Anda di halaman 1dari 14

BAB IV

TEGANGAN, REGANGAN DAN DEFLEKSI

4.1. Tensor Tegangan 3D


Vektor tegangan T yang bekerja pada bidang potongan imajiner dapat diuraikan sebagai
berikut :

(4.1)

Gambar 4.1 Komponen tegangan pada bidang x-y

Komponen tegangan yang bekerja tegak lurus terhadap bidang disebut tegangan normal,
sedangkan komponen yang bekerja dalam arah bidang kerja disebut tegangan geser.
Jika potongan imajiner dilakukan untuk bidang-bidang yang lain maka akan didapatkan
elemen tegangan 3 dimensi seperti ditunjukkan pada gambar 4.2. Komponen-komponen
tegangan yang lengkap untuk tiga dimensi adalah merupakan tensor orde 2. Tensor tegangan
untuk elemen tiga dimensi dapat dituliskan dalam bentuk matrik pada persamaan 4.2.
Gambar 4.2 Komponen tegangan tiga dimensi

(4.2)
Subskrip untuk tegangan normal adalah menandakan arah tegangan. Sedangkan untuk
tegangan geser subskrip pertama menandakan bidang kerja tegangan, dan subskrip kedua
menandakan arah tegangan. Konvensi tanda untuk tegangan adalah sebagai berikut :
- Tegangan normal berhaga positif jika arahnya keluar dari bidang (tarik), dan berharga negatif
untuk sebaliknya
- Tegangan geser berharga positif jika :
 Pada bidang positif searah sumbu positif
 Pada bidang negatif searah sumbu negatif.

4.2. Tegangan Bidang (Plane Stress)


Umumnya elemen mesin mengalami kondisi tegangan tiga dimensi, tetapi untuk
beberapa kasus terdapat elemen yang bisa diidealisasikan dengan kondisi tegangan dalam bidang
dua dimensi. Untuk kondisi plane stress ini, semua tegangan tegak lurus bidang berharga nol
. Contohnya adalah elemen pelat yang mendapat beban pada bidang pelat
sendiri, tegangan pada elemen tipis seperti straingage, dll. Untuk tegangan bidang x-y, tensor
tegangan dapat disederhanakan menjadi:
(4.3)

Gambar 4.3 Elemen tegangan bidang (plane stress x-y)

4.3. Tegangan Utama


Untuk menentukan kekuatan suatu elemen mesin maka diketahui tegangan maksimum yang
terjadi pada elemen tersebut. Nilai atau besar suatu tegangan pada elemen tegangan sangat
tergantung pada orientasi dari sistem koordinat. Pada suatu orientasi tertentu terdapat kondisi
dimana tegangan normal berharga maksimum dan semua tegangan geser berharga nol. Kondisi
ini disebut dengan Principal stress atau tegangan utama. Nilai tegangan utama dan orientasinya
dapat ditentukan dari persamaan karakteristik berikut :

(4.4)

dimana nx, ny, nz adalah arah cosinus vektor n (normal terhadap principal plane). Supaya
persamaan (4.4) memiliki solusi maka determinan matrik koefisien haruslah bernilai nol. Dengan
demikian maka nilai tegangan utama dapat dihitung dari akar persamaan pangkat tiga berikut:

(4.5)
Dengan

Setelah nilai tegangan utama didapatkan (σp1, σp2, σp3) maka arah orientasi tegangan utama (nx,
ny, nz) dapat dihitung dengan memasukkan nilai tegangan utama ke persamaan (4.4). Arah
ketiga tegangan utama pasti saling tegak lurus.
Tegangan geser maksimum atau sering disebut “tegangan utama geser” dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan:

(4.6)
Perlu dicatat bahwa pada saat tegangan geser bernilai maksimum, tegangan normal belum
tentu bernilai nol. Orientasi tegangan geser maksimum adalah 45 0 terhadap arah tegangan utama.
Untuk kasus tegangan bidang (2D), persamaan (4.5) diatas dapat disederhanakan
menjadi:

(4.7)
dan orientasi tegangan utama adalah

(4.8)
Sedangkan tegangan geser maksimum untuk kasus dua dimensi juga dapat disederhanakan
menjadi:

(4.9)
Gambar 4.3 Tegangan utama dua dimensi

4.4. Lingkaran Mohr


Untuk memberikan gambaran kondisi tegangan pada berbagai arah dalam bentuk grafis,
Otto Mohr (1914) memperkenalkan Mohr’s Circle. Lingkaran Mohr ini sangat reperestatif untuk
kondisi tegangan dua dimensi. Sedangkan untuk kasus tiga dimensi, lingkaran Mohr cukup
kompleks kecuali untuk kasus-kasus tertentu seperti misalnya saat salah satu tegangan utama
berhimpit dengan salah satu sumbu koordinat.
Langkah-langkah untuk menggambar Lingkaran Mohr (lihat gambar 4.4) adalah sebagai
berikut:

Gambar 4.4 Konstruksi Lingkaran Mohr dan hubungannya dengan state of stress
1. Hitung kondisi tegangan dua dimensi untuk mendapatkan nilai σ x, σy, τxy
2. Buat sumbu datar σ dan sumbu vertikal τ

3. Buat titik pusat lingkaran Mohr ( )

4. Buat dua titik yang saling berlawanan yaitu (σ x, -τxy) dan (σy, τxy). Lingkaran dapat digambar
dengan titik pusat pada step 2

5. Radius lingkaran dapat dihitung dengan persamaan √( )

6. Tegangan utama terletak pada posisi garis lingkaran memotong sumbu σ (σ 1, σ2)
7. Tegangan geser maksimum sama dengan radius lingkaran
8. Sudut orientasi tegangan utama adalah = setengah dari sudut yang dibentuk oleh garis yang
menghubungkan titik (σx, -τxy) dan (σy, τxy) dengan sumbu datar
9. Untuk mendapatkan nilai tegangan pada arah tertentu (υ) : gambar busur 2υ dari garis yang
menghubungkan titik (σx, -τxy) dan (σy, τxy).

4.5. Konsentrasi Tegangan


Adanya diskontinuitas geometri pada elemen mesin seperti lubang, fillet, notch, inclusi dan
lain-lain akan menaikkan nilai tegangan yang terjadi disekitar diskontinuitas tersebut. Gambar
4.5 menunjukkan distribusi tegangan disekitar pelat yang berlubang dan diberi beban tarik.
Diskontinuitas ini sering disebut stress raiser dan kenaikan nilai tegangan ini diberi istilah stress
concentration (konsentrasi tegangan). Parameter yang digunakan untuk merepresentasikan
konsentrasi tegangan adalah Faktor Konsentrasi Tegangan (Kc) dengan definisi

(4.10)

Nilai tegangan maksimum yang terjadi pada bagian diskontinuitas sangat sulit untuk
dihitung secara analitik. Metoda yang umum untuk analisis tegangan pada stress raiser adalah
metoda numerik (Finite Element method, Boundary Element Method), dan metoda ekperimental
seperti photoelastic, straingage dan lain-lain.
Gambar 4.5 Distribusi Tegangan disekitar pelat berlubang yang mendapat beban tarik

Untuk memudahkan penggunaan aspek kosentrasi tegangan oleh para engineer dalam
perancangan elemen mesin, faktor konsentrasi tegangan telah dibuat dalam bentuk grafik. Grafik
konsentrasi tegangan pertama dibuat oleh Peterson (1951). Parameter-parameter geometri dibuat
dalam varibel non dimensional. Beberapa grafik faktor konsentrasi tegangan yang umum
digunakan dalam perancangan elemen mesin untuk berbagai pembebanan ditunjukkan pada
gambar 4.6-4.9.
Gambar 4.6 Faktor konsentrasi tegangan untuk pelat berlubang
Gambar 4.7 Faktor konsentrasi tegangan untuk pelat dengan fillet
Gambar 4.8 Faktor konsentrasi tegangan untuk pelat beralur
Gambar 4.9 Faktor konsentrasi tegangan pada fillet untuk poros
4.6. Regangan Elastis
Nilai deformasi dibagi dengan dimensi awal benda sebelum dibebani didefinisikan
sebagai Regangan (strain). Parameter regangan sangat penting dalam dunia teknik karena dapat
diukur langsung dalam eksperimen. Sedangkan tegangan adalah paremeter yang tidak dapat
diukur secara langsung dari eksperimen. Dengan menggunakan hubungan tegangan-regangan
selanjutnya akan dapat ditentukan tegangan yang terjadi pada komponen mesin.
Jika sebuah benda isotropik dan elastis linear seperti ditunjukkan pada gambar 4.10
diberikan beban tarik dalam arah sumbu x (uniaksial), maka benda tersebut akan mengalami
deformasi dalam arah x (memanjang) dan arah y, z (memendek). Jadi regangan normal dapat
didefinisikan sebagai

(4.11)

Gambar 4.11 Ilustrasi regangan untuk benda yang mengalami beban tarik uniaksial

Jika benda isotropik pada gambar 4.11 diberi beban geser murni dalam pada bidang y
dalam arah x, maka benda tersebut hanya akan mengalami deformasi geser seperti ditunjukkan
pada gambar 4.12. Dari deformasi geser tersebut didefinisikan regangan geser atau shear strain.
(4.12)

Dengan cara yang sama, regangan γxz dan γyz dapat ditentukan dengan memberikan beban
geser murni dalam arah y dan z.

Gambar 4.12 Ilustrasi regangan untuk benda yang mengalami regangan geser murni

Untuk kasus regangan 2 dimensi yang juga disebut regangan bidang (plain strain),
elemen regangan ditunjukkan pada gambar 4.13. Tensor regangan dapat disederhanakan menjadi

(4.13)

Gambar 4.13 Elemen regangan 2D

Nilai regangan maksimum serta arahnya untuk suatu elemen regangan dapat dicari dengan
menggunakan lingakaran Mohr seperti pada analisis tegangan.
4.7. Hubungan Tegangan-Regangan
Hubungan antara tegangan dan regangan untuk benda elastis linear pertama kali
diusulkan oleh Hooke, sehingga sering disebut dengan hukum Hooke. Untuk kasus regangan
bidang hukum Hooke dapat dituliskan.

(4.14)
dengan E adalah modulus elastisitas dan G adalah modulus geser. Hubungan modulus geser dan
modulus elastisitas adalah

(4.15)
Dalam analisis eksperimental, parameter yang dapat diukur adalah regangan. Regangan
biasanya diukur dengan straingage. Dengan demikian formula (4.14) perlu diubah menjadi

(4.16)
dengan e adalah dilatasi dan λ konstanta Lame :

(4.17)

Anda mungkin juga menyukai