Anda di halaman 1dari 6

Biografi Merry Riana

1. Biodata Merry Riana


Merry Riana merupakan seorang pengusaha dan juga motivator lahir di Jakarta 29
mei 1980 yang biasa menjadi pembicara di berbagai seminar, perusahaan, Sekolah dan
media masa di Singapura dan negara-negara lain di Asia Tenggara. Merrry Riana viral di
publik karena prestasinya menghasilkan uang S$ 1.000.000 (dolar singapura) di usia 26
tahun, kemudian merry riana menuliskan perjalanan hidupnya itu di sebuah buku yang
berjudul ‘A Gift From a Friend’. Waktu itu Merry Riana sedang melanjutkan studinya di
Nanyang Technological University Singapura.
Tidak di duga buku hasil karangan Merry Riana yang bercerita tentang perjalanan
hidup pribadinya itu mengundang perhatian dari publik Singapura dan Asia Tenggara,
sepontan hal itu membuat Merry Riana semakin viral, bahkan data kesuksesannya itu
sempat dimuat di situs www.straitstimes.com pada edisi januari 2007.

2. Masa Kecil
Merry Riana lahir sebagai anak sulung dan perempuan satu-satunya dalam keluarga
kecilnya. Kedua orang tuanya menamainya ‘Riana’ dengan harapan hidupnya akan penuh
suka cita kelak. Nama ‘Merry’ disematkan sebagai nama baptis oleh sang pastor di gereja
tempatnya dibaptis. Jadilah perpaduan namanya berarti double happiness.
Keluarganya bukanlah keluarga yang memiliki uang berlimpah ruah. Ayahnya yang
merupakan lulusan Teknik Elektro, memiliki usaha toko peralatan elektronik di Jakarta.
Ibunya, seorang ibu rumah tangga yang penuh kasih dan sangat mengayomi keluarga.
Masa kecilnya dihabiskan dengan tinggal di kawasan hunian yang banyak dihuni oleh
kaum pribumi. Itu dilakukan kedua orang tuanya agar ia terbiasa dan bisa bergaul dengan
anak-anak dari berbagai kalangan.
Keluarganya penganut Katolik taat yang sangat menanamkan pentingnya agama
dan berpegang teguh pada Tuhan dalam berbagai aspek kehidupan. Hal tersebut sangat
dirasakannya ketika tinggal berjauhan dengan orang tuanya. Pendidikannya dilalui di
lembaga pendidikan katolik dari SD Don Bosco Pulomas, SMP Santa Ursula, dan SMA
Santa Ursula. Cita-citanya pun ingin melanjutkan kuliah Teknik Elektro di Universitas
Trisakti Jakarta agar nantinya bisa membantu bisnis ayahnya. Namun cita-cita
sederhananya harus kandas ketika kerusuhan Mei 1998 melanda ibu kota. Jakarta
mendadak mencekam dan menakutkan, terutama bagi orang-orang beretnis Tionghoa, tak
terkecuali Merry sekeluarga.
Ibu kota tidak lagi aman bagi mereka yang beretnis Tionghoa karena banyaknya
peristiwa traumatis seperti pemerkosaan, pencurian rumah, penjarahan toko-toko, hingga
pembunuhan. Hal tersebut menyebabkan eksodus etnis Tionghoa ke luar negeri, seperti
Amerika, Australia, Singapura, dsb.
Orang tua Merry juga memikirkan nasib putri sulung mereka hingga memutuskan
untuk mengirimnya ke Singapura agar kuliahnya tidak perlu tertunda dan aman dari
kerusuhan di Jakarta. Keputusan tersebut terhitung nekat karena bisnis ayahnya sedang
mengalami kemunduran akibat krisis moneter yang berarti keuangan keluarga sedang
tidak baik-baik saja.
Tapi keputusan kedua orang tuanya sudah bulat. Berbekal informasi bahwa
mahasiswa bisa meminjam dana pendidikan di bank milik pemerintah Singapura,
Development of Bank Singapore (DBS), serta tidak perlu khawatir skor TOEFL untuk
berkuliah di Nanyang Technology University (NTU), Merry pun dikirim kesana.

3. Kuliah di Singapura
Hal inilah yang kemudian akan merubah takdirnya. Karena kondisi yang tidak
aman akibat kerusahan tahun 1998, Merry Riana kemudian memilih kuliah di Singapura
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Ayah Merry yaitu Suanto Sosrosaputro
memutuskan untuk mengirim anaknya belajar di luar negeri. Dan Singapura kala itu
merupakan sebuah pilihan yang paling masuk akal karena jaraknya yang relatif dekat,
lingkungan yang aman dan sistem pendidikannya yang bagus.
Akhirnya Nanyang Technological University Singapore menjadi pilihannya. Merry
mulai belajar di bangku kuliah di jurusan Electrical and Electronics Engineering (EEE) di
Nanyang Technological University (NTU) pada tahun 1998. Merry mengaku jurusan ini
menjadi jurusan paling masuk akal baginya saat itu. Merry bercita-cita menjadi seorang
insinyur. Cita-citanya tersebut mungkin karena ingin membantu sang ayah dalam
menjalankan bisnis.
4. Perjuangan Hidup di Singapura
Tanpa persiapan yang memadai untuk kuliah di luar negeri, Merry sempat gagal
dalam tes bahasa Inggris di Nanyang Technological University. Tanpa persiapan bekal
dana yang memadai pula, Merry meminjam dana dari Pemerintah Singapura. Dalam
Biografi Merry Riana, Ia meminjam dana beasiswa dari Bank Pemerintah Singapura
sebesar $40.000 dan harus dilunasi setelah ia lulus kuliah dan bekerja. Dana tersebut
sangatlah minim, karena setelah dihitung-hitung ia hanya mangantungi $10 selama
seminggu.
Untuk berhemat, Merry menyiasatinya dengan hanya makan mie instant di pagi
hari,makan siang dengan 2 lembar roti tanpa selai, ikut seminar dan perkumpulan di
malam hari demi makan gratis, bahkan untuk minumpun ia mengambil dari air keran/tap
water di kampusnya. Hal itu berangsur hampir setiap hari di tahun pertamanya kuliah.
Kehidupan yang sangat memprihatinkan tersebut mendorongnya untuk mencari
penghasilan diluar.
Dari mulai membagikan pamflet/brosur di jalan,menjadi penjaga toko bunga,dan
menjadi pelayan Banquet di hotel. Ketika menyadari hidupnya tak berubah meski sudah
memasuki tahun kedua kuliah, Merry mulai membangun mimpi. Karena tak punya latar
belakang pendidikan dan pengalaman bisnis, Merry mengumpulkan informasi dengan
mengikuti berbagai seminar dan melibatkan diri dalam organisasi kemahasiswaan yang
berhubungan dengan dunia bisnis.

5. Perjuangan Dalam Bisnis


Tanpa pengalaman dan pengetahuan bisnis yang memadai, Merry terjun ke dalam
dunia bisnis. Itu ia lakukan karena ia mengetahui bahwa memiliki pekerjaan biasa tidak
cukup untuk memenuhi impiannya untuk sukses di usia 30 tahun.
Ia mencoba berbagai peluang bisnis. Diapun mencoba peruntungan dengan bisnis
pembuatan skripsi,bisnis MLM,mencoba bermain saham,yg semuanya berakhir dengan
kegagalan. Merry juga mencoba praktik dengan terjun ke multi level marketing meski
akhirnya rugi 200 dollar. Merry bahkan pernah kehilangan 10.000 dollar ketika memutar
uangnya di bisnis saham.
Mentalnya sempat jatuh meski dalam kondisi tersebut masih bisa menyelesaikan
kuliah Sayang, Merry kehilangan semua investasinya dan terpuruk. Meski begitu, Merry
kembali bangkit dan berusaha keras untuk menjadi entrepreneur. Merry mulai berusaha
dari awal dengan belajar secara sungguh-sungguh tentang seluk beluk pasar. Setelah
merasa siap, ia pun memutuskan untuk menekuni industri perencanaan keuangan.
Merry berpikir itulah hal yang akan membuatnya mampu mewujudkan impiannya
dalam waktu yang relatif singkat. Tamat kuliah, barulah Merry mempersiapkan diri
dengan matang. Bersama Alva Tjenderasa yang merupakan temannya ketika kuliah dulu
dan kini menjadi suaminya, Berdua mereka mulai menjalankan usaha bersama, Belajar
dari pengalaman para pengusaha sukses.
Merry Riana kemudian memulai dari sektor penjualan di bidang jasa keuangan.
Saat Merry memulai karier sebagai seorang penasihat keuangan, ia harus bergulat dengan
sejumlah tantangan dan hambatan. Orang tuanya, dosen serta teman-temannya kurang
setuju dengan keputusan Merry tersebut. Merry saat itu belum memiliki kemampuan
berbahasa Mandarin padahal lebih dari separuh penduduk Singapura ialah etnis China.
Kegigihannya pun tak sia-sia, karena akhirnya ia sukses menjadi Financial
Consultant yang menjual produk-produk keuangan dan perbankan. Dalam enam bulan
pertama karirnya, Merry berhasil melunasi utangnya sebesar 40 ribu dolar Singapura.

6. Sifat Pantang Menyerahnya


Sebagai seorang pendatang asing di sana, pengalaman dan relasi Merry sangat
terbatas. Namun, satu alasan yang membuat Merry pantang menyerah ialah usianya yang
masih muda dan masih lajang sehingga ia merasa lebih bebas dan lebih berani mengambil
risiko. Tanpa merasa terlalu terbebani dengan kemungkinan gagal atau keharusan untuk
berhasil, Merry lebih memilih untuk memfokuskan diri pada pengalaman dan pelajaran
yang ia bisa dapatkan selama fase-fase awal kariernya.
Tapi Merry sudah membulatkan tekad. Ia bekerja 14 jam dalam sehari, berdiri di
dekat stasiun MRT & halte bus untuk menawarkan asuransi, bahkan ia bekerja hingga
tengah malam dan baru pulang jam 2 dini hari, belum lagi pendapatan yang tidak pasti
membuatnya terpaksa kembali berhemat untuk mengatur kebutuhan sehari-hari.
7. Sukses Sebagai Konsultan Keuangan
Sampai akhirnya ia sukses sebagai Financial Consultant yang menjual produk-produk
keuangan dan perbankan seperti asuransi,kartu kredit.deposito,tabungan,dll. Dalam enam
bulan pertama karirnya di Prudential, Merry berhasil melunasi utangnya sebesar 40 ribu
dolar Singapura.

8. Awal Sebuah Kesuksesan


Tepat satu tahun pertamanya ia berhasil mendapatkan penghasilan sebesar 200 Ribu
Dollar Singapura atau sektar 1,5 Milyar Rupiah. Merry Riana kemudian dianugrahi
Penghargaan Penasihat Baru Teratas yang diidam-idamkan banyak orang yang menekuni
profesi penasihat keuangan pada tahun 2003. Kemudian di tahun 2004, prestasi Merry
yang cemerlang membuatnya dipromosikan sebagai manajer. Merry lalu memulai
bisnisnya sendiri setelah diangkat menjadi manajer dengan menyewa kantor dan memiliki
karyawan sendiri.
Merry Riana kemudian mendirikan MRO (Merry Riana Organization) sebuah
perusahaan jasa keuangan selain itu ia juga mendirikan MRO Consultancy yang bergerak
di bidang pelatihan, motvasi serta percetakan buku yang berbasis di Singapura. Bersama
timnya di MRO, Merry memiliki program pemberdayaan perempuan dan anak-anak
muda. Anggota timnya di lembaga ini bahkan tergolong muda, berusia 20-30 tahun.
”Saya ingin menampung orang muda yang punya ambisi dan semangat seperti saya,”
katanya.
Keinginannya untuk berbagi ini tak hanya dilakukan di Singapura. Pada ulang
tahunnya ke-30, Merry membuat resolusi baru, yaitu memberi dampak positif pada satu
juta orang di Asia, terutama di tanah kelahirannya, Indonesia. Tahun 2005, Merry
menerima penghargaan sebagai penghargaan Top Agency of the Year dan penghargaan
Top Rookie Agency.
Hingga kini Merry telah memotivasi dan melatih ribuan profesional dan eksekutif
dalam bidang penjualan, motivasi dan pemasaran. Dalam perusahaannya, Merry
menaungi 40 penasihat keuangan, yang uniknya memiliki usia yang masih belia (antara
21- 30 tahun). Media-mediapun berbondong-bondong memberitakan kisah suksesnya dan
dengan segera Merry Riana dikenal sebagai seorang entrepreneur wanita yang sukses dan
menjadi Motivator untuk membagikan ilmu dan kiat-kiat suksesnya agar setiap orang
menjadi pribadi-pribadi yang sukses.
Kini, Merry Riana mempunyai mimpi untuk memberikan dampak positif bagi 1 juta
orang di Asia,terutama di Indonesia. Salah satunya dengan meluncurkan buku “Mimpi
Sejuta Dolar” yang sangat inspiratif dan akan diangkat ke layar lebar. Merry menyatakan
bahwa motivasinya tidak hanya berasal dari keinginan untuk memberikan kehidupan
yang lebih baik pada kedua orangtuanya tetapi juga dari ambisinya untuk membantu
generasi muda lainnya untuk melakukan hal serupa.
Ia berharap para pemuda mampu memberikan kehidupan yang lebih baik, tak hanya
bagi diri mereka sendiri tetapi juga orang tua mereka dan anggota keluarga mereka yang
lain.

9. Buku Best Seller


Buku ” Mimpi Sejuta Dolar ” sendiri sudah menjadi National Bestseller hanya
dalam waktu 1 bulan setelah peluncurannya. Buku ini menarik perhatian publik
Singapura dan Asia Tenggara karena menuliskan tentang prestasi Merry Riana
menghasilkan S$ 1.000.000 pada usia 26 tahun yang Awalnya, Merry Riana adalah
mahasiswi Nanyang Technological University yang berhutang sebanyak S$ 40.000.
Profil kesuksesan Merry Riana mulai dikenal setelah muncul di artikel The Strait
Times pada tanggal 26 Januari 2007 yang berjudul “She’s made her first million at just
age 26” (“Ia mencapai satu juta dolar pertamanya di usia 26 tahun“). Merry Riana aktif
sebagai pembicara di berbagai seminar, perusahaan, sekolah dan media massa di
Singapura dan beberapa negara di Asia Tenggara. Ia dikenal giat dalam memanfaatkan
jejaring sosial Twitter melalui akun twitternya di @MerryRiana

10. Kesimpulan
Penulis sangat terinspirasi oleh sifat yang dimiliki Merry Riana. Gigih dan pantang
menyerahnya sangatlah patut untuk ditiru oleh generasi milenial sekarang yang
kebanyakan menginginkan hasil yang instant. Perjuangan dengan jalan yang terjal tetap ia
hadapi hingga mendapatkan kesuksesannya.

Anda mungkin juga menyukai