Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas
berkat dan limpahan rahmatnyalah maka kami dapat menyelesaikan laporan ini. Berikut
ini adalah sebuah laporan dengan judul Arsitektur Tropis didaerah Pegunungan.

Melalui kata pengantar ini kami meminta maaf dan memohon permakluman
bilamana isi laporan ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kurang tepat atau menyinggu
perasaan pembaca.

Dengan ini kami mempersembahkan laporan ini dengan penuh rasa terima kasih
dan semoga laporan ini memberikan manfaat.

Palu, 9 Mei 2017

Penulis

Kelompok I

ARSITEKTUR TROPIS 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... 1

DAFTAR ISI .................................................................................................................. 2

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 4

1.2 Permasalahan ............................................................................................................ 5

1.3 Tujuan ........................................................................................................................ 5

1.4 Lingkup Pembahasan ................................................................................................. 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal ............................................6

2.2 Paradigma Arsitektur Tropis ................................................................................... 11

2.3 Strategi Desain Tropis ............................................................................................. 15

BAB III. HASIL PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian .................................................................................................... 37

3.2 Lokasi Penelitian ..................................................................................................... 38

3.3 Alat .......................................................................................................................... 38

3.4 Metode Analisis ....................................................................................................... 38

ARSITEKTUR TROPIS 2
BAB IV. PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Tapak .......................................................................................................... 40

4.2 Desain Bangunan ..................................................................................................... 44

4.3 Data Wawancara ...................................................................................................... 45

4.4 Data Pengukuran ...................................................................................................... 45

4.5 Analisis .................................................................................................................... 47

BAB V. KONSEP DESAIN

5.1 Desain Bangunan ..................................................................................................... 48

5.2 Sistem Pencahayaan Dan Penghawaan ................................................................... 49

5.3 Gambar Kondisi Eksisting....................................................................................... 50

GAMBAR DESAIN................................................................................................ 51

BAB VI. KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 53

6.2 Saran ........................................................................................................................ 53

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 54

ARSITEKTUR TROPIS 3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Semakin berkembangnya bentuk bangunan dengan berbagai macam gaya
arsiektur, maka semakin banyaknya pula kebutuhan akan bangunan dengan gaya
arsitektur tropis bagi masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tropis. Timbulnya
bangunan bergaya arsitektur tropis dipengaruhi oleh kebutuhan akan bangunan yang
sesuai dengan iklim topis, terutama pada negara Indonesia yang merupakan tergolong
dalam iklim tropis lembab, yang mana terbagi atas tiga area yaitu pegunungan, pantai
dan perkotaan.
Bangunan-bangunan yang menganut arsitektur topis perlu memperhatikan
iklim daerah setempatnya, yang mana berfungsi sebagai acuan dalam mendesain
rumah. Arsitektur Tropis adalah sebuah karya Arsitektur yang mencoba untuk
memecahkan problematic iklim setempat, dalam hal ini iklim Tropis. Hal yang
terpenting dalam Arsitektur Tropis ialah apakah rancangan tersebut dapat
menyelesaikan masalah pada aspek-aspek iklim tropis seperti hujan deras, terik
matahari,suhu udara tinggi, kelembapan tinggi dan kecepatan angin rendah, sehingga
manusia yang semula tidak nyaman berada dialam terbuka, menjadi nyaman ketika
berada didalam bangunan tropis.
Perlu adanya pemahaman terkait aspek-aspek iklim tropis sebagai calon arsitek
yang akan berkecimpung di dunia pembangunan, selain itu memberikan gambaran
desain bangunan yang sesuai pada daerah iklim tropis, khususnya daerah
pegunungan.

ARSITEKTUR TROPIS 4
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Penataan Kawasan yang tidak mendukung arsitektur tropis daerah
pegunungan
1.2.2. Bentuk bangunan yang tidak sesuai dengan arsitektur tropis daerah
pegunungan
1.3. Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami Penataan Kawasan yang sesuai untuk
arsitektur tropis daerah pegunungan
1.3.2. Untuk mengetahui dan memahami Bentuk bangunan yang sesuai untuk
arsitektur tropis daerah pegunungan

1.4. Lingkup Pembahasan


1.4.1. Desain kawasan arsitektur tropis daerah pegunungan
1.4.2. Desain bangunan arsitektur tropis daerah pegunungan

ARSITEKTUR TROPIS 5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kenyamanan Termal

Kenyamanan termal manusia dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini:

Variabel personal (manusia): metabolisme(aktifitas manusia, usia, jenis


kelamin) dan pakaian
Variabel fisik(lingkungan): temperatur udara, temperatur permukaan,
pergerakan udara dan kelembaban

2.1.1 Variabel Personal


a. Metabolisme
Metabolisme merupakan proses pelepasan energi secara oksidasi dalam tubuh
manusia yang mana tergantung pada kegiatan fisik
1. Jenis Kelamin
Perempuan menyukai lingkungan yang 1C lebih hangat dari laki-laki
(Satwiko, 2008)
2. Usia
Orang berusia lanjut lebih suka dilingkungan yang lebih hangat dan tidak
berangin karena kemampuan metabolisme tubuh cenderung menurun
(Satwiko, 2008)
3. Aktifitas
Aktivitas menimbulkan energi/panas tertentu dalam tubuh
Makin tinggi aktivitas, makin besar kecepatan metabolisme tubuh
sehingga makin besar panas yang dihasilkan.
Agar mendapatkan kenyamanan termal kembali, dapat memilih
kegiatan yang lebih tenang dan tidak menimbulkan banyak panas.
Faktor yang berkontribusi adalah makanan
Tubuh hangat karena pembakaran makan

ARSITEKTUR TROPIS 6
Tabel 1 kegiatan dan aktivitas
Sumber : google

4. Bentuk dan Ukuran Badan


Proses perpindahan panas pada tubuh diperankan oleh keringat,
nafas, kulit dan darah sehingga sangat dipengaruhi oleh bentuk dan
ukuran badan.
Manusia dengan bentuk dan ukuran badan yang besar memiliki
permukaan kulit yang luas dan lemak yang Banyak penguapan
Orang berkulit terang kelihatan merah apabila terkena panas
matahari sebaliknya akan menjadi pucat bila kena air dingin karena
darah menjauh dari kulit agar tidak banyak panas yang hilang
5. Tingkat Kesehatan dan Psikologis
Tingkat kesehatan berhubungan dengan aktifitas.
Orang yang sakit memiliki tingkat aktifitas rendah sehingga
metabolismenya pun rendah.
Kenyamanan termal erat kaitannya dengan kesehatan karena kondisi
tubuh kurang fit akan menerima sensasi panas/dingin yang berbeda
dari kondisi sehat

ARSITEKTUR TROPIS 7
b. Pakaian
Pakaian mempengaruhi proses perpindahan panas
Pada iklim dingin digunakan pakaian tebal dan apat agar panas tubuh
tidak terbuang keudara.
Pada iklim panas digunakan pakaian yang tipis, ringan dan terbuka
agar panas tubuh tidak terbuang keudara.
Manusia bisa memilih dan menentukan jenis pakaian demi mencapai
kenyamanan termal bagi dirinya.
Untuk menentukan sifat pakaian yang digunakan dapat dilihat pada
tabel pakaian dan clothing.

Tabel 2. kegiatan dan aktivitas


Sumber : google

ARSITEKTUR TROPIS 8
2.1.2 Variabel Fisik
1. Temperatur Udara
Temperatur udara yang tinggi menyebabkan terjadinya overheating
sepanjang tahun. Ketidaknyamanan bagi manusia karena rentang temperatur
sudah berada pada luar comfort zone. Hal ini dapat diindikasikan dengan jumlah
keringat yang berlebihan pada tubuh manusia.
Salah satu cara untuk memperoleh kenyamanan suhu dalam sebuah ruang
adalah dengan mengatur kualitas udara, karena dengan pengaturan udara yang
baik, proses penguapan panas yang terlanjur terjebak dalam ruang bisa cepat
berlangsung dan keringat pada tubuh manusia pun dapat segera menguap.

2. Kelembaban Udara

Kelembaban yang tinggi laju penguapan keringat tidak menurun dan


kemungkinan akan meningkat, karena kondisi kelembaban yang rendah pada
penguapan kulit melalui pori-pori kecil pada permukaan kuit, ketika kelembaban
naik dan kapasitas penguapan dilingkungan menurun, keringat menyebar pada
area kuit yang lebih luas. Dengan cara ini tingkat penguapan yang
direkomendasikan dapat dijaga pada area kulit yang lebih luas saat kelembaban
tinggi (Givoni, 1998)

Perkiraan Kelembaban udara & Efek yang ditimbulkan oleh tubuh

RH 80% Kulit terasa lengket

RH > 90 % Kulit tubuh terasa lengket sekali & udara pengap hal ini
serupa dengan kondisi dikamar mandi seusai mandi dengan air
hangat

RH 50-60% Merasa nyaman, kulit kering wajar

RH 40% Mulai terasa kekeringan yang tidak wajar, kulit cenderung


bersisik, bibir mulai kering, mata berair dan pedas, kertas foto
yang tergantung bebas melengkung

RH 0 % Terjadi gejala elektrostatis berupa loncatan listrik statis dari


suatu objek ke objek lain. Gejala ini mengejutkan bila terjadi
loncatan listrik antara kursi logam &tubuh

ARSITEKTUR TROPIS 9
3. Gerakan Udara
Kecepatan angin (m/detik) penting dalam sistem pengudaraan, karena
panas yang dihasilkan dalam ruangan dapat dibawa keluar oleh pergerakan udara
tersebut. Udara yang tidak bergerak dalam ruangan tertutup menyebabkan
pengguna merasa kaku ataupun berkeringat.

4. Radiasi Matahari
Tubuh manusia akan mendapatkan panas pancaran dari setiap permukaan
yang suhunya lebih tinggi akan kehilangan panas atau memancarkan panas
kesetiap objek atau permukaan yang lebih dingin dari diri sendiri. Panas pancaan
yang diperoleh atau hilang tidak dipengaruhi oleh gerakan udara, juga tidak oleh
suhu udara antara permukaan-permukaan atau objek-objek yang memancar.

Empat cara pertukaran kalor pada tubuh manusia :

Penyaluran panas secara langsung lewat telapak kaki (walaupun luas telapak kaki
lebih kecil dari luas bagian tubuh lainnya, tetapi penting bagi kenyamanan.
Perpindahan Kalor (konveksi) 25-30% ke udara sekeliling tubuh
Radiasi panas kepada udara keliling yang lebih sejuk 40-60%
Penguapan keringat dan pernapasan 25-30%

ARSITEKTUR TROPIS 10
2.2 Paradigma Arsitektur Tropis

2.2.1 Line, edge & shade

Tay Kheng Soon berpendapat bahwa desain seharusnya berorientasi ke


depan non-nostalgia dan tidak mengkopi gaya terdahulu tetapi berusaha
menggunakan prinsip-prinsip control lingkungan dari desain tradisional

Paradigma ini memiliki karakteristik sebagai berikut :


Aplikasi pada high-rise dan high density.
Forward looking expression, non nostalgia dan tidak mengkopi gaya- gaya
terdahulu
Prinsip control lingkungan seperti desain terbuka dan pembayangan
Ekspresi keregionalannya merupakan bahasa dalam iklim tropis yang
memberikan kenyamanan
Material yang digunakan menggunakan material modern/non tradisional
dengan fabrikasi.

2.2.2 Tradition-based
Tan Hock Beng berpendapat bahwa perlu membangkitkan ketradisionalan
dalam arsitektur tropis asia dan mengusulkan desain berbasis tradisi untuk
menciptakan arsitektur tropis dimana bentuk tradisional merupakan ekspresi dari
inspirasi dan identitas.
Tipe bangunan tradisional tropis antara lain :
Bentuk atap besar dan luas, cross ventilation, teras, courtyard, material local,
ada unsur air dan landscape.
Material berupa tradisional, modern atau kombinasi keduanya tergantung
strategi yang digunakan.
Tipikal bangunan tradisional tropis yang sring digunakan dapat dilihat dari
pembuatan denah yang disusun memungkinkan untuk ventilasi silang,
memiliki teras dan courdyard, material local dan unsur air dan landscape.
Bangunan yang dibangun dengan paradigma ini bertujuan untuk
menyesuaikan bangunan dengan iklim setempat serta mempertahankan
tradisi dan identitas daerah.

ARSITEKTUR TROPIS 11
Kearifan local suatu daerah merupakan hal yang tepat untuk menjadi
pertimbangan dalam membangun bangunan yang telah melalui proses trial and
error. Oleh karena itu, bangunan tradisional yang ada saat ini merupakan
penyempurnaan desain yang gagal sebelumnya dan masyarakat setempat
menganggap sebagai bangunan yang paling nyaman. Ekspresi bangunan yang
menggunakan paradigm ini berdasarkan strategi menonjolkan tradisi.
Performance bangunan disesuaikan dengan iklim setempat dan berdasarkan
bentuk bangunan tradisional daerah asal dengan menyesuaikan diri dengan
daerah baru. Material yang digunakan bisa tradisional, modern atau
gabungan.

Paradigma ini memasukkan unsur tradisi didalam arsitektur tropis. Pitch roof,
penghawaan silang, halaman, bukaan tradisional, material tropis, air, lansekap, dan
aplikasi berbagai elemen yang dapat menjamin integrasi alam dengan ekspresi
tradisional.
Untuk mencegah keseragaman karena efek globalisasi dan memelihara kekayaan
tradisi local, William Lim dan Tan Hock Beng mengajukan strategi, yaitu :

Menguatkan kembali tradisi dengan arsitektur vernacular, traditional craft


wisdom
Menemukan kembali tradisi : memadukan (hybrid) antara tradisi colonial
dengan tradisi melayu
Memperluas tradisi menggunakan struktur vernacular dengan tradisi seniman
setempat akan menambah nilai dan status tradisi
Menginterpretasikan kembali tradisi modern ke abstrak dan minimalis.

Dalam tradition based di bagi menjadi tiga paradigm yaitu :

1. Reinvigorating tradition
Reinvigorating tradition adalah paradigma yang berbasis tradisi menerapkan
prinsip vernakuler yang berasal dari traditional craft wisdom mulai dari cara
membangun (metode konstruksi), struktur bangunan, dan penggunaan
material yang cenderung menekankan keaslian (otentik) agar terjadi
keberlanjutan sejarah (Tzonis dkk, 2001)
2. Reinventing tradition
Reinventing tradition adalah sebuah gaya yang memadukan antara dua
budaya sehingga menghasilkan sebuah gabungan (hybrid). Misalnya sebuah
bangunan colonial, Belanda membangun dengan ekspresi gaya eropa namun
dipadukan dengan iklim dan material setempat sehingga muncullah gaya
colonial belanda.

ARSITEKTUR TROPIS 12
3. Extending Tradition
Extending Tradition adalah gaya yang tetap berprinsip pada arsitektur
vernakuler, namun bangunan ditransformasikan ke gaya yang modern.
Menghadirkan kembali bentuk pengalaman masa lalu berupa tradisi dan
budaya untuk dinikmati sebagai pengalaman kultur tropis suatu tempat
melalui karya arsitektur baik bentuk maupun fitur bangunan.
Tidak ada yang salah dalam pengembangan kekayaan sumber sumber masa
lalu kedalam bentuk baru yang inovatif, hal ini mencul karena kita juga
menyesuaikan dengan kebutuhan dan gaya hidup masyarakat yang berubah
menurut waktunya (Lowenthal dalam Beng, 1998)
Karakteristik Extending tradition :
Mencari keberlanjutan dengan tradisi local
Mengutip secara langsung dari bentuk masa lalu
Tidak dilingkupi oleh masa lalu, melainkan menambahkannya dengan
cara inovatif
Interpretasi kita tentang masa lalu dirubah berdasar kepada perspektif
dan kebutuhan masa kini dan masa depan
Mencoba melebur masa lalu dengan penemuan dan inovasi yang baru
Menggunakan struktur vernakuler dan tradisi craftsmanship
Mencari inspirasi dalam bentuk dan teknik yang unik dari bangunan
tradisional.
4. Reinterpreting tradition
Reinterpreting tradition, yaitu gaya dengan membawa esensi dari arsitektur
vernakuler pada bangunan modern. Penggunaan idiom kontemporer pada
bangunan modern dengan abstrak atau minimalis.
Pendekatan ini dilakukan dengan menyingkirkan pemulihan sentimental masa
lalu dan meninggalkan gerakan historical, sebaliknya akan menggunakan
sebuah idiom modern yang menyegarkan. Namun demikian, bangunan
diciptakan melalu pendekatan ini berdedikasi pada tempat dan sejarah tanpa
terjebak oleh keduanya.
Perangkat formal tradisional tidak dibuang tetapi berubah dengan cara yang
menyegarkan sehingga ada pengakuan simultan dari masa lalu dan masa kini
melalui pernyataan abstrak dan biasanya minimalis.
Menginterpretasikan kembali terhadap nilai nilai dalam arsitektur vernakuler.
Hasilnya berupa defamiliarisasi yakni pengasingan bentuk, dimana bentuk
tradisional itu ada tapi tidak Nampak.

ARSITEKTUR TROPIS 13
2.2.3 New Screen & Louver Kitsch
New Screen & Louver Kitsch adalah meniru gaya tropis modern yang
sering menggunakan sunshading yang diasosiaan sama dengan arsitektur tropis,
louver pada fasade tidak efektif memberikan pembayangan, hanya memberi
kesan tropis sekilas semata.
Designer tidak serius menciptakan kondisi iklim yang dibutuhkan karena mereka
berfikir ikim bukan factor krusial dan hanya mementingkan image dari public
terhadap gaya arsitekturnya. Peniruan image tropis ini mengahasilan eksploitasi
penggunaan screen dan louver.
Paradigm ini lahir karena adanya beberapa factor, yaitu :
Adanya peniruan dari image tropis modern, misalnya louver pada fasade yang tida
membayangi ruang secara efektif karena kemungkinan masih di korelasikan
secara tidak tepat seperti peralatan shading yang asli dan hanya memberi kesan
bahwa elemen tersebut adalah control iklim tropis.
Adanya motivasi untuk mengikuti aliran yang menitikberatkan pada produk
arsitektur yang mempertimbangkan lingkungan seperti yang dilakukan oleh arsitek
arsitek terkenal.

ARSITEKTUR TROPIS 14
2.3 Strategi Desain Tropis

2.3.1 Housing Layout dan Shelter Desain

A. Penataan Tapak
Kondisi iklim, tapak dan lingkungan merupakan faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan lahan.

Menurut Evans (1980) dan Santamouris (1998), faktor yang mempengaruhi


kenyamanan termal adalah.

Pemilihan site/tapak Perletakan bangunan pada


Kondisi permukaan tanah Lokasi

Orientasi Layout

Topografi Bentuk

Karakteristik sekitar tapak Orientasi bangunan pada

Table 3 : penataan tapak


Sumber : google
Penataan orientasi bangunan di daerah tropis bertujuan :

1) Pertimbangan desain berkaitan dengan radiasi matahari dan angin, dimana sinar
matahari diterima hampir di sepanjang tahun( Tamimi, et.al, 2011).

2) Sebagai pengontrol parameter iklim seperti angin dan matahari yang berpengaruh
terhadap temperatur tapak.Orientasi yang berbeda akan menyebabkan perbedaan
temperatur udara di dalam ruangan (Jamala, et.al, 2003).

3) Pengaruh orientasi bangunan terhadap arah angin dapat dilihat di bawah ini
Pola grid dengan bangunan Pola grid dengan sudut Pola berselang (jigsaw),
tegak lurus dengan arah bangunan yang berbeda dengan sudut bangunan
datang angin terhadap arah datang yang berbeda terhadap
angin arah datang angin

Gambar 1: penataan orientasi di daerah tropis


Sumber : google

Pengaruh orientasi bangunan terhadap arah angin (Krisan, et. al, 2001)

ARSITEKTUR TROPIS 15
B. Topografi
Topografi akan mempengaruhi pergerakan udaya yang berdampak pada temperatur
kawasan dan menggambarkan pengaruh topografi terhadap pergerakan angin, yaitu :

a. Kemiringan bukit membelokan angin pada


tapak yang berefek terhadap kekencangan
angin. Angin yang kencang akan lebih
dirasakan pada arah kemiringan bukit
b. Profil bukit mengalihkan angin yang akan
terasa
pada jarak yang jauh sehingga
mempengaruhi
c. Lembah di kecepatan
perbukitanangin
akanpada
menyalurkan
jarak tertentu.
angin dan memberikan pengaruh terhadap
kondisi termal sebagai aliran udara yang
memberikan penyejukan pada daerah lereng
d. Aliran udara yang disalurkan di antara
bukit akan menghasilkan variasi kecepatan,
dimana dibelokkan sesuai dengan profil bukit
akibat aliran kecepatan angin yang melewati celah
e. Pengaruh
antara bukit. Posisi Bangunan terhadap Pola
Pergerakan Angin Berdasarkan Kondisi Topografi
(Boutet, 1987)

Tabel 4 : macam-macam kontur


Sumber : google

ARSITEKTUR TROPIS 16
C. Penataan Bangunan
Penataan bangunan dan ruang di daerah tropis harus memperhatikan hal - hal
penting untuk diperhatikan:

a. Bangunan sebaiknya terbuka dengan jarak yang cukup antara masing


- masing bangunan, untuk menjamin sirkulasi udara yang baik.

b. Orientasi Utara-Selatan (condong untuk mencegah pemanasan fasad yang lebih lebar
ke ruang internal). Orientasi bangunan juga sebaiknya tegak lurus terhadap arah
angin, namun juga harus memiliki perlindungan yang tepat terhadap masuknya
hujan.

c. Ruangan ditata side-by-side untuk mengijinkan ventilasi silang.


Keterbukaan atau tidak adanya sekat ruang didalam hunian membantu pelepasan
panas menjadi lebih mudah (Santosa, 2001).

d. Rangkaian ruang-ruang terbuka harus tidak memiliki koridor/ partisi internal


yang menghalangi sirkulasi udara dan tangga sebaiknya ditempatkan secara
eksternal pada ujung (nok) atap rumah (yang menonjol).

S
Gambar 2 : orientasi bangunan tegak lurus dengan sumbu U-S
Sumber : google

Ruang dengan geometri yang kompak dan sederhana dalam bentuk single zone
merupakan bentuk yang potensial untuk penghalauan panas. Sedangkan ruang dengan
tatanan multi-zone seperti di hunian modern, penghalauan panas cenderung terhambat,
sehingga suhu udara di dalam ruang (Ti) menjadi lebih tinggi dari suhu luar (To). Ruang
publik yang terbuka dilingkungan kampung tradisional sudah tidak terdapat lagi di
lingkungan hunian modern karena adanya perubahan kebutuhan ruang. Di lingkungan
modern ruang tersebut telah bergeser ke dalam hunian dalam bentuk ruang tamu atau
ruang keluarga yang lebih privat. Perubahan inilah yang menyebabkan terjadinya
kepadatan ruang di hunian modern yang menghambat penghalauan panas.

ARSITEKTUR TROPIS 17
D. Vegetasi

Tipe dan layout vegetasi pada site harus disesuaikan dengan pola aliran udara pada
tapak, dengan pertimbangan estetika dan lingkungan. Fungsi utama vegetasi dalam
memanfaatkan pergerakan angin adalah untuk perlindungan terhadap angin,
membelokkan angin, menyalurkan dan mempercepat udara serta pengkondisian
udara, sehingga dapat mengurangi kebisingan, menghalau partikel debu, menyerap
CO2 dan mengeluarkan O2 ke udara (Allard, 1998).

Menurut Mc.Clenon, 1974 (dalam S.Pranoto, 2008) dan Boutet (1987: 77), vegetasi
mempunyai potensi sebagai modifying factor untuk melakukan kontrol terhadap aliran
angin melalui berbagai cara, antara lain
:

Menghalangi dan menyaring aliran (obstruction dan filtering).

Mengarahkan aliran angin (redirecting) atau channeling guidance.

Defleksi dan intesepsi

Gambar 3 : defleksi dan intesepsi


Sumber : google

Kontrol angin oleh vegetasi (S.Pranoto, 2008 dan Lechner, 2000) Tanaman dapat
mempengaruhi temperatur ruangan dan beban pendinginan/ pemanasan
bangunan melalui beberapa cara (Givoni,1998):
a. Kanopi tinggi dan pergola pada dinding dan jendela memberikan shading dan
mengurangi solar heat gain.

b. Tanaman rambat pada dinding dan di sekitar dinding memberikan naungan


dan mengurangi kecepatan angin (efek shading dan isolasi)

ARSITEKTUR TROPIS 18
c. Tanaman lebat menurunkan temperatur udara di kulit bangunan sehingga
mengurangi konduksi dan infiltrasi heat gain.

d. Tanaman penutup tanah mengurangi radiasi matahari yang dipantulkan dan radiasi
long-wave yang dipancarkan ke arah dinding dari sekitarnya.

e. Menurunkan temperatur lingkungan sekitar condeser AC


bangunan

f. Mengurangi kecepatan angin sekitar bangunan, mengurangi tingkat


infiltrasi dan penggunaan energi pemanasan bangunan (efek isolasi)

Vegetasi berfungsi sebagai penyaring matahari dan penyerap radiasi panas, di mana
sekitar 5-30% sisa radiasi panas dari proses biologis berpengaruh pada iklim internal
bangunan. Dalam Wong et.al (2009) dijelaskan data awal dari penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa vegetasi dapat merefleksikan atau menyerap radiasi matahari
antara 40-80%, tergantung pada jumlah dan jenis tanaman. Perez et.al (2011)
menjelaskan bahwa tingkat pencahayaan dan faktor peneduh, serta temperatur
permukaan dinding bangunan menunjukan kemampuan besar dari penghijauan
untuk mencegah radiasi.

Gambar 4 : Kanopi vegetasi sebagai filter radiasi matahari dan angin (Perez et.al (2011)
dan Wong et.al (2009)

Sumber : google

ARSITEKTUR TROPIS 19
2.3.2 Elemen Bangunan

A. Dinding Bangunan

Pada dasarnya terdapat dua kategori dinding yaitu (Koenigsbergar, 1973):

1. Dinding eKsternal (line of enclosure), yaitu kulit bangunan yang memisahkan


bagian interior dengan eksteriornya dalam batasan udara dan kelembaban

2. Dinding internal (partisi dalam ruang) Tipe-tipe desain dinding bangunan seperti
berikut:

a) Thin skins

Thins skins adalah elemen dinding sebagai kulit


yangberfungsi sebagai filter iklim dengan mengacu
padamaterial dalam memodifikasi iklim. Ada 2 jenis
material yang digunakan, yakni.

1) Elemen Opaque (massif)


Gambar 5 : thins skins (hide:2000)
Sumbe : google
Fungsi dinding secara termal adalah :

Untuk menahan penerimaan panas dari ruang luar


Pencegahan penetrasi kelembaban Strategi yang dapat dilakukan untuk
mencapai fungsi tersebut adalah:

Menggunakan material dengan tingkat reflektifitas tinggi dan mengurangi


temperatur permukaan.

Menggunakaninsulasi interstitial,seperti foil reflektif pada dua sisi dinding.


Menggunakan bulk insulation pada area yang terekspos radiasi matahari, seperti
dinding barat dan timur.

Gambar 6 : elemen opaque


Sumber : google

ARSITEKTUR TROPIS 20
ARSITEKTUR TROPIS 21
ARSITEKTUR TROPIS 22

Anda mungkin juga menyukai