Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA

Disusun oleh

Kelompok 1

Shaniyah F. Rahayu 192153008


Intannia Mulya Rosa 192153021
Nurul Halimatusa'diah 192153037
Nisa Nurmilah 192153042
Muhamad Nur Kholis Dzikri Al Fauzi 192153045
Dwi ghina Ghina Rizka ananda 192153056
Resha Hanaghani Humaira 192153059
Ikbal saepulloh 192153069
Vivi Yulia 192153071
Ismi Nuranisa 192153073
Hana Nurhasanah 192153083
Siva Ul Ummah 192153085

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SILIWANGI

TASIKMALAYA

2019
KATA PENGANTAR

            Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “ Pengantar Pendidikan
Pancasila ”.

  Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan penulis. Namun sebagai manusia biasa, penulis tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan
baik dari segi tekhnik penulisan maupun tata bahasa. Tetapi walaupun demikian penulis berusaha
sebisa mungkin menyelesaikan makalah meskipun tersusun sangat sederhana.

            Penulis menyadari tanpa kerja sama antara dosen serta beberapa kerabat memberi masukan
yang bermanfaat bagi penulis demi tersusunnya makalah ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada pihak tersebut yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan
saran demi kelancaran penyusunan makalah.

            Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca pada
umumnya. Penulis mengharapkan saran serta kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun.

                                                                                            

     Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul.............................................................................................................................

Kata Pengantar.............................................................................................................................

Daftar Isi.......................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................

1.1. Latar Belakang........................................................................................................................

1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................................

1.3. Tujuan ....................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................

A. Ugensi dan tujuan Pendidikan pancasila....................................................................................

B. Alasan diperlukan Pendidikan Pancasila ...................................................................................

C. Sumber Historis ........................................................................................................................

D. Sumber Yuridis .........................................................................................................................

E. Sumber Kultural.........................................................................................................................

F. Sumber Filosofis........................................................................................................................

G. Sumber Politis dan Tafsir tentang Pancasila .............................................................................

H. Fundamentalisme agama dan sekuler........................................................................................

I. Qou Vadis Indonesia dan kembali pada ruh kebangsaan Indonesia............................................

J. Agama dan Politik......................................................................................................................

K. Rasionalisasi Pancasila..............................................................................................................

BAB III PENUTUP......................................................................................................................

3.1 Kesimpulan...............................................................................................................................

3.2 Saran.........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam bahasa Sansekerta, Pancasila terdiri atas kata panca yang artinyalima dan sila/
syila yang berarti batu sendi atau dasar. Kata sila yang berasal dari kata susila, yaitu
tingkah laku yang baik ( Wreksosuhardjo dalam Muhdi dkk, 2011:1336). Pancasila yang
berarti lima dasar atau lima azas, adalah nama dari dasar negara kita, Negara Republik
Indonesia. Nama pancasila itu sendiri  sebenarnya tidak terdapat baik di dalam
pembukaan UUD 1945 maupun di dalam batang tubuh UUD 1945. Namun, telah jelas
bahwa pancasila yang dimaksut adalah lima dasar Negara Indonesia yang terdapat dalam
pembukaan UUD 1945 alenia ke empat, yaitu :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Pancasila secara sistematik disampaikan pertama kali oleh Ir. Soekarno pada sidang
pertama BPUPK  “ Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapak Kemerdekaan “ pada
tanggal 1 juni 1945. Bung Karno menyatakan bahwa pancasila merupakan philosofiche
gronslag, suatu fundamen, gagasan yang mendalam, merupakan landasan atau dasar bagi
negara yang akan didirikan. Selanjutnya ditemukan pula disamping pancasila yang
berfungsi sebagai bintang pemandu atau laitstar, sebagai idologi negara, sebagai
pandangan hidup bangsa, sebagai filsafat, sebagai perekat atau pemersatu bangsa dan
sebagai wawasan bangsa indonesia dalam mencapai cita-cita nasional ( PSP UGM, 2012:
1)
Berdasarkan uraian diatas, Pancasila mempunyai kedudukan yang penting bagi
bangsa indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh
karena it, sebagai rakyat indonesia kita hendaknya bisa menerima, menyakini, dan
melaksanakan nilai-nilai yang terkandung didalamnya dalam kehidupan nyata serta
mampu menjaga dengan kokoh gagasan dasar tersebut agar dapat mengantisipasi
perkembangan zaman di era global saat ini.
Secara yuridis konstitutional, pancasila adalah dasar negara. Namun secara
multidimensional, pancasila memiliki berbagai sebutan yang sesuai dengan esensi dan
eksitensinya sebagai kristalisasi nilai-nilai budaya dan pandangan hidup bangsa
indonesia. Karena itu pancasila sering disebut dan dipahami sebagai :

1. Jiwa Bangsa Indonesia


2. Kepribadian Bangsa Indonesia
3. Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
4. Dasar Negara RI
5. Sumber Hukum bagi Negara Indonesia
6. Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia
7. Ideologi Bangsa Indonesia
8. Filsafat Hukum yang mempersatukan Bangsa Indonesia ( Darmodiharjo, 1975 : 10-11 )
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dan urgensi Pendidikan Pancasila ?
2. Mengapa diperlukan Pendidikan Pancasila ?
3. Bagaimana sumber historis, yuridis, kultural, filosofis, sosiologis, dan politis Pendidikan
Pancasila ?
4. Bagaimana fundamentalisme dan rasionalisasi Pancasila ?

