Anda di halaman 1dari 6

Pengabdian Kepada Masyarakat:

Asisten Dosen Mata Kuliah Desain Arsitektur III


di Departemen Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya, Malang

Rizki Cahyanti Rahayu


Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
E-mail: rizkiricaraaa15@student.ub.ac.id
Abstrak
Tri Darma Perguruan Tinggi terdiri dari tiga poin, yakni pendidikan dan
pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian masyarakat.
Sejalan dengan hal tersebut, Departemen Arsitektur Universitas Brawijaya
mengadakan mata kuliah Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) sebagai bentuk
pengamalan poin ke-tiga dari Tri Darma Perguruan Tinggi tersebut. Salah satu
jenis PKM yang tidak asing bagi seorang mahasiswa arsitektur Universitas
Brawijaya, yaitu pengabdian kepada masyarakat dengan menjadi asisten dosen
mata kuliah Desain Arsitektur III di Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik,
Universitas Brawijaya. Asisten dosen bertugas untuk membantu dosen dan
mahasiswa dalam proses pembelajaran baik di studio secara luring, maupun
secara daring melalui media zoom dan media lainnya. Proses pembelajaran
dengan menggunakan metode partisipasi publik focus group discussion membuat
mahasiswa bisa mengalami proses pembelajaran dengan rasa nyaman dan dekat
dengan dosen pengajar serta asisten dosen, karena peserta kelas terdiri dari
sepuluh orang mahasiswa.

Kata kunci: Asisten mengajar, asisten dosen, pengabdian masyarkat, desain


arsitektur

PENDAHULUAN
Tri Darma Perguruan Tinggi merupakan salah satu tujuan yang harus
dicapai dan dilakukan oleh setiap perguruan tinggi di Indonesia. Inti dari Tri
Darma Perguruan Tinggi terdiri dari tiga poin, yakni pendidikan dan pengajaran,
penelitian dan pengembangan, serta pengabdian masyarakat. Sejalan dengan hal
tersebut, Departemen Arsitektur Universitas Brawijaya mengadakan mata kuliah
Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) sebagai bentuk pengamalan poin ke-tiga
dari Tri Darma Perguruan Tinggi tersebut.
Mata kuliah Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dapat diambil oleh
mahasiswa semester VI. Salah satu persyaratan penting yang harus dipenuhi oleh
mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini adalah mahasiswa wajib melakukan
suatu kegiatan pengabdian kepada masyarakat secara sukarela. Kegiatan-kegiatan
yang dapat dilakukan para mahasiswa diantaranya: KKN tematik; proyek
independen; proyek kemanusiaan; pengabdian masyarakat; asisten mengajar di
satuan pendidikan; dan penelitian (research). Diantara beberapa jenis kegiatan
PKM tersebut, asisten mengajar di satuan pendidikan merupakan kegiatan yang
sudah tidak asing dijumpai oleh mahasiswa Departemen Arsitektur Universitas
Brawijaya dengan sebutan ‘asisten dosen’.
Asisten dosen pada Departemen Arsitektur Universitas Brawijaya biasanya
dibutuhkan oleh setiap dosen penanggung jawab kelas mata kuliah Desain
Arsitektur I - VI. Mata kuliah Desain Arsitektur yang memuat jumlah Satuan
Kredit Semester (SKS) banyak, tentunya memerlukan proses pembelajaran yang
lama dan berat, baik bagi mahasiswa maupun bagi dosen penanggung jawab kelas.
Kondisi yang seperti itu menyebabkan asisten dosen dipilih dan diseleksi
berdasarkan kualifikasi tertentu untuk dapat membantu dosen penanggung jawab
kelas selama proses pembelajaran dari awal semester hingga akhir semester.
Selain untuk membantu dosen, kehadiran asisten dosen turut membantu
mahasiswa peserta mata kuliah Desain Arsitektur dalam hal komunikasi, asistensi,
maupun konsultasi terkait permasalahan yang dihadapi saat proses pembelajaran.
Oleh karena itu sebagai peserta mata kuliah Pengabdian Kepada Masyarakat
(PKM), penulis memutuskan untuk ikut serta dalam program kegiatan asisten
mengajar di satuan pendidikan dengan menjadi asisten dosen mata kuliah Desain
Arsitektur III di Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya.

METODE
Metode partisipasi publik yang digunakan pada pengabdian kepada
masyarakat dengan menjadi asisten dosen mata kuliah Desain Arsitektur III
adalah metode focus group discussion. Metode partisipasi publik focus group
discussion adalah metode yang dilakukan dengan cara diskusi terfokus dari suatu
grup untuk membahas masalah tertentu, dalam suasana informal. Metode ini
digunakan pada proses pembelajaran dengan cara mengelompokkan mahasiswa
peserta kelas ke dalam tiga kelompok untuk berdiskusi, bekerja sama, dan
berkoordinasi membahas suatu permasalahan desain. Hasil pembahasan dari
proses diskusi tersebut kemudian diaplikasikan kepada masing-masing karya
rancangannya. Sedangkan pendekatan pembelajaran yang diterapkan pada mata
kuliah ini adalah pembelajaran yang menggunakan pendekatan Problem-Based
Learning (PBL) yang menerapkan metode studi kasus (case method) dan team
based project.

PEMBAHASAN
1. Deskripsi Mata Kuliah Desain Arsitektur III
Mata kuliah Desain Arsitektur III merupakan bagian dari rangkaian mata
kuliah wajib keahlian inti di Departemen Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya yang berbobot enam sks. Pembelajaran pada mata
kuliah ini menerapkan sistem pembelajaran studio yang membekali
mahasiswa dengan dasar keterampilan merancang melalui serangkaian
latihan.
Pada mata kuliah Desain Arsitektur III, mahasiswa dituntut untuk dapat
melatih kepekaan dalam aspek environmental filter untuk membaca
lingkungan sekitar, berpikir kritis-analitis, serta kreatif dalam menghasilkan
desain atau rancangan arsitektural. Pada semester ini, mahasiswa diminta
untuk merancang bangunan publik dengan fungsi objek bangunan sebagai
sports center dan youth center yang memakai struktur bentang lebar.
Pendekatan desain yang digunakan pada mata kuliah Desain Arsitektur III ini
adalah pendekatan rasionalisme. Pendekatan rasionalisme menjadi paradigma
berpikir yang diharapkan dapat membentuk suasana belajar di studio.

2. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran mata kuliah Desain Arsitektur III meliputi:
a. Paradigma Rasionalisme
Paradigma rasionalisme adalah pendekatan yang menjadi dasar
mahasiswa dalam mendesain karya arsitektur pada mata kuliah Desain
Arsitektur III ini. Pendekatan rasionalisme bersifat logis yang terwujud
melalui pendekatan preseden. Strategi desain yang digunakan adalah
menghasilkan sistem dan mengatur pemecahan masalah melalui
pemanfaatan perlengkapan bagian-bagian, pengembangan aturan
perakitan, dan permutasi dan kombinasi (Downing & Gribou, 1993).
b. Pendekatan Preseden
Pendekatan preseden adalah proses pendekatan belajar mahasiswa
dengan mempelajari contoh-contoh desain arsitek terdahulu yang sudah
terbangun dan memiliki keistimewaan dalam segi arsitektural, teknik,
struktur, dan lainnya yang dapat diteladani dan dijadikan acuan dalam
mendesain karya arsitektur. Pendekatan preseden ini menghasilkan
produk akhir bernama studi preseden.
c. Environmental Filter
Bangunan sebagai environmental filter, yakni suatu bangunan
mampu beradaptasi dengan mengikutsertakan karakteristik dominan dan
setidak-tidaknya dapat memberikan nilai tambah dalam meningkatkan
kualitas lingkungannya (Broadbent, 1980). Dengan konsep demikian,
maka bangunan berperan sebagai filter antara lingkungan luar dengan
lingkungan atau kegiatan di dalam bangunan. Filter tersebut dimaksudkan
agar bangunan dirancang sedemikian rupa untuk membuat kondisi-
kondisi agar aktivitas dan kegiatan di dalam bangunan dapat berlangsung
dengan baik dan penghuni bangunan merasa nyaman.
d. Struktur Bangunan Bentang Lebar
Struktur bangunan bentang lebar/panjang diperlukan untuk fungsi
bangunan yang memerlukan ruangan besar bebas kolom, serta digunakan
untuk membentuk dan mendukung bentuk atap ruangan yang besar
sehingga diperlukan sistem struktur yang mampu menahan momen lentur
dan defleksi bentang panjang seefisien mungkin tanpa mengorbankan
keselamatan. (Ching, 2014). Struktur bentang lebar ini kemudian
diaplikasikan pada perancangan objek arsitektur dengan fungsi bangunan
sebagai sports center atau youth center.
e. Youth Center
Gelanggang pemuda atau youth center merupakan salah satu
prasarana kepemudaan yang ditujukan bagi pemuda atau remaja yang
dapat menunjang berbagai aktivitas anak muda. Dalam Pedoman
Penyelenggaraan Gelanggang Remaja (1986), gelanggang remaja
menyediakan fasilitas-fasilitas sarana dan prasarana operasional untuk
kesenian, ilmiah, olahraga, dan kerohanian; serta fasilitas pengelolaan
maupun fasilitas non fisik seperti berupa jasa.
f. Sports Center
Gelanggang olahraga atau sports center dapat terdiri dari sarana
dan prasarana olahraga di dalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan
(outdoor) yang digunakan untuk berbagai kegiatan olahraga. Selain untuk
berolahraga, tidak jarang gelanggang olahraga digunakan sebagai tempat
pertandingan olahraga maupun kegiatan non-olahraga seperti konser,
festival, dan kegiatan lainnya yang mengundang banyak pengunjung.

3. Proses Kegiatan Belajar Mengajar pada Mata Kuliah Desain Arsitektur


III Kelas J
Pandemi covid-19 yang masih mewabah di Indonesia sejak tahun 2020
menyebabkan berbagai aktivitas masyarakat terhambat dan menuntut
masyarakat untuk memutar otak demi menyelesaikan masalah di berbagai
bidang, tidak terkecuali pada bidang pendidikan perguruan tinggi Universitas
Brawijaya. Setelah proses perkuliahan dilaksanakan secara daring selama
kurang lebih 2 tahun, Universitas Brawijaya akhirnya bisa melaksanakan
perkuliahan dengan sistem hybrid atau dengan sistem campuran antara daring
dan luring. Sistem itu berdampak pada proses kegiatan belajar mengajar pada
mata kuliah Desain Arsitektur III. Akibatnya dari awal semester hingga
pertengahan semester, perkuliahan dilakukan dengan sistem daring secara
sinkron melalui media zoom. Kemudian pada pekan ke-9 atau setelah
pertengahan semester, perkuliahan dapat dilaksanakan secara luring dengan
pertemuan tatap muka di ruang studio B2.2 Gedung Baru Arsitektur pada
setiap hari Rabu mulai pukul 08.30 s.d. pukul 12.00 WIB. Asisten dosen
hadir pada setiap kelas sebagai asisten penanggung jawab kelas. Asisten
dosen bertanggung jawab menjaga kelas tetap kondusif, mengecek
kelengkapan tugas, mengecek ketepatan format, serta melayani asistensi tugas
mahasiswa.

4. Hasil Kegiatan
Hasil kegiatan dari mata kuliah Desain Arsitektur III ini adalah produk
tugas mahasiswa yang terdiri atas:
a. Studi Preseden
Tugas ini dikerjakan secara berkelompok dengan tiap kelompok
terdiri atas 3-4 orang mahasiswa. Hasil produk tugas studi preseden
berupa laporan, presentasi, dan portofolio yang disajikan secara digital.
b. Konsep Rancangan
Tugas ini dikerjakan secara berkelompok dengan kelompok yang
sama dengan kelompok studi preseden. Konsep rancangan berisi
program dan konsep ruang, tapak, dan bangunan, serta sketsa gagasan.
Hasil produk tugas konsep rancangan berupa laporan dan presentasi
yang disajikan secara digital dan manual.
c. Pra Rancangan
Tugas ini dikerjakan secara individu dengan menggunakan case
method. Hasil produk tugas pra rancangan berupa gambar desain
skematik yang terdiri dari gambar site plan, layout plan, tampak tapak,
dan potongan tapak.
d. Pengembangan Rancangan
Tugas ini dikerjakan secara individu dengan menggunakan case
method. Hasil produk tugas pengembangan rancangan berupa gambar
desain skematik seperti site plan, layout plan, tampak tapak, potongan
tapak, denah massa bangunan, tampak massa bangunan, potongan
massa bangunan, perspektif eksterior, perspektif interior, detail,
maupun aerial vision yang jumlahnya menyesuaikan daftar informasi
yang ingin ditampilkan mahasiswa.

KESIMPULAN
Asistensi mengajar di satuan pendidikan merupakan salah satu bentuk
pengabdian kepada masyarakat. Bentuk lain dari asisten mengajar adalah menjadi
asisten dosen. Asisten dosen sangat diperlukan oleh dosen pada mata kuliah yang
memiliki beban berat seperti mata kuliah Desain Arsitektur III di Departemen
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Selain bermanfaat bagi dosen,
kehadiran asisten dosen juga bermanfaat bagi mahasiswa dalam proses
pembelajaran, pengecekan kelengkapan tugas, pengecekan ketepatan format, dan
asistensi tugas mahasiswa. Hasil dari kegiatan pengabdian ini adalah terciptanya
kelancaran dalam kegiatan belajar mengajar pada mata kuliah Desain Arsitektur
III Kelas J. Selain itu, tugas-tugas dari para mahasiswa bisa dikerjakan sesuai
kemampuan mahasiswa dengan masukan dari dosen maupun asisten dosen.

DAFTAR PUSTAKA
Downing, Frances and Julius Gribou, 1993, “Beginning Again”, p. 44-45 in Beginnings
in Architectural Education. Proceedings of the ACDA/EAAE Conference, Praga.
Broadbent, Geoffrey, Bunt, Richard, Jencks, Charles. 1980. Sign, Symbols, and
Architecture. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Ching, Francis D.K. 2014. Building Construction Illustrated Fifth Edition. New Jersey:
John Wiley & Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai