Anda di halaman 1dari 52

MAKALAH KONSERVASI GIGI

RESTORASI KOMPOSIT KELAS III DAN IV

Disusun oleh :

Kelompok Siang Praktikum Konservasi Gigi

Angkatan 2011

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2014
DAFTAR ISI

COVER …………………………………..………….…………………..………. i
DAFTAR ISI ……………………………………….…….………..……………. 2
RESTORASI KOMPOSIT KELAS III DAN IV …….……………………...….. 4
1. Pendahuluan Restorasi Komposit Kelas III dan IV ….……….………… 4
1.1 Pengertian ………………………………..…….……..…………… 4
1.2 Indikasi ……………….……….…….…….………...………….….. 4
1.3 Kontraindikasi ……………………………………………………... 4
1.4 Keuntungan ………..………………………………………………. 5
1.5 Kerugian …………………………………………………………… 5
2. Teknik Klinis Untuk Restorasi Komposit Kelas III Direk ………….…… 6
2.1 Prosedur Klinis Awal ……………………………………………… 6
2.2 Preparasi Gigi ………….….….…………………………………… 6
2.2.1 Preparasi Konvensional Kelas III …………………………. 8
2.2.2 Preparasi Bevel Konvensional Kelas III …………………. 11
2.2.3 Preparasi Modifikasi Kelas III …………………………… 20
2.3 Teknik Restorasi …………………………………………………. 23

2.3.1 Etching, Priming, and Placing Adhesive ………………… 23

2.3.2 Aplikasi Matriks ………………………….………………. 24

2.3.3 Inserting & Curing The Composite …….………………… 28

2.3.4 Contouring & Polishing ………………………………….. 36

3. Teknik Klinis Untuk Restorasi Komposit Kelas IV Direk …………..… 43


3.1 Prosedur Klinis Awal ……………………………………………. 43
3.2 Preparasi Gigi ……………………………………………………. 44
3.2.1 Preparasi Konvensional Kelas IV ……………….………. 44
3.2.2 Preparasi Bevel Konvensional Kelas IV …….…………... 45
3.2.3 Preparasi Modifikasi Kelas IV ………….……………….. 47
3.3 Teknik Restorasi ……………………………….………………… 48
3.3.1 Etching, Priming, and Placing Adhesive ………………… 48
3.3.2 Aplikasi Matriks ………………………………………….. 49
3.3.3 Inserting & Curing The Composite ………………………. 52

3.3.4 Contouring & Polishing ………………………………….. 53

2
RESTORASI KOMPOSIT KELAS III DAN IV

1. Pendahuluan Restorasi Komposit Kelas III dan IV

1.1 Pengertian
Tambalan kelas III dan IV komposit melibatkan gigi anterior
dan material yang estetik seperti komposit. Namun walaupun
pertimbangan estetis juga dibutuhkan di gigi posterior, pasien kurang
memperhatikan segi estetis di gigi posterior dibandingkan gigi
anterior.
Kualitas dan bahan material pada komposit sebagai bahan
pilihan adalah segi estetik. Selain itu komposit juga mempunyai

3
kekuatan yang cukup dan bisa berikatan dengan struktur gigi. Hal ini
juga akan mengurangi kehilangkan struktur gigi saat preparasi.

1.2 Indikasi
- Untuk penambalan kelas III dan IV
- Untuk restorasi kelas V yang berada pada area estetis
- Untuk material pewarna gigi apabila gigi tersebut
memiliki enamel margins

1.3 Kontraindikasi
- Area kerja yang tidak dapat terisolasi dengan adekuat
- Beberapa restorasi kelas V yang bukan terletak pada area
kritis secara estetik
- Beberapa restorasi yang meluas sampai ke permukaan
akar. Karena perluasan ke permukaan akar dengan
restoroasi komposit, akan terbentuk gap V-shaped (gap
kontraksi) diantara akar dan restorasi komposit.
Kontraksi gap ini terbentuk karena tekanan polimerisasi
shrinkage dari komposit lebih besar daripada kekuatan
ikatan awal dari komposit dengan dentin pada akar.

1.4 Keuntungan
- Estetis
- Menperbaiki struktur gigi yang hilang (perluasan lebih
sedikit, tidak diperlukan kedalaman yang uniform, tidak
diperlukan retensi mekanis)
- Tidak begitu sulit pada tahap preparasi gigi
- Memiliki konuksivitas thermal yang rendah
- Digunakan secara universal
- Berikatan dengan struktur gigi, menghasilkan retensi
yang baik, microleakage yang minimal, dan pewarnaan
interfacial yang minimal, dan meningkatkan kekuatan
dari struktur gigi yang masih ada
- Dapat diperbaiki

1.5 Kerugian

4
- Mungkin terbentuk formasi gap yang disebabkan
tekanan polimerisasi shrinkage dari komposit lebih besar
daripada kekuatan ikatan awal material dengan dentin
pada akar
- Lebih sulit, membutuhkan waktu lama, dan lebih mahal
- Technique sensitive, karena area yang akan dikerjakan
harus dapat diisolasi dan penempatan etchat, primer, dan
bahan adhesive pada struktur gigi sangat diperlukan
untuk teknik yang baik.
- Mungkin menyebabkan keausan pada area yang terkena
tekanan oklusal yang tinggi, atau pada seluruh kontak
oklusal gigi dengan material komposit.
- Memiliki koefisien linear perluasan termal yang lebih
tinggi

2. Teknik Klinis Untuk Restorasi Komposit Kelas III Direk

2.1 Prosedur Klinis Awal


Ada beberapa prosedur yang bisa dilakukan sebelum
memulai restorasi seperti:
1. penggunaan anestesi untuk kenyamanan pasien dan mengurangi
aliran saliva
2. penilaian oklusal untuk mengatur fungsi restorasi dan
menentukan desain preparasi
3. penutup harus dipilih sebelum gigi dikeringkan
4. area kerja harus diisolasi untuk memungkinkan ikatan yang
efektif
5. jika restorasi besar(meliputi semua kontak proksimal), gunakan
wedge ke area proksimal untuk membentuk kembali kontak
proksimal

2.2 Preparasi Gigi


Preparasi gigi kelas III, berdasarkan definisinya, terletak di
permukaan proksimal gigi anterior. Lokasi ini sudah menjadi tempat
penggunaan bahan tambal komposit sejak lama karena kebutuhan
estetik yang diperlukan pada gigi anterior. Karena ikatan antara

5
komposit terhadap enamel dan dentin sangat kuat, kebanyakan
restorasi komposit kelas III ditahan hanya oleh ikatan
micromechanical dari etsa asam dan ikatan resin. Terkadang adanya
alur atau lekukan kecil dibutuhkan untuk restorasi kelas III yang bisa
diperpanjang sampai permukaan akar atau sangat besar. Biasanya,
tambahan retensi bisa dicapai dengan meningkatkan permukaan
dengan bevel enamel yang lebih lebar/ pembuatan flare sepanjang
margin.
Ketika permukaan proksimal gigi anterior akan direstorasi, dan
ada pilihan akses masuk antara permukaan fasial atau lingual, maka
pendekatan melalui lingual lebih dianjurkan. Lesi karies yang kecil
sebaiknya ditangani dengan pendekatan lingual, kecuali kalau
pendekatan yang dilakukan akan menghilangkan bagian gigi secara
berlebih. Keuntungan melakukan restorasi bagian proksimal gigi
menggunakan pendekatan lingual :
1. enamel bagian fasial dipertahankan sehingga nilai estetik
meningkat
2. bagian enamel yang tidak terdukung, tapi tidak rapuh, bisa
ditinggalkan di dinding fasial
3. pencocokan warna tidak terlalu penting
4. diskolorasi atau kerusakan pada restorasi kurang terlihat
Indikasi pendekatan melalui fasial adalah :
1. lesi karies terletak di bagian fasial
2. inklinasi gigi yang iregular sehingga pendekatan lingual
tidak diinginkan
3. lesi karies yang meluas ke bagian fasial
4. restorasi yang gagal, yang awalnya dilakukan dengan
pendekatan fasial
Ketika permukaan fasial dan lingual terlibat, pendekatan yang
menyediakan akses terbaik untuk instrumentasi sebaiknya digunakan.
Sebaiknya kita mempersiapkan dan memulihkan lesi karies
berdekatan atau restorasi rusak pada berdekatan gigi pada janji
pertemuan yang sama. Biasanya salah satu preparasi lebih besar (lebih

6
luas bentuk penampangnya) dari yang lain. Ketika bentuk luas
penampang yang lebih besar dikembangkan pertama, preparasi kedua
biasanya bisa lebih konservatif karena peningkatan akses sudah
disediakan oleh preparasi yang lebih besar. Urutan terbalik akan
diikuti ketika bahan restoratif dimasukkan.

2.2.1 Preparasi Konvensional Kelas III


Indikasi utama untuk preparasi kelas III tipe ini adalah
untuk restorasi pada permukaan akar gigi. Desain preparasi
merupakan kombinasi dari preparasi konvensional yang dibevel
atau dimodifikasi dengan area pada permukaan akar yang
dipreparasi secara konvensional.

Bentuk dinding preparasi konvensional pada permukaan


akar sama dengan preparasi amalgam. Cavosurface margin
memiliki sudut cavosurface angle 900 dan butt joint di antara
gigi dengan bahan komposit. Dinding eksternal dipreparasi
tegak lurus terhadap permukaan akar. Pada area yang dipreparasi
secara konvensional ini, yang mana terletak di sebelah apikal

7
garis servikal, dinding eksternal terdiri dari dentin dan
sementum. Dinding-dinding ini dipreparasi hingga kedalaman
pulpal yang cukup untuk memungkinkan pembuangan karies,
bahan restorasi lama, atau kerusakan secara adekuat, dan
terkadang untuk membuat retention grooves, jika dibutuhkan.
Kedalaman dinding ini (kedalaman hingga axial line angle)
biasanya sekitar 0.75 mm ke dalam dentin. Groove retention
dibutuhkan pada preparasi di permukaan akar, non-enamel untuk
meningkatkan retensi bahan restorasi pada gigi dan untuk
mengoptimalisasi perlekatan komposit pada permukaan akar.
Bagian mahkota dari preparasi (di tempat adanya margin
enamel) dipreparasi dengan bevel atau flare. Kedalaman pulpal
sesuai dengan lesi atau kerusakannya. Retensi bahan restorasi
pada bagian mahkota preparasi dapat dihasilkan dengan etsa
permukaan enamel dan dentin, serta memberikan bahan bonding
adhesive pada seluruh permukaan yang telah dipreparasi.
Preparasi dilakukan dengan menggunakan bur bulat
(round bur) no. ½. 1, atau 2 pada permukaan akar. Outline dari
dinding eksternal meluas hingga ke jaringan gigi yang sehat,
sedangkan ke arah pulpa, preparasi initial depth sedalam 0.75
mm. Dinding eksternal tegak lurus terhadap permukaan akar,
membentuk cavosurface angle 900. Selama tahap ini, sisa dentin
yang masih terinfeksi belum dihilangkan.
Jika preparasi dibuka dari fasial, akses dan visibilitas
akan lebih baik. Jika preparasi dibuka dari lingual,
pembukaannya mungkin lebih luas. Ketika telah diperoleh akses
yang adekuat, sisa dentin yang terinfeksi dapat dihilangkan
menggunakan bur bulat (round bur) atau ekskavator, atau
keduanya. Sisa bahan material yang lama pada dinding aksial
dibuang jika kondisinya seperti berikut:

8
i. Bahan restorasi yang lama merupakan amalgam,
warnanya memiliki pengaruh negatif terhadap
warna restorasi yang baru.
ii. Secara radiografis, terdapat karies di bawah
restorasi yang lama.
iii. Pulpa gigi terasa gejala.
iv. Tepi restorasi yang lama sudah longgar.
v. Dentin diperlukan untuk memperkuat retensi.

Jika tidak terdapat kondisi-kondisi seperti ini, restorasi


yang lama dapat ditinggalkan untuk menghindari ekskavasi
dekat pulpa, iritasi, atau terbukanya pulpa. Liner kalsium
hidroksida dapat digunakan untuk prosedur direct pulp capping
maupun indirect pulp capping. Jika digunakan, liner kalsium
hidroksida sebaiknya ditutup dengan base RMGI, menutup area,
dan mencegah etsa melarutkan liner.
Retention groove dapat meningkatkan retensi bahan
restorasi pada gigi. Retention groove dibuat untuk
meminimalisir efek negatif dari pengerutan polimerisasi
(polymerization shrinkage). Retention groove dapat dipreparasi
di bagian dalam dinding eksternal dengan menggunakan bur
bulat (round bur) no. ¼. Hal ini dilakukan jika dibutuhkan
retensi tambahan. Groove dibuat sedalam 0.25 mm (setengah
diameter bur no. ¼) di gingivoaxial atau incisoaxial line angle.
Langkah terakhir, preparasi dibersihkan dari debris-debris dan
diinspeksi kembali.

9
2.2.2 Preparasi Bevel Konvensional Kelas III
Reparasi bevel konvensional komposit diindikasikan
untuk menggantikan restorasi lama yang rusak pada mahkota
gigi (biasanya restorasi amalgam digantikan komposit) atau
untuk meningkatkan retention dan resistance form pada restorasi
dengan karies yang luas. Bentuk preparasinya mengikuti bentuk
restorasi sebelumnya dan membutuhkan perluasan yang meliputi
karies rekuren, stuktur gigi rapuh, dan kerusakan lainnya.

10
Beveled conventional class III tooth preparation
dikarakteristikan:
1. Dinding eksternal tegak lurus dengan permukaan
enamel
2. Margin enamel dibevel
3. Axial line angles bervariasi sesuai dengan ketebalan
enamel dari dinding eksternal

a. Akses Lingual
Akses penglihatan secara tidak langsung dapat
menggunakan kaca mulut yang bersih dan tidak ada
goresan. Sedangkan akses penglihatan langsung
didapatkan dengan memiringkan kepala pasien.
Preparasi menggunakan round carbide bur (no 1 atau
2) atau batu diamond, ukurannya disesuaikan dengan
lesi karies atau restorasi sebelumnya, untuk preparasi
outline form. Tahapan preparasi :

1. Bur diletakkan dalam incisogingival dimension dari lesi


karies atau restorasi sebelumnya dan sedekat mungkin
dengan gigi sebelah tapi tidak berkontak

11
2. Instrumen diposisikan tegak lurus permukaan enamel
3. Sudutnya sejajar enamel rods

4. Gunakan penekanan ringan secara intermittent


5. Gunakan instrument yang sama untuk memperluas
preparasi opening untuk membuang sisa karies dan
convenience form pada pembentukan initial axial wall
depth
6. Perluas dinding eksternal ke struktur gigi sehat tapi
seminimal mungkin mengikuti karies atau restorasi
sebelumnya
7. Kedalaman axial wall pada tahap inisial ini adalah 0,2
mm dari DEJ/pada dentin (total = 0,75-1,25 mm). Jika
akan dibentuk retention groove, maka kedalamannya
0,5 mm pada dentin. Jika karies meluas ke daerah akar,
kedalaman dinding aksial mencapai 0,75 mm, untuk

12
menyediakan dimensi adekuat untuk kekuatan
komposit, retention groove, dan menjaga kekuatan
dinding dan margin gingival

8. Preparasi mengikuti kontur eksternal gigi dan DEJ


9. Axial depth tidak terlalu dalam pada tahap ini. Sisa
karies, atau restorasi lama akan dibuang selama tahap
final preparation.

Setelah outline form dan kedalaman initial axial wall


telah didirikan, tahap initial tooth preparation telah selesai dan
tahap final tooth preparation dimulai. Restorasi kelas III
kebanyakan menggunakan preparasi bevel
konvensional,preparasi akan selesai pada tahap ini kecuali untuk
bevel enamel atau flare.
Hilangkan semua dentin yang terinfeksi menggunakan
bur bundar atau ekscavator kecil atau keduanya. Beberapa
enamel yang rusak (undermined) dapat dibiarkan di daerah
nonstress, tapi enamel yang rapuh pada margin harus
dihilangkan. Sisa bahan restorasi di dinding aksial
harus dihilangkan jika sebelumnya pernah melakukan restorasi.
Aplikasikan kalsium hidroksida jika diindikasikan.
Jika retensi groove diindikasikan (biasanya tidak),
persiapkan sepanjang gingivo axial line angle dan kadang-

