Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH DASAR KEPENDUDUKAN

ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI

Disusun Oleh :

Adam Bayu Wicaksono (25000118130170)

Astriet Devi Silviana (25000118130168)

Irfan Hilmianto (25000118130169)

Wulan Novia (25000118130167)

Brillian Ayu C (25010116130225)

Putri Aulia Pasa (25010116130231)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPOEGORO

SEMARANG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di negara berkembang seperti Indonesia, kesejahteraan masyarakat
sangat tergantung pada kemampuan mereka untuk mendapatkan akses
pelayanan publik seperti pelayanan ekonomi, pelayanan kesehatan dan
sebagainya. Akan tetapi karena permintaan melebihi kemampuan
pemerintah untuk memenuhi maka timbul situasi "kekurangan" sehingga
diperlukan suatu pengalokasian pusat-pusat pelayanan publik pada
masyarakat yang benar-benar optimal dalam pemerataannya, baik dalam
dimensi spasial maupun struktur sosial. Arah dan Kebijaksanaan
Pembangunan di bidang kesehatan dalam Repelita V telah digariskan
dalam GBHN 1988 sebagai berikut : Pembangunan Kesehatan sebagai
bagian dari upaya untuk meningkatkan kualitas manusia diarahkan untuk
mempertinggi derajat kesehatan dan keadaan gizi masyarakat, taraf hidup,
kecerdasan dan kesejahteraan pada umumnya. Sehubungan dengan itu,
pembangunan kesehatan perlu dilakukan secara terpadu atas dasar Sistem
Kesehatan Nasional yang mendorong partisipasi aktif masyarakat dan yang
menekankan pentingnya upaya peningkatan masyarakat dan keluarga,
pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
(Depkes R.I., 1989).

Salah satu masalah kesehatan adalah angka kematian ibu dan bayi.
Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di dunia
masih terbilang tinggi, menurut data World Health Organization (WHO)
pada tahun 2013, ada sekitar 800 ibu di dunia meninggal setiap harinya
akibat komplikasi kehamilan dan persalinan. Penyebab utama dari
kematian ibu antara lain sumber daya yang rendah, perdarahan, hipertensi,
infeksi, dan penyakit penyerta lainnya yang diderita ibu sebelum masa
kehamilan. Wanita yang tinggal di negara berkembang memiliki resiko
kematian 23 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita yang tinggal di
negara maju sehubungan dengan faktor yang berhubungan dengan
kehamilan dan persalinan (WHO, 2013).

Selain angka kematian ibu, angka kematian anak di dunia juga


masih tinggi. Meskipun begitu, menurut hasil pengamatan yang dilakukan
oleh WHO terhadap program Millennium Development Goals (MDGs)
melalui program Global Health Observatory (GHO), terutama MDGs 4
yang berisi tentang mengurangi angka kematian anak terlihat bahwa angka
kematian anak di dunia mengalami penurunan sekitar 50% pada tahun
2013 bila dibandingkan dengan tahun 1990, tahun dimana program MDGs
sendiri mulai dicanangkan, pada tahun 1990 angka kematian anak
mencapai 12,7 juta, dan pada 2013 angka kematian anak di dunia tercatat
sebesar 6,3 juta (WHO, 2013).

Di Indonesia sendiri AKI masih terbilang tinggi bila di bandingkan


dengan negara-negara tetangga, menurut survey demografi dan kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan, dan nifas adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup (KH). Angka
tersebut belum sesuai dengan target MDGs yaitu 102/100.000 KH (Depkes
RI, 2012).

Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Indonesia (SKRT)


penyebab langsung kematian di Indonesia 90% terjadi pada saat
persalinan. Selain itu penyebab tidak langsung dari kematian ibu adalah
faktor keterlambatan yaitu terlambat mengambil keputusan untuk dirujuk
ke tempat pelayanan kesehatan, sebagai contohnya adalah terlambat
mengenali tanda bahaya sehingga ibu sampai di tempat pelayanan
kesehatan sudah dalam kondisi darurat (Depkes RI, 2012).

Untuk mengurangi AKI dan AKB di Indonesia, pemerintah


mengeluarkan beberapa program dan upaya antara lain penerapan
pendekatan safe methode pada tahun 1990, program Buku Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA) yang mulai di ujicobakan sejak tahun 1994, gerakan
sayang ibu pada tahun 1996, Making pragnancy safer pada tahun 2000,
bantuan operasional kesehatan (BOK) pada tahun 2010, jampersal yang di
mulai pada tahun 2011, dan juga program expanding mathernal and
neonatal safer pada tahun 2012 (Kemenkes RI, 2013).

1.2 Tujuan
1. Mengetahui faktor-faktor penyebab tingginya AKB
2. Mengetahui alternatif solusi/pemecahan masalah AKB
1.3 Manfaat
1. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai faktor penyebab
tingginya AKB
2. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai alternatif
penyelesaian masalah AKB
BAB II

ISI

2.1 Penyebab Kematian Balita


Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator utama
dalam peningkatan mutu atau status derajat kesehatan masyarakat di suatu
daerah.tingkat kematian bayi disebabkan karena bayi sangat rentan dengan
keadaan kesehatan ataupun kesejahteraan yang buruk sehingga dari angka
kematiannya dapat diketahui angka derajat kesehatan atau kesejahteraan
masyarakat atau penduduk. Adanya penyakit tersebut disebabkan karena
lingkungan dan sanitasi yang buruk,pendidikan yang rendah serta
kemiskinan. Sikap yang ditunjukkan oleh Dinas Kesehatan dalam
menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi dapat dilihat dari telah adanya
kerjasama yang telah dilakukan dinas.Kerjasama ini banyak melibatkan
lintas sektor seperti kerjasama seperti dengan TI PKK dan Puskesmas.
Dalam Kasus kematian balita,karak teristik ibu menjadi salah satu
pengaruh. Ditemukan bahwa dibandingkan dengan anak-anak yang lahir
dari ibu yang tidak lengkap pendidikan sekolah menengah, anak-anak dari
ibu berpendidikan tinggi memiliki peluang SUDI 74% lebih rendah, dan
risiko SUDI hampir menurun secara linear usia ibu (tergantung pada
semua faktor lain). Ini menunjukkan bahwa kematian dalam kategori ini
adalah sangat dipengaruhi oleh perilaku ibu dan lingkungan rumah awal.
Hal ini disebabkan karena faktor tingkat pendidikan yang rendah
akan menyebabkan rendahnya pengetahuan sehingga akan berpengaruh
terhadap pengetahuan ibu saat hamil. Pendidikan yang rendah
menyebabkan beberapa ibu hamil tidak mengetahui pentingnya
pemeriksaan saat kehamilan.
Faktor risiko lain yang dapat mempengaruhi kejadian kematian
bayi adalah faktor komplikasi persalinan, Komplikasi persalinan sering
terjadi adalah akibat dari keterlambatan penanganan persalinan, dan
dianggap sebagai salah satu penyebab terjadinya kematian ibu bersalin.
Selain hal tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan Adebayo dan
Fahmeir di Nigeria didapatkan kesimpulan bahwa keunikan kondisi
geografis merupakan salah satu hal yang ikut andil dalam kematian balita.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi adalah kondisi pelayanan kesehatan.
Adanya kendala selama pemeriksaan kehamilan hingga proses persalinan
dan
pengambilan keputusan oleh keluarga pasien yang kurang tepat saat akan
melahirkan.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kematian bayi di antara
keluarga yang kekurangan dan wanita ditentukan oleh keduanya faktor
eksternal dan internal. Faktor eksternal didorong oleh kekurangan dalam
kebijakan publik menciptakan sosial dansistem lingkungan kesehatan, dan
memicu psikososial yang merugikan dan perilaku kesehatan buruk internal
yang meningkatkan kemungkinan kematian bayi.

2.2 Kerangka Analisis


Berdasarkan uraian diatas dapat dibentuk sebuah kerangka analisis sebagai
berikut.
Faktor Sosio Ekonomi Faktor Lain

1. Faktor Individu 1. Faktor Ibu


a. Pendidikan a. Usia Melahirkan
b. Perilaku b. Interval Melahirkan
c. Pendapatan c. Kesehatan Ibu
Ekonomi 2. Faktor Lingkungan
2. Faktor Sosial a. Kondisi Geografis
a. Fasilitas b. Kontaminasi Lingkungan
b. Ekologi 3. Ketersediaan
3. Struktur Pencegahan/Pengobatan
Politik/Ekonomi Penyakit

Faktor Biologis
Kematian Balita

DAFTAR PUSTAKA

1. Annisa K, Sri H. Karakteristik Ibu dan Faktor Risiko Kejadian Kematian


Bayi di Kabupaten Banjarnegara. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia.
2018;13(2):168-178
2. Abdiana. DETERMINAN KEMATIAN BAYI DI KOTA PAYAKUMBUH.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas. 2015; 9(2): 88 – 92
3. Asamoah. Distribution of Causes of Materal Mortality Among Different
Socio Demographic Groups In Ghana, A Discriptive Study. BMC Public
Health. 2011;11:159
4. Bairoliya N, Fink G. Causes of death and infant mortality rates among full-
term births in the United States between 2010 and 2012: an observational
study. PLoS medicine.2018;15(3), e1002531.
5. Fitria A, Adisasmitab A, Mahkotab R. Pengaruh Jarak Kelahiran terhadap
Kematian Bayi di Indonesia, Filipina, dan Kamboja (Analisis Data Survei
Demografi Kesehatan). 2017; 1(2): 45-52
6. Katz, dkk.. Risk factors for early infant mortality in Sarlahi district, Nepal.
2003; 81(10): 717-725
7. Wulandari D A, Utomo H I. Responsivitas Dinas Kesehatan
KabupatenKaranganyar dalam Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Karanganyar. Jurnal
Wacana Publik. 2018;1(3): 40-49
8. Rebecca EG, Anna LH. Fetal growth, stillbirth, infant mortality and other
birth outcomes near UK municipal waste incinerators; retrospective
population based cohort and case-control study.Environment International.
2019; 122: 151-158
9. Samson B A ,Ludwig F. Analyzing Child Mortality in Nigeriawith
Geoadditive Survival Models. Sonderforschungsbereich. 2002; 386.
10. Sarah B, Jed F, Norbert S. AGGREGATE INCOME SHOCK AND INFANT
MORTALITY IN THE DEVELOPING WORLD.Journals Of Economic
Prespectives. 2011;93(3):847-856.

11. Setyadi, Deddy Yusuf Tri and , Sulastri, S.Kp., M.Kes and , Endang Zulaicha
Susilaningsih, S.Kp., M.Kep (2016) Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu
Hamil Tentang Isi Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Kia). Skripsi thesis,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
12. Arinta K dan Rachmah I. 2012. Faktor Penyebab Kematian Bayi Di
Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Biometrika dan Kependudukan. 2012;1(1):33-42.
13. Poerwanto S, Setevenson M, N de Klerk. Infant Mortality and Family
Welfare : Policy Implications for Indonesia. Jurnal Epidemiol Community
Health. 2003; 57 : 493-498
14. SURYATI, SURYATI (2007) Pemanfaatan Puskesmas di Kecamatan
Banjarsari (Kasus Nusukan Puskesmas Banyuanyar) Kecamatan Banjarsari
Kotamadya Surakarta. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai