Anda di halaman 1dari 8

PENDAMPINGAN PENERAPAN SANITASI DAN HIGIENE

PADA PENJAMAH MAKANAN KANTIN SEKOLAH DASAR


NEGERI 147 PEKANBARU RIAU

SRI MULYANI*, MUHARNI *


*Dosen Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau

ABSTRAK
Kantin sekolah memiliki peran penting dalam penyediaan jasaboga di
lingkungan sekolah untuk memenuhi keinginan makan anak pada saat jam
sekolah. Menurut Kurniadi dkk (2013), kondisi higiene sanitasi kantin sekolah
dasar diwilayah Kecamatan Bangkinang, Riau masih sangat jauh dari aspek
higiene sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan. Keadaan ini ditandai dengan
masih ditemukannya kantin yang berdekatan dengan jamban sekolah dan lokasi
pembuangan sampah, tidak memiliki saluran pembuangan air limbah, tempah
sampah yang tidak tertutup, ditemukan atap kantin yang mengalami kebocoran
serta lantai dari kantin sekolah yang tidak bersih atau masih bersentuhan dengan
tanah. Anak Sekolah Dasar termasuk kelompok umur yang rentan terhadap
penyakit, sehingga jika kualitas makanan jajanan buruk akan mempengaruhi
proses belajar mengajar dan berdampak pada prestasi belajar anak Sekolah Dasar.
Pada saat ini, pembinaan makanan jajanan anak sekolah kurang mendapatkan
prioritas sehingga masih banyak dijumpai permasalahan sanitasi dan higiene
kantin sekolah yang kurang memenuhi syarat serta perilaku jajan anak sekolah
dasar yang tidak higienis. Permasalahan tersebut dapat memungkinkan terjadinya
kontaminasi terhadap makanan jajanan di sekolah dasar.
Tujuan kegiatan ini yaitu untuk mengetahui penerapan higiene penjamah
makanan dan sanitasi kantin sekolah dasar di Pekanbaru. Metode yang digunakan
dalam kegiatan ini yakni pelatihan higiene dan sanitasi, edukasi dan advokasi
terhadap pihak sekolah. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan
di SD Negeri 147 Kota Pekanbaru. Berdasarkan hasil kegiatan yang telah
dilaksanakan terjadi peningkatan pengetahuan tentang higiene personal dan
sanitasi kantin setelah dilaksankan pelatihan. Selain itu juga terjadi peningkatan
pengetahuan siswa tentang kemanan pangan dengan nilai rata-rata pre-test 51,04
dan post-test 75,00 yaitu sebesar 23,96. Kebersihan penjamah makanan dan
sanitasi kantin sudah cukup baik dan telah memenuhi persyaratan.

Kata Kunci : Higiene, Sanitasi, Kantin Sekolah, Jajanan, Kemanan


Pangan
Daftar Pustaka : 24 Referensi (2003-2017)

PENDAHULUAN dan tidak menimbulkan risiko bagi


Makanan merupakan kesehatan. Dalam pasal 48 UU
kebutuhan pokok manusia untuk Kesehatan dinyatakan bahwa salah
bertahan hidup disamping minuman. satu dari 18 kegiatan dalam upaya
Makanan harus dijaga kualitas atau penyelenggaraan kesehatan adalah
mutu, keamanan dan nilai gizinya pengamanan makanan dan minuman.
agar makanan menjadi bermanfaat

1
2

Makanan atau pangan jajanan Berdasarkan data pengawasan PJAS


merupakan salah satu jenis makanan yang dilakukan Direktorat Inspeksi
yang yang sangat dikenal dan umum dan Sertifikasi Pangan Badan
di masyarakat, terutama anak usia Pengawas Obat dan Makanan
sekolah. Anak sekolah biasanya (BPOM RI) di seluruh Indonesia
membeli makanan jajanan pada pada tahun 2008-2010 menunjukkan
penjual makanan jajanan di sekitar bahwa 40-44% PJAS tidak
sekolah atau di kantin sekolah. memenuhi syarat karena makanan
Penjual berperan penting dalam yang dijual mengandung bahan kimia
menyediakan makanan jajanan yang berbahaya, BTP melebihi batas aman
sehat dan bergizi serta terjamin dan mengandung cemaran biologis.
keamanannya. Untuk memperoleh Data Kejadian Luar Biasa (KLB)
makanan yang bergizi dan aman, keracunan pangan yang dihimpun
pemerintah melalui Peraturan oleh Direktorat Surveilan dan
Pemerintah (PP) No. 19 tahun 2005 Penyuluhan Keamanan Pangan
tentang Standar Nasional BPOM RI dari Balai POM di seluruh
Pendidikan (SNP) juga Indonesia pada tahun 2008-2010
menyebutkan bahwa setiap satuan menunjukkan bahwa 17,26-25,15
pendidikan wajib memiliki sarana kasus terjadi di lingkungan sekolah
dan prasarana antara lain ruang dengan kelompok tertinggi siswa
kantin atau kantin sekolah. Hasil sekolah dasar (SD) (Balai Pengawas
penelitian Pusat Pengembangan Obat dan Makanan Republik
Kualitas Jasmani Depdiknas (2007) Indonesia, 2011).
tentang sekolah sehat pada 640 SD Hasil pemantauan BPOM
di 20 provinsi yang diteliti, tahun 2011 menunjukkan 35.5%
sebanyak 84.3% kantin (dari 60 % makanan jajanan anak sekolah tidak
sekolah yang memiliki kantin) belum memenuhi syarat keamanan
memenuhi syarat kesehatan. Selain (Suratmono 2011). Berdasarkan
itu masih banyak ditemukan data dari Sentra Informasi
makanan jajanan anak sekolah Keracunan (SIKer) Nasional Badan
yang tidak memenuhi persyaratan POM (2017) diketahui bahwa
mutu kebersihan, kesehatan dan kejadian keracunan akibat
keamanan, sehingga dapat mengkonsumsi produk pangan
menimbulkan dampak yang tidak (makanan dan minuman) pada Bulan
baik bagi gizi dan kesehatan anak. April–Juni 2017 sebanyak 27
Berdasarkan hasil Monitoring insiden. Penyebab keracunan akibat
dan Verifikasi Profil Keamanan mengkonsumsi makanan olahan
Pangan Jajanan Anak Sekolah dalam kemasan sebanyak 1 insiden
(PJAS) Nasional tahun 2008 yang dengan korban 4 orang, 4 insiden
dilakukan oleh Southeast Asian Food karena makanan olahan jajanan
and Agricultural Science and (PKL) dengan korban sebanyak 102
Technology (SEAFAST) dan Badan orang, makanan olahan jasaboga
Pengawas Obat dan Makanan (katering, restoran, hotel, kantin)
Republik Indonesia, sebagian besar sebanyak 10 insiden dengan korban
(>70%) penjaja PJAS menerapkan 666 orang, makanan olahan rumah
praktek keamanan pangan yang tangga sebanyak 9 insiden dengan
kurang baik (Andarwulan, korban 493 orang dan 5 diantaranya
Madanijah, & Zulaikhah, 2009). meninggal dunia, serta 3 insiden
karena minuman lainnya dengan Kantin sekolah memiliki peran
korban sebanyak 96 orang. SIKer penting dalam penyediaan jasaboga
Nasional Badan POM juga di lingkungan sekolah untuk
mencatat bahwa pada tahun 2017, memenuhi keinginan makan anak
jumlah insiden keracunan akibat pada saat jam sekolah. Menurut
makanan berada pada posisi teratas Kurniadi dkk (2013), kondisi higiene
dari keseluruhan kasus keracunan sanitasi kantin sekolah dasar
nasional (BPOM, 2017) diwilayah Kecamatan Bangkinang,
Dengan meningkatnya Riau masih sangat jauh dari aspek
kebutuhan masyarakat terhadap higiene sanitasi yang memenuhi
makanan yang disediakan diluar syarat kesehatan. Keadaan ini
rumah, maka produk pangan dan ditandai dengan masih ditemukannya
makanan jajanan haruslah terjamin kantin yang berdekatan dengan
kesehatan dan keselamatannya. jamban sekolah dan lokasi
Penjual makanan sebagai salah satu pembuangan sampah, tidak memiliki
jenis tempat pelayanan umum yang saluran pembuangan air limbah,
mengola dan meyediakan makanan tempah sampah yang tidak tertutup,
bagi masyarakat memiliki potensi ditemukan atap kantin yang
yang cukup besar untuk mengalami kebocoran serta lantai
menimbulkan gangguan kesehatan dari kantin sekolah yang tidak bersih
atau penyakit bawaan makanan (food atau masih bersentuhan dengan
borne desease). Kualitas makanan tanah. Dari segi ketersediaan air juga
yang dihasilkan harus memenuhi masih jauh dari aspek higiene
syarat kesehatan seperti faktor lokasi sanitasi dimana air yang digunakan
bangunan, fasilitas sanitasi, peralatan untuk proses mencuci peralatan
pengolahan makanan yang baik dan dipakai berulang-ulang atau tidak
penjamah makanannya sendiri mencukupi serta air bekas mencuci
(Departemen Kesehatan, 2006). peralatan dibuang ke saluran
Anak usia sekolah dengan pembuangan air limbah yang tidak
aktivitas yang tinggi mempengaruhi kedap air. Dari aspek penyajian
mereka dalam memilih jenis makanan masih ditemukan makanan
makanan jajanan. Keamanan pangan, dan minuman yang dijual oleh
dalam UU RI no 7 tahun 1996 pedagang kantin sekolah ternyata
didefinisikan sebagai kondisi dan disajikan di atas meja dalam keadaan
upaya yang diperlukan untuk terbuka tanpa penutup sehingga
mencegah pangan dari kemungkinan kemungkinan terjadinya kontaminasi
cemaran biologis, kimia dan benda pada makanan dan minuman tersebut
lain yang dapat mengganggu, sangat besar. Dengan perlakukan
merugikan dan membahayakan seperti itu tanpa disadari oleh
manusia. Pada anak usia sekolah pedagang kantin dan juga murid
7–15 tahun, kebutuhan makan sekolah tentunya akan memberikan
ditunjang oleh kebiasaan jajan yang peluang berkembangnya mikroba
tinggi pada masa tersebut. Penelitian pada makanan dan minuman jajanan
Syafitri, dkk (2009) di Kota Bogor di kantin sekolah tersebut.
menunjukkan bahwa kebiasaan Kejadian penyakit yang dibawa
jajan memberikan kontribusi oleh makanan sulit untuk
terhadap konsumsi sehari dan diperkirakan. Tahun 2005, 1,8 juta
kecukupan gizi siswa. orang meninggal karena diare.
4

Sebagian besar kasus-kasus ini hubungan antara higiene dan


dikaitkan dengan kontaminasi sanitasi dengan kontaminasi E.Coli
makanan dan minuman. Di negara pada jajanan anak sekolah di
negara maju, persentase penduduk Sekolah Dasar Kec.Tapos Depok.
yang menderita penyakit yang Pratiwi (2014) juga melaporkan
dibawa oleh makanan setiap tahun bahwa ada hubungan antara praktik
dilaporkan telah mencapai 30%. Di mencuci tangan memakai sabun,
Amerika Serikat sekitar 76 kasus pencucian bahan mentah dan
penyakit yang dibawa oleh makanan sanitasi peralatan dengan
mengakibatkan 325.000 dirawat dan kandungan E. coli pada sambal
5.000 meninggal (WHO, 2007). yang disediakan di kantin
Makanan jajanan masih mempunyai Universitas Negeri Semarang.
risiko terhadap kesehatan seperti
infeksi oleh mikroorganisme PELAKSANAAN KEGIATAN
patogen, keracunan, risiko kanker Waktu dan Lokasi
dan lain sebagainya. Resiko tersebut Kegiatan dilaksanakan di
dapat terjadi karena minimnya posyandu wilayah kerja puskesmas
pengetahuan tentang keamanan Limapuluh, kota Pekanbaru.
makanan jajanan (Aminah & Kegiatan tersebut dilaksanakan dari
Hidayah, 2004). bulan Agustus hingga Oktober 2016.
Kejadian keracunan makanan
dapat bersumber dari kaki lima, Sarana dan Alat
kantin sekolah, pabrik, rumah Sarana yang digunakan dalam
tangga, pesta keluarga dan bahkan kegiatan ini meliputi ruang kelas dan
hotel. Hal ini lebih disebabkan aula sekolah. Alat yang digunakan
penggunaan bahan yang tidak baik, adalah laptop, infokus, alat tulis, dan
teknik pengolahan dan sentuhan buku saku higiene sanitasi kantin
teknologi yang kurang. tiga hal yang sehat.
menyebabkan terjadinya pencemaran
makanan sehingga makanan menjadi Metode Pelaksanaan
tidak aman untuk dikonsumsi adalah Metode yang dilaksanakan
penanganan makanan atau minuman pada kegiatan pengabdian
tidak dilakukan dengan masyarakat ini adalah pelatihan,
mengindahkan syarat-syarat edukasi dan advokasi.
kebersihan, selanjutnya alat-alat yang
digunakan untuk menyiapkan,
mengolah, memasak dan menyajikan
tidak bersih sebagaimana semestinya.
Terakhir adalah makanan didiamkan
terlalu lama di lingkungan yang
suhunya memungkinkan berbagai
mikroorganisme berkembang biak
(Ariani dan Anwar, 2006).
Penerapan higiene sanitasi
yang baik dapat mencegah
terjadinya kontaminasi pada
makanan. Sofiana (2012)
melaporkan bahwa terdapat
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan tabel 1 dapat
HASIL dilihat bahwa rata-rata nilai
Berikut hasil dari pre-test dan pengelola kantin di Sekolah Dasar
post-test pelatihan higiene personal Negeri 147 Kota Pekanbaru yaitu
dan sanitasi kantin sekolah dasar pre-test 68,00 dan post-test 86,00.
pengelola kantin di SD Negeri 147 Terlihat nilai perbedaan antara pre-
Kota Pekanbaru. test dan post-test adalah 18. Hasil uji
statistik didapatkan nilai 0,009
Tabel 1. Hasil Pre-Test dan (p<0,01) maka disimpulkan ada
Post-Test Pengelola Kantin perbedaan yang signifikan antara
Mean ± Std. pre-test dan post-test yang dilakukan
Variabel P-Value
Deviation pengelola kantin di Sekolah Dasar
Nilai Pre-test 68.00 ± 8.367 0.009* Negeri 147 Kota Pekanbaru. Setelah
Nilai Postest 86.00 ± 8.944 dilihat dari hasil nilai pre-test dan
Ket : Ada perbedaan yang signifikan dalam post-test, rata-rata nilai pengelola
uji paired sample t-test (∝<0.05) kantin mengalami peningkatan.
Untuk melihat keberhasilan Sehingga dapat dikatakan pengelola
dalam kegiatan ini, anak – anak kantin Sekolah Dasar Negeri 147
diberikan Pre-test dan Post-test. Kota Pekanbaru sudah mulai
Berikut hasil dari pre-test dan post- mengerti dan memahami tentang
test siswa SD Negeri 147 Kota higiene personal dan sanitasi kantin.
Pekanbaru. Jadi, pengetahuan pengelola kantin
Tabel 2. Hasil Pre-Test dan mengalami peningkatan setelah
Post-Test Siswa diberikan pelatihan.
Mean ± Std. Pada pelatihan ini para
Variabel P-Value peserta diajarkan secara teori ilmu
Deviation
Nilai Pre-test 51.04 ± 12.452 0.000* dasar mengenai higiene personal dan
sanitasi pengelola kantin sekolah
Nilai Postest 75.00 ± 6.742
dasar yang memenuhi persyaratan.
Ket : Ada perbedaan yang signifikan dalam
uji paired sample t-test (∝<0.05)
Dari hasil pelatihan yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa
selama proses pelatihan higiene dan
PEMBAHASAN
sanitasi kantin pada sekolah dasar,
a. Pelatihan Higiene Personal dan
para pengelola kantin sangat antusias
Sanitasi Kantin Sekolah Dasar
dalam mengikuti pelatihan. Hal ini
Kegiatan pelatihan diawali
dapat dilihat dari respon para
dengan memberikan pre-test sebelum
pengelola kantin pada saat pelatihan,
menjelaskan materi tentang higiene
yaitu adanya pertanyaan mengenai
personal dan sanitasi pengelola
materi yang dijelaskan serta
kantin sekolah dasar. Pre-test yang
keinginan pengelola kantin untuk
diberikan berupa 10 pertanyaan
menerapkan higiene sanitasi kantin
terkait dengan materi yang akan
yang memenuhi persyaratan di
dijelaskan. Setelah penjelasan materi,
Sekolah Dasar Negeri 147
para peserta diberikan post-test
Pekanbaru.
dengan pertanyaan yang sama
dengan pre-test tadi. Hal ini untuk
melihat sejauh mana pemahaman
pengelola kantin terhadap materi
yang telah dijelaskan.
6

b. Pelaksanaan Edukasi tangan sebelum dan setelah bekerja,


1. Edukasi Siswa tidak menggunakan perhiasan pada
Kegiatan pelaksanaan edukasi saat bekerja, penjamah makanan
siswa yang telah dilakukan yaitu dalam kondisi yang sehat pada saat
sosialisasi dan penyuluhan tentang bekerja, menggunakan alat bantu saat
keamanan pangan dan ketrampilan mengambil makanan matang,
siswa dalam memilih makanan menutup makanan yang sudah
jajanan yang aman dan sehat berjalan matang, tidak ada sampah berserakan
dengan baik. Walaupun ada kendala dan menggunakan peralatan masak
pada saat mengumpulkan anak-anak yang bersih.
untuk mengikuti penyuluhan. Tetapi Berdasarkan pengamatan
kegiatan tetap berjalan dengan terhadap sanitasi kantin, sudah cukup
lancar. Media yang digunakan dalam baik dan bersih, akan tetapi belum
penyuluhan ini juga mudah dipahami memenuhi semua persyaratan yang
oleh anak-anak. Berdasarkan hasil sesuai dengan teori Nuraida, dkk.
kegiatan penyuluhan, anak-anak (2011), kantin harus mempunyai
sudah mampu memilih jajanan yang fasilitas sanitasi yang terdiri dari :
aman dan sehat. Anak-anak tersebut bak cuci piring dan peralatan dengan
juga sudah bisa menyampaikan air mengalir serta rak pengering,
materi tentang keamanan pangan wastafel dengan sabun/detergen dan
kepada teman-teman yang lainnya. lap bersih atau tisue di tempat makan
dan di tempat pengolahan/persiapan
2. Edukasi Pengelola Kantin makanan, tersedia suplai air bersih
Kegiatan edukasi untuk yang cukup, baik untuk kebutuhan
pengelola kantin yang telah pengolahan maupun untuk kebutuhan
dilakukan berjalan dengan baik. pencucian dan pembersihan. Pada
Kegiatan ini berupa pendampingan kantin SDN 147 Pekanbaru belum
praktik dan praktik mandiri higiene memiliki bak cuci piring dengan air
sanitasi kantin sekolah yang mengalir akan tetapi diganti dengan
dilakukan dengan pengamatan secara baskom dengan air mengalir serta
langsung. Pada saat pendampingan belum ada wastafel dengan sabun.
praktik, pengelola kantin didampingi Suplai air bersih yang cukup
untuk menerapkan higiene sanitasi memadai. Pada saat pengamatan juga
kantin sekolah yang memenuhi ditemukan adanya saluran
persyaratan. Minggu berikutnya pembuangan air di depan kantin yang
dilakukan pengamatan terhadap tidak memenuhi persyaratan higiene
perilaku higiene sanitasi pengelola sanitasi kantin.
kantin yang telah diajarkan pada
minggu lalu. c. Evaluasi Siswa
Berdasarkan hasil Untuk melihat keberhasilan
pengamatan yang telah dilakukan, dalam kegiatan ini, anak – anak
kebersihan penjamah makanan atau diberikan Pre-test dan Post-test
higiene perorangan kantin sudah baik berupa pertanyaan terkait keamanan
dan telah memenuhi persyaratan. Hal pangan. Pre-test dan post-test ini
ini dapat dilihat dari penjamah diberikan pada saat kegiatan
makanan yang sudah menggunakan penyuluhan dilakukan. Berdasarkan
pakaian kerja dan alat pelindung diri tabel 2 dapat dilihat bahwa rata-rata
(APD) pada saat bekerja, mencuci nilai siswa di Sekolah Dasar Negeri
147 Kota Pekanbaru yaitu pre-test KESIMPULAN DAN SARAN
51,04 dan post-test 75,00. Terlihat KESIMPULAN
nilai perbedaan antara pre-test dan 1. Pengelola kantin sudah mengerti
post-test adalah 23,96. Hasil uji dan memahami tentang higiene
statistik didapatkan nilai 0,000 personal dan sanitasi kantin
(p<0,01) maka disimpulkan ada setelah dilaksankan pelatihan.
perbedaan yang signifikan antara Terjadi peningkatan pengetahuan
pre-test dan post-test yang dilakukan dengan nilai rata-rata pre-test
di Sekolah Dasar Negeri 147 Kota 68,00 dan post-test 86,00 yaitu
Pekanbaru. Setelah dilihat dari hasil sebesar 18.
nilai pre-test dan post-test, rata-rata 2. Terjadi peningkatan pengetahuan
nilai siswa mengalami peningkatan. siswa tentang kemanan pangan
Sehingga dapat dikatakan siswa dengan nilai rata-rata pre-test
Sekolah Dasar Negeri 147 Kota 51,04 dan post-test 75,00 yaitu
Pekanbaru sudah mulai mengerti dan sebesar 23,96.
memahami tentang keamanan 3. Kebersihan penjamah makanan
pangan. Jadi, pengetahuan siswa dan sanitasi kantin sudah cukup
mengalami peningkatan setelah baik dan telah memenuhi
diberikan penyuluhan. persyaratan.
Setelah diberikan edukasi dan
evaluasi terkait materi keamanan SARAN
pangan, salah satu dari anak-anak Pihak sekolah sebaiknya lebih
tersebut dipilih menjadi duta meningkatkan perhatian terhadap
keamanan pangan. Penilaian dipilih persyaratan sanitasi kantin yang
berdasarkan hasil pengamatan belum terpenuhi seperti saluran air
terhadap sikap mereka dalam yang terbuka dekat kantin sehingga
memilih jajanan sehat dan aman serta dapat menunjang perubahan kantin
nilai pre-test dan post-test yang sekolah yang sehat dan aman bagi
terbaik. Menurut Notoatmojo (2003), siswa.
pengetahuan dan sikap mengenai
kesehatan akan berpengaruh terhadap
sikap perilaku sebagai hasil jangka DAFTAR PUSTAKA
panjang dari pendidikan kesehatan. Aminah S, Hidayah N. 2004.
Berdasarkan hasil observasi Pengetahuan Keamanan
setelah kegiatan berakhir dan Pangan Penjual Makanan
didukung dengan advokasi, kepada Jajanan di Lingkungan
pihak pengelola sekolah untuk terus Sekolah Kelurahan Wonodri
melanjutkan kegiatan pengawasan Kecamatan Semarang Selatan
terhadap praktik sanitasi dan higiene Kota Semarang. Jurnal
pada kantin sekolah. Sekolah juga Litbang Universitas
semakin menyadari pentingnya Muhammadiyah Semarang
praktik sanitasi dan higiene personal Andarwulan N, Madanijah S,
pengolah makanan, guru dan siswa Zulaikhah. 2009. Laporan
sekolah dasar untuk memberi Penelitian : Monitoring dan
kontribusi terhadap pengurangan Verifikasi Profil Keamanan
kejadian penyakit bawaan makanan. Pangan Jajanan Anak Sekolah
(PJAS) Nasional Tahun 2008.
Southes Asian Food and
8

Agricultural Science and sekolah dasar wilayah


Technology (SEAFAST) Kecamatan Bangkinang.
Center IPB dan Direktorat Jurnal Ilmu Lingkungan, 7(1).
Surveilan dan Penyuluhan Notoatmodjo,S, 2003. Prinsip –
Keamanan Pangan BPOM RI, Prinsip Ilmu Kesehatan
Bogor. Masyarakat, Rineka Cipta,
Ariani D, Anwar F. 2006. Mutu Jakarta
mikrobiologis minuman PP NO. 19 Tahun 2005 tentang
jajanan di sekolah dasar Standar Nasional Pendidikan.
wilayah Bogor Tengah. Direktorat Jenderal
Jurnal Gizi dan Pangan 1 (1): Pendidikan Dasar
44-50. Kementerian Pendidikan
Aulia, F.I. 2014. Pengaruh Nasional.
pendidikan kesehatan tentang Pratiwi, L.R. (2014). Hubungan
personal hygiene terhadap Anatara Personal Hygiene
pengetahuan dan sikap siswa dan Sanitasi Makanan
di SDN Rembes 1 dusun Dengan Kandungan E. Coli
Watugimbal kecamatan pada Sambal yang
Beringin kabupaten Disediakan Kantin
Semarang. Semarang. Universitas Negeri Semarang
Badan Pengawas Obat dan Makanan. Tahun 2012. Unnes Journal
2011. Pentingnya Promosi of Public Health, (4),17–24.
Keamanan Pangan di Sekolah Sofiana. 2012. Hubungan Higiene
Untuk Menyelamatkan dan Sanitasi dengan
Generasi Penerus. Kontaminasi Escherichia
http://perpustakaan.pom.go.id Coli Pada Jajanan di
/KoleksiLainnya/Buletin Sekolah Dasar Kec.Tapos
%20Info%20POM /0611.pdf Depok. Skripsi. [serial
BPOM. 2017. (http://ik.pom.go.id/v online] [disitasi pada 8
2016/berita-keracunan/berita- Januari 2018]. Diakses dari
keracunan-bulan-april-juni- URL:http://lib.ui.ac.id/file/20
2017). diakses tanggal 8 319719-SPDF-Erna%20Sofi
Januari 2018 ) ana. pdf
Depkes RI. 2006. Modul kursus Syafitri,Y., Syarief, H., &
hygiene dan sanitasi makanan Baliwati, Y.F. (2009).
dan minuman. Departemen Kebiasaan Jajan Siswa
Kesehatan RI, Jakarta. Sekolah Dasar. Jurnal
Edyati, L. (2014). Pengaruh UU No 36 tahun 2009 tentang
penyuluhan kesehatan Kesehatan. Kementerian
dengan media video terhadap Kesehatan.
pengetahuan dan sikap World Health Organization., (2007).
personal hygiene siswa SD Food Safety and Foodborne
Negeri 1 Kepek Pengasih Illness.
Kulon Progo. Yogyakarta. http://www.who.int/mediacen
Kurniadi Y, Saam Z, Afandi D. tre/factsheets/fs237/en/.
2013. Faktor kontaminasi Tanggal akses: 4 Januari
bakteri E. Coli pada makanan 2018.
jajanan di lingkungan kantin

Anda mungkin juga menyukai