pilihan desain harus ditetapkan terlebih dahulu

14 UNIVERSITAS INDONESIA
untuk dapat merinci aktivitas hingga sumber daya. Maka alternatif metode atau desain
bukan merupakan hirarki dalam struktur WBS, namun sebagai penentu untuk merinci
aktivitas. Terkait dengan kinerja mutu proyek, kesesuaian dengan spesifikasi kualitas
merupakan pengukuran penting kinerja dari setiap proyek konstruksi (Jha & Iver, 2006).
Dari validasi terhadap pakar pada penelitian ini juga didapatkan bahwa beberapa
variabel risiko yang cukup sering terjadi pada pekerjaan bandar udara.
Risiko-risiko dominan dianalisis terhadap Penyebab, Dampak, Tindakan Preventif dan
Tindakan Korektif yang ditemukan dari tahapan penelitian sebelumnya dapat
menghasilkan tambahan atau rekomendasi aktivitas untuk melengkapi WBS standar.
Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa penerapan respon risiko yang dihasilkan
untuk pengembangan WBS standar ini menjadi keputusan pelaksana proyek yang
dipengaruhi oleh kebijakan perusahaan dan kondisi proyek, sehingga hasil
pengembangan dalam penelitian ini berupa rekomendasi yang dapat menjadi
pertimbangan pelaksana proyek atau kontraktor utama. Berikut adalah pembahasan
untuk pengelompokan respon kegiatan dengan rekomendasinya terhadap pengembangan
WBS
1. Tambahan pada manajemen
Tambahan item manajerial sesuai validasi dari pakar merupakan item-item berupa
aktivitas atau kegiatan yang diperlukan untuk menjalankan proyek atau respon risik
yang berkaitan dengan tata kelola kegiatan proyek dari tahap awal perencanaan hingga
pelaksanaan proyek.
2. Tambahan pada WBS lain
Respon risiko juga dapat berupa kegiatan atau item pekerjaan yang menjadi tambahan
pada elemen WBS lain, yaitu sub-pekerjaan atau WBS level 4 selain pekerjaan yang
bersangkutan yang masih dalam WBS pekerjaan bandar udara, maupun selain WBS
bandar udara seperti tambahan untuk WBS pekerjaan persiapan/preliminary, struktur,
atau M/E. Hasil respon risiko pada penelitian ini banyak yang terindikasi dapat
direkomendasi menjadi tambahan untuk WBS persiapan/preliminary, yaitu berupa
infrastruktur atau sarana prasarana yang sifatnya fasilitas penunjang kegiatan secara
operasional, atau jika kegiatan organisasional proyek berupa manajerial ternyata turut
dipertimbangkan masuk ke dalam WBS persiapan/preliminary untuk overhead, hal ini
tergantung pada kebijakan akuntansi atau penganggaran biaya perusahaan.

15 UNIVERSITAS INDONESIA
3. Tambahan elemen WBS yang bersangkutan
Respon risiko dapat menjadi tambahan pada elemen WBS yang bersangkutan, hal ini
terkait dengan kebijakan perusahaan atau organisasi mengenai sejauh mana ingin
mengendalikan pekerjaan. Beberapa pertimbangan bagaimana suatu perusahaan atau
organisasi dapat memutuskan respon risiko menjadi tambahan elemen WBS, antara lain
apabila respon risiko merupakan item yang spesifik untuk pekerjaan tertentu sehingga
harus selalu dikerjakan, dan respon risiko memiliki persentase biaya yang besar dalam
pekerjaan. Sehingga keputusan ini dapat berbeda-beda tergantung dengan kondisi
proyek tersebut.
4. Tambahan pada persyaratan pekerjaan
Respon risiko dapat menjadi tambahan pada persyaratan pekerjaan, yang dapat
dimasukkan ke dalam Instruksi Kerja, RKS, atau kontrak. Hal ini terkait dengan
kebijakan perusahaan atau organisasi mengenai sejauh mana ingin mengendalikan
pekerjaan. Beberapa pertimbangan bagaimana suatu perusahaan atau organisasi dapat
memutuskan respon risiko menjadi persyaratan pekerjaan, antara lain jika respon risiko
mempengaruhi sumber daya namun hanya terjadi pada kondisi tertentu sehingga respon
resiko juga tidak memiliki persentase dari segi biaya yang terlalu besar sehingga cukup
dimasukkan pada Instruksi Kerja, atau jika pekerjaan dialihkan kepada pihak lain
(subkontraktor) sehingga pelaksana hanya perlu memastikan bahwa item pembentuk
harga pada pekerjaan dilaksanakan dengan pertimbangan respon risiko tersebut.
5. Mempengaruhi koefisien WBS
Respon risiko juga dapat mempengaruhi koefisien dalam struktur WBS Sumber Daya.
Koefisien pada material berkaitan dengan waste material dan komposisi bahan,
koefisien pada alat berkaitan dengan kapasitas alat, dan koefisien pada tenaga kerja
berkaitan dengan produktivitas pekerja.
Dari hasil validasi ini juga diketahui bahwa penerapan respon risiko yang dihasilkan
untuk pengembangan WBS standar ini menjadi keputusan pelaksana proyek yang
dipengaruhi oleh kebijakan perusahaan dan kondisi proyek, sehingga hasil
pengembangan dalam penelitian ini berupa rekomendasi yang dapat menjadi
pertimbangan pelaksana proyek atau kontraktor utama.

Kesimpulan

16 UNIVERSITAS INDONESIA
Pada Bab ini peneliti mencoba menarik kesimpulan dari hasil penelitian ini, bahwa
tujuan penelitian ini adalah untuk menjadi salah satu solusi terhadap fenomena
keterlambatan pelaksanaan konstruksi Bandar udara. Hal ini didukung oleh fakta –
fakta pada media cetak di latar belakang penelitian ini terhadap keterlambatan
pengerjaan proyek Bandar udara dari waktu yang direncanakan. Hal ini tentu
karena terjadi kekurangan dalam manajemen proyek, salah satunya dalam
menentukan lingkup pekerjaan. Informasi dalam menentukan lingkup pekerjaan
adalah dari BoQ proyek dan RKS sebagai persyaratan pekerjaan, sehingga dengan
dilakukannya pengembangan standar ini, diharapkan pelaku konstruksi dan pemilik
proyek mendapatkan pemahaman yang lebih jelas terhadap Bandar udara, sehingga
kinerja perencanaan dan pelaksanaan diharapkan lebih baik.
Risiko yang diidentifikasi yang berpengaruh terhadap kinerja waktu adalah
berdasarkan jalur kritis proyek. Para pakar sepakat bahwa jalur kritis pelaksanaan
Bandar udara baru adalah sebagai berikut :
a. Fasilitas Darat
1. Bangunan terminal penumpang
2. Bangunan Cargo
3. Bangunan operasional penerbangan
b. Fasilitas Udara
1. Pekerjaan Ground Improvement
2. Mekanikal dan Elektrikal Bandara
Dalam perjalanan penelitian, terdapat keterbatasan lingkup penelitian, terutama
pada jenis proyek Bandar udara. Proyek Bandar udara sendiri memiliki dua
karakteristik berbeda dalam implementasinya yaitu :
a. Pembangunan Bandar udara baru
b. Pembangunan pengembangan fasilitas bandara yang sedang beroperasi
Perbedaan ini terdapat padak kriteria pelaksanaan yang sungguh berbeda antara
pembangunan Bandar udara baru dengan pengembangan fasilitas yang sedang
beroperasi terutama pada pada waktu pekerjaan yang harus mengikuti operasi
bandara dan system keselamatan Bandar udara. Hal ini akan merubah bentuk WBS.
Fungsi WBS yang distandarisasi
Berdasarkan fenomena yang telah dijelaskan yaitu :

17 UNIVERSITAS INDONESIA
1. WBS jarang dibuat dalam bentuk yang formal
2. WBS yang tidak dibuat secara formal akan membuat estimasi biaya menjadi kurang
akurat karena terfokus kepada item pada Bill of Quantity, hal ini dapat membuat
kinerja proyek terganggu dan mengakibatkan kinerja tertunda akibat ketidasesuaian
biaya terhadap tugas – tugas yang terlewatkan.
3. Pekerjaan yang tidak masuk Bill of Quantity menjadi tidak termasuk ke dalam
penjadwalan proyek, hal ini juga berdampak kepada tidak terhitungnya pekerjaan
yang tidak masuk Bill of Quantity dan penjadwalan tidak dikembangkan
sepenuhnya
4. Banyak terdapat ketidakpahaman yang dimiliki oleh pemimpin proyek dalam
menentukan tugas – tugas penting dalam menyelesaikan paket pekerjaan sehingga
membuat identifikasi sumber daya dan penjadwalannya tidak akurat.
5. Terjadinya miskomunikasi dan koordinasi yang tidak baik banyak terjadi bukan
hanya tidak melakukan rapat berkala (manajemen komunikasi) namun karena
ketidasepahaman terhadap lingkup oleh berbagai pihak proyek (stakeholder) yang
diakibatkan buruknya entri manajemen komunikasi yaitu lingkup proyek.

Penelitian ini mengisi kekurangan yang terdapat fenomena yaitu mengembangkan


bagaimana bentuk WBS yang standar yang dikembangkan melalui analisa – analisa
kesesuian lingkup bandar udara dari berbagai data Bill of Quantity proyek, RKS dan
Undang – undang yang ditetapkan oleh pemerintah dalam mengawasi kegiatan
pembangunan bandar udara. Dan dari hasil penelitian ini telah disetujui oleh para pakar
sebagai bentuk validasi yaitu sebagai berikut :

1. WBS yang dikembangkan mampu menghasilkan pengelolaan hingga kepada level


sumber daya (resource).
2. WBS yang dikembangkan dapat menyamakan persepsi stakeholder terhadap
lingkup pekerjaan infrastruktur sehingga terdapat kesesuaian pada implementasi
proyek dari sisi owner, perencana dan pelaksana proyek sehingga meminimalisir
kegagalan manajemen komunikasi.
3. WBS yang dikembangkan menjadi informasi formal yang dapat digunakan dalam
penjadwalan yang mana telah menampung semua lingkup bandara.

18 UNIVERSITAS INDONESIA
4. Memberikan perspektif pendefinisian item kerja antar pihak yang sama karena
mengacu kepada WBS yang distandarisasi sehingga sama dalam menentukan jalur
kritis.
5. WBS yang dibentuk dalam bentuk formal membuat identifikasi risiko menjadi lebih
baik.
6. Aktivitas penting tidak terlewat. Hal ini karena telah dilakukannya pemecahan
yang logis terhadap tugas – tugas dalam proyek berdasarkan data BoQ, RKS, dan
Peraturan Pemerintah dan divalidasi oleh ahli konstruksi bandar udara.
7. Memberikan masukan kepada pemimpin proyek dalam menentukan tugas – tugas
penting dalam menyelesaikan paket pekerjaan sehingga membuat identifikasi
sumber daya dan sehingga penjadwalannya menjadi lebih akurat.

8. Terjadinya komunikasi dan koordinasi yang baik karena kesepahaman terhadap


lingkup oleh berbagai pihak proyek (stakeholder) . Masukan untuk manajemen
komunikasi adalah lingkup proyek di dalam rencana manajemen proyek.

Saran
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi inisiasi untuk pengembangan penelitian
lainnya dalam wilayah Bandar udara. Terutama meneliti mengenai karakteristik
risiko yang terjadi pada pembangunan pengembangan fasilitas pada Bandar udara
yang sedang beroperasi. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penentuan
koefisien produktivitas terkait WBS berdasarkan metode dan resource yang
digunakan. Penelitian ini masih membahas mengenai risiko negatif, untuk
selanjutnya dapat dilakukan penelitian yang membahas risiko positif Untuk hasil
respon risiko yang lebih efektif diperlukan analisis penilaian risiko tahap 2
(menganalisis penurunan rating frekuensi dan dampak akibat respon risiko).

Daftar Referensi
Abdelnaser O., Peter J.N., Mahmood A., Hussin A., and A H. Aziz. (2005). Causes of
construction delays: case studies in Langkawi Island, Malaysia, Paper presented
at International Conference on built environmental in Kuala Lumpur, Malaysia,
organized by University of Malaya.

19 UNIVERSITAS INDONESIA
Aibinu, A. A. and Jagboro, G. O. (2002). The effects of Construction Delays on Project
Delivery in Negerian Construction Industry. International Journal of Project
Management, Elsevier, 20, 593-599.

Abedi, M., Fathi, M. S. & Mohammad, M. F. (2011). Major Mitigation Measures for
Delays in Construction Projects. The First Iranian Students Scientific
Conference in Malaysia, 9 & 10 Apr 2011, UPM, Malaysia

Assaf, S., & Al-Hejji, S. (2006). Causes of delay in large construction projects.
International Journal of Project Management 24, 349–357.

Billows, Dick. (2015). Project Scheduling, Work Breakdown Structure. 4PM Project
Management Certification and Training. https://4pm.com/2015/10/10/work-
breakdown-structure/.

Handbook, N. W. (1994). Work Breakdown Structure Reference Guide

Haugan, G. (2002). Effective Work Breakdown Structures. Management Concepts.

Jung, Y., Moon, B.-S., Yun-Myung, K., & Woojoong, K. (2015). Integrated Cost and
Schedule Control Systems for Nuclear Power Plant Construction. Hindawi
Publishing Corporation Science and Technology of Nuclear Installation.

Kesavan, M, Gobidan2, N. N, and Dissanayake, P. B. G. (2015). Planning & Mitigation


Methods to Reduce the Project Delays in Sri Lankan Civil Engineering
Construction Industries. 6th International Conference on Structural Engineering
and Construction Management.

Koo, B., & Fischer, M. (2003). Formalization of Construction Sequencing Contraints


for Rapid Generation of Schedule Alternatives. Center for Integrated Facility
Engineering.

Kumaraswamy, M.M., & Chan, D. W. M. (1998), Contributors to construction delays,


Construction Management and Economics, Vol.16(1), p.17-29

Lai, S. T. (2014). A WBS-Based Plan Chengeability Measurement Model for Reducing


Software Project Change Risk. Lecture Notes on Software Engineering, Vol. 2,
No. 1.

Lanford, H., & Mc Cann, T. (1983). Effective Planning and Control of Large Projects -
Using Work Breakdown Structure. Pergamon Press.

Li, D., & Lu, M. (2015). Automated Generation of Work Breakdown Structure and
Network Model for Earthwork Project Planning : A Flow Network-Based
Optimization Approach. Construction Egineering Mangement.

20 UNIVERSITAS INDONESIA
Mate, R. M., Hinge, G. A. (2015). Delay Mitigation in the Construction Industry.
International Journal of Engineering Research & Technology (IJERT) ISSN:
2278-0181 Vol. 4.

21 UNIVERSITAS INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai