Anda di halaman 1dari 792

BUPATI DONGGALA

PROVINSI SULAWESI TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA


NOMOR 1 TAHUN 2019

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


TAHUN 2019 – 2023

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI DONGGALA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 264 ayat (1)


Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, perlu menetapkan Peraturan
Daerah Kabupaten Donggala tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2019-
2023;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 74
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 1822);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4421);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
2005-225 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4700);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 224), sebagaimana
beberapa kali telah diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2019 tentang Perubahan Ke
Dua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
6. Peratura Daerah Kabupaten Donggala Nomor 11
Tahun 2016 tentang Urusan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Daerah Kabupaten Donggala Tahun 2016
Nomor 11);
7. Peraturan Daerah Kabupaten Donggala Nomor 1
Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah Kabupaten Donggala Tahun 2005-
2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Donggala Tahun
2010 Nomor 1);
8. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 10
Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2016-
2021 (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2016 Nomor 90);

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN DONGGALA
dan
BUPATI DONGGALA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN


JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN DONGGALA
TAHUN 2019-2023.
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Perturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Donggala.
2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah Otonom.
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disingkat DPRD, adalah
Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah yang berkedudukan sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.
4. Urusan Pemerintahan adalah kekuasaan Pemerintahan yang menjadi
Kewenangan Presiden yang pelaksanaannya dilakukan oleh Kementrian
Negara dan Penyelenggara Pemerintahan Daerah untuk melindungi,
melayani, memberdayakan, dan menyejahterahkan Masyarakat.
5. Daerah Otonom yang selanjutnya disebut Daerah adalah Kesatuan
masyarakat hokum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang
mengatur dan mengurus urusan Pemerintahan dan kepentingan Masyarakat
setempat menurut Prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam
system Negara Kesatuan Republik Indonesia.
6. Urusan Pemerintahan Wajib adalah urusan Pemerintahan yang wajib di
selenggarakan disemua daerah.
7. Urusan Pemerintahan Pilihan adalah urusan Pemerintahan yang wajib
diselenggarakan oleh daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh daerah.
8. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disebut
RPJMD adalah Dokumen Perencanan Daerah untuk Periode 5 (Lima) Tahun
terhitung sejak tanggal 14 januari 2019 s/d 14 januari 2023.
9. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah yang selanjutnya disebut RKPD
adalah Dokumen Perencanan Daerah untuk periode 1 (Satu) Tahun.
10. Rencana Strategis Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat dengan
RENSTRA Perangkat Daerah adalah Dokumen Perencanaan Perangkat
Daerah untuk Periode 5 (Lima) Tahun.
11. Rencana Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut Renja Perangkat
Daerah adalah Dokumen Perencanaan Perangkat Daerah untuk Periode 1
(Satu) Tahun.
12. Pendapatan Daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.
13. Belanja Daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tahun yang
bersangkutan.
14. Pembiayaan adalah setiap Penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau
Pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada Tahun Anggaran yang
bersangkutan maupun pada Tahun Anggaran berikutnya.
15. Visi adalah Rumusan Umum mengenai keadaaan yang diinginkan pada akhir
periode Perencanaan Pembangunan Daerah.
16. Misi adalah Rumusan Umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk Mewujudkan Visi.
17. Tujuan adalah suatu kondisi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam
jangka waktu 5 (Lima) Tahunan.
18. Sasaran adalah Rumusan Kondisi yang menggambarkan tercapainya Tujuan,
berupa hasil Pembangunan Daerah/Perangkat Daerah yang diperoleh dari
pencapaian hasil (Outcome) Program Perangkat Daerah.
19. Strategi adalah langkah yang berisikan program-program sebagai prioritas
pembangunan daerah/perangkat daerah untuk mencapai sasaran.
20. Arah kebijakan adalah rumusan kerangka pikir atau kerangka kerja untuk
menyelesaikan permasalahan pembangunan dan mengantisipasi isu strategis
daerah/perangkat daerah yang dilaksanakan secara bertahap sebagai
penjabaran strategi
21. Prioritas Pembangunan Daerah adalah fokus penyelenggaraan Pemerintah
Daerah yang dilaksanakan secara bertahap untuk mencapai sasaran RPJMD.
22. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut
RENJA-SKPD adalah Dokumen Perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah
untuk periode 1 (Satu) Tahun.
23. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah Daerah untuk
mencapai tujuan.
24. Program adalah instrument kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan
yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah Daerah untuk mencapai sasaran
dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat
yang dikoordinasikan oleh instansi Pemerintah.
25. Satuan kerja Perangkat Daerah Kabupaten adalah Sekretariat Daerah,
Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dinas-dinas Daerah, Lembaga
Teknis Daerah, Kecamatan dan Kelurahan.

BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Pembangunan Daerah diselenggarakan berdasarkan desentralisasi dan
demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan dan kemandirian dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan nasional.
(2) Perencanaan Pembangunan Daerah disusun secara sistematis, terarah,
terukur, terpadu, menyeluruh dan kemandirian dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan nasional.
(3) Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah diselenggarakan berdasarkan
asas umum penyelenggaraan Pemerintahan yang layak, terdiri dari :
a. Asas Kepastian Hukum, yaitu asas dalam Negara Hukum yang
mengutamakan landasan Peraturan Perundang-Undangan, kepatutan dan
keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
b. Asas Tertib Penyelenggaraan Pemerintahan, yaitu Asas yang menjaga
landasan keteraturan, keserasian dan keseimbangan dalam pengendalian
Pemerintahan;
c. Asas Kepentingan Umum, yaitu Asas yang mendahulukan kesejahteraan
umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif dan selektif;
d. Asas Keterbukaan, yaitu Asas yang membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak
diskriminatif;
e. Asas Proporsionalitas, yaitu Asas yang mengutamakan keahlian
berdasarkan kode etik;
f. Asas Akuntabilitas, yaitu Asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan
dan hasil akhhir dari kegiatan pemerintahan harus dapat dipertanggung
jawabkan kepada Rakyat.
(4) Asas Khusus Kawasan adalah asas yang meletakkan kawasan pada fungsi
peruntukannya.
Pasal 3

RPJMD bertujuan untuk :


a. Memudahkan koordinasi Antara pelaku pembangunan.
b. Menjamin terciptanya integraasi, sinkronisasi, dan sinergitas baik antar
daerah, antar ruang, antar waktu, dan antar fungsi pemrintah baik pusat
maupun daerah;
c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antar perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan dan pengawasan; dan
d. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat dan menjamin tercapainya
pemanfaatan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan
berkelanjutan.

BAB III
PERENCANAAN
Pasal 4
(1) RPJMD Tahun 2019-2023 merupakan dokumen perencanaan yang menjadi
landasan dan pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan
pembangunan 5 (Lima) Tahun.
(2) Dokumen Perencanaan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dijabarkan dalam bentuk RKPD atau Kebijakan Umum APBD.

Pasal 5
Dokumen RPJMD Tahun 2019-2023 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
disusun dengan sistematika sebagai berikut :
a. BAB I : PENDAHULUAN
b. BAB II : GAMBARAN UMUM
c. BAB III : GAMBARAN KEUANGAN DAERAH
d. BAB IV : PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH
e. BAB V : VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
f. BAB VI : STRATEGI, ARAH KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN
DAERAH
g. BAB VII : KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAN PROGRAM
PERANGKAT DAERAH
h. BAB VIII: KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
i. BAB IX : PENUTUP
Pasal 6
Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah sebagaimana tercantum dalam
lampiran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan Daerah ini.

BAB IV
KELEMBAGAAN

Pasal 7
(1) Kepala Daerah menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas perencanaan
pembangunan daerah Kabupaten Donggala.
(2) Dalam menyelenggarakan Perencanaan Pembangunan Daerah Kepala Daerah
dibantu oleh Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.
(3) Pimpinan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Donggala
Menyelenggarakan Rencana Pembangunan Daerah Sesuai dengan tugas dan
kewenangannya.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 8

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten
Donggala Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Tahun 2014-2019 (Lembaran Daerah Kabupaten Donggala
Tahun 2014 Nomor 1), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 9

Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Donggala.
Ditetapkan di Donggala
pada tanggal 24 Juni 2019
BUPATI DONGGALA,

Ttd

KASMAN LASSA

Diundangkan di Donggala
pada tanggal 24 Juni 2019
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN DONGGALA,

Ttd
AIDIL NUR
NIP. 19600511 198603 1 019

Salinan sesuai dengan aslinya :

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA TAHUN 2019 NOMOR 1


KEPALA BAGIAN HUKUM
SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN DONGGALA,

DEE LUBIS, SH., MH


NIP. 19710806 200212 1 005
Slogan Pembangunan dan Kata Pengantar
Slogan Pembangunan dan Kata Pengantar

KATA PENGANTAR

Salah satu perubahan yang berpengaruh terhadap manajemen


pemerintahan dalam mengelola pembangunan daerah, khususnya dalam
perspektif teknik akselerasi fungsi manajemen dan pemanfaatan
kapasitas sumber daya di daerah, di antaranya adanya Rencana
Pembangunan Menengah Panjang Daerah (RPJMD) yang disusun oleh
Pemerintah Daerah. RPJMD ini secara nyata diamanatkan dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara
Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah. Sebagai
langkah awal dalam penyusunan dokumen perencanaan tersebut, penting
didahului dengan Studi Awal (Background Study) RPJMD. Tujuannya
adalah mempertajam pemahaman bersama atas Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten donggala, yang intinya
mengidentifikasikan permasalahan di setiap kecamatan, merumuskan
akar masalah dan menentukan prioritas masalah, merumuskan jalan
keluar serta dapat menjadi starting point enam belas kecamatan dalam
menyusunan Rencana Strategisnya dan Rencana Kerjanya.

Selanjutnya setelah mengetahui permasalahan-permasalahan di


berbagai aspek pembangunan, dilakukan analisis permasalahan
pembangunan untuk menemukan akar permasalahan berdasarkan
capaian kinerja pembangunan selama beberapa periode. Analisis
permasalahan pembangunan dilakukan secara komprehensif sesuai
dengan dinamika aspek-aspek pembangunan selama beberapa periode
analisis yang relevan. Demikianlah arahan yang ingin dicapai dalam
Penyusunan dokumen RPJMD ini. Oleh karena itu, kami memohon
dukungan dari semua pihak, agar kegiatan ini dapat terlaksana sesuai
dengan rencana yang ditetapkan.

Donggala, 10 Juni 2019


Bupati
Kabupaten Donggala

Drs. Kasman Lassa, SH., MH


Daftar Isi

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………. iii
DAFTAR TABEL............................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………….. xvii

BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................... I -1
1.2. Dasar Hukum Penyusunan................................. I-4
1.3. Hubungan Antar Dokumen................................. I-10
1.4. Maksud dan Tujuan……….................................. I-14
1.5. Sistematika Penulisan......................................... I-16

BAB II : GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KABUPATEN


DONGGALA
2.1. Aspek Geografis dan Demografis.......................... II-1
2.1.1. Aspek Geografis Kabupaten Donggala……... II-2
2.1.2. Potensi Sumberdaya dan Pengembangan II-59
Wilayah…………..…………………………………
2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat........................ II-99
2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan II-99
Ekonomi…………………………………………...
2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial………………….. II-114
2.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga………….. II-131
2.3. Aspek Pelayanan Umum…………………………..… II-133
2.3.1. Fokus Layanan Urusan Pemerintah II-133
Wajib…………………………………………….…..
2.3.2. Fokus Layanan Urusan Pemerintah II-235
Pilihan………………………………………….
2.4. Aspek Daya Saing................................................ II-259

iii
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

2.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah………… II-260


2.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur………. II-263
2.4.3. Fokus Iklim Berinvestasi………………………… II-272
2.4.4. Fokus Sumberdaya Manusia…………………… II-274

BAB III : GAMBARAN KEUANGAN DAERAH


3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu…............................ III-3
3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD…………………….. III-3
3.1.2. Neraca Daerah…………………………………….. III-20
3.2. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu ...... III-25
3.2.1. Proporsi Penggunaan Anggaran………………. III-25

3.2.2. Analisis Pembiayaan…………………………….. III-29

3.3. Kerangka Pendanaan Kabupaten Donggala III-32


Tahun 2019-2023 …………………….………………..
3.3.1. Proyeksi Pendapatan dan Belanja……….……. III-32
3.3.2. Perhitungan Kerangka Pendanaan………….... III-41

BAB IV : PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS


4.1. Permasalahan Pembangunan ............................. IV-1
4.2.1. Perumusan Permasalahan Pembangunan IV-1
Daerah……………………………………………...
4.2. Analisis Isu-Isu Strategis .................................... IV-25
4.2.1. Isu Strategis Internasional……………………... IV-26
4.2.2. Isu Strategis Nasional…………………………… IV-41
4.2.3. Isu Strategis Regional Sulawesi………………. IV-76
4.3.4. Isu Strategis Provinsi Sulawesi Tengah…….. IV-86
4.3.5. Isu Strategis Kabupaten Donggala…………... IV-92

BAB V : VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN


5.1. Visi........................................................................ V-1

iv
Daftar Isi

5.2. Misi....................................................................... V-6


5.3. Tujuan dan Sasaran.............................................. V-31
5.4. Prioritas Pembangunan Daerah............................ V-46

BAB VI : STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN VI-1


6.1. Strategi……………………………………………………. VI-1
6.2. Arah Kebijakan…………………………………………… VI-23

BAB VII : KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAN


PROGRAM PERANGKAT DAERAH
7.1.Kerangka Pendanaan Pembangunan Daerah VII-1
Kabupaten Donggala Periode RPJMD Tahun 2019-
2023……………………………………………………………
7.2. Indikasi Rencana Program Prioritas yang disertai VII-3
Kebutuhan Pendanaan Kabupaten Donggala Periode
RPJMD Tahun 2019-2023........................................

BAB VIII : KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN VIII-1


DAERAH KABUPATEN DONGGALA MENURUT BIDANG
URUSAN TAHUN 2019-2023

BAB IX : PENUTUP
9.1. Pedoman Transisi.................................................... IX-1
9.2. Kaidah Pelaksana.................................................... IX-2

v
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Batas Wilayah Kabupaten Donggala II-2


Tabel 2.2 Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten II-3
Donggala Tahun 2017
Tabel 2.3 Kondisi Topografi Berdasarkan Luas Wilayah II-10
Tabel 2.4 Jumlah Desa/Kelurahan/UPT menurut Letak Desa II-11
di Kabupaten Donggala
Tabel 2.5 Keterangan Gambar Struktur Geologi Kabupaten II-14
Donggala
Tabel 2.6 Persentase air Bersih Yang Disalurkan di II-15
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017
Tabel 2.7 Parameter Cuaca di Kabupaten Donggala Menurut II-18
Bulan Tahun 2013-2017
Tabel 2.8 Lokasi dan Perkiraan Cadangan Bahan Tambang II-34
Menurut Kecamatan di Wilayah Kabupaten
Donggala Tahun 2017
Tabel 2.9 Penilaian Kerusakan dan Kerugian Bencana Gempa II-54
Tahun 2018 di Kabupaten Donggala
Tabel 2.10 Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan Utama II-60
Tahun 2013-2018 Di Kabupaten Donggala
Tabel 2.11 Data Potensi Pengembangan Kelautan dan II-67
Perikanan Kabupaten Donggala
Tabel 2.12 Potensi Hutan dan Non Hutan di Kabupaten II-74
Donggala
Tabel 2.13 Pemanfaatan Air di Kabupaten Donggala II-76
Tabel 2.14 Tren Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan II-91
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017
Tabel 2.15 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan II-92
di Kabupaten Donggala Tahun 2014-2017
Tabel 2.16 Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten Donggala II-93
Menurut Kecamatan Tahun 2017
Tabel 2.17 Jumlah dan Rasio Penduduk Kabupaten Donggala II-95
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2017
Tabel 2.18 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur II-96
Kabupaten Donggala Tahun 2014-2017 (Orang)

vi
Daftar Isi

Tabel 2.19 Jumlah Penduduk Per Kecamatan Berdasarkan II-98


Agama Kabupaten Donggala Tahun 2017

Tabel 2.20 Laju Pertumbuhan Riil PDRB Kabupaten Donggala II-100


Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan
Usaha (%) Tahun 2013-2017
Tabel 2.21 Nilai Absolut Sektor PDRB ADH Berlaku Menurut II-101
Lapangan Usaha Kabupaten Donggala Tahun 2013-
2017 (Jutaan Rupiah)
Tabel 2.22 Nilai Absolut Sektor PDRB ADH Konstan 2010 II-103
Menurut Lapangan Usaha Di Kabupaten Donggala
Tahun 2013-2017 (Jutaan Rupiah)
Tabel 2.23 Distribusi Presentase PDRB Kabupaten Donggala II-105
Atas dasar Harga Berlaku (HB) Harga Konstan (HK)
Menurut Lapangan Usaha (persen), Tahun 2013-
2017
Tabel 2.24 Tingkat Inflasi Kabupaten Donggala, Provinsi dan II-106
Nasional Tahun 2013-2018 (Persen)
Tabel 2.25 Nilai dan Persentase Peningkatan Pendapatan II-108
Perkapita Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Tabel 2.26 Indeks Gini Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017 II-109
Tabel 2.27 Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Donggala, II-109
Sulteng dan Indonesia Tahun 2013-2018
Tabel 2.28 Persentase Penduduk Miskin di Kabupate II-110
Donggala, Sulteng dan Indonesia Tahun 2013-2018
Tabel 2.29 Indeks Kedalaman Kemiskinan di Kabupaten II-110
Donggala, Sulteng dan Indonesia Tahun 2013-2018
Tabel 2.30 Indeks Keparahan Kemiskinan di Kabupaten II-112
Donggala, Sulteng dan Indonesia Tahun 2013-2018
Tabel 2.31 Garis kemiskinan di Kabupaten Donggala, Sulteng II-112
dan Indonesia Tahun 2013-2018
Tabel 2.32 Posisi Relatif Indeks Pembangunan Manusia (IPM) II-118
Kabupaten Donggala dibanding Provinsi Sulawesi
Tengah dan Nasional Tahun 2013-2017
Tabel 2.33 Kelangsungan Hidup Bayi di Kabupaten Donggala II-125
Tahun 2013-2018
Tabel 2.34 Angka Usia Harapan Hidup Kabupaten Donggala II-125
Tahun 2013-2017

vii
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Tabel 2.35 Rasio Penduduk yang Bekerja di Kabuptaen II-130


Donggala Tahun 2013-2017
Tabel 2.36 Capaian Pembangunan Seni dan Budaya di II-131
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Tabel 2.37 Perkembangan Pembangunan Pemuda dan II-132
Olahraga di Kabupaten Donggala Tahun 2013-
2018
Tabel 2.38 Angka Kematian Neonatal per 1000 Kelahiran II-144
Hidup Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Tabel 2.39 Gambaran Tentang Rasio Puskesmas , Rasio Pustu II-149
dan Rasio Poskesdes di Kabupaten Donggala Tahun
2013-2017
Tabel 2.40 Rasio Dokter per Penduduk di Kabupaten Donggala II-151
Tahun 2013-2017
Tabel 2.41 Persentase Anak Usia 1 Tahun yang Diimunisasi II-160
Campak di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Tabel 2.42 Non Polio AFP rate per 100.000 Penduduk di II-160
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Tabel 2.43 Cakupan Balita Pneumia yang Dtangani di II-161
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Tabel 2.44 Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit, II-161
Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif di
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Tabel 2.45 Tingkat Prevalensi TBC (per 100.000 Penduduk) di II-163
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Tabel 2.46 Tingkat Kematian karena TBC di Kabupaten II-164
Donggala Tahun 2013-2018
Tabel 2.47 Angka Kejadian Malaria di Kabupaten Donggala II-167
Tahun 2013-2018
Tabel 2.48 Tingkat Kematian akibat Malaria di Kabupaten II-167
Donggala Tahun 2013-2018
Tabel 2.49 Tingkat Kematian karena TBC di Kabupaten II-167
Donggala Tahun 2013-2018
Tabel 2.50 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan II-177
setingkat di Kabupaten Donggala Tahun 2013-
2018
Tabel 2.51 Perkembangan Cakupan Pelayanan Kesehatan II-178
Dasar Masyarakat Miskin Di Kabupaten Donggala
2014-2018

viii
Daftar Isi

Tabel 2.52 Pelayanan Gawat Darurat Level 1 yang Harus II-178


Diberikan Sarana Kesehatan (RS) Di Kabupaten
Donggala 2014-2018
Tabel 2.53 Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang II-179
Dilakukan Penyelidikan Epidemiologi < 24 jam Di
Kabupaten Donggala 2014-2018
Tabel 2.54 Proporsi Panjang Jaringan Jalan dalam Kondisi II-180
Baik Kabupaten Donggala Periode 2013 – 2018
(Dalam Km)
Tabel 2.55 Persentase Jalan yang Memiliki Trotoar dan II-183
Drainase/Saluran Pembuangan Air di Kabupaten
Donggala Tahun 2013 – 2018
Tabel 2.56 Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi di II-184
Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018
Tabel 2.57 Persentase Drainase dalam Kondisi Baik di II-185
Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018
Tabel 2.58 Persentase Irigasi Kabupaten dalam Kondisi Baik II-186
di Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018
Tabel 2.59 Indikator Rasio Jaringan Irigasi di Kabupaten II-187
Donggala Tahun 2013 – 2018
Tabel 2.60 Persentase Areal Kawasan Kumuh Kabupaten II-189
Donggala Tahun 2013 – 2018
Tabel 2.61 Rasio Tempat Pemakaman Umum per Satuan II-189
Penduduk Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018
Tabel 2.62 Rasio Tempat Ibadah per Satuan Penduduk II-190
Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018
Tabel 2.63 Rasio RTH per satuan luas wilayah ber HPL/HGB II-191
Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018
Tabel 2.64 Rasio Bangunan ber IMB per Satuan Bangunan II-191
Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018
Tabel 2.65 Ruang Publik Yang Telah Berubah Peruntukannya II-192
Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 201
Tabel 2.66 Rasio Permukiman Layak Huni Kabupaten II-195
Donggala Tahun 2013 – 2018
Tabel 2.67 Cakupan ketersediaan rumah Layak Huni di II-195
Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018

ix
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Tabel 2.68 Cakupan Layanan Rumah Layak Huni Yang II-196


Terjangkau Kabupaten Donggala Tahun 2013 –
2018
Tabel 2.69 Persentase Pemukiman Yang Tertata di Kabupaten II-196
Donggala Tahun 2013 – 2018
Tabel 2.70 Persentase Lingkungan Pemukiman Kumuh II-197
Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018
Tabel 2.71 Persentase Luasan Permukiman Kumuh Di II-197
Kawasan Perkotaan Kabupaten Donggala Tahun
2013 – 2018
Tabel 2.72 Proporsi Rumah Tangga Kumuh Perkotaan di II-198
Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018
Tabel 2.73 Cakupan Lingkungan Yang Sehat Dan Aman Yang II-198
Didukung dengan PSU Kabupaten Donggala Tahun
2013 – 2018
Tabel 2.74 Indikator Ketenteraman, Ketertiban Umum, dan II-199
Pelindungan Masyarakat di Kabupaten Donggala
Tahun 2013-2018
Tabel 2.75 Indikator Capaian Pembangunan Bidang Sosial II-200
pada di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Tabel 2.76 Indikator Capaian Pembangunan Bidang Tenaga II-201
Kerja di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Tabel 2.77 Indikator Pemberdayaan Perempuan dan II-202
Pelindungan Anak di Kabupaten Donggala Tahun
2013-2018
Tabel 2.78 Ketersediaan Pangan Utama Tahun 2013-2018 di II-205
Kabupaten Donggala
Tabel 2.79 Ketersediaan Energi (Kkal) dan Protein (gr) per II-206
Kapita di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Tabel 2.80 Indikator Capaian Pembangunan Bidang II-207
Pertanahan di Kabupaten Donggala Tahun 2013-
2018
Tabel 2.81 Indikator Capaian Pembangunan Bidang II-208
Lingkungan Hidup di Kabupaten Donggala Tahun
2013-2018
Tabel 2.82 Indikator Capaian Pembangunan Bidang II-211
Kependudukan dan Catatan Sipil di Kabupaten
Donggala Tahun 2013-2018
Tabel 2.83 Indikator Capaian Pembangunan Bidang II-212
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Kabupaten
Donggala Tahun 2013-2018

x
Daftar Isi

Tabel 2.84 Indikator Capaian Laju Pertumbuhan Penduduk di II-214


Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018

Tabel 2.85 Indikator Kinerja Pengendalian Penduduk dan II-217


Keluarga Berencana di Kabupaten Donggala Tahun
2013-2018
Tabel 2.86 Jumlah Arus Penumpang Angkutan Umum di II-220
Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018
Tabel 2.87 Rasio Ijin Trayek Kabupaten Donggala Tahun 2013 II-221
– 2018
Tabel 2.88 Jumlah Uji KIR Angkutan Umum Kabupaten II-221
Donggala Tahun 2013 – 2018
Tabel 2.89 Jumlah Pelabuhan Laut/ Udara/ Terminal Bis II-222
Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018
Tabel 2.90 Persentase Layanan Angkutan Darat di Kabupaten II-222
Donggala Tahun 2013 – 2018
Tabel 2.91 Persentase Kepemilikan KIR Angkutan Umum di II-223
Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018
Tabel 2.92 Pemasangan Rambu – Rambu di Kabupaten II-223
Donggala Tahun 2013 – 2018
Tabel 2.93 Cakupan Pengembangan dan Pemberdayaan II-224
Kelompok Informasi Masyarakat di Tingkat
Kecamatan Kabupaten Donggala Tahun 2013 –
2018
Tabel 2.94 Cakupan Layanan Telekomunikasi (Jumlah Tower) II-224
di Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018
Tabel 2.95 Proporsi RT dengan akses Internet di Kabupaten II-225
Donggala Tahun 2013 – 2018
Tabel 2.96 Proporsi RT Memiliki Komputer Pribadi di II-225
Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018
Tabel 2.97 Indikator Kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah II-226
Di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Tabel 2.98 Indikator Capaian dalam Penanaman Modal di II-228
Kabupaten Donggala Tahun 2013 -2018
Tabel 2.99 Realisasi Pembangunan Bidang Statistik di II-232
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017
Tabel 2.100 Realisasi Pembangunan Bidang Kebudayaan di II-233
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017

xi
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Tabel 2.101 Realisasi Pembangunan Bidang Perpustakaan di II-234


Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Tabel 2.102 Realisasi Pembangunan Bidang Kearsipan di II-235
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Tabel 2.103 Persentase Realisasi Produksi Perikanan Tangkap II-236
Menurut Jenisnya (ton) Kabupaten Donggala Tahun
2013-2018
Tabel 2.104 Capaian Konsumsi Ikan Perkapita di Kabupaten II-237
Donggala Tahun 2013-2018
Tabel 2.105 Cakupan Bina Kelompok Nelayan di Kabupaten II-238
Donggala Tahun 2013-2018
Tabel 2.106 Persentase Produksi Perikanan Kelompok Nelayan II-239
Terhadap Total Produksi Perikanan Kabupaten
Donggala Tahun 2013-2018
Tabel 2.107 Proporsi Tangkapan Ikan Terhadap MSY Ikan II-240
Pelagis di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
(ton)
Tabel 2.108 Rasio Kawasan Lindung Perairan Terhadap Total II-241
Luas Perairan Territorial di Kabupaten Donggala
Tahun 2013-2018
Tabel 2.109 Capaian Indikator Nilai Tukar Nelayan di II-242
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017
Tabel 2.110 Target dan Realisasi Kunjungan Wisata di II-244
Kabupaten Donggala 2013-2018
Tabel 2.111 Target dan Realisasi Lama Kunjungan Wisata di II-245
Kabupaten Donggala 2013-2018
Tabel 2.112 Kontribusi Sektor Pertanian/Perkebunan Terhadap II-246
PDRB (Berdasarkan Harga Berlaku) Kabupaten
Donggala Tahun 2013-2018 (dalam %)
Tabel 2.113 Kontribusi Sub Sektor Pertanian (Palawija) II-247
Terhadap PDRB (Berdasarkan Harga Berlaku)
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018 (dalam %)
Tabel 2.114 Kontribusi Sub Sektor Perkebunan (Tanaman II-248
keras) Terhadap PDRB (Berdasarkan Harga Berlaku)
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018 (dalam %)
Tabel 2.115 Kontribusi produksi kelompok petani terhadap II-249
PDRB Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
(dalam %)
Tabel 2.116 Perkembangan Produktivitas Tanaman Pangan II-250
Utama Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018

xii
Daftar Isi

Tabel 2.117 Produktivitas Beberapa Jenis Tanaman II-251


Hortikultura Sayuran (Ku/Ha) di Kabupaten
Donggala, Tahun 2013-2018

Tabel 2.118 Produksi Hasil Perkebunan Menurut Jenis Tanaman II-252


Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Tabel 2.119 Produksi Sapi di Kabupaten Donggala Tahun 2013- II-253
2018 (ekor)
Tabel 2.120 Cakupan Bina Kelompok Petani dan Peternak di II-253
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Tabel 2.121 Indikator Capaian dan Kinerja Urusan Kehutanan II-254
di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017
Tabel 2.122 Persentase Rumah Tangga Pengguna Listrik II-255
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Tabel 2.123 Daya Terpasang Listrik (kw) Kabupaten Donggala II-255
Tahun 2013-2018
Tabel 2.124 Persentase Pertambangan Tanpa Izin (%) II-256
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Tabel 2.125 Cakupan Bina Kelompok Pengrajin Tahun 2013- II-258
2018 di Kabupaten Donggala
Tabel 2.126 Persentase Transmigrasi Swakarsa Tahun 2013- II-259
2018 di Kabupaten Donggala
Tabel 2.127 Nilai Tukar Petani Gabungan Sulawesi Tengah II-263
2014-2018
Tabel 2.128 Rasio Panjang Jalan Persatuan Jumlah Kendaraan II-265
di Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018
Tabel 2.129 Jumlah Orang/ Barang Yang Terangkut Angkutan II-265
Umum di Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018
Tabel 2.130 Jumlah orang/Barang Melalui Dermaga/Bandara/ II-266
Terminal Per Tahun di Kabupaten Donggala Tahun
2013 – 2018
Tabel 2.131 Persentase Ketaatan Terhadap Rencana Tata II-267
Ruang Wilayah di Kabupaten Donggala Tahun
2013-2018
Tabel 2.132 Persentase Luas Wilayah Produktif di Kabupaten II-268
Donggala, Tahun 2013-2018
Tabel 2.133 Jumlah dan Status Bank di Kabupaten Donggala II-269
Tahun 2013-2018

xiii
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Tabel 2.134 Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Air II-270


