Anda di halaman 1dari 15

g.

Lain-lain
Untuk hal-hal yang belum disebut, dapat diambil pedoman sebagai berikut:
1) Harus dijaga kelestarian sungai sepenuhnya
2) Diusahakan fungsi penghijauan semaksimal mungkin
3) Tidak diperkenankan adanya bangunan-bangunan
4) Tidak menggunakan perkerasan (pavement) permanen
5) Dicegah adanya pencemaran tanah stren dan sungai
6) Sewaktu-waktu akan digunakan untuk keperluan kegiatan sungai, harus diserahkan
7) Kembali tanpa ganti rugi berupa apapun,

C. Pengaturan Penggunaan Alur Kali Mas


1. Bangunan yang melintasi sungai
a. Di atas permukaan air
Melintas di atas permukaan air, seperti jembatan, pipa air minum, pipa gas, aquaduct,
dan sebagainya harus mengikuti aturan antara lain sebagai berikut:
1). Clearence 1,50 meter di atas muka air tinggi yang direncanakan di tempat
perlintasan
2). Tidak diperkenankan memakai pilar yang dapat menyebabkan terganggunya
arus lalu-lintas sungai
3). Di atas muka air abutment dibuat vertikal supaya tak dihuni oleh tuna wisma
tidak mempersempit profil sungai.
b. Di bawah dasar sungai
Melintas di bawah dasar sungai, seperti syphon, kabel tanah, pipe gas dan lain-lain
harus mengikuti aturan antara lain sebagai berikut
1). Clearence 2 meter di bawah dasar sungai yang direncanakan di tempat
pelintasan.
2). Inlet dan outlet harus berada di luar garis sempadan sungai,
3). Pada inlet dan outlet diberi tanda yang jelas dan mudah dilihat.

PEDOMAN PENGATURAN PEMANFAA TAN RUANG SEKITAR DAS BRANTAS


GABUNGAN KEBIJAKSANAAN PENATAAN RUANG
SEKITAR DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS

1. Di udara
Melintas di udara seperti kabel listrik atau telepon, harus mengikuti aturan sebagai berikut
1) Clearence 11 meter di atas muka air tinggi yang direncanakan ditempat perlintasan,
2) Tiang harus berada di luar garis sempadan sungai.

2. Kegiatan di permukaan air


Kegiatan di permukaan air seperti rekreasi air, olahraga air, lalu-lintas air dimungkinkan
jika permukaan air sudah stabil dan mutu air telah terjamin baik.

3. Pembuangan air drainase dan air buangan


Untuk menghindari adanya pencemaran terhadap mutu air sungai, maka perlu diatur agar
air buangan dari rumah-rumah, daerah industri, daerah perdagangan dan sebagainya
sebelum masuk saluran drainase utama atau pada saluran drainase utamanya, sebelurn
dibuang ke sungai agar melalui proses pengolahan.

4. Pembuangan sampah
Dilarang membuang sampah ke dalam sungai dan saluran-saluran drainase.

5. Masalah tempat mandi, cuci dan kakus umum.


Tempat mandi, cuci, kakus harus dibuat di luar garis sempadan dan yang outletnya
dibuang ke berikut, harus melalui pengolahan lebih dulu.

6. Pemadam kebakaran
Dalam kedaaan mendesak/darurat untuk keperluan pemadam kebakaran diperkenankan
mengambil air pada beberapa tempat yang memungkinkan.

7. Gulma air
Gulma air harus diberantas, balk dengan cara mekanis, manual, cara I (lobat-obatan)
maupun dengan cara biologis (pemeliharaan ikan pemakan.gulma)

2.2. Kebijaksanaan Rencana Tata Ruang Kota dan Wilayah


Kebijaksanaan pemerintah daerah yang berkaitan dengan tujuan Penyusunan
Pedoman Pemanfaatan Ruang sekitar DAS Brantas adalah Rencana Tata Ruang Wilayah

PEDOMAN PENGATURAN PEMANFAA TAN RUANG SEKITAR DAS BRANTAS


Kabupaten dan Kota (lihat gambar 2.1 - 2.32)
Berdasarkan kebijaksanaan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten/Kota tersebut,
kemudian dengan memperhatikan batasan kawasan perencanaan maka gambaran
kebijaksanaan penataan ruang sekitar DAS Brantas sebagaimana terlihat pada Tabel 2.2 - I

BAB III
KARAKTERISTIK KAWASAN PEREN CANAAN
WILAYAH DAS BRANTAS

3.1. Daerah Pengamatan Yang Dilalui DAS Brantas


Secara administrasi Wilayah yang dilalui DAS Brantas meliputi 9 (sembilan)
Kabupaten dan 5 (lima) kota serta 96 kecamatan adapun kecamatan-kecamatan tersebut
merupakan bagian wilayah di masing-masing kabupaten dan kota.
Kemudian untuk mengetahui lebih jelas bisa dilihat dalam gambar/peta wilayah
perencanaan (gambarr 3.24 s/d 3.41).

3.1.1. Daerah Aliran Sungai


Sungai Brantas terletak di Propinsi Jawa Timur dengan Daerah Aliran Sungainya
terletak diantara 1100 30’sampai dengan 112° 55’ Bujur Timur dan 70 01’sampai dengan 80 15’
Lintang Selatan dengan luas area Daerah Aliran Sungai ( DAS ) Brantas mendekati 12.000
kilometer persegi dibatasi oleh Gunung Bromo ( elevasi 2.392 m ), Gunung Semeru ( elevasi
3676 m ) disebe!ah Timur, Pegunungan Kidul ( elevasi 300 - 500 m ) merupakan batas di
sebelah Selatan, batas sebelah baratnya adalah Gunung Wilis ( elevasi 2169 m ) dan Batas
sebelah utara adalah selat Madura. Sedangkan Pegunungan Arjuno yang meliputi Gunung
Arjuno, Gunung Butak dan Gunung Kelud terletak di tengah tengah Daerah Aliran
Sungai.Sungai Brantas merupakan sungai utama yang berhulu didaerah pegunungan Arjuno
dan bermuara di Selat Madura mempunyai panjang sungai utama 320 kilometer merupakan
sungai terpanjang kedua di pulau Jawa setelah sungai Bengawan Solo mempunyai anak-
anak sungai mulai dari hulu sampai hilirnya sebagai berikut sungai Bodo, sungai Pabagan,
Sungai Mojosari, Sungai Lonjong, Sungai Sekarang, Sungai Watu, Sungai Gajah Barang,
Sungai Jalu, Sungai Cokro, Sungai Kanting, Sungai Amprong, Sungai Lesti, Sungai Aran,
Sungai Juwor, Sungai Bambang, Sungai Sepiring, Sungai Mergan, Sungai Akir, Sungai
Wagir, Sungai Gedong, Sungai Cembong, Sungai Biru, Sungai Sambong, Sungai Lekso Wet
Sungai Manis, Sungai Tuwuh, Sungai Sembung, Sungai Bambang, Sungai Semut Sungai
Jail, Sungai Lekso, Sungai Dander, Sungai Putih, Sungai Glondong, Sungai Judi, Sungai
Lengus, Sungai Jurang Ludruk, Sungai Tanggung, Sungai Nglegok, Sungai Lahor, Sungai

PEDOMAN PENGATURAN PEMANFAA TAN RUANG SEKITAR DAS BRANTAS


Crème, Sungai Ngaglik, Sungai Jatilan, Sungai Selodono, Sungai Sumber Pucung, Sungai
Lariang, Sungai Petung, Sungai Tales, Sungai Sempu Sungai Segaran, Sungai Tawang,
Sungai Kalasan, Sungai Sumber Wates, Sungai Sukorejo, Sungai Mantren, Sungai Dermo,
Sungai Toyoaning, Sungai Srinjing, Sungai Bangi, Sungai Payaman, Sungai Pulosari, Sungai
Gentong, Sungai Ketangi, Sungai Kresek, Sungai Ngino, Sungai Bringin, Sungai Keling,
Sungai Ampamangan, Sungai Rotan Konto, Sungai Song, Sungai Klantur, Sungai Wudu,
Sungai Picisan, Sungai Babaan, Sungai Batal, Sungai, Catut, Sungai Pandansari. Sungai
Bruni, Sungai Sun Sungai Bruno, Sungai Kedah, Sungai Bendokrosok, Sungai Hardisingat,
Sungai Kolokoso, Sungai Gandasulu, Sungai Bodor, Sungai Jarakan, Sungai Gedong,
Sungai Kedung Soko, Sungai Widas, Sungai Kuncir, Sungai Kedung Pedet, Sungai
Semantok Sungai Senggowar, Sungai Jurang Dandang, Sungai Beng, Sungai Dor, Sungai
Tunggorono, Sungai Sentul, Sungai Marmoyo, Sungai Pandan Kuning, Sungai Pandan
Rattan, Sungai Kemlagi, Sungai Sukorejo, Sungai Asin, Sungai Gamping Sungai Banger,
Sungai Kwangen, Sungai Watudakon, Sungai Ngotok, Sungai Losar Sungai Catut Banteng,
Sungai Gunting, Sungai Lumping, Sungai Manting, Sungai Galuh, Sungai Klurak, Sungai
Landean, Sungai Pikatan, Sungai Kromong, Sungai Judeg, Sungai Brangkal, Sungai Sadar,
Sungai Bangsa!, Sungai Cumpleng, Sungai Jubel, Sungai Gembain, Sungai Janjing, Sungai
Curah Klingking, Sungai Tekuk, Sungai Sumber Glodok, Sungai Klingking, Sungai Sumber
Ngrayun, Sungai Tekuk, Sungai Sumber Waru, Sungai Kambeng Sungai Kedung Uling, dan
Sungai Mangetan. Sungai Brantas mempunyai kemiringan 1/200 untuk daerah sebelah hulu
makin ke tengah makin mengecil berkisar 1/1100 sedangkan kemiringan semakin ke hilir
semakin landai antara 1/1500 sampai dengan 1/2000. Gambar Batas Daerah Aliran Sungai
Brantas dan anak sungainya dapat dilihat pada gambar berikut.

3.1.2. Debit Sungai


Aliran air yang ada di sungai merupakan salah satu rangkaian proses hidrologi yang
didahului dan kejadian hujan dikenal dengan debit banjir maupun pelepasan air yang
tersimpan di dalam tanah yang dikenal sebagai aliran dasar (base flow). Sungai Brantas
sebagai sungai utama dengan anak sungai sebanyak seratus empat puluh buah untuk
mengamati aliran permukaan yang terjadi akibat hujan dilengkapi dengan stasiun
penangkapan hujan yang tersebar diseluruh kawasan. Adapun pengelompokan dan letak
stasiun pengamat hujan adalah sebagai berikut:
• Daerah Brantas Atas terdiri dari Stasiun Sengguruh, Pagak, Gondang Legi, Turen,
Tawang Rejeni, Srimulyo, Ampel Gading, Patok Picis, Gubuk Klakah, Jabung, Singosari,
Wagir, Dau, Sumber Brantas, Malang (Perum Jasa Tirta), Malang (Fakultas Pertanian
Brawijaya), Poncokusumo, Tangkil dan Dampit.
• Daerah Pembangkit Listrik terdiri dan stasiun waduk Sutami, waduk Selorejo, waduk

PEDOMAN PENGATURAN PEMANFAA TAN RUANG SEKITAR DAS BRANTAS


Wlingi, Jajagan, Talangagung, Babadan, Pujon, Kedung Rejo, Batu, Blitar, Garum,
Semen, Badak, Birowo, Sutojayan, Bendosari, Doko, Tunggorono, Nyunyur, Pagersari,
Jomblok, Bangelan, Sumber agung dan Wates Wlingi.
 Daerah Tulungagung terdiri dan stasiun dam Bendo, Tampak margo, Sendang, Jimbe
Kedemangan, Keboireng Besuki, Karang Tuwo, Jati Karangan, Gandekan, Jaejayan,
Pule, dam Pangingan, Dam Bagong, Sumber Pandan, Widoro dam, Boyolangu, Dam
Prambon, Dongko, Salam, Watulimo, Campur darat, Pangkal, Tangkilan, Tapan, Pager
Wojo, Kampak, dan Tugu.
 Daerah Brantas Tengah terdiri dari stasiun Bendung Mrican, Mojoagung, Ploso, Siman,
Wates, Kandangan, Pagu Menang, Mojo Besuki/ Wills, Blimbing, Jombang, Prambon,
Lengkong, Pare, Begendeng, Jeli, Kediri, dan Kertosono,
 Daerah Widas terdiri dari Stasiun Ngudikan, Gemarang, Widas / Dam Bening, Ngliman,
Sawahan. Loceret, Kalimati, Ngrambek, Smantok, Ngluyu, - Gunung Lengko, Pace,
Tunglur, Berbek dan Wates Sawahan.
 Daerah Brantas Bawah terdiri dan stasiun Semini, Dam Gubeng, Mernung, Porong,
Kabuh, Sumber Aji, Sukodadi, Mojokerto dan Tampung.
Gambar lokasi penyebaran stasiun hujan yang ada di daerah aliran sungai Brantas dapat
dilihat pada gambar berikut.
Dan pencatatan data yang diperoleh dan masing masing stasiun ini kemudian dialih
ragamkan menjadi debit banjir dengan tahapan sebagai berikut:
 Dicari luasan pengaruh dan masing masing stasiun hujan untuk menentukan luasan
pengaruh ini dipergunakan methode Poligon Thiesen.
 Setelah diketahui luasan pengaruh dan masing masing stasiun hujan maka dihitung
intensitas hujannya dan penggunaan•lahan yang ada didaerah yang ada dalam Daerah
Aliran Sungai tersebut.
 Kemudian dengan mempergunakan perumusan Rasional maka dapat diketahui besarnya
pengalih ragaman hujan menjadi debit dengan kala ulang tertentu. Hasil pengalih
ragaman hujan menjadi debit banjir untuk Daerah Aliran Sungai Brantas dapat dilihat
pada grafik berikut:

Dan hasil pengalih ragaman hujan menjadi debit banjir terlihat bahwa adanya perbedaan
yang sangat signifikan dengan kejadian yang ada yaitu disaat musim hujan antara bulan
November sampai dengan bulan April maka debit banjir cenderung besar sedangkan pada
musim kemarau antara bulan Mei sampai dengan bulan Oktober debit yang mengalir
cenderung kecil. Akibat adanya pengaliran debit yang terjadi perbedaan yang menyolok
sedangkan kebutuhan yang cenderung semakin meningkat seiring berkembangnya

PEDOMAN PENGATURAN PEMANFAA TAN RUANG SEKITAR DAS BRANTAS


peradaban maka disaat musim hujan sening terjadi banjir dan saat musim kemarau sering
terjadi kekurangan air sedangkan ketergantungan masyarakat terhadap ketersediaannya air
sangat tinggi sehingga muncul usaha-usaha pemerintah untuk mengatasi permasalahan
tersebut diatas. Adapun upaya-upaya yang dilakukan manusia khususnya pada Daerah
Aliran Sungai Brantas yang sudah dilakukan dimulai tahun 1961 hingga saat ini adalah
sebagai berikut:
• Pembuatan terowongan drainase di Tulungagung Selatan sepanjang 950 meter
dengan debit sebesar 500 m3/dt untuk mengatasi banjir yang diakibatkan oleh sungai
Brantas sehingga menyebabkan banjir di kota Tulungagung
• Pembuatan Dam di Kali Konto dengan ketinggian 49 meter mempunyai volume
penampungan efektif sebesar 54.6 juta m3
• Pembuatan waduk Karangkates dengan ketinggian bendungan sebesar 100 meter
mempunyai volume penampungan efektif sebesar 253 juta m3.
• Rehabilitasi Jaringan’ Irigasi di daerah delta Brantas
• Perbaikan alur sungai Porong sepanjang 50 kilometer
• Pembuatan waduk Lahor dengan ketinggian bendungan sebesar 74 meter
mempunyai volume penampungan effektif sebesar 29.4 juta meter kubik.
• Pembuatan waduk Wlingi dengan ketinggian bendungan sebesar 28 meter
mempunyai volume penampungan efektif sebesar 5.2 juta meter kubik
• Proyek Perbaikan Kali Surabaya meliputi Kali Surabaya, Kali Mas dan Kali Marmoyo
untuk drainase dan saluran air baku kota Surabaya.
• Pembuatan Waduk Widas dengan ketinggian bendungan sebesar 35 meter
mempunyai volume penampungan efektif sebesar 33 juta meter kubik
• Perbaikan sungai di Brantas tengah dengan pembuatan bendung gerak Jatimlerek,
bendung gerak Menturus dan Shypon Watudakon.
• Pembuatan waduk Sengguruh dengan ketinggian 33 meter dan volume
penampungan efektif sebesar 2.7 juta meter kubik
• Pembuatan waduk Wononejo dengan ketinggian bendungan sebesan 10 meter dan
volume penampungan efektif sebesar 106 juta meter kubik.
• Pembuatan Cek Dam sebanyak 33 buah, Konsolidasi Dam sebanyak 3 buah, dan
bangunan penangkap pasir sebanyak 10 buah.
Dengan usaha-usaha yang telah dilakukan maka kekurangan air disaat musim kemarau
dapat diatasi sehingga untuk meningkatkan daya guna dan aliran air tersebut yang sudah
dilakukan di Daerah Aliran Sungai Brantas adalah sebagai berikut:
• Penggunaan Air untuk Inigasi. Salah satu manfaaat air sungai Brantas adalah untuk
irigasi. Daerah irigasi yang airnya diambilkan dari sungai Brantas adalah sebesar
309,119 hektar yang terdini dan sawah irigasi teknis sebesar 242.463 hektar, sawah

PEDOMAN PENGATURAN PEMANFAA TAN RUANG SEKITAR DAS BRANTAS


irigasi semi teknk seluas 31.987 hektar dan sawah irigasi non teknis sebesar 34.669
hektan. Daerah Inigasi ini ditunjang oleh bangunan bangunan pengambilan balk berupa
bendung maupun pengambilan bebas dan saluran mulai dari tingkat primer sampai
dengan tersier. Kebutuhan airnya setiap saat mengalami perubahan tergantung dari jenis
tanamannya. Adapun tanaman yang sering ditanam di daerah ingasi yang ada di Sungai
Brantas untuk jenis tanaman padi terdini dan padi satu yaltu padi yang ditanam pada
saat musim hujan, padi dua adalah padi yang ditanam setelah padi musim hujan dan
padi gadu tak ijin adalah tanaman padi yang pemberian airnya seperti polowijo
sedangkan jenis tanaman musim kemarau terdiri dan tanaman polowijo yang berupa
kedelai, jagung, kacang hijau dan untuk menunjang pabrik gula yang ada di daerah das
Brantas ada areal yang ditanami tebu. Perincian baku sawah dan jenisnya yang dapat
diairi, fasilitas penunjang untuk menyalurkan air dan sungai kesawah dan kebutuhan air
yang diperlukan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.1
Daerah Irigasi yang ada di Daerah Pengaliran Sungai Brantas Menurut
Dinas Pengairan.

No Cabang Jenis Inigasi


Duias
Teknis Semi Teknis~Non Teknis1 Total
1 1,433~ 745
Malang 13,623 15,801
2
Kepanjen 16,493 5,420 5,303 27,216
3
Kedini 20,547 2,080 7,680 30,307
4 rulungagung
15,585 6,072 1,747 23,404
5
rrenggalek 6,257 2,395 3,721 12,373
6
Blitan 23,984 2,880 6,086 32,950
7 -
Jombang 22,785 810 23,595
8 -
Mojoagung 22,070 1,509 23,579
9 -
Pare 18,700 1,072 19,772
10
Nganjuk 33,725 2,864 2,079 38,668
11
Mojokento 20,877 7,353 3,315 31,545
12
Sidoarjo 27,073 765 602 28,440
— 13 Surabaya 744725 -
1,469
Jumlah Total 242,463~
31,987 309,119
34,669
Penggunaan air untuk pembangkit tenaga listrik. Sebagai akibat adanya bentuk

