Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No.

1, 2013

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI EKSTRAK KERING SIMPLISIA JATI


BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk.)

Harrizul Rivai1, Ayu Hesti Wahyuni2, Humaira Fadhilah2


1
Fakultas Farmasi, Universitas Andalas (UNAND), Padang
2
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM), Padang

ABSTRACT

The research on preparation and characterization of dried leaves extract of simplicia jati belanda (Guazuma
ulmifolia Lamk.) has been done. The dry extract is made by adding various ratio of lactose, which is the ratio of the
extract and drying with lactose 1x viscous extract, 1½ x viscous extract and extract thick 2x viscous extract. Levels
of water soluble compounds the highest value on the dry extract 1:2 was 22.6% ± 0.3434%, while the levels of
ethanol soluble compounds the highest value on the dry extract 1:1 was 6.6406% ± 0.2785%, and the highest value
content of flavonoids in the dry extract was 1:1 was 1.0047% ± 0.0031%.

Keywords : Characterization of dry extract, Guazuma ulmifolia, lactose

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pembuatan dan karakterisasi ekstrak kering simplisia jati belanda
(Guazuma ulmifolia Lamk.). Ekstrak kering dibuat dengan penambahan laktosa berbagai perbandingan, pengeringan
dengan laktosa 1x berat ekstrak kental, pengeringan laktosa 1½x berat ekstrak kental dan pengeringan laktosa 2x
berat ekstrak kental. Kadar senyawa larut air nilai tertinggi pada ekstrak kering 1:2 sebesar 22,6000 % ± 0,3434%,
sementara kadar senyawa larut etanol nilai tertinggi pada ekstrak kering 1:1 sebesar 6,6406% ± 0,2785%, dan kadar
flavonoidnya nilai teringgi pada ekstrak kering 1:1 sebesar 1,0047% ± 0,0031%.

Kata kunci : Karakterisasi ektrak kering, Guazuma ulmifolia Lamk, laktosa

PENDAHULUAN antimikroba (Boligon et al.,2013 ). Selain itu


daun dan buah jati belanda juga dapat
Jati belanda merupakan tanaman digunakan sebagai obat pencernaan, infeksi
yang biasa digunakan sebagai obat kulit dan infeksi saluran pernafasan
pelangsing tubuh. Sebagian besar obat (Jayshree et al., 2013).
tradisional disajikan dalam bentuk ekstrak Ekstrak metanol jati belanda
karena penyajiannya lebih efisien dan praktis memiliki daya hambat terhadap
(Umar, 2008). Senyawa kimia yang terdapat pertumbuhan Eschericia coli (Tumbel,
pada tanaman jati belanda terdiri dari, 2009). Fraksi air dan etil asetat dari jati
steroid, flavanoid, tannin, glukosida, belanda memiliki efek antiviral (Pelipe et al.,
karbohidrat, mucilago (Patel et al., 2012). 2006). Ekstrak air daun jati belanda
Senyawa tannin yang terdapat pada tanaman memiliki efek hiperlipidemia yang diujikan
jati belanda berkhasiat sebagai obat untuk terhadap tikus jantan (Sukandar et al., 2009).
obesitas (Syahid et al., 2010). Minyak Memasuki abad ke-21 sebagai era
esensial yang terdapat pada tanaman jati globalisasi, perkembangan teknologi dan
belanda mempunyai sifat antioksidan dan bentuk pemanfaatan tumbuhan obat di

1
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013

Indonesia dalam pelayanan kesehatan sudah Bahan yang digunakan adalah


mengenal serta menggunakan konsep ekstrak simplisia jati belanda, aquades, kloroform
(Depkes RI, 2000). LP, etanol 95%, asam sulfat encer P, asam
Ekstrak kering merupakan sediaan asetat glacial, larutan heksametilentetramin
padat yang diperoleh dengan cara 0,5% b/v, asam klorida, aluminium klorida,
menguapkan pelarut berdasarkan kandungan aseton, laktosa dan lain-lain.
bahan aktif. Ekstrak kering memiliki nilai
susut pengeringan biasanya tidak lebih dari Pengadaan Simplisia Jati Belanda
5% (Gaedcke et al., 2003). Ekstrak kering Simplisia daun Jati Belanda dipesan
mudah menarik lembab dan cendrung di CV Sehat Herba Indonesia dengan alamat
membentuk gumpalan-gumpalan. Untuk JL. Dr. Soetomo Blok C no 27 / Gabusan RT
mengatasinya disarankan suatu penggerusan 1 RW 5 Sukoharjo, Jawa Tengah.
intensif dengan menggunakan laktosa,
dimaksudkan agar zat-zat dapat dikeringkan Karakterisasi Simplisia Jati Belanda
dengan baik (Voight, 1995). Karakterisasi simplisia jati belanda
Laktosa merupakan suatu disakarida meliputi, makroskopik, mikroskopik, pola
dari glukosa dan galaktosa dan diperoleh kromatografi. susut pengeringan, penetapan
melalui kristalisasi, dan pengeringan atau kadar abu total, penetapan kadar abu yang
melalui pengering sembur dari air susu. tidak larut asam, penetapan kadar sari yang
Dalam ketergantungannya dari konfirmasi larut dalam air, penetapan kadar sari yang
bahan glukosanya dipisahkan antara α- larut dalam etanol, dan uji kandungan kimia
laktosa dan β-laktosa. Laktosa yang simplisia (Depkes RI, 2008).
digunakan dalam teknologi farmasi
umumnya mengenai α-laktosa monohidrat Pembuatan Serbuk Simplisia
yang diperoleh dari pengering sembur dan Serbuk simplisia dibuat dari simplisia
digunakan sebagai bahan pengikat kering utuh atau potongan-potongan halus simplisia
(Voight, 1995). Laktosa sangat mudah larut yang sudah dikeringkan melalui proses
dalam air dan lebih mudah larut dalam air pembuatan serbuk dengan suatu alat tanpa
mendidih, sukar larut dalam etanol dan tidak menyebabkan kerusakan atau kehilangan
larut dalam kloroforom dan eter (Depkes RI, kandungan kimia yang dibutuhkan dan
1995). diayak hingga diperoleh serbuk. Derajat
kehalusan serbuk simplisia untuk pembuatan
METODE PENELITIAN ektrak merupakan simplisia halus dengan
nomor pengayak 60 dengan lebar nominal
Alat dan Bahan lobang 0,105 mm, garis tengahnya 0,064,
Alat-alat yang digunakan adalah dan ukurannya ukuran 250 µm (Depkes RI,
timbangan analitik, kertas saring, spatel, 2008).
corong, batang pengaduk, wadah maserasi
(botol gelap), seperangkat alat rotary Pembuatan Ekstrak
evaporator, cawan penguap, pipet gondok, Pembuatan ekstrak kental simplisia jati
pipet tetes, beaker glass, botol gelap, gelas belanda
ukur, erlenmeyer, labu bersumbat, labu ukur, Sejumlah 200 gram serbuk simplisia
kertas saring, desikator, penangas air, oven, jati belanda dimasukkan ke dalam maserator,
corong pisah, spektrofotometer Ultraviolet- ditambahkan 2 liter etanol 95%. Direndam
Visibel. selama 6 jam pertama sambil sekali-sekali
2
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013

diaduk, kemudian didiamkan selama 18 jam. Herbal Indonesia Edisi I (2008), yaitu
Maserat dipisahkan dengan cara filtrasi diantaranya:
(penyaringan), proses penyarian diulangi 2 1. Susut pengeringan simplisa jati belanda
kali dengan menggunakan jenis dan jumlah yang diperoleh 9,4924% ± 0,4428%,
pelarut yang sama. Semua maserat memenuhi nilai standarisasi yang terdapat
dikumpulkan, kemudian diuapkan dengan dalam Farmakope Herbal Indonesia Edisi I
penguap vakum atau penguap tekanan (2008) dimana nilai susut pengeringan tidak
rendah hingga diperoleh ekstrak kental. lebih dari 12%.
Rendemen yang diperoleh ditimbang dan
dicatat (DepKes RI, 2008). 2. Kadar abu total simplisia jati belanda
6,6795% ± 0,2403%, memenuhi nilai
Pembuatan ekstrak kering simplisia jati standarisasi yang terdapat dalam Farmakope
belanda Herbal Indonesia Edisi I (2008) dimana nilai
Lumpang disterilisasikan terlebih kadar abu total tidak lebih dari 7,2%.
dahulu dengan cara memanaskan lumpang
dengan menggunakan air panas, kemudian 3. Kadar abu tidak larut asam simplisia jati
ekstrak kental dimasukkan kedalam lumpang belanda 2,1738% ± 0,1435%, memenuhi
dan ditambahkan laktosa sedikit demi sedikit nilai standarisasi yang terdapat dalam
sambil digerus hingga merata. Ekstrak Farmakope Herbal Indonesia Edisi I (2008)
kering dibuat dengan cara tiga perlakuan, dimana nilai kadar abu tidak larut asam tidak
yaitu: lebih dari 2,7%.
a. Pengeringan dengan laktosa 1 x berat
ekstrak kental 4. Kadar sari larut dalam air simplisia jati
b. Pengeringan dengan laktosa 1½ x berat belanda 12,8555% ± 0,1642 % (Lampiran I,
ekstrak kental Tabel VIII) memenuhi nilai standarisasi
c. Pengeringan dengan laktosa 2 x berat yang terdapat dalam Farmakope Herbal
ekstrak kental Indonesia Edisi I (2008) dimana nilai kadar
Masa yang kering ditambahkan sari larut dalam air tidak kurang dari 12,4%.
pelarut heksan ± 300 mL heksan untuk tiap
100 g ekstrak, kemudian diaduk sempurna 5. Kadar sari larut dalam etanol simplisia
beberapa kali selama 2 jam, dibiarkan jati belanda 3,7932% ± 0,2005%, memenuhi
mengendap dan dienaptuangkan cairan. Lalu nilai standarisasi yang terdapat dalam
sisa dicampurkan dengan heksan 300 mL, Farmakope Herbal Indonesia Edisi I (2008)
diaduk sempurna dan dipisahkan kelebihan dimana nilai kadar sari larut dalam etanol
heksan, proses pencucian diulangi satu kali tidak kurang dari 3,2%.
dengan heksan, dikeringkan pada suhu ±
70⁰C. Lalu ditimbang dan ditentukan kadar 6. Pemeriksaan Mikroskopik Simplisia Jati
dan karakteristiknya (Martin et al.,1961). Belanda berupa epidermis atas, epidermis
bawah dengan stomata, rambut penutup
HASIL DAN PEMBAHASAN berbentuk bintang, rambut penutup pada
tulang daun, serabut dengan kristal kalsium
Setelah itu dilanjutkan dengan oksalat, dan rambut kelenjar dengan kristal
pengujian simplisia yang bertujuan untuk kalsium oksalat dimana pemeriksaan
mendapatkan simplisia yang bermutu baik tersebut sesuai dengan standarisasi yang
dan memenuhi standarisasi Farmakope
3
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013

terdapat dalam Farmakope Herbal Indonesia dihasilkan. Hal ini disebabkan karena
Edisi I (2008). besarnya peluang laktosa untuk mengikat air
yang terdapat dalam ekstrak sehingga air
7. Pola Kromatografi simplisia dengan KLT, lebih cepat menguap dibandingkan dengan
nilai Rf yang diperoleh mendekati nilai Rf penambahan laktosa dengan konsentrasi
dari Farmakope Herbal Indonesia, noda kecil. Dan susut pengeringan pada ekstrak
sampel untuk simplisia yang terlihat pada kering daun jati belanda memenuhi
plat terdapat 4 noda, yang menyerupai parameter standar umum ekstrak tumbuhan
jumlah noda yang terdapat didalam obat, dimana kadar air dari ekstrak < dari
Farmakope Herbal Indonesia Edisi I (2008). 10%.

8. Penetapan Kadar Flavonoid Total pada b. Kadar abu total


simplisia Jati Belanda 1,5052% ± 0,0035% Hasil penelitian kadar abu total pada
memenuhi nilai standarisasi yang terdapat ekstrak kering 1:1 (1,8645%), 1:1 ½
dalam Farmakope Herbal Indonesia Edisi I (1,2428%), 1:2 (0,7564%) dan hasil
(2008) dimana nilai kadar flavonoid tidak perhitungan Anova terhadap kadar abu total
kurang dari 0,30%. untuk ketiga jenis ekstrak menunjukkan nilai
F hitung=31,369 dengan Sig.=0, 001 (<
Parameter Non Spesifik Ekstrak Kering 0,05) yang berarti H0 ditolak atau rata-rata
Simplisia Jati Belanda kadar abu total untuk ketiga ekstrak itu
a. Susut pengeringan adalah berbeda nyata. Berarti perbedaan
Hasil penelitian susut pengeringan jumlah laktosa yang ditambahkan dalam
terhadap ekstrak kering 1:1 (4,1313%), 1:1½ pembuatan ekstrak kering memberikan
(2,2162%), 1:2 (1,7897%) dan berdasarkan pengaruh terhadap nilai kadar abu totalnya.
hasil perhitungan anova terhadap susut Hasil Uji Duncan, pengeringan dengan
pengeringan untuk ketiga jenis ekstrak laktosa 2 x berat ekstrak kental memiliki
kering menunjukkan bahwa nilai F hitung = nilai kadar abu total yang rendah diantara 2
155,62 dengan Sig. =0,00 (<0,05), yang formula.
berarti Ho ditolak atau rata-rata susut Pada kadar abu total perbandingan
pengeringan untuk ketiga ekstrak kering itu 1:2 memiliki nilai yang lebih rendah, hal ini
adalah berbeda nyata. Hal ini terlihat bahwa berarti berpengaruh terhadap banyaknya
jumlah laktosa yang ditambahkan pada penambahan laktosa, semakin banyak
ekstrak kering daun jati belanda memberikan laktosa yang ditambahkan maka pengeringan
pengaruh terhadap susut pengeringan ekstrak ekstrak semakin bagus dan proses
kering daun jati belanda. Hasil Uji Duncan, pengabuanpun akan semakin cepat sehingga
pengeringan dengan laktosa 2 x berat ekstrak ekstrak kering hanya sedikit yang
kental memiliki nilai susut pengeringan yang mengandung senyawa organik. Hal ini
rendah diantara 2 formula. disebabkan besarnya peluang laktosa untuk
Dari hasil penelitian yang telah mengikat air yang terdapat dalam ekstrak
dilakukan bahwa nilai yang didapat pada sehingga air lebih cepat proses mengabuan
perbandingan 1:2 memiliki mutu yang lebih dibandingkan dengan penambahan laktosa
bagus. Hal ini dapat dilihat bahwa semakin dengan konsentrasi kecil.
banyak jumlah laktosa yang ditambahkan
maka nilai yang didapat semakin kecil dan
semakin bagus mutu ekstrak kering yang
4
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013

c. Kadar abu tidak larut asam Nama Tumbuhan : Jati Belanda


Dari hasil penelitian kadar abu tidak (Indonesia)
larut asam perbandingan ekstrak kering 1:1 Bagian Tumbuhan : Daun
(0,4865%), 1:1½ (0,1415%), 1:2 (0,1165%).
Dan berdasarkan hasil perhitungan Anova b. Organoleptik
terhadap kadar abu yang tidak larut asam Ekstrak kering simplisia jati belanda
untuk ketiga jenis ekstrak kering yang diperoleh berupa serbuk kering, yang
menunjukkan bahwa nilai F hitung = 11,195 berwarna hijau kecoklatan pekat pada
dengan Sig. = 0,009 (< 0,05), yang berarti ekstrak kering 1:1, ekstrak kering 1:1½
Ho ditolak atau rata-rata kadar abu yang warna hijau kecoklatan, dan ekstrak kering
tidak larut asam untuk ketiga ekstrak kering 1:2 hijau kecoklatan pudar. Dengan bau
itu adalah berbeda nyata. Berarti perbedaan khas simplisia jati belanda dan rasanya yang
jumlah laktosa yang ditambahkan dalam pahit.
pembuatan ekstrak kering memberikan
pengaruh terhadap nilai kadar abu tidak larut c. Kadar senyawa larut air
asam. Hasil Uji Duncan, pengeringan Dari hasil penelitian kadar sanyawa
dengan laktosa 2 x berat ekstrak kental larut air perbandingan ekstrak kering 1:1
memiliki nilai kadar abu tidak larut asam (13,6358%), 1:1½ (15,5946%), 1:2 (22,6%),
yang rendah diantara 2 formula. dan berdasarkan hasil perhitungan anova
Pada kadar abu tidak larut asam terhadap kadar senyawa larut dalam air
perbandingan 1:2 merupakan nilai yang untuk ketiga jenis ekstrak kering
lebih rendah dari perbandingan lainnya. Hal menunjukkan bahwa nilai F hitung =
ini berarti berpengaruh terhadap banyaknya 661,775 dengan Sig. = 0,000 (< 0,05), yang
penambahan laktosa, semakin banyak berarti Ho ditolak atau rata kadar senyawa
laktosa yang ditambahkan maka pengeringan larut dalam air untuk ketiga jenis ekstrak
ekstrak semakin bagus, pada proses kering itu adalah berbeda nyata. Berarti
pengabunanpun yang kemudian perbedaan jumlah laktosa yang digunakan
ditambahkan dengan asam sulfat encer, pada pembuatan ekstrak kering daun jati
maka proses pengabunan akan semakin belanda memberikan pengaruh terhadap
cepat. Sehingga ekstrak kering hanya sedikit kadar senyawa larut air. Hasil uji duncan,
yang mengandung senyawa-senyawa pengeringan dengan laktosa 2 x berat ekstrak
anorganik yang tidak larut dalam asam sulfat kental memiliki nilai kadar sari larut dalam
encer. air yang tinggi diantara 2 formula.
Pemeriksaan senyawa larut air pada
Parameter Spesifik Ekstrak Kering perbandingan 1:2 ini memiliki nilai kadar
Simplisa Jati Belanda yang paling tinggi diantara keduanya, hal ini
a. Identitas Ekstrak Kering disebabkan karena laktosa lebih mudah larut
Nama Ekstrak :Extractum Guazuma dalam air dengan kategori kelarutan 1
ulmifolia Lamk. sampai 10 yang berarti 1 bagian laktosa akan
Siccum (ekstrak larut dalam 10 bagian pelarut (Depkes RI,
kering simplisia Jati 1995), sehingga semakin banyak laktosa
Belanda) pada pembuatan ekstrak kering maka
Nama Latin : Guazuma ulmifolia semakin tinggi kadar sari larut air dari
L. perbandingan ekstrak kering.

5
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013

d. Kadar senyawa larut etanol flavanoid total. Hasil uji duncan,


Dari hasil penelitian kadar senyawa pengeringan dengan laktosa 1 x berat ekstrak
larut etanol perbandingan ekstrak kering 1:1 kental memiliki nilai kadar flavanoid total
(6,6406%), 1:1½ (5,6946%), 1:2 (5,0886%), yang tinggi diantara 2 formula.
dan berdasarkan hasil perhitungan Anova Pemeriksaan senyawa larut etanol 1:1
terhadap kadar senyawa larut dalam etanol memiliki nilai kadar yang paling tinggi dari
untuk ketiga jenis ekstrak kering perbandingan lainnya. Hal ini disebabkan
menunjukkan bahwa nilai F hitung = 4,785 karena laktosa praktis tidak larut dalam
dengan Sig. = 0,001 ( < 0,05), yang berarti aseton, asam klorida, dimana pelarut tersebut
Ho ditolak atau rata-rata kadar senyawa larut digunakan waktu menghidrolisis flavanoid
dalam etanol untuk ketiga jenis ekstrak yang terdapat dalam ekstrak ekstrak kering
kering itu adalah berbeda nyata. Berarti daun jati belanda. Pada penetapan kadar
perbedaan jumlah laktosa yang ditambahkan flavanoid total ini dilakukan dengan
dalam pembuatan ekstrak kering menggunakan flavanoid pembanding yaitu
memberikan pengaruh terhadap nilai kuersetin. Kuersetin merupakan senyawa
senyawa larut etanol. Hasil uji duncan, kelompok flavanoid terbesar. Serapan diukur
pengeringan dengan laktosa 1 x berat ekstrak dengan panjang gelombang 425 nm. Hasil
kental memiliki nilai kadar sari larut dalam yang diperoleh lebih rendah dibandingkan
etanol yang tinggi diantara 2 formula. dengan kadar kuersetin pada ekstrak kental
Pemeriksaan senyawa larut etanol 1:1 yang tertera pada monografi jati belanda
memiliki nilai nilai kadar yang paling tinggi, (Depkes RI, 2008). Hal ini berarti
hal ini disebabkan karena laktosa sangat berpengaruh dengan adanya penambahan
sukar larut dalam etanol dimana tingkat laktosa sebagai bahan pengering ekstrak.
kelarutannya 1000 sampai 10.000 (Depkes
RI, 1995) sehingga semakin banyak KESIMPULAN
penambahan laktosa pada pembuatan ekstrak
kering kadar sari larut etanolnya semakin Berdasarkan penelitian yang telah
kecil. Berarti senyawa yang mulanya dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai
bergabung dengan laktosa pada proses berikut :
pembuatan esktrak kering terpisah dan larut 1. Berdasarkan uji Anova dan uji Duncan
dalam etanol. untuk ekstrak kering dengan pengeringan
laktosa 2 x dari ekstrak kental memiliki
e. Kadar Flavanoid Total nilai yang rendah untuk nilai susut
Dari hasil penelitian kadar flavanoid pengeringan (1,8023% ± 0,1487%), kadar
total perbandingan ekstrak kering 1:1 abu total (0,7564% ± 0,1985%), kadar
(1,0047%), 1:1½ (0,7546%), 1:2 (0,5029%), abu tidak larut asam (0,1165% ±
dari hasil uji anova terhadap kadar Flavonoid 0,0758%) dan kadar sari larut etanol
total untuk ketiga jenis ekstrak kering (6,6406% ± 0,2785%). Sedangkan pada
terlihat bahwa nilai F hitung = 295 dengan kadar sari larut dalam air pada
Sig. = 0,00 (< 0,05), yang berarti Ho ditolak pengeringan laktosa 2x dari ekstrak
atau rata-rata kadar flavonoid total untuk kental (12,6% ± 0,3434%) memiliki nilai
ketiga ekstrak kering itu adalah berbeda yang tinggi dibandingkan dengan 2
nyata. Berarti perbedaan jumlah laktosa yang formula ekstrak kering lainnya. Ini berarti
ditambahkan dalam pembuatan ekstrak perbedaan laktosa yang digunakan
kering memberikan pengaruh terhadap kadar berpengaruh terhadap nilai susut
6
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013

pengeringan, kadar abu total, kadar sari ulmifolia Lamk, International


larut dalam air dan kadar sari larut dalam Research Journal of Pharmacy,
etanol. 4(4):130-131.

2. Pada kadar flavanoid total ekstrak kering Martin, E.W., Cook, E.F., Leuallen, E.E.,
simplisia jati belanda, berdasarkan uji Osol, Athur., Tice, L. F., Meter, C. T.,
Anova dan uji Duncan bahwa ekstrak Van., 1961, Remington’s Practice of
kering pada pengeringan laktosa 1x dari Pharmacy. Easton: Mack publishing
ekstrak kental (1,0047%±0,0031%) Company.
memiliki nilai yang lebih tinggi
Patel, J.G., Aishish, D. D., Patel, A.A., Patel,
dibandingkan dengan 2 formula
N. M. ,2012, Ethnomedicinal,
ekstrakkering lainnya. Hal ini berarti
Phytochemimal and Preclinical Profile
perbedaan laktosa berpengaruh terhadap
of Guazuma ulmifolia Lam,
nilai kadar flavanoid total.
International Journal of
Pharmaceutical Sciences, 3 (2): 76-78.
DAFTAR PUSTAKA Pelipe, A.C., Rincao, V.P., Benati, F.J.,
Boligon, A.A., Feltrin, A.C., Athayde, M. L., Linhares, R.E.C., Galina, K.J., Toledo,
2013, Determination of Chemical C.E.M.D., Lopes, G.C., Mello,
Composition Antioxidant and J.C.P.D., Nozawa, C., 2006, Antiviral
Antimicrobial Properties of Guzuma Effect of Guazuma ulmifolia and
ulmifolia Essential Oil, American Stryhnondendron Adstrigens on
Journal of Essential Oils and Natural Poliovirus and Bovine Herpesvirus,
Products, 1 (1): 23-27. Pharmaceutical Society of Japan,
29(6):1092-1095
Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia
(Edisi 4) Jakarta: Departemen Sukandar, E.Y., Elfahmi., Nurdewi, 2009,
Pengaruh pemberian Ekstrak Air Daun
Kesehatan Republik Indonesia.
Jati (Guazuma ulmifolia L.) Terhadap
Depkes RI, 2000, Parameter Standar Umum Kadar Lipid Darah Pada Tikus Jantan,
Ekstrak Tumbuhan Obat (Edisi 1), JKM, 8 (2): 102-112
Jakarta: Direktorat Jenderal
Syahid, S.F., Kristina, N.N., Seswita D.,
Pengawasan Obat dan Makanan
2010, Pengaruh Komposisi Media
Depkes RI, 2008, Farmakope Herbal Terhadap Pertumbuhan Kalus dan
Indonesia (Edisi 1), Jakarta Kadar Tannin dari Daun Jati Belanda
Departemen Kesehatan Republik (Guazuma ulmifolia Lamk) Secara
Indonesia. Invitro, ISSN, 16(1): 1-5.

Gaedcke, F., Steinhoff, B., Blasius, H, 2003, Tumbel, M., 2009, Inhibition Assay of Jati
Herbal Medicinal Products. New Belanda Leaves (Guazuma Ulmifolia,
York: CRC Press. L) to The Growth of Eschericia coli,
Journal Chemica, 10 (1): 85 – 91.
Jayshree, U., Patin., Biradar, S.D., 2013,
Pharmacognostic Study Of Guazuma

7
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013

Voight, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi


Farmasi (jilid 2), Terjemahan.
Soewandhi, N., Soen dani.,
Yogyakarta: Penerbit UGM.

Anda mungkin juga menyukai