Anda di halaman 1dari 56

RESPONSI SAINS ARSITEKTUR AR 220

DESAIN TERMAL BANGUNAN DI DAERAH


PANAS LEMBAB

Oleh: KELOMPOK 1
Aymee Sidarta 22412014
Selly Metta Utomo 22412029
Keshia Hanna Kumala 22412031
Christian William Oentoro 22412033
Elvina Oktavia Siswanto 22412035
Stevanie Paulina 22412039
Yessica Aprilia 22412056
Leonita Theodore 22412068

JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


UNIVERSITAS KRISTEN PETRA
SURABAYA
2013
ABSTRAKSI

Dalam era modern kini, seringkali banyak ditemukan bangunan di daerah


panas lembab yang bisa dikatakan tidak berkelanjutan bagi lingkungan. Hal ini
sering kali disebabkan karena rancangan bangunan yang tidak nyaman bagi
manusia, sehingga pada akhirnya bergantung pada teknologi yang merusak
lingkungan seperti AC (air conditioner). Salah satu aspek penting dalam
merancang bangunan adalah kenyamanan terhadap panas. Banyak permasalahan
yang harus diperhatikan untuk mencapai kenyamanan terhadap panas tersebut,
permasalahan ini dapat ditanggulangi dengan berbagai cara serta yang ramah
lingkungan.
Dalam merancang bangunan di iklim panas lembab, beberapa hal penting
yang harus diperhatikan yaitu radiasi panas, kelembaban dan hujan. Dari ketiga
hal tersebut, maka bangunan yang dirancang harus dapat memberikan solusi
desain untuk mencapai kenyamanan. Cara untuk mencapai kenyamanan terhadap
panas tersebut dapat melalui pemilihan material dan pendekatan arsitektural
terhadap iklim panas lembab.

Keywords: panas lembab, kenyamanan terhadap panas

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas tuntunan-
Nya dalam membuat tugas makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik. Kami juga berterima kasih pada dosen kami yaitu Bapak Dr. Ir.
Frans Soehartono, Ibu Anik Juniwati Santoso, S.T., M.T., dan Ibu Ir. Wanda K.
Widigdo. M. Si. yang telah membimbing kami dalam proses menyelesaikan
makalah ini.
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar dapat mempelajari bagaimana cara
merancang bangunan yang sesuai dengan lingkungan tempat bangunan itu berada,
yaitu area panas lembab, sehingga dapat mencapai kenyamanan thermal. Dari
situlah dapat diketahui berbagai solusi yang dapat menyelesaikan masalah
kenyamanan di area panas lembab tersebut yang ramah lingkungan sehingga tidak
merusak alam.
Demikian makalah yang dapat penulis sajikan, semoga makalah ini dapat
menjadi tambahan wawasan bagi pembaca.

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
ABSTRAKSI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Permasalahan
1.2. Tujuan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kenyamanan Termal
2.2. Karakteristik Iklim Daerah Panas Lembab
2.3. Pedoman Arsitektural Untuk Daera Panas Lembab
2.3.1. Tata Ruang Bangunan
2.3.2. Orientasi Ruang Utama
2.3.3. Pembagian Ruangan
2.3.4. Perencanaan Bukaan Internal
2.3.5. Hubungan Antara Bangunan dan Tanah
2.3.6. Ukuran dan Detail Bukaan
2.3.7. Pembayangan Pada Bukaan dan Dinding
2.3.8. Peran dan Detail dari Beranda/Serambi
2.3.9. Pertamanan di Sekitar Bangunan dan Taman Umum
2.4. Desain Struktural dan Pemilihan Material
2.4.1. Daya Tahan Termal Selubung Bangunan
2.5. Pemilihan Material untuk Elemen Bangunan dalam
Perancangan Panas Lembab
2.5.1. Atap
2.5.2. Dinding
2.5.3. Ventilasi/Jendela
2.5.4. Lantai
2.5.4.1. Material-Material Penutup Lantai
2.5.4.2. Struktur Lantai di Iklim Tropis Lembab

iv
BAB 3 ANALISA DAN PEMBAHASAN
3.1. Pembahasan Analisa Material
3.1.1. Atap
3.1.2. Dinding
3.1.3. Ventilasi/Jendela
3.1.4. Lantai
3.2. Contoh Kasus
BAB 4 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

v
1. PENDAHULUAN

Bangunan merupakan salah satu hal penting yang sangat berkaitan dengan
hidup manusia. Pada dasarnya, sebuah bangunan diciptakan karena manusia
membutuhkan suatu tempat sebagai perlindungan untuk melakukan berbagai
aktivitasnya sehari-hari. Bangunan merupakan pelindung manusia setelah kulit
dan pakaian, yang melindungi dari berbagai hal yang dapat mengganggu seperti
cuaca panas atau hujan. Namun kini pada perkembanganya sebuah bangunan tidak
hanya digunakan sebagai pelindung dari lingkungannya, namun juga mengalami
berbagai penyesuaian dengan tujuan penggunaan bangunan tersebut oleh
peggunanya.
Salah satu aspek penting yang harus diperhatikan dalam mendesain suatu
bangunan adalah faktor kenyamanan bagi manusia yang menggunakannya.
Dengan rancangan yang nyaman, kegiatan yang berlangsung di dalam bangunan
juga akan berjalan dengan lebih efektif. Namun seringkali, bangunan dibuat
dengan tidak memperhatikan segi kenyamanan ini. Hal ini dapat menimbulkan
suatu bangunan yang gagal, karena bangunan ini tidak dapat memenuhi tujuannya
dengan tepat bagi pengguna. Salah satu faktor penting dalam kenyamanan adalah
kenyamanan terhadap panas (termal). Kenyamanan terhadap panas sangat
dipengaruhi faktor lingkungan dan iklim tempat bangunan berdiri, yang sangat
berbeda dari suatu daerah dibandingkan suatu daerah yang lain. Sehingga
rancangan suatu bangunan akan merespon lingkungan sekitarnya tempat
banguanan berdiri untuk mencapai kenyamanan terhadap panas dalam bangunan
tersebut.
Indonesia sebagai Negara beriklim tropis karena terletak di garis
khatulistiwa, merupakan salah satu negara yang memiliki karakteristik iklim
panas lembab. Untuk mencapai kenyamanan, sebenarnya ada berbagai cara ramah
lingkungan yang dapat digunakan. Namun pada kenyataannya, di Indonesia
banyak sekali bangunan yang menggunakan material yang praktis seperti bata dan
plester, kemudian karena kurang memperhatikan kenyamanan thermal dalam
merancang bangunan, akhirnya berujung dengan bergantung pada penggunaan

6
teknologi seperti penggunaan AC (Air Conditioner). Padahal sudah umum
diketahui bahwa sebenarnya teknologi tersebut berdampak tidak baik pada
lingkungan.
Bangunan yang baik seharusnya peka terhadap keadaan iklim sekitarnya
serta memperhatikan pengaruh iklim tersebut terhadap kenyamanan ke dalam
bangunan. Dengan adanya kesadaran tersebut, diharapkan pencapaian
kenyamanan thermal dapat dirancang seoptimal dan seramah mungkin terhadap
lingkungan. Dilatarbelakangi hal inilah, maka penulis membuat makalah ini untuk
mencari tahu cara-cara yang dapat dilakukan untuk mencapai kenyamanan
thermal namun tetap ramah lingkungan di daerah panas lembab.

1.1. Permasalahan
Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalahnya yaitu:
 Bagaimanakah karakteristik iklim panas lembab?
 Bagaimana cara/metode pencapaian kenyamanan thermal dalam desain
bangunan di daerah panas lembab?

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah
wawasan dalam merancang bangunan di daerah panas lembab, sehingga memiliki
altenatif desain yang dapat mencapai kenyamanan thermal dengan ramah
lingkungan.

7
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kenyamanan Termal


Manusia mempunyai metabolisme yang dapat memproduksi panas sendiri
tanpa perlu sumber energi dari luar yang dapat membantu proses tersebut. Secara
normal manusia membutuhkan kondisi nyaman atau yang kita kenal sebagai
kenyamanan terhadap panas untuk menjalankan aktivitas dengan baik. Yang
disebut kondisi nyaman ini adalah bila kita dapat menjaga suhu tubuh tetap stabil,
tidak terlalu panas atau dingin. Aspek ini sangat perlu diperhatikan dalam sebuah
desain arsitektur.
Kondisi sekitar juga dapat mempengaruhi kenyamanan dalam ruangan,
seperti suhu permukaan, suhu udara, pergerakan udara dan kelembaban. Suhu dan
pergerakan udara mempengaruhi perpindahan panas secara konveksi ke tubuh
manusia. Suhu permukaan mempengaruhi perpindahan panas secara radiasi dan
konduksi. Kelembaban mempengaruhi laju penguapan. Radiasi matahari
mempengaruhi suhu udara dan dapat diserap oleh manusia melalui kulit dan
pakaian.
Banyaknya aktivitas dan pakaian yang dipakai dapat mempengaruhi
sensitivitas kondisi tubuh terhadap lingkungan. Kebanyakan orang akan memilih
baju yang akan dipakai dan aktivitas yang akan dilakukan sebagai respon untuk
menyesuaikan kondisi lingkungan. Kenyamanan kondisi tubuh ini kemudian akan
memberi dampak pada kenyamanan seseorang dan persepsinya terhadap
lingkungan sekitar.

2.2. Karakteristik iklim daerah panas lembab


Iklim panas lembab dan panas maritim memiliki karakteristik yang sama
berdasarkan suhu, kelembaban dan curah hujan tetapi memiliki kondisi angin
yang berbeda. Faktor kondisi angin tersebut berdampak terhadap desain
bangunan. Ciri utama daerah tersebut memiliki kesamaan yaitu rata-rata suhu
udara dan kelembaban per tahun. Suhu udara setiap harinya mungkin berbeda,

8
tetapi suhu rata-rata tiap bulan hampir sama. Rata-rata suhu udara per tahun
sekitar 27oC, dan perbedaan antara suhu rata-rata per bulan sekitar 1-3oC.
Kondisi angin tergantung pada jarak laut dan mungkin berbeda sepanjang
tahun. Daerah pesisir memiliki pola pendinginan dari laut dan darat yang
menghasilkan angin laut dan mengurangi ketidaknyamanan. Daerah pedalaman
memiliki kelembaban maupun suhu yang tinggi sehingga menyebabkan
ketidaknyamanan. Kelembaban dan suhu yang tinggi juga meningkatkan
tumbuhnya jamur dan menyebabkan rusaknya bahan bangunan secara perlahan-
lahan. Daerah panas lembab juga memungkinkan terjadinya badai dan angin topan
yang mempengaruhi desain bangunan.
Desain harus memperhatikan kondisi saat siang hari yang sangat panas
agar desain yang dihasilkan dapat mengurangi ketidaknyamanan dan
ketergantungan penggunaan air conditioning (AC). Desain juga tidak lepas dari
faktor keamanan, dimana daerah yang mungkin mengalami banjir, badai dan
angin topan harus memiliki struktur yang dapat menahan gaya dari bencana
tersebut sehingga bangunan tidak rusak.

2.3. Pedoman arsitektural untuk daerah panas lembab


Desain bangunan pada iklim panas lembab harus dapat mengurangi panas
pada dalam bangunan, memaksimalkan pendinginan saat malam hari,
menyediakan ventilasi yang efektif, mencegah masuknya hujan, mencegah
masuknya serangga (ketika jendela terbuka untuk ventilasi) dan menyediakan
ruang untuk aktifitas semi-terbuka. Sedangkan untuk bangunan pada daerah yang
dapat mengalami badai harus dapat meminimalisasikan resiko akibat badai itu
sendiri.
Bagian desain bangunan yang mempengaruhi tujuan tersebut adalah: tata
ruang, orientasi ruang utama dan bukaan, ukuran dan detail jendela dan pintu,
pembagian ruangan, pembayangan bukaan dan tembok, ketentuan beranda dan
balkon, tipe dan detail atap, panas dan strukur dinding dan atap, serta site
landscaping.

2.3.1. Tata Ruang Bangunan

9
Tata ruang bangunan di daerah panas-lembab dapat direncanakan menurut
pendinginannya. Pendinginan aktif memiliki tata ruang bangunan yang cenderung
padat, sedangkan pemanasan pasif bersifat menyebar. Tata ruang bangunan yang
menyebar dengan banyak bukaan dapat memasukkan udara segar dari luar, dan
mengeluarkan udara panas dari dalam bangunan yang dapat menstabilkan suhu
ruangan.

Gambar 2.3.1.1. Perbandingan potensi ventilasi antara 2 desain, yang satu


padat dan yang satu lebih menyebar, dengan denah yang sama
(Sumber: Givoni, Baruch. Climate Consideration in Building and Urban
Design. Van Nostrand Reinhold. 1998. P: 384)

2.3.2. Orientasi Ruang Utama


Arah angin berpengaruh besar terhadap lokasi dan orientasi ruang utama yang
memerlukan pendinginan dari ventilasi. Orientasi bangunan yang membutuhkan
ventilasi tidak mengarah tegak lurus pada arah mata angin, namun miring dengan
sudut 45° terhadap datangnya angin yang paling efektif.

10
Gambar 2.3.2.1. Orientasi bangunan 45° terhadap arah datang angin
(Sumber: http://www.scribd.com/doc/109683073/iklim-sebagai-konteks,
halaman 14)

2.3.3. Pembagian Ruangan


Desain bangunan yang ideal pada iklim panas-lembab adalah bangunan
memanjang yang terpisah dengan satu baris ruangan yang memiliki bukaan
jendela dan pintu pada kedua dinding yang berhadapan, sehinga setiap ruang
memiliki ventilasi silang masing-masing. Pembagian ruangan harus tepat agar
sirkulasi angin lancar memasuki suatu ruang, dan memasuki ruangan lain sebelum
keluar dari bukaan di ruang lainnya.

11
Gambar 2.3.3.1. Contoh aliran udara dalam rumah tinggal
(Sumber: Givoni, Baruch. Climate Consideration in Building and Urban
Design. Van Nostrand Reinhold. 1998. P: 388)

2.3.4. Perencanaan Bukaan Internal


Perencanaan bukaan internal meminimalkan sekat-sekat antar ruang agar
ventilasi dapat bergerak secara bebas di dalam bangunan. Antar ruang lebih baik
jika tidak terbatasi oleh dinding, melainkan menggunakan sekat lain yang masih
dapat dilewati oleh angin, yaitu dengan menggunakan furnitur, perbedaan elevasi,
maupun kisi untuk memisahkan antar ruang. Hal ini tidak bisa diterapkan di ruang
yang bersifat privat. Untuk ruang yang bersifat privat ini, dapat diberi jendela
boven yang terletak di atas sudut pandang mata sehingga tidak mengganggu
privasi dan angin tetap dapat masuk ke dalam setiap ruang melalui boven ini.

2.3.5. Hubungan Antara Bangunan dan Tanah


Daerah panas lembab cenderung mengalami banjir, maka bangunan biasa
dinaikkan untuk mencegah banjir masuk bangunan atau mencapai permukaan
lantai. Bangunan yang naik dari permukaan tanah meningkatkan potensi ventilasi
karena curah hujan tinggi menyebabkan tanah memiliki banyak vegetasi seperti

12
pohon dan rumput. Pohon dapat berfungsi sebagai alat pembayangan sehingga
mengurangi masuknya panas pada bangunan.
Vegetasi dan bangunan dapat mengurangi kecepatan angin dekat dengan
tanah, sehingga dengan naiknya level bangunan dapat memaksimalkan potensi
angin masuk untuk pendinginan ventilasi.

Gambar 2.3.5.1. Contoh bangunan yang dinaikkan dengan dipanggung.


(Sumber: Givoni, Baruch. Climate Consideration in Building and Urban
Design. Van Nostrand Reinhold. 1998. P: 390)

Gambar 2.3.5.2. Meminimalkan rasio area permukaan dan volume bisa


meminimalkan transfer panas
(Sumber: http://www.scribd.com/doc/109683073/iklim-sebagai-konteks,
halaman 23)

13
2.3.6. Ukuran dan Detail Bukaan
Bukaan, baik ukuran dan peletakannya berperan besar dalam menentukan
kenyamanan terhadap panas di iklim panas lembab. Kebutuhan kenyamanan
terhadap panas meliputi pemindahan panas keluar ruangan, membantu penguapan
keringat dan pendinginan struktur bangunan (van Straaten, 1967, Givoni 1969).
Bukaan yang besar dapat memberi ventilasi silang, namun harus dilengkapi
dengan pembayangan yang tepat untuk menghindari radiasi matahari. Untuk
memungkinkan ventilasi silang di setiap ruangan secara mandiri, tiap ruang
minimal memiliki 2 bukaan di sisi dinding yang berbeda, dimana salah satunya
menghadap arah datangnya angin, sehingga udara dapat mengalir masuk dan
keluar.

Gambar 2.3.6.1 Pembayangan dengan tanaman tanpa menghambat angin.


(Sumber: Givoni, Baruch. Climate Consideration in Building and Urban
Design. Van Nostrand Reinhold. 1998. P: 391)

14
2.3.7. Pembayangan Pada Bukaan dan Dinding
Pembayangan di iklim panas lembab lebih sulit daripada iklim panas kering,
karena bukaannya jauh lebih besar untuk ventilasi, serta perlindungan untuk
radiasi matahari menyebar lebih sulit daripada radiasi langsung. Pembayangan
juga bergantung pada warna dinding, karena makin gelap berarti makin tinggi
aliran panasnya yang menyebabkan ketidaknyamanan thermal. Tidak mudah
menjaga warna putih pada dinding karena tingginya pertumbuhan jamur.
Pada bangunan satu lantai cukup mudah membuat pembayangan yang efektif,
yang dapat digunakan untuk kegiatan semi-terbuka. Sementara untuk bangunan
berlantai banyak dapat menggunakan balkon-balkon yang lebar. Arah timur dan
barat yang berjendela juga harus dibayangi dengan efektif untuk menghalangi
radiasi matahari rendah.

2.3.8. Peran dan Detail dari Beranda / Serambi


Seringkali pada iklim panas lembab, suhu diluar ruangan terasa nyaman
dibanding dalam ruangan yang tidak memiliki sirkulasi udara yang baik.
Bangunan di iklim ini sering memiliki serambi di sekeliling rumah yang terbentuk
dari sosoran atap yang lebar, yang dapat digunakan untuk kegiatan diluar
bangunan karena sudah terlindung dari cuaca. Sementara pada bangunan yang
berlantai banyak dapat digunakan balkon untuk menyediakan area diluar
bangunan yang nyaman. Pada area yang sering mengalami badai, akan lebih baik
jika struktur atap serambi tersebut dipisahkan dari struktur atap bangunan, agar
seandainya atap serambi rusak karena badai, atap rumah tetap tidak terkena
dampaknya.

2.3.9. Pertamanan di Sekitar Bangunan dan Taman Umum


Karena tingginya tingkat kelembaban di iklim panas lembab, adanya angin
sangat mempengaruhi kenyamanan, sehingga dalam mendesain taman perlu
meminimalkan hambatan angin. Tujuan pertamanan di iklim panas lembab yaitu:
 Meminimalkan hambatan angin pada tapak bangunan, terutama di depan
jendela.
 Menyediakan pembayangan disekitar bangunan.

15
 Menyediakan area hijau untuk meminimalkan resiko banjir.

Karena tingginya curah hujan di iklim ini, tanaman tidak membutuhkan


perawatan yang terlalu besar. Efek tanaman dalam kenyamanan dapat berupa
pembayangan dari pohon, namun juga dapat menjadi penghadang angin serta
meningkaan kelembaban yang berujung ketidaknyamanan. Pohon berbatang
tinggi dan berkanopi lebar adalah tanaman yang paling efektif untuk
pembayangan, dan peletakannya harus tepat agar tidak menghambat angin.
Sementara pohon yang rendah dan semak dapat merugikan karena meningkatkan
kelembaban dan menghambat angin tanpa memberikan pembayangan.
Pada area yang beresiko banjir dapat ditanami rumput dan pepohonan yang
mampu menahan banjir. Kombinasi rerumputan, tanaman bunga rendah dan
pohon tinggi untuk pembayangan merupakan tanaman yang paling efektif di iklim
panas lembab.

Gambar 2.3.9.1. Pengaruh vegetasi terhadap pergerakan udara


(sumber: http://www.scribd.com/doc/109683073/iklim-sebagai-konteks,
halaman 9)

2.4. Desain struktural dan pemilihan material

16
2.4.1. Daya Tahan Termal Selubung Bangunan
Suhu udara di dalam ruangan saat ventilasi silang mengikuti suhu udara di luar
apabila kecepatan angin di atas 2 m/s. Di Wilayah panas lembab, akan lebih
efektif jika material elemen eksterior bangunan berwarna putih karena warna
putih adalah warna yang paling sedikit menyerap panas. Namun hal ini menjadi
faktor desain dan bahaya akan pertumbuhan jamur yang berlimpah dan bisa
menjadi kotor.
Sisi bangunan yang menghadap ke utara dan selatan mudah untuk diberi
pembayangan untuk mencegah radiasi yaitu dengan memberi balkon yang
diperpanjang, sedangkan sisi bangunan yang menghadap ke timur dan barat sulit
untuk diberi pembayangan karena radiasi matahari dapat masuk dari sudut 0
derajat. Oleh karena itu, bangunan di wilayah panas lembab akan lebih baik jika
memiliki orientasi utara dan selatan sebagai letak bukaan, serta bangunan
memanjang dengan sisi barat dan timur lebih pendek sehingga panas yang terserap
akan lebih sedikit.
Hal lain yang dapat dilakukan untuk mendinginkan suhu dalam bangunan
adalah dengan membuat plafon yang tinggi.
Selubung bangunan, yaitu dinding, di wilayah panas lembab memiliki nilai U
yang lebih kecil dibandingkan dengan daerah iklim lain. Maka dari itu, konstruksi
dinding yang disarankan adalah menggunakan material yang ringan dengan
kapasitas panas rendah agar panas tidak masuk dengan mudah ke dalam
bangunan. (Konya Allan, 58)

2.5. Pemilihan Material Untuk Elemen Bangunan dalam Perancangan


Panas Lembab
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, desain bangunan pada iklim
panas lembab harus dapat mengurangi panas pada bangunan, memaksimalkan
pendinginan saat malam hari, menyediakan ventilasi yang efektif, menahan
masuknya hujan, menahan masuknya serangga (ketika jendela terbuka untuk
ventilasi) dan menyediakan ruang untuk aktifitas semi-terbuka. Perancangan
bangunan di iklim panas lembab ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Mulai
dari cara menata bangunan, sampai material yang dapat digunakan untuk

17
mencegah panas masuk ke dalam bangunan. Setiap elemen bangunan, mulai dari
atap, dinding, ventilasi, dan juga lantai masing-masing memiliki banyak pilihan
material. Namun tidak semua cocok untuk digunakan di daerah beriklim panas
lembab. Berikut akan dibahas mengenai pemilihan material dari semua elemen
bangunan yang tepat untuk iklim panas lembab.

2.5.1. Atap
Indonesia merupakan negara panas-lembab yang memiliki 2 musim yaitu
musim hujan dan musim kemarau. Salah satu aspek dalam desain bangunan yang
memiliki hubungan dengan musim atau cuaca adalah atap.
Atap memiliki peran yang sangat penting dalam melindungi penghuni di
dalam bangunan, namun juga dapat memberikan kenyamanan. Permasalahan yang
timbul dari iklim panas lembab adalah radiasi matahari yang berlebihan dan curah
hujan yang tinggi. Sehingga atap harus memiliki kriteria-kriteria untuk dapat
memberikan solusi terhadap masalah tersebut. Atap bangunan di Indonesia
umumnya memiliki kemiringan 30o-45o agar air hujan dapat turun ke tanah
sehingga atap bangunan yang cocok untuk iklim panas lembab adalah jenis atap
pelana atau perisai. Atap pelana dapat di buat lubang di sisi gevel sehingga
menjadi ventilasi yang dapat mengeluarkan udara panas dari dalam bangunan.
Namun atap memiliki bermacam-macam variasi solusi untuk menangkal panas.

 Atap uPVC (unplasticized polyvinil cholride)


PVC (Polyvinil cholride) merupakan material plastik yang dapat
mengurangi panas. uPVC merupakan PVC yang kaku sehingga dapat digunakan
dalam konstruksi. Atap uPVC memiliki rongga udara twin wall yang dapat
memasukkan udara ke dalam ruangan. Material PVC itu sendiri dapat menolak
panas sehingga tidak diperlukan insulasi penahan panas. Untuk penggunaan pada
atap biasa diberi tambahan heat stabilizer.

18
Gambar 2.5.1.1. Atap uPVC
(Sumber:
http://www.asia.ru/images/target/photo/51312077/Heating_Insulation_UPVC_Ro
of_Tile.jpg)

 Atap Polikarbonat
Bahan polikarbonat efektif menahan radiasi panas matahari tetapi dapat
memasukkan cahaya. Polikarbonat memiliki transimisi cahaya dan panas yang
berbeda tergantung dari warna.

Gambar 2.5.1.2. Atap polycarbonate


(Sumber: http://www.allwaysroofing.co.uk/wp-content/gallery/polycarbonate-
roofing/allways-roofing-polycarbonate-roofing-gallery-4.jpg)

19
Warna Transmisi Cahaya (%) Transmisi Panas (%)
Abu-Abu 10 22.96
Bronze 19 28.51
Silver 20 7.25
Biru 26 37.16
Hijau 33 35.56
Opal 33 0.30
Tosca 47 44.39
Bening 87 60.31
Tabel 2.3.1.3 Rasio transmisi cahaya dan panas atap polycarbonate

 Atap Polynum
Polynum terbentuk dari lapisan aluminium foil murni yang dapat
memantulkan panas radiasi matahari sebanyak 97%, dan mengurangi insulasi
yang terjadi pada atap dengan metode bubble reflective insulation. Panas yang
tidak terpantulkan akan diserap dan ditangkan oleh gelembung-gelembung udara
yang dilapisi plastik, sehingga panas dapat diredam dan kemudian dipancarkan ke
dalam ruangan dalam persentase yang sangat kecil.

20
Gambar 2.5.1.3. Lapisan aluminium foil polynum
(Sumber: http://pimg.tradeindia.com/00287551/b/0/Polynum-Ultra.jpg)

 Atap Sirap
Alternatif material atap berbahan kayu ulin dapat mengurangi penyerapan
panas karena material kayu yang dapat menyesuaikan suhu dengan suhu
lingkungan, dan memiliki pori-pori yang dapat memasukkan udara dari luar.

Gambar 2.5.1.4. Detail atap sirap


(Sumber: http://www.indahjati.com)

 Atap Onduline
Atap onduline merupakan jenis atap yang berbahan dasar lapisan tunggal
serat selulosa yang diekstraksi dari kayu pulp dicampur dengan bitumen kemudian
di proses dalam penekanan dan pemanasan tinggi. Onduline dapat menyerap
panas dengan sangat tinggi, dengan pengukuran konduktivitas termal 0.098
W/mC °.

21
Gambar 2.5.1.5 Aplikasi atap onduline
(Sumber: http://www.onduline.com)

 Atap Terakota
Atap yang berbahan dasar tanah liat dapat menstabilkan suhu bangunan
atau ruangan karena memiliki pori-pori terbuka dan menyerap panas radiasi
matahari hingga 70%.

Gambar 2.5.1.6 Atap terakota


(Sumber: http://www.sharecg.com/images/medium/2503.jpg)

2.5.2 Dinding

22
Dinding merupakan salah satu elemen desain dalam arsitektur yang
berfungsi untuk menjaga dan melindungi penghuni. Dinding juga
merupakan elemen yang berfungsi untuk memisahkan dan membentuk
ruang, yang juga memiliki fungsi dekoratif dengan pemilihan bahan yang
tepat, sehingga dapat menciptakan ruang ataupun fasad bangunan yang
menarik.
Dinding dapat bersifat struktural (berfungsi untuk menahan/menyalurkan
beban bangunan diatasnya ke bawah) ataupun non struktural (hanya
sebagai pemisah/partisi). Dinding dapat bersifat permanen maupun non
permanen seperti sekat yang dapat dilepas sewaktu-waktu.
Di iklim tropis lembab, salah satu pertimbangan dalam memilih bahan
untuk dinding adalah menjaga agar ruangan dapat terlindungi dari panas
dan juga kelembaban yang tinggi, sehingga pengguna didalamnya dapat
tetap merasa nyaman. Berikut beberapa jenis material yang dapat
digunakan untuk dinding:
 Batu Bata Merah

Gambar 2.5.2.1 Batu bata merah


(sumber: http://www.rumahide.com/dinding-rumah)
Bahan baku dari batu bata merah merupakan tanah liat yang mudah
didapat dan proses pembuatan yang sederhana, membuat harganya
menjadi relatif murah. Ukuran yang biasa ada di pasaran adalah 25 x 12 x
5 cm atau kurang. Dinding dari pasangan batu bata umumnya dibuat
dengan ketebalan ½ batu, dan minimal setiap jarak 3 m diberi kolom
praktis sebagai pengikat dan penyalur beban. Dinding batu bata biasanya
dipakai sebagai konstruksi non struktural yang tidak menahan beban.

23
 Batako

Gambar 2.5.2.2. Macam-macam bentuk batako


(sumber: http://www.rumahide.com/dinding-rumah)

Untuk menghemat biaya pembangunan rumah, alternatif pemakaian


batako banyak digunakan di banyak tempat. Selain harganya lebih murah
per meternya, dimensi yang lebih besar dan berlubang dapat menghemat
75% plesteran dan 50% beban dinding, dan tentu saja pelaksanaan
pekerjaannya pun menjadi lebih cepat. 
Batako terbuat dari campuran tras, kapur, pasir dan semen. Kekuatannya
tentu lebih rendah dari pada batu bata. Batako yang berkualitas rendah
akan mudah pecah karena kadar semen yang sedikit. Ukuran yang umum
di pasaran adalah 40 x 20 x 10 atau kurang. Kelebihan lain dari batako
adalah karena berlubang, dapat berfungsi juga sebagai ventilasi karena
dapat dilewati angin, sehingga dapat memberi kenyamanan bagi penghuni.

 Bata Ringan

Gambar 2.5.2.3. Bata ringan


(sumber: http://www.rumahide.com/dinding-rumah)

24
Bata ringan adalah salah satu jenis beton ringan aerasi yang mulai dikenal
di Indonesia pada tahun 1995. Bata ringan dikenal juga sebagai beton
ringan atau bata berpori. Kelebihannya adalah bobotnya yang jauh lebih
ringan dari batu bata ataupun batako. Bata ringan biasa digunakan untuk
bangunan bertingkat untuk mengurangi pembebanan sehingga biaya
pondasi menjadi lebih kecil. Dimensi yang besar yaitu 60 x 20 x 10/7,7
cm menjadikan proses pemasangan dinding cepat selesai. Ukurannya yang
presisi juga membuatnya membutuhkan spesi yang sangat tipis. Kelebihan
yang lain adalah kemamampuannya untuk menahan panas dan suara. Dari
segi harga, memang hingga saat ini masih lebih mahal dari batu bata biasa.
Namun pekerjaan pemasangan yang cepat dapat menghemat upah tukang.

 Kayu

Gambar 2.5.2.4. Contoh penggunaan dinding kayu


(sumber: http://www.rumahide.com/dinding-rumah)

Karena langka dan mahalnya kayu dewasa ini, mungkin jarang sekali
rumah yang memakai dinding jenis ini, kecuali untuk rumah-rumah di
pedesaan atau rumah-rumah yang sengaja di desain dengan gaya tertentu.
Dinding papan kayu juga bisa digunakan pada bangunan konstruksi rangka
kayu. Kelebihan dinding ini adalah untuk menciptakan suasana yang
natural. Suasana di dalam rumah pun akan lebih sejuk karena antar lapisan
kayu dapat dilewati oleh angin. Namun perawatan dinding kayu lebih sulit,
karena pemilihan kayu yang kurang tepat dan tidak terlindung akan lebih
mudah lapuk jika terkena panas dan hujan. Terdapat juga pertimbangan

25
serangan rayap maupun serangga yang sering terjadi di daerah panas
lembab.

 Dinding lembaran (Cladding)


Bila diinginkan pembuatan dinding dengan cepat, dinding konvensional
dapat digantikan dengan dinding partisi lembaran. Macam dinding jenis ini
sudah banyak sekarang, contohnya seperti metal cladding, GRC atau Fiber
Cement (Kalsiboard) untuk dinding bagian luar, dan gypsum board atau
multiplex untuk dinding bagian dalam. Rangkanya umumnya terbuat dari
baja ringan. Karena bobotnya yang juga lebih ringan, sistem dinding ini
cocok digunakan pada bangunan yang berdiri diatas tanah berdaya dukung
rendah. Keuntungan lainnya adalah tahan gempa dan harganya pun lebih
murah dari dinding konvensional. 

Gambar 2.5.2.6. Contoh pemasangan dinding gypsum


(sumber:
http://askhousedesign.com/wp-content/uploads/2012/06/Gypsum1.jpg)

2.5.3 Ventilasi / Jendela


Untuk mencapai kenyamanan termal di daerah beriklim panas lembab ini,
dapat dilakukan dengan sistem perancangan bangunan yang dapat
membuat udara bergerak dengan lancar. Selain itu, dapat juga dirancang
dengan berbagai teknologi yang ada jaman sekarang, seperti berbagai

26
bahan dan teknologi pemasangan kaca untuk jendela. Bahan dan teknologi
yang dapat digunakan untuk menggunakan radiasi masuk sebagai berikut:
 Kisi-kisi ventilasi
Salah satu penutup bukaan yang dapat digunakan untuk
menggantikan jendela adalah kisi. Kisi ada berupa kisi mati yaitu
yang tidak dapat digerakkan, dan ada yang bisa digerakkan. Kisi
memiliki sudut kemiringan yang dapat disesuaikan dengan
kebutuhan, misalnya untuk mencegah masuknya air hujan, serta
menghalangi radiasi matahari langsung masuk ke dalam bangunan.
Sudut dan lebar kisi yang dapat memasukkan sirkulasi udara paling
efektif adalah lebih besar dari 20° dan lebih besar dari 30 cm.
Dengan menggunakan kisi, cahaya alami tetap dapat masuk ke
dalam bangunan tanpa ikut masuknya radiasi ke dalam ruangan.

Gambar 2.5.3.1. Kisi-kisi ventilasi


(sumber: http://www.bespokeshutters.com/assets/images/wooden-
window-shutters-highgate.jpg)

 Jendela loteng
Jendela yang terdapat pada bagian atap rumah dapat berfungsi
sebagai ventilasi yang baik dengan menggunakan prinsip stack
effect dimana angin yang panas akan naik ke atas. Dengan adanya

27
jendela loteng, angin panas tersebut akan dapat dengan mudah
keluar dari bangunan. Hanya saja, kendala dari jendela loteng
adalah radiasi dapat masuk ke dalam bangunan dengan mudah
dikarenakan posisi bukaan yang berada di bagian atas yaitu atap.
Namun, hal ini dapat dicegah dengan memberi kisi di dalam
jendela loteng sehingga radiasi yang masuk berkurang. Selain itu,
dapat diatasi juga dengan pemakaian teknologi kaca yang dapat
menghalangi radiasi yang masuk.

Gambar 2.5.3.2. Jendela loteng dengan kisi di dalamnya

Gambar 2.5.3.3. Penggunan teknologi kaca pada jendela loteng


(sumber: http://www.inspectionnews.net/home_inspection/building-
envelope-home-inspection-commercial-inspection/10867-skylight-
terminology-question.html)

28
 Light shelves
Light shelves berupa elemen arsitektural sebagai alat pembayangan
horizontal diletakkan di atas sudut pandang mata manusia normal.
Benda ini dapat memantulkan radiasi matahari sehingga panas
yang masuk akan berkurang, tetapi cahaya alami tetap dapat masuk
ke dalam bangunan. Permukaan ini biasanya berwarna putih,
karena warna putih dapat memantulkan radiasi matahari lebih
banyak dibandingkan warna lain. Radiasi kemudian memantul ke
langit-langit ruang, baru diteruskan ke dalam ruang sebagai
pencahayaan alami. Light shelves biasanya digunakan pada sisi
dimana radiasi matahari paling panas.

Gambar 2.5.3.3. Prinsip masuknya radiasi matahari yang terpantul


oleh light shelves
(sumber: http://www.lighthome.com.au/green-guide-blog/how-do-
i-get-the-light-in-part-one)

 Kaca Rendah Emisivitas

29
Gambar 2.5.3.4. Kaca Rendah Emisivitas
(sumber:
http://www.glassnetwork.com.my/pages/products/residential-
glass/double-glazing-glass.php)

Kaca yang digunakan dalam jendela kaca ganda untuk isolasi


termal dikenal sebagai Low-E (kaca rendah emisivitas). Kaca
rendah emisivitas memiliki lapisan logam transparan yang bekerja
dengan merefleksikan panas kembali ke sumbernya. Pelapis ganda
merefleksikan kembali ke dalam ruangan, sehingga dapat
mengurangi radiasi matahari yang masuk, tetapi cahaya dari
matahari memiliki potensi untuk tetap masuk.
Semua benda dan orang-orang melepaskan berbagai bentuk energi,
yang mempengaruhi suhu ruang. Energi gelombang panjang radiasi
panas, dan energi radiasi gelombang pendek adalah cahaya dari
matahari. Lapisan yang digunakan untuk membuat kaca rendah
emisivitas bekerja untuk memancarkan energi gelombang pendek,
yang memungkinkan cahaya dalam, sementara mencerminkan
energi gelombang panjang untuk menjaga panas di lokasi yang
diinginkan.
Jenis kaca rendah emisivitas:
- Pelapis On-line (proses pyrolitic CVD): kaca bening yang telah
dilapisi dengan oksida logam melalui proses pirolisis (pada 650
° C). Karena itu lapisan ini sangat tahan terhadap kerusakan
mekanik, dan kaca rendah emisivitas ini dapat dipotong,
ditekan dan dilaminasi seperti kaca biasanya.
- Pelapis Off-line (proses magnetron Sputtering): kaca bening
menerima, pada salah satu permukaan, lapisan perak yang
diterapkan oleh magnetis yang disempurnakan katodik
sputtering. Kaca rendah emisivitas ini harus digunakan secara
eksklusif dalam kaca isolasi, dengan lapisan pada permukaan
internal. Kaca ini juga bisa ditekan dan dilaminasi.

30
 Jendela elektrokromik
Salah satu solusi untuk menanggulangi masalah panas yaitu jendela
elektrokromik (EC). Teknologi ini dapat mengontrol jumlah panas
matahari yang melewati kaca jendela sehingga dapat menghemat
energi yang digunakan untuk pendinginan mekanik seperti AC.
Dalam beberapa tahun terakhir, rumah-rumah yang berlokasi di
iklim panas lembab, rata-rata menggunakan pendinginan mekanik
(AC), sehingga pemakaian energi meningkat. Jendela EC ini dapat
menjadi solusi bagi masalah tersebut untuk rumah-rumah di iklim
panas lembab.

Gambar 2.5.3.5. Lapisan jendela elektrokromik


(sumber:
http://home.howstuffworks.com/home-improvement/construction/g
reen/smart-window4.htm)

Jendela Elektrokromik umumnya terdiri dari beberapa dasar dan


lapisan yaitu kaca atau plastik ditutupi oleh film yang transparan.
Film ini adalah oksida logam dan oksida tungsten. Cara kerja alat
elektrokromik ini merubah sifat transmisi cahaya dalam reaksi
terhadap tegangan dan memungkinkan untuk mengendalikan
jumlah cahaya dan panas yang masuk. Pada jendela elektrokromik,
bahan elektrokromik merubah dari kaca biasa menjadi kaca
transparan yang biasanya berwarna biru. Semburan listrik
dibutuhkan untuk mengubah kegelapan, tetapi setelah terjadi

31
perubahan, tidak ada listrik yang diperlukan untuk menjaga warna
khusus yang telah dicapai. Penggelapan adalah proses yang lambat
yang membutuhkan waktu dan berkaitan dengan ukuran jendela
tersebut, proses ini terjadi dari tepi kemudian bergerak ke dalam.
Kaca elektrokromik menyediakan visibilitas bahkan dalam keadaan
gelap agar terlihat dengan lingkungan luar. (Gambar 2)

Gambar 2.5.3.6. warna berubah dari dan mengurangi transmitansi


di jendela elektrokromik
(sumber:
http://marketplace.yet2.com/app/insight/techofweek/38644)

Gambar 2.5.3.7. Fungsi jendela elektrokromik terhadap cahaya


insiden
(Sumber :
C. G. Granqvist, Electrochromic tungsten oxide films: review of
progress 1993-1998, sol, energy matter. Sol. Cells, vol. 60, PP.
201, 2000.)

32
 Kaca Vakum
Kaca vakum memberikan tingkat yang sama dalam hal efisiensi
energi seperti halnya kaca ganda yang modern dengan
menggunakan unit kaca yang biasanya hanya seperempat dari
ketebalan kaca ganda konvensional. Kemajuan teknologi telah
membuat kaca vakum menjadi solusi terhadap efisiensi energi
rumah lama dan baru terutama pada iklim panas lembab. Kaca
vakum menawarkan solusi menarik untuk masalah penyelesaian
konservasi bangunan dengan kenyamanan modern, serta memenuhi
persyaratan lingkungan. Selama pembuatan kaca vakum, udara
dalam ruang antara dua panel kaca diekstrak, menciptakan ruang
hampa. Bahkan vakum kecil sangat efektif dalam mengurangi
kehilangan panas konduksi dan konveksi, sehingga kesenjangan
antara dua panel dapat dikurangi menjadi hanya 0,2 mm,
memberikan ketebalan keseluruhan unit hanya lebih dari 6 mm.
Kehilangan panas melalui radiasi lebih lanjut dibatasi dengan
memperlakukan salah satu panel kaca dengan lapisan emisivitas
rendah, mirip dengan yang digunakan dalam kaca dua dan tiga
konvensional.

Gambar 2.5.3.8. Lapisan kaca vakum


(Sumber : http://www.lowenergyhouse.com/vacuum-glazing.html)

33
2.5.4. Lantai
Salah satu unsur pembentuk bangunan adalah lantai. Lantai terdiri dari
struktur lantai dan material penutup lantai. Pada iklim yang berbeda, material dan
struktur lantai pun juga berbeda. Jika pemilihan material penutup dan struktur
lantai tepat, maka kenyamanan thermal akan tercapai, begitu juga pada iklim
tropis lembab. Berikut adalah beberapa material penutup lantai dan struktur lantai
yang dapat dipakai untuk rumah di iklim tropis lembab.

2.5.4.1. Material-material penutup lantai


Jenis material penutup lantai dibagi menjadi dua macam yaitu material
yang bersifat hangat adalah karpet, paret, gabus, karet. Sedangkan material
yang bersifat dingin antara lain : marmer, keramik, granit, batu. Namun
yang digunakan untuk daerah dengan iklim tropis lembab adalah material
yang bersifat dingin karena suhu di iklim tropis lembab cenderung panas.
Berikut pembahasan material bersifat dingin:
 Keramik
Keramik paling sering digunakan di Indonesia karena bersifat kuat,
tidak membutuhkan pemolesan dan mudah dalam perawatannya.
Keramik memiliki massa termal yang dapat membantu dengan
pemanasan dan pendinginan. Ketika suhu dalam suatu ruangan
dingin, maka material keramik ini akan cenderung
mempertahankan suhu dingin dalam ruangan tersebut.

Gambar 2.5.4.1.1. Lantai keramik

34
(sumber:
http://www.in-tips.com/wp-content/uploads/2009/05/keramik-
ruang-kerja2.jpg)
 Marmer
Marmer banyak disukai karena memilki karakter yang dapat
memberikan kesan mewah pada suatu bangunan dan juga
memberikan kesan yang dingin dan kuat. Oleh sebab itu cocok
untuk digunakan diiklim tropis lembab. Marmer memiliki pori-pori
yang relatif besar sehingga membutuhkan perawatan yang ekstra
dan marmer mudah menyerap cairan sehingga dapat meninggalkan
noda jika tidak cepat dibersihkan.

Gambar 2.5.4.1.2. Lantai marmer


(sumber:
http://1.bp.blogspot.com/-kUruit6tZ6s/UBT_bwRsBGI/AAAAAA
AAAKk/U_F8dYlxqVM/s1600/687395_bpk.sukur.jpg)
 Granit
Batuan granit data ditemukan didaerah bukit atau gunung granit.
Dengan perkembangan teknologi maka disediakan granit buatan
dengan motif yang beragam. Granit memiliki pori-pori yang
relative kecil sehingga tidak mudah menyerap cairan yang dapat
mengotori lantai. Granit memiliki kesan yang dingin dan kokoh
sehingga cocok digunakan diiklim tropis lembab.

35
Gambar 2.5.4.1.3. Lantai granit
(sumber:
http://images04.olx.co.id/ui/20/38/23/1333573430_345743523_1-
Gambar--KRISTALINDO-UNO-SPESIALIS-POLES-LANTAI-
MARMER.jpg)
 Batu
Batu kali lempeng dan salagedang adalah batu yang biasanya
digunakan sebagai bahan lantai. Batu ini cukup tahan terhadap
cuaca. Namun untuk mencari tekstur yang kurang lebih seragam itu
susah, selain itu lebar nat antara batu itu tidak seragam. Karena
kesan yang ditimbulkan dingin, maka batu ini cocok digunakan
untuk bangunan didaerah iklim tropis lembab.

Gambar 2.5.4.1.2. Lantai batu


(sumber:
http://www.ideaonline.co.id/var/gramedia/storage/images/idea/reno
vasi/aksen-kerikil-di-lantai/8809376-1-ind-ID/Aksen-kerikil-di-
Lantai_thumbnaildetail.jpg)
 Kayu

36
Pemakaian kayu memiliki kelebihan antara lain mudah dibentuk
dan cukup kuat. Penggunaan lantai kayu juga terkait dengan fungsi
dan estetika yang ingin dicapai. Biasanya dengan menggunakan
kayu sebagai penutup lantai penampilan ruang cenderung rapi dan
bersih. Menggunakan lantai kayu di dalam rumah atau bangunan
lain tidak akan membosankan karena kayu menyeimbangkan suhu
ruang dan terasa nyaman di telapak kaki karena kayu memiliki
serat dan pola yang halus.

Gambar 2.5.4.1.2. Lantai kayu


(sumber:
http://bengkuluekspress.com/wp-content/uploads/2013/02/1271086
958_87376615_1-Gambar-Lantai-Kayu-Parquet-1271086958.jpg)

2.5.4.2. Struktur lantai di iklim tropis lembab


Struktur lantai juga dapat mempengaruhi kenyamanan termal. Banguan
dengan struktur yang berbeda-beda dapat memberikan kesan yang berbeda
pula. Lantai dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
 Lantai yang langsung bertemu dengan tanah.
Seperti bangunan-bangunan pada umumnya, yang sering kali kita
temukan, hampir semua bangunan di Indonesia memiliki lantai
yang langsung bertemu dengan tanah. Bangunan-bangunan
tersebut tidak sesuai dengan iklim tropis lembab, karena tidak
terjadi pergerakan udara. Namun, masalah ini masih dapat
diselesaikan dengan cara memperhatikan material dan struktur
dinding, atap dan ventilasinya.

37
 Lantai yang tidak langsung di atas tanah (rumah panggung)
o Pada lantai jenis ini, penyesuaian suhu di dalam rumah
cepat berubah karena tidak langsung bersentuhan dengan
tanah atau beton sehingga sirkulasi udara lebih bagus.
o Bangunan yang memiliki jarak tertentu dengan tanah sering
kali kita temukan di daerah pedesaan dan rumah-rumah
adat. Bangunan yang memiliki jarak antara lantai dengan
tanah memiliki kelebihan yaitu dapat menyesuaikan suhu
didalam bangunan karena tidak langsung bersentuhan
dengan tanah atau beton sehingga sirkulasi udara lebih
bagus.

Menurut Josep Prijotomo (1998) pilihan mengangkat bangunan


di atas permukaan tanah bukanlah sekedar menghindari
kelembaban, mengatasi banjir, atau menghindari binatang buas,
melainkan mengandung intensi menjaga ekologis bumi agar tidak
rusak oleh pondasi. Selain itu semakin banyak tanah yang tertutup
oleh bangunan akan membuat tanah sukar menyerap air.
Konstruksi rumah panggung harus ringan, maka dari itu,
biasanya menggunakan konstruksi kayu dengan pondasi umpak,
karena selain lebih ringan dari konstruksi beton. Hal ini berguna
apabila bangunan terkena gempa.
Sambungan yang terbuat dari kayu bersifat lentur sehingga
memungkinkan bangunan bergerak mengikuti arah gempa. Hal ini
akan membuat konstruksi terhindar dari patahan struktur. Tapi
sebenarnya rumah panggung bisa dibuat dari bahan apa saja selain
kayu, misal bambu dan beton.

38
3. ANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1. Pambahasan Analisa Material


3.1.1. Atap
Permasalahan atap yang seringkali dihadapi adalah pengaplikasian dan
materialnya, karena kedua faktor tersebut berpengaruh besar kepada kenyamanan
terhadap panas.
Contoh kasus di Indonesia, atap rumah-rumah sudah dapat menangkal masalah
hujan dengan kemiringan atap, sosoran dan bentuk pelana atau perisai, tetapi tidak
cukup untuk menangkal panas karena pemilihan material yang kurang tepat.
Atap dengan material genteng keramik dapat menyerap panas matahari sehingga
tidak menimbulkan kenyamanan terhadap panas dalam bangunan. Material ini
paling sering digunakan dalam pembangunan rumah tinggal di Indonesia. Selain
genteng ada material lain yang dapat digunakan dan aternatif ini dapat
memberikan kenyamanan terhadap panas dalam bangunan.
Berdasarakan pembahasan sub-bab 2.5.1. tentang atap dapat disimpulkan
beberapa alternatif material atap yang cocok untuk daerah panas lembab:
 Atap uPVC dapat memantulkan radiasi matahari karena memiliki
lapisan anti UV dan memliki rongga twin wall sehingga udara dapat
memasuki ruangan dari rongga tersebut. Atap uPVC juga kedap suara
sehingga hujan yang jatuh ke permukaan atap tidak terdengar.
 Atap polikarbonat memantulkan panas radiasi matahari tetapi tetap
menembuskan cahaya, sehingga dapat menggunakan pencahayaan
alami pada siang hari.
 Atap sirap terbuat dari kayu ulin yang merupakan isolator panas yang
efektif dan dapat menyesuaikan dengan suhu lingkungan, sehingga
kayu akan bersifat dingin ketika suhu lingkungan panas, dan
sebaliknya.
 Atap terakota merupakan atap tembikar dari tanah liat yang memiliki
pori-pori terbuka sehingga panas tidak kekurangans dari material atap
ini dari segi struktur adalah memerlukan struktur yang lebih kompleks

39
dibandingkan atap lembaran hal ini di karenakan karena berat metrial
tersebut cukup berat di badingkan material atap lembaran.
 Atap Onduline menyebabkan proses insulasi terjadi dengan nilai
konduktivitas termal sebesar 0.098 W / mC ° yang mendekati nilai
konduktivitas termal gabus.
 Atap lapisan polynum adalah solusi terakhir apabila desain hunian
ingin menggunakan segala jenis atap, karena lapisan polynum ini
diletakkan di bawah penutup atap dan dapat memantulkan radiasi
panas hingga 98%.

3.1.2. Dinding
Seringkali di Indonesia, dinding yang digunakan adalah bata merah yang
diplester karena bahan tersebut mudah didapat dan kuat, dimana pengerjaannya
pun mudah. Namun seperti yang telah dibahas pada landasan teori, material
dinding yang dapat digunakan sebenarnya tidak hanya bata merah, namun masih
banyak alternatif lainnya. Pertimbangan material dinding yang cocok untuk
digunakan di iklim panas lembab adalah yang dapat mencegah panas dapat masuk
kedalam ruang dan tahan terhadap kelembaban, sehingga kenyamanan dalam
ruang dapat terjaga.
Kelebihan bata merah yaitu tidak memerlukan perawatan, namun bata
merah menyerap suhu udara luar dan meneruskannya ke dalam bangunan dalam
jangka waktu yang lama. Bata merah bisa menerukan panas hingga 8 jam
setelahnya, dan suhunya bisa mencapai dua kali suhu udara. Bila tetap ingin
menggunakan bata merah, maka untuk mencapai kenyamanan dalam ruang maka
harus diimbangi dengan bukaan untuk sirkulasi udara yang cukup, sehingga tidak
mengandalkan pendinginan buatan (AC).
Material lain yang cocok adalah batako / bata roster. Bata roster memiliki
lubang-lubang yang selain untuk estetika, juga berfungsi untuk pertukaran udara.
Batako termasuk bahan yang rapuh karena berongga, serta karena berlubang,
batako memerlukan perawatan berkala untuk menjaga kebersihannya. Batako
jenis tras memiliki kepadatan yang lebih rendah daripada batako buatan pabrik

40
sehingga lebih rapuh dan cenderung menyerap air yang menyebabkan tembok
lembab yang harus dihindari.
Material berikutnya yaitu kayu, karena memungkinkan sirkulasi udara
melalui pori-porinya dan dapat menjaga suhu didalam ruang agar tetap stabil dan
nyaman. Kayu merupakan isolator panas alami yang paling efektif. Namun seperti
yang diketahui, harga kayu dewasa ini semakin mahal, serta kekurangannya yaitu
dapat terbakar dan dapat terkena serangan hama. Kayu yang tidak cukup tua dan
keras juga mudah melendut, serta tidak tahan bila bebannya terlalu besar. Kayu
juga membutuhkan perawatan lebih agar tidak lapuk bila terkena hujan, yang
membuat orang berpikir dua kali untuk menggunakan kayu.
Alternatif material dinding yang terakhir adalah bata ringan, karena bata
ringan memiliki kelebihan seperti kedap air sehingga sangat sedikit kemungkinan
terjadi rembesan air, proses pemasangan lebih cepat tahan api, memiliki
kekedapan suara yang baik, dan sesuai namanya, ringan. Kelebihannya dalam
kenyamanan adalah karena memiliki konduktivitas termal rendah, sehingga dapat
menjaga suhu dalam ruang. Sayangnya, bata ringan saat ini masih relatif mahal
dan masih susah ditemukan. serta tidak semua tukang pernah memasang bata jenis
ini.
Berdasarkan segala pertimbangan di atas, Pemilihan material yang paling
cocok untuk bangunan dengan iklim panas lembab adalah bata ringan karena bata
ringan memberikan kenyamanan yang lebih baik daripada bata merah. Bata ringan
merupakan bata buatan pabrik yang berpori sehingga tidak meneruskan panas
kedalam bangunan sebanyak bata merah. Mengingat harga bata ringan yang masih
relatif mahal dan tidak semua tukang mampu memasang bata jenis ini, maka bata
ringan masih jarang dijumpai di Indonesia.

3.1.3. Ventilasi / Jendela


Setiap bukaan dapat dilindungi dengan berbagai bahan dan teknologi
untuk menghindari radiasi matahari yang masuk. Setiap bahan dan teknologi
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
 Kisi-kisi ventilasi

41
Keuntungan dari kisi-kisi ini adalah dapat memasukkan angin secara
mandiri yang bertujuan untuk mengurangi tingkat kelembaban yang tinggi
di iklim panas lembab. Selain itu kisi-kisi memiliki sudut kemiringan yang
dapat menghalangi radiasi matahari yang masuk. Kisi-kisi juga efisien
karena biayanya yang murah dibandingkan teknologi lain. Tetapi kisi-kisi
memiliki kelemahan yaitu menghalangi pandangan ke luar bangunan. Oleh
karena itu, kisi-kisi cenderung dipakai di ruangan yang tidak memerlukan
pandangan untuk melihat pemandangan di luar bangunan, seperti dapur,
gudang, atau ruang servis. Penggunaan kisi-kisi di ruang-ruang ini juga
dapat memberikan sirkulasi udara sehingga udara kotor bisa keluar dengan
mudah dan mencegah tumbuhnya jamur. Selain itu, kisi-kisi dapat
mengurangi intensitas pencahayaan alami yang masuk ke dalam ruangan
serta mencegah masuknya air hujan. Kisi-kisi dapat digunakan di ruang
lain tetapi lebih baik dikombinasikan dengan jendela lain agar
pencahayaan alami tetap dapat masuk seperti gambar 3.1.3.1.

Gambar 3.1.3.1 Jendela kisi kombinasi jendela permanen


(sumber: http://www.edenwindows.com.au/louvre.html)
 Jendela loteng
Jendela loteng dapat memasukkan cahaya alami ke dalam bangunan.
Tetapi radiasi matahari yang masuk terpapar langsung sehingga ruang
menjadi lebih panas karena jendela loteng terletak di bagian atas
bangunan. Hal ini dapat dicegah dengan memberi kisi di bukaan jendela
loteng seperti pada gambar 3.1.3.2. Jenis jendela loteng yang diberi celah
juga dapat memberikan sirkulasi udara. Jendela loteng sering dipakai di
kamar mandi.

42
Gambar 3.1.3.2 Jendela loteng dengan kisi di dalamnya
 Light shelves
Keuntungan dari light shelves adalah radiasi matahari terpantul terlebih
dahulu ke langit-langit sehingga radiasi yang masuk berkurang. Cahaya
alami juga masih bisa masuk ke dalam ruangan. Selain itu, light shelves
juga bisa digunakan sebagai elemen estetika. Dengan menggunakan light
shelves yang berwarna putih, maka akan memaksimalkan pemantulan
radiasi matahari. Namun kekurangan dari light shelves ini adalah radiasi
matahari yang terhalangi tidak terlalu besar.
 Kaca ganda rendah emisivitas, kaca elektrokromik, dan kaca vakum
Kaca-kaca berteknologi ini memiliki kelebihan yaitu dapat menghalangi
radiasi matahari dan mengontrol cahaya alami yang masuk ke dalam
bangunan sehingga dapat menghemat energi yang digunakan untuk
mendinginkan bangunan tanpa menghalangi pemandangan ke luar
bangunan. Kekurangan kaca-kaca ini adalah tidak ramah lingkungan
karena sebagian radiasi matahari dipantulkan kembali ke lingkungan dan
tidak memberi sirkulasi udara. Selain itu biaya kaca-kaca ini mahal, maka
dari itu penggunaan kaca ini sebaiknya diterapkan pada sisi bangunan
bagian barat saja karena radiasi matahari paling besar yang mengenai
bangunan terdapat pada sisi bagian barat.

Dari yang telah dibahas diatas, dapat disimpulkan bahwa di daerah iklim
panas lembab, jenis ventilasi yang paling cocok adalah kisi-kisi karena kisi-kisi
merupakan jenis ventilasi yang paling efisien dan ramah lingkungan dibandingkan
dengan jenis ventilasi yang lain. Jika sisi yang menggunakan kisi-kisi memiliki

43
pemandangan yang bagus, maka bisa digunakan kisi-kisi yang menggunakan
bahan kaca yaitu yang dikenal sebagai jendela nako.

3.1.4. Lantai
Berdasarkan data – data yang ada pada kajian teori , bahan penutup lantai
yang sesuai dengan iklim panas lembab adalah marmer dan granit. Marmer dan
granit merupakan batuan alami yang bersifat dingin sehingga memiliki
kemampuan untuk menyejukkan ruangan. Kemampuan itulah yang diperlukan
pada bangunan di iklim panas lembab. Selain itu marmer dan granit memiliki nilai
estetika yang tinggi. Tapi pada umunya marmer dan granit memiliki harga yang
mahal dan proses perawatan yang sulit. Oleh karena itu, banyak bangunan yang
tidak menggunakan marmer dan granit.
Akhirnya hampir seluruh bangunan menggunakan keramik karena
harganya yang terjangkau dan memiliki kemampuan yang baik untuk
mempertahankan suhu dalam ruang serta proses perawatannya yang mudah.
Alternatif penutup lantai lainnya untuk iklim panas lembab adalah kayu. Kayu
memiliki kemampuan unutk menyesuaikan suhu, ketika panas, lantai kayu akan
dingin dan ketika dingin, lantai kaytu akan menjadi hangat. Selain itu kayu
memiliki tingkat estetika dan kesan natural yang tinggi. Tapi kayu juga jarang
digunakan pada bangunan panas lembab karena jika suatu bangunan
menggunakan kayu, bangunan tersebut harus dinaikkan (rumah panggung) untuk
menghindari lembab dan kerusakan pada lantai. Kontak langsung antara tanah dan
kayu akan menyebabkan kayu menjamur dan udara lembab. Jadi, sebenarnya
bahan yang cocok untuk penutup lantai bangunan pada iklim panas lembab adalah
marmer dan granit. Tapi karena harganya yang mahal, akhirnya banyak bangunan
yang memakai keramik.

3.2. Contoh Kasus


Setelah mempelajari berbagai teori dalam perancangan bangunan untuk
mencapai kenyamanan di iklim panas lembab, sebenarnya banyak teknologi dan
materi yang dapat menjadi solusi desain dalam bangunan. Namun pada
kenyataannya, seperti kasus yang terjadi di Indonesia yang beriklim panas lembab

44
karena terletak pada garis khatulistiwa, sebagian besar rumah tinggal memiliki
desain yang kurang tepat dalam merespon iklim yang ada untuk mencapai
kenyamanan terhadap panas. Bangunan di Indonesia kebanyakan bergantung pada
pemanasan aktif seperti AC, serta materinya terpaku pada bahan yang praktis
seperti bata, beton dan kaca. Material tersebut dipilih karena seringkali praktis dan
ekonomis, padahal material tersebut belum tentu dapat memberikan kenyamanan
terhadap panas bagi penghuni.
Rumah panggung kayu tradisional sebenarnya bangunan yang bagus untuk
diapikasikan di iklim panas lembab. Tapi pada kenyataannya, sekarang sudah
tidak ada yang menggunakan rumah panggung kayu lagi. Selain faktor
berkembangnya jaman, persediaan material kayu yang semakin menipis pun
membuat biaya material kayu menjadi mahal. Biaya yang mahal ini membuat
orang cenderung mencari material lain yang lebih murah dan praktis dibanding
kayu.
Pengaplikasian atap di rumah-rumah tinggal di Indonesia tidak mendukung
kenyamanan penghuni terhadap panas dan tidak memberikan solusi terhadap
masalah dari iklim, seperti masalah hujan yang seharusnya dapat disolusikan
dengan atap miring, tetapi kenyataannya rumah tinggal di Indonesia banyak yang
menggunakan atap datar karena lebih memprioritaskan estetika. Pengaplikasian
atap untuk menangkal masalah panas juga kurang diterapkan, sehingga panas
dapat masuk ke dalam ruangan melalui atap, dan sebaliknya udara panas dalam
ruangan dapat keluar dengan hanya mengandalkan bukaan.

Contoh kasus rumah tinggal di Indonesia yang pertama, yaitu sebuah


rumah gaya klasik Eropa yang terletak di Kecamatan Kintap, Kabupaten Tanah
Laut, Kalimantan Selatan, Indonesia.

45
Gambar 3.2.1. Rumah tinggal gaya klasik Eropa
(Sumber: http://naz-architect.blogspot.com/2011/10/rumah-ibu-syarie.html)

Gambar 3.2.2. Tampak depan rumah tinggal gaya klasik Eropa


(Sumber: http://naz-architect.blogspot.com/2011/10/rumah-ibu-syarie.html)

46
Gambar 3.2.3. Denah lantai 1
(Sumber: http://naz-architect.blogspot.com/2011/10/rumah-ibu-syarie.html)

Gambar 3.2.4. Denah lantai 2


(Sumber: http://naz-architect.blogspot.com/2011/10/rumah-ibu-syarie.html)

Seperti yang dapat dilihat pada gambar tampak (gambar 3.2.2.) rumah
tersebut lebih mengutamakan estetika dengan mengikuti tren rumah klasik gaya
Eropa klasik. Material rumah ini menggunakan dinding bata dan kolom cor beton
yang tidak dapat menyelesaikan masalah panas dalam bangunan karena tidak
memiliki sirkulasi udara yang baik. Kolom pada depan rumah yang mengikuti
gaya tren Eropa klasik hanya berfungsi sebagai ornamen estetika, padahal kolom
tersebut tidak cocok diaplikasikan di iklim panas-lembab. Hal ini disebabkan
karena masalah hujan, sehingga kolom yang tinggi tidak terlindungi oleh alat
pembayangan atau sosoran, bilamana kolom tersebut terkena hujan, maka lama-

47
kelamaan dapat ditumbuhi lumut dan jamur, serta akan mengalami kekeroposan
dan akhirnya rusak.
Seperti yang dapat dilihat pada denah (gambar 3.2.3. dan 3.2.4.), bentuk
bangunan ini masif dimana ia tidak menerapkan prinsip ventilasi silang dan
single-banked. Tata ruang bangunan ini tidak menerapkan prinsip menyebar,
sehingga bila dibuat bukaan pun tidak akan efektif sirkulasi udaranya. Bahkan
pada bagian belakang, bangunan ini menempel pada dinding kavlingnya. Selain
itu dapat ditinjau, bukaan yang terdapat pada rumah ini hanya sedikit, dan juga
merupakan jendela permanen yang tidak dapat memasukkan udara untuk
pendinginan alami. Alat pembayangan pada jendela juga tidak berfungsi
sebagaimana seharusnya alat pembayangan berfungsi, karena hanya berkesan
ornamen untuk menekankan estetika klasik saja, namun tidak membayangi
jendela secara efektif.
Kemudian, pada desain perancangannya (gambar denah 3.2.3.) bangunan
ini memang memiliki taman dan vegetasi, namun pohon-pohon yang ada tidak
dapat berfungsi sebagai alat pembayangan. Bahkan pada gambar tampak (gambar
3.2.2.) dapat dilihat bahwa tidak ada pohon yang tertanam. Sementara untuk
lantainya, bangunan ini langsung menempel pada tanah, namun material yang
digunakan seperti dapat dilihat pada denah (gambar 3.2.3.) kebanyakan berupa
marmer dan parket kayu, sehingga dapat sedikit membantu untuk mencapai
kenyamanan dalam ruang. Untuk atap, rumah ini menggunakan atap bentuk
perisai dengan penutup genteng, sehingga dapat menanggulangi masalah hujan.

Contoh kasus berikutnya adalah salah satu rumah tropis di Jakarta,


Indonesia, yang didesain oleh “TWS & Partners” yaitu “Distort House” yang
menerapkan prinsip arsitektural bangunan di iklim panas lembab dengan tepat.

48
Gambar 3.2.5. Distort House
(Sumber: http://www.archdaily.com/171336/distort-house-tws-partners/)

Gambar 3.2.6. Denah Distort House lantai 1 dan 2


(Sumber: http://www.archdaily.com/171336/distort-house-tws-partners/)

49
Gambar 3.2.7. Bukaan dan ventilasi bata roster
(Sumber: http://www.archdaily.com/171336/distort-house-tws-partners/)

Gambar 3.2.8. Tampak ventilasi dari dalam ruangan


(Sumber: http://www.archdaily.com/171336/distort-house-tws-partners/)

50
Gambar 3.2.9. Ventilasi dan bukaan ruangan
(Sumber: http://www.archdaily.com/171336/distort-house-tws-partners/)
Seperti yang dapat dilihat pada denah (gambar xxx), bangunan ini tidak
menempel pada kavling, sehingga memiliki lahan yang memungkinkan terjadinya
sirkulasi udara disekitar bangunan. Tata ruangnya ini bersifat menyebar, baik pada
lantai satu maupun dua yang disertai dengan bukaan pada setiap sisi ruangnya,
memungkinkan terjadinya ventilasi silang secara mandiri pada tiap ruang.
Rumah ini menggunakan atap pelana dengan konstruksi kayu, dan penutup
atap terakota yang berbahan dasar tanah liat sehingga dapat menjaga kestabilan
suhu bangunan, karena kelebihannya yang memiliki pori-pori terbuka. Atap ini
berhasil menjaga suhu bangunan hingga mengurangi panas yang masuk sebesar
70%. Atapnya memiliki ketinggian yang berbeda disertai sosoran untuk mencegah
masuknya hujan ke dalam bangunan. Di sisi samping atap bangunan sebelah kiri
terdapat ventilasi di bawah atap untuk mengeluarkan hawa panas dari bangunan,
juga untuk faktor estetika.
Fasad bangunan juga banyak memiliki bukaan untuk sirkulasi udara, baik
dalam bentuk jendela nako, kisi-kisi kayu, serta penggunaan detail arsitektural
berupa bata roster, sehingga ventilasi alami dapat dimaksimalkan tanpa

51
menggunakan pendinginan aktif seperti pada gambar 3.2.7. Dengan banyaknya
bukaan, juga memungkinkan pencahayaan alami masuk ke dalam bangunan.
Demikian juga dengan skylight yang dibuat di atas tangga (gambar 3.2.8),
menggunakan bahan translucent sehingga cahaya yang masuk tidak mengganggu
aktivitas penghuni.
Ruang-ruang utama di lantai satu yang terdapat pada bangunan ini
menggunakan konsep outdoor seperti yang dapat dilihat pada denah (gambar
3.2.6), sehingga memberikan kesan menyatu dengan alam dan kenyamanan
terhadap panas dapat dicapai dengan sirkulasi udaranya yang dapat berjalan
dengan lancar. Hal ini juga memberi dampak pada lantai dua seperti prinsip pada
rumah panggung dimana udara yang melewati ruang dibawah lantai dua
membantu mendinginkan ruang di lantai dua.

52
4. KESIMPULAN

Dalam merancang bangunan di iklim panas lembab, hal yang penting


untuk diperhatikan adalah radiasi panas, kelembaban, dan hujan. Dari ketiga aspek
tersebut, maka desain akan menyesuaikan untuk mencapai kenyamanan terhadap
panas dengan cara pemilihan material dan perancangan arsitektural di iklim panas
lembab.
Perancangan arsitektural di wilayah panas lembab meliputi tata ruang
bangunan, orientasi, vegetasi, dan bukaan. Tata ruang bangunan yang cocok yaitu
prinsip single-banked agar sirkulasi udara yang terjadi dapat mendukung kinerja
ventilasi silang secara maksimal. Bangunan sebaiknya berorientasi menghadap
utara-selatan atau tidak mengarah ke matahari, serta orientasi 45° terhadap arah
datangnya angin. Sementara untuk mencegah panas radiasi matahari masuk ke
dalam bangunan, digunakan alat pembayangan baik secara buatan maupun dengan
vegetasi. Vegetasi juga dapat digunakan untuk mengarahkan angin masuk ke
dalam bangunan.
Dalam pemilihan material di iklim panas lembab, material harus dapat
tahan terhadap kelembaban dan memberikan kenyamanan terhadap panas. Pada
atap dan sosoran, harus memiliki kemiringan untuk mengalirkan air hujan agar
tidak masuk ke dalam bangunan. Untuk pemilihan material atap, beberapa
alternatif yang dapat digunakan yaitu atap uPVC, polikarbonat, atap sirap,
onduline, maupun atap terakota. Sementara untuk mereduksi panas lebih lanjut,
dapat digunakan lapisan polynum dibawah atap.
Untuk dinding, alternatif material yang dapat digunakan yaitu dinding bata
merah, bata roster, kayu, dinding cladding, dan bata ringan. Material yang
memiliki keunggulan terbaik yaitu bata ringan karena memiliki konduktivitas
termal yang rendah serta daya tahan yang tinggi terhadap cuaca maupun
kelembaban.
Pada bukaan, prinsip sirkulasi udara yang paling baik adalah
menggunakan kisi-kisi. Kisi-kisi merupakan jendela yang paling ramah
lingkungan dibandingkan dengan jendela yang berteknologi. Selain tidak

53
memaksukkan banyak radiasi matahari, kisi-kisi dapat memaksimalkan sirkulasi
udara.
Penggunaan material lantai yang paling cocok di iklim panas lembab
adalah lantai marmer dan granit karena merupakan batuan alami yang bersifat
dingin sehingga membantu mencapai kenyamanan terhadap panas dalam
bangunan.
Berdasarkan semua uraian diatas, salah satu bangunan yang berhasil
menerapkan prinsip-prinsip arsitektur di daerah iklim panas lembab adalah
“Distort House” yang terletak di Jakarta, Indonesia. Bangunan ini dapat mencapai
kenyamanan terhadap panas dalam bangunan dengan solusi desain pendinginan
pasif.
Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa faktor utama dalam merancang
bangunan adalah iklim. Desain harus dapat memberikan solusi terhadap masalah-
masalah yang ditimbulkan oleh iklim. Oleh karena itu, kenyamanan dapat dicapai
dengan pemilihan material dan elemen-elemen arsitektural yang mendukung dan
merespon lingkungan sekitarnya.

54
DAFTAR PUSTAKA

Givoni, Baruch. Climate Consideration in Building and Urban Design. Van


Nostrand Reinhold. 1998.
Konya, A. (1980) Design Primer For Hot Climates : Design and climate. London:
Architectural Press.
Givoni, B. (1976) Man, Climate and Architecture (second edition). London:
Applied Science Publisher.
Soegijanto, Prof. Dr. Ir. (1999) Bangunan di Indonesia dengan Iklim Tropis
Lembab Ditinjau dari Aspek Fisika Bangunan. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Olgyay, V. (1992). Design with climate : bioclimatic approach to architectural
regionalism. New York: Van Nostrand Reinhold.
Building Research Establishment Garston, Watford. (1980). Building in Hot
Climates. United Kingdom: Crown.
http://www.scribd.com/doc/109683073/iklim-sebagai-konteks
http://www.asia.ru/images/target/photo/51312077/
Heating_Insulation_UPVC_Roof_Tile.jpg
http://www.allwaysroofing.co.uk/wp-content/gallery/polycarbonate-roofing/
allways-roofing-polycarbonate-roofing-gallery-4.jpg
http://pimg.tradeindia.com/00287551/b/0/Polynum-Ultra.jpg
http://www.indahjati.com
http://www.onduline.com
http://www.sharecg.com/images/medium/2503.jpg
http://www.rumahide.com/dinding-rumah
http://askhousedesign.com/wp-content/uploads/2012/06/Gypsum1.jpg
http://www.bespokeshutters.com/assets/images/wooden-window-shutters-
highgate.jpg
http://www.inspectionnews.net/home_inspection/building-envelope-home-
inspection-commercial-inspection/10867-skylight-terminology-question.html

55
http://www.lighthome.com.au/green-guide-blog/how-do-i-get-the-light-in-part-
one
http://www.glassnetwork.com.my/pages/products/residential-glass/double-
glazing-glass.php
http://home.howstuffworks.com/home-improvement/construction/green/smart-
window4.htm
http://marketplace.yet2.com/app/insight/techofweek/38644
C. G. Granqvist, Electrochromic tungsten oxide films: review of progress 1993-
1998, sol, energy matter. Sol. Cells, vol. 60, PP. 201, 2000.
http://www.builderonline.com/windows/electrochromic-windows-change-
function-of-windows.aspx
http://www.lowenergyhouse.com/vacuum-glazing.html
http://www.in-tips.com/wp-content/uploads/2009/05/keramik-ruang-kerja2.jpg
http://1.bp.blogspot.com/-kUruit6tZ6s/UBT_bwRsBGI/AAAAAAAAAKk/
U_F8dYlxqVM/s1600/687395_bpk.sukur.jpg
http://images04.olx.co.id/ui/20/38/23/1333573430_345743523_1-Gambar--
KRISTALINDO-UNO-SPESIALIS-POLES-LANTAI-MARMER.jpg
http://www.ideaonline.co.id/var/gramedia/storage/images/idea/renovasi/aksen-
kerikil-di-lantai/8809376-1-ind-ID/Aksen-kerikil-di-Lantai_thumbnaildetail.jpg
http://www.ideaonline.co.id/var/gramedia/storage/images/idea/renovasi/aksen-
kerikil-di-lantai/8809376-1-ind-ID/Aksen-kerikil-di-Lantai_thumbnaildetail.jpg
http://www.edenwindows.com.au/louvre.html
http://naz-architect.blogspot.com/2011/10/rumah-ibu-syarie.html
http://www.archdaily.com/171336/distort-house-tws-partners/
http://en.wikipedia.org/wiki/Low_emissivity
http://www.sustainable-buildings.org/wiki/index.php/Low-e_Glass
http://www.glassnetwork.com.my/pages/products/residential-glass/double-
glazing-glass.php

56

Anda mungkin juga menyukai