Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sanitasi makanan adalah praktek penting dalam bidang pengolahan makanan,
yang bertujuan untuk mengurangi berbagai risiko kesehatan yang terkait dengan
makanan sebelum, selama, dan sesudah pemrosesan, serta selama penyimpanan dan
penyajian untuk konsumsi. (Oktafani, 2019). Makanan memiliki peran penting
dalam kesejahteraan individu. Tindakan mengkonsumsi makanan bergizi
melibatkan pemilihan bahan mentah yang hati-hati, serta implementasi proses
pengolahan, penyimpanan, diangkut, dan praktek menyajikan yang secara efektif
mengurangi penularan penyakit. Pengawasan sanitasi makanan mencakup seluruh
proses pengolahan makanan, dari persiapan hingga presentasinya akhir. Konsep
makanan sehat mencakup perlindungan makanan terhadap infeksi melalui beberapa
tahap, mulai dari pemilihan bahan mentah yang hati-hati hingga penyajian produk
akhir yang cermat. (Fauziah dan Suparmi, 2022). Bagi pengelola makanan adalah
hal yang penting untuk memprioritaskan pertimbangan lingkungan, isu-isu sosial,
dan kebersihan di area memasak (Calloway et al., 2019).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2020, sekitar 10%
dari populasi global akan mengalami penyakit karena konsumsi makanan yang
terkontaminasi atau penyakit terkait makanan, mengakibatkan jumlah kematian
tahunan 420.000. Di Amerika Serikat, insiden tahunan sekitar 48 juta kasus
penyakit yang ditularkan oleh makanan. Sekitar 80% penyakit karena adanya
bakteri berbahaya, banyak bakteri yang sering dikaitkan dengan penyakit termasuk
Salmonella, Staphylococcus, Escherichia coli, Vibrio, Clostridium, Shigella, dan
1
Pseudomonas cocoveneouns (Miranti dan adi, 2018).

Menurut Kepmenkes RI Nomor 942/MENKES/SK/VII/2003 menjelaskan


sanitasi makanan sebagai upaya untuk mengontrol faktor makanan, manusia,

1
Amelia C, Keliat. Skripsi: “Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap penjamah makanan
dengan penerapan hygiene sanitasi makanan di pasar jahe simalingkar kecamatan medan
tuntungan kota medan” (Medan: Poltekkes Medan, 2023) Hal. 1

1
tempat, dan perlengkapan yang bisa menyebabkan penyakit dan menganggu
kesehatan. Keputusan ini juga mengatur perilaku individu yang terlibat dalam
penjamah, serta pengolahan peralatan, air, dan bahan makanan. Penjamah makanan
diminta untuk memastikan keamanan makanan yang akan dikonsumsi oleh
2
masyarakat, seperti yang dinyatakan oleh Kasim et al. (2019).

Hygiene penjamah salah satu kunci keberhasilan penting dalam pengolahan


makanan yang memastikan makanan yang aman dan sehat. Kondisi kebersihan
yang tidak memadai memiliki potensi untuk membahayakan kualitas makanan yang
disajikan kepada pelanggan. Masalah kesehatan dapat disebabkan oleh kebersihan
makanan yang tidak memadai (Suryani & Astuti, 2019).

Pemahaman yang luas tentang sanitasi dan kebersihan makanan sangat


penting bagi penjamah makanan yang terlibat dalam pemeliharaan makanan.
Seorang penjamah yang mempertahankan pentingnya menjaga kesehatan dan
sanitasi, kemudian akan mendorong implementasi prosedur dan praktik sanitasi.
(Juhaina, 2020). Selain pemahaman yang baik, praktik kebersihan penjamah
makanan juga dapat dipengaruhi secara signifikan oleh sikap mereka. Seperti yang
dikatakan oleh Pitri et al. (2020).

Salah satu persyaratan untuk membuat makanan dan minuman berkualitas


tinggi adalah bahwa penjamah makanan mematuhi kebersihan makanan, yang
melibatkan penjamah itu sendiri dengan cara sikap bersih untuk mencegah
kontaminasi makanan. Kebersihan makanan dipengaruhi oleh banyak elemen,
termasuk air, fasilitas pengolahan makanan, peralatan, dan penjamah makanan.
Penyebaran penyakit oleh penjamah makanan berkontribusi signifikan terhadap
inisiatif kesehatan makanan. (Andayasari & Anorital, 2011).

Berdasarkan observasi data awal para penjual makanan di Sekolah


Kecamatan Bengkong, ditemukan beberapa penjamah langsung menggunakan
tangan saat menyajikan makanan tanpa memakai peralatan/penjepit makanan,
beberapa tempat sampah yang ada didekat kantin masih terbuka dan ada yang tidak

2
Amelia C, Keliat. Skripsi: “Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap penjamah makanan
dengan penerapan hygiene sanitasi makanan di pasar jahe simalingkar kecamatan medan
tuntungan kota medan” (Medan: Poltekkes Medan, 2023) Hal. 1-2

2
diberi tutup (tidak layak), makanan seperti gorengan maupun jajanan disajikan
dengan tidak ada penutupnya/terbuka begitu saja serta adanya keberadaan vektor
lalat, beberapa penjual juga ditemukan saat pengolahan makanan langsung
menggunakan tangan tanpa memakai alas/sarung tangan, di salah satu kantin
sekolah penjamah makanan masih menggunakan perhiasan/cincin dan gelang saat
pengolahan makanan, beberapa kantin sekolah masih ditemukan sampah yang
berserakan, di salah satu kantin sekolah kurangnya ketersediaan air bersih untuk
membersihkan tangan dan peralatan sehingga penjual memakai air tampungan yang
sudah kotor untuk mencuci tangan, di salah satu kantin menggambarkan saluran
pembuangan air limbah yang terbuka begitu saja.

Berdasarkan wawancara singkat dengan penjamah makanan, pihak sekolah


dan siswa didapatkan, di salah satu kantin sekolah ditanyakan soal penggunaan
celemek, penjamah makanan menjawab memakai dan terkadang tidak memakai
menggunakan celemek saat pengolahan makanan, salah satu kantin sekolah saat
ditanya sering menutup makanan yang disajikan, penjamah menjawab terkadang
dibuka saja terkadang ditutup, beberapa penjamah makanan saat ditanya saat
mengeringkan peralatan yang sudah dicuci dengan lap bersih, beberapa penjamah
menjawab dibiarkan kering begitu saja, beberapa kantin sekolah siswa ditanya
mengenai pengambilan jajanan makanan siswa menjawab saat mengambil makanan
langsung menggunakan tangan dan ada beberapa kantin sekolah yang menyediakan
penjepit makanan, dan pihak sekolah menyebutkan untuk makanan yang dijajakan
ada yang terbuka begitu saja ada yang dipakai Styrofoam.

Dari observasi tersebut personal hygiene penjamah di sekolah yang masih


kurang baik dan ketersediaan fasilitas yang masih kurang. Dengan latar belakang
tersebut penulis memberi judul “Hubungan Perilaku Dan Faktor Lingkungan
Terhadap Personal Hygiene Pengelola Makanan Jajanan Di Kantin Sekolah
Kecamatan Bengkong Kota Batam Tahun 2024”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti membuat judul masalah.


“Apakah ada hubungan perilaku dan faktor lingkungan terhadap personal hygiene
pengelola makanan di kantin sekolah kecamatan bengkong kota batam 2024”.

3
1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku dan
faktor lingkungan dengan personal hygiene pengelola makanan di Sekolah
Kecamatan Bengkong.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan terhadap personal hygiene


pengelola makanan jajanan di sekolah kecamatan bengkong.
2. Untuk mengetahui hubungan sikap terhadap personal higiene pengelola
makanan jajanan di sekolah kecamatan bengkong.
3. Untuk mengetahui hubungan tindakan terhadap personal hygiene pengelola
makanan jajanan di sekolah kecamatan bengkong.
4. Untuk mengetahui hubungan fasilitas saluran air limbah yang memenuhi
syarat terhadap personal hygiene pengelola makanan jajanan di sekolah
kecamatan bengkong
5. Untuk mengetahui hubungan ketersediaan tempat sampah terhadap personal
hygiene pengelola makanan jajanan di sekolah kecamatan bengkong
6. Untuk mengetahui hubungan ketersediaan air bersih terhadap personal
hygiene pengelolaan makanan jajanan di sekolah kecamatan bengkong.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Penulis

Penelitian ini memberikan manfaat dengan meningkatkan kemampuan untuk


melakukan penelitian, tetapi juga memberikan pengetahuan dan pengalaman
langsung dari teori yang telah dipelajari melalui hubungannya dengan kenyataan
dunia nyata. Selain itu, penelitian ini dapat mendapatkan gambaran perilaku dan
faktor lingkungan yang berkaitan dengan kebersihan makanan jajanan di kantin
Sekolah Kecamatan Bengkong.

4
1.4.2 Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKes) Universitas Ibnu Sina

Dengan laporan penelitian bisa ini bermanfaat bagi seluruh mahasiswa FIKes
dan bisa mengembangkan sebagai bahan laporan selanjutnya.

1.4.3 Bagi Sekolah

Penelitian ini bisa memberikan informasi tentang gambaran perilaku serta


faktor lingkungan yang berkaitan dengan personal hygiene bagi kantin sekolah
tersebut. Informasi ini dapat digunakan untuk membuat kebijakan sekolah tentang
fasilitas kantin sekolah, serta untuk mendorong dan membantu pihak sekolah untuk
mengawasi kebersihan makanan di kantin sekolah.

5
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif observasional dengan
menggunakan kuantitatif dengan metode cross - sectional, yaitu penelitian yang
dilakukan dengan pengamatan dalam waktu tertentu atau relative pendek dan hanya
dilakukan satu kali pengamatan selama penelitian.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1 Lokasi Penelitian
Untuk lokasi penelitian ini dilakukan di enam Sekolah Kecamatan Bengkong,
yaitu Sekolah Dasar 003 Bengkong Laut, Sekolah Dasar 006 Bengkong Permai,
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 (MIN 1) Bengkong Laut, Madrasah Tsanawiyah
Negeri 1 (MTSN) Bengkong Laut, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Bengkong
Laut, dan Sekolah Menegah Atas Negeri 8 Batam Bengkong Sadai. Penelitian ini
dilakukan pada kantin - kantin yang berada disekolah tersebut dengan berjumlah 30
responden.

3.2.2 Waktu Penelitian

Untuk waktu penelitian data awal dari Februari – Maret 2024.

3.3 Populasi dan Subjek Penelitian


Populasi pada penelitian ini adalah penjamah makanan di kantin sekolah,
dengan penjamah tersebut berjumlah 30 responden yang tersebar di enam sekolah.

20
NO Nama Sekolah Jumlah Responden
1 MIN 1 5 Responden
2 MTSN 1 7 Responden
3 MAN 2 7 Responden
4 SDN 003 1 Responden
5 SDN 006 3 Responden
6 SMAN 8 7 Responden
Jumlah 30 Responden
Tabel 3.3 Nama sekolah dan jumlah responden

3.4 Besar Sampel

Besar sampel pada penelitian ini sebesar 30 responden.

3.5 Teknik Sampel

Menurut sugiono (2006) Teknik sampling merupakan pendekatan dengan


cara pengambilan sampel. Untuk memastikan sampel yang akan digunakan untuk
tujuan penelitian (Sujarweni, 2022). Teknik sampel yang digunakan pada penelitian
ini adalah non probability sampling dengan sampling kuota. Ini berarti mengambil
sampel dari populasi dengan karakteristik tertentu dengan jumlah sampel yang
diinginkan.

3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Pengukuran
1. Pengetahuan Pengetahuan Pengukuran Lembar Baik = 1 Nominal
penjamah dengan Kuesioner Buruk = 0
dengan instrumen
menjawab
dengan
mengenai

21
No Variabel Definisi Cara Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Pengukuran
pengolahan
makanan.
2. Sikap Tanggapan Pengukuran Lembar Baik = 1 Nominal
penjamah soal dengan Kuesioner Buruk = 0
pandangan yang instrumen
telah dipahami
dan dinyatakan
dalam bentuk
pertanyaan
mengenai
pengolahan
makanan.
3. Tindakan Suatu sikap Pengukuran Lembar Baik = 1 Nominal
yang dilakukan dengan Kuesioner Buruk = 0
penjamah instrumen
mengenai
pengolahan
makanan.
4. Fasilitas: Tong Sentra pedagang Pengukuran Lembar 1. Tersedia Nominal
Sampah makanan jajanan dengan Observasi 2. Tidak
harus terletak instrumen tersedia
jauh dari sumber
pencemaran
makanan jajanan
atau sumber
pencemaran
lainnya, seperti
pembuangan
tempat sampah.

22
No Variabel Definisi Cara Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Pengukuran
5. Fasilitas: Sentra pedagang Pengukuran Lembar 1. Tersedia Nominal
Saluran makanan jajanan dengan Observasi 2. Tidak
pembuangan harus terletak instrumen tersedia
air limbah jauh dari sumber
pencemaran
makanan jajanan
atau sumber
pencemaran
lainnya, seperti
saluran
pembuangan air
limbah
6. Fasilitas: Air Konstruksi Pengukuran Lembar 1. Tersedia Nominal
Bersih sarana penjaja dengan Observasi 2. Tidak
harus instrumen tersedia
tersedia air
bersih
Tabel 3.6 Variabel dan definisi operasional

3.7 Jenis dan Prosedur Pengumpulan data

3.7.1 Data Primer

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, observasi ke lapangan
dan menggunakan kuesioner dengan penjamah yang terkait untuk mengetahui
kondisi kantin sekolah.

3.7.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui dokumen yang terkait sekolah, yang artinya
sumber penelitian yang diperoleh dan dikumpulkan penulis secara tidak langsung
melainkan dari pihak sekolah. Data sekundernya yaitu profil sekolah.

23
3.8 Prosedur Pengolahan data

3.8.1 Editing

Editing adalah memeriksa kejelasan dan kelengkapan pengisian instrumen


pengumpulan data (Sujarweni, 2022).

3.8.2 Coding

Coding merupakan proses indentifikasi dan klasifikasi dari setiap pertanyaan


yang ada di dalam instrument pengumpulan data dari variabel – variabel yang
diteliti (Sujarweni, 2022).

3.8.3 Processing

Yaitu, mencatat atau memasukan data ke dalam bentuk master tabel


(Sujarweni, 2022).

3.8.4 Cleaning

Penulis memeriksa kembali data untuk memastikan tidak ada kesalahan.

3.9 Analisis data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan SPSS,yaitu:

1. Univariat: analisis univariat merupakan analisa yang dilakukan untuk


menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian (Notoadmojo, 2005:188)
(Sujarweni, 2022)
2. Bivariat: Menurut notoadmojo (2005) dalam buku Sujarweni (2022)
Penelitian bivariat adalah Analisa yang dilakukan lebih dari 2 variabel,
untuk mencari hubungan antar variabel dengan menggunakan uji chi
square. dengan hitungan P<0,05 berarti ada hubungan signifikan dan
P>0,05 berarti tidak ada hubungan signifikan.

24
3.10 Jadwal Penelitian

Jadwal kegiatan dalam penelitian dalam bentuk tabel. Beberapa kegiatan


penelitian adalah sebagai berikut:

NO Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli


1. Penelitian data
awal
2. Pembuatan
proposal
3. Perbaikan
proposal
4. Pengumpulan data
5. Pengolahan dan
analisis data
6. Penulisan Skripsi
7 Ujian Skripsi
Tabel 3.10 Jadwal Penelitian

25

Anda mungkin juga menyukai