13
kadang incisoaxial line angle dengan bur no ¼. Kadang-kadang
retensi didapat dari undercut yang tersisa dari penghilangan
karies. Tetapi tidak ada usaha yang sengaja dilakukan untuk
membuat undercut retentive disepanjang linguoaxial dan
fasioaxial line angles karena daerah ini biasanya tidak
dibutuhkan untuk mempertahankan komposit. Perhatian khusus
harus dilakukan pada gaya pengunyahan.
Jika dianggap perlu, siapkan retensi gingiva groove
sepanjang gingivoaxial line angel. Perawatan harus dilakukan
untuk mempersiapkan groove ini sekitar 0,2 mm kedalam DEJ
ditambah 0,25 mm (setengah diameter dari bur No ¼) agar tidak
merusak bagian enamel dari dinding gingiva. Kedalaman groove
adalah sudut yang membagi dua persimpangan antara dinding
aksial dan dinding eksternal. Kecepatan handpiece rendah
dengan
pendingin udara untuk langkah ini memberikan sensasi taktil
yang lebih baik. Mulailah membuat gingival groove pada
faciogingivoaxial line angle dan memperpanjang ke sepanjang
gingivoaxial line angel sampai ke linguogingivoaxial point
angle. Perpanjangan groove dilakukan parallel dengan DEJ
tanpa merusak enamel yang berdekatan untuk dentin support.
Siapkan setiap retensi insisal groove dengan
menggunakan bur No 1/4 pada axioincisal point angle dengan
bur yang berorientasi pada sudut yang sama, 0,2 mm kedalam
DEJ, dan
ditambah 0,25 mm lebih mendalam. Kemudian memperpanjang
sedikit ke dalam facioaxial
line angle di mana ia memudar. Perawatan harus dilakukan tidak
untuk mengambil dentin support dari enamel. Sekarang
ditekankan bahwa retensi insisal dilakukan pada
facioincisopulpally, daerah ini lebih mungkin daripada di

14
incisopulpally. Kadang-kadang gambaran ini sangat penting
dalam melestarikan kekuatan sudut insisal yang lemah pada
gigi. Penyelesaian gingival retention groove dan incisal
retention cove untuk preparasi gigi bevel konvensional kelas III
dapat diilustrasikan pada gambar 12-8.

Gambar 12-8. Preparasi bevel konvensional kelas III. A dinding enamel bevel. B.
incisal dan gingival retention groove.

Penempatan retensi insisal tidak selalu mudah jika di


dalam mulut seperti yang diilustrasikan karena ukuran
handpiece dan masalah angulasi yang disebabkan oleh anatomi
rahang atas dan posisi gigi. Ketika gigi rotasi atau abnormal,
perluasan tambahan dinding lingual bagian insisal mungkin
dibutuhkan untuk memberikan bentuk kenyamanan yang
diperlukan untuk mempersiapkan retensi insisal dengan bur No
¼. Cara lain adalah dengan
menggunakan bibeveled hatchet (yaitu, 3-2-28) dengan shav
shaving strokes yang halus dalam arah facioincisopulpal,
menghilangkan sejumlah kecil dentin sampai daerahnya
retentive. Hal ini merupakan instrumen yang sangat baik untuk
pengujian untuk melihat bahwa insisal retention telah terbuat.

15
Preparasi bevel konvensional kelas III telah disiapkan
sebagai persiapan konvensional dengan penambahan
cavosurface bevel atau flare dari enamel (Gambar 12-9, A dan
B, dan 12-10). Pandangan cross-sectional pada Gambar. 12-11
mengilustrasikan cavosurface bevel yang menyediakan luas
permukaan lebih untuk end-on etsa pada enamel rods.
Cavosurface bevel
atau flare yang baik dibuat dengan menggunakan instrument
flame shaped atau round diamond sehingga hasilnya dapat
terlihat sudut yang bebentuk 450 pada permukaan luar gigi
(Gambar 12-12).

Gambar 12-9. Preparasi bevel konvensional untuk restorasi kelas III ( A


dan B), Kelas IV (C dan D), dan kelas V (E dan F).

16
Gambar 12-10. Preparasi bevel konvensional kelas III. Catatan : cavosurface
bevel (yang ditunjuk oleh panah)

Gambar. 12-11 A, Cross-section preparasi konvensional Kelas III konvensional


dengan cavosurface angle 900. B, preparasi beveled konvensional yang
menunjukkan
cavosurface bevel 450pada daerah fasial.

17
Gambar 12-12 Beveling. Cavosurface bevel dibuat dengan menggunakan bur
flame shaped atau round diamond yang hasilnya membentuk sudut 450 pada
permukaan luar gigi.

Kedalaman bevel 0,25-0,5 mm meningkatkan retention


form yang akan memperluas area permukaan pada saat
pengetsaan dan juga retention form. Untuk preparasi kelas III
bevel dibuat dengan preparasi konvensional, yang
memungkinkan margin enamel juga terbevel tanpa kecuali
margin gingival. Margin-margin ini bisa saja tidak dibevel jika
enamel tipis bahkan tidak ada. Jika preparasi diperluas ke area
gingival maka tidak ada bevel di lapisan sementum. Bevel tidak
disarankan diletakkan pada permukaan margin lingual yang
memilikki gaya pengunyahan yang besar, karena komposit
memilikki resistensi yang kurang jika dibandingkan dengan
enamel yang memilikki gaya atrisi yang besar.
Pada gambar di atas (lesi kelas III pada permukaan distal
gigi incisive rahang atas kanan), rubber dam diletakkan setelah
dilakukannya anestesi. Wedge diletakkan di embrasure gingival
untuk menekan rubber dam dan memperbaiki akses gingival.
Preparasi kelas III ini menggunakan bur carbide atau bur
diamond.

18
Lesi karies di proksimal, restorasinya diperluas ke
permukaan fasial dan lingual, dan aksesnya bisa dari fasial atau
lingual. Pada final preparation yang harus dilakukan adalah
membersihkan karies dentin dengan mnggunakan bur bundar
atau dengan ekskavator, atau keduanya. Jika masih ada sisa
restorasi yang lama pada dinding axial setelah pembuatan
outline form, ikuti prosedur sebelumnya pada akses preparasi
lingual. Aplikasilan kalsium hidroksida hanya untuk sebagai
proteksi pulpa.
Bevel di margin enamel dibuat dengan menggunakan
flame shaped atau bur diamond bundar dengan sudut 450
terhadap permukaan eksternal gigi.

2.2.3 Preparasi Modifikasi Kelas III


Modifikasi pada kelas 3 komposit sering dilakukan.
Diindikasikan untuk lesi yang kecil maupun sedang (moderate)
atau jika terjadi kesalahan, dan dilakukan sekonservatif
mungkin. Bentuk preparasi ditentukan berdasarkan seberapa
besar luas lesi dan preparasi ini dilakukan dari bagian lingual
(jika memungkinkan). Preparasi awal (initial preparation) pada
restorasi komposit memanfaatkan bentuk modifikasi preparasi

19
karena lesi karies yang membutuhkan restorasi biasanya
merupakan lesi karies yang meluas ke dentin, banyak modifikasi
preparasi akan dilakukan untuk kedalaman dinding aksial awal
0,2 mm ke dalam dentin, namun tujuannya adalah untuk
menyertakan hanya area karies sekonservatif mungkin
(membuang karies dengan hanya sedikit mengambil jaringan
yang sehat).
Dinding aksial digunakan karena sebagian besar
perpanjangan pada preparasi pada initial preparation, dinding
aksial maksimal memiliki kedalaman 0,2 mm terhadap DEJ.
Bevel atau flaring selanjutnya mungkin diperlukan, namun tetap
pada prinsip bahwa initial preparation dilakukan sekonservatif
mungkin dengan memperluas outline form sesuai dengan
kebutuhan agar lesi karies yang luas dapat disertakan. Jika
dimungkinkan, outline form seharusnya tidak : (1) meliputi
seluruh bidang kontak proksimal, (2) diperpanjang ke arah
fasial, atau (3) diperpanjang secara subgingival.

Sumber : sturdevant’s Art &Science of Operative Dentistry 4th edition, 2002)

20
Biasanya dinding aksial tidak akan uniform
kedalamannya, tetapi harus tetap memberikan akses untuk
menghilangkan dentin yang terinfeksi. Jika outline preparasi
meluas secara gingival ke arah permukaan akar, maka dinding
gingival harus membentuk cavosurface angle 90 derajat dan
kedalaman garis sudut gingivoaksial harus 0,75 mm. Kedalaman
tersebut tidak boleh terlewat pada saat initial preparation.
Ketika selesai, tahap awal untuk modifikasi preparasi
memperluas outline form untuk mengantisipasi terjadinya
kesalahan, kecuali akan dilakukan pemberian bevel. Jika
terdapat sisa dentin terinfeksi, hilangkan dengan menggunakan
bur bundar dengan ukuran yang sesuai atau dengan
menggunakan ekskavator kecil.
Preparasi yang besar hingga mencapai dentin mungkin
memerlukan penambahan bevel atau flaring pada dinding
enamel untuk menambah retensi. Bevel dibentuk 45 derajat
terhadap permukaan luar dan lebar 0,25-0,5 mm. Jika
permukaan gingival telah diperluas secara gingival pada posisi
dimana ketebalan enamel minimal atau tidak ada sama sekali,
bevel jangan dibuat untuk mempertahankan margin enamel yang
tersisa. Demikian juga, bevel pada enamel lingual margin gigi
insisivus rahang atas dapat menghalangi karena adanya kontak
oklusal. Dengan demikian langkah-langkah persiapan gigi akhir
untuk persiapan modifikasi preparasi adalah, bila terindikasi :
(1) penghilangan dentin yang terinfeksi, (2) perlindungan pulpa,
(3) penempatan bevel pada margin enamel diakses, dan (4)
prosedur akhir pembersihan dan pemeriksaan.

21
2.3 Teknik Restorasi
2.3.1 Etching, Priming, and Placing Adhesive

Sumber : sturdevant’s Art &Science of Operative Dentistry 4th edition, 2002)

Langkah priming tidak perlu dilakukan apabila preparasi


hanya sampai enamel. Namun jika priming tetap dilakukan pada
enamel dengan etsa, tidak akan memberikan efek negatif pada
kekuatan bonding itu sendiri. Jika dentin akan dibonding, dentin
harus dalam keadaan lembab setelah diberi etsa.
Proses yang dilakukan dalam etching, priming, dan
adhesive placement adalah yang pertama melindungi permukaan
gigi sebelah dari etsa dengan menggunakan polyester strip.
Setelah itu gel etsa diaplikasikan pada preparasi gigi, kira-kira
0.5 mm diluar margin preparasi. Etsa dibiarkan selama 15-30
detik (30 detik untuk enamel dan 15 detik pada preparasi sampai
dentin). Bagian yang sudah diberi etsa lalu dibersihkan
menggunakan cotton pellet atau brush atau tissue untuk
menghilangkan kelebihan air pada preparasi yang sampai ke
dentin. Permukaan dentin harus dalam keadaan lembab (tidak
basah dan tidak kering), yang ditunjukkan dengan permukaan
mengkilat.

22
Primer diaplikasikan pada preparasi gigi dengan
microbrush atau applicator tip. Instruksi lama penggunaan
primer dan curing terdapat sesuai pabrik. Dentin harus tampak
mengkilat secara menyeluruh setelah dilakukan priming, jika
ada bagian yang kering bisa ditambahkan additional coat atau
coat primer.
Selanjutnya adalah mengaplikasikan bonding adhesive,
dengan menggunakan microbrush atau applicator tip pada
seluruh permukaan yang telah diberi etsa dan primer. Bonding
adhesive tidak boleh melebihi area preparasi. Setelah itu,
dilakukan polimerisasi dengan light curing.
Komposit yang akan diaplikasikan pada preparasi akan
berikatan langsung dengan adhesive yang telah di curing,
kecuali lapisan oxygen-inhibited sudah terkontaminasi. Maka
dari itu, timing dari aplikasi adhesive dan komposit harus
disesuaikan.

2.3.2 Aplikasi Matriks


Matriks adalah sebuah alat yang dipasang pada gigi yang
telah dipreparasi sebelum diaplikasikan bahan tambal.
Tujuannya adalah untuk membatasi kelebihan bahan tambal
yang berlebih dan membantu untuk membuat kontur yang tepat
pada bagian aksial.
Matriks tersebut biasanya dipasang dan distabilisasikan
menggunakan wedge (juga kompon bila diperlukan) sebelum
diaplikasikannya etsa pada enamel/dentin, dan juga bonding
adhesive (bonding system).
Menempatkan matriks terlebih dahulu pada gigi
memberikan keuntungan untuk dapat memperkirakan apakah
struktur cavosurface gingivalnya terlingkupi dan tidak terjadi
fraktur akibat dari penggunaan wedge. Namun, kita harus

23
berhati-hati untuk menghindari penyatuan dari material bonding
jika matriks dipasang terlebih dahulu. Jika masih ada bagian dari
preparasi yang berkontak dengan gigi sebelah, maka matriksnya
harus dipasang sebelum penggunaan etsa, primer, dan adhesive.
Matriks tidak hanya akan membantu kita pada saat
menempatkan, membatasi, dan mengkontur bahan tambal
komposit, tetapi juga akan membantu kita dalam mengisolasi
preparasi gigi sehingga cara tersebut juga akan meningkatkan
keefektifan dari system bonding pada enamel/dentin (jika
dilakukan setelah aplikasi matriks).
Pemasangan matriks yang tepat juga dapat mengurangi
material yang berlebih sehingga akan mengurangi waktu
finishing.
Matriks yang digunakan untuk permukaan proksimal
pada gigi anterior harus dibuat dari bahan yang tipis, seperti
polyester atau metal, yang mana dapat dengan mudah dikontur.
Terdapat 2 tipe matriks :
1. polyester strip matrix
2. compound-supported metal matrix
Tipe yang kedua, yaitu compound-supported metal
matrix adalah matriks yang jarang digunakan untuk restorasi
kelas III dan akan dijelaskan hanya sebagai alternative matriks
untuk restorasi kelas IV.
Polyester strip matrix kebanyakan digunakan untuk
preparasi kelas III dan kelas IV. Karena permukaan proksimal
pada gigi biasanya berbentuk cembung ke arah incisogingival
dan lembaran dari matriks berbentuk datar, maka perlu untuk
membentuk lembaran matriks sehingga lembaran dapat
menyesuaikan dengan bentuk gigi yang ada
Salah satu caranya adalah dengan melewatkan benda
yang keras (penjepit) di sepanjang lembaran matriks

24
Beberapa tarikan pada lembaran matriks dengan tekanan
yang kuat saat melewatkan alat yang digunakan untuk
membentuk mungkin dibutuhkan untuk mendapatkan
kecembungan yang cukup. Beberapa matriks juga memiliki
tempat matriks (dispenser) yang sudah memberikan bentuk
cembung pada lembarannya sesuai dengan tempat matriksnya.

posisikan lembaran matriks yang sudah dibentuk diantara gigi


sehingga bentuk lembaran menyesuaikan dengan bentuk gigi.

25
Kadang-kadang lembaran matriks tidak dapat melewati
bagian tersebut atau terdistorsi akibat kontak yang terlalu ketat.
Pada kasus seperti itu, maka pasanglah wedge pada embrasure
di gingival sebelum lembaran matriks dimasukkan.
Ketika matriks sudah melewati area yang saling
berkontak, maka mungkin perlu untuk melepaskan wedge untuk
menempatkan matriks melewati margin gingival.
Lalu masukan lagi wedge secara kuat.
Wedge dibutuhkan pada margin gingival untuk :
1. Membantu mempertahankan posisi matriks
2. Menghasilkan separasi yang tipis pada gigi
3. Mencegah terjadinya overhang gingival
Wedge dibutuhkan ketika seluruh kontak proksimal
terlibat sebab wedge harus dapat cukup memisahkan gigi untuk
mengkompensasi ketebalan dari matriks jika restorasi yang
sudah jadi, bertujuan untuk mendapatkan kontak yang tepat
dengan gigi sebelah. Wedge tersedia dalam beberapa ukuran.
Salah satunya wedge yang berbentuk segitiga diindikasikan
untuk preparasi dengan margin yang dalam ke dalam sulcus.
Cara memasang wedge:
Tempatkan wedge dengan menggunakan penjepit nomer 110
dari fasial di bagian apical ke gingival margin, tujuannya untuk
akses preparasi dari arah lingual.