C. Tujuan
1. Mengetahui konsep dan urgensi Pendidikan Pancasila
2. Mngetahui alasan diperlukan Pendidikan Pancasila
3. Mengetahui sumber historis, yuridis, kultural, filosofis, sosiologis, dan politis Pendidikan
Pancasila
4. Mengetahui fundamentalisme dan rasionalisasi Pancasila
BAB II
PEMBAHASAN

A. Urgensi dan Tujuan Pendidikan Pancasila

Pengertian Urgensi jika dilihat dari bahasa latin bernam “urgere” yaitu (kata kerja) yang
berarti mendorong dan jika dilihat dari bahasa inggris bernama “urgent” yang memiliki arti (kata
sifat) dan dalam dalam bahasa idonesia “urgensi” (kata benda). Istilah Urgensi menunjuk pada sesuatu
yang mendorong kita, yang memaksa kita untuk diselesaikan dengan demikian mengandaikan ada
suatu masalah dan harus segera ditindak lanjuti.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dapat dimaknai sebagai wahana untuk


mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia
yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik baik
sebagai individu, maupun sebagai anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Lemahnya wawasan kebangsaan dan ideologi negara bagi kaum milenial salah satu
penyebabnya karena kurikulum pendidikan nasioal yang masih lemah dalam muatan materi pancasila
di sekolah atau lembaga pendidikan. Hal ini menjadi alasan mengapa diperguruan tinggi pemahaman
mengenai pancasila harus ditanamkan dengan sungguh-sungguh.

Visi pendidikan pancasila : Terwujudnya kepribadian peserta didik yang bersumber pada nilai
nilai pancasila

Misinya :

1. Mengembangkan potensi peserta didik

2. Menyiapkan peserta didik untuk hidup dalam masyarakat bangsa dan negara

3. membangun budaya pancasila sebagai salah satu determinan kehidupan

4. Mengkaji dan mengembangkan pendidikan pancasila sebagai sebuah sistem pengetahuan


yang terintehrasi atau disiplin ilmu sintetik.

Adapun tujuan dari pendidikan pancasila menurut Dardji Darmonodihardjo 1978

1. Untuk mengetahui pancasila secara komprehensif

2. Untuk direalisasikan di kehidupan sehari hari

3. Untuk menetapkan jiwa dan semangat pancasila.

B. Alasan Dipelukan Pendidikan Pancasila


Pendidikan Pancasila sangat diperlukan untuk membentuk karakter manusia yang profesional
dan bermoral. Hal tersebut dikarenakan perubahan dan infiltrasi budaya asing yang bertubi-tubi
mendatangi masyarakat Indonesia bukan hanya terjadi dalam masalah pengetahuan dan teknologi,
melainkan juga berbagai aliran dalam berbagai kehidupan bangsa.Oleh karena itu, pendidikan
Pancasila diselenggarakan agar masyarakat tidak lupa dengan budaya yang menjadi identitas suatu
bangsa dan sekaligus menjadi pembeda antara satu bangsa dan bangsa lainnya. Selain itu, dekadensi
moral yang terus melanda bangsa Indonesia yang ditandai dengan mulai mengendurnya ketaatan
masyarakat terhadap norma-norma sosial yanghidup di masyarakat, menunjukkan pentingnya
penanaman nilai-nilai ideologi melalui pendidikan Pancasila. Selain itu, penyalahgunaan narkoba
yang melibatkan generasi dari berbagai lapisan menggerus nilai-nilai moral anak bangsa. Hal tersebut
menunjukkan betapa pentingnya Pancasila diselenggarakan di perguruan tinggi untuk menanamkan
nilai-nilai mora lPancasila kepada generasi penerus cita-cita bangsa.
Dengan demikian, pendidikan Pancasila diharapkan dapat memperkokoh modalitas akademik
mahasiswa dalam berperan serta membangun pemahaman masyarakat tentang, antara lain :
1. Kesadaran gaya hidup sederhana dan cinta produk dalam negeri
2. Kesadaran pentingnya kelangsungan hidup generasi mendatang
3. Kesadaran pentingnya semangat kesatuan persatuan (solidaritas) nasional
4. Kesadaran pentingnya norma-norma dalam pergaulan
5. Kesadaran pentingnya kesahatan mental bangsa
6. Kesadaran tentang pentingnya penegakan hokum
7. Menanamkan pentingnya kesadaran terhadap ideologi Pancasila.
Penanaman dan penguatan kesadaran nasional tentang hal-hal tersebut sangat penting
karrenaapabila kesadaran tersebut tidak segera kembali disosialisasikan, diinternalisasikan, dan
diperkuat implementasinya, maka masalah yang lebih besar akan segera melanda bangsa ini,yaitu
musnahnya suatu bangsa. Punahnya suatu negara dapat terjadi karena empat “I”, yaitu industri,
investasi, individu, dan informasi. Dalam rangka menanggulangi keadaaan punahnya suatu bangsa
pemerintah telah mengupayakan agar pendidikan Pancasila ini tetap diselenggarakan di perguruan
tinggi. Meskipun pada tataran implementasinya, mengalami pasang surut pemberlakuannya, tetapi
sejatinya pendidikan Pancasila harus tetap dilaksanakandalam rangka membentengi moralitas bangsa
Indonesia. Dengan demikian, tanggung Jawab berada di pundak perguruan tinggi untuk mengajarkan
nilai-nilai Pancasila yang tercantum sebagai amanat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang
menekankan pentingnya mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam hal ini, kecerdasan tidak hanya
mencakup intelektual, tetapi juga mencakup pula kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual
yang menjadi dasar bagi pengembangankecerdasan bangsa dalam bentuk kecerdasan ideologis.
Berdasarkan SK Dirjen Dikti No38/DIKTI/Kep/2002, Pasal 3, Ayat (2) bahwa kompetensi
yang harus dicapai mata kuliah pendidikan Pancasila yang merupakan bagian dari mata kuliah
pengembangan kepribadian adalah menguasai kemampuan berpikir, bersikap rasional, dan dinamis,
serta berpandangan luas sebagai manusia intelektual dengan cara mengantarkan mahasiswa;
1.agar memiliki kemampuan untuk mengambil sikap bertanggung jawab sesuai hati nuraninya
2. agar memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidup dan kesejahteraan serta cara-cara
pemecahannya
3. agar mampu mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan
seni
4. agar mampu memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa untuk menggalang
persatuan Indonesia.
Pendidikan Pancasila sebagai bagian dari pendidikan nasional, mempunyai tujuan mempersiapkan
mahasiswa sebagai calon sarjana yang berkualitas, berdedikasi tinggi, dan bermartabat agar ;
1. menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2. sehat jasmani dan rohani, berakhlak mulia, dan berbudi pekerti luhur;
3. memiliki kepribadian yang mantap, mandiri, dan bertanggung jawab sesuai hari nurani
4. mampu mengikuti perkembangan IPTEK dan seni; serta
5. mampu ikut mewujudkan kehidupan yang cerdas dan berkesejahteraan bagi bangsanya.Secara
spesifik
Tujuan penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi adalah untuk ;
1. memperkuat Pancasila sebagai dasar falsafah negara dan ideologi bangsa melalui
revitalisasinilai-nilai dasar Pancasila sebagai norma dasar kehidupan
bermasyarakat,berbangsa, dan bernegara.
2. memberikan pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan nilai-nilai dasar Pancasila
kepadamahasiswa sebagai warga negara Republik Indonesia, dan membimbing untuk
dapatmenerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
C. Sumber Historis

