Anda di halaman 1dari 8

PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM DESAIN ARSITEKTUR

DAN STRATEGI MENDAPATKAN PENGALAMAN BER-ARSITEKTUR

Ir. Udjianto Pawitro, MSP.


JurusanTeknikArsitektur FTSP InstitutTeknologiNasional (Itenas) – Bandung
Gedung 17 Lantai 1 Jalan PH HasanMustopha 23 Bandung 40124
E-mail :udjianto_pawitro@yahoo.com

ABSTRAK
Dalam melakukan kegiatan perancangan arsitektur biasanya arsitek muda mempelajari berbagai teknik atau
cara-cara atau metode pendekatan dalam perancangan arsitektur melalui : (a) penambah pengetahuan tentang metode
perancangan arsitekturnya dan (b) peningkatan pengalaman nyata ber-arsitektur melalui kegiatan ‘magang’. Salah satu
cara menambah pengatahuan dalam metode kegatan perancangan arsitektur adalah dengan mengenal dan memahami
berbagai jenis pendekatan dalam perancangan arsitektur. Cara yang lain yang dinilai penting yaitu dengan menambah
pengalaman nyata dalam ber-arsitektur melalui kegiatan kerja-praktek atau analisa studi kasus. Dalam penelitian ini
dibahas tiga sub-topik terkait dengan judul utama penelitian, yaitu: (a) membahas pendekatan-pendekatan (approach)
dalam perancangan arsitektur, (b) membahas kelebihan dan kekurangan dalam masing-masing pendekatan dalam
perancangan arsitektur, dan (c) membahas mendapatkan pengalaman ber-arsitektur. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode analisis secara deskriptif dan metode studi kasus yang didukung oleh kegiatan kajian pustaka dan survey
lapangan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengenal dan memahami berbagai jenis pendekatan dalam
kegatan perancangan arsitektur serta untuk mendapatan pengalaman nyata ber-arsitektur melalui analisa studi kasus.

Kata kunci: pendekatan perancangan arstektur, strategi pengalaman ber-arsitektur

ABSTRACT
In conducting architectural design activities young architects usually learn various techniques or methods or
approaches in architectural design through: (a) enhancing knowledge of their architectural design methods and (b)
enhancing the real experience of architecture through 'apprenticeship' activities. One way to increase knowledge in
architectural design is to know and understand various approaches in architectural design. Another important way is to
add real experience in architecture through practical work or case study analysis. In this study, three sub-topics related
to the main research titles are discussed: (a) discuss approaches in architectural design, (b) discuss the advantages and
disadvantages in each approach in architectural design, and (c) Discuss getting experience with architecture. The
research method used is descriptive analysis method and case study method supported by literature review and field
survey. The benefits of this research are to recognize and understand various approaches in architectural design and to
get real experience in architecture through case study analysis.
       

Keywords: architectural design approach, architectural experience strategy

PENDAHULUAN
Kegiatan perancangan arsitektur pada dasarnya merupakan kegiatan yang melibatkan elemen-elemen bentuk,
fungsi, struktur dan estetika dalam bidang arsitektur. Seorang arsitek atau perancang bangunan dalam melakukan
kegiatan perancangan arsitektur juga melibatkan conroh-contoh lain yang ada disekitarnya disamping mengelola
pengalaman yang sudah dimilikinya. Karena itu mengenal pendekatan-pendekatan dalam perancangan arsitektur mutlak
diperlukan oleh arsitek dalam rangka mencari entri point yang tepat dalam melakukan kegiatan perancangan arsitektur.
Dalam rentang sejarah perkembangan seni bangunan dan arsitektur, proses kegiatan perancangan arsitektur yang
dilakukan oleh arsitek-arsitek besar mengalami perkembangan, perubahan dan sekaligus transformasi didalamnya.
Berbagai jenis atau macam pendekatan atau entri point untuk melakukan kegiatan perancangan arsitektur telah dilakukan
guna mendapatkan cara atau teknik atau metode yang cocok atau sesuai dengan macam bangunan yang dirancangnya.
Demikian pula dengan pengenalan typologies pada bangunan yang akan dirancangnya sejak dari awal diperkenalkan
pada team arsitek yang terlibat.
Jenis dan macam pendekatan dalam kegiatan perancangan arsitektur yang dibahas dan dipelajari dalam sejarah
perkembangan arsitektur sejak dari era arsitektur zaman pertengahan mulai digali pengetahuan dan pengalamannya. Jenis
dan macam pendekatan dalam kegiatan perancangan arsitektur ini menjadi penting dan krusial untuk dikenal dan
dipahami terutama pada saat sekarang ini (era post-modern dan late-madern) guna memperkaya pengalaman nyata dalam
melakukan kegiatan arsitektur. Hal utama yang ingin dikenal dan dipahami dalam mempelajari pendekatan perancangan
arsitektur adalam menyangkut tata cara atau teknik atau metode desain arsitektur.
Permasalahan penting lain yang muncul dalam membahas tata-cara atau teknik atau metode dala kegiatan
perancangan arsitektur, pada kenyataannya di berbagai tempat belahan dunia mempunyai tata cara atau teknik atau
metode yang berbeda-beda atau berlainan. Karena itu membahas jenis dan macam pendekatan dalam kegiatan
perancangan arsitektur dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (a) cara/teknik/metode dalam kampus (pendidikan
formal), dan (b) cara/teknik/metode dalam pengalaman nyata di lapangan (kerja praktek, studi lapangan dsb.). Kedua
cara tersebut diatas terdapat kelebihan dan kekurangan masing-masing yang perlu diketahui oleh para arsitek atau
perancang bangunan.
Upaya mengenal dan memahami tata-cara atau teknik-teknik atau metode perancangan arsitektur pada saat
sekarang ini juga dapat dikembangkan melalui studi kasus proses perancangan arsitektur yang telah dan sedang
dilakukan oleh arsitek ternama atau arsitek berpengalaman. Dari pengalaman studi kasus yang dipelajari arsitek-arsitek
muda atau arsitek yunior dalam memetik pengalaman secara nyata dalam hal tata-cara atau teknik-teknik atau metode
yang dilakukan oleh arsitek ternama dalam melakukan kegiatan perancangan arsitekturnya.
Perlu pula dicatat dalam membahas tata-cara atau teknik-teknik atau metode perancangan arsitektur, yaitu
perkembangan zaman era saat sekarang ini yang secara langsung mempengaruhi karya rancangan arsitekturnya. Hal-hal
penting yang menyangkut perkembangan era sekarang ini antara lain adalah: (a) perkembangan terkait struktur dan
konstruksi bangunan, (b) perkembangan terkait metode konstruksi/pelaksanaan pembangunan di lapangan, (c)
perkembangan terkait bahan/material bangunan,
(d) perkembangan utilitas pendukung bangunan, (e) perkembangan terkait aspek kenyamanan bangunan, dan (f)
perkembangan aspek fisika bangunan.
Hasil akhir dari produk perancangan arsitektur pada setiap zaman akan mencirikan pula tingkat pengetahuan dan
penguasaan ipteks dari aspek-aspek penting seperti tersebut diatas. Karena itu sejarah perkembangan perancangan
arsitektur akan terkait pula dengan sejarah perkembangan ipteks di zamannya. Revolusi Industri yang terjadi sejak abad
17 hingga saat sekarang ini terus tumbuh dan berkembang bersinggungan dengan perkembangan-perkembangan bidang
ipteks lainnya seperti perkembangan bidang telekomunikasi dan informasi (pada abad 21 ini).
Yang jelas perembangan desain arsitektur tidak dapat lepas dari perebangan ilmu-pengetahuan, teknologi dan
seni yang melingkupi zamannya sebagai salah satu kontekstual dalam membahas karya arsitektur di zamannya. Ha ini
dapat diihat dan ditelusuri oleh tampilan karya-karya arsitektur di era : arsitektur modern, arsitektur post-modern,
arsitektur late-modern, arsitektur kontemporer, dsb. Tampilan karya arsitekturnya terlhat terdapat benang-merah terkait
dengan konteks ilmu-pengetahuan, teknologi dan seni pada zamannya.

TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah membahas tiga sub-topik terkait dengan judul utama penelitian, yaitu: (a)
membahas pendekatan-pendekatan (approach) dalam perancangan arsitektur, (b) membahas kelebihan dan kekurangan
dalam masing-masing pendekatan dalam perancangan arsitektur, dan (c) membahas mendapatkan pengalaman ber-
arsitektur.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode analisis secara deskriptif atau ‘the descriptive analysis methods’ dan metode
studi kasus dengan didukung oleh kegiatan kajian pustaka (study literature) dan kegiatan survey lapangan. Untuk
beberapa kasus penelitian ini didukung oleh contoh-contoh ilustrasi desain arsitektur yang didapatkan dengan cara ‘web-
searching’.

KAJIAN TEORETIK (THEORETICAL REVIEWS)


a) Pendekatan-pendekatan Dalam Desain Arsitektur
Pakar dan pengajar Arsitektur terkenal Geoffrey Broadbent dari Amerika Serikat dalam bukunya ‘The Design In
Architecture’ (1973) menjelaskan setidaknya terdapat 4 (empat) pendekatan dalam perancangan arsitektur yang dikenal
sebagai cara atau metode perancangan dalam arsitektur. Ke empat pendekatan dalam perancangan arsitektur dimaksud
adalah: (a) pendekatan desain secara pragmatis (Pragmatic Design), (b) pendekatan desain secara ikonis (Iconic Design),
(c) pendekatan desain secara Analogi (Analogic Design), dan (d) pendekatan desain secara Kanonis (Canonic Design).
Desain Pragmatis (Pragmatic Design). Penciptaan bentuk tiga dimensional atau proses desain secara pragmatis,
mengacu pada proses coba-coba / mencoba-coba (trial and error), dengan memanfaatkan berbagai sumber daya 
(material) yang ada sedemikian rupa memenuhi maksud yang ingin dicapai. Menurut Broadbent proses desain secara
pragmatis ini dipandang sebagai cara pertama yang dilakukan manusia dalam menciptakan suatu karya arsitektural.
Sekalipun demikian metode pragmatis ini tetap dipergunakan juga dimasa sekarang, khususnya dalam kaitan dengan
upaya pemanfaatan material-material baru.Teknologi konstruksi yang baru juga sering didasari pada proses pragmatis ini.
Desan Iconis (Iconic Design). Setelah suatu bentuk tiga dimensional berhasil dikembangkan secara pragmatis
dan memenuhi kebutuhan ataupun selera pembuatnya, bentukan ini biasanya akan hadir secara terus-menerus dalam
rentang waktu yang sangat lama, dan tidak jarang hadir pula diberbagai daerah dan bahkan sangat berjauhan. Istilah
arsitektur tradisional dan vernacular atau arsitektur rakyat (folk arsitektur ), sebenarnya menunjuk pada pemahaman ini.
Dengan kata lain , disini kita berhadapan dengan suatu metode yang ‘baru’ dalam hal penciptaan bentuk.     
Dalam hal ini bentuk tidak lagi diciptakan secara pragmatis (coba-coba), tetapi dengan cara mengacu ( meniru /
menciplak ) bentukan yang telah ada sebelumnya . Peniruan yang berulang-ulang pada akhirnya akan mengakibatkan
terbentuknya image dalam masyarakat yang bersangkutan bahwa bentukan tersebut adalah bentukan yang ideal bagi
mereka yang perlu dipertahankan . Cara seperti inilah yang disebut dengan proses desain secara ikonis.
Desan Analogi (Design By Analogy). Penciptaan bentukan arsitektural dengan pendekatan analogi, pada
dasarnya dapat dijelaskan sebagai upaya desain yang berangkat dari suatu ‘pengibaratan / pengandaian’. Dalam hal ini
objek (arsitektur atau elemen arsitektur tertentu) diibaratkan sebagai suatu hal yang spesifik. Untuk itu perlu dibedakan
antara yang dianalogkan dengan analognya. Yang dianalogkan menunjukkan pada objek yang akan didesain, sementara
analognya adalah objek yang menjadi sumber pengibaratan.
Desan Kanonis (Canonic Design). Pendekatan perancangan yang didasarkan pada berbagai aspek tertentu
seperti aspek geometrika objek, sistem proporsi, modul , tatanan massa yang semuanya mengarah pada keteraturan
sebagai dasar perancangan. Pendekatan ini lebih bernuansa intelektual (bandingkan dengan pendekatan analogis yang
lebih bersifat intuitif). Demikianlah keempat cara dasar yang dikenal para designer didalam melakukan kegiatan
perancangan, khususnya dalam upaya menciptakan bentukan-bentukan tiga dimensional. Urutan penyebutan ke empat
tipe desain ini juga mengisyaratkan sikuens historiknya dalam perkembangan perancangan arstektur dan dalam
peradaban manusia.
(a)Strategi Pengalaman Ber-Arsitektur
Perancang bangunan atau Arsitek dalam menciptakan dan mewujudkan karya-karya arsitekturnya, memerlukan
tata-atur atau ordering serta pengalaman-pengalaman ber-arsitektur terkait erat dengan komponen Ruang dan Bentuk.
Dalam karya arsitektur setidaknya terdapat tiga pilar atau tuga tujuan utama yang mesti di penuhi didalamnya. Ke tiga
pilar atau tujuan utama dalam arsitektur (menurut Marcus Vitruvius Pollio) yaitu: (a) karya arsitektur atau bangunan
gedung mesti fungsional atau mampu mewadahi kegiatan didalamnya secara nyaman, (b) karya arsitektur atau bangunan
gedung mesti kuat dan kokoh berdiri serta awet (tahan lama) terhindar dari bahaya dan bencana, dan (c) karya arsitektur
atau bangunan gedung mesti memiliki keindahan visual atau memiliki nilai-nilai estetika (Djauhari, 1978).
Pengalaman nyata dalam ber-arsitektur pada dasarnya dapat dicapai atau dilalui dengan cara: (a) observasi atau
pengamatan visual dari sebuah karya arsitektur yang ada atau telah dibangun, (b) survey lapangan secara mengalami
ruang dan bentuk serta merasakan suasana dan kesan visual dari karya arsitektur, dan (c) kunjungan lapangan ke site atau
lahan atau tapak dimana bangunan atau karya arsitektur didirikan lengkap beserta suasana kehidupan penggunaan ruang
atau bangunan. Dalam kegiatan observasi visual atau survey lapangan atau kunjungan lapangan ke site atau lahan dimana
karya arsitektur atau bangunan didirikan, terdapat beberapa tahapan atau sub kegiatan yang perlu dilakukan.
Tahapan atau sub kegiatan yang perlu dilakukan antara lain: (a) membuat sketsa suasana ruang dan kesan
bentuk (hal ini dapat dilakukan dengan cara sketsa freehand atau-pun dengan alat bantu photography, (b) mencerap atau
menerima kesan-kesan visual ruang secara langsung (lihat elemen-elemen: gubahan bentuk ruang, penggunaan bahan,
warna dan tekstur serta pencahayaan pada ruang, dsb.), dan (c) mengamati dan memperhatikan komponen-komponen
pembentuk ruang dan bangunan (pada bidang alas, bidang vertical atau pemisah ruang atau dinding, dan bidang atas).
Dengan melakukan observasi visual, survey lapangan dan kunjungan lapangan pada karya-karya arsitektur (yang bernilai
tinggi atau bagus) secara nyata pada dasarnya akan menambah perbendaharaan (vocabulary) dari ruang dan bentuk, serta
menambah pengalaman (experiencing) dalam ber-arsitektur. Pengalaman nyata yang dilakukan melalui kegiatankegiatan
diatas akan tercerap dan tertanam dalam diri seseorang (bagi calon arsitek atau calon perancang bangunan) secara
signifikan akan menambah ‘perbendaharaan’ (vocabulary), ‘tata-atur’ atau ‘order’ (‘grammar), dan keragaman atau
kekayaan akan gaya atau langgam (styles) dalam arsitektur (lihat: Udjianto Pawitro, 2013).
Strategi mendapatan pengalaman nyata berarsitektur bagi para mahasiswa arsitektur maupun bagi para arsitek
yunior diperoleh melalui tiga cara penting, yaitu: (a) melakukan kerja magang, kerja praktek dan kerja lapangan yang
berkaitan erat dengan kegiatan perancangan arsitektur secara langsung, (b) melakukan kegiatan analisis studi kasus pada
proses perancangan arsitektur dengan menganalisis tahapan-tahapan proses perancangan dari awal hingga tahapan
akhirnya, dan (c) melakukan kegiatan kritik karya arsitektur yang membahas tentang konsep perancangan dan tampilan
arsitektural dari suatu karya arsitektur.

DATA LAPANGAN / CONTOH ILUSTRASI

Photo 01 s/d 03 :
Bangunan Hotel mewah Al-Buruj di Dubai – Uni Emirat Arab (Sumber: www.google,com)

Photo 04 s/d 06
Banguna Perkantoran Buruj Al Khalifa Di Dubai (Sumber: www.google.com)
Photo 07 s/d 09
Bangunan Theater Keong Mas Di Jakarta Indonesia (Sumber : www.google.com)

Photo 10 s/d 12
Sydney Opera House Di Sydney – Australia (www.google.com)

Photo 13 s/d 15
Bangunan Museum Tzunami Aceh Di Banda Aceh Indonesia (Sumber: www.google.com)

ANALISIS / PEMBAHASAN
a) Mengenal Pendekatan-pendekatan Desain Arsitektur
Para mahasiswa dan para arsitek yunior perlu untuk melakukan upaya penting dalam meningkatkan
pengetahuannya dan pengalamannya dalam tata-cara atau teknik-teknik atau metode dalam kegiatan perancangan
arsitektur. Salah satunya dengan cara mengambil mata kuliah Teori Arsitektur, Metode Perancangan Arsitektur dan
Kritik Karya Arsitektur pada pendidikan formal bidang arsitektur. Broadbent (1973) dalam bukunya ‘The Design In
Archtecture’ telah mengungkapkan ada empat jenis pendekatan dalam perancangan arsitektur. Mengenal dan memahami
jenis-jens pendekatan dalam perancangan arsitektur disini bertujuan untuk memperkaya pengalaman dalam proses
berarsitektur.
Secara teoritik pengenalan dan pemahaman terhadap jenis pendekatan dalam perancangan arsitektur sangat
diperlukan untuk peningkatan pengalaman berarsitektur. Dalam ke empat jenis pendekatan yang dikemukakan oleh
Broadbent terdapat cara-cara atau teknik-teknik atau kategori metode dalam perancangan arsitektur yang masing-masing
jenis memiliki kelebihan dan kekurangannya. Cara-cara atau teknik-teknik dalam proses perancangan arsitektur
dikemukakan secara jelas dengan mengungkap pula ciri-ciri khas atau karakteristik masing-masing jenis pendekatan
untuk mendapatkan bentuk tiga dimensional dalam arsitektur.
Dalam Pragmatic Design dilakukan pengambilan bentuk dalam arsitektur dilakukan dengan cara atau mengacu
pada proses coba-coba atau ‘trial and error’. Dalam tahapan-tahapan perancangan arstektur yang dilakukan di studio,
proses coba-coba ini dapat dilakukan pada tahap-tahap: (a) studi awal tentang alternatif bentuk tiga dimensional dari
bangunan atau gedung yang dirancang yang dilakukan dengan cara membuat sketsa-sketsa bentuk awal bangunan (b)
studi awal tentang alternatif bentuk tiga dimensional dengan cara membuat sketsa bentuk awal bangunan melalui
program ‘schetch up’, (c) studi awal alternatif dengan cara membuat model atau studi maket dan (d) dalam tahapan
pengembangan atau tahapan ‘development design’.
Pada pendekatan Desain Iconis (Iconic Design) pencarian bentuk tiga dimensional berhasil dikembangkan
secara pragmatis dan memenuhi kebutuhan ataupun selera pembuatnya pada suatu daerah atau kawasan tertentu.
Bentukan tiga dimensional ini biasanya akan hadir secara terus-menerus dalam kurun atau rentang waktu yang sangat
lama dan tidak jarang hadir pula diberbagai daerah dan bahkan sangat berjauhan. Istilah arsitektur tradisional dan
vernacular atau arsitektur rakyat atau folk arsitektur, sebenarnya menunjuk pada pemahaman ini. Pada pendekatan desain
ikonik ini akab berhadapan dengan suatu metode yang ‘baru’ dalam hal penciptaan bentuk.     
Dalam pendekatan ini bentuk tidak lagi diciptakan secara pragmatis (coba-coba), tetapi dengan cara mengacu
(meniru / menciplak) bentukan yang telah ada sebelumnya. Peniruan yang berulang-ulang yang pada akhirnya akan
mengakibatkan terbentuknya image tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan bahwa bentukan tersebut adalah
bentukan yang ideal bagi mereka yang perlu dipertahankan. Cara atau teknik seperti inilah yang disebut dengan proses
perancangan atau desain arsitektur secara ikonis.
Dalam desain Analogi (Design By Analogy) penciptaan bentukan arsitektural dengan pendekatan analogi, pada
dasarnya dapat dijelaskan sebagai upaya desain yang berangkat dari suatu ‘pengibaratan / pengandaian’. Dalam hal ini
objek (arsitektur atau elemen arsitektur tertentu) diibaratkan sebagai suatu hal yang spesifik. Untuk itu perlu dibedakan
antara yang dianalogkan dengan analognya. Yang dianalogkan menunjukkan pada objek yang akan didesain, sementara
analognya adalah objek yang menjadi sumber pengibaratan. Dan tidak mudah untuk melakukan proses pengibaratan /
pengandaian terhadap bentuk-bentuk yang sudah ada.
Dalam desain Kanonis (Canonic Design) pendekatan perancangan yang didasarkan pada berbagai aspek /
kriteria / prinsip tertentu seperti aspek : geometrika objek, sistem skala dan proporsi, penggunaan modul, tata atur dalam
tatanan massa, yang semuanya mengarah pada adanya keteraturan (ordering system) sebagai dasar perancangan.
Pendekatan kanonik ini banyak dilakukan sebagai suatu bentuk pendekatan desain arsitektur yang dinilai ilmiah, karena
didalamnya diterapkan aturan-aturan, pedoman-pedoman dan prinsip-prinsip tentang tata-atur arsitektur didalamnya.
Pendekatan ini lebih bernuansa intelektual dan lebih ilmiah bandingkan dengan pendekatan analogis yang lebih bersifat
intuitif.
b) Kelebihan dan Kekurangan Dari Pendekatan Desain Arsitektur
Dari ke empat jenis pendekatan yang dikemukakan Broadbent ini masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan sesuai dengan cara atau metode yang dipergunakannya. Pada masyarakat dengan tingkat pendidikan yang
relatif rendah dengan peran arsitek atau perancang bangunan yang masih terbatas maka sebagian besar dalam
masyarakatnya (terutama di negara-negara sedang berkembang) banyak menggunakan pendekatan ikonis dalam proses
kegiatan perancangannya. Selain dari mudahnya ditemukan bentuk-bentuk arsitektur yang sudah ada pada arsitektur
tradisional dan arsitektur vernacular, proses penggalian bentuk yang dilakukan tidak banyak melibatkan percobaan atau
eksperimen didalamnya. Para arsitek atau perancang bangunan yang ada cenderung untuk mengikuti penggalian bentuk
yang sudah ada sebagai suatu ikon yang dinilai besar dan banyak kebenarannya.
Berbeda dengan pendekatan desain pragmatis, para arsitek atau perancang bangunan mengadakan percobaan-
percobaan dengan jalan melakukan coba-coba atau trail and error. Dalam pendekatan ini para arsitek telah berupaya
melakukan kegiatan coba-coba atau mencoba dalam upaya penggalian bentuk arsitektural dalam proses perancangan
arsitekturnya. Adakalanya kegiatan mencoba atau coba-coba ini mengalami kegagalan atau ketidak-sesuaian atau
ketidak-cocokan, maka mereka melakukan lagi ulangan terhadap kegiatan percobaannya. Pada tahapan pencarian
alternatif bentuk dalam tahap skematis desain, pada saat sekarang ini telah banyak dibantu terutama dengan berbagai
program desain arsitektur. Misalnya penggunaan program schetch-up dan archi-CAD, para arsitek atau perancang
bangunan dengan mudah menemukan alternative bentuk dalam wujud virtual reality.
Demikian pula dalam hal intervensi elemen-elemen perancangan untuk mewujudkan desain akhir arsitektur,
maka pertimbangan dalam hal percobaan-percobaan teknis hal-hal baru perlu untuk dilakukan. Penemuan tentang
material/bahan bangunan baru, penemuan tentang konsep struktur baru dalam bangunan, penemuan baru dalam prinsip
utilitas dan fisika bangunan, serta penemuan-penemuan baru di bidang pelaksanaan konstruksi – kesemua ini akan
mempengaruhi bentukan akhir dari karya arsitektur atau ranangan bangunan yang dihasilkan. Pada banyak kasus adanya
intervensi elemen-elemen perancangan untuk mewujudkan desain akhir arsitektur dilakukan pada tahapan desain
pengembangan atau development design. Intervensi yang dilakukan pada tahapan desain pengembangan ini dituntun oleh
ahli struktur bangunan, ahli utilitas bangunan, ahli fisika bangunan, ahli bahan/material bangunan hingga ahli konstruksi
pelaksanaan di lapangan.
Adapun kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh jenis pendekatan perancangan arsitektur setidaknya
dihadapkan pada berbagai bentuk batasan yang dihadapi oleh para arsitek atau perancang bangunan dalam melaksanakan
kegiatan desain arsitekturnya. Batasan-batasan dimaksud dapat berupa: (a) batasan waktu pengerjaan kegiatan
perancangan arsitektur yang ketat / terbatas, (b) batasan dana atau anggaran yang disediakan untuk perencanaan,
perancangan dan pelaksanaan pembangunan di lapangan, (c) batasan dari kemampuan sumber daya manusia terutama
tingkat keahlian (expertices) yang dimiliki firma konsultan perencanaan arsitektur, hingga (d) batasan-batasan terkait
kegiatan eksperimen atau percobaan dalam kegiatan perancangan arsitektur dengan menggunakan metode-metode
khusus. Dengan memperhatikan atau mempertimbangkan batasan-batasan yang dihadapi maka para arsitek akan memilih
dan menentukan pendekatan desain arsitektur yang cocok/sesuai untuk dilakukan.
(c) Strategi Pengalaman Ber-Arsitektur (Kasus-kasus Desain Arsitektur Dahulu dan Terkini)
Dalam mewujudkan karya-karya arsitekturnya pada arsitek atau perancang bangunan memerlukan pengalaman-
pengalaman nyata ber-arsitektur yang terkait erat dengan tata-cara, teknik-teknik serta metode dalam kegiatan
perancangan arsitekturnya. Tata-cara atau teknik-teknik atau metode dalam kegiatan perancangan arsitektur setidaknya
akan mempengaruhi keahlian dan keterampilan dari arsitek untuk melakukan kegiatan perancangan arsitekturnya.
Pengenalan terhadap pendekatan perancangan arsitektur (the architectural design approachs) didalamnya menyangkut :
aturan-aturan, pedoman-pedoman, prinsip-prinsip serta langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang perlu dilakukan atau
diterapkan dalam kegiatan perancangan arsitektur. Karena itu mengenal jenis atau macam pendekatan perancangan
arsitektur menjadi penting untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian dalam berarsitektur.
Bagi para mahasiswa arsitektur dan para arsitek yunior dalam perjalanan karirnya perlu untuk mengenal dan
memahami berbagai pendekatan dalam perancangan arsitektur yang dilakukan melalui dua cara, yaitu : (a) meningkatkan
pengetahuan dalam metode perancangan arsitektur melalui kuliah, seminar dan lokakarya, (b) menambah pengalaman
nyata dalam berarsitektur melalui kegiatan kerja praktek, kerja magang, kegiatan kritik karya arsitektur dan kegiatan
analisis studi kasus. Kegiatan kerja praktek, kerja magang, kegiatan kritik karya arsitektur dan kegiatan analisis studi
kasus nyatanya diperlukan untuk meningkatkan dan memperkaya pengalaman ber-arsitektur.
Strategi peningkatan pengalaman berarsitektur bagi para mahasiswa arsitektur dan para arsitek yunior sangat
diperlukan terutama dalam hal pengenalan dan pemahaman tata-cara merancang, teknik-teknik merancang, metode atau
prosedur merancang arsitektur. Empat jenis pendekatan perancangan yang dikemukakan oleh Geoffrey Broadbent
(1973) pada kenyataannya perlu dikenali dan dipahami sebagai bentuk pengetahuan dan keterampilan dalam proses
desain arsitektur. Dalam penelitian ini diangkat 6 (enam) bangunan terkenal yang
akan dibahas berkaitan dengan jenis pendekatan perancangan arsitektur yang
dilakukan oleh arsitek (perancang bangunannya).
(1) Bangunan Hotel Al-Buruj – Dubai.
Bangunan hotel al Buruj di Dubai ini merupakan bangunan modern yang dibangun
pada era awal 1990-an dengan konstruksi komposit baja dan beton modern.
Pendekatan yang dilakukan oleh arsiteknya adalah pendekatan ‘analogi’ bentuk secara langsung dari bentuk ‘perahu
layar’ dengan layar terkembangan yang sedang mengarungi samudra luas. Pendekatan analogi bentuk langsung ini
dilakukan dengan berbagai pertimbangan terutama sekali kondisi dan situasi site (lahan) yang berada di kawasan
reklamasi di tepi pantai atau samudra luas.
Secara penampilan arsitektural yang muncul, bangunan hotel berbentuk perahu layar ini membawa kesan adanya tautan
atau kontekstual nyata kondisi site (lahan) dengan bangunan yang didirikan. Demikian pula bentuk bangunan ‘perahu’
terasa mendukung lingkungan baru yang ada disekitarnya.
(2) Bangunan Perkantoran Megah Buruj Al-Khalifa Di Dubai.
Bangunan perkantoran ini merupakan bangunan perkantoran yang paling megah
karena bangunan ini merupakan nemara kantor tertinggi di dunia. Pendekatan
yang dilakukan oleh arsitek perencananya yaitu pendekatan bentuk menara
dengan struktur bangunan menjulang ke atas. Kawasan dimana tempat atau
lokassi bangunan ini berdiri merupakan kawasan baru yang terencana dengan
baik, dimana bangunan di sekeliling kantor ini merupakan bangunan perkantoran
dan bangunan komersial seperti mall, dsb.
Secara penampilan, maka tampilan arsitektural yang ada ditandai dengan struktur
bangunan menara menjulang keatas dimana façade atau kulit bangunannya
sebagian besar berupa kaca-kaca transparent. Pada banyak bagian façade
ditempatkan elemen lampu guna menambah keindahan ekspresi bangunan pada malam hari. Elemen pencahayaan lampu
ini mempunyai efek yang besar terhadap tampilan arsitektural di malam hari yang terkesan berkilau bagaikan ‘permata’.
(3) Bangunan Theater Keong Mas Di Jakarta Indonesia.
Bangunan theater ini merupakan bangunan theater utama yang berada di kompleks TMII (Taman Mini Indonesia Indah)
di Jakarta Timur. Perencana bangunan atau arsiteknya menggunakan pendekatan
‘desain arsitektur analogi bentuk langsung’ pada objek berupa keong mas yang
terdapat dipersawahan. Kapasitas bangunan ini direncankan dapat menampung
400 orang hingga 600 orang pengunjung.
Tampilan arsitektural dari bangunan ini, bentuk-yang menyerupai ‘keong mas’
apalagi dari tampilan eksteriornya dinding luarnya dicat dengan warga kuning
terang keemasan. Pendekatan analogi bentuk langsung pada perancangan
bangunan ini dinilai sukses atau berhasil, karena banyak pengunjung ke TMII
berkeinginan pula untuk mengunjungi bangunan theater ini serta berharap dapat
menikmati acara yang berlangsung didalamnya. Penempatan banguna theater
Keong Mas ini juga dinilai sukses karena berada di kawasan site yang terencana dengan baik.
(4)Bangunan Sydney Opera House Di Sydney Australia.
Bangunan opera ini merupakan bangunan iconic untuk kota Sydney di Australia. Arsiteknya, John Utzon memenangkan
sayembara desain bangunan opera dengan pendekatan analogi bhentuk langsung
dari objek berupa burung-burung angsa yang sedang berenang di air. Pendekatan
analogi bentuk langsung ini dirasakan berhasil pada tahap awal atau atahp pre-
liminary namun mengalami banyak kesulitan ketika dikembangkan ke tahapan
development design, terutama yang berkaitan dengan aspek struktur dan
konstruksi bangunan.
Tampilan arsitektural bangunan Sydney Opera House ini dinilai banyak kalangan
telah berhasil diwujudkan sebagai salah satu bangunan ikonik kota Sydney.
Keberadaan bangunan yang terletak di tepi pantai atau tepi sungai ini menambah
nilai keberhasilan desain bangunan ini. Pada malam hari bangunan ini juga
mengagumkan karena didukung pula oleh adanya tata cahaya yang baik sehingga tampil anggun dimalam hari.
(5) Bangunan Museum Tzunami Di Banda Aceh Indonesia.
Bangunan museum tsunami di kota Banda Aceh ini merupakan bangunan dari hasil sayembara desain arsitektur yang
dimenangkan oleh Ridwan Kamil, ST.,MUD. Pendekatan dalam desain arsitektur
ini dengan menggunakan analogi bentuk tidak langsung yang tertampil pada
sekonderi skin atau kulit luar bangunan yang mengambil bentuk-bentuk
gelombang tzunami Pendekatan analogi bentuk tak langsung ini dinilai sukses
atau berhasil disebabkan bentuk bulat pada bangunan ini selaras dengan
gelombang air pasang tsunami yang dikenang masyarakat luas Aceh.
Tampilan arsitektural dari bangunan ini dinilai banyak kalangan sebagai
upaya untuk menghadirkan Arsitektur Kontemporer Di Indonesia. Pengunaan
kulit sekunder (secondery skin) pada bangunan pada kenyataannya menambah
nilai estetika secara keseluruhan pada bangunan.

KESIMPULAN
Pakar dan pengajar Arsitektur terkenal Geoffrey Broadbent dari Amerika Serikat dalam bukunya ‘The Design In
Architecture’ (1973) menjelaskan setidaknya terdapat 4 (empat) pendekatan dalam perancangan arsitektur yang dikenal
sebagai cara atau metode perancangan dalam arsitektur. Ke empat pendekatan dalam perancangan arsitektur dimaksud
adalah: (a) pendekatan desain secara pragmatis (Pragmatic Design), (b) pendekatan desain secara ikonis (Iconic Design),
(c) pendekatan desain secara Analogi (Analogic Design), dan (d) pendekatan desain secara Kanonis (Canonic Design).
Desain Pragmatis (Pragmatic Design). Penciptaan bentuk tiga dimensional atau proses desain secara pragmatis,
mengacu pada proses coba-coba / mencoba-coba (trial and error), dengan memanfaatkan berbagai sumber daya 
(material) yang ada sedemikian rupa memenuhi maksud yang ingin dicapai.  Desan Iconis (Iconic Design). Setelah suatu
bentuk tiga dimensional berhasil dikembangkan secara pragmatis dan memenuhi kebutuhan ataupun selera pembuatnya,
bentukan ini biasanya akan hadir secara terus-menerus dalam rentang waktu yang sangat lama, dan tidak jarang hadir
pula diberbagai daerah dan bahkan sangat berjauhan. Istilah arsitektur tradisional dan vernacular atau arsitektur rakyat
(folk arsitektur). Desan Analogi (Design By Analogy). Penciptaan bentukan arsitektural dengan pendekatan analogi, pada
dasarnya dapat dijelaskan sebagai upaya desain yang berangkat dari suatu ‘pengibaratan / pengandaian’. Dalam hal ini
objek (arsitektur atau elemen arsitektur tertentu) diibaratkan sebagai suatu hal yang spesifik. Desan Kanonis (Canonic
Design). Pendekatan perancangan yang didasarkan pada berbagai aspek tertentu seperti aspek geometrika objek, sistem
proporsi, modul , tatanan massa yang semuanya mengarah pada keteraturan sebagai dasar perancangan. Pendekatan ini
lebih bernuansa intelektual (bandingkan dengan pendekatan analogis yang lebih bersifat intuitif
Salah satu cara menambah pengatahuan dalam metode kegatan perancangan arsitektur adalah dengan mengenal
dan memahami berbagai jenis pendekatan dalam perancangan arsitektur. Cara yang lain yang dinilai penting yaitu
dengan menambah pengalaman nyata dalam ber-arsitektur melalui kegiatan kerja-praktek atau analisa studi kasus.
Pengalaman nyata dalam ber-arsitektur pada dasarnya dapat dicapai atau dilalui dengan cara: (a) observasi atau
pengamatan visual dari sebuah karya arsitektur yang ada atau telah dibangun, (b) survey lapangan secara mengalami
ruang dan bentuk serta merasakan suasana dan kesan visual dari karya arsitektur, dan (c) kunjungan lapangan ke site atau
lahan atau tapak dimana bangunan atau karya arsitektur didirikan lengkap beserta suasana kehidupan penggunaan ruang
atau bangunan Tahapan atau sub kegiatan yang perlu dilakukan antara lain: (a) membuat sketsa suasana ruang dan
kesan bentuk (hal ini dapat dilakukan dengan cara sketsa freehand atau-pun dengan alat bantu photography, (b) mencerap
atau menerima kesan-kesan visual ruang secara langsung (lihat elemen-elemen: gubahan bentuk ruang, penggunaan
bahan, warna dan tekstur serta pencahayaan pada ruang, dsb.), dan (c) mengamati dan memperhatikan komponen-
komponen pembentuk ruang dan bangunan (pada bidang alas, bidang vertical atau pemisah ruang atau dinding, dan
bidang atas). Dengan melakukan observasi visual, survey lapangan dan kunjungan lapangan pada karya-karya arsitektur
pada dasarnya akan menambah perbendaharaan (vocabulary) dari ruang dan bentuk, serta menambah pengalaman
(experiencing) dalam ber-arsitektur.
Dari lima studi kasus perancangan yang diangkat dalam penelitian ini dikemukakan pendekatan desain
perancangan arsitektur sebagai berikut: (1) Bangunan Hotel Al-Buruj Di Dubai : bangunan hotel al Buruj di Dubai ini
merupakan bangunan modern yang dibangun pada era awal 1990-an dengan konstruksi komposit baja dan beton modern.
Pendekatan yang dilakukan oleh arsiteknya adalah pendekatan ‘analogi’ bentuk secara langsung dari bentuk ‘perahu
layar’, (2) Bangunan Perkantoran Megah Buruj Al-Khalifa Di Dubai : bangunan perkantoran ini merupakan bangunan
perkantoran yang paling megah karena bangunan ini merupakan nemara kantor tertinggi di dunia. Pendekatan yang
dilakukan oleh arsitek perencananya yaitu pendekatan bentuk menara dengan struktur bangunan menjulang ke atas, (3)
Bangunan Theater Keong Mas Di Jakarta Indonesia : bangunan theater ini merupakan bangunan theater utama yang
berada di kompleks TMII (Taman Mini Indonesia Indah) di Jakarta Timur. Perencana bangunan atau arsiteknya
menggunakan pendekatan ‘desain arsitektur analogi bentuk langsung’ pada objek berupa keong mas yang terdapat
dipersawahan.
(4) Bangunan Sydney Opera House Di Sydney Australia : bangunan opera ini merupakan bangunan iconic
untuk kota Sydney di Australia. Arsiteknya, John Utzon memenangkan sayembara desain bangunan opera dengan
pendekatan analogi bhentuk langsung dari objek berupa burung-burung angsa yang sedang berenang di air. Pendekatan
analogi bentuk langsung ini dirasakan berhasil pada tahap awal atau atahp pre-liminary namun mengalami banyak
kesulitan ketika dikembangkan ke tahapan development design (5) Bangunan Museum Tzunami Di Banda Aceh
Indonesia : bangunan museum tsunami di kota Banda Aceh ini merupakan bangunan dari hasil sayembara desain dengan
dengan pendekatan desain yang menggunakan analogi bentuk tidak langsung yang tertampil pada sekonderi skin atau
kulit luar bangunan yang mengambil bentuk-bentuk gelombang tzunami
Keberhasilan dalam proses perancangan arsitektur yang dilakukan oleh para arsitek dapat dicapai dengan cara
peningkatan pengalaman nyata berarsitektur. Salah satu upaya dari mereka adalah derngan meningkatkan pengenalan dan
pemahaman terkait dengan macam atau jenis pendekatan dalam disdain arsitektur yang dilakukannya. Dengan mengenal
dan memahami cara atau teknik atau pendekatan dalam perancangan arsitektur ini diharapkan arsitek makin memahami
metode perancangan yang dilakukannya. Sedang strategi peningkatan pengalaman berarsitektur dapat dilakukan dengan
cara: kerja praktek bidang arsitektur, kerja magang berarsitektur, dan mengikuti kegiatan-kegiaran kritik karya dalam
arsitektur serta kegiatan analisis studi kasus dari karya arsitektur yang ada.

DAFTAR PUSTAKA
Broadbent Geoffrey, (1973), The Design In Architecture, John Willey and Sons, New York.
Jones, Christopher, (1979), The Design Methods : Seed of Human Futures, JohnWilley and Sons, London.
Djauhari, Sumintardja (1978), Arsitektur, Yayasan LPMB, Bandung.
Udjianto Pawitro, (2013), Pengalaman Dalam Berarsitektur (Persepsi Ruang–Bentuk dan Pengalaman Nyata
Berarsitektur, (Makalah), Jurusan Teknik Arsitektur FTSP Institut Teknologi Nasional, Bandung.
Udjianto Pawitro, (2015), Pembelajaran ‘Problem Based Learning’ (PBL) : Urban Context, Thematic Design dan Uji-
Laboratorium, (Makalah), Jurusan Teknik Arsitektur FTSP Institut Teknologi Nasional, Bandung.
--- o O o ---

Anda mungkin juga menyukai