KELOMPOK 1
FIRE AND SAFETY C 18
Oleh :
Abtract
Indonesia has a variety of natural conditions because it is located in the Tropical area. Because of these conditions,
Indonesia has a variety of residential settlement strategies, in accordance with the natural conditions of each
region, including settlement areas in cold mountain areas. This article is the result of qualitative research
conducted in the village of cold mountain slopes, namely Kapencar village. Through qualitative research methods,
the results obtained are: 1) Spatial structuring strategy according to temperature, 2) arrangement strategy to
address the wind and the arrangement of buildings to respond to air humidity. From these findings, it can be taken
that in a design / arrangement of residential houses on mountain slope, the designer must pay attention to
temperature, wind and humidity.
Abstrak
Indonesia memiliki beragam kondisi alam dikarenakan keberadaannya didaerah Tropis. Oleh kondisi ini Indonesia
memiliki berbagai strategi penyelesaian rumah tinggal, sesuai dengan kondisi alam tiap daerah, termasuk
diantaranya kawasan pegunungan yang memiliki suhu dingin. Artikel ini merupakan hasil penelitian kualitatif yang
dilakukan di desa lereng gunung bersuhu dingin yaitu desa Kapencar. Melalui penelitian kualitatif diperoleh temuan
berupa 1) Strategi penataan sesuai suhu, 2) strategi penataan menyikapi angin dan penataan bangunan menyikapi
kelembaban udara. Dari temuan diharapkan dapat diambil sikap bahwa dalam perancangan/ penataan rumah tinggal
di pedesan lereng gunung, harus memperhatikan suhu, angin dan kelembaban.
PENDAHULUAN
Secara umum dapat diketahui bahwa banyaknya Sumbing - Sindoro, berada pada ketinggian
gunung di Jawa menyebabkan banyaknya 1.200 m – 1.325 m dpl, menyebabkan kondisi
permukiman yang berada di kaki / lereng gunung, alamiah sebagai daerah dingin, dengan kabut turun
baik yang sudah ada sejak dahulu maupun yang ada setiap hari sehingga kelembaban tinggi, serta
pada waktu akhir - akhir ini. Sampai saat ini banyak memiliki angin lokal yang cukup tinggi (angin
permukiman pedesaan di kaki gunung yang memiliki lembah dan angin gunung) .
keunikan penataan lingkungan yang berbeda dengan Bila dilihat dari fisik bengunannya, terlihat
bentukan permukiman pada umumnya. Desa bahwa di desa Kepencar banyak terdapat bangunan
Kapencar, salah satu desa yang berada di lereng yang terbuat dari bahan batu alam sebagai dinding
gunung memiliki keunikan posisi dasar, yaitu berada secara penuh, serta banyak bangunan rumah dengan
di lengkang (antara) gunung dinding seng yang di cat hitam. Selain itu juga
terdapat beberapa
keunikan penyelesaian bangunan. Beberapa keunikan Penelitian ini menggunakan pendekatan rasionalis
tersebut adalah : kualitatif, berdasarkan pada indikator dan tolok ukur
- Penggunaan bahan bangunan batu alam, dengan sebagai berikut :
pertimbangan disana sangat banyak batu, - Dilihat kondisi iklim lingkungan : terhadap
digunakan untuk dinding sampai batas atap. angin, suhu dan kelembaban
- Adanya larangan orientasi bangunan kearah - Dilihat perubahan / pergeseran iklim di luar
Timur. dan didalam bangunan, dengan pembuatan
- Ruang utama dalam rumah adalah ruang umum / perbandingan antara bangunan batu alam
serba guna dengan pogo / loteng diatasnya, yang dengan bangunan seng.
fungsi utama dapat untuk menyimpan tembakau, - Dilihat pola ruang bangunan, sistem sirkulasi
sedang ruang dibawahnya berfungsi mengolah udara
tembakau dan berfungsi lain : terima tamu, tidur, - Dilihat adanya teknologi bangunan yang
makan, dll. menyelesaikan perihal suhu, lembab dan
- Pemilihan bahan bangunan seng : untuk angin.
menyikapi udara dingin. Dengan seng untuk Dalam melakukan analisis data, tolak ukur yang
dinding dan atap, mereka merasa dapat digunakan adalah rasa nyaman secara umum, yaitu
menghangatkan ruang pada waktu siang, dan rasa nyaman sesuai standar (terhadap suhu,
bahan batu menyimpan panas lebih lama. kelembaban dan angin).
- Adanya sedikit lubang angin, guna menyikapi
suhu udara yang dingin, masyarakat disini
memiliki tingkat kenyamanan terhadap dingin HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
2o dibawah umum. Pada dasarnya masyarakat di desa Kapencar
Dalam pengamatan sepintas, masyarakat secara turun temurun telah memiliki cara dalam
mengatakan bahwa pemilikan bahan dan beberapa menyesuaikan kondisi alam. Dalam pembahasan ini
penataan bangunan tersebut dengan pertimbangan akan diungkapkan bagaimana masyarakat di desa ini
menyesuaikan kondisi alam dan serta dapat membangun rumah dengan menyikapi iklim yang ada
mendukung ekonomi, mencari bahan yang tidak yaitu menyikapi suhu, menyikapi kelembaban dan
tembus angin, ringan, tahan terhadap dingin, dan menyikapi angin.
tidak lapuk.
Dengan kecenderungan ini, sesuai dengan
posisinya, keberadaan desa yang sudah ada sejak Penataan bangunan dalam menyikapi suhu
lama, besar kemungkinan telah memiliki strategi Adanya suhu udara yang rata - rata dingin, dan
tersendiri dalam menyelesaikan permasalahan alam sangat terasa pada waktu angin berhembus dengan
tersebut ( suhu, angin, kelembaban). Untuk itu, perlu membawa uap air / kabut, telah disikapi masyarakat
dilakukan pengamatan secara lebih detail tentang dalam menata bangunan rumahnya dengan pemilihan
sikap masyarakat dalam menata dan mengelola bahan, sedikit lubang, pemilihan ruang berkumpul
bangunan dalam menyikapi pengaruh alam, guna (communal space), serta menempatan hasil panen.
memastikan apakah pemilihan bahan yang dilakukan
masyarakat memang tepat untuk lingkungan Penggunaan bahan bangunan Seng merupakan
bangunan di lereng gunung. satu alternatif yang dipilih masyarakat, khususnya
untuk digunakan sebagai atap. Bangunan atap seng
akan memberikan panas yang lebih banyak pada
waktu siang, sehingga dapat dimanfaatkan untuk
METODE memanasan bangunan. Adanya pogo / loteng sebagai
penyimpan hasil panen, menyebabkan panas dari seng
terkena
langsung ke hasil panen, sehingga bagi penghuni banyak baru membangun rumah. Alasan masyarakat
tidak terkena panas secara langsung (lihat gambar tentang adanya penggunaan bahan batu alam terkait
14). Walaupun bahan penutup atap dengan seng, dengan iklim kurang terlihat, karena alasan pemilihan
tetapi pada bangunan utama, konstruksi bahan batu alam berdasar pada banyaknya bahan
penyangganya menggunakan kon- struksi penutup tersebut di lokasi.
blik, yaitu dengan usuk dan reng (mirip konstruksi Guna mengawetkan hasil panen pangan (jagung)
penyangga atap genteng). Sewaktu ditanyakan kepada terhadap suhu dingin agar tidak cepat bertunas
masyarakat, sistem konstruksi penutup atap tersebut dilakukan dengan pembuatan pogo diatas tungku
diperlukan, agar konstruksi kuat diinjak. paron setinggi sekitar 2 meter. Tujuan pengasapan /
Pemilihan bahan bangunan seng sebagai dinding, pemanasan jagung ini agar jagung tahan lama, tidak
apalagi dengan di cat hitam menjadi pilihan cepat menjamur / bertunas. Dengan sistem ini jagung
masyarakat waktu itu dengan pertimbangan untuk hasil panen dapat tahan sampai sekitar 2 tahun (lihat
menahan angin kencang, karena bahan bangunan gambar 15).
sebelumnya adalah gedhek, yang sangat mudah
kemasukan angin. Selain itu, dengan adanya cat
hitam, diharapkan tidak silau serta lebih banyak
memasukkan panas. Adanya penggunaan bahan seng
ini, udara luar yang cukup tinggi perubahannya dapat
segera masuk ruang dan dimanfaatkan untuk
menyelesaikan kegiatan ekonomi di dalam ruang
(mengangin - angin tembakau tidak dapat di tempat
terbuka, dan harus cukup panas).
jagung
PENUTUP
Kesimpulan
1.1.PEMBAHASAN
Jurnal yang berjudul Strategi Rekayasa Bangunan Rumah Tinggal di
Pegunungan bersuhu dingin di Desa Kapencar yang berada di antara Gunung
Sumbing dan Sindoro merupakan bentuk nyata bahwa hukum termodinamika
diperlukan dalam bidang arsitektur.
b. Perpindahan Kalor
1) Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas melalui zat padat yang tidak ikut
mengalami perpindahan. Artinya, perpindahan kalor pada suatu zat
tersebut tidak disertai dengan perpindahan partikel-partikelnya.
2) Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas melalui aliran yang zat
perantaranya ikut berpindah. Jika partikel berpindah dan
mengakibatkan kalor merambat, terjadilah konveksi. Konveksi terjadi
pada zat cair dan gas (udara/angin).
3) Radiasi
Perpindahan kalor tanpa zat perantara merupakan radiasi. Radiasi
adalah perpindahan panas tanpa zat perantara. Radiasi biasanya disertai
cahaya.
Q/t = k A ∆T/L
Dengan:
Q/t = laju hantaran kalor (J/s)
k = konduktivitas termal (W/m°C)
∆T = selisih suhu
A = luas penampang bahan (m²)
L = panjang logam (m)
Laju kalor yang terjadi pada perpindahan secara konveksi dapat dirumuskan :
Q/t = h A ∆T
Dengan :
Q/t = laju kalor (J/s)
h = koefisien konveksi (J/sm² °C)
∆T = selisih suhu
A = luas penampang bidang (m²)
Q/t = e σ AT⁴
Dengan
Q/t = laju kalor (J/s, W)
e = emisivitas
σ = tetapan Stefan-Boltzman = 5,67 x 10⁻⁸ W/m²K⁴
T = suhu mutlak benda (Kelvin)
c. Kelembaban
Banyaknya kandungan uap air dalam udara dinyatakan dengan
kelembaban relatif. Kelembaban relatif merupakan perbandingan tekanan
parsial uap dengan tekanan uap jenuh air pada suhu tertentu (yang
dimaksudkan dengan uap di sini adalah uap air). Kelembaban relatif
dinyatakan dalam persen, secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
jagung
Hukum ke nol termodinamika berhubungan dengan kesetimbangan termal antara benda
benda yang saling bersentuhan. Untuk memahami konsep keseimbangan termal secara lebih
mendalam, mari kita tinjau 3 benda (atap seng (A), Pogo diatas tungku dapur (B) Jagung (C))
Benda C bisa dianggap sebagai termometer. Misalnya benda A dan benda B tidak saling
bersentuhan, tetapi benda A dan benda B bersentuhan dengan benda C. Karena bersentuhan,
maka setelah beberapa saat benda A dan benda C berada dalam keseimbangan termal.
Demikian juga benda B dan benda C berada dalam keseimbangan termal. benda A dan
benda B juga berada dalam keseimbangan termal, sekalipun keduanya tidak bersentuhan.
Benda A dan benda C berada dalam keseimbangan termal, berarti suhu benda A = suhu benda
C. Benda B dan benda C juga berada dalam keseimbangan termal (suhu benda B = suhu benda
C). Karena A = C dan B = C, maka A = B. Berdasarkan hasil percobaan, ternyata benda A dan
benda B juga berada dalam keseimbangan termal. Dalam hal ini, suhu benda A = suhu benda B.
Jadi walaupun benda A dan benda B tidak bersentuhan, tapi karena keduanya bersentuhan
dengan benda C, maka benda A dan benda B juga berada dalam keseimbangan termal. Hukum
ke nol berbunyi “Jika dua benda berada dalam keseimbangan termal dengan benda ketiga,
maka ketiga benda tersebut berada dalam keseimbangan termal satu sama lain.”
1.3 Kesimpulan
Dari pembahasan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam menyikapi
kawasan lereng gunung dengan suhu yang dingin, kelembaban tinggi dan angin yang
sangat kencang sepanjang tahun, telah disikapi masyarakat dengan beberapa strategi,
antara lain:
- Angin berkabut telah disikapi dengan teknologi bangunan yang tidak mengelola angin
di dalam bangunan, Adanya dampak tidak terkelolanya angin dalam bangunan disikapi
dengan pemilihan bahan yang tidak menyebabkan lembab ( bagi yang mampu). Angin
dimanfaatkan masyarakat terkait dengan nilai ekonomi, yaitu pada waktu mengolah
tembakau, karena tembakau memerlukan sirkulasi udara dan kelembaban rendah.
Untuk menjawab kelembaban bagi hasil panen, tembakau di angkat, diletakkan diatas
pogo, sekaligus akan mendapat panas dari atap sengg berkumpul .
Dari pembahasan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam menyikapi
kawasan lereng gunung dengan suhu yang dingin, kelembaban tinggi dan angin yang
sangat kencang sepanjang tahun, telah disikapi masyarakat dengan beberapa strategi,
antara lain:
- Angin berkabut telah disikapi dengan teknologi bangunan yang tidak mengelola angin
di dalam bangunan, Adanya dampak tidak terkelolanya angin dalam bangunan disikapi
dengan pemilihan bahan yang tidak menyebabkan lembab ( bagi yang mampu). Angin
dimanfaatkan masyarakat terkait dengan nilai ekonomi, yaitu pada waktu mengolah
tembakau, karena tembakau memerlukan sirkulasi udara dan kelembaban rendah.
Untuk menjawab kelembaban bagi hasil panen, tembakau di angkat, diletakkan diatas
pogo, sekaligus akan mendapat panas dari atap seng.
- Adanya suhu udara yang dingin pada waktu malam dan potensi panas pada waktu
siang, disikapi dengan teknologi yang menangkap panas siang hari, dimasukkan ke
bangunan “ditangkap” oleh benda yang ada di Pogo. Sehingga pada waktu malam hari
suasana panas masih ada di bawah Pogo. Selain itu adanya dapur sekaligus sebagai
tempat berbincang, karena pada kempat ini kondisi hangat sehingga lebih nyaman
dipergunakan untuk ruang berkumpul. Dampak dari asap dapur disikapi dengan
pengaturan pembuangan lewat jendela / pintu pada siang hari, atau lewat cerobong
asap.
- Adanya kelembaban tinggi semula disikapi dengan pemilihan bahan yang tidak
lembab (gedheg, seng), tetapi pada saat ini (perkembangan terakhir, sejak 1950),
dengan pertimbangan biaya murah, berkembang rumah dengan bahan bangunan batu
(dengan kondisi dalam rumah sangat lembab). Solusi yang dilakukan adalah ruang
berkumpul dekat dengan sumber panas (dapur), pemberian lapisan tebal (karpet, kasur,
dll) pada ruang berkumpul (ruang TV), serta pembuatan dipan / amben di ruang
berkumpul.
JURNAL II
PENERAPAN MODEL PENCAHAYAAN DALAM FISIKA BANGUNAN
DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI SMARTPHONE UNTUK OPTIMASI
PENERANGAN RUANGAN THE LIGHTING MODEL IN PHYSICS OF BUILDING
USING SMARTPHONE APPLICATION FOR OPTIMIZATION THE ILLUMINATION OF
THE ROOM
ABSTRACT
Construction of residential buildings, offices and shopping is a priority that must be considered. Every
room in residential buildings, offices, shops, schools, apartments, warehouses, factories and other buildings
require an illumination lighting in the room. The Illumination factors of lighting in the room is only fitting into
special consideration as it relates to health issues as well as economic issues. Intensity lighting is an important
aspect because of various problems will arise when the quality of the intensity of illumination at the site did not
meet the required standart. The application of lighting in building physics models into one solution in
determining the lighting of the room. Smartphone as modern technology can now be used as a tool to determine
the needs of the lighting of the room lighting through android based application. The application program created
is an application used to assist calculations the light point using android smartphone. The system that has
developed will automatically calculate the input variables given attention so that the needs of the lighting in the
room lighting can know the result optimally including determining how many points are needed lights.
ABSTRAK
Kebutuhan manusia terhadap listirk sebagai sumber cahaya yang dapat digunakan dalam
penerangan ruangan secara langsung maupun tidak langsung akan mengalami peningkatan.
Peningkatan kebutuhan manusia terhadap konsumsi listrik sebagai sumber cahaya akan
membawa pada suatu permasalahan baru terhadap sumber listrik itu sendiri, mulai dari penciptaan
energi sumber daya listrik sampai dengan pemakaian yang berhubungan dengan energi listrik
(Harianto, 2012). Ruangan pada setiap bangunan baik berupa bangunan rumah, kantor, toko,
apartement, gudang, pabrik, dan bangunan lainnya membutuhkan penerangan. Intensitas
pencahayaan dalam penerangan merupakan aspek penting pada suatu ruangan, hal ini muncul karena
akan timbul berbagai masalah ketika kualitas intensitas pencahayaan dalam penerangan ruangan
tidak memenuhi unsur standard yang perlu diterapkan. Perencanaan pencahayaan dalam
penerangan suatu ruangan harus mempertimbangkan beberapa faktor antara lain intensitas
penerangan saat digunakan untuk bekerja, intensitas penerangan ruang pada umumnya, biaya
instalasi, biaya pemakaian energi dan biaya pemeliharaannya (Satwiko, 2009).
Intensitas pencahayaan yang terlalu kecil dalam suatu penerangan ruangan harus dihindari
karena mata akan mudah lelah jika melihat di dalam cahaya yang kurang jelas atau remang-
remang, hal ini juga berlaku sebaliknya intensitas pencahayaan yang terlalu besar atau terlalu
terang dapat merusak penglihatan mata manusia. Pencahayaan dalam penerangan ruangan
mempunyai pengaruh terhadap kesehatan mata sendiri, bahkan lebih jauh lagi terhadap
keselamatan kerja, dan produktivitas kerja (Sukawi dan Dwiyanto, 2013). Pemakaian pencahayaan
dalam penerangan ruangan yang berlebihan juga akan berhubungan dengan pemakaian sumber daya
listrik yang besar sehingga perlu diatur untuk mendapatkan hasil pencahayaan yang baik dan
merata, pencahayaan dalam penerangan ruangan harus mempertimbangkan kuat penerangan
(iluminasi), sudut penyinaran lampu, jenis dan jarak penempatan lampu serta fungsi ruangan,
sehingga pemakaian kebutuhan energi listrik untuk pencahayaan dalam ruangan dapat dihemat
(Inayati dkk, 2011).
Smartphone merupakan teknologi baru yang canggih. Kecanggihan teknologi smartphone bisa
digunakan untuk membuat suatu aplikasi berbasis pemrograman android yang dapat diterapkan
untuk menghitung kebutuhan lampu pencahayaan dalam penerangan ruangan sehingga bisa
membantu mengatasi masalah tersebut. Penerapan model ini tidak termasuk penentuan
penempatan lokasi titik lampu maupun keamanan ruangan walaupun bisa dipadukan dan
dikombinasikan dengan sistem keamanan ruangan (Mufadhol dkk, 2017). Aplikasi yang dihasilkan
dalam bentuk program android akan memproses data yang telah dimasukkan sehingga dalam waktu
yang relatif singkat dapat diketahui hasil perhitungan kebutuhan lampu pencahayaan untuk
penerangan ruangan termasuk menghitung berapa jumlah titik lampu yang diperlukan dengan
memanfaatkan model pencahayaan dalam fisika bangunan.
2. METODE
A. Sistem Android
Android adalah sebuah sistem operasi untuk perangkat mobile berbasis linux yang mencakup
sistem operasi dan pengembangan aplikasi. Android menyediakan platform terbuka bagi para
pengembang untuk menciptakan aplikasi baru yang dapat digunakan oleh bermacam-macam
perangkat bergerak termasuk smartphone (Safaat, 2012). Program aplikasi pencahayaan pada
penerangan ruangan berbasis android dapat diakses oleh satu orang satu aplikasi dan satu perangkat
smartphone yang bersistem operasi minimal android 4.4 atau biasa disebut dengan android
kitkat. Dalam mengembangkan program aplikasi ini tidak harus online internet dan android
membutuhkan manajemen bandwidth dalam keadaan online (Mufadhol dkk, 2017). Program aplikasi
ini di rancang untuk mengoptimalkan pencahayaan pada ruangan. Program aplikasi yang
dikembangkan berfungsi sebagai alat bantu untuk perhitungan titik lampu dengan menggunakan
smartphone bersistem operasi android minimal kitkat.
B. Eclipse Environment
Android Development Tools (ADT) adalah plugin untuk Eclipse IDE yang dirancang khusus
untuk memberikan integrated environment yang kuat untuk membuat aplikasi Android. ADT
memberikan kemampuan kepada Eclipse untuk membuat program aplikasi baru dalam android,
membuat aplikasi User Interface, menambahkan komponen berdasarkan Android Framework API,
melakukan debugging program aplikasi yang telah dikembangkan dengan menggunakan Android SDK
tools dan bahkan melakukan distribusi program aplikasi yang dibuat (Suprianto dan Rini, 2012).
Pembuatan program aplikasi pencahayaan untuk menentukan kebutuhan penerangan
ruangan termasuk menentukan jumlah titik lampu yang diperlukan dengan Eclipse beserta ADT
dalam sistem operasi android merupakan alternatif karena eclipse pada saat ini merupakan salah satu
IDE favorit yang masih bersifat gratis dan open source, hal ini mempunyai arti bahwa setiap orang
boleh melihat kode pemrograman perangkat lunak ini. Program aplikasi baru yang dikembangkan
menggunakan bahasa pemrograman java. Kelebihan dari Eclipse yang membuatnya populer adalah
kemampuannya untuk dapat dikembangkan oleh pengguna dengan komponen yang dinamakan
plug-in.
Proses :
h = H – 0.85
= 3 – 0.85
= 2.25
K = L x W / (h (L + W))
= 5 x 4 / (2.25 ( 5 + 4))
= 20 / (2.25 x 9)
= 20 / 22.25
= 0.899
N = (FP x E x L x W) / (K x ɸ dž ηLB dž ηRͿ
= (1.25 x 200 x 5 x 4) / (0.899 x 488 x 0.817 x 0.77)
= 5000 / 275.989
= 18.116
Titik = N /D
= 18.116 / 8
= 2.264
Hasil perhitungan pada sistem aplikasi untuk total pencahayaan dalam penerangan ruangan
dibutuhkan sumber daya listrik sebesar 18.116 watt dan dengan toleransi pendekatan model
pencahayaan dalam fisika bangunan bisa dipasang 2 titik lampu dengan daya 8 watt dalam
ruangan.
4. KESIMPULAN
Kemajuan teknologi smartphone dengan sistem operasi android yang bersifat open source
dapat dimanfaatkan untuk membuat suatu program aplikasi baru berupa penerapan model
pencahayaan untuk penerangan ruangan dalam fisika bangunan dengan menggunakan bahasa
pemrograman java yang sudah terdapat didalam eclipse environment.
Variabel dalam model pencahayaan merupakan data awal yang akan digunakan oleh program aplikasi
dalam menentukan kebutuhan penerangan ruangan yang kemudian dijadikan sebagai indikator untuk
menghitung sekaligus menentukan jumlah titik lampu yang diperlukan secara cepat, tepat dan
mudah sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal.
5. DAFTAR PUSTAKA
Harianto, P., Ir., M.Arch. (2012). Utilitas Bangunan Buku Pintar Mahasiswa Arsitektur-sipil. Djambatan. Jakarta.
Inayati, N. S., Rohmad, E., W., Fahad, Aryo, D., Suyatno, Didik, B., R., & Yoyok, C. (2011). Analisis dan Perancangan Kontrol
Pencahayaan dalam Ruangan. Jurnal Fisika dan Aplikasinya. Vol.7(2). 1-4.
Mufadhol, M., Guruh, A., & Agus W. (2017). Netscan and Networx for Management Bandwidth and Traffic with
Simple Routing. TELKOMNIKA Tellecommunication Computing Electronics and Control. Vol.15(1). 464-470.
Mufadhol, M., Aryotejo, G., & Kristiyanto, D., Y. (2017). Rule Based Reasoning Method for Safety Room by Mean of
Temperature Sensor and Motion Detector. Advanced Science Letters. Vol 23(3). 2481-2483
Putro, M., D., & Feisy D., K. (2016). Sistem Pengaturan Pencahayaan Ruangan Berbasis Android Pada Rumah Pintar.
Jurnal Nasional Teknik Elektro. Vol.5(3). 297-307.
Rosa A. S., & Shalahuddin, M. (2014). Rekayasa Perangkat Lunak Terstruktur dan Berorientasi Objek. Informatika.
Bandung.
Safaat, N. (2012). Pemprograman Aplikasi Mobile Smartphone dan Tablet PC Berbasis Android. Informatika. Bandung.
Satwiko, P. (2009). Fisika Bangunan, Andi Offset. Yogyakarta.
Sukawi, & Dwiyanto, A. (2013). Kajian Optimasi Pencahayaan Alami pada Ruang Perkuliahan (Studi Kasus Ruang
Kuliah Jurusan Arsitektur FT UNDIP). LANTING Journal of Architecture, Vol.2(1). 1-8.
Suprianto, D., & Rini, A. (2012). Pemrograman Aplikasi Android Step by Step Membuat Aplikasi Android untuk
Smartphone dan Tablet. MediaKom. Yogyakarta.
TANYA JAWAB :
Kenapa pada penelitian ini tidak menggunakan pentium 3, karena di jurnal lain ada yang
menggunakan pentium 2 atau 3?
Jawaban :
Karena pada aplikasi ini yang dibutuhkan adalah basis windows 7, sedangkan basis prosesor
pentium 2 dan 3 masih kecil.
JURNAL II
PENERAPAN MODEL PENCAHAYAAN DALAM FISIKA BANGUNAN
DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI SMARTPHONE UNTUK
OPTIMASI PENERANGAN RUANGAN
1.1. PEMBAHASAN
Satuan candela adalah unit satuan yang mengukur kekuatan sinar cahaya dari
suatu sumber cahaya berdasarkan radiasi monochromatic sebesar 540 x
1012 hertz dengan intensitas radian di arah 1⁄683 watt per steradian.
Terdapat beberapa alat untuk mengukur intensitas cahaya adalah sebagai berikut,
1.2. KESIMPULAN
Pencahayaan merupakan salah satu factor untuk mendapatkan lingkungan
yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia.
Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek – obkjek yang
dikerjakannya secara jelas.
Intensitas pencahayaan yang terlalu kecil dalam suatu penerangan ruangan
harus dihindari karena mata akan mudah lelah jika melihat di dalam cahaya yang
kurang jelas atau remang-remang, hal ini juga berlaku sebaliknya intensitas
pencahayaan yang terlalu besar atau terlalu terang dapat merusak penglihatan mata
manusia. Pencahayaan dalam penerangan ruangan mempunyai pengaruh terhadap
kesehatan mata sendiri, bahkan lebih jauh lagi terhadap keselamatan kerja, dan
produktivitas kerja (Sukawi dan Dwiyanto, 2013).