Dilihat dari sisi historisnya, Pancasila tidak lahir secara mendadak pada tahun 1945,
melainkan telah melalui proses panjang, dimatangkan oleh sejarah perjuangan bangsa kita sendiri,
dengan melihat pengalaman-pengalaman bangsa lain, dengan diilhami oleh gagasan besar dunia,
dengan tetap berakar pada kepribadian dan gagasan-gagasan besar bangsa kita sendiri .

Nilai-nilai essensial yang terkandung dalam Pancasila yaitu : Ketuhanan, Kemanusiaan,


Persatuan, Kerakyatan serta Keadilan dalam kenyataannya secara objektif telah dimiliki bangsa
Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum mendirikan Negara. Proses terbentuknya negara dan
bangsa Indonesia melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman kerajaan-
kerajan.

Bangsa Indonesia lahir kira-kira pada abad V atau IV Masehi pada saat Kerajaan Kutai
memulai sejarah Bangsa Indonesia. Kutai bukan hanya sebagai kerajaan pertama di Indonesia, dengan
bukti-bukti emperik yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Kutai juga menjadi salah satu
sumber terpenting dalam penggalian Pancasila terutama mengenai nilai-nilai Ketuhanan.

Kenapa para pendiri bangsa (founding father) menepatkan sila pertama Ketuhanan Yang
Maha Esa dijadikan konsep yang paling mendasar? hal tersebut dikarenakan sejarah Bangsa
Indonesia selalu identik dengan kerajaan bercorak religious (agama). Dari mulai Hindu-Budha, Islam,
kemudian masa interaksi masa interaksi dengan Bangsa Eropa dan TImur Asing yang membawa
agama Kristen, Katolik, dan Kong Hu Cu. Bahkan, masa pra sejarah Bangsa Indonesia pun telah
memiliki sebuah kepercayaan animisme dan dinamisme. Artinya, Bangsa Indonesia diajarkan untuk
menjungjung tinggi nilai-nilai religious dan kepercayaan terhadap keberadaan Tuhan.

Nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan
menjadi dasar negara Indonesia secara obyektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri.
Sehingga asal nilai-nilai Pancasila tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri, atau
bangsa Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila.
Dalam era reformasi bangsa Indonesia harus memiliki visi dan pandangan hidup yang kuat
(nasionalisme) agar tidak terombang-ambing di tengah masyarakat internasional. Hal ini dapat
terlaksana dengan kesadaran berbangsa yang berakar pada sejarah bangsa.

Presiden Soekarno pernah mengatakan, “Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah.”


Pernyataan tersebut dapat dimaknai bahwa sejarah mempunyai fungsi penting dalam membangun
kehidupan bangsa dengan lebih bijaksanadi masa depan. Sejarah jua merupakan guru kehidupan.

Dengan demikian, berdasarkan keterangan yang telah dipaparkan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa Pancasila memilki landasan historis yang kuat. Secara historis, sejak zaman
kerajaan unsur Pancasila sudah muncul dalam kehidupan bangsa kita. Agar nilai-nilai Pancasila selalu
melekat dalam kehidupan bangsa Indonesia, maka . nilai-nilai yang terkandung dalam setiap Pancasila
tersebut kemudian dirumuskan dan disahkan menjadi dasar Negara. Sebagai sebuah dasar Negara,
Pancasila harus selalu dijadikan acuan dalam bertingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.Semua peraturan perundang-undangan yang ada juga tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. 

D. Sumber Yuridis

Negara Republik Indonesia adalah negara hukum dan salah satu cirinya yaitu pemerintahan
berdasarkan hukum. Pancasila sebagai dasar negara merupakan landasan dan sumber dalam
membentuk dan menyelenggarakan negara hukum tersebut. Hal tersebut berarti pendekatan yuridis
(hukum) merupakan salah satu pendekatan utama dalam pengembangan atau pengayaan materi mata
kuliah pendidikan Pancasila.

Urgensi pendekatan yuridis ini adalah dalam rangka menegakkan Undang-Undang yang
merupakan salah satu kewajiban negara yang penting. Penegakan hukum ini hanya akan efektif,
apabila didukung oleh kesadaran hukum warga negara terutama dari kalangan intelektualnya. Dengan
demikian, pada gilirannya melalui pendekatan yuridis tersebut mahasiswa dapat berperan serta dalam
mewujudkan negara hukum formal dan sekaligus negara hukum material sehingga dapat diwujudkan
keteraturan sosial (social order) dan sekaligus terbangun suatu kondisi bagi terwujudnya peningkatan
kesejahteraan rakyat sebagaimana yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa. Kesadaran hukum
tidak semata-mata mencakup hukum perdata dan pidana, tetapi juga hukum tata negara. Ketiganya
membutuhkan sosialisasi yang seimbang di seluruh kalangan masyarakat, sehingga setiap warga
negara mengetahui hak dan kewajibannya. Selama ini sebagian masyarakat masih lebih banyak
menuntut haknya, namun melalaikan kewajibannya. Keseimbangan antara hak dan kewajiban akan
melahirkan kehidupan yang harmonis sebagai bentuk tujuan negera mencapai masyarakat adil dan
makmur.

Selain itu landasan yuridis pemdidikan pancasila tertuang dalam Undang-Undang No. 12
tahun 2012 tentang pendidikan tinggi yang kembali mewajibkan mata kuliah Pendidikan Pancasila.
Pada tahun 2013 juga dikeluarkaannya kurikulum 2013 di sekolah kembali menggunakan nama
pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) yang pada tahun 2006 pada kurikulum
KTSP adalah Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

E. Sumber Kultural

Bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa dan


bernegara pada suatu asas kultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai
kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila bukanlah merupakan hasil
konseptual seseorang saja melainkan merupakan suatu hasil karya bangsa Indonesia sendiri yang
diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara.
Oleh karena itu generasi penerus terutama kalangan intelektual kampus sudah seharusnya untuk
mendalami serta mengkaji karya besar tersebut dalam upaya untuk melestarikan secara dinamis dalam
arti mengembangkan sesuai dengan tuntutan jaman.

F. Sumber Filosofis

Pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesia.
Pancasila merupakan hasil pemikiran bangsa Indonesia yang dianggap paling benar dan bijaksana.
Pancasila dianggap paling benar karena bersumber dari Wahyu dan ilmu pengetahuan. disebut
bijaksana karena proses perumusan Pancasila dirumuskan oleh golongan Islam dan nasionalis dan
pada akhirnya kedua kelompok tersebut tidak mempertentangkan kebenaran menurut golongan dan
kelompoknya masing-masing. mereka mampu mengeluarkan pikiran terbaiknya serta membuktikan
bahwa musyawarah mufakat itu merupakan ciri bangsa Indonesia yang bersumber pada kebenaran
Ilahi sebagai solusi terbaik dalam menyelesaikan perbedaan pendapat. Oleh karena itu sudah
merupakan suatu keharusan moral untuk secara konsisten merealisasikannya dalam setiap aspek
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Secara filosofis, bangsa indonesia sebelum mendirikan negara adalah sebagai bangsa yang
berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini berdasarkan kenyataan objektif bahwa manusia adalah
Makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Syarat mutlak suatu negara adalah adanya persatuan yang
terwujudkan sebagai rakyat (merupakan unsur pokok negara), sehingga secara filosofis negara
berpersatuan dan berkerakyatan. Konsekuensinya rakyat adalah merupakan dasar ontologis
demokrasi, karena rakyat merupakan asal mula kekuasaan negara.

Atas dasar pengertian filosofis tersebut maka dalam hidup bernegara nilai-nilai Pancasila
merupakan dasar filsafat negara. Konsekuensinya dalam setiap aspek penyelenggaraan negara harus
bersumber pada nilai-nilai Pancasia termasuk sistem peraturan perundang-undangan di Indonesia.
Oleh karena itu dalam realisasi kenegaraan termasuk dalam proses reformasi dewasa ini merupakan
suatu keharusan bahwa Pancasila merupakan sumber nilai dalam pelaksanaan kenegaraan, baik dalam
pembangunan nasional, ekonomi, politik, hukum, sosial budaya, maupun pertahanan dan keamanan.

G. Sumber Politis dan Tafsir tentang Pancasila

1. Sumber Politis

Pengalaman politik sejarah Bangsa Indonesia pernah melalui masa dimana Pancasila
dijadikan alat penguasa dan mempertahankan kekuasaan. Politik bukan barang terlarang karena pada
hakekatnya manusia adalah makhluk yang berpolitik, akan tetapi, jangan sampai terulang nilai luhur
bangsa seperti Pancasila disalah artikan untuk kepentingan politik kelompok tertentu.

Sebagai dasar filsafat negara Pancasila tidak hanya merupakan sumber derivasi peraturan
perundang-undangan, melainkan juga merupakan sumber moralitas terutama dalam hubungannya
dengan legitimasi kekuasaan, hukum serta berbagai kebijakan pelaksanaan dan penyelenggaraan
negara. Sila pertama ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ serta sila kedua’Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab’ adalah merupakan sumber nilai-nilai moral bagi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan
a. Dinamika dan Tantangan Pendidikan Pancasila

1. Dinamika Pendidikan Pancasila


a. Tafsir Tentang Pancasila

Pidato Presiden ke 6 RI yakni Susilo Bambang Yudhoyono pada saat peresmian


Gedung Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi, beliau mengatakan bahwa Pancasila tidak
boleh disakralkan. Beragam pemberitaan pun muncul yang pada intinyamengandung isi yang
sama yakni jangan sampai Pancasila di dogmakan, biarkan Pancasila tetap hidup menjadi
ideologi terbuka. Sifat multi kultural yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia terkadang memang
memerlukan penerjemahan mendalam untuk merasionalisasikan nilai-nilai Pancasila.
Pancasila diakui memang sebagai satu-satunya falsafah bangsa. Pancasila merupakan sebuah
konsensus multikulturalisme Bangsa Indonesia.

Dari awal penggalian, perumusan sampai dengan rasionalisasi Pancasila dari masa ke
masa kerap diperdebatkan karena memang setiap para pemikirnya dipengaruhi oleh paham-
paham lain ditambah lagi dengan kepentingan para penguasa (rezim) dengan menafsirkan
Pancasila menurut versinya masing-masing. Tetapi itulah mungkin yang dimaksud Susilo
Bambang Yudhoyono bahwa Pancasila jangan di sakralkan karena memang sebuah ideologi
yang terbuka sehingga tidak ada bentuk baku dalam menjalankan Pancasila.

H. Fundamentalisme Agama Dan Fundamentalisme Sekuler

1. Pengertian

Fundamentalisme agama adalah paham yang berjuang untuk menegakkan kembali norma-
norma dan keyakinan agama untuk menghadapi sekularisme. Selain itu juga, fundamentalisme
merupakan sebuah gerakkan dalam aliran, paham atau agama untuk kembali kepada apa yang diyakini
sebagai dasar atau asas-asas (fundamental).

Sedangkan fundamentalisme sekuler adalah sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi
atau badan negara harus berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan. Sekularisme juga merujuk pada
anggapan bahwa aktivitas dan penentuan manusia, terutamanya politik yang harus didasarkan pada
apa yang dianggap sebagai bukti konkret dan fakta, dan bukan berdasarkan pengaruh keagamaan.
Dalam segi politik, sekuler/sekularisme adalah pergerakan menuju pemisahan antara agama dan
pemerintahan.

2. Sejarah Konsep Fundamentalisme Agama dan Fundamentalisme Sekuler

Menurut notonagoro (1974) Sila pertama: Ketuhanan yang maha esa adalah meliputi dan
menjiwai sila-sila kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Sejak bangsa ini didirikan, para pendiri negara dari kalangan muslim secara jelas terang-
terangan menginginkan islam sebagai dasar negara. Seperti dalam siding panitia 9 pada 22 juni 1945
menyepakati pembukaan undang-undang dasar 1945 pada paragraph terakhir memuat tentang dasar
negara, sila pertama ketuhanan yang maha esa dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi
pemeluknya. Ijtihad politik panitia 9 yang mayoritas dari kalangan islam sebagai bukti nyata bahwa
nilai-nilai keislama untuk negara Indonesia telah menjadi perhatian sehingga dimuat dalam staats
fundamental norms. Dalam tatanan bernegara, agama tetap berperan penting, hal tersebut dikarenakan
nilai-nilai religious merupakan jiwa dari setiap manusia dinegara Indonesia dalam menjalankan
kehidupan. Hal ini tidak terlepas dari timbulnya perbedaan seperti dari perwakilan Indonesia timur
yang keberatan dengan sila pertama. Akhirnya masukan tersebut diterima dengan lapang dada oleh
kalangan umat islam saat itu. Namun, itu tidak berarti menghilangkan esensi dari nilai keislaman.

Lahirnya Pancasila merupakan bagian dari upaya untuk meredam ide pembentukan negara
islam atau negara sekuler. Sebagaimana Pancasila merupakan common denominator yang
mengkristakan nilai-nilai universal keagamaan untuk mewujudkan misi profetik dalam kehidupan
publik. Pancasila harus diartikan sebagai bentuk kehadiran negara yang netral yang mampu
melindungi setiap ekspresi dan komunitas keagamaan. Pancasila menghendaki agama dan politik
tidak harus dipisahkan sejauh negara masih mampu bersifat netral dan mampu melindungi setiap
ekspresi pemeluk agama. Artinya, selama negara netral, fundamentalisme agama ataupun
fundamentalisme sekuler adalah hall umrah. Keadaan menjadi genting ketika negara tidak bisa tampil
dengan wajah netral.

Sebab permasalahan dan perbedaan antara fundamentalisme agama dan fundamentalisme


sekuler sebenarnya yaitu dari cara pandang terhadap modernisasi. Ketika alam modern modern ini
membutuhkan segala perangkat untuk suburnya kemajuan, maka setiap yang dianggap menghambat
kemajuan harus disingkirkan. Kebangkitan paham fundamentalisme agama sebenarnya terlalu jauh
jika dihubungkan dengan keinginan untuk mengganti dasar negara. Fundamentalisme agama juga
bukan merupakan penolakan massal atas modernisasi, tetapi baik fundamentalisme agama maupun
fundamentalisme sekuler sebenarnya menghadapi persoalan dalam dirinya sendir, yakni mampukah
fundamentalisme agama dan fundamentalisme sekuler mengakomodasi nilai-nilai demokrasi seperti
kebebasan, kesejahteraan,keadilan, kemanusiaan, dan pluralism yang menjadi syarat dalam kehidupan
demokrasi.

I. Tantangan Pendidikan Pancasila

1. Quo Vadis Indonesia?

Quo Vadis merupakan kata yang diambil dari Bahasa Latin yang memiliki arti ‘Kemana akan
pergi?’. Jika digabungkan, Quo Vadis Indonesia memiliki arti, kemana Indonesia akan pergi?

Itu merupakan pertanyaan besar yang harus dijawab dengan jawaban terbaik yang kita punya.
Karena semua menyangkut masa depan Indonesia. Namun, belakangan ini bangsa Indonesia
justru kurang memahami jati dirinya sendiri, hingga jati diri yang semulanya bangsa kita miliki
perlahan-lahan pudar. Kita lebih tertarik dengan perkembangan zaman yang digembar-gemborkan
dunia daripada melirik apa yang sudah kita miliki. Entah mengapa kita jadi mudah terprovokasi
akan isu-isu ssensitif seperti Politik, Agama, dan Sosial Budaya. Padahal kita lahir dari negara
yang memiliki semboyan BHINIEKA TUNGGAL IKA. Namun gejala ini semakin meluas baik
itu antara elit atau rakyat. Sifatnya pun bukan vertikal namun horizontal. Baik antar rakyat kecil,
ataupun sesama petinggi Negara. Sehingga konflik yang terjadi menjadi konflik distruktif dan
disfungsional. Dengan negara yang begini kompleks sudah menjadi kewajiban bangsa nya sendiri
untuk mengurus dan mengharmonisasikan perbedaan-perbedaan yang ada. Jangan sampai kita
membawa Indonesia ke tempat yang salah di masa yang akan datang.

2. Kembali pada Ruh Kebangsaan Indonesia

Indonesia merupakan negara yang lahir dari perjuangan yang sangat besar. Kita melewati
proses pencarian yang cukup lama terhadap ruh kebangsaan yang kita miliki hingga bangsa kita
akhirnya menyadari jika keberagaman, kebersamaan, dan rasa toleransi yang tinggi secara
alamiah tumbuh ditengah-tengah bangsa yang multikultural ini.

Ditinjau dari sisi historis Bangsa Indonesia, Latief (2011 : 377) menyatakan jika
secara konseptual, Indonesia sudah memiliki prinsip dan visi kebangsaan yang kuat, yang
bukan saja mempertemukan kemajemukan masyarakat dalam kebauran komunitas politik
bersama, tetapi juga mampu memberi kemungkinan bagi keragaman komunitas untuk
tidak tercerabut dari akar tradisi dan histori masing-masing.

Bangsa Indonesia ini terbentuk dari ikatan politik dan agama. Meski Indonesia
tidak menyatakan jika negara ini merupakan negara agama, namun agama memiliki peran
yang sangat penting dalam urusan kenegaraan. Tidak bisa lepas dari sejarah terbentuknya
negara ini, bahkan memberikan kontribusi yang cukup besar sejak zaman perjuangan dan
tetap berjalan juga hingga sekarang. Agama merupakan benteng dan alarm yang nyata
dalam perjalanan bangsa. Kompas yang menjadi penunjuk arah jika negara kita mulai
menyimpang dan memilih jalan yang salah. Walaupun negara kita menetapkan 6 agama
yang diakui dan legal, Perbedaan itu tidak akan menjadi boomerang untuk negara.
Karena sejujurnya kita bisa menarik benang merah yang cukup sederhana, yaitu setiap
agama mengajarkan kebaikan dan sudah terbukti dengan adanya lambang-lambang
permersatu dan toleransi agama tersebut, Negara kita dapat terbentuk dan tumbuh
berdampingan dengan begitu harmonisnya. Jadi dapat disimpulkan jika agama
merupakan salah satu jalan terbentuknya negara, mewarnai perjalanan politik, dan
menjadi kontrol yang sempurna untuk berjalannya bangsa.

J. . Agama dan Politik

Dalam hal ini tentunya ada dua hal yang berkaitan dengan agama yaitu pada Undang undang Dasar
(UUD) 1945 pada kalimat “Atas berkat Rahmat Tuhan Yang Maha kuasa...” dan “dengan berdasar
kepada ketuhanan Yang Maha Esa...”. Sukar untuk diterima oleh sebagian orang yang memahami
Negara Indonesia mengenai rumusan dasar negara kalau agama dan politik itu harus dipisahkan,
Kemerdekaan Indonesia yang merupakan Rahmat Allah yang Maha Kuasa hal tersebut merupakan
wujud dari keyakinan yang tinggi pada ajaran agama yang telah memberikan kemerdekaan kepada
Bangsa Indonesia.

Adapun kalimat Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan penegasan bahwa sila pertama pancasila
merupakan pengakuan agama secara utuh dalam perspektif hukum di Indonesia. Negara Indonesia
bukan hanya melindungi warga negara untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinan masing-
masing. Lebih darin itu negara Indonesia mengakomidasi agama sehingga nilai nilai dapat dijiwai
dalam kehidupan politik di Indonesia, Makas dari itu walalupun bukan hukum agama yang menjadi
dasae negara tetapi pancasila memilikik jiwa religius yang dapat di implementasikan dalam kehidupan
bermasyarakaat dan bernegara baik sebagai dasar negara maupun pandangan hidup.

Penerimaan Pancasila oleh golongan Islam pada era 1945 maupun dekrit 1959 bukan kekalahan umat
Islam melainkan sebagai proses mendidik bangsa i=untuk memiliki nilai nilai toleransi, jiwa
kenegarawanan dari umat Islam. Namun nilai nilai islam tetap menjiwai kehidupan kebangsaan
indonesia sekalipun bukan negara Islam. Jadi sangat keliru apabila nilai ilai pancasila bertentangan
dengan nilai nilai agama tertentu. Kehebatan para pendiri bangsa yang mampu bermusyawarah
dengan untuk tetap mempertahankan nilai nilai agama dalam negara.
Nilai nilai agama yang menjadi nafas perjuangan politik diperbolehkan di Indonesia selama berjuang
untuk kemajuan bangsa dan keutuhan NKRI serta tidak bertentangan dengan Pancasila. Walaupun
nyatanya sekarang banyak penyimpangan dan juga penyelewengan terkait isu agama

K. Rasionalisasi Pancasila

Rasionalisasi pendidikan pancasila pada hakekatnya merupakan upaya kesadaran dari


masyarakat dan pemerintah sendiri dalam pemahaman serta pengamalan pancasila. pancasila yang
sebagai ideologi bangsa, yang sebagai pandangan hidup bangsa sepatutnya mendapat perhatian yang
penuh, karena hal ini penting dilakukan. Karena kita ketahui, bahwa kita sekarang telah berada dalam
zaman globalisasi.

Zaman globalisasi, yang memungkinkan kita untuk terpengaruh secara positif maupun negatif
oleh arus globlisasi itu sendiri. Pengaruh negatif dari globalisasi sendiri tentu merupakan ancaman
bagi kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk menjawab itu
dibutuhkan pembekuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berlandaskan nilai-nilai
keagamaan dan nilai-nilai budaya bangsa yang dapat menjadi pedoman hidup warga Negara.
Keanekaragaman suku, adad-istiadat, dan agama serta berada pada ribuan pulau yang berbeda sumber
kekayaan alamnya, memungkinkan untuk terjadinya keanekaragaman kehendak dalam Negara karena
tumbuhnya sikap premordalisme sempit, yang akhirnya dapat terjadi konflik yang negatif, oleh karena
itu dalam pendidikan dibutuhkan alat perekat bangsa dengan adanya kesamaan cara pandang tentang
misi dan visi negara melalui wawasan nusantara sekaligus akan menjadi kemampuan menangkal
ancaman pada berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dan kita, sudah
mempunyai atau memiliki alat perekat bangsa tersebut, yaitu pancasila. Oleh karena itu sangat
diperlukan rasionalisasi dari pancasila itu, karena keberadaan bangsa kita sendiri yang majemuk,
masalah-masalah sosial, dan anacaman globalisasi

Karena demikian pentingnya rasionalitas seseorang terhadap pancasila, maka disini dijelaskan
proses bagaimana rasionalitas tersebut berjalan dalam tiap-tiap individu, yang dikemukakan oleh John
Dewy, yaitu :

1. Rasionalitas muncul dari Ide-ide yang diuraikan dalam larutan rasional melalui pembentukan
implikasi mengumpulkan bukti (data).

2. Memperkuat bukti tentang ide-ide tersebut dan menyimpulkan melalui kesaksian atau
percobaan.

3. Timbul dari solusi yang mungkin dalam bentuk spekulatif, hipotesis, inferensi atau teori.

4. Timbul rasa keras, baik dalam bentuk adaptasi terhadap alat, sulit untuk mengetahui sifat,
atau dalam menjelaskan hal-hal yang muncul tiba-tiba.

5. Kemudian arti dari definisi yang diberikan dalam bentuk masalah yang sulit.

Kemudian berikut ini merupakan ulasan yang sekiranya dapat mendukung terjalinnya hubungan
antara manusia Indonesia dengan pandangan hidupnya, yang tiada lain, tiada bukan adalah pancasila,
diantaranya adalah :

1. Pendidikan Pancasila
Pada hakikatnya pendidikan adalah upaya sadar dari seseorang maupun sekelompok
orang untuk dapat menjalani kehidupan dan melakukan hal yang lebih baik lagi dari hari
sebelumnya. Pendidikan adalah suatu proses untuk mendewasakan manusia. Dengan kata lain,
pendidikan merupakan suatu upaya secara sengaja dan terarah untuk memanusiakan manusia.
Melalui pendidikan manusia dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan sempurna sehingga
dapat melaksanakan tugas sebagai manusia serta memelihara sekelilingnya secara baik dan
bermanfaat. (moh said, 2010:5)

Pendidikan yang berguna berkaitan dengan kemampuan spiritual dan bermakna. yang
berkaitan dengan kemampuan kognitif dan psikomotorik akan membuat mereka mampu
mengantisipasi hari depan yang senantiasa berubah dan selalu terkait dengan konteks dinamika
budaya, bangsa dan negara mengabaikan realita kehidupan yang mengglobal yang digambarkan
sebagai kehidupan dinamis yang penuh dengan paradoks dan keterdugaan.

Dan pendidikan pancasila semdiri merupakan suatu materi pembelajaran dan pelajaran
bagi kita agar dapat merealisasikan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia yang baik,
yang berdasarkan kemanusian dan ketuhanan. Sehingga sebuah kehidupan yang hakiki, dapat
tetap berdiri tegap di tengah-tengah era globalisasi yang menyimpan berbagai karang-karang
jebakan yang secara mengikat dapat membahayakan cara pandang kita, mengenai kehidupan.
Cara pandang yang salah merupakan kunci dari ketidakteraturan tatanan kehidupan yang dapat
menyebabkan masalah-masalah sosialdan masalah-masalah yang lainnya. Dan oleh sebab itu,
sangat penting pendidikan pancasila diajarkan sejak usia dini.

2. Pelaksanaan pancasila

Pelaksanaan pancasila dapat dibedakan ke dalam dua cara yaitu Pelaksanaan secara
obyektif dan Pelaksanaan secara subjektif.

a. Pelaksanaan Secara Objetif

Pelaksanaan secara objektif, dalam arti pelaksanaan pancasila dalam rangka untuk
mengatur penyelengaraan pemerintah negara. Karena pancasila sebagai sumber hukum, maka
pada dasarnya untuk melaksanakan pancasila sebagai dasar negara tidak lain adalah
melaksanakan semua ketentuan yang tercantum dalam semua peraturan perundang-undangan
yang berlaku, karena semua peraturan perundang-undangan dalam negara republik indonesia
bersumber kepada pancasila.

b. Pelaksanaan Secara Subjektif

Pelaksanaan secara subyektif yaitu pelaksanaan pancasila sebagai pandangan hidup


bangsa yaitu melaksanakan pancasila sebgai petunjuk hidup sehari-hari. Karena hidup sehari-
hari itu meliputi bidang yang sangat luas dan selalu berkembang maka dalam prakteknya
setiap warga negara harus melaksanakan pancasila dalam pengamalannya seperti yang telah
dituangkan dalam ketepatan majelis permusyawaratan rakyat. Pelaksanaan pancasila secara
subyektif adalah lebih penting karena hal ini merupakan persyaratan bagi berhasilnya
pelaksanaan pancasila secara obyektif. Pelaksanaan pancasila secara subyektif akan
terlaksana dengan baik, apabila pada tiap pribadi warga negara indonesia terhadap ketaatan.
(Menurut poerwanto, 2007: 66)

Membicarakan Pancasila memang tidak bisa dibatasi oleh ruang dan waktu, apalagi hanya
diingat setiap 1 Juni karena sebagai hari lahirnya Pancasila. Sebelum Ir. Soekarno mempopulerkan
nama Pancasila pada hari terakhir sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI)
dalam bahasa Jepang Dokuritsu Zyunbi Tioosakai, yakni 1 Juni 1945. Pada hari pertama tanggal 29
Mei 1945 Ketua BPUPK Dr.K.R.T Radjiman Wediodiningrat bertanya pada para anggota siding,
mengenai negara yang akan dibentuk nanti, dasarnya apa? Artinya, kebutuhan utama dari sebuah
bangsa akan menjadi negara merdeka dan berdaulat adalah dasar negara. Untuk itu Pancasila yang
telah dijadikan dasar negara harus tetap di pegang teguh oleh penyelenggara negara maupun warga
negara.

Realisasi secara objektif terkait erat dengan kedudukan Pancasila sebagai sumber dari segala
sumber hokum. Maka dari itu, realisasi seperti ini akan terasa lebih bermanfaat bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara karena semua peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah
bersumber dari Pancasila. Tidak ada satupun sila dalam Pancasila yang merugikan dan meresahkan
masyarakat.

