Anda di halaman 1dari 40

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

A.

ANGKA KEMATIAN
Sistem

statistik

vital

yang

mencatat

komponen

utama

perubahan penduduk yaitu kelahiran, kematian, perkawinan, dan


perpindahan menjadi alat utama mengukur pertumbuhan penduduk
di suatu negara. Selain itu, di dalamnya juga dapat mengukur angka
kematian dengan spesifik menurut penyebab dan umur sebagai
indikator kunci. Angka kematian berguna dan vital posisinya untuk
memberikan gambaran mengenai keadaan kesejahteraan penduduk
pada satu tahun yang bersangkutan. Penyebab kematian dapat
berupa langsung, seperti patofisiologi penyakit,

maupun tak

langsung. Terdapat interaksi berbagai faktor yang tingkat kematian


di masyarakat seperti faktor ekonomi, kualitas lingkungan hidup,
maupun faktor akses pelayanan kesehatan.
Meski demikian, kualitas pencatatan vital, termasuk statistik
kematian dan informasi sebab kematian di Indonesia, termasuk di
Kota Bandung masih belum memadai. Oleh karenanya, perlu upaya
mengembangkan sistem alternatif yang mengakomodir registrasi
kematian dan sebab kematian di masyarakat. Salah satunya dengan
menerapkan

metode

Sample

Registration

Sytem

(SRS)

yang

menggunakan pencatatan dan pelaporan ganda terhadap peristiwa


kelahiran dan kematian secara berkelanjutan dan retrospektif oleh
dua metode indipenden yang bertujuan menyediakan estimasi
tahunan yang valid mengenai tingkat kelahiran dan kematian pada
berbagai tingkat wilayah administratif.
Angka kematian yang dibahas dalam Profil Kesehatan ini
didapat dari sumber-sumber pelayanan kesehatan dasar maupun
tingkat lanjut yang direkapitulasi dan dianalisa oleh Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

19

Kota Bandung. Beberapa angka kematian khusus yang akan diulas


dalam Profil Kesehatan Kota Bandung ini antara lain kematian bayi,
kematian ibu, dan kematian balita.

1. Angka Kematian Bayi


Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara
saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu
tahun. Angka kematian bayi (AKB) atau infant mortality rate
(IMR) merupakan salah satu indikator sangat sensitif untuk
mengetahui

gambaran

tingkat

permasalahan

kesehatan

masyarakat.
Angka kematian bayi adalah kemungkinan kematian
bayi dalam 1.000 kelahiran hidup di suatu wilayah dalam
periode

tertentu.

Badan

Pusat

Statistik

berwenang

menghitung dan mengeluarkan angka ini dalam periode


tertentu melalui survey-survey, seperti SUSEDA, bersama
dengan Angka Kematian Ibu (AKI). Angka Kematian Bayi di
Kota Bandung berdasarkan sumber BPS Kota Bandungtahun
2012 sebesar 29,33 / 1.000 kelahiran hidup. Angka ini naik
(secara positif) dibandingkan tahun 2011 lalu yang sebesar
32,24/1.000 kelahiran hidup. Grafik perkembangan Angka
Kematian Bayi di Kota Bandung dalam 5 tahun terakhir
dapat di lihat di bawah ini.
Gerakan di masyarakat peduli kesehatan ibu dan anak
sangat berarti dalam menurunkan kasus kematian ibu dan
bayi seperti Gerakan Katresna Sadaya di Kecamatan Bojong
Loa Kidul Kota Bandung yang merupakan wilyah binaan UPT
Puskesmas Kopo.
dengan

Gerakan

melibatkan

meningkatkan

ini

semua

kesehatan

ibu

berbasiskan
sektor
dan

masyarakat

dengan

anak,

tujuan

mempercepat

penurunan jumlah kematian ibu dan anak.


Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

20

GRAFIK III.1
PERKEMBANGAN ANGKA KEMATIAN BAYI
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2008 2012
35
34
33

34,46

33,17
33,77
32,24

32
31
30

29,33

29

AKB

28
27
26
2008

2009

2010

2011

2012

Sumber :BPS Kota Bandung Tahun 2012

Penyebab kematian bayi antara lain disebabkan oleh


faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperolah
dari orang tuanya pada saat konsepsi atau di dapat selama
kehamilan. Faktor lain penyebab kematian bayi adalah yang
bertalian

dengan

pengaruh lingkungan

luar (eksogen),

terutama tingkat pelayanan antenatal,tingkat keberhasilan


program KIA & KB, kondisi lingkungan, dan sosial Ekonomi.
Jumlah

kematian

bayi

Bandung pada Tahun 2012

yang

sebesar

terungkap
148

di

Kota

bayi dan lahir

mati sebanyak 129 bayi. Penyebab kematian tertinggi tahun


2012 untuk neonatus adalah Asfiksia 33 kasus, Prematur 30
kasus, lain-lain 26 kasus, BBLR 16 kasus, kelainan kognital
4 kasus, dan infeksi 3 kasus. Sedangkan untuk penyebab
kematian bayi adalah Pneumonia 1 kasus dan penyebab
lain-lain 33 kasus.

Bila dibandingkan dengan tahun lalu,

jumlah kematian bayi mengalami penurunan jumlah kasus


sebanyak 87 kasus kematian dan lahir mati mengalami

Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

21

penurunan

sebesar

13

kasus

kematian.

Grafik

perkembangan jumlah kematian bayi di Kota Bandung


dalam 5 tahun terakhir dapat di lihat di bawah ini.
GRAFIK III.2
JUMLAH KEMATIAN BAYI
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2008 2012
300

250

200

150

100
JUMLAH KEMATIAN
BAYI

2008

2009

2010

2011

2012

173

227

201

235

148

Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinkes Kota Bandung Tahun 2012

Salah satu upaya percepatan penurunan AKI dan AKB


adalah

melalui

peningkatan

cakupan

persalinan

yang

ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas dan penanganan


kegawatdaruratan maternal neonatal sesuai standar dan
tepat waktu yang dapat dikaji melalui Audit Maternal
Perinatal (AMP). Penelusuran penyebab setiap kematian bayi
dilakukan oleh petugas puskesmas dalam kegiatan AMP.
Berikut

adalah

peta

Jumlah

Kematian

Bayi

di

Kecamatan di Kota Bandung dari tahun 2008 hingga 2012.


Dari

gambar

tersebut

tampak

Kecamatan

Coblong,

Batununggal, dan Ujungberung adalah kecamatan dengan


jumlah kematian yang besar diantara kecamatan lain di Kota
Bandung.

Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

22

GAMBAR III.1
JUMLAH KEMATIAN BAYI
DI KOTA BANDUNG
TAHUN 2008 - 2012

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

2. Angka Kematian Balita


Angka Kematian Anak Balita (AKABA) adalah jumlah
kematian anak umur 12-59 bulan per 1.000 kelahiran hidup
pada periode waktu tertentu. AKABA dapat menggambarkan
tingkat permasalahan kesehatan serta faktor lain yang
mempengaruhi terhadap kesehatan anak balita seperti gizi,
sanitasi lingkungan, tingkat pelayanan KIA / Posyandu,
penyakit infeksi, dan kecelakaan.
Kematian balita di Kota Bandung pada Tahun 2012
menurut laporan bersumber fasilitas kesehatan sejumlah 12
anak. Bila dibandingkan dengan angka tahun lalu terdapat
adanya kenaikan 7 kasus kematian. Grafik berikut ini

Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

23

menunjukan jumlah kematian balita di Kota Bandung selama


5 tahun terakhir.
GRAFIK III.3
JUMLAH KEMATIAN BALITA
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2008 2012
25
20
15
10
5
0
Kematian Balita
Sumber

2008

2009

2010

2011

2012

23

20

12

: Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota Bandung


Tahun 2012

Jumlah kematian balita disini yang dimaksud adalah


jumlah kematian seorang anak balita usia 12-59 bulan yang
ditemukan di Kota Bandung di Tahun 2012. AKABA di Kota
Bandung berdasarkan sumber BPS Propinsi Jabar terakhir
yang ada di Tahun 2008 sebesar 8,8 / 1.000 kelahiran
hidup.
Adapun

penyebab

kematian

balita

tersebut

dikategorikan ke dalam penyebab lain-lain, yang berarti


bukan

disebabkan

oleh

penyebab

kematian

yang

dikatergorikan penyakit potensi wabah atau penyakit yang


rentan terhadap balita, seperti penyakit Diare, Campak,
Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), ataupun Demam
Berdarah Dengue (DBD).

Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

24

3. Angka Kematian Ibu


Kematian ibu adalah kematian seorang wanita

yang

dikarenakan oleh kehamilan, persalinan, dan masa nifasnya.


Angka kematian Ibu mencerminkan resiko yang dihadapi ibu
selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh :
a. Keadaan sosial ekonomi dan kesehatan yang kurang baik
menjelang kehamilan.
b. Kejadian

berbagai

komplikasi

pada

kehamilan

dan

kelahiran.
c. Tingkat tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan
kesehatan termasuk pelayanan perinatal dan obstetri.
Grafik berikut ini menunjukan jumlah kematian balita di
Kota Bandung selama 5 tahun terakhir.
GRAFIK III.4
JUMLAH KEMATIAN IBU
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2008 2012
40
35
30
25
20
15
10
5
0
JUMLAH KEMATIAN IBU
Sumber :

2008

2009

2010

2011

2012

27

25

37

20

24

Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota Bandung


Tahun 2012

Kejadian kematian ibu di Kota Bandung pada tahun


2012 yang terlaporkan melalui fasilitas kesehatan dan telah
dilakukan

autopsi

verbal

sebanyak

24

kasus.

Penyebab

kematian ibu terbanyak adalah Perdarahan 6 kasus, Hipertensi


Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

25

dalam kehamilan 6 kasus, infeksi 1 kasus, dan lain-lain 11


kasus.
GAMBAR III.2
JUMLAH KEMATIAN IBU
DI KOTA BANDUNG
TAHUN 2008 - 2012

Sumber : Dinas Kesehatan Kota BandungTahun 2012

Penanganan terhadap ibu hamil resiko tinggi (bumil


risti) yang rendah (tidak terantisipasi) di hulu, terlambat
merujuk di pelayanan hilir,

dan terlambat memperoleh

penanganan di fasilitas kesehatan merupakan faktor-faktor


yang mempengaruhi terjadinya kematian ibu di Kota Bandung.
Selain

menegakkan

AMP

ditingkat

kota,

seperti

halnya

kematian bayi, peran promosi kesehatan melalui Desa Siaga


dalam menjalankan fungsinya meningkatkan sistem siaga di
masyarakat terhadap kesehatan ibu hamil di wilayahnya
menjadi upaya dalam menurunkan kematian ibu. Selain itu,
bidang

promosi

kesehatan

Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

sebagai

fungsi

promotif

dan

26

preventif melalui penyuluhan dengan menggunakan mediamedia

yang

efektif

dan

menarik

dapat

meningkatkan

pengetahuan kesehatan ibu dan anak.


Angka Kematian Ibu (AKI), seperti halnya AKB, dihitung
dan dikeluarkan oleh BPS selaku lembaga yang berwenang
melalui survey-survey. Angka Kematian Ibu di Kota Bandung
berdasarkan sumber BPS Kota Bandung dan UNPA terakhir
yang ada di Tahun 2004 sebesar 164,70/100.000 kelahiran
hidup. Angka ini dihitung menggunakan pola/metoda kematian
dari hasil Susenas, yaitu asumsi kematian ibu terhadap
kematian wanita dewasa untuk daerah Jabar sebesar 8,70%.

B.

ANGKA KESAKITAN
Data kesakitan diperlukan untuk memberikan informasi
di

masyarakat

(community

based

data)

mengenai

permasalahan penyakit, perkembangan dan penyebarannya.


Data Kesakitan di Kota Bandung didapat dari laporan rumah
sakit

sebagai

sarana

kesehatan

rujukan

dan

laporan

puskesmas sebagai sarana kesehatan dasar. Berdasarkan


laporan yang masuk dari puskesmas yang ada di Kota
Bandung pada Tahun 2012 didapat 20 penyakit terbanyak
sebagai berikut :
TABEL III.1
20 PENYAKIT TERBANYAK DI PUSKESMAS
KOTA BANDUNG TAHUN 2012
No

NAMA PENYAKIT

PERSENTASE

Nasofaringitis Akuta (Common Cold)

14,24

14,17

Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut tidak


Spesifik
Hipertensi Primer (esensial)

Myalgia

5,83

Gastroduodenitis tidak spesifik

4,78

Diare dan Gastroenteritis,

4,12

Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

6,86

27

No

NAMA PENYAKIT

PERSENTASE

Faringitis Akuta

3,53

Dermatitis lain, tidak spesifik (eksema)

3,43

3,35

10

Gangguan lain pada kulit dan jaringan subkutan yang


tidak terklasifikasikan
Penyakit Pulpa dan jaringan Periapikal

11

TukakLambung

1,91

12

Demam yang tidak diketahui sebabnya

1,90

13

Gejala dan tanda umum lainnya

1,35

14

Gangguan Gigi dan jaringan penunjang lainnya

1,31

15

Konjungtivitis

1,24

16

Karies Gigi

1,20

17

Gangguan telinga lain tidak spesifik

1,19

18

Tonsilitis Akuta

0,99

19

0,91

20

Penyakit Gusi, jaringan Periodontal, dan tulang


alveolar
Penyakit Saluran Pernafasan Bagian Atas lainnya

21

Lain-lain

3,24

0,84
23,61

JUMLAH

100,00

Sumber : Seksi Data dan Informasi Kesehatan dari Rekapitulasi SP3 Tahun 2012

Dibandingkan Tahun

2012, Penyakit Nasofaringitis

Akuta (Common Cold) menjadi penyakit terbesar rawat


jalan di puskesmas di Kota Bandung, sedangkan Penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut tidak Spesifik, Hipertensi

primer bertukar berturut-turut menjadi ke 2 dan ke 3


terbesar setelahnya di tahun 2012. Perbandingan urutan
penyakit terbesar selama tiga tahun berturut (2010
2012) dapat dilihat lebih detil dari grafik di bawah ini.

Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

28

GRAFIK III.5
PERKEMBANGAN PENYAKIT TERBESAR DI PUSKESMAS
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2008 2012
0
1

Infeksi Saluran Pernafasan


Akut tak Spesifik
Hipertensi Primer
Nasofaringitis Acuta
Myalgia

6
Diare dan Gastroenteritis

8
2010

2011

2012

Gastroduodenitis tak
spesifik

Sumber : Seksi Data dan Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Bandung
Tahun 2012

Selain data penyakit seperti diatas dapat disampaikan


juga data penyakit menular yang diamati sebagai berikut :
C.

PENYAKIT MENULAR YANG DIAMATI


1. Penyakit Acute Flaccid Paralysis ( AFP )
Penyakit Acute Flaccid Paralysis (AFP) non Polio adalah
penyakit infeksi paralisis yang disebabkan oleh virus.
Penularan dapat terjadi secara langsung dan tak langsung.
Penyebarannya sangat ditentukan oleh kondisi kualitas
sanitasi lingkungan dan status imunisasi anak di suatu
wilayah.
Cakupan penemuan penderita

penyakit Non Polio

Acute Flacid Paralysis (AFP) pada 100.000 penduduk di


bawah 15 tahuntermasuk indikator Standar Pelayanan
Minimal (SPM) Kepmenkes RI No. 828/MENKES/SK/IX
Tahun 2008. Adapun perkembangan cakupan penemuan

Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

29

penderita penyakit AFP dalam 5 Tahun Terakhir di Kota


Bandung dapat dilihat dari grafik di bawah ini.

GRAFIK III.6
JUMLAH TEMUAN KASUS ACUTE FLACCID PARALYSE ( AFP )
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2008-2012
16
14

14

12

14

12
12

10
8

KASUS AFP

4
2
0
2008

2009

2010

2011

2012

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit


Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

Penemuan kasus AFP dilaksanakan melalui monitoring ke


rumah sakit, klinik, dokter swasta maupun di puskesmas
yang ada di Kota Bandung dengan mengamati secara
cermat berbagai gejala penyakit AFP.
Tahun 2012

di Kota Bandung ditemukan kasus

AFP sebanyak 14 kasus pada anak < 15 tahun, kasus ini


ditemukan

di12

Kecamatan

di

Kota

Bandung

yaitu

Kecamatan Andir, Bojong Loa Kaler, Sukasari, Cidadap,


Coblong, Batununggal, Bojongloa Kidul, Babakan Ciparay,
Bandung Kulon, Mandalajati, Cibiru, dan Buah Batu. Bila
dihitung angka kesakitannya yaitu jumlah kasus AFP pada
anak usia < 15 tahun dibandingkan dengan jumlah
penduduk pada usia <15 tahun per 100.000-nya terdapat

Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

30

2,27 per 100.000 penduduk. Target SPM Nasional untuk


penemuan dan penanganan penderita penyakit AFP adalah
2 / 100.000 penduduk dibawah 15 tahun. Sebanyak 14
kasus tersebut diatas telah terlaporkan dan ditangani
(100%).
2. Penyakit Tuberculosis
Penderita Tuberculosis secara klinis dan laboratoris Kota
Bandung yang dapat dirunut ke dalam wilayah administrasi
pada tahun 2012 sebanyak 2.456 kasus. Bila dibandingkan
dengan tahun 2011 lalu, kasus baru Tuberculosis sebesar
2.482 kasus, sehingga berarti terjadi penurunan kasus
sebesar

26

kasus.

Grafik

berikut

ini

menunjukan

perkembangan jumlah kasus Tuberculosis di Kota Bandung


selama beberapa tahun terakhir.
GRAFIK III.7
JUMLAH KASUS TUBERCULOSIS
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2008-2012
3.000
2.500
2.327

2.456

2.506

2.482

2.000
1.500

1.349

1.438

KASUS BARU TB

1.351
1.283

1.000
978

1.137

1.068

1.173

KLINIS
TB BTA (+)

500
0
2008

2010

2011

2012

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota


Bandung Tahun 2012

Penderita Tuberculosis dengan TB BTA (+) sebanyak


1.173bila dibandingkan dengan tahun 2011 lalu
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

terdapat

31

peningkatan

yaitu

36

kasus.

Penderita

TB

BTA

(+)

sebanyak 1.173 penderita tersebut yang 1.131 (96,42 %)


diantaranya telah diobati. Prevelansi penyakit Tuberculosis
di Kota Bandung tahun 2012 adalah 108 per 100.000
penduduk

dengan

wilayah

berturut-turut

terbesar

Kecamatan Regol 186 per 100.000 penduduk, Babakan


Ciparay 179 per 100.000 penduduk, dan Andir 173 per
100.000 penduduk.
Adapun jumlah kasus kematian akibat Penyakit TB
tahun 2012 sebesar 17 kasus. Gambaran kematian akibat
TB tahun 2011 - 2012 per wilayah di Kota Bandung
tampak pada gambar di bawah ini.
GAMBAR III.3
JUMLAH KASUS KEMATIAN TB
DI KOTA BANDUNG
TAHUN 2011 - 2012

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

32

Penderita
mendapatkan

TB

BTA

pengobatan

(+)pada
dan

Tahun

2012yang

dinyatakan

sembuh

sebanyak 772 kasus atau 68,26 % dan penderita yang


mendapatkan pengobatan lengkap sebesar 151 penderita
atau sebesar 13,35%. Cakupan program Tuberculosis
mengalami penurunan terhadap tahun sebelumnya yaitu
pada pengobatan dan sembuh sebanyak 821 kasus atau
76,37 %, sedangkan untuk penderita yang mendapat
pengobatan lengkap mengalami peningkatan yaitu yang
sebanyak 96 atau 8,93%.

3. Penyakit Pneumonia pada Balita


Pneumonia

balita

adalah

penyakit

infeksi

yang

menyerang paru-paru ditandai dengan batuk serta nafas


cepat dan atau nafas sesak pada usia anak balita. Bahaya
Pneumonia balita mengakibatkan kematian dalam waktu 310 jam apabila tidak mendapat pertolongan yang cepat dan
tepat.

Jumlah

balita

dengan

Pneumonia

diperkirakan

diperkirakan sekitar 10 % dari jumlah populasi balita yang


ada di suatu wilayah.
Kota Bandung di Tahun 2012 terdapat populasi balita
sebesar 212.111 maka perkiraan balita dengan pneumonia
sebesar 10%-nya menjadi 21.211 balita. Kasus yang
ditemukan dan ditangani sebesar 18.620 kasus. Target
SPM tahun 2012 untuk penanganan penyakit Pneumonia
yang ditangani adalah 100,00%, oleh karenanya Cakupan
Pneumonia pada balita di tahun 2012 dapat mencapai
target. Kasus kunjungan balita dengan Peneumonia yang
ditemukan di Kota Bandung kurang dari perkiraan yaitu
sebesar 87,78 %-nya saja.

Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

33

GRAFIK III.8
JUMLAH KASUS PNEUMONIA PADA BALITA
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2010-2012
25.000
21.190

20.000

18.630

15.000

13.914
Kasus
Pneumonia
Balita

10.000
5.000
0
2010

2011

2012

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan


Kota Bandung Tahun 2012

Dari jumlah tersebut,bila melihat dari wilayahnya,


kasus

Pneumonia

terdapat di

pada

balita

terbesar

berturut-turut

Kecamatan Coblong, Bandung Kidul, dan

Cicendo.

4. Penyakit HIV/AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) yaitu
sekumpulan gejala dan infeksi (sindrom) yang timbul
karena rusaknya sistem kekebalan tubuh akibat infeksi
virus

HIV.

Virusnya

Immunodeficiency
memperlemah

Virus

kekebalan

sendiri
(HIV)
tubuh

bernama
yaitu

Human

virus

manusia.

yang

Penyakit

HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit menular yang


bisa diakibatkan melalui perilaku seks yang tidak sehat dan
penggunan alat suntik narkoba bersama.
Tahun 2012 di Kota Bandung terdapat kasus baru
HIV/AIDS sebanyak 227 kasus sehingga terjadi penurunan
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

34

215 kasus dari tahun 2011 yang sebanyak 442 kasus.


Meski demikian, kasus HIV/AIDS dari tahun ketahun tetap
memiliki trend meningkat hal ini dapat dilihat pada grafik
berikut ini.
GRAFIK III.9
PERKEMBANGAN JUMLAH KUMULATIF HIV/AIDS
DI KOTA BANDUNG TAHUN 1991 - 2012
3500

2883
2656

3000
2500

2214
1956
1715

2000

1272
1071

1500
1000

591
500

1
0

11 13 15 22 51

351
195 249 279

1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

HIV

13

40

182

234

263

297

370

601

683

864

971

1092 1265 1398

AIDS

11

13

15

16

54

221

470

589

851

985

1122 1391 1485

TOTAL

11

13

15

22

51

195

249

279

351

591 1071 1272 1715 1956 2214 2656 2883

HIV

AIDS

TOTAL

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan


Kota Bandung Tahun 2012

Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

35

GRAFIKIII.10
PERKEMBANGAN JUMLAH KASUS BARU HIV/AIDS
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2008 2012
500

443

442

400
370
300

KASUS
BARU
HIV/AIDS

241

200

227

100
0
2008

2009

2010

2011

2012

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pemberantasan PenyakitDinas Kesehatan


Kota Bandung Tahun 2012

Rata-rata peningkatan kasus pertahun di Kota Bandung


200 400 kasus. Penemuan kasus rata-rata terbanyak dari
angka peningkatan itu terjadi pada kasus AIDS, hal ini
menunjukkan

layanan

testing/provider-initiated

voluntary
testing

counselling
and

(VCT/PITC) di sarana-sarana kesehatan

and

counselling
yang masih

rendah, karenanya penjangkauan dan akses deteksi dini


belum maksimal.
Proporsi komulatif kasus AIDS dilihat dari segi faktor
resiko 1995-2010 di Kota Bandung dapat diurutkan dari
kelompok heterosekusal sebesar 55%, penasun (pengguna
napza suntik) 34%, LSL (lelaki sesama lelaki)/homoseksual
4%, tidak diketahui 4%, dan lain-lain 3%. Gambaran
proporsi

komulatif kasus AIDS faktor resiko di Kota

Bandung dapat dilihat pada tabel berikut.

Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

36

GRAFIK III.11
PROPORSI KUMULATIF KASUS AIDS
MENURUT FAKTOR RESIKO
DI KOTA BANDUNG TAHUN 1995 2010

4%

3%

4%
Heteroseksual
Penasun
Tidak diketahui

34%

55%

Lain-lain
LSL

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas


Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

Proporsi komulatif kasus AIDS dilihat dari menurut


pekerjaan 1991-2012 di Kota Bandung dapat diurutkan dari
5 terbesar yaitu kelompok pekerja swasta (20,33%), tidak
bekerja

(18,80%),

wiraswasta

(17,69%),

ibu

rumah

tangga/IRT (10,58%), dan mahasiswa (10,13%). Grafik di


bawah ini memperlihatkan proporsi kumulatif kasus HIVAIDS menurut pekerjaan 1991-2012 di Kota Bandung.

Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

37

GRAFIK III.12
PROPORSI KUMULATIF KASUS AIDS
MENURUT JENIS PEKERJAAN
DI KOTA BANDUNG TAHUN 1991 2012
2,08% 0,56% 0,24%

4,30%
4,34%

0,17% 0%
Swasta
Tidak Bekerja
Wiraswasta
IRT
Mahasiswa
Tidak Diketahui
Lain-lain
Pekerja Sex
PNS
Supir
Napi
TNI/POLRI
Tenaga Medis
Buruh Kasar

0,52%
20,33%

9,54%

10,13%
18,80%
10,58%
17,69%

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandung
Tahun 2012

Penularan HIV/AIDS di Kota Bandung sudah terjadi


pada kelompok anak-anak dengan rata-rata penemuan
kasus baru sebanyak 15 kasus per tahun. Sebagian besar
(90%) infeksi HIV/AIDS pada bayi disebabkan penularan
dari ibu melalui proses kehamilan. Peningkatan kasus
HIV/AIDS pada anak menunjukkan bahwa infeksi HIV pada
ibu hamil meningkat yang berarti pula resiko pergesaran
perubahan

tingkat

epidemi

menjadi

generalized

HIV

epidemi. Secara teori, menurut UNAIDS/WHO classification


of epidemic states using numerical proxy, bahwa tingkat
epidemiologi

HIV/AIDS

concentrated/terkonsentrasi

bergeser
pada

dari

sub-populasi

tingkat
tertentu

bila penularan HIV/AIDS pada wanita hamil <1%, menjadi


generilized (tersebar) bila penularan HIV/AIDS pada wanita
hamil >1%.
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

38

Untuk

mengantisipasi

penyebaran

penyakit

HIV/AIDS melalui donor darah,pada tahun 2012 PMI Kota


Bandung telah melakukan upaya dengan salah satunya
adalah melakukan skrining pada para pendonor darah.
Terdapat 105.755 darah orang pendonor di Tahun 2012 di
Kota Bandung. Persentase angka tersebut sebesar 98,87%
dari jumlah pendonor darahyaitu sebanyak 104.563 darah
orang pendonor dilakukan skrining Uji Saring Anti-HIV. Dari
hasil skrining tersebut ditemukan
sampel

orang

pendonor

positif HIV/AIDS

(0,47%).

Mengingat

491
masih

terdapat 1,44% pendonor yang tidak terskrining HIV/AIDS,


maka diharapkan kepada masyarakat Kota Bandung untuk
lebih berhati-hati bila memerlukan tranfusi darah.
Patofisiologi

HIV/AIDS

kematian bagi para pengidapnya.

sering

mengakibatkan

Perkembangan jumlah

penderita HIV/AIDS meninggal di Kota Bandung Tahun


2008 hingga Tahun 2012 dapat diamati dari grafik berikut
ini.
GRAFIK III.13
PERKEMBANGAN JUMLAH
PENDERITA HIV/AIDS MENINGGAL
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2008 2012
70

61

60
50
40
30
20
10
0

37

24
14

14
2008

2009

2010

2011

2012

Meninggal
Sumber : Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota
Bandung Tahun 2012

Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

39

Kematian
dibandingkan

HIV/AIDS
dengan

Tahun
Tahun

2012
2011

menurun
yaitu

14

bila
kasus

kematian, sedangkan di Tahun 2011 terjadi kematian


akibat HIV/AIDS sebanyak 37 kasus. Namun hal tersebut
tetap

membentuk

tren

peningkatan

kematian

akibat

HIV/AIDS bila ditinjau dari angka kumulatif kematian


akibat HIV/AIDS sejak tahun 1991.
GRAFIK III.14
PERKEMBANGAN JUMLAH KUMULATIF
PENDERITA HIV/AIDS MENINGGAL
DI KOTA BANDUNG TAHUN 1991 2012
164

180
150

160
140

113

120

99

100

75

80

61

60
40
20
0

0
1

37

14

0
1

0
1

Meninggal HIV/AIDS

14

24

14

14

Komulatif Meninggal HI/AIDS

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota


Bandung Tahun 2012

Propinsi

Jawa

Barat

menempati

urutan

pertama

perkembangan jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia,


sedangkan Kota Bandung memberikan jumlah terbesar
penderita HIV/AIDS di Jawa Barat.

Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

40

5. Penyakit Infeksi Menular Seksual


Kota

Bandung

merupakan

kota

besar

yang

berpenduduk sangat heterogen yang juga merupakan kota


jasa dan kota wisata sehingga menjadi objek
wisata domestik

kunjungan

dari penjuru Indonesia dan wisata

mancanegara (wisman) yang berdampak pada kehidupan


sosial warganya. Oleh karenanya, Kota Bandung tidak
lepas dari permasalahan penyebaran penyakit

infeksi

menular seksual. Perkembangan penyakit infeksi menular


seksual di Kota Bandung tahun 2008 hingga tahun 2012
dapat diamati dari grafik berikut ini.
GRAFIK III.15
PERKEMBANGAN PENYAKIT INFEKSI MENULAR SEKSUAL
DI KOTA BANDUNGTAHUN 2008 2012
2.100
1.777

1.800
1.500

1.278

1.336

1.419

1.115
1.200
KASUS IMS

900
600
300
0
2008

2009

2010

2011

2012

Sumber : Seksi Pencegahan dan pemberantasan Penyakit


Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

Infeksi menular seksual di Kota Bandung pada Tahun


2012 terdapat 1.419 kasus dan semuanya telah ditangani.
Meski demikian, bila dibandingkan dengan tahun lalu,
terjadi peningkatan jumlah kasus dari 1.278 kasus.

Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

41

6. Penyakit Diare
Penyakit

Diare

sangat

erat

kaitannya

dengan

kebersihan individu (personal hygine). Selain itu, iklim dan


cuaca, dalam hal ini musim hujan dangan curah hujan
tinggi maka potensi banjir meningkat yang diikuti dengan
menurunnya kondisi kebersihan, tercemarnya sumber air
minum masyarakat, dan faktor lain yang menimbulkan
potensi

merebaknya

penyakit

Diare.

Secara

umum,

beberapa penyebab terjadinya Diare, yaitu : infeksi oleh


bakteri, virus, atau parasit; alergi terhadap makanan atau
obat tertentu; infeksi yang menyertai penyakit lain seperti
Campak, infeksi telinga, infeksi tenggorokan dan lain-lain.
Selain

dapat

mengakibatkan

terganggunya

proses

penyerapan makanan di usus halus, Diare juga dapat


mengakibatkan tubuh kehilangan cairan tubuh (dehidrasi).
Dehidrasi

ringan

hanya

menyebabkan

bibir

kering,

dehidrasi sedang menyebabkan kulit keriput, mata dan


ubun-ubun menjadi cekung (pada bayi umur kurang dari
18 bulan). Dehidrasi berat bisa berakibat fatal, biasanya
menyebabkan syok bahkan apabila tidak ditangani dengan
benar akan mengakibatkan kematian.
Penyakit ini bisa menyerang siapa sajadan sangat
dipengaruhi oleh perilaku hidup individu (personal hygiene)
dan lingkungan yang tak sehat terutama pada bayi dan
balita. Jumlah kasus Diare pada balita tahun 2012, yang
didapat dari puskesmas termasuk oleh kader kesehatan,
sebesar 49.322 kasus meningkat 10.027 kasus dari tahun
sebelumnya sebesar 39.295 kasus.Perkembangan penyakit
Diare pada Balita di Kota Bandung Tahun 2009 hingga
Tahun 2012 dapat diamati dari grafik berikut ini.

Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

42

GRAFIK III.16
PERKEMBANGAN PENYAKIT DIARE PADA BALITA
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2009 2012
60.000
50.000

49.322

40.000

39.295

30.000

33.427

30.250

20.000
10.000
0
2009

2010

2011

2012

Kasus Diare Balita


Sumber : Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Dinas Kesehatan Kota BandungTahun 2012

Grafik di atas menunjukkan peningkatan kasus Diare dari


tahun ke tahun, terutama tahun terakhir terhadap tahuntahun sebelumnya, yang mengalami peningkatan cukup
besar hingga 10.027 kasus Diare pada balita.
Berbagai program kesehatan yang terkait dalam
mencegah dan menanggulangi Diare balita yaitu Promkes
dengan

PHBS-nya,

kesehatan

ibu

dan

anak,

hingga

program kesling yang berfokus pada menjaga kesehatan


lingkungan dan pemeriksaan penjaja jajanan/makanan
(TPM) sudah harus mengedepankan tema pencegahan dan
penanganan Diare pada balita.
Di Kota Bandung

pada tahun 2012 terlaporkan

70.094 kasus Diare. Angka ini menurun 7.735 kasus


terhadap tahun 2011 lalu yang sebesar 77.829 kasus.
Kasus Diare, bila dilihat wilayahnya, terbanyak terdapat di
Kecamatan

Bandung

Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

Kulon,

Astanaanyar,

dan

43

Coblong.Berikut dibawah ini merupakan Peta Jumlah Kasus


Diare di Kecamatan di Kota Bandung di tahun 2012.
GAMBAR III.4
JUMLAH KASUS DIARE
DI KOTA BANDUNG
TAHUN 2012

Sumber :Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

Akan

tetapi, bila dibandingkan dengan

perkiraan

kasus, yaitu persentase dengan perbandingan terhadap


10% penduduk dikalikan dengan angka kesakitan nasional
Diare (423/1.000 penduduk) didapat berturut-turut wilayah
Kecamatan Bandung Wetan (198%), Astanaanyar (146%),
dan Cinambo (110,61%).
Perhatian

khusus

dapat

difokuskan

kepada

kecamatan-kecamatan yang memiliki kasus Diarebesar dan


persentase

Diare

tinggi

dalam

dua

tahun

berturut.

Kecamatan

Astanaanyar

dalam

dua

tahun

berturut

Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

44

mengalami jumlah kasus yang besar dan persentase


Diareterhadap
dibanding

perkiraan

dengan

penyakit

kecamatan

Diare

yang

lainnya.

tinggi

Sedangkan

Kecamatan Bandung Wetan dalam dua tahun berturut


mengalami persentase kasus tertinggi terhadap perkiraan
penyakit Diare dibandingkan dengan kecamatan lain di
Kota Bandung.
7. Penyakit Kusta
Kasus penyakit Kusta di Kota Bandung pada tahun
2012 yang ditemukan adalah jenis MB atau Multi Basiler.
Jumlah kasus MB yang ditemukan sebanyak 4 kasus, yang
kesemuanya berusia diatas 15 tahun. Jumlah kasus baru
Penyakit Kusta di Kota Bandung pada tahun lalu juga
sebanyak 4 kasus. Terdapat satu dari empat penderita
kusta di Kota Bandung yang mengalami cacat tingkat 2
yang terdapat di wilayah Kecamatan Mandalajati.
Penderita Kusta yang ada di Kota Bandung terdapat di
Kecamatan Kiaracondong, Mandalajati, dan Ujungberung.
Perhatian dapat ditujukan kepada kecamatan Ujung Berung
karena Kecamatan Ujung Berung merupakan kecamatan
yang selama dua tahun berturut ini ditemukan Kasus Kusta
MB. New Case Detection Rate Kusta
Kusta,

bila

dibandingkan

dengan

atau kasus baru

100.000

penduduk

didapat angka 0,16.


Dari jumlah penderita kusta tersebut

semuanya

sedang dalam pengobatan, bahkan penderita kasus Kusta


MB (Multi Basiler) di Tahun 2010 sebanyak 3 kasus di Kota
Bandung telah sembuh (RFT MB) 100%.
Pemerintah

Kota

Bandung

terus

memperhatikan

adanya kasus pindahan Penderita Kusta yang sedang


Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

45

melanjutkan pengobatan dari kabupaten/kota sehingga


tidak menularkan penyakitnya

kepada masyarakat

Kota

Bandung.
8.

Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi


(PD3I)
Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)
adalah program Nasional yang indikator keberhasilannya
tergantung

dari

kinerja

kabupaten/kota

untuk

menggerakkan desa/kelurahnnya agar dapat mencapai UCI


(Universal Child Immunization) yaitu cakupan imunisasi
harus mencapai diatas 80% (herb immunity) dari populasi
yang ada. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
adalah

penyakit

Diptheri,

Pertusis,

Tetanus,

Tetanus

Neonatorum, Campak, Polio, Hepatitis B. Penyakit tersebut


disamping dapat menimbulkan kematian, kesakitan, dan
juga kecacatan, bahkan apabila tak ditangani dengan benar
dan cepat dapat menular dan mengakibatkan kondisi
wabah atau kejadian luar biasa /outbrake (KLB). Salah satu
upaya

pencegahan

yang

menyeluruh

yaitu

dengan

pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi.


Penyakit

menular

yang

dapat

dicegah

dengan

imunisasi yang muncul di Kota Bandung pada Tahun 2012


adalah penyakit Campak dengan 274 (klinis) kasus dan 3
kasus Diptheri. Perkembangan penyakit Campak pada
Balita di Kota Bandung Tahun 2008 hingga Tahun 2012
dapat diamati dari grafik berikut ini.

Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

46

GRAFIK III.17
PERKEMBANGAN PENYAKIT CAMPAK
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2008 2012
800
668
600

400

374
245

200

CAMPAK
274

351

0
2008

2009

2010

2011

2012

Sumber : Seksi Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Dinas


Kesehatan Kota Bandung Tahun2012

Penyakit

Campak

sempat

meningkat

cukup

mencolok di kota Bandung di tahun 2011 dibandingkan


dengan tahun-tahun sebelumnya. Di tahun 2012 kasus
campak menurun kembali menjadi 274 kasus, sedangkan
di tahun 2011 terjadi 668 kasus Campak (klinis). Kasus
Penyakit Campak (klinis) sepanjang tahun 2012 tidak
ditemukan di empat kecamatan di Kota Bandung, yaitu
Kecamatan

Sukajadi,

Cicendo,

Bandung

Wetan,

dan

Panyileukan. Adapun kasus Campak (klinis) terbesar tahun


2012 terdapat mencolok di Kecamatan Lengkong dengan
59 kasus. Khusus untuk Kecamatan Bandung Wetan, tidak
ditemukan kasus Campak (klinis) dalam dua tahun berturut
ini.
9. Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD)
Mengingat penyebaran

nyamuk DBD yang telah

tersebar luas di Kota Bandung, baik di rumah-rumah

Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

47

maupun

di

tempat-tempat

umum,

maka

upaya

pemberantasannya tidak hanya menjadi tugas pemerintah


(tenaga kesehatan) saja, tetapi harus didukung peran serta
masyarakat secara aktif. Oleh karena itu, partisipasi seluruh
lapisan masyarakat melalui strategi yang lebih bersifat
(1) akomodatif,
(2) fasilitatif/bottom up,
(3)kemitraan,

yakni

masyarakat

termasuk

lembaga

swadaya masyarakat, sektor swasta, dan

lain-lain

mempunyai peran yang lebih besar,


(4) terfokus, dengan prioritas, local specific, bertahap,
(5) lebih mengoptimalkan kerjasama lintas sektor didukung
data,

terutama

data

sosial

budaya,

serta

diprogramkannya PSN DBD secara luas di propinsi,


kabupaten

dan

kota,

dan

kemudian

pada

setiap

Puskesmas.
Untuk membatasi penularan penyakit DBD yang
cenderung meluas, mencegah KLB, dan menekan angka
kesakitan

maupun

kematian,

perlu

menggerakkan

masyarakat untuk bersama-sama dalam mencegah dan


menanggulangi
Pembinaan

peran

pembentukan
kekompakan
partisipasi

terjadinya

dan

serta

masyarakat

dipersiapkan

DBD

DBD

masyarakat

pengoptimalan

masyarakat

pemberantasan

penyakit

sejak

memerlukan

sumber

setempat,

dini.

sebab

daya

dan

sejauh

ini

dalam rangka pencegahan dan


belum

beberapa

optimal.

petugas

Untuk

kesehatan

itu

perlu

dari

dinas

kesehatan/puskesmas, terutama yang memiliki keahlian di


bidang epidemiologi, untuk memberikan pelatihan-pelatihan
kepada

masyarakat

untuk

menjadi

kader

kesehatan.

Diharapkan dengan adanya kader-kader kesehatan ini,


Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

48

dapat

memantau

lingkungannya,

setiap

serta

kegiatan

melakukan

masyarakat

pemeriksaan

dan
jentik

nyamuk secara berkala.


Cara

pencegahan

dan

penanggulangan

penyakit

Demam Berdarah yang paling efektif sejak dulu adalah


dengan pemberantasan berbasis masyarakat yang mandiri
yaitu dengan memberantas sarang nyamuk (PSN) melalui
3M Plus (mengubur, menguras, menutup, dan mencegah
gigitan nyamuk serta memelihara tanaman/ikan pemakan
jentik) oleh masyarakat.
Meskipun cara ini dianggap efektif, tetapi kenyataan
di lapangan tidak menunjukkan adanya penurunan kasus
DBD, justru terjadi peningkatan. Hal ini disebabkan karena
kurangnya pengetahuan dan sosialisasi tentang cara tepat
melakukan 3M.
GRAFIK III.18
PERKEMBANGAN PERSENTASE
BANGUNAN DIPERIKSA JENTIK NYAMUK
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2008-2012
100,00
90,00
80,00

94,08
81,22

93,34

93,38

93,21

70,00
60,00

Persentase Periksa
Jentik

45,05

50,00
40,00

39,26

20,00

22,53

10,00
0,00

Persentase Bebas
Jentik

22,16

30,00

2,81
2008

2009

2010

2011

2012

Sumber : Seksi Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Dinas


Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

49

Data diatas memiliki dimensi yang berbeda. Artinya


adalah persentase

bangunan bebas jentik merupakan

bagian dari bangunan yang diperiksa jentik. Dari tabel di


atas

didapat

gamabaran

bahwa

meski

persentase

bangunan periksa jentik tinggi (>90,00%), akan tetapi


bangunan yang diperiksa oleh petugas dan kader masih
cukup

rendah

(<46,00%)

sehingga

sangat

mungkin

bangunan yang tidak diperiksa banyak yang berstatus tak


bebas jentik.
Oleh karenanya, hal ini agar selalu disosialisasikan dan
digalakkan di tengah-tengah masyarakat untuk menekan
jumlah kasus DBD yang meningkat di Kota Bandung.
Jumlah kasus DBD di Kota Bandung tahun 2011 sebanyak
3.901 kasus, sedangkan di tahun 2012 ditemukan 5.096
kasus dengan jumlah penderita meninggal 11 orang.
Perkembangan penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota
Bandung tahun 2008 hingga tahun 2012 dapat diamati dari
grafik berikut ini.
GRAFIK III.19
PERKEMBANGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2008 2012
8.000
6.678
6.000
5.096
4.000

3.601

3.435

3.901

KASUS DBD

2.000

0
2008

2009

2010

2011

2012

Sumber : Seksi Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan


Kota Bandung Tahun 2012

Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

50

Kasus Penyakit Demam Berdarah Dengue paling


banyak terjadi di Kecamatan Buah Batu sebesar 407 kasus.
Kecamatan Buah Batu dapat menjadi perhatian dalam
permasalahan DBD karena dalam 2 Tahun berturut ini
menjadi Kecamatan dengan kasus DBD terbesar di Kota
Bandung

dengan

396

kasus

pada

tahun

2011

lalu.

Sedangkan untuk jumlah kasus paling sedikit berada di


Kecamatan

Cinambo sebesar 47

kasus.Dari

sebanyak

5.096 kasus DBD selama Tahun 2012 di Kota Bandung


semuanya telah ditangani sehingga angka pencapaian
penderita ditanganinya mencapai 100,00 %. Ini berarti
target pencapaian SPM Tahun 2012 untuk penderita DBD
yang ditangani telah terpenuhi yaitu 100,00%.
GAMBAR III.5
JUMLAH KEMATIAN DEMAM BERDARAH DENGUE
DI KOTA BANDUNG
TAHUN2011 - 2012

Sumber :Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

51

10. Penyakit Malaria


Penyakit Malariadi Kota Bandung pada Tahun 2012
ditemukan

13

kasus

baru,meskipun

demikian

penderita

penyakit Malaria tersebut didapat di luar wilyah Kota Bandung,


karena di wilayah Kota Bandung tidak terdapat vektor penular
penyakit Malaria serhingga bukan wilayah Endemis Malaria.

11. Penyakit Filariasis


Filariasis atau

penyakit yang lebih dikenal

dengan

penyakit kaki gajah adalah sejenis penyakit infeksi yang


bersifat menahun. Penyebabnya adalah cacing filaria yang
kemudian ditularkan oleh semua jenis nyamuk. Penyakit ini
dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki,
lengan,

kantung

buah

zakar

dan

kelamin.

Penyakit

ini

ditentukan oleh kualitas kebersihan dan penjagaan pola hidup


sehat.
Hingga tahun 2012, total kasus filariasis yang ada di
Kota Bandung adalah 9 kasus (dihitung sejak tahun 2008).
Kasus baru Filariasis pada tahun 2012 berjumlah 3 penderita.
Wilayah di mana terdapat penderita filariasis tersebut telah
dilakukan survey sampel darah jari (SDJ) dengan hasil negatif.

D.

STATUS GIZI
Masalah gizi merupakan hal yang sangat penting dan
mendasar dari kehidupan manusia. Kekurangan gizi selain
dapat

menimbulkan

masalah

kesehatan

(morbiditas,

mortalitas, dan disabilitas), juga dapat menurunkan kualitas


sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa. Dalam skala yang
lebih luas, kekurangan gizi dapat menjadi ancaman bagi
ketahanan dan kelangsungan hidup suatu bangsa. Permasalah
yang umum ditemui di Indonesia adalah Kekurangan Energi
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

52

Protein (KEP), Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY),


Anemi

Gizi,

kekurangan

Vitamin

A,

dan

termasuk

permasalahan gizi lebih atau obesitas.


Permasalahan

Gizi

banyak terjadi pada kelompok

rawan, seperti ibu hamil, ibu menyusui,bayi,balita, anak usia


sekolah, wanita usia subur (WUS) dan masyarakat dengan
golongan ekonomi rendah. Kondisi status gizi di Kota Bandung
sendiri yang diulas dalam profil kesehatan dapat dilihat dari
uraian berikut ini:
1. Berat BadanBayi Lahir Rendah (BBLR)
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan kondisi
berat badan bayi lahir kurang dari 2.500 Gram. Istilah ini
dipakai bagi bayi prematur atau berat bayi lahir rendah
(low birth weight). Hal ini dikarenakan tak semua bayi lahir
dengan

berat

kurang

dari

2.500

Gram

bukan

bayi

prematur.
Bayi lahir dengan berat badan rendah akan beresiko
dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi selanjutnya.
Perkembangan jumlah bayi dengan berat badan lahir
rendah di Kota Bandung Tahun 2008 hingga Tahun 2012
dapat diamati dari grafik berikut ini.
GRAFIKIII.20
JUMLAH BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2008 - 2012
1000
726

800
600

463

400

902

526
295

200

BBLR

0
2008

2009

2010

2011

2012

Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan dasar Dinkes Kota Bandung


Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

53

Di Tahun 2012 terdapat 39.442 lahir hidup dengan


bayi

lahir

ditimbang

sebanyak

38.954

bayi.

Bila

dibandingkan dengan bayi lahir ditimbang, maka besar


BBLR adalah 2,31%. Terdapat penurunan bayi dengan
BBLR dibandingkan tahun lalu yang sebesar 726 kasus bayi
(diluar 608 kasus bayi BBLR di RS yang tak dapat dirunut
domisilinya)

lahir

rendah

dengan

persentase

sebesar

3,19%.Hal ini menandakan peningkatan yang berarti,


karena dengan

rendahnya kasus BBLR, menunjukkan

kualitas pelayanan kesehatan kehamilan yang memadai


selain jarak kehamilan yang lama/renggang, dan asupan
gizi yang cukup (pengetahuan dan perilaku kesehatan ibu
hamil).

2.

Balita Gizi Kurang


Kondisi status gizi kurang balita merupakan masalah
gizi yang harus segera diatasi, karena apa bila tak
tertangani lebih lama, maka akan jatuh pada kondisi
rentan sakit dan penurunan status gizi menjadi gizi buruk
yang penanggulangan dan recovery-nya lebih sulit. Kasuskasus yang ada di masyarakat Kota Bandung terkait gizi
kurang (dan buruk), bukan tergantung oleh satu faktor/
faktor

kesehatan

dipengaruhi

saja.

Akan

tetapi,

disebabkan

dan

oleh beberapa faktor yang saling terkait

seperti masalah sosial ekonomi dan tingkat pengetahuan


keluarga. Partisipasi masyarakat berupa kegiatan yang
menciptakan keadaan yang sehat di tatanan masyarakat
diperlukan untuk mereduksi permasalah gizi buruk pada
balita.

Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

54

Berdasarkan

hasil

Laporan

Kegiatan

Penimbangan Balita di Tahun 2012,

Bulan

terdapat balita gizi

kurang sebanyak 6.256 balita dari jumlah balita yang


ditimbang

sebanyak 132.444 balita atau sebesar 4,93%.

Bila disandingkan data tahun lalu, persentase balita dengan


status

gizi

kurang

meningkat

yaitu

dari

3,69%.

Perkembangan jumlah balita gizi kurang di Kota Bandung


Tahun 2008 hingga Tahun 2012 dapat diamati dari grafik
berikut ini.
GRAFIK III.21
PERKEMBANGAN JUMLAH BALITA GIZI KURANG
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2008 - 2012
10
9,14

8,69

8,54

8
6

4,93
4

3,69

%GIZI KURANG

2
0
2008

2009

2010

2011

2012

Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota Bandung


Tahun 2012

3. Balita Gizi Buruk


Masalah

gizi

buruk

merupakan

kelanjutan

dari

masalah gizi kurang yang tak terangani. Gizi buruk perlu


mendapat perawatan yang sesuai dengan tatalaksana
penanganan gizi buruk agar mendapatkan hasil yang
optimal. Data status balita gizi buruk diperoleh dari hasil
Bulan Penimbangan Balita (BPB) yang rutin dilakukan 2 kali
dalam

setahun

yaitu

bulan

Pebruari

dan

Agustus

bersamaan dengan Bulan Pemberian Vitamin A.


Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

55

Persentase gizi buruk di Kota Bandung pada Tahun


2012 menurun dibandingkan dengan tahun lalu yaitu
0,49% pada menjadi 0,22 % pada Tahun 2012 dengan
jumlah 289 balita.

Jumlah balita gizi buruk terbanyak

terdapat di Kecamatan Astananyar dengan 77 kasus balita


gizi buruk. Dari sebanyak 77 kasus gizi buruk yang ada di
tahun 2012 di Kota Bandung semuanya telah mendapat
perawatan, sehingga target SPM di Tahun 2012 mengenai
Gizi Buruk Mendapatkan Perawatan sebesar 100,00 % pada
tahun 2012 telah tercapai.Perkembangan jumlah balita gizi
buruk di Kota Bandung Tahun 2008 hingga tahun 2012
dapat diamati dari grafik berikut ini.
GRAFIK III.22
PERKEMBANGAN PERSENTASE GIZI BURUK BALITA
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2008 - 2012
0,8

0,73

0,74

0,6

0,49
0,43

0,4

%GIZI BURUK

0,22
0,2

0
2008

2009

2010

2011

2012

Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota


Bandung Tahun 2012

Peran orang tua sangat dominan dalam menghadapi


permasalahan

gizi

buruk,

terutama

peningkatan

pengetahuan mengenai kesehatan dan tumbuh kembang


balita. Selain itu para kader,

tokoh masyarakat, aparat

pemerintah, dan petugas kesehatan juga merupakan pihak

Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

56

yang berperan dalam penanggulangan gizi buruk melalui


penyuluhan kesehatan dan program pemberian makanan
tambahan.

4. Balita Gizi Lebih


Kegemukan pada anak dapat mengakibatkan dampak
negarif, baik secara fisik maupun psikologis. Secara fisik,
anak yang kegemukan lebih berisiko terhadap penyakitpenyakit seperti kardiovaskular, diabetes, dan lain-lain.
Sedangkan

dampak

kegemukan

pada psikologis anak

antara lain rasa kepercayaan diri yang rendah dan depresi.


Persoalan balita dengan gizi lebih seringkali luput dari
perhatian, karena permasalahan salah nutrisi (malnutrisi)
selalu berpersepsi pada gizi buruk dan kurang, tidak
termasuk gizi lebih.
Kota Bandung

sebagai kota besar tak luput dari

kondisi persoalan gizi lebih pada warga balitanya. Berikut


ini adalah grafik perkembangan persentase besaran gizi
lebih diantara balita di Kota Bandung Tahun 2008-2012.
GRAFIK III.23
PERKEMBANGAN PERSENTASE GIZI LEBIH BALITA
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2008 - 2012
4,00
3,00
2,28

2,00

3,10

2,53

1,50

1,00
0,00
2008

2010

2011

2012

Persentase Gizi Lebih (BB/U)


Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota
Bandung Tahun 2012

Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

57

Secara umum obesistas disebabkan oleh konsumsi


kalori

yang

berlebihan,

sehingga

tubuh

mengalami

penimbunan lemak. Hal itu dipengaruhi beberapa faktor,


antara lain budaya, pola hidup dan lingkungan. Pencegahan
dengan memantau berat badan balita secara rutin, baik itu di
Posyandu atau fasilitas kesehatan lainnya. Idealnya, berat
badan

balita

itu

berada

di

garis

normal

pada

grafik

pertumbuhan. Artinya, pertambahan berat badannya seimbang


dengan pertambahan tinggi badan dan usia. Saat ini para
kader posyandu juga diberi pelatihan untuk menjaring anakanak dengan status kelebihan gizi. Dalam Kartu Menuju Sehat
(KMS) di Posyandu, balita yang mengalami kasus obesitas
akan masuk kategori kuning pada kartu.
Selain

itu,

indikator

gizi

balita

yang

naik

berat

badannya di suatu wilayah (N) berdasarkan BPB Tahun 2012


mengalami peningkatan bila disandingkan dengan BPB 2011.
Tahun 2012, berdasarkan BPB, balita N sebesar 63,60 %
sedangkan di tahun 2011 hanya sebesar 57,89%.
GRAFIK III.24
PERKEMBANGAN PERSENTASE BALITA NAIK BERAT BADAN
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2008 - 2012
80
72,74

70
60

53,22

50

63,6

57,69

40
30
20
10
0
2008

2010
2011
Persentase BB Naik

2012

Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota


Bandung Tahun 2012

Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012

58

Anda mungkin juga menyukai