Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) DIFTERI

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


DIFTERI

Pokok Bahasan : Difteri


Sasaran : Orang tua dan keluarga pasien
Metode : Ceramah, diskusi
Media                          : Leaflet + Lembar balik
Waktu : 30 menit.
Tempat : Ruang tunggu poli KIA Puskesmas Kendalsari Kota Malang
Hari dan tanggal : Selasa , 04 November 2019

A. LATAR BELAKANG
            Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae
yang dapat menyebabkan sakit tenggorokan, demam, kelenjar bengkak, dan lemas. Dalam
tahap lanjut, difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, ginjal dan sistem saraf yang
berakibat fatal dan berujung pada kematian. Penyakit difteri sangat rentan menyerang bayi
mulai umur 2 bulan. 
            Kasus difteri telah menjangkiti 34 kota/kabupaten, dan hanya empat daerah yang
belum terjangkit seperti Ngawi, Pacitan, Trenggalek, dan Magetan. Kasus difteri yang paling
parah menyerang Surabaya, Bangkalan, dan Mojokerto. Penularan penyakit difteri sudah
mulai meningkat sejak 2008. Pada tahun 2010, di wilayah Jatim memang tinggi angka
kesakitan akibat penyakit difteri sebanyak 304 kasus pada 32 daerah dan mengakibatkan 21
anak meninggal. Sedangkan tahun 2009, terdapat 140 kasus pada 24 daerah di Jatim dengan
korban 8 orang meninggal dunia. Peristiwa KLB difteri yang terjadi di Jatim memberikan
gambaran bahwa program imunisasi harus mendapat perhatian khusus.
            Sejak Januari hingga Oktober 2011, korban penyakit difteri mencapai 328 orang.
Pemprov Jatim-pun melakukan vaksinasi massal yang dimulai serentak (10/10/2011) pada 11
kabupaten/kota yaitu Kota Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Mojokerto, Bangkalan, Sampang,
Sumenep, Pamekasan, Blitar, Gresik, dan Banyuwangi dengan anggaran Rp10 miliar dari
Rp13 miliar yang disediakan. Kesebelas daerah itu merupakan daerah dengan jumlah
persebaran difteri terbesar. Dari 651 desa, 483 desa tanggungjawab Pemprov Jatim, 168 desa
tanggungjawab kabupaten kota. Pemprov menambahkan dana sebanyak Rp10 miliar yang
disalurkan melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim (beritajatim.com).
            Kondisi di Kota Surabaya sendiri sebagai daerah dengan tingkat migrasi yang tinggi
memiliki tingkat risiko penularan yang tinggi pula. Surabaya masuk dalam wilayah yang
mendapat perhatian dalam kasus penularan penyakit difteri. Penelitian di lapangan, penularan
penyakit ini lebih banyak ditemukan pada bayi dan anak-anak yang tidak mendapatkan
imunisasi. Imunisasi menjadi langkah penting dalam mencegah penularan penyakit ini.
            Temuan dilapangan, penyakit difteri yang menyerang anak-anak di Jatim baik yang
ditemukan tanpa gejala maupun sampai fatal. Kondisi yang sangat fatal, penderita mengalami
sesak nafas dan tidak bisa bernafas. Penderita yang ditemukan kebanyakan anak-anak, dari
usia 4 tahun sampai 12 tahun. Hal ini disebabkan sistem kekebalan tubuh mereka belum
terbentuk sempurna. Penderita juga bisa terserang dengan gejala mata berdarah dan
menyerang kulit. Untuk menangani kasus difteri ini, Pemprov Jatim telah menyediakan
sebanyak 40 ribu vaksin dan telah disalurkan kepada seluruh puskesmas dan posyandu yang
ada di Jawa Timur.
            Penyakit difteri bisa dicegah sejak dini. Upaya pencegahan bagi serangan Difteri ini
dilakukan secara dini kepada anak-anak atau balita dengan mendapatkan imunisasi DPT pada
usia 2 bulan ke atas. Biasanya vaksin DPT diberikan pada kegiatan bulan imunisasi di
sekolah kepada anak SD kelas 1. Pencegahan penyebaran penyakit Difteri juga dilakukan
dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat atau PHBS yang harus terus dilakukan
seperti mencuci tangan sebelum makan. Tujuan PHBS salah satunya agar penyebaran
penyakit menular itu bisa ditangkal. Lain lainnya adalah memperhatikan asupan makanan
yang bergizi dan seimbang juga harus terus dijaga.