Bersih di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Tabel 2.135 Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan II-271
Listrik di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Tabel 2.136 Persentase Penduduk Yang Menggunakan II-272
HP/Telepon di Kabupaten Donggala Tahun 2013 –
2018
Tabel 2.137 Rasio Ketergantungan Penduduk di Kabupaten II-275
Donggala (Per 100 Orang Penduduk) Tahun 2014-
2017
Tabel 2.138 Hasil Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah II-278
Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Kabupaten Donggala Tahun
2013-2018
Tabel 3.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah III-11
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Tabel 3.2 Laju Pertumbuhan dan Struktur Pendapatan III-12
Daerah Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017
Dalam Persen (%)
Tabel 3.3 Proporsi Realisasi Belanja Terhadap Target III-19
Anggaran Belanja Kabupaten Donggala Tahun
2013-2018 (%)
Tabel 3.4 Neraca Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017 III-21
Tabel 3.5 Analisi Rasio Keuangan Kabupaten Donggala III-22
Tahun 2013-2017
Tabel 3.6 Pengeluaran Wajib dan Mengikat serta Prioritas III-24
Utama Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017 (Rp
milyar)
Tabel 3.7 Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur III-26
Kabupaten Donggala, Tahun 2013-2017 (Rp)
Tabel 3.8 Laju Pertumbuhan dan Struktur Belanja Daerah III-26
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017, dalam
Persen (%)
Tabel 3.9 Penutup Defisit Riil Anggaran Kabupaten Donggala III-30
Tahun 2016-2018
Tabel 3.10 Proyeksi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) III-38
Kabupaten Donggala Tahun 2019-2023, Dalam
Milyar Rupiah Atas Dasar Harga Konstan Tahun
2010
Tabel 3.11 Proyeksi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) III-39

xiv
Daftar Isi

Kabupaten Donggala Tahun 2019-2023, Dalam


Milyar Rupiah Atas Dasar Harga Berlaku
Tabel 3.12 Proyeksi Pendanaan Kabupaten Donggala Tahun III-40
2019-2023 (Dalam Juta Rupiah)
Tabel 3.13 Analisis Proporsi Terhadap Total Pendapatan dan III-41
PDRB
Tabel 3.14 Proyeksi Belanja Kabupaten Donggala Tahun 2019- III-46
2023
Tabel 3.15 Proyeksi Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan III-47
Daerah Kabupaten Donggala Tahun 2019-2023
Tabel 4.1. Pemetaan Permasalahan untuk Penentuan IV-2
Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018 diukur
hingga Tahun 2019
Tabel 5.1 Penjelasan Visi RPJMD Kabupaten Donggala V-3
Periode 2019-2023
Tabel 5.2 Perumusan Penjelasan Misi RPJMD Kabupaten V-7
Donggala
Tabel 5.3 Katerkaitan Visi dan Misi RPJMD Kabupaten V-10
Donggala Periode 2019-2023
Tabel 5.4. Keselarasan Misi RPJMD 2019–2023 dan Misi V-13
RPJPD 2005–2025
Tabel 5.5. Keselarasan Misi RPJMD Kabupaten Donggala V-14
2019–2023 dengan Misi RPJMD Provinsi Sulawesi
Tengah 2016–2021
Tabel 5.6. Keselarasan Misi RPJMD Kabupaten Donggala V-17
2019–2023 dengan Misi RPJM Nasional 2015–
2019
Tabel 5.7. Keselarasan Misi RPJMD Kabupaten Donggala V-20
2019–2023 dengan Agenda Prioritas Nawa Cita
Tabel 5.8 Integrasi Misi RPJMD Kabupaten Donggala Periode V-25
2019–2023 Kedalam Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (SDGs)
Tabel 5.9 Keterkaitan Visi, Misi Tujuan, Sasaran dan Strategi V-35
Tabel 6.1 Strategi, Arah Kebijakan dan Program VI-24
Pembangunan Kabupaten Donggala Tahun 2019–
2023
Tabel 6.2 Arah Kebijakan Pembangunan Kabupaten Donggala VI-51
Tahun 2019-2023

xv
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Tabel 6.3 Program Pembangunan Daerah yang disertai Pagu VI-55


Indikatif Kabupaten Donggala Tahun 2019-2023
Tabel 7.1 Kerangka Pendanaan Pembangunan Daerah VII-2
Kabupaten Donggala Tahun 2019 – 2023
Tabel 7.2 Visi dan Misi, serta Uraian Bobot Prioritas Misi VII-5
Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Donggala
Periode RPJMD Tahun 2019-2023

Tabel 7.3 Keberpihakan Anggaran Setiap Misi terhadap VII-6


Pencapaian Visi Bupati dan Wakil Bupati
Kabupaten Donggala Periode RPJMD Tahun 2019-
2023
Tabel 7.4 Kerangka Pendanaan Dalam Pencapaian Visi Misi VII-8
Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Donggala
Tahun 2019-2023
Tabel 7.5 Indikasi Rencana Program Prioritas yang disertai VII-29
Kebutuhan Pendanaan dalam Rangka Pencapaian
Visi - Misi Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Donggala Tahun 2019-2023
Tabel 8.1 Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah VIII-5
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018 d an Target
Tahun 2019-2023

xvi
Daftar Isi

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Hubungan RPJMD dan Dokumen Perencanaan I-14
Lainnya
Gambar 2.1 Peta Kabupaten Donggala Berdasarkan Letak II-4
Kecamatan
Gambar 2.2 Peta Wilayah Kabupaten Donggala II-9
Gambar 2.3 Peta Struktur Geologi Kabupaten Donggala II-12
Gambar 2.4 Kondisi Kegempaan di Wilayah Sulawesi KF: Palu II-46
Koro Fault (Patahan Palu-Koro), MF : Matano Fault
(Patahan Matano) (Bellier, O. et al, 2001)
Gambar 2.5 Peta Rencana Kawasan Strategis Kabupaten II-88
Donggala
Gambar 2.6 Posisi Relatif Angka Melek Huruf Kabupaten II-119
Donggala Tahun 2013-2018
Gambar 2.7 Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Donggala Tahun II-120
2013-2018
Gambar 2.8 APK Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018 II-121
Gambar 2.9 APM Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017 II-124
Gambar 2.10 Persentase Balita Gizi Buruk di Kabupaten Donggala II-127
2014-2018
Gambar 2.11 Gambaran Jumlah Murid PAUD di Kabupaten II-133
Donggala 2013-2017
Gambar 2.12 Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Kabupaten II-134
Donggala, Tahun 2013-2018
Gambar 2.13 Angka Putus Sekolah Menurut Tingkat Pendidikan II-136
Di Donggala Tahun 2013-2017
Gambar 2.14 Angka Kelulusan SD/MI, SMP/MTs dan II-137
SMA/SMK/MA di Kabupaten Donggala 2013-2017
Gambar 2.15 Angka melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs II-138
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017
Gambar 2.16 Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar II-140
Kabupaten Donggala, Tahun 2013-2018
Gambar 2.17 Rasio Guru SMA/SMK/MA di Kabupaten Donggala II-141
Gambar 2.18 Angka kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran Hidup) II-143
Kabupaten Donggala Tahun 2014-2018
Gambar 2.19 Perkembangan Angka Kematian Ibu per 100,000 II-146

xvii
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

kelahiran hidup di Kabupaten Donggala 2014-2017


Gambar 2.20 Rasio Posyandu per Balita Kabupaten Donggala II-148
Gambar 2.21 Rasio Rumah Sakit Per Satuan Penduduk di II-152
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017
Gambar 2.22 Rasio Tenaga Medis Per Satuan Penduduk dan II-152
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017
Gambar 2.23 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga II-154
Kesehatan Yang Memiliki Kompetensi Kebidanan Di
Kabupaten Donggala Tahun 2014-2018
Gambar 2.24 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga II-155
Kesehatan Yang Memiliki Kompetensi Kebidanan Di
Kabupaten Donggala Tahun 2014-2018
Gambar 2.25 Cakupan Desa/Kelurahan UCI (Universal Child II-156
Immunization) Kabupaten Donggala Tahun 2013 -
2018
Gambar 2.26 Jumlah Kasus Buruk II-158
Gambar 2.27 Balita gizi buruk mendapatkan perawatan II-159
kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Gambar 2.28 Perkembangan Cakupan Penemuan Dan Penanganan II-165
Penderita Penyakit DBD di Kabupaten Donggala
Tahun 2014-2018
Gambar 2.29 Perkembangan Penderita Diare Yang Ditangani Di II-166
Kabupaten Donggala 2014-2018
Gambar 2.30 Perkembangan Cakupan Pelayanan Kesehatan II-168
Rujukan Pasien Masyarakat Miskin di Kabupaten
Donggala Tahun 2014-2018
Gambar 2.31 Cakupan Kunjungan Bayi di Kabupaten Donggala II-169
Tahun 2014-2018
Gambar 2.32 Perkembangan Cakupan Puskesmas di Kabupaten II-171
Donggala Tahun 2013-2017
Gambar 2.33 Perkembangan Puskesmas di Kabupaten Donggala II-172
Tahun 2013-2018
Gambar 2.34 Cakupan kunjungan Ibu hamil K4 Di Kabupaten II-173
Donggala
Gambar 2.35 Perkembangan Cakupan Pelayanan Nifas (KF3) di II-174
Kabupaten Donggala Tahun 2014-2018
Gambar 2.36 Cakupan Pelayanan Anak Balita di Kabupaten II-175
Donggala Tahun 2014-2018

xviii
Daftar Isi

Gambar 2.37 Cakupan Neonatal dengan Komplikasi yang II-175


Ditangani di Kabupaten Donggala Tahun 2014-2018
Gambar 2.38 Pemberian Makan Pendamping (MP) ASI pada Anak II-177
Usia 6-24 Bulan Keluarga Miskin Kabupaten
Donggala Tahun 2013-2018
Gambar 2.39 Rasio panjang jalan dengan jumlah penduduk II-181
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017
Gambar 2.40 Persentase Panjang Jalan Kabupaten dalam Kondisi II-182
Baik (> 40 Km/Jam) Kabupaten Donggala Tahun
2013-2017
Gambar 2.41 Persentase Rumah Tangga Pengguna Air Bersih II-188
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017
Gambar 2.42 Persentase Rumah Layak Huni di Kabupaten II-193
Donggala Tahun 2013-2017
Gambar 2.43 Indikator Capaian Total Fertility Rate (TFR) di II-214
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Gambar 2.44 Peserta KB Aktif Kabupaten Donggala Tahun 2013- II-215
2018
Gambar 2.45 Perkembangan Rasio Aseptor KB di Kabupaten II-216
Donggala Tahun 2013-2018
Gambar 2.46 Usaha Mikro dan Kecil di Kabupaten Donggala II-227
Tahun 2013-2018
Gambar 2.47 Jumlah Klub Olah Raga di Kabupaten Donggala II-229
Tahun 2013-2018
Gambar 2.48 Rasio Gelanggang Olahraga Per Penduduk II-230
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017
Gambar 2.49 Rasio Lapangan olah raga di Kabupaten Donggala II-231
Tahun 2013-2017
Gambar 2.50 Keterbukaan Ekonomi Kabupaten Donggala Tahun II-257
2013-2017
Gambar 2.51 Angka Konsumsi Rumah Tangga Perkapita (Pangan) II-261
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017
Gambar 2.52 Produktivitas Total Daerah Kabupaten Donggala II-262
Tahun 2014 – 2017
Gambar 6.1 Fokus/Tema Pembangunan Kabupaten Donggala VI-53
Tahun 2019-2023
Gambar 7.1 Pergerakan Anggaran Setiap Misi Terhadap VII-7
Pencapaian Visi Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Donggala Periode RPJMD Tahun 2019-2023

xix
Pendahuluan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Tujuan pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia
tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejateraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Pembangunan nasional dilaksanakan secara bertahap dan terencana
dalam rangkaian tahapan jangka panjang, jangka menengah, dan
tahunan masing-masing pada jenjang administrasi pemerintahan yaitu
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
Mengacu pada tujuan pembangunan nasional tersebut, maka dalam
lingkup Nasional telah disusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2005-2025 yang ditetapkan dengan Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2007, dalam lingkup Provinsi Sulawesi Tengah telah
disusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi
Sulawesi Tengah Tahun 2005-2025 yang ditetapkan dengan Peraturan
Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 6 Tahun 2009, dan dalam
lingkup Kabupaten Donggala telah ditetapkan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dalam jangka waktu 20 tahun yaitu
periode 2005 - 2025 sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Daerah
Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) periode 2005-2025. Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah memberikan panduan dalam pelaksanaan pembangunan
di daerah Kabupaten Donggala yang dalam implementasinya
dilaksanakan melalui tahapan 5 (lima) tahunan dengan sebutan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

I-1
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah


(RPJMD) periode ke empat Kabupaten Donggala (2019-2023), sesuai
ketentuan yang berlaku, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda) Kabupaten Donggala menyusun Dokumen RPJMD, sebagai
bahan masukan utama bagi Pemerintahan Kabupaten Donggala dalam
periode 2019-2023. Dokumen ini akan menjadi acuan dalam
implementasi Visi dan Misi Bupati Donggala yang terpilih hasil Pemilihan
Umum Kepala Daerah Tanggal 27 Juni 2018.
Dokumen RPJMD ini mencakup Agenda Pembangunan periode 2019-
2023 dengan mempertimbangkan arahan kebijakan RPJPD 2005-2025
yang diuraikan secara ringkas pada bab ini, hasil evaluasi atas
Perubahan RPJMD Tahun 2014-2019, hasil Diskusi Kelompok Terarah
(FGD), Indikator Kinerja Kunci (IKK) dan masukan dari para pemangku
kepentingan termasuk akademisi dan masyarakat. Perumusan agenda,
sasaran, kebijakan dan strategi pembangunan juga mempertimbangkan
dinamika geostrategis dan analisis atas berbagai tantangan utama yang
akan dihadapi dalam pembangunan Tahun 2019-2023.
Sesuai dengan Pasal 7 Permendagri Nomor 86 Tahun 2017, yaitu
Perencanaan Pembangunan Daerah yang berorientasi pada proses
menggunakan pendekatan teknokratis, partisipatif, politis, atas-bawah
dan bawah-atas, holistik-tematik, integratif, spasial, maka penyusunan
dokumen RPJMD Kabupaten Donggala Tahun 2019-2023 ini, disusun
melalui bebeberapa pendekatan tersebut sebagai berikut:
1. Pendekatan teknokratis, pendekatan ini berdasarkan metode ilmiah.
Pendekatan ini dimulai dengan penyusunan rencana pengumpulan
data dan informasi, peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan analisis dan kajian
terhadap data dan informasi yang dihimpun kemudian dijadikan
sebagai dasar untuk menyusun Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi,
dan Arah Kebijakan;
2. Pendekatan partisipatif, pendekatan ini dilaksanakan dengan
melibatkan unsur-unsur pemangku kepentingan sebagai upaya untuk

I-2
Pendahuluan

memperoleh berbagai aspirasi dengan mempertimbangkan kesetaraan


antara para pemangku kepentingan dari unsur pemerintah dan non
pemeritah dalam pengambilan keputusan; keterwakilan seluruh
elemen masyarakat; terciptanya rasa memiliki terhadap dokumen
perencanaan pembangunan daerah; serta terwujudnya konsensus
pada semua tahapan pengambilan keputusan;
3. Pendekatan Politis, sebagai upaya dalam menterjemahkan agenda-
agenda pembangunan yang ditawarkan oleh Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah ke dalam RPJMD atau dengan kata lain menjabarkan
Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah ke
dalam Tujuan, Strategi, Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah
selama masa jabatan lima Tahun;
4. Pendekatan Top-Down dan Bottom-Up, hasil pendekatan Bottom-Up
melalui hasil penjaringan aspirasi masyarakat berupa konsultasi
publik dan musrenbang RPJM Daerah, dan pendekatan Top-Down
berupa penyelarasan dokumen perencanaan Kabupaten Donggala,
Provinsi Sulawesi Tengah dan Nasional sebagai upaya dalam
menciptakan sinergitas sasaran seperti terkandung dalam makna
filosofi Peraturan Pemerintahan Nomor 17 Tahun 2017 tentang
Keselarasan Perencanaan dan Penganggaran;
5. Pendekatan holistik-tematik dalam perencanaan pembangunan
Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a, dilaksanakan
dengan mempertimbangkan keseluruhan unsur/bagian/kegiatan
pembangunan sebagai satu kesatuan faktor potensi, tantangan,
hambatan dan/atau permasalahan yang saling berkaitan satu dengan
lainnya;
6. Pendekatan integratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b,
dilaksanakan dengan menyatukan beberapa kewenangan ke dalam
satu proses terpadu dan fokus yang jelas dalam upaya pencapaian
tujuan pembangunan Daerah. Pendekatan spasial sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 huruf c, dilaksanakan dengan
mempertimbangkan dimensi keruangan dalam perencanaan.

I-3
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Penyusunan dokumen RPJMD ini juga berpedoman pada RPJPD dan


RTRW Kabupaten Donggala serta memperhatikan RPJP Nasional 2005-
2025, RPJM Nasional 2015-2019, RPJMD dan RTRW Provinsi Sulawesi
Tengah serta mengintegrasikan secara umum sesuai regulasi yang
berlaku yakni Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang
Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 2017 tentang Indikator Ekonomi
Lingkungan Hidup, Permendagri Nomor 7 Tahun 2018 tentang
Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS dalam Penyusunan RPJMD, serta
mengintegrasikan Peraturan Gubernur Nomor 55 Tahun 2018 tentang
Rencana Aksi Daerah (RAD) Pencapaian Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018-2021. Dalam
implementasi misi seperti termaktub dalam program dan kegiatan yang
dibangun di atas semangat filosofi money follow program baik program
dan kegiatan Perangkat Daerah pendukung misi maupun program dan
kegiatan lintas Perangkat Daerah.
Penyusunan dokumen RPJMD Kabupaten Donggala Periode 2019-
2023 mengintegrasikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan melalui
penjabaran tujuh belas tujuan tersebut dalam lima misi Bupati/Wakil
Bupati terpilih yang selanjutnya, sesuai filosofi uang mengikuti program
akan dijabarkan lagi dalam program kegiatan Organisasi Perangkat
Daerah (OPD), serta dalam Program dan Kegiatan Lintas Perangkat
Daerah.

1.2. DASAR HUKUM

Dokumen RPJMD Kabupaten Donggala Tahun 2019-2023 disusun


berdasarkan Pancasila sebagai landasan idiil dan UUD 1945 sebagai
landasan konstitusional. Selain itu, berpedoman pada:
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan
Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik

I-4
Pendahuluan

Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara


Republik Indonesia Nomor 1822);
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara
Negara yang Bersih dan Bebas Kolusi, Korupsi dan Nepotisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4355);
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005–2025 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

I-5
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

10. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan


Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4846);
11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059);
12. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan (Lembaran Negara RI Tahun 2013 Nomor 232, dan
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5475);
13. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5490);
14. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7);
15. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5587)
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58) Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, Informasi Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat (Lembaran Negara

I-6
Pendahuluan

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran


Negara Republik Indonesia Nomor 4693);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman
Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4815);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi
dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4816);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata
Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4817);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang;
21. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5262);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 Tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 228, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5941);
24. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2017
Tentang Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 228, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 6134);

I-7
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

25. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar


Pelayanan Minimal (Lembaran Negeri Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6178);
26. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2019 Nomor 42,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6322);
27. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan; Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pengembangan Ekonomi Indonesia Tahun 2011-2025
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015);
28. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-
2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3);
29. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan
Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan;
30. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
31. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam
Penyusunan Atau Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012);
32. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2013 Tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2014;
33. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 72 Tahun
2013 Tentang Pedoman Pengembangan Wilayah Terpadu;
34. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 Tentang Tata
Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Rancangan Peraturan
Daerah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana

I-8
Pendahuluan

Pembangunan Jangka Menengah Daerah, serta Tata Cara Perubahan


Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 1213);
35. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2018 tentang
Pembuatan dan Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Dalam Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah;
36. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 100 Tahun 2018 Tentang
Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 1540);
37. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 32 Tahun
2018 Tentang Standar Tehnis Pelayanan Minimal Pendidikan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1687);
38. Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 Tahun 2018 Tentang Standar
Tehnis Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Sosial Di Daerah Provinsi dan di Daerah Kabupaten/Kota (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 868);
39. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 6 Tahun 2009
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi
Sulawesi Tengah Tahun 2005–2025 (Lembaran Daerah Provinsi
Sulawesi Tengah Tahun 2009 Nomor 7);
40. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 8 Tahun 2013
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2013-2033 (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2013 Nomor 51);
41. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 10 Tahun 2016
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi
Sulawesi Tengah Tahun 2016–2021 (Lembaran Daerah Provinsi
Sulawesi Tengah Tahun 2016 Nomor 90);

I-9
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

42. Peraturan Daerah Kabupaten Donggala Nomor 1 Tahun 2010 tentang


RPJP Daerah Kabupaten Donggala Tahun 2005-2025 (Lembaran
Daerah Kabupaten Donggala Tahun 2010 Nomor 1);
43. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Donggala Tahun 2011-2031;
44. Peraturan Gubernur Nomor 55 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi
Daerah (RAD) Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) Tahun 2018-
2021.

1.3. HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN

Dokumen RPJMD memiliki keterkaitan dokumen perencanaan yaitu


RPJMD dan RPJPD, Dokumen RPJMD Kabupaten Donggala dan RPJM
Nasional 2015-2019, Dokumen RPJMD Kabupaten Donggala dan RPJMD
Provinsi Sulawesi Tengah, Dokumen RPJMD Donggala dan Rencana Aksi
Daerah Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Provinsi Sulteng Tahun
2018-2021, RPJMD dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW),
Dokumen RPJMD Kabupaten Donggala dan Renstra OPD, RPJMD dengan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD).

1. Dokumen RPJMD Kabupaten Donggala dan RPJM Nasional 2015-


2019

Penyusunan dokumen RPJMD Kabupaten Donggala memperhatikan


prioritas pembangunan nasional yang termuat dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Periode 2015-2019 untuk
memperkuat sinkronisasi dan sinergi kebijakan, program dan kegiatan
pembangunan Pemerintah Kabupaten Donggala dengan Pemerintah
Provinsi Sulteng dan Pemerintah Pusat. Prioritas pembangunan nasional
Periode 2015-2019 yang berkaitan dengan percepatan pembangunan
Kabupaten Donggala adalah reformasi birokrasi dan tata kelola
pemerintahan, pendidikan, kesehatan, penanggulangan kemiskinan,
ketahanan pangan, infrastruktur, iklim investasi dan usaha, energi,

I - 10
Pendahuluan

lingkungan hidup dan bencana, daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan


pasca konflik, serta kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi.

2. Dokumen RPJMD dan RPJPD Kabupaten Donggala

Dokumen RPJMD Kabupaten Donggala Tahun 2019-2023


merupakan pelaksanaan dari RPJPD Kabupaten Donggala. Oleh sebab
itu, penyusunan dokumen RPJMD selain memuat kondisi umum daerah,
pengelolaan keuangan daerah, masalah pembangunan dan isu-isu
strategis, visi misi, tujuan dan sasaran, strategi dan arah kebijakan,
program dan kegiatan pembangunan, pagu indikatif, indikator kinerja
daerah, dan pedoman transisi. Dokumen RPJMD Kabupaten Donggala
Tahun 2019-2023 merupakan penjabaran dan pelaksanaan RPJPD
Kabupaten Donggala tahapan ke-4 Tahun 2005-2025. Pada Periode IV
RPJPD Kabupaten Donggala Tahun 2005-2025, RPJMD Kabupaten
Donggala Tahun 2019 – 2023 menetapkan 6 (enam) skala prioritas, yaitu:
a. Mengoptimalkan kualitas dan kuantitas seluruh pelayanan yang
merata dan berkeadilan;
b. Peningkatan kerjasama bidang ekonomi dengan mendorong sarana
perekonomian dan investasi serta mendorong produktivitas
perekonomian yang berorientasi pada pasar;
c. Penyediaan infrastruktur yang merata terutama daerah terpencil,
tertinggal dan perbatasan;
d. Mengoptimalkan pemanfaatan daya dukung lingkungan terhadap
pembangunan;
e. Peningkatan fungsi kelembagaan, sumberdaya aparatur, serta sarana
parasarana pemerintahan;
f. Meningkatkan kemampuan daerah dan daya saing di berbagai bidang
ekonomi, sosial budaya dan pelayanan dalam kerjasama regional,
nasional maupun global.

3. Dokumen RPJMD Kabupaten Donggala dan RPJMD Provinsi


Sulawesi Tengah

I - 11
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Penyusunan Dokumen RPJMD Kabupaten Donggala juga


memperhatikan prioritas pembangunan Provinsi Sulawesi Tengah yang
termuat dalam RPJMD Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2016-2021.
Berbagai program dan kegiatan yang tercantum dalam Dokumen RPJMD
Kabupaten Donggala diarahkan untuk memperkuat sinkronisasi dan
sinergi kebijakan, program dan kegiatan dengan Pemerintah Provinsi
Sulawesi Tengah termasuk Prioritas RPJMD Provinsi Sulawesi Tengah
yang menjadi pertimbangan utama.

4. Dokumen RPJMD Kabupaten Donggala dan Rencana Tata Ruang


Wilayah

Amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008, mensyaratkan


bahwa Rencana Tata Ruang merupakan dasar dalam menyusun prioritas
program pembangunan. Rencana Tata Ruang Kabupaten Donggala
digunakan sebagai dasar penyusunan prioritas program pembangunan
sesuai dengan rencana struktur dan pola ruang wilayah Kabupaten
Donggala.
Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 01 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Donggala Tahun 2011-2031
telah merumuskan arah pengembangan pembangunan dari tata ruang
wilayah sehingga penyusunan RPJMD memperhatikan arah kebijakan
pembangunan dalam RTRW melalui penyelarasan tujuan, sasaran,
strategi dan program pembangunan jangka menengah daerah dengan
pola pemanfaatan ruang.
Penyusunan Dokumen RPJMD Kabupaten Donggala memperhatikan
dan mempertimbangkan berbagai Pola dan Struktur Tata Ruang yang
telah ditetapkan dalam RTRW Nasional, RTRW Provinsi Sulawesi Tengah
sebagai dasar untuk menetapkan lokasi program dan kegiatan
pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang daerah di
Kabupaten Donggala. Selain itu, Dokumen RPJMD Kabupaten Donggala
juga memuat arah pembangunan pengembangan wilayah kecamatan
sebagai pusat pertumbuhan dan pusat kegiatan.

I - 12
Pendahuluan

5. Dokumen RPJMD Donggala dan Rencana Aksi Daerah Tujuan


Pembangunan Berkelanjutan Provinsi Sulteng Tahun 2018-2021

Penyusunan Dokumen RPJMD Kabupaten Donggala juga merujuk


pada Lampiran Peraturan Gubernur Nomor 55 Tahun 2018 tentang RAD
TPB Provinsi Sulteng Tahun 2018-2021. Berbagai program dalam
Lampiran I Matriks Program Kegiatan Pemerintah diselaraskan dengan
Bab Bab V, Bab VI dan VII RPJMD Kabupaten Donggala yang selanjutnya,
matriks tersebut menjadi acuan dalam penyusunan Renstra dan Renja
OPD.

6. Dokumen RPJMD Kabupaten Donggala dan Renstra OPD

Dokumen RPJMD menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana


Strategis Organisasi Perangkat Daerah (Renstra OPD) yang berwawasan 5
(lima) tahunan. Renstra OPD merupakan penjabaran teknis RPJMD yang
berfungsi sebagai dokumen perencanaan teknis operasional yang disusun
oleh setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di bawah koordinasi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan berbasis pada
hasil Pengkajian Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah
(Balitbangda) Kabupaten Donggala. Renstra OPD memuat gambaran
umum pelayanan, isu strategis, tugas pokok dan fungsi, tujuan dan
sasaran, strategi dan arah kebijakan, serta program dan kegiatan
Perangkat Daerah disertai dengan kerangka pendanaan selama lima
tahun. Rencana Strategis OPD kemudian dijabarkan menjadi program
tahunan dalam Rencana Kerja Perangkat Daerah (Renja OPD), Kerangka
Acuan Kerja (KAK) kegiatan OPD yang memuat kebijakan, program dan
kegiatan pembangunan dilengkapi dengan kebutuhan pendanaan dan
sumber dana.

7. Dokumen RPJMD dan RKPD Kabupaten Donggala

Pelaksanaan Dokumen RPJMD Kabupaten Donggala Tahun 2019-


2023 yang setiap tahun dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah

I - 13
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Daerah (RKPD) sebagai suatu dokumen perencanaan tahunan yang


memuat prioritas program dan kegiatan yang dibahas dalam Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Daerah (Musrenbangda) Kabupaten Donggala
yang dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat desa/kelurahan,
kecamatan hingga kabupaten. RKPD merupakan bahan utama
penyusunan Kebijakan Umum Anggaran dan Penetapan Plafon Anggaran
(KUA-PPAS); serta bahan penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (RAPBD).
Gambaran tentang hubungan antara RPJMD Kabupaten Donggala
dengan dokumen perencanaan lainnya sebagai kesatuan sistem
perencanaan pembangunan dan sistem keuangan adalah sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1.
Hubungan RPJMD dan Dokumen Perencanaan Lainnya

1.4. MAKSUD DAN TUJUAN

Penyusunan RPJMD Kabupaten Donggala dimaksudkan agar


dokumen RPJMD dapat dijadikan arahan atau pedoman untuk
melaksanakan pembangunan di Kabupaten Donggala. Di samping itu,
Dokumen RPJMD berfungsi untuk memenuhi tuntutan Undang-undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah, di mana

I - 14
Pendahuluan

penyusunan RPJMD harus selesai paling lambat 6 (enam) bulan setelah


pelantikan Bupati/Wakil Bupati terpilih.
Mengingat Rancangan Awal RPJMD merupakan draft awal untuk
penyusunan RPJMD Kabupaten Donggala 2019-2023 di mana Visi dan
Misi bupati terpilih akan diintegrasikan ke dalamnya, maka secara isi dan
substansi tujuan dari penyusunan Dokumen RPJMD bertujuan:
b. Menjadi pijakan strategis dan operasional bagi segenap lapisan
masyarakat dan Pemerintahan Kabupaten Donggala, untuk
menetapkan prioritas program-program pembangunan yang perlu
dilakukan guna melaksanakan otonomi daerah dan mekanisme
monitoring, serta evaluasi pembangunan untuk menilai kinerja
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan;
c. Merupakan rujukan bagi seluruh jajaran Pemerintah Daerah dan
DPRD dalam menentukan prioritas program dan kegiatan tahunan
yang akan dibiayai dari APBD Kabupaten Donggala;
d. Menjadi landasan tolok ukur dalam evaluasi kinerja tahunan setiap
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan tolok ukur kinerja lima tahun
masa akhir jabatan kepala daerah;
e. Menjadi panduan seluruh jajaran aparatur Pemda dan DPRD untuk
memahami dan menilai pelaksanaan strategi dan arah kebijakan,
program serta kegiatan operasional tahunan dalam rentang waktu
lima tahunan;
f. Sebagai pedoman untuk mewujudkan visi dan misi yang telah
ditetapkan, agar dapat dicapai secara bertahap (gradual) melalui
program-program pembangunan dengan sasaran, arah kebijakan dan
rencana program yang jelas dan terukur;
g. Pedoman penyusunan RKPD setiap tahun mulai Tahun 2019-2023;
h. Sebagai tolok ukur keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan
daerah di bawah kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Donggala Tahun 2019-2023;
i. Sebagai tolok ukur penilaian keberhasilan OPD dalam melaksanakan
pembangunan sesuai dengan tugas, fungsi, kewenangan dan

I - 15
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

tanggung jawab masing-masing dalam upaya mewujudkan visi, misi


dan program kepala daerah;
j. Sebagai pedoman seluruh pemangku kepentingan dalam
melaksanakan pembangunan di Kabupaten Donggala;
k. Menjadi pedoman DPRD dalam melaksanakan fungsi pengawasan
dalam rangka mengendalikan penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan daerah agar sejalan dengan aspirasi masyarakat sesuai
dengan prioritas dan sasaran program pembangunan.

1.5. SISTEMATIKA PENULISAN

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun


2017 Tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi
Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, serta Tata
Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah, Pasal 47 ayat 5, Dokumen RPJMD Kabupaten
Donggala disusun memuat sembilan bab dengan sistimatika sebagai
berikut :

BAB I: Pendahuluan, yang memuat Latar belakang, Dasar hukum


penyusunan, Hubungan dengan dokumen perencanaan
lainnya, Maksud dan Tujuan, Sistematika penulisan;

BAB II: Gambaran Umum Kondisi Daerah, yang memuat bahasan


tentang Aspek geografi dan demografi, Aspek kesejahteraan
masyarakat, Aspek pelayanan umum, dan Aspek daya saing
daerah;

BAB III: Gambaran Keuangan Daerah, yang memuat bahasan tentang


Kinerja Keuangan Masa Lalu; Kebijakan Pengelolaan Keuangan
Masa Lalu; dan Kerangka Pendanaan;

I - 16
Pendahuluan

BAB IV: Permasalahan Pembangunan dan Isu-Isu Strategis, yang


memuat bahasan tentang Permasalahan Pembangunan dan
Isu-Isu Strategis.

BAB V: Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, yang memuat bahasan tentang
Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran.

BAB VI: Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah,


yang memuat tentang uraian strategi yang dipilih untuk
mencapai tujuan, sasaran, arah kebijakan dan program
pembangunan daerah yang terukur melalui target capaian
indikator kinerja;

BAB VII: Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat


Daerah, yang memuat hubungan urusan pemerintah dengan
OPD terkait beserta program yang menjadi tanggung jawab
OPD;

BAB VIII: Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, yang memuat


gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan
misi kepala daerah dan wakil kepala daerah;

BAB IX: Penutup, yang memuat pedoman dalam masa transisi bagi
pemerintah dan masyarakat serta seluruh pemangku
kepentingan dalam penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam penyusunan
RKPD 2024.

I - 17
Gambaran Umum Kondisi Daerah

BAB II
GAMBARAN UMUM DAERAH

Informasi berkaitan dengan gambaran umum kondisi Kabupaten


Donggala terdiri dari 4 sub bab yaitu: (1) Aspek Geografi dan Demografi,
(2) Aspek Kesejahteraan Masyarakat, (3) Aspek Pelayanan Umum, dan (4)
Aspek Daya Saing. Analisis dan pendeskripsian terhadap gambaran
umum kondisi Kabupaten Donggala dilakukan berdasarkan sejumlah
data yang disajikan dalam bentuk data time series dan cross section.
Ragam jenis data yang disajikan secara utuh maupun hasil pengolahan
kembali data yang bersumber dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS)
dan Tabel Evaluasi Kinerja Pemerintah Daerah (EKPD) Kabupaten
Donggala berdasarkan periode data yang tersedia, Perubahan RPJMD
Kabupaten Donggala Periode 2014-2019 (terkait target pembangunan),
serta sumber pustaka resmi lain yang terkait dengan kondisi sumberdaya
alam dan sumberdaya manusia di Kabupaten Donggala.

2.1. ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI KABUPATEN


DONGGALA

Aspek geografis dan demografis menjadi informasi penting bagi


proses perencanaan di Kabupaten Donggala untuk periode Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala periode
2019-2023. Aspek geografi menjelaskan tentang kondisi sumberdaya
alam yang dimiliki, sedangkan aspek demografi menjelaskan tentang
kondisi sumberdaya manusianya. Kondisi umum geografis dijabarkan ke
dalam telaah yang secara spesifik berkaitan dengan: 1). Kondisi geografi
daerah; 2). Potensi pengembangan wilayah; dan 3) Wilayah rawan
bencana. Uraian masing-masing bagian pada aspek geografis dan
demografis diuraikan pada bagian berikut.

II - 1
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

2.1.1. Aspek Geografis Kabupaten Donggala

Aspek geografis dijabarkan ke dalam telaah yang secara spesifik


berkaitan dengan: 1). Kondisi umum geografi dan administrasi daerah,
topografi, iklim, hidrologi, dan penggunaan lahan; 2). Potensi
pengembangan wilayah; dan 3) Wilayah rawan bencana.

2.1.1.1 Luas dan Batas Administratif Wilayah

Kabupaten Donggala memiliki luas wilayah 5.275,69 kilometer persegi


yang terdiri dari 16 (enam belas) kecamatan. Kecamatan terluas di
Kabupaten Donggala adalah Kecamatan Rio Pakava dengan luas wilayah
872,16 km2 atau 16,53 persen dari total luas wilayah Kabupaten Donggala
secara keseluruhan. Kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah
Kecamatan Banawa Tengah yang memiliki luas 74,64 km2 atau 1,41 persen
dari total luas wilayah Kabupaten Donggala.

Wilayah Kabupaten Donggala pada Tahun 2017 secara administratif


terdiri dari 16 (enam belas) Kecamatan dengan 158 (seratus lima puluh
delapan) Desa, 9 (sembilan) Kelurahan dan 2 (dua) masih berstatus UPT
(Unit Pemukiman Transmigrasi). Dari jumlah 158 (seratus lima puluh
delapan) Desa dan 9 (Sembilan) Kelurahan tersebut, terdapat 79 (Tujuh
Puluh Sembilan) Desa merupakan desa pesisir dan 88 (delapan puluh
Delapan) Desa merupakan Desa non-pesisir.

Posisi Wilayah Kabupaten Donggala menyebar pada arah Utara,


Selatan, Barat, dan Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Tabel 2.1
Batas Wilayah Kabupaten Donggala

Uraian Arah Batas-Batas Wilayah

Sebelah Utara : Kabupaten Tolitoli

Sebelah Kabupaten Sigi, Kota Palu dan Provinsi Sulawesi


:
Selatan Barat

II - 2
Gambaran Umum Kondisi Daerah

Sebelah Barat : Selat Makassar dan Wilayah Provinsi Sulawesi Barat

SebelahTimur : Kabupaten Sigi dan Kabupaten Parigi Moutong


Sumber: BPS, Kabupaten Donggala Dalam Angka, Tahun 2018 (Penyajian Data
Diolah Kembali).

Data mengenai luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten


Donggala dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2
Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Donggala
Tahun 2017
Ibukota Luas
No. Kecamatan Kelurahan Desa %
Kecamatan (km2)

1. Rio Pakava Lalundu - 14 872,16 16,53

2. Pinembani Gimpubia - 9 402,61 7,63

3. Banawa Gunung Bale 9 5 99,04 1,88

4. Banawa Selatan Watatu - 19 430,67 8,16

5. Banawa Tengah Limboro - 8 74,64 1,41

6. Labuan Labuan - 7 126,01 2,39

7. Tanantovea Wani - 10 302,64 5,74

8. Sindue Toaya - 13 177,19 3,36

Sindue
9. Tibo - 6 211,55 4,01
Tombusabora

10. Sindue Tobata Alindau - 6 211,92 4,02

11. Sirenja Tompe - 13 286,94 5,44

12. Balaesang Tambu - 13 314,23 5,96

Balaesang
13. Malei - 8 188,85 3,58
Tanjung

14. Dampelas Sabang - 13 732,76 13,89

15. Sojol Balukang - 9 705,41 13,37

16. Sojol Utara Ogoamas - 5 139,07 2,64

Kabupaten Donggala 5.275,69 100


Sumber: BPS, Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2018, (Penyajian Data
Diolah Kembali).

II - 3
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Gambar 2.1
Peta Kabupaten Donggala Berdasarkan Letak Kecamatan

Sumber: BPS, Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2018, (Penyajian Data
Diolah Kembali).

Uraian mengenai aspek wilayah Kecamatan di Kabupaten Donggala


mengacu pada Dokumen Rencana Kerja Perangkat Daerah Kabupaten
Donggala Tahun 2018 secara rinci dapat dilihat pada bagian berikut.

Kecamatan Rio : merupakan Kecamatan terluas di Kabupaten


Pakava Donggala dengan luas wilayah 872,16 km2 atau
16,53 persen dari luas Kabupaten Donggala berjarak
205 km dari ibukota kabupaten dengan 14 desa yang
seluruhnya merupakan desa non-pesisir, ibukota
kecamatan di Desa Lalundu;

II - 4
Gambaran Umum Kondisi Daerah

Kecamatan : terdiri atas 9 (sembilan) desa non pesisir dengan


Pinembani ibukota kecamatan di Desa Gimpubia berjarak 113
km dari ibukota kabupaten, memiliki Luas wilayah
402,61 km2 atau 7,63 persen dari wilayah
kabupaten;

Kecamatan : Kecamatan Banawa merupakan ibukota kabupaten


Banawa yang terbagi dalam 9 (sembilan) kelurahan dan 5
(lima) desa, dengan luas wilayah sebesar 99,04 km2
atau 1,88 persen. Dari sembilan desa/kelurahan
tersebut, 5 (lima) desa dan 2 (dua) kelurahan berada
di daerah pesisir sedangkan 7 (tujuh) kelurahan
lainnya non-pesisir dengan ibukota Kecamatan
Gunung Bale;

Kecamatan : Ibu kota kecamatannya yakni Desa Watatu dengan


Banawa jarak 27 km dari ibukota Kabupaten Donggala terdiri
Selatan atas 19 (sembilan belas) desa dengan luas wilayah
sebesar 430,67 km2 atau 8,16 persen dari total luas
wilayah di Kabupaten Donggala. 5 (lima) desa
terletak di daerah pesisir dan 14 (empat belas) desa
lainnya merupakan desa non-pesisir;

Kecamatan : merupakan kecamatan yang terkecil wilayahnya dari


Banawa seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten
Tengah Donggala, dengan luas wilayah hanya 74,64 km2
atau 1,41 persen memiliki 8 (delapan) Desa, di mana
3 (tiga) Desa di antaranya terletak di daerah pesisir
dengan ibukota Kecamatan Desa Limboro dengan
jarak 9 km dari ibukota kabupaten;

II - 5
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Kecamatan : luas wilayah 126,01 km2 atau 2,39 persen dari total
Labuan luas wilayah Kabupaten Donggala, berjarak tempuh
53 km dari Ibukota Kabupaten Donggala dengan
ibukota kecamatan di Labuan, terdiri dari 7 (tujuh)
desa, yang 4 (empat) desa di antaranya merupakan
desa pesisir;

Kecamatan : Desa Wani I adalah ibukota Kecamatan Tanantovea


Tanantovea dengan luas wilayah 302,64 km2 atau 5,74 persen
dari luas keseluruhan Kabupaten Donggala dengan
jarak 50 km dari Ibukota Kabupaten Donggala terdiri
dari 10 (sepuluh) desa, yang 2 (dua) desa di
antaranya merupakan desa pesisir;

Kecamatan : terdiri atas 13 (tiga belas) desa yang 9 (sembilan)


Sindue desa di antaranya merupakan desa pesisir dengan
luas wilayah 177,19 km2 atau 3,36 persen dari total
luas wilayah adalah ibukota Kabupaten Donggala
berjarak 70 km dari ibukota, dengan Ibukota
Kecamatan di Desa Toaya:

Kecamatan : berjarak 84 km dari Ibukota Kabupaten Donggala


Sindue dengan luas wilayah 211,55 km2 atau sebesar 4,01
Tombusabora persen dari total wilayah Kabupaten Donggala, terdiri
dari 6 (enam) desa, yang 5 (lima) desa di antaranya
merupakan desa pesisir, dengan Ibukota Kecamatan
di Desa Tibo;

Kecamatan : Luas wilayah 211,92 km2, berjarak 102 km dari


Sindue Tobata Ibukota Kabupaten Donggala, terdiri dari 6 desa, 2

II - 6
Gambaran Umum Kondisi Daerah

desa merupakan desa pesisir dan 4 desa lainnya non


pesisir dengan Ibukota Kecamatan di Desa Alindau;

Kecamatan : terdiri dari 13 desa, yang 9 (Sembilan) desa di


Sirenja antaranya merupakan desa pesisir dengan luas
wilayah 286,94 km2 atau 5,55 persen dari total luas
wilayah Kabupaten Donggala berjarak 120 km dari
Ibukota Kabupaten Donggala, dengan Ibukota
Kecamatan di Desa Tompe;

Kecamatan : dengan Ibukota Kecamatan di Desa Tambu memiliki


Balaesang Luas wilayah sebesar 314,23 km2 atau 5,96 persen
dari total wilayah Kabupaten Donggala dengan
berjarak 141 km dari Ibukota Kabupaten Donggala
terdiri atas 13 (tiga belas) desa yang 11 (sebelas) desa
merupakan pesisir;

Kecamatan : merupakan kecamatan termuda di Kabupaten


Balaesang Donggala, pemekaran dari Kecamatan Balaesang
Tanjung dengan luas wilayah 188,85 km2 atau 3,58 persen
dari total wilayah Kabupaten Donggala, terdiri atas 7
(tujuh) desa pesisir dan 1 (satu) desa non pesisir
dengan Ibukota Kecamatan di Desa Malei, berjarak
150 km dari Ibukota Kabupaten Donggala;

Kecamatan : terdiri atas 13 (tiga belas) desa, 8 (delapan) di


Dampelas antaranya terletak di daerah pesisir pantai dengan
total luas wilayah sebesar 732,76 km2 atau 13,89
persen berjarak berjarak 182 km dari Ibukota
Kabupaten Donggala dengan ibukota kecamatan di
Desa Sabang;

II - 7
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Kecamatan : Luas wilayah 705,41 km2 atau 13,37 persen terdiri


Sojol atas 8 (delapan) desa pesisir dan 1 (satu) desa non
pesisir dengan Ibukota Kecamatan di Desa Balukang
berjarak 228 km dari Ibukota Kabupaten Donggala;

Kecamatan : Ibukota Kecamatan di Ogoamas, memiliki jarak 267


Sojol Utara km dari Ibukota Kabupaten Donggala dengan Luas
wilayah 139,07 km2 atau 2,64 persen. Terdiri atas 5
(lima) desa yang 3 (tiga) di antaranya desa pesisir;

2.1.1.2 Letak Wilayah dan Topografi

A. Letak Wilayah

Letak Kabupaten Donggala secara astronomi Kabupaten Donggala


terletak antara 0o,30” Lintang Utara dan 2o,20” Lintang Selatan serta
119o,45”-121o,45” Bujur Timur. Kabupaten Donggala memiliki letak dan
kondisi geografis yang dapat dipetakan menjadi dua wilayah yaitu: 1)
Wilayah Pantai Barat merupakan wilayah Kabupaten Donggala yang
berada di pesisir pantai bagian barat Pulau Sulawesi, berbatasan dengan
wilayah bagian utara Kota Palu di ujung selatan, dan berbatasan dengan
wilayah Kabupaten Tolitoli bagian selatan. Beberapa kecamatan di
wilayah ini adalah Kecamatan Labuan, Tanantovea, Sindue, Sindue
Tombusabora, Sindue Tobata, Sirenja, Balaesang, Balaesang Tanjung,
Dampelas, Sojol dan Sojol Utara merupakan daerah pesisir pantai yang
memiliki potensi sumberdaya laut khususnya perikanan tangkap, potensi
pertambangan, dan memiliki lahan yang relatif subur sehingga berpotensi
untuk pengembangan tanaman pertanian terutama tanaman pangan dan
perkebunan; 2) Wilayah Banawa yang berada di sebagian pesisir Teluk
Palu dan sebagian Selat Makassar terpisah dengan wilayah pantai barat
dan di bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Pasangkayu Provinsi

II - 8
Gambaran Umum Kondisi Daerah

Sulawesi Barat. Beberapa kecamatan di wilayah ini antara lain;


Kecamatan Banawa, Banawa Selatan, Banawa Tengah, Pinembani dan
Rio Pakava merupakan daerah yang relatif subur bagi sub sektor
perkebunan, potensi jasa lingkungan, dan memiliki potensi perikanan
laut dan budidaya terutama perikanan tambak.

Gambar 2.2
Peta Wilayah Kabupaten Donggala

Sumber: Dokumen SPKD Kabupaten Donggala Tahun 2018.

B. Topografi

Kondisi Topografi Kabupaten Donggala cukup beragam, mulai dari


dataran yang rendah, dataran yang berbukit hingga pengunungan.
Dataran rendah tersebar di sepanjang pesisir Kabupaten Donggala yang
berhadapan langsung dengan Selat Makassar di mana sebagian besar
berada di wilayah Pantai Barat. Wilayah perbukitan dan pegunungan

II - 9
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

sebagian besar berada pada wilayah perbatasan dengan Kabupaten Parigi


Moutong dengan ketinggian yang bervariasi mulai dari ketinggian 1000
meter di atas permukaan laut hingga mencapai ketinggian di atas 2500
meter di atas permukaan laut. Luas wilayah Kabupaten Donggala
menurut topografinya disajikan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3.
Kondisi Topografi Berdasarkan Luas Wilayah

Rentang Tingkat Luas Wilayah Persentase


No. Kondisi
Kemiringan (o) (Ha) (%)

1 0-3 Datar 123.094 23,33

2 3 – 15 Landai sampai berombak 12.506 2,37

3 15 – 40 Berombak sampai 95.075 18,02


bergelombang

4 > 40 Bergelombang sampai 296.894 56,28


berbukit

Total 527.569 100,00

Sumber: Kajian Potensi Sumberdaya yang terkait dengan investasi di Kabupaten


Donggala Tahun 2012.

Kondisi topografi Kabupaten Donggala sangat bervariasi yang


ditandai oleh bentuk lereng yang beragam. Puncak tertinggi pada
Kawasan Tenggara kabupaten dengan ketinggian di atas ±700 m dari
permukaan laut. Sebaran permukiman khususnya desa dan kelurahan
pada Kabupaten Donggala mengikuti kondisi topografi yang ada.
Sebanyak 158 desa dan 9 kelurahan berada pada daerah
pedalaman/bukan pantai, dan selebihnya berada pada daerah
pegunungan sebanyak 88 desa/kelurahan dan pinggiran pantai sebanyak
79 desa. Informasi mengenai ibukota kecamatan, tinggi wilayah (m) di
atas permukaan laut (DPL), jumlah desa dan letaknya disajikan pada
Tabel 2.4.

II - 10
Gambaran Umum Kondisi Daerah

Tabel 2.4
Jumlah Desa/Kelurahan/UPT menurut Letak Desa
di Kabupaten Donggala
Letak
Nama Tinggi
Desa/ Desa
Kecamatan Ibukota Wilayah Desa
Kelurahan Bukan
Kecamatan (mdpl) Pantai
Pantai
01. Rio Pakava Lalundu 45 14 - 14

02. Pinembani Gimpubia 235 9 - 9

03. Banawa Gunung Bale 35 14 7 7

04. Banawa Selatan Watatu 21 19 7 12

05. Banawa Tengah Limboro - 8 3 5

06. Labuan Labuan 3 7 3 4

07. Tanantovea Wani 15 10 4 6

08. Sindue Toaya 31 13 6 7

09. Sindue Tibo - 6 2 4


Tombusabora

10. Sindue Tobata Alindau - 6 2 4

11. Sirenja Tompe 5 13 8 5

12. Balaesang Tambu 12 13 12 1

13. Dampelas Malei - 13 8 5

14. Sojol Sabang 7 9 8 1

15. Sojol Utara Balukang 9 5 3 2

16. Balaesang Ogoamas 15 8 6 2


Tanjung

Jumlah 167 79 88

Sumber: Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2018, (Penyajian Data Diolah
Kembali).

2.1.1.3 Geologi dan Potensi Kandungan

Kondisi tatanan geologi Kabupaten Donggala menjadi bagian yang


tidak terpisahkan dari tatanan geologi Pulau Sulawesi. Pulau Sulawesi

II - 11
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

merupakan pulau yang memiliki ciri khas berdasarkan dinamika tektonis


yang sangat kompleks yang merupakan implikasi dari interaksi lempeng
Euroasia di bagian Timur Laut, Indo-Australia di bagian Selatan dan
Pasifik di bagian Timur. Kondisi geologi tidak berada pada lokasi zona
holocene fault, serta tidak pula berada pada zona bahaya geologi.
Berdasarkan struktur geologinya, wilayah Kabupaten Donggala didasari
oleh sejumlah formasi seperti tertera pada Gambar 2.3 dan Tabel 2.5
berikut ini.

Gambar 2.3
Peta Struktur Geologi Kabupaten Donggala

Sumber: Profil Kabupaten Donggala Tahun 2014

Interaksi ini menimbulkan proses geologi yang kompleks,


Berdasarkan struktur geologinya, wilayah Kabupaten Donggala didasari
oleh sejumlah formasi Keadaan geologi Kabupaten Donggala secara
umum tidak sama untuk setiap kecamatan. Jenis tanah Alluvial terdapat
di Lembah Palu dan Kecamatan Sirenja, sedangkan batuan sedimen,
laterit dan alkali terdapat pada dataran yang menonjol ke laut (tanjung) di
Balaesang Tanjung. Secara umum geologi tanah di Kabupaten Donggala

II - 12
Gambaran Umum Kondisi Daerah

bahwa formasi geologinya terdiri dari batuan gunung berapi, batuan


terobosan yang tidak membeku, batuan-batuan metamorphosis dan
sedimen. Dataran-dataran yang cocok untuk pertanian intensif adalah
sebagai berikut :

a) Dataran Monto – Balukang

Dataran ini mempunyai geologi tanah yang terdiri dari alluvia baru
yang berasal dari sedimen-sedimen yang telah membeku dan yang
lebih tua. Tanahnya kemungkinan bertekstur sedang dengan drainase
yang agak lebih baik, topografi dari datar hingga berombak.

b) Dataran Bambamua – Tanah Mea

Geologi dataran ini terdiri dari endapan-endapan pantai dan alluvial


baru yang berasal dari sedimen tua. Tanahnya bertekstur sedang
dengan drainase yang agak lebih baik, topografi dari datar hingga
berombak. Dataran-dataran yang lebih kecil terdapat di pesisir yaitu
pesisir pantai barat seperti dataran Sabang, Palada, Malei, Tanjung
Padang, Sibayu dan dataran Towia.

Struktur geologi yang dimiliki Kabupaten Donggala di antaranya


berupa: Kompleks Batuan Metamorfis, Granit Kambuno, Batu Gamping
Kora. Simbol, formasi dan keterangan mengenai tatanan serta struktur
geologi Kabupaten Donggala disajikan sebagaimana pada Tabel 2.5.

Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Donggala adalah ultisol,


alfisol, entisol dan histosol. Jenis tanah tersebut menyebar dari daerah
pantai sampai pada daerah ketinggian. Namun secara umum jenis tanah
didominasi ultisol.

a) Histosol

Histosol atau tanah gambut tersebar di kecamatan Banawa dan


Damsol. Histosol terbentuk akibat produksi dan penimbunan yang

II - 13
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

lebih besar dari mineralisasinya. Kondisi ini terdapat di tempat-tempat


yang selalu digenangi air sehingga sirkulasi oksigen sangat lambat.

Tabel 2.5
Keterangan Gambar Struktur Geologi Kabupaten Donggala

No. Simbol Formasi Keterangan


1. Gr Granit dan
Granit dan Granodiorit
Granodiorit
2. Kis Formasi Perselingan Batu Pasir Malih dengan
Latimojong Batu Sabak dan Filit Setempat
Bersisipan Batu Lempung Meta
3. Km Kompleks Batuan Sekis Mika, Sekis Amfibolit, Genes
Metamorfis Dan Pualan (Terutama Pualam)
4. Kmg Komplek Komplek Metamorfis Terutama Sekis
Metamorfis Hijau
5. Qal/Qap Aluvium dan Pasir, Lempung, Lumpung, Kerikil,
Endapan Pantai dan Kerakal
6. Ql Batu Gamping
Batu Gamping Koral
Kora
7. QTs/QTms Molasa Celebes Konglomerat, Batu Pasir, Batu
Sarasin Lumpur, Batu Gamping, Koral dan
Napal, Sebagian Mengeras Lemah
(Terutama Batu Gamping)
8. Tpkg Granit Kambuno Granit dan Granodiorit, Granit
Berwarna Putih Berbintik hitam,
Berbutir Sedang Sampai Kasar, terdiri
atas Granit Biotit Horen Blenda-Biotit,
Mikroleukogranit dan Mikrogranit
Horen Blenda-Biorit
9. TQp Formasi Perselingan Batu Pasri dengan Batu
pasangkayu Lempung Setempat bersisipan
Konglomerat dan Batu Gamping

10. Tt/Tts Formasi Tinombo Serpih Batu Pasir, Konglomerat,


Batuan Volkanik, Batu Gamping dan
Rijang, termasuk Filit, Sabak dan
Kuarsit Dekat pada Intrusi-Instrusi

Sumber: Peta Geologi 1:250.000, Lembah Palu, Toli-Toli, Pasangkayu, dan PPPG
Tahun 2017.

II - 14
Gambaran Umum Kondisi Daerah

b) Entisol
Entisol adalah jenis tanah yang baru berkembang yang banyak
ditemukan di sekitar Lambah Palu dan Kecamatan Banawa. Jenis
tanah ini banyak digunakan masyarakat untuk usaha pertanian.
c) Ultisol
Jenis tanah ini merupakan bagian terluas dari lahan kering yang ada
dan dapat ditemukan hampir semua kecamatan. Ultisol adalah jenis
tanah yang tingkat perkembangannya sudah sangat lanjut dan miskin
unsur hara akibat seringnya terjadi pelindian/pencucian.

2.1.1.4 Hidrologi dan Potensi Air Tanah

Aspek hidrologi Kabupaten Donggala memberikan informasi bahwa


Kabupaten Donggala memiliki sejumlah sumber air telah dimanfaatkan
untuk pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat yang
peruntukkannya di antaranya untuk memenuhi kebutuhan air minum,
mandi dan mencuci, hingga pada pemanfaatan untuk irigasi.
Pemanfaatannya sumber air tentunya masih dapat dioptimalkan,
sehingga keberadaannya dan penggunaannya harus terjaga dan diatur
sedemikian rupa, sebab sumber air ini merupakan bagian terpenting
untuk masyarakat Kabupaten Donggala, utamanya masyarakat di sekitar
kawasan mata air terdekat yang dapat dilayani. Penyaluran air bersih
bagi masyarakat berdasarkan sumber mata air bersih yang disalurkan
kepada masyarakat di Kabupaten Donggala dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6
Persentase air Bersih Yang Disalurkan di Kabupaten Donggala
Tahun 2013-2017
Tahun dan (%)
Sumber Air
2013 2014 2015 2016 2017
Sungai 66.75 70.93 51.59 90.02 na
Mata Air 33.25 29.07 48.41 9.98 na
100.00 100.00 100.00 100.00 na
Sumber: BPS, Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2018, (Penyajian Data
Diolah Kembali).

II - 15
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Upaya yang digalakkan masyarakat dalam bentuk kerjasama untuk


mengatur pemanfaatan sumber mata air telah diupayakan dengan
proporsi yang seimbang serta dilakukan pembinaan dan pelestarian
sumber air. Sumber air yang ada di beberapa kecamatan, yang harus
diatur komposisi antar wilayah dan pengaturan untuk kebutuhan irigasi
sehingga tidak terjadi kekurangan air pada sawah beririgasi teknis dan
setengah teknis. Temuan terhadap keberadaan sejumlah sumber mata air
baru diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif sumber air minum di
Kabupaten Donggala secara berkelanjutan.

Pengelompokkan sumber mata air di Kabupaten Donggala dibagi


menjadi: sumber air kecil dan besar, serta cadangan air tanah yang
cukup besar, karena menjadi daerah resapan air (catchment area).
Pemanfaatan sumber mata air tanah dalam volume yang besar untuk
keperluan komersial perlu dilakukan pengaturan sehingga dapat menjaga
keberlanjutan pemanfaatan sumber mata air tanah. Pengaturan itu
antara lain meliputi:
a. Tidak mempunyai muka air tanah < 3 m;
b. keluasan tanah tidak lebih dari 10- 6cm/det;
c. Jarak terhadap sumber air minum harus lebih dari 100 meter di hilir
aliran.

Sumber air banyak dimanfaatkan untuk kepentingan air minum dan


irigasi atau untuk berbagai pemanfaatan yang lainnya. Pemanfaatan
sumber ini harus diatur untuk kepentingan masyarakat Kabupaten
Donggala sendiri atau digunakan untuk masyarakat di sekitar kawasan
mata air terdekat yang dapat dilayani. Untuk hal ini, diperlukan
pengaturan dalam bentuk kerjasama dengan proporsi yang seimbang
serta dilakukan pembinaan dan pelestarian air sumber. Demikian juga
untuk sumber air yang ada di beberapa Kecamatan meliputi:
a. Sumber mata air di Kecamatan Banawa Tengah;
b. Air terjun di Kecamatan Sindue Tobata;

II - 16
Gambaran Umum Kondisi Daerah

c. Air terjun dan Danau Talaga di Kecamatan Dampelas;


d. Air terjun Desa Walandano Kecamatan Balaesang Tanjung;
e. Air terjun Bou di Desa Bou dan air terjun Ogololo di Desa Pangalasiang
Kecamatan Sojol;
f. Air terjun di Desa Nupabomba, air terjun di Desa Bale, Air terjun di
Desa Wombo Kalonggo Kecamatan Tanantovea;
g. Air Terjun Desa Loli Tasiburi Kecamatan Banawa; dan
h. Danau Rano di Kecamatan Balaesang Tanjung

Harus diatur komposisi antar wilayah dan pengaturan untuk


kebutuhan irigasi sehingga tidak terjadi kekurangan air bagi sawah
beririgasi teknis dan setengah teknis. Begitu juga dengan keberadaan
sumber-sumber mata air baru agar dapat dijadikan sumber air bersih
bagi Kabupaten Donggala di masa mendatang.

Kabupaten Donggala banyak memiliki sumber kecil dan besar, serta


memiliki cadangan air tanah yang cukup besar, mengingat banyak
kawasan yang mampu meresapkan air. Pola ini menjadikan terdapat
beberapa potensi untuk memanfaatkan air tanah di antaranya untuk
pemenuhan kebutuhan air minum dalam bentuk air kemasan. Meskipun
demikian diperlukan pengaturan bila akan mengambil potensi air bawah
tanah dalam jumlah besar, karena hal ini akan sangat mempengaruhi
persediaan air pada bagian bawah. Dengan demikian, diperlukan kajian
kemampuan cadangan air bawah tanah disertai dengan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) jika akan melakukan eksplorasi
dan eksploitasi. Rencana pengembangan jaringan air baku untuk air
bersih meliputi perlindungan dan konservasi daerah resapan air,
perlindungan sekitar mata air serta pengoptimalan pemanfaatan sumber
air permukaan dan sumber air tanah.

II - 17
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

2.1.1.5 Klimatologi

Seperti wilayah Indonesia umumnya yang beriklim tropis, Kabupaten


Donggala memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau
(panas). Wilayah Kabupaten Donggala akan mengalami musim panas
terjadi antara bulan April-September, sedangkan musim hujan terjadi
pada bulan Oktober-Maret. Hasil pencatatan suhu udara pada Stasiun
Udara Mutiara Palu Tahun 2017 bahwa suhu udara rata rata tertinggi
terjadi pada bulan Desember (28,3 oC) dan suhu udara terendah terjadi
pada bulan Juni (26,7 oC). Sementara kelembaban udara yang dicatat
pada stasiun yang sama berkisar antara 74,9 – 84 persen. Kelembaban
udara rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Juni yang mencapai 84,0
persen, sedangkan kelembaban udara rata-rata terendah terjadi pada
bulan Desember yaitu 74,9 persen. Selengkapnya pada Tabel 2.7 berikut.

Tabel 2.7
Parameter Cuaca di Kabupaten Donggala
Menurut BulanTahun 2013-2017
Suhu Tekanan Kelembaban Curah
Penyinaran Kecepatan
Bulan Udara Udara Udara Hujan Arah Angin
Matahari (%) Angin(knot)
(°C) (mb) (%) (mm/tahun)
Januari 27,0 1010,9 79,4 61,0 44,0 4,0 Utara
Februari 27,4 1011,4 76,8 49,0 52,0 5,0 Utara
Maret 27,3 1011,5 78,2 56,0 43,0 5,0 Barat Laut
April 28,1 1010,4 75,5 62,0 37,0 5,0 Barat Laut
Mei 28,0 1011,0 80,1 64,0 72,0 5,0 Barat Laut
Juni 26,7 978,1 84,0 50,0 166,0 4,0 Barat Laut
Juli 26,8 1012,0 82,6 58,0 95,0 4,0 Barat Laut
Agustus 26,9 1011,3 82,3 54,0 121,0 4,0 Barat Laut
September 27,4 1011,5 80,0 64,0 86,0 4,0 Barat Laut
Oktober 27,9 1010,4 78,8 67,0 85,0 5,0 Barat Laut
Nopember 28,2 1009,3 77,1 65,0 36,0 5,0 Barat Laut
Desember 28,3 1011,1 74,9 59,0 24,6 4,0 Barat Laut
Rata-Rata
27,5 1008,2 79,3 59,0 72,0 4,0 Barat Laut
Tahun 2017
Tahun 2016 28,30 1011,40 72,50 67,50 207,8 4,60 Barat Laut
Tahun 2015 28,00 1011,70 77,50 73,40 135,4 4,50 Barat Laut
Tahun 2014 27,28 1011,07 77,88 63,06 224,8 3,83 Barat Laut
Tahun 2013 27,70 1011,20 76,40 57,70 238,1 2,60 Barat Laut
Sumber: BPS, Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2018, (Penyajian Data
Diolah Kembali).

II - 18
Gambaran Umum Kondisi Daerah

Curah hujan tertinggi yang tercatat pada Stasiun Mutiara Palu


Tahun 2017 terjadi pada bulan Juni 166,0 mm, sedangkan curah hujan
terendah terjadi pada bulan Desember yaitu 24,6 mm. Sementara itu,
kecepatan angin berkisar antara 4,0 – 5,0 knot, dengan rata-rata
kecepatan angin 4,5 knot. Pada Tahun 2017 arah angin terbanyak setiap
bulannya datang dari arah Barat Laut.

2.1.1.6 Penggunaan Lahan

Klasifikasi pola ruang penggunaan lahan di Kabupaten Donggala


terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya. Rencana
pengembangan penggunaan lahan di Kabupaten Donggala berdasarkan
informasi yang dimuat pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RPKD)
Kabupaten Donggala Tahun 2018 yang meliputi pengembangan kawasan
budidaya dan kawasan lindung dijelaskan sebagai berikut:

A. Kawasan Hutan Produksi

Penggunaan lahan di Kabupaten Donggala untuk kawasan


peruntukan hutan produksi meliputi kawasan peruntukkan hutan
produksi terbatas, kawasan peruntukkan hutan produksi tetap, dan
kawasan peruntukkan hutan produksi yang dapat dikonversi. Rencana
pengembangan hutan produksi di wilayah Kabupaten Donggala
dimaksudkan untuk mendukung pembangunan dan kelestarian
lingkungan secara berkelanjutan. Rencana pengembangan hutan
produksi yang dimaksud diperkirakan seluas kurang lebih 185.389 ha,
meliputi: 1) Pengembangan kawasan hutan produksi terbatas dengan luas
kurang lebih 158.884 ha, 2) Pengembangan kawasan hutan produksi
tetap dengan luas kurang lebih 11.772 ha, dan 3) Pengembangan
kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi dengan luas kurang lebih
14.733 ha. Perencanaan pengembangan hutan produksi sampai dengan
akhir Tahun 2017 masih tetap dipertahankan dalam rangka mendukung
pelestarian dan kelestarian alam.

II - 19
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

A.1 Kawasan Hutan Produksi Terbatas

Pemanfaatan kawasan hutan produksi terbatas perlu mendapatkan


pengawasan, agar dapat menghindari kegiatan penebangan secara liar.
Kawasan hutan produksi terbatas adalah kawasan yang diperuntukkan
untuk kegiatan eksploitasi hasil hutan melalui sistem tebang pilih.
Kriteria penetapan kawasan hutan produksi terbatas mencakup: 1)
Tingkat kelerengan; 2) Jenis tanah; 3) Curah hujan dengan nilai skor
125-174 dan berada di luar hutan suaka alam dan hutan pelestarian
alam. Kawasan hutan produksi terbatas juga dapat berfungsi sebagai
kawasan penyangga (buffer zone) antara kawasan budidaya non-
kehutanan dengan kawasan lindung.

Rencana pengembangan kawasan hutan produksi terbatas di


Kabupaten Donggala dengan luas kurang lebih 158.884 ha, meliputi:
(a) Kecamatan Balaesang;
(b) Kecamatan Balaesang Tanjung;
(c) Kecamatan Banawa Selatan;
(d) Kecamatan Dampelas;
(e) Kecamatan Labuan;
(f) Kecamatan Pinembani;
(g) Kecamatan Rio Pakava;
(h) Kecamatan Sindue;
(i) Kecamatan Sindue Tobata;
(j) Kecamatan Sindue Tombusabora;
(k) Kecamatan Sirenja;
(l) Kecamatan Sojol;
(m) Kecamatan Sojol Utara; dan
(n) Kecamatan Tanantovea;

A.2 Kawasan Hutan Produksi Tetap

Kawasan hutan produksi tetap adalah kawasan yang


diperuntukkan bagi hutan produksi tetap yang dieksploitasi melalui

II - 20
Gambaran Umum Kondisi Daerah

sistem tebang pilih atau tebang habis dan tanam. Kriteria penetapan
kawasan hutan produksi tetap mencakup: 1) Tingkat kelerengan; 2) Jenis
tanah; 3) Curah hujan dengan nilai skor 124 atau kurang serta berada di
luar suaka alam, hutan lindung, hutan wisata, dan kawasan lindung
lainnya. Kawasan hutan produksi tetap juga dapat difungsikan sebagai
kawasan penyangga (buffer zone) antara kawasan budidaya non-
kehutanan dengan kawasan lindung.
Rencana pengembangan kawasan hutan produksi tetap di
Kabupaten Donggala dengan luas kurang lebih 11.722 ha, meliputi
Kecamatan Dampelas dan Kecamatan Rio Pakava. Kawasan hutan ini
secara ruang apabila digunakan untuk budidaya hutan alam atau hutan
tanaman dapat memberikan manfaat:
(a) Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub
sektor serta kegiatan ekonomi lainnya;
(b) Meningkatkan fungsi lindung;
(c) Meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumberdaya hutan;
(d) Meningkatkan pendapatan masyarakat terutama di daerah setempat;
(e) Meningkatkan pendapatan daerah dan nasional;
(f) Meningkatkan kesempatan kerja terutama untuk masyarakat daerah
setempat;
(g) Meningkatkan ekspor;
(h) Mendorong perkembangan usaha dan peran serta masyarakat
terutama di daerah setempat.

A.3 Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi

Kawasan hutan produksi konversi adalah kawasan hutan yang dapat


dialihfungsikan bila diperlukan. Kriteria penetapan kawasan hutan
konversi adalah: 1) Tingkat kelerengan; 2) jenis tanah; 3) Curah hujan
dengan nilai skor 120 atau kurang dan berada di luar kawasan suaka
alam, hutan lindung, hutan wisata, hutan produksi tetap, dan hutan
produksi terbatas. Bagi kawasan hutan lindung dan hutan wisata yang

II - 21
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

pada saat ini fungsinya tidak dapat dipertahankan oleh pemanfaatan


kegiatan budidaya yang intensif, maka direncanakan sebagai holding zone
untuk dialihkan statusnya menjadi hutan konversi.

Rencana pengembangan kawasan hutan produksi yang dapat


dikonversi di Kabupaten Donggala dengan luas kurang lebih 14.733 ha,
meliputi:
(a) Kecamatan Balaesang Tanjung;
(b) Kecamatan Banawa Selatan;
(c) Kecamatan Pinembani;
(d) Kecamatan Rio Pakava;
(e) Kecamatan Sindue Tobata;
(f) Kecamatan Sirenja.

Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi ini dari aspek ruang
dapat dicadangkan untuk digunakan untuk mendukung dan menjadi inti
pengembangan transportasi, transmigrasi, pemukiman, pertanian,
perkebunan, industri dan lain-lain.

A.4 Kawasan Pertanian

Peruntukkan kawasan pertanian di Kabupaten Donggala terdiri atas:


a. Kawasan peruntukan tanaman pangan;
b. Kawasan peruntukan hortikultura;
c. Kawasan peruntukan Perkebunan; dan
d. Kawasan peruntukan Peternakan.

Rencana pengembangan lahan pertanian Kabupaten Donggala


dengan luas kurang lebih 93.147 ha, meliputi pengembangan kawasan
peruntukan pertanian lahan basah yang ditetapkan juga sebagai lahan
pangan pertanian berkelanjutan sesuai dengan daya dukung dan hasil
studi dengan luas kurang lebih 12,844 ha, pengembangan kawasan
peruntukan pertanian lahan kering dengan luas kurang lebih 77.575 ha
dan pengembangan kawasan peruntukkan perkebunan seluas 72.408 ha.

II - 22
Gambaran Umum Kondisi Daerah

Rencana wilayah pengembangan kawasan pertanian di Kabupaten


Donggala meliputi:

(a) Rencana pengembangan kawasan peruntukkan pertanian lahan


basah (Sawah) yang ditetapkan juga sebagai lahan pangan pertanian
berkelanjutan dengan luas kurang lebih 12,844 ha meliputi
Kecamatan Rio Pakava 585 ha, Kecamatan Pinembani 66 ha,
Kecamatan Banawa selatan 790 ha, Kecamatan Banawa Tengah 55
ha, Kecamatan Tanantovea 138 ha, Kecamatan Labuan 261 ha,
Kecamatan Sindue 542 ha, Kecamatan Sindue Tombusabora 42 Ha,
Kecamatan Sindue Tobata 181 ha, Kecamatan Sirenja 1.226 ha,
Kecamatan Balaesang 1.529 ha, Kecamatan Balaesang Tanjung 107
ha, Kecamatan Dampelas 2,293 ha, Kecamatan Sojol 3.568 ha,
Kecamatan Sojol Utara 1.461 ha.
(b) pengembangan kawasan peruntukkan pertanian lahan kering dengan
luas kurang lebih 77.575 ha, meliputi Kecamatan Balaesang 5.454 ha,
Kecamatan Balaesang Tanjung 2.025 ha, Rencana Kecamatan Banawa
3.904 ha, Kecamatan Banawa Selatan 4.319 ha, Kecamatan Banawa
Tengah 1.852 ha, Kecamatan Dampelas 2.237 ha, Kecamatan Labuan
1.890 ha, Kecamatan Pinembani 1.495 ha, Kecamatan Rio Pakava
28.773 ha, Kecamatan Sindue 3.171 ha, Kecamatan Sindue Tobata
5.763 ha, Kecamatan Sirenja 1.348 ha, Kecamatan Sojol 4.790 ha,
Kecamatan Sojol Utara 1.013 ha, Kecamatan Tanantovea 3.781 ha,
Kecamatan Tombusabora 5.213 ha.
(c) Rencana pengembangan kawasan peruntukkan hortikultura meliputi
seluruh kecamatan yang menyatu dengan perkebunan rakyat terletak
di Kecamatan Labuan, Kecamatan Sindue, Kecamatan Tanantovea,
Kecamatan Rio Pakava, Kecamatan Banawa Selatan, Kecamatan
Banawa, Kecamatan Banawa Tengah.
(d) Kawasan peruntukkan perkebunan seluas 72.408 ha terletak di
Kecamatan Rio Pakava 15.417 ha, Kecamatan Pinembani 195 ha,

II - 23
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Kecamatan Banawa Selatan 6.847 ha, Kecamatan Banawa Tengah


2.000 ha, Tanantovea 2.253 ha, Kecamatan Labuan 1.668 ha,
Kecamatan Sindue 876 ha, Kecamatan Sindue Tombusabora 1.664
ha, Kecamatan Sindue Tobata 1.839 ha, Kecamatan Sirenja 6.246 ha,
Kecamatan Balaesang 8.248 ha, Kecamatan Balaesang Tanjung 4.673
ha, Kecamatan Damsol 13.960 ha, Kecamatan Sojol 5.499 ha,
Kecamatan Sojol Utara 1.024 ha, dengan rencana pengembangan
seluas kurang lebih 67.021 ha, meliputi: Kecamatan Balaesang
dengan luas kurang lebih 4.791 ha, Kecamatan Balaesang Tanjung
dengan luas kurang lebih 6.545 ha, Kecamatan Banawa dengan luas
kurang lebih 1.432 ha, Kecamatan Banawa Selatan dengan luas
kurang lebih 8.371 ha, Kecamatan Banawa Tengah dengan luas
kurang lebih 628 ha, Kecamatan Dampelas dengan luas kurang lebih
11.971 ha, Kecamatan Labuan dengan luas kurang lebih 571 ha,
Kecamatan Pinembani dengan luas kurang lebih 1.010 ha, Kecamatan
Rio Pakava dengan luas kurang lebih 2582 ha, Kecamatan Sindue
dengan luas kurang lebih 4788 ha, Kecamatan Sindue Tobata dengan
luas kurang lebih 3.703 ha, Kecamatan Sirenja dengan luas kurang
lebih 3.896 ha, Kecamatan Sojol dengan luas kurang lebih 8.818 ha,
Kecamatan Sojol Utara dengan luas kurang lebih 1.353 ha,
Kecamatan Tanantovea dengan luas kurang lebih 1.716 ha,
Kecamatan Sindue Tombusabora dengan luas kurang lebih 4.846 ha;
(e) Kawasan peruntukkan peternakan terdiri dari ternak sapi di seluruh
kecamatan, ternak kambing dan domba di Kecamatan Tanantovea dan
Kecamatan Labuan, serta ternak babi di Kecamatan Rio Pakava dan
Kecamatan Dampelas yang dikelola oleh rakyat dan saat ini ada
pengembangan ternak sapi potong di Kecamatan Dampelas,
Kecamatan Sojol, Kecamatan Balaesang, Kecamatan Sindue dan
Kecamatan Sirenja yang dikelola dengan sistem intensif.
(f) Rencana pengembangan kawasan pertanian, meliputi:

II - 24
Gambaran Umum Kondisi Daerah

1) Pemantapan fungsi kawasan peruntukkan pertanian irigasi teknis;


2) Penetapan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan;
3) Peningkatan produktivitas kawasan pertanian lahan basah dan
beririgasi teknis melalui pola intensifikasi, diversifikasi, dan pola
tanam yang sesuai dengan kondisi tanah dan perubahan iklim; dan
4) Pengembangan infrastruktur sumber daya air yang mampu
menjamin ketersediaan air.

Kegiatan pendukung untuk pengembangan pertanian di Kabupaten


Donggala diarahkan sebagai kawasan agropolitan yang meliputi kawasan
agropolitan di Kecamatan Dampelas, Kecamatan Balaesang, Kecamatan
Sindue dan Kecamatan Rio Pakava. Kawasan agropolitan merupakan
penyediaan sentra kegiatan pertanian dan pengembangannya dengan
menyediakan lahan pertanian pangan berkelanjutan sesuai dengan daya
dukung lingkungan dan sebagai pemenuhan kebutuhan pangan daerah.

Pertanian di Kabupaten Donggala diarahkan pada pengembangan


pertanian perkotaan dan perdesaan. Adapun kebijaksanaan penataan
ruang untuk kawasan pertanian ini meliputi:
(1) Kawasan Pertanian Perdesaan
a) Pengoptimalan area pertanian yang ada melalui usaha
intensifikasi lahan;
b) Perluasan area pertanian dengan mengubah penggunaan lahan
non produktif dan memperhatikan pola penggunaan lahan
optimal;
c) Areal lahan pertanian pangan berkelanjutan dan tidak dapat
dialihfungsikan menjadi penggunaan kegiatan lain;
d) Meningkatkan kualitas produksi melalui modernisasi teknologi
pertanian;
e) Memperbaiki saluran irigasi.
(2) Kawasan Pertanian Perkotaan

II - 25
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

a) Pengoptimalan lahan pertanian yang ada melalui kegiatan


intensifikasi lahan;
b) Pengembangan kawasan pertanian mempertimbangkan penataan
ruang terbuka hijau yang ada;
c) Areal lahan pertanian pangan berkelanjutan dan tidak dapat
dialihfungsikan menjadi penggunaan kegiatan lain.

A.5 Kawasan Industri

Kawasan industri diperuntukkan bagi pemusatan kegiatan industri


dengan kriteria kawasan yang memenuhi persyaratan lokasi industri,
yaitu memiliki prasarana eksternal yang memadai; tersedia sumber air
untuk air baku industri; tersedia badan air permukaan untuk
pembuangan limbah cair industri; tersedia sumber energi; memiliki
kelerengan kurang dari 8 persen; tidak berpotensi menimbulkan dampak
sosial; dan bukan merupakan kawasan pertanian beririgasi teknis.
Kawasan peruntukkan industri, terdiri atas:

a). Industri besar, sebagaimana direncanakan di Kecamatan Banawa,


Kecamatan Tanantovea, dan Kecamatan Labuan;
b). Industri kecil, yang telah ada di Kabupaten Donggala meliputi industri
Tenun Sarung Donggala di Kecamatan Banawa, Kecamatan Banawa
Tengah, Kecamatan Labuan, Kecamatan Tanantovea, industri
makanan olahan dan industri makanan lainnya yaitu pembuatan
bawang goreng, abon ikan dan gula aren yang terdapat di Kecamatan
Tanantovea, Kecamatan Banawa, Kecamatan Labuan, dan Kecamatan
Dampelas. Industri furniture dari kerajinan kayu ebony, meubel
bambu dan meubel rotan yang terdapat di Kecamatan Tanantovea,
Kecamatan Labuan, Kecamatan Balaesang, Kecamatan Sirenja,
Industri kerajinan dari bahan baku tempurung kelapa terdapat di
Kecamatan Tanantovea dan Kecamatan Labuan, industri bahan
bangunan dari batu bata bahan konstruksi bangunan rumah, toko,
kantor dan lainnya yang terdapat di Kecamatan Banawa, Kecamatan

II - 26
Gambaran Umum Kondisi Daerah

Banawa Tengah, Kecamatan Banawa Selatan. Industri bumbu dan


produk masak yaiu pembuatan garam beryodium yang terdapat di
Kecamatan Balaesang. Industri kopra, minyak goreng dan minyak
mentah yaitu pengolahan kelapa dan kopra menjadi minyak goreng
serta Virgin Coconut Oil (VCO) yang terdapat di Kecamatan Sindue,
Balaesang, dan Kecamatan Sojol. Industri barang kimia lainnya yaitu
pengolahan minyak atsiri, minyak pakanangi, minyak nilam sebagai
bahan pembuatan parfum yang terdapat di Kecamatan Banawa
Selatan, Kecamatan Dampelas, Kecamatan Sindue Tombusabora.
Industri tepung Coklat dan minyak coklat di Kecamatan Banawa
Selatan. Industri sabut kelapa bahan pembuatan jok mobil, spring bed
dan lainnya yang terdapat di Kecamatan Labuan, Kecamatan
Tanantovea. Industri penggergajian kayu untuk bahan pembuatan
atap, ventilasi, pintu lainnya yang terdapat di Kecamatan Dampelas,
Kecamatan Balaesang, Kecamatan Balaesang Tanjung, Kecamatan
Sirenja, Kecamatan Sindue Tombusabora, Kecamatan Sindue Tobata,
Kecamatan Sindue, Kecamatan Labuan, Kecamatan Tanantovea,
Kecamatan Banawa Tengah, Kecamatan Banawa Selatan, Kecamatan
Riopakava dan Kecamatan Pinembani.

Pengembangan kawasan industri berskala besar diarahkan di


Kecamatan Banawa, Kecamatan Labuan, Kecamatan Tanantovea
mendukung perkembangan pusat pertumbuhan utama Kota Donggala
dan diharapkan mampu menggerakkan perekonomian Kabupaten
Donggala secara menyeluruh. Pengembangan kawasan industri ini pada
implementasinya perlu mempertimbangkan faktor-faktor teknis berkaitan
dengan kepentingan operasional industri serta kelayakan lingkungan
sekitar. Oleh karenanya, selain pertimbangan ketersediaan air baku,
badan air penerima limbah cair, prasarana dan sarana transportasi,
energi, dan telekomunikasi, serta insentif bagi investasi; perlu

II - 27
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

mempertimbangkan pula dampaknya terhadap kawasan lindung dan


lingkungan di sekitarnya.

Upaya Penanganan dan Pengelolaan Kawasan Perindustrian di


Kabupaten Donggala, yaitu:

a) Pengembangan kawasan sentra industri kecil dan industri sedang;


b) Pengembangan kawasan sentra industri besar;
c) Pengelolaan ekonomi dan perdagangan dengan pengutamaan UKM;
d) Penetapan skenario ekonomi wilayah yang menunjukkan kemudahan
dalam berinvestasi dan Penjelasan tentang kepastian hukum yang
menunjang investasi;
e) Penyediaan lahan untuk industri;
f) Penyediaan infrastruktur;
g) Pembuatan buffer zone, dan
h) Menyediakan perumahan dan berbagai prasarana untuk perumahan
industri.

A.6 Kawasan Pariwisata

Kawasan pariwisata diperuntukkan bagi kegiatan dengan kriteria


memiliki obyek keindahan alam; kebudayaan dan peninggalan sejarah
bernilai tinggi; dan keunikan alami sebagai suaka alam. Kawasan wisata
di Kabupaten Donggala dapat digolongkan sebagai kawasan wisata alam
karena sebagian besar objek/daya tarik wisata masih memanfaatkan
sumberdaya alam sebagai objek utama, seperti kawasan wisata
pegunungan; kawasan wisata pantai dan Laut; kawasan wisata danau
dan kawasan wisata permandian.

Kawasan wisata tersebar hampir di setiap kecamatan yang ada di


Kabupaten Donggala karena secara umum kondisi alam di Kabupaten
Donggala masih tergolong baik sehingga berpotensi sebagai objek dan

II - 28
Gambaran Umum Kondisi Daerah

daya tarik wisata (ODTW). Kawasan peruntukan pariwisata yang


merupakan pariwisata alam terdiri atas:

a). Wisata Bahari Tanjung Karang, wisata Bahari Boneoge, Wisata Pantai
Jalan Lingkar Anjungan Gonengnggati, Wisata Bahari Pantai Kulolu di
Kecamatan Banawa, Wisata Bahari Pusentasi, Wisata Bahari Pantai
Kaluku, Wisata Bahari Pantai Hayalan di Kecamatan Banawa Tengah,
Pantai Lembasada, Danau Lino, pantai Tosale, Pantai Kaombona desa
Surumana Kecamatan Banawa Selatan; Wisata Bahari Pantai
Salumbone di Kecamatan Tanantovea; Wisata Bahari Pantai Enu,
wisata bahari Yotje Beach Batusuya Goo di Kecamatan Sindue
Tombusabora; wisata bahari Pantai Pasir Putih Parimpi Indah, wisata
bahari Labuana, wisata bahari pantai Siwalenta Lende Tovea di
Kecamatan Sirenja; wisata bahari pulau Pasoso di Kecamatan
Balaesang Tanjung; Wisata Bahari Bambahano, Wisata pantai Majang
Desa Loong, pantai Salur Desa Sioyong Sabang, di Kecamatan
Dampelas; wisata bahari pulau Maputi Desa Panggalaseang
Kecamatan Sojol; wisata bahari Pantai Seget, desa Pesik, Wisata
Bahari Pulau Taring Desa Lenju di Kecamatan Sojol Utara.

b). Wisata Alam Air Terjun Loli Tasiburi dusun Loli Loto di Kecamatan
Banawa; wisata alam mercusuar di Kecamatan Banawa; Air Terjun
Powelua di Kecamatan Banawa Tengah; air terjun Lampo di
Kecamatan Banawa Tengah puncak Limboro di Kecamatan Banawa
Tengah; air terjun Tangga Bidadari Desa Surumana di Kecamatan
Banawa Selatan; wisata paralayang pantai Tosale di Kecamatan
Banawa Selatan; Wisata Alam Camping Ground Nupabomba di
Kecamatan Tanantovea; air terjun Mapane Gaya Desa Wombo
Kalonggo Kecamatan Tanantovea; air terjun Nupabomba di Kecamatan
Tanantovea; Air terjun Bale di Kecamatan Tanantovea; Air Panas
Sibado di Kecamatan Sirenja; Air Panas Marana di Kecamatan Sindue;
air panas Simbunga Desa Masaingi Kecamatan Sindue; Agrowisata

II - 29
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Tamarenja di Kecamatan Sindue Tobata; bantaran sungai Sindosa di


Kecamatan Sindue Tobata; Obyek wisata air panas Tamarenja di
Kecamatan Sindue Tobata; wisata alam Danau Rano di Kecamatan
Balaesang Tanjung, Air Terjun Walandano di Kecamatan Balaesang
Tanjung, Air panas Tambu di Kecamatan Balaesang, Danau Talaga di
Kecamatan Dampelas Sojol, Air Terjun Bou di Kecamatan Sojol; air
terjun Sombo di Kecamatan Sojol Utara;

Upaya Penanganan dan Pengelolaan Kawasan Pariwisata di


Kabupaten Donggala, yaitu:
1. Pembenahan dan peningkatan kondisi objek wisata maupun pada
sistem jaringan jalan yang menuju ke objek wisata. Di samping juga,
utilitas yang menunjang objek wisata tersebut;
2. Pengelolaan usaha pemasaran pariwisata pada masyarakat luas, baik
berupa periklanan di media masa, bekerjasama dengan sekolah-
sekolah, maupun kerjasama dengan para pengusaha biro perjalanan
dengan menawarkan rute-rute wisata terutama pada objek wisata
prioritas;
3. Membuka peluang kerjasama dalam hal pengelolaan objek-objek
wisata prioritas;
4. Pengembangan wisata bahari;
5. Pengelolaan fasilitas wisata pada obyek-obyek wisata prioritas;
6. Pengelolaan sistem transportasi yang menunjang aksesibilitas ke
lokasi obyek wisata;
7. Melakukan pembinaan pada penduduk setempat dengan membentuk
kelompok sadar wisata (POKDARWIS) dan mengembangkan seni
budaya pada lokasi-lokasi potensial, yaitu pada desa di sekitar objek
wisata;

II - 30
Gambaran Umum Kondisi Daerah

A.7 Kawasan Pertambangan

a) Kawasan peruntukkan pertambangan di Kabupaten Donggala terdiri


atas Kawasan peruntukkan bagi pertambangan mineral non logam
yang terdiri atas:

1. Pasir dan batu (sirtu) di Kecamatan Banawa, Kecamatan Sindue,


Kecamatan Labuan, Kecamatan Tanantovea, Kecamatan Sindue
Tombusabora, Kecamatan Sindue Tobata, Kecamatan Sirenja,
Kecamatan Balaesang, Kecamatan Sojol dan Kecamatan Sojol Utara;
2. Batu gamping di Kecamatan Banawa, Kecamatan Sindue dan Sindue
Tambusabora;
3. Lempung dan Napal di Kecamatan Banawa dan Kecamatan
Dampelas;
4. Pasir felspar-kuarsa Kecamatan Sojol Utara, Kecamatan Sojol,
Kecamatan Sindue Tombusabora, dan Kecamatan Sindue;
5. Granit di Kecamatan Sindue Tombusabora, Sirenja, Balaesang,
Balaesang Tanjung, Sojol, Sojol Utara dan Kecamatan Dampelas;
6. Andesit di Kecamatan Banawa,
7. Diorit di Kecamatan Banawa;
8. Tras di Kecamatan Banawa Tengah; dan
9. Gabbro di Kecamatan Dampelas.

b) Kawasan peruntukan bagi pertambangan mineral logam, yaitu emas:

1. Emas dan Biji besi di Kecamatan Balaesang Tanjung, Kecamatan


Balaesang, Kecamatan Sirenja, Kecamatan Tanantovea, Kecamatan
Labuan, Kecamatan Sindue, Kecamatan Sindue Tobata, Kecamatan
Sindue Tombusabora, Kecamatan Sojol, Kecamatan Sojol Utara dan
Kecamatan Rio Pakava;
2. Tembaga di Kecamatan Labuan, Kecamatan Tanantovea,
Kecamatan Sindue, Kecamatan Sindue Tobata, Kecamatan Sindue

II - 31
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Tombusabora, Kecamatan Dampelas, Kecamatan Sojol, dan


Kecamatan Sojol Utara;
3. Molibdenum di Kecamatan Sirenja, Kecamatan Balaesang dan
Kecamatan Dampelas;

c). Kawasan peruntukan pertambangan batubara terdapat di Kecamatan


Sindue, Kecamatan Sindue Tobata dan Kecamatan Sindue
Tombusabora;
d). Kawasan peruntukan pertambangan minyak terdapat Blok Dampelas,
Blok Balaesang Tanjung dan Blok Surumana;
e). Kawasan peruntukan pertambangan panas bumi terdapat di
Kecamatan Balaesang, Kecamatan Sirenja, Kecamatan Tanantovea,
Kecamatan Labuan Kecamatan Sindue Tobata dan Kecamatan Sindue
Tombusabora.

Jenis pertambangan di Kabupaten Donggala adalah:

1. Kawasan pertambangan minyak bumi yang teridentifikasi di


Kabupaten Donggala berada Blok Dampelas, Blok Balaesang dan Blok
Surumana. Ketiga titik potensi minyak bumi tersebut terdapat berada
di lepas pantai dan saat ini Blok Surumana dalam status eksplorasi;
2. Potensi biji besi yang berada di Kecamatan Dampelas dan Sojol yang
saat ini masih dalam tahap eksplorasi;
3. Logam dan batu bara di Kecamatan Sojol Utara, Kecamatan Sojol,
Kecamatan Sirenja, Kecamatan Sindue Tobata, Kecamatan Sindue
Tombusabora, Kecamatan Sindue, Kecamatan Labuan, Kecamatan
Tanantovea dan Kecamatan Banawa.

Upaya Penanganan dan Pengelolaan Kawasan Pertambangan di


Kabupaten Donggala, yaitu:

1. Pengembangan kawasan pertambangan dilakukan dengan


mempertimbangkan potensi bahan galian, kondisi geologi dan
geohidrologi dalam kaitannya dengan kelestarian lingkungan;

II - 32
Gambaran Umum Kondisi Daerah

2. Melakukan rehabilitasi/reklamasi kawasan bekas pertambangan;


3. Setiap kegiatan usaha pertambangan harus menyimpan dan
mengamankan tanah atas (top soil) untuk keperluan
rehabilitasi/reklamasi lahan bekas penambangan;
4. Pada kawasan yang teridentifikasi bahan tambang bernilai ekonomi
tinggi, sementara pada bagian atas kawasan penambangan adalah
kawasan lindung atau kawasan budidaya sawah yang tidak boleh alih
fungsi, atau kawasan permukiman, maka eksplorasi dan/atau
eksploitasi tambang harus disertai AMDAL, kelayakan secara
lingkungan, sosial, fisik dan ekonomi terhadap pengaruhnya dalam
jangka panjang dan skala yang luas;
5. Menghindari dan meminimalisir kemungkinan timbulnya dampak
negatif dari kegiatan sebelum, saat dan setelah kegiatan
penambangan, sekaligus disertai pengendalian yang ketat; serta
6. Pemanfaatan lahan bekas tambang yang merupakan lahan marginal
untuk pengembangan komoditas lahan dan memiliki nilai ekonomi
seperti tanaman jarak pagar dan tanaman nilam.

Potensi biji emas sekunder, terdapat pada endapan placer di wilayah-


wilayah bukit granit granodiorit hingga diorit dengan tingkat pelapukan
tinggi. Saat ini, sebagian telah dipersiapkan sebagai wilayah
pertambangan (WP) dan telah diterbitkan IUP untuk PT. Cahaya
Manunggal Abadi seluas 5000 Ha. Dan PT. Bina Alam Sukses seluas 5000
Ha, yang berlokasi di wilayah Kecamatan Balaesang, Kawasan Tanjung
Manimbaya.

Potensi biji besi dan mineral ikutannya saat ini telah dieksplorasi
oleh PT. Aal Rizki Tadang Palie dan memasuki tahap persiapan
Eksploitasi pada wilayah Kecamatan Dampelas (Blok Rerang) 3000 ha,
dan Sojol (Blok Balukang) 3000 ha. Potensi biji Gelana saat ini sementara
dalam tahap penyelidikan umum dan telah diterbitkan IUP Eksplorasi
antara lain, PT.Welsum Mineral Nusantara seluas 5000 ha, PT. Central

II - 33
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Union seluas 5000 ha, PD. Kota Palu seluas 4800 ha pada Kecamatan
Sindue hingga Sindue Tobata.

Mineral Non-Logam pada umumnya terdiri dari batuan/Bahan


Galian konstruksi (sebelumnya dinamakan Bahan Galian Golongan C).
Potensi terbesar di seluruh wilayah Kabupaten Donggala. Hingga saat ini
telah dikelola secara aktif oleh sejumlah 20 perusahaan tersebar di
kawasan Loli Kecamatan Banawa dan Kawasan sungai-sunga wilayah
Pantai Barat dengan total wilayah 154 bukit, total luas sekitar 500 ha.

Tabel 2.8
Lokasi dan Perkiraan Cadangan Bahan Tambang
Menurut Kecamatan di Wilayah Kabupaten Donggala Tahun 2017
Jenis
Wilayah/Kecam Perkiraan
Bahan Desa / Dusun Uraian Kegunaan
atan Cadangan
Tambang

Loli Oge, Loli


Tasiburu, Loli
Banawa 500 ha
Saluran, Loli
Pesua, Loli Dondo

Tibo, Toaya, Dapat digunakan


Sindue 60 ha sebagai batu
Masaingi fondasi, batu pecah
dan agregat beton

Tibo, Toaya,
Masaingi,
Sirtu, Sindue
Batusuya, 125 ha
Pasir dan Tombusabora
Batu Kaliburu

Sindue Tobata Alindau 75 ha

Taipa, Sibado,
Sirenja 75 ha
Dampal Dapat digunakan
sebagai batu
Balaesang Tambu 20 ha
fondasi, batu pecah
Sojol Balukang 50 ha dan agregat beton

Ogoamas I dan
Sojol Utra 50 ha
Ogoamas II

Granit Sindue Batusuya 125.000 M³ Dapat digunakan

II - 34
Gambaran Umum Kondisi Daerah

Jenis
Wilayah/Kecam Perkiraan
Bahan Desa / Dusun Uraian Kegunaan
atan Cadangan
Tambang
Tombusabora sebagai batu
Tibo 200.000 M³ fondasi, batu pecah
dan agregat beton
Sirenja Lende 2.441.662 M³

Sibayu
48.321.000 M³
Balaesang Labean

Balaesang
Walandano 5.706.025 M³
Tanjung

Pamolulu
Sojol Utara
Ogoamas
3.010.96 M³
Balukang
Sojol
Siboang

Dampelas Sabang 12.287.000 M³

Kabonga Kecil
1.500.000.000
Banawa

Maleni
Batu
Bahan Baku Semen
Gamping Sindue
Batusuya
Tombusabora
12.000.000 M³
Sindue Lero

Maleni bahan semen dan


bahan batu bata,
Banawa 600.000 M³
genteng, body stone
Ganti
Lempung ware
dan Tanah
Budi Mukti
Liat
Dampelas Karya Mukti 1.278.000 M³

Lembah Mukti

Fondasi bangunan,
Andesit Banawa Lumbudolo 200 .000 M³ jalan raya, dan
agregat beton

Fondasi bangunan,
jalan raya, dan
Diorit Banawa Ganti 400.000 M³ agregat beton

II - 35
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Jenis
Wilayah/Kecam Perkiraan
Bahan Desa / Dusun Uraian Kegunaan
atan Cadangan
Tambang

bahan pengikat
Banawa
Tras Lumbudolo 50.000.000 M³ pada bangunan,
Tengah pengganti semen,
batako

Pasir
Sojol Utara Ogoamas
feldspar
Bahan keramik
Sojol Tonggolobibi porselen, yang
15.910.000 M³ bersifat isolator,
Sindue keramik yang
Kuarsa Kaliburu
Tambusabora tegangan rendah

Sindue Lero

Batu Bara Sindue Masaingi 15 ha bahan bakar

Balaesang Balaesang 5.000 ha-


Balaesang
Balaesang Tanjung 4.000 ha -
Tanjung
perhiasan dan
Emas Sirenja Tompe 4.000 ha - industri kimia
Labuan -
5.000 ha-
Tanantovea Wombo

Sumber: RTRW Kabupaten Donggala, (Data Diolah Kembali Penyajiannnya Mengacu


pada RKPD Kabupaten Donggala Tahun 2018).

Pengembangan panas bumi saat ini telah selesai dari tahap survey
awal dan telah dipersiapkan untuk eksplorasi. Target perolehan tenaga
diperkirakan 20 MW. Penggunaan panas bumi secara tidak langsung,
yang akan diubah dari tenaga uap panas bumi menjadi tenaga mekanik
dan selanjutnya sebagai tenaga listrik. Sedangkan penggunaan langsung
dipersiapkan untuk kebutuhan industri kecil, pengeringan kopra,
pengolahan sabuk kelapa, dan sebagainya. Kawasan panas bumi saat ini
yang dipersiapkan untuk eksplorasi adalah kawasan panas bumi Marana
sekitar 48.000 ha yang mencakup 3 wilayah Kecamatan Eksplorasi yaitu
Labuan, Sindue, dan Tombusabora.

II - 36
Gambaran Umum Kondisi Daerah

B. Kawasan Lindung

Kawasan lindung yang terdapat di Kabupaten Donggala meliputi: 1)


Kawasan Sempadan Pantai, 2) Sempadan Sungai, 3) Kawasan Sekitar
Danau atau Waduk, 4) Kawasan Sekitar Mata Air, 5) Sempadan Irigasi,
dan 6) Kawasan Suaka Alam, 7) Pelestarian Alam dan Cagar Budaya.

B.1 Kawasan Sempadan Pantai

Kawasan sempadan pantai adalah kawasan sepanjang pantai yang


mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi
pantai. Kriteria penetapan sempadan pantai adalah daratan sepanjang
tepian pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Kawasan perlindungan sempadan pantai di Kabupaten Donggala berada
di 14 (empat belas) Kecamatan dengan luas kawasan sempadan pantai
kurang lebih 1.802 ha, yaitu:

a). Kecamatan Balaesang dengan luas kurang lebih 167 ha;


b). Kecamatan Balaesang Tanjung dengan luas kurang lebih 368 ha;
c). Kecamatan Banawa dengan luas kurang lebih 117 ha;
d). Kecamatan Banawa Selatan dengan luas kurang lebih 106 ha;
e). Kecamatan Banawa Tengah dengan luas kurang lebih 55 ha;
f). Kecamatan Labuan dengan luas kurang lebih 21 ha;
g). Kecamatan Tanantovea dengan luas kurang lebih 14 ha;
h). Kecamatan Sindue dengan luas kurang lebih 84 ha;
i). Kecamatan Sindue Tombusabora dengan luas kurang lebih 76 ha;
j). Kecamatan Sindue Tobata dengan luas kurang lebih 68 ha;
k). Kecamatan Sirenja dengan luas kurang lebih 95 ha;
l). Kecamatan Dampelas dengan luas kurang lebih 275 ha;
m). Kecamatan Sojol dengan luas kurang lebih 285 ha;
n). Kecamatan Sojol Utara dengan luas kurang lebih 71 ha.

Pada kawasan lindung setempat sempadan pantai ini terdapat fungsi


budidaya seperti perikanan, pariwisata, dan permukiman. Guna menjaga

II - 37
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

kawasan sekitar pantai dari kerusakan lingkungan dan kerusakan


ekosistem pantai, maka perlu adanya perlindungan terhadap sempadan
pantai, untuk melindungi pantai dari kegiatan yang mengganggu
kelestarian fungsi pantai dan juga untuk mengantisipasi gelombang
pasang, sehingga dilakukan pembatasan perluasan kegiatan pada
kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan perlindungan setempat.
Kawasan sempadan pantai, merupakan kawasan sepanjang pantai yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi
pantai, meliputi:

a) Wilayah yang mempunyai kawasan sempadan pantai di Kecamatan


Banawa, Banawa Selatan, Banawa Tengah, Labuan, Tanantovea,
Sindue, Sindue Tombusabora, Sindue Tobata, Sirenja, Balaesang,
Balaesang Tanjung, Dampelas, Sojol, Sojol Utara;
b) Pengembangan kawasan hutan bakau; dan
c) Perlindungan ekosistem pantai dengan pengendalian secara ketat
untuk kegiatan budidaya di wilayah pesisir.

B.2 Kawasan Sempadan Sungai

Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kanan-kiri


sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang
mempunyai manfaat penting untuk melestarikan fungsi sungai. Adapun
kawasan perlindungan sempadan sungai di Kabupaten Donggala yaitu;

a) Sungai besar di luar kawasan permukiman ditetapkan sekurang-


kurangnya 100 meter;
b) Pada anak sungai besar di luar kawasan permukiman ditetapkan
sekurang-kurangnya 50 meter;
c) Pada sungai besar dan anak sungainya di kawasan pemukiman
ditetapkan 15 meter;
d) Untuk sungai bertanggul diukur dari kiri dan kanan kaki tanggul
bagian luar sepanjang tanggul sungai;

II - 38
Gambaran Umum Kondisi Daerah

e) Untuk sungai yang tidak bertanggul diukur dari titik banjir ke arah
daratan.

Rencana perlindungan kawasan sempadan sungai merupakan


kawasan sepanjang kanan-kiri sungai, termasuk sungai buatan atau
kanal yang mempunyai manfaat penting untuk melestarikan fungsi
sungai, meliputi:

a) Sungai;
b) Perlindungan sempadan sungai dengan pemanfaatan sebagai
pariwisata alam melalui penataan kawasan tepian sungai.

Rencana penetapan kawasan sempadan sungai di Kabupaten


Donggala seluas kurang lebih kurang lebih 59.932 ha meliputi:

a) Kecamatan Balaesang 2513 ha;


b) Kecamatan Balaesang Tanjung 1519 ha;
c) Kecamatan Banawa 820 ha;
d) Kecamatan Banawa Selatan 4170 ha;
e) Kecamatan Banawa Tengah 866 ha;
f) KecamatanDampelas 9028 ha;
g) Kecamatan Labuan 897 ha;
h) Kecamatan Pinembani 6237 ha;
i) Kecamatan Rio Pakava 15188 ha;
j) Kecamatan Sindue 1521 ha;
k) Kecamatan Sindue Tobata 2391 ha;
l) Kecamatan Sirenja 2576 ha;
m) Kecamatan Sojol 5791 ha;
n) Kecamatan Sojol Utara 1239 ha;
o) Kecamatan Tanantovea 4.075 ha;
p) Kecamatan Tombusabora 1.101 ha.

II - 39
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

B.3 Kawasan Sempadan Danau

Kawasan sekitar danau adalah kawasan tertentu di sekeliling danau


yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian
fungsi danau. Adapun kriteria penetapan sempadan danau adalah
daratan sepanjang tepian danau yang lebarnya proporsional dengan
bentuk dan kondisi fisik danau antara 50-100 meter dari titik pasang
tertinggi ke arah darat. Di Kabupaten Donggala terdapat 2 (dua) danau
yaitu:
a) Danau Dampelas di Kecamatan Dampelas;
b) Danau Rano di Kecamatan Balaesang Tanjung.

Guna meminimalisir adanya erosi dan sedimentasi pada danau,


maka perlu upaya perlindungan sekitar danau dari kerusakan
lingkungan. Rencana penetapan perlindungan danau di Kabupaten
Donggala secara keseluruhan seluas kurang lebih 112 ha meliputi
sempadan Danau Dampelas di Kecamatan Dampelas dengan luas kurang
lebih 75 ha dan sempadan Danau Rano di Kecamatan Balaesang Tanjung
dengan luas kurang lebih 37 ha.

Kawasan sekitar danau merupakan kawasan tertentu di sekeliling


waduk yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi danau, meliputi:
a) Kawasan danau terdapat pada Kecamatan Dampelas dan Balaesang
Tanjung;
b) Pelestarian danau beserta seluruh tangkapan air di atasnya yang
dimanfaatkan untuk irigasi, pengendali banjir, perikanan, dan
pariwisata.

B.4 Kawasan Sekitar Mata Air

Kawasan perlindungan setempat sekitar mata air yaitu: sekurang-


kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air. Kawasan sekitar
mata air, berupa kawasan dengan jarak 200 (dua ratus meter) meter

II - 40
Gambaran Umum Kondisi Daerah

sekeliling mata air di luar kawasan permukiman dan 100 (seratus) meter
sekeliling mata air di dalam kawasan permukiman. Kawasan Industri
sekitar sumber mata air diatur melalui:

a) Penetapan kebijakan yang mengharuskan industri yang menggunakan


air dalam jumlah besar untuk menggunakan air laut sehingga tidak
menggunakan air dari air tanah maupun air permukaan;
b) Memberlakukan pembuatan sumur resapan bagi kegiatan yang
diwajibkan melengkapi dokumen UKL-UPL;
c) Perlunya peraturan yang mengikat khususnya terkait pengeboran air
bawah tanah dalam skala besar yang dapat mempengaruhi kandungan
sumber yang ada;
d) Pengawasan terhadap industri/pihak lain yang melakukan bor
terhadap ABT (Air Bawah Tanah) perlu diperketat, karena pengeboran
yang tidak terkendali dikhawatirkan akan mengurangi kandungan
sumber mata air di tempat yang lain khususnya sumber yang dipakai
oleh masyarakat secara luas.

B.5 Kawasan Sempadan Irigasi

Kawasan sempadan irigasi adalah kawasan sepanjang kanan-kiri


saluran irigasi primer dan sekunder, baik irigasi bertanggul maupun
tidak. Kawasan ini bermanfaat untuk pelestarian saliran irigasi, baik dari
sisi kualitas air maupun manfaat bagi area yang diairi.

Kawasan sempadan irigasi, berupa kawasan sepanjang kanan-kiri


saluran irigasi primer dan sekunder, baik irigasi bertanggul maupun
tidak. Kawasan sekitar irigasi merupakan kawasan tertentu di sepanjang
irigasi yang mempunyai manfaat penting untuk kebutuhan air baku
pertanian, meliputi:
a) Kawasan sempadan irigasi berdasarkan daerah irigasi;
b) Melestarikan kawasan sumber air untuk meningkatkan debit irigasi;

II - 41
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

c) Pengembangan sistem saluran bagi sumber yang dimanfaatkan untuk


irigasi.

B.6 Kawasan Suaka Margasatwa

Kawasan suaka margasatwa Kabupaten Donggala adalah suaka


margasatwa Pulau Pasoso seluas kurang lebih 61 ha yang berlokasi di
Kecamatan Balaesang Tanjung. Kawasan ini menjadi pusat aktivitas
penangkaran penyu hijau khas Kabupaten Donggala.

B.7 Kawasan Cagar Alam

Kawasan cagar alam ini merupakan kawasan lindung yang


ditetapkan fungsinya untuk menjaga kelestarian alam terutama satwa
langka dan dilindungi. Di Kabupaten Donggala hanya terdapat satu cagar
alam yang terdapat di Kecamatan Sojol, Dampelas, Sojol Utara.

Kawasan cagar alam yaitu kawasan yang ditunjuk mempunyai


keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa dan tipe ekosistem, mewakili
formasi biota tertentu dan atau unit-unit penyusun, mempunyai kondisi
alam baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan tidak atau belum
terganggu manusia, mempunyai luas dan bentuk tertentu agar
menunjang pengelolaan yang efektif dengan daerah penyangga yang
cukup luas, mempunyai ciri khas dan dapat merupakan satu-satunya
contoh di suatu daerah, serta keberadaanya memerlukan upaya
konservasi. Rencana perlindungan kawasan cagar alam di Kabupaten
Donggala, yaitu: Kawasan cagar alam Gunung Sojol dengan luas
keseluruhan adalah kurang lebih 22.621 Ha yang terdapat di Kecamatan
Sojol seluas kurang lebih 19.808 ha, Dampelas seluas kurang lebih 203
ha, Sojol Utara seluas kurang lebih 2.610 ha.

B.8 Kawasan Pantai Berhutan Bakau

Kawasan pantai berhutan bakau yaitu kawasan pelestarian alam


yang dimaksudkan untuk melestarikan hutan bakau sebagai pembentuk

II - 42
Gambaran Umum Kondisi Daerah

ekosistem hutan bakau dan tempat berkembangbiaknya berbagai biota


Laut di samping sebagai pelindung pantai dan pengikisan air Laut, serta
pelindung usaha budidaya di belakangnya. Kawasan pantai berhutan
bakau yang jaraknya dari garis air surut terendah ke arah darat sebesar
130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah
tahunan, sepanjang pantai di wilayah pesisir Kabupaten Donggala.
Kawasan pantai berhutan bakau ini memiliki fungsi penyeimbang
lingkungan pantai sehingga harus dilestarikan, diperluas melalui
reboisasi bakau. Potensi kawasan ini juga untuk tambak dan alih fungsi
bakau untuk tambak direncanakan maksimum 20 persen dari total
bakau yang ada.

Rencana penetapan untuk perlindungan kawasan hutan bakau di


wilayah pesisir yang terdapat di Kabupaten Donggala, meliputi:
a) Kawasan hutan bakau di Kecamatan Balaesang, luas kurang lebih
248,43 ha.
b) Kawasan hutan bakau di Kecamatan Balaesang Tanjung, luas kurang
lebih 269 ha;
c) Kawasan hutan bakau di Kecamatan Dampelas, luas kurang lebih
137,03 ha; dan
d) Kawasan hutan bakau di Kecamatan Sojol, luas kurang lebih 546,91
ha;
e) Kawasan hutan bakau di Kecamatan Sojol Utara, luas kurang lebih
137,03 ha.
f) Kawasan hutan bakau di Kecamatan Sirenja, luas kurang lebih 35,34
ha.
g) Kawasan hutan bakau di Kecamatan Banawa, luas kurang lebih 10,52
ha.
h) Kawasan hutan bakau di Kecamatan Banawa Selatan, luas kurang
lebih 147,21 ha.

II - 43
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

B.9 Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan

Kawasan Cagar Budaya Dan Ilmu Pengetahuan meliputi: lingkungan


non bangunan, lingkungan bangunan non gedung, lingkungan bangunan
gedung dan halamannya dan kebun raya yang telah memiliki umur lebih
dari 50 tahun dan perlu dilestarikan. Kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan di Kabupaten Donggala antara lain:
a. Makam di Kelurahan Gunung Bale Kecamatan Banawa, Desa Sipi dan
Desa Tompe Kecamatan Sirenja, Desa Toaya Kecamatan Sindue, Desa
Tonggolobibi, Desa Siwalempu Desa Balukang, Desa Pangalasiang
Kecamatan Sojol;
b. Lumpang Batu di Kelurahan Ganti Kecamatan Banawa, Desa
Lombonga Kecamatan Balaesang Tanjung, Desa Talaga dan Desa
Sabang Kecamatan Dampelas;
c. Masjid tua di Desa Toaya Kecamatan Sindue;
d. Tapak kaki di Desa Kamonji Kecamatan Balaesang Tanjung dan Desa
Talaga Kecamatan Dampelas;
e. Gua di Desa Talaga Kecamatan Dampelas;
f. Bangunan Kolonial di Desa Siwalempu Kecamatan Sojol;
g. Batu perahu Kecamatan Labuan.

B.10 Kawasan Lindung Lainnya

Kawasan lindung lainnya di Kabupaten Donggala meliputi kawasan


terumbu karang dan padang lamun. Kawasan ini merupakan bagian dari
ekosistem laut dan pesisir. Terumbu karang dan padang lamun
merupakan kawasan konservasi sumberdaya ikan yaitu kawasan perairan
tepian pantai dan darat dengan ciri khas tertentu yang dilindungi untuk
mewujudkan pengelolaan sumberdaya ikan secara berkelanjutan.
Kawasan ini terletak di 14 Kecamatan wilayah pesisir di Kabupaten
Donggala. Kawasan lindung lainnya berupa kawasan kawasan terumbu
karang dan padang lamun terletak di Kecamatan Banawa, Kecamatan

II - 44
Gambaran Umum Kondisi Daerah

Banawa Selatan, Kecamatan Banawa Tengah, Kecamatan Labuan,


Kecamatan Tanantovea, Kecamatan Sindue, Kecamatan Sindue
Tombusabura, Kecamatan Sindue Tobata, Kecamatan Sirenja, Kecamatan
Balaesang, Kecamatan Balaesang Tanjung, Kecamatan Dampelas,
Kecamatan Sojol, Kecamatan Sojol Utara.

Rencana perlindungan, konservasi, pelestarian dan rehabilitasi


kawasan terumbu karang dan kawasan padang lamun dengan luas
kurang lebih 148 ha meliputi 14 Kecamatan pesisir melalui:

a) Perlindungan terumbu karang dan padang lamun untuk peningkatan


sumberdaya ikan, dan melarang kegiatan yang menyebabkan
kerusakan kualitas sumberdaya alam tersebut;
b) Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung
untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi
sumberdaya ikan.

2.1.1.7 Aspek Kerawanan Bencana Alam

A. Kegempaan dan Dampak Yang Ditimbulkan

Dari aspek kegempaan, sistem patahan di bagian tengah Sulawesi di


mana Kota Palu terdapat terdiri dari kompleks zona patahan yang terletak
dalam pertemuan lempeng Pasifik, Indo-Australia dan lempeng Eurasia.
Dari perhitungan terhadap pergerakan patahan Palu-Koro ini (Bellier, O.
et al, 2001), diperoleh data kisaran pergerakan lempeng, yaitu 35 ± 8 mm
per tahun. Sejarah gempa bumi di bagian tengah Sulawesi telah tercatat
sejak abad ke-19, di mana beberapa di antaranya mempunyai magnitude
yang besar, yakni tahun 1968 (6,7 SR), 1993 (5,8 SR), dan 2005 (6,2 SR),
serta dan 7,4 SR pada tanggal 28 September 2018.

Pergerakan lempengan pada Sesar Palu-Koro disajikan pada


Gambar 2.4.

II - 45
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Gambar 2.4
Kondisi Kegempaan di Wilayah Sulawesi KF: Palu Koro Fault (Patahan
Palu-Koro), MF : Matano Fault (Patahan Matano) (Bellier, O. et al,
2001)

Pada gambar 2.4 diperlihatkan jalur patahan yang melalui bagian


tengah Pulau Sulawesi, tepat berada di bagian tengah yang membelah
Kota Palu bagian timur dan barat. Bencana alam bersifat geologi yang
terjadi di Sulawesi Tengah sangat terkait dengan kondisi dan proses-
proses geologi yang telah, sedang dan akan terus berlangsung. Termasuk
di antaranya adalah patahan aktif Palu-Koro, patahan Matano melewati
wilayah Kabupaten Morowali dan patahan Sorong yang mendorong bagian
timur Sulawesi. Bentuk topografi, tekstur tanah umumnya berpasir di
wilayah Palu dan Donggala, serta rawan longsor pada banyak kawasan
serta ruas-ruas jalan strategis di wilayah pantai Barat atau Selat
Makassar sangat terkait dengan struktur material yang rapuh serta serta
dapat dipicu oleh kegempaan.

Gambar 2.4 juga menunjukkan bahwa mekanisme sesar Palu-Koro


adalah sesar geser kiri dengan pergeseran relatif menurut beberapa
tulisan yang berbeda-beda, ada yang menyatakan 5 mm/tahun, 23-28
mm/tahun dan ada 44 mm/tahun yang dapat menimbulkan gempa

II - 46
Gambaran Umum Kondisi Daerah

dengan magnitudo maksimum 7,3 Skala Richter. Secara kolektif sejak


terbentuk, sesar ini telah menghasilkan total pergeseran batuan kurang
lebih 20 km ke arah barat laut, ditandai dengan batuan-batuan di utara
jalur sesar yang bergeser sepanjang sekitar 20 km tadi. Sesar ini
terbentuk sebagai hasil dari pergerakan lempeng Samudera Pasifik yang
bergerak ke arah barat. Pergerakan ini telah menghasilkan gaya tekan di
wilayah bagian timur Indonesia yang selanjutnya menghasilkan retakan
yang panjang mulai dari kepala burung Papua sampai daratan Sulawesi.
Seiring dengan tekanan yang terus berlangsung akibat pergerakan dari
arah timur tersebut, pergerakan ini akhirnya menghasilkan gerakan di
sepanjang retakan tersebut dan akhirnya terbentuklah sebuah sesar. Arti
sesar sendiri secara sederhana adalah retakan di kulit bumi di mana
sudah ada pergerakan di sepanjang retakan tersebut.

Sulawesi Tengah, khususnya di jalur Patahan Palu-Koro, masuk


dalam kategori merah sampai cokelat dengan nilai percepatan gempa
bumi pada batuan dasar kisaran 0,7 sampai lebih dari 1,2 g (gravitasi
m2/det). Ini artinya kawasan tersebut amat rawan gempa bumi. Satu
langkah paling konkret yang dapat direkomendasikan adalah tidak
diperkenankan untuk membangun rumah, bahkan bangunan vital seperti
rumah sakit di atas patahan aktif Palu-Koro. Bangunan di atas patahan
kemungkinan besar akan hancur, setidaknya berikan jarak 20 meter dari
patahan untuk dikosongkan dari segala bentuk bangunan. Dua tahun
terakhir pemerintah memberikan atensi tinggi terhadap wilayah Sulawesi
Tengah. Sejumlah wilayah di daerah tersebut, seperti Kota Palu,
Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala, berpotensi terkena dampak
besar bila sewaktu-waktu gempa bumi terjadi. Country Manager
Humanitarian Open Street Map (OSM) Team Indonesia Yantisa, Akhadi
menuturkan, pada Tahun 2016, BNPB telah bekerja sama dengan
pihaknya untuk memetakan potensi bencana yang akan terjadi di
Sulteng.

II - 47
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Pemetaan tersebut meliputi letak bangunan, fasilitas publik, serta


jalan akses yang memudahkan mobilitas masyarakat sehari-hari.
Menurut Yantisa, selain ketiga wilayah tersebut, sejauh ini sudah ada
136 kabupaten/kota lain yang juga telah dipetakan kerawanannya. Meski
demikian, ia mengaku, tidak dapat diketahui sejauh apa dampak
terhadap wilayah tersebut saat gempa terjadi.
Sejarah kegempaan Sesar Palu-Koro di Sulawesi terutama wilayah
Selat Makassar, Laut Sulawesi dan Teluk Palu, secara berurut dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Tahun 1828 silam, sesar Palu Koro pernah mengguncangkan Sulawesi
Tengah dan sekitarnya dengan kekuatan 7,9 SR, kala itu korban
meninggal tidak pernah tercatat, namun cerita masyarakat turun
temurun menyebut jumlah korban yang tidak sedikit.
2. Surat kabar Algemeen Handelsblad edisi 21 November 1907,
menerbitkan laporan Laporan awal dari otoritas sipil (civil
gezaghebber) di Lemo, tentang gempa 30 Juli 1907 di Kulawi. Gempa
ini menyebabkan 201 rumah penduduk (Kampung Lemo, Bahapa,
Bolapapu, Bologanggo, Soenggoe, Matauw’e dan Kulawi) hancur, dan
penduduk banyak menyelematkan diri ke lapangan terbuka dan ada
yang memilih mengungsi ke kebun.
3. Gempa Kulawi tahun 1909, Abendanon pada catatan perjalanannya di
Kulawi, yang termuat dalam Algemeen Handelsblad edisi 7 September
1910 menyebutkan, gempa ini menghancurkan semua rumah di
bagian selatan Kulawi. Pada tahun 1907, lanskap yang sama juga
dilanda gempa bumi, yang hampir menghancurkan semua
rumah. Pada Laporan Residen Menado, Mei 1909, surat kabar Het
Niews van Den Dag, edisi 26 Agustus 1909 menyebutkan, gempa
diperkirakan berpusat di daerah Kulawi, guncangan dahsyat itu
terasa pada tanggal 1 Mei jam 4 pagi. Kampung yang terdampak
adalah Kampung Soengkoe, yang menghancurkan beberapa
rumah, gempa dirasakan berhari-hari sampai tanggal 20 Mei.

II - 48
Gambaran Umum Kondisi Daerah

4. Tanggal 1 Desember 1927 di Teluk Palu, walaupun telah tercatat


sejarah gempa sebelumnya, namun gempa ini dianggap sebagai
gempa paling tua pada sesar Palu Koro. Hal ini mungkin terkait
dengan informasi terkait dengan akurasi informasi magnitudo
gempa, dampak gempa dan penanganannya. Gempa saat itu
berkekuatan 6,5 SR yang disusul tsunami dengan ketinggian
gelombang mencapai 15 m, menyebabkan korban meninggal
sebanyak 14 orang.
5. Tanggal 30 Januari 1930, gempa terjadi di pantai barat Kabupaten
Donggala. Tak tercatat berapa kekuatan gempa saat itu. Namun
menurut Sutopo, gempa menyebabkan tsunami setinggi dua meter.
6. Gempa pertama Tahun 1938; Pengamat kebencanaan dari Fakultas
MIPA Untad Drs Abdullah, MT, menyebutkan, gempa bumi yang
terjadi pada Jumat, 20 Mei 1938 pukul 01.08 WITA tersebut, memiliki
magnitudo 7,6 Skala Richter (SR), dengan episentrum 119,3 BT dan
0,5 LS. Kedalaman pusat gempa 33 km, serta memicu tsunami di
teluk Palu setinggi 4 meter. Gempa bumi ini juga menyebabkan down-
lift atau penurunan permukaan tanah di sebagian wilayah teluk Palu.
Dalam catatannya, akibat gempa bumi tersebut, 50 rumah dan
jaringan perpipaan di Palu rusak/hancur, 11 rumah rusak di Wani,
30 rumah di Tawaeli, serta 60 rumah di Donggala. Di Mamboro, lokasi
pasar lenyap ditelan tsunami dan saat ini menjadi laut. Kemudian,
dalam catatan tersebut juga disebutkan, beberapa orang hanyut
terbawa gelombang dan seorang wanita keturunan Tionghoa tewas
tenggelam, yang oleh masyarakat Mamboro menurut penuturan
kembali oleh Slamat Anugrah, bernama Ban Ho. Leeuwarder
Nieuwsblad, surat kabar harian tertua di Belanda, dalam edisi 21 Mei
1938, surat kabar tersebut melaporkan, gempa bumi tersebut
dirasakan di wilayah Palu dan Mamboro, dan menyebabkan
kerusakan besar. Di Palu, 50 rumah ambruk, sementara di banyak
tempat tanah terbelah. Di Wani, delapan rumah telah hancur atau

II - 49
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

rusak. Di Mamboro 17 rumah rusak telah hanyut oleh gelombang


pasang.
Adapun di Donggala, guncangan pertama dirasakan pada sepuluh
menit sebelum jam 00.30 WITA. Guncangan ini dilaporkan intens
terjadi dan berlangsung selama satu menit. Guncangan kedua bahkan
lebih buruk dan berlangsung selama tiga menit. Orang-orang
dilaporkan hampir tidak dapat berdiri dan melarikan diri ke jalanan.
Sepanjang malam tersebut, warga menghabiskan waktu di luar
rumah. Di Tawaeli juga banyak rumah rusak, jaringan pipa-pipa air di
Palu rusak, jalan antara Palu dan Kulawi rusak, tribun lintasan balap
dan sebuah lumbung di Bulubete runtuh, serta ada satu orang tewas
dan satu orang terluka.
7. Gempa kedua Tahun 1938, Selang tiga hari dari gempa bumi di teluk
Palu, tepatnya pada 23 Mei 1938, gempa bumi bermagnitudo besar
juga melanda kawasan Teluk Tomini. Gempa bumi ini terjadi
diakibatkan pergerakan sesar Sausu, dengan episentrum 120,3 BT
dan 1,0 LS. Episentrum gempa diperkirakan di Toribulu,
mengakibatkan tsunami di kawasan Parigi hingga Toribulu, sejauh 60
km, dengan tinggi gelombang sekitar 2-3 meter. Akibat gempa bumi
ini, terjadi up-lift atau naiknya permukaan tanah di lepas pantai
Parigi, yang kini dikenal dengan Pulau Makakata. Beberapa surat
kabar (Bredasche Courant edisi 24 Mei 1938, De Tijd edisi 2
Juni 1938, dan Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië edisi
25 Mei 1938 serta Bredasche courant, terbitan 16 Juni 1938) yang
memberitakan dampak gempa memiliki informasi yang berbeda-beda
dan bantuan akibat gempa, namun gempa bumi tersebut diperkirakan
mengakibatkan 942 unit rumah rubuh, 184 lainnya rusak, serta
semua jembatan di sepanjang jalur tersebut rusak. Di Parigi, 16 orang
terbawa gelombang, di Ampibabo 1 orang tewas dan di Toribulu 3
orang tewas. Selain itu dilaporkan Dermaga Parigi juga rusak.

II - 50
Gambaran Umum Kondisi Daerah

8. Dalam Newsletter, Vol. I No. 3 (5 September 1968) yang diterbitkan


International Tsunami Information Center di Hawaii, dan Surat kabar
Nieuwsblad van het Noorden edisi 23 Agustus 1968 dan majalah
Tempo Tahun 1978, mencatat gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah
pada 1968. dalam beritanya terkait gempa dan tsunami yang
meluluhlantakkan kawasan pantai barat Kabupaten Donggala
Tahun 1968 mencatat, ada dua periode gempa bumi yang disertai
tsunami, dalam selang waktu empat hari, menghajar kawasan
tersebut, yakni 10 dan 14 atau 15 Agustus. Pada 10 Agustus 1968
terjadi gempa bermagnitudo 7,3 dengan pusat gempa di Laut
Sulawesi. Badan Penanggulangan Bencana Alam Indonesia
mengumumkan bahwa gelombang tsunami besar menyapu kawasan
pantai di Donggala ke arah daratan sampai 300 meter, sebanyak 200
(Dua ratus) orang tewas dan 800 rumah hancur terutama di desa
pesisir Tambu terutama kawasan pemukiman di Mepaga dinyatakan
hilang ke dalam laut. Surat kabar Nieuwsblad van het Noorden sendiri
menjelaskan gelombang pasang (tsunami) menyebabkan 500 orang
hilang, setelah gelombang pasang tersebut melanda pulau Tuguan
(dekat Panggalasiang) di lepas pantai barat laut Sulawesi. Gempa
kedua terjadi pada 14 Agustus 1968 bermagnitudo 7,4 dengan pusat
gempa di Laut Sulawesi. Kantor berita Antara melaporkan gempa ini
menghasilkan gelombang tsunami besar yang mengakibatkan Pulau
Tuguan tenggelam sepenuhnya dan menghilang.
9. Tanggal 1 Januari 1996, gempa dengan kekuatan 7,4 SR berpusat
di selat Makassar mengakibatkan tsunami di pantai barat Kabupaten
Donggala dan Toli-Toli. Masih dalam Tahun 1996, Gempa terjadi di
Desa Bankir, Tonggolobibi dan Donggala mengakibatkan sembilan
orang tewas dan bangunan rusak parah. Gempa juga menyebabkan
tsunami dengan ketinggian gelombang 3,4 meter menyapu hingga
300 meter ke daratan, dan menghancurkan 386 rumah penduduk,
fasilitas umum dan kantor pemerintahan.

II - 51
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

10. Tanggal 11 Oktober 1998, Kabupaten Donggala kembali digoncang


gempa dengan kekuatan 5,5 SR, yang berdampak pada kerusakan
ratusan bangunan parah.
11. Tanggal 24 Januari 2005, Gempa Donggala berkekuatan 6,2 SR.
Pusat gempa terletak di 16 km arah tenggara Kota Palu, tepatnya di
sekitar kawasan air panas Bora Kabupaten Sigi saat ini. Akibatnya,
100 rumah rusak, satu orang meninggal dan empat orang luka-luka.
12. Tanggal 17 November 2008, Gempa dengan kekuatan 7,7 SR di
Laut Sulawesi dan mengguncang Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah
dan menelan empat korban jiwa.
13. Tanggal 18 Agustus 2012, Gempa menguncang Kabupaten Sigi
dengan kekuatan 6,2 SR, episentrum di dekat Danau Lindu berpusat
di 27 km barat daya Kabupaten Parigi Moutong. Delapan orang
meninggal dan tiga kecamatan terisolir. Tercatat lima orang tewas,
tiga orang luka berat dan belasan orang luka berat. Sebanyak 943
rumah rusak berat dan ringan, serta lebih dari 10 ribu warga di tiga
kecamatan terkena dampak gempa yang terisolir.
14. Pada Tahun 2017, beberapa kali gempa tercatat di sepanjang sesar
Palu Koro dan Mantano. Pada Mei di Poso, dan Juni (Danau Matano)
juga gempa.
15. Gempa bumi tanggal 28 September 2018 terletak 26 km Barat Laut
Donggala, kekuatan 7,4 SR dan kedalaman 10 km dengan ketinggian
gelombang maksimum 11,4 m (Kelurahan Tondo Kota Palu). Gempa
tersebut menimbulkan gelombang Tsunami setinggi 7 m (23 feet) di
Kecamatan Banawa dan 15 m (49 fet) di Desa Wani Kecamatan
Tanantovea. Akibat Gempa dan Tsunami tersebut menimbulkan
korban jiwa dengan rincian meninggal dunia 212 orang, luka berat
175 orang, tertimbun 2 orang, korban hilang sebanyak 19 orang.
Jumlah pengungsi sebanyak 36.346 jiwa (11.478 KK) yang tersebar di
52 titik pengungsian.

II - 52
Gambaran Umum Kondisi Daerah

Sesuai Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana


Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana, maka untuk memperoleh nilai rupiah
dampak bencana dilakukan perhitungan dengan menggunakan
metode penilaian kerusakan dan kerugian yang meliputi lima sektor
terdampak bencana yaitu:
- Sektor permukiman, meliputi: Perumahan dan Prasarana
Lingkungan Permukiman;
- Sektor infrastruktur, meliputi: Transportasi (Darat, Laut. Udara),
Sumber Daya Air (SDA) dan Irigas, Energi/Listrik, Pos dan
Telekomunikasi, serta Air Bersih dan sanitasi;
- Sektor ekonomi produktif, meliputi: Pertanian, Perkebunan,
Perikanan, Peternakan, industri Kecil dan Menengah, Perdagangan
(Pasar Tradisional), dan Pariwisata;
- Sektor sosial meliputi: Kesehatan, Pendidikan, Keagamaan,
Lembaga Sosial (Panti Asuhan, werdha), Budaya dan Bangunan
Sejarah;
- Lintas sektor meliputi: Pemerintah, Ketertiban dan Keamanan,
Keuangan dan Perbankan, serta Lingkungan Hidup.

Gempa bumi dan Tsunami di Kabupaten Donggala melanda 10


(sepuluh) kecamatan yang menimbulkan dampak berupa korban jiwa dan
kerusakan serta kerugian yang relatif cukup besar. Berdasarkan data
Pemerintah Daerah Kabupaten Donggala, per 30 November 2018 dengan
menggunakan metode penilaian kerusakan dan kerugian, teridentifikasi
bahwa bencana gempa bumi dan Tsunami di Kabupaten Donggala telah
menimbulkan kerusakan dan kerugian mencapai Rp 3,526 Triliun. Dilihat
dari kepemilikan kerusakan dan kerugian, kepemilikan pihak pemerintah
sebesar Rp 1,528 Triliun dan di pihak non Pemerintah sebesar Rp 1,998
triliun. Secara rinci total kerusakan dan kerugian disajikan pada tabel 2.9
berikut:

II - 53
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Tabel 2.9
Penilaian Kerusakan dan Kerugian Bencana Gempa Tahun 2018 di
Kabupaten Donggala
Kepemilikan (Rp.Milyar)
Kerusakan/
No Sektor Kerugian
Non
(Rp.Milyar) Pemerintah
Pemerintah
1 Permukiman 1.926,50 5,51 1.920,99

2 Infrastruktur 934,51 934,51 -

3 Sosial 451,56 451,56 -

4 Ekonomi 169,85 94,76 75,09

5 Lintas Sektor 43,08 43,08 -

Jumlah 3.525,52 1.527,79 1.997,73

Sumber: Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana Gempa Bumi
dan Tsunami Kabupaten Donggala Tahun 2019.

Di Kecamatan Dampelas, tsunami hanya menerpa lahan perkebunan


kelapa yang berada di Desa Kambayang di mana puluhan hektar kebun
kelapa mati akibat kontaminasi air asin dan menyebabkan pindahnya
jalur jalan trans Sulawesi bagian barat. Kawasan rawan bencana gempa
dan tsunami secara keseluruhan seluas kurang lebih 6.371 ha. Daerah
yang mempunyai potensi rawan bencana gempa dan tsunami meliputi:
Kecamatan Banawa;
Kecamatan Banawa Tengah;
Kecamatan Tanantovea;
Kecamatan Sindue;
Kecamatan Sindue Tobata;
Kecamatan Sindue Tombusabora;
Kecamatan Sirenja;
Kecamatan Balaesang;
Kecamatan Balaesang Tanjung;
Kecamatan Dampelas;

II - 54
Gambaran Umum Kondisi Daerah

Kecamatan Sojol; dan


Kecamatan Sojol Utara.

B. Daerah Rawan Bencana

Topografi Sulawesi Tengah didominasi oleh topografi perbukitan dan


pegunungan, dengan elevasi tertinggi sekitar 2.850 m di atas permukaan
laut. Persentase ketinggian terbesar adalah pada ketinggian 101 – 1000
m, yaitu sebesar 53,9 persen. Wilayah dataran pada kisaran 0 – 100 m
hanya pada kisaran 20,2 persen. Nilai-nilai di atas menyiratkan bahwa
pembangunan dan pengembangan wilayah akan berhadapan kondisi
alam yang dominan perbukitan dan pegunungan. Hal tersebut pula
merupakan indikasi bahwa potensi bencana alam berupa longsoran tanah
sangat mungkin terjadi sebagai hasil interaksi pembangunan dengan
perubahan keseimbangan bentang alam. Hampir sebagian besar tanah di
daerah tropis bersifat mudah longsor karena tingkat pelapukan batuan di
daerah ini sangat tinggi dan komposisi tanah secara fisik didominasi oleh
material lepas dan berlapis serta potensial longsor. Kestabilan tanah ini
sangat dipengaruhi oleh kerusakan hutan penyangga yang ada di
Indonesia. Karena banyaknya penebangan di hutan penyangga, wilayah
rawan bencana longsor di Indonesia semakin bertambah (Uno, 2010).

Kondisi ini akan dipercepat oleh perubahan tata guna lahan yang di
dalamnya termasuk hilangnya perkuatan lereng akibat terganggunya
media perakaran serta kecenderungan perubahan infiltrasi air tanah
menjadi aliran air permukaan. Ekstensifikasi wilayah hunian, pembukaan
kawasan perkebunan dan diterbitkannya ijin eksploitasi kawasan untuk
pertambangan tanpa memperhitungkan secara cermat aspek lingkungan
fisik semuanya merupakan agen pencetus bahaya longsoran. Anomali
curah hujan yang di luar perkiraan disertai struktur batuan dan tanah
yang rapuh serta bentuk topografi yang relatif datar akan menjadi

II - 55
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

pencetus utama bencana alam dahsyat seperti yang terjadi di wilayah


Bungku Utara Tahun 2007.

Uno (2010), salah satu hasil pembangunan yang kerap terancam


akibat faktor topografi dan kelongsoran ini adalah prasarana transportasi
jalan raya, sebagai contoh adalah ruas jalan Tawaeli-Kebun kopi. Ruas
jalan ini sudah untuk kesekian kalinya direhabilitasi ataupun dengan
pembuatan trase baru tambahan. Dana puluhan milyar sudah
digelontorkan untuk perbaikan ruas jalan ini namun hingga kini pun
problem yang sama tetap berulang. Lalu, di mana letak kekeliruannya?
Jawaban untuk ini sebenarnya sangat sederhana: perlakukanlah alam
secara bijak. Artinya bahwa kestabilan lahan memiliki batas yang jika
terlampaui, maka akan mencari keseimbangan baru, dengan cara
alamiah mengubah geometrinya mencapai keadaan seimbang. Hal inilah
yang berulang terjadi di kawasan Kebun Kopi. Pertanyaan berikut adalah
mengapa keseimbangannya terlampaui? Jawaban inipun dapat ditelusuri
dengan cara mengamati penggunaan lahan di kawasan hulu lereng.
Metode penggalian pun perlu dicermati. Sepatutnya kegiatan penggalian
ini dilakukan dengan diawali survey lengkap dampak akibat penggunaan
lahan sekitarnya. Jika tidak, maka perulangan akan terjadi dan sekian
milyar yang fenomena di atas tidak saja berlaku untuk kawasan Kebun
Kopi namun juga beberapa kawasan lain di Sulawesi Tengah seperti ruas
Salua-Kulawi, Tambu-Kasimbar, Mepanga-Basi, Tentena-Gintu, Podi-
Ampana dan beberapa ruas kritis lainnya di Sulawesi Tengah. Rekayasa
sipil tentu saja dapat diterapkan pada kasus-kasus di atas dengan diawali
faktor penyebab sehingga alternatif desain dapat dibuat dengan
mengakomodir faktor-faktor lain (Uno, 2010).

Bencana alam pada dasarnya adalah gejala atau proses alam yang
terjadi akibat upaya alam mengembalikan keseimbangan ekosistem yang
terganggu baik oleh proses alam itu sendiri ataupun akibat ulah manusia
dalam memanfaatkan sumberdaya alam ini. Kawasan rawan bencana

II - 56
Gambaran Umum Kondisi Daerah

alam meliputi kawasan rawan longsor, kawasan rawan banjir dan


kawasan rawan abrasi pantai.

1. Rawan Bencana Longsor

Kawasan rawan longsor di Kabupaten Donggala pada umumnya di


akibatkan ketinggian sangat curam di atas 2000 mdp dan jenis tanah
yang labil pada saat hujan, tersebar hampir di seluruh Kecamatan,
dengan luas kawasan rawan longsor tertinggi berada di Kecamatan
Sojol, Balaesang Tanjung, Sindue, Banawa Tengah, Banawa Selatan,
dan Kecamatan Pinembani. Untuk kawasan yang berpotensi terkena
bencana tanah longsor akibat tebing-tebing di kawasan pesisir
meliputi:
Kecamatan Sojol Utara;
Kecamatan Sojol;
Kecamatan Dampelas;
Kecamatan Balaesang Tanjung;
Kecamatan Sindue;
Kecamatan Labuan;
Kecamatan Tanantovea;
Kecamatan Banawa; dan
Kecamatan Pinembani;

2. Banjir

Peristiwa banjir erat kaitannya dengan musim penghujan dan pola


penggunaan/pengelolaan lahan atas hinterland-nya. Selain itu,
terjadinya banjir ini berhubungan pula dengan siklus pasang.
Beberapa daerah di pesisir Kabupaten Donggala berisiko terkena
banjir. Kawasan yang merupakan daerah rawan banjir:

Kecamatan Sojol Utara;


Kecamatan Sojol;
Kecamatan Dampelas:

II - 57
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Kecamatan Balaesang;
Kecamatan Balaesang Tanjung
Kecamatan Sirenja;
Kecamatan Sindue Tobata;
Kecamatan Sindue Tombusabora;
Kecamatan Sindue;
Kecamatan Labuan;
Kecamatan Tanantovea;
Kecamatan Banawa;
Kecamatan Banawa Tengah;
Kecamatan Banawa Selatan; dan
Kecamatan Rio Pakava.
Kecamatan Pinembani

3. Abrasi Pantai

Kawasan pesisir Kabupaten Donggala termasuk rentan terhadap


abrasi pantai. Hal ini diperparah oleh penebangan vegetasi mangrove
yang terus berlangsung, di samping faktor aksi Laut. Pantai yang
terabrasi secara indikatif ditemui pada sepanjang pantai di Kabupaten
ini, pada beberapa tempat mengancam jaringan jalan yang dibangun
menyusur pantai. Lokasi yang sering terjadi abrasi meliputi:

Kecamatan Banawa;
Kecamatan Banawa Tengah;
Kecamatan Banawa Selatan;
Kecamatan Tanantovea;
Kecamatan Labuan;
Kecamatan Sindue;
Kecamatan Sindue Tobata;
Kecamatan Sindue Tombusabora;
Kecamatan Sirenja;
Kecamatan Balaesang;

II - 58
Gambaran Umum Kondisi Daerah

Kecamatan Balaesang Tanjung;


KecamatanDampelas;
Kecamatan Sojol; dan
Kecamatan Sojol Utara

4. Erosi

Erosi yang umum berlangsung berupa erosi anthropic yang berasal


dari lahan sekitar yang terangkut aliran air maupun tenaga eksogen
lainnya. Gejala yang terlihat antara lain adalah adanya lidah pasir
yang terbentuk di kebanyakan muara sungai di samping itu, terjadi
pendangkalan. Hal ini terdapat pada hampir semua muara sungai di
Kabupaten Donggala. Selain itu, pada beberapa tempat yang
berhadapan langsung dengan laut bebas Selat Makassar dapat terjadi
erosi tebing. Lokasi yang mendapatkan permasalahan ini meliputi
Desa Alindau Kecamatan Sindue Tobata. Erosi berupa material pasir
dan batu-batuan pada sungai musiman yang berpotensi meluas dan
mengancam kawasan permukiman saat curah hujan tinggi di Desa
Towale Kecamatan Banawa Tengah.

2.1.2 Potensi Sumberdaya dan Pengembangan Wilayah

2.1.2.1. Potensi Sumberdaya Alam

A. Pertanian

Potensi sumberdaya alam terkait dengan sumberdaya pertanian


meliputi potensi pertanian tanaman pangan, tanaman hortikultura, dan
tanaman perkebunan. Sementara potensi sumberdaya pertanian dalam
arti luas lainnya mencakup sumberdaya peternakan, perikanan dan
kelautan, serta sumberdaya kehutanan.

A.1 Potensi Tanaman Pangan

Kondisi luas panen dan produksi beberapa jenis tanaman pangan


disajikan pada Tabel 2.10.

II - 59
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Tabel 2.10
Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan Utama Tahun 2013-2018
Di Kabupaten Donggala
No Deskripsi 2013 2014 2015 2016 2017 2018
A. Luas Panen (Ha)
Padi Sawah 24.844 23.314 20.374 18.557 22.555 24.532,7
Padi Ladang 503 519 427 985 859 1.717,7
Jagung 3158 3275 2402 6249 11.175 8.870,3
Kedelai 511 110 98 332 267 3.881
Kacang Tanah 459 328 294 350 263 246
Kacang Hijau 136 99 84 85 54 58
Ubi Kayu 361 329 268 252 227 159,1
Ubi Jalar 141 139 102 94 80 62,7
B. Produksi (Ton)
Padi Sawah 112.516 109.696 106.090 92.076 106.060 119.636
Padi Ladang 1257 1197 943 1.753 1.583 3.275
Jagung 14.578 12.640 9.637 35.841 71.360 55.205
Kedelai 633 126 118 529 248 4.837
Kacang Tanah 19,3 12,3 17,5 13 247 309
Kacang Hijau 8,3 8,4 8,3 8,33 0 0
Ubi Kayu 205,1 165,6 162,9 129,6 3568 2563
Ubi Jalar 1.414 1.311 958 1.683 1.287 1.033

Sumber: Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan, 2019(data diolah)

Tabel 2.9 menunjukkan bahwa luas panen padi sawah dan padi ladang
cenderung mengalami kenaikan dibanding selama tahun 2013-2018.
Tahun 2018 diketahui luas panen padi sawah mencapai 24.532,7 ha,
meningkat dibandingkan Tahun 2017 sebesar 22.555 ha. Sementara luas
panen padi ladang, walaupun menurun pada Tahun 2017 mencapai 859
ha turun dibanding 2016 yang mencapai 985 ha, namun meningkat
menjadi 1.717,7 ha.

Kondisi produksi padi sawah pada tahun 2013-2016 mengalami


penurunan dan meningkat kembali pada tahun 2017 sampai tahun 2018.
Penurunan produksi padi disebabkan oleh musim kemarau yang
menyebabkan berkurang debit irigasi, sehingga luas panen padi

II - 60
Gambaran Umum Kondisi Daerah

berkurang. Produksi padi ladang mengalami fluktuasi seiring dengan luas


penggunaan lahan (Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan Kabupaten Donggala, 2019). Luas panen palawija terdiri dari
dua varietas yaitu jagung dan ubi kayu yang mengalami peningkatan
dibandingkan luas panen Tahun 2016. Luas panen jagung tahun 2017
sebesar 11.175 ha lalu menurun pada tahun 2018 menjadi 8870,3 ha.
Produksi tertinggi jagung dicapai pada Tahun 2017, lalu mengalami
penurunan menjadi 55.205 ton pada Tahun 2018. Demikian pula dengan
kedelai yang mengalami peningkatan produksi, yakni mencapai 348,31
persen yakni dari 118 ton pada Tahun 2015 menjadi 529 ton pada Tahun
2016, dengan luas panen mencapai 332 ha, produksi tertinggi pada
tahun 2018 mencapai 4.847 ton (Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura
dan Perkebunan Kabupaten Donggala, 2018).

Rencana pengelolaan sawah di Kabupaten Donggala diarahkan


sebagai berikut:
a) Sawah beririgasi teknis harus dipertahankan luasannya;
b) Perubahan fungsi sawah ini hanya diizinkan pada kawasan perkotaan
dengan perubahan maksimum 50 persen dan sebelum dilakukan
perubahan atau alih fungsi harus sudah dilakukan peningkatan
fungsi irigasi setengah teknis atau sederhana menjadi teknis dua kali
luas sawah yang akan dialihfungsikan dalam pelayanan daerah irigasi
yang sama;
c) Pada kawasan perdesaan alih fungsi sawah diizinkan hanya pada
sepanjang jalan utama (arteri, kolektor, lokal primer), dengan besaran
perubahan maksimum 20 persen dari luasan sawah yang ada, dan
harus dilakukan peningkatan irigasi setengah teknis atau sederhana
menjadi irigasi teknis, setidaknya dua kali luasan area yang akan
diubah dalam pelayanan daerah irigasi yang sama;

II - 61
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

d) Pada sawah beririgasi teknis yang telah ditetapkan sebagai lahan


pertanian tanaman pangan abadi, maka tidak boleh dilakukan alih
fungsi;
e) Sawah beririgasi sederhana dan setengah teknis secara bertahap
dilakukan peningkatan menjadi sawah beririgasi teknis; serta
f) Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan pertanian diarahkan
untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan dengan
mengembangkan kawasan cooperative farming dan holtikultura
dengan mengembangkan kawasan good agriculture practices;
g) Perubahan sawah irigasi teknis menjadi kegiatan budidaya terbangun
pada jaringan jalan yang memiliki perkembangan sangat tinggi
(misalnya jalan arteri dan jalan kolektor), maka peralihan fungsi
dibatasi maksimal adalah 100 meter dari as jalan.

A.2 Hortikultura

Peruntukkan lahan untuk kawasan hortikultura di Kabupaten


Donggala dimaksudkan untuk menjaga ketersediaan hasil produksi
tanaman hortikultura. Luas panen dan produksi tanaman sayuran di
Kabupaten Donggala yang terbesar pada Tahun 2017 adalah komoditas
cabai dengan luas panen sebesar 323 ha dan produksi yang mencapai
4248 ton. Luas panen dan produksi terbesar tersebut berasal dari
Kecamatan Labuan. Sementara untuk produksi buah pisang yang
terbesar berasal dari Kecamatan Sindue dengan total produksi 7025 ton
pada Tahun 2017. Pencapaian hasil produksi tanaman sayuran pada
Tahun 2016 adalah sebesar 20.972 ton, dapat dikemukakan bahwa
komoditas sayuran mengalami peningkatan produksi sebesar 4.046 ton
atau naik sebesar 23,90 persen dari Tahun 2015 yang mencapai 16.926
ton. Pencapaian luas panen komoditi sayuran Tahun 2016 adalah 1.899
ha, naik sebesar 0.214 ha atau 12,70 persen dibandingkan pada Tahun
2015 yang mencapai 1.685 Ha, dengan produktivitas Tahun 2016 sebesar

II - 62
Gambaran Umum Kondisi Daerah

110,47 Ku/ha naik sebesar 9,98 persen dari Tahun 2015 yang mencapai
100,45 Ku/ha.

Perkembangan komoditas buah-buahan pada Tahun 2016


menunjukkan peningkatan, baik untuk produksi, produktivitas dan luas
panen. Pencapaian produksi buah-buahan Tahun 2016 sebesar 52.055
ton menunjukkan peningkatan produksi sebesar 14,57 persen atau 6.618
ton dibandingkan pada Tahun 2015 yang mencapai 45.437 ton. Luas
panen 2.237 ha naik sebesar 8,54 persen atau 176 ha dari tahun
sebelumnya yang mencapai luas 2.061 ha. Demikian pula produktivitas
buah-buahan mengalami peningkatan yakni dari 220,46 Ku/ha Tahun
2015 menjadi 231,70 Ku/ha pada Tahun 2016.

A.3 Kawasan Perkebunan

Kawasan Perkebunan, merupakan kawasan yang diperuntukkan


untuk produksi tanaman tahunan yang menghasilkan bahan pangan,
maupun bahan baku industri dengan kriteria kawasan: ketinggian lahan
< 2.000 meter dpl; kelerengan < 40 persen; dan kedalaman efektif lapisan
tanah atas > 30 cm. Kawasan perkebunan di Kabupaten Donggala selain
diarahkan untuk pengembangan perkebunan skala besar yang
diusahakan oleh kegiatan usaha berbadan hukum, juga diarahkan bagi
pengembangan perkebunan rakyat. Pengembangan perkebunan rakyat
dilakukan melalui perluasan dan peningkatan produktivitas lahan dengan
beragam komoditi, antara lain jenis tanaman utama kelapa, kakao, dan
kelapa sawit.

Daerah yang saat ini memiliki potensi kawasan perkebunan adalah


Kecamatan Sojol Utara, Sojol, Dampelas, Balaesang Tanjung, Balaesang,
Sirenja, Sindue, Banawa Tengah, Banawa Selatan dan Rio Pakava. Sektor
perkebunan merupakan salah satu andalan Kabupaten Donggala.
Sebagian besar masyarakatnya berusaha di sektor ini. Produksi tanaman
perkebunan di Kabupaten Donggala Tahun 2016 sebanyak 66.071,55 ton,

II - 63
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

terdiri dari tanama Kelapa, Kelapa Sawit, Kakao, Cengkeh, Kopi, lada,
Jambu Mente, pala, Vanili dan Kapuk. Sedangkan untuk Tahun 2015
sebanyak 62.111,95 ton, terdiri dari tanaman Kelapa, Kelapa Sawit,
Kakao, Cengkeh, Kopi, lada, Jambu Mente, pala, Vanili dan Kapuk.

Komoditi Kelapa Dalam pada Tahun 2016 produksinya mencapai


27.994 ton dengan wilayah penghasil terbesar berada di Kecamatan Sojol.
Komoditi Kakao dengan produksi pada Tahun 2016 sebesar 19.335 ton.
Wilayah penghasil kakao terbesar di Kecamatan Sindue, Tombusabora,
dan Sojol dengan total produksi masing-masing 3.500 ton dan 2.960 ton.
Komoditi Kopi dengan tingkat produksi mencapai 339 ton dengan
kecamatan penghasil terbesar adalah Kecamatan Pinembani (BPS,
Kabupaten Donggala Dalam Angka, Tahun 2018).

Rencana pengembangan kawasan peruntukan perkebunan


diarahkan untuk:

a) Pengembangan perkebunan dilakukan dengan mengembangkan


industri pengolahan hasil komoditi;
b) Pengembangan fasilitas sentra produksi dan pemasaran pada pusat
kegiatan ekonomi di pusat wilayah pengembangan;
c) Pengembangan perkebunan dengan merehabilitasi tanaman
perkebunan yang rusak;
d) Pengembangan kawasan-kawasan potensi untuk pertanian pangan
lahan kering;
e) Pengembangan pasar produksi perkebunan dan;
f) Pengolahan hasil perkebunan terutama dengan membentuk
keterikatan antar produk.

A.4 Potensi Peternakan

Kawasan peternakan diperuntukkan bagi kegiatan budidaya ternak


besar, ternak kecil, dan padang penggembalaan, dengan kriteria

II - 64
Gambaran Umum Kondisi Daerah

ketinggian < 1.000 meter dpl; kelerengan <15 persen, dan jenis tanah dan
iklim yang sesuai untuk padang rumput alamiah. Kawasan peternakan
diarahkan bagi pengembangan peternakan skala besar dan kecil dengan
jenis ternak antara lain sapi, kambing, ayam buras, dan ayam ras. Untuk
mendukung kegiatan peternakan, di kecamatan yang potensial bagi
peternakan dikembangkan program pengembangan HMT (hijauan
makanan ternak) melalui pemanfaatan limbah pertanian, seperti kacang-
kacangan, batang jagung, tanaman gamal, rumput penguat teras, cover
crop pada kawasan perkebunan, dan sebagainya. Pengembangan kawasan
peternakan di antaranya di Kecamatan Dampelas, Balaesang, Sirenja dan
Banawa namun masih berasosiasi dengan lahan yang potensial untuk
peruntukkan lahan pertanian.

Populasi ternak besar dan kecil yang terdiri dari Kerbau, Sapi, Kuda,
Kambing, Domba, dan Babi di Kabupaten Donggala pada Tahun 2016
adalah kerbau 18 ekor, sapi 40.321 ekor, kuda 16 ekor, kambing 32.315
ekor, domba 161 ekor dan babi 9.522 ekor. Populasi ternak unggas untuk
jenis ayam pedaging, ayam petelur, ayam buras dan itik adalah ayam
pedaging 672.000 ekor, ayam petelur 118.966 ekor, ayam buras 274.150
ekor, dan itik 13.632 ekor.

Upaya penanganan dan pengelolaan kawasan peternakan di


Kabupaten Donggala ditujukan untuk:

a) Peningkatan produksi dan populasi ternak untuk pemenuhan pangan


dengan mempertimbangkan asal ternak yang aman, sehat, utuh dan
halal (ASUH);

b) Meningkatkan pendapatan petani ternak dan pemerataan kesempatan


kerja.

II - 65
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

A.5 Perikanan dan Kelautan

Kawasan kelautan dan perikanan diperuntukkan bagi kegiatan


Perikanan Tangkap, Perikanan Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perikanan (P2HP) serta Kelautan. Sektor Kelautan dan Perikanan
diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
perekonomian wilayah, terutama pada Perikanan Tangkap melalui
kegiatan penangkapan ikan di perairan laut bagian utara Kabupaten
Donggala yang memiliki garis pantai terpanjang. Potensi perikanan
tangkap yang dimiliki Kabupaten Donggala cukup besar, jika dikelola
secara optimal, potensi lestari yang dapat dicapai adalah sekitar 99.100,8
ton/tahun. Jenis ikan yang terdapat di perairan Selat Makassar dan Laut
Sulawesi meliputi ikan pelagis dan ikan demersal.

Hasil Perikanan Budidaya melalui kegiatan usaha perikanan


budidaya air tawar berbasis teknologi perkolaman, Keramba Jaring
Apung, Keramba Tancap; Usaha Perikanan Budidaya Air Payau berbasis
teknologi pertambakan; dan Usaha Perikanan Budidaya Air Laut berbasis
pada teknologi KJA dan Pen Culture. Untuk mendukung produksi hasil
perikanan, dalam pengelolaan sumberdaya perikanan diperlukan
kegiatan pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan, kegiatan ini
mutlak dilakukan sebagai upaya untuk pelestarian dan pencegahan
tindakan pencurian ikan atau penangkapan ikan dengan merusak
ekosistem sumberdaya kelautan dan perikanan. Pelaksanaan pengawasan
sumberdaya kelautan dan perikanan dilaksanakan oleh petugas PPNS
(Penyidik Pegawai Negeri Sipil) didampingi Polisi Perairan TNI AL.

Kegiatan Pengelolaan sumberdaya laut pesisir dan pulau-pulau kecil


dilakukan melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir dan
Sosialisasi dan Upaya mitigasi bencana bagi masyarakat di wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil. Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perikanan (P2HP) memegang peranan penting pada produksi hasil
perikanan. Produksi komoditi perikanan merupakan komoditi yang cepat

II - 66
Gambaran Umum Kondisi Daerah

mengalami kerusakan (perishable) sehingga perlu dilakukan penanganan


dengan baik untuk menjamin kualitas yang layak dikonsumsi oleh
konsumen. P2HP dilakukan melalui pembangunan sarana dan prasarana
sistem rantai dingin (Cool Chain System-CCS) di TPI, selain penerapan
CCS pada setiap kantong produksi perikanan dilakukan kegiatan
pengolahan dan pengasapan ikan untuk mendapatkan hasil produk
olahan dengan mutu yang lebih baik. Data potensi Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Donggala disajikan pada Tabel 2.11 berikut.

Tabel 2.11
Data Potensi Pengembangan Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Donggala

Luas
Potensi Lokasi Usulan Pengembangan
(Ha)

Perikanan Tangkap

Ikan Pelagis Pengembangan dan Peningkatan


Armada Penangkapan berbasis
Laut Sulawesi dan kawasan minapolitan
Selat Makassar.
Ikan Demersal Pengkayaan Stok Sumberdaya Ikan
di Laut dan perairan umum

Kecamatan Optimalisasi Pemanfaatan Sarana


Balaesang dan dan Prasarana TPI.
Kecamatan Sojol
Utara

Perikanan Budidaya

Budidaya Air 3.845 Kecamatan Banawa Pembangunan Tambak Percontohan


Payau Tengah, Banawa di Kecamatan Sojol Desa
Selatan, Dampelas, Tonggolobibi.
Sojol dan Sojol
Utara Pengembangan dan Peningkatan
Budidaya Tambak Rakyat.

Pengembangan UPP Budidaya di


Kecamatan Banawa Selatan,
Kecamatan Sojol.

Penciptaan dan Pengkajian kawasan


Minapolitan Perikanan Budidaya di
Kecamatan Banawa Selatan.

II - 67
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Luas
Potensi Lokasi Usulan Pengembangan
(Ha)

Budidaya Air 10.364,8 Kecamatan Banawa Meningkatkan Pembenihan swasta


Laut Balaesang, ikan kerapu sebagai pusat produksi
Balaesang Tanjung, benih.
Sojol dan Sojol utara
Pengembangan budidaya Ikan
Kerapu ekonomis penting.

Pengembangan Budidaya Rumput


Laut.

Pembangunan Budidaya Taripang

Budidaya Air 2.189 Pembangunan Balai benih Ikan


Tawar Kecamatan Rio (BBI) Rano, BBI Labuan.
Pakava,
Pengembangan Budidaya
Banawa Selatan, Perkolaman.
Labuan,
Pengembangan Budidaya Keramba
Sindue, Sirenja, Jaring Apung, Keramba Tancap.
Balaesang,
Balaesang Tanjung, Pengembangan Buddidaya Ikan air
Dampelas, Sojol tawar di Kec. Sirenja, Kec.
Riopakava, Kecamatan Labuan.
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) :

Usaha Perikanan Konsumsi :

Pengolahan Pembinaan Manajemen usaha dan


Ikan Kecamatan Banawa Pemasarananya ikan olahan.
dan Kecamatan
Sirenja, Kecamatan
Tanantovea Pembinaan Teknolog pengolahan
hasil Perikanan.

Pengeringan Kecamatan Banawa Pembinaan Manajemen usaha dan


Ikan Teri Selatan dan Pemasarananya ikan olahan.
Balaesang,
Kecamatan Sindue
Tombusabora,
Pembinaan Teknolog pengolahan
Kecamatan Sojol
hasil Perikanan.
dan Kecamatan
Sojol Utara

Pengasapan Kecamatan Sindue,


Rono Tapa dan Balaesang Tanjung Pembangunan Sentra olohan
Ikan Roa dan Kec. Banawa berbasis komoditi lokal.
Tengah.

Ikan Segar/ Kecamatan Banawa Pembangunan Sarana dan


Ikan Basah Selatan, Sindue, Prasarana Sistem Rantai Dingin

II - 68
Gambaran Umum Kondisi Daerah

Luas
Potensi Lokasi Usulan Pengembangan
(Ha)
Sirenja, Balaesang, (Cool Chain System-CCS).
Sojol, Sojol Utara
Pengembangan dan Pembangunan
prasarana pemasaran.

Usaha Ikan Non Konsumsi :

Pengelolaan Pembangunan prasarana sentra


usaha ikan Kecamatan Banawa pemasaran ikan hias.
hias Selatan, Kecamatan
Penguatan kelembagaan pengolah
Balaesang,
ikan hias.
Kecamatan
Balaesang Tanjung Optimalisasi asosiasi ikan hias
Kabupaten Donggala.

Pengelolaan Kecamatan Banawa,


Usaha Kerang- Kecamatan Penguatan kelembagaan pengolah
Kerangan Balaesang dan kerang-kerangan.
Kecamatan Sojol
Kelautan :

Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan


Ekosistem Kecamatan Banawa Pengembangan dan Penguatan
sumberdaya Selatan dan Kelembagaan sistem pengawasan.
Perikanan Laut Balaesang,
dan Perairan
Umum Balaesang Tanjung,
Sindue Pembangunan dan Peningkatan
Tombusabora, Sojol habitat Sumberdaya Perikanan.
dan Sojol Utara

Sumberdaya Laut Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Panjan Pesisir 14 Kecamatan Pembangunan dan Peningkatan


Pantai 414 Km Wilayah Pesisir Prasarana Pemanfaatan pesisir dan
dengan Pulau-Pulau Kecil.
ketersediaan
15 Pulau pulau
kecil Zonasi Rinci Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil.

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Donggala Tahun 2017 (Data
Diolah Kembali Penyajiannnya Mengacu pada RKPD Kabupaten Donggala
Tahun 2018)

Potensi perikanan di Kabupaten Donggala meliputi Perikanan


Tangkap, Perikanan Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perikanan (P2HP) dan Kelautan.

II - 69
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

a) Perikanan Tangkap:

Rencana pengembangan untuk perikanan tangkap meliputi:

1) Pemberdayaan nelayan skala 3-10 Gross Ton (GT);


2) Restruksturisasi armada > 10 GT;
3) Fasilitasi Sarana Penangkapan Ikan program 1000 Katinting;
4) Pemulihan sumberdaya ikan (SDI) melalui Restocking;
5) Peningkatan Sarana dan Prasarana dari TPI Menjadi Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI);
6) Penciptaan kawasan minapolitan dan indutri perikanan tangkap
terpadu pada PPI Balaesang.

b) Perikanan Budidaya

1) Perikanan budidaya air payau.

Rencana pengembangan kawasan perikanan budidaya air payau


meliputi:

(a) Peningkatan tambak percontohan di Desa Tonggolobibi


Kecamatan Sojol;
(b) Peningkatan teknologi produksi tambak rakyat sistem polikultur
dan monokultur;
(c) Pengembangan Unit Pelayanan Pengembangan (UPP) Perikanan
Budidaya wilayah pantai barat;
(d) Penciptaan dan pengkajian kawasan minapolitan perikanan
budidaya di Kecamatan Banawa Selatan.
2) Perikanan budidaya air laut.

Rencana pengembangan kawasan perikanan budidaya air laut


meliputi:

(a) Optimalisasi peran pembenihan swasta ikan kerapu sebagai


sentra produksi benih;

II - 70
Gambaran Umum Kondisi Daerah

(b) Peningkatan budidaya ikan kerapu melalui teknologi Karamba


Jaring Apung (KJA) di perairan laut pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil;
(c) Pembangunan budidaya teripang melalui teknologi pen culture;
(d) Pengembangan budidaya rumput laut teknologi long line, lepas
dasar dan rakit apung.

3) Perikanan budidaya air tawar.

Rencana pengembangan kawasan perikanan budidaya air tawar


meliputi:

(a) Pembangunan dan Pengembangan balai benih ikan (BBI) Dinas


Perikanan sebagai produksi benih berkualitas;
(b) Pembangunan dan Pengembangan unit pembenihan rakyat (UPR)
pada kawasan perikanan budidaya air tawar;
(c) Pemanfaatan lahan kritis seperti eks lahan sawah yang produktif
dengan teknologi perkolaman usaha ikan konsumsi dan kolam
pemancingan dan perairan umum seperti Danau Rano dan
Danau Talaga dengan teknologi keramba jaring apung/keramba
tancap sebagai kawasan baru perikanan budidaya air tawar.

c) Pengolohan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP)

Rencana pengembangan kawasan Pengelolaan dan Pemasaran Hasil


Perikanan (P2HP) meliputi:

1) Usaha Perikanan Konsumsi


(a) Pembinaan manajemen usaha dan pemasaran abon ikan, bakso
ikan, ikan Teri, ikan asin, ikan roa sistem pengasapan dan
olahan lainnya pada sentra produksi hasil perikanan;
(b) Pembangunan Sentra olahan berbasis komoditi lokal khususnya
rono tapa dan ikan roa;
(c) Penerapan Sistem Rantai Dingin (Cool Chain System-CCS) di
sentra produksi hasil perikanan;

II - 71
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

(d) Pembangunan dan optimalisasi pabrik es dan cool storage;


(e) Pembangunan Pasar Ikan tradsional menjadi pasar ikan Modern.
2) Usaha Ikan Non Konsumsi
(a) Pembangunan dan pengelolaan prasarana sentra pemasaran ikan
hias di kawasan strategis wisata bahari;
(b) Penguatan kelembagaan pengolah ikan hias;
(c) Optimalisasi asosiasi ikan hias Kabupaten Donggala;
(d) Penguatan kelembagaan pengolah kerang dan kerangan.

d) Kelautan

Rencana pengembangan kawasan Kelautan meliputi:


1. Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan:
(a) Pengembangan dan Penguatan Kelembagaan kelompok
pengawasan masyarakat (POKMASWAS);
(b) Operasi pengawasan rutin/berkala dan terpadu merupakan
shock therapy kegiatan nelayan ilegal melalui sistem pengawasan
berbasis masyarakat (SISWASMAS);
(c) Konservasi terumbu karang berupa pembuatan rumah ikan (Fish
Home).

2. Sumberdaya Laut Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil:


(a) Zonasi Rinci Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
(b) Peningkatan jalan produksi/jalan setapak di pulau-pulau kecil;
(c) Peningkatan infrastruktur dasar di pulau-pulau kecil berupa
jetty. Akses listrik dan air bersih;
(d) Peningkatan rehabilitasi terumbu karang dalam mendukung
kawasan wisata pesisir;
(e) Penguatan kelembagaan kearifan lokal dalam pengelolaan laut
pesisir dan pulau-pulau kecil;
(f) Pemberdayaan masyarakat pesisir, sosialisasi dan upaya mitigasi
bencana bagi masyarakat di wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil;

II - 72
Gambaran Umum Kondisi Daerah

Upaya penanganan dan pengelolaan kawasan perikanan terpadu di


Kabupaten Donggala:

(a) Memberdayakan potensi desa pesisir sebagai sumber pertumbuhan


ekonomi di sektor kelautan dan perikanan melalui kegiatan Perikanan
Tangkap, perikanan budidaya, pengeolahan dan pemasaran hasil
serta membangun infrastruktur wilayah pesisir;

(b) Revitalisasi fungsi Tempat Pelelangan Ikan (TPI) menjadi Pangkalan


Pendaratan Ikan (PPI) sebagai sarana pendukung pengelolaan dan
pemafaatan usaha perikanan tangkap, Pelayanan PPI dapat menjamin
harga jual produk perikanan tangkap yang menguntungkan nelayan
produsen;

(c) Pembangunan tambatan perahu nelayan, sarana perbengkelan kapal


motor perikanan dalam kawasan PPI;

(d) Meningkatkan produksi hasil perikanan, melalui penerapan alat


bantu teknologi penangkapan dengan memodifikasi alat tangkap ikan,
pembuatan rumpon laut dangkal, rumpon laut dalam, penambahan
armada penangkapan ikan;

(e) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat pembudidaya ikan untuk


mengembangan perikanan budidaya air tawar melalui pembuatan
kolam ikan, usaha kolam pemancingan, penebaran benih ikan air
tawar di perairan umum seperti di waduk, sungai dan danau;

(f) Mengembangkan kawasan perikanan budidaya air laut (marine


culture) untuk komoditi yang bernilai ekonomi tinggi seperti ikan
kerapu macan dan tikus dengan sistem penerapan Keramba Jaring
Apung;

(g) Rahabilitasi ekosistem perairan melalui pembangunan fish home,


tranplantasi terumbu karang buatan, penanaman mangrove;

II - 73
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

(h) Meningkatkan pendapatan Nelayan, Pembudidaya, Pengolah dan


Pemasar hasil perikanan, melalui pembangunan Pasar Ikan Higienis,
TPI, Pemasaran antar pulau;

(i) Mempermudah koordinasi dalam pengelolaan dan pemasaran hasil


perikanan, melalui lembaga usaha mikro (KUD) Mina di Sektor
Perikanan;

(j) Mengendalikan dan mengatur pemanfaatan potensi sumber daya


perikanan agar lebih sesuai dengan kaidah pemanfaatan sumber daya
perikanan yang berkelanjutan (sustainable fisheries/MSY) serta
prinsip keadilan melalui pengaturan jalur penangkapan ikan,
pengendalian jumlah kapal, ukuran kapal, alat tangkap yang
dipergunakan dan kuota jumlah tangkapan yang diperbolehkan.

A.6 Potensi Hutan dan Non Hutan

Potensi hutan dan non hutan dan luas penggunaan di Kabupaten


Donggala disajikan pada Tabel 2.12.

Tabel 2.12
Potensi Hutan dan Non Hutan di Kabupaten Donggala tahun 2017

No Jenis Pengunaan Luas (Ha) Persentase (%)

1. Hutan Lindung 85.696 29,21

2. Hutan Produksi 12.228 4,17

3. HPT 156.824 53,45

4. Hutan Produksi dapat Dikonversi 14.754 5,03

5. Kawasan Suaka Alam (KSA) 23.912 8,15

6. Jumlah 293.414 100,00

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018, data diolah.

II - 74
Gambaran Umum Kondisi Daerah

Total kawasan Hutan seluas sebesar 293.414 Ha atau 55,62 % dari


total luas wilayah Kabupaten Donggala yang mencakup antara lain;
Hutan Lindung, Hutan Produksi Terbatas (HPT), Hutan Produksi yang
dapat dikonservasi dan KSA.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor.


635/menhut/II/2013 tentang perubahan peruntukan kawasan hutan
menjadi bukan kawasan hutan seluas 94,759 (sembilan puluh empat ribu
tujuh ratus lima puluh sembilan) Ha, perubahan fungsi kawasan hutan
seluas + 8.409 (Delapan Ribu Empat Ratus Sembilan) Ha, dan
penunjukkan bukan kawasan hutan menjadi kawasan hutan seluas +91
(sembilan puluh satu) Ha.

Kawasan Non hutan yang merupakan pewilayahan komoditas


sebagai suatu kesatuan fungsional kawasan yang mempunyai karakter
kegiatan budidaya komoditi pertanian tertentu yang potensial dan
prospektif untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi kawasan-kawasan
sentral produksi dan aktifitas lain yang berkaitan dengan kegiatan
pertanian dan budidaya komoditas unggulan. Perwilayahan komoditas di
daerah ditentukan atas dasar hasil penilaian kesesuaian lahan untuk
berbagai komoditas unggulan, keadaan wilayah secara umum serta
kondisi penggunaan lahan saat ini. Dari hasil analisis dari penggunaan
lahan antara lain; Perkebunan dengan luasan sebesar 89.929 Ha, Sawah
dengan luas 30.887 Ha.

B. Potensi dan Jaringan Air Minum

Pengembangan layanan air minum bagi masyarakat sangat perlu


dilakukan mengingat fungsi dari air minum tersebut yang sangat penting.
Untuk memenuhi kebutuhan akan air minum, perlu adanya peningkatan
sarana dan prasarana pendukung seperti pipa, tandon, reservoir, dan
prasarana pendukung lainnya.

II - 75
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Tabel 2.13
Pemanfaatan Air di Kabupaten Donggala

Total Penggunaan Air (liter)


Jumlah
Desa Pddk 2014
(jiwa) Rumah Perdagang-an Fasilitas Jumlah Total
Perkantoran Industri Kebocoran
Tangga & Jasa Sosial Kebutuhan

Rio Pakava 23,397 4,679,476 935,895 467,948 467,948 3,275,633 467,948 10,294,847

Pinembani 6,652 1,330,392 266,078 133,039 133,039 931,274 133,039 2,926,861

Banawa 33,405 6,680,941 1,336,188 668,094 668,094 4,676,659 668,094 14,698,070


Banawa
Selatan 24,714 4,942,757 988,551 494,276 494,276 3,459,930 494,276 10,874,066
Banawa
Tengah 10,496 2,099,157 419,831 209,916 209,916 1,469,410 209,916 4,618,145

Labuan 14,082 2,816,441 563,288 281,644 281,644 1,971,509 281,644 6,196,171

Tanantovea 15,898 3,179,644 635,929 317,964 317,964 2,225,751 317,964 6,995,216

Sindue 19,249 3,849,704 769,941 384,970 384,970 2,694,793 384,970 8,469,349


Sindue
Tombusabora 12,016 2,403,177 480,635 240,318 240,318 1,682,224 240,318 5,286,989

Sindue Tobata 9,272 1,854,319 370,864 185,432 185,432 1,298,024 185,432 4,079,503

Sirenja 21,040 4,208,042 841,608 420,804 420,804 2,945,630 420,804 9,257,693

Balaesang 23,853 4,770,682 954,136 477,068 477,068 3,339,477 477,068 10,495,500


Balaesang
Tanjung 10,933 2,186,512 437,302 218,651 218,651 1,530,558 218,651 4,810,326

Damsol 30,203 6,040,675 1,208,135 604,067 604,067 4,228,472 604,067 13,289,484

Sojol 26,722 5,344,469 1,068,894 534,447 534,447 3,741,128 534,447 11,757,832

Sojol Utara 9,847 1,969,442 393,888 196,944 196,944 1,378,609 196,944 4,332,771

Jumah 291,779 130,103,152 131,846,534 133,613,278 135,403,696 137,218,105 139,056,828 140,920,189

Sumber: Hasil Analisis RKPD Kabupaten Donggala Tahun 2019.

Rencana pengembangan jaringan air minum meliputi jaringan


Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan Himpunan Penduduk
Pengguna Air Minum (HIPPAM) yang memanfaatkan mata air dan sumber
air bawah tanah. Jaringan air minum ke kelompok pengguna berupa
jaringan perpipaan air minum Palu dan Himpunan Penduduk Pengguna
Air Minum yang memanfaatkan mata air di Kecamatan Banawa Tengah
dan sumber air bawah tanah di seluruh Kecamatan. Upaya penanganan

II - 76
Gambaran Umum Kondisi Daerah

untuk meningkatkan layanan fasilitas air minum di Kabupaten Donggala


seperti:

1. Perlindungan terhadap sumber-sumber mata air dan daerah resapan


air;
2. Perluasan daerah tangkapan air.

Peningkatan pelayanan dan pengelolaan air minum oleh PDAM


dengan peningkatan sistem jaringan air minum hingga ke wilayah
perdesaan.

C. Potensi Mineral

Kawasan pertambangan di wilayah Kabupaten Donggala terdiri dari


Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Panas Bumi, Wilayah Usaha
Pertambangan (WUP) Batuan/Galian C sebesar 650,00 Ha atau 0,12
persen, Wilayah Pertambangan (WP) Mineral Logam dan Batubara.

Tembaga; Terdapat di 6 titik lokasi, kesemuanya masih berupa indikasi


yang ditemukan pada bongkah- bongkah batuan intrusi granodiorit, diorit
dan malihan yang dipotong oleh urat kuarsa.

Timbal; Berupa indikasi mineralisasi timbal/galena, ditemukan pada


singkapan maupun bongkah-bongkah batuan intrusi granit dan
granodiorit yang diterobos oleh urat-urat kuarsa, di 6 titik lokasi.

Bahan Galian Non Logam; Beberapa jenis bahan galian non-logam di


daerah Kabupaten Donggala antara lain adalahgranit/diorit/andesit (16
titik lokasi dengan jumlah sumberdaya 281.873,93 juta ton), sirtu / pasir
(29 titik lokasi sirtu/pasir, besar sumberdaya sebanyak 1.80 juta ton),
lempung (4 titik lokasi dengan potensi sumberdaya sebesar 12,65 juta
ton), batugamping (potensi sumberdaya berjumlah 695,65 juta ton),
sebahagian besar potensi tersebut berada di Kecamatan Banawa yang
merupakan daerah konsesi PT. Cipta Cakra Murti, pasir kuarsa, (3 titik

II - 77
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

lokasi) dengan jumlah potensi sebesar 0,05 juta ton, felsfar (4 titik lokasi)
dengan jumlah potensi sumberdaya sebesar 40,81 juta ton, kaolin
(terdapat pada 1 titik lokasi), sumberdaya belum diketahui dan sampai
sekarang belum diusahakan, mika (2 titik lokasi), potensi sumber
dayanya belum diketahui, kalsedon (1 titik lokasi), berupa indikasi pada
endapan alluvial yang terdiri dari bongkah-bongkah kalsedon bersama
dengan rijang, agat dan jasper, potensi sumberdaya endapan ini belum
diketahui.

Batubara; Ditemukan di Desa peat” hingga Toaya hingga Tamarenja,


Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala, merupakan batu bara jenis “
“lignit brown coal” dengan ketebalan 0,15-3,0 m, penyebarannya ± 15 ha,
terdapat dalam Formasi Molasa berselang seling dengan lempung dan
batupasir. Hasil analisis batubara tersebut yang dilakukan oleh Dinas
Pertambangan Kabupaten Donggala menunjukkan komposisi dari kadar
air 20,79 persen, abu 9,68 persen, fix carbon 29,55 persen, belerang 1,26
persen dan nilai kalori 4130 kkal. Potensi sumberdaya batubara belum
diketahui.

Energi Listrik; Energi listrik di Kabupaten Donggala pada Tahun 2014


disuplai dari PLTD Silae Kota Palu, PLTU Palu, Sistem Palu dan PLTD
Siboang. Jumlah pelanggan PLN didaerah ini sebanyak 50.275 pelanggan
yang terdiri dari rumah tangga 47.837, industrri 9 pelanggan, intansi 293
pelanggan dan lainnya 2.136 pelanggan. Jumlah tenaga listrik yang
terpakai/terjual sebanyak 49.890.282 Kwh.

D. Potensi Pariwisata

Donggala adalah sebuah kota tua yang terletak ± 34 Km Timur Laut


dari Kota Palu. Dengan arsitektur Belanda yang masih menghiasi kota,
Donggala juga mempunyai banyak obyek wisata yang sangat indah dan
menarik untuk dikunjungi, antara lain Pantai Tanjung Karang, Pusentasi
(kolam air asin), pantai Kaluku, pantai Labuana, pantai Bambarano, Air

II - 78
Gambaran Umum Kondisi Daerah

Terjun Pawelua, Pulau Pasoso, dan lain-lain. Selain wisata daratan,


perairan Donggala juga memiliki pemandangan bawah Laut yang sangat
indah dan baik untuk lokasi penyelaman (diving) antara lain di Rumah
Bupati, Enu, Pasi pome, Batu Suya dan Atoll Besar.

Wisatawan yang berkunjung juga dapat membeli oleh-oleh berupa


Kain Tenun Donggala, dengan sentra produksinya antara lain di Desa
Towale. Kain tenun Donggala atau sarung sutra Donggala merupakan
salah satu hasil kerajinan tradisional Kabupaten Donggala yang sudah
terkenal di seluruh Nusantara. Dikatakan tenun tradisional, karena
proses pembuatannya dilakukan secara tradisional dengan peralatan
yang tradisional dilakukan oleh kaum perempuan di Donggala.

2.1.2.2. Arah Pengembangan Kawasan Strategis Kabupaten Donggala

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang


menetapkan bahwa lingkup kegiatan penataan ruang terdiri dari 3 (tiga)
tahapan, yakni perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang. Ketiga tahap kegiatan tersebut
selayaknya berjalan bagaikan suatu siklus yang kontinyu dengan
keterkaitan yang utuh dalam suatu kegiatan manajemen penataan ruang.
Suatu penataan ruang pada intinya merupakan satu kesatuan sistem
yang tidak terpisahkan antara satu dengan yang lainnya. Apabila satu
tahap kegiatan telah selesai, maka harus segera melakukan kegiatan
berikutnya dengan tetap berpijak pada sistem yang terpadu.
Berdasarkan Rencana Tataruang wilayah Kabupaten Donggala Tahun
2011-2031, penetapan kawasan strategis dan pengembangannya di
Kabupaten Donggala diuraikan sebagai berikut.

A. Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya


diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam

II - 79
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

lingkup nasional terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.


