Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Teori


2.1.1 Gambaran Umum Masa Nifas
Nifas atau masa nifas adalah suatu masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung kira-
kira 5 rnirmgu ( Saifuddin, 2009).
Nifas atau puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada
keadaan yana normal dan berlangsung selama 6 minugu atau 42 han. Dijumpai 2 kejadian penting
dalam puerperium yaitu involusio uterus dan proses laktasi (Manuaba. 2007).
Tahapan masa nifas terbagi menjadi 3, yaitu:
a. Puerperium dini, yaitu keputihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta
menjalankan aktifitas layaknya wanita normal lainya
b. Puerperiun intennediat, yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat - alat genitalia yang
lamanya sekitar 6 - 8 minggu
c. Puereriurn remote yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi (Nanny.
2012).
2.1.2 Fisiologi Nifas
Segera setelah plasenta lahir. tinggi fundus uteri kira-idra scousat. Korpus uteri sekarang
sebagian besar merupakan miometrium yafig dibungkus serosa dan dilapisi desidua. Dinding
anterior dan posterior menempel dengan tebal masin2-nlasing 4-5 cm. Oleh karena adanya
konraksi rahim, pembuluh darah tertekan sehingga terjadi ischemia. Selama 2 hari berikut uterus
tetap dalam ukuran yang sama baru 2 nuinggu kemudian rurun kerongga panggul dan tidak dapat
diraba lagi diatas symfisis dan memncapai ukuran normal dalam waktu 4 minggu (Wiknjosastro.
2006).
2.1.3 Perubahan Fisiologi dan Psikologi Pada Masa Nifas
A. Perubahan Fisiologi pada Masa Nifas
a) Uterus (Rahim)
Setelah persalinan uterus seberat ± 1 kg, karena involusio I ininggu
keniudian beratnya sekitar 500 gram, dan pada akhir minggu kedua menjadi 300
gram dan segera sesudah minggu kedua meniadi 100 gram. Jumlah sol-sel otot
tidak berkurang banyak hanya saja ukuran selnya yang berubah.
Setelah persalinan tempat plasenta terdiri dan banyak pembuluh darah yang
mengalami trombos. Setelah kelahiran, ukunan pembuluh darah ekstra uteri
mengecil menjadi sama atau sekurang-kurangnya mendekati ukuran sebelum
hamil.
Tinggi fundus uterus dan bent uterus menurut uiasa involusi.
Diameter
Berat
Tinggi Fundus Bekas dekat
Involusi Uterus Keadaan Serviks
Uteri Plasenta
(gr)
(cm)
Bayi lahir Setinggi pusat 1000
2 jari dibawah
Uri lahir 750 12.5 Lembek
Pusat
Satu Pertengahan Beberapa hari
500 7.5
minggu Pusat-simfisis Setelah
Dua Tak teraba
350 3–4 postpartum
Minggu Diatas simtisis
Dapat dilalui 2
Enam Bertanbah
50 – 60 1-2 Jari
Minggu Kecil
Delapan Sebesar Akhir minggu
minggu normal 30 Pertama dapat
Memasuki 1 jari

b) Serviks
Serviks menjadi tebal, kaku dan masih terbuka se1ami 3 han. Narnun ada
juga yang berpendapat sampai 1 minggu. Bentuk mulut serviks yang bulat menjadi
agak memanjang dan akan kembali normal dalam 3-4 buan.
c) Vagina
Vagina yang hengkak serta iipatan (±ugae) yang hi Lang akan kembali
sepertisemula setelah 3-4 minggu ( Suhermi, 2009).
d) Abdomen
Perut akan menjadi lembek dan kendor. Proses involusio pada pent
sebailcnya diikuti oiahraga atau senam penguatan otot-otot nerut. Jika ada garisg
aris bin (striae) tidak akan hilang, kemudian perlahan-lahan akan berubah warna
men adi keputihan.
e) Payudara
Payudara yang membesar sciama hamil dan menyusui aLan kembali nonnal
setelah masa menyusui berakhir. Untuk menjaga bentuknya dibutuhkan perawalan
yang baik.

f) Kulit
Setelah meiahirkan, pigmemasi akan herkurang. sehintwa hiperpigmentasi
pada ra. leher, pavudara dan Iainnya akan menghilang secara perlahan-lahan.
g) Lochea
Dengan involusio tteri, maka lapisan lapisan luar dan desidua yang
rnenge1i1ini situs piasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar
bersama-sama dengan sisa cairan, campuran antara darah yang dinamakan lochea.
Biasanya berwarna merah, kemudian semakin larna sernakin pucat, dan berakhir
dalam waktu 3-6 minggu.
1. Lochea Rubra
Sesuai dengan namanya yang muncul pada han pertama post partum sampai han
keempat. Warnanya merab yang mengaiidung darah dan robekanIluka pada
tempat perlekatan plasenta serta serabut desidua dan chonion.
2. Loehea Serosa
Berwarna kecokiatan. mengandunc iebih sedikit darah. banyak serum, juga
lekosit. Muncul pada han kelima sampai ban kesembilan.
3. Lochea Alba
Warnanya lebib pucat, putih kekuning-kuningan dan mengandung leukosit.
selaput lendir serviks serta jaringan yang inati. Timbuinva setelah han
kesembilan (Suhermi, 2009).
h) Laktasi atau pengeluaran ASI
Selama kehamilan hormon estrogen clan progesteron menginduksi
perkembangan alveolus dan duktus lactiferus didalatu payudara dan juga
merangsang produksi kolostnim. Namun produksi ASI akan berlangsung sesudah
kelahiran bayi saat kadar hornion estrogen dan progesteron menurun.
Pelepasan ASI berada dibawah kendall neuro-endokrin, rangsangan sentuhan
payudara (bayi mengisap) akan merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan
kontraksi sel mioepitel. Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dan alveolus rnammae
meiaiui duktus kesinus lactiferus,
Cairan pertama yang diperoleh bayi sesudab ibunya melahirkan adalah
kolostrurn. yang mengandung campuran yang iebih kava aLan protein, mineral. dan
antibodi danipada AS1 yang telah matur. AS1 yang matur muncul kira-kira pada
han icriga atau kcempat setelah kelahiran.
i) Penubahan Sistem Endoknin
Endokrin diproduksi oleh kelaniar hipofise anterior. meningkat dan menekan
pnoduksi FSH (Folicle Stimulating Hormone) sehingga fungsi ovanium tertunda.
Dengan mcnurunnya horinonc estrogen dan progesteron. kundisi ini akan
mengembalikan fungsi ovarium kepada keadaan semula ( Suhermi, 2009).
j) Perubahan Tanda-Tanda Vital
a. Suhu badan
Dalam 24 jam postpartum suhu badan akan rneningkat sedikit (37,5°C-
38°C) sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan, dan
kelelahan. Biasanya pada hari ke3 suhu badan akan meningkat lagi karena
adanya pembentukan ASI. Payudara akan menjadi bengkak, dan berwarna merah
karena banyaknya ASI, bila suhu tidak turun kemungkinan terjadi infeksi.
b. Nadi
Denyut nadi normal orang dewasa 60-80 kali/menit, denyut nadi ibu
postpartum biasanva akan iebih cepat, bila nielebihi 1 UO kali/menit kadaan mi
termasuk abnormal dan keadaan ini menunjukkan adanya kemungkinan infiksi.
c. Tekanan Darah
Tekanan darah biasaaiva tidk berubah kemunakinan akan Iebih rendah
setelah melahirkan karena ada perdarahan atau yang lainnya. lekanan darah akan
tingi bila terjadi pre-cklamsi postpartum.
d. Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi, bila
suhu dan nadi tidak normal pemafasan juga akan mengikutinya kecuali bila ada
gangguan khusus pidt saluran cema (Suhermi, 2009) .
B. Perubahan Psikologi pada Masa Nifas
Perubahan psikofogi pada masa nifas dibagi dalam beberapa fase yaitu:
1) Fase “Taking In”
a. Perhatian ibu terhadap kebutuhan dirinya, fase ini berlangsung selama 1-2 hari.
b. ibu memperhatikan bayinya tetapi tidak menginginkan kontak dengan bayinya.
Ibu hanya memerlukan informasi tentang bayinya.
c. Ibu memerlukan makanan yang adekuat serta istirahat/tidur.
2) Fase “Taking Hold”
a) Fase mencari pegangan. berlangsung ±10 hari.
b) Ibu berusaha mandiri dan berinisiatif.
c) ibu ingin belajar tentang perawatan diri dan bayinva.
d) Timbul rasa kurang percaya diri

3) Fasc “letting Go”


a) Ibu merasakan bahwa bayinya terpisah dari dirinya.
b) Ibu mendapatkan peran dan tanggung jawab baru
c) Terjadi peningkatan kemandirian diri dalam merawat diri dan bayinya.
d) Terjadi penyesuaian dalam hubungan keluarga dan bayinya (Saifuddin. 2009).