26
Menggunakan triangular wood wedge untuk mengekspose
margin gingival.

Caranya :
Gambar A : rubberdam di tarik secara gingival menggunakan
ujung jari,
Gambar B : lalu wedge dimasukkan
Gambar C : wedge sudah ditempatkan

2.3.3 Inserting & Curing The Composite


Restorasi komposit biasanya diaplikasikan dengan dua
cara. Pertama pengaplikasian bonding adhesive (jika belum
diaplikasikan pada prosedur enamel dan dentin treatment
prosedur) dan selajutnya pengaplikasian material komposit.
Bonding yang berlebihan akan masuk kedalam microundercut,
microundercut tersebut terbentuk dari enamel yang telah dietsa,
seperti micromechanical retension pada dentin yang telah dietsa.
Saat komposit ditambahkan, ikatan kimia akan terbentuk antara
komposit dan bonding adhesive yang membentuk ikatan yang
kuat antara gigi dan komposit.
Ada dua tipe dari komposit yaitu self-cured and light-
cured. Meskipun restorasi komposit yang paling banyak
digunakan adalah tipe light-cured, tetapi ada beberapa indikasi
untuk penggunaan self-cured meskipun penggunaannya lebih

27
seperti cementing agents dari pada material restorasi. Pada self-
cured komposit,baik bonding adhesive maupun kompositnya
dikemas dalam individual container yang terdiri dari katalis dan
base. Alat yang digunakan untuk mengaduk base dan katalis
terdiri dari spatula plastic, applicator tips atau microburshes,
mixing pad dan operating pliers.
Base dan katalis ditempatkan pada pad terlebih dahulu
dengan jumlah yang sama. Perbandingan base dan katalis dapat
diubah untuk mengontrol setting time, maksimal 2:1 tetapi
sebaiknya tetap mengikuti standar pabrik. Jumlah bahan yang
digunakan disesuaikan dengan luas preparasi dan metode insersi
yang akan digunakan. Spatula plastic disposable yang baru
digunakan untuk mengeluarkan pasta dari tempatnya. Untuk
menghindari kontaminasi pasta gunakan 1 sisi spatula untuk
mengeluarkan katalis dan sisi lainnya untuk mengeluarkan base.
Bonding adhesive dikeluarkan terakhir tetapi diaduk
pertama, bahan ini berupa cairan dengan tegangan permukaan
yang rendah. Satu tetes katalis dan satu tetes base diletakan pada
mixing pad dengan jarak sekitar 6 mm. Aplikator tip digunakan
untuk mencampur kedua komponen selama 5 detik kemudian
aplikasikan kepada enamel yang telah di etsa dan dentin yang
telah dietsa dan prime menggunakan aplikator tip atau
microbrush.
Pengadukan komposit dilakukan dengan menggunakan
spatula yang sama. Pasta katalis dan base diletakan secara
bertumpuk. Kemudian katalis dan base diaduk dengan gerakan
melipat selama 30 detik untuk mendapatkan hasil yang
homogen. Gerakan memutar harus dihindari karena cenderung
menyebabkan terperangkapnya udara. Sisa working time sekitar
1 menit untuk insersi material ke preparasi. Material self-cured

28
dapat diinsersikan dengan menggunakan syringe atau hand
instrument.
Penggunaan hands instrument merupakan metode yang
baik untuk penempatan komposit karena cara ini mudah dan
cepat. Selain dari teknik ini lebih mudah juga pada teknik ini
jumlah komposit yang dibutuhkan sedikit dibanding dengan
jumlah yang dibutuhkan untuk metode syringe. Tetapi
kerugiannya dari hands instrument adalah dapat menyebabkan
terperangkapnya udara pada saat prosedur insersi.
Untuk penggunaan syringe dengan disposable tip dan
stopper, penggunaan black tips yang tahan terhadap penetrasi
cahaya juga tersedia untuk pengaplikasian dan menyuntikkan
light-cured komposit. Teknik dengan menggunakan syringe
terkenal karena dapat memberikan sarana yang nyaman saat
penempatan komposit pada preparasi dan mengurangi
kemungkinan terjadi terperangkapnya udara. Teknik
menggunakan syringe dapat menjadi masalah pada preparasi
yang kecil dengan akses yang terbatas karena syringe tip terlalu
besar. Jika akses preparasi tidak memungkinkan, dapat dicoba
terlebih dahulu dengan menggunakan syringe tip yang kosong
kedalam preparasi untuk melihat apakah masuk atau tidak
apabila tidak memungkinkan maka pengaplikasian dilakukan
menggunkan hands instrument.

29
Gambar komposit injection syringe (x) dengan disposable tip (y) dan stopper (z).
digunakan pada teknik self-cured komposit

Pemasukkan Komposit Self-Cured

Dengan komposit self-cured jarak waktu antara


pencampuran dan polimerisasi menjadi singkat. Pencampuran
dan pengaplikasian material harus dilakukan dengan hari-hati
untuk mendapatkan hasil yang optimal. Pada saat pencampuran
material lakukan dengan waktu yang cepat sebelum waktu
setting. Bahan dimasukkan dengan 2 tahap yaitu dengan
bonding adhesive setelah itu dilanjutkan dengan komposit.
Pada saat akan melakukan aplikasi dengan bonding
adhesive. Sebelumnya lakukan pembagian bonding adhesive
dahulu dengan menggunakan applicator tip dan blok pada paper
towel untuk mencegah bahan berlebih. Kemudian lakukan
pengaplikasian bonding adhesive sampai menutupi seluruh
preparasi yang sudah diberi etsa pada enamel dan dentin. Lalu
langsung aplikasikan komposit tanpa harus menunggu waktu
setting bonding adhesive. Campur material komposit seperti

30
yang sudah dijelaskan sebelumnya. Kebanyakan restorasi
komposit self-cured memerlukan waktu sekitar 4 menit untuk
prosedur lengkap yaitu 30 detik untuk pencampuran, 1 menit
untuk pengaplikasian di preparasi dan 3 menit untuk final
setting.
Pemasukan komposit pada preparasi membutuhkan 2
tahap. Tahap pertama ialah dengan mengambil komposit untuk
lapisan pertama kira-kira setengah dari besar preparasi dengan
ujung blade instrument tangan lalu oleskan pada preparasi gigi.
Gunakan ujung plugger untuk menekan material pada area
yang retentive. Jika terdapat penempelan komposit pada
instrument. Gunakan sedikit bonding adhesive sebagai pelumas
dengan cara menyentuh ujung instrument ke bonding adhesive.
Tahap kedua lakukan pengaplikasian komposit kembali untuk
lapisan kedua untuk pengisian penuh pada preparasi dan
berlebih sedikit agar dihasilkan tekanan positif pada strips
matriks. Buang kelebihan dari komposit yang terlalu banyak
menggunakan blade instrument tangan / explorer tin sebelum
menutup dengan matriks.
Letakkan cermin (kaca mulut) dekat dengan ujung
lingual strip pada komposit dan pegang dengan jari telunjuk.
Kemudian dekatkan ujung fasial pada gigi dengan ibu jari dan
jari telunjuk tangan lain. Lalu lakukan pengencangan sisi
gingival pada strip di bagian depan incisal. Matriks dipegang
sampai polimerisasi selesai. Setelah polimerisasi selesai maka
ibu jari pada tangan pertama pun dapat dilepas pada strip fasial
dengan tanpa pergerakan. Setelah komposit mengeras, wedge
dan strip matriks pun dapat dilepas sebelum mengakhiri
restorasi.

31
Gambar 1. Instrument Tangan Untuk Pengaplikasian Komposit Pada Preparasi

Gambar 2. Alat Insersi Untuk Komposit

Komposit self-cured juga dapat dimasukkan dengan


syringe. Dengan tahap sebagai berikut:
1. Injeksikan komposit pada daerah preparasi yang
paling kecil
2. Lakukan penarikan syringe secara perlahan-lahan.
Jangan sampai ada udara yang terperangkap pada
saat syringe tersebut dilakukan penarikan
3. Lakukan pengisian preparasi dengan sedikit
berlebihagar dihasilkan tekanan positif pada strip
matriks

32
4. Buang kelebihan komposit dengan instrument
tangan, setelah itu tutup matriks strip
5. Tahan polyester strip pada aspek lingual gigi
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk pada sisi
fasial gigi jka preparasi gigi memiliki akses fasial
6. Bila wedge menghlangi maka ubah posisi wedge
tersebut / lakukan pemotongan
7. Lalu campurkan dan aplikasikan komposit pada
preparasi seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya
diatas.

