Anda di halaman 1dari 97

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN

TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL


TRESNA WERDHA TERATAI PALEMBANG
TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh :

DIAH AYU PITALOKA

NIM : A21410008

PROGRAM STUDI NERS

STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG

TAHUN AKADEMIK 2017-2018


PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN
TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL
TRESNA WERDHA TERATAI PALEMBANG
TAHUN 2018

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Derajat Sarjana
Keperawatan (S.Kep)

Oleh :

DIAH AYU PITALOKA

NIM : A21410008

PROGRAM STUDI NERS

STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG

TAHUN AKADEMIK 2017-2018


SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya Yang Bertanda Tangan Di Bawah Ini :

Nama : Diah Ayu Pitaloka

NIM : A21410008

Pogram Studi : S1 Keperawatan

Judul Skrpsi : Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah


Pada Lansi di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang
Tahun 2018.

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skrpsi ini tidak ada karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi
dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau ditertibkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila ternyata kelak
terbukti ada ketidak benaran dalam pernyataan saya diatas, maka saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya.

Palembang, Mei
2018

Yang Membuat
Pernyataan
MATERAI
6000

Diah Ayu Pitaloka


HALAMAN MOTTO

“Yang kau sangka bodoh belum tentu tidak cerdas siapa tau dia cermin
menyesuaikan diri dengan yang dihadapannya”

(Penulis)

“Mengejar kesuksesan sama seperti mengejar cinta, teruslah berusaha sampai kau
mendapatkannya karena kesuksesan tidak akan pernah datang dengan sendirinya.
Bukan sukses yang menjemput kita tapi kita yang mengejar sukses”
HALAMAN PERSEMBAHAN

Sujud syukur  ku persembahkan pada ALLAH yang maha kuasa, berkat dan
rahmat yang diberikan kepadu dengan sehat wal’afiat untuk menyelesaikan skripsi
hingga saat ini saya dapat mempersembahkan skripsi ku pada orang-orang
tersayang:

1. Kedua orang tua ku Bapak ( Ruslan) dan Ibunda ku ( Titin Susilawati)


Tercinta yang tak pernah lelah membesarkan ku dengan penuh kasih sayang,
serta memberi dukungan, perjuangan, motivasi dan pengorbanan dalam hidup
ini. Terima kasih buat Papa dan Mama.
2. Kakak ku beserta suaminya ( Welliana Agustina S.E dan Ihwani beserta
anaknya Aysel Nafeeza & Aylin Nazeera ) dan Adik-adik ku ( Tiara Kesuma
dan Galuh Ayu Kusuma) yang selalu memberikan dukungan, semangat dan
selalu mengisi hari-hariku dengan canda tawa dan kasih sayangnya. Terima
kasih buat Kakak dan Adik-adik ku.
3. Sahabat- sahabatku tercinta yang senantiasa membantuku : Puji Lestari
Damanik,Riska Septiana,Novi Sari Anggraini dan Nike Saputri yang  selalu
memberi semangat dan dukungan serta canda tawa yang sangat mengesankan
selama masa perkuliahan susah senang dirasakan bersama.
4. Sahabat seperjuanganku dari awal masuk sampai saat ini khususnya kelas A
angkatan 2014, yang telah memberi warna dalam kehidupanku selama 4
tahun ini dan sahabat-sahabat seperjuanganku yang lain yang tidak bisa
disebutkan satu-persatu. Terima kasih buat kalian semua.
5. Ibu Ns.Tini Yurika,S.Kep,M.Kes dan bapak Syafaruddin,S.Sos,M.Kes selaku
pembimbingku dan memberikan dukungan padaku selama penyusunan
skripsi ini.
6. Para dosen yang telah memberikan ilmu yang berguna untukku.
7. Almamaterku tercinta.
Kata Pengantar

Segala puji penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan

karunia yang telah diberikan, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia

Dengan Hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang Tahun

2018” ini bisa terselesaikan dengan baik.

Adapun maksud dan tujuan diajukannya skripsi ini adalah untuk

mempelajari bagaimana menjaga kestabilan tekanan darah pada lansia yang

menderita hipertensi dengan cara berolahraga.

Skripsi Penelitian ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak.

Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada berbagai pihak yang

telah membantu penulis, diantaranya:

1. Bapak Dr.dr.H. Ibrahim Edy Sapada selaku Ketua STIK Siti Khadijah

Palembang.

2. Ibu Ns. Asih Fatriansari, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan STIK Siti Khadijah Palembang.

3. Ibu Ns. Tini Yurika, S.Kep., M.Kes selaku dosen pembimbing I .

4. Bapak Syafaruddin, S.Sos.,M.Kes selaku dosen pembimbing II.

5. Ibu Sri Mulia Sari,S.Kep.,M.Kes selaku penguji I yang telah memberikan

arahan dan masukan dalam pembuatan skripsi.

6. Ibu Ns. Asih Fatriansari, S.Kep.,M.Kep selaku penguji II


7. Kepada lansia yang bersedia menjadi responden serta pimpinan Panti

Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang Ibu Edayati dan staf yang telah

mengizinkan penelitian ini.

8. Seluruh dosen dan staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Siti Khadijah

Palembang.

9. Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak memberikan bantuan

10. Kedua orangtua yang telah memberikan dukungan, baik dukungan moril

dan sspiritual.

Diharapkan, Skripsi ini bisa bermanfaat untuk semua pihak. Selain itu, kritik

dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dari para pembaca sekalian

agar proposal ini bisa lebih baik lagi.

Palembang, Agustus 2018


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL Halaman

HALAMAN SAMPUL.......................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...........................iii
HALAMAN MOTTO........................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................ v
KATA PENGANTAR........................................................................... vi
DAFTAR ISI.......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL..................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... xiii
ABSTRAK.............................................................................................. xiv
ABSTRACT........................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………............. 7
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………........... 8
1.5 Keaslian Penelitian……………………..……………............ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lansia....................................................................................... 11
2.1.1 Pengertian Lansia........................................................... 11
2.1.2 Batasan-batasan Lansia…………………….................. 11
2.1.3 Proses Penuaan……………………………….............. 12
2.1.4 Teori Penuaan………………………………................ 13
2.1.5 Tugas Perkembangan Lansia………………................. 20
2.1.6 Tipe Lansia…………………………………................ 21
2.1.7 Karakteristik Lansia………………………................... 22
2.2 Tekanan Darah………………………………………............. 22
2.2.1 Pengertian Tekanan Darah……………….…................ 22
2.2.2 Fisiologi Tekanan Darah………………..….................. 23
2.2.3 Regulasi Tekanan Darah…..……………….................. 25
2.2.4 Klasifikasi Tekanan Darah…………………................ 28
2.2.5 Pengukuran Tekanan Darah…...……………................ 29
2.3 Pre-Hipertensi.......................................................................... 31
2.3.1 Pengertian Pre-Hipertensi………………….................. 31
2.3.2 Etiologi Pre-Hipertensi…………………….................. 31
2.3.3 Patofisiologi Pre-Hipertensi…...………….................... 35
2.3.4 Penatalaksanaan Pre-Hipertensi……………................. 36
2.4 Senam Lansia........................................................................... 37
2.4.1 Pengertian Senam Lansia……………………............... 37
2.4.2 Manfaat Senam Lansia……………………….............. 38
2.4.3 Frekuensi Senam Lansia……………………................ 39
2.4.4 Standar Operasional Prosedur………………................ 39
2.4.5 Tahap-Tahap Gerakan Senam………………................ 40
2.4.6 Pengaruh Senam Lansia……………………................. 42
2.4 Kerangka Teori........................................................................ 43
BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian..................................................................... 44
3.2 Kerangka Konsep……………………………………............. 44
3.3 Populasi dan Sampel…………………………………............ 45
3.3.1 Populasi Penelitian...……………………….................. 45
3.3.2 Sampel Penelitian…………...………………............... 45
3.4 Variabel Penelitian……………………………………........... 46
3.5 Tempat Penelitian……………………………………............ 46
3.6 Waktu Penellitian……………………………………............. 46
3.7 Etika Penelitian………………………………………............ 47
3.8 Instrumen Penelitian…………………………………............ 48
3.9 Uji Validitas dan Reabilitas…………………………............. 48
3.9.1 Uji Validitas…………………………………............... 48
3.9.2 Uji Realibilitas………………………………............... 48
3.10 Metode Pengumpulan Data…………………………............ 49
3.11 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data………….......... 49
3.11.1 Metode Pengolahan Data…………………................. 49
3.11.2 Analisa Data………………………………................. 50
3.12 Definisi Operasional…………………………………... 52
3.13 Hipotesis……………………………………………..... 53
3.14 Alur Penelitian……………………………………….... 54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian........................................................................ 55
4.1.1 Sejarah Perkembangan Panti Sosial Tresna Werdha
Teratai Palembang......................................................... 55
4.1.2 Tujuan Panti Sosial Lanjut Usia.................................... 57
4.1.3 Ketenagaan dan Sarana ................................................. 57
4.1.4 Analisa Data................................................................... 58
4.1.4.1 Analisis Data Univariat.......................................... 58
4.1.4.2 Analisa Bivariat...................................................... 60
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian................................................... 61
4.3 Keterbatasan Penelitian ........................................................... 66
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.............................................................................. 67
5.2 Saran........................................................................................ 67
5.2.1 Bagi Panti Sosial Tresna Werdha Teratai ....................... 67
5.2.2 Bagi STIK Siti Khadijah.................................................. 68
5.2.3 Bagi Peneliti .................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Klasifikasi Tekanan Darah......................................................................... 26


2.2 Klasifikasi IMT (WHO, Western Asia Pasifik)………….......................... 32
3.1 Definisi Operasional…………………………………………................... 52
4.1 Ketenagaan................................................................................................. 57
4.2 Sarana dan Prasarana.................................................................................. 58
4.3 Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Sebelum Dilakukan Senam Lansia. . 59
4.4 Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Setelah Dilakukan Senam Lansia.... 59
4.5 Pengaruh Senam Lansia terhadap Tekanan Darah sebelum dan sesudah
dilakukan senam lansia.............................................................................. 60
DAFTAR GAMBAR

Bagan Halaman

2.1 Sistem Baroreseptor ................................................................................... 24


2.2 Cara Auskultasi untuk Mengukur Tekanan Darah…………..................... 28
2.3 Kerangka Teori……………………………………………....................... 43
3.1 Kerangka Konsep…………………………………………........................ 44
4.1 Alur Penelitian……………………………………………........................ 54
LAMPIRAN

1. Lembar Permohonan Responden


2. Lembar Persetujuan Responden
3. Surat Pernyataan Bebas Plagiarisme
4. Lembar Observasi Tekanan Darah
5. Hasil SPSS
6. Surat Izin Pengambilan Data Dari STIK Siti Khadijah
7. Surat Izin Penelitian Dari STIK Siti Khadijah
8. Surat Izin Penelitian dari Kesbangpol
9. Surat Izin Penelitian dari Dinas Sosial
10. Surat keterangan selesai penelitian dari Panti Sosial Tresna Werdha
Teratai
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SITI KHADIJAH PALEMBANG
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

DIAH AYU PITALOKA


NIM A21410008

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN


DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
TERATAI PALEMBANG TAHUN 2018
(x+66 Halaman+8 Tabel + 5 Skema+14 Lampiran)

ABSTRAK

Senam Lansia merupakan suatu bentuk olahraga aerobic yang bermanfaat bagi
para lanjut usia. Senam lansia yang teratur dapat membantu menjaga
keseimbangan tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya
pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha Teratai Palembang Tahun 2018. Desain penelitian ini
menggunakan penelitian kuantitatif yang menggunakan rancangan pre-
eksperimental dengan rancangan pretest-postest dalam satu kelompok (One
group pre-post test design) dengan jumlah sampel 38 orang dengan teknik
purposive sampling. Hasil penelitian berdasarkan uji statistic Wilcoxon dengan p
value = 0,000,lebih kecil dibandingkan nilai α (0,05) maka terdapat pengaruh
senam lansia terhadap penurnan tekanan darah. p < α (0,05). Saran yang dapat
penulis ajukan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah untuk meningkatkan
partisipasi lansia dalam mengikuti kegiatan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Teratai Palembang, perlu ditingkatkan semangat ekstrinsiknya.

Kata Kunci : Lansia,Tekanan Darah,Senam Lansia


Referensi : 30 (2000-2017)
HIGH SCHOOL OF HEALTH SCIENCE
SITI KHADIJAH PALEMBANG
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM

DIAH AYU PITALOKA


NIM A21410008

The Influence of Elderly Gymnastic to Decrease Blood pressure of Elder at


Tresna Werdha Teratai Orphanage Palembang in 2018
(x + 66 Pages + 8 Tables + 5 Schemes + 14 appendices)

ABSTRACT

Elderly Gymnastics is a kind of aerobic exercise that is useful for the elder. The
routine elderly exercise can maintain blood pressure balance. The aim of this
study was to find out the influence of elderly gymnastic to decrease blood
pressure of elder at Tresna Werdha Teratai Orphanage Palembang in 2018. The
quantitative experimental through one group pretest posttest design method was
used in this study. The total number of the sample was 38 respondents which was
taken by using purposive sampling technique. The result of the study based on
Wilcoxon statistical testwith p value 0.000 found that the Tresna Werdha Teratai
Palembang Social Institution in 2018. The design of this study used a quantitative
study that used pre-experimental design with a pretest-posttest design in one
group (One group pre-post test design) with a sample of 38 people with purposive
sampling technique. The results of the study based on the Wilcoxon statistical test
found that p value = 0,000 less than α (0,05). Since p < α (0,05) it can be
interpreted that there was an influence of elderly gymnastic toward blood pressure
decreased. Finally, it is hoped that elderly participation should be improved in
joining elderly activity at Tresna Werdha Teratai Orphanage Palembang.

Keywords: Elderly, Blood Pressure, Elderly Gymnastics


Reference: 30 (2000-2017)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lanjut usia merupakan proses alamiah dan berkesinambungan secara bertahap

yang dimulai bayi, masa kanak-kanak, remaja, lanjut usia serta individu juga

mengalami perubahan baik secara anatomi, fisiologis, dan biokimia mulai dari sel,

sampai sistem organ sehingga mempengaruhi keadaan fungsi dan kemampuan

tubuh secara keseluruhan (Fatimah, 2010).

Menurut WHO lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang

berumur 60 tahun atau lebih. Secara global pada tahun 2013 proporsi dari

populasi penduduk berusia lebih dari 60 tahun adalah 11,7% dari total populasi

dunia dan diperkirakan jumlah tersebut akan terus meningkat seiring dengan

peningkatan usia harapan hidup. Data WHO menunjukan pada tahun 2000 usia

harapan hiup orang didunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70

tahun dan pada tahun 2013 menjadi 71 tahun. Jumlah proporsi lansia di Indonesia

juga bertambah setiap tahunnya. Data WHO pada tahun 2009 menunjukan lansia

berjumlah 7,49% dari total populasi, tahun 2011 menjadi 7,69% dan pada tahun

2013 didapatkan proporsi lansia sebesar 8,1% dari total populasi (WHO, 2015)

Menurut Boedhi Darmojo & Hadi Martono,1994 dalam Efendi 2009,

Lansia merupakan keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk

mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini

berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan


kepekaan secara individual. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses

menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki

diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan

yang diderita. Manusia secara lambat dan progresif akan kehilangan daya tahan

terhadap infeksi dan akan menempuh semakin banyak distorsi meteoritic dan

structural yang disebut sebagai penyakit degenerative (mis., hipertensi,

arterioklerosis, diabetes melitus, dan kanker) yang akan menyebabkan

berakhirnya hidup dengan episode terminal yang dramatis, misalnya stroke, infark

miokard, koma asidotik, kanker metastasis, dan sebagainya.

Salah satu penyakit yang sering diderita oleh lansia adalah tekanan darah

tingi, hipertensi dikenal juga dengan tekanan darah tinggi adalah peningkatan

tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari

90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam

keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2013). Menurut laporan data

World Health Organization (WHO), hipertensi penyebab nomor 1 kematian di

dunia. Hipertensi diderita oleh milyar orang di seluruh dunia. Diperkirakan tahu

2025 mmelonjak menjasi 1,5 miliar orang. Data tahun 2010 di Amerika Serikat

menunjukkan bahwa 28,6% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas menderita

hipertensi (WHO,2013).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi sering disebut-sebut sebagai sillent

killer karena sesorang yang mengidap hipertensi yang bahkan sudah bertahun-

tahun seringkali tidak menyadarinya sampai terjadi komplikasi seperti kerusakan


organ vital yang cukup berat yang bisa mengakibatkan kematian. Sebanyak 70 %

penderita hipertensi tidak menyadari bahwa dirinya mengidap hipertensi hingga ia

memeriksakan tekanan darahnya ke pelayanan kesehatan. Sebagian lagi

mengalami tanda dan gejala seperti pusing, kencang di tengkuk, dan sering

berdebar-debar (Adib, 2009).

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2014,

prevalensi hipertensi di Indonesia pada orang berusia diatas 35 tahun adalah lebih

dari 15,6%. Survei factor resiko penyakit Kardiovaskular (PKV) oleh proyek

WHO di jakarta, menunjukkan angka prevalensi hipertnsi dengan tekanan darah

160/90 masing-masing pada pria adalah 13,6% (1988), 16,5%(1993), dan 12,1

%(2000). Pada wanita, angka prevalensi hipertenssi mencapi 16%(1988),

17%(1993), 12,2 %(2000). secara umum prevalensi hipertensi pada usia lebih dai

50 tahun berkisar antara 15%-20% (Depkes,2014).

Di Provinsi Sumatera Selatan khususnya Palembang merupakan salah satu

wilayah indonesi yang mempunyai prevalensi hipertensi yang tinggi dibandingkan

dengan wilayah-wilayah lain. Berdasarkan data dari Dinkes Provinsi Sumatera

Selatan, Jumlah hipertensi pada tahun 2015 berjumlah 32.270 orang, pada tahun

2016 berjumlah 32.732 orang, pada tahun 2017 berjumlah 32.902 orang

(Depkes,2016)

Fenomena terjadinya peningkatan jumlah penduduk lansia disebabkan

oleh perbaikan status kesehatan akibat kemajuan teknologi dan penelitian-

penelitian kedokteran, perbaikan status gizi, peningkatan usia harapan hidup,

pergeseran gaya hidup dan peningkatan pendapatan perkapita. Hal tersebut


menyebabkan terjadinya transisi epidemiologi dari penyakit infeksi menuju

penyakit degeneratif yang salah satunya adalah penyakit sistem kardiovaskular

(Fatimah, 2010).

Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir

didalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia.

Kelancaran peredaran darah keseluruh tubuh sangat penting karena darah

berfungsi sebagai media pengangkut oksigen dan zat-zat lain yang diperlukan

dalam pertumbuhan sel-sel tubuh. Selain itu darah juga berguna mengangkut sisa

metabolisme yang tidak dibutuhkan lagi dari jaringan tubuh. Tekanan darah

dibedakan antara tekanan darah sitolik dan tekanan darah diastolik. Tekanan darah

sistolik adalah tekanan pada waktu jantung berkontraksi sedangakan tekanan

diastolik adalah tekanan pada saat jantung mengendor kembali (Gunawan, 2011).

Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap

tekanan diastolik. Dengan nilai normal berkisar dari 100/60 mmHg sampai 140/90

mmHg (Smeltzer dan Bare, 2012).

Terapi hipertensi secara umum ada 2 yaitu dapat dilakukan secara

farmakologi dan non farmakologi. Penatalaksaan nonfarmakologi merupakan

pengobatan tanpa obat-obatan yang diterapka pada hipertensi dengan cara ini

penurunan tekanan darah diupayakan melalui pencegahan dengan menjalani pola

hidup sehat. Pada penderita hipertensi yang mengalami kelebiha berat badan

dianjurkan untuk menurunka berat badannya sampai batas ideal dengan cara

membatasi makan dan mengurangi makanan berlemak, penggunaan garam,

menghentikan pemakaian alcohol dan narkoba, hidup dengan pola dengan sehat,
istirahat yang cukup, berhenti merokok, mengelola stress, melakukan olahraga

yang tidak terlalu berat secara teratur (Susilo & Wulandari 2011, dalam Irmawati,

2013).

Salah satu olahraga yang mudah dilakukan dan terbukti dapat menurunkan

tekanan darah yaitu dengan melakukan senam secara teratur. Dari berbagai jenis

senam yang ada, senam lansia terbukti dapat menurunkan tekanan darah. Senam

lansia dilakukan dengan gerakan yang melibatkan sebagian besar otot tubuh,

sesuai gerak sehari – hari dan mengandung gerakan – gerakan melawan beban

badan dengan pemberian beban antara bagian kanan dan kiri secara seimbang.

Agar aliran darah menjadi lancar dan angka kesakitan hipertensi lansia juga

menurun maka perlu kiranya dilakukan olahraga atau latihan fisik, salah satunya

adalah senam lansia. Jika dilihat dari manfaat senam lansia yaitu melancarkan

peredaran darah, memberikan rangsangan bagi syaraf – syaraf yang lemah oleh

karena itu perlu bagi lansia melakukan senam lansia (Nugroho,2008).

Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang merupakan salah satu panti

dengan jumlah lansia terbanyak di Provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan Survei

pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai

Palembang, jumlah lansia pada tahun 2015 sebanyak 68 orang, pada tahun 2016

sebanyak 65 orang, pada tahun 2017 sebanyak 63, pada bulan April tahun 2018

sebanyak 61 orang.

Grace Tedy Tulak dkk (2017) tentang pengaruh senam lansia terhadap

penurunan tekanan darah lansia penderita hipertensi di Puskesmas Wara Palopo.

Penelitian ini menggunakan teknik total sampling dengan melibatkan responden


sebanyak 36 responden. Data primer diperoleh langsung dari responden dengan

menggunakan lembar observasi dan data sekunder diperoleh dari rekam medik

Puskesmas Wara kota Palopo. Analisia yang digunakan adalah analisa univariat

dilakukan terhadap tiap variabel, sementara analisis bivariat dilakukan untuk

mengetahui pengaruh antar variabel dengan menggunakan SPSS dengan uji

statistik paired samples T-test. Hasil penelitian ini menunjukkan senam lansia

berpengaruh terhadap tekanan darah sistolik.

M. Dody Izwar dkk (2015) tentang pengaruh senam lansia terhadap

tekanan darah di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi. Penelitian ini

menggunakan purposive sampling. dengan melibatkan responden sebanyak 21

responden. Instrumen pengumpul data yang digunakan adalah sphygmomanometer.

Berdasarkan hasil analisa bivariat, p value Tekanan Darah Sistole sebelum dan

setelah senam lansia = 0,002 (p < α), artinya ada pengaruh senam lansia terhadap

tekanan darah sistole lansia dengan hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Budi

Luhur Kota Jambi. Sejalan dengan itu hasil analisa bivariat Tekanan Darah Diastole

sebelum dan setelah senam lansia didapatkan p value = 0,003 (p < α), artinya ada

pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah diastole lansia dengan hipertensi di

Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dalam menangani tekanan darah

pada lansia tidak hanya dengan menggunakan farmakologi Adapun dengan cara

Nonfarmakologi yaitu dengan olahraga senam lansia dalam menurunkan tekanan

darah. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Di Panti Sosial

Tresna Werdha Teratai Palembang Tahun 2018 ”.


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat di rumuskan masalah

yaitu : “Apakah ada pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah

pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang Tahun 2018 ?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahuinya pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah

pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang Tahun 2018.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya tekanan darah pada lansia sebelum dilakukan Senam

Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang Tahun 2018.

2. Diketahuinya tekanan darah pada lansia sesudah dilakukan senam lansia

di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang Tahun 2018.

3. Diketahuinya perbedaan tekanan darah pada lansia sebelum dan

sesudah dilakukan senam lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai

di Palembang Tahun 2018.


1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi STIK Siti Khadijah

Diharapkan dari penelitian ini dapat menambah literature untuk

mahasiswa-mahasiswa lainnya dan dapat menambah referensi buku

khususnya tentang cara menurunkan tekanan darah pada lansia.

1.4.2 Bagi Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang

Hasil penelitian ini diharapkaan dapat memberikan informasi yang

berguna bagi pihak panti dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan

program kegiatan aktivitas harian lansia tentang pengaruh sebelum dan

sesudah senam lansia.

1.4.3 Bagi Peneliti

Sebagai bahan untuk memperoleh informasi dan sebagai sarana

untuk menambah pengetahuan dan pengalaman serta menerapkan ilmu

dan teori yang dapat dibangku perkuliahan khususnya tentang pengaruh

latihan fisik atau senam yang digunakan untuk mengurangi tekanan darah

pada lansia hipertensi.

1.5 Keaslian Penelitian

M. Dody Izwar dkk (2015) tentang pengaruh senam lansia terhadap

tekanan darah di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi. Penelitian ini

menggunakan purposive sampling. dengan melibatkan responden sebanyak 21

responden. Instrumen pengumpul data yang digunakan adalah sphygmomanometer.

Berdasarkan hasil analisa bivariat, p value Tekanan Darah Sistole sebelum dan
setelah senam lansia = 0,002 (p < α), artinya ada pengaruh senam lansia terhadap

tekanan darah sistole lansia dengan hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Budi

Luhur Kota Jambi. Sejalan dengan itu hasil analisa bivariat Tekanan Darah Diastole

sebelum dan setelah senam lansia didapatkan p value = 0,003 (p < α), artinya ada

pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah diastole lansia dengan hipertensi di

Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi.

Wahyu Pamungkas Bayu Aji dkk (2015) tentang pengaruh senam lansia

terhadap tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Posyandu Banaran 8

Playen Gunungkidul. Dengan melibatkan responden sebanyak 14 responden

dengan menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini menggunakan

alat dan pengumpulan data ceklist, lembar observasi, pemeriksaan tekanan darah,

pengukuran tekanan darah, Sfigmomanometer dan video senam lansia. Hasil uji

statistik dengan paired t-test menunjukkan nilai p (value) tekanan darah sistolik

sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia didapatkan p value 0,024 dan

tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia didapatkan p

value 0,010 dengan taraf signifikasi 0,05 (p<0,05). Sehingga dapat disimpulkan

ada pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada lansia penderita

hipertensi di POSYANDU Bnaran 8 Playen Gunungkidul.

Grace Tedy Tulak dkk (2017) tentang pengaruh senam lansia terhadap

penurunan tekanan darah lansia penderita hipertensi di Puskesmas Wara Palopo.

Penelitian ini menggunakan teknik total sampling dengan melibatkan responden

sebanyak 36 responden. Data primer diperoleh langsung dari responden dengan

menggunakan lembar observasi dan data sekunder diperoleh dari rekam medik

Puskesmas Wara kota Palopo. Analisia yang digunakan adalah analisa univariat
dilakukan terhadap tiap variabel, sementara analisis bivariat dilakukan untuk

mengetahui pengaruh antar variabel dengan menggunakan SPSS dengan uji

statistik paired samples T-test. Hasil penelitian ini menunjukkan senam lansia

berpengaruh terhadap tekanan darah sistolik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lansia
2.1.1 Pengertian Lansia
Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan

tentang biologis, usia fisik, kejiwaan dan social (UU No. 23 Tahun 1992

tentang kesehatan). Lanjut usia atau yang biasa disebut dengan lansia

merupakan bagian dari proses tumbuh kembang (Azizah, 2010). Menurut

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2, Lanjut

usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas (Nugroho, 2009).

Lansia atau menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya

perlahan-lahan kemampuan jaringan unuk memperbaiki diri/mengganti diri

dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang

menyebabkan penyakit degenerative missal hipertensi, arteriosklerosis,

diabetes melitus, dan kanker (Nurrahmani,2012).

2.1.2 Batasan-atasan Lansia

a) Menurut WHO, batasan lansia meliputi:

1. Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun.

2. Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun.

3. Usia Lanjut Tua (Old), adalah usia antara 75-90 tahun.

4. Usia Sangat Tua (Very Old), adalah usia 90 tahun keatas.


b) Menurut Prof. DR. Koesoemaanto Setyonegoro, Sp.Kj, lanjut usia

dikelompokkan sebagai berikut :

1. Usia dewasa muda (elderly adulthood) (usia 18/20-15 tahun).

2. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas (usia 25-60/65

tahun).

3. Lanjut usia (geriatric age) (usia lebih dari 65/70 tahun), terbagi :

1. Usia 70-75 tahun (young old)

2. Usia 75-80 tahun (old)

3. Usia lebih dari 80 tahun (very old)

4. Menurut Bee (1996), tahapan masa dewasa adalah sebagai berikut :

1. Usia 18-25 tahun (masa dewasa muda)

2. Usia 25-40 tahun (masa dewasa awal)

3. Usia 40-65 tahun (masa dewasa tengah)

4. Usia 65-75 tahun (masa dewasa lanjut)

5. Usia >75 tahun (masa dewasa sangat lanjut)

5. Menurut sumber lain batasan-batasan lanjut usia

1. Usia 60-65 tahun (elderly)

2. Usia >65-75 tahun (junior old age)

3. Usia >75-90 tahun (formal old age)

4. Usia >90-120 tahun (longevity old age)

2.1.3 Proses Penuaan

Menurut WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang

kesejahteraan lanjut pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60


Tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi

meeupakan proses berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang

kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam dan luar

tubuh yang berkhir kematian.

Manua atau menjadi tua adalah suatu keadan yang terjadi didalam

kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak

hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan hidup.

Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berate eseorang telah melalui

tahap-tahap kehidupannya, yaitu neonatus,toddler, pra school, school,

remaja,dewasa dan lansia. Tahap berbeda ini dimulai baik secara biologis

maupun psikologis (Padila,2013).

2.1.4 Teori Penuaan

1. Teori Biologis

Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa

proses menua merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur dan

fungsi tubuh selama masa hidup (Khalid Mujahidullah, 2012). Teori ini

lebih menekankan pada perubahan kondisi tingkat struktural sel/organ

tubuh, termasuk di dalamnya adalah pengaruh agen patologis. Fokus dari

teori ini adalah mencari determinan-determinan yang menghambat proses

penurunan fungsi organisme yang dalam korteks sistemik dapat

memengaruhi/memberikan dampak terhadap organ/sistem tubuh lainnya

dan berkembang sesuai dengan peningkatan usia kronologis (Khalid


Mujahidullah, 2012). Adapun beberapa teori menua yang termasuk dalam

lingkup proses menua biologia antara lain, sebagai berikut:

1. Teori Keterbatasan Hayflick (Hayflick Limit Theory)

Hayflick dan Moorrehead (1961) menyatakan bahwa sel-sel

mengalami perubahan kemampuan reproduksi sesuai dengan

bertambahnya usia. Selain diatas, dikenal juga istilah “Jam Biologis

Manusia” diasumsikan sebagai waktu dimana sel-sel tubuh manusia

masih dapat berfungsi secara produktif untuk menunjang fungsi

kehidupan. Teori Hayflick menekankan bahwa perubahan kondisi fisik

pada manusia dipengaruhi oleh adanya kemampuan reproduksi dan

fungsional sel organ yang menurun sejalan dengan bertambahnya usia

tubuh setelah usia tertentu (Lueeckenote, 1996)..     

2. Teori kesalahan (Error Theory)

Adanya perkembangan umur sel tubuh, maka terjadi beberapa

perubahan alami pada sel pada DNA dan RNA, yang merupakan substansi

pembangunan/pembentuk sel baru. Peningkatan usia memengaruhi

perubahan sel dimana sel-sel Nukleus menjadi lebih besar tetapi tidak

diikuti dengan peningkatan jumlah substansi DNA. Konsep yang diajukan

menyampaikan bahwa kemungkinan terjadinya proses menua adalah

akibat keslahan padaa saat transkrip sel pada saat sintesa protein, yang

berdampak pada penurunan kemampuan kualitas (daya hidup) sel atau

bahkan sel-sel baru relatif sedikit terbentuk. Kesalahan yang terjadi pada

proses transkripsi ini dimungkinkan oleh karena reproduksi dari enzim dan
rantai peptida (protein) tidak dapat melakukan penggandaan substansi

secara tepat. Kondisi ini akhirnya mengakibatkan proses transkripsi sel

berikutnya juga mengalami perubahan dalam beberapa generasi yang

akhirnya dapat mengubah komposisi yang berbeda dari sel awal (Khalid

Mujahidullah, 2012).

3. Teori Pakai dan Usang (Wear &Tear Theory )

Teori ini menyatakan bahwa sel-sel tetap ada sepanjang hidup

mana kala sel-sel tersebut digunakan secara terus-menerus.Hayflick

menyatakan bahwa kematian merupakan akibat dari tidak digunakannya

sel-sel karena dianggap tidak diperlukan lagi dan tidak dapat meremajakan

lagi sel-sel tersebut secara mandiri. Teori ini memandang bahwa proses

menua merupakan proses pra-program yaitu proses yang terjadi akibat

akumulasi stress dan injuri dari trauma. Menua dianggap sebagai “Proses

fisiologis yang ditentukan oleh sejumlah penggunaan dan keusangan dari

organ seseorang yang terpapar dengan lingkungan.” (Khalid Mujahidullah,

2012).

4. Teory Radikal Bebas (Free Radical Theory)

Teori radikal bebas mengasumsikan bahwa proses menua terjadi

akibat kekurangefektifan fungsi kerja tubuh dan hal itu dipengaruhi oleh

adanya berbagai radikal bebas dalam tubuh. Secara normal radikal bebas

ada pada setiap individu dan dapat digunakan untuk memprediksi umur

kronologis individu. Disebut sebagai radikal bebas disini adalah molekul


yang memiliki tingkat afinitas yang tinggi, merupakan molekul, fragmen

molekul atau atom dengan elektron yang bebas tidak berpasangan. Radikal

bebas merupakan zat yang terbentuk dalam tubuh manusia sebagai salah

satu hasil kerja metabolisme tubuh. Walaupun secara normal ia terbentuk

akibat;

a. Proses oksigenisasi lingkungan seperti pengaruh  polutan,ozon dan

pestisida

b. Reaksi akibat paparan dengan radiasi

c. Sebagai reaksi beranti dengan molekul bebas lainnya.

Radikal bebas yang reaktif mampu termasuk merusak sel, termasuk

mitokondria, yang akhirnya mampu menyebabkan cepatnya kematian

(apoptosis) sel, menghambat proses reproduksi sel. Hal lain yang

mengganggu fungsi sel tubuh akibat radikal bebas adalah bahwa radikal

bebas yang ada dalam tubuh dapat menyebabkan mutasi pada transkripsi

DNA-RNA pada genetik walaupun ia tidak mengandung DNA. Dalam

sistem saraf dan jaringan otot, dimana radikal bebas memiliki tingkat

afinitas yang relatif tinggi dibanding lainnya, terdapat/ditemukan substansi

yang disebut juga dengan Lipofusin, yang dapat digunakan juga untuk

mengukur usia kronologis seseorang. Lipofusin yang merupakan pigmen

yang diperkaya dengan lemak dan protein ditemukan terakumulasi dalam

jaringan-jaringan orang tua. Kesalahan kulit brangsur-angsur menurun

akibat suplai oksigen dan nutrisi yang makin sedikit yang akhirnya dapat

mengakibatkan kematian jaringan kulit itu sendiri.


6. Teori Imunitas (Immunity Theory)

Ke”tua”an disebabakan oleh adanya penurunan fungsi sistem

immun. Perubahan itu lebih tampak secara nyata pada Limposit-T, di

samping perubahan juga terjadi pada Limposit-B. Perubahan yang terjadi

meliputipenurunan sistem imun humoral, yang dapat menjadi faktor

predisposisi pada orang tua untuk:

a. Menurunkan resistensi melawan pertumbuhan tumor dan

perkembangan kanker

b. Menurukan kemampuan untuk mengadakan inisiasi proses dan

agresif memobillisasi pertahanan tubuh terhadap pathogen

c. Meningkatkan produksi autoantigen, yang berdampak pada semakin

mening berdampak pada semakin meningkatnyyaa resiko terjadinya

penyakit yang berhubungan dengan autoimmune.

6. Teori Ikatan Silang (Cross Lingkage Theory)

Dikenalakan oleh J. Bjorksten pada tahun 1942, menekankan pada

postulat bahwa proses menua terjadi sebagai akibat adanya ikatan-ikatan

dalam kimiawi tubuh. Teori ini menyebutkan bahwa secara normal,

struktur molekuler dari sel berikatan secara bersama-sama membentuk

reaksi kimia. Termasuk didalamnya adalah kolagen yang relatif panjang

yang dihasilkan oleh fibroblast. Dengan terbentuknya jaringan baru, maka

jaringan tersebut akan bersinggungan dengan jaringan yang lama dan

membentuk ikatan silang kimiawi. Hasil akhir dari proses ikatan silang ini

adalah peningkatan densitas kolagen dan penurunan kapasitas untuk


transpot nutrient serta untuk membuang produk-produk sisa metabolisme

dari sel.

Menurut Khalid Mujahidullah (2012) zat ikatan silang ditemukan

pada lemak tidak jenuh, ions polyvalen seperti Alumunium, Seng, dan

Magnesium. Dari konsep diatas, maka implikasi keperawatan yang dapat

diterapkan antara lain:

a. Dalam hubungan dengan orang yang sudah tua, perlu bagi perawat

untuk memperhatikan teori proses menua.

b. Aktivitas (kegiatan) sehari-hari merupakan salah satu bagian dari

perilaku kehidupan normal yang tidak perlu dipatasi secara

berlebihan, tetapi lebih cenderung untuk memodifikasi perilaku

sebagai akibat perubahn fisik dari menula itu sendiri. Perilaku hidup

sehari-hari diperlukan untuk menjaga kondisi fisik tetap dalam batas

normal dan mengoptimalkan kemampuan diri.

c. Pola hidup sehat yang dilakukan dapat memengaruhi perubahan-

perubahan dasar biologis dari proses menua itu sendiri. Konsumsi

makanan yang sehat, cukup gizi dan menhindari faktor-faktor resiko

pencetus stres fisik dan pembentuk radikal bebas merupakan salah

satu upaya untuk menurangi proses menua secara biologis.

d. Melakukan kehidupan dengan melakukan kerja seimbang dan

pemenuhan kebutuhan seimbang mampu memberikan kontribusi

yang positifdalam peningkatn performen individu itu sendiri.


e. Menghindari lingkungan dengan tingkat resiko radiasi atau polutan

yang tinggi merupakan langkah yang bisa ditempuh untuk

menghindari cepatnya proses menua secara biologis.

f. Perlu bagi perawat untuk memperhatikan upaya-upaya pemenuhan

kebutuhan pasien akan sarana dari prasarana yang menunjang

pencapaian kebutuhan hidup serta meningkatkan kualitas hidup

melalui pengadaan alat-alat aktivitas yang memadai, mengurangi

g. resiko stres fisik berlebih serta terindar dari polusi.

2.  Teori Kejiwaan Sosial

a. Aktifitas atau kegiatan (Activity theory)

Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah

mereka yang aktif dan ikut bnyak kegiatan social.

b. Keperibadian lanjut (Continuity theory)

Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang

yang lanjut usia sangat dipengaruhi tipe personality yang dimilikinya.

c)  Teori pembebasan (Disengagement theory)

Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur

melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari

pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi lanjut usia

menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas.


3.  Teori Lingkungan

a. Exposure theory: Paparan sinar matahari dapat mengakibatkat

percepatan proses penuaan.

b. Radiasi theory: Radiasi sinar y, sinar xdan ultrafiolet dari alat-alat

medis memudahkan sel mengalami denaturasi protein dan mutasi

DNA.

c. Polution theory: Udara, air dan tanah yang tercemar polusi

mengandung subtansi kimia, yang mempengaruhi kondisi epigenetik

yang dpat mempercepat proses penuaan.

d. Stress theory: Stres fisik maupun psikis meningkatkan kadar kortisol

dalam darah. Kondisi stres yang terus menerus dapat mempercepat

proses penuaan.

2.1.5 Tugas Perkembangan Lansia

Kesiapan lansia untuk beradaptasi terhadap tugas perkembangan lansia

dipengaruhi oleh proses tumbang pada tahap sebelumnya (Erickson dalam Fadila

2013). Tugas perkembanga lansia adalah sebagai berikut :

1. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang meurun.

2. Mempersiapkan diri untuk pensiun.

3. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.

4. Mempersiapkan kehidupan baru

5. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan social/masyarakat secara santai

6. Mempersiapkan diri untuk kematiannya maupun kematian pasangannya.


2.1.6 Tipe Lansia

Tipe lansia dibagi menjadi lima tipe yaitu tipe arif bijaksana, tipe mandiri,

tipe tidak puas, tipe pasrah dan tipe bingung.

1. Tipe arif bijaksana

Yaitu kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan

perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,

sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan.

2. Tipe mandiri

Yaitu menganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif

dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi

undangan.

3. Tipe tidak puas

Yaitu konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga

menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani,

pengkritik dan banyak menuntut.

4. Tipe pasrah

Yaitu menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan

agama dan melakukan pekerjaan apa saja.

5. Tipe bingung

Yaitu mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan acuh tak

acuh (Nugroho, 2008)


2.1.7 Karakteristik Lansia

Menurut Bustan (2007) ada beberapa karakterisktik lansia yang perlu

diketahui untuk mengetahui keberadaan masalah kesehatan lansia yaitu:

1. Jenis Kelamin Lansia lebih banyak wanita dari pada pria.

2. Status Perkawinan Status pasangan masih lengkap dengan tidak lengkap

akan mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologi.

3. Living Arrangement Keadaan pasangan, tinggal sendiri, bersama istri atau

suami, tinggal bersama anak atau keluarga lainnya.

2.2 Tekanan Darah

2.2.1 Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap

satuan luas dinding pembuluh. Bila seseorang mengatakan bahwa tekanan dalam

pembuluh adalah 100 mmHg hal itu berarti bahwa daya yang dihasilkan cukup

untuk mendorong kolom air raksa melawan gravitasi sampai setinggi 100 mm

(Guyton dan Hall, 2008). Tekanan darah juga didefinisikan sebagai kekuatan

lateral pada dinding arteri oleh darah yang didorong dengan tekanan dari jantung

(Potter dan Perry, 2005). Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan

disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi

saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio

tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya

berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya

120/80 (Smeltzer dan Bare, 2001).


Tekanan darah timbul ketika bersirkulasi di dalam pembuluh darah. Organ

jantung dan pembuluh darah berperan penting dalam proses ini dimana jantung

sebagai pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk menggerakkan darah, dan

pembuluh darah yang memiliki dinding yang elastis dan ketahanan yang kuat

(Hayens, 2003). Tekanan darah diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg)

(Palmer, 2007).

2.2.2 Fisiologi Tekanan Darah

Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan resistensi pembuluh

darah perifer (tahanan perifer). Curah jantung (cardiac output) adalah jumlah

darah yang dipompakan oleh ventrikel ke dalam sirkulasi pulmonal dan sirkulasi

sistemik dalam waktu satu menit, normalnya pada dewasa adalah 4-8 liter.

Cardiac output dipengaruhi oleh volum sekuncup (stroke volume) dan kecepatan

denyut jantung (heart rate). Resistensi perifer total (tahanan perifer) pada

pembuluh darah dipengaruhi oleh jari-jari arteriol dan viskositas darah. Stroke

volume atau volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompakan saat

ventrikel satu kali berkontraksi normalnya pada orang dewasa normal yaitu ±70-

75 ml atau dapat juga diartikan sebagai perbedaan antara volume darah dalam

ventrikel pada akhir diastolik dan volume sisa ventrikel pada akhir sistolik. Heart

rate atau denyut jantung adalah jumlah kontraksi ventrikel per menit. Volume

sekuncup dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu volume akhir diastolik ventrikel, beban

akhir ventrikel (afterload), dan kontraktilitas dari jantung (Dewi, 2012).

.
Tekanan arteri akan tetap normal melalui penyesuaian jangka pendek

(dalam hitungan detik) dan penyesuaian jangka panjang (dalam hitungan menit

sampai hari). Penyesuaian jangka pendek dilakukan dengan mengubah curah

jantung dan resistensi perifer total yang diperantarai oleh sistem saraf otonom

pada jantung, vena dan arteriol. Penyesuaian jangka panjang dilakukan dengan

menyesuaikan volume darah total dengan cara menyeimbangkan garam dan air

melalui mekanisme rasa haus dan pengeluaran urin (Sherwood, 2001).

Penyimpangan pada arteri rata-rata akan mengaktivasi reflek baroresptor

untuk dapat menormalkan kembali tekanan darah yang diperantarai oleh saraf

otonom. Hal ini yang mempengaruhi kerja jantung dan pembuluh darah dalam

upaya menyesuaikan curah jantung dan resistensi perifer total. Reflek dan respon

lain yang mempengaruhi tekanan darah yaitu reseptor volume atrium kiri,

osmoreseptor hipotalamus yang penting dalam mengatur keseimbangan air dan

garam, kemoreseptor yang terletak di arteri karotis dan aorta yang secara reflek

akan meningkatkan pernafasan sehingga lebih banyak oksigen yang masuk.

Respon lainnya yaitu respon yang berkaitan dengan emosi, kontrol hipotalamus

terhadap arteriol kulit untuk mendahulukan pengaturan suhu daripada kontrol

pusat kardiovaskular dan zat-zat vasoaktif yang dikeluarkan oleh sel-sel endotel

seperti endothelium-derived relaxing factor (ERDF) atau nitric oxide (NO)

(Sherwood, 2001).
2.2.3 Regulasi Tekanan Darah

Pengaturan tekanan darah secara umum dibagi menjadi dua yaitu

pengaturan tekanan darah untuk jangka pendek dan pengaturan tekanan darah

untuk jangka panjang.

a. Pengaturan tekanan darah jangka pendek

1. Sistem Saraf

Sistem saraf mengontrol tekanan darah dengan mempengaruhi

tahanan pembuluh darah. Kontrol ini bertujuan untuk mempengaruhi

distribusi darah sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan bagian

tubuh yang spesifik, dan mempertahankan tekanan arteri rata-rata yang

adekuat dengan mempengaruhi diameter pembuluh darah. Umumnya

kontrol sistem saraf terhadap tekanan darah melibatkan baroreseptor,

kemoreseptor, dan pusat otak tertinggi (hipotalamus dan serebrum)

(Mayuni, 2013).

Menurut Sherwood (2006) refleks baroreseptor merupakan sensor

utama pendeteksi perubahan tekanan darah. Setiap perubahan pada

tekanan darah rata-rata akan mencetuskan refleks baroreseptor yang

diperantarai secara otonom, seperti yang disajikan pada Gambar 2.1.

Sistem baroreseptor bekerja sangat cepat untuk mengkompensasi

perubahan tekanan darah. Baroreseptor yang penting dalam tubuh manusia

terdapat di sinus karotis dan arkus aorta. Baroreseptor secara terus

menerus memberikan informasi mengenai tekanan darah, dan secara

kontinu menghasilkan potensial aksi sebagai respon terhadap tekanan


didalam arteri. Jika tekanan arteri meningkat, potensial aksi juga akan

meningkat sehingga kecepatan pembentukan potensial aksi di neuron

eferen yang bersangkutan juga ikut meningkat. Begitu juga sebaliknya,

jika terjadi penurunan tekanan darah. Setelah mendapat informasi bahwa

tekanan arteri terlalu tinggi oleh peningkatan potensial aksi tersebut, pusat

kontrol kardiovaskuler merespon dengan mengurangi aktivitas simpatis

dan meningkatkan aktivitas parasimpatis. Sinyal-sinyal eferen ini

menurunkan kecepatan denyut jantung, menurunkan volume sekuncup,

menimbulkan vasodilatasi arteriol dan vena serta menurunkan curah

jantung dan resistensi perifer total, sehingga tekanan darah kembali

normal. Begitu juga sebaliknya jika tekanan darah turun dibawah normal.

Gambar 2.1 Sistem Baroreseptor untuk Mengendalikan Tekanan Arteri.

Sumber: Guyton dan Hall, 2008.


2. Kontrol kimia

Kadar oksigen dan karbondioksida membantu proses pengaturan tekanan

darah melalui refleks kemoreseptor. Beberapa kimia darah juga

mempengaruhi tekanan darah melalui kerja pada otot polos dan pusat

vasomotor. Hormon yang penting dalam pengaturan tekanan darah adalah

hormon yang dikeluarkan oleh medula adrenal (norepinefrin dan epinefrin),

natriuretik atrium, hormon antidiuretik, angiostensin II, dan nitric oxide

(Mayuni, 2013).

b. Pengaturan tekanan darah jangka panjang

Organ ginjal memiliki peran penting dalam pengaturan tekanan darah

jangka panjang. Organ ginjal mempertahankan keseimbangan tekanan darah

secara langsung dan secara tidak langsung. Mekanisme secara langsung dengan

meregulasi volume darah rata-rata 5 liter/menit, sementara secara tidak langsung

dengan melibatkan mekanisme renin angiostesin. Pada saat tekanan darah

menurun, ginjal akan mengeluarkan enzim renin ke dalam darah yang akan

mengubah angiotensin menjadi angiotensin II yang merupakan vasokontriktor

yang kuat (Mayuni, 2013). Walaupun hanya berada 1 atau 2 menit dalam darah,

tetapi angiotensin II mempunyai pengaruh utama yang dapat meningkatkan

tekanan arteri, yaitu sebagai vasokonstriksi di berbagai daerah tubuh serta

menurunkan eksresi garam dan air oleh ginjal (Ronny, 2009).


2.2.4 Klasifikasi Pre-hipertensi

              Berdasarkan Joint National Committee on Prevention, Detection,

Avaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC/7) pada tahun 2003,

Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa dikelompokkan menjadi normal,

normal tinggi, dan hipertensi.

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC-VII 2004

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal <120 <80


Pre Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi :
Derajat 1 140-159 90-99
Derajat 2 ≥ 160 ≥ 100

Sumber :Joint National On Detection, Evalution and Treatment Of High Blood

Pressure VII (2004)

              Untuk lansia Tekanan darah sistolik biasanya meningkat sejajar dengan

pertambahan usia, jadi untuk menentukan tekanan darah berdasarkan usia adalah

usia ditambah 100. Jadi apabila orang berumur 60 tahun, maka tekanan darah

sistolik adalah 160 mmHg dianggap normal (Kabo, 2008).

2.2.5 Pengukuran Tekanan Darah

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tekanan darah adalah

sphygmomanometer dan stethoscope yang telah dikalibrasi dengan tepat. Menurut

Potter dan Perry (2005), pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan

langkah-langkah berikut ini:

a. Kaji tempat paling baik untuk melakukan pengukuran tekanan darah.


b. Siapkan sphygmomanometer dan stetoskop serta alat tulis.

c. Anjurkan pasien untuk menghindari kafein dan merokok 30 menit sebelum

pengukuran.

d. Bantu pasien mengambil posisi duduk atau berbaring.

e. Posisikan lengan atas setinggi jantung dan telapak tangan menghadap

keatas.

f. Gulung lengan baju bagian atas lengan.

g. Palpasi arteri brakialis dan letakkan manset 2,5 cm diatas nadi brakialis,

selanjutnya dengan manset masih kempis pasang manset dengan rata dan

pas di sekeliling lengan atas.

h. Pastikan sphygmomanometer diposisikan secara vertikal sejajar mata dan

pengamat tidak boleh lebih jauh dari 1 meter.

i. Letakkan earpieces stetoskop pada telinga dan pastikan bunyi jelas, tidak

redup (muffled).

j. Ketahui letak arteri brakialis dan letakkan belt atau diafragma chestpiece

diatasnya serta jangan menyentuh manset atau baju pasien.

k. Tutup kayup balon tekanan searah jarum jam sampai kencang.

l. Gembungkan manset 30 mmHg diatas tekanan sistolik yang dipalpasi

kemudian dengan perlahan lepaskan dan biarkan air raksa turun dengan

kecepatan 2-3 mmHg per detik.

m. Catat titik pada manometer saat bunyi pertama jelas terdengar .

n. Lanjutkan mengempiskan manset, catat titik pada manometer sampai 2

mmHg terdekat atau saat bunyi tersebut hilang.


o. Kempiskan manset dengan cepat dan sempurna. Buka manset dari lengan

kecuali jika ada rencana untuk mengulang.

p. Bantu pasien kembali ke posisi yang nyaman dan rapikan kembali lengan

atas serta beritahu hasil pengukuran pada pasien.

Gambar 2.2 Cara Auskultasi untuk Mengukur Tekanan Arteri Sistolik dan

Diastolik.

Sumber: Guyton dan Hall, 2008.

2.3 Pre-hypertension

2.3.1 DefinisiPre-hypertension
Pada tahun 2003, The Seventh Report of the Joint National Committee on

Prevention, Detection, Evaluation, and treatment of High Blood Pressure

memperkenalkan pre-hypertension sebagai kategori baru dalam klasifikasi

tekanan darah. Pre-hypertension dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi pada

seseorang yang memiliki tekanan darah sistolik berkisar 120-139 mmHg dan

tekanan darah diastolik berkisar 80-89 mmHg. Kondisi pre-hypertension selalu

dihubungkan dengan peningkatan insiden penyakit kardiovaskuler. Tujuan dari

mendefinisikan kondisi pre-hypertension ini yaitu untuk menekankan risiko yang

berhubungan dengan tekanan darah pada rentang ini dan untuk memfokuskan

perhatian pada kesehatan publik dan klinis sebagai suatu tindakan preventif (Yu,et

al., 2008).

2.3.2 Etiologi Pre-hypertension

Kondisi pre-hypertension merupakan kondisi awal terjadinya peningkatan

darah dimana banyak orang belum menyadari kondisi tersebut hingga akhirnya

timbul berbagai macam keluhan. Berbagai macam faktor dapat memicu

meningkatnya tekanan darah dari normal menjadi tinggi.

a. Usia

Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi

orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang lebih tinggi

dari orang yang berusia lebih muda (Isselbacher, et al., 2000). Progresifitas

hipertensi dimulai dari pre-hypertension pada pasien umur 10-30 tahun

(dengan meningkatnya curah jantung) kemudian menjadi hipertensi dini


pada pasien umur 20-40 tahun (dimana tahanan perifer meningkat)

kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-50 tahun dan akhirnya menjadi

hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60 tahun. Pengaruh usia terhadap

tekanan darah terjadi akibat penurunan elastisitas pembuluh darah arteri

perifer sehingga meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer.

Peningkatan tahanan perifer akan meningkatkan tekanan darah (Guyton dan

Hall, 2008).

b. Jenis kelamin

Berdasarkan Journal of Clinical Hypertension, Oparil menyatakan bahwa

perubahan hormonal yang sering terjadi pada wanita menyebabkan wanita lebih

cenderung memiliki tekanan darah tinggi. Hal ini juga menyebabkan risiko wanita

untuk terkena penyakit jantung menjadi lebih tinggi (Miller, 2010).Wanita

diketahui cenderung mempunyai tekanan darah lebih tinggi daripada laki-laki

dengan usia yang sama, hal ini sering dikaitkan dengan semakin berkurangnya

hormon seks wanita yang jumlahnya terus menurun setelah masa menopause

dimana telah diketahui bahwa hormone seks wanita seperti estrogen bertanggung

jawab dalam mengurangi mencegah kekakuan

arteri, endothelial dysfunction dan penumpukan lemak dalam darah (Arifin,

2012).

c. Stres
Stres merupakan suatu keadaan yang bersifat internal, yang dapat

disebabkan oleh tuntutan fisik, lingkungan, dan situasi sosial yang berpotensi

merusak dan tidak terkontrol (Sriati, 2007). Kondisi stres memicu aktivasi dari

hipotalamus yang mengendalikan dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem saraf

simpatis dan korteks adrenal. Aktivasi dari sistem saraf simpatis memicu

peningkatan aktivasi berbagai organ dan otot polos salah satunya meningkatkan

kecepatan denyut jantung serta pelepasan epinefrin dan norepinefrin ke aliran

darah oleh medula adrenal (Shewood, 2010). Stimulasi aktivitas saraf simpatis

akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga

akan berdampak pada perubahan tekanan darah yaitu peningkatan tekanan darah

secara intermiten atau tidak menentu (Nasution, 2011).

d. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan suatu pengukuran yang

membandingkan berat badan dengan tinggi badan (Angraini, 2014). Rumus

penghitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah :

Berat Badan (Kg)


IMT =
Tinggi Badan (M) x Tinggi Badan (M)

Berikut merupakan klasifikasi IMT berdasarkan kriteria Asia Pasifik.


Tabel 2.2 Klasifikasi IMT (WHO, Western Asia Pasifik)

Klasifikasi Berat Tubuh (kg)

Kurus <18,5
Normal 18,5 – 22,9
Kelebihan Berat Badan 23 – 24,9
Obesitas I 25 – 29,9
Obesitas II >30

Sumber : Angraini 2014

Peningkatan indeks massa tubuh sering dihubungkan dengan kelainan


kardiovaskular. Salah satu kelainan kardiovaskular yang terpenting adalah
hipertensi. Banyak peneliti yang melaporkan bahwa indeks massa tubuh berkaitan
dengan kejadian hipertensi dan diduga peningkatan berat badan berperan penting
pada mekanisme timbulnya hipertensi pada penderita obes. Mekanisme terjadinya
hipertensi pada kasus obesitas belum sepenuhnya dipahami, tetapi telah diketahui
bahwa pada orang yang mengalami obesitas terdapat peningkatan volume plasma
dan curah jantung yang akan meningkatkan tekanan darah (Angraini, 2014).

e. Kebiasaan Merokok
Merokok merupakan aktivitas menghisap asap tembakau yang dibakar ke
dalam tubuh lalu menghembuskannya keluar (Armstrong, 2007). Merokok
merupakan salah satu kebiasaan hidup yang dapat mempengaruhi tekanan darah.
Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Hal
tersebut dikarenakan, rokok akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah
perifer dan pembuluh di ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.
Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10–25 mmHg
dan menambah detak jantung 5–20 kali per menit (Mangku, 2000).
f. Makanan, alkohol dan kurangnya aktivitas fisik
Ini juga merupakan faktor-faktor resiko pre-hypertension. Makanan yang
dikonsumsi seseorang memberikan kontribusi besar bagi kemungkinan pre-
hypertension, dimana pada orang yang mengkonsumsi berlebihan garam menjadi
beresiko lebih tinggi. Seseorang yang biasa dengan gaya hidup instan dan kurang
aktivitas olahraga juga beresiko tinggi mengalamipre-hypertension. Konsumsi
alkohol dalam jumlah besar juga rentan akan resiko peningkatan tekanan darah.
(Dewi, 2014).

2.3.3 Patofisiologi Pre-hypertension


Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan dilatasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor pada medula otak. Pusat vasomotor pada medula otak
merupakan tempat bermulanya perjalanan saraf simpatis, yang berlanjut menuju
bagian bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis menuju ke
ganglia simpatis pada thoraks dan abdomen. Rangsangan pada pusat vasomotor
yang berupa impuls dihantarkan menuju ganglia simpatis melalui sistem saraf
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah. Pelepasan
norepinefrin juga terjadi mengakibatkan terjadinya konstriksi pada pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan, ketakutan dan stres dapat
mempengaruhi pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor (Guyton dan
Hall, 2008).
Kecemasan, ketakutan dan stres juga merangsang kelenjar adrenal
sehingga kelenjar ini mensekresi epinefrin yang terlibat dalam aktivitas
vasokonstriksi. Korteks adrenal juga mensekresi kortisol dan steroid lainya yang
meningkatkan respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
terjadi menurunkan aliran darah ke ginjal dan merangsang pelepasan renin.
Pelepasan renin ini merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II berfungsi sebagai vasokonstriktor yang kuat.
Angiotensin II ini akan merangsang sekresi aldosteron yang berfungsi
sebagai retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal. Retensi ini akan menambah
volume intravaskular yang akan mencetuskan keadaan peningkatan pada tekanan
darah (Smeltzer dan Bare, 2001).

2.3.4 PenatalaksanaanPre-hypertension
Tujuan pengobatan pasien pre-hypertension adalah:
a. Target tekanan darah yatiu <140/90 mmHg dan untuk individu berisiko
tinggi seperti diabetes melitus, gagal ginjal target tekanan darah adalah
<130/80 mmHg.
b. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.
c. Menghambat laju penyakit ginjal.

Terapi dari pre-hypertension terdiri dari terapi non farmakologis dan


farmakologis seperti penjelasan dibawah ini :
1. Terapi Non Farmakologi
a. Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih.Bertambahnya berat
badan seiring dengan pertambahan usia sangat bertpengaruh terhadap
tekanan darahnya. Maka dari itu manajemen berat badan sangat
penting dalam mengontrol tekanan darah.
b. Meningkatkan aktifitas fisik.Seseorang yang aktivitas fisiknya rendah
rentan beresiko terkena hipertensi 30-50% dari pada orang yang aktif
bergerak. Pencegahan primer dari hipertensi bisa dengan melakukan
aktivitas fisik antara 30 – 45 menit sebanyak 3x/minggu.
c. Mengurangi asupan natrium (diet). Apabila dalam 6 bulan diet tidak
membantu, maka perlu pemberian obat anti hipertensi oleh dokter.
d. Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol. Kafein dapat memacu
jantung bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak cairan
pada setiap detiknya. Sementara konsumsi alkohol lebih dari 2-3
gelas/hari dapat meningkatkan risiko hipertensi.
e. Metode dalam mengurangi stres seperti latihan pernafasan, yoga,
relaksasi otot progresif dan meditasi transedental telah dianjurkan
sebagai bentuk metode non-farmakologi yang dapat digunakan dalam
menurunkan tekanan darah.

2. Terapi farmakologi
Terapi farmakologi yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII
yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron antagonis,
beta bloker, kalsium chanel bloker atau kalsium antagonis, Angiotensin
Converting Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor Bloker atau
AT1 receptor antagonist/ blocker (ARB)(Aziza, 2008).

2.4 Senam Lansia


2.4.1 Pengertian
Senam berasal dari bahasa yunani yaitu gymnastic (gymnos) yang berarti
telanjang, dimana pada zaman tersebut orang yang melakukan senam harus
telanjang, dengan maksud agar keleluasaan gerak dan pertumbuhan badan yang
dilatih dapat terpantau (Suroto, 2004).
Lansia adalah seorang individu laki-laki maupun perempuan yang berumur
60-69 tahun (Agustina, 2010).
Senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta
terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia dalam bentuk latihan fisik yang
berpengaruh terhadap latihan fisik. Aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh
agar tetap bugar dan tetap segar karena melaih tulang yang kuat, dan membantu
menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran didalam tubuh (Widrianti &
Atikah, 2010).
Melakukan olahraga seperti senam lansia mampu mendorong jantung
bekerja secara optimal, olahraga untuk jantung mampu meningkatkan kebutuhan
energi oleh sel, jaringan dan organ tubuh akibat peningkatan tersebut akan
meningkatkan aktifitas pernafasan dan otot rangka, dari peningkatan aktifitas
pernafasan akan meningkatkan aliran balik vena sehingga menyebabkan
peningkatan volume sekuncup yang akan langsung meningkatkan curah jantung
sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat sedang, setelah tekanan darah
arteri meningkat akan terjadi fase istirahat terlebih dahulu, akibat dari fase ini
mampu menurunkan aktifitas pernafasan dan otot rangka dan mengakibatkan saraf
simpatis dan epinefrin menurun. Namun aktifitas saraf simpatis meningkat,
setelah itu akan menyebabkan denyut jantungmenurun. Volume sekuncup
menurun vasodilatasi arteriol vena karna penurunan ini mengakibatkan penurunan
curah jantung dan enurunan resistensi perifer total, sehingga terjadinya penurunan
tekanan darah (Sherwood, 2005).

2.4.2 Manfaat senam lansia

Olahraga dapat memberi beberapa manfaat, yaitu: meningkatkan


peredaran darah, menambah kekuatan otot dan merangsang pernafasan dalam.
Selain itu dengan olahraga dapat membantu pencernaan, menolong ginjal,
membantu kelancaran pembuangan bahan sisa, meningkatkan fungsi jaringan,
menjernihkan dan melenturkan kulit, merangsang kesegaran mental, membantu
mempertahankan berat badan, memberikan tidur nyenyak, memberikan kesegaran
jasmani. Depkes (2003).

Menurut Indonesian Nursing (2008) manfaat dari aktivitas olahraga akan


membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat,
mendorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas
yang ada di dalam tubuh.

d. Menghambat proses penuaan. Senam sangat dianjurkan untuk mereka yang


memasuki usia pralansia (45 tahun) dan usia lansia (>65 tahun).
e. Mendapatkan kesegaran jasmani yang baik yang terdiri dari unsur kekuatan
otot, kelenturan persendian, kelincahan gerak, keluwesan, cardiovascular
fitness dan neuromuscular fitness.
f. Peredaran darah akan lancar dan meningkatkan jumlah volume darah. Selain
itu 20% darah terdapat di otak, sehingga akan terjadi proses indorfin hingga
terbentuk hormon norepinefrin yang dapat menimbulkan rasa gembira, rasa
sakit hilang, adiksi (kecanduan gerak) dan menghilangkan depresi.
g. Merasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran
tetap segar.
h. Meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur.
i. Meningkatkan keseimbangan antara osteoblast dan osteoclast. Apabila senam
terhenti maka pembentukan osteoblast berkurang sehingga pembentukan
tulang berkurang dan dapat berakibat pada pengeroposan tulang.

Senam yang disertai dengan latihan stretching dapat memberi efek otot yang
tetap kenyal karena ditengah-tengah serabut otot ada impuls saraf yang dinamakan
muscle spindle, bila otot diulur (recking) maka muscle spindle akan bertahan atau
mengatur sehingga terjadi tarik-menarik, akibatnya otot menjadi kenyal. Orang
yang melakukan stretching akan menambah cairan sinoval sehingga persendian
akan licin dan mencegah cedera (Suroto, 2004)

2.4.3 Frekuensi latihan senam lansia

Latihan akan bermanfaat untuk meningkatkan kesegaran jasmani jika


dilaksanakan dalam zone latihan paling sedikit 15-30 menit (Mariam, 2008).
Sedangkan menurut Murray (1993) dalam Agustina (2010) latihan fisik (senam)
lansia sebaiknya dilakukan daam periode 20-30 menit.

2.4.4 Standar Operasional Prosedur

Sebelum melakukan latihan olahraga sebaiknya para lansia harus


dilakukan tes dan pengukuran yang bertujuan untuk mengukur kebugaran jasmani
lanjut usia. Menurut (Bustami, 2003) sebelum dilakukan tes kebugaran jasmani
ada beberapa syarat yang harus dipatuhi antara lain sebagai berikut:
a. Peserta dalam kondisi sehat berdasarkan hasil pemeriksaan dokter yang
meliputi pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan.
b. Malam sebelum pengukuran kebugaran jasmani dilakukan, peserta harus
cukup tidur (6jam).
c. Makan terakhir paling tidak 4 jam sebelum pengukuran kebugaran jasmani
dilakukan.
d. Sebaiknya mengenakan pakaian dan sepatu olahraga.
e. Pelaksanaan pengukuran sebaiknya pada pagi hari.

Orang yang sudah lanjut usia apabila melakukan olahraga tidak boleh
mengalami kelelahan yang berlebihan, bila intensitasnya berlebihan dapat terjadi
sesak napas, nyeri dada, atau pusing berkunang-kunang. Maka kegiatan olahraga
harus segera dihentikan. Intensitas olahraga yang boleh dilakukan oleh lansia
bersifat individual tergantung pada usia, jenis kelamin, usia awal menekuni
olahraga, keteraturan dan kondisi fisik organ-organ tubuhnya.

Rumus umum yang dapat digunakan untuk mengetahui batas lansia boleh
melakukan olahraga yaitu dengan menentukan denyut nadi maksimal atau dikenal
sebagai maksimal pulse. Adapun cara pengukurannya dapat dilakukan dengan
meraba serta menghitung denyut pembuluh darah pada nadi brakialis, radialis,
carotis ataupun pada nadi dorsal pedis. Penghitungan dilakukan selama 1 menit.
Ambang yang aman bila aktivitas olahraga hanya mencapai (denyut nadi sub
maksimal) 70%-85% dari denyut nadi maksimal yang disebut sebagai target
Zone, dengan rumus 220-umur. Seorang berumur 70 tahun denyut jantung
maksimalnya adalah 220-70 = 150/menit, ia hanya boleh berolahraga sampai
denyut nadi sub maksimal, dengan perhitungan (220 - 70 ) X 70 % sampai
dengan 85%= 105- 127 kali permenit.

2.3.5 Tahap-tahap gerakan senam


Adapun tahap-tahapan gerakan senam yaitu: peregangan/pemanasan,
kondisionng (latihan inti), pendinginan/penenangan (Sumintarsih, 2006).

a. Pemanasan
Pemanasan dilakukan sebelum latihan. Pemanasan bertujuan menyiapkan
fungsi organ tubuh agar mampu menerima pembebanan yang lebih berat pada
saat latihan sebenarnya. Penanda bahwa tubuh siap menerima pembebanan
antara lain detak jantung telah mencapai 60% detak jantung maksimal, suhu
tubuh naik 1ºC- 2ºC dan badan berkeringat. Pemanasan yang dilakukan
dengan benar akan mengurangi terjadinya cidera atau kelelahan (Irianto,
2004).

b. Kondisioning

Setelah pemanasan cukup diteruskan tahap kondisioning yakni melakukan


berbagai rangkaian gerak dengan model latihan yang sesuai dengan tujuan
program latihan, misalnya jogging untuk meningkatkan daya tahan paru-
jantung atau untuk pembakaran lemak tubuh, latihan stretching untuk
meningkatkan kelentukan persendian dan latihan beban untuk kekuatan dan
daya tahan otot. Latihan ini kurang lebih berlangsung antara 20-30 menit,
atau disesuaikan dengan tujuan atau latihan yang dilakukan. 37 c.

c. Penenangan
Penenangan merupakan periode yang sangat penting dan esensial. Tahap
ini bertujuan:
1. Mengembalikan kodisi tubuh seperti sebelum berlatih dengan melakukan
serangkaian gerakan berupa stretching. Tahapan ini ditandai dengan
menurunnya frekuensi detak jantung, menurunnya suhu tubuh, dan
semakin berkurangnya keringat.
2. Mengembalikan darah ke jantung untuk reoksigenasi sehingga mencegah
genangan darah diotot kaki dan tangan. Lama tahapan ini kira-kira 5
menit sampai 10 menit
2.3.6 Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah
Penurunan tekanan darah baik sistole maupun diastole setelah senam lansia

ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa olahraga (senam lansia)

merupakan salah satu pengobatan non farmakologis pada pasien dengan

hipertensi. Efek dari olah raga seperti senam lansia yang dilakukan secara teratur

dapat melancarkan peredaran darah sehingga menurunkan tekanan darah.

Olah raga dan latihan pergerakan secara teratur seperti senam lansia secara

teratur dapat menanggulangi masalah akibat perubahan fungsi tubuh dan olahraga

sangat berperan penting dalam pengobatan tekanan darah tinggi. Bukti-bukti yang

ada menunjukkan bahwa latihan dan olahraga pada usia lanjut dapat mencegah

atau melambatkan kehilangan fungsi tubuh tersebut, bahkan latihan yang teratur

dapat menurunkan tekanan darah 5-10 mmHg baik pada tekanan systole maupun

diastole, olahraga yang tepat untuk lansia adalah senam lansia.

ACSM pada tahun 2014 menyatakan hubungan antara olahraga atau senam

lansia antara lain individu yang kurang aktif mempunyai resiko menderita

hipertensi 30-50 % lebih besar dari pada individu yang aktif bergerak. olahraga

rata-rata menurunkan teknan darah 5-7 mmHg. Pengaruh penurunan tekanan

darah dapat berlangsung 22 jam setelah olahraga. pengaruh olahraga jangka

panjang (4-6 bulan) menurunkan tekanan darah systole 7,4 mmHg dan diastole

5,5 mmHg tanpa obat hipertensi, dan olahraga dalam jangka pendek bisa

dilakukan oleh lansia sebanyak 3-4 kali dalam seminggu secara teratur.

Dengan adanya latihan fisik atau senam lansia yang teratur dan terus

menerus maka katup–katup jantung yang tadinya mengalami sklerosis dan

penebalan berangsur kembali normal, miokard tidak terjadi kekakuan lagi, adanya
kontraksi otot jantung, isi sekuncup dan curah janatung tidak lagi mengalami

peningkatan. Hal ini akan mengakibatkan tekanan darah tidak lagi meningkat atau

mengalami penurunan tekanan darah.

Adapun manfaat senam lansia tersebut adalah untuk memperlancar

peredaran darah, meningkatkan daya tahan jantung, paru dan pembuluh darah,

meningkatkan daya tahan dan kekuatan otot, mengurangi resiko terjadinya

penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi, jantung koroner, diabetis

mellitus (Dody, 2017).

2.4 Kerangka teori

Usia Lanjut

Perubahan fisiologi tubuh pada


sistem kardiovaskular

Perubahan Pada Jantung Perubahan Pada Pembuluh Darah

Jantung Mengalami Hipertropi Pembuluh Darah mengalami penebalan


Faktor yang mempengaruhi
Peningkatan curah jantung
tekanan darah :
- Usia
Tekanan darah normal/naik - Jenis Kelamin
- Ras
Hipertensi (peningkatan - Emosi
tekanan darah) - Nyeri
- Kebiasaan sehari-hari
konsumsi kafein dan
Farmakologi Non farmakologis merokok
- Berat badan
Obat
Olahraga Relaksasi Penurunan Pembatasan
Perubahan berat badan alcohol,
Tekanan natrium dan
Darah Senam Lansia tembakau

Senam menimbulkan efek beta blocker yang dapat


menenangkan sistem saraf simpatikus, dimana bila terjadi
penurunan aktivitas simpatik pada pembuluh darah perifer
dapat menjadi petunjuk penurunan tekanan darah.

Bagan 2.1 Kerangka Teori


Sumber : Santoso (2009), Maryam (2008), Muttaqin (2008)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif yang menggunakan

rancangan pre-eksperimental dengan rancangan pretest-postest dalam satu

kelompok (One group pre-post test design).

Ciri penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan

cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum

dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah dilakuan intervensi, untuk

mengetahui akibat dari intervensi yang diberikan, pengujia sebab akibat dilakukan

dengan cara membandingkan hasil sebelu tes dan sesudah tes.

Pada rancanga ini tidak ada kelompok pembanding (kontrol), tetapi paling

tidak sudah dilakukan observasi pertama (pretest) yag memungkikan perubahan-

perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen (program) (Notoadmojo,2013).

3.2 Kerangka Konsep

Keragka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan

atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya, atau antara variable yang

satu dengan variable yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Soekidjo,2010).

Senam Lansia

Tekanan Darah sebelum Tekanan Darah sesudah


dilakukan senam lansia dilakukan senam lansia
Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo,2012). Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia di Panti

Soaial Tresna Werdha Teratai Palembang Tahun 2018 berjumlah 61 lansia.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono,2014). Menurut Nursalam 2016, cara menentukan

besar sampel yang dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

N 61
n = = = 37,88 = 38 Responden.
2 2
1+N(e) 1+ 61(0,10)

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

ditentukan dengan menggunakan purposive sampling, yaitu pengambilan sampel

yang didasarkan pada waktu pertimbangan tertentu yang dibuat peneliti sendiri

berdasarkan ciri atau sifat yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo,2012).

Kriteria inklusi adalah criteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap

anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Nursalam,2008).

Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Lansia berusia ≥ 60 Tahun.


2. Memiliki tekanan darah ≥130/85 mmHg, sistolik antara 130-150 dan

diastolik 85-100 mmHg.

3. Lansia yang sehat baik fisik maupun mental.

4. Lansia yang bersedia untuk diberikan senam lansia.

Adapun Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Tidak mengikuti senam lansia.

2. Tidak hadir dalam pengambilan data.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah lansia yang mengikuti

senam lansia.

2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penurunan tekanan

darah pada lansia.

3.5 Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai

Palembang Tahun 2018.

3.6 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Mei- Juni 2018.


3.7 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian khususnya jika yang menjadi subjek

penelitian adalah manusia, maka penelitian harus memahami hak dasar manusia.

Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian yang

akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan manusia (Hidayat,

2008).

1. Lembar Persetujuan Penelitian (informend consent)

Informed concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan

informed concent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan

dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Beberapa informasi yang harus ada didalam informed concent adalah :

partisipasi pasien, tujuan dalam tindakan, jenis data yang dibutuhkan,

komitmen prosedur tindakan, potensi masalah yang akan terjadi,

manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dll.

2. Kerahasiaan (confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi yang telah dikumpulkan

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu

yang akan dilaporkan pada hasil riset.


3.8 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Standar

Operasional Prosedur (SOP) senam lansia dan alat ukur yang digunakan untuk

mengukur tekanan darah berupa alat ukur sphymomanometer dan lembar

observasi.

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas

3.9.1 Uji Validitas

Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang dilakukan

sebagai prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data

(Nursalam, 2016). Uji validitas merupakan ketepatan dalam mengukur,

valid artinya alat yang digunakan mampu mengukur apa yang ingin

diukur. Uji yang dilakukan meliputi uji validitas terhadap prosedur senam

lansia. Uji validitas senam lansia dilakukan dengan menggunakan expert

validitas yaitu peneliti sendiri yang menjadi instruktur dalam penelitian

3.9.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila

fakta atau kenyataan hidup diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu

yang berlainan (Nursalam, 2016). Uji Reliabilitas yang dilakukan meliputi

uji reliable terhadap senam lansia dan alat ukur tekanan darah tensimeter.

Uji reliabilitas aktivitas fisik dilakukan dengan cara peneliti dibantu oleh
asisten penelitian. Hasil penelitian menggunakan lembar observasi senam

lansia di isi oleh peneliti.

3.10 Metode Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April Tahun 2018 di Panti

Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang.

2. Data yang diperoleh yaitu berasal dari:

a. Data primer yang diperoleh dari wawancara secara langsung

dengan lansia.

b. Data sekunder didapatkan dari Panti Sosial Tresna Werdha Teratai


Palembang Tahun 2018.

3.11 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data


3.11.1 Metode Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo (2012), metode pengolahan data dapat

dilakukan dengan cara berikut :

1. Editing (pengolahan data)

Dalam melakukan pengolahan data dengan baik, data tersebut perlu

diperiksa terlebih dahulu, apakah telah sesuai dengan harapan atau

tidak dengan melihat lembaran observasi penurunan tekanan darah

menggunakan senam lansia.

2. Coding (pengkodean data)


Merupakan kegiatan merubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan untuk mempermudah pada saat

analisis data dan juga mempercepat pada masa entry data. Dalam

penelitian ini peneliti menggunakan coding (pengkodean) sebagai

berikut :

1 = Tekanan Darah Normal

2 = Tekanan Darah Hipertensi

3. Processing (Memproses data)

Setelah semua lembar observasi dilakukan serta telah melewati

pengkodean, maka selanjutnya memproses data agar data yang sudah

di entry dapat dianalisis. Pemprosesan data dilakukan dengan cara

meng-entry data dan hasil tekanan darah setelah melakukan senam

lansia paket program komputer. Ada bermacam-macam mempunyai

kelebihan dan kekurangan, salah satu program yang sudah umum

digunakan untuk enty data adalah paket program komputerisasi.

4. Cleaning (Pembersihan data)

Kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukan apakah

ada kesalahan atau tidak.

3.11.2 Analisa Data

Untuk analisis data digunakan analisis data univariat dan analisis data

bivariat.

3.11.2.1 Analisis Data Univariat


Analisis data univariat adalah untuk mengetahui masing-masing

variable. Analisa data yang ditampilkan :

4. Untuk mengetahui tekanan darah pada lansia sebelum melakukan

Senam Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang Tahun

2018.

5. Untuk mengetahui tekanan darah pada lansia sesudah dilakukan senam

lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang Tahun 2018.

6. Untuk mengetahui tekanan darah pada lansia sebelum dan sesudah

dilakukan senam lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai di

Palembang Tahun 2018.

3.11.2.2 Analisis Data Bivariat

Analaisis data bivariat adalah untuk mengetahui pengaruh antara

variabel independent dengan variabel dependent, dengan tujuan untuk

mengetahui pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah

pada lansia yang mengikuti senam lansia dan tidak mengikuti senam

lansia. Untuk mengetahui pengaruh antara dua variable tersebut dilakukan

uji statistic. Sebelum melakukan uji statistic terlebih dahulu melakukan uji

normalitas data dengan Shapiro Wilk. Jika data berdistribusi normal uji

statistic yang dipakai adalah uji T-test dan jika data berdistribusi tidak

normal uji statistic yang digunakan uji Wilcoxon.

3.12 Definisi Operasional


Definisi Operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati (diukur)

itulah yang merupakan kunci definisi operasional. Dapat diamati artinya

memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara

cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi

oleh orang lain (Nursalam,2008).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Skala


Variabel Operasional Ukur Ukur

Tekanan Nilai tekanan Pemeriksaa Spygmom  Normal : Ordinal


Darah darah sistolik n tekanan anometer ≤120/80 mmHg.
sebelum darah dan  Pre-Hipertensi :
dan diastolik
dilakukan stetoskop. 120-139/80-89
senam dari hasil
mmHg.
lansia pengukuran
 Hipertensi :
tekanan darah  Derajat I :
sebelum dan 140- 159 mmHg
sesudah  Derajat 2 :
dilakukan ≥160/ 100
senam lansia. mmHg.
Tekanan Nilai tekanan Pemeriksaa Spygmom  Normal : Ordinal
Darah darah sistolik n tekanan anometer ≤120/80 mmHg.
sesudah dan diastolik darah dan  Pre-Hipertensi :
dilakukan stetoskop. 120-139/80-89
dari hasil
senam mmHg.
lansia pengukuran
 Hipertensi :
tekanan darah
 Derajat I :
sebelum dan 140- 159 mmHg
sesudah  Derajat 2 :
dilakukan ≥160/ 100
senam lansia. mmHg.

3.13 Hipotesis

Ada pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di

panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang Tahun 2018.


3.13 Alur Penelitian

Perizinan/Administrasi

1. STIK Siti Khadijah Palembang


2. Kesbangpol Provinsi Sumatera Selatan
3. Dinas Sosial Provinsi Sumatera Selatan
4. Panti Sosial Tresna Werdha Teratai
Palembang

Tahap Pengambilan Data


dan Penelitian

Penetapan Sampling

Pemeriksaan tekanan
darah

Melakukan Senam
Lansia

Dokumentasi

Pencatatan Hasil dan


Analisis Data

Gambar 3.2 Alur Penelitian


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Sejarah Perkembangan Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang

Sejak berdirinya Panti Sosial Tresna Werdha Tearatai Palembang pertama

kali pada tahun 1970 dan mulai dihuni pada tahun 1971 dengan penghuni

berjumlah 15 orang lansia, terdiri dari 6 laki-laki dan 9 orang lansia prempuan dan

sejak itu pula telah beberapa kali mengalami perubahan nama dan perubahan

dalam kepenguusannya. Pertama kali panti ini bernama Werdha Teratai kemudian

tahun 1982 berdasarkan surat keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I

Sumatera Selatan tanggal 5 November 1982 No.703/Kpys/XIII/82 berganti nama

menjadi Panti Tresna Werdha Teratai. Adapun pengertiannya adalah sebagai

tempat tinggal atau tempat penampugan orang-orang yang telah berusia lanjut

dengan masalah ekonomi,social,maupun masalah keluarga.

Berdasarkan letak geografisnya, Panti Sosial Tresn Werdha Teratai

Palembang terletak dikomplek social Km 6 Jl. Sosial No.796 Rt.16 Rw.03

kelurahan Sukabangun II Kecamatan Sukarame Palembang. Sarana transportasi

untuk mencapai panti tidak begitu sulit, selain letaknya yang berjarak lebih kurang

500 meter dari jalan raya, juga terjangkau oleh angkutan kota dan ojek.

Lingkungan panti juga sangat mendukung dan letaknya jauh dari kebisingan.
Secara organisasi Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang berada di

bawah pengawasan dan pengelolaan pihak Pemerintah Daerah Tingkat I

Sumaatera Selatan. Dalam hal ini Dinas Sosial Tingkat I kemudian setelah

terbitnya surat keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Selatan

No.703/Kyps/XIII/82 Tanggal 5 November 1982, seiring dengan perubahan nama

sekaligus pelimpahan tugas dan wewenang. Sehingga secara operasionalnya,

sampai sekarang panti berada dalam naungan pemerintah kota Palembang yang

dikelola secara langsung oleh Dinas Sosial Kota Palembang. Panti Sosial Tresna

Werdha Teratai Palembang dipimpi oleh seorang kepala Panti dengan dibantu

oleh beberapa staf yang memiliki tugas masing-masing, terdiri dari petugas tata

usaha,petugas penyantun, petugas pelatihan dan pembinaan. Sedangkan petugas

kebersihan dan yang mengurus kebutuhan harian lansia diambil dari lansia

penghuni panti itu sendiri yang secara fisik dan psikologis massih mampu bekerja.

Panti Sosial Tresna Wedha Teratai Palembang sebagai unit pelaksana

teknis dari dinas kesejahteraan social kota Palembang yang bertugas memberikan

bantuan dan penyantunan pada lansia yang kondisi fisik dan ekonominya lemah.

Pemberian bantuan ini berupa pelayanan,Pemeliharaan,pembinaan, dan

kerohanian serta pelayanan yang bersifat rekreatif. Pemberian pelayanan

kesehatan dip anti dilakukan satu kali setiap bulan oleh petugas puskesmas. Di

panti juga melakukan pembinaan mental kerohanian, seperti ceramah agama, dan

pengajian. Para lansia juga dapat bercocok tanam dan kegiatan bermanfaat

lainnya.
4.1.2 Tujuan Pembinaan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia

Tujuan Pembinaan di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang

adalah terciptanya dan terbinanya kondisi social masyarakat dinamis yang

memungkinkan terselenggaranya penyantunan lanjut usia/jompo terlantar, yang

memungkinkan mereka dapat menikmati hari tuanya dengan diliputi ketentraman

lahir dan batin.

4.1.3 Tenaga Keja dan Sarana

Panti Tresna Werdha Teratai Palembang, diasuh oleh 11 orang pengasuh

yang terdiri dari :

Tabel 4.1
Daftar Pegawai Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang Tahun 2018
No Nama Pegawai Tugas Ket

1. Edayati Kepala Panti Pegawai Negeri

2. Sunarno Staf Panti Sipil

3. Mastuti Staf Panti

4. Heryanto Staf Panti

5. Purwaningsih Staf Panti

6. Maryamah Staf Panti

7. Irfan Pratama Operator Pegawai Honor

8. Susilawati Pembinaan Asrama

9. Wira Laila Pembinaan Asrama

7. Tika Cleaning Service

8. MGS. Iksan Anwar Pengajar Kerohanian

9. Nurmala Tukang Masak


10. Heryansyah Jaga Malam

Sumber : Profil Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Tahun 2018


Tabel 4.2
Sarana dan Prasarana di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang
Tahun 2018

No Fasilitas Jumlah
.

1. Gedung Kantor 1 buah

2. Ruang Tamu 1 buah

3. Sal Penghuni 5 buah

4. Mushollah 1 buah

5. Dapur 1 buah

6. Gudang 1 buah

7. Ruang Poliklinik 1 buah

8. Kamar Mandi 18 buah

Sumber : Profil Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Tahun 2018

4.1.4 Analisa Data

4.1.4.1 Analisis Data Univariat

Analisis Univariat dilakukan pada variable dari hasil penelitian, yang

bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variable

penelitian. Pada umumnya pada analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan

persentase dari tiap variable yan diteliti (Notoadmodjo,2010).

1. Tekanan Darah Sebelum dilakukan Senam Lansia di Panti Sosial Tresna


Werdha Teratai Palembang Tahun 2018

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Sebelum Dilakukan Senam Lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang Tahun 2018

No. Tekanan Darah Frekuensi Persentase (%)

1. Normal 15 39,5
2. Hipertensi 23 60,5

Total 38 100,0

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa tekanan darah responden sebelum

dilakukan senam lansia dengan kategori normal 15 orang (39,5%), sedangkan

kategori hipertensi 23 orang (60,0%), sesuai uji statistic terhadap tekanan darah

sebelum melakukan senam lansia diperoleh mean=137,3.

2. Tekanan Darah Setelah dilakukan Senam Lansia di Panti Sosial Tresna

Werdha Teratai Palembang Tahun 2018

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Setelah Dilakukan Senam Lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang Tahun 2018
No. Tekanan Darah Frekuensi Persentase (%)

1. Normal 29 76,3
2. Hipertensi 9 23,7

Total 38 100,0

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa tekanan darah responden sesudah

dilakukan senam lansia dengan kategori normal 29 orang (76,3%), sedangkan

kategori hipertensi 9 orang (23,7%), sesuai uji statistic terhadap tekanan darah

sebelum melakukan senam lansia diperoleh mean=126,3.

4.1.4.2 Analisa Bivariat


Analisa bivariat dilakukan untuk mengidentifikasi pengaruh senam lansia

terhadap penurunan tekanan darah pada lansia, dalam penelitian ini peneliti

menggunakan Uji Wilcoxon, dari uji normality data yang didapat tidak

berdistribusi normal yaitu nilai p value <0,05.

Tabel 4.5
Perbedaan Senam Lansia terhadap Tekanan Darah sebelum dan sesudah
dilakukan senam lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang
Tahun 2018
Variabel Mean Median Standar Min – N P value
Devisiasi Max

Sebelum 137,3 140 16,0 110-190


dilakukan
senam lansia
38 0,000

Sesudah 126,3 125 11,7 100-150


dilakukan
senam lansia

Dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil uji statistic dengan menggunakan

uji Wilcoxon dengan 38 responden penurunan tekanan darah sebelum dan sesudah

dilakukan senam lansia tehadap lansia yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha

Teratai didapatkan P value = 0,000 kurang dari α= 0,05 (p ≤ α), maka dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia

terhadap penurunan tekanan darah di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai

Palembang.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

a. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Sebelum Dilakukan Senam Lansi di


Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang Tahun 2018

Pada hasil penelitian univariat didapatkan nilai presentasi tekanan darah

sebelum dilakukan senam lansia dengan kategori normal 15 orang (39,5%),

sedangkan kategori hipertensi 23 orang (60,0%).

Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak

memberatkan yang diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu

tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap kuat,

memdorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas

yang berkeliaran di dalam tubuh. Jadi senam lansia adalah serangkaian gerak nada

yang teratur dan terarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang

dilakukan dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk

mencapai tujuan tersebut (Suroto 2014).

Olahraga seperti senam yang teratur sangat dianjurkan untuk mencegah

lansia terkena penyakit kronis seperti peningkatan tekanan darah atau hipertensi.

Persentase penduduk lansia yang melakukan kegiatan olahraga di daerah

perkotaan sebesar 12,90% jauh lebih tinggi daripada penduduk lansia di pedesaan

yaitu sebesar 2,63% (Komnas Lansia, 2010).

Hal ini sejalan dengan penelitian Izhar (2017)dengn judul Pengruh Senam

lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah Lansia Penderita hipertensi di


Puskesmas Wara Palopo didapatkan data mean 134,44. Setelah membandingkan

pada penelitian ini dan penelitian sejenis dapat dilihat bahwa hipertensi yang

dialami lansia cukup tinggi.

Menurut teori dan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat

disimpulkan kejadian hipertensi akan semakin bertambah dengan bertambahnya

usia kondisi ini diakibatkan karena pada tahap proses penuaan akan mengubah

fungsi vaskuler termasuk perubahan pembuluh darah.

b. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Setelah Dilakukan Senam Lansia di

Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang Tahun 2018

Pada hasil univariat didapatkan tekanan darah lansia sesudah dilakukan

senam lansia dengan kategori normal 29 orang (76,3%), sedangkan kategori

hipertensi 9 orang (23,7%).

Olahraga yang dapat dilakukan oleh lansia untuk menurunkan tekanan arah

yaitu dengan melakukan senam lansia. Senam lansia yang dilakukan dengan

gerakan yang melibatkan sebagian besar otot tubuh, sesuai gerak sehari-hari dan

mengandung gerakan-gerakan melawan beban badan dengan pemberian beban

antara bagian kanan dan kiri secara seimbang (Anggita 2015).

Hasil penelitian ini sebelumnya dilakukan oleh Ilkafah (2009), pada lansia

mengalami hipertensi di Rektorat Unibraw Malang didapatkan hasil sebelum dan

sesudah dilakukan latihan fisik (senam) menunjukkan median sesudah diberikan

latihan fisik (senam) yaitu 150,60. Setelah dibandingkan pada penelitian ini dan
penelitian sjenis dapat dilihat bahwa terdapat penurunan tekanan darah setelah

diberikan senam lansia

Berdasarkan hal ini, peneliti menyimplka bahwan tekanan darah dapat

diturunkan dengan melakukan senam lansia, karna dengan senam bisa untuk

meningkatkan kebugaran jasmani dan kondisi fisik lansia. Bagi penderita

hipertensi dengan usia lanjut latihan fisik dapat mencegah komplikasi lebih lanjut

misalnya stroke,PJK, dan gagal ginjal.

c. Perbedaan Senam Lansia terhadap Tekanan Darah Sebelum dan

Sesudah dilakukan Senam Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai

Palembang Tahun 2018

Pada hasil penelitian bivariat berdasarkan uji statistic Wilcoxon dapat

disimpulkan ada pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah lansia

dengan p value = 0,000 <0,05.

Hal ini didukung juga dari penelitian yang sama dilakukan Grace dkk

(2017) di Puskesmas Wuara Palapo. Hasil penelitian menunjukkan terdapat

pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah lansia dengan nilai p

(0,013) < α (0,05).

Pada usia lanjut kekuatan mesin pompa jantung berkurang. Berbagai

pembuluh darah penting khusus di jantung dan di otak mengalami kekakuan.

Dengan latihan fisik atau senam dapat membantu kekuatan pompa jantung

bertambah, sehingga aliran darah bisa kembali lancar. Jika dilakukan secara
teratur akan memberikan dampak yang baik bagi lansia terhadap tekanan

darahnya. Dengan adanya latihan fisik atau senam lansia yang teratur dan terus

menerus maka katup – katup jantung yang tadinya mengalami sklerosis dan

penebalan berangsur kembali pada kondisi dasar atau normal, miokard tidak

terjadi kekakuan lagi, adanya kontraksi otot jantung, isi sekuncup dan curah

jantung tidak lagi mengalami peningkatan. Hal ini akan mengakibatkan tekanan

darah tidak lagi meningkat atau mengalami penurunan tekanan darah

(Margiyani,2015).

Senam lansia dapat menurunkan tekanan darah karena melakukan olahraga

seperti senam lansia mampu mendorong jantung bekerja secara optimal, dimana

olahraga untuk jantung mampu meningkatkan kebutuhan energi oleh sel, jaringan

dan organ tubuh, dimana akibat peningkatan tersebut akan meningkatkan aktivitas

pernafasan dan otot rangka, dari peningkatan aktivitas pernafasan akan

meningkatkan aliran balik vena sehingga menyebabkan peningkatan volume yang

akan lansung meningkatkan curah jantung sehingga menyebabkan tekanan darah

arteri meningkat sedang, setelah tekanan darah arteri meningkat akan terjadi fase

istirahat terlebih dahulu, akibat dari fase ini mampu menurunkan aktivitas

pernafasan dan otot rangka dan menyebabkan aktivitas saraf simpatis dan

epinefrin menurun, namun aktivitas saraf simpatis meningkat, setelah itu akan

menyebabkan kecepatan denyut jantung menurun, volume sekuncup menurun,

vasodilatasi arteriol vena, karena penurunan ini mengakibatkan penurunan curah

jantung dan penurunan resistensi perifer total, sehingga terjadinya penurunan

tekanan darah. Selain itu senam lansia sangat bermanfaat terhadap penurunan
tekanan darah pada lansia penderita hipertensi. Adapun manfaat senam lansia

tersebut adalah untuk memperlancar peredaran darah, meningkatkan daya tahan

jantung, paru dan pembuluh darah, meningkatkan daya tahan dan kekuatan otot,

mengurangi resiko terjadinya penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi,

jantung koroner, diabetis melitus. (Kuntaraf 2013).

Dari hasil penelitian yang telah diuraikan, menurut asumsi peneliti senam

lansia berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah. Senam adalah salah atu

olahraga yang dapat dilakukan oleh lansia agar memperlancar aliran darah,karna

pada saat usia lanjut kekuatan jantung memompa darah berkurang. Berbagai

pembuluh darah penting mengalami kekakuan dengan latihan fisik atau senam

dapat membantu kekuatan pompa jantung agar bertambah dan memperlancar

peredaran darah sehingga menurunkan tekanan darah. Latihan dan olahraga pada

usia lanjut secara teratur dapat menurunkan tekanan darah 5-10 mmHg baik pada

tekanan systole maupun diastole, olahraga yang tepat untuk lansia adalah senam

lansia.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Selama melakukan penelitian tentunya peneliti mempunyai keterbatasan

dalam melakukan penelitian karena masih termasuk peneliti pemula, dalam

penelitian ini terdapat keterbatasan-keterbatasan sebagai berikut :

1. Responden yang mengikuti penelitian kurang kooperatif dikarenakan

kondisi responden mempunyai keluhan lain.

2. Responden sulit untuk mengingat gerakan senam karena factor usia.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :


1. Sebelum dilakukan senam lansia tekanan darah lansia yang hipertensi di

Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang sebanyak 60,5 %.

2. Sesudah diberikan senam lansia tekanan darah lansia yang normal di Panti

Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang sebanyak 76,3 %.

3. Tekanan dara sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha Teratai Palembang dengan nilai p value = 0,000, artinya

ada pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah pada lansia.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpuan diatas maka peneliti memberikan saran-saran

sebagai berikut :

5.2.1 Bagi Panti Sosial Tresna Werdha Teratai

Bagi pihak panti terapi senam lansia dapat menjadi salah satu kegiatan

rutin yang dilakukan untuk lansia. Mengingat banyak sekali manfaat senam lansia

untuk kesehatan tubuh. Diantaranya untuk menurunkan tekanan darah dan

mengurangi stress. Selain itu senam lansia juga merupakan olahraga ringan dan

mudah dilakukan.

5.2.2 Bagi STIK Siti Khadijah

STIK Siti Khadijah Palembang sebagai lembaga pendidikan keperawatan

merupakan intitusi yang perlu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan,

Khususnya yang berhubungan dengan ilmu keperawatan dan hasil-hasil iset


keperawatan. Diharapkan referensi tetang senam lansia dalam menurunkan

tekanan darah pada lansia diperbanyak dan diperkaya lagi dari sumber-sumber

yang terbaru.

5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan penelitian dengan

menggunakan metode eksperimen di tempat yang berbeda, sampel yang lebih

besar, dan memperhatikan keadaan psikologis lansia sehingga bisa meminimalisir

keterbatasan yang ada di penelitian analisis ini.

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Diah Ayu Pitaloka


Nim : A21410008

Adalah mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Siti Khadijah Palembang akan melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia

di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang Tahun 2018”

Peneliti memohon dengan hormat kepada saudara/I untuk bersedia

menjadi responden dan mau mengisi data serta memberikan tanggapan yang layak

dengan sejujur-jujurnya untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Penelitian ini tidak

akan menimbulkan akibat apapun bagi semua responden. Kerahasiaan semua

informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya akan digunakan untuk

kepentingan penelitian.

Atas perhatian dan kesediaannya, saya ucapkan terima kasih

Peneliti

LEMBAR PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :
Alamat:

No.Hp :

Menyatakan bersedia menjadi responden pada penelitian yang akan dilakukan

oleh

Nama : Diah Ayu Pitaloka

NIM : A21410008

Dengan judul “Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada

Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang Tahun 2018” dan saya

akan memberikan pernyataan yang benar dan jujur tanpa adanya paksaan sari

pihak manapun.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Palembang, 2018

Responden

( )

LAMPIRAN LEMBAR OBSERVASI


PENILAIAN TEKANAN DARAH KLIEN SEBELUM DAN
SETELAH MELAKUKAN LATIHAN FISIK SENAM LANSIA

No Nama Sebelum Senam Sesudah Senam


Lansia Lansia
1 Tn.A 160/100 mmHg 140/90 mmHg

2 Tn.J 140/90 mmHg 130/90 mmHg

3 Ny.M 140/90 mmHg 120/190 mmHg

4 Tn.S 140/90 mmHg 130/90 mmHg

5 Tn.A 150/90 mmHg 130/90 mmHg

6 Ny. H 150/80 mmHg 140/90 mmHg

7 Ny.R 140/80 mmHg 130/80 mmHg

8 Ny.P 160/80 mmHg 140/80 mmHg

9 Tn. A 190/100 mmHg 160/90 mmHg

10 Tn. S 160/100 mmHg 140/80 mmHg

11 Tn. S 150/80 mmHg 120/80 mmHg

12 Tn.W 140/90 mmHg 120/80 mmHg

13 Tn.U 140/80 mmHg 130/70 mmHg

14 Tn.A 140/100 mmHg 130/100 mmHg

15 Tn.M 160/90 mmHg 150/90 mmHg

16 Ny.S 150/100 mmHg 140/90 mmHg

17 Ny.P 140/80 mmHg 120/80 mmHg

18 Ny.S 140/80 mmHg 130/80 mmHg

19 Ny.A 170/90 mmHg 150/80 mmHg

20 Ny.D 160/100 mmHg 150/70 mmHg

21 Ny.S 140/100 mmHg 130/80 mmHg

22 Ny.Z 140/100 mmHg 120/80 mmHg

23 Tn.T 170/70 mmHg 130/80 mmHg

24 Tn.N 140/90 mmHg 110/70 mmHg

25 Tn.S 150/100 mmHg 140/80 mmHg

26 Ny.S 160/90 mmHg 130/90 mmHg


27 Ny.J 180/100 mmHg 160/100 mmHg

29 Ny.F 140/90 mmHg 130/90 mmHg

30 Tn. T 140/60 mmHg 130/80 mmHg

31 Tn.J 140/70 mmHg 120/70 mmHg

32 Tn.M 160/100 mmHg 150/90 mmHg

33 Ny.R 140/100 mmHg 130/90 mmHg

34 Ny.M 150/90 mmHg 130/80 mmHg

35 Ny.L 140/100 mmHg 130/100 mmHg

36 Ny.S 140/70 mmHg 120/80 mmHg

37 Ny.C 140/80 mmHg 130/100 mmHg

38 Ny.W 160/100 mmHg 140/80 mmHg


EXPLORE

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
sebelum 38 100.0% 0 0.0% 38 100.0%
sesudah 38 100.0% 0 0.0% 38 100.0%

Descriptives
Statistic Std. Error
sebelum Mean 137.37 2.604
95% Confidence Interval Lower Bound 132.09
for Mean Upper Bound 142.65
5% Trimmed Mean 136.75
Median 140.00
Variance 257.752
Std. Deviation 16.055
Minimum 110
Maximum 190
Range 80
Interquartile Range 13
Skewness .620 .383
Kurtosis 2.066 .750
sesudah Mean 126.32 1.902
95% Confidence Interval Lower Bound 122.46
for Mean Upper Bound 130.17
5% Trimmed Mean 126.46
Median 125.00
Variance 137.411
Std. Deviation 11.722
Minimum 100
Maximum 150
Range 50
Interquartile Range 13

Skewness -.069 .383


Kurtosis .110 .750
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
sebelum .198 38 .001 .913 38 .006
sesudah .205 38 .000 .918 38 .009
a. Lilliefors Significance Correction

output distribusi frekuensi


Statistics
sebelum
N Valid 38
Missing 0

Sebelum
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <140normal 15 39.5 39.5 39.5
>140hipertensi 23 60.5 60.5 100.0
Total 38 100.0 100.0

Statistics
sesudah
N Valid 38
Missing 0

Sesudah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <140normal 29 76.3 76.3 76.3

>140hipertensi 9 23.7 23.7 100.0


Total 38 100.0 100.0
WILCOXON SIGNED RANKS TEST
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
sesudah - sebelum Negative Ranks 14a 7.50 105.00
Positive Ranks 0b .00 .00
Ties 24c
Total 38
a. sesudah < sebelum
b. sesudah > sebelum
c. sesudah = sebelum

Test Statisticsa
sesudah –
sebelum
Z -3.742b
Asymp. Sig. (2-
.000
tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and suddarth. 2002. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC

Bustan. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Jakarta: Rineka Cipta.

Darmojo.2011.Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).Jakarta.FKUI

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan.2013.Dinkes.Palembang

Dewi dan Familia. Hidup Bahagia Dengan Hipertensi. Jogjakarta. 2010

Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Penterjemah:
Irawati, Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,
2006

Hayens, B. et al, (2003). Buku Pintar Menaklukkan Hipertensi. Jakarta: Ladang


Pustaka

Isesreni, Miropa Aida. 2011. Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan


Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi di RW II, RW XIV, dan RW XXI
Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang
Tahun 2011. (journal.mercubaktijaya.ac.id/downlotfile.php?file=5c.pdf).
Diakses tanggal 1 April 2018 Pukul 10:00 Am.

Isselbacher, dkk. (2000). Prinsip-prinsip penyakit dalam. (edisi 13), Vol IV. Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.

JNC VII. 2003. The seventh report of the Joint National Committee on
prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure.
Hypertension,42:1206-52.

Kabo, P. 2008. Penyakit jantung koroner. Jakarta :Gramedia

Kurniadi dan Nurrahmani. 2014. Stop Diabetes, Hipertesi, Kolestrol Tinggi,


Jantung Koroner. Yogyakarta: Istana Media.

Lewis, S.M. Heitkemper, M.M & Dirksen, S.R (2000). Medical surgical nursing
assessment and management of clinical problems Vol 1.St. Louis. Missouri :
Mosby Inc.
Maryam, R. Siti.(2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika.
Mayuni, I Gusti A.O. (2013). Pelatihan Senam Lansia Menurunkan Tekanan
Darah Lansia Di Banjar Tuka Dalung, available at http://www.pps.unud.ac.id,
accessed March 2018.

Mujahidullah, Khalid, 2012, KEPERAWATAN GERIATRIK. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar

Muttaqin, Arif. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.

Muliyasari Margiyani Anggita. 2015. Pengaruh Senam SKJ Lansia Terhadap


Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di Desa Banjareja
Kecamatan KuwarasanKabupaten Kebumen. Diakses tanggal 26 Maret 2018
Pukul 01:45 Pm.

Notoatmodjo.2012. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Ed. Jakarta. Rineka Cipta.

Nugroho H. Wahjudi, B.Sc., SKM. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik.


Jakarta : EGC

Padila.2013.Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Nuha medika.Yogyakarta

Palmer, A & Williams, B. (2007). Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Erlangga

Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang.2018.Palembang.

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik. Edisi 4 volume 1.EGC. Jakarta

Sherwood, L. 2005. Fisiologi kedokteran: dari sel ke sistem. Jakarta

Stanley,Mickey.2006.Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Ed 2.Jakarta.EGC

Smeltzer & Bare, Brenda G. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. edisi 8. Jakarta
: EGC

Soeharto, I. 2004. Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya dengan Lemak &
Kolesterol Edisi 2. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sunkudon Chistiani Mariana, Palandeng Henry, dkk. 2015. Pengaruh Senam
Lansia Terhadap Stabilitas Tekanan Darah Pada Kelompok Lansia GMIM
Anugrah di Desa Tumaratas 2 Kec Langowan Barat Kab Minahasa.
(http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/download/6697/6217.)

Triyanto, Endang.2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita hipertensi secara


terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai