Anda di halaman 1dari 95

MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

DAFTAR PENYUSUN

• Muh. Yuzril Ihza B. • Andy Law Exaudy Simbolon


• Dony Tontiardo • Dewi Iswaratika
• Miftah Syahita Astriana • Dhimas Chandra Bagaskara
• Aisyah Zahra Riswanda • Felix
• Dea Sifana Ramadhina • Maria Emerald Nainggolan
• Ilham Akbar • Monalisa Pratiwi
• Muhammad Arief A. • Rayhan Erdyarahman
• Nisa Noor Amalia • Sitti Amallia Suhandini
• Syafiq Fatih Basalamah
• Umi Nihayah

i
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

LEMBAR REVISI

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Drs. Suprayogi, M.T.

NIK : 93640025-1

Jabatan : Dosen Pembina Laboratorium Fisika Dasar

Dengan ini menyatakan pelaksanaan Revisi Modul Fisika Dasar untuk Fakultas Teknik Elektro, telah
dilaksanakan dengan penjelasan sebagai berikut:

No Keterangan Revisi Tanggal Revisi Terakhir

ii
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Drs. Suprayogi, M.T.

NIK : 93640025-1

Jabatan : Dosen Pembina Laboratorium Fisika Dasar

Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa modul praktikum ini telah direview dan akan digunakan
untuk pelaksanaan praktikum di Semester Ganjil Tahun Akademik 2019/2020 di Laboratorium Fisika
Dasar Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom.

Bandung, Juni 2019

Dosen Pembina Laboratorium


Fisika Dasar

Drs. Suprayogi, M.T.


NIK 93640025-1

iii
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Visi dan Misi


Fakultas Teknik Elektro

VISI:

Menjadi fakultas unggul berkelas dunia yang berperan aktif pada pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi elektro serta fisika, berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

MISI:

1. Menyelenggarakan pendidikan tinggi dan pendidikan berkelanjutan berstandar


internasional.
2. Mengembangkan, menyebarluaskan, dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi bidang teknik telekomunikasi, teknik komputer, fisika teknik, dan elektroteknik,
serta bekerja sama dengan industri/institusi, guna meningkatkan kesejahteraan dan
kemajuan masyarakat.
3. Mengembangkan dan membina jejaring dengan perguruan tinggi dan industri terkemuka
dalam dan luar negeri dalam rangka kerjasama pendidikan dan penelitian.
4. Mengembangkan sumberdaya untuk mencapai keunggulan dalam pembelajaran,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

iv
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Visi dan Misi


Prodi S1 Teknik Elektro

VISI:

Menjadi program studi berstandar internasional dan menghasilkan sarjana berkeahlian


Sistem Elektronika, Sistem Kendali, atau Teknik Biomedika.

MISI:

1. Menyelenggarakan pendidikan berstandar internasional untuk menghasilkan lulusan


yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi Sistem Elektronika, Sistem Kendali, atau
Teknik Biomedika.
2. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi Sistem
Elektronika, Sistem Kendali, dan Teknik Biomedika yang diakui secara internasional
dengan melibatkan mahasiswa secara aktif.
3. Memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi Sistem Elektronika, Sistem Kendali, dan
Teknik Biomedika untuk kesejahteraan dan kemajuan peradaban bangsa.

v
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Visi dan Misi


Prodi S1 Teknik Telekomunikasi

VISI:

Menjadi Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi terkemuka di kawasan Asia Tenggara yang
mampu menghasilkan sarjana Teknik Telekomunikasi yang berkeahlian di bidang informasi
dan komunikasi, khususnya wireless communication, dan dapat mengikuti perkembangan
teknologi telekomunikasi.

MISI:

1. Menyelenggarakan proses pendidikan unggulan untuk menghasilkan lulusan yang


menguasai teknologi informasi dan telekomunikasi sesuai dengan kompetensi teknik
telekomunikasi.
2. Menyelenggarakan penelitian berkualitas internasional di bidang informasi dan
telekomunikasi dengan melibatkan mahasiswa secara aktif.
3. Menyelenggarakan pengabdian masyarakat dengan prinsip menyebarluaskan ilmu dan
teknologi hasil penelitian kepada masyarakat luas terutama dengan bekerjasama secara
sinergis dengan institusi akademis dan non akademis lain.

vi
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Visi dan Misi


Prodi S1 Teknik Fisika

VISI:

Menjadi Program Studi Fisika unggulan yang mampu menyediakan tenaga ahli berkualitas
dan berkompeten dalam pengelolaan industry infokom maupun industri lainnya.

MISI:

1. Menyelenggarakan tridharma Perguruan Tinggi dan layanan industri.


2. Mengembankan suasana akademis.
3. Pemberdayaan laboratorium.
4. Mengembangkan kurikulum sesuai kompetensi yang diharapkan pasar.
5. Meningkatkan kerjasama dengan institusi lain.

vii
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Visi dan Misi


Prodi S1 Sistem Komputer

VISI:

Menjadi Program Studi S1 Sistem Komputer berstandar internasional yang menghasilkan


lulusan dibidang komputer.

MISI:

1. Menyelenggarakan pendidikan yang berstandar internasional untuk menghasilkan


lulusan yang menguasai ilmu dan teknologi komputer.
2. Menyelenggarakan penelitian berkualitas internasioal di bidang Sistem Komputer
berbasis ilmu dan teknologi computer dengan melibatkan mahasiswa secara aktif.
3. Menjalankan pengabdian masyarakat dengan prinsip menyebarluaskan ilmu dan
teknologi computer hasil penelitian kepada masyarakat luas secara aktif.
4. Membekali mahasiswa ilmu dan pengetahuan yang praktis, agar mampu bekerja, dan
mengembangkan diri dan berwirausaha di bidang teknologi informasi dan komunikasi
khususnya bidang computer.

viii
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

ATURAN LABORATORIUM FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO


TELKOM UNIVERSITY

Setiap Mahasiswa Fakultas Teknik Elektro yang akan menggunakan Fasilitas Laboratorium, WAJIB
mematuhi Aturan sebagai berikut:
1. Menggunakan seragam resmi Telkom University, dan Membawa Kartu Tanda Mahasiswa (KTM)
yang masih berlaku.

2. Tidak berambut gondrong untuk mahasiswa.

3. Dilarang merokok, makan, dan minum di dalam ruangan. Membuang sampah pada tempatnya.

4. Dilarang menyimpan barang-barang milik pribadi di Laboratorium tanpa seijin Fakultas.

5. Dilarang menginap di Laboratorium tanpa seijin Fakultas.

6. Jam Kerja Laboratorium dan Ruang Riset adalah 06.30 WIB sampai 22.00 WIB.

7. Mahasiswa yang akan menggunakan Laboratorium dan atau ruang riset diluar jam kerja, harus
mengajukan ijin kepada Fakultas.

Dekan Fakultas Teknik Elektro


Bandung, Juni 2018

Dr. Bambang Setia Nugroho, S.T., M.T.

ix
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

DAFTAR ISI

DAFTAR PENYUSUN .................................................................................................................... i


LEMBAR REVISI........................................................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................................................. iii
Visi dan Misi .............................................................................................................................. iv
ATURAN LABORATORIUM FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO ........................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................................................... xii
TATA TERTIB UMUM PRAKTIKUM FISIKA DASAR ................................................................... xiii
PELAKSANAAN PRAKTIKUM ................................................................................................... xvii
PROSEDUR UMUM PRAKTIKUM ............................................................................................xviii
MODUL I : PENGUKURAN DAN ANGKA PENTING ...................................................................... 1
MODUL II : GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN .................................................................... 9
MODUL III : GERAK LURUS BERATURAN .................................................................................. 16
MODUL IV : MOMEN INERSIA .................................................................................................. 21
MODUL V : GERAK MELINGKAR BERATURAN I ........................................................................ 25
MODUL VI : GERAK MELINGKAR BERATURAN II ...................................................................... 28
MODUL VII : GERAK OSILASI .................................................................................................... 32
MODUL VIII : GERAK JATUH BEBAS .......................................................................................... 37
MODUL IX : RESONANSI GELOMBANG BUNYI ......................................................................... 42
MODUL X : KALIBRASI OSILOSKOP DAN OSILATOR ................................................................. 50
MODUL XI : SUPERPOSISI GETARAN HARMONIK SEJAJAR ...................................................... 54
MODUL XII : SUPERPOSISI GETARAN HARMONIK TEGAK LURUS ............................................ 61
DAFTAR NAMA ASISTEN PRAKTIKUM FISIKA DASAR PERIODE 2018-2019 ............................. 67
STRUKTUR ORGANISASI ........................................................................................................... 68

x
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 katrol dengan beban ............................................................................................ 12


Gambar 2.2 katrol dengan beban ............................................................................................ 12

Gambar 3.1 katrol dengan beban ............................................................................................ 18

Gambar 4.1 Katrol.................................................................................................................... 23

Gambar 5.1 Analisis Gerak Melingkar ..................................................................................... 27


Gambar 5.2 Perputaran Jarum Jam ......................................................................................... 28
Gambar 5.3 Perputaran Komedi Putar .................................................................................... 28
Gambar 5.4 Analisis gaya sentripetal ...................................................................................... 25

Gambar 6.1 Analisis Gaya Bejana Pipih ................................................................................... 29

Gambar 7.1 Bandul Fisis .......................................................................................................... 33


Gambar 7.2 Analisis percobaan osilasi .................................................................................... 35

Gambar 8.1 Rangkaian alat praktikum .................................................................................... 39

Gambar 9.1 Ilustrasi alat praktikum ........................................................................................ 44


Gambar 9.2 Gelombang berdiri pada pipa organa tertutup ................................................... 44
Gambar 9.3 Audio Frequency Generator ................................................................................. 45
Gambar 9.4 Ilustrasi alat praktikum ........................................................................................ 46

Gambar 10.1 Osiloskop........................................................................................................... 51


Gambar 10.2 Tampilan Osiloskop............................................................................................ 52

Gambar 11.1 Gelombang Pelayangan ..................................................................................... 56


Gambar 11.2 Gelambang Kompleks ........................................................................................ 56

Gambar 12.1 Elips Tidak Tegak dan Tegak .............................................................................. 63


Gambar 12.2 Lissajous ............................................................................................................. 63
Gambar 12.3 Langkah 1 membuat lissajous............................................................................ 65
Gambar 12.4 Langkah 2 membuat lissajous............................................................................ 65
Gambar 12.5 Langkah 3 membuat lissajous............................................................................ 66
Gambar 12.6 Langkah 4 membuat lissajous............................................................................ 66

xi
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Contoh Penulisan Angka Penting ............................................................................... 7


Tabel 1.2 Pengamataan Pengukuran ......................................................................................... 8

Tabel 2.1 Data pengamatan GLBB ........................................................................................... 13


Tabel 2.2 Percepatan GLBB dengan satu beban tambahan .................................................... 14
Tabel 2.3 Percepatan GLBB dengan dua beban tambahan ..................................................... 14

Tabel 3.1 Data pengamatan GLB ............................................................................................. 19


Tabel 3.2 Hasil pengamatan GLB ............................................................................................. 19

Tabel 5.1 Perbandingan Gerak Lurus dan Melingkar .............................................................. 26


Tabel 5.2 Data pada Percobaan Gaya Sentripetal Tali ............................................................ 26
Tabel 5.3 Pengamatan gaya ..................................................................................................... 27

Tabel 6.1 Data pada Percobaan Bejana Pipih .......................................................................... 30


Tabel 6.2 Hasil Pengamatan Percepatan Gravitasi .................................................................. 31

Gambar 7.1 Bandul Fisis .......................................................................................................... 33


Gambar 7.2 Analisis percobaan osilasi .................................................................................... 35

Tabel 8.1 Pengamatan GJB II ................................................................................................... 40


Tabel 8.2 Pengamatan GJB I .................................................................................................... 40
Tabel 8.4 Pengamatan GJB IV ................................................................................................. 40
Tabel 8. 3 Pengamatan GJB III.................................................................................................. 40

Tabel 9.1 Hasil pengamatan percobaan pertama ................................................................... 47


Tabel 9.2 Hasil pengamatan percobaan kedua ....................................................................... 47
Tabel 9.3 Hasil pengamatan percobaan ketiga ....................................................................... 47
Tabel 9.4 Regresi linear ........................................................................................................... 48

Tabel 10.1 Keterangan Tombol Osilator .................................................................................. 51


Tabel 10.2 Hasil Pengamatan percobaan SGH 1 ..................................................................... 53

Tabel 11.1 Hasil Pengamatan Percobaan Gelombang Pelayangan ......................................... 59


Tabel 11.2 Hasil Pengamatan Percobaan Gelombang Kompleks ........................................... 60

Tabel 12.1 Hasil pengamatan percobaan gelombang lissajous............................................... 64

xii
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

TATA TERTIB UMUM PRAKTIKUM FISIKA


DASAR TAHUN AKADEMIK 2019/2020

KEHADIRAN
1. Praktikan diwajibkan hadir tepat waktu sesuai jadwal yang telah ditentukan.
2. Toleransi keterlambatan adalah hingga Tes Awal selesai. Jika melebihi waktu yang
ditentukan praktikan tidak diperkenankan mengikuti praktikum.
3. Presentasi modul tidak ada waktu keterlambatan.

PERSENTASE PENILAIAN
Penilaian praktikum Fisika meliputi parameter parameter berikut,

Tugas Pendahuluan : 15 %
Tes Awal : 15 %
Praktikum : 40 %
Presentasi dan Jurnal : 30 %

Total : 100 %

PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Pada saat praktikum dilarang memakai jaket kecuali SAKIT.
2. Saat praktikum berlangsung dilarang menggunakan barang-barang yang tidak
berhubungan dengan praktikum. (gelang, cincin, perhiasan berlebihan dan
BARANG ELEKTRONIK) kecuali aksesoris keagamaan.
3. Praktikan dilarang mengoperasikan alat-alat praktikum sebelum mendapat instruksi
dari asisten jaga.
4. Selama pelaksaaan praktikum HP WAJIB DI SILENT, menerima panggilan atau
pesan dilakukan di luar ruangan praktikum dengan seizin asisten jaga.
5. Dilarang membuat keributan selama praktikum.
6. Tidak boleh makan di dalam ruangan praktikum.
7. Diperbolehkan minum di luar ruangan praktikum atas seizin asisten jaga.
8. Praktikan dan asisten wajib merapikan alat-alat praktikum setelah praktikum selesai.
9. Kehilangan dan kerusakan alat atas kesalahan praktikan menjadi tanggung jawab
praktikan.
10. Praktikan wajib mengikuti seluruh modul praktikum fisika. Jika tidak mengikuti
salah satu modul praktikum maka nilai praktikum yang tidak diikuti adalah NOL.
11. Segala sesuatu yang berhubungan dengan Lab. Fisika Dasar maupun Administrasi
Fisika Dasar harus memakai seragam resmi Universitas Telkom serta bersepatu full

xiii
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

cover dan menggunakan kaos kaki (minimal menutupi mata kaki).


12. Kepentingan mahasiswa yang berhubungan dengan praktikum Fisika Dasar
(asistensi) dapat dilayani pada Hari Senin -Sabtu DARI pukul 06.30 SAMPAI pukul
18.00 WLFD.
13. Pengurangan nilai terhadap praktikan tidak harus konfirmasi dan diperingatkan pada
praktikan yang bersangkutan dan dapat dilakukan asisten jaga atau rekomendasi dari
asisten lainnya.

Bagi praktikkan perempuan:


1. Wajib menggunakan rok panjang bahan (minimal semata kaki), tidak berbelah,
berwarna hitam/biru dongker (bukan chiffon dan jeans).
2. Tidak memperlihatkan lekukan tubuh (tidak transparan dan tidak ketat).
3. Bagi yang tidak berjilbab, rambut wajib diikat menggunakan karet rambut.
4. Tidak menggunakan atribut jurusan saat praktikum berlangsung.

Bagi praktikkan laki-laki:


1. Menggunakan celana bahan (bukan jeans atau chino) formal berwarna hitam/biru
dongker.
2. Rambut tidak boleh melebihi kerah baju, telinga, dan alis.
3. Rambut rapi tanpa bando atau kuncir rambut.
4. Tidak menggunakan atribut jurusan saat praktikum berlangsung.

Ketentuan seragam :
a. Senin : Kemeja Merah Telkom/Putih (kemeja wajib dimasukkan)
b. Selasa - Rabu : Kemeja Putih (kemeja wajib dimasukkan)
c. Kamis : Kemeja Bebas/Putih
d. Jumat : Kemeja Batik/Putih (no outer batik)
e. Sabtu : Kemeja Bebas/Putih
NB : kemeja harus berkerah panjang dan full kancing

KELENGKAPAN PRAKTIKUM
1. Kartu praktikum
Praktikan wajib membawa kartu praktikum selama mengikuti praktikum Fisika Dasar.
a) Kartu praktikum WAJIB di beri pas foto terbaru dan identitas. Ukuran foto
disesuaikan dengan ukuran yang tertera di kartu praktikum.
b) Kartu praktikum hanya diberikan SATU KALI SAJA setiap semester ajaran
2019/2020.
c) Jika kartu praktikum hilang, TANGGUNG JAWAB PRAKTIKAN
UNTUK MENGGANTINYA, yaitu membuat kartu praktikum serupa

xiv
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

dengan format yang sama dan jenis kertas yang sama.


d) Jika kartu praktikum tertinggal praktikan wajib mengambil terlebih dahulu.
Bila setelah tes awal berakhir, maka tidak diperkenankan mengikuti
praktikum.

2. Perlengkapan praktikum yang harus dibawa adalah kartu praktikum. Jika tidak
membawa dipersilahkan untuk melengkapi terlebih dahulu sesuai batas waktu yang
telah diberikan.

TUGAS PENDAHULUAN
1. TP dikerjakan pada buku berukuran A5 (sampul menggunakan kertas ABU-ABU
asturo / karton) dan wajib diberi sampul serta cover sesuai ketentuan. Apabila buku
TP hilang, dapat membuat buku baru dengan format yang sama.
2. Foto harus ditempel dan menggunakan kertas foto sesuai dengan ketentuan yang
tersedia.
3. Cover TP digunting mengikuti garis tepi yang sudah tersedia ( tidak lebih atau kurang dari
garis tepi). Ketentuan font serta isi dari cover mengikuti contoh yang sudah diberikan. Jika
tidak sesuai dengan ketentuan maka akan di kenakan diskon 50% nilai TP setiap
minggunya hingga cover sesuai.
4. Soal TP akan ditempel di mading Laboratorium Fisika Dasar.
5. Pengerjaan TP tidak menjadi syarat untuk mengikuti praktikum.
6. TP dikumpulkan secara serentak pada hari yang telah ditentukan oleh asisten,
bertempat di Laboratorium Fisika Dasar secara kolektif tiap kelas oleh perwakilan
kelas. Buku TP dimasukkan di dalam map plastik berdasarkan kelas masing-masing,
diberi identitas praktikan (Nama, NIM, Kelompok, dan Modul). Satu amplop untuk
masing-masing kelompok.
- Map biru = Teknik Elektro
- Map kuning = Teknik Fisika
- Map hijau = Teknik Komputer
- Map merah = Teknik Industri / Teknik Logistik
- Map bening/putih = Teknik Telekomunikasi
7. Keterlambatan pengumpulan TP akan berdampak pada pengurangan nilai TP.
Keterlambatan 0-10 menit pengurangan sebesar 50%, >10 menit nilai TP = 0.
8. TP dikerjakan dengan sesuai urutan soal dengan format soal jawab menggunakan
tinta pulpen berwarna hitam/biru.
9. Jika ada salah satu soal ataupun subsoal yang tidak dikerjakan, maka pengurangan nilai
TP= 50%.
10. Pengerjaan TP dengan format soal kemudian jawab. Jika tidak sesuai format,
pengurangan nilai sebesar 50%.
11. TP dilarang plagiat. Jika plagiat maka TP = 0.

xv
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

TES AWAL
1. Tes awal dilaksanakan selama 15 menit.
2. Tes awal tidak dapat diwakilkan.
3. Tidak ada waktu tambahan untuk pelaksanaan tes awal jika praktikan datang terlambat.
4. Dalam pelaksanaan tes awal praktikan dilarang berbuat curang dalam bentuk
apapun. Jika terjadi kecurangan nilai TES AWAL = 0.
5. Jika ada pertanyaan ditujukan langsung kepada asisten jaga.

JURNAL
1. Setiap praktikan WAJIB mengerjakan jurnal praktikum.
2. Jurnal dikerjakan pada kertas HVS (A4) dan wajib tulis tangan.
3. Jurnal dikumpulkan pada saat presentasi dan dijilid (warna bebas) per modul.
4. Pembuatan jurnal harus sesuai dengan format yang telah ditentukan.
5. Jurnal merupakan salah satu syarat praktikan dapat mengikuti presentasi.
6. Dilarang keras melakukan plagiarisme.

PRESENTASI
1. Kelengkapan presentasi adalah membawa kartu praktikum, jurnal, file presentasi, dan
laptop per kelompok.
2. File presentasi dibuat permodul.
3. Presentasi dilakukan pada minggu ke – 2, ke – 4, ke – 6, ke – 8, ke – 10, dan ke – 12
sejak praktikum modul pertama dimulai.

PRAKTIKUM SUSULAN
1. Segala bentuk perizinan untuk mengikuti praktikum susulan langsung diurus ke
Laboran FTE (N114), bukan pada asisten praktikum.
2. Praktikan hanya dapat mengikuti praktikum susulan maksimal 1 kali selama satu
semester.
3. Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum susulan akan diinfokan melalui Official
Account Praktikum Fisika Dasar
.
HAK PRAKTIKAN
1. Mengikuti praktikum sesuai jadwal.
2. Meninggalkan ruang praktikum dengan seizin asisten jaga.
3. Menanyakan atau mengkomplain nilai kepada asisten yang bersangkutan.
4. Menanyakan hal yang kurang jelas yang berkenaan dengan materi yang ada pada
modul yang bersangkutan.

xvi
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Asisten PJ 1

1. Memulai jalannya praktikum (dibuka dengan doa)


2. Timekeeper
3. Menyiapkan buku TP disetiap meja.
4. Mengingatkan praktikan untuk melengkapi kelengkapan praktikum.

Asisten PJ 2
5. Mengisi BAA.
6. Presensi asisten.
7. Mencari asisten pengganti.
8. Mengingatkan praktikan untuk melengkapi kelengkapan praktikum.

Asisten jaga
1. Melaksanakan praktikum sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan

Jurnal dan presentasi


• JURNAL
A. Format jurnal :
1. Cover (terlampir)
2. Tujuan praktikum
3. Alat dan bahan
4. Dasar teori
5. Pengolahan Data
6. Analisis (Narasi)
- Keterkaitan perolehan data dengan dasar teori
- Penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perolehan data
- Perbandingan data dengan kelompok lain
NB : Analisi ditulis dengan ketentuan minimal 3 paragraf dan masing-
masing paragraf minimal terdiri dari 6 kalimat.
7. Kesimpulan
8. Referensi
B. Jurnal dikerjakan per individu (1 jurnal 1 orang). Menggunakan tinta pulpen berwarna
hitam.
C. Jurnal dikerjakan dengan margin 4 cm kiri, 3 cm kanan, 3 cm atas dan 3 cm bawah.

• PRESENTASI
A. Format presentasi :
1. Nama kelompok, nama anggota, NIM
2. Judul modul presentasi
3. Tujuan

xvii
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

4. Dasar teori
5. Pengolahan data
6. Analisis
7. Kesimpulan
B. Presentasi dibuat dalam bentuk slide presentasi

KOMPLAIN NILAI
1. Praktikan dapat mengkomplain nilai praktikum jika dirasa nilai tidak sesuai.
2. Komplain nilai dapat dilakukan dengan menghubungi asisten jaga yang bersangkutan.
3. Kontak asiten dapat dilihat di depan ruang asisten (P.306)

“HAL-HAL YANG BELUM DITETAPKAN AKAN DITETAPKAN


SELANJUTNYA”

xviii
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

1
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL I
PENGUKURAN DAN ANGKA PENTING
I. TUJUAN
1. Mempelajari ketidakpastian, pengolahan data sederhana dan berbagai macam
pengukuran.
2. Menentukan ketidakpastian dalam proses pengukuran.
3. Memahami aturan angka penting dan penggunaannya.
4. Dapat mengoperasikan angka penting sesuai dengan aturan.

II. DASAR TEORI


A. KETIDAKPASTIAN PADA PENGUKURAN & PENGOLAHAN DATA SEDERHANA
Setiap pengukuran dihinggapi suatu ketidakpastian. Adapun penyebabnya banyak sekali,
beberapa diantaranya :
o Keterbatasan Alat : nst (nilai skala terkecil) yang selalu ada, kalibrasi yang tidak
tepat, gesekan yang terjadi antar bagian alat yang bergerak, kelelahan pegas - dll.
o Keterbatasan Pengamat : dalam zaman modern ini semakin banyak peralatan
berteknologi tinggi digunakan. Pengoperasiannya memerlukan keterampilan yang
tinggi seperti: osiloskop, komputer, scaler- counter dsb.
o Ketidakpastian Acak : tegangan listrik yang digunakan tidak pernah tetap nilainya
sehingga selalu mengalami fluktuasi, gerak Brown partikel udara dll.
Karena itu suatu hasil pengukuran harus dilaporkan bersama dengan ketidakpastiannya.
Berikut adalah cara yang lazim digunakan :
x = { x ± x } X
dengan, x : lambang besaran yang diukur, misal suhu
{x} : nilai yang diperoleh, misal 360 C
{x} : ktp pada x misal 0,5
[ X ] : lambang satuan besaran x misal 0C

Sebagai contoh, kita ingin mengukur suhu (T) dan diperoleh hasil pengukuran 360 C,
sedangkan ketidakpastian pada alat ukur suhu adalah 0,5o, maka hasil pengukuran suhu
tersebut dituliskan sebagai
T = (36 ± 0,5) 0C
Untuk memperoleh nilai {x±x} dibedakan 3 kasus berikut ini :
1) Pengukuran Dilaksanakan Sekali Saja.
Bila pengukuran hanya dilakukan sekali saja, maka x adalah nilai yang tebaca pada waktu
pengukuran dan x = ½nst (nilai skala terkecil), lazimnya demikian. Nst adalah jarak dua
titik berdekatan pada skala alat ukur. Tapi apabila skala alat ukur dirasakan cukup besar,
kadang-kadang digunakan 1/3 nst.

2
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

2) Pengukuran dilakukan Beberapa Kali.


Beberapa kali maksudnya adalah pengukuran 2 atau 3 kali saja. Apabila ini yang dilakukan,
maka nilai X adalah nilai rata-rata hasil pengukuran, atau X = X , dengan
 X i X 1 + X 2 + ... + X N
X = = ,
N N

dan X = X i − X maks dengan i = 1, 2,3

3) Pengukuran dilakukan N Kali


Dengan mengadakan pengulangan n kali, diperoleh apa yang disebut sampel besaran x.
Nilai yang digunakan sebagai x adalah nilai rata-rata sampel X = X , dan sebagai ktp-nya
digunakan deviasi standar nilai rata-rata (Sx) :
S n −1
X = S x =
N

dengan S n −1 = (Xi − X )
2

= N  Xi 2 − ( Xi) 2
N −1 N ( N − 1)

dan i = 1,2,3,....N
Contoh : Pengukuran berulang atas besaran A menghasilkan sampel berikut:
11,8 - 12,0 - 12,2 - 12,0 - 11,9 - 12,0 - 12,2 - 11,8 - 11,9 - 12,2.

S n −1 =
(
 Xi − X )
2

X = 12 tepat; N −1
= 0,05 ; (X = 0,02)
maka pelaporan hasil pengukuran dituliskan X = (12,00 + 0,02) satuan

B. MENGUKUR BESARAN SECARA TAK LANGSUNG


Jarang sekali besaran yang hendak ditentukan lewat percobaan dapat diukur dengan
langsung. Lebih sering besaran tersebut merupakan fungsi dari besaran – besaran lain yang
dapat kita ukur.
Contoh: tidak dikenal alat untuk mengukur masa jenis (). Tapi dengan mengukkur
masa (m) dan volume (V), kita dapat menentukan (). Akan tetapi sewaktu mengukur m
dan V, melekatlah ktp m dan ktp V. Bagaimana hubungan antara ktp () dengan ktp m dan
ktp V?
Misalkan Y adalah besaran yang dicari dari besaran x krena Y = F(x). Karena adanya
ketidakpastian nilai x maka fungsi tersebut dapat ditulis Y = F(x +x ) dan apabila diurutkan
dengan deret Taylor disekitar X = X , menjadi
 df  1  d2 f 
y = f ( x  x) = f ( x)    x +  2  (x) 2  ....
 dx  x 2!  dx x

dimana nilai y adalah y = f (x)

3
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

x
Untuk  1 maka f ( x  x) dapat didekati dengan dua suku saja, sehingga
x
𝑑𝑓
𝑦= y ± ( ) ∆𝑥 dan y = df x
𝑑𝑥 x dx x

Dengan proses yang tidak jauh beda, maka dapatlah dibuktikan bahwa untuk fungsi yang
lebih dari satu variabel, mis Z = F(x , y ) didapat

dz dz
z = x + y
dx x , y dy x , y

Contoh :
Percepatan gravitasi setempat ingin ditentukan dengan mengukur periode T suatu bandul
matematis sepanjang L. Misalkan dari pengukuran menghasilkan
T = (2,00 ± 0,02) s
L = (100 ± 1) cm sedangkan
 = 3,14 ( dianggap tepat )
Dengan menggunakan rumus T = 2 L / g , maka
L
g = 4 2 = (4)(3,14) 100 = 985,6
2

(2,00)2
2
T

g L T
+ (2)
1 0,02
= +2 = = 3%
g L T 100 2,00

hingga g = (3%)(985,6) = 29,578


Mengingat bahwa ktp relatip adalah sebesar 3% maka hasil akhir harus/boleh dilaporkan
dengan 3AB, jadi menurut pengukuran ini g = (986  30)cm / s 2 atau g = (9,86  0,30)m / s 2

Metoda Persamaan Garis Linier.


Akan diberikan 2 cara untuk ini:
1. Setelah semua titik percobaan di-plot pada kertas grafik, garis lurus ditarik dengan
sebaik-baiknya. Walaupun cara ini kurang cermat, namun dalam dalam beberapa cara
ini sudah memadai , apalagi skala grafik sudah dipilih dengan baik.
2. Data percobaaan tidak di-plot, melainkan langsung diolah dengan suatu analisis yang
dikenal sebagai “metoda kuadrat terkecil untuk garis lurus” (regresi linier).
Misalnya suatu hukum fisika atau rumus sudah ‘dilinierkan’ hingga berbentuk
Y0 = A + BX 0 , dan pengukuran telah dilakukan untuk selang tertentu dan menghasilkan
titik-titik X i  X i dan titik-titik Yi  Yi . Dengan metoda kedua diatas , kita akan
mendapatkan persamaan garis lurus terbaik berbentuk Y = a + bX dengan :

4
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

N  ( X i Yi ) −  X i  Yi dan
b=
N  X i2 − ( X )2

sedangkan simpangan atau ketidakpastian dari b dalam menaksir nilai B adalah:

b = y
N dengan
N  X − ( X i )
2 2
i

1   X i2 (  Yi ) − 2 X i  Yi  ( X iYi ) + N (  X iYi ) 
2 2

y 2 = i
Y 2

N −2 N  X i2 − (  X i ) 
2
 

dimana i = 1,2,3,.....N ; N menyatakan jumlah data pengamatan besaran X dan besaran Y.


Dalam penulisan X dan X boleh digunakan satu angka desimal lebih banyak daripada
dalam penulisan X dalam sampel. Hal ini dimungkinkan berkat pengulangan yang telah kita
lakukan (usaha lebih kita).

Ktp Mutlak , Ktp Relatif, Angka Berarti Dan Notasi Eksponen


Perhatikan penunjukan amperemeter berikut ini :

Tampak hasil pengukuran Ia lebih kasar daripada Ib. Dengan alasan ini ktp mutlak hasil Ia
harus dinyatakan lebih besar daripada Ib. JADI : Besar - kecil ktp mutlak menyatakan kasar
halusnya skala alat ukur.
Selain itu, ktp relatip kedua pengukuran diatas ialah :
Ia 0,05
=  3% dan Ib = 0,03  2%
Ia 1,7 Ib 1,74
Apa tersirat dalam pelaporan seperti I a = (1,7  0,05)mA?
Artinya: Pertama, Pelapor hendak mengatakan tidak mengetahui dengan tepat berapa
sebenarnya arus itu, ia hanya menduga / memperkirakan nilainya
adalah sekitar 1,7 mA
Kedua, Tampak pula pelapor menggunakan dua angka berarti (AB) sekecil itu
(hanya 2 buah) menandakan pengukuran dilakukan dengan alat yang
nst-nya cukup besar dibandingkan dengan hasil Ib.
Ib boleh dilaporkan dengan jumlah (AB) yang lebih besar (3 buah) yakni
angka 1 , 7 dan 4 sebab skala alat ukur yang digunakan memang lebih
halus (nst-nya lebih kecil)

C. NOTASI EKSPONENSIAL DAN ANGKA BERARTI


Hasil suatu pengukuran sebaiknya dilaporkan dengan menggunakan notasi
eksponensial yang merupakan cara termudah menuliskan bilangan yang besar sekali
maupun kecil sekali ( bilangan demikian sering kita jumpai dalam ilmu fisika). Disamping
itu notasi ekspnensial dengan mudah dapat menonjolkan ketelitian yang teracapi dalam
pengukuran.

5
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Yakni dengan menggunakan jumlah angka desimal yang sesuai dengan AB yang
diperkenankan . Ketentuan ( kasar ) nya adalah:
ketelitian ( sekitar ) 10% -------- 2 AB
ketelitian ( sekitar ) 1% -------- 3 AB
ketelitian ( sekitar ) 0,1% -------- 4 AB
Dalam notasi eksponensial semua bilangan ditulis sebagai bilangan antara 1 dan 9
(bilangan ini disebut ‘mantisa‘ ) dikalikan dengan faktor 10 n ( disebut orde ) . n adalah
bilangan bulat positip atau negatip.

D. ANGKA PENTING
Angka penting adalah digit angka yang memiliki makna dalam membentuk resolusi (akurasi
dan presisi) pengukuran. Dengan kata lain, ide di balik angka penting ini adalah ketika kita
mempunyai angka-angka hasil pengukuran, kita tepat dalam menampilkan resolusi alat
ukurnya. Sehingga, hasilnya tidak lebih (atau kurang) teliti daripada objek yang benar-
benar kita ukur.

Sebelum melihat beberapa contoh, mari kita meringkas aturan untuk angka penting:

1. Semua angka yang bukan nol (1,2,3,4,5,6,7,8,9) merupakan angka penting.


2. Angka nol diantara angka yang bukan nol adalah angka penting.
3. Angka-angka nol awalan bukan angka penting.
4. Pada angka yang memiliki nilai (pecahan) desimal, angka nol akhiran adalah angka
penting.
5. Pada angka yang tidak memiliki nilai (pecahan) desimal, angka nol akhiran bisa
merupakan angka penting atau tidak, tergantung informasi tambahan. Bisa berupa
garis bawah.

6
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Perhatikan contoh berikut:


Tabel 1.1 Contoh Penulisan Angka Penting

Angka Angka Penting Aturan

48.923 5 1

900,06 5 2

0,0004 1 3

3.000.000 1 5

3.000.000 7 5

Untuk kasus angka 3.000.000 yang tidak memiliki tanda apapun akan terjadi perdebatan
apakah itu 1 angka penting atau 7 angka penting. Penulis lebih suka 1 angka penting apabila
tidak ada informasi tambahan, karena 3.000.000 dapat ditulis ke dalam notasi ilmiah
menjadi , yang artinya 1 angka penting.

Aturan Pembulatan dengan Angka penting

1. Apabila angka pertama yang bukan angka penting adalah angka 5 yang diikuti angka
bukan nol, maka bulatkan ke atas.
Contoh: 1,2459 menjadi 1,25

2. Apabila angka pertama yang bukan angka penting adalah angka 5 yang diikuti hanya
oleh angka nol, maka terdapat dua aturan yang umum digunakan:
a. Bulatkan ke atas, atau
b. Bulatkan ke angka genap terdekat.
Contoh: 1,250 bisa dibulatkan menjadi 1,2.

3. Angka desimal bulat dibelakang angka penting diubah menjadi nol.


Contoh: 12,34 menjadi 12 dan 12,34 menjadi 10

Operasi Hitung Angka Penting


1. Penambahan dan Pengurangan
Ketika kita menambah atau mengurangi angka, angka penting tidak digunakan,
aturannya adalah gunakan desimal yang paling besar ketidakpastiannya, atau angka yang
paling tidak teliti. Misalnya 1,26 (3a.p.) + 2,3 (2a.p.) = 3,56 ≈ 3,6 (2a.p.). Perhatikan bahwa
kebetulan saja hasilnya menggunakan angka penting yang paling kecil, karena yang
menjadi patokan adalah angka yang paling tidak teliti, yaitu satu angka dibelakang koma
(2,3). Sehingga hasil penjumlahan juga satu angka dibelakang koma.
Misalnya contoh lain 1,26 (3.a.p) + 102,3 (4a.p.) = 103,56 ≈ 103,6 (4a.p). Kali ini

7
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

hasilnya mengikuti angka penting paling besar, oleh karena itu angka penting tidak
digunakan untuk operasi tambah kurang. Perhatikan bahwa hasilnya mengikuti angka
yang paling tidak teliti.

2. Perkalian dan Pembagian


Ketika kita mengalikan atau membagi angka, maka hasil dari perhitungan tersebut
harus memiliki jumlah angka penting sebanyak angka penting yang paling sedikit dari
komponen perhitungannya. Misalnya 1,69 (3a.p.) × 2,09 (3a.p.) = 3,5321 ≈ 3,53 (3a.p.).
Pada perhitungan ini semua komponen memiliki 3 angka penting sehingga hasil perkalian
juga memiliki 3 angka penting.
Misalnya contoh lain 10,1 (3a.p.) × 12,07 (4 a.p.) = 121,907 ≈ 122 (3 a.p.) kali ini
hasilnya mengikuti angka penting paling kecil, yaitu 3 angka penting.

3. Akar dan pangkat


Pada bilangan yang dipangkatkan atau ditarik akarnya, maka jumlah angka penting hasil
perhitungannya akan mengikuti jumlah angka penting bilangan komponennya (yang
dipangkatkan atau ditarik akarnya)
Contoh:
1,53 = 3,375 ≈ 3,4 (2 𝑎. 𝑝. )
√625 = 25,0 (3 𝑎. 𝑝. )

III. Pengolahan Data


1. Melakukan pengukuran sesuai kaidah penulisan angka penting:
o Dengarkan instruksi asisten jaga masing-masing.
o Lakukan pengukuran sesuai dengan modul yang bersangkutan
o Tuliskan data pengukuran dalam tabel pengamatan berikut:

Tabel 1.2 Pengamataan Pengukuran

No. Nama Benda 𝑋 ∆𝑋


1.
2.
3.

IV. Analisis
1. Apakah hasil pengukuran yang anda dapatkan sudah pasti? Jelaskan!
2. Bagaimana cara mendapatkan hasil pengukuran yang lebih pasti?
3. Apakah angka penting berpengaruh dalam pengukuran? Jelaskan!

8
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

9
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL II
GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN

I. TUJUAN
1. Mempelajari Gerak Lurus Berubah Beraturan GLBB) menggunakan pesawat attwood.

II. ALAT-ALAT
1. Pesawat attwood lengkap:
o Tiang berskala o Penjepit beban
o Katrol dan tali o Penyangkut beban
o 2 beban bermassa o Landasan akhir
o 2 Beban tambahan
2. Jangka sorong
3. Stopwatch
4. Neraca teknis lengkap

III. DASAR TEORI


A. Hukum Newton
◼ Hukum II Newton
Pada hukum II Newton, dikatakan bahwa jika kita memberi gaya pada suatu benda
maka pada benda akan timbul percepatan. Besarnya percepatan yang timbul
sebanding dengan gaya yang bekerja begitupun dengan arah percepatannya sama
dengan arah gaya penyebabnya. Berdasarkan penyataan tersebut dapat dibuat
persamaan Hukum II Newton yaitu:

∑F = m.a

Keterangan:
F : Gaya (N)
m : Massa (kg)
a : Percepatan (m/s2)

◼ Hukum III Newton


Hukum III Newton menjelaskan tentang respon benda ketika ada gaya yang bekerja
padanya. Dari sini lahir bahwa suatu gaya sebenarnya merupakan salah satu bagian
dari interaksi timbal balik antara dua benda. Jika salah satu diantara dua gaya tersebut
kita sebut sebagai gaya aksi, maka gaya yang lain disebut gaya reaksi. Kedua gaya
tersebut merupakan gaya yang berlawanan arah dengan nilai skalar yang sama besar.

Faksi = Freaksi

10
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

B. Gerak Lurus Berubah Beraturan


Gerak lurus berubah beraturan adalah gerak translasi/ perpindahan benda pada
lintasan lurus dengan kecepatan yang berubah-ubah dikarenakan adanya
percepatan yang konstan terhadap waktu.

Persamaan gerak lurus berubah beraturan dinyatakan oleh:

st = s0 + v0t + vt2 = v02 + 2as


½at2

vt = v0 + at

Keterangan:
st : posisi akhir (m) s0 : posisi awal (m)
vt : kecepatan akhir (m/s) v0 : kecepatan awal (v/s)
a : percepatan(m/s2) t : waktu
s : jarak (m)

Grafik GLBB dapat digambarkan sebagai berikut:

s
a

t t
Grafik jarak terhadap Grafik percepatan
waktu terhadap waktu

v
v

v0
t
t

Grafik kecepatan Grafik kecepatan terhadap


waktu dengan v0
terhadap waktu

11
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

r
Keterangan gambar
A P = penjepit
m3
m2
A = kedudukan awal
B
B = celah penyangkut
C
C = landasan akhir
P m1
m1 = m 2
Gambar 2.1 katrol dengan beban

Pada gambar: m1 dijepit di P, sementara m2 dan m3 di A. Jika m1 dilepas maka (m2 +


m3) akan turun dari A ke B dengan gerak dipercepat. Pada saat melalui celah B, m3
akan tertinggal, maka gerak dari B ke C merupakan gerak lurus beraturan karena m 1 =
m2 (m1<(m2+m3)).

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


A. Pengamatan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB):
1. Timbang beban m1, m2, m3, m4.
2. Ukur jari-jari katrol menggunakan jangka sorong.
3. Letakkan beban seperti pada gambar 1.2.
4. Catatlah kedudukan A dari B (Pada tabel yang disediakan).
5. Bila penjepit P dilepas, m2 dan m3 akan melakukan gerak lurus berubah beraturan
dipercepat antara A-B. Catatlah waktu yang diperlukan beban untuk bergerak antara
A-B.
6. Ulangi percobaan IV-A.4 sampai IV-A.5 beberapa kali dengan mengubah-ubah
kedudukan B.
7. Ulangilah percobaan IV-A.1 sampai IV-A.5 dengan menggunakan beban tambahan
(m3+m4).

A
m3
m2

P m1

Gambar 2.2 katrol dengan beban

12
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

B. Tentukan Data-Data Awal Berikut:


Data massa beban dan jari-jari katrol:
m1   m1 = (...............  ...........) gram.
m2   m2 = (...............  ...........) gram.
m3   m3 = (...............  ...........) gram. (beban tambahan 1)
m4   m4 = (...............  ...........) gram. (beban tambahan 2)
R   R = (...............  ...........) cm.

C. Tabel Data Pengamatan Gerak Lurus Berubah Beraturan

Tabel 2.1 Data pengamatan GLBB

Dengan 1 beban tambahan Dengan 2 beban tambahan


No
Jarak AB TAB Jarak AB TAB
1
2
3
4
5

D. Menentukan percepatan dengan beban tambahan


Model linier percepatan pada gerak lurus berubah beraturan dapat ditulis sebagai
berikut:
1
s = 2 at 2

Metode linier adalah y = bx


Maka persamaan percepatan dengan beban tambahan dapat dibuat sebagai:

1
s = 2 at 2
1
s = a 2 t2
y=s
b=a
1
x = 2 t2

13
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Percepatan dengan satu beban tambahan


Tabel 2.2 Percepatan GLBB dengan satu beban tambahan

No. 𝑥𝑖 𝑦𝑖 𝑥𝑖2 𝑦𝑖2 𝑥𝑖 𝑦𝑖


1.
2.
3.
4.
5.
𝛴
Menentukan percepatan.
NΣ(xi yi )− Σxi Σyi
b= NΣx2i − ∑(xi)2
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
Menentukan ketidakpastian pengamatan.
1 Σxi2 ∑(yi )2 − 2Σxi Σyi Σ(xi yi ) + N(Σxi yi )2
Δy 2 = [Σyi2 − ]
N−2 NΣxi2 − ∑(xi )2
𝑁
𝛥𝑏 = 𝛥𝑦√
NΣxi2 − ∑(xi )2
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
Percepatan dengan dua beban tambahan
Tabel 2.3 Percepatan GLBB dengan dua beban tambahan

No. 𝑥𝑖 𝑦𝑖 𝑥𝑖2 𝑦𝑖2 𝑥𝑖 𝑦𝑖


1.
2.
3.
4.
5.
𝛴
Menentukan percepatan.
NΣ(xi yi ) − Σxi Σyi
b=
NΣxi2 − ∑(xi )2
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
Menentukan ketidakpastian pengamatan.

14
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

2
1 2
Σxi2 ∑(yi )2 − 2Σxi Σyi Σ(xi yi ) + N(Σxi yi )2
Δy = [Σyi − ]
N−2 NΣxi2 − ∑(xi )2
𝑁
𝛥𝑏 = 𝛥𝑦√
NΣxi2 − ∑(xi )2
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………

V. PENGOLAHAN DATA
1. Menentukan Percepatan Pada GLBB
o Tulis kembali tabel data hasil pengamatan anda.
o Tentukan percepatan dengan metode regresi linier tanpa menggunakan software
untuk setiap jenis beban tambahan.
o Laporkan nilai percepatan yang didapat sesuai teori ketidakpastian untuk setiap
jenis beban tambahan.
o Gambarkan grafik percepatan yang didapat terhadap waktu.
o Tentukan tingkat ketelitian hasil pengamatan anda.

VI. ANALISIS
1. Lakukan analisa, apakah gerak tersebut benar-benar beraturan mengingat ketelitian
alat-alat yang anda gunakan?
2. Jelaskan kekurangan-kekurangan pada percobaan yang dilakukan dan jelaskan pula
pengaruhnya dalam percobaan!
3. Jika beban tambahan ditambah lagi, jelaskan pengaruhnya pada gerak yang terjadi
di percobaan!
4. Setelah ditambah bebannya maka waktu benda untuk mecapai landasan akan
semakin kecil. Apakah pengaruhnya terhadap kecepatan dan percepatan yang di
alami benda? Jelaskan pendapat anda!
5. Jelaskan maksud dari grafik pada GLBB sesuai dengan pengamatan yang telah anda
lakukan!
6. Dari hasil pengamatan anda, apakah Hukum II Newton benar-benar berlaku, jelaskan
jawaban anda!

15
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

16
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL III
GERAK LURUS BERATURAN

I. TUJUAN
1. Mempelajari Gerak Lurus Beraturan (GLB) menggunakan pesawat attwood.

II. ALAT-ALAT
1. Pesawat attwood lengkap:
• Tiang berskala • Penjepit beban
• Katrol dan tali • Penyangkut beban
• 2 beban bermassa • Landasan akhir
• 2 Beban tambahan
2. Stopwatch

III. DASAR TEORI


A. Hukum Newton
◼ Hukum I Newton
Hukum I Newton menyatakan bahwa, jika resultan gaya yang bekerja pada suatu
sistem (benda) sama dengan nol, maka sistem dalam keadaan setimbang, artinya
benda tersebut akan Bergerak Lurus Beraturan (GLB). Resultan gaya yang bekerja pada
sistem bernilai nol berarti bahwa benda yang mula-mula diam akan tetap diam dan
benda yang mula-mula bergerak lurus beraturan akan tetap lurus beraturan dengan
kecepatan tetap.
Tidak hanya itu, pada Hukum I Newton juga menjelaskan tentang kerangka acuan.
Kerangka acuan adalah lingkup sistem yang diamati. Daerah atau lingkup lain diluar
batasan sistem yang kita amati disebut sebagai Lingkungan. Kerangka acuan pada
fisika dapat bersifat inersia atau tidak inersia. Kerangka acuan inersia adalah kerangka
acuan yang diam atau bergerak lurus beraturan.

∑F = 0

B. Gerak Lurus Beraturan


Gerak Lurus Beraturan (GLB) merupakan gerak perpindahan benda pada garis atau
lintasan lurus dan mempunyai kecepatan konstan. Persamaan gerak lurus beraturan
dapat dinyatakan dengan oleh:

𝑆𝑡 = 𝑆0 + 𝑣. 𝑡

17
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Keterangan:

st : posisi akhir atau jarak tempuh (m)


so : posisi awal (m)
v : kecepatan (m/s)
t : waktu (s)

Grafik GLB dapat digambarkan sebagai berikut:

Grafik s terhadap t Grafik v terhadap t

r Keterangan gambar
A P = penjepit
m3
m2 A = kedudukan awal
B
B = celah penyangkut
C
C = landasan akhir
P m1
m1 = m 2
Gambar 3.1 katrol dengan beban

Pada gambar: m1 dijepit di P, sementara m2 dan m3 di A. Jika m1 dilepas maka (m2 +


m3) akan turun dari A ke B dengan gerak dipercepat. Pada saat melalui celah B, m3
akan tertinggal, maka gerak dari B ke C merupakan gerak lurus beraturan karena m1 =
m2 (m1<(m2+m3)).
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
A. Pengamatan Gerak Lurus Beraturan (GLB):
1. Aturlah kembali letak beban seperti percobaan IV-A dengan jarak A-B adalah 20 cm.
2. Catat kedudukan penyangkut beban B dan meja C (Pada tabel yang disediakan).
3. Bila penjepit P dilepas, maka m2 dan m3 akan melakukan gerak lurus berubah
beraturan dipercepat antara A-B, beban tambahan akan tersangkut di B sehingga
terjadi gerak lurus beraturan antara B-C. Catat waktu yang diperlukan beban untuk
bergerak antara B-C.
4. Ulangi percobaan IV-B.2 sampai IV-B.3 dengan mengubah-ubah kedudukan landasan
C tanpa mengubah jarak A-B

18
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

B. Tabel Data Pengamatan Gerak Lurus Beraturan


Tabel 3.1 Data pengamatan GLB

No Jarak BC TBC
1
2
3
4
5

C. Menentukan Kecepatan Beban


Model linier kecepatan pada gerak lurus beraturan dapat ditulis sebagai berikut:

s=vt

Metode linier adalah y = bx


Maka persamaan kecepatan dapat dibuat sebagai:

y=bx
y=s
b=v
x=t

Tabel 3.2 Hasil pengamatan GLB

No. 𝑥𝑖 𝑦𝑖 𝑥𝑖2 𝑦𝑖2 𝑥𝑖 𝑦𝑖


1.
2.
3.
4.
5.
𝛴

V. PENGOLAHAN DATA
Menentukan Kecepatan Pada GLB
o Tulis kembali tabel data hasil pengamatan anda.
o Tentukan kecepatan dengan metode regresi linier tanpa menggunakan software.
o Laporkan nilai kecepatan yang didapat sesuai teori ketidakpastian.
o Gambarkan grafik kecepatan yang didapat terhadap waktu.
o Tentukan tingkat ketelitian hasil pengamatan anda.

19
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

VI. ANALISIS

1. Lakukan analisa, apakah gerak tersebut benar-benar beraturan mengingat ketelitian


alat-alat yang anda gunakan?
2. Jelaskan kekurangan-kekurangan pada percobaan yang dilakukan dan jelaskan pula
pengaruhnya dalam percobaan!
3. Jelaskan maksud dari grafik pada GLB sesuai dengan pengamatan yang telah anda
lakukan!
4. Dari hasil pengamatan yang telah anda lakukan apakah Hukum Newton I berlaku
pada percobaan ini? Jelaskan!

20
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

21
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL IV
MOMEN INERSIA PADA GERAK LURUS BERATURAN DAN BERUBAH
BERATURAN

I. TUJUAN
1. Menentukan momen inersia roda katrol pada peswat attwood.

II. ALAT-ALAT
i. Jangka sorong
ii. Neraca teknis lengkap

III. DASAR TEORI


◼ Hukum I Newton
Hukum I Newton menyatakan bahwa, jika resultan gaya yang bekerja pada suatu
sistem (benda) sama dengan nol, maka sistem dalam keadaan setimbang. Resultan
gaya yang bekerja pada sistem bernilai nol berarti bahwa benda yang mula-mula diam
akan tetap diam dan benda yang mula-mula bergerak lurus beraturan akan tetap lurus
beraturan dengan kecepatan tetap.
Tidak hanya itu, pada Hukum I Newton juga menjelaskan tentang kerangka acuan.
Kerangka acuan adalah lingkup sistem yang diamati. Daerah atau lingkup lain diluar
batasan sistem yang kita amati disebut sebagai Lingkungan. Kerangka acuan pada
fisika dapat bersifat inersia atau tidak inersia. Kerangka acuan inersia adalah kerangka
acuan yang diam atau bergerak lurus beraturan.

∑F = 0

◼ Momen Inersia
Momen inersia adalah ukuran kelembaman suatu benda untuk berotasi terhadap
porosnya. Momen Inersia (I) suatu benda terhadap poros tertentu besarnya
sebanding dengan massa benda tersebut dan sebanding dengan kuadrat dari jarak
benda terhadap poros.

I ~ m
I ~ r2

I = m.r2 Keterangan:
I : Momen inersia (kgm2)
m : Massa (kg)
r : Jarak benda terhadap poros (m)

22
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Untuk katrol dengan beban seperti pada gambar 4.1 maka berlaku persamaan :

∑τ = Iα
Keterangan:
T : Torsi (Nm)
I : Momen inersia (Kgm2)
α : Percepatan sudut (rad/s2)
T1 T2

Gambar 4.1 Katrol

Dengan melakukan substitusi persamaan Hukum I Newton dan Hukum II Newton


terhadap Hukum Torsi, dapat diperoleh persamaan:
m3 g
a=
m1 + m2 + m3 + I
r2

Keterangan:
a = Percepatan gerak beban (m/s2)
m = Massa beban (kg)
I = Momen inersia katrol (kgm2)
R = Jari-jari katrol (m)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


A. Pengukuran Massa dan Jari Jari Katrol
1. Timbang beban m1, m2, m3, m4.
2. Ukur jari-jari katrol menggunakan jangka sorong.

B. Tentukan Data-Data Awal Berikut:


Data massa beban dan jari-jari katrol:
m1   m1 = (...............  ...........) gram.
m2   m2 = (...............  ...........) gram.
m3   m3 = (...............  ...........) gram. (beban tambahan 1)
m4   m4 = (...............  ...........) gram. (beban tambahan 2)
R  R = (...............  ...........) cm.

C. Menentukan Momen Inersia


Untuk 1 beban tambahan (m3 )
m3 g
I1 = ( − m1 − m2 − m3 ) r 2
a
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………….

23
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Untuk 2 beban tambahan (m3 + m4 )

(m3 + m4 )g
I2 = ( − m1 − m2 − m3 − m4 ) r 2
a

……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………

I1 + I2
I=( ) = ⋯⋯⋯⋯⋯
2

Menentukan besar 𝛥Imax


𝛥I1 = | I − I1 | = ⋯ ⋯ ⋯ ⋯
𝛥I2 = | I − I2 | = ⋯ ⋯ ⋯ ⋯
𝛥Imax = ⋯ ⋯ ⋯ ⋯

V. PENGOLAHAN DATA
Menentukan momen Inersia Katrol
1. Tulis kembali data hasil pengamatan anda.
2. Tentukan nilai momen inersia katrol yang didapatkan jika diambil percepatan
gravitasi setempat = 9.78 m/s2..
3. Laporkan nilai momen inersia katrol sesuai teori ketidakpastian.
4. Tentukan tingkat ketelitian hasil pengamatan anda.

VI. ANALISIS
1. Jelaskan pengaruh momen inersia (I) pada percobaan GLB dan GLBB yang telah
anda lakukan!
2. Bagaimana pengaruh perubahan massa beban terhadap nilai momen Inersia?
3. Adakah cara yang lain untuk menentukan nilai momen inersia katrol?

24
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

25
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL V
GERAK MELINGKAR BERATURAN I (GAYA SENTRIPETAL PADA TALI)

I. TUJUAN
1. Memahami konsep gerak melingkar beraturan
2. Menentukan besarnya gaya yang bekerja pada benda yang berputar

II. ALAT – ALAT


1. Motor listrik dengan unit pengontrol laju sudut
2. Dinamometer
3. Stopwatch
4. Laser
5. Tiang berskala
6. Alat gaya sentripetal.

III. DASAR TEORI


A. Definisi Gerak Melingkar
Gerak Melingkar merupakan gerak sebuah benda dengan lintasan berupa
lengkungan atau lingkaran. Gerak melingkar memiliki karakteristik sebagai berikut,
yaitu:
- Lintasannya memiliki jari-jari tertentu
- Benda yang bergerak melingkar dapat mengulangi lintasan yang ditempuh dalam
periode atau frekuensi tertentu
- Besaran-besaran Gerak Melingkar dapat dinyatakan dalam kartesian (koordinat
kartesius) atau dalam koordinat polar (sudut)
- Memiliki percepatan sentripetal yang menuju titik pusat lingkaran.

Gerak melingkar terbagi menjadi dua, yaitu Gerak Melingkar Beraturan (GMB) dan
Gerak Melingkar Berubah Beraturan (GMBB). GMB merupakan gerak melingkar yang
tidak memiliki percepatan tangensial, sedangkan GMBB memiliki percepatan
tangensial (pada modul ini tidak dibahas mengenai GMBB).

B. Besaran Dalam Gerak Melingkar


Tabel 5.1 Perbandingan Gerak Lurus dan Melingkar

Gerak Lurus Gerak Melingkar


Besaran
Simbol Satuan Simbol Satuan
Posisi R 𝑚 𝜃 𝑟𝑎𝑑
Kecepatan V 𝑚/𝑠 𝜔 𝑟𝑎𝑑/𝑠
Percepatan A 𝑚/𝑠 2 α 𝑟𝑎𝑑/𝑠 2

26
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

C. Analisis Gerak Melingkar


Gambar 5.1 merupakan gambar sebuah benda yang bergerak dalam lintasan
melingkar, dengan massa benda = m, kecepatan benda = V, serta jari-jari lintasan =R.

Posisi benda tiap waktu dapat dinyatakan oleh:


𝑅ሬ⃗ (𝑡) = 𝑅𝑒̂𝑟
Kecepatan gerak melingkar dinyatakan oleh:
𝑑𝑅ሬ⃗ (𝑡)
R 𝑣⃗(𝑡) = = 𝜔𝑅𝑒̂𝜃 = 𝜈𝑒̂𝜃
𝑑𝑡
Vektor Satuan arah radial dinyatakan oleh:
𝑒̂𝑟 = 𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡 𝑖̂ + 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡 𝑗̂
Vektor Satuan arah tangensial dinyatakan oleh:
𝑒̂𝜃 = − 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡 𝑖̂ + 𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡 𝑗̂
Gambar 5.1 Analisis Gerak Melingkar

Parameter ê r menyatakan vektor satuan yang menyatakan arah radial (menjauhi


pusat lintasan lingkaran) dan ê  menyatakan arah tangensial (arah garis singgung
lintasan dari gerak melingkar benda).

D. Gerak Melingkar Beraturan


Gerak Melingkar Beraturan (GMB) adalah gerak benda dalam lintasan berbentuk
lingkaran dengan kecepatan yang tetap (konstan). Kecepatan yang konstan
menyebabkan periode perputaran benda juga konstan. Periode perputaran yang
konstan artinya, dalam selang waktu yang sama, benda akan menempuh atau
menyapu daerah dengan luas yang sama.
GMB bergerak dengan nilai (skalar) kecepatan yang konstan, namun karena secara
vektor kecepatannya berubah setiap saat, maka GMB memiliki percepatan. Dapat
dikatakan bahwa, percepatan yang dimiliki oleh GMB dikarenakan adanya perubahan
arah dari vektor kecepatannya. Percepatan yang bekerja dalam GMB ini disebut
dengan percepatan sentripetal (asp). Sedangkan jika yang berubah adalah nilai (skalar)
kecepaatannya, maka percepatan yang dihasilkan adalah percepatan tangensial (at).
Percepatan pada gerak melingkar dapat berupa percepatan sentripetal (pada GMB)
atau gabungan percepatan sentripetal dan tangensial (pada GMBB). Besarnya
percepatan sentripetal dinyatakan oleh:

𝑑𝑣⃗
𝑎⃗𝑠𝑝 = = −𝜔2 𝑅𝑒̂𝑟
𝑑𝑡

27
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Contoh Gerak Melingkar Beraturan


Terdapat banyak contoh gerak melingkar beraturan yang dapat kita jumpai
dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya: perputaran jarum jam pada jam analog,
gerak komedi putar, gerak baling-baling, gerak kipas angin dan pergerakan planet di
tata surya. Benda-benda tersebut melakukan gerak melingkar pada suatu poros.
Berikut akan dijelaskan lebih lanjut tentang gaya sentripetal yang dialami planet-
planet pada sistem tata surya.

