Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL

PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK DAN RANCANGAN PERATURAN


DAEAH KABUPATEN MOROWALI TAHUN ANGGARAN 2017

A. Latar Belakang
Peraturan Daerah merupakan media bagi pemerintah Daerah untuk
menuangkan usulan-usulan, kebijakan-kebijakan dan /atau aspirasi-aspirasi
masyarakat untuk tujuan pembangunan daerah. Diharapkan dari Peraturan Daerah
tersebut mampu ditetapkan aturan-aturan yang dapat menunjang pembangunan
daerah kearah yang lebih baik dan lebih maju. Meskipun dalam kenyataannya
banyak peraturan daerah yang belum mampu memfasilitasi proses pembangunan
demi kemajuan daerah yang bersangkutan.
Peraturan daerah serbagai salah satu bentuk peraturan perundang-
undangan Merupakan bagian dari pembangunan sistem hukum nasional. Peraturan
daerah yang baik dapat terwujud apabila didukung oleh metote dan standar yang
tepat sehingga memenuhi teknis pembentukan peraturan perundang-undangan,
sebagaimana diatur dalam undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Menurut A. Hamid S. Attamimi bahwa asas-asas pembentukan peraturan
perundang-undangan yang patut terdiri dari : cita hukum Indonesia, asas Negara
berdasarkan hukum dan asas pemerintahan berdasarkan konstitusi dan asas-asas
lainnya. Oleh karena itu, pada proses merancang dan menghasilkan peraturan
daerah, perancang pada dasarnya harus menyiapkan diri secara baik dan
menguasai hal-hal terkait, sebagaimana disebutkan Himawan Estu Bagijo sebagai
berikut : 1. Analisa data tentang persoalan sosial yang akan diatur ; 2. Kemampuan
teknis perundang-undangan; 3. Pengetahuan teoritis tentang pembentukan aturan;
4. Hukum perundang-undangan baik secara umum maupun khusus tentang
peraturan daerah.
Pada tataran implementasinya, sebuah peraturan daerah harus tepat
sasaran dan lebih penting lagi adalah membawa manfaat bagi masyarakat. Ini
merupakan tugas berat bagi para perancang peraturan daerah agar produk
rancangannya sesuai dengan asas-asas pembentukan peraturan perundang-
undangan yang baik dan dapat diterima dan diterapkan oleh Daerah.
Pada tataran praktik, sering ditemukan bahwa para perancang peraturan
perundang-undangan pada dinas teknis maupun biro/ bagian hukum pemerintah
Daerah belum mampu menerjemahkan kebijakan pemerintah yang telah disusun
kedalam bentuk peraturan daerah yang dapat diterapkan secara efektif. Ketidak
mampuan para perancang tersebut disebabkan oleh paling sedikit tiga hal, yaitu:
1. Mitos bahwa perancang tidak menangani urusan kebijakan, sebab yang membuat
peraturan daerah adalah para pejabat Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, dan bukan perancangan;

2. Banyak daerah yang tidak memilik aturan mengenai prosedur yang


mengharuskan mendasarkan rancangan peraturan daerah pada pemikiran logis
berdasarkan fakta dimasyarakat;

3. Sangat sedikit dari peranascang yang memiliki pemmahaman atas teori,


metodologi, dan teknik perancangan peraturan perundang-undangan dan yang tepat
secara jelas menerjemahkan kebijakan-kebijakan pemerintah menjadi peraturan
daerah yang dapat dilaksanakan secara efektif.

Akibat dari hal-hal tersebut, maka tidak mengherankan bila para perancang
peraturan daerah pada dinas teknis maupun biro/ bagian hukum pemerintah Daerah
kembali pada kebiasaan yang bermasalah, ketika merancang peraturan daerah,
yaitu:

1. Menyadur peraturan perundang-undangan daerah lain;

2. Sekedar mengkriminalisasi perilaku yang diinginkan; atau

3. Berdasarkan kompromi keinginan dari kelompok-kelompok kepentingan dominan


dalam masyarakat.

Disamping kelemahan dari sisi perancang, permasalahan-permasalahan


mendasar dalam proses pembentukan peraturan daerah, antara lain disebabkan :

1. Jangka waktu yang diperlukan dalam proses pembentukan peraturan Daerah


relatif lama;

2. Tidak/ belum dilibatkannya secara maksimal peran serta masyarakat dalam


proses pembentukannaya, terutama dari kalangan akademisi dan praktisi hukum;

3. Belum digunakannya secara obtimal fungsi Naskah Akademik sebagai sebuah


instrumen dalam rangka pembentukan peraturan daerah.

Saat ini ada tendensi pandangan masyarakat bahwa peraturan daerah


adalah produk yang selalu berpihak pada kepentingan pemerintah (politik) semata-
mata. Sehingga dalam pelaksanaannya masyarakat tidak terlalu merasa memiliki
dan menjiwai peraturan perundang-undangan terkait. Oleh karena itu, kedudukan
Naskah Akademik diharapkan dapat digunakan sebagai instrument penyaring,
menjembatani, dan meminimalisir unsure-unsur kepentingan politik dari
pembentukan peraturan daerah.
Naskah Akademik menjelaskan objektivitas tujuan dibentuknya peraturan
perundang-undangan, karena didasarkan atas hasil kajian dan/atau penelitian, yang
menampung aspirasi serta mengakomodasi kepentingan dan keinginan masyarakat,
serta didukung oleh kebijakan politik dan peraturan perundang-undangan. Berkaitan
dengan seringnya terjadi pembatalan terhadap peraturan daerah yang dianggap
bermasalah, Naskah Akademik diharapkan dapat meminimalisir terjadinya
pembatalan demikian, karena didasarkan atas hasil kajian/ penelitian yang
komprehensif.

Pada kenyataannya, meskipun bukan merupakan suatu keharusan,


keberadaan Naskah Akademik sangat diperlukan dalam proses pembentukan
daerah. Oleh karena itu, ke depan perlu dipertimbangkan oleh para benbuat
peraturan daerah untuk terlebih dahulu menyusun Naskah Akademik dalam proses
pembentukan peraturan daerah, mengingat banyak manfaat yang dapat diambil dari
Naskah Akademik dalam keseluruhan proses penbentukan peraturan daerah, mulai
dari perencanaan, pembahasan, sampai pada pemberlakuan atau pelaksanaannya.

Digunakan Naskah Akademik sebagai bagian dari proses pembentukan


peraturan daerah, maka diharapkan akan tercipta peraturan daerah yang berbasis
akademik-ilmiah, tidak semata-mata kumpulan pasal-pasal yang ketika diterapkan
ternyata tidak efektif. Jika demikian halnya, maka kerugian besar, baik berkaitan
dengan waktu, materi maupun pikiran, harus ditanggung oleh daerah.

B.Tujuan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah

Adanya Naskah Akademik bukan (atau sampai saat ini belum diatur secara
tegas) sebagai suatu keharusan dalam proses bembentukan peraturan daerah, akan
tetapi keberadaan Naskah Akademik sangat diperlukan dalam proses pembentukan
daerah. Naskah Akademik memaparkan alas an-alasan, fakta atau latar belakang
tentang hal-hal yang mendorong disususnnya suatu masalah atau urusan sehingga
dipandang sangat penting dan mendesak diatur dalam peraturan daerah. Manfaat
dari data atau informasi yang dituangkan dalam latar belakang bagi pembentuk
peraturan daerah itu adalah bahwa mereka dapat mengetahui dengan pasti tentang
mengapa perlunya dibuat sebuah peraturan daerah dan apakah peraturan daerah
tersebut memang diperlukan oleh masyarakat.

Selanjutnya Naskah Akademik menjelaskan aspek filosofi (cita hukum),


aspek sosiologis (yakni nilai-nilai yang hidup dan terpelihara dalam kehidupan
masyrakat setempat), aspek yuridis (keterkaitan dan keharmonisan secara vartikal
dan horizontal dengan peraturan-peraturan yang terlah ada sebelumnya), aspek
tercemin dari kebijakan dan ditetapkan oleh para pengambil kebijakan yang menjadi
dasar bagi tata laksana pemerintahan).

Pentingnya juga kajian-kajian dari berbagai aspek terkait, antara lain, dari
aspek ekonomi dan ekologi, yang akan lebih meperkaya Naskah Akademik dan
pada tahap selanjutnya juga akan lebih menyempurnakan substansi peraturan
perundang-undangan ( peraturan daerah ) yang akan buat. Jika konsidi
memungkinkan maka sesungguhnya proses pembentukan peraturan perundang-
undangan (termasuk peraturan daerah) perlu menggunakan apa yang disebut
proses regulatory impact assessment (RIA), yang berguna untuk mengetahui
sejauhmana dampak ekonomis yang timbul dari peraturan tersebut bila sudah
terbentuk dan diberlakukan ditengah-tengah masyarakat.

Selain itu, urgensi lainnya adalah dalam Naskah Akademik diberikan


gambaran mengenai substansi, materi dan ruang lingkup dari peraturan daerah
yang akan dibaut. Dalam hal ini dijelaskan mengenai konsepsi, pendekatan, dan
asas-asas dari materi hukum yang perlu diatur, serta pemikiran-pemikiran
normanya. Mengenai asas- asas dari materi hukum, pada dasarnya tidak semata-
mata terikat pada asas-asas yang telah ditentukan dalam undang-undang Nomor 12
Tahun 2011 jo. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014, tetapijuga oerlu mencermati
nilai-nilai, asas-asas hukum adat atau kearifan tradisional yang masih hidup dan
berkembang dalam kehidupan masyarakat setempat.

Juga dipertimbangkan asas resiko (risk management) yang mau tidak mau
akan timbul atau dihadapi nantinya jika peraturan daerah itu sudah terbentuk atau
telah diberlakukan. Dengan dituangkannya asas resiko ini, paling tidak sudah ada
antisipasi terhadap resiko-resiko negative yang kemungkinan besar terjadi sebagai
konsekuensi adri adanya peraturan daerah terkait.

c. Tahapan proses Kegiatan

Proses penyusunan Naskah Akademik terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan penyusunan Naskah Akademik dimulai dengan membentuk


Tim Penyusunan Naskah Akademik Peraturan Daerah, yang terdiri dari personil
yang dianggap memiliki kompetensi dan wawasan luas dibidangnya. Susunan
personalia Tim ini disesuaikan dengan kebutuhan dan pokok persoalan yang akan
dibuat peraturan daerahnya. Kompetensi para anggota Tim bukan semata-mata di
bidang hukum, tetapi akan lebih akan apabila melibatkan pakar dari beragam disiplin
ilmu terkait dengan permasalahan akan dikaji. Kompetensi anggota dari disiplin ilmu
hukum dan perundang-undangan diperlukan untuk menelaah aturan-aturan hukum
dan pola perancangan peraturan peraturan perundang-undangan.

2. Penyusunan Draf Naskah Akademik

Tahap penyusunan draf Naskah Akademik disesuaikan dengan pola dan


sistematika standa yang biasa dipakai dalam penyusunan Naskah Akademik.
Tahapan ini memerlukan waktu yang cukup, karena selain menuangkan berbagai
data dan informasi ke dalam bentuk Naskah Akademik, juga mulai dipikirkan
alternatif kaedah-kaedah atau norma-norma dari narasi yang disusun, Penarikan
Kaedah/ norma hukum inilah yang membedakan antara Naskah Akademik dan hasil
penelitian/ kajian biasa.

3. Menyelenggarakan Konsultasi Publik

Jika draft Naskah Akademik sudah selesai disusun, maka tahap berikutnya
adalah menyelenggarakan konsultasi publik. Tujuannya, selain dari
menginformasikan Naskah Akademik dan Rancangan Perda kepada masyarakat
dan pihak-pihak terkait, juga menghimpun masukan dari berbagai pihak, dalam
rangka memperkaya dan menyempurnakan Naskah Akademik.

4. Evaluasi Draf Naskah Akademik

Evaluasi terhadap Draf Naskah Akademik perlu dilakukan setelah memperoleh


masukan atau tanggapan dari masyarakat. Pada tahap ini Tim penyusun Naskah
Akademik mulai menginventarisir masukan-masukan yang diperoleh dari diskusi
publik dan sedapat mungkin mengakomodir masukan-masukan yang bermanfaat ke
dalam Naskah Akademik, dengan mengutamakan masukan yang sifatnya lokalitas
(kearifan lokal).

5. Perbaikan dan Penetapan Draf Akhir Naskah Akademik


Tim penyusun Naskah Akademik memperbaiki dan menetapkan draf akhir
Naskah Akademik beserta Ranperdanya untuk diserahkan kepada pemerintah
daerah dan/atau DPRD, sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam
pembahasan itu.

D. Metode Penelitian

Kegiatan penyusunan Naskah Akademik merupakan sebuah rangkaian dari


penelitian hukum. Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan
hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu
hukum yang dihadapi. Penelitian hukum dilakukan untuk menghasilkan argumentasi,
teori atau konsep baru sebagai deskripsi dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi.

1. Tipe Penelitian

Penelitian ini bersifat social-legal research, yakni penelitian yang


memadukan metode penelitian hukum doctrinal (doctrinal-normologik)² dan metode
penelitian hukum empiric.3

Metode penelitian hukum doctrinal digunakan untuk mengaji konsep dan


kaidah hukum yang berkaitan dengan substansi muatanperaturan daerah. Hal ini
dilakukan lewat studi penelusuran bahan pustaka, baik dalam bentuk buku, jurnal,
hasil penelitian, prosiding, dan artikel ilmiah lainnya.

Sedangka metode penelitian hukum empiric dimaksudkan untuk menelah


fakta-fakta ( hukum dan sosial) dilapangan terutama soal praktek empiris yang
dihadapi dan diharapkan masyarakat berdasarkan parameter atau kriteria standar
yang telah ditetapkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Selain itu,
juga dikumpulkan data/ bahan hukum melalui observasi (pengamatan langsung) dan
wawancara.

2. Pendekatan Masalah

Nilai ilmiah suatu pembahasan dan pemecahan maslah terhadap legal issue
yang diteliti sangat tergantung kepada cara pendekatan (approach) yang digunakan.
Jika cara pendekatan tidak tepat, maka bobot penelitian tidak akurat dan
kebenarannya dapat digugurkan. Demikian pula dalam suatu dalam suatu penelitian
hukum, dengan menggunakan pendekatan berbeda, kesimpulannya akan berbeda.4
Makapendekatan yang dilakukan adalah pendekatan perundang-undangan (statute
approach), dan pendekatan konsep (conceptual approach) dan pendekatan kasus
(case approach).

3. Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis dan sember data yang digunakan dalam penyusunan naskah
akademik ini sebagai berikut :

1). Data primer, adalah data yang diperoleh dengan melakukan penelitian langsung
terhadap objek penelitian dengan teknik observasi, penyebaran dan pengumpulan
kuesioner dan wawancara mendalam /Focus Giscusion (FGD).

2). Data sekunder, adalah data yang diperoleh melalui studi pustaka (library
research) untuk mengumpulkan data-data melauli buku-buku, peraturan-peraturan,
serta dokumen-dokumen yang ada relevansinya dengan penelitian.

4. Teknik Pengambilan dan Pengumpulan Data

1.) Data Primer, diambil melalui penelitian awal (pra survey), observasi
permasalahan yang telah dirumuskan.
a. Penelitian awal (pra survey), yaitu pengambilan data awal di instansi/ lembaga
terkait, untuk memudah langkah mengumpulkan data.

b. Observasi adalah kegiatan peninjauan yang dilakukan dilokasi penelitian dengan


catatan dan perekaman mengenai situasi dan kondisi serta peristiwa hukum dilokasi.

c. Wawancara adalah kegiatan mengumpilkan data primer yang bersumber


langsung dari responden langsung dilokasi penelitian.

2.) Data Sekunder. Data sekunder dikumpulkan melalui studi kepustakaan dan studi
dokumen. Pertama, Studi Kepustakaan yaitu pengkajian informasi tertulis mengenai
hukum yang berasal dari berbagai sumber dan dipublikasikan secara luas serta
dibutuhkan dalam penelitian hukum. Informasi tertulis tersebut sebagai bahan
hukum yang digolongkan :

a. Bahan hukum primer, yang terdiri dari aturan hukum yang diurut berdasarkan
hierarki mulai dari UUD 1945, TAP MPR, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,
dan aturan lain dibawahnya.

b. Bahan hukum sekunder, yakni bahan hukum yang diperoleh dari buku teks, jurnal,
makalah, berita media cetak, pendapat para serjana, kasus-kasus hukum, serta
workshop yang dilakukan para pakar terkait dengan peraturan daerah.

c. Bahan hukum tersier, yakni bahan hukum yang memberi petunjuk atau penjelas
bermakna terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus hukum,
ensiklopedia dan lain-lainnya.

Kedua, Studi Dokumen, yaitu pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang
tidak dipublikasikan secara umum tetapi boleh diketahui pihak tertentu seperti
pengajar hukum, peneliti hukum, praktisi hukum dalam rangka kajian hukum,
pengembangan dan pembangunan hukum serta praktik hukum. Dokumen tersebut
berasal dari :

a. Undang-undang, yang atas perintah undang-undang diterbitkan dokumen hukum


sebagai alat bukti tertulis seperti kuitansi pembayaran.
b. Pengadilan, yang memutuskan dokumen hukum sepertu berita acara siding.

c. Pihak-pihak yang berkepentingan yang menghasilkan dokumen hukum seperti


MOU dan kontrak.

d. Penelitian hukum, yang menghasilkan dokumen hukum berupa laporan penelitian


hukum yang tidak dipublikasikan.

Setelah data-data tersebut diolah. Kemudian Tim peneliti menganalisisnya secara


kualitatif, dengan cara mencatat, mengorganisasikan, mengelompokkan dan
mensintesiskan data, selanjutnya memaknai setiap kategori data, mencari dan
menemukan pola, hubungan-hubungan dan memaparkan temuan-temuan dalam
bentuk deskripsi naratif, maupun gambar-gambar yang bisa dimengerti dan
dipahami oleh orang lain.

Penarikan kesimpulan penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan


Daerah, Peneliti/ Penyusun menggunakan silogisme proses berfikir induktif untuk
menarik kesimpulan bersifat umum dari berbagai kasus/ fakta yang bersifat khusus
terkait dengan Rancangan Peraturan Daerah.

E. Format Naskah Akademik

Naskah Akademik Ranperda disusun dengan format/ sistematika penulisan dengan


mengikuti Lampiran Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan, sebagai berikut :

a. Sampul Depan/ Cover, berisi judul dan penyusun Naskah Akademik.

b. Kata Pengantar, yang berisi pengantar proses penyusunan Naskah Akademik.

c. Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar.


BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Memuat pemikiran tentang fakta-fakta yang merupakan alasan-alasan


pentingnya materi hukum yang bersangkutan harus segera diatur.

B. Maksud dan Tujuan

Mengemukakan tentang apa yang hendak dicapai melalui pembentukan


Peraturan Daerah tersebut (misalnya memberikan jaminan kepastian hukum).

C. Metode Penelitian

Penyusunan Naskah Akademik pada dasarnya merupakan suatu kegiatan


penelitian sehingga digunakan metode penyusunan Naskah Akademik yang
berbasiskan metode penelitian hukum atau penelitian lain. Penelitian hukum dapat
dilakukan melalui metode yuridis normatif dan metode yuridis empiris.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIK

A. Kajian teoretis

B. Kajian terhadap asas/ prinsip yang terkait dengan penyusunan norma.

C. Kajian terhadap praktik penyelenggaraan, kondisi yang ada, serta permasalahan


yang dihadapi masyarakat.

D. Kajian terhadap implikasi penerapan Peraturan Daerah terhadap aspek


kehidupan masyarakat dan dampaknya terhadap aspek beban keuangan Negara.

BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-


UNDANGAN TERKAIT

Bab ini memuat hasil kajian terhadap Peraturan Perundang-undangan terkait


yang memuat kondisi hukum yang ada, keterkaitan Undang-Undang dan Peraturan
Daerah baru dengan Peraturan Perundang-undangan lain, harmonisasisecara
vartikal dan horizontal, serta status dari Peraturan Perundang-undangan yang ada.

BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

A. Landasan Filosofis

Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang


menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan pandangan
hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah
bangsa Indonesia.

B. Landasan sosiologis

Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang


menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam berbagai aspek.

C. Landasan Yuridis

Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang


menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengetasi permasalahan
hukumn atau mengisi kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang
telah ada dan rasa keadilan masyarakat.

BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP


MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH

Naskah Akademik pada akhirnya berfungsi mengarahkan ruang lingkup


materi muatan Rancangan Peraturan Daerah yang akan dibentuk. Dalam Bab ini,
sebelum menguraikan ruang lingkup materi muatan, dirumuskan sasaran yang akan
diwujudkan, arah dan jangkauan peraturan.

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran Rekomendasi

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

a. Notulensi Konsultasi Publik;


b. Foto-Foto Dokumentasi kegiatan

F. Tim Penyusunan Naskah Akademik


Personil yang diusulakan dalam suatau posisi untuk melaksanakan
pekerjaan ini, harus menpunyai kapasitas kerja yang cukup, memiliki bidang
keahlian yang sesuai dengan posisi yang diusulakan serta ditunjang pengalaman
kerja. Penyedia jasa dalam melaksanakan pekerjaan ini menyediakan tenaga-
tenaga ahli di bidang yang dibutuhkan. Adapun nama-nama tenaga yang sebagai
mana terlampir.

G. Rancana Anggaran Biaya


Rancana Anggaran Biaya dalam penyusunan Naskah Akademik dan
Rancangan Peraturan Daerah ini diusulkan untuk 1 (satu) Ranperdah sebesar
Rp.100.000.000,- (Seratus Juta Rupiah) dalan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Morowali tahun anggaran 2017.

H. Waktu dan Jadwal Pelaksanaan


Waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan Penyusunan Naskah Akademik
dan Rancangan Peraturan Daerah ini adalah selama 4 (empat) bulan sejak Surat
Perintah Kerja (SPK). Dengan gambaran kegiatan sebagaimana dituliskan dalam
jadwal berikut ini:

Anda mungkin juga menyukai