Anda di halaman 1dari 4

Angka kematian merupakan salah satu indikator status kesehatan di

masyarakat. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Umur Harapan Hidup (UHH) waktu
lahir telah ditetapkan sebagai indikator-indikator derajat kesehatan dalam
Indonesia Sehat 2010 (Depkes,2003). UHH juga ditetapkan sebagai salah satu
komponen dalam menghitung Indeks Pembangunan Manusia (Human
Development Index = HDI) (BPS, BAPPENAS, UNDP, 2001). Kematian ibu dan
anak sangat besar pengaruhnya dalam menentukan UHH. Dengan demikian
upaya akselerasi penurunan AKI dan AKB menjadi strategis dalam meningkatkan
kualitas pembangunan manusia di Indonesia.

Sampai saat ini untuk mengukur AKI dan AKB sebagai dasar penilaian status
kesehatan ibu dan anak/bayi masih mengandalkan data bersumber dari survey di
masyarakat, mengingat sistem registrasi vital di Indonesia belum memadai.
Namun kondisi ini tetap harus disikapi dengan lebih menekankan Validitas data
laporan rutin dari puskesmas/pustu/polindes sehingga perhitungan AKI dan AKB
dapat diketahui sesuai kondisi waktunya (Per tahun). Karena data AKI dan AKB
yang didapatkan dari survey pada tahun pelaksanaan survei adalah data AKI dan
AKB yang merujuk pada beberapa tahun sebelumnya. Oleh karena itu memang
sebaiknya lebih mengedepankan bagaimana membuat sistem yang ada menjadi
lebih mampu mengakomodir data kematian ibu dan bayi dan kelahiran hidup
dengan memaksimalkan peran para Bidan di desa/Bidan wilayah Kabupaten
Nganjuk yang telah tersebar di 284 desa.

1. Angka Kematian Bayi (AKB)


Kematian bayi (AKB) merupakan indikator penting untuk mengukur
tingkat kesehatan masyarakat. Bayi baru lahir sangat sensitif pada
lingkungan tempat tinggal dan status ekonomi orang tuanya. Keberhasilan
pemberantasan dan pencegahan penyakit yang menyebabkan kematian
bayi ditunjukkan dengan menurunkan AKB, sehingga AKB digunakan
sebagai salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan pembangunan
bidang kesehatan.
Jumlah kematian bayi di Kabupaten Nganjuk pada tahun 2013 adalah
sejumlah 328 bayi dengan AKB (Angka Kematian Bayi) sebesar 21,52 per
1.000 kelahiran hidup. Jumlah ini lebih besar bila dibandingkan dengan
kematian bayi tahun 2012 yang berjumlah 291 bayi dengan AKB sebesar
17,62 per 1.000 kelahiran hidup dikarenakan angka kematian bayi tidak
hanya dipengaruhi oleh program bidang kesehatan saja akan tetapi
dipengaruhi oleh program lain. Dari program kesehatan tidak semua
terbiayai sehingga banyak kendala yang dihadapi, misalnya penyediaan
sumber tenaga (khususnya tenaga spesialis kebidanan dan kandungan,
spesialis anak dan spesialis anestesi), pelatihan tenaga kesehatan, biaya,
serta sarana dan prasarana khususnya alat-alat medis dan fisik yang ada
di Puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Dasar) dan
Rumah Sakit PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif), serta keterlambatan mengenali faktor resiko pada ibu
hamil dan bayi baru lahir.

2. Angka Kematian IBU (AKI)


Jumlah kematian ibu Maternal di Kabupaten Nganjuk jika dilihat dari
gambar diatas tertinggi adalah Ibu Hamil dengan umur 20 34 tahun
sebanyak 9 orang. Jumlah kematian ibu bersalin umur 20 34 tahun
sebanyak satu orang dan umur > 35 tahun sebanyak 4 orang , kemudian
kematian ibu nifas umur 20 34 tahun sebanyak 4 orang.
Angka kematian ibu Maternal (AKI) diperoleh melalui berbagai survey
yang dilakukan secara khusus, seperti survey di rumah sakit dan
beberapa survey di masyarakat dengan cakupan wilayah yang terbatas.
Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) dikenal sebagai salah satu indikator
utama kesehatan ibu. Informasi kematian Maternal jauh lebih sulit didapat
dan dilaporkan rendah (underreporting) dibandingkan dengan informasi
jumlah dan komposisi penduduk, dan informasi fertilitas.
Jumlah kematian ibu pada tahun 2013 sejumlah 24 ibu dengan AKI
sebesar 157,48 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan jumlah kematian
ibu pada tahun 2012 sejumlah 25 ibu dengan AKI sebesar 151,91 per
100.000 kelahiran hidup. Selama 4 tahun terakhir terjadi peningkatan AKI.
Hal tersebut terlihat dari jumlah kematian ibu pada tahun 2009 sejumlah
17 ibu dengan AKI sebesar 101,39 per 100.000 kelahiran hidup dan tahun
2010 sejumlah 17 ibu dengan AKI sebesar 101,47 per 100.000 kelahiran
hidup. Adapun program yang dilakukan pada tahun 2013 yang
mendukung indikator tersebut adalah :
1. Program Peningkatan Keselamatan ibu melahirkan dan anak
2. Program upaya kesehatan masyarakat
Adapun kegiatan yang mendukung adalah :
1. Perawatan secara berkala bagi ibu hamil bagi keluarga kurang
mampu
2. Pemberdayaan Pondok Kesehatan Desa
Kendala pada indikator sasaran yang kedua antara lain belum
adanya monitoring dan evaluasi kematian ibu secara berkala
ditingkat puskesmas, keterlambatan mengenali faktor resiko pada
ibu hamil dan bayi baru lahir, penanganan kasus di fasilitas
rujukan kurang memadai karena keterbatasan tenaga dokter
spesialis dan sarana prasarana (Alat-alat medis), belum
berfungsinya PONED dan PONEK secara maksimal, antenatal
care yang kurang berkualitas serta belum ada surat keputusan
(SK) Bupati tentang PONED dan PONEK. Upaya yang dilakukan
penurunan AKI antara lain monitoring dan evaluasi kematian bayi
secara berkala ditingkat puskesmas dan kabupaten ,
mengupayakan penambahan tenaga dokter spesialis dan sarana
prasarana di fasilitas rujukan, memenuhi sarana prasarana
penunjang pelayanan kesehatan di PONED dan PONEK,
mewujudkan SK Bupati tentang PONED dan PONEK,
penggunaan prosedur Audit Maternal Perinatal (AMP), AMP
kasus terpilih, optimalisasi Antenatal Care (ANC) terpadu,
peningkatan kinerja dan refresh materi untuk petugas dilapangan
dan rumah sakit termasuk mengadakan kegiatan magang
dirumah sakit, tertib administrasi pencatatan dan pelaporan serta
kerjasama yang harmonis antara rumah sakit, dinas kesehatan,
organisasi profesi dan institusi terkait lainya termasuk Badan
Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Badan Kepegawaian
Daerah, Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, Badan
Pemberdayaan Masyrakat dan Pemerintahan Desa, serta
Organisasi masyarakat/keagamaan di Kabupaten Nganjuk.

Anda mungkin juga menyukai