Insersi komposit tipe light-cured


Kebanyakan material komposit untuk restorasi
merupakan komposit tipe light-cured. Bahan bahan dari restorasi
komposit tipe light-cured mudah mengeras jika terekspos cahaya
matahari atau cahaya lainnya di dalam ruangan.
Untuk persiapan insersi, pertama-tama matrix strip yang
akan digunakan dibentuk, lalu diletakkan di interproksimal dan
wedge diletakkan di gingival margin. Bagian lingual dari strip
dapat ditahan dengan jari (Lihat gambar A). Setelah itu
aplikasikan bonding adhesive ke enamel dan dentin yang telah
dilakukan etching, lalu distribusikan secara merata (Lihat

33
gambar B). Lakukan curing terhadap bonding adhesive dengan
cahaya selama 10 hingga 20 detik. Insersi dari komposit dapat
menggunakan instrumen tangan atau syringe. Pada metode yang
menggunakan instrumen tangan, komposit lebih dahulu
diletakkan di paper pad. Material komposit yang telah
diletakkan di paper pad harus dilindungi dari paparan cahaya
untuk mencegah setting prematur. Insersi komposit ke dalam
preparasi menggunakan cara yang sama dengan komposit tipe
self-cured. Pada komposit yang diinjeksikan secara langsung ke
dalam preparasi, compule diletakkan ke syringe, setelah itu
dilakukan cara yang sama dengan yg sebelumnya pada komposit
self-cured.
Setelah komposit di insersikan, lakukan curing ke arah
matrix strip selama 20 detik. Ujung alat curing tidak boleh
menyentuh matrix karena dapat merubah bentuk kontur
restorasi. Setelah itu lakukan curing pada daerah lingual selama
20 detik. Jika restorasi undercontoured, dapat ditambahkan
komposit tambahan lalu lakukan curing. Pada restorasi yang
besar atau luas, sangat dianjurkan untuk dilakukan insersi dan
curing secara incremental untuk mencegah shrinkage.

Jika terdapat dua preparasi yang berdekatan, lakukan


restorasi dimulai dari preparasi yang memiliki akses paling
sedikit atau kecil. Setelah di restorasi, kelebihan komposit pada
gigi yang pertama dibuang sebelum restorasi kedua diinsersikan.
Sebelum dilakukan restorasi pada gigi kedua, lakukan
pembersihan, lalu berikan etsa sebelum insersi dari komposit.

34
Pada prosedur ini, perlu digunakan matrix strip untuk
melindungi restorasi pada gigi pertama.

2.3.4 Contouring & Polishing


Pengalaman dan teknik yang baik saat menginsersikan
komposit dapat mengurangi jumlah finishing yang nantinya
diperlukan. Karena komposit yang berlebih harus dihilangkan
untuk mendapatkan kontur akhir dan permukaan halus. Coarse
diamonds dapat digunakan untuk menghilangkan bagian yang
berlebih, tapi ini kurang danjurkan karena beresiko tinggi dapat
tidak sengaja merusak karena mengenai gigi yang berdekatan
dengan restorasi. Bagian yang berlebih dapat juga dihilangkan
dengan menggunakan burr atau disc, namun ini menghasilkan
permukaan yang lebih kasar. Instrumen finishing yang khusus
yakni berupa diamond dan 12-fluted finish- ing burs dapat
digunakan untuk mendapatkan hasil yang sangat baik jika
mengikuti petunjuk pabrik dengan benar. Perawatan harus
dilakukan menggunakan rotary instrument untuk mencegah
kerusakan pada struktur gigi, terutama pada daerah-daerah
marginal gingiva.
Facial Areas
Bur diamond carbide berbetuk flame dapat digunakan
untuk menghilangkan bagian komposit yang berlebih pada
daerah facial. (Fig. 12-33A). Dilakukan dengan menggunakan
kecepatan sedang dan secara intermiten diperlukan juga air
coolant untuk contouring. Untuk finishing akhir dan polishing
digunakan polishing instrument (Fig. 12-33B), diamond-
impregnated polishers, dan kadang juga menggnakan aluminum
oxide atau pasta diamond polishing (Fig. 12-33C and D).
Pada lokasi tertentu, abrasive disc dapat digunakan
setelah menggunakan finishing bur atau bur diamond. Tingkat

35
abrasi ini berdasaran banyaknya bagian berlebih yang
dikurangkan (Fig. 12-34A).
Sebuah disk system dikenal sebagai Sof-Lex (3M
ESPE-, St Paul, Minn) yang tersedia untuk contouring dan
polishing. Disk ini fleksibel dan diproduksi dalam beberapa
diameter dan kasarnya tekstur. Pop-On disk dan mandrels (3M
ESPE-, St Paul, Minn) juga tersedia; desain yang unik dengan
pusat logam jauh lebih kecil dan memungkinkan disk untuk
ditempatkan dari mandrel tanpa perlu orientasi yang tepat. Disk
tipis dengan diameter kecil, seperti Super Snap disk (Shofu Gigi
Corporation, Menlo Park, Calif), dapat masuk ke daerah lubang
di dinding akan lebih mudah dan sangat berguna dalam
contouring dan polishing daerah gingiva. Terlepas dari jenis disk
yang dipilih, disk yang digunakan secara berurutan dari kasar ke
halus, menghasilkan permukaan halus.
Disk ini diputar pada kecepatan rendah. Permukaan
enamel eksternal digunakan sebagai panduan untuk kontur yang
tepat. Sebuah shifting motion yang konstan digunakan sebagai
alat bantu untu memudahkan pergeseran dan mencegan
meluasnya permukaan yang datar. Final polishing dilakukan
dengan menggunakan disk grit halus atau rubber points/cups dan
kadang juga menggunakan almunium oxide atau diamond
polishing paste. Instrumen rotary harus digunakan sedara hati-
hati pada lokasi yang berdekatan dengan gingiva untuk
mencegah terhapusnya bagian secara tidak sengaja dan tidak
diinginkan dari struktur gigi.

36
Lingual Areas
Kelebihan komposit pada bagian lingual ini dihilangkan
dan akan didapatkan permukaan yang halus menggunakan bur
bulat atau bur diamond oval 12-bladed carbide. Bur digunakan
dengan kecepatan medium dengan menggunakan air coolant dan
dilakukan dengan tekanan yang intermiten (Fig.12-34B). Ukuran
dan bentuk bur yang sesuai digunakan tergantung pada jumlah
berlebih dan bentuk permukaan lingual.

37
Proximal dan Embrasure Areas
Margin dan kontur permukaan proksimal sebaiknya dapat
ditaksir secara visual dan dapat dirasakan dengan sebuah explorer
atau dental floss. Floss diletakkan di bawah gingival margin dan
“shoe-shined” karena floss ditarik secara oklusal. Jika penggunaan
floss merusak, maka penyelesaian tambahan sangat dibutuhkan.
Sebuah pisau finishing emas yang tajam, pisau amalgam (Scaler
34/35), atau No. 12 surgical blade mounted in a Bard-Parker
handle (Fig. 12-34C) sangat cocok untuk menghilangkan kelebihan
bahan dari area proksimal gingival. Alat seharusnya dapat
dipindahkan dari gigi ke restorasi atau sepanjang margin,
menggunakan shaving strokes yang ringan, mempertahankan
cutting edge pada permukaan ekternal enamel untuk mencegah
reduksi yang berlebihan. Jika banyak sekali jumlah komposit yang
terbuang dengan sebuah stroke atau pada arah yang salah, mungkin
saja dapat menyebabkan fraktur di dalam preparasi gigi dan

38
menjamin sebuah perbaikan karena kekosongan ireguler yang
terbentuk dapat menyebabkan plak dan debris berkumpul dan
mengundang perubahan warna atau karies baru. Menggunakan
cutting edge kedua pada aspek roda dari pisau emas atau pisau
amalgam pada saat penarikan kerutan lebih sering ditemukan pada
penggunaan berlebih cutting edge pertama pada shaving mode.
Bentuk pisau memiliki secondaray edges pada sebuah arc dimana
sangat membantu. Sebuah surgical blade in a Bard-Parker handle
No. 12 juga digunakan karena bentuk kurva pada pisau dan
diameternya yang tipis membuat alat ini ideal untuk
menghilangkan gingival overhang. Kelebihan dibuang untuk
menghindari kelebihan bahan yang tidak diperlukan.
Special carbide finishing burs (Esthetic Trimmers;
Brasseler USA, Savannah, Ga) dan carbide hand instruments
(Carbide Carvers; Brasseler USA) dapatd igunakan untuk
menghilangkan kelebihan dan membuka area embrasure.
Peringatan untuk semua instrument sebaiknya tidak membuang
terlalu banyak kontur atau untuk memproduksi “ledged” contact
(sebuah ledge yang mengelilingi area kontak). Semua alat carbide
terbuat dari baja karbon yang mungkin saja meninggalkan bekas
keabuan pada restorasi. Perubahan warna ini superficial dan dapat
dihilangkan dengan mudah selama finishing akhir dengan strips
atau disk yang abrasif (Fig. 12-34D).
Mengkontur dan menyelesaikan lebih jauh dari permukaan
proksimal dapat diselesaikan dengan finishing strips yang abrasif.
Beberapa strip memiliki dua perbedaan tipe dari tingkat abrasifnya
(medium dan sangat abrasif) pada akhir strips tersebut., dengan
area yang kecil dimana tidak ada abrasifitas yang ditemukan untuk
memudahkan insersi secara mudah dan aman dari srips melalui
area kontak. Medium grit biasanya terbuat dari zirconium silikat
dan fine grit biasanya terbuat dari oksida alumunium. Diamond-