B. TIU ( Tujuan Intruksional Umum )


Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan para lansia yang hadir di kecamatan
Sidosermo mendapat pengetahuan tambahan mengenai difteri lebih dalam dan mengetahui
cara menangani dan mencegah penyakit difteri.

C. TIK ( Tujuan Intruksional  Khusus )


Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan lansia yang hadir di Kecamatan
Sidosermo mampu
1. Menyebutkan pengertian difteri dengan benar.
2. Menyebutkan tanda dan gejala difteri dengan benar .
3. Menyebutkan cara penularan difteri dengan benar.
4. Menyebutkan faktor-faktor resiko difteri dengan benar.
5. Menyebutkan komplikasi difteri dengan benar.
6. Menyebutkan penanganan difteri dengan tepat.
7. Menyebutkan pencegahan difteri dengan benar.
8. Menyebutkan tentang imunisasi difteri

D. SASARAN
 Orang tua pasien
 Keluarga pasien
 Pengunjung Poli KIA Puskesmas Kendalsari Kota Malang

E. MATERI
Terlampir

F. METODE
1.  Ceramah
2.  Diskusi

G. MEDIA
1.  Leaflet
2.  LCD
3.  Leptop

H. KRITERIA EVALUASI
Kriteria Struktur :
a. Peserta hadir minimal 15 orang
1. Penyelenggara penyuluhan dilakukan di Kecamatan Sidosermo
2. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat
penyuluhan
b. Kriteria Proses :
1. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
2. Peserta konsentrasi mendengarkan penyuluhan
3. Paserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara lengkap  dan benar
c. Kriteria Hasil :
1. Menyebutkan pengertian difteri dengan benar.
2. Menyebutkan tanda dan gejala difteri dengan benar .
3. Menyebutkan cara penularan difteri dengan benar.
4. Menyebutkan faktor-faktor resiko difteri dengan benar.
5. Menyebutkan komplikasi difteri dengan benar.
6. Menyebutkan penanganan difteri dengan tepat.
7. Menyebutkan pencegahan difteri dengan benar.
8. Menyebutkan tentang imunisasi difteri

I. KEGIATAN PENYULUHAN
No Waktu Kegiatan Kegiatan Audience
penyuluhan
1 5 Menit Pembukaan
1.Penyuluh memulai 1.Menjawab salam
penyuluhan dengan
2.Memperhatikan
mengucapkan salam
3.Memperhatikan
2.Memperkenalkan
diri 4.Memperhatikan
3.Menjelaskan tujuan 5.Menerima dan
penyuluhan membaca
4.Menyebutkan
materi yang akan
diberikan
5.Membagikan
leaflet
2 10 Menit Pelaksanaan
1.Menjelaskan 1.Memperhatikan
pengertian difteri
2.Memperhatikan
2.Menyebutkan tanda
3.Memperhatikan
dan gejala difteri
4.Memperhatikan
3.Menjelaskan cara
penularan difteri 5.Memperhatikan
4.menjelaskan faktor- 6.Memperhatikan
faktor resiko difteri
7. memperhatikan
5.menyebutkan
8.memperhatikan
komplikasi difteri
9.Bertanya dan
6.menjelaskan
mendengarkan
penanganan difteri  
jawaban
7.menjelaskan cara
pencegahan difteri
8. mencelaskan
imunisasi difteri
9. memberi
kesempatan bertanya
3 10 Menit Evaluasi :
1.Meminta Audience 1.Menjelaskan
menjelaskan pengertian dari
pengertian dari difteri difteri
2.Meminta audience 2.Menyebutkan
menyebutkan tentang tentang tanda dan
tanda dan gejalan gejala difteri
difteri
3.Menyebutkan
3.Meminta audience tentang cara
menyebutkan cara- penularan difteri
cara penularan difteri
4. menyebutkan cara
4. meminta audience penanganan dan
menjelaskan cara pencegahan difteri
penanganan dan
5. menyebutkan
pencegahan difteri
jadwal pemberian
5.meminta audience imunisasi difteri
menjelaskan kapan
jadwal pemberian
imunisasi difteri
4 5 Menit Terminasi
1.Mengucapkan 1.Memperhatikan
terima kasih atas
2.Membalas salam
perhatian yang
diberikan
2.Mengucapkan
salam penutup
J. SETTING TEMPAT
 Lembar Balik / lembar peraga