Gambar 5.2 Perputaran Jarum Jam

Gambar 5.3 Perputaran Komedi Putar

28
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

E. Percepatan Dan Gaya Sentripetal


Massa adalah sifat yang menyatakan keengganan benda untuk berubah dari posisi
atau arah gerak semula. Sifat tersebut membuat benda yang diam cenderung akan
diam, sedangkan benda yang bergerak akan cenderung untuk terus bergerak dan
mempertahankan lintasannya sampai ada gaya yang mengubah posisi atau lintasan
benda tersebut. Pada GMB, gaya yang menyebabkan perubahan lintasan benda (dari
linear menjadi melingkar) adalah gaya sentripetal (gaya yang arahnya menuju pusat
lintasan).
Menurut Hukum Newton tentang gerak, pada setiap benda bermassa m , benda

akan bergerak dipercepat bila dipengaruhi oleh gaya. Besar gaya ( F ) sebanding

dengan besar percepatan ( a ) yang bekerja, dan arah gaya sesuai dengan arah
percepatannya. Secara matematis dapat ditulliskan sebagai berikut:

ሬ𝑭⃗ = m𝒂
ሬ⃗

Untuk benda yang bergerak melingkar beraturan, persamaan gaya menurut


Hukum-II Newton adalah:

𝑭𝒔𝒑 = 𝒎 𝜶
𝑭𝒔𝒑 = -𝒎𝝎𝟐 𝑹𝒆̂𝒓

Keterangan:
- 𝐹𝑠𝑝 = Gaya Sentripal
- 𝛼𝑠𝑝 = percepatan sentripetal
- 𝜔 = kecepatan sudut
- 𝑅𝑒̂𝑟 = jari-jari lintasan

Contoh Gaya Sentripetal


Dalam sistem tata surya, planet-planet beredar dalam lintasannya dengan pusatnya
adalah matahari. Begitu pula dengan bumi yang mengelilingi matahari. Karena bumi
memiliki massa, bumi memiliki sifat yang lembam, yang menyebabkan bumi akan
terlempar ke luar lintasannya. Nyatanya bumi tidak terlempar keluar lintasan, dan
masih berputar mengelilingi matahari. Hal tersebut dikarenakan adanya gaya yang
mempertahankan bumi untuk tetap pada lintasannya, dimana arah dari gaya ini
haruslah menuju matahari sebagai pusat lintasan (gaya sentripetal). Gaya sentripetal
ini berupa gaya gravitasi anatara bumi dan matahari.

24
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

IV. PRAKTIKUM MENGUKUR GAYA SENTRIPETAL


Alat gaya sentripetal berupa batang yang dilengkapi cermin kecil c. Cermin
menempel pada plat elastis sehingga cermin terpuntir apabila ditarik. Benda bermassa
m yang bebas bergeser terletak pada salah satu ujung dan dihubungkan oleh benang
dengan cermin. Jika batang B diputar maka benda bergerak menjauhi sumbu rotasi
sehingga cermin terpuntir. Dengan demikian jika terdapat sumber cahaya ldi mana
cahayanya mengenai cermin, maka arah pantulannya akan berubah dibandingkan
arah pantulan saat batang B tidak diputar.

m
C

Gambar 5.4 Analisis gaya sentripetal

Ketika massa m berputar, cermin yang semula tegak menjadi tertarik berarah
keluar poros putaran dengan sudut tertentu. Adanya lengkungan sudut cermin
menandakan adanya gaya Tarik ke luar (sentrifugal). Jika gaya yang menarik cermin
keluar adalah gaya sentrifugal, yang dihasilkan oleh tegangan tali T2 dan gaya yang
menahan benda m tetap pada posisi seimbang adalah gaya sentripetal yang di
notasikan dengan T1, maka setelah terjadi keseimbangan (T1 = T2) benda bergerak
dengan kecepatan konstan. Artinya, dalam keadaan seimbang cermin tidak akan terus
tertarik ke luar, beban m tidak akan terus tertarik ke dalam (kedua benda tersebut
akan menempati lintasan yang tetap).
Karena T1 dan T2 merupakan pasangan gaya aksi-reaksi (lihat Hk. Newton pada
pesawat attwood), maka T1 = T2. Artinya, dengan melakukan pengukuran T2 dengan
menggunakan dynamometer, kita dapat mengetahui besar gaya sentripetal T1.
Sebaliknya, dengan menghitung besarnya T1, kita juga tentu akan mengetahui
besarnya T2. Perhitungan T1 dapat dilakukan dengan melakukan hal-hal berikut: (1)
mengukur massa beban m, (2) mengukur jari-jari R (jarak pusat massa ke poros putar),
(3) mengamati periode perputaran benda menggunakan Stopwatch atau alat ukur
waktu lainnya. Besarnya gaya sentripetal dapat dihitung dengan rumus:

T1 = m2 R
𝟒𝝅𝟐
𝑻𝟏 = m( )R
𝑻𝟐

25
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Prosedur percobaan:
1. Mengukur besar m dengan menggunakan neraca,
2. Mengukur jari-jari R (jarak pusat massa beban m terhadap poros putar),
3. Mengarahkan cahaya dari lampu ke cermin dan memperhatikan bintik cahaya
pantulannya pada tiang berskala, sertamencatat posisi titik nol tsb,
4. Menjalankan motor listrik pada frekuensi tertentu (sekitar  1 putaran per detik).
Pantulan bintik cahaya paddda tiang berskala akan bergeser ke atas,
5. Mengukur periode 20 putaran dengan menggunakan Stopwatch ketika motor
listrik telah berputar dengan konstan (ketinggian pantulan cahaya pada batang
berskala sudah tidak berubah),
6. Mencatat datapergeseran posisi bintik cahaya pantul,
7. Setelah semua data didapat, kemudian mematikan motor listrik,
8. Memposisiskan pantulan cahaya pada batang berskala ke titik nol yang telah
dicatat sebelumnya,
9. Memasang Dinamometer pada benda bermassa m, sehingga pantulan cahaya
pada batang berskala menjadi bergeser ke titik saat motor listri berputar dengan
kecepatan konstan (titik yang didapat pada nomor 5),
10. Membaca nilai yang ditunjukkan pada Dinamometer dan mencatatnya,
11. Mengulangi seluruh percobaan dengan tiga frekuensi yang berbeda.
A. Pengambilan Data
Tabel 5.2 Data pada Percobaan Gaya Sentripetal Tali

NO Posisi Awal Posisi Akhir 20T T


1
2
3

Δm = ½ x Nst =…………………………

ΔT = ½ x Nst =…………………………

ΔR = ½ x Nst =…………………………

B. Menentukan Gaya Sentripetal


Gaya Sentripetal dapat ditentukan menggunakan rumus di bawah ini :

2𝛱
𝐹𝑠𝑃 = 𝑚𝜔2 𝑅 dengan 𝜔 = 𝑇
𝛥𝑚 2𝛥𝑇 𝛥𝑟
𝛥𝐹𝑠𝑝 = ( 𝑚 + + ) 𝐹𝑠𝑃
𝑇 𝑅

26
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

VI. PENGOLAHAN DATA


1. Menentukan Nilai Gaya
i. Tulis kembali tabel data hasil pengamatan anda
ii. Dapatkan persamaan ΔF dari persamaan F = m2R dengan  = 2
F T
iii. Tentukan Nilai (F F) untuk masing – masing baris data hasil pengamatan anda.
iv. Tentukan Nilai (F F) berdasarkan pengukuran langsung dengan menggunakan
dinamometer.
v. Tentukan tingkat ketelitian masing – masing cara pengamatan yang dilakukan.

Tabel 5.3 Pengamatan gaya

F Dinamometer { F F } N F percobaan { F F } N


1
2
3

VII. ANALISIS
1. Jelaskan indikasi yang menunjukkan bahwa dalam alat sentripetal yang anda amati
bekerja gaya fiktif berupa gaya sentrifugal dan jelaskan mengapa terdapat gaya fiktif
pada percobaan tersebut!
2. Jelaskan gaya – gaya yang berperan sebagai gaya sentripetal pada percobaan yang
anda lakukan!
3. Bandingkan gaya hasil perhitungan dengan hasil pengukuran langsung
menggunakan Dinamometer, menurut anda mana yang lebih tepat ? Beri alasan!
4. Coba anda jelaskan percepatan – percepatan yang bekerja saat sebuah benda
bergerak melingkar beraturan ! Bagaimana jika geraknya melingkar berubah
beraturan? (buktikan dangan persamaan).
5. Bumi berotasi dengan periode rata-rata 24 jam. Kita yang tinggal diatasnya memiliki
massa yang otomatis ikut berotasi terhadap pusat bumi. Apakah pada tubuh kita
juga bekerja gaya sentripetal? Jelaskan

27
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

28
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL VI
GERAK MELINGKAR BERATURAN II (MENGUKUR GAYA GRAVITASI
SETEMPAT)

I. TUJUAN
1. Memahami konsep gerak melingkar beraturan
2. Menentukan besarnya gaya yang bekerja pada benda yang berputar
3. Menentukan percepatan gravitasi g dengan menggunakan cairan yang berputar.

II. ALAT – ALAT


1. Motor listrik dengan unit pengontrol laju sudut
2. Dinamometer
3. Bejana pipih plastik
4. Stopwatch

III. PRAKTIKUM MENGUKUR GAYA GRAVITASI SETEMPAT


Y


X
c a

Gambar 6 1 Analisis Gaya Bejana Pipih

Gambar 6.1 merupakan gambar bejana pipih yang berisi air, kemudian diputar
menggunakan motor listrik. Permukaan air dalam bejana pipih yang sebelumnya datar,
sewaktu diputar mengalamii perubahan bentuk menjadi melengkung. Hal tersebut
dikarenakan oleh setiap partikel air dm mengalami dua macam gaya, yaitu (1) Gaya
sentripetal sebesar dm2R dan (2) Gaya Gravitasi sebesar dmg.
Seperti diketahui, bentuk suatu lengkungan ditentukan oleh kemiringan (tan )
garis singgung disetiap titik lengkungan atau ditentukan oleh kemiringan jari-jari
lengkungan (tan β)
Dengan pilihan salib sumbu seperti tampak pada gambar, dapat diturunkan :

29
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

dy 2 2
tan  = = x
dx g

2
Dari sini diperoleh bahwa bentuk lengkungan permukaan air adalah: Y =  x 2 + C
2g
a
dengan konstanta integrasi C ditentukan dari syarat  y dx = 0 dan diperoleh C 2 2
=− a
0 6g
sehingga persamaan lengkungan permukaan air adalah :

2 2 2 2
y= x − a
2g 6g

A. Prosedur Percobaan
o Memastikan bejana telah terisi air hingga berimpit dengan sumbu X bejana,
o Memasang bejana yang berisi air pada motor listrik,
o Menjalankan motor listrik pada frekuesi konstan ,
o Tentukan dengan cermat satu titik pada sumbu –y bejana dengan x= 0.
o Setelah motor listrik berputar dengan konstan, ukurlah waktu 20 putaran dengan
Stopwatch
o Ulangi percobaan dengan tiga frekuensi yang berbeda.

B. Pengambilan Data
Tabel 6.1 Data pada Percobaan Bejana Pipih

NO Y 20T T 𝜔
1
2
3

C. Menentukan Gaya Gravitasi Setempat


Gaya gravitasi setempat dapat di dapatkan dengan rumus seperti di bawah ini:
𝜔 2 𝑎2
𝑔𝑛 = − 6𝑦
𝛥𝑔 = |𝑔 − 𝑔𝑛 |

IV. PENGOLAHAN DATA


1. Menentukan Percepatan Gravitasi Setempat.
o Tulis kembali tabel data hasil pengamatan anda
o Tentukan nilai g yang didapatkan masing-masing baris data hasil pengamatan anda
o Tentukan nilai dari ( g g ) dari hasil perhitungan di atas.
o Tentukan tingkat ketelitian hasil pengamatan anda.

30
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Tabel 6.2 Hasil Pengamatan Percepatan Gravitasi

No (x,y) Gravitasi ( 𝑔̅ ± 𝛥𝑔 ) m/s2


1 (0,…)
2 (0,…)
3 (0,…)

V. ANALISIS
1. Jelaskan gaya – gaya yang berperan sebagai gaya sentripetal pada percobaan yang
anda lakukan !
2. Jika air terdiri dari sekian banyak partikel air, berdasarkan percobaan yang anda
lakukan dalam menentukan besarnya percepatan gravitasi, apakah pada setiap
partikel tersebut bekerja gaya yang sama dibandingkan partikel-pertikel air lainnya?
Jelaskan!
3. Dapatkah jika air yang anda gunakan diganti dengan zat cair yang lebih kental,
(misalnya oli) ? Jelaskan!
a
4. Jelaskan arti fisis integral y
0
dx = 0 !

31
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

32
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL VII
GERAK OSILASI

I. TUJUAN
1. Memahami konsep gerak osilasi harmonis sederhana.
2. Menentukan percepatan gravitasi setempat menggunakan gerak osilasi.

II. ALAT-ALAT
1. Batang homogen berlubang.
2. Beban pemberat.
3. Tiang penyangga batang.
4. Stopwatch.

III. DASAR TEORI


A. PERCOBAAN GERAK OSILASI
Gerak osilasi adalah gerak bolak-balik di sekitar titik kesetimbangan. Gerak osilasi
dapat dijumpai pada banyak sistem fisika, antara lain sistem pegas, bandul fisis, bandul
matematis. Secara umum benda yang berosilasi dapat dinyatakan dengan persamaan:

(t) = A cos ( t + ) …………...(1)

Keterangan:
• (t) adalah simpangan setiap saat,
• A adalah amplitudo,
•  frekuensi sudut,
•  adalah tetapan fasa.

Gambar 7.1 Bandul Fisis

Percobaan gerak osilasi dalam praktikum ini menggunakan bandul fisis, yaitu benda
pejal (bermassa M) dengan pusat massa (PM), yang diayunkan terhadap pusat rotasi
(O) dengan sudut () yang sangat kecil.
Jika bandul fisis tersebut disimpangkan sebesar , maka bandul fisis akan berosilasi
terhadap porosnya. Penyebab utama gerak osilasi bandul karena adanya momen gaya
terhadap poros putar sebesar:

o = -Mgr sin () ……(2)

33
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Keterangan:
• o adalah momen gaya,
• M adalah massa benda,
• g adalah percepatan gravitasi,
• r adalah jarak PM terhadap O, dan
•  adalah sudut simpangan benda.

Di sisi lain, bandul sebagai benda pejal juga akan berlaku persamaan dinamika gerak
rotasi yang berbentuk:

𝑑2 Ɵ
o = Io = Io 𝑑𝑡 2
…………........(3)
Keterangan :
•  adalah percepatan sudut bandul,
• Io adalah momen inersia bandul terhadap O,
• t adalah waktu.

Dari persamaan (2) dan (3) diperoleh persamaan gerak osilasi bandul fisis, yaitu :

𝑑2 Ɵ 𝑀𝑔𝑟
+ =0
𝑑𝑡 2 𝐼𝑜 …………...(4)

Solusi persamaan (4) adalah pers (1) yang menggambarkan gerak osilasi bandul fisis
dengan frekuensi sudut dan perioda sebesar :

𝑀𝑔𝑟 𝐼𝑜
𝜔=√ , 𝑇 = 2𝜋√
𝐼𝑜 𝑀𝑔𝑟
……(5)

Momen inersia bandul fisis terhadap pusat putaran (IO) dapat dihubungkan dengan
momen inersia bandul terhadap pusat pusat massa (IPM) dengan menggunakan dalil
sumbu sejajar, yaitu Io = IPM + Mr2 sehingga perioda osilasi bandul sebesar :

𝐼𝑃𝑀 + 𝑀𝑟 2
𝑇 = 2𝜋√
𝑀𝑔𝑟
……(6)

Dalam percobaan ini ingin dicari nilai percepatan gravitasi (g) setempat. Untuk itu
diperlukan dua pasang data periode T1 untuk jarak r1 dan periode T2 untuk jarak r2. Nilai
g dapat dicari dengan memasukkan dua pasang data ini dalam persamaan (6), yaitu:

34
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Gambar 7. 2 Analisis percobaan osilasi

𝑟22 − 𝑟12
g = 4π2 ቄ ቅ
𝑇22 𝑟2 −𝑇12 𝑟1 ..............(7)

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


A. PERCOBAAN GERAK OSILASI
1. Susunlah tiang penyangga batang dalam keadaan tegak/stabil dan pasang batang
homogen berlubang pada tiang penyangga melalui titik poros putaran batang !
2. Pasang 2 beban pemberat masing-masing pada kedua ujung batang. Catat jarak titik
pusat massa batang terhadap titik poros putaran (ambil data ini sebagai r1 ) !
3. Simpangkan batang beserta pemberatnya dari tiang penyangga dengan sudut yang
kecil, kemudian lepaskan batang, biarkan batang berosilasi sampai gerak osilasinya
mulai teratur. Setelah gerak batang teratur, catat waktu yang diperlukan untuk 5 kali
ayunan (ambil data ini sebagai 5T1). Ulangi lagi sampai 3 kali dengan r1 yang tetap !
4. Pindahkan beban pemberat ke posisi yang berbeda dengan langkah 2, catat jarak
titik pusat massa batang terhadap titik poros putaran (ambil data ini sebagai r2).
Ayunkan batang dengan sudut kecil lalu catat waktu untuk 5 kali ayunan setelah
ayunan mulai teratur (ambil data ini sebagai 5 T2). Lakukan 3 kali !
5. Ulangi langkah 2 – 4, sampai diperoleh 3 pasangan data T dan r !

V. PENGOLAHAN DATA
1. Tulis hasil pengamatan dalam table !

Tabel 7. 1 Pengamatan Osilasi

Posisi r (cm) 5T (s) 5T (s) 5T (s) T


1.
2.
3.

2. Tentukan nilai g untuk setiap pasangan data dengan menggunakan persamaan (7).
3. Tentukan nilai rata-rata g dari hasil perhitungan di atas beserta ketidakpastiannya
dengan cara mengambil data yang terbesar dari nilai:

Δgn = I gave – gn I
…………..(8)

35
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

VI. ANALISIS HASIL PERCOBAN


A. GERAK OSILASI
1. Bandingkan nilai percepatan gravitasi yang diperoleh melalui percobaanini dengan
nilai percepatan gravitasi standar! Berikan analisis anda!
2. Lakukan analisis terhadap hal-hal apa saja yang harus diperhatikan agar diperoleh
hasil yang cukup akurat!
3. Mengapa pada percobaan gerak osilasi di atas, batang disimpangkan dengan sudut
yang kecil? Apa yang terjadi jika simpangannya dengan sudut yang cukup besar?
4. Mengapa perhitungan waktu dimulai setelah ayunan sudah mulai teratur?

36
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

37
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL VIII
GERAK JATUH BEBAS

I. TUJUAN
1. Memahami konsep gerak jatuh bebas dan percepatan gravitasi
2. Menentukan percepatan gravitasi setempat menggunakan gerak jatuh bebas

II. ALAT-ALAT
1. Tiang berskala
2. Tiang dan dasar penyangga
3. Magnet penempel dan bola logam
4. Morse Key dan kabel penghubung
5. Pelat kontak
6. Scaler Counter

III. DASAR TEORI


Gerak jatuh bebas pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan bernama Galileo
Galilei. Ia berpendapat bahwa semua benda, baik berat maupun ringan akan jatuh
dengan percepatan konstan yang sama jika tidak ada udara atau hambatan lainnya. Pada
tahun 1971, seorang astronaut bernama David Scott melakukan percobaan dengan
menjatuhkan sehelai bulu ayam dan sebuah palu di permukaan bulan yang hampa udara.
Hasilnya, bulu ayam dan palu tersebut menyentuh permukaan bulan pada saat yang
bersamaan.
Gerak jatuh bebas merupakan gerak lurus berubah beraturan (GLBB) dengan lintasan
vertikal, yang memiliki percepatan konstan g dan kecepatan awal nol. Persamaan posisi
gerak lurus berubah beraturan adalah :

1
𝑥(𝑡) = 𝑥0 + 𝑣0 𝑡 + 𝑎𝑡 2
2 ..........(1)

𝑣𝑡 2 = 𝑣0 2 + 2𝛼𝑠
..........(2)

𝑣𝑡 = 𝑣0 + 𝛼𝑡
..........(3)

Keterangan:
• x(t) adalah posisi setiap saat,
• 𝑥0 adalah posisi awal,
• 𝑠 adalah jarak,

38
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

• 𝑣0 adalah kecepatan awal,


• 𝑣𝑡 adalah kecepatan akhir, dan
• 𝛼 adalah percepatan.

Karena 𝑣0 = 0 dan 𝛼 = 𝑔, maka persamaan rumus gerak jatuh bebas dinyatakan oleh :

1 2
𝑦= 𝑔𝑡
2
..........(4)

𝑣𝑡 2 = 2𝑔ℎ
..........(5)

𝑣𝑡 = 𝑔𝑡
..........(6)
Keterangan:
• 𝑦 adalah ketinggian benda,
• 𝑔 adalah percepatan gravitasi, dan
• 𝑣𝑡 adalah kecepatan akhir.

Gambar 8. 1 Rangkaian alat praktikum

Tiang dasar penyangga dipasang tegak. Magnet penempel diletakkan di bagian atas
tiang penyangga menggunakan penjepit multiclamp. Pelat kontak diletakkan di bagian
bawah tiang penyangga menggunakan penjepit multiclamp juga. Magnet penempel dan
pelat kontak harus memiliki jarak cukup yang diukur dengan menggunakan skala vertikal.
Terminal merah start pada scaler counter dihubungkan ke terminal merah relay, dan
terminal hitam ke hitam lagi. Sedangkan terminal stop dihubungkan dengan terminal pelat
kontak (merah dengan merah dan hitam dengan hitam). Terminal catu daya dihubungkan
dengan terminal magnet penempel dan juga dihubungkan paralel dengan terminal relay
scaler counter.

39
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

IV. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Periksa perangkat percobaan gerak jatuh bebas yang ada. Jika sudah lengkap susunlah
perangkat tersebut hingga siap untuk dipakai.
2. Tekan morse key lalu tempelkan bola logam pada magnet penempel. Catat kedudukan
bola logam terhadap dasar/pelat kontak, ambil data kedudukan ini sebagai jarak y1.
3. Jatuhkan bebas bola logam dari magnet penempel dengan melepas tekanan pada morse
key. Catat waktu yang diperlukan bola logam untuk mencapai dasar (ambil data ini
sebagai t1). Lakukan pencatan waktu t1 untuk 5 kali percobaan.
4. Ubah kedudukan penempel magnet, lalu pasang bola logam. Catat kedudukan bola
logam terhadap pelat kontak, ambil data ini sebagai y2. Catat waktu tempuh bola logam
mencapai dasar, ambil data ini sebagai t2. Lakukan pencatatan waktu untuk 5 kali
percobaan.
5. Ulangi langkah 2 sampai 4 hingga diperoleh data yang cukup untuk pengolahan data
(minimal 5 kali).

V. PENGOLAHAN DATA
Tabel 8. 2 Pengamatan GJB I Tabel 8. 1 Pengamatan GJB II

h (m) h (m)
t2 (s2) t2 (s2)
No. t (s) t2 (s2) No. t (s) t2 (s2)
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.

Tabel 8. 4 Pengamatan GJB III Tabel 8. 3 Pengamatan GJB IV

h (m) h (m)
t2 (s2) t2 (s2)
No. t (s) t2 (s2) No. t (s) t2 (s2)
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.

1. Tulis hasil pengamatan dalam tabel !


2. Gunakan cara regresi linier terhadap data yang diperoleh untuk menentukan nilai
percepatan gravitasi (g), dengan parameter sebagai berikut.

40
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

y = b.x ……..….(3)
y=h
x = t2
1
b = 2 g → g = 2b
∆g = 2∆b

VI. ANALISIS HASIL PERCOBAN

1. Bandingkan nilai percepatan gravitasi yang diperoleh melalui percobaan gerak jatuh
bebas dengan nilai percepatan gravitasi standar dan pada percobaan gerak osilasi.
Berikan analisis anda!
2. Lakukan analisis terhadap hal-hal apa saja yang harus diperhatikan agar diperoleh hasil
yang cukup akurat!
3. Apa yang terjadi jika dalam percobaan gerak jatuh bebas di atas diganti dengan
menggunakan bola-bola logam dengan massa yang berbeda? Jelaskan!
4. Apa yang terjadi jika percobaan gerak jatuh bebas dilakukan menggunakan medium
zat cair? Coba analisis hal ini!

41
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

42
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL IX
RESONANSI GELOMBANG BUNYI

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Memahami peristiwa resonansi gelombang bunyi
2. Menentukan kecepatan rambat bunyi dalam udara
3. Memahami pengaruh perubahan suhu terhadap cepat rambat bunyi

II. ALAT–ALAT PERCOBAAN


1. Audio Frequency Generator + Speaker
2. Tabung Resonansi Berskala
3. Reservoir Air dari Plastik
4. Selang Karet

III. DASAR TEORI


Resonansi adalah peristiwa bergetarnya suatu benda disebabkan karena pengaruh
benda lain yang bergetar dengan frekuensi sama dengan sumbernya. Bunyi berasal dari
sesuatu yang bergetar sumber getaran tersebut dapat berasal dari dawai,dan tabung
udara seperti pada pipa organa. Resonansi gelombang bunyi pada tabung udara (dikenal
dengan pipa organa) adalah ikut bergetarnya molekul udara dengan frekuensi sama
dengan sumber bunyi, secara fisik peristiwa ini dapat diketahui dengan bertambah
kerasnya suara sumber. Berdasarkan teori di atas, kejadian ini terjadi jika hasil superposisi
gelombang datang dan pantul berupa gelombang berdiri. Dalam praktikum ini digunakan
tabung dengan salah satu ujung terbuka dan ujung yang lain tertutup. Di ujung terbuka
diletakkan sumber bunyi sedang ujung tertutup berupa batas antara udara dan cairan,
lihat gambar 9.1.
Sebuah gelombang jika melalui dua buah medium, maka gelombang tersebut akan
ditransmisikan dan dipantulkan. Pada kejadian tersebut berlaku kekekalan energi atau
daya, hal tersebut dapat dinyatakan dalam amplitudo. Besarnya amplitudo gelombang
transmisi dan amplitudo gelombang pantul sangat bergantung pada rapat massa medium
(dalam optic rapat massa ini dikenal dengan indeks bias). Jika gelombang datang dari
medium rapat ke medium sangat renggang, maka amplitudo pantul sangat kecil (dapat
dianggap nol) dan besar amplitudo transmisi mendekati amplitudo gelombang datang.
Dan sebaliknya, jika gelombang datang dari medium renggang ke medium sangat rapat,
maka amplitudo gelombang transmisi mendekati nol.

43
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Gambar 9. 1 Ilustrasi alat praktikum

Pengamatan fenomena resonansi dapat kita lakukan pada tabung resonansi yang panjang
kolom udaranya bisa diatur dengan cara menaikkan atau menurunkan permukaan air.
1 3 5
Resonansi akan terjadi pada saat panjang kolom udara sama dengan 4 𝜆, 𝜆, 𝜆 dst.
4 4

Gambar 9. 2 Gelombang berdiri pada pipa organa tertutup

Berdasarkan pola di atas, maka panjang gelombang yang mungkin terjadi resonansi adalah
𝑛𝜆
𝐿 = 4 .................. (1)
dengan n = 1, 3, 5, …
Secara umum kita dapat menuliskan persamaan di atas menjadi

(2𝑛−1)𝜆
𝐿= ................. (2)
4

dengan n = 1, 2, 3, ...

Diketahui bahwa hubungan cepat rambat bunyi di udara dengan panjang gelombang
𝑣
adalah = , maka panjang tabung resonansi ketika terjadi resonansi adalah
𝑓
(2𝑛−1) 𝑣
𝐿= × ................(3)
4 𝑓
Rumus-rumus di atas hanyalah tepat apabila diameter tabung jauh lebih kecil daripada
panjang gelombang yang dirambatkan. Dalam keadaan demikian tidak ada energi
gelombang yang keluar dari ujung terbuka.

44
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Jika ukuran diameter tabung tidak jauh lebih kecil dibanding dengan panjang gelombang
bunyi, titik perut gelombang yang terjadi tidak tepat pada ujung terbuka, melainkan terjadi
pada jarak e dari ujung tabung, hal ini tergantung pada frekuensi yang dirambatkan.
Dengan adanya koreksi ini, maka persamaan untuk panjang tabung menjadi

(2𝑛−1) 𝑣
𝐿 + 𝑒𝑛 = × ............... (4)
4 𝑓

Audio Frequency Generator


Audio Frequency Generator atau AFG adalah alat untuk menghasilkan gelombang dengan
amplitudo, frekuensi, dan bentuk gelombang yang bisa kita atur. Pada praktikum ini, AFG
akan disambungkan ke speaker sehingga bunyi yang keluar dari speaker dapat diatur
sesuai dengan yang dibutuhkan.

1. Pengatur frekuensi
2. Orde frekuensi
3. Pengatur volume
4. Orde volume
5. Pengatur jenis gelombang
6. Output
Gambar 9. 3 Audio Frequency Generator

45
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

IV. PROSEDUR PRAKTIKUM


Dalam percobaan ini kita menggunkan rumus (c) untuk menghitung percepatan
rambat gelombang bunyi dalam gas (udara) dan nilai koreksi e.

4
1. Persiapkan tabung resonansi (1) yang telah dihubungkan
dengan reservoir berisi air (2) melalui selang karet (3).
2 Atur reservoir ke atas hingga air hampir mencapai mulut
1
tabung (4).

2. Hubungkan speaker dengan AFG. Hidupkan AFG: gunakan


gelombang sinus pada frekuensi f1 (ditentukan asisten,
AFG 300 Hz < f1< 1000 Hz). Atur amplitudo hingga terdengar
3 bunyi yang cukup jelas tetapi tidak mengganggu sesama
praktikan.

Gambar 9. 4 Ilustrasi alat praktikum

3. Turunkan permukaan air dalam tabung dengan menurunkan reservoir secara perlahan.
Bunyi akan melemah dan kemudian menguat pada titik tertentu. Catat kedudukan
permukaan air saat bunyi menguat, turunkan lagi secara perlahan dan ulangi
mencatat saat bunyi kembali menguat.
4. Lakukan kebalikannya: bermula saat posisi permukaan air di dasar tabung resosansi,
saat reservoir berada di posisi bawah lalu dinaikkan perlahan. Permukaan air akan naik
pelan-pelan. Amati resonansi-resonansi yang terjadi. Catat kedudukan air saat
terdengar suara keras.
5. Ulangi langkah 2-4 dengan menggunakan frekuensi yang berbeda, misal f2 dan f3
(Tanyakan pada asisten).

46
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

V. PENGOLAHAN DATA
Menentukan Cepat Rambat Gelombang Bunyi Di udara (V)
1) Secara Grafis
Catat letak titik resonansi yang anda amati pada tabel berikut.

Tabel 9. 1 Hasil pengamatan percobaan pertama

Tabel data 1 dengan frekuensi (F1)=…...Hz


Panjang pipa Permukaan Permukaan
Lm (Rata-Rata)
resonansi ke-m Diturunkan dinaikkan
L1
L2
L3
L4

Tabel 9. 2 Hasil pengamatan percobaan kedua

Tabel data 2 dengan frekuensi (F2)=......Hz


Panjang pipa Permukaan Permukaan
Lm (Rata-Rata)
resonansi ke-m Diturunkan dinaikkan
L1
L2
L3
L4

Tabel 9. 3 Hasil pengamatan percobaan ketiga

Tabel data 3 dengan frekuensi (F3)=…...Hz


Panjang pipa Permukaan Permukaan
Lm (Rata-Rata)
resonansi ke-m Diturunkan dinaikkan
L1
L2
L3
L4

• Ubah persamaan (C) menjadi persamaan berbentuk 𝑦 = 𝑏𝑥 + 𝑎 dengan 𝑦 = 𝐿


dan 𝑥 = 𝑛.
• Tentukan garis rata-rata dengan menggunakan metode regresi linier untuk
frekuensi tersebut.

47
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Tabel 9. 4 Regresi linear

No. 2

1.
2.
3.
4.
Σ

𝑁 ∑(𝑥𝑖 𝑦𝑖 ) − (∑ 𝑥𝑖 ∑ 𝑦𝑖
𝑏= 2
𝑁 ∑ 𝑥𝑖 2 − (∑ 𝑥𝑖 )

𝑣
𝑏=
2𝑓
𝑣 = 2𝑓𝑏; 𝛥𝑣 = 2𝑓𝛥𝑏

• Gambar grafik Lterhadap n pada frekuensi yang diamati.


• Tentukan Nilai (vv).
• Tentukan tingkat ketelitian pengamatan yang anda lakukan.
𝛥𝑣
𝑇𝐾 = (1 − ) × 100%
𝑣
• Lakukan langkah-langkah pengolahan data diatas menggunakan frekuensi f2 dan
f 3.

2) Secara Analitis
𝑣
• Diketahui 𝐿𝑛 − 𝐿𝑛−1 = 2𝑓
• Dengan persamaan diatas, tentukan nilai V untuk masing-masing pasangan data
pada tiap-tiap frekuensi pengamatan yang anda lakukan.

𝑣43
𝐿4 − 𝐿3 = ; 𝑣43 = ⋯
2𝑓
𝑣32
𝐿3 − 𝐿2 = ; 𝑣32 = ⋯
2𝑓
𝑣21
𝐿2 − 𝐿1 = ; 𝑣21 = ⋯
2𝑓

• Tentukan Nilai (vv).


∑ 𝑥𝑖
𝑣 = 𝜈̅ = ; 𝛥𝑣 = |𝑥𝑖 − 𝑥̅ |𝑚𝑎𝑥
𝑁

• Dapatkan tingkat penelitian pengamatan dengan cara ini.


𝛥𝑣
𝑇𝐾 = (1 − ) × 100%
𝑣

48
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

3) Secara Empiris
𝑡
• Diketahui 𝑉 = 331√1 + 273 , 𝑡 = suhu ruangan praktikum (0C).
• Dari persamaan diatas, tentukan nilai v.
VI. ANALISIS
1. Bandingkan nilai V yang anda dapatkan menurut ketiga cara di atas, mana menurut
anda yang lebih baik. Jelaskan alasannya.
2. Bandingkan hasil cepat rambat bunyi di udara yang anda dapatkan dengan cepat
rambat bunyi referensi yang sering digunakan. Uraikan analisa anda.
3. Jelaskan pengaruh perubahan tegangan generator audio terhadap pengamatan yang
anda lakukan.
4. Jelaskan pengaruh perubahan frekuensi terhadap nilai cepat rambat gelombang
bunyi di udara yang anda dapatkan.
5. Jelaskan pengaruh perubahan suhu (t) terhadap cepat rambat bunyi yang
didapatkan.
6. Jika diinginkan jumlah nada yang lebih banyak lagi, apa yang harus dilakukan, jika
dikaitkan dengan praktikum yang anda lakukan.
7. Mengapa titik-titik Ln ditentukan berdasarkan keras tidaknya suara yang didengar?
Jelaskan jawaban anda.
8. Bagaimana jika air yang anda gunakan diganti dengan zat cair yang lebih kental?
Uraikan analisa anda.

49
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

50
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL X
KALIBRASI OSILOSKOP DAN OSILATOR

I. TUJUAN
1. Mengukur frekuensi dan amplitudo getaran harmonik yang ditampilkan osiloskop
2. Memahami superposisi getaran harmonik yang sejajar melalui osiloskop
3. Memahami superposisi getaran harmonik yang saling tegak lurus melalui osiloskop

II. ALAT-ALAT
1. Osiloskop GOS - 622 ( Dual trace ; 20 mHz )
2. Generator audio ( 10 kHz ; 2 vpp )
3. Kabel probe

III. DASAR TEORI


A. Osiloskop
Osiloskop adalah alat ukur elektronika yang digunakan untuk
memproyeksikan bentuk menampilkan gelombang yang dihasilkan oleh sumber
gelombang. Secara rinci fungsi panel dan modus osiloskop adalah:

Gambar 10. 1 Osiloskop

Tabel 10. 1 Keterangan Tombol Osilator

1 Layar display 10 Input ch –1


2 Tombol on – off 11 Input ch – 2
3 Pengatur iluminasi layer 12 Penggeser gambar arah horizontal
4 Pengatur focus 13 Pengatur nilai skala horizontal (skala
TIME/DIV)
5 Pengatur intensitas 14 Tombol kalibrasi sweep
6 Getaran 2 Vpp ( ' square ' ) 15 Pengatur trigger (kedua knop ini harus
selalu terputar habis kekiri)
7 Penggeser gambar vertikal 16 Tombol auto harus selalu dalam keadaan
ditekan
8 Selektor ch – 1 & 2 17 Pemilih channel dan modus kerja
osiloskop
9 Pengatur nilai skala vertikal

51
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

B. Osilator
Osilator merupakan perangkat elektronika yang dapat menghasilkan sejumlah
getaran atau sinyal listrik secara periodik dengan amplitudo yang konstan. Prinsip
kerja osilator adalah mengubah sinyal arus DC menjadi sinyal arus AC. Gelombang
yang dihasilkan dapat berupa gelombang sinusoida, gelombang gigi gergaji atau
gelombang kotak. Salah satu contoh osilator yang digunakan dalam praktikum adalah
generator audio.

C. Kalibrasi
Kalibrasi adalah suatu cara untuk menentukan kebenaran konvensional nilai
yang ditunjukkan pada alat inspeksi, alat pengukuran dan alat pengujian. Kalibrasi
merupakan suatu bentuk standarisasi alat.

IV. PROSEDUR PRAKTIKUM


A. Mengenal Osiloskop
Persiapan sebelum alat dinyalakan:
1. Pastikan semua tombol pada osiloskop dalam keadaan off.
2. Tombol - tombol INTENS, FOKUS, ILLUM POS dan kedua tombol POS ditempatkan di
posisi tengah.
3. Tombol SWP VAR diputar habis ke kanan dan dalam keadaan ditekan (posisi ON)
4. Tombol TIME / DIV diputar habis ke kiri.
5. Switch VERT MODE ke ch -1 atau ch-2.
6. Setelah diperiksa asisten, tekanlah tombol POWER. Selang sekitar 20 detik, bintik
cahaya akan tampak.
7. Atur tombol INTENS dan FOKUS hingga bintik tampak tajam namun tidak terlalu
terang, agar layar fluoresensi tidak terbakar.
8. Gunakan tombol POS untuk mengatur bintik hingga berada di posisi tengah layar.

Kalibrasi Osiloskop
1. Pasang kabel probe pada channel 1 dan ujung probe positif ke slot ‘square’(slot yang
tersedia pada ujung kiri bawah osiloskop). Maka akan muncul sinyal kotak pada layar
display seperti berikut ini.

Gambar 10. 2 Tampilan Osiloskop

52
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

2. Atur tombol kalibrasi hingga amplitudo dan frekuensi sinyal kotak pada layar display
sesuai dengan skala yang ditunjuk pada slot ‘square’.
3. Pindahkan probe pada channel 2 untuk mengkalibrasi channel 2.
4. Lakukan langkah yang sama seperti kalibrasi channel 1.
B. Pengukuran frekuensi ( F ) dan Amplitudo ( A ) getaran harmonik
1. Hubungkan osilator dengan osiloskop pada channel 1.
2. Atur jenis gelombang pada osilator sebagai gelombang sinusoidal.
3. Atur mode dan source pada osiloskop di channel 1.
4. Atur amplitudo dan frekuensi pada osilator.
5. Hitung amplitudo dan frekuensi gelombang yang muncul pada layar display.
6. Atur skala frekuensi dan amplitudo jika gambar besar gelombang yang ditampilkan
pada layar display tidak ideal.
7. Atur posisi vertikal dan horizontal dari gambar gelombang untuk memudahkan
perhitungan amplituo dan frekuensi dari gambar gelombang yang ditampilkan pada
layar display.
8. Catat amplitudo dan frekuensi yang diatur pada osilator dan yang dibaca pada
osiloskop.

Kalibrasi Frekuensi (F) & Amplitudo ( A ) Generator Audio

Tabel 10. 2 Hasil Pengamatan percobaan SGH 1

Amplitudo (A) Frekuensi (F)


Percobaan
Osilator Osiloskop Osilator Osiloskop
1
2
3
4
5
O Jelaskan makna amplitudo dan frekuensi audio generator!
O Samakah nilai A dan F pada osilator dan osiloskop, Mengapa demikian? Jelaskan
alasannya!
O Perlukah kalibrasi untuk skala ch-1 dan ch-2, uraikan jawaban anda!

Analisis :
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………

53
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

54
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL XI
SUPERPOSISI GETARAN HARMONIK SEJAJAR

I. TUJUAN
1. Mengukur frekuensi dan amplitudo getaran harmonik yang ditampilkan osiloskop.
2. Memahami superposisi getaran harmonik yang sejajar melalui osiloskop.
3. Memahami superposisi getaran harmonik yang saling tegak lurus melalui osiloskop

II. ALAT-ALAT
1. Osiloskop GOS - 622 ( Dual trace ; 20 mHz ).
2. Generator audio ( 10 kHz ; 2 vpp ).
3. Kabel probe.

III. DASAR TEORI


Superposisi getaran harmonik adalah penjumlahan dua atau lebih getaran
harmonik yang dapat melintasi ruang yang sama tanpa adanya keterkaitan antara
gelombang-gelombang. Faktor yang mempengaruhi superposisi getaran harmonik
yaitu amplitudo masing-masing gelombang dan beda fase antara gelombang yang
disuperposisikan. Berdasarkan arah getarnya, SGH dibedakan menjadi 2, yaitu : sejajar
dan tegak lurus.
Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menjumpai penerapan superposisi
getaran harmonik seperti gelombang-gelombang radio dari banyak stasiun radio
frekuensi masing-masing lewat melalui satu antena radio. Arus listrik yang ditimbulkan
oleh superposisi dari semua gelombang di dalam antena tersebut adalah sangat
kompleks. Walaupun demikian, Anda masih dapat mendengarkan acara dari stasiun
radio tertentu.
Pentingnya prinsip superposisi dapat Anda lihat dari pengertian prinsip
superposisi. Prinsip superposisi merupakan penjumlahan beberapa gelombang. Jika
prinsip superposisi berlaku, Anda dapat menyelidiki, menyelisik, dan menyimpulkan
bahwa suatu gerak gelombang rumit hanya merupakan gabungan dari gelombang-
gelombang sederhana. Dengan demikian, prinsip superposisi sangat membantu dalam
menyederhanakan gerak suatu gelombang.

55
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Jenis Superposisi :
1. Gelombang Pelayangan
Gelombang pelayangan merupakan gelombang yang tercipta akibat superposisi dari
dua gelombang yang memiliki selisih frekuensi yang kecil (masih dalam satu orde).

Gambar 11. 1 Gelombang Pelayangan

2. Gelombang kompleks
Gelombang kompleks merupakan gelombang yang tercipta akibat superposisi dari dua
gelombang yang memiliki selisih frekuensi yang besar (berbeda orde).

Gambar 11. 2 Gelambang Kompleks

Jika terdapat 2 getaran harmonik dengan arah getar berada dalam satu sumbu getar
yang sama ditulis sebagai berikut :
Getaran harmonik 1 : 𝑥1 (t) = 𝐴1 cos(2𝜋𝑓1 t + 𝛼 1)
Getaran harmonik 2 : 𝑥2 (t) = 𝐴2 cos(2𝜋𝑓2 t + 𝛼 2)

56
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Jika keduanya bersuperposisi, maka akan diperoleh resultan getaran harmonik yang
dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan kesamaan amplitudo, frekuensi, dan fasa awal.

1. Jika amplitudo berbeda, frekuensi dan fasa awal sama


(𝒇𝟏 = 𝒇𝟐 = 𝒇 dan 𝜶1 = 𝜶2 = 𝜶 )
Getaran harmonik 1 : 𝑥1 (t) = 𝐴1 cos(2𝜋𝑓1 t + 𝛼 1)
Getaran harmonik 2 : 𝑥2 (t) = 𝐴2 cos(2𝜋𝑓2 t + 𝛼 2)

Getaran harmonik resultan : 𝒙𝑹 (t) = 𝑨𝟏 cos (∅𝑹 )

dengan

𝐴𝑅 = (𝐴1 + 𝐴2 )

∅𝑹 = (2𝜋 𝑓 t + 𝛼)

57
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

2. Jika amplitudo dan fasa awal berbeda, frekuensi sama


Getaran harmonik 1 : 𝑥1 (t) = 𝐴1 cos(2𝜋 𝑓 + 𝛼 1)
Getaran harmonik 2 : 𝑥2 (t) = 𝐴2 cos(2𝜋 𝑓 + 𝛼 2)

Getaran harmonik resultan : 𝒙𝑹 (t) = 𝑨𝑹 cos (∅𝑹 )


dengan

𝑨𝑹 = √𝐴1 𝟐 + 𝐴2 𝟐 + 𝟐𝐴1 𝐴2 cos(𝛼2 − 𝛼1 )


𝐴1 𝑆𝑖𝑛 𝛼1 + 𝐴2 𝑆𝑖𝑛 𝛼2
∅𝑹 = arc tan ( )
𝐴1 𝐶𝑜𝑠 𝛼1 + 𝐴2 𝐶𝑜𝑠 𝛼2

3. Jika amplitudo dan frekuensi berbeda, fasa awal sama


Getaran harmonik 1 : 𝑥1 (t) = 𝐴1 cos(2𝜋𝑓1 t + 𝛼)
Getaran harmonik 2 : 𝑥2 (t) = 𝐴2 cos(2𝜋𝑓2 t + 𝛼)
Ambil  = 0 sehingga kedua getaran harmonik menjadi :
𝑥1 (t) = 𝐴1 cos(2𝜋𝑓1 t)
𝑥2 (t) = 𝐴2 cos(2𝜋𝑓2 t)

Getaran harmonik resultan : 𝒙𝑹 (t) = 𝑨𝑹 cos (∅𝑹 )


dengan

𝑨𝑹 = √𝐴1 𝟐 + 𝐴2 𝟐 + 𝟐𝐴1 𝐴2 cos(2𝜋(𝑓2 − 𝑓1 )t)


𝐴1 𝑆𝑖𝑛 2𝜋𝑓1 + 𝐴2 𝑆𝑖𝑛 2𝜋𝑓1
∅𝑹 = arc tan ( )
𝐴1 𝐶𝑜𝑠 2𝜋𝑓2 + 𝐴2 𝐶𝑜𝑠 2𝜋𝑓2

B. Cara Kerja
1. Pasang probe dari channel 1 dan 2 pada 2 osilator yang telah disediakan
2. Atur kedua osilator dengan output gelombang sinusoidal
3. Atur mode pada osiloskop dalam keadaan dual agar kedua gelombang yang
diinput dapat terlihat pada layar display
4. Atur skala amplitudo dan frekuensi pada channel 1 dan channel 2 agar gambar
gelombang tampil dengan sempurna.
5. Atur frekuensi dan amplitudo gelombang pada osilator (sesuai instruksi
asisten)
Untuk getaran harmonik sejajar : samakan amplitudo channel 1 dan 2, lalu atur
frekuensi channel 1 dan 2 dalam satu orde, misalnya : frekuensi channel 1 = 600 Hz,
frekuensi channel 2 =700 Hz, dst.
Getaran Harmonik kompleks : Ubah 𝑓2 hingga kembali 600 kHz ; dan 𝑓1 berturut-turut
6 kHz dan 60 kHz.
6. Pindahkan mode pada osiloskop ke posisi/keadaan add.
7. Catat hasil superposisi yang ditampilkan pada layar display.
8. Ulangi untuk mengubah-ubah frekuensi pada osilator untuk melihat bentuk
superposisi yang nampak (sesuai instruksi asisten).

58
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Superposisi Getaran/Gelombang dengan selisih frekuensi yang kecil

Tabel 11. 1 Hasil Pengamatan Percobaan Gelombang Pelayangan

Gambar Gambar
𝑨𝟏 𝒇𝟏 𝑨𝟐 𝒇𝟐 Kedua Pelayangan
Gelombang

o Jelaskan hasil pengamatan getaran harmonik pelayangan!

Analisis :
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………

59
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Gelombang Kompleks, 𝒇𝟐 = 600 Hz


Tabel 11. 2 Hasil Pengamatan Percobaan Gelombang Kompleks

𝒇𝟏 Gambar
6 kHz

60 kHz

o Jelaskan hasil pengamatan getaran harmonik kompleks!

Analisis:
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………

60
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

61
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL XII
SUPERPOSISI GETARAN HARMONIK TEGAK LURUS

I. TUJUAN
1. Mengukur frekuensi dan amplitudo getaran harmonik yang ditampilkan osiloskop.
2. Memahami superposisi getaran harmonik yang sejajar melalui osiloskop.
3. Memahami superposisi getaran harmonik yang saling tegak lurus melalui osiloskop

II. ALAT-ALAT
1. Osiloskop GOS - 622 ( Dual trace ; 20 mHz ).
2. Generator audio ( 10 kHz ; 2 vpp ).
3. Kabel probe.

III. DASAR TEORI


Superposisi getaran harmonik adalah penjumlahan dua atau lebih getaran harmonik yang
dapat melintasi ruang yang sama tanpa adanya keterkaitan antara gelombang-
gelombang. Faktor yang mempengaruhi superposisi getaran harmonik yaitu amplitudo
masing-masing gelombang dan beda fase antara gelombang yang disuperposisikan.
Berdasarkan arah getarnya, SGH dibedakan menjadi 2, yaitu : sejajar dan tegak lurus.

Superposisi 2 Getaran Harmonik yang Tegak Lurus


Jika terdapat 2 getaran harmonik dengan arah getar yang saling tegak lurus, misalkan
sebagai berikut:
Getaran harmonik 1 : x(t) = 𝐴1 sin(2𝜋𝑓1 t + 𝛼1 )
Getaran harmonik 2 : y(t) = 𝐴2 sin(2𝜋𝑓2 t + 𝛼2 )
Getaran harmonik resultannya jika diplot dalam dua sumbu yang saling tegak lurus akan
diperoleh gambar Lissajous ( li-sa-ju ).

Amplitudo, frekuensi dan beda fasa kedua getaran harmonik yang saling bersuperposisi
akan menentukan bentuk gambar lissajous yang diperoleh.

1. Frekuensi kedua getaran harmonik sama


Kedua getaran harmonik tersebut misalkan:
x(t) = 𝐴1 sin(2𝜋f t + 𝛼1 )
y(t) = 𝐴2 sin(2𝜋f t + 𝛼2 )
Lintasan diperoleh dengan mengeliminasi t antara x(t) dan y(t)
𝒙 𝟐 𝒚 𝟐 𝒙 𝒚
Adapun hasilnya : (𝑨 ) + (𝑨 ) − 𝟐 (𝑨 ) (𝑨 ) 𝐜𝐨𝐬 𝜽 = 𝒔𝒊𝒏𝟐 𝜽
𝟏 𝟐 𝟏 𝟐
Dimana |𝛼2 − 𝛼1 | disebut beda fasa awal
Jadi : Bentuk lintasan ditentukan oleh amplitudo masing-masing getaran dan beda fasa
awalnya, sehingga gambar lissajous yang diperoleh dapat berbentuk garis lurus, elips,
bahkan lingkaran (irisan kerucut).

62
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

𝑨
❖ Jika 𝜽 = 0 (Kedua getaran sefasa) diperoleh garis lurus : Y = 𝑨𝟐 X
𝟏
𝑨𝟐 𝑨
❖ Jika 𝜽 = 𝝅 radian, y = - 𝑨 x (gambar 5.3) dengan kemiringan 𝑨𝟐
𝟏 𝟏
A2 A2

A1 A1

Gambar 12. 1 Elips Tidak Tegak dan Tegak

𝜋 3𝜋
• Jika  = 2 radian atau  = radian, akan diperoleh elips tegak (gambar 11.2).
2
dengan persamaan :
𝒙 𝟐 𝒚 𝟐
(𝑨 ) + (𝑨 ) = 𝟏
𝟏 𝟐

• Untuk  yang lain, akan diperoleh elips miring.

2. Frekuensi kedua getaran harmonik berbeda


𝑓1
Jika 𝑓1  𝑓2 diperoleh gambar yang sangat rumit, kecuali apabila berupa
𝑓2
1 1 1 2
perbandingan sederhana seperti 1, 2, 3, 3, dll.
Gambar - gambar yang diperoleh adalah :

1
1

1
2

1
3

1
4

Gambar 12. 2 Lissajous

63
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

A. Cara mendapatkan gambar-gambar Lissajous :


1. Pasang probe dari channel 1 dan 2 pada 2 osilator yang telah disediakan.
2. Atur kedua osilator dengan output gelombang sinusoidal.
3. Atur mode pada osiloskop dalam keadaan dual agar kedua gelombang yang diinput
dapat terlihat pada layar display.
4. Atur skala amplitudo dan frekuensi pada channel 1 dan channel 2 agar gambar
gelombang tampil dengan sempurna.
5. Atur frekuensi pada osilator sama besar untuk menampilkan lissajous 1:1 (misal ch-
1 f = 600 Hz dan ch-2 f= 600 Hz).
6. Atur source pada osiloskop dalam keadaan x,y lalu aktifkan tombol x,y.
7. Atur mode pada osiloskop dalam keadaan add, maka akan tampil gambar lissajous
pada layar display.
8. Atur posisi vertikal dan horizontal jika ingin gambar lissajous berada di bagian
tengah layer display.
9. Ulangi untuk perbandingan 𝑓𝑥 /𝑓𝑦 = 1:1 ; 1:2; 1:3; dan 2:3 ( tanya asisten ).
Catatan : Gambar-gambar yang ditampilkan tidak dapat diam, ini disebabkan karena
kedua osilator merupakan 2 sumber getaran yang tidak koheren (beda fase setiap saat
berubah/tidak konstan)

Pengukuran frekuensi dengan Lissajous

Tabel 12. 1 Hasil pengamatan percobaan gelombang lissajous

𝑓𝑥 /𝑓𝑦 Gambar Lissajous

1:1

1:2

1:3

2:3

64
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

o Jelaskan kembali tabel hasil pengamatan anda!


Analisis:
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………

C. Menggambar lissajous secara manual


Cara menggambar gelombang Lissajous:
1. Buatlah lingkaran dengan ukuran yang sama di kuadran II dan kuadran IV. Lihat
Gambar di bawah.

Gambar 12. 3 Langkah 1 membuat lissajous

2. Setelah itu pada kedua lingkaran, bagi ruas sesuai dengan perbandingan frekuensi
masing-masing gelombang yang disuperposisikan (f1 : f2 = ruas lingkaran kuadran
II : ruas lingkaran kuadran IV). Minimal ruas lingkaran f1 adalah 4 bagian.

Gambar 12. 4 Langkah 2 membuat lissajous

65
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

3. Beri penomoran pada sisi luar lingkaran yang tegak lurus dengan garis pembagi
ruas lingkaran. Untuk lingkaran f1, awal penomoran dimulai dari sisi lingkaran yang
paling kanan dan arah penomorannya berlawanan arah jarum jam. Sedangkan
untuk lingkaran f2, awal penomoran dimulai dari sisi lingkaran yang paling atas dan
penomorannya searah dengan putaran jarum jam. Penomoran disesuaikan
dengan jumlah maksimal lingkaran dengan ruas terbanyak. Untuk lebih jelasnya,
lihat gambar di bawah.

Gambar 12. 5 Langkah 3 membuat lissajous

4. Buat garis putus-putus yang menghubungkan pertemuan sesama nomor


sisi pada lingkaran. Lihat contoh pada gambar di bawah.

Gambar 12. 6 Langkah 4 membuat lissajous

5. Kemudian, hubungkan titik-titik pertemuan tersebut sesuai dengan urutan


nomornya. Gambar Superposisi Gelombang serapi mungkin.

66
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

DAFTAR NAMA ASISTEN PRAKTIKUM FISIKA DASAR PERIODE 2019 - 2020


AZR Aisyah Zahra Riswanda LVN I Deo Kelvin Aprianta REY Rayhan Erdyarahman
AHD Ahdan Abdulfattah Rizqi IFR Iftikar fadhlirohman s HAN Rayhan Nauvaldi
SUS Aldi Sulthony Susilo IAF Ilham Akbar NTA Rianta Athallah Dharmmesta
ALZ Alya Zulfia Amaranggana NDO Irfhando Mahendra GRY Ribka Yosephine
AMF Andi Muhammad Fachri CH RIO Ivan Satrio Pamungkas RCO Richardo Praystihan Sitepu
LAW Andy Law Exaudy Simbolon IZZ Izzu Zantya Fawwas RKF Ridlho Khoirul Fachri
ANN Anindiya Dewi Artanti JIH Jihan Salsabila RII Rizka Alifya Rahman
CRT Anis Ratna Sari ILY Laily Nur Qomariyati RED Rizkyah Erwanda
CHO Anita Rosdina Nasution LSW Lia Suci Waliani AGV Ryan Vianatha
ANS Annisa nur falahi ahmad LYN Liyana Faiza SRS sang ayu ketut devi saraswati
ARF Arfa Chalida Izhar Friswara EMA Maria Emerald Nainggolan SAR Sarah Maharani
ITB Arsyad Dhiauddin MEL Melinda Saleha SAT Satria Rana Dityantomo
SYF Assyifa Nur Annisa R P SYA Miftah Syahita Astriana KHA Siti amirah khansa
VRN Averina Fidelia Aqiilah D MIW Mira Gunawan DIN Sitti Amallia Suhandini
FIA Azizah Luthfiah MPR Monalisa Pratiwi OJI Sulthon Muhammad Fauzi A
BEW Bagas Wibisono SIN Muchsin Nur Hidayah APA Syafiq Fatih Basalamah
FLO Budi Floris de Jongh XYZ Muh. Yuzril Ihza B. CIP Syifa Rezki Fauziah
CAL Calica Rosnaomi AGI Muhammad Anggi M S TMA Tamma Hasya Gemilang I
SFN Dea Sifana Ramadhina MAA Muhammad Arief A. TIA Tiara
DVA Deva Aulia Putri Oktavia MDS Muhammad Diponegoro S R AYA Umi Nihayah
ARA Dewi Iswaratika ONE Muhammad fajar aldi a WID Widhi Argo Pratama
DAS Dhimas Chandra Bagaskara AIS Muhammad Fajar A S LOU Yonathan verrel lou drie
GOD Dony Tontiardo HAM Muhammad Ilham Firdaus UNI Yulia wahyuni
DWI Dwi Sulistyowati SYE Muhammad Syechan N
DKZ Dyka Khairullah Zamhari MUT Mutia Rahma Niza
EFS Elisabeth Simbolon MIA Namira Fasya Rahim
FAC Fandi Achmad MNS Nana Sutrisna
DSY Faradisya Heris Salsabila NAT Natasia Sekarning Tiyas
NDK Fathiyya Nada Nazhifa B ABE Nathaniel Syalomta
LIX Felix YAD Ni Luh Gede Sri Yadnya N
RLD Felix Gerald Saragi Sitio NNA Nisa Noor Amalia
FIL Fildha Ridhia NOV Novia Walrahmadani
NAD Fildza Nadhilah Nursalam YDH Nur Yudha Kurnia Ramadhan
HRS Gede Haris Widiarta OKZ Okzata Recy
GGZ Gelar Gemilang Zulkarnain RES Pramesta kharisma
GGS Gigas Jouhan Arvyanto PNY Pratiwi Novayanti
GWS Gusti Ayu Dwitya Sari MIT putu riyana paramita
HKR Hafizhah Khaerani RAC Rachma Agustyorini
VIO Halvionita puspitasari dewi BLA Rahma sabilla ashar
HAY Haya Majidatul Khasna RAF Raisa Afifah

67
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

STRUKTUR ORGANISASI
LABORATORIUM FISIKA DASAR

Pembina Lab
Drs. Suprayogi, M.T.

Koordinator Asisten Lab. Fisika


Dasar
Irfhando Mahendra

Wakil Koordinator Asisten Lab.


Fisika Dasar
Felix Gerald Saragi Sitio

Bendahara I Sekretaris I
Rachma Agustyorini Alya Zulfia Amaranggana

Bendahara II Sekretaris II
Putu Riyana Paramita Rizka Alifya Rahman

68
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Divisi Manajemen Sistem


Divisi Edukasi Divisi Sumber Daya Manusia
Informasi
Muh Yuzril Ihza B. Budi Floris de Jongh Rayhan Nauvaldi
Dony Tontiardo Laily Nur Qomariyati Fildha Ridhia
Miftah Syahita Astriana Aldi Sulthony Susilo Gigas Jouhan Arvyanto
Aisyah Zahra Riswanda Annisa Nur Falahi Ahmad Ahdan Abdulfattah Rizqi
Andy Law Exaudy
Simbolon Arfa Chalida Izhar Friswara Anindiya Dewi Artanti
Assyifa Nur Annisa Rizkia
Dea Sifana Ramadhina Putri Bagas Wibisono
Dewi Iswaratika Deva Aulia Putri Oktavia Fathiyya Nada Nazhifa B
Dhimas Chandra
Bagaskara Fandi Achmad Ivan Satrio Pamungkas
Felix Faradisya Heris Liyana Faiza
Ilham Akbar Halvionita Puspitasari Dewi Melinda Saleha
Maria Emerald
Nainggolan Izzu Zantya Fawwas Muchsin Nur Hidayah
Monalisa Pratiwi Jihan Salsabila Natasia Sekarning Tiyas
Muhammad Fajar Ash
Muhammad Arief A. Shiddiq Nathaniel Syalomta
Nisa Noor Amalia Mutia Rahma Niza Rahma Sabilla Ashar
Muhammad Diponegoro St
Rayhan Erdyarahman Ropawiro Ryan Vianatha
Sitti Amallia Suhandini Namira Fasya Rahim Sang Ayu Ketut Devi Saraswati
Syafiq Fatih Basalamah Nur Yudha Kurnia Ramadhan Syifa Rezki Fauziah
Umi Nihayah Siti Amirah Khansa Tiara
Sulthon Muhammad Fauzi
Aulia

69
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Divisi Riset Dan Bengkel Divisi Praktikum

Muhammad Anggi Mahendra Saputra Haya Majidatul Khasna


Lia Suci Waliani Gede Haris Widiarta
Nana Sutrisna Muhammad Syechan Naufalimam
Anis Ratna Sari Andi Muhammad Fachri Ch
Arsyad Dhiauddin Anita Rosdina Nasution
Averina Fidelia Aqiilah Dizaramadhani Azizah Luthfiah
Gelar Gemilang Zulkarnain Calica Rosnaomi
Hafizhah Khaerani Dwi Sulistyowati
Iftikar Fadhlirohman S Dyka Khairullah Zamhari
Mira Gunawan Elisabeth Simbolon
Okzata Recy Fildza Nadhilah Nursalam
Pratiwi Novayanti Gusti Ayu Dwitya Sari
Rianta Athallah Dharmmesta I Deo Kelvin Aprianta
Ribka Yosephine Muhammad Fajar Aldi Ahnafaisy
Richardo Praystihan Sitepu Muhammad Ilham Firdaus
Rizkyah Erwanda Ni Luh Gede Sri Yadnya Ningsih
Tamma Hasya Gemilang Indrajaya Novia Walrahmadani
Sarah Maharani Pramesta Kharisma Kusumadani
Satria Rana Dityantomo Raisa Afifah
Widhi Argo Pratama Ridlho Khoirul Fachri
Yulia Wahyuni Yonathan Verrel Lou Drie

70
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

71

Anda mungkin juga menyukai