39
coated thin metal strips juga secara komersial tersedia dan hadir
dengan berbagai macam grit. Lebar dari strips juga tersedia.
Dengan luas yang sempit biasanya digunakan untuk mengkontur
karena kelebihannya untuk finishing area yang spesifik. Strip yang
lebar cenderung meratakan kontur proksimal, mengurangi bahan
yang berlebih pada area kontak, dan yang memanjang ke arah
gingiva. Hasilnya pada kontur yang buruk dan tidak adanya
kontak dimana harus diperbaiki. Strip tidak seharusnya digunakan
maju dan mundur melewati restorasi pada saat “sawing” manner.
Strip seharusnya digunakan di area restorasi dan permukaan gigi
yang digunakan pada sebuah shoe-shine cloth, berkonsentrasi pada
area yang membutuhkan perhatian lebih (see Fig. 12-34D). untuk
membuka embrasure lingual atau sekitar marginal ridge, bagian
lingual dari strips dipegang menghadap komposit dengan indeks
jari dari satu tangan, dimana akhir ujung strip yang lain ditarik
secara fasial dengan tangan lainnya.
Mengkontur dan menyelesaikan permukaan proksimal,
termasuk margin gingival, juga mengembangkan bentuk embrasure
sekitar kontak proksimal. Lebih jauh lagi, perkembangan bentuk
embrasure penggunaan tambahan dilakukan menggunakanan
flame-shaped 12-bladed carbide finishing burs, fine diamonds,
pisau amalgam, atau surgical blade No. 12.

40
Occlusion Areas
Operator memindahkan rubber dam. Operator mengevaluasi
oklusi pasien dengan menyuruh pasien menutup mulutnya secara
perlahan-lahan, menggerakan gigi rahang bawah mengenai daerah
yang terestorasi. Apabila ditemukan kelebihan komposit, operator
menghilangkan kelebihan tersebut dalam jumlah yang sedikit dan
kemudian mengecek ulang menggunakan articulating paper.
Biasanya dilakukan pengonturan ulang pada daerah yang
berdekatan atau daerah yang berseberang dengan gigi asli (atau
keduanya), meskipun harus diperhatikan untuk tidak
menghilangkan sentrik gigi atau kontak fungsional atau secara

41
sengaja terlalu banyak menghilangkan struktur gigi atau bahan
restorasi.

3 Teknik Klinis Untuk Restorasi Komposit Kelas IV Direk

3.1 Prosedur Klinis Awal


Pada prinsipnya sama dengan restorasi lainnya namun hal yang
terpenting ialah mempertimbangkan keadaan oklusal sebelum
dipreparasi. Hal ini akan berpengaruh pada:
1. Perluasan preparasi
Batas margin preparasi terletak pada daerah yang tidak berkontak.
2. Bentuk preparasi yang retentif dan resisten
Oklusi yang berat membutuhkan retensi dan resistensi yang lebih
tinggi.
3. Bentuk-bentuk preparasi seperti
- Boxlike
- dinding preparasi yang datar dan rata
- dinding preparasi paralel terhadap sumbu panjang gigi dan
perpendikular terhadap gaya oklusal
- bentuk retentif sekunder (groove, bevel yang dibuat lebih
luas)
Pemilihan warna komposit akan lebih sulit untuk restorasi kelas
IV yang luas karena warna dentin tidak lagi normal. Untuk itu,
gunakan warna bahan komposit translusen dan opak secara terpisah.
Microfill composite diaplikasikan sebagai veneer setelah
menempatkan hybrid composite sebagai inti atau pasak.
Preweding sebelum melakukan preparasi akan membantu
penyesuaian kontak proksimal. Hal ini akan lebih sulit dilakukan pada
lesi/fraktur kelas IV yang luas atau yang disertai garis fraktur karena
bentuk perluasan preparasi yang dibuat harus menyesuaikan struktur
atap kamar pulpa. Pencetakan preoperatif dapat dilakukan untuk
mendapatkan template dasar preparasi sehingga mempermudah dalam
proses contouring.

3.2 Preparasi Gigi

42
Restorasi kelas IV sangat membantu dokter gigi dalam
melakukan perawatan konservatif untuk gigi anterior yang mengalami
fraktur ataupun karies. Hal-hal yang perlu diingat meliputi:
1. Semakin luas preparasi yang dibuat, semakin lebar pula bevel yang
diperlukan
2. Groove retentif dapat dibuat pada preparasi yang luas atau pada
preparasi kecil yang hanya melibatkan enamel. Selain itu, groove
ini dapat menyeimbangkan area stress di oklusal (pada preparasi
yang kecil). Memperluas area yang dapat dietsa sehingga komposit
dapat berikatan kuat terhadap gigi
3. Bentuk yang menambah resistensi
- Dinding fasial proksimal dan lingual membentuk sudut 90o
terhadap dinding cavosurface
- Membuat bevel
- Dinding gingival perpendikular terhadap sumbu panjang gigi
- Bentuk preparasi yang menyerupai box

3.2.1 Preparasi Konvensional Kelas IV


Desain preparasi konvensional memiliki cavosurface
margin 900 dan dengan bevel. Apabila restorasi kelas IV meluas
sampai ke permukaan akar, dibutuhkan cavosurface margin 900
dan bentuk retensi groove yang memungkinkan serta preparasi
bevel konvensional atau preparasi modifikasi yang digunakan
untuk bagian dari preparasi di mahkota gigi.

3.2.2 Preparasi Bevel Konvensional Kelas IV


Bevel preparasi kelas IV komposit diindikasikan untuk
merestorasi daerah proksimal yang besar yang melibatkan
permukaan incisal gigi anterior. Retensi pada preparasi ini
didapat dari groove atau undercut, perpanjangan dovetail,
threaded pins, atau kombinasi dari semuanya. Semua itu
merupakan bagian dari tahap akhir (final stage) preparasi gigi.
Retensi undercut pada bagian gingival dan incisal dapat
diindikasikan untuk preparasi kelas IV yang besar yang sama

43
seperti yang digunakan pada preparasi kelas III dimana bentuk
undercut yang membulat terletak pada dentin sepanjang line
angle sampai point angle dimanapun asal memungkinkan tanpa
merusak enamel. Perpanjangan dovetail yang berlebih ke
permukaan lingual gigi mungkin dapat meningkatkan kekuatan
dan retensi restorasi, tetapi hal tersebut kurang konservatif dan
tidak sering digunakan.
Walaupun retensi pin kadang-kadang diperlukan,
penggunaaan pin pada restorasi komposit jarang digunakan
untuk beberapa alasan, antara lain :
A. Penempatan pin pada gigi anterior menimbulkan
resiko
perforasi pada pulpa atau pada permukaan luar
B. Pin tidak meningkatkan kekuatan dari bahan
restorasi
C. Sebagian pin dapat berkarat disebabkan karena
adanya
kebocoran pada restorasi, yang menghasilkan
diskolorisasi pada gigi dan restorasi yang signifikan
Terlepas dari kerugian-kerugian yang ditimbulkan, ketika
struktur gigi hilang dalam jumlah yang besar, retensi pin
mungkin dibutuhkan untuk memperkuat restorasi komposit.
Bevel pada preparasi kelas IV dikarakteristikkan dengan
bentuk outline yang terjadi ketika dinding preparasi dipreparasi
tegak lurus atau paralel pada sumbu panjang gigi. Desain ini
menghasilkan resistensi yang lebih besar terhadap daya gigit
yang dapat menyebabkan fraktur pada gigi maupun restorasi.
Preparasi outline form menggunakan bur carbide bundar yang
sesuai atau instrumen diamond high speed dengan air-water
coolant. Buang semua enamel yang rapu dan bentuk kedalaman
dinding axial 0,5 mm ke dentin. Preparasi dinding secara paralel
dengan sumbu panjang gigi. Buang semua dentin yang
terinfeksi sebagai langkah pertama dalam langkah preparasi

44
akhir (final stage) gigi. Apabila dibutuhkan, aplikasikan selapis
calcium hydroxide. Lakukan bevel pada cavosurface margin
dari semua enamel margin yang dapat diakses pada saat
preparasi. Bevel dibuat dengan sudut 45 derajat dengan
permukaan eksternal gigi menggunakan bur bentuk flame atau
instrumen diamond bundar. Lebar bevel 0,25-2 mm, tergantung
pada besarnya bagian gigi yang hilang dan retensi yang
dibutuhkan. Bentuk retensi utama didapat karena adanya
micromechanical bonding antara komposit dengan enamel dan
dentin. Retensi tambahan didapat dengan menambah lebar dari
enamel bevel atau menempatkan retensi undercut. Apabila
retensi undercut dianggap penting, buat retensi groove pada
gingival dengan menggunakan bur bundar no ¼. Dibuat 0,2 mm
didalam DEJ dengan kedalaman 0,25 mm (setengah dari
diameter bur) dan dengan sudut yang membagi dua pertemuan
antara dinding axial dengan dinding gingival. Groove ini harus
memperpanjang panjang dari alas gingival dan sedikit
menaikkan facioaxial dan linguoaxial line angle. Biasanya tidak
ada retensi undercut yang dibutukan pada daerah incisal, dimana
banyak terdapat enamel.

3.2.3 Preparasi Modifikasi Kelas IV


Modifikasi preparasi klas IV komposit dilakukan pada
lesi atau kerusakan yang kecil hingga sedang. Tujuan dari
preparasi gigi tersebut adalah untuk membuang kerusakan dan
menyediakan bentuk retensi serta resistensi yang tepat.
Membuang semua lesi atau restorasi yang sudah rusak
menggunakan bur diamond atau bur bundar dengan ukuran yang
sesuai, serta bentuk outline form hingga ke area yang sudah
rapuh.
Pada gigi dengan adanya fraktur pada sudut incisal
dilakukan sedikit initial preparation atau bahkan tidak

45
dilakukan, karena hal tersebut akan memperparah struktur gigi
yang fraktur tersebut. Cavosurface margins dipreparasi dengan
membentuk bevel atau flare yang sama dengan bevel dan flare
pada preparasi klas IV pada umumnya. Kedalaman aksial
preparasi tergantung pada perluasan lesi, restorasi sebelumnya
atau fraktur, namun pada umumnya kedalaman tidak melebihi
0,2 mm dibawah DEJ. Biasanya retensi yang berbentuk groove
atau cove tidak dianjurkan. Oleh karena itu, retensi dihasilkan
dari ikatan antara komposit terhadap email dan dentin.

Gambar. Modifikasi preparasi klas IV komposit


Sumber: Sturdevant’s Art & Science of Operative Dentistry, 2002

Perawatan gigi dengan fraktur yang kecil membutuhkan


lebih sedikit preparasi. Jika fraktur hanya terjadi pada email,
biasanya retensi dapat dengan mudah diperoleh dengan
membentuk bevel yang tajam pada cavosurface margins di area
yang mengalami fraktur menggunakan bur diamond flame-
shaped. Selain itu retensi juga diperoleh dari ikatan komposit
(bonding).

46
Sumber: Sturdevant’s Art & Science of Operative Dentistry, 2002

3.3 Teknik Restorasi


3.3.1 Etching, Priming, and Placing Adhesive
Etsa, priming dan penempatan adhesif pada kelas IV
sama dengan kelas III komposit. Matrix dapat digunakan
sebelum etsa, priming dan penempatan adhesif. Namun hal ini
harus diperhatikan kembali sesuai dengan kondisi yang ada.
Ketiga tahap ini dilakukan sesuai dengan petunjuk pabrik
untuk setiap system bonding yang digunakan.
Tahap-tahap etsa, priming dan penempatan adhesive
1. Permukaan proksimal dari bagian gigi yang tidak dipreparasi
harus dilindungi dari etsa dengan penempatan polyester
strip.
2. Setelah itu, gel etchant diaplikasikan ke seluruh permukaan
preparasi, melebihi 0.5 mm dari margin preparasi hingga ke
gigi yang tidak terpreparasi. Etsa 15-30s (15s dentin dan 30s
enamel).
3. Area kemudian dicuci dengan air, pada dentin sebaiknya
tidak dengan air-dry. Gunakan cotton pellet yang lembab
atau dengan tissue untuk membuang kelebihan air.
Permukaan dentin harus lembab, dan terdapat permukaan
mengkilat (glistening).
4. Beri primer dengan microbrush di seluruh bagian yang
dipreparasi. Primer digunakan sesuai dengan petunjuk
pabrik. Kemudian curing.

47
5. Beri bonding adhesive, guunakan microbrush lainnya atau
aplikator tip pada area yang telah dipreparasi. Setelah itu
adhesive akan dipolimerisasi dengan curing.

3.3.2 Aplikasi Matriks


Matrix polyester strip dapat digunakan untuk seluruh
preparasi kelas IV, walaupun fleksibilitasnya membuat control
matrix sulit. Hal ini membuat restorasi komposit
over/undercontour serta ekstrusi ke insisal dan lingual. Namun,
kelebihan dapat dibuang ketika tahap akhir contouring dan
finishing.
Tahap-tahap penempatan matrix

1. Potong dead-soft metal matrix material (DenMat Corp tebal =


0.04 mm, lebar = 8mm ) sepanjang 16 mm. Tempatkan
Wedges.
2. Sesuaikan strip agar bagian fasial protrusi. Melipat/creasing
matrix pada posisi lingual line angle. Hal ini dapat mengurangi
potensi undercontouring/rounding dari restorasi. Gingival dan
incisal edge meluas dari margin preparasi sekitar 1 mm.

48
3. Pada bagian lingual, matrix diadaptasikan dengan permukaan
lingual.

4. Cek kembali apakah wedges terlihat dari embrasure fasial ke


lingual. Hal ini mencegah gingival overhang dan open
contouring. (Tidak disarankan menggunakan mahkota
plastic/seluloid komersial sebagai matrix karena terlalu tebal)

49
5. Burnish permukaan proksimal dari matrix dengan sonde no.2
atau bagian belakang black spoon ekskavator.
6. Apabila preparasi besar dan praktisi belum memiliki
pengalaman yang cukup dengan matrix strip polyester, gunakan
teknik compound-supported matrix
a. Fiksasi wedges dengan compound dan tekan perlahan
pada bagian lingual hingga embrasure gingival.
Compound yang digunakan tidak boleh bersifat
mukopressure.

b. Pada saat ini matrix harus dipegang agar tidak


berhubah.
c. Observasi adaptasi matrix. Matrix harus menyentuh
gigi lawan pada titik kontak yang tepat
d. Ketika compound sudah mengeras, lembutkan lagi
dengan instrument yang dihangatkan hingga
penempatan fiksasi wedges dan matrix tepat.

50
7. Kavitas siap untuk insersi material komposit.

3.3.3 Inserting & Curing The Composite


Setelah diaplikasikan adhesive bonding,tempatkan
komposit dengan syringe.Komposit lalu dicuring diatas
ketinggian 1-2 mm. Penutupan strip harus dilakukan dengan
hati-hati. Strip tidak boleh ditarik dengan gaya berlebihan
karena material yang lunak dapat terekstrusi secara insisal dan
menhasilkan restorasi undercontoure.
Ketika merestorasi komposit self-cured,insersi lebih baik
dilakukan dengan injeksi menggunakan syringe. Komposit yang
ditempatkan pada kavitas dibuat agak berlebih dari kontur untuk
menghasilkan kontur yang tepat setelah tahap finishing. Pada
penggunaan komposit light-cured, penempatan dilakukan

51
dengan tehnik inkremental untuk menghasilkan polimerisasi
yang sempurna dan mengurangi kemungkinan efek shrinkage
pada polimerisasi. Penempatan lebih baik dilakukan
menggunakan instrumen tangan, walaupun syringe juga dapat
digunakan. Setelah polimerisasi, pindahkan kompon dan strip.
Untuk mengoptimalkan polimerisasi, restorasi dicure dari arah
fasial dan lingual.

3.3.4 Contouring & Polishing


Tahap contouring and polishing kelas IV komposit
hampir sama dengan yang telah dijelaskan pada kelas III
komposit, namun terdapat perbedaan yaitu adanya keterlibatan
ujung dan tepi insisal. Bagian ini dikontur menggunakan
langkah yang sama pada kelas III komposit. Hal yang harus
diperhatikan adalah panjang dan ketebalan dari tepi insisal.
Potensi hubungan oklusal lebih besar dan membutuhkan lebih
banyak penyesuaian dan perbaikan . Area fasial,lingual, dan
proksimal dikontur sesuai dengan penjelasan sebelumnya.ama
seperti kelas III komposit.

52

Anda mungkin juga menyukai