Anda di halaman 1dari 13

COST ANALYSIS IN MANUFACTURING : STUDY

CASE OF FERRERO GROUP


Submitted as Group Assignment of
Cost Accounting Subject

Arranged by :
Asfa Asfia 18102002
Alvianty 18102067
Reynalda Adara Putri Rinaldy 18102011

Lecturer :
Syafiqha Ihsani Hasania Basri, BA Hons, MSc, ACCA

ISLAMIC ACCOUNTING PROGRAM


INSTITUT TAZKIA
2019

1
COST ANALYSIS IN MANUFACTURING : STUDY CASE OF
FERRERO GROUP

Kemajuan teknologi di bidang manufaktur serta selayaknya


menjadi senjata kompetitif dalam bersaing di pasar global. Beberapa
perusahaan eksis menjadi penguasa pasar global saat ini yang salah
satunya adalah Ferrero Group. Perusahaan ini memproduksi
makananan dengan merek ikonik seperti Ferrero Rocher, Nutella,
Rafaello, seri produk Kinder, permen Tic Tac dan produk ice cream
yang baru dirilis dengan merk Gran Soleil dan telah didistribusikan ke
lebih dari 170 negara di dunia[ CITATION Fer19 \l 14345 ].

Perusahaan ini dinobatkan sebagai produsen coklat terbesar di


dunia dengan penghasilan sebesar $11.9 billion di tahun 2018. Di
tahun yang sama pemilik perusahaan, Giovanni Ferrero juga
dinobatkan sebagai orang terkaya ke 27 di dunia [ CITATION Blo18 \l

14345 ] dan telah menandatangani kesepakatan akuisisi bisnis Nestle


senilai $ 2,8 miliar [ CITATION CNB19 \l 14345 ].

Disamping cerita gemilang Ferrero group, kompetisi serta


deregulasi terjadi di sektor manufaktur maupun jasa di dua decade
terakhir. Bahkan terjadi penurunan angka yang signifikan dalam siklus
hidup produk beberapa produsen domestic sebagai bentuk pengaruh
inovasi teknologi serta pemenuhan tuntutan diskriminatif dari pihak
konsumen. menindak hal tersebut maka perusahaan perlu
memprioritaskan kepuasan konsumen untuk mampu memenangkan
persaingan di dunia bisnis yang kompetitif. Maka dari itu perlu adanya
adopsi pendekatan managemen yang baru dalam proses manufaktur.

2
Hal ini tentunya memberi trickle down effect terhadap system
akuntansi management yang diterapkan.

Dalam proses management, informasi ekonomi menjadi ikon


penting yang perlu harus diinformasikan kepada para pemangku
kepentingan yang dibagi menjadi beberapa kelompok antara lain
Manager, Pemegang saham, Karyawan, Kreditor serta Instansi
Pemerintah. Dimana dalam hal ini manager menggunakan informasi
tersebut sebagai landasan dalam pengambilan keputusan serta
mengontrol kegiatan operasional perusahaan. Informasi yang
dibutuhkan adalah terkait biaya, perkiraan harga jual serta informasi
terkait laba kompetitif dari produk yang dihasilkan. Pemegang saham
juga membutuhkan informasi ekonomi untuk membentukan investasi
dan mengukur tingkat pendapatan yang diperoleh dari saham yang
dimiliki. Selain itu, karyawan sebagai pihak internal juga
membutuhkan informasi ekonomi dari suatu perusahaan sebagai
takaran untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan
imbalan jasa serta menghindari kemungkinan terjadinya redudansi.
Kreditor sebagai penyedia modal tentunya menjadikan informasi
ekonomi perusahaan sebagai alat pertimbangan dalam memberikan
pinjaman serta mengukur tingkat likuiditasnya. Yang terakhir, instansi
pemerintah. Dalam hal ini informasi ekonomi yang dimiliki
perusahaan menjadi acuan dalam mengenakan pajak.

Berdasarkan pemaparan tersebut maka dapat digaris bawahi


adanya informasi ekonomi yang relevan sangat dibutuhkan. Adapun
tujuan perusahaan untuk mampu bersaing secara kompetitif tentunya
perlu didukung melalui sektor internal salah satunya yaitu dengan
meningkatkan efektifitas dan efisiensi operasi yang dilakukan. Dalam

3
hal ini akuntan management memegang peranan penting dalam
pelaporan kegiatan internal salah satunya dalam pengaturan biaya.
Salah satu kunci memenangkan kompetisi pasar seperti yang telah
disebutkan sebelumnya adalah dengan berfokus pada peningkatan
kepuasan konsumen yang dalam hal ini mampu diupayakan dengan
penghematan biaya. Menjaga efisiensi biaya serta pelaporan yang
akurat mampu menjadi langkah konstruktif bagi peningkatan kinerja
perusahaan.

