Anda di halaman 1dari 7

Studi kasus Induksi Polarisasi

PROSPEK LOGAM DASAR DI DAERAH RATENGGO KABUPATEN ENDE DAN


DAERAH WAI WAJO KABUPATEN SIKKA - PROVINSI NUSA TENGGARA
TIMUR
Oleh: Franklin
SUBDIT MINERAL LOGAM

Pendahuluan
Makalah ini merupakan penjabaran serta interpretasi data lapangan yang mencakup data
geologi, geokimia dan geofisika di daerah Ratenggo Kabupaten Ende dan Wai Wajo –
Magepanda Kabupaten Sikka Flores Nusa Tenggara Timur yang di duga merupakan daerah
potensi endapan tembaga serta mineral ikutannya, terutama di lokasi Wolo Deba (Blok A)
serta Lia Kutu – Ghera (Blok C).
Hasil penyelidikan ini didasarkan pada study quantitatif pada batuan dan karateristik
mineral seperti misalnya melalui pemetaan geologi, petrografi, mineragrafi, inklusi fluida,
geokimia batuan dan data geokimia serta data geofisika. Penyelidikan yang telah dihasilkan
ini bukan dimaksudkan untuk dipakai sebagai perbandingan dengan keterdapatan endapan
mineral tembaga beserta mineral ikutannya di daerah-daerah lainnya.

Daerah penyelidikan terletak pada


koordinat 121° 47’ 09” – 122° 06’ 05” Bujur Timur dan 8° 34’ 07” – 8° 44’ 21” Lintang
Selatan dengan luas kurang lebih 36.380 hektar. Penerbangan domestik tersedia dari
Bandung/Jakarta ke ibukota kabupaten yaitu Maumere, dan dilanjutkan dengan kendaraan
roda empat kurang lebih 45 menit ke arah baratdaya Kecamatan Mego.
Gambar 9. Peta lokasi daerah kerja

Hasil Penyelidik Terdahulu

Daerah Ratenggo dan Wai Wajo telah diselidiki secara sistematik oleh Direktorat Sumber
Daya Mineral sejak tahun 1999 – 2000 dan 2002 dan dilanjutkan pada tahun 2003 – 2004 atas
dasar kerjasama bilateral antara Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) dengan
Korea Resources Corporation (KORES) Korea Selatan yang difokuskan pada penyelidikan
logam dasar dan logam mulia.
Tahun 1999, di daerah Wai Wajo, tim eksplorasi menemukan adanya tempat kedudukan
tembaga sulfida tersebar pada batuan gunungapi Tersier, intrusi granitik dan urat kuarsa.
Hasil penyontoan geokimia sedimen sungai aktif dan penyontoan batuan apungan pada
daerah ini menunjukkan adanya beberapa daerah anomali tembaga termasuk emas. Analisis
batuan apungan dari Sungai Mego menghasilkan kandungan tembaga 10 % dan emas 520
ppb.
Penyelidikan lanjutan pada tahun 2000 oleh tim geofisika telah mengidentifikasi adanya
zona anomaly geomagnetik/mineralisasi mengikuti arah NW-SE, N-S, and NE-SW searah
dengan struktur patahan. Sedangkan untuk daerah Ratenggo, berdasarkan hasil penyelidikan
tahun 2000 disimpulkan adanya indikasi mineralisasi dan anomali logam dasar dan emas
berdasarkan hasil analisis kimia dari conto endapan sungai aktif dan batuan serta conto tanah
yang diambil pada punggungan dan spur-spurnya di sejumlah tempat seperti di Wologai,
Lowo Lise, Kogogamba dan Keli Ndati.
Pada tahun 2002 Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral melanjutkan
penyelidikan yang difokuskan pada daerah Lowo Mego dan cabang sungainya dan hasil
penyelidikan menunjukkan adanya zona anomali yang kuat dari Cu-Pb-Mn-Mo pada ubahan
pilik– argilik lanjut di batuan tufa gunungapi Tersier dan dari paritan uji menunjukkan
mineralisasi yang potensil pada andesitik tersilisifikasi. Analisis batuan menghasilkan 4.980
ppm Cu and 45 ppb Au.
Berdasarkan data dan informasi tersebut, maka pada tahun 2003 kembali dilakukan
penyelidikan lanjutan pada daerah-daerah mineralisasi seperti di Lowo Deba, Lia Kutu –
Ghera, Lowo Polut, Keli Ndati dan Kogogamba dengan metoda pemetaan alterasi, paritan uji,
geokimia tanah grid sistem yang hasilnya semakin memperjelas tempat kedudukan
mineralisasi tembaga dan mineral ikutannya di sejumlah tempat.

Geofisika Survei
Hasil penyelidikan geofisika polarisasi induksi di Blok A Lowo Deba dan Blok C Lia
Kutu – Ghera Wai Wajo telah memberikan gambaran tentang zona mineralisasi mineral
logam di bawah permukaan terutama hasil pengukuran pada indeks polarisasi n5 dan n7. Di
Lowo Deba sedikitnya ditemukan 5 lokasi anomali mineral logam yang cukup potensil.
Kelima titik lokasi tersebut adalah lintasan WA4 pada titik 7, WA7 pada titik 11 dan 14,
WA9 antara titik10 dan 11 serta WA11 antara titik 16 dan 17. Titik-titik tersebut mempunyai
nilai chargeability yang tinggi dan resisitivity yang rendah sehingga diperkirakan lokasi
tersebut merupakan tempat-tempat kedudukan tubuh endapan mineral logam.

Di Lia Kutu - Ghera sedikitnya ditemukan 2 lokasi anomali mineral logam yang cukup
potensil. Kedua titik lokasi tersebut adalah lintasan WC7 antara titik 9 dan titik 10 sertaWC8
pada titik 9. Titik-titik tersebut mempunyai nilai chargeability yang tinggi dan resisitivity
yang rendah sehingga diperkirakan lokasi tersebut merupakan tempat-tempat kedudukan
tubuh endapan mineral logam.
Gambar 10. Peta geologi daerah Ratenggo dan Wai Wajo

Zona anomali IP di Wolo Deba dan Lia Kutu – Ghera


Gambar 11. Zona anomali IP di Wolo Deba dan Lia Kutu – Gher

Anda mungkin juga menyukai