RKS Lengkap Oeanalisa PDF
RKS Lengkap Oeanalisa PDF
Penyusunan Dokumen Rencana Kerja dan Syarat (RKS) ini dimaksudkan untuk
memberi informasi tentang metode pelaksanaan dan spesifikasi teknis yang digunakan,
dengan mempertimbangkan semua data yang terkumpul dan hambatan-hambatan yang
diperkirakan muncul nantinya. Dengan laporan ini diharapkan pelaksanaan pekerjaan
“Peningkatan Struktur Kantor BPJN 1 Banda Aceh (Tower II)” ini akan berjalan dengan
lancar dan tetap mengacu pada Kerangka Acuan Kerja yang ada.
Demikian laporan ini disampaikan dengan harapan semoga dapat dijadikan pedoman
kerja lebih lanjut. Atas kerja sama dan kepercayaannya kami ucapkan terima kasih.
Faizal, ST, MT
Nip. 19630604199903 1 001
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
BAB I
Pasal 01
PERATURAN TEKNIS
1.1. Untuk pelaksanaan pekerjaan ini digunakan lembar-lembar ketentuan-ketentuan dan peraturan
seperti tercantum di bawah ini :
1.2. Jika ternyata pada rencana kerja dan syarat-syarat ini terdapat kelainan/ penyimpangan
dari peraturan-peraturan sebagaimana dinyatakan dalam ayat (1.1) di atas, maka rencana kerja dan
syarat-syarat ini yang mengikat.
Pasal 02.
PEMAKAIAN UKURAN
2.1. Penyedia Jasa Konstruksi tetap bertanggung jawab dalam menepati semua ketentuan yang
tercantum dalam rencana kerja dan syarat-syarat dan gambar kerja berikut tambahan dan
perubahannya.
2.2. Penyedia Jasa Konstruksi wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran keseluruhan
maupun bagiannya dan segera memberitahukan pengawas tentang setiap perbedaan yang
1
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
ditemukannya di dalam rencana kerja dan syarat-syarat dan gambar kerja maupun dalam
persetujuan tertulis dari pengawas.
2.3. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan, di dalam hal apapun menjadi tanggung
jawab Penyedia Jasa Konstruksi, oleh karaena itu Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan mengadakan
pemeriksaan secara menyeluruh terhadap gambar-gambar dan dokumen yang ada.
Pasal 03
INFORMASI TAPAK
3.1. Sebelum memulai pekerjaan, Penyedia Jasa Konstruksi harus benar-benar memahami kondisi/ keadaan
tapak (site) atau hal-hal lain yang mungkin akan mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan dan harus
sudah memperhitungkan segala akibatnya.
3.2. Penyedia Jasa Konstruksi harus memperhatikan secara khusus mengenai peraturan lokasi tempat kerja,
penempatan material, pengamanan dan kelangsungan operasi selama pekerjaan berlangsung.
3.3. Penyedia Jasa Konstruksi harus mempelajari dengan seksama seluruh bagian gambar, RKS dan agenda
dalam dokumen lelang, guna penyesuaian dengan kondisi lapangan sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan dengan baik.
Pasal 04
4.1. Selama belangsungnya pembangunan, kebersihan halaman, kantor, gudang, los kerja dan bagian dalam
bangunan yang dikerjakan harus tetap bersih dan tertib, bebas dari bahan bekas, tumpukan tanah dan
lain-lain. Kelalaian dalam hal ini dapat menyebabkan pengawas memberi perintah menghentikan
seluruh pekerjaan dan Penyedia Jasa Konstruksi harus menanggung seluruh akibatnya.
4.2. Penimbunan bahan-bahan yang ada dalam gudang-gudang maupun yang berada di halaman bebas,
harus diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu kelancaran dan keamanan pekerjaan/umum dan
juga agar memudahkan jalannya pemeriksaan dan penelitian bahan-bahan oleh pengawas maupun
pemberi tugas.
4.3. Penyedia Jasa Konstruksi wajib membuat urinoir dan WC untuk pekerja pada tempat- tempat tertentu
yang disetujui oleh pengawas demi terjaminnya kebersihan dan kesehatan dalam proyek.
2
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
Pasal 05
5.1 Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini maupun dalam
Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-bahan yang akan dipergunakan maupun syarat-syarat
pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam A.V. 1941 dan Persyaratan Umum
Bahan Bangunan Indonesia (PUBI Tahun 1982), Standar Industri Indonesia (SII) untuk bahan
termaksud, serta ketentuan-ketentuan dan syarat bahan-bahan lainnya yang berlaku di Indonesia.
Seluruh barang material yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan, seperti material,
peralatan dan alat lainnya, harus dalam kondisi baru dan dengan kualitas terbaik untuk tujuan yang
dimaksudkan.
a. Kecuali bila ditentukan lain dalam Dokumen Kontrak, semua merk pembuatan atau merk
dagang dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis ini dimaksudkan sebagai dasar
perbandingan kualitas / setara dan tidak diartikan sebagai sesuatu yang mengikat. Setiap
keterangan mengenai peralatan, material barang atau proses, dalam bentuk nama dagang,
buatan atau nomor katalog harus dianggap sebagai penentu standar atau kualitas dan tidak
boleh ditafsirkan sebagai upaya membatasi persaingan, dan Kontraktor / Pemborong harus
dengan sendirinya menggunakan peralatan, material, barang atau proses, yang atas penilaian
Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana, sesuai dengan keterangan itu. Seluruh material
paten itu harus dipergunakan sesuai dengan instruksi pabrik yang membuatnya.
b. Bahan / material dan komponen jadi yang dipasang / dipakai, harus sesuai dengan yang
tercantum dalam Gambar Kerja dan RKS, memenuhi standar spesifikasi bahan tersebut,
mengikuti peraturan persyaratan bahan bangunan yang berlaku.
c. Apabila dianggap perlu, Konsultan Pengawas berhak untuk menunjuk tenaga ahli yang diajukan
/ ditunjuk oleh pabrik dan atau supplier yang bersangkutan tersebut sebagai Pelaksana. Dalam
hal ini, Kontraktor / Pemborong tidak berhak mengajukan klaim sebagai pekerjaan tambah.
d. Disyaratkan dalam satu merk pembuatan atau merk dagang hanya diperkenankan untuk setiap
jenis bahan yang boleh dipakai dalam pekerjaan ini.
e. Penggunaan bahan produk lain yang setara dengan apa yang dipersyaratkan harus disertai test
dari Laboratorium lokal / dalam negeri baik kualitas, ketahan serta kekuatannya dan harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas secara tertulis dan diketahui oleh Konsultan Perencana.
Apabila diperlukan biaya untuk test laboratorium, maka biaya tersebut harus ditanggung oleh
Kontraktor / Pemborong tanpa dapat mengajukan sebagai biaya pekerjaan tambah.
5.3 Kontraktor / Pemborong terlebih dahulu harus memberikan contoh-contoh semua bahan-bahan
yang diperlukan untuk bangunan tersebut kepada Konsultan Pengawas / Direksi dan Konsultan
Perencana untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis sebelum semua bahan-bahan tersebut
didatangkan / dipakai. Contoh bahan tersebut yang harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas /
Direksi dan Konsultan Perencana adalah sebanyak 4 (empat) buah dari satu bahan yang ditentukan
untuk menetapkan “standard of appearance” dan disimpan di ruang Direksi. Paling lambat waktu
penyerahan contoh bahan adalah 2 (dua) minggu sebelum jadwal pelaksanaan.
5.4 Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur dan produk yang dipilih, akan diinformasikan kepada
Kontraktor / Pemborong selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah penyerahan contoh
bahan tersebut.
Penyimpanan dan pemeliharaan bahan harus sesuai persyaratan pabrik yang bersangkutan dan atau
sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut.
3
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
a. Penempatan bahan-bahan material diatur dengan pertimbangan yang matang agar tidak
mengganggu kelancaran pekerjaan serta sirkulasi / akses pekerja. Bahan material disusun
dengan metoda yang baik dengan cara FIFO (first in first out), sehingga tidak ada bahan material
yang tersimpan terlalu lama dalam gudang / stock material.
b. Material harus disimpan sedemikian rupa untuk menjaga kualitas dan kesesuaian untuk
pekerjaan. Material harus diletakkan di atas permukaan yang bersih, keras dan bila diminta
harus ditutupi. Material harus disimpan sedemikian rupa agar memudahkan pemeriksaan.
Benda-benda milik pribadi tidak boleh dipergunakan untuk penyimpanan tanpa ijin tertulis dari
pemiliknya.
c. Tempat penyimpanan barang harus dibersihkan (clearing) dan diratakan (levelling) menurut
petunjuk Konsultan Pengawas.
d. Bagian tengah tempat penyimpanan barang harus ditinggikan dan miring kesamping sesuai
dengan ketentuan, sehingga memberikan drainase / pemasukan dari kandungan air / cairan
yang berlebihan. Material harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan
pemisahan bahan (segregation), agar timbunan tidak berbentuk kerucut, dan menjaga gradasi
serta mengatur kadar air. Penyimpanan agregat kasar harus ditimbun dan diangkat / dibongkar
lapis demi lapis dengan tebal lapisan tidak lebih dari 1 (satu) meter. Tinggi tempat penyimpanan
tidak lebih dari 5 (lima) meter.
Pasal 06
6.1. Bila dalam RKS disebut nama dan pabrik pembuat dari suatu bahan dan barang, maka dalam
hal ini dimaksud untuk menunjukan tingkat mutu bahan dan barang yang digunakan.
6.2. Setiap penggatian nama dan pabrik pembuat dari suatu bahan dan baraang harus disetujui oleh
perencana/pemberi tugas dan bila tidak ditentukan dalam RKS serta gambar kerja maka bahan dan
barang tersebut diusahakan dan disediakan oleh Penyedia Jasa Konstruksi yang harus mendapat
persetujuan dahulu dari pengawas atau pemberi tugas.
6.3. Contoh bahan dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus segera disediakan atas
biaya Penyedia Jasa Konstruksi, setelah disetujui oleh pengawas atau pemberi tugas, harus dianggap
bahwa bahan dan barang tersebut yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan nanti.
6.4. Contoh bahan dan barang tersebut, disimpan oleh pengawas atau pemberi tugas untuk
dijadikan dasar penolakan bila ternyata bahan dan barang yang dipakai tidak sesuai tidak sesuai
kualitas maupun sifatnya.
6.5. Dalam mengajukan harga penawaran, Penyedia Jasa Konstruksi harus sudah memasukkan sejauh
keperluan biaya untuk pengujian berbagai bahan dan barang.
6.6 Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang dinyatakan afkir / ditolak
oleh Konsultan Pengawas, harus segera dikeluarkan dari lokasi bangunan / proyek selambat-
lambatnya dalam tempo 3 x 24 jam dan tidak boleh dipergunakan.
6.7 Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Konsultan Pengawas / Konsultan
Perencana dan ternyata masih dipergunakan oleh Pelaksana, maka Konsultan Pengawas / Konsultan
Perencana berhak memerintahkan pembongkaran kembali kepada Kontraktor / Pemborong, yang
mana segala kerugian yang diakibatkan oleh pembongkaran tersebut menjadi tanggungan
Kontraktor / Pemborong sepenuhnya. Di samping itu pihak Kontraktor / Pemborong tetap dikenakan
denda sebesar 1 / 1000 (satu per mil) dari harga borongan.
4
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
6.8 Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas dari bahan-bahan
tersebut, maka Kontraktor / Pemborong harus menguji dan memeriksakannya ke laboratorium Balai
Penelitian Bahan pemerintah untuk diuji dan hasil pengujian tersebut disampaikan secara tertulis
kepada Konsultan Pengawas / Direksi / Konsultan Perencana. Segala biaya pemeriksaan ditanggung
oleh Kontraktor / Pemborong.
6.9 Sebelum ada kepastian dari laboratorium di atas tentang baik atau tidaknya kualitas dari bahan-
bahan tersebut, Pelaksana tidak diperkenankan melanjutkan pekerjaan-pekerjaan yang
menggunakan bahan-bahan tersebut di atas.
6.10 Bila diminta oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor / Pemborong harus memberikan penjelasan
lengkap tertulis mengenai tempat asal diperolehnya material dan tempat pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
Pasal 07
7.1 Jika Kontraktor / Pemborong menunjuk Supplier dan atau Kontraktor bawahan (Sub Kontraktor)
didalam hal pengadaan material dan pemasangannya, maka Kontraktor/ Pemborong “wajib”
memberi-tahukan terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas / Direksi untuk mendapatkan
persetujuan.
7.2. Ukuran Kontraktor / Pemborong wajib mengadakan koordinasi pelaksanaan dengan Sub Kontraktor
dan Supplier bahan atas petunjuk Konsultan Pengawas.
7.3. Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan Pengawas di lapangan untuk pekerjaan khusus dimana
pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut perlu persyaratan khusus sesuai instruksi pabrik.
Pasal 08
8.1. Jika terdapat perbedaan-perbedaan antara gambar kerja dan RKS ini, maka Penyedia Jasa Konstruksi
harus menanyakannya secara tertulis kepada pengawas dan Penyedia Jasa Konstruksi harus mentaati
keputusan tersebut.
8.2. Ukuran-ukuran yang terdapat dalam gambar yang terbesar dan terakhirlah yang berlaku dan
ukuran dengan angka adalah yang harus diikuti dari pada ukuran dengan skala dari gambar-
gambar, tetapi jika mungkin ukuran ini harus diambil dari pekerjaan yang telah selesai.
8.3. Apabila ada hal-hal yang disebut pada gambar kerja, RKS atau dokumen, yang berlainan atau
bertentangan, maka ini harus diartikan bukan untuk menghilangkan satu terhadap lainnya. Tetapi
untuk menegaskan masalahnya. Kalau terjadi hal ini maka diambil sebagai patokan adalah yang
mempunyai bobot teknis atau yang mempunyai bobot biaya yang tinggi.
a. Gambar arsitektur dengan gambar struktur, maka yang dipakai sebagai pegangan dalam ukuran
fungsional adalah gambar arsitektur, sedangkan untuk jenis dan kualitas bahan dan barang
adalah gambar struktur.
b. Gambar struktur dengan gambar mekanikal, maka yang dipakai sebagai pegangan dalam ukuran
kualitas dan jenis bahan adalah gambar mekanikal.
5
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
c. Gambar arsitektur dengan gambar elektrikal, maka yang dipakai sebagai pegangan dalam ukuran
fungsional adalah gambar arsitektur, sedangkan untuk ukuran dan kualitas bahan adalah
gambar elektrikal.
Pasal 09
9.1 Di lapangan pekerjaan, Kontraktor / Pemborong wajib menunjuk seorang Kuasa Kontraktor atau biasa
disebut ‘Site Manager’ yang cakap dan ahli untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan
mendapat kuasa penuh dari Kontraktor / Pemborong, berpendidikan minimal S1 Teknik Sipil Memiliki
Pengalaman 10 (sepuluh) Tahun;
9.2 Dengan adanya ‘Pelaksana’ tidak berarti bahwa Kontraktor / Pemborong lepas tanggung jawab
sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.
9.3 Kontraktor / Pemborong wajib memberitahu secara tertulis kepada Pemimpin / Ketua Proyek dan
Konsultan Pengawas, nama dan jabatan ‘Pelaksana’ untuk mendapat persetujuan.
9.4 Bila dikemudian hari menurut pendapat Pemimpin / Ketua Proyek dan Konsultan Pengawas bahwa
‘Pelaksana’ dianggap kurang mampu atau tidak cukup cakap memimpin pekerjaan, maka akan
diberitahukan kepada Kontraktor / Pemborong secara tertulis untuk mengganti ‘Pelaksana’.
9.5 Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan, Kontraktor / Pemborong harus
sudah menunjuk ‘Pelaksana’ yang baru atau Kontraktor / Pemborong sendiri (Penanggung Jawab /
Direktur Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan pekerjaan.
Pasal 10
10.1 Jika Kontraktor / Pemborong menunjuk Supplier dan atau Kontraktor bawahan (Sub Kontraktor)
didalam hal pengadaan material dan pemasangannya, maka Kontraktor/ Pemborong “wajib”
memberi-tahukan terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas / Direksi untuk mendapatkan
persetujuan.
10.2 Kontraktor / Pemborong wajib mengadakan koordinasi pelaksanaan dengan Sub Kontraktor dan
Supplier bahan atas petunjuk Konsultan Pengawas.
10.3 Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan Pengawas di lapangan untuk pekerjaan khusus dimana
pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut perlu persyaratan khusus sesuai instruksi pabrik.
Pasal 11
11.1. Jika terdapat kekurangan-kekurangan penjelasan dalam gambar kerja, atau diperlukan
gambar tambahan/gambar detail atau untuk memungkinkan Penyedia Jasa Konstruksi
melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan ketentuan, maka Penyedia Jasa
Konstruksi harus membuat gambar tersebut dalam rangkap 3 (tiga) dan biaya atas pembuatan
gambar tersebut menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi. Pekerjaan berdasarkan gambar
tersebut baru dapat dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari pengawas.
11.2. Gambar kerja hanya berubah apabila diperintahkan secara tertulis oleh pemberi tugas, dengan
mengikuti penjelasan dan pertimbangan dari perencana.
6
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
11.3. Perubahan rencana ini harus dibuat gambarnya yang sesuai dengan apa yang diperintahkan
oleh pemberi tugas, yang jelas memperlihatkan perbedaan antara gambar kerja dan gambar
perubahan rencana.
11.4. Gambar tersebut harus diserahkan kepada pengawas untuk disetujui sebelum dilaksanakan.
Pasal 12
12.1. Semua yang belum terdapat dalam gambar kerja baik karena penyimpangan, perubahan atas
perintah pemberi tugas/pengawas, maka Penyedia Jasa Konstruksi harus membuat gambar-gambar
yang sesuai dengan apa yang telah dilaksanakan, yang jelas memperlihatkan perbedaan antara
gambar kerja dan pekerjaan yang dilaksanakan.
12.2. Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) berikut kalkirnya (gambar asli) yang
biaya pembuatan ditanggung oleh Penyedia Jasa Konstruksi.
7
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
BAB II
PEKERJAAN PERSIAPAN
Pasal 01
LINGKUP PEKERJAAN
1.1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan, pendayagunaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan
alat-alat bantunya yang dibutuhkan dalam melaksanakan pembangunan pada proyek ini.
1.2. Bagian ini meliputi mobilisasi dan demobilisasi, Pembuatan Papan Nama Proyek, Pembuatan
Pagar Pengaman, Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank, pembutan Direksi Keet, Barak Pekerja
dan Gudang Material, Pekerjaan Timbunan Lahan dan Quality Control.
Pasal 02
2.1. Sebelum memulai pekerjaan Pembangunan Gedung baru, Penyedia Jasa Konstruksi wajib
membersihkan lokasi dari puing-puing, tumbuh-tumbuhan, batu-batuan serta benda lainnya yang
dianggap dapat mengganggu pelaksanaan pembangunan. Penimbunah lahan dilakukan setelah
dilakukan pembersihan lokasi, Penyedia Jasa Konstruksi harus menjamin bahwa pekerjaan harus
dijaga tetap kering segera sebelum dan selama pekerjaan penghamparan dan pemadatan,
dan selama pelaksanaan timbunan harus memiliki lereng melintang yang cukup untuk membantu
drainase badan jalan dari setiap curahan air hujan dan juga harus menjamin bahwa pekerjaan akhir
mempunyai drainase yang baik. Bilamana memungkinkan, air yang berasal dari tempat kerja harus
dibuang ke dalam sistem drainase permanen.
2.2. Bahan yang digunakan untuk timbunan biasa sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas
tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut AASHTO M145 atau sebagai CH menurut "Unified
atau Casagrande Soil Classification System". Bila penggunaan tanah yang berplastisitas tinggi tidak
dapat dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan hanya pada bagian dasar dari timbunan atau
pada penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi.
Tanah plastis seperti itu sama sekali tidak boleh digunakan pada 30 cm lapisan langsung di bawah
bagian dasar perkerasan atau bahu jalan atau tanah dasar bahu jalan. Bahan timbunan bila
diuji dengan SNI 03-1744-1989, harus memiliki CBR tidak kurang dari 6 % setelah perendaman 4
hari bila dipadatkan 100 % kepadatan kering maksimum (MDD) seperti yang ditentukan
oleh SNI 03-1742-1989. Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25
atau derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258 sebagai "very high" atau
"extra high", tidak boleh digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai aktif adalah perbandingan antara
Indeks Plastisitas / PI - (SNI 03-1966-1989) dan persentase kadar lempung (SNI 03-3422-1994).
Pasal 03
3.1. Penyedia Jasa Konstruksi harus mempersiapkan dan mengadakan peralatan-peralatan kerja dan
perlatan bantu yang akan digunakan di lokasi proyek sesuai dengan lingkup pekerjaan serta
memperhitungkan segala biaya pengangkutan.
3.2. Penyedia Jasa Konstruksi harus menjaga ketertiban dan kelancaran selama perjalanan alat-alat berat
yang menggunakan jalanan umum agar tidak mengganggu lalu-lintas.
8
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
3.3. Pengawas atau pemberi tugas berhak memerintahkan untuk menambah peralatan atau
menolak peralatan yang tidak sesuai atau tidak memenuhi persyaratan.
3.4. Bila pekerjaan telah selesai, Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan untuk segera menyingkirkan
alat-alat tersebut, memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya dan membersihkan bekas-
bekasnya.
3.5. Disamping untuk menyediakan alat-alat yang diperlukan seperti dimaksudkan pada ayat (1),
Penyedia Jasa Konstruksi harus menyediakan alat-alat bantu sehingga dapat bekerja pada kondisi
apapun, seperti : tenda-tenda untuk bekerja pada waktu hari hujan, perancah (scafolding) pada sisi
luar bangunan atau tempat lain yang memerlukan, serta peralatan lainnya.
Pasal 04
PENGUKURAN
4.1. Penyedia Jasa Konstruksi harus sudah memperhitungkan biaya untuk pengukuran dan penelitian
ukuran tata letak atau ketinggian bangunan (Bouwplank), termasuk penyediaan Back Mark atau Line
Offset Mark, pada masing-masing lantai bangunan.
4.2 Patok ukur dibuat dari kayu secukupnya, berpenampang 5 x 7 cm, tertancap kuat ke dalam tanah
sedalam 100 cm. dengan bagian yang muncul di atas muka tanah cukup untuk memberikan indikasi
peil ± 0,00 sesuai Gambar Kerja, dan di atasnya ditambahkan pipa besi untuk mencantumkan
patokan ketinggian diatas peil ± 0,00.
4.3 Jumlah patok ukur yang harus dibuat oleh Kontraktor minimal 2 (dua) buah, dan lokasi
penanamannya sesuai petunjuk dan persetujuan Konsultan Pengawas sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu atau terganggu selama pelaksanaan pembangunan berlangsung.
4.4 Patok ukur adalah permanen, tidak dapat diubah, harus diberi tanda yang jelas, dan dijaga
keutuhannya sampai pelaksanaan pembangunan selesai dan ada instruksi dari Konsultan Pengawas
untuk dibongkar.
4.5. Hasil pengukuran harus dilaporkan kepada pengawas agar dapat ditentukan sebagai pedoman atau
referensi dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana dan persyaratan teknis.
Pasal 05
5.1. Untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan selama proyek berlangsung, Penyedia Jasa Konstruksi
harus memperhitungkan biaya penyediaan air bersih guna keperluan air kerja, air minum untuk
pekerja dan air kamar mandi.
5.2 Air yang dimaksud adalah bersih, baik yang berasal dari PAM atau sumber air, serta pengadaan
dan pemasangan pipa distribusi air tersebut bagi keperluan pelaksanaan pekerjaan dan untuk
keperluan direksi keet, kantor Penyedia Jasa Konstruksi, kamar mandi/WC atau tempat-tempat lain
yang dianggap perlu.
5.3. Penyedia Jasa Konstruksi juga harus menyediakan sumber tenaga listrik untuk keperluan
pelaksanaan pekerjaan, kebutuhan direksi keet dan penerangan proyek pada malam hari sebagai
keamanan selama proyek berlangsung selama 24 jam penuh dalam sehari.
5.4. Pengadaan penerangan dapat diperoleh dari sambungan PLN atau dengan pengadaan Generator Set,
dan semua perijinan untuk pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi.
9
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
Pengadaan fasilitas penerangan tersebut termasuk pengadaan dan pemasangan instalasi dan
armatur, stop kontak serta saklar/panel.
Pasal 06
6.1. Penyedia Jasa Konstruksi harus membuat los kerja dan bangunan tempat untuk istirahat dan
tempat shalat bagi pekerja Penyedia Jasa Konstruksi.
6.2. Los kerja merupakan bangunan dengan luas yang cukup untuk tempat bekerja bagi tukang/pekerja
Penyedia Jasa Konstruksi dan mempunyai kondisi yang cukup baik, terlindung dari pengaruh cuaca
yang dapat menghambat kelancaran pekerjaan.
Pasal 07
KEAMANAN PROYEK
7.1. Penyedia Jasa Konstruksi harus menjamin keamanan proyek baik untuk barang- barang milik
Penyedia Jasa Konstruksi, pengawas atau pengelola proyek, serta menjaga keutuhan bangunan-
bangunan yang ada dari gangguan para pekerja Penyedia Jasa Konstruksi ataupun kerusakan
akibat pelaksanaan pekerjaan.
7.2. Penyedia Jasa Konstruksi harus menempatkan petugas-petugas keamanan selama 24 jam penuh
setiap hari, yang dibagi dalam 3 (tiga) shift, dan harus selalu mengadakan pemeriksaan pengamanan
setiap hari setelah selesai pekerjaan.
7.3. Untuk menguasai dan menjaga ketertiban bekerja para pekerjanya, setiap pekerja Penyedia Jasa
Konstruksi diharuskan mengenakan tanda pengenal khusus yang harus dipakai pada bagian badan
yang mudah terlihat oleh petugas keamanan.
7.4. Pekerja Penyedia Jasa Konstruksi tidak diijinkan menginap di lokasi kecuali petugas keamanan yang
sedang bertugas pada malam hari.
Pasal 08
8.1. Penyedia Jasa Konstruksi harus menyediakan kantor pengelola proyek lengkap dengan peralatan /
perabotan serta fasilitas-fasilitas kerja lainnya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan proyek sebagai
berikut :
8.2. Penyedia Jasa Konstruksi juga harus menyediakan alat-alat kerja pengelola proyek di lapangan,
sebagai berikut :
- Sepatu lapangan yang tahan terhadap paku, helm pengaman dan jas hujan masing- masing 5 set
- 2 (Dua) buah roll meter tape ukuran 5 meter
- Caliper/schuifmaat dan penyiku besi
10
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
8.3. Direksi keet/kantor pengeloa proyek, kantor dan gudang Penyedia Jasa Konstruksi, pompa air kerja
adalah merupakan sarana penunjang dalam pelaksanaan proyek dan merupakan yang dipakai habis
pada saat selesai pekerjaan.
Pasal 09
9.1. Penyedia Jasa Konstruksi harus membuat kantor di lokasi proyek untuk tempat bagi wakil Penyedia
Jasa Konstruksi bekerja, dilengkapi dengan peralatan kantor yang dibutuhkan.
9.2. Penyedia Jasa Konstruksi juga harus menyediakan gudang dengan luas yang cukup untuk menyimpan
bahan-bahan bangunan dan peralatan-peralatan agar terhindar dari gangguan cuaca dan
pencurian.
9.3. Penempatan kantor dan gedung Penyedia Jasa Konstruksi harus diatur sedemikian rupa, agar
mudah dijangkau dan tidak menghalangi pelaksanaan pekerjaan.
9.4 Pagar Pengaman Proyek. Untuk keamanan lapangan kerja, bila dianggap perlu Direksi / Pemilik dapat
memerintahkan kepada Kontraktor / Pemborong untuk memagari sekelilingnya sehingga aman. Biaya
untuk keperluan ini akan dimasukan didalam penawaran Pemborong. Tinggi Pagar Proyek minimum
1,80 m dari permukaan tanah dengan bahan dari seng gelombang BJLS 32 dicat, kolom setempat /
tiang pagar dari kayu Dolken / kayu Borneo ukuran 5/7, memenuhi persyaratan kekuatan dan atau
sesuai dengan peraturan Pemerintah Daerah setempat.
Pasal 10
10.1. Penyedia Jasa Konstruksi juga harus memperhitungkan biaya-biaya konsumsi untuk rapat-rapat/
pertemuan dengan pemberi tugas atau wakilnya dan tamu-tamu pemberi tugas yang
berkepentingan dengan proyek.
10.2. Unit tabung pemadam kebakaran harus ditempatkan pada setiap lantai bangunan dengan radius
kurang lebih 50 meter, di dalam direksi keet dan tempat-tempat lain yang memerlukan.
Pasal 11
PEMADAM KEBAKARAN
11.1. Selama pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa Konstruksi harus menyediakan alat pemadam
kebakaran berupa tabung pemadam kebakaran yang dapat digunakan untuk memadamkan api
akibat listrik, minyak dan gas dengan kapasitas 7 kg.
11.2. Unit tabung pemadam kebakaran harus ditempatkan pada setiap lantai bangunan dengan radius
kurang lebih 50 meter, di dalam direksi keet dan tempat-tempat lain yang memerlukan.
Pasal 12
12.1. Apabila dianggap perlu, sesuai dengan kondisi dan situasi lokasi, Penyedia Jasa Konstruksi
harus sudah memperhitungkan pembuatan jalan masuk sementara dan/atau jembatan kerja
sementara yang disetujui oleh pengawas.
11
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
12.2. Pembuatan jalan masuk atau jembatan sementara harus mengikuti peraturan dan semua
perijinan sehubungan dengan pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa
Konstruksi.
12.3. Penyedia Jasa Konstruksi harus menghindari kerusakan pada fasilitas jalan masuk yang ada dengan
mengatur trayek kenderaan yang digunakan serta membatasi/membagi beban muatan.
12.4. Kerusakan pada jalan atau benda-benda lain yang diakibatkan oleh pekerjaan Penyedia Jasa
Konstruksi, mobilisasi peralatan serta pemasukan bahan akan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa
Konstruksi dan harus segera diperbaiki.
Pasal 13
KESELAMATAN KERJA
13.1. Penyedia Jasa Konstruksi harus menjamin keselamatan kerja sesuai dengan persyaratan
yang ditentukan dalam peraturan perburuhan atau persyaratan yang diwajibkan untuk setiap bidang
pekerjaan.
13.2 Kontraktor / Pemborong berkewajiban menyediakan air minum yang bersih, sehat dan cukup di
tempat pekerjaan untuk para pekerja dan personil yang terlibat dalam proyek.
13.3 Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan, Kontraktor /
Pemborong bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan pekerja, bahan dan peralatan teknis
serta konstruksi yang diserahkan Pemberi Tugas. Dalam hal terjadinya kerusakan-kerusakan, maka
Kontraktor / Pemborong harus bertanggung jawab untuk memperbaikinya.
13.4 Apabila terjadi kecelakaan, Kontraktor / Pemborong selekas mungkin memberitahukan kepada
Konsultan Pengawas dan mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan korban kecelakaan itu.
13.5 Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor / Pemborong wajib menyediakan tabung alat
pemadam kebakaran (Fire Extinguisher) lengkap dan siap pakai, dengan jumlah sekurang-kurangnya 4
(empat) buah tabung. Masing-masing tabung berkapasitas 12 kg.
13.6 Sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja Nomor
30/KPTS/1984 dan Kep-07/Men/1984 tanggal 27 Januari 1984 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 bagi Tenaga Kerja Borongan Harian Lepas pada Kontraktor Induk
maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan proyek-proyek Departemen Pekerjaan Umum, Pihak
Kontraktor / Pemborong yang sedang melaksanakan pembangunan / pekerjaan agar ikut serta dalam
program ASTEK dan memberitahukan secara tertulis kepada Pemimpin Proyek.
13.2. Di dalam lokasi harus taersedia kotak obat pelengkap untuk pertolongan pertama pada
kecelakaan (PPPK).
Pasal 14
IZIN-IZIN
14.1. Penyedia Jasa Konstruksi harus mengurus dan memperhitungkan biaya untuk membuat izin-izin
yang diperlukan dan berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan, antara lain: izin peneringan, izin
pengambilan material, izin pembuangan, izin pengurugan, izin trayek dan pemakaian jalan, izin
penggunaan bangunan serta izin- izin lain yang diperlukan sesuai dengan ketentuan/peraturan
daerah setempat.
12
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
14.2. Biaya Izin Mendirikan Bangunan (IMB), menjadi tanggung jawab pemilik proyek, dengan
pengurusan dibantu konsultan perencana dan konsultan pengawas serta Penyedia Jasa Konstruksi.
14.3. Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh hal tersebut ayat (1) di atas menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi.
Pasal 15
DOKUMENTASI
15.1. Penyedia Jasa Konstruksi harus memperhitungkan biaya pembuatan dokumentasi serta
pengirimannya ke pemberi tugas serta pihak-pihak lain yang diperlukan.
15.2 Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai segala hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan / pekerjaan, baik bersifat teknis maupun
administratif.
15.3 Dalam pembuatan laporan tersebut, pihak Kontraktor / Pemborong harus memberikan data-data yang
diperlukan menurut data dan keadaan sebenarnya.
15.4 Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan secara rutin dibuat oleh Pengawas Lapangan dari Konsultan
Pengawas.
15.5 Laporan-laporan tersebut di atas setiap minggu dan bulannya, harus diserahkan kepada Pemimpin
Proyek untuk bahan monitoring.
15.6 Pekerjaan dokumentasi adalah :Foto-foto proyek, berwarna, minimal ukuran postcard, untuk
keperluan laporan bulanan yang dibuat oleh konsultan pengawas, dan 3 (tiga) set album yang harus
diserahkan pada serah terima pekerjaan untuk pertama kalinya.
Pasal 16
16.1.1 Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan Kontraktor / Pemborong, tetapi
karena bahan / material ataupun komponen jadi maupun mutu pekerjaannya sendiri ditolak
oleh Konsultan Pengawas / Direksi, harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas
biaya Kontraktor / Pemborong dalam waktu yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas /
Direksi.
16.1.2 Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutupi atau menjadi tidak terlihat sebelum mendapatkan
persetujuan Konsultan Pengawas, dan Kontraktor / Pemborong harus memberikan kesempatan
sepenuhnya kepada Petugas / Ahli dari Konsultan Pengawas untuk memeriksa dan mengukur
pekerjaan yang akan ditutup dan tidak terlihat.
16.1.3 Kontraktor / Pemborong harus melaporkan kepada Konsultan Pengawas kapan setiap pekerjaan
sudah siap atau diperkirakan akan siap diperiksa dan Konsultan Pengawas tidak boleh menunda waktu
pemeriksaan, kecuali apabila Konsultan Pengawas memberikan petunjuk tertulis kepada Kontraktor /
Pemborong apa yang harus dilakukan.
16.1.4 Bila permohonan pemeriksaan pekerjaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari waktu diterimanya
Surat Permohonan Pemeriksaan, tidak terhitung hari libur / hari raya) tidak dipenuhi / ditanggapi oleh
Konsultan Pengawas, maka Kontraktor / Pemborong dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian
yang seharusnya diperiksa dianggap telah disetujui oleh Konsultan Pengawas / Direksi.
13
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
16.1.5 Bila Kontraktor / Pemborong melalaikan perintah, Konsultan Pengawas / Direksi berhak menyuruh
membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki.
16.1.6 Biaya pembongkaran dan pemasangan / perbaikan kembali menjadi tanggungan Kontraktor /
Pemborong, tidak dapat di-klaim sebagai biaya pekerjaan tambah maupun alasan untuk perpanjangan
waktu pelaksanaan.
16.4 TOLERANSI
Seluruh pekerjaan yang dilaksanakan dalam Kontrak ini harus dikerjakan sesuai dengan toleransi yang
diberikan dalam spesifikasi dan toleransi lainnya yang ditetapkan pada bagian lainnya.
14
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
BAB III
PEKERJAAN TANAH
Pasal 01
KETENTUAN UMUM
1.1. Sebelum melakukan pekerjaan tanah, pemborong harus membersihkan daerah yang akan dikerjakan
dari sisa-sisa bongkaran, akar pohon maupun semak-semak serta segala perintang yang ada dalam
daerah kerja, kecuali ditentukan lain oleh pengawas.
1.2. Pemborong harus menjamin terjaganya keutuhan barang/benda atau bangunan yang telah selesai
dikerjakan dari segala macam kerusakan dan berhati-hati untuk tidak mengganggu patok pengukuran
atau tanda-tanda yang lainnya.
1.3. Perbaikan kerusakan pada barang/benda atau bangunan yang harus dijaga akibat pelaksanaan
pekerjaan akan menjadi tanggung jawab pemborong.
1.4. Pemborong harus melakukan pengukuran dan pematokan terlebih dahulu dan melaporkannya
kepada pengawas, serta meminta ijin untuk memulai pekerjaan.
1.5. Pemindahan material akibat pembongkaran puing-puing dan semua yang merintangi pekerjaan harus
dilakukan menurut peraturan.
Pasal 02
LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pendaya gunaan semua tenaga kerja, bahan-bahan, dan perlengkapan-
perlengkapan untuk semua pekerjaan penggalian, penimbunan kembali, dan pengisian/ pengurugan untuk
peninggian lantai bangunan sesuai dengan peil/elevasi yang telah ditentukan.
Pasal 03
PENGGALIAN TANAH
3.1. Semua sampah-sampah, tumbuh-tumbuhan dan bekas urugan harus dibuang. Penggalian
harus dilaksanakan sampai kedalaman sebagaimana ditentukan dalam gambar-gambar. Sebelum
pekerjaan selanjutnya dilanjutkan, maka semua pekerjaan penggalian harus disetujui pengawas.
3.2. Bilamana tidak dinyatakan lain oleh Pengawas, maka penggalian untuk pondasi harus mempunyai
lebar yang cukup (minimum 20 cm lebih lebar dari dasar pondasi) untuk dapat memasang maupun
memindahkan rangka/bekisting yang diperlukan, serta pembersihan.
3.3. Apabila terjadi kesalahan dalam penggalian sehingga dicapai kedalaman yang melebihi apa yang
tertera dalam gambar tanpa instruksi tertulis dari pengawas, maka kelebihan di atas harus diisi
kembali dengan adukan beton 1: 3 : 5 tanpa biaya tambahan.
3.4. Pemborong harus merawat tebing galian dan menghindarkan dari longsoran. Untuk itu
pemborong harus membuat penyangga/penahan tanah yang diperlukan selama masa penggalian,
karena stabilitas selama penggalian merupakan tanggung jawab pemborong.
15
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
3.5. Pada saat penggalian, pipa-pipa drainase, gas, air bersih dan kabel-kabel yang masih berfungsi harus
diamankan dan dijaga agar jangan sampai rusak atau cacat. Apabila hal tersebut dijumpai, maka
pemborong harus segera memberitahukan kepada pengawas dan mengganti semua kerusakan-
kerusakan tersebut atas biaya sendiri.
3.6. Semua galian harus diperiksa terlebih dahulu oleh pengawas sebelum pelaksanaan pekerjaan
selanjutnya. Untuk dapat melaksanakan pekerjaan selanjutnya, pemborong harus mendapat
persetujuan/ijin tertulis pengawas.
PASAL 04
4.1. Penggalian harus dilakukan dalam keadaan kering. Kontraktor bertanggung jawab untuk
merencanakan sistem pemompaan air tanah dan sudah memperhitungkan biayanya.
4.2. Pemompaan dilakukan dengan memompa sumur-sumur bor atau cara lain yang disetujui oleh
pengawas dengan memenuhi persyaratan-persyarataan berikut:
a. Permukaan air tanah yang diturunkan harus dalam keadaan terkontrol penuh setiap waktu
untuk menghindari fluktuasi yang dapat mempengaruhi kestabilan penggalian tanah.
b. Sistem yang digunakan tidak boleh mengakibatkan penaikan/penurunan tanah dasar galian
secara berlebihan.
c. Harus menyediakan filter-filter secukupnya yang dipasang disekeliling sumur yang dipompa
untuk mencegah kehilangan butir-butir tanah akibat pemompaan.
d. Air yang dipompa harus dibuang sehingga tidak mengganggu penggalian atau daerah
sekitarnya.
e. Sistem pemompaan harus memperhitungkan rencana detail dalam menghadapi bahaya
longsor pada pekerjaan dan daerah sekitarnya pada saat hujan besar.
Pasal 05
5.1. Bila tidak dicantumkan dalam gambar-gambar detail, maka pada bagian bawah pasangan Lantai
diurug dengan pasir padat minimal 5 cm atau sesuai dengan gambar dan petunjuk Pengawas. Pasir
urug yang digunakan harus dari jenis pasir pasang yang bersih/bebas dari lumpur, kotoran-
kotoran, sampah dan benda-benda organis lainnya yang dapat menyebabkan tidak sempurnanya
pemadatan.
5.2. Di bawah lapisan pasir tersebut, urugan yang dipakai adalah tanah jenis “silty clay” yang bersih
tanpa potongan-potongan bahan yang bisa lapuk, serta bahan batuan yang telah dipecahkan
(pecahan batuan tersebut maksimal 15 cm).
5.3. Pemborong wajib melaksanakan pengurugan dengan semua bahan urugan yang keras atau mutu
bahan yang terbaik dan mengajukan contoh bahan yang akan digunakan untuk mendapat
persetujuan pengawas.
5.4. Penghamparan dan pemadatan harus dilaksanakan lapis-per lapis yang tidak lebih tebal dari 20
cm (gembur) dengan alat-alat yang telah disetujui, seperti mesin penggilas getar, atau alat
tumbuk dimana standar kepadatannya dicapai pada kepadatan dimana kadar airnya 95% dari kadar
air optimal, atau “dry density” nya smencapai 95% dari dry density optimal, sesuai dengan petunjuk
pengawas.
16
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
5.5. Terhadap hasil pemadatan yang dilaksanakan, Pemborong harus mengadakan “density test”
di lapangan. Semua biaya seluruh pengujian tersebut menjadi beban Pemborong.
5.6. Bila bahan urugan apapun yang digunakan menjadi lapuk/rusak atau bila urugan yang telah
dipadatkan menjadi terganggu, maka bahan tersebut harus digali keluar dan diganti dengan bahan
yang memenuhi syarat serta dipadatkan kembali, sesuai dengan petunjuk Pengawas, tanpa adanya
biaya tambahan.
5.7. Selama dan sesudah pekerjaan pengurugan dan pemadatan, tidak dibenarkan adanya genangan air di
atas tanah atau sekitar lapangan pekerjaan. Pemborong harus mengatur pembuangan air
sedemikian rupa agar aliran air hujan atau dari sumur lain dapat berjalan lancar, baik selama ataupun
sesudah pekerjaan selesai.
5.8. Pemborong bertanggung jawab atas stabilitas urugan tanah dan pemborong harus mengganti
bagian-bagian yang rusak akibat dari kesalahan dan kelalaian pemborong atau akibat dari aliran air.
PASAL 06
PEKERJAAN PENYELESAIAN
6.1. Seluruh daerah kerja termasuk penggalian dan penimbunan harus merupakan daerah dari yang betul-
betul seragam dan bebas permukaan yang tidak merata.
6.2. Seluruh lapisan akhir, harus benar-benar memenuhi piel yang dinyatakan dalam gambar. Bila
diakibatkan oleh penurunan, timbunan memerlukan tambahan meterial yang tidak lebih dari 30
cm, maka bagian atas tersebut harus digaruk sebelum material timbunan tambahan
dihamparkan, untuk selanjutnya dipadatkan sampai mencapai elevasi dan sesuai dengan
persyaratan.
6.3. Seluruh sisa penggalian yang tidak memenuhi syarat untuk bahan pengisi/urugan, seluruh puing-
puing, reruntuhan dan sampah-sampah harus segera disingkirkan dari lokasi.
17
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
BAB IV
Pasal 01
LINGKUP PEKERJAAN
1.1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pendayagunaan semua tenaga kerja, bahan- bahan, upah dan
perlengkapan-perlengkapan untuk semua pekerjaan bore pile yang terdapat dalam gambar rencana.
Pasal 02
PENGENDALIAN PEKERJAAN
2.1. Penyedia Jasa Konstruksi harus bertanggung jawab atas instalasi semua alat yang terpasang, selubung-
selubung dan sebagainya yang tertanam dalam beton. Pengendalian pekerjaan ini tercantum pada
syarat-syarat dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI – 1971), Persyaratan Beton Struktural Untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2013) dan Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural (SNI
03- 1729-2015).
2.3. Secara umum pelaksanaan pekerjaan mengacu kepada Spesifikasi Umum Bina Marga tahun 2010 Revisi
3.
Pasal 03
BAHAN
Bore Pile yang digunanakan untuk pekerjaan ini memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Rangka Mesin Rangka mesin ini mempunyai lebar 1,80 meter dengan panjang 3,00 meter terbuat dari besi
kanal UNP.
2. Rangkaian Siku ukuran 5 cm x 5 cm dengan panjang per section 3 meter yang berfungsi sebagai line /
pengarah gear box.
3. Penggerak Bor
4. Pipa Bor / Rod
5. Mata bor
6. Katrol / Diesel Winch
7. Pompa
8. Corong Cor
9. Pipa Tremi
10. Alat Bantu (Kunci Pipa, Kunci Pas, Cangkul, Linggis, Ember, Travo Las, Gerinda Potong, gegep dan lain-lain.
11. Roller / Perakit Baja Tulangan
18
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
Pasal 04
PELAKSANAAN
4.1 Sebelum memulai pengeboran, kontraktor harus mengajukan aproval shop drawing terlebih dahulu
untuk mendapat persetujuan oleh direksi pekerjaan. Proses aproval shop drawing ini bertujuan untuk
memastikan agar jangan sampai terjadi kesalahan pada denah posisi titik-titik bore pile yang akan dibor.
Setelah aproval shop drawing mendapat persetujuan oleh direksi pekerjaan maka surveyor melakukan
pengukuran , marking dan setting out titik pile yang akan dibor.
4.2 Setelah pekerjaan marking dan setting out titik bore selesai dilakukan oleh surveyor lalu dilanjutkan
dengan pekerjaan pemasangan casing temporary. Pemasangan casing temporary ini bertujuan agar
pada saat pekerjaan pengeboran dilakukan jangan sampai terjadi keruntuhan pada permukaan tanah
yang akan dibor tersebut, Cara pemasangan casing sementara yaitu dengan menggunakan Vibrator
(Vibro-hammer) yang di pukul ke dalam tanah. Verticality di check dengan menggunakan 2 plum yang
di letakkan secara ortogonal atau spirit level jika casing kurang dari 4 m.
4.3 Sebelum memulai pekerjaan pengeboran , alat bor disetting pada titik bore pile yg sudah di marking
dan dipasang casing temporary tersebut. Pengeboran dilakukan dengan menggunakan auger, diameter
auger dan panjang kedalaman titik pile disesuaikan dengan gambar rencana atau shop drawing.
4.4 Setelah mencapai kedalaman design toe level ,alat bor auger diganti alat bor dengan dasar yang flat
(Cleaning Bucket). Cleaning bucket berfungsi untuk membersikan dasar lubang bor.
4.5 Pengukuran kedalaman lubang Bor dilakukan dengan menurunkan measuring tape sampai ke dasar
lubang bor. Di ujung measuring tape di pasang plum dengan berat yang cukup agar memastikan
measuring tape sampai ke dasar bore hole.
4.6 Steel Cage (tulangan besi) di pabrikasi di lokasi proyek. Steel cage yang sudah di pabrikasi kemudian di
turunkan ke lubang bor yang sudah selesai di bor sampai kedalaman desain toe level. Steel cage
disambung dengan alat las.
4.7 Setelah tulangan besi (steel cage) diturunkan ke dasar lubang ,lalu dilanjutkan dengan setting pipa tremi
untuk persiapan pekerjaan pengecoran.Pemasangan pipa tremi ini bertujuan agar di saat pengecoran
beton segar tidak bercampur dengan tanah.
4.8 Metode casting / pengecoran adalah dengan menggunakan pipa tremi. Ready mix dituang melalui
bucket yang berbentuk pipa corong. Panjang pipa tremi disesuaikan dengan kedalaman dasar lubang
bor. Sebelum ready mix dituang terlebih dahulu air di tuang ke dalam corong untuk melancarkan aliran
ready mix dalam pipa tremi. Casting akan dihentikan jika concrete sudah 1 m diatas cut off level. Selama
pengecoran pipa tremi akan dipotong secara bertahap, tetapi tetap di jaga agar pipa tremi minimal 2 m
tertanam di bawah concrete level .
Pasal 05
5.1. Apabila diperlukan, direksi pekerjaan dapat memerintahkan pelaksanaan tiang uji untuk
mengetahui dengan pasti kedalaman dan daya dukung dari pondasi.
5.2. Percobaan pembebanan statis harus dilakukan dengan cara yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Penyedia Jasa harus menyerahkan detail gambar peralatan pembebanan yang akan
digunakannya kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapat persetujuan.
19
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
5.3 Peralatan tersebut harus dibuat sedemikian hingga memungkinkan penambahan beban tanpa
menyebabkan getaran terhadap tiang uji. Pelaksanaan pengujian Static Loading Test mengacu pada
Standar ASTM (D 1143 - 81 (Reapproved 1994) Standard Test Method for Piles Under Static Axial
Compressive Load).
5.4. Untuk mengetahui daya dukung tiang digunakan metode Pile Driving Analyzer (PDA), alat yang
digunakan harus mampu merekam dengan baik regangan pada tiang dan pergerakan relatif
(relative displacement) yang terjadi antara tiang dan tanah di sekitarnya akibat impact yang
diberikan. Pengujian dinamis ini mengacu pada ASTM D 4945-00 Standard Test Method forHigh-
Strain Dynamic Testing of Piles.
20
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
BAB V
PEKERJAAN BETON
Pasal 01
KETENTUAN UMUM
1.1. Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah teknik dan syarat pelaksanaan beton secara
umum menjadi kesatuan dalam bagian buku persyaratan teknis ini. Kecuali ditentukan lain dalam
buku persyaratan teknis ini, maka semua pekerjaan beton harus sesuai dengan standar di bawah ini :
1.2. Penyedia Jasa Konstruksi harus melaksanakan pekerjaan ini dengan ketepatan dan kesesuaian yang
tinggi menurut persyaratan teknis ini, gambar rencana dan instruksi- instruksi yang tidak memenuhi
syarat harus dibongkar dan diganti atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi sendiri.
1.3. Semua material harus baru dengan kualitas yang terbaik sesuai dengan p ersyaratan dan disetujui
oleh pengawas, dan pengawas berhak meminta diadakan pengujian bahan-bahan tersebut dan
Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung jawab atas segala biayanya. Semua material yang tidak
disetujui oleh pengawas harus segera dikeluarkan dari lokasi proyek.
Pasal 02
LINGKUP PEKERJAAN
2.1. Kecuali disebutkan lain, pelaksanaan pekerjaan beton struktural harus menggunakan
beton ready mix. Pelaksanaan pekerjaan beton dengan menggunakan metode konvensional harus
terlebih dahulu mendapat persetujuan owner dan konsultan pengawas.
2.2. Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pendayagunaan semua tenaga kerja, bahan- bahan, upah dan
perlengkapan-perlengkapan untuk semua pekerjaan beton/beton bertulang yang terdapat dalam
gambar rencana.
2.3. Pengadaan, detail, pabrikasi dan pemasangan semua penulangan dan bagian-bagian dari pekerjaan
lain yang tertanam dalam beton.
2.4. Perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran acuan beton, penyelesaian dan pemeliharaan
beton dan semua jenis pekerjaan yang menunjang pekerjaan beton.
Pasal 03
PENGENDALIAN PEKERJAAN
3.1. Penyedia Jasa Konstruksi harus bertanggung jawab atas instalasi semua alat yang terpasang,
selubung-selubung dan sebagainya yang tertanam dalam beton. Pengendalian pekerjaan ini
tercantum pada syarat-syarat dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI – 1971), Persyaratan Beton
Struktural Untuk Bangunan Gedung (SNI03-2847-2013) dan Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung
Baja Struktural (SNI 03-1729-2015).
23
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
3.2. Ukuran-ukuran (dimensi) dari bagian-bagian beton bertulang yang tercantum dalam gambar-gambar
rencana pelaksanaan arsitektur adalah ukuran-ukuran dalam garis besar. Ukuran-ukuran yang tepat,
begitu pula besi penulangannya ditetapkan dalam gambar-gambar struktur konstruksi beton
bertulang. Jika terdapat selisih dalam ukuran antara kedua macam gambar itu, maka ukuran
yang berlaku harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Pengawas untuk mendapatkan
ukuran sesungguhnya.
3.3. Jika karena keadaan pasaran penulangan perlu diganti guna kelangsungan pelaksanaan,
maka jumlah luas penampang tidak boleh berkurang dengan memperhatikan syarat-syarat lainnya
yang termuat dalam Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-
2013) dan Baja Tulangan Beton (SNI 07-2052-2014) dan harus mendapatkan persetujuan Pengawas.
Pasal 04
BAHAN-BAHAN
a. Semen Portland harus memenuhi persyaratan Standard International atau Standar Nasional
Indonesia (SNI) untuk butir pengikat awal, kekekalan bentuk, kekuatan tekan aduk dan susunan
kemia. Semen yang cepat mengeras hanya boleh digunakan jika atas petunjuk Pengawas.
Semen yang digunakan untuk seluruh pekerjaan pondasi dan beton harus dari satu merk saja
yang disetujui Pengawas.
b. Penyedia Jasa Konstruksi harus mengirim surat pernyataan pabrik yang menyebutkan
type, kualitas dari semen yang digunakan.
c. Penyimpanan semen harus dilaksanakan dalam tempat penyimpanan dan dijaga agar semen
tidak lembab, dengan lantai terangkat bebas dari tanah dan ditumpuk sesuai dengan syarat
penumpukan semen dan menurut urutan pengiriman. Semen yang telah rusak karena terlalu
lama disimpan sehingga mengeras atau tercampur bahan lain, tidak boleh digunakan dan harus
disingkirkan dari tempat pekerjaan. Semen harus dalam zak-zak yang utuh dan terlindung baik
dari pengaruh cuaca, dengan ventilasi secukupnya dan dipergunakan sesuai dengan urutan
pengiriman.
- Jenis dan syarat campuran agregat harus memenuhi syarat-syarat dalam Tata
Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002) dan
Baja Tulangan Beton (SNI 07-2052-2002), Bab 3.
- Mutu Pasir
Butir-butir tajam, keras, bersih dan tidak mengandung lumpur dan bahan-bahan
organis.
- Ukuran
Sisa di atas ayakan 4 mm harus minimal 2 % berat ; Sisa di atas ayakan 2 mm
harus minimal 10 % berat ; Sisa di atas ayakan 0,25 mm harus berkisar antara 80%-
90% berat.
- Mutu
Butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, jumlah butir-butir pipih maksimal
20% berat ; tidak pecah atau hancur serta tidak mengandung zat-zat reaktif alkali.
24
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
- Ukuran
Sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus 0 % berat ; Sisa di atas ayakan 4 mm, harus
berkisar antara 90 % - 98 % berat, selisir antara sisa-sisa kumulatif di atas dua
ayakan yang berurutan, adalah maksimal 60 % dan minimal 10 % berat.
- Penyimpanan
Pasir dan kerikil atau batu pecah harus disimpan sedemikian rupa sehingga
terlindung dari pengotoran oleh bahan-bahan lain.
2. Air
a. Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam,
alkali, garam-garam, bahan organis atau bahan lain yang dapat merusak beton serta baja
tulangan atau jaringan kawat baja. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat
diminum.
b. Pengawas dapat memerintahkan untuk diadakan pengujian contoh air di lembaga
pemeriksaan bahan-bahan yang diakui apabila terdapat αkeragu- raguan mengenai
mutu air tersebut. Biaya pengujian contoh air tersebut untuk keperluan pelaksanaan
proyek ini adalah sepenuhnya menjadi tanggungan Penyedia Jasa Konstruksi.
3. Pembesian/Penulangan
a. Baja tulangan harus memenuhi persyaratan SNI, dengan tegangan leleh (αα = 4000
kg / cm 2) atau Baja U – 40. Untuk diameter ≥ 10 MM dan tegangan leleh (αα =
4000 kg / cm 2) atau baja U-24 untuk diameter < 10 MM.
b. Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara sedemikian rupa sehingga
bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab ataupun basah. Juga besi
penulangan harus disimpan rata (Round Bars) harus sesuai dengan persyaratan
yang sudah tertera dalam SNI.
c. Besi yang akan digunakan harus bebas dari karat dan kotoran lain.
Apabila terdapat karat pada bagian permukaan besi, maka besi harus di bersihkan
dengan cara disikat atau digosok tanpa mengurangi diameter penampang besi, atau
menggunakan bahan cairan sejenis “Vikaoxy off” produksi yang telah memenuhi
standart atau yang setara dan disetujui Pengawas.
d. Pengawas dapat memerintahkan untuk diadakan pengujian terhadap beton cor di
tempat yang akan digunakan ; dan bahan yang diakui serta yang disetujui Pengawas.
Semua biaya sehubungan dengan pengujian tersebut di atas sepenuhnya menjadi
tanggungan Penyedia Jasa Konstruksi.
e. Apabila baja tulangan yang digunakan telah distel di pabrik dan perlu penyambungan
yang berbeda antara penulangan di lapangan dengan ketentuan dari pabrik pembuat,
maka harus atas persetujuan Pengawas.
4. Kawat Pengikat
5. Bahan Additive
25
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
Pasal 05
ADUKAN BETON
5.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan beton, harus dilakukan terlebih dahulu “Mix Design” untuk
mengetahui perbandingan bahan adukan beton. Pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum diperiksa dan
disetujui pengawas. Semua biaya pengujian tersebut menjadi beben Penyedia Jasa Konstruksi.
5.2. Adukan beton untuk pekerjaan struktur bangunan menggunakan beton ready mix (siap pakai)
dengan mutu beton:
5.3. Adukan beton untuk pekerjaan non structural (lantai kerja, pondasi batu kali) menggunakan
mutu beton K-100 dan K-175.
Pasal 06
6.1. Penyedia Jasa Konstruksi harus terlebih dahulu mengajukan gambar-gambar rencana cetakan dan
acuan untuk mendapatkan persetujuan Pengawas, sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan. Dalam
26
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
gambar-gambar tersebut harus secara jelas terlihat konstruksi cetakan atau acuan, sambungan-
sambungan dan kedudukan serta sistem rangkanya.
6.2. Cetakan dan acuan untuk pekerjaan beton harus memenuhi persyaratan dalam SNI.
6.3. Acuan harus direncanakan agar dapat memikul beban-beban konstruksi dan getaran- getaran yang
ditimbulkan oleh peralatan penggetar. Defleksi maksimal dari cetakan dan acuan antara
tumpuannya harus dibatasi sampai 1/400 bentang antara tumpuan tersebut.
6.4. Pembongkaran cetakan dan acuan harus dilaksanakan sedemikian agar keamanan konstruksi tetap
terjamin dan disesuaikan dengan persyaratan SNI.
6.5. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari pengawas, atau jika umur beton
telah melampaui waktu sebagai berikut :
6.6. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak menyebabkan
cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton yang tidak sesuai dengan gambar
rencana, Penyedia Jasa Konstruksi wajib mengadakan perbaikan atau pembetulan kembali.
6.7. Cetakan untuk pekerjaan kolom dan pekerjaan beton lainnya harus menggunakan papan tebal
minimal 2,5 cm atau multliptek 18 mm, balok 5/7, 6/10, 8/10 dan dolken diameter 8-12 cm, dapat
digunakan dari mutu kayu Klas II.
Pasal 07
PELAKSANAAN
7.1. Proporsi
Kecuali disebut lain, maka campuran dari beton harus sedemikian sehingga mencapai kekuatan
kubus 28 hari sebesar yang disyaratkan pada SNI.
7.2. Slump
Nilai yang diijinkan untuk beton dalam keadaan mix yang normal adalah 7,5–10 cm dan
disesuaikan terhadap mutu beton yang disyaratkan. Slump yang terjadi diluar batas tersebut harus
mendapatkan persetujuan Pengawas.
Sebelum melanjutkan pengecoran pada beton yang telah mengeras, maka permukaanya
harus dibersihkan dan dikasarkan terlebih dahulu. Cetakan harus dikencangkan kembali dan
permukaan sambungan disiram dengan bahan “Bonding Agent” untuk maksud tersebut dengan
persetujuan Pengawas.
Pasal 08
8.1. Bila tidak disebutkan lain, tebal penutup beton minimal adalah 2,5 cm.
27
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
8.2. Untuk beton yang bersentuhan langsung dengan tanah atau tertimbun tanah, tebal penutup
beton minimal 7 cm.
8.3. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton, untuk itu
tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari beton dengan mutu paling sedikit
sama dengan mutu beton yang akan dicor.
8.4. Penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang
sebanyak minimal 4 (empat) buah setiap meter persegi cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan
jarak tersebar merata.
Pasal 09
9.1. Penyedia Jasa Konstruksi harus memberitahukan pengawas selambat-lambatnya 2 (Dua) hari
sebelum pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan untuk melaksanakan pengecoran beton
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan baja tulangan serta bukti
bahwa Penyedia Jasa Konstruksi akan dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan.
9.2. Beton harus dicor sesuai dengan persyaratan dalam Struktur Bangunan Gedung. Bila tidak disebutkan
lain atau persetujuan Pengawas, tinggi jatuh dari beton yang dicor jangan melebihi 1,5 m.
9.3. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus bersih dan bebas dari
kotoran dan bagian beton yang lepas. Bagian-bagian yang akan ditanam dalam beton sudah harus
terpasang (pipa-pipa untuk instalasi listrik, Plumbing dan perlengkapan lainnya).
9.4. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus sudah dibasahi dengan
air sampai jenuh dan tulangan harus sudah terpasang dengan baik. Bidang-bidang beton lama yang
akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang
lepas.
9.5. Waktu pengangkutan harus diperhitungkan dengan cermat, sehingga waktu antara pengadukan
dan pengecoran tidak lebih dari 1 (satu) jam dan tidak terjadi perbedaan pengikatan yang mencolok
antara beton yang sudah dicor dan akan dicor.
9.6. Apabila waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan melebihi waktu yang telah ditentukan,
maka harus dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan (Retarder) dengan persetujuan
pengawas.
9.7. Adukan tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampur air pada semen dan agregat telah
melampaui 1,5 jam; dan waktu ini dapat berkurang, bila pengawas menganggap perlu berdasarkan
kondisi tertentu.
9.8. Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindarkan terjadinya pemisahan
material (Segresi) dan perubahan letak tulangan. Cara penuangan dengan alat-alat bantu seperti
talang, pipa, chute dan sebagainya harus mendapat persetujuan pengawas dan alat-alat
tersebut harus bersih dan bebas dari sisa-sisa beton yang mengeras.
Pasal 10
PEMADATAN BETON
28
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
10.1. Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan guna pengangkutan
dan penuangan beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat beton yang padat tanpa perlu
penggetaran secara berlebihan.
10.2. Pemadatan beton seluruhnya harus dilaksanakan dengan Mechanical Vibrator dan dioperasikan
oleh orang yang berpengalaman. Penggetaran dilakukan secukupnya agar tidak terjadi Over
Vibration dan tidak diperkenankan melakukan penggetaran dengan maksud untuk mengalirkan beton.
Hasil beton harus merupakan massa yang utuh, bebas dari lubang-lubang segresi atau keropos.
10.3. Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan alat penggetar yang
mempunyai frekuensi tinggi untuk menjamin pengisian beton dan pemadatan beton yang baik. Alat
penggetar tidak boleh disentuh pada tulangan yang telah masuk pada beton yang telah mulai
mengeras.
Pasal 11
11.1. Tidak diperkenankan untuk menanam pipa dan lain-lain dalam bagian-bagian struktur beton
bila tidak ditunjukkan secara detail dalam gambar. Dalam beton perlu dipasang selongsong pada
tempat-tempat yang dilewati pipa.
11.2. Bila tidak ditentukan secara detail atau ditunjukkan dalam gambar/petunjuk pengawas tidak
dibenarkan untuk menanam saluran listrik dalam struktur beton.
11.3. Semua bagian atau peralatan yang ditanam dalam beton seperti angkur-angkur, kait dan pekerjaan
lain yang ada hubungannya dengan pekerjaan beton, harus sudah di pasang sebelum pengecoran
beton dilaksanakan.
11.4. Bagian-bagian atau peralatan tersebut harus dipasang dengan tepat pada posisinya dan diusahakan
agar tidak bergeser selama pengecoran beton dilakukan.
11.5. Penyedia Jasa Konstruksi utama harus memberitahukan serta memberi kesempatan kepada pihak
lain untuk memasang bagian/peralatan tersebut sebelum pengecoran beton dilaksanakan.
11.6. Rongga-rongga kosong atau bagian-bagian yang harus tetap kosong pada benda atau peralatan yang
akan ditanam dalam beton, yang mana rongga tersebut harus tidak terisi beton, harus ditutupi bahan
lain yang mudah dilepas nantinya setelah pelaksanaan pengecoran beton.
Pasal 12
12.1. Pengujian mutu beton mengacu kepada Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan
Gedung (SNI 03-2847-2013).
12.2. Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian sejumlah benda uji kubus beton 15 x 15 x 15 cm
atau silinder sesuai standar SNI.
12.3. Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian “slump”, dimana nilai slump harus dalam
batas-batas yang disyaratkan dalam SNI.
12.4. Pengujian compresive strength untuk beton dilaksanakan sesuai ASTM dan SNI di laboratorium
yang disetujui Pengawas.
29
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
12.5. Mengenai pengambilan contoh/sampel/spesimen untuk benda uji dilaksanakan secara berkala,
paling sedikit setiap 5 m beton yang diproduksi atau pada pekerjaan beton dengan volume kurang
dari 5 m3, pengujian dilaksanakan pada setiap item pekerjaan beton.
12.7. Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung jawab sepenuhnya terhadap biaya pengujian beton dan
biaya yang ditimbulkan akibat tidak dapat diterimanya mutu beton tersebut.
12.9. Pengawas dapat meminta pemeriksaan lanjutan yang dilakukan dengan menggunakan
concrete gun atau kalau perlu dengan core drilling untuk meyakinkan penilaian terhadap kualitas
beton yang sudah ada. Biaya pekerjaan serupa ini sepenuhnya menjadi tanggungan Penyedia Jasa
Konstruksi.
Pasal 13
PERAWATAN BETON
13.1. Secara umum harus memenuhi persyaratan dalam standarisasi bangunan gedung.
13.2. Beton setelah dicor harus dilindungi terhadap preoses pengeringan yang belum saatnya dengan
cara mempretahankan kondisi dimana kehilangan kelembaban adalah minimal dan suhu yang
konstan dalam jangka waktu yang diperlukan untuk preoses hydrasi semen serta pengerasan beton.
13.3. Perawatan beton segera dimulai setelah pengecoran beton selesai dilaksanakan dan harus
berlangsung terus menerus selama paling sedikit 2 (dua) minggu jika tidak ditentukan lain. Suhu
beton pada awal pengecoran harus dipertahankan supaya tidak melebihi 30° C.
13.4. Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan beton pun harus tetap dalam keadaan basah.
Apabila cetakan dan acuan beton dibuka sebelum selesai masa perawatan maka selama sisa
waktu tersebut pelaksanaan perawatan tetap dilakukan dengan membasahi permukaan beton terus
menerus dengan menutupinya dengan karung-karung basah atau dengan cara lain yang disetujui
Pengawas.
13.5. Cara pelaksanaan perawatan serta alat dipergunakan harus mendapat persetujuan dulu dari
Pengawas.
Pasal 14
CACAT-CACAT PEKERJAAN
14.1. Bila penyelesaian pekerjaan, bahan yang digunakan atau keahlian dalam pengerjaan setiap bagian
pekerjaan tidak memenuhi persyaratan-persyaratan yang tercantum dalam Persyaratan Teknis,
maka bagian pekerjaan tersebut harus digolongkan sebagai cacat pekerjaan.
14.2. Semua pekerjaan yang digolongkan demikian harus dibongkar dan diganti sesuai dengan yang
dikehendaki oleh Pengawas. Seluruh pembongkaran dan pemulihan pekerjaan yang digolongkan
cacat tersebut serta semua biaya yang timbul akibat hal itu. Seluruhnya menjadi tanggungan
Penyedia Jasa Konstruksi.
30
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
BAB VI
Pasal 01
KETENTUAN UMUM
1.1. Persyaratan-persyaratan konstruksi baja profil, istilah teknik dan syarat pelaksanaan baja profil
secara umum menjadi kesatuan dalam bagian buku persyaratan teknis ini. Kecuali ditentukan lain
dalam buku persyaratan teknis ini, maka semua pekerjaan harus sesuai dengan standar di bawah ini :
- Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983, NI-3 PBUBB (1970) dan lain-lain kecuali
ada hal-hal yang khusus.
- AISC “Specification for Fabrication and erection” 12 Pebruari 1981.
- Semua pekerjaan baut pada bangunan ini juga harus memenuhi syarat dari AISC “Specification for
Structural Joints Bolts”.
- Semua pekerjaan las harus mengikuti “American Welding Society for Arc Welding in Builiding
Construction Section”.
1.2. Penyedia Jasa Konstruksi harus melaksanakan pekerjaan ini dengan ketepatan dan kesesuaian yang
tinggi menurut persyaratan teknis ini, gambar rencana dan instruksi- instruksi yang tidak memenuhi
syarat harus dibongkar dan diganti atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi sendiri.
1.3. Semua material harus baru dengan kualitas yang terbaik sesuai dengan p ersyaratan dan disetujui
oleh pengawas, dan pengawas berhak meminta diadakan pengujian bahan-bahan tersebut dan
Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung jawab atas segala biayanya. Semua material yang tidak
disetujui oleh pengawas harus segera dikeluarkan dari lokasi proyek.
Pasal 02
LINGKUP PEKERJAAN
Yang termasuk pekerjaan struktur baja adalah seluruh pekerjaan atap baja sesuai dengan gambar-gambar
pelaksanaan, termasuk didalamnya tapi tidak terbatas pada :
2.1. Pekerjaan pengadaan dari semua peralatan, perlengkapan, tenaga serta bahan- bahan seperti pelat,
profil, baut, angker dan lain-lain menurut kebutuhan sesuai dengan gambar kerja dan persyaratan-
persyaratan teknis pelaksanaan.
2.2 Pekerjaan pembuatan bagian-bagian konstruksi kolom dan ring balok, sambungan-sambungan,
pengelasan baik las sudut maupun las penuh, sambungan dengan baut dan lain-lain sesuai dengan
gambar kerja dan persyaratan teknis pelaksanaan.
Pasal 03
BAHAN-BAHAN
3.1. Mutu baja yang digunakan untuk seluruh konstruksi baja adalah baja BJ-37 dengan tegangan dasar 1600
Kg/Cm2. Seluruh profil baja yang digunakan sesuai dengan persyaratan bahan dan harus mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana serta dilampiri sertifikat dari pabrik
pembuat profil baja tersebut
31
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
3.2. Elektroda las yang digunakan sesuai dengan persyaratan bahan dan harus mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas / Perencana, harus disimpan pada tempat terlindung yang
menjamin komposisi dan sifat-sifat lain dari bahan elektroda tersebut tidak berubah. Bahan las
yang digunakan dari kelas E 6012 AWS dan harus dijaga agar selalu dalam keadaan baik dan kering.
3.3. Semua bahan konstruksi baja yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan Peraturan Umum Bahan
Bangunan (PUBB 1982) dan harus memenuhi standar ASTM A-36.
3.4 Bahan-bahan yang dipakai untuk pekerjaan baja harus diperoleh dari Supplier
/ Distributor yang dikenal dan disetujui Konsultan Perencana / Konsultan
Pengawas.
3.5 Semua bahan-bahan harus lurus, tidak cacat dan tidak ada karatnya.
Penampang-penampang (profil) yang tepat, bentuk, tebal, ukuran, berat dan detail-detail konstruksi
yang ditunjukkan pada gambar harus disediakan.
Pasal 04
PERSYARATAN TEKNIS
4.1. Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap semua ukuran-ukuran yang
tercantum pada gambar kerja.
4.2. Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk melengkapi gambar detail / sambungan dari bagian-
bagian konstruksi baja yang tidak / belum tercantum
dalam gambar kerja, untuk mendapat persetujuan Konsultan Pengawas sebelum memulai
pekerjaan tersebut..
4.3. Perubahan bahan atau detail karena alasan-alasan tertentu, harus diajukan dan
diusulkan pada Konsultan Pengawas / Perencana untuk mendapat persetujuan.
4.4 Semua perubahan-perubahan yang disetujui dapat dilaksanakan tanpa ada biaya tambahan yang
mempengaruhi kontrak.
4.5 Kontraktor bertanggung jawab terhadap semua kesalahan-kesalahan detailing, fabrikasi dan
ketepatan penyetelan / pemasangan semua bagian- bagian dari konstruksi baja.
4.6 Seluruh pekerjaan struktur baja harus di-fabrikasi di workshop, kecuali untuk bagian-bagian pekerjaan
yang tidak memungkinkan untuk dikerjakan di workshop sehingga harus dikerjakan di lapangan.
4.7 Semua rivet dan baut baik yang dikerjakan di workshop maupun di lapangan harus selalu memberikan
kekuatan yang sebenarnya dan masuk tepat pada lubang rivet atau baut tersebut.
4.8 Pekerjaan perubahan dan pekerjaan tambahan di lapangan pada waktu pemasangan yang
diakibatkan oleh kekurang-telitian atau kelalaian Kontraktor, harus diganti dan dilaksanakan atas
biaya Kontraktor.
4.9 Kekurang-tepatan pemasangan karena kesalahan fabrikasi harus dibetulkan, diperbaiki atau diganti
dengan yang baru dan semua biaya untuk ini harus ditanggung oleh Kontraktor.
4.10 Kontraktor dapat diminta untuk memberikan surat keterangan tentang pengujian oleh pabrik
(laboratorium) untuk bahan konstruksi baja yang digunakan.
4.11 Setelah pengujian bahan dilakukan, maka hasil testing tersebut harus diberikan kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan terhadap bahan tersebut.
32
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
4.12 Pekerjaan baja harus dilaksanakan sesuai dengan keterangan-keterangan yang tertera dalam gambar,
lengkap dengan penyangga-penyangga, alat untuk memasang dan menyambungnya, pelat-pelat siku
peralatan penunjang untuk presisi dari komponen maupun pekerjaannya sendiri.
4.13 Pekerjaan harus berkualitas kelas I, semua pekerjaan ini harus diselesaikan bebas dari puntiran,
tekanan dan harus dikerjakan dengan teliti untuk menghasilkan tampak yang rapi sekali.
4.14 Semua perlengkapan atau barang-barang / pekerjaan lain yang diperlukan demi kesempurnaan
pemasangan, walaupun tidak secara khusus diperlihatkan dalam gambar atau dipersyaratkan disini,
harus diadakan / disediakan, kecuali jika dipersyaratkan lain.
4.15 Konstruksi baja yang telah dikerjakan tetapi belum dilakukan pengecatan, harus segera dilindungi
terhadap pengaruh-pengaruh udara, hujan dan lain- lain dengan cara yang memenuhi syarat.
4.16 Sebelum bagian-bagian dari konstruksi dipasangkan dimana semua bagian yang perlu sudah diberi
lubang dan sudah dibersihkan dari karat, maka bagian-bagian itu harus diperiksa dalam keadaan
tidak cacat.
Pasal 05
PERSYARATAN PELAKSANAAN
5.1. Pengelasan
5.1.1 Pengelasan harus dikerjakan oleh tenaga ahli yang berpengalaman. Kontraktor wajib
menyerahkan sertifikat keakhlian dari masing-masing tukang lasnya. Sertifikat kelas A untuk tenaga
ahli yang mengerjakan bagian-bagian sekunder konstruksi.
5.1.2 Kekuatan bahan las yang dipakai minimal harus sama dengan kekuatan baja yang dipakai. Bahan las
yang dipergunakan dari tipe E 6010 untuk posisi pengelasan plat horizontal dan overhead, serta tipe
E 6012 dan E 6013 untuk posisi pengelasan plat, dan harus dijaga agar supaya selalu dalam keadaan
baik dan kering.
5.1.3 Pekerjaan las harus dilakukan di bengkel (pabrik) atau bebas angin dan dalam keadaan kering. Baja
yang sedang dikerjakan harus ditempatkan sedemikian rupa, sehingga pekerjaan las dapat dilakukan
dengan baik dan teliti.
5.1.4 Pemberhentian las, harus pada tempat yang ditentukan dan harus dijamin tidak akan berputar atau
membengkok.
5.1.5 Setelah pengelasan, maka sisa-sisa / kerak-kerak las harus dibuang dan dibersihkan dengan baik.
5.1.6 Semua pengerjaan pengelasan harus dikerjakan dengan rapi dan tanpa menimbulkan kerusakan-
kerusakan pada bahan bajanya.
5.1.7 Pengelasan harus menjamin pengaliran yang rata dari cairan elektroda tersebut.
5.1.8 Teknik cara pengelasan yang dipergunakan harus memperlihatkan mutu dan kualitas dari las yang
dikerjakan.
33
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
5.1.9 Permukaan dari bagian yang akan di-las harus bebas dari kotoran, cat, minyak, karat dan kotoran
dalam ukuran kecilpun harus dibersihkan, bahan yang akan di-las juga harus bersih dari aspal.
5.1.10 Peralatan yang dipergunakan untuk mengelas harus memakai tipe yang sesuai dengan yang
dibutuhkan, sehingga penyambungan dengan las dapat memuaskan. Mesin las tersebut harus
mencapai kapasitas 24 – 40 Volt dan 200 – 400 Ampere.
5.1.11 Perbaikan las. Bila pekerjaan las ternyata memerlukan perbaikan, maka hal ini harus dilakukan
sebagaiamana diperintahkan oleh Konsultan Pengawas. Biaya perbaikan las ini menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
5.2.1 Sambungan-sambungan yang dibuat harus dapat memikul gaya-gaya yang bekerja, selain berguna
untuk tempat pengikatan dan untuk menahan lenturan batang.
5.2.2 Lubang baud harus lebih besar 0,5 mm daripada diameter luar baud. Jika baud dikerjakan di
workshop, maka cara melubangi boleh langsung dengan alat pengerat. Semua pelubangan /
pengeboran untuk baud harus dapat dikerjakan sesudah bagian-bagian / profil-profil yang akan
berhubungan tersebut dikerjakan.
5.2.3 Daerah-daerah yang berbatasan antara profil dengan lubang baud dan baud itu sendiri harus dapat
memikul gaya-gaya dan dapat dengan cepat meneruskan gaya tersebut.
5.2.4 Pengujian pekerjaan sambungan baud dan las. Untuk sambungan baud dan las dilakukan pemeriksaan
visual kecuali pengelasan dengan Full Penetration harus dilakukan dengan X-ray test, sebanyak 2
(dua) titik pengetesan. Pemeriksaan dilakukan dengan random testing. Untuk pekerjaan las dan
pengujian yang tidak memenuhi syarat harus diulangi kembali hingga memenuhi persyaratan.
Biaya X-ray test ditanggung oleh Kontraktor.
5.3.1 Melengkungkan dalam keadaan dingin hanya boleh dilakukan pada bagian non struktural. Untuk
melengkungkan harus digunakan gilingan lengkung. Melengkungkan plat dalam keadaan dingin
menurut suatu jari-jari tidak boleh lebih kecil dari 3 (tiga) kali tebal plat. Hal ini berlaku pula untuk
batang-batang di bidang plat badannya.
5.3.2 Melengkungkan batang menurut jari-jari yang kecil harus dilakukan dalam keadaan panas segera
setelah bahan yang dipanaskan tersebut menjadi merah tua. Tidak diperkenankan melengkungkan
dan memukul dengan martil bilamana bahan tersebut tidak dalam kondisi menyala merah tua lagi.
Pasal 06
PEMASANGAN
6.1 Pemasangan rangka-rangka baja tidak boleh bergeser lebih dari 2 mm. dari Asnya. Kemudian juga
elemen-elemen vertikal harus tegak lurus dengan bidang permukaan lantai.
6.2. Kontraktor diwajibkan untuk menjaga supaya bagian-bagian konstruksi yang tertumpuk di lapangan
tetap dalam keadaan baik seperti pada saat pelaksanaan pembuatan konstruksi tersebut.
6.3. Kontraktor harus menjaga konstruksi yang tertumpuk di lapangan, agar jangan rusak karena
perubahan cuaca.
34
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
Pasal 07
7.1. Seluruh profil baja harus dibersihkan dari permukaan korosi (karat) dan kotoran-kotoran ataupun
minyak-minyak, dengan menggunakan sikat baja atau sandblasting, sampai permukaannya
memperoleh warna metalic yang merata.
7.2. Segera setelah dibersihkan, sebelum profil-profil baja dipasang di workshop, seluruh permukaannya
harus cepat-cepat di cat dengan meni (red oxide) yang tebalnya 30 – 35 micron. Cat dasar ini harus
betul-betul merata untuk seluruh permukaan profil.
7.3. Cat dasar yang tidak baik harus dibuang / dibersihkan sama sekali, disikat kawat, digosok, dan setelah
bersih segera dicat dasar lagi seperti yang telah diuraikan. Cat dasar dilaksanakan 2 (dua) kali
pengecatan dan dipakai produksi DANAPAINT.
7.5. Pengecatan harus dilakukan sesuai dengan instruksi yang dikeluarkan oleh pabrik dan mengikuti
petunjuk Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuannya.
35
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
BAB VII
Pasal 01
LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat- alat bantunya yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan pasangan batu bata pada dinding, pasangan rooster, dan lain-lain
sesuai gambar detail dan petunjuk Pengawas.
Pasal 02
BAHAN- BAHAN
Pasal 03
PELAKSANAAN
3.1. Batu bata merah yang digunakan batu bata setempat dengan kualitas terbaik yang disetujui
Pengawas, yaitu siku dan sama ukurannya.
3.2. Sebelum digunakan batu bata harus direndam dalam bak air atau drum hingga jenuh.
3.3. Setelah bata terpasang dengan adukan, naad/siar-siar harus dikerok sedalam 1 cm dan dibersihkan
dengan sapu lidi dengan kemudian disiram air.
3.4. Pemasangan dinding bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri dari (maksimal) 24 lapis setiap hari,
diikuti dengan cor kolom prektis.
3.5. Bidang dingding bata ½ (setengah) batu yang luasnya lebih besar dari 12 m2 harus ditambah kolom
dan balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran 13 x 13 cm, dengan 4 buah tulangan pokok
berdiameter 12 mm, beugel diameter 8–20 cm, jarak antara kolom maksimal 4 m.
3.6. Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan beton (kolom) harus
diberi penguat stek-stek besi beton diameter 8 mm. Jarak 40 cm, yang terlebih dahulu ditanam
dalam pasangan bata minimal 30 cm, kecuali ditentukan lain.
3.7. embuatan lubang pada pasangan bata merah yang patah dua melebihi dari dua tidak boleh
digunakan.
36
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
3.8. Pasangan batu bata merah untuk dinding ½ (setengah) batu harus menghasilkan dinding finish
setebal 15 cm dan untuk dinding 1 (satu) batu finish adalah 25 cm. Pelaksanaan pasangan harus
cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.
3.9. Pada bagian/daerah sekitar toilet dan lain-lain yang membutuhkan penempatan barang-barang
yang digantungkan pada dinding, maka di dalam dinding bagian- bagian tersebut harus dipasang
perkuatan yang dibuat dari besi beton secara vertikal dan horizontal, yang dihubungkan/disambung
dengan las.
3.10. Pemasangan besi beton perkuatan dinding tersebut harus disetujui terlebih dahulu oleh Pengawas
mengenai tempat dan ukurannya.
3.11. Kelos-kelos yang dibutuhkan dapat ditanam dalam dinding dengan angkur.
3.12. Pemasangan dinding rooster semen seperti pada pemasangan dinding bata dan perletakannya
sesuai dengan gambar pelaksanaan atau atas petunjuk Pengawas, sedangkan untuk morifnya akan
ditentukan kemudian.
Pasal 04
4.1. Pemborong harus menguji semua pekerjaan menurut persyaratan teknis dari pabrik/ produser atau
menurut uraian di atas. Peralatan untuk pengujian disediakan oleh Pemborong.
4.2. Apabila pengujian tidak dilakukan dengan baik atau kurang memuaskan maka Pengawas berhak
meminta pengulangan pengujian dimana biaya pengujian dan pengulangan pengujian tersebut adalah
tanggung jawab Pemborong.
B. PEKERJAAN PLESTERAN
Pasal 01
LINGKUP PEKERJAAN
Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan plesteran dan acian pada seluruh bagian yang dijelaskan dalam gambar
dan petunjuk Pengawas.
Pasal 02
PENGENDALIAN PEKERJAAN
1. SNI 6897-2008
2. SNI 03-2837-2002
3. SNI 7395-2008
Pasal 03
BAHAN-BAHAN
3.1. Pasir
Pasir yang dipakai harus kasar, tajam, bersih dan bebas dari tanah liat, lumpur atau campuran-
campuran lain.
37
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
3.3. Air
Air harus bersih, jernih dan bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti minyak, asam atau unsur-
unsur organik lainnya.
Pasal 04
4.1. Plesteran dengan campuran 1 PC : 4 Ps digunakan pada dinding, sedangkan untuk daerah basah
digunakan plesteran dengan campuran 1 PC : 2 Ps.
4.2. Plesteran dengan 1 PC: 3 Ps digunakan pada permukaan beton, kecuali dinyatakan lain dalam
gambar.
4.3. Apabila diperlukan, acian dibuat dengan bahan PC dicampur air sampai mencapai hasil
kekentatalan yang sempurna.
Pasal 05
PELAKSANAAN
A. Persiapan Plesteran
5.1. Bersihkan permukaan dasar sampai benar-benar siap untuk dilakukan pekerjaan plesteran.
5.2. Untuk daerah yang luas, dibuat pola dasar plesteran (kepala plesteran) dengan jarak 1 meter arah
vertikal sebagai dasar plesteran untuk menjamin adanya ketebalan yang sama, permukaan yang
datar/rata, contour dan profil-profil akurat.
5.3. Basahi seluruh permukaan bidang yang akan diplester untuk peresapan. Plesteran dapat dimulai
setelah bidang tersebut kering.
5.4. Pelaksanakan plesteran menunjukkan hasil yang tidak memuaskan seperti tidak rata, tidak tegak
lurus atau bergelombang, adanya pecah atau retak, keropos, maka bagian tersebut harus
dibongkar kembali untuk diperbaiki atas biaya Pemborong.
5.5. Bersihkan permukaan dinding batu bata atau permukaan beton dari noda debu, minyak cat, bahan-
bahan lain yang dapat mengurangi daya ikat plesteran.
5.6. Untuk mendapatkan permukaan yang rata dan ketebalan sesuai dengan yang disyaratankan, maka
dalam memulai pekerjaan plesteran harus dibuat terlebih dahulu “kepala plesteran”.
5.7. Pasangkan lapisan plesteran setebal yang disyaratkan (+ 20 mm) dan diratakan dengan roskam
kayu/besi dari kayu halus terserut dan rata permukaannya ataupun dengan profil aluminium
dengan panjang minimal 1,5 m. Kemudian basahkan terus selama 3 (tiga) hari untuk
menghindarkan terjadinya retak akibat penyusutan yang mendadak.
38
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
5.8. Untuk plesteran pada permukaan beton, mula-mula permukaan beton harus dikasarkan dengan
pahat besi untuk mendapatkan daya ikat yang kuat antara permukaan beton dengan plesteran.
Bilamana perlu permukaan beton yang telah dikasarkan diberi bahan additive, misalnya “Calbon”.
5.9. Basahi permukaan beton untuk air hingga jenuh, tunggu sampai aliran air berhenti.
5.10. Dalam pelaksanaan plesteran permukaan beton dengan ketebalan minimal 2 cm, tidak
diperbolehkan melakukan plesteran sekaligus, tetapi harus dilakukan secara bertahap yaitu dengan
cara menempelkan adukan semen pada bagian yang akan diplester, kemudian setelah mengering,
lakukan plesteran berikutnya dengan adukan semen pasir hingga mencapai ketebalan yang
dikehendaki.
5.11. Apabila terdapat bagian plesteran pada permukaan beton dengan ketebalan lebih dari 3 cm,
sebagai akibat dari kesalahan pada waktu pengecoran atau yang lainnya, maka plesteran
tersebut harus dilapis dengan kawat ayam yang ditempelkan pada permukaan beton yang akan
diplester. Biaya penambahan kewat ayam tersebut menjadi tanggungan Pemborong.
5.12. Hindarkan benda-benda ataupun bahan-bahan lain yang dapat merusak permukaan acian.
5.13. Apabila ada pekerjaan plesteran yang harus dibongkar atau diperbaiki, maka hasil akhir (finishing)
dari pekerjaan tersebut harus dapat menyamai pekerjaan yang telah disetujui oleh Pengawas.
39
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
BAB VIII
Pasal 01
LINGKUP PEKERJAAN
Bagian ini meliputi penyediaan tenaga kerja, alat, bahan-bahan, pengadaan dan pemasangan kosen,
pintu dan jendela kayu beserta perlengkapannya yang tertera dalam gambar.
Pasal 02
PENGENDALIAN PEKERJAAN
1. SNI 03-3527-1994
2. SNI T-02-2004-C
3. SNI T-02-2003
4. SNI 15-4354-1996
Pasal 03
BAHAN-BAHAN
3.2. Daun Pintu yang digunakan menggunakan bahan yang bervariasi yaitu:
3.3. Daun Jendela yang digunakan menggunakan bahan yang bervariasi yaitu:
39
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
3.4. Seluruh aksesoris pada pintu dan jendela merupakan elemen yang mengikat terhadap bahan daun
pintu dan jendela dengan metode pemasangan disesuaikan terhadap gambar kerja.
Pasal 04
PELAKSANAAN
4.1. Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh tukang-tukang kayu terbaik dengan standard
pengerjaan yang disetujui Pengawas.
4.2. Untuk profil panjang seperti kusen, lisplank dan sebagainya digunakan mesin-mesin.
4.3 Rangka-rangka harus dibuat sesuai dengan gambar atau menurut kebiasaan yang baik dan
disetujui Pengawas.
4.4. Semua lubang/cacat di tempat bekas paku, baut dan permukaan sambungan- sambungan dan
lain-lain harus ditutup dengan dempul/sealer hingga rapi kembali.
4.5. Pemborong harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan
lain; jika terjadi kerusakan akibat kelalaiannya, maka Pemborong tersebut harus mengganti tanpa
biaya tambahan.
B. PEKERJAAN PERLENGKAPAN
Pasal 01
LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan perlengkapan pintu dan jendela seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
Pasal 02
PERSYARATAN BAHAN
2.1 Semua alat penggantung dan pengunci (hardware) yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan
yang tercantum dalam RKS ini.
2.2 Apabila terjadi perubahan atau penggantian, harus mendapat persetujuan terlebih dahulu secara
tertulis dari Pemberi Tugas.
2.3 Kontraktor wajib mengajukan contoh bahan untuk mendapatkan persetujuan dari Pemberi Tugas /
Konsultan Pengawas. Dalam pengajuan tersebut harus dengan komponen (anak kunci) lengkap.
2.4 Pemilihan hardware pintu dan jendela disesuaikan dengan jenis bahan pintu.
Pasal 03
BAHAN-BAHAN
• Bahan : Dari bahan satinless steel dengan sistem single swing dan double swing
standar SII-0407-80.
• Warna Profil : Ditentukan kemudian (contoh warna diajukan Kontraktor).
• Ukuran : 4 ” u n t u k p i n t u d a n 3” untuk jendela dan pintu double swing.
• Jumlah : Ditentukan kemudian (contoh warna diajukan Kontraktor).
40
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
• Tipe : EK 06 BB
• Warna : Silver.
• Contoh : Dapat dilihat pada lampiran.
• Bahan : Pada sisi luar mempunyai lubang kunci dan tombol pada
sisi dalam (Knob Cylinder).
• Pemakaian : Pintu tunggal khusus ruang panel dan utilitas.
• Warna : Ditentukan kemudian
• Produk : KC 01 60, KW 01 60
• Contoh : Dapat dilihat pada lampiran foto.
• Bahan : Karet.
• Pemakaian : Semua pintu.
• Produk : SES, Solid atau setara.
• Contoh : Dapat dilihat pada lampiran foto.
41
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
3.4. Seluruh aksesoris pada pintu dan jendela merupakan elemen yang mengikat terhadap bahan daun
pintu dan jendela dengan metode pemasangan disesuaikan terhadap gambar kerja.
Pasal 04
PELAKSANAAN
4.1. Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh tukang-tukang terbaik dengan standard pengerjaan
yang disetujui Pengawas.
4.2. Untuk profil panjang seperti kusen, lisplank dan sebagainya digunakan mesin-mesin.
4.3 Rangka-rangka harus dibuat sesuai dengan gambar atau menurut kebiasaan yang baik dan
disetujui Pengawas.
4.4. Semua lubang/cacat di tempat bekas paku, baut dan permukaan sambungan- sambungan dan
lain-lain harus ditutup dengan dempul/ sealer hingga rapi kembali.
4.5. Pemborong harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan
lain; jika terjadi kerusakan akibat kelalaiannya, maka Pemborong tersebut harus mengganti tanpa
biaya tambahan.
42
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
BAB IX
PEKERJAAN PLUMBING
1.1. UMUM
a. Setiap Kontraktor yang menangani pekerjaan ini, haruslah mempelajari seluruh Dokumen Kontrak
dengan teliti, untuk mengetahui kondisi yang berpengaruh pada pekerjaan.
b. Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik dalam spesifikasi
ataupun yang tertera dalam gambar-gambar, dimana bahan- bahan dan peralatan yang digunakan
harus sesuai dengan ketentuan- ketentuan pada spesifikasi ini.
c. Bila ternyata ada perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang dipasang dengan
spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban Kontraktor untuk mengganti bahan
atau peralatan tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya ketentuan
tambahan biaya.
a. Meliputi penyediaan air bersih, air panas beserta instalasinya, pengelolaan air kotor dan drainasi air
hujan termasuk: Pemilihan, pengadaan, pemasangan serta pengujian material maupun sistem
keseluruhan sehingga sistem plambing dapat berjalan dan beroperasi dengan baik dan benar sesuai
gambar rencana dan persyaratan ini.
b. Semua perijinan yang diperlukan untuk melaksanakan instalasi plambing.
c. Pengukuran terhadap ketinggian site terutama untuk kemiringan saluran dan peil banjir.
d. Sistem dan unit-unitnya meliputi :
- Jaringan pipa air bersih untuk di luar dan di dalam bangunan.
- Jaringan pipa-pipa air kotor dan bekas di dalam dan di luar bangunan.
- Jaringan pipa-pipa vent untuk sistem pembuangan air kotor dan air bekas.
- Jaringan pipa-pipa dan saluran pembuangan halaman (drainase site) dan disalurkan menuju
drainasi kota.
- Pompa-pompa untuk menjalankan sistem air bersih lengkap dengan panel kontrolnya.
- Unit pengolahan air bersih, Water Treatment Plant (Sand Filter dan CarbonVFilter).
- Sumur Dalam (Deep Well) terdiri dari pompa deep well, screen, casing, pipa sumur dalam, panel
kontrol dan pengkabelannya termasuk didalamnya perijinan-perijinan yang diperlukan.
- Unit pengolahan air kotor/limbah, biotech.
- Reservoir bawah (ground reservoir) dari beton bertulang lengkap dengan pipa-pipa pengisi,
overflow yang disalurkan melalui pipa kesaluran luar/kota, elektroda pengontrol muka air,
manhole, pelampung, tangga dan reservoir bawah harus tertutup, dan dapat dibuka.
43
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
Air Hujan yang jatuh di atap bangunan disalurkan melalui pipa-pipa tegak menuju ke dalam saluran air
hujan halaman/drainase site secara gravitasi menuju sumur resapan dan diverflow ke saluran kota.
Material yang dipakai harus baru serta memenuhi persyaratan teknis dan gambar rencana. Untuk itu
pelaksana harus menyediakan contoh-contoh sebelum pemasangan guna mendapatkan persetujuan
Konsultan Manajemen Konstruksi dan Konsultan Perencana.
a. Reservoir bawah terbuat dari konstruksi beton bertulang kedap air dan finishing keramik pada
bagian dalam.
b. Ground Tank terdiri dari 1 unit yaitu untuk air yang sudah ditreatment dengan kapasitas adalah
54m3.
c. Reservoir Bawah harus mempunyai kelengkapan sebagai berikut:
• Manhole.
• Tangga pengontrol
• Pipa vent penghubung maupun vent ke udara luar.
• Pipa pengisi lengkap dengan floater valve, pipa peluap dan pipa penguras.
• Elektrode water level kontrol.
• Kelengkapan lainnya yang sekiranya diperlukan untuk bekerjanya instalasi ini.
1.4.2. Pompa–Pompa
1.4.2.1. Umum
• Semua pompa harus dilengkapi dengan pondasi pompa, peredam getaran, serta manometer. Pada
pipa tekan harus dilengkapi dengan Gate valve, Check Valve, Flexible joint, dan perlengkapan
lainnya sehingga sistem pompa dapat berjalan sesuai dengan fungsinya.
• Selain itu dilengkapi pula dengan pipa pemeriksa aliran berikut gate valve & pipa pembuangan
dari lubang drain pompa ke saluran pembuangan.
• Unit dilengkapi dengan starter panel pompa dan pressure switch untuk menjalankan pompa
secara otomatis.
44
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
A. Pompa
• Model : SD-P430K-3
• Max Head : 120m
• Max Capacity : 50 lpm
• Impller : 24 Pcs
• Power : 2200 W/ 3HP
• Outlet : 1,5”
• Tipe : Submersible
• Model : CNP 50 WQ
• Kapasitas : 100 lpm
• Head : 10 m
• Daya : 1,5 kw/ 380 v/ 3 ph / 50hz/ 2800 rpm
a. WTP harus dilengkapi dengan sertifikasi uji mutu air sebelum dan sesudah di treatment.
b. Spesifikasi WTP
• Multimedia FIlter
- Type : 24 MMF
- Kapasitas : 6 m3 / jam
- Filter Media : standard NSF, iodine absortion 1050 Schneider/g
- Dimensi : 16 x 65”
1.4.4. Pipa–pipa
a. Untuk jaringan air bersih digunakan pipa Polypropylene Random (PP-R) PN 10 dengan sambungan heat
fusion atau sesuai dengan jenis pipanya.
b. Untuk pipa air buangan dan air kotor digunakan pipa pipa PVC kelas AW (10 kg/cm²) dengan
sambungan solvent cement atau yang sesuai dengan jenis pipanya.
c. Untuk pipa-pipa vent digunakan pipa PVC kelas AW (5 kg/cm²) dengan sambungan solvent
cement atau yang sesuai dengan jenis pipanya.
d. Sambungan antara pipa yang berlainan jenis dilakukan dengan menggunakan adaptor atau coupling.
e. Sebelum pemasangan/penyambungan dilakukan, pipa-pipa harus dalam keadaan bersih dari
kotoran baik pada bagian yang akan disambung ataupun di dalam pipa itu sendiri.
f. Semua jenis sambungan, pemasangannya tidak diperbolehkan berada dalam beton/dinding
Body material yang dipakai adalah bronze grade CAC 430 dengan Pressure Balanced type Float
Valve.
1.4.5.2. Strainer
45
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
Strainer dengan ukuran 2½” dan lebih besar mempunyai type Y pattern, cast iron body (untuk 16
bar) dengan SS screen 3 mm perforations. Ductile iron body untuk 20 bar.
• Gate valve dengan ukuran 2½” dan lebih besar dari cast iron body dilengkapi dengan
open/shut indicator untuk Non Rising Stem.
• Untuk 2” dan ke bawah, body material terbuat dari Dzr/bronze body sesuai standar BS 5154 series
B, screw ends BS 21 N.R.S, working pressure : 10 bar.
• Material : bronze body swing type Y pattern screwed cup metal disk screwed end untuk valve
sampai dengan diameter 50 mm.
• Tipe : swing silent type dengan stainless steel disk dengan body material cast iron untuk
tekanan 10 bar dan carbon steel untuk tekanan 16 bar.
• Adalah spherical shape ball design, single/double sphere, terbuat dari neoprene rubber dengan
nylon reinforcement (cloth reinforcement tidak dapat diterima).
• Untuk ukuran 2½” dan lebih besar dilengkapi dengan galvanized steel flange end. Working
pressure : 16 bar.
• Untuk 20/25 bar, Rubber flexible/enpansion joint harus dilengkapi control plates, control nuts dan
control rods dan single sphere.
• Adalah spherical shape ball design, twin sphere, terbuat dari neoprene rubber dengan nylon
reinforcement (cloth reinforced tidak dapat diterima).
• Rubber flexible/expansion joint untuk ukuran ¾” dan lebih besar harus complete dengan
malleable iron threaded BS21 union end connection. Semua rubber flexible/expansion joints
harus mempunyai working pressure : 16 bar.
• Untuk working pressure 20 bar, rubber flexible joint ukuran ¾” dan lebih besar harus dengan A
105 forged steel threaded (NPT) union ends connection.
a. Floor drain yang dipergunakan di sini harus jenis Bucket Trap, Water Prooved type dengan 50mm
Water Seal dan dilengkapi dengan U trap.
b. Floor Drain terdiri dari:
- Chromium plated bronze cover and ring
- PVC neck
- Bitumen coated cast iron body screw outlet connection and with flange for water prooving
c. Floor Drain harus mempunyai ukuran utama sbb.:
Outlet diameter Cover diameter
2" 4"
3" 6"
4" 8"
46
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
a. Floor Clean Out yang dipergunakan di sini adalah Surface Opening Waterprooved Type
b. Floor Clean Out terdiri dari :
- Chromium plated bronze cover and ring heavy duty type
- PVC neck
- Bitumen coated cast iron body, screw outlet connection with flange for waterprooving
c. Cover and ring harus dengan sambungan ulir dilengkapi perapat karet sehingga mudah dibuka dan
ditutup.
a. Roof Drain yang dipergunakan harus dibuat dari Cast Iron dengan konstruksi waterproof.
b. Luas laluan air pada tutup roof drain ialah sebesar dua kali luas penampang pipa bangunan.
c. Roof Drain harus terdiri atas 3 bagian sebagai berikut :
- Bitumen Coated Cast Iron Body dengan water prooved flange
- Bitumen Coated Neck for adjustable fixing
- Bitumen Coated cover dome type
Alat bantu untuk semua pipa harus digunakan dari bahan-bahan sejenis sesuai dengan bahan pipanya.
• Motor:
- Type : Stainless Steel Submersible Motor
- Power : @ 5,5 KW/380 V/3 PH/50Hz
- Speed : 2930 RPM
- Enclosure Class : IP 58
47
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
Peralatan pengeboran yang dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaan pengeboran harus mempergunakan
mesin bor yang memadai dan sesuai dengan rekayasa, konstruksi dan keadaan tanah.
a. Sebelum memulai pengeboran, Kontraktor harus menyampaikan gambar kerja kepada pengawas
untuk mendapat persetujuan yang menunjukkan letak sumur maupun konstruksi pengeboran.
b. Sumur harus mampu mengeluarkan air sebanyak ± 12 m3/jam.
c. Kedalaman sumur diperkirakan 120-150 m.
d. Konstruksi sumur dibuat sekurang-kurangnya sebagai berikut:
- Pipa jambang 150 mm sedalam 60 m, 10 m bagian luar atas dicor beton, agar air pada
kedalaman ini tidak masuk ke sumur.
- Pipa naik 100 mm sedalam 140 m dari ujung jambang, di sebelah luarnya diisi koral/pasir cuci.
e. Bahan pipa dan saringan sebagai berikut :
- Pipa jambang dan pipa naik menggunakan Galvanized Steel Pipe (GSP) BS 1387 class medium.
- Jumlah pipa saringan/screen minimal 3 buah menggunakan Stainless steel 304, ukuran pipa 100
mm, atau yang ditetapkan oleh Direktorat Geologi Tata Lingkungan.
f. Batu karang
- Bila pengeboran menembus batu karang di daerah pipa naik maka di luar pipa naik setebal batu
karang harus dicor beton agar sumber air yang melalui batu karang tidak diambil.
- Bila pengeboran menembus batu karang pada bagian ujung sumur, maka lubang pada batu
karang harus ditutup kembali dengan beton cor, dan ujung sumur akan berhenti di atas batu
karang.
1.6.1. Pompa
1.6.2. Pipa–pipa
1.6.2.1. Umum
• Pemasangan pipa dan perlengkapannya serta peralatan lainnya harus sesuai dengan gambar
rencana dan harus dikerjakan dengan cara yang benar untuk menjamin kebersihan serta kerapihan.
• Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan teliti sebelum dipasang/disambung.
48
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
• Selama pemasangan, bila terdapat ujung-ujung pipa yang terbuka dalam pekerjaan pemipaan
yang tersisa pada setiap tahap pekerjaan, harus ditutup dengan menggunakan caps atau plug
untuk mencegah masuknya kotoran/benda-benda lain.
• Semua pemotongan pipa harus memakai pipa cutter dan harus rapi dan tidak tajam (diampelas).
• Pekerjaan pemipaan harus dilengkapi dengan semua katup-katup yang diperlukan antara lain
katup penutup, pengatur, katup balik dan sebagainya sesuai dengan fungsi system dan
yang diperlihatkan dalam gambar.
• Sambungan lengkung, reducer, expander dan sambungan-sambungan cabang pada pekerjaan
pemipaan harus mempergunakan fitting buatan pabrik.
• Semua pipa harus dipasang lurus sejajar dengan dinding/bagian dari bangunan pada arah
horizontal maupun vertikal.
• Semua pemipaan yang akan disambung dengan peralatan harus dilengkapi dengan wartel mur atau
flange.
• Untuk setiap pipa yang menembus dinding basement harus menggunakan pipa flexible untuk
melindungi dari vibrasi akibat terjadinya penurunan struktur gedung.
• Setiap arah perubahan aliran untuk pemipaan air kotor yang membentuk sudut 90° harus
digunakan 2 buah elbow 45° dan dilengkapi dengan clean out serta arah dan jalur aliran agar diberi
tanda.
• Katup (valve) dan saringan (strainer) harus mudah dicapai untuk pemeliharaan dan
penggantian. Pegangan katup (Valve handle) tidak boleh menukik.
• Semua pekerjaan pemipaan air limbah harus dipasang secara menurun ke arah titik buangan. Pipa
pembuangan dan vent harus disediakan guna mempermudah pengisian maupun pengurasan. Untuk
pembuatan vent pembuangan hendaknya dicari titik terendah dan dibuat cekung serta ditempatkan
yang bebas untuk melepaskan udara dari dalam.
• Semua jaringan pipa dilengkapi dengan : Valve, air vent, wash out untuk air bersih dan clean out,
air vent, wash out untuk jaringan pipa air kotor.
• Kemiringan menurun dari pekerjaan pemipaan air limbah harus seperti berikut kecuali seperti
diperlihatkan dalam gambar.
- Dibagian dalam toilet, 50 –100 mm atau lebih kecil : 1–2 %
- Dibagian dalam bangunan 150 mm atau lebih kecil : 1%
- Dibagian luar bangunan, 150 mm atau lebih kecildan 200 mm atau lebih besar : 1% .
• Pemipaan harus ditumpu atau digantung dengan hanger, brackets atau sadel dengan tepat dan
sempurna agar dimungkinkan gerakan-gerakan pemuaian atau peregangan pada jarak yang tidak boleh
melebihi jarak yang diberikan dalam list berikut ini :
49
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
• Semua pipa dan gantungan, penumpu harus dicat dasar zinchromate dan pengecatan sesuai dengan
peraturan-peraturan yang berlaku.
• Sambungan Flexible
Sambungan flexible harus disediakan dengan tujuan untuk menghilangkan getaran dari sumber getaran.
• Sambungan Flanged
Sambungan flanged harus dilengkapi rubber set/ring, seal dari karet secara homogen.
• Sambung Lem
Penyambungan antara pipa dan fitting PVC mempergunakan lem yang sesuai dengan jenis pipa dan
rekomendasi dari pabrik pembuat. Pipa harus masuk sepenuhnya pada fitting, untuk itu harus
mempergunakan alat press khusus. Selain itu pemotongan pipa harus mempergunakan alat
pemotong khusus agar pemotongan pipa dapat tegak lurus terhadap batang pipa. Cara penyambungan
lebih lanjut dan terinci harus mengikuti spesifikasi dari pabrik pipa.
• Sambungan yang mudah dibuka
Sambungan ini dipergunakan pada alat-alat saniter sebagai berikut :
- Antara Lavatory Faucet dan supply Valve.
- Pada waste fitting dan siphon. Pada sambungan ini kerapatan diperoleh dengan adanya packing
dan bukan seal threat.
• Selubung untuk pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut menembus konstruksi beton.
• Selubung harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan kelonggaran di luar pipa
ataupun isolasi
• Selubung untuk dinding dibuat dari pipa besi tuang ataupun baja. Untuk yang kedap air harus
digunakan sayap.
• Untuk pipa-pipa yang akan menembus konstruksi bangunan yang mempunyai lapisan kedap air
(water proofing) harus dari jenis “flushing sleeves”.
• Rongga antara pipa dan selubung harus dibuat kedap air dengan rubber sealed atau “caulk”.
• Tags untuk katup harus disediakan di tempat-tempat penting guna operasi dan pemeliharaan.
• Fungsi-fungsi seperti “normally open” atau "normally close” harus ditunjukkan di tags katup.
• Tags untuk katup harus terbuat dari plat metal dan diikat dengan rantai atau kawat.
1.6.2.7. Pembersihan
• Setelah pemasangan dan sebelum uji coba pengoperasian dilaksanakan, pemipaan di setiap service
harus dibersihkan dengan seksama, menggunakan cara-cara/metoda-metoda yang disetujui sampai
semua benda-benda asing disingkirkan.
50
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
• Desinfeksi :
- Dari 50 Schneider/l chlor selama 24 jam setelah itu dibilas atau dari 200 Schneider/l chlor selama
1 jam setelah itu dibilas.
- Untuk bak air dipoles dengan cairan 200 Schneider/l chlor selama 1 jam dan setelah itu
dibilas.
• Peralatan, bahan dan material yang dipergunakan harus memenuhi spesifikasi. Kontraktor dimungkinkan
untuk mengajukan alternative lain yang setaraf dan Kontraktor baru dapat menggantinya bila sudah
ada persetujuan resmi dan tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi dan Pemberi Tugas.
• Referensi produk yang dapat dipakai adalah sebagai berikut :
51
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
BAB X
PEKERJAAN MEKANIKAL
1.1. UMUM
Persyaratan ini merupakan bagian dari persyaratan teknis ini. Apabila ada klausul dari persyaratan ini yang
dituliskan kembali dalam persyaratan teknis ini, berarti menuntut perhatian khusus pada klausul-klausul
tersebut dan bukan berarti menghilangkan klausul-klausul lainnya dari syarat-syarat umum.
Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus memenuhi atau mengacu kepada Peraturan Daerah maupun
Nasional, Keputusan Menteri, Assosiasi Profesi Internasional, Standar Nasional maupun Internasional yang
terkait. Kontraktor dianggap sudah mengenal dengan baik standard dan acuan nasional maupun internasional dari
Amerika dan Australia dalam spesifikasi ini. Adapun standar atau acuan yang dipakai, tetapi tidak terbatas, antara
lain seperti dibawah ini :
52
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
1.3. GAMBAR-GAMBAR
a. Gambar-gambar rencana dan persyaratan-persyaratan ini merupakan suatu kesatuan yang saling
melengkapi dan sama mengikatnya.
b. Gambar-gambar sistem ini menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan, sedangkan
pemasangannya harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari bangunan yang ada, petunjuk
instalasi dari pabrik pembuat dan mempertimbangkan juga kemudahan pengoperasian serta
pemeliharaannya jika peralatan-peralatan sudah dioperasikan.
c. Gambar-gambar Arsitek, Struktur dan Interior serta Specialis lainnya (bila ada) harus dipakai sebagai
referensi untuk pelaksanaan dan detail finishing instalasi.
d. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus mengajukan gambar kerja dan detail, “Shop Drawing”
kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk dapat diperiksa dan disetujui terlebih dahulu
sebanyak 3 (tiga) set. Dengan mengajukan gambar-gambar tersebut, Kontraktor dianggap telah
mempelajari situasi dari instalasi lain yang berhubungan dengan instalasi ini. Persetujuan tersebut tidak
berarti membebaskan Kontraktor dari kesalahan yang mungkin terjadi dan dari tanggung jawab atas
pemenuhan kontrak.
e. Kontraktor instalasi ini harus membuat gambar-gambar terinstalasi, “As-built Drawings” disertai
dengan Operating Instruction, Technical and Maintenance Manual, harus diserahkan kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi pada saat penyerahan pertama pekerjaan dalam rangkap 5 (lima) terdiri dari atas
1 (satu) asli kalkir berikut diskettenya dan 4 (empat) cetak biru dan dijilid serta dilengkapi dengan daftar
isi, notasi dan penjelasan lainnya, dalam ukuran A0 atau A1 atau disebutkan lain dalam proyek ini.
As-built Drawing ini harus benar-benar menunjukkan secara detail seluruh instalasi M & E yang
ada termasuk dimensi perletakan dan lokasi peralatan, gambar kerja bengkel, nomor seri, tipe
peralatan dan informasi lainnya sehingga jelas.
f. Operating Instruction, Technical and Maintenance Manuals harus cetakan asli (original) berikut
terjemahannya dalam Bahasa Indonesia sebanyak 5 (lima) set dan dijilid dan dilengkapi dengan daftar
isi, notasi dan penjelasan lainnya, dalam ukuran A4.
1.4. KOORDINASI
a. Kontraktor instalasi ini hendaknya bekerja sama dengan Kontraktor lainnya, agar pekerjaan dapat
berjalan dengan lancar sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
b. Koordinasi yang baik perlu ada agar instalasi yang satu tidak menghalangi kemajuan instalasi lain.
c. Apabila dalam pelaksanaan instalasi ini tidak mengindahkan koordinasi dari Konsultan Manajemen
Konstruksi, sehingga menghalangi instalasi yang lain, maka semua akibat menjadi tanggung jawab
Kontraktor ini.
a. Wakil Kontraktor harus selalu hadir dalam setiap rapat koordinasi proyek yang diatur oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi.
b. Peserta rapat koordinasi harus mengetahui situasi dan kondisi lapangan serta bisa memberi keputusan
terhadap sebagian masalah.
53
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
Semua peralatan dan bahan harus baru dan sesuai dengan brosur yang dipublikasikan, sesuai dengan spesifikasi
yang diuraikan, maupun pada gambar-gambar rencana dan merupakan produk yang masih beredar dan
diproduksi secara teratur.
a. Dalam jangka waktu 2 (dua) minggu setelah menerima Surat Perintah Kerja (SPK), dan sebelum
memulai pekerjaan instalasi peralatan maupun material, Kontraktor diharuskan menyerahkan daftar dari
material-material yang akan digunakan. Daftar ini harus dibuat rangkap 4 (empat) yang didalamnya
tercantum nama-nama dan alamat manufacture, catalog dan keterangan- keterangan lain yang dianggap
perlu oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan Konsultan Perencana antara lain :
- Manufacturer Data Meliputi brosur-brosur, spesifikasi dan informasi-informasi yang tercetak jelas
cukup detail sehubungan dengan pemenuhan spesifikasi.
- Performance Data Data-data kemampuan dari unit yang terbaca dari suatu tabel atau kurva yang
meliputi informasi yang diperlukan dalam menyeleksi peralatan- peralatan lain yang ada kaitannya
dengan unit tersebut.
- Quality Assurance Suatu pembuktian dari pabrik pembuat atau distributor utama terhadap
kualitas dari unit berupa produk dari unit ini sudah diproduksi beberapa tahun, telah dipasang di
beberapa lokasi dan telah beroperasi dalam jangka waktu tertentu dengan baik.
b. Persetujuan oleh Konsultan Perencana dan Konsultan Manajemen Konstruksi akan diberikan atas
dasar atau sesuai dengan ketentuan di atas.
a. Kontraktor harus menyerahkan contoh bahan-bahan yang akan dipasang kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi paling lama 2 (dua) minggu setelah daftar material disetujui. Semua biaya yang
berkenaan dengan penyerahan dan pengembalian contoh-contoh ini adalah menjadi tanggungan
Kontraktor.
b. Konsultan Manajemen Konstruksi tidak bertanggung jawab atas contoh bahan yang akan dipakai dan
semua biaya yang tidak berkenaan dengan penyerahan dan pengambilan contoh/dokumen ini.
Untuk peralatan dan bahan sejenis yang fungsi penggunaannya sama harus diproduksi pabrik (bermerk),
sehingga memberikan kemungkinan saling dapat dipertukarkan.
a. Semua peralatan dan bahan yang diajukan dalam tender sudah memenuhi spesifikasi, walaupun
dalam pengajuan saat tender kemungkinan ada peralatan dan bahan belum memenuhi spesifikasi, tetapi
tetap harus dipenuhi sesuai spesifikasi bila sudah ditunjuk sebagai Kontraktor .
b. Untuk peralatan dan bahan yang sudah memenuhi spesifikasi, karena suatu hal yang tidak bisa
dihindari terpaksa harus diganti, maka sebagai penggantinya harus dari jenis setaraf atau lebih
baik (equal or better) yang disetujui.
c. Bila Konsultan Manajemen Konstruksi membuktikan bahwa penggantinya itu betul setaraf atau
lebih baik, maka biaya yang menyangkut pembuktian tersebut harus ditanggung oleh Kontraktor.
54
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
a. Khusus peralatan utama, harus ditest dahulu oleh Pemilik dan didampingi Konsultan Perencana di
pabrik masing-masing yang sebelumnya sudah ditest oleh pabrik yang bersangkutan dan disetujui untuk
dikirim ke lapangan.
b. Semua peralatan-peralatan yang sesuai dengan spesifikasi ini dikirim dan dipasang dan telah
memenuhi ketentuan-ketentuan pengetesan dengan baik, Kontraktor harus melaksanakan pengujian
secara keseluruhan dari peralatan- peralatan yang terpasang, dan jika sudah ditest dan memenuhi
fungsi- fungsinya sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari kontrak, maka seluruh unit lengkap dengan
peralatannya dapat diserahkan berdasarkan Berita Acara oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
Atas penggunaan bahan/material, sistem dan lain-lain oleh Kontraktor, Pemilik dijamin dan dibebaskan dari
segala claim ataupun tuntutan yuridis lainnya.
1.7. IJIN-IJIN
Pengurusan ijin-ijin yang diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini serta seluruh biaya yang diperlukannya
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
a. Sebelum pelaksanaan pemasangan instalasi ini dimulai, Kontraktor harus menyerahkan gambar
kerja dan detailnya kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dalam rangkap 3 (tiga) untuk disetujui.
Yang dimaksud gambar kerja disini adalah gambar yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan, lengkap
dengan dimensi peralatan, jarak peralatan satu dengan lainnya, jarak terhadap dinding, jarak pipa
terhadap lantai, dinding dan peralatan, dimensi aksesoris yang dipakai. Konsultan Manajemen Konstruksi
berhak menolak gambar kerja yang tidak mengikuti ketentuan tersebut diatas.
b. Kontraktor diwajibkan untuk mengecek kembali atas segala ukuran/kapasitas peralatan (equipment)
yang akan dipasang. Apabila terdapat keraguan- keraguan, Kontraktor harus segera menghubungi
Konsultan Manajemen Konstruksi untuk berkonsultasi.
c. Pengambilan ukuran atau pemilihan kapasitas peralatan yang sebelumnya tidak dikonsultasikan
dengan Konsultan Manajemen Konstruksi, apabila terjadi kekeliruan maka hal tersebut menjadi
tanggung jawab Kontraktor. Untuk itu pemilihan peralatan dan material harus mendapatkan persetujuan
dari Konsultan Manajemen Konstruksi atas rekomendasi Konsultan Perencana.
d. Pada beberapa peralatan tertentu ada asumsi yang digunakan konsultan dalam menentukan
performnya, asumsi-asumsi ini harus diganti oleh Kontraktor sesuai actual dari peralatan yang dipilih
maupun kondisi lapangan yang tidak memungkinkan. Untuk itu Kontraktor wajib menghitung kembali
performanya dari peralatan tersebut dan memintakan persetujuan kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi.
a. Pelaksanaan instalasi yang menyimpang dari rencana karena penyesuaian dengan kondisi lapangan,
harus mendapat persetujuan tertulis dahulu dari pihak Konsultan Perencana dan Konsultan
Manajemen Konstruksi.
b. Kontraktor instalasi ini harus menyerahkan setiap gambar perubahan yang ada kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi sebanyak rangkap 3 (tiga) set yang akan dikirim oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi kepada Konsultan Perencana.
c. Perubahan material dan lain-lainnya, harus diajukan oleh Kontraktor kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi secara tertulis dan jika terjadi pekerjaan tambah/kurang/perubahan yang ada harus
disetujui oleh Konsultan Perencana dan Konsultan Manajemen Konstruksi secara tertulis.
55
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
Semua sleeves menembus lantai beton untuk instalasi sistem elektrikal harus dipasang oleh Kontraktor.
Semua inserts beton yang diperlukan untuk memasang peralatan, termasuk inserts untuk penggantung
(hangers) dan penyangga lainnya harus dipasang oleh Kontraktor.
a. Pembobokan tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang diperlukan dalam pelaksanaan instalasi
ini serta mengembalikannya ke kondisi semula, menjadi lingkup pekerjaan Kontraktor instalasi ini.
b. Pembobokan/pengelasan/pengeboran hanya dapat dilaksanakan apabila da persetujuan dari pihak
Konsultan Manajemen Konstruksi secara tertulis.
1.7.5. Pengecatan
Semua peralatan dan bahan yang dicat, kemudian lecet karena pengangkutan atau pemasangan harus segera
ditutup dengan dempul dan dicat dengan warna yang sama, sehingga nampak seperti baru kembali.
a. Kontraktor instalasi ini harus menempatkan seorang penanggung jawab pelaksanaan yang ahli
dan berpengalaman yang harus selalu ada di lapangan, yang bertindak sebagai wakil dari Kontraktor
dan mempunyai kemampuan untuk memberikan keputusan teknis dan bertanggung jawab penuh dalam
menerima segala instruksi yang akan diberikan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
b. Penanggung jawab tersebut di atas juga harus berada di tempat pekerjaan pada saat
diperlukan/dikehendaki oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
1.9. PENGAWASAN
a. Pengawasan setiap hari terhadap pelaksanaan pekerjaan adalah dilakukan oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi.
b. Konsultan Manajemen Konstruksi harus dapat mengawasi, memeriksa dan menguji setiap bagian
pekerjaan, bahan dan peralatan. Kontraktor harus mengadakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan.
c. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari pengamatan Konsultan Manajemen
Konstruksi adalah tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor.
d. Jika diperlukan pengawasan oleh Pengawas harian diluar jam-jam kerja (08.00 sampai dengan 16.00),
dan hari libur maka segala biaya yang diperlukan untuk hal tersebut menjadi beban Kontraktor yang
perhitungannya disesuaikan dengan peraturan pemerintah. Permohonan untuk mengadakan
pengawasan tersebut harus dengan surat yang disampaikan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi.
e. Di tempat pekerjaan, Konsultan Manajemen Konstruksi menempatkan petugas- petugas pengawas yang
bertugas setiap saat untuk mengawasi pekerjaan Kontraktor, agar pekerjaan dapat dilaksanakan atau
dilakukan sesuai dengan isi surat perjanjian Pelaksanaaan Pekerjaan serta dengan cara-cara yang benar
dan tepat serta cermat.
1.10. LAPORAN-LAPORAN
a. Kontraktor wajib membuat laporan harian dan mingguan yang memberikan gambaran mengenai:
• Kegiatan fisik
• Catatan dan perintah Konsultan Manajemen Konstruksi yang disampaikan secara lisan maupun
tertulis.
• Jumlah material masuk/ditolak.
• Jumlah tenaga kerja dan keahliannya
56
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
• Keadaan cuaca
• Pekerjaan tambah/kurang
• Prestasi rencana dan yang terpasang
b. Laporan mingguan merupakan ringkasan dari laporan harian dan setelah ditandatangani oleh
manajer proyek harus diserahkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk diketahui/disetujui.
a. Kontraktor instalasi ini harus menyerahkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dalam rangkap
3 (tiga) mengenai hal-hal sebagai berikut :
• Hasil pengetesan semua persyaratan operasi instalasi
• Hasil pengetesan mesin atau peralatan
• Hasil pengetesan kabel
• Hasil pengetesan kapasitas aliran udara, kuat arus, tegangan, tekanan, dll
b. Semua pengetesan dan pengukuran yang akan dilaksanakan harus disaksikan oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi.
a. Pemeriksaan rutin dalam masa pemeliharaan harus dilaksanakan oleh Kontraktor instalasi ini
secara periodik dan tidak kurang dari tiap 2 (dua) minggu, atau ditentukan lain oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi.
b. Pemeriksaan khusus dalam masa pemeliharaan harus dilaksanakan oleh Kontraktor instalasi ini,
apabila ada permintaan dari pihak Konsultan Manajemen Konstruksi dan atau bila ada gangguan
dalam instalasi ini.
a. Kontraktor diharuskan untuk membuat kantor, gudang dan los kerja di halaman tempat
pekerjaan, untuk keperluan pelaksanaan tugas administrasi lapangan, penyimpanan barang/bahan serta
peralatan kerja dan sebagai area/tempat kerja (peralatan pekerjaan kasar), dimana pelaksanaan tugas
instalasi berlangsung.
b. Pembuatan kantor, gudang dan los kerja ini dapat dilaksanakan bila terlebih dahulu mendapatkan
ijin dari pemberi tugas/Konsultan Manajemen Konstruksi.
1.13. PENJAGAAN
a. Kontraktor wajib mengadakan penjagaan dengan baik serta terus menerus selama berlangsungnya
pekerjaan atas bahan, peralatan, mesin dan alat-alat kerja yang disimpan di tempat kerja (gudang
lapangan).
b. Kehilangan yang diakibatkan oleh kelalaian penjagaan atas barang-barang tersebut di atas, menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
a. Semua kebutuhan air yang diperlukan dalam setiap bagian pekerjaan dan sebagainya harus
disediakan oleh pihak Kontraktor.
b. Apabila menggunakan sumber air yang sudah ada (existing) harus dilengkapi dengan meter air, dan
berkoordinasi dengan Konsultan Manajemen Konstruksi terlebih dahulu.
a. Pada kantor, los kerja, gudang dan tempat-tempat pelaksanaan pekerjaan yang dianggap perlu, harus
diberi penerangan yang cukup.
57
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
b. Daya listrik baik untuk keperluan penerangan maupun untuk sumber tenaga/daya kerja harus
diusahakan oleh Kontraktor. Bila menggunakan daya listrik dari bangunan existing, harus dilengkapi
dengan KWh meter dan berkoordinasi dengan Konsultan Manajemen Konstruksi terlebih dahulu.
a. Selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung, kantor, gudang, los kerja dan tempat pekerjaan
dilaksanakan dalam bangunan, harus selalu dalam keadaan bersih.
b. Penimbunan/penyimpanan barang, bahan dan peralatan baik dalam gudang maupun di luar
(halaman), harus diatur sedemikian rupa agar memudahkan jalannya pemeriksaan dan tidak
mengganggu pekerjaan dari bagian lain.
c. Peraturan-peraturan yang lain tentang ketertiban akan dikeluarkan oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi pada waktu pelaksanaan.
a. Jika terjadi kecelakaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan ini, maka Kontraktor
diwajibkan segera mengambil segala tindakan guna kepentingan si korban atau para korban, serta
melaporkan kejadian tersebut kepada instansi dan departement yang bersangkutan/berwenang (dalam
hal ini Polisi dan Department Tenaga Kerja) dan mempertanggung jawabkan sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
b. Peti PPPK dengan isinya yang selalu lengkap, guna keperluan pertolongan pertama pada
kecelakaan harus selalu ada di tempat pekerjaan.
a. Kontraktor instalasi ini harus melakukan semua testing dan commissioning yang dianggap perlu
untuk mengetahui apakah keseluruhan instalasi dapat berfungsi dengan baik dan dapat memenuhi
semua persyaratan yang diminta, sesuai dengan prosedur testing dan commissioning dari pabrik
pembuat dan instansi yang berwenang.
b. Semua bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk mengadakan testing tersebut merupakan
tanggung jawab Kontraktor termasuk daya listrik untuk testing.
a. Peralatan dan sistem instalasi ini harus digaransi selama 1 (satu) tahun terhitung sejak saat
penyerahan pertama.
b. Masa pemeliharaan untuk instalasi ini adalah selama 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak saat
penyerahan pertama, bila Konsultan Manajemen Konstruksi/Pemberi Tugas menentukan lain, maka yang
terakhir ini yang akan berlaku.
c. Selama masa pemeliharaan, seluruh instalasi yang telah selesai dilaksanakan masih merupakan
tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya.
d. Selama masa pemeliharaan ini, untuk seluruh instalasi ini Kontraktor diwajibkan mengatasi
segala kerusakan yang akan terjadi tanpa adanya tambahan biaya.
e. Selama masa pemeliharaan ini, apabila Kontraktor instalasi tidak melaksanakan teguran
dari Konsultan Manajemen Konstruksi atas perbaikan/penggantian/ penyetelan yang diperlukan, maka
Konsultan Manajemen Konstruksi berhak menyerahkan perbaikan/penggantian/penyetelan tersebut
kepada pihak lain atas biaya Kontraktor instalasi ini.
f. Selama masa pemeliharaan ini, Kontraktor instalasi harus melatih petugas- petugas yang ditunjuk
oleh Pemilik dalam teori dan praktek sehingga dapat mengenali sistem instalasi dan dapat melaksanakan
pengoperasian dan pemeliharaannya.
g. Serah terima pertama dari instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah ada bukti pemeriksaan
dengan hasil yang baik yang ditandatangani bersama oleh Kontraktor dan Konsultan Manajemen
Konstruksi.
58
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
h. Pada waktu unit-unit mesin tiba di lokasi, maka Kontraktor harus menyerahkan daftar komponen/part
list seluruh komponen yang akan dipasang dan dilengkapi dengan gambar detail/photo dari masing-
masing komponen tersebut, lengkap dengan manualnya. Daftar komponen tersebut diserahkan kepada
Konsultan Manajemen Konstruksi dan Pemberi Tugas masing-masing 1 (satu) set.
i. Serah terima setelah masa pemeliharaan instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah :
• Berita acara serah terima kedua yang menyatakan bahwa instalasi ini dalam keadaan baik,
ditandatangani bersama oleh Kontraktor dan Konsultan Manajemen Konstruksi.
• Semua gambar instalasi terpasang (As Built Drawing) beserta Operating Instruction, Technical dan
Maintenance Manuals rangkap 5 (lima) terdiri atas 1 (satu) set asli dan 4 (empat) copy telah
diserahkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi.
1.20. GARANSI
Setiap sertifikat pengetesan harus diserahkan oleh pabrik pembuatnya. Bila peralatan mengalami kegagalan
dalam pengetesan-pengetesan yang disyaratkan di dalam spesifikasi teknis ini, maka pabrik pembuat bertanggung
jawab terhadap peralatan yang diserahkan, sampai peralatan tersebut memenuhi syarat-syarat, setelah
mengalami pengetesan ulang dan sertifikat pengetesan telah diterima dan disetujui oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi.
59
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
2.1. UMUM
a. Setiap Kontraktor yang menangani pekerjaan ini, haruslah mempelajari seluruh Dokumen Kontrak
dengan teliti, untuk mengetahui kondisi yang berpengaruh pada pekerjaan.
b. Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik dalam spesifikasi
ataupun yang tertera dalam gambar-gambar, dimana bahan- bahan dan peralatan yang
digunakan harus sesuai dengan ketentuan- ketentuan pada spesifikasi ini.
c. Bila ternyata ada perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang dipasang dengan
spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban Kontraktor untuk mengganti
bahan atau peralatan tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya
ketentuan tambahan biaya.
a. Fungsi sistem deteksi dan alarm kebakaran adalah sistem deteksi awal apabila terjadi kebakaran,
dimana pada waktu terjadi kebakaran akan memberikan indikasi secara audio (bell) maupun
visual (lampu warna merah) dari mana asal kebakaran tersebut dimulai, sehingga dapat diambil
tindakan pencegahan sedini mungkin.
b. Fire alarm system ini menerima signal kebakaran yang diberikan baik secara otomatis dari
detector maupun secara manual dari push button box.
a. Peralatan utama yang terdapat dalam sistem Fire Alarm ini adalah :
- Addressable Smoke Detector
- Addressable Manual Call Point (Break Glass/Dual Action)
- Addressable Horn Strobe
- Module (Mini Monitor Module/Control Module)
60
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
a. Jenis yang dipakai adalah prinsip photoelectric yang dapat diprogram tingkat sensitivity dari
range 0.2% sampai dengan 3.7%.
b. Data–data teknis lainnya :
- Addressable : in base
- Operating Temperature Range : 0- 50ºC
- Range Operating Voltage : 16–32 VDC w/ Data
- Humidity Range : ≤ 95% RH ( 40 ± 2ºC)
- Alarm Current : 0.9 mA from separate 24 VDC Supply
a. Jenis yang digunakan adalah Rate of Rise detector dan Fixed Temperature detector yang
memiliki response lamp di base.
b. Data-data teknis lainnya :
- Frequency Test : dapat dipakai berulang kali
- Working Temprature : 57° C
- Operating Voltage : ± 20 V DC
- Quescent Current : < 100 mA
- Alarm Current : < 80 mA
Jenis yang dipakai adalah prinsip photoelectric yang memiliki 2 buah response lamp dan mempunyai karateristik
sensitivitas yang rata (flat response technology).
a. Jenis yang dipakai adalah tipe dual action (Break Glass and Pull) dilengkapi dengan mounting dan
pengalamatan pada peralatan tersebut.
b. Data–data teknis lainnya :
- Addressable : Dipswitch
- Temperature Range : 0-50° C
- Material : Lexan Polycarbonate
- Humidity Range : ≤ 95% RH ( 40 ± 2ºC)
- Alarm Current : 3.0 mA
61
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
a. Horn and Stobe Light Addressable merupakan peralatan Audible dan Visual yang menjadi satu
sebagai indikator dari fire alarm system. Peralatan Audible dan Visual ini dilengkapi dengan alamat
(Addressable) di dalam peralatan tersebut.
b. Data–data teknis lainnya :
- Rated Voltage Range : 17 VRMS s/d 31 VRMS
- Current Rating for Strobe Output : 15 cd/83 mA
- Temperature Range : 32° to 122° F (0 - 50° C)
- Humidity Range : 10% to 93%, Non Condensing @100° F (38° C)
Jenis yang dipakai merupakan surface mounted dan dilengkapi dengan reset switch, jika terjadi penekanan.
Indicator Lamp merupakan lampu indikator yang dipasang paralel dengan group detector. Lampu indicator
ini akan menyala hanya jika group detector yang bersangkutan bekerja.
Zone Indicator ini menunjukan zone mana yang bekerja yang disesuaikan dengan letak zone indicator
tersebut.
62
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
a. Output Module adalah alat untuk mengaktifkan peralatan external menurut ungkapan logika yang
telah ditetapkan lebih dulu dan juga diharapkan menerima konfirmasi aktifasi tersebut.
b. Alamat/zone dapat diset lewat Dip-Swtich.
c. Dapat mengaktifkan peralatan eksternal oleh logika yang telah ditetapkan lebih dulu, output dapat
berupa denyut atau signal menurut set-up Dip-Switch.
d. Input dimonitor untuk sirkuit terbuka.
e. Tidak direkomendasikan penggunaan modul ini untuk memadamkan kendali/kontrol secara langsung.
f. Kesalahan/fault akan secara otomatis dimonitor dan ditunjukkan dengan pengontrol.
g. Data teknis lainnya :
• Operating Voltage : ± 16 – 32 VDC
• Quiescent Current : ± 0.7 mA
• Activation Current : ± 2.5 mA
• Relay Rating : 30V/2.0A , 125VAC/1.0A
• Confirmation Led : Steady output; steady on: Pulse Output; flashing
• Working Temperature : -10 - +50ºC
• Relative Humidity : ≤ 95% (40±2ºC)
• Wiring Capacity : 1.0 – 1.5 mm²
a. MCFA yang digunakan memakai Sistem Addressable. Diperlengkapi Sealed Lead Acid battery, Power
Supply 220/240 VAC. MCFA harus mempunyai pintu dengan jendela penglihat.
b. Kapasitas MCFA direncanakan 2 loops.
c. MCFA harus dapat dikembangkan 1250 sampai dengan 2000 point addressable atau 1 card memiliki 127
sampai dengan 250 address + zoning dan dapat digunakan secara keseluruhan untuk detector maupun
card module dari fire alarm system.
d. MCFA harus memiliki Fire Panel Internet Interface (IP Based) yang dapat dihubungkan ke jaringan
infrastruktur ethernet melalui UTP Cat 5 atau cat 6 sehingga dengan melalui komputer yang terhubung
dengan jaringan intranet ataupun extranet, user dapat mengakses MCFA dengan memasukkan User
Name dan password yang dapat diterima oleh MCFA. Komputer dan software yang digunakan tidak
perlu dengan software khusus dan cukup dengan menggunakan web browser dari Windows Internet
Explorer.
e. MCFA harus memiliki Optional untuk TCP/IP Communication Network. Bila dikemudian hari dilakukan
pengembangan dan diinginkan MCFA dari gedung lain dapat dihubungkan secara network dan
dimonitor oleh MCFA Pusat, metoda Networking antar MCFA secara peer-to-peer dapat dilakukan
melalui TCP/IP Interface dengan memanfaatkan jaringan LAN yang sudah tersedia.
f. MCFA ini harus mempunyai fasilitas lampu tanda :
- Bell Off
- Reset
- Testing
- Lamp test
- Fault Signal General
- Signal for Alarm Condition
- LCD Display
g. MCFA ini harus mempunyai output berupa :
- Visible/Audible Alarm
- Visible/Audible Fault Alarm
- Test Signal (Visible)
- History Log
63
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
a. Perangkat Komputer yang memiliki kemampuan (Software) untuk mengetahui status display, gambar
graphics dari layout, dan mengetahui kegiatan operasional dari Fire Alarm System serta memiliki
History Event Loging.
b. Data – Data teknis lainnya:
• Komputer : Minimal Intel Pentium Core 2 Duo, 2.0 GHz, 320 GB, 52x DVD-RW,
Optical mouse, USB 2.0 ports and Gigabyte network adaptor,
Minimal LCD Monitor, Minimal RAM 2 Gb, VGA Grafis 256 Mb
None Share.
• Operating Temperature : 0° to 48° C
• Operating Humidity : up to 85% RH, (Non–Condensing),at 86° F (30°C)
• Port Interface : Serial dan Parallel Port.
• Printable Information : Historical Log Report, True Alarm Report, and System Activity
Report
• Printer Compatible : Microsoft windows compatibility
a. Annunciator Panel suatu alat yang dipakai untuk memberikan indikasi lokasi sumber kebakaran (zone
area) dan indikasi adanya sistem sprinkler yang bekerja, indikasi gangguan dari instalasi dengan
indikator Audio berupa buzzer dan indikator visual berupa colour graphic atau dalam bentuk LCD-
display.
b. Pada panel juga dilengkapi fasilitas button yang berfungsi sebagai silence/acknowledge alarm dan
reset button. Unit ini dilengkapi dengan tombol test untuk lampu (lamp test) dan tombol test untuk
buzzer test.
Terminal Box terbuat dari plat baja tebal 1,2 mm ukuran 400 x 600x 150 mm untuk ukuran besar dan 300 x 500 x
150 mm untuk ukuran kecil dengan finishing cat warna merah atau sesuai dengan persetujuan Pemberi
Tugas/Pengawas Lapangan.
a. Semua kabel harus dipasang di dalam pipa konduit PVC High impact dia. 20 mm, baik yang di atas
plafond (horizontal) maupun yang di dinding/tembok/beton (vertikal). Pemasangan pipa konduit
vertikal harus inbow.
b. Seluruh kotak sambungan, persimpangan, dan lain-lain harus dipasang tertutup sehingga tidak akan
masuk benda-benda lain ke dalam kotak tersebut. Seluruh saluran ini harus terpisah dengan sistem
saluran lainnya yang terdapat pada bangunan ini.
2.4.17. Kabel
a. Kabel untuk main Power Supply dari setiap perlengkapan dalam sistem menggunakan FRC dengan ukuran
minimal 2 x 1,5 mm².
b. Kabel untuk instalasi circuit antar detector dan break glass digunakan kabel STP AWG #18.
c. Kabel untuk instalasi telepon jack menggunakan kabel ITC 2 x dia. 0,6 mm.
d. Kabel untuk instalasi dari MCFA ke Terminal Box/Module menggunakan STP AWG #18
e. Kabel untuk instalasi Main Bell Red Lamp, Flow Switch, Tamper Switch dan Panel AC menggunakan
kabel NYA 3 x 1,5 mm².
64
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
2.5.1. Denah setiap lantai menunjukan lokasi perkiraan letak detector dan peralatan-peralatan lain
dari sistem ini, dimana letak yang pasti dijelaskan pada gambar.
2.5.2. Untuk manual push button/manual call point, alarm bell, red lamp dipasang pada ketinggian 1,5 m dari
lantai.
2.5.3. Disekitar detector harus ada ruangan bebas sekurang kurangnya pada jarak 0,6 m dari detector tanpa
ada timbunan barang atau alat-alat lainnya.
2.5.4. Semua kabel harus dipasang di dalam conduit, baik yang di atas plafond (horizontal) maupun
yang di dinding/tembok/beton (vertical), ukuran conduit dan kabel harus sesuai gambar rencana.
2.5.5. Pemasangan Peralatan Utama ditempatkan pada Ruang Kontrol atau sesuai dengan Gambar
Perencanaan.
Instalasi Fire Alarm ini, harus dipasang interlock/Interfacing dengan Panel Listrik dan Peralatan lainnya
termasuk pemasangan kabel kontrol dan relaynya, seperti yang disebutkan dalam Gambar Perencanaan.
2.7. TESTING/COMMISSIONING
2.7.1. Setelah pekerjaan Fire Alarm ini diselesaikan, harus dilakukan testing/pengetesan, yang disaksikan
oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
2.7.2. Satu persatu detector ditest, dengan menggunakan alat pemanas dan untuk smoke detector
menggunakan asap.
2.7.3. Tiap-tiap zone, ditest satu persatu dan diberi nomor urutan zonenya.
2.8. LAIN–LAIN
Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak digambarkan atau disebutkan dalam spesifikasi
ini harus disediakan oleh Kontraktor sehingga instalasi dapat bekerja dengan baik dan dapat dipertanggung
jawabkan. Di tempat pekerjaan, pengawas menempatkan petugas pengawas yang bertugas setiap saat untuk
mengawasi pekerjaan Kontraktor agar pekerjaan dapat dilaksanakan atau dilakukan sesuai dengan isi Surat
Perjanjian serta dengan cara-cara yang benar dan tepat serta cermat.
2.9.1. Peralatan, bahan dan material yang dipergunakan harus memenuhi spesifikasi teknis. Kontraktor
dimungkinkan untuk mengajukan alternative lain yang setaraf dan Kontraktor baru dapat
menggantinya bila sudah ada persetujuan resmi dan tertulis dari Pemberi Tugas dan Konsultan
Manajemen Konstruksi.
65
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
66
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
5.1. UMUM
5.1.1. Setiap Kontraktor yang menangani pekerjaan ini, haruslah mempelajari seluruh Dokumen Kontrak
dengan teliti untuk mengetahui kondisi yang berpengaruh pada pekerjaan ini.
5.1.2. Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik dalam spesifikasi ataupun
yang tertera dalam gambar-gambar, dimana bahan- bahan dan peralatan yang digunakan harus
sesuai dengan ketentuan- ketentuan pada spesifikasi ini.
5.1.3. Kontraktor wajib melengkapi seluruh peralatan-peralatan yang dibutuhkan sehingga sistem berjalan
dan beroperasi dengan baik.
5.1.4. Bila ternyata ada perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang dipasang dengan
spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban Kontraktor untuk mengganti
bahan atau peralatan tersebut, sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya
ketentuan tambahan biaya.
5.2.1. Sistem proteksi kebakaran untuk proyek ini terdiri atas sistem hydrant, sprinkler dan pemadam
kebakaran ringan.
5.2.2. Sistem hydrant yang diinginkan untuk proyek ini adalah menggunakan sistem pillar hydrant (outdoor)
dan fire landing valve (indoor).
5.2.3. Tipe dari sistem tersebut diatas direncanakan memakai "tipe basah" (wet system), ini berarti
bahwa semua katup penyediaan air untuk sistem harus dalam kondisi terbuka penuh dan tekanan dalam
air dalam jaringan pemipaan dijaga setiap saat.
• Apabila tekanan dalam pipa turun sampai ambang batas yang telah ditentukan karena
adanya kebocoran, maka jockey pump akan hidup secara otomatis dan mati secara otomatis di
ambang batas tekanan yang juga telah ditentukan atau ketika pompa utama start.
• Apabila tekanan air dalam pipa terus turun karena satu atau lebih katup hydrant dibuka maka
pompa kebakaran utama akan bekerja secara otomatis dan pompa Jockey mati secara otomatis.
Pompa kebakaran utama mati secara manual oleh operator.
• Jika kedua pompa tersebut gagal bekerja, akan segera berbunyi dengan nada yang berbeda dengan
bunyi alarm system.
Pekerjaan ini adalah pengadaan dan instalasi sistem fire hydrant dan instalasi fire sprinkler sesuai dengan gambar
perancangan dan meliputi antara lain :
5.3.1. Pengadaan dan instalasi pemipaan sprinkler, sprinkler head lengkap dengan Flow Switch, Branch
Control Valve, Main Alarm Valve dan perlengkapan lainnya.
5.3.2. Pengadaan dan instalasi pemipaan dan peralatan fire hydrant yang meliputi hydrant box lengkap
dengan peralatannya, hydrant pillar, hose rail cabinet, valve-valve dan perlengkapan lainnya.
5.3.3. Pengadaan dan Pemasangan Siamese Connection untuk Fire Hydrant dan Fire Sprinkler type sesuai
standard Dinas Pemadam Kebakaran.
67
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
5.3.4. Mengadakan Testing and Commissioning terhadap seluruh sistem fire hydrant dan sprinkler hingga
berfungsi dengan baik serta memenuhi persyaratan untuk bangunan tinggi.
5.3.5. Membantu mengurus proses perijinan serta persyaratan lain yang diperlukan untuk mendapatkan
persetujuan bahwa Instalasi sistem fire hydrant dan sprinkler dapat dinyatakan baik dan layak pakai
oleh Dinas Pemadam Kebakaran serta untuk Unit Pressure Tank harus mendapat sertificate dari
DEPNAKER.
5.3.6. Mengadakan Training Operasional, waktu serta kesiapannya akan ditentukan kemudian bersama
Pemberi Tugas/Konsultan Manajemen Konstruksi.
5.4.3. Pemipaan
• Material Pipa yang digunakan Black Steel Pipe Medium Class dan harus diusahakan semuanya
berasal dari satu merk.
• Demikian juga untuk fitting digunakan Black Steel Medium Class.
5.4.4. Valve-valve
• Untuk diameter valve sampai dengan 50 mm menggunakan tipe bronze body, non rising stem,
screwed bonnet, solid wedge disk, screwed end .
• Untuk valve diameter lebih besar dari 50 mm menggunakan tipe flanged or lugged body, stainless
steel disk, stainless steel shaft, hand wheel operated with position indicator.
• Material body : carbon steel untuk tekanan 300 psi.
• Untuk diameter valve sampai dengan 50 mm menggunakan material bronze body, swing type, Y
pattern, screwed cup, metal disk, screwed end.
• Material body : swing silent type dengan stainless steel disk dengan body material carbon steel
untuk tekanan 300 psi.
Katup-katup yang tidak disebutkan diatas minimal mempunyai working pressure 300 psi.
Pillar hydrant yang digunakan di sini adalah jenis short type two way dengan main valve dan branch valves ukuran
100 x 65 x 65 mm. Jenis coupling harus disesuaikan dengan model yang dipergunakan oleh mobil dinas kebakaran
kota. Setiap pillar hydrant harus dilengkapi dengan gate valve untuk memudahkan maintenance.
68
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
5.4.6.1. Indoor Hydrant Box (Class III NFPA) harus terdiri dari Peralatan sbb :
• Steel box recessed type, ukuran 750mm x 1250mm x 180mm dicat duco warna merah dengan
tulisan warna putih HYDRANT pada tutup yang dapat dibuka 1800 dan dilengkapi stopper. Ø
• Box harus dilengkapi Alarm Push Button, Alarm Lamp dan Alarm Bell.
• Hose rack untuk slang Ø 40mm, chromium plated bronze dengan jumlah gigi disesuaikan dengan
lebar box.
• Hydrant valve Ø 40 mm dan Ø 65mm, chromium plated. Sambungan dan bentuk valve disesuaikan
dengan posisi pipa.
• Fire Hose (slang kebakaran) ukuran 40mm x panjang 30m lengkap couplingnya.
• Hydrant nozzle variabel spray type size 40 mm. Material baja galvanized, kuningan atau
perunggu.
5.4.6.2. Outdoor Hydrant Box (Class III NFPA) harus terdiri dari Peralatan sbb :
• Steel box outdoor type, ukuran 660mm x 950mm x 200mm dicat duco warna merah dengan
tulisan warna putih HIDRAN pada tutup yang dapat dibuka 1800 dan dilengkapi stopper.
• Hose rack untuk slang Ø 65mm, chromium plated bronze dengan jumlah gigi disesuaikan dengan
lebar box.
• Hydran valve Ø 40 mm dan Ø 65mm, chromium plated. Sambungan dan bentuk valve
disesuaikan dengan posisi pipa.
• Fire Hose (slang kebakaran) ukuran 65mm x panjang 30m lengkap couplingnya.
• Hydrant nozzle variabel spray type size 65mm. Material baja galvanized, kuningan atau
perunggu.
5.4.7.1. Fire brigade connection yang dipergunakan di sini adalah two way Siamese connection untuk
pasangan free standing dengan ukuran 100 x 65 x 65 mm.
5.4.7.2. Siemese connection dibuat dari bronze lengkap dengan built-in check valve dan out coupling yang sesuai
dengan standar yang dipergunakan oleh Dinas Pemadam Kota.
5.4.8.1. Bak kontrol untuk valve terbuat dari konstruksi beton bertulang dengan dimensi : panjang x lebar
= 60 x 60 cm dan dalamnya disesuaikan dengan kedalaman pipa.
5.4.8.2. Lokasi penempatan valve box adalah seperti yang terlihat dalam gambar perencanaan.
5.4.9.1. Pelayanan hydrant pilar diluar bangunan dan pelayanan dalam bangunan digunakan satu set pompa
yang terdiri dari jockey pump, electric hydrant pump dan diesel hydrant pump dengan tekanan kerja
± 12 kg/cm2.
5.4.9.2. Pengaturan kerja pompa dilakukan secara automatic dengan pressure switch pump Control, control
valve serta panel-panel pengoperasian.
5.4.9.3. Semua ketentuan-ketentuan unit pompa beserta perlengkapannya harus mengikuti NFPA 20
standard.
69
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
• Panel kontrol merupakan kelengkapan unit sistem fire hydrant pump yang dapat mengatur
kerja pompa secara automatic baik jockey pump sebagai pompa pembantu, pompa utama
penggerak electric maupun pompa penggerak engine.
• Khusus pompa penggerak engine akan bekerja secara automatic bila saluran daya listrik
terputus pada saat terjadi kebakaran.
5.6.1. Untuk ruangan kantor menggunakan Fire Extinguisher type Dry Chemical Multi Purposes (ABC) 3.5 kg.
5.6.2. Untuk ruangan trafo, genset menggunakan Fire Extinguisher type Carbon Dioksida (CO2) 25 kg.
5.6.1. Pompa-pompa
5.6.2. Pipa
5.6.2.1. Umum
• Pemasangan pipa dan perlengkapannya serta peralatan lainnya harus sesuai dengan gambar
rencana dan harus dikerjakan dengan cara yang benar untuk menjamin kebersihan serta kerapian.
• Pekerjaan harus ditunjang dengan suatu ruang yang longgar, tidak kurang dari 50 mm diantar pipa-
pipa atau dengan bangunan & peralatan.
• Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan teliti sebelum dipasang/disambung.
• Pekerjaan perpipaan harus dilengkapi dengan semua katup-katup yang diperlukan, antara lain
katup penutup, pengatur, katup balik dan sebagainya, sesuai dengan fungsi sistem dan yang
diperlihatkan pada gambar.
• Semua perpipaan yang akan disambung dengan peralatan, harus dilengkapi dengan union
atau flange.
• Sambungan lengkung, reducer dan expander dan sambungan-sambungan cabang pada pekerjaan
perpipaan harus mempergunakan fitting buatan pabrik.
• Katup (valves) dan saringan (strainers) harus mudah dicapai untuk pemeliharaan dan
penggantian.
• Sambungan–sambungan fleksibel harus dipasang sedemikian rupa dan angkur pipa secukupnya
harus disediakan guna mencegah tegangan pada pipa atau alat-alat yang dihubungkan oleh gaya
yang bekerja kearah memanjang.
• Pada pemasangan alat-alat pemuaian, angkur-angkur pipa dan pengarah- pengarah pipa harus
secukupnya disediakan agar pemuaian serta perenggangan terjadi pada alat-alat tersebut, sesuai
dengan permintaan & persyaratan pabrik.
• Selama pemasangan, bila terdapat ujung-ujung pipa yang terbuka dalam pekerjaan pemipaan
yang tersisa pada setiap tahap pekerjaan, harus ditutup dengan menggunakan caps atau plug
untuk mencegah masuknya kotoran/benda-benda lain.
• Semua pemotongan pipa harus memakai pipa cutter dan harus rapi dan tidak tajam (diampelas).
• Semua pipa harus dipasang lurus sejajar dengan dinding/bagian dari bangunan pada arah
horizontal maupun vertikal.
• Semua pemipaan yang akan disambung dengan peralatan harus dilengkapi dengan wartel mur atau
flange.
• Pekerjaan pemipaan tidak boleh digunakan untuk pentanahan listrik.
70
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
• Pipa tekan dari pompa dilengkapi dengan stop valve (gate valve), non return valve (check valve),
flexible connection, dan manometer tekan.
• Pipa isap dan pipa tekan dicat dasar dan cat finishing warna merah.
• Pemipaan harus ditumpu atau digantung dengan hanger, brackets atau sadel dengan tepat dan
sempurna agar dimungkinkan gerakan-gerakan pemuaian atau peregangan pada jarak yang tidak
boleh melebihi jarak yang diberikan dalam list berikut ini :
• Bila dalam suatu kelompok pipa yang terdiri dari bermacam-macam ukuran, maka jarak
interval yang dipergunakan harus berdasarkan jarak interval pipa ukuran terkecil yang ada.
• Sebelum pipa dipasang, support harus dipasang dulu dalam keadaan sempurna. Semua
pemasangan harus rapi dan sebaik mungkin.
• Semua pipa dan gantungan, penumpu harus dicat dasar zinchromate dan pengecatan sesuai
dengan peraturan-peraturan yang berlaku.
• Selubung untuk pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut menembus konstruksi
beton.
71
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
• Selubung harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan kelonggaran di luar pipa
ataupun isolasi celah antara selubung dengan dinding luar pipa minimal 25 mm.
• Selubung untuk dinding dibuat dari pipa besi tuang ataupun baja.
• Sambungan Las
- Penyambungan antara pipa dan fitting mempergunakan sambungan las berlaku untuk ukuran
diatas ᶲ 65 mm. Sambungan las ini berlaku antara pipa baja dan fitting las. Kawat las atau
elektrode yang dipakai harus sesuai dengan jenis pipa yang dilas.
- Sebelum pekerjaan las dimulai, Kontraktor harus mengajukan kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi contoh hasil las untuk mendapat persetujuan tertulis.
- Tukang las harus mempunyai sertifikat pengelasan dan hanya boleh bekerja sesudah
mempunyai surat ijin tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi.
- Setiap bekas sambungan las harus segera dicat dengan cat khusus untuk mencegah korosi.
- Alat las yang boleh dipergunakan adalah alat las listrik yang berkondisi baik menurut penilaian
Konsultan Manajemen Konstruksi.
• Sambungan Ulir
- Penyambungan antara pipa dan fitting mempergunakan sambungan ulir berlaku untuk
ukuran sampai dengan Ø 65 mm.
- Kedalaman ulir pipa harus dibuat sehingga fitting dapat masuk pada pipa dengan diputar
tangan sebanyak 3 ulir.
- Semua sambungan ulir harus mempergunakan perapat Henep dan zink white dengan campuran
minyak.
- Semua pemotongan pipa harus memakai pipe cutter dengan pisau roda.
- Tiap ujung pipa bagian dalam harus dibersihkan dari bekas cutter dengan reamer.
- Semua pipa harus bersih dari bekas bahan perapat sambungan.
• Sambungan Flexible
Sambungan flexible harus disediakan dengan tujuan untuk menghilangkan getaran dari sumber
getaran.
• Sambungan flanged
Sambungan flanged harus dilengkapi rubber set/ ring, seal dari karet secara homogen.
• Selubung untuk pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut menembus konstruksi
beton.
• Selubung harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan kelonggaran diluar pipa
ataupun isolasi.
• Selubung untuk dinding dibuat dari pipa besi tuang ataupun baja. Untuk yang kedap air harus
digunakan sayap.
• Untuk pipa-pipa yang akan menembus konstruksi bangunan yang mempunyai lapisan kedap
air (water proofing) harus dari jenis “ flushing sleeves”.
• Rongga antara pipa dan selubung harus dibuat kedap air dengan rubber
• sealed atau “caulk”
Katup-katup harus disediakan dan dipasang sesuai yang diminta dalam gambar rencana dan spesifikasi agar
sistem dapat bekerja dengan baik.
72
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
5.7. TESTING
5.7.1. Seluruh sistem dilakukan percobaan sampai berfungsi dengan baik. Peralatan testing disediakan oleh
Kontraktor dan atau beban/biaya Kontraktor sendiri. Pada waktu testing dan percobaan diawasi oleh
wakil pemilik dan Konsultan Manajemen Konstruksi.
5.7.2. Kontraktor harus melaksanakan pengujian terhadap sistem instalasi yang telah dipasang, baik secara
sebagian maupun secara keseluruhan, sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah berlaku atau yang
ditentukan oleh spesifikasi.
5.7.3. Kontraktor harus mengadakan pengujian pada waktu pihak Konsultan Manajemen Konstruksi
hadir, dan pihak Konsultan Manajemen Konstruksi akan menentukan apakah testing yang dilakukan
cukup baik atau diulang kembali. Kontraktor harus menanggung segala biaya yang timbul dalam
pengujian-pengujian ini.
5.7.4. Apabila didalam pengetesan instalasi ini menyangkut pihak lain, maka pihak lain tersebut harus ikut
menyaksikan pengetesan ini dan diminta memberikan saran-saran/masukan agar jalannya testing aman.
5.7.5. Kontraktor harus memberikan hasil pengujian kepada Konsultan Manajemen Konstruksi. Hasil-hasil
pengujian akan dipakai untuk menentukan apakah sistem instalasi yang telah dipasang berfungsi
sebagaimana mestinya.
5.7.6. Pengujian oleh dinas kebakaran harus dilakukan sampai mendapatkan Surat Ijin/Rekomendasi untuk
pengurusan IPB (Ijin Penggunaan Bangunan) segala sesuatunya merupakan tanggung jawab Kontraktor.
• Seluruh instalasi pipa harus dilaksanakan testing dengan test pressure 15 ATM bagian per bagian,
masing-masing selama 4 jam terus menerus, tanpa ada kebocoran/penurunan pada test pressure.
• Setiap kali dilakukan penyambungan pipa pemadam kebakaran dilakukan testing ini.
5.7.8. Pompa
5.8. TRAINING
5.8.1. Kontraktor harus memberikan training bagi operator minimal 3 (tiga) orang yang ditunjuk oleh
pemberi tugas, sebelum diterbitkannya surat keterangan serah terima pekerjaan pertama.
5.8.2. Materi training teori dan praktek sampai dapat mengetahui operasi dan maintenance.
5.9.1. Peralatan, bahan dan material yang dipergunakan harus memenuhi spesifikasi.
Kontraktor dimungkinkan untuk mengajukan alternative lain yang setaraf dan Kontraktor baru dapat
menggantinya bila sudah ada persetujuan resmi dan tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi.
73
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
6 Pipa Fire Hydrant ERW Black Steel ASTM A53 Grade A Bakrie/Spindo/PPI
SCH 40.
74
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
75
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
BAB XI
PEKERJAAN ELEKTRIKAL
1.1 UMUM
Persyaratan ini merupakan bagian dari persyaratan teknis ini. Apabila ada klausul dari persyaratan ini yang
dituliskan kembali dalam persyaratan teknis ini, berarti menuntut perhatian khusus pada klausul-klausul tersebut
dan bukan berarti menghilangkan klausul-klausul lainnya dari syarat-syarat umum.
Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus memenuhi atau mengacu kepada Peraturan Nasional, Keputusan
Menteri, Assosiasi Profesi Internasional, Standar Nasional maupun Internasional yang terkait. Kontraktor dianggap
sudah mengenal dengan baik standard dan acuan nasional maupun internasional. Adapun standar atau acuan
yang dipakai, tetapi tidak terbatas, antara lain seperti dibawah ini :
1.3. GAMBAR-GAMBAR
1. Gambar-gambar rencana dan persyaratan-persyaratan ini merupakan suatu kesatuan yang saling
melengkapi dan sama mengikatnya.
2. Gambar-gambar sistem ini menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan, sedangkan
pemasangannya harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari bangunan yang ada, petunjuk
instalasi dari pabrik pembuat dan mempertimbangkan juga kemudahan pengoperasian serta
pemeliharaannya jika peralatan-peralatan sudah dioperasikan.
3. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus mengajukan gambar kerja dan detail, “Shop Drawing”
kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk dapat diperiksa dan disetujui terlebih dahulu
sebanyak 3 (tiga) set. Dengan mengajukan gambar-gambar tersebut, Kontraktor dianggap telah
mempelajari situasi dari instalasi lain yang berhubungan dengan instalasi ini. Persetujuan tersebut tidak
berarti membebaskan Kontraktor dari kesalahan yang mungkin terjadi dan dari tanggung jawab atas
pemenuhan kontrak.
4. Kontraktor instalasi ini harus membuat gambar-gambar terinstalasi, “As-built Drawings” disertai dengan
Operating Instruction, Technical and Maintenance Manual, harus diserahkan kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi pada saat penyerahan pertama pekerjaan dalam rangkap 5 (lima) terdiri dari atas 1
(satu) asli kalkir berikut softcopynya dan 4 (empat) cetak biru dan dijilid serta dilengkapi dengan daftar isi,
notasi dan penjelasan lainnya, dalam ukuran A1 atau disebutkan lain dalam proyek ini. As-built Drawing ini
harus benar-benar menunjukkan secara detail seluruh instalasi Elektrikal yang ada termasuk dimensi
perletakan dan lokasi peralatan.
5. Operating Instruction, Technical and Maintenance Manuals harus cetakan asli (original) berikut
terjemahannya dalam Bahasa Indonesia sebanyak 5 (lima) set dan dijilid dan dilengkapi dengan daftar
isi, notasi dan penjelasan lainnya, dalam ukuran A4.
76
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
1.4. KOORDINASI
1. Kontraktor instalasi ini hendaknya bekerja sama dengan Kontraktor lainnya, agar pekerjaan dapat
berjalan dengan lancar sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
2. Koordinasi yang baik perlu ada agar instalasi yang satu tidak menghalangi kemajuan instalasi lain.
3. Apabila dalam pelaksanaan instalasi ini tidak mengindahkan koordinasi dari Konsultan Manajemen
Konstruksi, sehingga menghalangi instalasi yang lain, maka semua akibat menjadi tanggung jawab
Kontraktor ini.
1. Wakil Kontraktor harus selalu hadir dalam setiap rapat koordinasi proyek yang diatur oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi.
2. Peserta rapat koordinasi harus mengetahui situasi dan kondisi lapangan serta bisa memberi keputusan
terhadap sebagian masalah.
Semua peralatan dan bahan harus baru dan sesuai dengan brosur yang dipublikasikan, sesuai dengan spesifikasi
yang diuraikan, maupun pada gambar-gambar rencana dan merupakan produk yang masih beredar dan
diproduksi secara teratur.
1. Dalam jangka waktu 2 (dua) minggu setelah menerima Surat Perintah Kerja (SPK), dan sebelum
memulai pekerjaan instalasi peralatan maupun material, Kontraktor diharuskan menyerahkan daftar dari
material-material yang akan digunakan. Daftar ini harus dibuat rangkap 4 (empat) yang didalamnya
tercantum nama-nama dan alamat manufacture, catalog dan keterangan- keterangan lain yang dianggap
perlu oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan Konsultan Perencana antara lain:
2. Persetujuan oleh Konsultan Perencana dan Konsultan Manajemen Konstruksi akan diberikan atas dasar
atau sesuai dengan ketentuan di atas.
1. Kontraktor harus menyerahkan contoh bahan-bahan yang akan dipasang minimal dari 3 (tiga) merek
kepada Konsultan Manajemen Konstruksi paling lama 2 (dua) minggu setelah daftar material disetujui.
Semua biaya yang berkenaan dengan penyerahan dan pengembalian contoh-contoh ini adalah menjadi
tanggungan Kontraktor.
2. Konsultan Manajemen Konstruksi tidak bertanggung jawab atas contoh bahan yang akan dipakai dan semua
biaya yang tidak berkenaan dengan penyerahan dan pengambilan contoh/dokumen ini.
77
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
Untuk peralatan dan bahan sejenis yang fungsi penggunaannya sama harus diproduksi pabrik (bermerk),
sehingga memberikan kemungkinan saling dapat dipertukarkan.
1. Semua peralatan dan bahan yang diajukan dalam tender sudah memenuhi spesifikasi, walaupun dalam
pengajuan saat tender kemungkinan ada peralatan dan bahan belum memenuhi spesifikasi, tetapi tetap
harus dipenuhi sesuai spesifikasi bila sudah ditunjuk sebagai Kontraktor .
2. Untuk peralatan dan bahan yang sudah memenuhi spesifikasi, karena suatu hal yang tidak bisa
dihindari terpaksa harus diganti, maka sebagai penggantinya harus dari jenis setaraf atau lebih baik
(equal or better) yang disetujui.
3. Bila Konsultan Manajemen Konstruksi membuktikan bahwa penggantinya itu betul setaraf atau lebih
baik, maka biaya yang menyangkut pembuktian tersebut harus ditanggung oleh Kontraktor.
1. Khusus peralatan utama seperti Kubikal tegangan menengah, Transformator dan Genset dan
kelengkapannya, harus ditest dahulu oleh Pemilik dan didampingi Konsultan Perencana di pabrik masing-
masing yang sebelumnya sudah ditest oleh pabrik yang bersangkutan dan disetujui untuk dikirim ke
lapangan.
2. Semua peralatan-peralatan yang sesuai dengan spesifikasi ini dikirim dan dipasang dan telah memenuhi
ketentuan-ketentuan pengetesan dengan baik, Kontraktor harus melaksanakan pengujian secara
keseluruhan dari peralatan- peralatan yang terpasang, dan jika sudah ditest dan memenuhi fungsi-
fungsinya sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari kontrak, maka seluruh unit lengkap dengan peralatannya
dapat diserahkan berdasarkan Berita Acara oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
Atas penggunaan bahan/material, sistem dan lain-lain oleh Kontraktor, Pemilik dijamin dan dibebaskan dari
segala claim ataupun tuntutan yuridis lainnya.
1.7. IZIN-IZIN
Pengurusan ijin-ijin yang diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini serta seluruh biaya yang diperlukannya
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
1. Sebelum pelaksanaan pemasangan instalasi ini dimulai, Kontraktor harus menyerahkan gambar kerja
dan detailnya kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dalam rangkap 3 (tiga) untuk disetujui. Yang
dimaksud gambar kerja disini adalah gambar yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan, lengkap dengan
dimensi peralatan, jarak peralatan satu dengan lainnya, jarak terhadap dinding, jarak pipa terhadap lantai,
dinding dan peralatan, dimensi aksesoris yang dipakai. Konsultan Manajemen Konstruksi berhak menolak
gambar kerja yang tidak mengikuti ketentuan tersebut diatas.
2. Kontraktor diwajibkan untuk mengecek kembali atas segala ukuran/kapasitas peralatan (equipment)
yang akan dipasang. Apabila terdapat keraguan- keraguan, Kontraktor harus segera menghubungi
Konsultan Manajemen Konstruksi untuk berkonsultasi.
3. Pengambilan ukuran atau pemilihan kapasitas peralatan yang sebelumnya tidak dikonsultasikan
dengan Konsultan Manajemen Konstruksi, apabila terjadi kekeliruan maka hal tersebut menjadi tanggung
jawab Kontraktor. Untuk itu pemilihan peralatan dan material harus mendapatkan persetujuan dari
Konsultan Manajemen Konstruksi atas rekomendasi Konsultan Perencana.
4. Pada beberapa peralatan tertentu ada asumsi yang digunakan konsultan dalam menentukan performnya,
asumsi-asumsi ini harus diganti oleh Kontraktor sesuai actual dari peralatan yang dipilih maupun kondisi
78
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
lapangan yang tidak memungkinkan. Untuk itu Kontraktor wajib menghitung kembali performanya dari
peralatan tersebut dan memintakan persetujuan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi.
1. Pelaksanaan instalasi yang menyimpang dari rencana karena penyesuaian dengan kondisi lapangan,
harus mendapat persetujuan tertulis dahulu dari pihak Konsultan Perencana dan Konsultan Manajemen
Konstruksi.
2. Kontraktor instalasi ini harus menyerahkan setiap gambar perubahan yang ada kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi sebanyak rangkap 3 (tiga) set yang akan dikirim oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi kepada Konsultan Perencana.
3. Perubahan material dan lain-lainnya, harus diajukan oleh Kontraktor kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi secara tertulis dan jika terjadi pekerjaan tambah/kurang/perubahan yang ada harus disetujui
oleh Konsultan Perencana dan Konsultan Manajemen Konstruksi secara tertulis.
Semua sleeves menembus lantai beton untuk instalasi sistem elektrikal harus dipasang oleh Kontraktor.
Semua inserts beton yang diperlukan untuk memasang peralatan, termasuk inserts untuk penggantung
(hangers) dan penyangga lainnya harus dipasang oleh Kontraktor.
1. Pembobokan tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang diperlukan dalam pelaksanaan instalasi ini
serta mengembalikannya ke kondisi semula, menjadi lingkup pekerjaan Kontraktor instalasi ini.
2. Pembobokan/pengelasan/pengeboran hanya dapat dilaksanakan apabila ada persetujuan dari pihak
Konsultan Manajemen Konstruksi secara tertulis.
1.7.5. Pengecatan
Semua peralatan dan bahan yang dicat, kemudian lecet karena pengangkutan atau pemasangan harus segera
ditutup dengan dempul dan dicat dengan warna yang sama, sehingga nampak seperti baru kembali.
1. Kontraktor instalasi ini harus menempatkan seorang penanggung jawab pelaksanaan yang ahli dan
berpengalaman yang harus selalu ada di lapangan, yang bertindak sebagai wakil dari Kontraktor dan
mempunyai kemampuan untuk memberikan keputusan teknis dan bertanggung jawab penuh dalam
menerima segala instruksi yang akan diberikan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
2. Penanggung jawab tersebut di atas juga harus berada di tempat pekerjaan pada saat
diperlukan/dikehendaki oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
1.9. PENGAWASAN
1. Pengawasan setiap hari terhadap pelaksanaan pekerjaan adalah dilakukan oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi.
2. Konsultan Manajemen Konstruksi harus dapat mengawasi, memeriksa dan menguji setiap bagian
pekerjaan, bahan dan peralatan. Kontraktor harus mengadakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan.
3. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari pengamatan Konsultan Manajemen
Konstruksi adalah tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor.
4. Jika diperlukan pengawasan oleh Pengawas harian diluar jam-jam kerja (08.00 sampai dengan 16.00), dan
hari libur maka segala biaya yang diperlukan untuk hal tersebut menjadi beban Kontraktor yang
perhitungannya disesuaikan dengan peraturan pemerintah. Permohonan untuk mengadakan
pengawasan tersebut harus dengan surat yang disampaikan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi.
79
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
5. Di tempat pekerjaan, Konsultan Manajemen Konstruksi menempatkan petugas- petugas pengawas yang
bertugas setiap saat untuk mengawasi pekerjaan Kontraktor, agar pekerjaan dapat dilaksanakan atau
dilakukan sesuai dengan isi surat perjanjian Pelaksanaaan Pekerjaan serta dengan cara-cara yang benar
dan tepat serta cermat.
1.10. LAPORAN-LAPORAN
1. Kontraktor wajib membuat laporan harian dan mingguan yang memberikan gambaran mengenai:
• Kegiatan fisik
• Catatan dan perintah Konsultan Manajemen Konstruksi yang disampaikan secara lisan maupun
tertulis.
• Jumlah material masuk/ditolak.
• Jumlah tenaga kerja dan keahliannya
• Keadaan cuaca
• Pekerjaan tambah/kurang
• Prestasi rencana dan yang terpasang
2. Laporan mingguan merupakan ringkasan dari laporan harian dan setelah ditandatangani oleh manajer
proyek harus diserahkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk diketahui/disetujui.
1. Kontraktor instalasi ini harus menyerahkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dalam rangkap 3
(tiga) mengenai hal-hal sebagai berikut :
2. Semua pengetesan dan pengukuran yang akan dilaksanakan harus disaksikan oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi.
1. Pemeriksaan rutin dalam masa pemeliharaan harus dilaksanakan oleh Kontraktor instalasi ini
secara periodik dan tidak kurang dari tiap 2 (dua) minggu, atau ditentukan lain oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi.
2. Pemeriksaan khusus dalam masa pemeliharaan harus dilaksanakan oleh Kontraktor instalasi ini,
apabila ada permintaan dari pihak Konsultan Manajemen Konstruksi dan atau bila ada gangguan dalam
instalasi ini.
1. Kontraktor diharuskan untuk membuat kantor, gudang dan los kerja di halaman tempat pekerjaan,
untuk keperluan pelaksanaan tugas administrasi lapangan, penyimpanan barang/bahan serta peralatan
kerja dan sebagai area/tempat kerja (peralatan pekerjaan kasar), dimana pelaksanaan tugas instalasi
berlangsung.
2. Pembuatan kantor, gudang dan los kerja ini dapat dilaksanakan bila terlebih dahulu mendapatkan ijin dari
pemberi tugas/Konsultan Manajemen Konstruksi.
80
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
1.13. PENJAGAAN
1. Kontraktor wajib mengadakan penjagaan dengan baik serta terus menerus selama berlangsungnya
pekerjaan atas bahan, peralatan, mesin dan alat-alat kerja yang disimpan di tempat kerja (gudang lapangan).
2. Kehilangan yang diakibatkan oleh kelalaian penjagaan atas barang-barang tersebut di atas, menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
1. Semua kebutuhan air yang diperlukan dalam setiap bagian pekerjaan dan sebagainya harus disediakan
oleh pihak Kontraktor.
2. Apabila menggunakan sumber air yang sudah ada (existing) harus dilengkapi dengan meter air, dan
berkoordinasi dengan Konsultan Manajemen Konstruksi terlebih dahulu.
1. ada kantor, los kerja, gudang dan tempat-tempat pelaksanaan pekerjaan yang dianggap perlu, harus diberi
penerangan yang cukup.
2. Daya listrik baik untuk keperluan penerangan maupun untuk sumber tenaga/daya kerja harus
diusahakan oleh Kontraktor. Bila menggunakan daya listrik dari bangunan existing, harus dilengkapi dengan
KWh meter dan berkoordinasi dengan Konsultan Manajemen Konstruksi terlebih dahulu.
1. Selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung, kantor, gudang, los kerja dan tempat pekerjaan
dilaksanakan dalam bangunan, harus selalu dalam keadaan bersih.
2. Penimbunan/penyimpanan barang, bahan dan peralatan baik dalam gudang maupun di luar (halaman),
harus diatur sedemikian rupa agar memudahkan jalannya pemeriksaan dan tidak mengganggu pekerjaan
dari bagian lain.
3. Peraturan-peraturan yang lain tentang ketertiban akan dikeluarkan olehKonsultan Manajemen
Konstruksi pada waktu pelaksanaan.
1. Jika terjadi kecelakaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan ini, maka Kontraktor diwajibkan
segera mengambil segala tindakan guna kepentingan si korban atau para korban, serta melaporkan
kejadian tersebut kepada instansi dan departement yang bersangkutan/berwenang (dalam hal ini Polisi dan
Department Tenaga Kerja) dan mempertanggung jawabkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Peti PPPK dengan isinya yang selalu lengkap, guna keperluan pertolongan pertama pada kecelakaan
harus selalu ada di tempat pekerjaan.
1. Kontraktor instalasi ini harus melakukan semua testing dan commissioning yang dianggap perlu untuk
mengetahui apakah keseluruhan instalasi dapat berfungsi dengan baik dan dapat memenuhi semua
persyaratan yang diminta, sesuai dengan prosedur testing dan commissioning dari pabrik pembuat dan
instansi yang berwenang.
2. Semua bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk mengadakan testing tersebut merupakan tanggung
jawab Kontraktor termasuk daya listrik untuk testing.
1. Peralatan dan sistem instalasi ini harus digaransi selama 1 (satu) tahun terhitung sejak saat
penyerahan pertama.
81
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
2. Masa pemeliharaan untuk instalasi ini adalah selama 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak saat
penyerahan pertama, bila Konsultan Manajemen Konstruksi/Pemberi Tugas menentukan lain, maka yang
terakhir ini yang akan berlaku.
3. Selama masa garansi, seluruh instalasi yang telah selesai dilaksanakan masih merupakan tanggung jawab
Kontraktor sepenuhnya.
4. Selama masa garansi ini, untuk seluruh instalasi ini Kontraktor diwajibkan mengatasi segala kerusakan
yang akan terjadi tanpa adanya tambahan biaya.
5. Selama masa pemeliharaan ini, apabila Kontraktor instalasi tidak melaksanakan teguran dari
Konsultan Manajemen Konstruksi atas perbaikan/penggantian/ penyetelan yang diperlukan, maka Konsultan
Manajemen Konstruksi berhak menyerahkan perbaikan/penggantian/penyetelan tersebut kepada pihak
lain atas biaya Kontraktor instalasi ini.
6. Selama masa pemeliharaan ini, Kontraktor instalasi harus melatih petugas- petugas yang ditunjuk oleh
Pemilik dalam teori dan praktek sehingga dapat mengenali sistem instalasi dan dapat melaksanakan
pengoperasian dan pemeliharaannya.
7. Serah terima pertama dari instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah ada bukti pemeriksaan dengan
hasil yang baik yang ditandatangani bersama oleh Kontraktor dan Konsultan Manajemen Konstruksi.
8. Serah terima setelah masa pemeliharaan instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah :
• Berita acara serah terima kedua yang menyatakan bahwa instalasi ini dalam keadaan baik,
ditandatangani bersama oleh Kontraktor dan Konsultan Manajemen Konstruksi.
• Semua gambar instalasi terpasang (As Built Drawing) beserta Operating Instruction, Technical dan
Maintenance Manuals rangkap 5 (lima) terdiri atas 1 (satu) set asli dan 4 (empat) copy telah
diserahkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi.
• Manual book untuk setiap peralatan harus di buat dalam Bahasa Indonesia.
1.20. GARANSI
Setiap sertifikat pengetesan harus diserahkan oleh pabrik pembuatnya. Bila peralatan mengalami kegagalan
dalam pengetesan-pengetesan yang disyaratkan di dalam spesifikasi teknis ini, maka pabrik pembuat bertanggung
jawab terhadap peralatan yang diserahkan, sampai peralatan tersebut memenuhi syarat-syarat, setelah
mengalami pengetesan ulang dan sertifikat pengetesan telah diterima dan disetujui oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi.
1.21. TRAINING
Sebelum penyerahan pertama pekerjaan, Kontraktor harus menyelenggarakan semacam pendidikan dan latihan
serta petunjuk praktis operasi kepada orang yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas tentang operasi dan perawatan
lengkap dengan 3 copies buku Operating Maintenance, Repair Manual dan As-built drawing, segala sesuatunya
atas biaya Kontraktor.
82
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
2.1. UMUM
1. Setiap Kontraktor yang menangani pekerjaan ini, haruslah mempelajari seluruh Dokumen Kontrak
dengan teliti untuk mengetahui kondisi yang berpengaruh pada pekerjaan ini.
2. Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik dalam spesifikasi ataupun
yang tertera dalam gambar-gambar, dimana bahan-bahan dan peralatan yang digunakan harus sesuai
dengan ketentuan- ketentuan pada spesifikasi ini.
3. Bila ternyata ada perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang dipasang dengan spesifikasi yang
dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban Kontraktor untuk mengganti bahan atau peralatan
tersebut, sehingga sesuai dengan ketentuan pada RKS ini tanpa adanya ketentuan tambahan biaya.
2.2.1. Pengadaan, pemasangan dan pengaturan dari peralatan, perlengkapan dan bahan yang disebutkan
dalam gambar atau Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini, dalam kondisi lengkap terpasang dan siap
dioperasikan antara lain :
2.2.3. Pengadaan, pemasangan dan mengecek ulang atas design, baik yang telah disebutkan dalam
gambar/Rencana Kerja dan Syarat-syarat maupun yang tidak disebutkan namun secara umum/teknis
diperlukan untuk memperoleh suatu sistem yang sempurna, aman, siap pakai dan handal.
2.2.4. Menyelenggarakan pemeriksaan, pengujian, dan pengesahan seluruh instalasi listrik yang terpasang.
1. Sebelum dipergunakan, kabel dan peralatan bantu lainnya harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Konsultan Manajemen Konstruksi.
2. Pada prinsipnya kabel-kabel yang dipergunakan adalah jenis NYY, NYM, NYA, NYFGbY, dan BCC. Untuk
kabel feeder/power dari jenis NYY, kabel penerangan dipergunakan kabel NYM, kabel stop kontak dan AC
menggunakan kabel NYM sedangkan untuk kabel grounding dari jenis BCC atau NYA dan untuk feeder
lampu taman menggunakan kabel NYFG.
3. Penampang kabel minimum yang dapat dipakai 2,5 mm².
83
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
1. Kotak-kontak dan saklar yang akan dipasang pada dinding tembok bata adalah tipe pemasangan
masuk/inbow (flush mounting).
2. Kotak-kontak biasa (inbow) yang dipasang mempunyai rating 16 A sedangkan saklar mempunyai
rating minimum 10 A.
3. Ada tiga penempatan stop kontak yaitu di dinding, di lantai dan di plafond
4. Flush-box (inbow doos) untuk tempat saklar, kotak-kontak dinding harus dipakai dari jenis bahan blakely.
5. Untuk stop kontak yang dipasang di lantai harus diberi penutup yang cukup untuk melindungi dari masuknya
air ke dalam stop kontak.
2.3.8. Konduit
1. Konduit instalasi penerangan yang dipakai adalah dari jenis PVC High Impact.
2. Factor pengisian konduit harus mengikuti ketentuan pada PUIL.
1. Rak kabel terbuat dari plat galvanis dan buatan pabrik, ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan.
2. Penggantung dibuat dari Hanger Rod, jarak antar penggantung maximum 1 m. Penggantung harus rapi &
kuat sehingga bila ada pembebanan tidak akan berubah bentuk. Penggantung harus dicat dasar anti karat
sebelum dicat akhir dengan warna abu-abu.
3. Bahan-bahan untuk rak kabel dan penggantung harus buatan pabrik.
1. Perlengkapan instalasi yang dimaksud adalah material-material untuk melengkapi instalasi agar
diperoleh hasil yang memenuhi persyaratan, handal dan mudah perawatan.
2. Seluruh klem kabel yang digunakan harus buatan pabrik.
3. Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam junction box/doos, warna kabel harus sama.
4. Juction box/doos yang digunakan harus cukup besar dan dilengkapi tutup pengaman.
2.4.1. Panel-panel
84
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
2.4.2. Kabel–Kabel
1. Semua kabel di kedua ujungnya harus diberi tanda dengan kabel mark yang jelas dan tidak mudah lepas
untuk mengindentifikasikan arah beban.
2. Setiap kabel daya pada ujungnya harus diberi isolasi berwarna untuk mengidentifikasikan phasenya
sesuai dengan ketentuan PUIL.
3. Kabel daya yang dipasang horizontal/vertical harus dipasang pada cable ladder/tray, diikat dan disusun
rapi.
4. Setiap tarikan kabel tidak diperkenankan adanya sambungan, kecuali pada T-doos untuk instalasi
penerangan.
5. Untuk kabel dengan diameter 16 mm² atau lebih harus dilengkapi dengan sepatu kabel untuk terminasinya.
6. Semua kabel yang akan dipasang menembus dinding atau beton harus dibuatkan sleeve dari pipa
galvanis dengan penampang minimum 2 ½ kali penampang kabel.
7. Semua kabel yang dipasang di atas langit-langit harus diletakkan pada suatu rak kabel.
8. Kabel penerangan yang terletak di atas rak kabel harus tetap di dalam konduit.
9. Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak-kontak harus di dalam kotak terminal yang terbuat dari
bahan yang sama dengan bahan konduitnya dan dilengkapi dengan sekrup untuk tutupnya dimana tebal
kotak terminal tadi minimum 4 cm. Penyambungan kabel menggunakan las doop.
10. Setiap pemasangan kabel daya harus diberikan cadangan kurang lebih 1 m disetiap ujungnya.
11. Penyusunan konduit di atas rak kabel harus rapih dan tidak saling menyilang.
12. Kabel tegangan rendah yang akan dipasang harus mempunyai serifikat lulus uji dari PLN yang
terutama menjamin bahan isolasi kabel sudah memenuhi persyaratan.
13. Pengujian dengan Megger harus tetap dilaksanakan dengan nilai tahanan isolasi minimum 500 kilo
ohm.
1. Semua kabel yang ditanam harus pada kedalaman minimum 80 cm, dimana sebelum kabel ditanam
ditempatkan lapisan pasir setebal 15 cm dan setelah kabel di gelar, diatas kabel diberi lapisan pasir lagi
setebal minimum 10 cm kemudian diamankan dengan batu bata press sebagai pelindungnya. Lebar galian
minimum adalah 40 cm yang disesuaikan dengan jumlah kabel.
2. Kabel yang ditanam dan menyeberangi selokan atau jalan atau instalasi lainnya harus ditanam lebih
dalam dari 80 cm dan diberikan pelindung pipa galvanis dengan penampang minimum 2 ½ kali penampang
kabel.
3. Penanaman kabel harus memenuhi peraturan yang berlaku dan persyaratan yang ditunjukan dalam
gambar/RKS.
4. Tidak diperkenankan melakukan pengurugan sebelum Konsultan Manajemen Konstruksi
memeriksa dan menyetujui perletakan kabel tersebut.
5. Penyambungan kabel feeder tidak diperbolehkan. Kabel harus utuh menerus tanpa sambungan.
6. Penanaman tidak boleh dilakukan dimalam hari.
1. Pemasangan lampu penerangan harus disesuaikan dengan rencana plafond dari Arsitek dan disetujui oleh
MK
2. Lampu tidak diperkenankan memberikan beban kepada rangka plafond, dimana lampu yang terpasang
harus mempunyai gantungan sendiri
3. Instalasi kabel penerangan yang berhubungan langsung dengan lampu yang bersangkutan harus dilengkapi
dengan flexible conduit
4. Tiang lampu penerangan untuk diluar bangunan harus dipasang tegak lurus.
85
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
1. Sesuai dengan keperluannya kotak-kontak dipasang di lantai, 300 mm dan 1500 mm dari permukaan
lantai. Kotak-kontak yang dipasang di lantai harus mempunyai tutup pengaman. Saklar yang akan dipakai
adalah tipe pemasangan masuk dan dipasang pada ketinggian 1.500 mm.
2. Kotak-kontak dan saklar yang dipasang pada tempat yang lembab/basah harus dari tipe water dicht (bila
ada).
3. Kotak-kontak yang khusus dipasang pada kolom beton harus terlebih dahulu dipersiapkan sparing untuk
pengkabelannya disamping metal doos yang harus terpasang pada saat pengecoran kolom tersebut.
1. Sistem pembumian harus memenuhi peraturan yang berlaku dan persyaratan yang ditunjukan
dalam gambar/RKS.
2. Seluruh panel dan peralatan harus ditanahkan. Penghantar pembumian pada panel-panel
menggunakan BCC atau NYA dengan ukuran minimal 4 mm² dan maksimal 50 mm², penyambungan ke
panel harus menggunakan sepatu kabel (cable lug).
3. Dalamnya pembumian minimal 12 meter dan ujung elektroda pembumian harus mencapai permukaan air
tanah, agar dicapai harga tahanan tanah (ground resistance) dibawah 2 (dua) ohm, yang diukur setelah tidak
hujan selama 3 (tiga) hari berturut-turut.
4. Pengukuran Pembumian dilaksanakan oleh Kontraktor setelah mendapat persetujuan dari Konsultan
Manajemen Konstruksi. Pengukuran ini harus disaksikan Konsultan Manajemen Konstruksi.
2.5. PENGUJIAN
Sebelum semua peralatan utama dari system dipasang, harus diadakan pengujian secara individual. Peralatan
tersebut baru dapat dipasang setelah dilengkapi dengan sertifikat pengujian yang baik dari pabrik pembuat dan
LMK/PLN serta instansi lainnya yang berwenang untuk itu. Setelah peralatan tersebut dipasang, harus
diadakan pengujian secara menyeluruh dari system untuk menjamin bahwa system berfungsi dengan baik. Semua
biaya yang timbul dari pelaksanakan pengujian menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Test meliputi :
2.5.1.1. Test ini dilakukan tanpa beban artinya peralatan ditest satu per satu seperti misal pengujian Instalasi
0,6/1 KV (Kabel Tegangan Rendah):
2.5.1.2. Dan harus diberikan hasil test berupa Laporan Pengetesan/hasil pengujian pemeriksaan. Apabila
hasil pengujian dinyatakan baik, maka test berikutnya harus dilaksanakan secara keseluruhan (Full Load
Test).
2.5.2.1. Test beban penuh ini harus dilaksanakan Kontraktor sebelum penyerahan pertama pekerjaan. Test
ini meliputi :
86
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
• Test pompa-pompa seluruhnya, yang dilaksanakan bersama-sama sub pekerjaan pompa pompa.
• Test peralatan (beban) lainnya.
2.5.2.2. Lamanya test ini harus dilakukan 3 x 24 jam non stop dengan beban penuh, dan semua biaya dan
tanggung jawab teknik sepenuhnya menjadi beban Kontraktor, dengan schedule/pengaturan waktu
oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
2.5.2.3. Hasil test harus mendapat pengesahan dari Perencana dan Konsultan Manajemen Konstruksi.
Selesai test 3 x 24 jam harus dibuatkan Berita Acara test jam untuk lampiran penyerahan pertama
pekerjaan.
2.6.1. Bahan dan peralatan harus memenuhi spesifikasi. Kontraktor dimungkinkan untuk mengajukan alternatif
lain yang setaraf dengan yang dispesifikasikan. Kontraktor baru dapat mengganti bila ada persetujuan
resmi dan tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi.
2.6.2. Produk bahan dan peralatan, pada dasarnya adalah sebagai berikut :
87
REKAPITULASI
DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA
TOWER II
I PEKERJAAN STRUKTUR Rp. 8.952.124.031,35
PLAZA
I PEKERJAAN STRUKTUR Rp. 2.184.525.450,24
MUSHALLA
I PEKERJAAN STRUKTUR Rp. 313.996.072,34
II PEKERJAAN ARSITEK Rp. 8.673.075,09
III PEKERJAAN MEP Rp. 905.331.366,05
POWER HOUSE
I PEKERJAAN STRUKTUR Rp. 209.006.125,56
II PEKERJAAN ARSITEK Rp. 73.230.152,10
III PEKERJAAN MEP Rp. 307.921.000,00
(Penyedia Jasa)
(.....................)
Direktur
REKAPITULASI
DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA
1 2 3
(Penyedia Jasa)
(.....................)
Direktur
REKAPITULASI
DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA
(Penyedia Jasa)
(.....................)
Direktur
REKAPITULASI
DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA
(Penyedia Jasa)
(.....................)
Direktur
DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA
I PEKERJAAN PERSIAPAN
1 Pemasangan dan Pengukuran Bouwplank 195,67 M' AHSP PU A.2.2.1.4 109.504,82 21.426.589,12
2 Direksi Keet 25,00 M² AHSP PU A.2.2.1.5 1.812.674,34 45.316.858,50
3 Pos Keamanan 4,50 M² AHSP PU A.2.2.1.6 1.887.938,36 8.495.722,62
4 Gudang Material 27,50 M² AHSP PU A.2.2.1.7 1.626.445,92 44.727.262,80
5 Barak Kerja 50,00 M² AHSP PU A.2.2.1.8 1.632.330,04 81.616.502,00
6 Papan Nama Proyek 1,00 Ls Taksir 1.334.300,34 1.334.300,34
7 Pengadaan Listrik Kerja 10,00 Bln Taksir 2.350.000,00 23.500.000,00
8 Pengadaan Air Kerja 10,00 Bln Taksir 1.250.000,00 12.500.000,00
9 Biaya Keselamatan Kerja ( K3 ) 10,00 Bln Taksir 14.250.000,00 142.500.000,00
10 Administrasi & Dokumentasi 10,00 Bln Taksir 1.000.000,00 10.000.000,00
Sub Jumlah 391.417.235,38
II PEKERJAAN TANAH
TOWER II
1 Galian Tanah Pondasi Sedalam 1 m 230,28 M³ AHSP PU A.2.3.1.1 73.150,00 16.845.201,45
2 Urugan Kembali Tanah Bekas Galian 76,76 M³ AHSP PU A.2.3.1.9 52.800,00 4.052.980,80
3 Lantai Kerja (Beton Cor) 1 : 3 : 5 16,07 M³ AHSP PU A.4.1.1.4 905.638,92 14.553.544,99
4 Pasir Urug Bawah Pondasi 16,07 M³ AHSP PU A.2.3.1.11 193.468,00 3.109.015,28
5 Timbunan Tanah Biasa 275,00 M³ AHSP PU A.2.3.1.14.a 289.132,80 79.511.520,00
118.072.262,53
PLAZA
1 Galian Tanah Pondasi Sedalam 1 m 89,73 M³ AHSP PU A.2.3.1.1 73.150,00 6.563.749,50
2 Urugan Kembali Tanah Bekas Galian 29,91 M³ AHSP PU A.2.3.1.9 52.800,00 1.579.248,00
3 Lantai Kerja (Beton Cor) 1 : 3 : 5 4,84 M³ AHSP PU A.4.1.1.4 905.638,92 4.386.914,93
4 Pasir Urug Bawah Pondasi 4,84 M³ AHSP PU A.2.3.1.11 193.468,00 937.158,99
5 Timbunan Tanah Biasa 385,71 M³ AHSP PU A.2.3.1.14.a 289.132,80 111.521.701,42
124.988.772,84
Sub Jumlah 243.061.035,37
4 Pondasi Tapak
a Tangga Depan
- Beton Cor K.225 6,24 M³ AHSP PU A.4.1.1.7 1.183.826,55 7.387.077,67
- Besi Beton D 14 mm 712,24 Kg AHSP PU A.4.1.1.17 17.963,64 12.794.404,71
- Papan Bekisting (2x Pakai) 10,38 M² AHSP PU A.4.1.1.20 301.113,56 3.125.558,75
b Tangga Belakang
- Beton Cor K.225 0,32 M³ AHSP PU A.4.1.1.7 1.183.826,55 383.559,80
- Besi Beton D 14 mm 38,19 Kg AHSP PU A.4.1.1.17 17.963,64 685.957,23
- Papan Bekisting (2x Pakai) 1,26 M² AHSP PU A.4.1.1.20 301.113,56 379.403,09
5 Pedestal Tapak
a Tangga Depan
- Beton Cor K.225 5,95 M³ AHSP PU A.4.1.1.7 1.183.826,55 7.046.135,63
- Besi Beton D 12 mm 117,80 Kg AHSP PU A.4.1.1.17 17.963,64 2.116.030,08
- Besi Beton Ø 8 mm 127,35 Kg AHSP PU A.4.1.1.17.a 15.653,64 1.993.566,31
- Papan Bekisting (2x Pakai) 20,21 M² AHSP PU A.4.1.1.20 301.113,56 6.086.107,27
b Tangga Belakang
- Beton Cor K.225 1,34 M³ AHSP PU A.4.1.1.7 1.183.826,55 1.585.380,52
- Besi Beton D 12 mm 26,42 Kg AHSP PU A.4.1.1.17 17.963,64 474.623,57
- Besi Beton Ø 8 mm 34,48 Kg AHSP PU A.4.1.1.17.a 15.653,64 539.689,33
- Papan Bekisting (2x Pakai) 1,86 M² AHSP PU A.4.1.1.20 301.113,56 560.071,22
565.522.813,83
Sub Jumlah 3.036.705.695,86
2 Pasangan Dinding Batu Bata 1 : 4 Anak Tangga 9,29 M² AHSP PU A.4.4.1.9 130.139,79 1.208.699,33
3 Lift
Dinding Geser
- Beton Cor K.300 12,65 M³ AHSP PU A.4.1.1.10 1.251.943,73 15.834.584,30
- Besi Beton D 16 mm 3.720,34 Kg AHSP PU A.4.1.1.17 17.963,64 66.830.833,76
- Papan Bekisting (2x Pakai) 44,31 M² AHSP PU A.4.1.1.25 592.740,28 26.267.219,13
Elv. ± 0.00
5 Balok (B1)
- Beton Cor K.300 35,23 M³ AHSP PU A.4.1.1.10 1.251.943,73 44.103.943,20
- Besi Beton D 22 mm 8.779,50 Kg AHSP PU A.4.1.1.17 17.963,64 157.711.750,95
- Besi Beton D 13 mm 645,38 Kg AHSP PU A.4.1.1.17 17.963,64 11.593.425,80
HARGA JUMLAH
NO URAIAN PEKERJAAN VOLUME SAT. ANALISA SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6 7
- Besi Beton Ø 12 mm 1.833,04 Kg AHSP PU A.4.1.1.17.a 15.653,64 28.693.750,54
- Papan Bekisting (2x Pakai) 100,65 M² AHSP PU A.4.1.1.23 566.529,48 57.022.608,49
6 Balok (B2)
- Beton Cor K.300 17,10 M³ AHSP PU A.4.1.1.10 1.251.943,73 21.410.491,28
- Besi Beton D 19 mm 2.819,52 Kg AHSP PU A.4.1.1.17 17.963,64 50.648.797,37
- Besi Beton D 13 mm 263,99 Kg AHSP PU A.4.1.1.17 17.963,64 4.742.186,57
- Besi Beton Ø 10 mm 1.109,06 Kg AHSP PU A.4.1.1.17.a 15.653,64 17.360.861,76
- Papan Bekisting (2x Pakai) 57,01 M² AHSP PU A.4.1.1.23 566.529,48 32.295.579,54
7 Plat Lantai T = 13 cm
- Beton Cor K.300 42,39 M³ AHSP PU A.4.1.1.10 1.251.943,73 53.071.674,57
- Tulangan Wiremesh M8-150 - 2 Layer 3.553,61 Kg AHSP PU A.4.1.1.19 11.172,37 39.702.245,97
- Papan Bekisting (2x Pakai) 326,09 M² AHSP PU A.4.1.1.24 628.107,48 204.818.223,38
1.189.901.284,28
PLAZA
Elv. - 3.60
1 Sloof (S1)
- Beton Cor K.300 41,29 M³ AHSP PU A.4.1.1.10 1.251.943,73 51.690.753,50
- Besi Beton D 19 mm 6.126,37 Kg AHSP PU A.4.1.1.17 17.963,64 110.051.984,28
- Besi Beton D 13 mm 956,01 Kg AHSP PU A.4.1.1.17 17.963,64 17.173.393,67
- Besi Beton Ø 10 mm 2.432,45 Kg AHSP PU A.4.1.1.17.a 15.653,64 38.076.662,56
- Papan Bekisting (2x Pakai) 206,44 M² AHSP PU A.4.1.1.20 301.113,56 62.162.485,55
2 Pasangan Dinding Batu Bata 1 : 4 Anak Tangga 44,08 M² AHSP PU A.4.4.1.9 130.139,79 5.735.935,58
4 Tangga
a Tangga Depan
Plat & Anak Tangga
- Beton Cor K.300 6,99 M³ AHSP PU A.4.1.1.10 1.251.943,73 8.753.697,41
- Besi Beton Ø 12 mm 798,45 Kg AHSP PU A.4.1.1.17.a 15.653,64 12.498.581,50
- Papan Bekisting (2x Pakai) 55,13 M² AHSP PU A.4.1.1.26 491.298,28 27.083.076,16
Plat Bordes
- Beton Cor K.300 0,85 M³ AHSP PU A.4.1.1.10 1.251.943,73 1.060.039,49
- Besi Beton Ø 12 mm 511,84 Kg AHSP PU A.4.1.1.17.a 15.653,64 8.012.132,71
- Papan Bekisting (2x Pakai) 7,43 M² AHSP PU A.4.1.1.26 491.298,28 3.650.522,11
Balok Bordes
- Beton Cor K.300 1,13 M³ AHSP PU A.4.1.1.10 1.251.943,73 1.415.651,02
- Besi Beton Ø 12 mm 48,19 Kg AHSP PU A.4.1.1.17.a 15.653,64 754.310,25
- Besi Beton Ø 10 mm 42,54 Kg AHSP PU A.4.1.1.17.a 15.653,64 665.922,93
- Papan Bekisting (2x Pakai) 9,14 M² AHSP PU A.4.1.1.26 491.298,28 4.488.776,70
b Tangga Belakang
Plat & Anak Tangga
- Beton Cor K.300 1,76 M³ AHSP PU A.4.1.1.10 1.251.943,73 2.198.161,80
- Besi Beton Ø 12 mm 454,09 Kg AHSP PU A.4.1.1.17.a 15.653,64 7.108.098,90
- Papan Bekisting (2x Pakai) 17,33 M² AHSP PU A.4.1.1.26 491.298,28 8.513.228,39
Plat Bordes
- Beton Cor K.300 0,49 M³ AHSP PU A.4.1.1.10 1.251.943,73 612.951,65
- Besi Beton Ø 12 mm 144,89 Kg AHSP PU A.4.1.1.17.a 15.653,64 2.268.075,60
- Papan Bekisting (2x Pakai) 4,37 M² AHSP PU A.4.1.1.26 491.298,28 2.145.990,89
Balok Bordes
- Beton Cor K.300 0,30 M³ AHSP PU A.4.1.1.10 1.251.943,73 375.583,12
- Besi Beton Ø 12 mm 12,78 Kg AHSP PU A.4.1.1.17.a 15.653,64 200.124,32
- Besi Beton Ø 10 mm 11,10 Kg AHSP PU A.4.1.1.17.a 15.653,64 173.719,03
- Papan Bekisting (2x Pakai) 2,42 M² AHSP PU A.4.1.1.26 491.298,28 1.190.907,03
Elv. ± 0.00
5 Balok (B2)
- Beton Cor K.300 46,45 M³ AHSP PU A.4.1.1.10 1.251.943,73 58.152.097,69
- Besi Beton D 22 mm 11.575,98 Kg AHSP PU A.4.1.1.17 17.963,64 207.946.693,27
- Besi Beton D 13 mm 850,95 Kg AHSP PU A.4.1.1.17 17.963,64 15.286.207,55
- Besi Beton Ø 12 mm 2.416,91 Kg AHSP PU A.4.1.1.17.a 15.653,64 37.833.392,29
HARGA JUMLAH
NO URAIAN PEKERJAAN VOLUME SAT. ANALISA SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6 7
- Papan Bekisting (2x Pakai) 154,83 M² AHSP PU A.4.1.1.23 566.529,48 87.716.609,18
6 Plat Lantai T = 13 cm
- Beton Cor K.300 68,01 M³ AHSP PU A.4.1.1.10 1.251.943,73 85.142.179,17
- Tulangan Wiremesh M8-150 2 Layer 5.701,01 Kg AHSP PU A.4.1.1.19 11.172,37 63.693.783,31
- Papan Bekisting (2x Pakai) 523,14 M² AHSP PU A.4.1.1.24 628.107,48 328.587.142,12
Elv. + 4.00
4 Kolom (K3)
- Beton Cor K.175 1,46 M³ AHSP PU A.4.1.1.5 1.111.825,90 1.618.818,51
- Pipa Sch 80 D24" ; t=0.5" 8.841,60 Kg AHSP PU A.4.2.1.1 30.745,00 271.834.992,00
- Plat Sambung Konstruksi 193,90 Kg AHSP PU A.4.2.1.1 30.745,00 5.961.301,78
- Pengelasan 3.952,00 Cm AHSP PU A.4.2.1.5 2.736,61 10.815.082,72
- Perakitan 9.035,50 Kg AHSP PU A.4.2.1.3 371,70 3.358.493,49
- Cat Baja Zinkromat 75,36 M² AHSP PU A.4.7.1.16 32.308,98 2.434.804,73
Elv. + 8.00
7 Kolom (K3)
- Beton Cor K.175 1,46 M³ AHSP PU A.4.1.1.5 1.111.825,90 1.618.818,51
- Pipa Sch 80 D24" ; t=0.5" 8.841,60 Kg AHSP PU A.4.2.1.1 30.745,00 271.834.992,00
- Plat Sambung Konstruksi 193,90 Kg AHSP PU A.4.2.1.1 30.745,00 5.961.301,78
- Pengelasan 3.952,00 Cm AHSP PU A.4.2.1.5 2.736,61 10.815.082,72
- Perakitan 9.035,50 Kg AHSP PU A.4.2.1.3 371,70 3.358.493,49
- Cat Baja Zinkromat 75,36 M² AHSP PU A.4.7.1.16 32.308,98 2.434.804,73
Elv. ± 12.00
9 Kolom (K3)
- Beton Cor K.175 1,46 M³ AHSP PU A.4.1.1.5 1.111.825,90 1.618.818,51
- Pipa Sch 80 D24" ; t=0.5" 8.841,60 Kg AHSP PU A.4.2.1.1 30.745,00 271.834.992,00
- Plat Sambung Konstruksi 193,90 Kg AHSP PU A.4.2.1.1 30.745,00 5.961.301,78
- Pengelasan 3.952,00 Cm AHSP PU A.4.2.1.5 2.736,61 10.815.082,72
- Perakitan 9.035,50 Kg AHSP PU A.4.2.1.3 371,70 3.358.493,49
- Cat Baja Zinkromat 75,36 M² AHSP PU A.4.7.1.16 32.308,98 2.434.804,73
I PEKERJAAN PERSIAPAN
1 Pembersihan Lapangan 56,00 M' AHSP PU A.2.2.1.9 15.400,00 862.400,00
2 Pengukuran dan Pemasangan Bowplank 56,00 M' AHSP PU A.2.2.1.4 109.504,82 6.132.269,92
Sub Jumlah 6.994.669,92
II PEKERJAAN TANAH
1 Galian Tanah Pondasi Sedalam 1 m 68,92 M³ AHSP PU A.2.3.1.1 73.150,00 5.041.132,25
2 Urugan Kembali Tanah Bekas Galian 22,97 M³ AHSP PU A.2.3.1.9 52.800,00 1.212.904,00
2 Lantai Kerja (Beton Cor) 1 : 3 : 5 1,37 M³ AHSP PU A.4.1.1.4 905.638,92 1.242.536,60
3 Pasir Urug Bawah Pondasi 33,55 M³ AHSP PU A.2.3.1.11 193.468,00 6.489.884,06
4 Urugan Tanah Bawah Lantai dan Teras 28,42 M³ AHSP PU A.2.3.1.14.a 289.132,80 8.218.014,35
5 Urugan Pasir Bawah Lantai dan Teras 4,06 M³ AHSP PU A.2.3.1.11 193.468,00 785.562,30
Sub Jumlah 22.990.033,56
2 Sloof
- Beton Cor K.225 3,66 M³ AHSP PU A.4.1.1.7 1.183.826,55 4.332.805,17
- Besi Beton Ø 10 mm 515,99 Kg AHSP PU A.4.1.1.17.a 15.653,64 8.077.162,61
- Besi Beton Ø 8 mm 215,66 Kg AHSP PU A.4.1.1.17.a 15.653,64 3.375.924,29
- Papan Bekisting (2x Pakai) 18,30 M² AHSP PU A.4.1.1.21 327.113,16 5.986.170,83
4 Kolom (K1) - 20 x 20
- Beton Cor K.225 1,68 M³ AHSP PU A.4.1.1.7 1.183.826,55 1.988.828,60
- Besi Beton Ø 12 mm 649,88 Kg AHSP PU A.4.1.1.17.a 15.653,64 10.172.986,15
- Besi Beton Ø 8 mm 251,29 Kg AHSP PU A.4.1.1.17.a 15.653,64 3.933.554,64
- Papan Bekisting (2x Pakai) 14,20 M² AHSP PU A.4.1.1.22 546.003,48 7.753.249,42
5 Kolom (K2) - 30 x 30
- Beton Cor K.225 0,76 M³ AHSP PU A.4.1.1.7 1.183.826,55 894.972,87
- Besi Beton Ø 14 mm 81,21 Kg AHSP PU A.4.1.1.17.a 15.653,64 1.271.160,02
- Besi Beton Ø 8 mm 36,33 Kg AHSP PU A.4.1.1.17.a 15.653,64 568.649,54
- Papan Bekisting (2x Pakai) 8,05 M² AHSP PU A.4.1.1.22 546.003,48 4.396.092,42
6 Kolom (Kp) - 12 x 12
- Beton Cor K.225 0,42 M³ AHSP PU A.4.1.1.7 1.183.826,55 501.184,81
- Besi Beton Ø 10 mm 72,50 Kg AHSP PU A.4.1.1.17.a 15.653,64 1.134.964,30
- Besi Beton Ø 6 mm 22,97 Kg AHSP PU A.4.1.1.17.a 15.653,64 359.556,69
- Papan Bekisting (2x Pakai) 3,61 M² AHSP PU A.4.1.1.22 546.003,48 1.969.449,40
7 Kolom Pedestal - 25 x 25
- Beton Cor K.225 0,94 M³ AHSP PU A.4.1.1.7 1.183.826,55 1.108.357,61
- Besi Beton Ø 14 mm 144,82 Kg AHSP PU A.4.1.1.17.a 15.653,64 2.266.902,03
- Besi Beton Ø 8 mm 37,07 Kg AHSP PU A.4.1.1.17.a 15.653,64 580.326,92
- Papan Bekisting (2x Pakai) 6,55 M² AHSP PU A.4.1.1.22 546.003,48 3.578.370,31
8 Balok (B1) 20 x 30
- Beton Cor K.225 1,14 M³ AHSP PU A.4.1.1.7 1.183.826,55 1.349.562,27
- Besi Beton Ø 10 mm 82,00 Kg AHSP PU A.4.1.1.17.a 15.653,64 1.283.590,58
- Besi Beton Ø 6 mm 67,17 Kg AHSP PU A.4.1.1.17.a 15.653,64 1.051.517,40
- Papan Bekisting (2x Pakai) 4,87 M² AHSP PU A.4.1.1.23 566.529,48 2.760.981,42
9 Balok (B2) 25 x 40
- Beton Cor K.225 0,90 M³ AHSP PU A.4.1.1.7 1.183.826,55 1.065.443,90
- Besi Beton Ø 10 mm 49,94 Kg AHSP PU A.4.1.1.17.a 15.653,64 781.735,62
- Besi Beton Ø 8 mm 42,47 Kg AHSP PU A.4.1.1.17.a 15.653,64 664.857,46
- Papan Bekisting (2x Pakai) 3,04 M² AHSP PU A.4.1.1.23 566.529,48 1.720.833,30
HARGA JUMLAH
NO URAIAN PEKERJAAN VOLUME SAT. ANALISA SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6 7
VI PEKERJAAN LANTAI
1 Pasangan Keramik 30x30 cm (Polished) 80,96 M² AHSP PU A.4.4.3.35 227.707,15 18.434.988,70
Sub Jumlah 18.434.988,70
I PEKERJAAN PERSIAPAN
1 Pembersihan Lapangan 120,00 M² AHSP PU A.2.2.1.9 15.400,00 1.848.000,00
2 Pengukuran dan Pasang Bowplank 60,00 M' AHSP PU A.2.2.1.4 109.504,82 6.570.289,20
Sub Jumlah 8.418.289,20
II PEKERJAAN TANAH
1 Galian Tanah Pondasi 125,95 M³ AHSP PU A.2.3.1.1 73.150,00 9.213.450,98
2 Urugan Kembali Tanah Bekas Galian 23,78 M³ AHSP PU A.2.3.1.9 52.800,00 1.255.330,56
3 Lantai Kerja (Beton Cor) 1 : 3 : 5 0,57 M³ AHSP PU A.4.1.1.1 985.678,43 559.545,00
4 Pasir Urug Bawah Pondasi 0,06 M³ AHSP PU A.2.3.1.11 193.468,00 12.202,99
5 Pasir Urug Bawah Sloof 2,17 M³ AHSP PU A.2.3.1.11 193.468,00 419.535,36
Sub Jumlah 11.460.064,89
3 Pondasi Umpak
- Beton Cor K.175 1,65 M³ AHSP PU A.4.1.1.5 1.111.825,90 1.834.512,74
- Besi Beton Ø12 mm 65,11 Kg AHSP PU A.4.1.1.17.a 15.653,64 1.019.151,62
- Besi Beton Ø8 mm 49,42 Kg AHSP PU A.4.1.1.17.a 15.653,64 773.649,32
Sub Jumlah 79.525.916,97
Elv. + 0.00
4 Balok (B1) 25 x 40
- Beton Cor K.250 6,60 M³ AHSP PU A.4.1.1.8 1.204.790,95 7.951.620,27
- Besi Beton D 14 mm 558,29 Kg AHSP PU A.4.1.1.17 17.963,64 10.028.868,30
- Besi Beton Ø 8 mm 280,22 Kg AHSP PU A.4.1.1.17.a 15.653,64 4.386.428,56
- Papan Bekisting (2x Pakai) 25,20 M² AHSP PU A.4.1.1.23 566.529,48 14.276.542,90
5 Balok 13 x 20
- Beton Cor K.250 0,13 M³ AHSP PU A.4.1.1.8 1.204.790,95 156.622,82
- Besi Beton Ø 12 mm 17,76 Kg AHSP PU A.4.1.1.17.a 15.653,64 277.950,44
- Besi Beton Ø 6 mm 6,35 Kg AHSP PU A.4.1.1.17.a 15.653,64 99.367,28
- Papan Bekisting (2x Pakai) 1,00 M² AHSP PU A.4.1.1.23 566.529,48 566.529,48
6 Plat Lantai T = 12 cm
- Beton Cor K.250 9,60 M³ AHSP PU A.4.1.1.8 1.204.790,95 11.565.993,12
- Besi Beton Ø 12 mm 71,03 Kg AHSP PU A.4.1.1.17.a 15.653,64 1.111.801,76
- Papan Bekisting (2x Pakai) 40,00 M² AHSP PU A.4.1.1.24 628.107,48 25.124.299,20
13 Atap Sementara Rumah Pompa Rangka Baja Ringan 15,00 M² Taksir 400.000,00 6.000.000,00
Sub Jumlah 214.591.801,27
V PEKERJAAN PASANGAN
1 Pasangan Dinding Batu Bata 1 : 4 Pada Rumah Pompa 40,20 M2 AHSP PU A.4.4.1.9 130.139,79 5.231.619,56
2 Kolom (KP) - 13x 13 1 Unit Pada Rumah Pompa 0,44 M² AHSP PU A.4.1.1.35 187.039,12 81.455,54
Sub Jumlah 5.313.075,09
Jenis Pekerjaan : (K3) Pembuatan 1 m2 Pagar Sementara Dari Seng Gelombang tinggi 2 M
Satuan / Unit : M2
Analisa : AHSP PU A.2.2.1.2
Page 19 of 52
Jumlah Peralatan -
D Jumlah Harga Tenga Kerja, Bahan dan Peralatan ( A + B + C ) 99.549,84
E Overhead & Profit 10% X D 9.954,98
F Harga Satuan Pekerjaan ( D + E ) 109.504,82
Page 20 of 52
ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Page 21 of 52
C. PERALATAN
Jumlah Peralatan -
D Jumlah Harga Tenga Kerja, Bahan dan Peralatan ( A + B + C ) 1.478.587,20
E Overhead & Profit 10% X D 147.858,72
F Harga Satuan Pekerjaan ( D + E ) 1.626.445,92
Page 22 of 52
Jumlah Bahan -
C. PERALATAN
Jumlah Peralatan -
D Jumlah Harga Tenga Kerja, Bahan dan Peralatan ( A + B + C ) 14.000,00
E Overhead & Profit 10% X D 1.400,00
F Harga Satuan Pekerjaan ( D + E ) 15.400,00
Page 23 of 52
ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Page 24 of 52
ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Page 25 of 52
ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Page 26 of 52
ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Jenis Pekerjaan : Pemasangan 1m3 pondasi batu belah campuran 1SP : 4PP
Satuan / Unit : M3
Analisa : AHSP PU A.3.2.1.2
Jenis Pekerjaan : Pemasangan 1m3 pondasi batu belah campuran 1SP : 4PP
Satuan / Unit : M3
Analisa : AHSP PU A.3.2.1.9
Page 27 of 52
ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Jenis Pekerjaan : Membuat Beton Mutu F'c = 7,4 Mpa (K 100), Slump (12 ± 2) cm, W/c = 0,87
Satuan / Unit : M3
Analisa : AHSP PU A.4.1.1.1
Jenis Pekerjaan : Membuat Beton Mutu F'c = 9,8 Mpa (K 125), Slump (12 ± 2) cm, W/c = 0,87
Satuan / Unit : M3
Analisa : AHSP PU A.4.1.1.2
Page 28 of 52
D Jumlah Harga Tenga Kerja, Bahan dan Peralatan ( A + B + C ) 938.271,70
E Overhead & Profit 10% X D 93.827,17
F Harga Satuan Pekerjaan ( D + E ) 1.032.098,87
Jenis Pekerjaan : Membuat Beton Lantai Kerja Mutu F'c = 7,4 Mpa (K 100), Slump (3-6) cm, W/c = 0,87
Satuan / Unit : M3
Analisa : AHSP PU A.4.1.1.4
Page 29 of 52
ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Jenis Pekerjaan : Membuat Beton Mutu F'c = 14,5 Mpa (K 175), Slump (12 ± 2) cm, W/c = 0,87
Satuan / Unit : M3
Analisa : AHSP PU A.4.1.1.5
Page 30 of 52
D Jumlah Harga Tenga Kerja, Bahan dan Peralatan ( A + B + C ) 1.048.546,54
E Overhead & Profit 10% X D 104.854,65
F Harga Satuan Pekerjaan ( D + E ) 1.153.401,19
Page 31 of 52
1 Semen PC @ 40 zak Kg 384,00 1.617,20 621.004,80
2 Pasir Beton Kg 692,00 155,50 107.606,00
3 Kerikil Kg 1.039,00 129,01 134.038,70
4 Air Liter 215,00 250,00 53.750,00
Jumlah Bahan 916.399,50
C. PERALATAN
Jumlah Peralatan -
D Jumlah Harga Tenga Kerja, Bahan dan Peralatan ( A + B + C ) 1.095.264,50
E Overhead & Profit 10% X D 109.526,45
F Harga Satuan Pekerjaan ( D + E ) 1.204.790,95
Jenis Pekerjaan : Beton Mutu F'c = 21,7 Mpa (K 300), Slump (12 ± 2) cm, W/c = 0,52
Satuan / Unit : M3
Analisa : AHSP PU A.4.1.1.10
Page 32 of 52
ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Jenis Pekerjaan : Beton Mutu F'c = 31,2 Mpa (K 350), Slump (18 ± 2) cm
Satuan / Unit : M3
Analisa : AHSP PU A.4.1.1.12
Page 33 of 52
F Overhead & Profit 10% X E 1.633,06
G Harga Satuan Pekerjaan ( E + F ) 17.963,64
Page 34 of 52
ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Page 35 of 52
Page 36 of 52
ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Page 37 of 52
Page 38 of 52
ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Page 39 of 52
C. PERALATAN
Jumlah Peralatan -
D Jumlah Harga Tenga Kerja, Bahan dan Peralatan ( A + B + C ) 515.026,80
E Overhead & Profit 10% X D 51.502,68
F Harga Satuan Pekerjaan ( D + E ) 566.529,48
Page 40 of 52
ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Page 41 of 52
ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Page 42 of 52
ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Page 43 of 52
ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Jumlah Peralatan -
D Jumlah Harga Tenga Kerja, Bahan dan Peralatan ( A + B + C ) 27.950,00
E Overhead & Profit 10% X D 2.795,00
F Harga Satuan Pekerjaan ( D + E ) 30.745,00
Page 44 of 52
Jenis Pekerjaan : Pemasangan 1 Kg Rangka Pipa Hitam
Satuan / Unit : Kg
Analisa : AHSP PU A.4.2.1.2.a
Page 45 of 52
ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Jenis Pekerjaan : Pasangan Dinding Bata Tebal 1/2 Bata Camp. 1Pc : 2 PP
Satuan / Unit : M2
Analisa : AHSP PU A.4.4.1.7
Page 46 of 52
Page 47 of 52
ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Jenis Pekerjaan : Pasangan Dinding Bata Tebal 1/2 Bata Camp. 1Pc : 4 PP
Satuan / Unit : M2
Analisa : AHSP PU A.4.4.1.9
Page 48 of 52
ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Page 49 of 52
ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Page 50 of 52
F Harga Satuan Pekerjaan ( E + F ) 227.707,15
Page 51 of 52
ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Page 52 of 52