2.1.4 Kebutuhan Ibu Nifas


a. Nutrisi dan Cairan
Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu yang
sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Bila pemberian ASI berhasil baik,
maka berat badan bayi akan meningkat, integritas kulit baik, tonus otot, serta
kebiasaan makan yang memuaskan. Ibu menyusui tidaklah terlalu ketat dalam
mengatur nutrisinya yang terpenting adalah makanan yang menjamin pembentukan
air susu yang berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
bayi.
Rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640 kal/ hari untuk 6 bulan pertama dan
510 kal/ hari selama 6 bulan kedua untuk menghasillcan jumlah susu normal. Rata-
rata ibu harus mengkonsumsi 2.300-2.700 kal ketika menyusui (Nanny. 2012)
Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein untuk pertumbuhan dan penggantian
sel-sel yang rusak atau mati. Nutrisi lain yang diperlukan oleh ibu yaitu asupan
cairan, ibu dianjurkan minum 2-3 liter per hari dalam bentuk air putih, susu dan jus
buah untuk melindungi tubuh dan serangan penyakit dan mengatur kelancaran
metabolisme dalam tubuh.
Pil zat besi (Fe) harus diminum untuk penambahan zat gizi setidaknya selama
40 hari pasca melahirkan. Serta minum kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2
kali yaitu pada 1 jam setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar dapat
memeberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI (Nanny. 2012).
b. Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijakan agar secepat mungkin bidan
membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu
secepat mungkin untuk berjalan.
Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu post partum terlentang ditempat tidur
selama 7-14 hari setelah melahirkan, ibu postpartum sudah diperbolehkan untuk
berjalan-jalan dalam 24-28 jam postpartum. Keuntungannya ibu merasa lebih sehat
dan kuat dengan early ambulation ialah, faal usus dan kandung kemih lebth baik,
Early ambulation memunakinkan kita mengajarkan ibu cara mcarawat anaknva
selama ibu masih dirumah sakit misalnya memandikan, mengganti pakaian, dan
membeni makanan dan lebih sesuai dengan keadaan Indonesia çsosial ekonomi)
menurut penelitian yang saksama early ambulation tidak mempunyai pengaruh yang
buruk, tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak memengaruhi
penyembuhan luka episiotomi atau luka jahitan, serta tidak memperbesar
kemungkinan prolapsus uteri (Nanny, 2012).
c. Eliminasi
Dalam 6 jam pertama postpartum pasien sudah harus dapat buang air kecil. Jika semakin
lama urine tertahan dalam kandung kemih, dapat mengakibatkan kesulitan pada organ
perkemihan misalnva infeksi. Bidan harus dapat meyakinkan pasien bahwa kencing sesegera
mungkin setelah melahirkan akan mengurangi komplikasi postpartum. Berikan dukungan
mental pada pasien bahwa ia pasti mampu menahan sakit pada lukajalan labir akibat terkena air
kencing karena ia pun sudah berhasil berjuang untuk melahirkan bayi
Dalam 24 jam pertama postpartum pasien harus sudah dapat buang air besar karena
semakin lama feses tertahan dalam usus ,semakin sulit baginya untuk buang air besar secara
lancar. Semakin lama feses didalam usus, feses semakin mengeras karena cairan yang
terkandung dalam feses akan selalu terserap oleh usus. Aniurkan pasien untuk makan tinggi
serat dan banyak minum air putih ( Nanny, 2012).
d. Kebersihan
Beberapa langkah penting dalam perawatan kebersihan diri ibu postpartum:
1. Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi dan alergi kulit pada bayi.
2. Bersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan ibu mengerti cara
membersihkan diri dan daerah vulva terlebih dahulu, dan depan kebelakang baru
kemudian membersihkan daerah anus.
3. Ganti pembalut setiap kali darah penuh atau minimal 2 kali dalam sehani. Apabila
dibiarkan dan tidak diganti akan menyebabkan luka pada daerah vagina menjadi
infeksi.
4. Cuci tangan dengan sabun dan air setiap kali selesai memhersihkan daerah kemaluan
( Nanny, 2012).
e. Istirahat danTidur
Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan, tidur siang atau
istiruhat selagi bayi tidur, kembali ke kegiatan rumah tanga secara perlahan-lahun serta
mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu untuk istirahat pada siang
kira-kira 2 jam dan malam 7 - 8 jam (Nanny, 2012).
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal seperti mengurangi jumlah
ASI yang diproduksi. memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan dan
menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dininya sendiri. (Saifudin..
2009).
f. Aktivitas Seksual
Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu nifas harus memenuhi syarat berikut ini:
1. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu datah merah berhenti dan ibu
dapat memasukkan satu dua jarinya kedalam vagina tampa rasa nyeri. maka ibu aman untuk
memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap
2. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu
tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan, keputusan ini
bergantung pada pasangan yang bersangkutan ( Saifuddin, 2009).
g. Latihan dan Senam Nifas
Setelah persalinan terjadi involusi path hampir seluruh organ tubuh wanita, involusi ini
sangat jelas terlibat pada alat-alat kundungan.sebagi akibat kehamilan dinding perut menjadi
lembek dan lemas disertai adanya striae gravidarum yang membuat keindahan tubuh akan
sangat terganggu. Cara untuk mengembalikan bentuk tubuh menjadi indah dan langsung seperti
semula adalah dengan melakukan latihan dan senam nifas (Saifuddin, 2009).
2.1.5 Asuhan Pada Masa Nifas
Asuhan pada masa nifas terbagi menjadi 4 tahapan
1. Asuhan yang diberikan pada 2 jam pertama masa nifas, yaitu:
 Pantau tekanan darah. nadi. tinggi fundus uteri. kandung kemih dan darah yang keluar
setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama satu jam kedua kala
empat. Jika ada temuan yang tidak normal. tingkatkan frekusensi observasi dan
penilaian kondisi ibu.
 Masase uterus untuk membuat kontaraksi uterus menjadi baik setiap 15 menit selama
satu jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua kala empat. Jika ada temuan
yang tidak normal. tingkatkan frekusensi observasi dan penilaian kondisi ibu.
 Pantau temneratur tubuh setiap hari dalam dua jam pertama pascapersalinan. Jika
meningkat, pantau dan tatalaksana sesuai dengan apa yang diperlukan.
 Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit selama satu jam pertama
dan setiap 30 menit selama jam kedua pada kala empat.
 Ajarkan ibu dan keluanganya bagaimana menilai kontraksi uterus dan jumlah darah
yang keluar dan bagaimana melakukan masase jika uterus menjadi lembek.
 Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan dan bantu ibu mengenakan baju
atau sarung yang bersih dan kering, atur posisi ibu agar nyaman, duduk bersandarkan
bantal atau berbaring miring. Jaga agar bayi diselimuti dengan baik. Bagian kepala
tertutup baik, kemudian berikan bayi ke ibu dan anjurkan untuk dipeluk dan diberi ASI.
 Lakukan asuhan esensial bagi bayi baru lahir (Pusdiknakes, 2004).
2. Asuhan yang diberikan - 6jam masa nifas, yaitu:
 Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
 Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan bila
perdarahan berlanjut.
 Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan yang
disebabkan atonia uteri.
 Pemberian ASI awal
 Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru labir.
 Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
 Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan. maka bidan harus menjaga ibu dan
bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir
dalam keadaan baik.
3. Asuhan yang diberikan pada 6 hari masa nifas yaitu:
 Memastikan involusi uterus barjalan dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik,
tinggi fundus uteri di bawah unibilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
 Menilai adanya tanda-tanda demam. infeksi dan perdarahan.
 Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
 Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.
 Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan
menyusui.
 Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
4. Asuhan yang diberikan pada 6 minggu masa nifas yaitu:
 Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.
 Memberikan konseling KB secara dini ( Pusdiknakes, 2004 ).
2.1.6 Deteksi Dini Tanda Bahaya Pada Masa Nifas
1. Perdarahan Pervaginam
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin didefenisikan
sebagai perdarahan pasca persalinan. Terdapat beberapa masalah mengenai defenisi ini:
a. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang
hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut bercampur dengan cairan amnion atau dengan
urine, darah juga tersebar path spon, handuk dan kain di dalam ember dan di Iantai.
b. Volume darah yang hilang juga bervaniasi akibatnya sesuai dengan kadar haemoglobin ibu.
Seorang ibu dengan kadar Hb normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan
darah yang akan berakibat fatal pada anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak anemia pun
dapat mengalami akibas fatal dari kehilangan darah.
c. Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam dari kondisi ini
dapat tidak dikenali sampai terjadi syok. Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat
memperkirakan akan terjadinya perdarahan pasca persalinan.
Penanganan aktif kala III sebaiknya dilakukan pada semua wanita yang bersalin karena hal
ini dapat menurunkan insiden perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri. Semua ibu pasca
bersalin harus dipantau dengan ketat untuk mendiagnosis perdarahan fase persalinan.
2. Jnfeksi MasaNifas
Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan, Infeksi masa nifas
masih merupakan penyebab tertinggi AKI. Infeksi alat genital merupakan komplikasi masa
nifas. Infèksi yang meluas kesaluran urinary, payudara, dan pasca pembedahan merupakan
salah satu penyebab teriadinya AKI tinggi. Gejala urnum infeksi berupa suhu badan panas,
malaise, denyut nadi cepat. Gejala lokal dapat berupa Uterus lembek. kemerahan dan rasa nyeri
pada payudara atau adanya disuria.
Ibu beresiko terjadi infeksi post partum karena adanya luka pada bekas pelepasan
plasenta. laserasi pada saluran genital termasuk episiotomi pada perineum, dinding vagina dan
serviks, infeksi post SC yang mungkin terjadi. Penyebab infeksi yaitu bakteri endogen dan
bakteri eksogen. Faktor predisposisi nutrisi yang buruk, defisiensi zat besi, persalinan lama,
ruptur membran, episiotomi, SC. Gejala klinis yaitu endometritis tampak pada hari ke 3 post
partum disertai dengan suhu yang mencapai 39 derajat celcius dan takikardi, sakit kepala,
kadang juga terdapat uterus yang lenibek ( Sarwono, 2004).
3. Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik, Penglihatan Kabur
Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kepala hebat atau penglihatan
kabur.Gejala-gejala ini merupakan tanda-tanda terjadinya Eklampsia post partum, bila disertai
dengan tekanan darah yang. tinggi.
4. Demam, Muntah, Rasa Sakit Waktu Berkemih.
Organisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih berasal dari flora normal
perineum. Sekarang terdapat bukti bahwa beberapa galur E. Coli memiliki pili yang
meningkatkan virulensinya.
Pada masa nifas dini, sensitivitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih di dalam
vesika sering menurun akibat trauma persalinan serta analgesia epidural atau spinal. Sensasi
peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman yang
ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar. laserasi periuretra atau hematoma dinding vagina.
Setelah melahirkan terutama saat infuse oksitosin dihentikan terjadi diuresis’ yang disertai
neningkatan produksi urine dan distensi kandung kemih. Overdistensi yang disertai kateterisasi
untuk mengeluarkan air yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih.
5. Payudara yang Berubah Menjadi Merah. Panas. dan Terasa Sakit.
Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat dapat menyebabkan payudara
menjadi merah, panas. terasa sakit, akhirnya terjadi mastitis. Puting lecet akan memudahkan
masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak. BH yang terlalu ketat, mengakibatkan
segmental engorgement. Kalau tidak disusu dengan adekuat, bisa terjadi mastitis.
Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu Menyusui diteruskan. Pertama bayi disusukan pada
payudara yang terkena edema dan sesering mungkin, agar payudara kosong kemudian pada
payudara yang normal. Berilah kompres panas. bisa menggunakan shower hangat atau lap basah
panas pada payudara yang terkena. Ubahlah posisi menyusui dan waktu ke waktu, yaitu dengan
posisi tiduran. duduk atau posisi memegang bola (foothail position). Pakailah baju/BH yang
longgar. Istirahat yang cukup, makanan yang bergizi
Dengan cara-cara seperti tersebut di atas biasanya peradangan akan menghilang setelah
48 jam, jarang sekali yang menjadi abses. Tetapi apabila dengan cara-cara seperti tersebut di
atas tidaka da perbaikan setelah 12 jam. maka diberikan antibiotik selama 5-10 hari dan
analgesia.

6. Kehilangan Nafsu Makan Dalam Waktu Yang Lama


Kelelahan yang amat berat setelah persalinan dapat rnengganggu nafsu makan,sehingga
ibu tidak ingin makan sampai kelelahan itu hilang. Hendaknya setelah bersalin berikan ibu
minuman hangat,susu,kopi atau teh yang bergula untuk mengembalikan tenaga yang hilang.
Berikanlah makanan yang sifatnya ringan,karena alat pencemaan perlu istirahat guna
memulihkan keadaanya kembali ( Sarwono, 2004).

2.2 Konsep Manajemen Kebidanan


Penatalaksanaan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metoda
untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan,
keterampilan dan rangkaian / tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien. Penatalaksanaan kebidanaan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan
yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah
tersebut membentuk keranaka yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan
tetapi, setiap langkah tersebut bisa dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan semuanya
bervariasi sesuai dengan kondisi klien.
Jadi manajemen kebidanan ini suatu pendekatan pemecahan masalah yang digunakan setiap bidan
dalam pengambilan keputusan klinik pada saat mengelola klien: ibu hamil. ibu bersalin. ibu nifas.
bayi baru lahir dan balita dimanapun tempatnya. Proses ini akan membantu para bidan dalam
berpraktek memberikan asuhan yang aman dan bermutu.
Langkah I: Pengkajian
Pada langkah pertama ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari
semua informasi yang akurat dan lengkap dan semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien, baik dari hasil anamnesa denan klien, suamil keluarga, hasil pemeriksaan, dan dari
dokumentasi pasien/ catatan tenaga kesehatan yang lain. Untuk memperoleh data dapat
dilakukan dengan cara:
1. Menanyakan riwayat kesehatan, haid, kehamilan, persalinan, nifas dan sosial.
2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan.
3. Pemeriksaan khusus.
4. Pemeriksaan penunjang.
5. Melihat catatan rekam medik pasien.
Langkah ini merupakan langkah yang akan menentukan langkah pengambilan keputusan
yang akan diambil pada langkah berikutnya. sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus
yang dihadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap
selanjutnva. oleh sebab itu dalam pendekatan ini harus yang komprehensif meliputi data
subjektif, objektif, dari basil pemeriksaan sehingga dapat mengambarkan kondisi/ menilai
kondisi klien yang sebenarnya dan valid.
Langkah II : Merumuskan Diagnosal Masalah Kebidanan
Pada langkah ini bidan menganalisa data dasar yang didapat pada langkah pertama,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis, sehingga dapat merumuskan diagnosa atau
masalah kebidanan. Rumusan diagnosa merupakan kesimpulan dan kondisi klien, apakah klien
dalam kondisi hamil, inpartu, nifàs, bayi baru lahir? Apakah kondisinya dalam keadaan normal?
Diagnosa ini dirumuskna menggunakan nomenidatur kebidanan. Sedangkan masalah
dirumuskan apabila bidan menemukan keseniangan yang terjadi pada respon ibu terhadap
kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru labir.
Masalah ini teriadi pada ibu tetapi belum termasuk dalam rumusan diagnosa yang ada,
karena masalah tersebut membutuhkan penanganan intervensi bidan, maka dirumuskan setelah
diagnosa. (masalah sening berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan basil pengkajian. Masalah tersebut juga sering menyertai
diagnosa). 10 diagnosa dalam kebidanan yaitu:
1. Hamil / Tidak
2. Primi/ multi
3. Usia kehamilan
4. Tunggal/ ganda
5. Hidup/ mati
6. Intra / ekstra uteri
7. Letak janin / persentasi janin
8. k/u ibu dan janin baik
9. kesan panggul
10. penyerta / penyulit
Langkah III Mengantisipasi Diagnosal Masalah Potensial
Langkan ini merupakan langkah antisipasi, sehingga dalam melakukan asuhan
kebidanan, bidan dituntut untuk mengantisipusi permasalahan yang akan timbul dan kondisi yan
ada/ sudah terjadi. Dengan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial yang
akan terjadi berdasarkan diagnosal masalah yang sudah ada, dan merumuskan tindakan apa
yang perlu diberikan untuk mencegah atau menghindari masalah/ diagnosa potensial yang akan
terjadi.
Pada langkah ini dibarapkan bidan selalu waspada dan bersiap-siap mencegah/ masalah
potensial ini menjadi bener-bener tidak teiadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan
asuhan yang aman. Langkah ini perlu dilakukakan secara cepat. karena sering teriadi dalam
kondisi emergensi.
Langkah IV: Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera
Pada saat ini bidan mengidentifikasi perlunya tindakan, baik tindakan intervensi,
tindakan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, atau rujukan berdasarkan kondisi
klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dan proses penatalaksanaan kebidanan
yang terjadi dalam kondisi emergensi. Dapat terjadi pada saat mengelola ibu hamil, bersalin,
nifas dan bayi baru lahir. Berdasarkan hasil analisa data, ternyata kondisi klien membutuhkan
tindakan segera untuk menangani atau mengatasi diagnose/ masalah yang terjadi.
Pada langkah ini mungkin saja diperlukan data baru yang lebih spesifik sehingga
mengetahui penyebab langsung masalah yang ada. sehingga diperlukan tindakan segera untuk
mengetahui penyebab masalah. Beberapa data mungkin mengidentifikasikan situasi yang gawat
dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu dan anak
(misalnya menghentikan perdarahan).
Pada tahap ini mungkin luga klien memerlukan tindakan dan seorang dokter. misalnya
terjadi prolaps tali pusat, sehingga memerlukan tindakan rujukan dengan segera. Dalam kondisi
tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan
dokteratau tim kesehatan lainnya. Dalam rumusan ini tindakan ‘segera meliputi tindakan yang
dilakukan secara mandiri. kolahorasi alan rujukan
Langkah V Menyusun Rencana Asuhan Secara Menyeluruh
Pada langkah ini. direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-
langkah sebeiumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau
diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, baik yang sifatnya segera atau rutin. Pada
langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi dengan merumuskan tindakan
yang sifatnya mengevaluasi atau memeriksa kembali. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui
oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dlaksanakan dengan efektif
karena klien juga akan melaksanakan rencana tersebut.
Langkah VI : Pelaksanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada
langkah kelima dilaksanakan secara efisien, efektif dan aman. Pelaksanaan dapat dilakuakan
seluruhnya oleh bidan atau bersama-sama dengan klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
Apabila ada tindakan yang tidak dilakukan oleh bidan tetapi dilakukan oleh dokter atau tim
kesehatan lain. bidan tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan kesinambungan
asuhan berikutnva.
Langkah VII :Evaluasi
Pada langkah terakhir ini dilakukan keefektifan dan asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana yang telah diidentifikasikan dalam diagnosa dan masalah. Ada
kemungidnan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan sebagian belum efektif.
Mengingat bahwa proses penatalaksanaan ini merupakan suatu kegiatan yang
berkesinambungan maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak
efektifmelalui pengkajian ulang. Proses evaluasi ini dilaksanakan untuk menilai mengapa
proses penatalaksanaan efektif atau tidak serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan
tersebut ( Varney, 2007).
2.2.1 Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Pengkajian
Adalah pengumpulan data lengkap untuk mengevaluasi pasian yaitu memeriksa
dengan memperoleh suluruh data yang dibutuhkan untuk penilaian secara sempurna.
A. Data Subyektif
1.1 Identitas
Nama klien dan suami klien
Agar dapat mengenal / memanggil sesuai nama dan tidak keliru dengan yang lain.
Umur
Ikut menentukan prognosa.
Suku / Bangsa
Untuk mempermudah komunikasi.
Agama
Berhubungan dengan perawatan klien.
Pendidikan
Agar motivasi yang diberikan petugas dapat sesuai dengan tingkat pengetahuan.
Pekejaan
Untuk mengetahui sosial ekonomi dan apakah pekerjaan klien mengganggu.
kehamilan atau tidak.
Alamat
Untuk memperjelas kelengkapan identitas klien.
1.2 Status Perkawinan
Untuk mengetahui kehamilan ini diluar nikah atau tidak dan kehamilan yang diingikan
atau tidak.
1.3 Keluhan Utama
Untuk mengetahui apa yang dikeluhkan pasien.
1.4 Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui kapan teriadi kehamilan dan persalinan.
1.5 Riwayat Kehamilan, Persalinaan dan Nifas yang lalu
Untuk mengetahui apakah klien baru hamil atau sudah pernah hamil dan bagaimana
persalinan dan nifas yang lalu.
1.6 Riwayat Kesehatan Klien
Untuk rnengetahui apakah klien pemah menderita penyakit yang gawat.
1.7 Riwayat Penyakit Keluarga
Untuk mengetahui apakah keluarganya klien ada yang menderita penyakit kronis
1.8 Pola Kehidupan Sehari-hari
Untuk mengetahui bagaimana pola kesehatan klien sehari-hari sudah sehat / belum.
1.9 Data Psikososial
Apakah ibu mengharapkan atau tidak kelahiran bayi.
B. Data Obyektif
Dalam data ini diambil dari pemeniksaan fisik beserta pemeriksaan diagnosa dan endukung
lain juga catatan medik lain. Data Obyektif meliput:
1. Pemeriksaan Umum
 Kesadaran : apakah composmentis, apatis..samnolen, delirium. spoor
ataukah Koma
 Keadaan Umum : baik ataukah cukup atau buruk
 Berat badan : mengetahui status gizi dan rnenghitung dosis obat TD
normalnya 120/80 mmHg, suhu normalnya 36,5°C
37,5°C , nadi normalnya 80-100 x/menit
2. Pemeriksaan Masa Nifas
Pemerikasaan kehamilan ini meliputi : inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
 Inspeksi: pemeriksaan fisik lengkap dengan melihat perubahan-perubahan fisik selama masa
persalinan dari ujung rambut sampai-sampai ujung kaki.
 Palpasi : pemeriksaan ini meliputi
- Leher : adakah pembesaran kelenjan tiroid, kelenjar limfe dan vena jugularis.
- Mamae: bagaimana colostrumnya apakah sudah keluar atau belum.
- TFU
Involusi TFU Berat Uterus
Bayi Lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri Lahir 2 jan dibawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat dan sympisis 500 gram
2 minggu tidak teraba diatsa sympisis 350 gram
6 minggu bertanbah kecil 50 gram
8 minggu normal 30 gram

- Konsistensi Uterus : apakah konsistensinya lembek atau keras.


- Kontraksi Uterus : apakah uterus sudah berkontraksi atan belum.
 Perineum: edema, inflamasi, bematoma, pus, bekas luka episiotomi/robek, jahitan,
memar,hemorrhoid (wasir/ambeien).
 Ekstremitas : vanises, betis apakah lemah dan panas,edema, reflek.
 Pengeluaran Pervaginam:
- Lochea Rubra : berisi darah dan sisa-sisa selaput ketuban dan lain-lain
selama 2 hari dalam persalinan.
- Lochea Sanguinolenta: warna merah kekuningan, cairan berdarah dan lendir dari
hari ke- 3 - 7 pasca persalinan.
- Lochea Serosa : berwama kuning cairan tidak berdarah dan lendir pada
hari ke- 7 - 14 pasca persalinan.
- Lochea Alba : cairan putih, setelah 2 minggu.
- Lochea Purulenta : jika terjadi infeksi cairan seperti nanah dan berbau.
- Lochiostatis : loehea yang keluarnya tidak lancar
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Hasil konsultasi
3. Data kehamilan dan persalinan
II. Enterpretasi Data
Melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah adalah diagnosa berdasarkan interpretasi
yang benar atas data yg telah dikumpulkan. Diagnosa, masalah dan kebutuhan ibu postpartum
tergantung dan hasil pengkajian terhadap ibu

III.Identifikasi Diagnosa Potensial


Langkah ini berdasarkan diagnosa / masalah yang sudah teridentifikasi yaitu
merupakan pencegahan dan penanganan.
Contoh:
Diagnosa: Bendungan Payudara
Masalah potersial : Mastitis
Antisipasi Tindakan : kompres hangat payudara
IV.Identifikasi Kebutuhan Segera
Mengidentifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai
dengan kondisi pasien.
Contoh:
a. Ibu kejang. segera lakukan tindakan segera untuk mengatasi kejang dan segera
berkolaborasi merujuk ibu untuk perawatan selanjutnya.
b. Ibu tiba-tiba mengajami perdarahan, lakukan tinkakan segera sesuai dengan keadaan pasien,
misalnya: bila kontraksi uterus kurang baik segera berikan uterotonika. Bila teridentifikasi
adanya tanda-tanda sisa plasenta, segera kolaborasi dengan dokter untuk tindakan curettage
V. Intervensi
Langkah lanjutan setelah diagnosa kebidanan ditegakkan yang mancakup tujuan, langkah-
langkah yang akan dilakukan serta rasional tindakan dalam melakukan intervensi untuk
memecahkan masalah klien dan kriteria yang dicapai.
Contoh:
Manajemen asuhan awal postpartum:
a. Kontak dini dan sesering mungkin dengan bayi.
b. Mobilisasiu istirahat baring di tempat tidur
c. Gizi/ Diet
d. Perawatan perineum
Asuhan laniutan:
a. Tambahan vit atau zat besi atau keduanya jika diperlukan
b. Perawatan payudara
c. Peneziksaan lab terhadap komplikasi jika diperlukan
d. Rencana KB
e. Kebiasaan rutin yang tidak bermanfaat bahkan membahayakan
VI. Impiementasi
Implementasi merupakan penyelesaian suatu rencana kebidanan yang dilakukan bidan secara
mandiri, kolaborasi maupun rujukan, selama itu bidan mengawasi dan memonitor kemajuan
klien.
VII. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dan asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan apakah sudah benarbenar terpenuhi sesuai dengan kebutuhan yang telah
teridentifikasi didalam diagnosa / belum.
Bidan harus melakukan evaluasi secara terus menerus selama masa nifas, Evaluasi secara terus
menerus meliputi:
1. Meninjau ulang data
a. Catatan intrapartum dan antepartu
b. Jumlah jam atau hari PP
c. Catatan pengawasan dan perkembangan sebelumnya
d. Catatan hasil lab.
e. Catatan suhu, nadi, pernapasan dan TD
f. Catatan pengobatan
2. Mengkaji riwayat
a. Ambulasi,: apakah ibu melakukan ambulasi seberapa sering
b. Berkemih: bagaimana frekuensinya, jumlah, apakah ada nyeri/ disuria
c. Defekasi : bagaimana frekuensinya, jumlah dan konsistennya
3. Pemeriksaan fisik
a. Mengukur TD suhu, nadi dan pernapasan
b. Memeriksa payudara dan putting
c. Memeriksa abdomen
d. Memeriksa Iokhea
e. Memeriksa perineum dan kaki
Menurut Bahiyatun (2009), manajemen kebidanan terbagi atas:
1. Manajemen nyeri dan ketidaknyamanan
Pada masa nifas banyak teriadi. walaupun tanpa komplikasi saat melahirkan.
2. After pain atau kram perut
Disebabkan oleh adanya serangkaian kontraksi dan relaksasi yang terus-menerus pada
uterus, lebih- banyak terjadi pada wanita dengan paritas yang banyak (multipara) dan wanita
menyusui.
3. Pembengkakan payudara
Terjadi karena adanya gangguan antara akumulasi air susu dan meningkatnya vaskularitas
dan kongesti
4. Manajemen konstipasi
Sebagian besar wanita akan defekasi dalam waktu tiga hari pertama setelah persalinan
kemudian akan kembali kekebiasaan semula
5. Manajemen hemoroid
Jika pasien tidak menderita hemoroid akan hilang dalam beberapa minggu, selama
kehamilan sebagian wanita mengalami perdarahan yang keluar dari anus.
6. Manajemen Diuresis dan Diaforesis
Selama kehamilan, terjadi penyimpanan cairan tambahan untuk membantu meningkatkan
pertumbuhan bayi.
7. Manajemen infeksi
a. Infeksi genital
Disebabkan karena adanya luka pada area pelepasan plasenta. laserasi pada saluran
genital.
b. Infeksi saluran kemih
Dapat terjadi karena kurang menjaga kebersihan.
c. Infeksi saluran pernapasan atas
8. Manajemen cemas
Peran bidan
a. bidan dapat memperhatikan dan memberi ucapan selamat atas kehadiran bayinya.
b. bidan dapat memberikan informasi dan konseling mengenai kebutuhan ini.
c. bidan dapat mendukung pendidikan kesehatannn

Anda mungkin juga menyukai