PEDOMAN PENGATURAN PEMANFAA TAN RUANG SEKITAR DAS BRANTAS


topografi yang sangat terjal dan adanya penampungan air disaat kelebihan dan
melepaskannya disaat kekurangan maka ada manfaat yang dapat diperoleh yaitu dengan
merubah energi potensial menjadi energi listrik. Energi listrik yang dihasilkan oleh sungai
Brantas adalah sebagai berikut waduk selorejo menghasilkan energi sebesar 4.5 Mega watt,
waduk Karangkates menghasilkan energi sebesar 70 Mega Watt, Waduk Lahor
menghasilkan energi sebesar 35 mega watt, Waduk Wlingi menghasilkan energi sebesar 27
mega watt, waduk Sengguruh menghasilkan energi sebesar 29 mega watt dan Waduk
Wonorejo menghasilkan energi sebesar 6.5 mega watt.
• Penggunaan Air untuk Industri, Non Industri maupun Domestik. Penggunaan air sungai
Brantas sebagai air baku untuk industri maupun non industri dan domestik minimal untuk
13 Kabupaten yang terlewati oleh sungai Brantas seiring perkembangan pembangunan.
Jenis industri yang dilayani oleh Sungai Brantas terdiri dari lndustri gula, kertas, minyak
goreng dan lain sebagainya sedangkan yang non industri antara lain untuk perhotelan,
pariwisata dan perkebunan. Adapun perincian lndustri dan Non industri yang dilayani
dapat dilihat pada tabel berikut.
• Penggunaan Sungai Brantas untuk pembuangan Limbah. Untuk megetahui kernampuan
sungai untuk menerima limbah maka Perum Jasa Tirta melakukan pemantauan Sungai
Brantas di tujuh lokasi yaitu Jembatan Bumiayu, Jembatan Demangan, Jembatan
Jongbiru, Jembatan Padangan, Canggu Tambangan, Karangpilang dan Ngagel mulai
tahun 1992 sampai dengan 1996 salah satu parameter yang diamati adalah BOD
( Biological Oxygen Demand ) hasil pegamatan tersebut dapat dilihat pada grafik berikut:

Dari hasil pemantauan tersebut dan berdasarkan Surat Keputusan Guberur Kepala
Daerah Tingkat I Jawa Timur No 187 tahun 1988 tentang Penggolongan Sungai Brantas
sebagai berikut : Mulai hulu sampai pertemuan dengan sungai Widas mempunyai golongan
C dengan fungsi untuk penggunaan perikanan dan peternakan sedangkan mulai pertemuan
dengan sungai Widas sampai dengan pintu air Mlirip dan dam Lengkong mempunyai
Golongan B untuk penggunaan bahan baku air minum. Maka untuk parameter BOD harus
lebih kecil dari 6 sehingga kondisi Sungai Brantas yang termasuk golongan B tidak ada atau
sudah tercemar oleh industri yang ada disekelilingnya.

3.1.3. Sedimen Sungai


Yang dimaksud dengan sedimen sungai adalah material penyusun pada tiap tiap
penampang. Jenis butiran yang ada disungai akan mempenganuhi bentuk penampang hal
ini terlihat dan gambaran situasi dari sebagian penampang pengamatan terlihat bahwa
situasi sungai Brantas di Ngrowo, di jembatan lama kota Kediri, di anak sungai Brantas (Kali
Beng), di Watudakon, di jembatan Porong disaat debit kecil ( musim kemarau ) aliran tidak

PEDOMAN PENGATURAN PEMANFAA TAN RUANG SEKITAR DAS BRANTAS


menutupi semua dasar sungai sehingga yang nampak butiran-butiran pasir yang membentuk
pulau-pulau. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat peta situasi darii lokasi-lokasi tersebut.

3.1.4. Morfologi Sungai


Sungai Brantas merupakan saluran alam sehingga mempunyai bentuk tidak
beraturan dan setiap saat selalu mengalami penyesuaian untuk menuju stabil penyesuaian
itu baik karena ulah manusia maupun karena peristiwa alam berupa erosi dasar maupun
erosi pada tebing saluran.
Akibat adanya erosi dasar maupun tebing maka alur sungai Brantas menjadi lurus
sehingga cenderung berbelok belok (meander). Belokan-belokan sungai hampir terjadi
disepanjang sungai mulai dan hulu sampai dengan hilir.
Sedangkan bentuk penampang akibat perbedaan debit sungai antara musim hujan
dan musim kemarau maka berpengaruh ke bentuk penampang melintang. Secara umum
bentuk penampang sungai Brantas terdiri dari komposisi antara bentuk segi tiga dan
trapesium. Bentuk trapesium ini kelihatan disaat debit sungai ini besar atau disaat musim
penghujan sehingga dasar sangainya tidak kelihatan tetapi disaat musim kemarau dengan
debit sungai sangat kecil maka tidak seluruh penampang teraliri air akibatnya muncul pulau
pulau pasir di sepanjang sungai sedangkan untuk penampang sungai yang terpengaruh oleh
aliran balik ( Backwater ) cenderung stabil. Tipikal bentuk penampang Sungai Brantas terdiri
dari potongan melintang sungai Brantas di Ngrowo, di jembatan lama Kediri, di anak sungai
Brantas ( Kali Beng ), di Watudakon, di jembatan Porong disaat debit kecil ( musim kemarau)
dapat diihat pada gambar berikut ini (sekitar hal III-14).

3.2. Muara Sungai.


Yang dimaksud dengan Muara sungai adalah pertemuan atau akhir sungai satu
bertemu dengan sungai yang lain atau sungai bertemu dengan laut Karena Sungai Brantas
mempunyai anak sungai yang cukup banyak kurang lebih sebanyak 140 anak sungai maka
kondisi muara sungainya bermacam macam. Kategori kondisi muara sungai dapat di
bedakan menjadi tiga macam yaitu:
• Kondisi muara sungai di daerah hulu sungai Brantas. Untuk kondisi muara sungai di
sebelah hulu maka dapat dilihat dari jenis anak sungai tersebut apakah anak sungainya
merupakan anak sungai yang memproduksi sedimen atau anak sungai yang hanya
mengangkut sedimen. Untuk anak sungai yang merupakan produsen sedimen maka
disitu terlihat gradasi butiran sungai yang sangat besar, kondisi ini terlihat pada anak
sungai yang berada di daerah hulu misalnya saja sungai Lesti, sedangkan sungai yang
posisinya sebagai pengangkut sedimen maka kondisi muaranya disaat debit kecil sering
tertimbun material pasir sedangkan disaat debit besar aliran sedimennya banyak

PEDOMAN PENGATURAN PEMANFAA TAN RUANG SEKITAR DAS BRANTAS


membawa lumpur atau debris hal ini terlihat di sebagian besar muara anak sungai yang
sumbernya dari Gunung Kelud karena sering membawa lahar dingin yang terbawa oleh
air.
• Kondisi muara sungai di daerah tengah. Kondisi muara yang ada di daerah tengah
tergantung pada elevasi muka air sungai utama dengan elevasi muka air anak
sungainya. Apabila elevasi muka air anak sungainya Iebih tinggi dan pada elevasi muka
air sungai utama maka kondisi muaranya terjadi penggerusan di bagian anak sungainya
sedangkan apabila elevasi muka air anak sungainya lebih rendah dibandingkan dengan
elevasi muka air sungai utamanya maka akan terjadi pengendapan pada anak sungainya
sehingga tercapai suatu kondisi yang stabil tetapi pada umumnya kondisi anak sungai di
bagian tengah relatif stabil. Kondisi Muara sungai di Daerah Hilir. Kondisi muara sungai
yang ada di daerah hilir khususnya di Surabaya dan Porong maka terlihat adanya
endapan lumpur di daerah muara hal ini terjadi karena disebabkan oleh adanya pengaruh
pasang surut air laut dan kondisi kemiringan medan. Pada bagian hilir sungai Brantas
mempunyai kemiringan yang sangat handal sehingga aliran air tidak dapat berjalan
dengan lancar dan apabila aliran sungai yang membawa sedimen bertepatan dengan air
laut pasang maka sering terjadi perlambatan bahkan terjadi aliran balik sehingga
sedimen yang semula terbawa jadi terhenti atau tersumbat.

3.2.1. Delta Muara Sungai


Delta muara sungai ini sesunguhnya sangat berkaitan dengan akibat yang
ditimbulkan adanya pertemuan antara anak sungai dengan sungai utama. Pada saat debit
yang ada di sungai Brantas sangat kecil muncul pulau-pulau pasir di sepanjang sungai
Brantas khususnya di daerah Brantas sebelah tengah hal ini disebabkan adanya angkutan
sedimen yang sangat besar yang terbawa disaat musim hujan akibat dari letusan Gunung
Kelud untuk jelasnya dapat dilihat dari gambar situasi dan sekitar delta muara di Brantas di
Ngrowo, di jembatan lama Kota Kediri, di anak sungai Brantas ( Kali Beng ).

3.2.2. Sedimen Transpor


Sedimen transport adalah butiran yang terbawa oleh aliran sedimen. Butiran yang
terangkut ini oleh Perum Jasa Tirta dilakukan pengamatan di tujuh lokasi hasil yang
diperoleh adalah sebagai berikut:

Dan kemampuan bangunan-bangunan yang untuk menampung sedimen yl terangkut


oleh aliran air. Adapun kemampuan masing-masing bangunan untuk menampung sedimen
adalah sebagai berikut:

PEDOMAN PENGATURAN PEMANFAA TAN RUANG SEKITAR DAS BRANTAS


Tabel 3.3
Volume Sedimen Yang Dapat Ditampung Waduk
Effektif Dead
No Nama Waduk HWL LWL Gross Storage
Storage Storage
1 Senggunuh 292.50 291.40 21.50 2.50 19.00
2 Sutami 272.50 246.00 343.00 253.00 90.00
3 Lahor 272.70 253.00 36.10 29.40 6.70
4 Wlingi 163.50 162.00 24.00 5.20 18.80
5 Lodoyo 136.00 125.50 5.80 4.20 1.60
6 Selonejo 622.00 598.O0 62.30 50.10 12.20
7 Bening 108.60 96.40 32.90 28.40 4.50

3.3 Kondisi Kemampuan Tanah


Kemampuan tanah yang dimaksud meliputi beberapa faktor antara lain lereng,
tekstur, drainase, keadaan tanah dan tingkat erosinya masing-masing faktor tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Topografi
Berdasarkan letak tempat di permukaan bumi, Sungai Brantas terIetak di Propinsi
Jawa Timur dengan daerah aliran sungainya terletak diantara 110 0 30’ sampai dengan 1200
55’ Bujur Timur dan 70 01’ sampai dengan 80° 15 Lintang Selatan dengan luas Daerah Aliran
Sungai (DAS) Brantas 1200 km dibatasi Gunung Bromo elevasi 2392 m, gunung Semeru
elevasi 3676 m sebelah timur, Pegunungan Kidul elevasi 300 s/d 500 m merupakan batas di
sebelah selatan, batas sebelah barat adalah gunung Wilis elevasi 2169 m dan batas sebelah
utana Selat Madura. Adapun rincian gambaran ketinggian wilayah bervariasi diantara
minimal 0 – 25 sedang 25 - 500 m tinggi 500 - 1000 m sedangkan yang tertinggi > 1000.
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam tabel dan gambar keadaan ketinggian tempat di
wilayah Perencanaan DAS Brantas.
Fisiografi wilayah penencanaan DAS Brantas merupakan daerah datar, berombak
sampai berbukit. Wilayah yang datar umumnya terletak di sepanjang bagian Sungai
Brantas.

2. Lereng
Lereng adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan tanah dengan horizontal yang
dinyatakan dalam prosen (%). Dari data yang ada telihat, bahwa:
1) Lereng 0 - 2 % meliputi sebagian dan luas wilayah DAS Brantas.
2) Daerah ini kecuali merupakan daerah genangan air, juga merupakan daerah yang
sangat baik untuk usaha pertanian tanaman semusim.

PEDOMAN PENGATURAN PEMANFAA TAN RUANG SEKITAR DAS BRANTAS


3) Lereng 2 - 15 % meliputi enam kecamatan di Kabupaten Malang, empat di
Kecamatan di Kota Malang, empat kecamatan di Kabupaten Blitar, satu kecamatan di
Kabupaten Tulungagung, dua kecamatan di Kabupaten Kediri, satu kecamatan di
Kabupaten Nganjuk, sebagian kecil empat kecamatan di Kabupaten Mojokerto, empat
kecamatan di Kota Sunabaya.
4) Daerah ini masih baik diusahakan untuk pentanian semusim dengan tetap
memperhatikan usaha-usaha pengawetan tanah dan air untuk kelestariannya.
5) Lereng 15 - 40 % meliputi tiga di kecamatan Kabupaten Malang, empat di
kecamatan Kabupaten Blitar sebagian kecil di tiga kecamatan Kabupaten Mojokerto.
6) Daerah ini sebaiknya digunakan untuk usaha penanaman tanaman
tahunan/keras.
7) Lereng di atas 40 % meliputi lima di kecamatan Kabupaten Malang, satu di
kecamatan Kabupaten Blitar, sebagian kecil tiga di kecamatan Kabupaten Tulungagung.
8) Daerah ini merupakan wilayah yang harus dihutankan karena berfungsi sebagai
pelindung tanah dan air untuk menjaga kelestarian ekosistem dan lingkungan hidup.

3. Kedalaman Efektif Tanah


Kedalaman efektif tanah, adalah tebalnya lapisan tanah dari permukaan sampai
bahan induk atau sampai suatu lapisan dimana perakaran tanaman tidak dapat
menembusnya.
Rincian daerah berdasarkan klasifikasi kedalaman efektif tanah, adalah sebagai
berikut:
1) Kedalaman lebih dan 90 cm di seluruh wilayah Kecamatan Kabupaten Malang
dan Kota Malang 11 berada di Kecamatan Kabupaten Blitar seluruh wilayah Kecamatan
Kabupaten dan Kota Mojokerto, seluruh Kecamatan di Kabupaten Sidoarjo dan
Surabaya.
2) Kedalaman antara 60-90 cm terdapat di tiga wilayah Kecamatan Kabupaten
Blitar, sebagian tiga di wilayah Kecamatan Kabupaten Mojokerto, sembilan di wilayah
Kecamatan Kabupaten dan Kota Kediri, satu di wilayah Kecamatan Kabupaten Nganjuk,
dua di wilayah Kecamatan Kabupaten Jombang.
3) Kedalaman antara 30-60 cm terdapat di tiga wilayah Kecamatan Kabupaten
Blitar, sebagian dua wilayah Kecamatan Kabupaten Mojokerto, tiga wilayah Kecamatan
Kabupaten Nganjuk, sebagian dua wilayah Kecamatan Kabupaten Jombang.
4) Kedalaman kurang dan 30 cm terdapat di dua wilayah Kecamatan Kabupaten
Blitar, satu Wilayah di Kecamatan Kabupaten Tulungagung, satu Wilayah Kecamatan
Kabupaten Kediri, dua wilayah Kecamatan Kabupaten Jombang.

PEDOMAN PENGATURAN PEMANFAA TAN RUANG SEKITAR DAS BRANTAS


4. TeksturTanah
Tekstur tanah adalah keadaan kasar halusnya (bahan padat anorganik) tanah yang
ditentukan berdasarkan perbandingan fraksi-fraksi pasir, debu dan liat
Tekstur tanah erat hubungannya dengan daya merembes dan menyimpan zat hara di
dalam tanah yang dibagi dalam 3 kelas, yaitu: halus, sedang dan kasar. Tekstur yang baik
menurut klasifikasi USDA, adalah tekstur yang sedang atau tekstur lempung (loam).
Pada umumnya daerah di wilayah perencanaan mempunyai tekstur halus, sedikit
sekali terdapat tekstur kasar.

5. Drainase
Drainase tanah rnenunjukkan lamanya dan seringnya tanah jenuh terhadap
kandungan air atau menunjukkan kecepatan meresapnya air dan permukaan tanah sehingga
erat hubungannya dengan sering tidaknya air tergenang di suatu wilayah.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan gambar.

6. Erosi
Erosi merupakan peristiwa pengikisan permukaan tanah oleh aliran air penmukaan,
sehingga berakibat butiran-butiran tanah terangkut ke tempat lain. Erosi yang berlanjut akan
mengakibatkan tanah menjadi kurus, kekurangan akan unsur hara atau rusak.
Keadaan erosi di wilayah perencanaan dapat dilihat pada Tabel dan Gambar.

7. Jenis Tanah
Dengan perbedaan faktor pembentukan tanah (bahan induk, iklim, temperatur,
topografi, vegetasi dan waktu) maka berakibat terjadinya jenis tanah yang terdapat di
Wilayah Perencanaan, adalah sebagai berikut:
1) Alluvial, umumnya dijumpai di daerah datar sekitar Sungai Brantas.
2) Jenis tanah ini terdiri dari endapan batu dan pasir yang subur untuk usaha pertanian.
3) Grumusol, dengan penyebaran diseluruh wilayah perencanaan.
4) Tanah ini kering dan pecah bila musim kemarau dan lekat bila musirn hujan
5) Komplek Litosol, Mediteran dan Renzina, penyebaran meliputi sebagian wilayah
perencanaan.
6) Komplek Mediteran dan Litosol, penyebarannya di seluruh wilayah perencanaan
Gambaran Jenis tanah di wilayah perencanaan dapat dilihat pada tabel dan gambar.

8. Geologi
Dilihat dan struktur geologi wilayah perencanaan merupakan plistosen fasies
sedimen. Aluvium yang tersebar di sepanjang Sungai Brantas, selebihnya adalah pliosen
fasies batu gamping, phistosen fasies batu gamping, miosen fasies sedimen dan hasil

PEDOMAN PENGATURAN PEMANFAA TAN RUANG SEKITAR DAS BRANTAS


gunung api kwarter tua.

9. Curah Hujan
Hujan sebagai salah satu unsur dan iklim, sangat besar peranannya terhadap
berbagai kegiatan usaha khususnya di bidang pertanian. Curah hujan baik Iangsung
maupun tidak langsung akan mempengaruhi jenis dan pola identitas penggunaan tanah dan
tersedianya air pengairan.

3.3.1 Penggunaan Lahan

a. Penggunaan Tanah
Secara umum penggunaan tanah yang ada di wilayah perencanaan DAS Brantas
dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu penggunaan tanah yang sudah terbangun dan
penggunaan tanah yang belum terbangun (istilah ini dipergunakan dalam perencanaan tata
ruang).
Klasifikasi penggunaan tanah yang sudah terbangun antana lain adalah:
 penggunaan tanah untuk kegiatan perdagangan.
 penggunaan tanah untuk kegiatan pemerintahan.
 penggunaan tanah untuk kegiatan perumahan.
 penggunaan tanah untuk penyediaan fasilitas sosial.
 penggunaan tanah untuk penyediaan utilitas kota.
 penggunaan tanah lainnya yang bersifat perkotaan.
Klasifikasi penggunaan tanah yang belum terbangun, antana lain:
 penggunaan tanah untuk pertanian.
 penggunaan tanah untuk perkebunan.
Gambaran penggunaan tanah yang diklasifikasikan sebagai yang sudah terbangun di
wilayah Kecamatan Kabupaten dan Kota yang dilalui oleh DAS Brantas adalah sebagai
berikut:
1) Kegiatan Perdagangan
Kegiatan perdagangan yang ada dapat diklasifikasikan sebagai kegiatan perdagangan
eceran. Jenis barang dagangan yang ada meliputi jenis barang kebutuhan sehari-hari,
barang kelontong, makanan dan minuman dan lainnya.
Kegiatan perdagangan yang ada, umumnya berlokasi di jalan utama wilayah pusat
Kecamatan.
2) Kegiatan Pemerintahan
Kegiatan pemerintahan terpusat di seluruh wilayah kecamatan Kabupaten dan Kota

PEDOMAN PENGATURAN PEMANFAA TAN RUANG SEKITAR DAS BRANTAS


Wilayah Perencanaan DAS Brantas pada lokasi tersebut berskala Kecamatan.
3) Fasilitas Sosial
Fasilitas pendidikan terdapat di seluruh wilayah Kecamatan Kabupaten dan Kota sekitar
DAS Brantas. Fasilitas peribadatan seperti masjid dan langgar banyak terdapat di
permukiman dan sifatnya tersebar. Fasilitas kesehatan seperti puskesmas pembantu
tersebar di seluruh wilayah Kecamatan Kabupaten dan Kota di sekitar DAS Brantas.

PEDOMAN PENGATURAN PEMANFAA TAN RUANG SEKITAR DAS BRANTAS

Anda mungkin juga menyukai