Keterangan :
: Pembawa acara dan moderator : Observer

: Penyaji                                                                                  : Audience

: Fasilitator

K. PENGORGANISASIAN KELOMPOK
 Penyaji : Dwinita Maharizky
 Moderator : Hendra Sasmita
 Fasilitator : Narita Diyatanti
 Observer : Narita Diyatanti
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian Difteri
Difteri adalah infeksi bakteri yang bersumber dari Corynebacterium diphtheriae, yang
biasanya mempengaruhi selaput lendir dan tenggorokan. Difteri umumnya menyebabkan
sakit tenggorokan, demam, kelenjar tonsil (amandel) bengkak, dan lemas. Dalam tahap lanjut,
difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, ginjal dan sistem saraf. Kondisi seperti itu
pada akhirnya bisa berakibat sangat fatal dan berujung pada kematian. karena bakteri
mengeluarkan racun yang mengganggu fungsi organ-organ yang mengalami kerusakan
tersebut. manusia yang kurang memilki sistem kekebalan tubuh terutama yang tidak
mendapatkan suntikan imunisasi lengkap saat masih kecil atau kanak-kanak mudah terserang
bakteri ini.

B. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala difteri meliputi, sakit tenggorokan dan suara serak, nyeri saat menelan,
pembengkakan kelenjar (kelenjar getah bening membesar) di leher, dan terbentuknya sebuah
membran tebal abu-abu menutupi tenggorokan dan amandel, sulit bernapas atau napas cepat,
demam, dan menggigil.
Tanda dan gejala biasanya mulai muncul 2-5 hari setelah seseorang menjadi terinfeksi.
Orang yang terinfeksi C. Diphtheria seringkali tidak merasakan sesuatu atau tidak ada tanda-
tanda dan gejala sama sekali. Orang yang terinfeksi namun tidak menyadarinya dikenal
sebagai carier (pembawa) difteri. Sumber penularan penyakit difteri ini adalah manusia, baik
sebagai penderita maupun sebagai carier.
Tipe kedua dari difteri dapat mempengaruhi kulit, menyebabkan nyeri kemerahan, dan
bengkak yang khas terkait dengan infeksi bakteri kulit lainnya. Sementara itu pada kasus
yang jarang, infeksi difteri juga mempengaruhi mata.

C. Cara Penularan
Bakteri C.diphtheriae dapat menyebar melalui tiga rute:
 Bersin: Ketika orang yang terinfeksi bersin atau batuk, mereka akan melepaskan uap
air yang terkontaminasi dan memungkinkan orang di sekitarnya terpapar bakteri
tersebut.
 Kontaminasi barang pribadi: Penularan difteri bisa berasal dari barang-barang pribadi
seperti gelas yang belum dicuci.
 Barang rumah tangga: Dalam kasus yang jarang, difteri menyebar melalui barang-
barang rumah tangga yang biasanya dipakai secara bersamaan, seperti handuk atau
mainan.
 Selain itu, Anda juga dapat terkontaminasi bakteri berbahaya tersebut apabila
menyentuh luka orang yang sudah terinfeksi. Orang yang telah terinfeksi bakteri
difteri dan belum diobati dapat menginfeksi orang nonimmunized selama enam
minggu - bahkan jika mereka tidak menunjukkan gejala apapun.

D. Faktor risiko
Orang-orang yang berada pada risiko tertular difteri meliputi:
·         Anak-anak dan orang dewasa yang tidak mendapatkan imunisasi terbaru
·         Orang yang hidup dalam kondisi tempat tingal penuh sesak atau tidak sehat
·         Orang yang memiliki gangguan sistem kekebalan.
·         Siapapun yang bepergian ke tempat atau daerah endemik difteri
Difteri jarang terjadi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa, karena
telah mewajibkan imunisasi pada anak-anak selama beberapa dekade. Namun, difteri masih
sering ditemukan pada negara-negara berkembang di mana tingkat imunisasinya masih
rendah seperti halnya yang saat ini terjadi di Jawa Timur.

E. Komplikasi
Jika tidak diobati, difteri dapat menyebabkan:
 Gangguan pernapasan
C. Diphtheriae dapat menghasilkan racun yang menginfeksi jaringan di daerah hidung
dan tenggorokan. Infeksi tersebut menghasilkan membaran putih keabu-abuan
(psedomembrane) terdiri dari membran sel-sel mati, bakteri dan zat lainnya. Membran
ini dapat menghambat pernapasan.
 Kerusakan jantung
Toksin (racun) difteri dapat menyebar melalui aliran darah dan merusak jaringan lain
dalam tubuh Anda, seperti otot jantung, sehingga menyebabkan komplikasi seperti
radang pada otot jantung (miokarditis). Kerusakan jantung akibat miokarditis muncul
sebagai kelainan ringan pada elektrokardiogram yang menyebabkan gagal jantung
kongestif dan kematian mendadak.
 Kerusakan saraf
Toksin juga dapat menyebabkan kerusakan saraf khususnya pada tenggorokan, di
mana konduksi saraf yang buruk dapat menyebabkan kesulitan menelan. Bahkan saraf
pada lengan dan kaki juga bisa meradang yang menyebabkan otot  menjadi lemah.
Jika racun ini merusak otot-otot kontrol yang digunakan untuk bernapas, maka otot-
otot ini dapat menjadi lumpuh. Kalau sudah seperti itu, maka diperlukan alat bantu
napas. Dengan pengobatan, kebanyakan orang dengan difteri dapat bertahan dari
komplikasi ini, namun pemulihannya akan berjalan lama.

F. Penanganan
Difteri adalah penyakit yang serius. Para ahli di Mayo Clinic, memaparkan, ada beberapa
upaya pengobatan yang dapat dilakukan diantaranya:
 Pemberian antitoksin: Setelah dokter memastikan diagnosa awal difteri, anak yang
terinfeksi atau orang dewasa harus menerima suatu antitoksin. Antitoksin itu
disuntikkan ke pembuluh darah atau otot untuk menetralkan toksin difteri yang sudah
terkontaminasi dalam tubuh. Sebelum memberikan antitoksin, dokter mungkin
melakukan tes alergi kulit untuk memastikan bahwa orang yang terinfeksi tidak
memiliki alergi terhadap antitoksin. Dokter awalnya akan memberikan dosis kecil dari
antitoksin dan kemudian secara bertahap meningkatkan dosisnya.
 Antibiotik: Difteri juga dapat diobati dengan antibiotik, seperti penisilin atau
eritromisin. Antibiotik membantu membunuh bakteri di dalam tubuh dan
membersihkan infeksi. Anak-anak dan orang dewasa yang telah terinfeksi difteri
dianjurkan untuk menjalani perawatan di rumah sakit untuk perawatan. Mereka
mungkin akan diisolasi di unit perawatan intensif karena difteri dapat menyebar
dengan mudah ke orang sekitar terutama yang tidak mendapatkan imunisasi penyakit
ini.

G. Pencegahan
Jika Anda telah terpapar orang yang terinfeksi difteri, segeralah pergi ke dokter untuk
mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan. Dokter mungkin akan memberi Anda resep
antibiotik untuk mencegah infeksi penyakit itu.
Di samping juga pemberian vaksin difteri dengan dosis yang lebih banyak. Pemberian
antibiotik juga diperlukan bagi mereka yang diketahui sebagai carrier (pembawa) difteri.
Difteri adalah penyakit yang umum pada anak-anak. Penyakit ini tidak hanya dapat diobati
tetapi juga dapat dicegah dengan vaksin. Vaksin difteri biasanya dikombinasikan dengan
vaksin untuk tetanus dan pertusis, yang dikenal sebagai vaksin difteri, tetanus dan pertusis
(DTP).Versi terbaru dari vaksin ini dikenal sebagai vaksin DTP untuk anak-anak dan vaksin
Tdap untuk remaja dan dewasa. Pemberian vaksinasi sudah dapat dilakukan saat masih bayi
dengan lima tahapan yakni, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 12-18 bulan dan 4-6 tahun.
Vaksin difteri sangat efektif untuk mencegah difteri. Tapi pada beberapa anak mungkin
akan mengalami efek samping seperti demam, rewel, mengantuk atau nyeri pasca pemberian
vaksin. Pemberian vaksin DTP pada anak jarang menyebabkan komplikasi serius, seperti
reaksi alergi (gatal-gatal atau ruam berkembang hanya dalam beberapa menit pasca injeksi),
kejang atau shock. Untuk beberapa anak dengan gangguan otak progresif - tidak dapat
menerima vaksin DTP.
Imunisasi DPT adalah upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit Diferi,
Pertusis, Tetanus dengan cara memasukkan kuman difteri, pertusis, tetanus yang telah
dilemahkan dan dimatikan kedalam tubuh sehingga tubuh dapat menghasilkan zat anti yang
pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit ketiga penyakit
tersebut.

H. Manfaat Imunisasi DPT Dasar


Salah satu upaya agar anak-anak jangan sampai menderita suatu penyakit adalah dengan
jalan memberikan imunisasi. Dengan imunisasi ini tubuh akan membuat zat anti dalam
jumlah banyak, sehingga anak tersebut kebal terhadap penyakit. Jadi tujuan imunisasi DPT
adalah membuat anak kebal terhadap penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus.
Selain itu manfaat pemberian imunisasi DPT adalah :
a. Untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit
difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus.
b. Apabila terjadi penyakit tersebut, akan jauh lebih ringan dibanding terkena penyakit
secara alami.
c. Evaluasi :
· Evaluasi Struktur : Diharapkan penyuluhan berjalan sesuai dengan struktur yang
telah dibuat.
· Evaluasi proses : Diharapkan peserta sasaran mengikuti sampai kegiatan selesai
dilaksanakan.
· Evaluasi Hasil : Diharapkan sasaran mengerti tentang penanganan dan pencegahan
difteri.
I. Daftar Gambar bahan Leaflet
DAFTAR PUSTAKA
Cooper, Robert B. 1996. Segala Sesuatu yang Perlu Anda Ketahui “Penyakit”. Jakarta:
Gramedia
Arvin, Behrman Klirgman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.
Suharjo, J.B dan B. Cahyono. 2010. Vaksinasi. Jakarta: Kanisius.
Suryana. 1996. Keperawatan Anak Untuk Siswa SPK. Jakarta: EGC.
Maksum, Radji dan Harmita. 2008. Analisis Hayati. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai