Penyusun
Rustiani Widiasih, 2019. IMBAS sebuah program peningkatan kompetensi pedagogik guru.
Kompetensi pedadogik yang kurang bagus menyebabkan kompetensi guru dalam memilih
metode dan pendekatan dalam pembelajaran kurang tepat. Pengelolaan kelas juga kurang
tepat karena kurangnya kemampuan untuk memilih teknik dan strategi yang sesuai dengan
keadaan siswa. Selain itu juga menyebabkan tidak tepatnya pemilihan alat dan media
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran. Demikian juga dengan kemampuan dalam
memilih alat evaluasi yang sesuai.
Rendahnya kompetensi pedagogik guru bukan tanpa sebab. Alasan rendahnya pedagogik guru
adalah: (1) kurangnya inspirasi/ good model dalam KBM, Kebanyakan guru belum
menggunakan alat/ media/ modrl pembelajaran, (3) Pengajaran individual, (4) perencanaan
kurang baik, (5) kurangnya supervisi dan refleksi pada kegiatan pembelajaran secara
kolaborative.
IMBAS adalah modifikasi dan penambahan dari Lesson Study yang telah terbukti
keberhasilnnya. IMBAS adalah kependekan dari Inspirasi, Menstimulasi, Berrdidkusi, Aksi
dan Evaluasi/ Refleksi. Namun ada penambahan yaitu “Inspirasi”. Melalui penerapan IMBAS
diharapkan kompetensi pedagogic guru menjado meningkat.
A. Latar Belakang
Proses akan berdampak pada hasil dan hasil adalah cerminan dari sebuah proses.
Demikian juga dengan proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Tugas utama seorang guru adalah mengajar. Mengajar adalah segala upaya yang
disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa agar terjadi proses belajar
mengajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
Kemampuan mengajar sangat penting dimiliki oleh guru. Guru hendaknya
memiliki delapan keterampilan dasar mengajar, yaitu keterampilan membuka dan
menutup pelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan
mengadakan variasi, keterampilan memberi penguatan, keterampilan membimbing
diskusi, keterampilan mengelola kelas, dan terakhir keterampilan mengajar kelompok
kecil dan perorangan.
Keterampilan mengajar bagi seorang guru merupakan hal yang sangat penting.
Arti penting itu bertolak dari tugas dan tanggung jawab seorang guru yang cukup berat
untuk mencerdaskan siswanya. Kompetensi tentang memahami keadaan siswa
berdasaran karakteristiknya, memilih strategi, media dan metode yang sesuai serta
keterampilan mengevaluasi adalah termasuk pada kompetensi pedagogik. Kompetensi
pedagogik adalah salah satu unsur penting dari empat keterampilan yang harus dimiliki
guru profesional selain kompetensi profesional, kepribadian dan sosial.
Namun demikian, tidak semua guru memuliki kompetensi pedagogik yang
baik. Salah satu pengakukan yang dikatakan oleh salah satu guru mitra pada program
Kemitraan kementerian Guruan adalah bahawa mareka tidak tahu caranya mengajar
yang efektif dan inovatif. Akibatnya, pencapaian nilai mata pelajaran Ujian Nasional
di SMA Bireuen cukup rendah. Selain kompetensi yang rendah, motivasi dan minat
siswa dalam belajar.
Kompetensi pedadogik yang kurang bagus menyebabkan kompetensi guru
dalam memilih metode dan pendekatan dalam pembelajaran kurng tepat. Pengelolaan
kelas juga kurang tepat karena kurangnya kemampuan untuk memilih teknik dan
strategi yang sesuai dengan keadaan siswa. Rendahnya kompetensi pedagogi guru
juga menyebabkan tidak tepatnya pemilihan alat dan media pembelajaran yang
digunakan dalam pembelajaran demikian juga dengan kemampuan dalam memilih
alat evaluasi yang sesuai.
Penyebab rendahnya kompetensi pedagigik guru bukan tanpa sebab. Alasan
rendahnya pedagogik guru adalah: (1) kurangnya inspirasi/ good model dalam KBM,
(2) Kebanyakan guru belum menggunakan alat/ media/ modrl pembelajaran, (3)
Pengajaran individual, (4) perencanaan kurang baik, (5) kurangnya supervisi dan
refleksi pada kegiatan pembelajaran secara kolaorative.
Dalam mengatasi permasalahan kesenjangan mutu guruan tersebut,
kemendikbud megadakan program kemitraan dengan mengirimkan guru inti ke
sekolah guru mitra supaya terjadi saling menginspirasi. Berhasil dan tidaknya
program kemitraan sangat tergantung kepada guru inti sebagai wakil dari
kemendikbud dalam mengatasi kesenjangan mutu guruan. Perlu strategi tertentu
supaya program kemitraan bisa berjalan dengan hasil maksimal sesuai dengan
keinginan mengingat keterbatasan jam pembelajaran bahasa Inggris umum yang
tersedia, yaitu 2 jam.
Sebagai alternatif dalam Program Kemitraan, penulis menerapkan strategi
IMBAS yang merupakan inspirasi untuk program kemitraan. Strategi ini terinspirasi
dari peningkatan kompetensi guru di Jepang berupa Lesson Study.
IMBAS adalah modifikasi dan penambahan dari Lesson Study yang telah
terbukti keberhasilnnya. IMBAS adalah kependekan dari Inspirasi, Menstimulasi,
Berrdidkusi, Aksi dan Evaluasi/ Refleksi. Namun ada penambahan yaitu “Inspirasi”.
Seorang guru inti ibaratnya adalah sebagai seorang model yang meperagakan
kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini guru inti berlaku sebagai guru model dalam
kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran di kelas
dengan perencanaan kolaboratif antara guru inti dan guru mitra.
Sebelum mengajar, guru harus merencanakan kegiatan pembelajaran yang
baik sehingga siap untuk digunakan dalam dalam praktik mengajar di kelas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam pendahuluan di atas, maka permasalahan dalam adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana Implementasi Strategi “IMBAS” sebagai upaya untuk
meningkatkan kompetensi pedagogik guru pada dalam Program Kemitraan di
kelas SMA Bireuen?
2. Apa kendala Strategi “IMBAS” sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi
pedagogik guru pada dalam Program Kemitraan di kelas SMA Bireuen?
3. Bagaimana hasil Strategi “IMBAS” dalam meningkatkan kompetensi
pedagogik guru SMA Bireuen?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan Implementasi Stratrgi “IMBAS” sebagai upaya untuk
meningkatkan kompetensi pedagogik guru pada dalam Program Kemitraan di
kelas SMA Bireuen.
2. Mengetahui kendala Stratrgi “IMBAS” sebagai upaya untuk meningkatkan
kompetensi pedagogik guru pada dalam Program Kemitraan di kelas SMA
Bireuen.
3. Mengetahui hasil Stratrgi “IMBAS” dalam meningkatkan kompetensi
pedagogik guru SMA Bireuen.
D. Manfaat
1. Memberikan alternatif model program kemitraan guru inti dan guru mitra
2. Memberikan alternatif solusi bagi guru dalam melakukan program kegiatan
pembelajaran kolaboratif.
BAB II
KAJIAN TEORI
C. Strategi “IMBAS”
Strategi imbas terilhami dari Lesson Study. Lesson study adalah suatu proses
sistematis yang digunakan oleh guru-guru Jepang untuk menguji keefektifan
pengajarannya dalam rangka meningkatkan hasil pembelajaran (Garfield, 2006).
Proses sistematis yang dimaksud adalah kerja guru-guru secara kolaboratif untuk
mengembangkan rencana dan perangkat pembelajaran, melakukan observasi,
Refleksi dan revisi rencana pembelajan secara bersiklus dan terus menerus.
Menurut Walker (2005) Lesson study adalah suatu metode pengembangan
profesional guru. Menurut Lewis (2002) ide yang terkandung didalam lesson study
sebenarnya singkat dan sederhana, yakni jika seorang guru ingin meningkatkan
pembelajaran, salah satu cara yang paling jelas adalah melakukan kolaborasi
dengan guru lain untuk merancang, mengamati dan melakukan refleksi terhadap
pembelajaran yang dilakukan. Secara lebih operasional lesson study adalah suatu
model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara
kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip kolegialitas dan mutual learning
untuk membangun komunitas belajar dalam rangka meningkatkan profesionalisme
guru serta meningkatkan kualitas pembelajaran.
Lebih lanjut Sriyati (2005: 25) mendefinisikan bahwa Lesson study
merupakan pembelajaran secara nyata (riil) di dalam kelas dengan siswa, yang
diamati oleh guru-guru lain sebagai observer dan dilakukan kegiatan refleksi
setelah proses pembelajaran selesai. Dalam kegiatan lesson study rencana
pembelajaran dibuat secara bersama-sama dengan guru-guru lain, dan ketika proses
pembelajaran berlangsung, guru-guru tersebut bertindak sebagai observer yang
akan mengamati keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, interaksi siswa
dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan objek pembelajaran. Setelah
proses pembelajaran berlangsung dilakukan refleksi berupa tinjauan ulang terhadap
proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan berpijak pada hasil observasi,
sehingga akan didapat hal-hal penting berupa kelemahan-kelemahan yang nantinya
akan menjadi target perbaikan untuk proses pembelajaran selanjutnya.
(Saito, 2005)
Adapaun hasil akhir dari program Lesson study adalah berupa RPP sedangkan pada
IMBAS adalah berupa Best Practice.
Best practice
Berikut ini adalau pejelasan tentang kegiatan yang dilakukan pada tiap-tiap tahapan:
Pada tahap Inspirasi, guru inti menjadi guru model yang mempraktikkan RPP
Inspiratif yang mengintegrasikan Hots, 4 C, Literasi dan PPK. Dari kegiatan itu guru
mitra bisa melihat secara langsung praktik yang pembelakaran yang dilakukan oleh
guru inti yang bisa menumbuhkan inspirasi dalam melakukan Kegiatan Pembelajaran
di kelas. Tahap selanjutnya adalah Menstimulasi, Pada tahap ini guru inti bersama
guru mitra menyusun RPP yang akan digunakan oleh guru mitra dalam priktik
mengajar. Setelah itu, tahap selanjutnya adalah berdiskusi. Guru inti dan guru mitra
melakukan diskusi bersama-sama dalam menentukan metode pembelajaran, media,
alat evaluasi dan lain-lain. Disinilah terjadi proses pembelajaran bersama-sama dalam
menentukan langkah-langkah pembelajaran sehingga tercipta RPP inspiratif.
Langkah selanjutnya adalah Aksi, dimana guru mitra praktik mengajar dan guru inti
menjadi observer yang mencatat kelebihan dan kekurangan selama kegiatan
pembelajaran. Langkah terakhir adalah supervisi dan rafleksi. Disini, guru inti dan
guru mitra melakukan refleksi bersama-sama sehingga bisa memperbaiki kekurangan
dan meninkatkan hal-hal yang sudah baik untuk pelaksanaan pembelajaran
selanjutnya.
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
2. Tahap Menstimulasi
Pada tahap ini guru inti memberikan stimulus kepada guru tentang penyusunan RPP
yang sesuai dengan silabus dan tujuan pembelajaran. Sehingga berdampak positif
pada peningkatan aktiitas dan hasil belajar siswa.
3. Tahap Berdiskusi
Pada tahap ini guru inti dan guru mitra melakukan diskusi tentang RPP yang akan
dilaksanakan dalam pembelajaran
4. Aksi
Pada tahap Aksi guru mitra melakukan kegiatan pembelajaran berdasarkan
dari RPP yang sudah dibuat bersama-sama.
5. Supervisi dan Refleksi
Kegiatan supervisi dan refleksi merupakan bagian yang sangat penting. Sebuah
pembelajaran yang sudah disusun skenarionya dalam pelaksanannya perlu supervivi
supaya bisa mengontrol agar tidak keluar perencanaan.
Pada tahap ini guru inti dan guru mitra melakukan refleksi yang dipergunakan
untuk memperbaiki pembelajaran di kelas masing-masing. Bagi guru mitra kegiatan
tindak lanjut yang ddilakukan adalah merevisi rencana pembelajaran berdasarkan
masukan-masukan dari refleksi. Hasil revisi rencana pembelajaran dapat
dipergunakan untuk pembelajaran di kelas paralel yang lain atau untuk pembelajaran
tahun berikutnya.
C. Hasil
Pelaksanaan IMBAS menjawab permasalahan yang dihadapi oleh guru mitra. Berikut
adalah bagan bagaimana IMBAS bisa menyelesaikan permasalahn guru.
Sebagaimana dibahas di Bab I bahwa guru perlu model guru maka tahap inspirasi bisa
menjawab permasalahan ini. Guru yang belum menggunakan media/model/alat dan
strategi maka ada tahap menstimulasi. Pengajaran individual bisa dilaksanakan dengan
kegiatan berdiskusi. Untuk menerapkan hasil RPP maka dilaksanakan tahap Aksi dan
untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan RPP ada kegiatan supervisi dan refleksi.
Semua hal itu menuntut kompetensi guru. Tahap inspirasi akan mepengaruhi pada
perubahan mind set guru. Untuk kegiatan lain bisa meningkatkan kemampuan guru
dalam merencanakan pembelajaran, menyususun alat penilaian dan mengelola kelas.
B. Saran
1. Program IMBAS bisa diterapkan dengan pelibatan guru imbas
2. Perlu pembinaan lebih baik dan professional lagi bagi guru inti supaya memiliki
kemampuan yang layak sebagai guru model
DAFTAR PUSTAKA
A. Fatah Yasin,. 2018. M Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN Malang Press
Cece Wijaya, dkk. 2019. Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan Dan Pengajaran. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Garfield, J. 2006. Exploring the Impact of Lesson study on Developing Effective Statistics
Curriculum, (Online), (www.stat.auckland.ac.nz/-iase/ publications/11/-
Garfield.doc, diakses 19 Juni 2006.
Lewis, C.C. 2002. Lesson study: A Handbook of Teacher-Led Instructional Change.
Philadelphia: Reseach For better School .Inc.
Walker, J.S. 2005. UWEC Math Dept. Journal of Lesson Studies. (Online),
www.uwec.edu/walkerjs/Lesson_Study/Statement_of_Purpose.pdf., diakses 26
Oktober 2006.
Sriyati, S. (2005). “ Reformasi Sekolah Melalui Lesson Study”. Makalah pada Seminar
Nasional Pendidikan IPA II dengan tema Membangun Pendidikan IPA Masa Depan
yang Kompetitif. 22-23 Juli 2005 di FPMIPA UPI Bandung.
Saito, E., Sumar, H., Harun, Ibrohim, Kuboki, I., dan Tachibana, H. 2006. Development of
school based in-service teacher training under the Indonesian Mathematics and
Science Teacher Education Project. Improving Schools, 9(1): 47-59.
LAMPIRAN:
1. RPP
2. Instrumen penilaian
3. Hasil