II.1 Definisi
Hipertensi (tekanan darah tinggi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam
arteri. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi
esensial. Menurut The Seventh of The Joint national Committee on Prevention,
detection, Wvaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi
tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prehipertensi,
hipertensi derajat 1, dan derajat 2.
Pada orang yang berumur lebih dari 50 tahun, tekanan darah sistolik >140 mmHg
merupakan factor resiko yang lebih penting untuk terjadinya penyakit kardiovaskular
daripada tekanan darah diastolic.
II.2 Epidemiologi
Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari negara-
negara yang sudah maju. Data dari The National Health and Nutrition Examination
Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun ke 1999 – 2000, insiden hipertensi
pada orang dewasa adalah sekitar 29 – 31%, yang berarti terdapat 58 – 65 juta orang
hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHNES III tahun
1988 – 1991. Hipertensi esensial sendiri merupakan 95% dari seluruh kasus
hipertensi.
2
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari
adanya penyakit lain.
Hipertensi Hiperdinamik
Penyebab 1 :
↑ Frekuensi denyut jantung / volume ekstrasel
↓
↑ Aliran balik vena
↓
↑ Volume sekuncup (mekanisme Frank-Starling)
↓
HIPERTENSI
Penyebab 2 :
↑ Aktivitas simpatis (dari SSP) / ↑ respon terhadap katekolamin
↓
↑ Curah jantung
↓
HIPERTENSI
Hipertensi Resistensi
3
Penyebab :
- ↑ Aktivitas simpatis
- ↑ Respon terhadap katekolamin
- ↑ Konsentrasi angiotensin II Vasokonstriksi perifer
- Mekanisme autoregulasi (arteriol)
- Hipertrofi otot vasokonstriktor ↓
- ↑ Viskositas darah (↑ hematokrit) → HIPERTENSI
Dibagi 3 :
Hipertensi Renal
Stenosis arteri renalis/ penyempitan arteriol & kapiler ginjal
↓
Iskemia ginjal
↓
Pelepasan renin dari ginjal
↓
Renin Tumor yang produksi
renin
Angiotensinogen → Angiotensin I
↓ ACE
Angiotensin II (oktapeptida)
4
↑ Tekanan darah
Massa ginjal fungsional ↓
Hipertensi
↓
Hipertensi kronik
Hipertensi Hormonal
- Sindrom Adrenogenital
Pembentukan kortisol di korteks adrenal dihambat
↓
Pelepasan hormone adrenokortikotropik (ACTH) tidak
dihambat
↓
Prekursor mineralokortikoid aktif kotisol & aldosteron
↓
Retensi Na
↓
↑ Hormon ekstrasel
↓
↑ Curah jantung
↓
HIPERTENSI
5
↓
Lepaskan aldosteron (jumlah besar) tanpa mekanisme
pengaturan
↓
Retensi Na di ginjal
↓
↑ Curah jantung
↓
HIPERTENSI
- Sindrom Cushing
Pelepasan ACTH tidak adekuat
↓
↑ Konsentrasi glukokortikoid plasma
HIPERTENSI
- Feokromasitoma
Tumor adrenomedula
6
↓
Katekolamin
↓
↑ Kadar epinefrin tidak terkendali
↓
↑ Curah Jantung
↓
HIPERTENSI
- Pil Kontrasepsi
Retensi Na
↓
↑ Curah jantung
↓
HIPERTENSI
Hipertensi Neurogenik
Ensefalitis, edema serebri, pedarahan, tumor otak
↓
Perangsangan sentral kerja jantung berlebih
↓
↑ Tekanan darah
↓
HIPERTENSI
7
Genetik (♀ > ♂)
Penduduk kota > desa (Hipertensi primer)
Stres psikologis kronis (berubungan dengan pekerjaan / kepribadian)
↑ Volume ekstrasel
↑ Tekanan darah (HIPERTENSI)
* Stress / ketegangan fisik (olahraga) pelepasan adrenalin & nor-
adrenalin vasokontriktif ↑ tekanan darah sementara
8
Konsumsi liquorice
Adalah sejenis gula-gula yang dibuat dari Succus liquiritiae yang
mengandung asam glizirinat dengan khasiat retensi air ↑ Tekanan
darah jika dimakan dalam jumlah besar
Merokok
Nikotin vasokonstriksi ↑ tekanan darah
Pil KB
Mengandung hormon estrogen retensi garam & air ↑ tekanan
darah
Hormon pria & kortikosteroid
Menyebabkan retensi air ↑ tekanan darah
Kehamilan
Uterus direnggangkan telalu banyak oleh janin menerima kurang
darah dilepaskan zat yang ↑ tekanan darah
II.5 Gejala
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan
tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari
hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
Sakit kepala
Kelelahan
Mual
9
Muntah
Sesak nafas
Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
memerlukan penanganan segera.
Pemeriksaan Dasar
Pengukuran tekanan darah yang sesuai standar dilakukan tidak hanya sekali, bila
perlu dapat pada lebih sekali kunjungan.
10
II.7 Pemeriksaan Mencari Faktor Resiko
Faktor resiko penting untuk menentukan resiko hipertensi dan stratifikasi terhadap
kejadian komplikasi kardiovaskular, yaitu :
11
a. Penyakit serebrovaskular
Stroke iskemik
Perdarahan serebral
TIA
b. Penyakit jantung
Infark miokard
Angina pectoris
Revaskularisasi koroner
Gagal jantung kongestif
c. Retinopati hipertensi lanjut
Perdarahan atau eksudat
Edema papil
d. Penyakit ginjal
Nefropati diabetic
GGK (kreatinin > 2 mg %)
e. Penyakit lain
Diseksi aneurisma
Penyakit arteri (simtomatik)
12
Kimia darah untuk kalium (serum), kreatinin (serum), gula darah puasa, total
kolesterol
Elektrokardiogram
Ekokardiogram
Radiologi: foto toraks
Sesuai penyakit penyerta
Kolesterol total serum, kolesterol HDL serum, LDL serum, kolesterol
trigliserida serum (puasa)
Asam urat serum
Plasma rennin activity (PRA), aldosteron, katekolamin urin
Ekokardiografi bila diduga KOS (kerusakan organ sasaran), seperti adanya
LVH
Ultrasonografi pembuluh darah besar (karotis dan femoral)
Ultrasonografi ginjal bila diduga adanya kelainan ginjal
Pemeriksaaan neurologis untuk mengetahui kerusakan pada otak
Funduskopi untuk mengetahui kerusakan pada mata
II.9 Terapi
Target tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk individu beresiko tinggi
(diabetes, gagal ginjal proteinuria) < 130/80 mmHg
Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular
Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria
13
Selain pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap factor resiko atau kondisi penyerta
lainnya seperti diabetes mellitus atau dislipidemia juga harus dilaksanakan hingga
mencapai target terapi masing-masing kondisi.
Menghentikan merokok
Menurunkan berat badan berlebih
Menurunkan konsumsi alcohol berlebih
Latihan fisik
Menurunkan asupan garam
Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak
Jenis – jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan
JNC 7:
14
Masing – masing obat antihipertensi memiliki efektivitas dan keamanan dalam
pengobatan hipertensi, tetapi pemilihan obat antihipertensi juga dipengaruhi beberapa
factor, yaitu :
15
sendiri, terlepas dari jenis atau kelas obat antihipertensi yang digunakan. Tetapi
terdapat pula buki – bukti yang menyatakan bahwa kelas obat antihipertensi tertentu
memiliki kelebihan untuk kelompok pasien tertentu.
Gagal jantung
Pasca infark miokardium
Resiko penyakit pembuluh darah koroner tinggi
Diabetes
Penyakit ginjal kronis
Pencegahan stroke berulang
Populasi minoritas
Obesitas dan sindrom metabolic
Hipertrofi ventrikel kanan
Penyakit arteri perifer
Hipertensi pada usia lanjut
Hipotensi postural
Demensia
Hipertensi pada perempuan
Hipertensi pada anak dan dewasa muda
Hipertensi urgensi dan emergensi
16
Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan target
tekanan darah tinggi dicapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan
untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang
memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan memulai terapi
dengan satu jenis obat antihipertensi atau dengan kombinasi tergantung tekanan darah
awal dan ada tidaknya komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan
dalam dosis rendah, dan kemudian tekanan darah belum mencapai target, maka
langkah selanjutnya adalah meningkatkan dosis obat tersebut, atau berpindah ke
antihipertensi lain dengan dosis rendah. Efek samping umumnya bisa dihindarkan
dengan dosis rendah, baik tunggal maupun kombinasi. Sebagian besar pasien
memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah,
tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan bisaya pengobatan dan menurunkan
kepatuhan pasien karena jumlah obat yang semakin bertambah.
Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien adalah :
CCB dan BB
CCB dan ACEI atau ARB
CCB dan diuretika
AB dan BB
Kadang diperlukan tida atau empat kombinasi obat
17
Indikasi dan Kontraindikasi (KI) Kelas – kelas Utama Obat Antihipertensi menurut
ESH
Angina pectoris,
Calcium Antagonist A-V block (derajat 2 atau 3),
aterosklerosis karotis,
(verapamil, diltiazem) gagal jantung kongestif
takikardia supraventrikuler
18
proteinuria, hipertrofi
ventrikel kiri, batuk karena bilateral
ACEI
Klasifikasi TDS (mmHg) TDD (mmHg) Perbaikan Pola Terapi Obat Awal Terapi Obat awal
Tekanan darah Hidup tanpa Indikasi dengan Indikasi
Memaksa Memaksa
19
II.10 Komplikasi
Aterosklerosis
Penyakit jantung koroner
Penyakit arteri perifer atau penyakit oklusi arteri perifer
Aneurisma
Gagal Jantung
Stroke
Edema paru
Gagal ginjal
Kebutaan (pecahnya pembuluh darah pada mata)
Sindrom metabolic
II.11 Prognosis
Hipertensi dapat dikendalikan dengan baik dengan pengobatan yang tepat. Terapi
dengan kombinasi perubahan gaya hidup dan obat-obatan antihipertensi biasanya
dapat menjaga tekanan darah pada tingkat yang tidak akan menyebabkan kerusakan
pada jantung atau organ lain. Kunci untuk menghindari komplikasi serius dari
hipertensi adalah untuk mendeteksi dan mengobati sebelum kerusakan terjadi.
20
DAFTAR PUSTAKA
Hughes AD, Schachter M. Hypertension and blood vessels. Hughes AD, Schachter
M. Hipertensi dan pembuluh darah. Br Med Bull 1994;50:356-70. Br Med Bull 1994;
50:356-70.
Sudoyo, Aru W., dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. ed. IV. Jakarta: FKUI. 2006.
21