Dalam hal ini penulis memposisikan diri sebagai seorang


akuntan managemen, dimana dalam menjalankan perannya, seorang
akuntan management perlu dibekali kemampuan dalam
mengklasifikasikan biaya serta menetapkan objek biaya. maka biaya-
biaya yang terjadi dalam operasional Ferrero dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :

Klasifikasi Biaya Contoh Biaya

Direct
Variable Cost Material
(Biaya yang (Bahan yang
nilainya berubah digunakan Nutella :
sebanding dengan dalam Hazelnuts, cocoa, skim milk
perubahan volume memproduksi powder.
aktivitas produksi) suatu produk)

Tic Tac :
Sugar, rice starch, natural and
artificial flavours.

4
Kinder :
Cocoa butter, milk powder,
skim milk powder.

Raffaello :
Desiccated coconut, whole
almond, skim milk powder.

Gran Soleil :
water, sugar, yogurt,
cranberry and sweetened
blueberry puree, vegetable
fat, thickener (pectin),
emulsifier

Salaries of production staff


Direct Labor Salaries of quality control
(Tenaga kerja staff
yang Salaries of packaging staff
berkontribusi
secara
langsung
dalam proses
produksi)

Indirect Nutella :
Material Whey powder, lecithin,

5
(Overheads) : vanillin.
(Bahan yang
berperan Tic Tac :
dalam proses Colours
produksi tetapi
tidak secara Kinder :
langsung Soy, lecitin, vanillin.
tampak pada
produk yang Ferrero Rocher :
dihasilkan) Lecithin, sodium bicarbonate,
salt, vanillin.

Raffaelo :
Flavourings, lecithin, salt,
sodium bicarbonate.

Gran Soleil :
Lemon juice concentrate,
alcohol taste, flavor enhancer.
Indirect Labor Supervisors Salary
(Overheads) : Managers Salary
(Tenaga kerja Accounting and Finance
yang tidak Salary
berkontribusi Marketing and service Salary
langsung pada Purchasing Salary
proses Planning and supervision
produksi) division salary
Product Designer Salary
Warehouse Staff Salaries
Maintenance staff salaries
Security Salary
Cleaning staffs salary
Utilities
Cleaning Supplies
Fixed Cost Rent Expense
(Biaya yang Depreciation Expense (i.e Machinery,)
nilainya konstan Insurance Expense
dan tidak Property Tax
dipengaruhi oleh
perubahan volume
aktivitas produksi)

6
Period Cost Advertising Expense
(Biaya yang Selling Expense
dikeluarkan pada Administrative Expense
suatu periode
untuk
menghasilkan
pendapatan)
Direct Cocoa, milk, sugar, Soy, etc
Product Cost Material
(Biaya yang timbul Direct Labor Salaries of production, quality
untuk control, and packaging staff.
memproduksi Manufacturin Lecithin, Vanillin, Colours,
barang atau jasa g Overhead Salt.
yang akan dijual) (Indirect
Material)
Manufacturin Supervisor, Managers,
g Overhead Purchasing Salary, Utilities,
(Indirect Cleaning supplies, etc.
Labor)
Opportunity Cost The cost of purchasing a new machine to
(Kesempatan yang replace employees. The opportunity cost is the
hilang sebab employees who have been loyal to the
memilih alternative company for years.
lain)
A manager takes training for workers instead
of family gatherings. Opportunity cost is
family gatherings because the manager lossing
moment of togetherness with employees.
Sunk Cost Purchase of new production equipment.
(Biaya yang sudah (apparently the equipment cannot operate
ditimbulkan, dan properly and often even inhibits operational
tak dapat diubah production)
dengan pembuatan
keputusan, baik Product design costs (when company incur
sekarang maupun costs to design new product packaging in order
waktu yang akan to increase consumer interest in buying
dating) products, but the product sales volume remains
the same )

7
Secara umum terdapat dua jenis sistem penetapan biaya yang
bisa digunakan oleh akuntan management dalam menetapkan biaya
yaitu Job costing dan Process costing. Yang mana kedua system
penetapan biaya tersebut dapat dibandingkan melalui table berikut
[ CITATION Raj10 \l 14345 ]:

No Basic of Distinction Job Costing Process Costing


.
1 Nature of product Each job is Continous
produced based on production flow
specific without any
requirement reference to a
specific order
2 Cost unit Each job is Each unit is
assumed as a cost assumed as a cost
unit unit
3 Cost accumulation Cost are Costs are allocated
accumulated and for each process
collected toward
each job
4 Cost ascertainment Calculation of cost Calculation of cost
of job occurs when at the end of
the job is accounting period
completed
5 Cost control Paper work Cost accounting
increasing and and cost control
more managerial are comparatively
attention is needed easy as the product
for cost accounting is homogeneous
and cost control
6 WIP May or may not Will always exist
exist at the end of
accounting period.

Di sisi lain, Ferrero Group telah menggunakan process costing


dalam menghitung biaya sejak pertama beroperasi. Process costing
sendiri secara singkat dapat diartikan sebagai system perhitungan

8
biaya yang digunakan perusahaan yang memproduksi produk yang
sama secara kontinu. Dimana process costing ini membagi total biaya
yang digunakan untuk memproduksi suatu produk dengan cara
membagi dengan jumlah total unit yang diproduksi pada suatu periode
[ CITATION Hor12 \l 14345 ] . Namun dalam penerapannya system ini
memiliki keunggulan dan kelemahan sebagai berikut [ CITATION Mon19 \l

14345 ]:

Strength Weakness
 Penghitungan biaya rata-  Biaya rata-rata perunit
rata dengan metode ini yang dihasilkan tidak
relatif cepat dan mudah terlalu akurat
serta dapat dihitung secara  Kelemahan biaya historis
berkala  Belum ada kriteria umum
 Mendukung keefektifan dan tepat yang bisa
control produksi diterima dalam
 Memerlukan tenaga yang mengalokasikan biaya
lebih sedikit jika bersama dari berbagai
dibandingkan metode lain. jenis produk.

Dipandang dari sisi relevansi dengan pola produksi Ferrero


Group maka penerapan process costing system sebagai dasar
penetapan biaya sudah menjadi pilihan yang tepat. Namun dengan
adanya kelemahan dari system yang diadopsi, akuntan managemen
perlu menentukan langkah yang mampu mengantisipasi hambatan
yang mungkin akan muncul seiring dengan kelemahan system yang
digunakan. Salah satu cara yang mampu dilakukan adalah dengan
penerapan optimaliasi biaya dimana didalamnya terdapat dua aspek
yaitu pengurangan dan pengendalian biaya.

Pengurangan biaya itu sendiri berarti pengurangan secara


permanen unit biaya barang yang diproduksi tanpa mengurangi

9
kualitas produk. Hal ini dilakukan dengan cara mengefisiensi bahkan
mengeliminasi elemen maupun praktik yang dinilai boros dan tidak
penting dari desain produk. Sebagai contoh, dalam produksi cokelat
proses pengadaan dan pemanfaatan susu harus distandarisasi. Hal ini
nantinya akan membantu meminimalkan biaya yang pada gilirannya
mampu berkontribusi bagi peningkatan keuntungan bisnis [CITATION

BKa \l 14345 ].

Peningkatan performa dan inovasi bisnis tentunya perlu


dilakukan secara kontinu. dalam hal ini Ferrero Group selalu memiliki
cara dalam menciptakan produk yang ikonik salah satunya dengan
produksi varian pangan yang baru yaitu desert dan ice cream. Dalam
operasionalnya divisi baru ini tentunya membutuhkan mesin dengan
kemampuan otomatisasi yang tinggi. Hal ini tentu berpengaruh pada
biaya yang dikeluarkan. Untuk itu, perusahaan akan sangat
membutuhkan kontribusi modal yang lebih banyak. Pemenuhan
kebutuhan terkait modal perusahaan dapat diupayakan melalui
pengajuan pinjaman kepada bank.

Adapun dengan estimasi biaya yang telah ditetapkan, perlu


dilakukannya analisis kapasitas melalui inventory costing. Adapun
metode terkait inventory costing dibagi menjadi dua yaitu absorption
costing dan variable costing dengan terlebih dahulu menentukan
inventoriable cost sebagai berikut :

Absortion Costing Variable Costing


Variable manufacturing cost per unit produced :
Direct Materials $ 86 $ 86
Variable manufacturing overhead $ 4 $ 90 $ 4 $ 90
Fixed manufacturing cost per unit produced ($ 240.000 / 4.000 Units) $ 60
Total invetoriable cost per unit produced $ 150 $ 90

10
Analisis pertama dilakukan dengan menggunakan metode
absorption cost dimana semua biaya variable manufaktur dan semua
biaya produksi tetap diakui sebagai biaya yang dapat diinventarisasi.
Adapun perhitungan laba rugi yang dihasilkan adalah sebagai berikut

ABSORPTION COSTING

Sales ($ 3.200 x 250 Units) $ 800.000


Cost Of Goods Sold :
Beginning Inventory
Add : COGM ( $ 150 x 4.000 Units ) $ 600.000
Ending Inventory ( $ 150 x 800 Units ) ($120.000)
Cost of Good Sold ($ 480.000)
Gross Margin $ 320.000
Less : Administration & Selling Expense
Variable (15% x $ 800.000) $ 120.000
Fixed $ 160.000
($280.000)
Net Operating Income $ 40.000

Adapun analisis kedua dilakukan dengan mengadopsi metode


variable costing dimana semua biaya variable manufaktur (langsung
VARIABLE COSTING

Sales ($ 3.200 x 250 Units) $ 800.000


Cost Of Goods Sold :
Beginning Inventory
Add : COGM ( $ 90 x 4.000 Units ) $ 360.000
Ending Inventory ( $ 90 x 800 Units ) ($ 72.000)
Variable Cost of Good Sold $ 288.000

Less : Variable Administration & Selling Expense


( 15 % X $ 800.000) ($ 120.000)
($ 408.000)
Contribution Margin $ 392.000
Less : Fixed Cost
Fixed Manufacturing Overhead Cost $ 240.000
Fixed Selling & Administrative Cost $ 160.000 11
($ 400.000)
Net Operating Loss ($ 8.000)
dan tidak langsung) ditetapkan sebagai biaya yang dapat
diinventarisasi. Adapun untuk biaya tetap manufaktur diperlakukan
sebagai biaya periode. Hasil perhitungan laba rugi dengan
menggunakan metode ini adalah sebagai berikut

Dari kedua laporan tersebut dapat dianalisis bahwa inventoy


costing dengan menggunkaan metode absorption costing
menghasilkan laba bersih sebesar $40.000 sedangakn metode variable
costing menghasilkan rugi sebesar $8.000.

Dengan begitu akuntan management dapat memberikan


pertimbangan kepada pihak manager terkait rencana pengajuan
pinjaman terhadap bank dengan menggunakan laporan laba rugi yang
mengadopsi absorption costing method dibanding laporan laba rugi
dengan variable costing method. Hal ini penting dilakukan sebab bank
sebagai pihak creditor akan menjadikan laporan keuangan perusahaan
sebagai bahan pertimbangan bagi pemberian pinjaman. Laporan
tersebut akan menjadi acuan bank untuk menakar tingkat likuiditas
atau kemampuan perusahaan membayar kewajibannya.

Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa kesuksesan sebuah


perusahaan dalam persaingan yang kompetitif tentunya perlu
didukung dengan management internal yang mumpuni. Perlakuan
terhadap biaya adalah komponen yang berpengaruh secara signifikan
bagi operasional perusahaan, sebab hal tersebut yang menjadi
landasan utama seorang manager dalam menentukan arah kebijakan.
Metode penetapan biaya juga perlu disesuaikan dengan pola produksi
perusahaan. Managerial yang baik yang didukung upaya optimalisasi

12
harus berjalan secara kontinu sebagai langkah kontributif bagi
keberhasilan bisnis.

References

Bloomberg L.P. (2018). Bloomberg Billionaires Index. Chicago: Bloomberg L.P.


Retrieved from Bloomberg Billionaires Index.
CNBC. (2019, March 09). CNBC INDONESIA. Retrieved from Giovanni Ferrero,
Nutella's Owner & Italy's Richest Man:
https://www.cnbcindonesia.com/news/20190309095457-4-59623/giovanni-
ferrero-pemilik-nutella-orang-terkaya-italia
Ferrero. (2019, October 15). Ferrero. Retrieved from Ferrero:
https://www.ferrerocareers.com/int/en/about-ferrero
Horngren, C. T. (2012). Cost Accounting a Managerial Emphasis 14th Edition . New
Jersey: Pearson Education Inc.
Kanahalli. (2013). Cost Optimation Strategies for Food and Baverages Industries, India.
ASIAN JOURNAL OF MANAGEMENT RESEARCH Volume 3 Issue 2, 345-364.
Money Matters. (2019, October 15). Process Costing, Comparison, Difference, Merits,
Demerits, Difficulties. Retrieved from Accountlearning.com:
https://accountlearning.com/process-costing-comparison-difference-merits-
demerits-difficulties/
Rajasekaran, V. (2010). Cost Accounting. India: Pearson India.

13

Anda mungkin juga menyukai