Anda di halaman 1dari 13

KLASIFIKASI JALAN

Jalan adalah saranan transportasi yang sangat dibutuhkan manusia untuk menuju suatu
wilayah yang terpisahkan oleh jarak. Pada dasarnya jalan dapat diklasifikasikan menurut:
1. Fungsi Jalan
Klasifikasi menurut fungsi jalan terbagi atas:

a. Jalan Arteri
Jalan Arteri adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan
jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.

b. Jalan Kolektor
Jalan Kolektor adalah jalan yang melayani angkutan pngumpul/pembagi dengan ciri-
ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk
dibatasi.

c. Jalan Lokal
Jalan Lokal adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri oerjalanan
jarak dekat,kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

2. Kelas Jalan
Klasifikasi menurut kelas jalan erkaitan dengan kemampuan jalan untuk menerima beban
lalu lintas dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST) dalam satuan ton.
Klasifikasi menurut kelas jalan dan ketentuannya serta kaitannya dengan klasifikasi
menurut fungsi jalan dapat dilihat pada gambar dibawah

Keseragaman kondisi medan yang diproyeksikan harus mempertimbangkan keseragaman


kondisi medan menurut rencana trase jalan dengan mengabaikan perubahan-perubahan

1
pada bagian kecil dari segmen rencana jalan tersebut.

3. Medan Jalan
Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar kemiringan medan yang
diukur tegak lurus garis kontur.
Klasifikasi menurut medan jalan untuk perencanaan geometrik dapat dilihat dalam gambar
dibawah

4. Wewenang Pembinaan Jalan


Klasifikasi jalan menurut wewenang pembinaanya sesuai PP. No.26/1985 adalah jalan
Nasional, Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten/Kotamadya, Jaln Desa, dan Jalan Khusus.

Sumber : http://matakuliahteknik.blogspot.com/2010/04/klasifikasi-jalan.html

Jenis-jenis Jalan Arteri, Kolektor, dan Jalan Lokal


a) Jalan Arteri Primer
Jalan arteri primer menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan nasional atau
antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah. Sistem jaringan jalan primer

2
disusun berdasarkan rencana tata ruang dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul
jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan sebagai berikut:
1. menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah, pusat
kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan lingkungan; dan
2. menghubungkan antarpusat kegiatan nasional, sebagai contoh Jalur Pantura yang
menghubungkan antara Sumatera dengan Jawa di Merak, Jakarta, Semarang, Surabaya
sampai dengan Banyuwangi merupakan arteri primer.

Karakteristik Jalan Arteri Primer


Karakteristik jalan arteri primer adalah sebagai berikut :
• Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 (enam puluh)
kilometer per jam (km/h).
• Lebar Daerah Manfaat Jalan minimal 11 (sebelas) meter.
• Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien; jarak antar jalan masuk/akses langsung minimal
500 meter, jarak antar akses lahan langsung berupa kapling luas lahan harus di atas 1000 m2,
dengan pemanfaatan untuk perumahan.
• Persimpangan pada jalan arteri primer diatur dengan pengaturan tertentu yang sesuai
dengan volume lalu lintas dan karakteristiknya.
• Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu lalu lintas, marka jalan,
lampu lalu lintas, lampu penerangan jalan, dan lain-lain.
• Jalur khusus seharusnya disediakan, yang dapat digunakan untuk sepeda dan kendaraan
lambat lainnya.
• Jalan arteri primer mempunyai 4 lajur lalu lintas atau lebih dan seharusnya dilengkapi
dengan median (sesuai dengan ketentuan geometrik).
• Apabila persyaratan jarak akses jalan dan atau akses lahan tidak dapat dipenuhi, maka pada
jalan arteri primer harus disediakan jalur lambat (frontage road) dan juga jalur khusus untuk
kendaraan tidak bermotor (sepeda, becak, dll).

b) Jalan Arteri Sekunder


Jalan arteri sekunder adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan
jarak jauh kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi seefisien,dengan
peranan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat dalam kota. Didaerah perkotaan juga
disebut sebagai jalan protokol.

Ciri Jalan Arteri Sekunder :


• Jalan arteri sekunder menghubungkan : kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu,
antar kawasan sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua,
dan jalan arteri/kolektor primer dengan kawasan sekunder kesatu.
• Jalan arteri sekunder dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30 (tiga
puluh) km per jam.
• Lebar badan jalan tidak kurang dari 8 (delapan) meter.
• Lalu lintas cepat pada jalan arteri sekunder tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.
• Akses langsung dibatasi tidak boleh lebih pendek dari 250 meter.
• Kendaraan angkutan barang ringan dan bus untuk pelayanan kota dapat diizinkan melalui
jalan ini.
• Persimpangan pads jalan arteri sekunder diatur dengan pengaturan tertentu yang sesuai
dengan volume lalu lintasnya.
• Jalan arteri sekunder mempunyai kapasitas same atau lebih besar dari volume lalu lintas
rata-rata.

3
• Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak dizinkan
pada jam sibuk.
• Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu, marka, lampu pengatur
lalu lintas, lampu jalan dan lain-lain.
• Besarnya lala lintas harian rata-rata pada umumnya paling besar dari sistem sekunder yang
lain.
• Dianjurkan tersedianya Jalur Khusus yang dapat digunakan untuk sepeda dan kendaraan
lambat lainnya.
• Jarak selang dengan kelas jalan yang sejenis lebih besar dari jarak selang dengan kelas jalan
yang lebih rendah.

c) Jalan Kolektor Primer


Jalan kolektor primer adalah jalan yang dikembangkan untuk melayani dan menghubungkan
kota-kota antar pusat kegiatan wilayah dan pusat kegiatan lokal dan atau kawasan-kawasan
berskala kecil dan atau pelabuhan pengumpan regional dan pelabuhan pengumpan lokal.

Ciri jalan Kolektor Primer :


• Jalan kolektor primer dalam kota merupakan terusan jalan kolektor primer luar kota.
• Jalan kolektor primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan arteri primer.
• Jalan kolektor primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 (empat
puluh) km per jam.
• Lebar badan jalan kolektor primer tidak kurang dari 7 (tujuh) meter.
• Jumlah jalan masuk ke jalan kolektor primer dibatasi secara efisien. Jarak antar jalan
masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 400 meter.
• Kendaraan angkutan barang berat dan bus dapat diizinkan melalui jalan ini.
• Persimpangan pada jalan kolektor primer diatur dengan pengaturan tertentu yang sesuai
dengan volume lalu lintasnya.
• Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari volume lalu
lintas rata-rata.
• Lokasi parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak diizinkan pada jam
sibuk.
• Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu lalu lintas, marka jalan,
lampu lalu lintas dan lampu penerangan jalan.
• Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih rendah dari jalan arteri primer.
• Dianjurkan tersedianya Jalur Khusus yang dapat digunakan untuk sepeda dan kendaraan
lambat lainnya.

d) Jalan Kolektor Sekunder


Jalan kolektor sekunder adalah jalan yang melayani angkutan pengumpulan atau pembagian
dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk
dibatasi, dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat di dalam kota.

Ciri Jalan Kolektor Sekunder :


• Jalan kolektor sekunder menghubungkan: antar kawasan sekunder kedua, kawasan sekunder
kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
• Jalan kolektor sekunder dirancang berdasarken keoepatan rencana paling rendah 20 (dua
puluh) km per jam.
• Lebar badan jalan kolektor sekunder tidak kurang dari 7 (tujuh) meter.
• Kendaraan angkutan barang berat tidak diizinkan melalui fungsi jalan ini di daerah
pemukiman.

4
• Lokasi parkir pada badan jalan-dibatasi.
• Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup.
• Besarnya lalu lintas harian rata-rata pads umumnya lebih rendah dari sistem primer dan
arteri sekunder.

e) Jalan Lokal Primer


Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan
nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan
lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan
lingkungan, serta antarpusat kegiatan lingkungan.

Ciri Jalan Lokal Primer :


• Jalan lokal primer dalam kota merupakan terusan jalan lokal primer luar kota.
• Jalan lokal primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan primer lainnya.
• Jalan lokal primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua puluh)
km per jam.
• Kendaraan angkutan barang dan bus dapat diizinkan melalui jalan ini.
• Lebar badan jalan lokal primer tidak kurang dari 6 (enam) meter.
• Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling rendah pada sistem primer.

f) Jalan Lokal Sekunder


Jalan lokal sekunder ajavascript:void(0)dalah menghubungkan kawasan sekunder kesatu
dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga
dan seterusnya sampai ke perumahan.

Ciri Jalan Lokal Sekunder :


• Jalan lokal sekunder menghubungkan: antar kawasan sekunder ketiga atau dibawahnya,
kawasan sekunder dengan perumahan.
• Jalan lokal sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 (sepuluh) km
per jam.
• Lebar badan jalan lokal sekunder tidak kurang dari 5 (lima) meter.
• Kendaraan angkutan barang berat dan bus tidak diizinkan melalui fungsi jaIan ini di daerah
pemukiman.
• Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling rendah dibandingkan dengan
fungsi jalan yang lain.

Sumber : http://listiyonobudi.blogspot.com/2011/05/jenis-jenis-jalan-arteri-kolektor-dan.html

Jaringan Jalan
Jaringan jalan merupakan satu kesatuan sistem terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan
sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan hirarki.

5
Beberapa system jaringan jalan :
1. Sistem Jaringan Jalan Primer
 Sistem jaringan jalan primer disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang dan
struktur pengembangan wilayah tingkat nasional, yang menghubungkan simpul-
simpul jasa distribusi.
 Jaringan jalan primer menghubungkan secara menerus kota jenjang kesatu, kota
jenjang kedua, kota jenjang ketiga, dan kota jenjang dibawahnya sampai ke persil
dalam satu satuan wilayah pengembangan. Jaringan jalan primer menghubungkan
kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kesatu antar satuan wilayah pengembangan.
Jaringan jalan primer tidak terputus walaupun memasuki kota. Jaringan jalan primer
harus menghubungkan kawasan primer. Suatu ruas jalan primer dapat berakhir pada
suatu kawasan primer. Kawasan yang mempunyai fungsi primer antara lain: industri
skala regional, terminal barang/pergudangan, pelabuhan, bandar udara, pasar induk,
pusat perdagangan skala regional/ grosir.
 Jalan Arteri Primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang ke satu dengan
kota jenjang kesatu yang terletak berdampingan atau menghubungkan kota jenjang
kesatu dengan kota jenjang kedua.
 Jalan Kolektor Primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan
kota jenjang kedua atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang
ketiga.
 Jalan Lokal Primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu dengan
persil atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan persil atau menghubungkan
kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga, kota jenjang ketiga dengan kota
jenjang dibawahnya, kota jenjang ketiga dengan persil, atau kota dibawah jenjang
ketiga sampai persil.
 Yang dimaksud dengan kota jenjang kesatu ialah kota yang berperan melayani
seluruh satuan wilayah pengembangannya, dengan kemampuan pelayanan jasa yang
paling tinggi dalam satuan wilayah pengembangannya serta memiliki orientasi keluar
wilayahnya.

2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder


 Sistem jaringan jalan sekunder disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang
kota yang menghubungkan kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi
sekunder ke satu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga dan seterusnya
sampai ke perumahan.
 Jalan Arteri Sekunder menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder
kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder
kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder
kedua.
 Jalan Kolektor Sekunder menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan
sekunder kedua atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan
sekunder ketiga.
 Kawasan Sekunder adalah kawasan kota yang mempunyai fungsi sekunder. Fungsi
sekunder sebuah kota dihubungkan dengan pelayanan terhadap warga kota itu sendiri

6
yang lebih berorientasi ke dalam dan jangkauan lokal. Fungsi ini dapat mengandung
fungsi yang terkait pada pelayanan jasa yang bersifat pertahanan keamanan yang
selanjutnya disebut fungsi sekunder yang bersifat khusus.
 Fungsi primer dan fungsi sekunder harus tersusun teratur dan tidak terbaurkan. Fungsi
primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua dan seterusnya terikat dalam
satu hubungan hirarki.
 Fungsi primer adalah fungsi kota dalam hubungannya dengan kedudukan kota sebagai
pusat pelayanan jasa bagi kebutuhan pelayanan kota, dan wilayah pengembangannya.
 Fungsi sekunder adalah fungsi kota dalam hubungannya dengan kedudukan kota
sebagai pusat pelayanan jasa bagi kebutuhan penduduk kota itu sendiri.

Menurut wewenang pembinaan jalan dikelompokkan menjadi jalan Nasional, Jalan


Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kotamadya dan Jalan Khusus.
a. Jalan Nasional
Yang termasuk kelompok jalan nasional adalah jalan arteri primer, jalan kolektor
primer yang menghubungkan antar ibukota propinsi, dan jalan lain yang mempunyai
nilai strategis terhadap kepentingan nasional. Penetapan status suatu jalan sebagai
jalan nasional dilakukan dengan Keputusan Menteri.
b. Jalan Propinsi
Yang termasuk kelompok jalan propinsi adalah:
i. Jalan kolektor primer yangmenghubungkan lbukota Propinsi dengan Ibukota
Kabupaten/Kotamadya.
ii. Jalan kolektor primer yang menghubungkan antar lbukota
Kabupaten/Kotamadya.
iii. Jalan lain yang mempunyai kepentingan strategis terhadap kepentingan
propinsi.
iv. Jalan dalam Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang tidak termasuk jalan
nasional.
Penetapan status suatu jalan sebagai jalan propinsi dilakukan dengan
Keputusan Menteri Dalam Negeri atas usul Pemerintah Daerah Tingkat I yang
bersangkutan, dengan memperhatikan pendapat Menteri.
c. Jalan Kabupaten
Yang termasuk kelompok jalan kabupaten adalah:
i. Jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan propinsi.
ii. Jalan lokal primer
iii. Jalan sekunder dan jalan lain yang tidak termasuk dalam kelompok jalan
nasional, jalan propinsi dan jalan kotamadya.
Penetapan status suatu jalan sebagai jalan kabupaten dilakukan dengan Keputusan
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, atas usul Pemerintah Daerah Tingkat II yang
bersangkutan.
d. Jalan Kotamadya
Yang termasuk kelompok jalan Kotamadya adalah jaringan jalan sekunder di dalam
kotamadya. Penetapan status suatu ruas jalan arteri sekunder dan atau ruas jalan
kolektor sekunder sebagai jalan kotamadya dilakukan dengan keputusan Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I atas usul Pemerintah Daerah Kotamadya yang bersangkutan.
Penetapan status suatu ruas jalan lokal sekunder sebagai jalan Kotamadya
dilakukandengan Keputusan Walikotamadya Daerah Tingkat II yang bersangkutan.

7
e. Jalan Khusus
Yang termasuk kelompok jalan khusus adalah jalan yang dibangun dan dipelihara oleh
instansi/badan hukum/perorangan untuk melayani kepentingan masing-masing.
Penetapan status suatu ruas jalan khusus dilakukan oleh instansi/badan
hukum/perorangan yang memiliki ruas jalan khusus tersebut dengan memperhatikan
pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum.

KRITERIA YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM MENETAPKAN


KLASIFIKASI FUNGSI JALAN
1. Jalan Arteri Primer
a. Jalan arteri primer dalam kota merupakan terusan jalan arteri primer luar kota.
b. Jalan arteri primer melalui atau menuju kawasan primer.
c. Jalan arteri primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60
km/jam.
d. Lebar badan jalan arteri primer tidak kurang dari 8 meter.
e. Lalu lintas jarak jauh pada jalan arteri primer adalah lalu-lintas regional. Untuk
itu, lalu lintas tersebut tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, dan lalu
lintas lokal, dari kegiatan lokal (Gambar 5).
f. Kendaraan angkutan barang berat dan kendaraan umum bus dapat diizinkan
melalui jalan ini.
g. Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi secara efisien. J arak antar jalan
masuk/akes langsung tidak boleh lebih pendek dari 500 meter.
h. Persimpangan pada jalan arteri primer diatur dengan pengaturan tertentu yang
sesuai dengan volume lalu lintasnya.
i. Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas
rata-rata.
j. Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih besar dari fungsi jalan
yang lain.
k. Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan seharusnya tidak diizinkan.
Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu, marka, lampu
pengatur lalu lintas, lampu penerangan jalan dan lain-lain.

2. Jalan Kolektor Primer


a. Jalan kolektor primer dalam kota merupakan terusan jalan kolektor primer luar
kota.
b. Jalan kolektor primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan arteri
primer.
c. Jalan kolektor primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40
(empat puluh) km per jam.
d. Lebar badan jalan kolektor primer tidak kurang dari 7 (tujuh) meter (Gambar 6).
e. Jumlah jalan masuk ke jalan kolektor primer dibatasi secara efisien. Jarak antar
jalan masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 400 meter.
f. Kendaraan angkutan barang berat dan bus dapat diizinkan melalui jalan ini.
g. Persimpangan pada jalan kolektor primer diatur dengan pengaturan tertentu yang
sesuai dengan volume lalu lintasnya.
h. Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari
volume lalu lintas rata-rata.
i. Lokasi parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak diizinkan
pada jam sibuk.

8
j. Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu, marka, lampu
pengatur lalu lintas dan lampu penerangan jalan.
k. Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih rendah dari jalan arteri
primer.
l. Dianjurkan tersedianya Jalur Khusus yang dapat digunakan untuk sepeda dan
kendaraan lambat lainnya.

3. Jalan Lokal Primer


a. Jalan lokal primer dalam kota merupakan terusan jalan lokal primer luar kota.
b. Jalan lokal primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan primer lainnya.
c. Jalan lokal primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20
(dua puluh) km per jam.
d. Kendaraan angkutan barang dan bus dapat diizinkan melalui jalan ini.
e. Lebar badan jalan lokal primer tidak kurang dari 6 (enam) meter
f. Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling rendah pada sistem
primer

4. Jalan Arteri Sekunder


a. Jalan arteri sekunder menghubungkan :
i. kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu.
ii. antar kawasan sekunder kesatu.
iii. kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.
iv. jalan arteri/kolektor primer dengan kawasan sekunder kesatu.
b. Jalan arteri sekunder dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30
(tiga puluh) km per jam.
c. Lebar badan jalan tidak kurang dari 8 (delapan) meter.
d. Lalu lintas cepat pada jalan arteri sekunder tidak boleh terganggu oleh lalu lintas
lambat.
e. Akses langsung dibatasi tidak boleh lebih pendek dari 250 meter.
f. Kendaraan angkutan barang ringan dan bus untuk pelayanan kota dapat diizinkan
melalui jalan ini.
g. Persimpangan pads jalan arteri sekunder diatur dengan pengaturan tertentu yang
sesuai dengan volume lalu lintasnya.
h. Jalan arteri sekunder mempunyai kapasitas same atau lebih besar dari volume lalu
lintas rata-rata.
i. Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak
dizinkan pada jam sibuk.
j. Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu, marka, lampu
pengatur lalu lintas, lampu jalan dan lain-lain.

5. Jalan Kolektor Sekunder


a. Jalan kolektor sekunder menghubungkan:
i. enter kawasan sekunder kedua.
ii. kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
b. Jalan kolektor sekunder dirancang berdasarken keoepatan rencana paling rendah
20 (dua puluh) km per jam.
c. Lebar badan jalan kolektor sekunder tidak kurang dari 7 (tujuh) meter.
d. Kendaraan angkutan barang berat tidak diizinkan melalui fungsi jalan ini di
daerah pemukiman.
e. Lokasi parkir pads badan jalan-dibatasi.

9
f. Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup.
g. Besarnya lalu lintas harian rata-rata pads umumnya lebih rendah dari sistem
primer dan arteri sekunder.
.
6. Jalan Lokal Sekunder
a. Jalan lokal sekunder menghubungkan:
i. enter kawasan sekunder ketiga atau dibawahnya.
ii. kawasan sekunder dengan perumahan.
b. Jalan lokal sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10
(sepuluh) km per jam.
c. Lebarbadan jalan lokal sekunder tidak kurang dari 5 (lima) meter
d. Kendaraan angkutan barang berat dan bus tidak diizinkan melalui fungsi jaIan ini
di daerah pemukiman.
e. Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling rendah dibandingkan
dengan fungsi jalan yang lain.

Sumber : http://binamarga.pu.go.id/referensi/nspm/panduan353.pdf

Klasifikasi Jalan Raya Menurut Fungsinya

10
1. Jalan Utama/ Jalan Primer
Jalan Raya Utama adalah jalan raya yang melayani lalu lintas yang tinggi (kendaraan berat)
antara kota-kota yang penting atau antara pusat-pusat produksi dan pusat-pusat eksport.

Adapun ciri-cirinya sebagai berikut :


• Dilalui oleh kendaraan berat > 10 ton, 10 ton adalah beban ganda.
• Dilalui oleh kendaraan dengan kecepatan tinggi (PR) > 80 km/jam.

2. Jalan Sekunder
Jalan Raya Sekunder ialah jalan raya yang melayani lalu lintas yang cukup tinggi, baik
kendaran ringan maupun berat antara kota-kota penting dan kota-kota yang lebih kecil,
serta melayani daerah-daerah di sekitarnya.

Adapun cirinya sebagai berikut :


• Kendaraan yang melaluinya yaitu kendaraan ringan <> 10 ton
• Dilalui oleh kendaraan dengan kecepatan sedang (40-80 km/jam).

3. Jalan Penghubung/ Jalan Lokal


Jalan penghubung adalah jalan keperluan aktivitas daerah yang sempit juga dipakai sebagai
jalan penghubung antara jalan-jalan dari golongan yang lama atau yang berlainan.

Fungsi jalan penghubung adalah untuk melayani lalu lintas yaitu memenuhi kebutuhan
aktivitas masyarakat setempat biasanya jalan perkotaan.

Adapun ciri-cirinya :
• Melayani semua jenis pemakai jalan, kendaraan ringan serta kendaraan berat namun
dibatasi dari pusat pemukiman ke pusat industri.
• Kecepatan kendaraan rendah (max. 60 km/jam).
• Banyak persimpangan jalan serta terdapat titik simpul sebagai pusat aktivitas masyarakat.

Sumber : http://azwaruddin.blogspot.com/2009/11/klasifikasi-jalan-raya-menurut.html

KLASIFIKASI JALAN DI INDONESIA

11
Klasifikasi jalan adalah pengelompokan jalan berdasarkan fungsi jalan, administrasi
pemerintahan dan berdasarkan muatan sumbu yang menyangkut dimensi dan berat
kendaraan. Penentu klasifikasi jalan terkait dengan besarnya volume lalu lintas yang
menggunakan jalan tersebut, besarnya kapasitas jalan, keekonomian dari jalan tesebut serta
pembiayaan pembangunan dan perawatan jalan.

Klasifikasi berdasarkan fungsi jalan


Jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan
local, dan jalan lingkungan. Klasifikasi fungsional ini seperti diangkat dari klasifikasi di
Amerika Serikat dan Canada. Di arteri masih ada freeway dan highway.

Klasifikasi jalan fungsional di Indonesia berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku


adalah :
1. Jalan arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan
cirri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk (akses)
dibatasi secara berdaya guna.
2. Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul
atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan
jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi.
4. Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

Klasifikasi berdasarkan administrasi pemerintahan

Pengelompokan jalan dimaksudkan untuk mewujudkan kepastian hukum penyelenggaraan


jalan sesuai dengan kewenangan Pemerintah dan pemerintah daerah. Jalan umum menurut
statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota,
dan jalan desa.

1. Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan
primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta
jalan tol.
2. Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antaribukota
kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
3. Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak
termasuk jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan,
antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat
kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah
kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
4. Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan
dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat
permukiman yang berada di dalam kota.

12
5. Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau
antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.

Klasifikasi berdasarkan muatan sumbu

Distribusi beban muatan sumbu ke badan jalan. Untuk keperluan pengaturan penggunaan dan
pemenuhan kebutuhan angkutan, jalan dibagi dalam beberapa kelas yang didasarkan pada
kebutuhan transportasi, pemilihan moda secara tepat dengan mempertimbangkan keunggulan
karakteristik masing-masing moda, perkembangan teknologi kendaraan bermotor, muatan
sumbu terberat kendaraan bermotor serta konstruksi jalan. Pengelompokkan jalan[4] menurut
muatan sumbu yang disebut juga kelas jalan, terdiri dari:

1. Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari
10 ton, yang saat ini masih belum digunakan di Indonesia, namun sudah mulai
dikembangkan diberbagai negara maju seperti di Prancis telah mencapai muatan
sumbu terberat sebesar 13 ton;
2. Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton, jalan
kelas ini merupakan jalan yang sesuai untuk angkutan peti kemas;
3. Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter,
ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang
diizinkan 8 ton;
4. Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang
tidak melebihi 12.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton;
5. Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 milimeter,
ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang
diizinkan 8 ton.

Sumber : http://simlalin-hubdat.web.id/jemtim/news/index/25

13

Anda mungkin juga menyukai