Realisasi secara subjektif terkait dengan fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa.
Hal ini dapat dilakukan oleh semua komponen warga negara secara langsung. Tanpa harus menunggu
aturan atau kebijakan pemerintah, setiap anak bangsa dapat mengaktualisasikan Pancasila dengan
penuh kesadaran moral serta tanpa paksaan.

Dibentuknya sebuah badan yang mengurusi ideologi negara yaitu badan pembinaan ideologi
Pancasila (BPIP) diharapkan tidak hanya pada kajian-kajian ilmiah, seminar atau mimbar akademik
saja, akan tetapi memberikan masukan terhadap realisasi dari nilai-nilai Pancasila yang objektif.

Sulitnya mewujudkan nilai-nilai Pancasila secara sempurna bisa jadi karena kunci utamanya
adalah Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 hasil amandemen 1999-2002 yang tidak menjadikan
Pancasila sebagai dasar Sehingga kandungan-kandungan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945
banyak yang melenceng dari sila-sila Pancasila. Hal tersebut secara jelas dikupas oleh salah satu guru
besar Filsafat Pancasila dari UGM yakni Prof. Kaelan (2015) dalam karyanya yang berjudul
Liberalisasi Ideologi Pancasila.

Salah satu contoh masalah yaitu tentang penyimpangan sistem ekonomi yang tidak berdasar
pada sila kelima yakni keadilan social. Pada sila lain pun ditemukan masalah yang tidak jauh berbeda,
yakni sila keempat tentang Demokrasi Pancasila. Sistem politik di Indonesia sudah tidak lagi
memahami esensi dari kata perwakilan, buktinya bahwa semua pelaksanaan Pemilu sudah
menerapkan total Pemilu langsung. Akibat yang ditimbulkan dari tradisi politik seperti ini yaitu
budaya musyawarah yang sudah mulai luntur.

Aktualisasi Pancasila ini memang memerlukan kerja keras dari semua pihak. Dunia
pendidikan sudah mulai bangkit lagi membicarakan nilai-nilai Pancasila. Berbeda dengan kondisi
pada masa awal reformasi.

Kemudian dari ulasan-ulasan tadi, maka diharapkan agar dapat menghasilkan suatu
kompetensi dari warga negara Indonesia sendiri, sebagai hasil dari pemahaman dan pengamalan
pancasila. Secara teori, Kompetensi diartikan sebagai seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung
jawab yang harus dimiliki seseorang sehingga ia diangggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam
bidang pekerjaan tertentu. Kompetensi warga negara yang telah mempelajari pendidikan pancasila
adalah seperangkat tindakn cerdas, penuh tanggung jawab, yang ditunjukkan oleh orang tersebut
dalam memecahkan berbagai masalah hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara melalui
pemikiran yang berlandaskan falsafah bangsa. Sifat cerdas tersebut tampaklah pada kemahiran,
ketepatan dan keberhasilan. Sedangkan penuh tanggung jawab tampak dari kebenaran tindakannya
bila dipandang dari segi ipteks, etika maupun dari kepatutan ajaran agama dan budaya.

Pendidikan pancasila yang berhasil akan membuahkan kecerdasan, penuh tanggung jawab
dari peserta didik yang disertai dengan perilaku-perilaku kompeten terhadap pancasila, diantaranya :

1. Beriman dan bertaqwa terhadap tuhan yang maha esa.

2. Berperikemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Mendukung persatuan bangsa.

4. Mendukung kerakyatan yang mendukung kepentingan bersama di atas kepentingan peroragan.

Mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian disusun dalam makalah ini maka penulis ,enyampaikan


bahwa Pendidikan Pancasila sangat dibutuhkan dalam berbagai kalangan untuk
mewujudkan suatu bangsa dan negara yang mampu membanggakan Pancasila sebagai
landasan utama dalam kehidupan berbangsa bernegara pada khususnya. Oleh karena itu
dengan penyusunan makalah ini semoga dapat berguna bagi para pembaca sebagai acuan
proses pembelajaran dalam menjawab segala tantangan yang ada.

B. Saran

Dalam membuat makalah ini mungkin masih terdapat kesalahan-kesalahan,


sehingga kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar makalah yang kami
buat ini menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Pancasila

http://yudharatama.blogspot.com/2017/09/menggali-sumber-historis-sosiologis.html

https://id.scribd.com/document/362184688/Alasan-Diperlukannya-Pendidikan-Pancasila

https://malvaspalette.wordpress.com/2017/11/05/menggali-sumber-historis-sosiologis-politik-
pendidikanpancasila/

Kompasiana. 2010. Quo vadis Indonesia?. Diambil dari : https://www-kompasiana-


com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/silverius/quo-vadis-
indonesia_54ff6ffaa333116a4a51012b?amp_js_v=a3&amp_gsa=1&usqp=mq331AQCKAE
%3D#aoh=15817325323169&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.kompasiana.com%2Fsilverius%2Fquo-vadis-
indonesia_54ff6ffaa333116a4a51012b

nur rosidah. 2012. Fundamentalisme Agama dan Sekularisme. 20(1). 2-23

Saputra, Erik. 2013. Rasionalisasi Pendidikan Pancasila (Pancasila). Diambil dari:


https://ericksaputra212.wordpress.com. (19-10-2013).

Setialaksana Nana dkk, (2019) Pendidikan Pancasila. Ciamis: MEDIA PRIANGAN ABADI, Jl. Arya
Janggala, Mekarjaya, Baregbeg

Wibowo Andri. 2018. Pendidikan Pancasila. Tanggerang Tersedia : https://www.academia.edu/


(diakses pada13 Desember)

Zakiah, Nielno. 2016. Rasionalisasi Pendidikan Pancasila. Diambil dari:


http://nielnakiya.blogspot.co.id. (01-2016).

Anda mungkin juga menyukai