Berdasarkan RTRWN, Kawasan Strategis Nasional yang ada di Kabupaten
Donggala yaitu
a. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) PALAPAS (Palu,
Donggala, Parigi Moutong, Sigi) yang merupakan kawasan strategis
dari sudut kepentingan ekonomi;
b. Wilayah Sungai (SW) Palu – Lariang yang merupakan wilayah sungai
lintas provinsi dan kewenangan Nasional serta merupakan kawasan
strategis dari sudut kepentingan ekonomi dan fungsi serta daya
dukung lingkungan hidup;
c. Cagar Alam Gunung Sojol yang merupakan kawasan strategis untuk
kepentingan ekologi dan lingkungan hidup;
d. Suaka Margasatwa Pulau Pasoso di Kecamatan Balaesang Tanjung
yang merupakan kawasan strategis untuk kepentingan ekologi dan
lingkungan hidup; dan

B. Kawasan Strategis Provinsi

Kawasan Strategis Propinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya


diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam
lingkup Provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.

Kawasan Strategis Provinsi yang ada di Kabupaten Donggala, terdiri


atas:

a. kawasan Damsol dan sekitarnya, yang merupakan kawasan strategis


dari sudut kepentingan ekonomi;
b. kawasan Lalundu yang merupakan kawasan strategis dari sudut
kepentingan ekonomi;
c. kawasan Surumana yang berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat
yang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi;
dan

II - 80
Gambaran Umum Kondisi Daerah

d. kawasan terusan khatulistiwa yang meliputi Parigi Moutong -


Donggala yang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

C. Kawasan Strategis Kabupaten

Rencana tata ruang kawasan strategis Kabupaten perlu dipriotaskan,


karena berisikan arahan yang memiliki nilai strategis nasional, provinsi
maupun Kabupaten. Kawasan strategis adalah wilayah yang penataan
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting
dalam lingkup Nasional/Provinsi/Kabupaten terhadap pertahanan dan
keamanan, ekonomi, sosial budaya, teknologi tinggi dan/atau lingkungan
hidup.

Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya


berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap :

1. Tata ruang di wilayah sekitarnya;


2. Kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya;
dan/atau
3. Peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan pengertian tersebut, serta arahan pengembangan


kawasan kegiatan utama dari kebijakan pembangunan dan kebijakan tata
ruang Kabupaten yang telah dianalisis sebelumnya, maka ditetapkan
beberapa kawasan yang merupakan kawasan strategis.

C.1 Kawasan Strategis Ekonomi

Rencana penetapan kawasan strategis ekonomi sebagaimana


Kabupaten Donggala, meliputi :

(1) Kawasan agropolitan terdapat di Kecamatan Rio Pakava, Kecamatan


Sindue, Kecamatan Balaesang dan Kecamatan Damsol.

II - 81
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

(2) Kawasan agrowisata sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b,


terdapat di Kecamatan Banawa Tengah dan Kecamatan Balaesang
Tanjung.
(3) Kawasan minapolitan terdapat di Kecamatan Balaesang, Kecamatan
Balaesang Tanjung, Kecamatan Banawa Tengah, Kecamatan Banawa
Selatan, Kecamatan Sojol dan Kecamatan Sojol Utara;
(4) Kawasan agroindustri terdapat di Kecamatan Rio Pakava, Kecamatan
Banawa, Kecamatan Sindue Tobata, Kecamatan Sirenja, Kecamatan
Balaesang, dan Kecamatan Damsol.
(5) Kawasan ekowisata meliputi : Air Terjun di Desa Sipeso Kecamatan
Sindue Tobata, di Desa Bou dan Desa Pangalasiang Kecamatan Sojol,
dan di Desa Nupabomba Kecamatan Tanantovea; Danau Dampelas di
Kecamatan Damsol; Danau Rano di Kecamatan Balaesang Tanjung;
Pusat Laut di Kecamatan Banawa Tengah; Pantai Tanjung Karang,
Boneoge, Towale di Kecamatan Banawa; Pulau Pasoso di Kecamatan
Balaesang Tanjung; Pulau Maputi – Pulau Pangalaseng di Kecamatan
Sojol dan Cagar Alam di Kecamatan Sojol, Kecamatan Sojol Utara,
Kecamatan Damsol.
(6) Kawasan pelabuhan terdapat di Pelabuhan Donggala Kecamatan
Banawa, dan Pelabuhan Wani di Kecamatan Tanantovea, Pelabuhan
Ogoamas di Kecamatan Sojol Utara

(7) Kawasan pertambangan meliputi:

a. kawasan pertambangan mineral non logam, terdiri atas :


- Pasir dan batu (sirtu) di Kecamatan Banawa, Kecamatan Sindue,
Kecamatan Labuan, Kecamatan Tanantovea, Kecamatan Banawa,
Kecamatan Sindue Tombusabora, Kecamatan Sindue Tobata,
Kecamatan Sirenja, Kecamatan Balaesang, Kecamatan Sojol dan
Kecamatan Sojol Utara.

II - 82
Gambaran Umum Kondisi Daerah

- Granit di Kecamatan Sojol Utara, Kecamatan Sojol, Kecamatan


Damsol, Kecamatan Balaesang, Kecamatan Balaesang Tanjung,
Kecamatan Sirenja, Sindue Tombusabora.
- Granit di Kecamatan Sindue, Sirenja, Balaesang, Kecamatan
Sojol.

b. kawasan pertambangan mineral logam dan batuan, terdiri atas :


1. Emas dan Biji besi di Kecamatan Balaesang Tanjung, Kecamatan
Balaesang, Kecamatan Sirenja, Kecamatan Tanantovea,
Kecamatan Labuan, Kecamatan Sindue, Kecamatan Sindue
Tobata, Kecamatan Sindue Tombusabora, Kecamatan Sojol,
Kecamatan Sojol Utara dan Kecamatan Rio Pakava;
2. Tembaga di Kecamatan Labuan, Kecamatan Tanantovea,
Kecamatan Sindue, Kecamatan Sindue Tobata, Kecamatan
Sindue Tombusabora, Kecamatan Damsol, Kecamatan Sojol, dan
Kecamatan Sojol Utara;

Arahan pengembangan ekonomi di bidang pertanian adalah:

A. Arahan pengembangan kota yang berkembang di sektor pertanian


1. Pengembangan produk pertanian secara optimal;
2. Pemanfaatan SDM sebagai sumber daya masa depan;
3. Pengembangan kegiatan perdagangan untuk mendukung sektor
pertanian.

B. Arahan pengembangan penghasil tanaman padi dan palawija


1. Pengembangan infrastruktur pendukung Rencana pengembangan
tanaman padi dan palawija;
2. Penyediaan lahan untuk daerah berkembangan di sekitar Kecamatan
Rio Pakava sebagai kawasan perdagangan;
3. Mempersiapkan Kecamatan Rio Pakava sebagai pusat pertumbuhan
karena didukung oleh pengembangan;
4. Pengembangan jalur angkutan barang.

II - 83
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

C. Arahan Kawasan Agroindustri Kabupaten Donggala


1. Pengembangan kawasan industri Kabupaten Donggala yaitu di
Kecamatan Rio Pakava, Banawa, Sindue Tobata, Sirenja, Balaesang,
dan Damsol;
2. Mempermudah prosedur investasi pada pihak swasta;
3. Pengembangan pengolahan hasil industri;
4. Pengembangan infrastruktur pendukung industri;
5. Pengembangan kerjasama dengan pihak terkait.

D. Arahan pengembangan kegiatan budidaya perikanan laut dan hasil


tangkapan di Pinembani
E. Arahan pengembangan kawasan agropolitan di Kecamaan Damsol
Kecamatan Balaesang, Kecamatan Sindue, Kecamatan Rio Pakava.
1. Pengembangan jaringan jalan;
2. Pengembangan terminal tipe B dan C;
3. Pengembangan industry pengolahan hasil pertanian;
4. Peningkatan saluran irigasi, penyediaan bibit unggul, obat – obatan
dan pupuk untuk mendukung hasil pertanian yang berkualitas;
5. Penyediaan gudang dan sentra hasil pertanian dan pengolahan hasil
pertanian.

C.2 Kawasan Strategis Sosial Budaya

Kawasan stategis sosial budaya Kabupaten Donggala meliputi wisata


pantai yang berada di sepanjang pesisir Kabupaten Donggala. Keberadaan
obyek-obyek wisata yang terkait dengan wisata pantai pantai Pusentasi,
Tanjung Karang, air panas Sibado dan tempat – tempat wisata lainnya
yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Donggala.

Rencana yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan sosial


budaya, terdiri atas:

II - 84
Gambaran Umum Kondisi Daerah

a. Perlindungan bangunan yang mempunyai nilai sejarah di seluruh


Kabupaten Donggala maupun pengembangan kawasan sekitarnya
secara terbatas (buffer zone);
b. pengembangan adat istiadat Masyarakat Marangkale yang terdapat di
puncak gunung di Kecamatan Labuan; Unde dan Uma di Kecamatan
Banawa Tengah, Tajio dan Lauje di Kecamatan Sindue Tobata sampai
Kecamatan Sojol Utara, Mpendau di Kecamatan Balaesang sampai
Kecamatan Damsol, Daa di Kecamatan Panimbani sampai Kecamatan
Riopakava, budaya dan adat istiadat Tado di Kecamatan Rio Pakava
dan budaya dan adat istiadat Kaili Kori di Kecamatan Sindue.
c. pengembangan fasilitas pendukung obyek wisata seperti hotel, agen
wisata taman parkir dan lainnya yang mendukung wisata budaya; dan
d. pengembangan industri rumah tangga kain tenun sarung Donggala
yang ada di Kabupaten Donggala.

Berikut arahan pengembangan kawasan strategis sosial-kultur:


Perlindungan bangunan yang mempunyai nilai sejarah di seluruh
Kabupaten Donggala maupun pengembangan kawasan sekitarnya
secara terbatas (buffer zone);
pengembangan adat-istiadat di Kabupaten Donggala di mana
terdapatnya masyarakat Marangkale yang ada di puncak gunung
Kecamatan Labuan;
Pengembangan fasilitas pendukung obyek wisata seperti hotel, agen
wisata taman parkir dan lainnya yang mendukung wisata budaya;
Pengembangan home industry kain tenun sarung Donggala yang ada di
Kabupaten Donggala;
Perbaikan agenda pariwisata Kabupaten Donggala.

Penanganan kawasan strategis sosial budaya khususnya yang


berada di Kota Donggala dilakukan dengan pengembangan kegiatan home
industry kain tenun sarung Donggala dan pengembangan wisata budaya
asli yang ada di Kabupaten Donggala.

II - 85
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

C.3 Kawasan Strategis Penyelamatan Lingkungan Hidup

Rencana penetapan kawasan strategis penyelamatan lingkungan


hidup Kabupaten Donggala, meliputi:
a. Kawasan suaka margasatwa Pulau Pasoso dengan luas ± 61 Ha di
Kecamatan Balesang Tanjung;
b. Kawasan cagar alam Gunung Sojol dengan luas ± 22.621 Ha meliputi
Kecamatan Sojol, Damsol, Sojol Utara;
c. Kawasan Hutan bakau dengan luas ± 1531,47 Ha meliputi Kecamatan
Banawa, Kecamatan Banawa Selatan, Kecamatan Banawa, Kecamatan
Sirenja, Kecamatan Balaesang, Kecamatan Balaesang Tanjung,
Kecamatan Damsol, Kecamatan Sojol, Kecamatan Sojol Utara.

Arahan Pengembangan Kawasan Strategi Penyelamatan Lingkungan


Hidup Kabupaten Donggala yang Meliputi Kawasan Suaka Margasatwa,
Cagar Alam Satwa, Dan Hutan Bakau Yaitu :

1. Peningkatan pengembangan perekonomian yang ada di kawasan


strategi penyelamatan lingkungan hidup;
2. Melestarikan lingkungan hidup yang ada di Kabupaten Donggala;
3. Mempertahankan kawasan tersebut sebagai kawasan strategi
penyelamatan lingkungan hidup.

C.4 Kawasan Strategis Teknologi Tinggi

Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan


pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi terdiri atas:

• Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Kabupaten


Donggala;
• Pengembangan Pembangkit listrik tenaga mikrohidro di Kabupaten
Donggala; dan

II - 86
Gambaran Umum Kondisi Daerah

• Pengembangan Pembangkit listrik tenaga Panas Bumi yang terdapat di


wilayah Desa Mapane Tambu Kecamatan Balaesang, Desa Lompio
Kecamatan Sirenja, Desa Marana Kecamatan Sindue.

Rencana penetapan kawasan strategis penggunaan teknologi tinggi


adalah:

1. Rencana pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di


Kabupaten Donggala, meliputi :
a. Penerapan teknologi yang ramah lingkungan;
b. pengembangan PLTS di Kabupaten Donggala diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan listrik Kabupaten Donggala.

Arahan PLTS di Kabupaten Donggala:

Diarahkan dapat memenuhi kebutuhan listrik pada desa-desa terpencil


yang belum teraliri listrik oleh PLN seperti di daerah Kecamatan
Pinembani yang seluruh desanya belum mampu terjangkau oleh
jaringan listrik PLN serta sebagian desa-desa yang berada di
Kecamatan Rio Pakava, Banawa Selatan dan Balaesang.

2. Rencana pengembangan Pembangkit listrik tenaga mikrohidro di


Kabupaten Donggala meliputi:

a. Penerapan teknologi yang ramah lingkungan;

b. Pemanfaatan sumberdaya air sungai untuk menjadi sumber energi


pembangkit listrik terkait dengan kelangkaan energi di Kabupaten
Donggala untuk ke depannya yakni melakukan sistem pembangkit
listrik tenaga mikrohidro.

Arahan Pembangkit listrik tenaga mikrohidro di Kabupaten Donggala


adalah diarahkan dapat memenuhi kebutuhan listrik di Kabupaten
Donggala mengingat Donggala sebagai kawasan andalan pertanian,
perkebunan, perikanan, pariwisata, dan industri.

II - 87
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Gambar 2.5
Peta Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Donggala

II - 88
Gambaran Umum Daerah

Rencana pengembangan Pembangkit listrik tenaga Panas Bumi yang


terdapat di wilayah Desa Mapane Tambu Kecamatan Balaesang, Desa
Lompio Kecamatan Sirenja, Desa Marana Kecamatan Sindue yang
meliputi:

a. Penerapan teknologi yang ramah lingkungan;

b. Pemanfaatan Potensi panas bumi yang dapat dikembangkan sebagai


pembangkit tenaga listrik tenaga panas bumi.

Arahan pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi


diarahkan untuk memenuhi kebutuhan listrik di Kabupaten
Donggala dengan memanfaatkan potensi panas bumi yang dapat
dikembangkan sebagai pembangkit listrik.

2.1.3 Aspek Demografi

Penduduk merupakan faktor yang sangat dominan dalam


pembangunan, berperan sebagai pelaksana tetapi juga menjadi sasaran
pembangunan itu sendiri. Untuk menunjang keberhasilan pembanguan
nasional, permasalahan penduduk tidak saja diarahkan pada upaya
pengendalian penduduk tetapi juga dititikberatkan pada peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Jumlah penduduk yang sangat besar
akan menjadi beban pembangunan jika berkualitas rendah, apalagi
distribusi geografis tidak merata dan komposisinya secara sosial dan
budaya sangat beragam.

Istilah kependudukan (population) dihubungkan dengan hal-hal


yang menyangkut perubahan-perubahan dalam struktur kependudukan,
yang meliputi pertumbuhan penduduk, jumlah penduduk, komposisi,
dan persebaran penduduk. Perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi
karena kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), perkawinan,
perpindahan penduduk (migration) dan mobilitas sosial.

II - 89
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Masalah yang ditimbulkan akibat banyaknya jumlah penduduk tidak


hanya menyangkut pemenuhan kebutuhan pokok yang semakin besar,
yaitu pangan, sandang dan papan, tetapi juga masalah dalam hal
pemenuhan fasilitas kehidupan yang layak. Kemajuan zaman membuat
tuntutan konsumsi semakin besar, dan tuntutan pemenuhannya pun
semakin besar pula. Jika barang pemenuhan kebutuhan terbatas, akan
terjadi persaingan untuk mendapatkannya. Akibatnya penduduk yang
kemampuannya terbatas, terpaksa tidak mendapatkannya.

Hal yang demikian juga terjadi dalam penyerapan tenaga kerja.


Penduduk yang “kalah” dalam persaingan akan menjadi pengangguran
dan tentunya menyusul rentetan dampak di bidang ekonomi dan sosial
lainnya. Penduduk yang tidak bekerja akan menjadi miskin karena tidak
mampu menopang kehidupannya. Akibatnya muncullah pemukiman-
pemukiman kumuh, gangguan keamanan, kriminalitas meningkat, dan
masalah sosial lainnya.

2.1.3.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis


antara kekuatan-kekuatan yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang
mengurangi jumlah penduduk. Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk
sangat dipengaruhi oleh tiga komponen pokok yaitu kelahiran (fertilitas),
kematian (mortalitas) dan perpindahan penduduk (migration).
Pertumbuhan alami akan meningkat apabila kelahiran lebih besar
daripada kematian dan atau migrasi masuk (in migration) lebih besar
daripada migrasi keluar (out migration).

Pemantauan laju pertumbuhan penduduk sangat penting sebagai


penentu kebijakan di bidang kependudukan, yaitu untuk mengendalikan
jumlah penduduk. Penduduk yang besar sebenarnya menjadi modal
pembangunan yang potensial apabila kualitasnya baik. Namun, jumlah
penduduk yang terlalu besar dan tidak diimbangi dengan tingkat
produktifitas yang tinggi akan menimbulkan dampak yang kompleks di

II - 90
Gambaran Umum Daerah

segala bidang data tren pertumbuhan penduduk Kabupaten Donggala


Tahun 2013-2018 yang tersaji pada Tabel 2.14.

Tabel 2.14
Tren Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017
Jumlah Penduduk Per Tahun (Jiwa)
Kecamatan
2013 2014 2015 2016 2017

Rio Pakava 24.420


23.088 23.635 24.005 24.850

Pinembani 6.889
6.564 6.687 6.750 7.038

Banawa 33.614
32.963 33.220 33.452 33.788

Banawa Selatan 25.128


24.387 24.645 24.899 25.367

Banawa Tengah 10.809


10.357 10.564 10.677 10.950

Labuan 14.315
13.896 14.039 14.160 14.479

Tanantovea 16.104
15.688 15.806 15.970 16.247

Sindue 19.457
18.994 19.118 19.329 19.594

Sindue Tombusabora 12.282


11.857 12.026 12.118 12.458

Sindue Tobata 9.373


9.149 9.186 9.282 9.472

Sirenja 21.381
20.762 20.953 21.130 21.643

Balaesang 24.162
23.538 23.710 23.958 24.375

Balaesang Tanjung 11.061


10.788 10.873 10.974 11.156

Dampelas 30.397
29.804 29.997 30.243 30.559

Sojol 27.056
26.369 26.670 26.933 27.188

Sojol Utara 9.932


9.717 9.786 9.862 10.010

Jumlah 290.915 293.742 296.380 299.174


287.921

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2018,
data diolah.

II - 91
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Donggala dari Tahun


2013 hingga Tahun 2017 terus memperlihatkan peningkatan. Jumlah
penduduk Kabupaten Donggala pada Tahun 2017 adalah sebanyak
299.174 jiwa. Jumlah penduduk terbesar Tahun 2017 adalah Kecamatan
Banawa dengan jumlah penduduk sebanyak 33.788 jiwa dan Kecamatan
yang terendah jumlah penduduknya adalah Kecamatan Pinembani
sebanyak 7.038 jiwa. Tabel 2.11 juga menunjukkan bahwa selama 5
(lima) tahun terakhir jumlah penduduk kabupaten Donggala cenderung
mengalami peningkatan yang konstan dengan pertambahan penduduk
berkisar 3.000 jiwa pada setiap tahunnya. Untuk lebih jelasnya laju
peningkatan jumlah penduduk setiap tahun di Kabupaten Donggala
selama 4 (empat) tahun terakhir disajikan pada Tabel 2.15.
Tabel 2.15
Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan
di Kabupaten Donggala Tahun 2014-2017
Laju Pertumbuhan Penduduk Per Tahun (%)
Kecamatan
2014 2015 2016 2017 Rataan
Rio Pakava 2,37 1,57 1,73 1,76 1,86
Pinembani 1,87 0,94 2,06 2,16 1,76
Banawa 0,78 0,70 0,48 0,52 0,62
Banawa Selatan 1,06 1,03 0,92 0,95 0,99
Banawa Tengah 2,00 1,07 1,24 1,30 1,40
Labuan 1,03 0,86 1,09 1,15 1,03
Tanantovea 0,75 1,04 0,84 0,89 0,88
Sindue 0,65 1,10 0,66 0,70 0,78
Sindue Tombusabora 1,43 0,77 1,35 1,43 1,24
Sindue Tobata 0,40 1,05 0,98 1,06 0,87
Sirenja 0,92 0,84 1,19 1,23 1,04
Balaesang 0,73 1,05 0,85 0,88 0,88
Balaesang Tanjung 0,79 0,93 0,79 0,86 0,84
Dampelas 0,65 0,82 0,51 0,53 0,63
Sojol 1,14 0,99 0,46 0,49 0,77
Sojol Utara 0,71 0,78 0,71 0,79 0,75
Rata-rata 1,04 0,97 0,90 0,94 0,96

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2018,
data diolah.

II - 92
Gambaran Umum Daerah

Tabel 2.15 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk di


Kabupaten Donggala mengalami penurunan dari Tahun 2014 menjadi di
bawah 1 persen per tahun, terrendah pada Tahun 2016 yang mencapai
0,90 persen per tahun. Rata-rata pertumbuhan penduduk pada periode
2013-2018 mencapai 0,96 persen, laju pertumbuhan penduduk tertinggi
di Kecamatan Rio Pakava mencapai 1,86 persen per tahun, dan terrendah
pertumbuhannya di Kecamatan Banawa yakni 0,62 persen per tahun.

2.1.3.2 Persebaran dan Kepadatan Penduduk

Tingkat kepadatan untuk daerah-daerah yang wilayahnya luas dan


sumber daya alamnya potensial untuk dikembangkan sangat
membutuhkan tenaga kerja dalam pengelolaannya. Dalam hal ini yang
diperlukan adalah pemerataan jumlah penduduk, yang disesuaikan
dengan kebutuhan masing-masing daerah. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian dalam
proses pembangunan adalah masalah kependudukan yang mencakup
berbagai aspek antara lain persebaran dan kepadatan penduduk dalam
suatu daerah (Tabel 2.16).

Tabel 2.16
Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten Donggala
Menurut Kecamatan Tahun 2017
Jumlah Kepadatan
Luas Wilayah
No. Kecamatan Penduduk Penduduk
(Km2)
(Org) (Org/Km2)
1. Rio Pakava 24.850 872.16 28
2. Pinembani 7.038 402.61 17
3. Banawa 33.788 99.04 341
4. Banawa Selatan 25.367 430.67 59
5. Banawa Tengah 10.950 74.64 147
6. Labuan 14.479 126.01 115
7. Tanantovea 16.247 302.64 54
8. Sindue 19.594 177.19 111
9. Sindue Tombusabora 12.458 211.55 59
10. Sindue Tobata 9.472 211.92 45
11. Sirenja 21.643 286.94 75

II - 93
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Jumlah Kepadatan
Luas Wilayah
No. Kecamatan Penduduk Penduduk
(Km2)
(Org) (Org/Km2)
12. Balaesang 24.375 314.23 78
13. Balaesang Tanjung 11.156 188.85 59
14. Dampelas 30.559 732.76 42
15. Sojol 27.188 705.41 39
16. Sojol Utara 10.010 139.07 72
Kabupaten Donggala 299.174 5.275,69 57

Tahun 2016 56

Tahun 2015 55

Tahun 2014 55

Tahun 2013 54

Tahun 2012 54

Sumber: Badan Pusat Statistik, Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2018.

Kepadatan Penduduk seiring dengan meningkatnya jumlah


penduduk, maka tingkat kepadatan penduduk juga mengalami
peningkatan. Jumlah penduduk Kabupaten Donggala sebanyak 299.174
jiwa dengan luas Kabupaten Donggala seluas 5.275,69 km². Dengan
demikian, kepadatan penduduk Kabupaten Donggala pada akhir Tahun
2017 tercatat 57 jiwa/km². Kecamatan Banawa sebagai ibukota
Kabupaten memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu 341 jiwa/km²
dan yang terendah tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan
Pinembani sebesar 17 jiwa/km².

2.1.3.3 Komposisi Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin

Indikator yang digunakan untuk mengetahui komposisi penduduk


menurut jenis kelamin adalah rasio jenis kelamin (sex ratio), yaitu
perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah
penduduk perempuan. Semakin besar penduduk perempuan, potensi
fertilitasnya semakin tinggi. Meskipun tinggi rendahnya fertilitas
dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, ekonomi, dan karakteristik
demografi. Secara lengkap informasi mengenai rasio jenis kelamin

II - 94
Gambaran Umum Daerah

penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Donggala dapat dilihat pada


Tabel 2.17.
Tabel 2.17
Jumlah dan Rasio Penduduk Kabupaten Donggala
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2017
Jumlah penduduk menurut Jenis
Rasio
No. Kelamin (jiwa)
Kecamatan Jenis
Perem-
Laki-Laki Jumlah Kelamin
puan
1 Rio Pakava 13042 11808 24850 1,10
2 Pinembani 3411 3627 7038 0,94
3 Banawa 17220 16568 33788 1,04
4 Banawa Selatan 13067 12300 25367 1,06
5 Banawa Tengah 5660 5290 10950 1,07
6 Labuan 7428 7051 14479 1,05
7 Tanantovea 8275 7971 16247 1,04
8 Sindue 9936 9658 19594 1,03
9 Sindue Tombusabora 6324 6134 12458 1,03
10 Sindue Tobata 4890 4582 9472 1,07
11 Sirenja 10960 10683 21643 1,03
12 Balaesang 12350 12025 24375 1,03
13 Balaesang Tanjung 5704 5452 11156 1,05
14 Dampelas 15630 14929 30559 1,05
15 Sojol 13919 13269 27188 1,05
16 Sojol Utara 5097 4913 10010 1,04

Donggala 152 914 146 260 299 174 1,05

2016 151 517 144 863 296 380 1,04

2015 150 224 143 518 293 742 1,04

2014 148 805 142 110 290 915 1,04

2013 147 288 140 633 287 921 1,04

2012 145 810 138 303 284 113 1,05

Sumber: Badan Pusat Statistik, Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2018.

Informasi pada Tabel 2.16 menunjukkan bahwa jumlah penduduk


Kabupaten Donggala pada Tahun 2017 sebesar 299.174 jiwa terdiri atas
152.914 jiwa penduduk laki-laki dan 146.260 jiwa penduduk perempuan

II - 95
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

dengan Rasio jenis kelamin sebesar 1,05. Hal ini berarti bahwa di
Kabupaten Donggala setiap 100 penduduk perempuan terdapat 105
penduduk laki-laki atau jumlah penduduk perempuan relatif lebih sedikit
dibanding jumlah penduduk laki-laki. Pada tingkat kecamatan dapat
diketahui bahwa Kecamatan Rio Pakava mempunyai rasio jenis kelamin
tertinggi, yaitu 110 dan yang terendah rasionya adalah Kecamatan
Pinembani dengan rasio sebesar 94. Selain komposisi penduduk
dianalisis melalui perbandingan penduduk menurut jenis kelamin, kajian
komposisi penduduk juga dikaji berdasarkan perbandingan kelompok
umur. Tabel 2.18 berikut akan disajikan jumlah penduduk menurut
kelompok umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Donggala Tahun 2017.

Tabel 2.18
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Kabupaten Donggala Tahun 2014-2017 (Orang)

Penduduk 2017 menurut


Tahun
Kelompok Jenis Kelamin
Umur
Laki-laki Perempuan 2014 2015 2016 2017
0-4 16.854 16.342 23.635 23.789 34.786 33.196
5-9 15.812 14.937 6.687 6.797 38.368 30.749
10-14 14.880 14.016 33.220 33.202 32.500 28.896
15-19 13.778 12.738 26.645 27.079 25.141 26.516
20-24 11.759 11.209 10.564 10.581 21.676 22.968
25-29 10.803 10.939 14.039 14.076 23.894 21.741
30-34 11.555 11.458 15.806 15.808 23.647 23.013
35-39 11.808 11.596 19.118 19.106 22.671 23.404
40-44 11.363 10.438 12.026 12.077 19.105 21.801
45-49 9.211 8.963 9.186 9.197 14.821 18.174
50-54 7.491 7.085 20.953 20.939 12.074 14.576
55-59 5.858 5.252 23.710 23.709 8.282 11.110
60-64 4.627 4.144 10.873 10.894 6.644 8.771
65+ 7.115 7.144 29.997 29.975 10.663 14.259
Jumlah 152.914 146.260 290.915 293.742 296.360 299.174

Sumber: Profil Kabupaten Donggala Tahun 2011-2015; Badan Pusat Statistik,


Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2018, (diolah kembali)

II - 96
Gambaran Umum Daerah

Jika membandingkan jumlah penduduk yang berusia non produktif


(107.100 jiwa) dengan penduduk usia produktif (192.074 jiwa) dapat
diketahui besarnya angka ketergantungan pada Tahun 2017 yaitu
sebesar 35,79 persen artinya bahwa setiap 100 orang penduduk usia
produktif (15-64 tahun) menanggung sebanyak kurang lebih 35 orang
penduduk usia tidak produktif (0-14) tahun dan 65 tahun ke atas.
Besarnya angka ketergantungan ini hampir sama dengan angka
ketergantungan pada Tahun 2016 yakni 35,78 persen, yang berarti
bahwa komposisi penduduk berdasarkan golongan umur relatif sama
setiap tahunnya.

Sebaliknya, komposisi atau struktur umur penduduk Kabupaten


Donggala selama Tahun 2017 hampir 62,58 persen berada pada
kelompok umur 0-34 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk
Kabupaten Donggala didominasi kelompok penduduk usia muda.
Penduduk yang didominasi oleh kelompok usia muda mengakibatkan
besarnya kebutuhan fasilitas pendidikan dan kesehatan. Daerah yang
penduduknya lebih banyak yang berusia muda, berarti proporsi
penduduk usia produktifnya relatif kecil. Hal ini akan berpengaruh secara
ekonomis pada pendapatan yang dihasilkan. Sebaliknya, daerah yang
usia produktifnya relatif besar dapat meningkatkan penyediaan lapangan
kerja yang memadai dan berupaya semaksimal mungkin meningkatkan
produktifitas tenaga kerja yang ada.

Selanjutnya komposisi penduduk di Kabupaten Donggala dapat


dikaji berdasarkan agama yang dianut. Kabupaten Donggala merupakan
salah satu kabupaten yang memiliki keberagaman agama yang dianut
oleh penduduknya. Adapun komposisi jumlah penduduk Kabupaten
Donggala berdasarkan Agama Tahun 2017 yang diterbitkan oleh Badan
Pusat Statistik Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2018 dapat
dilihat sebagaimana Tabel 2.19.

II - 97
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Tabel 2.19 menunjukkan bahwa agama yang dianut oleh penduduk


di Kabupaten Donggala umumnya (mayoritas) beragama Islam (90,34
persen), lalu diikuti oleh penduduk yang beragama Kristen Protestan
sekitar 6,94 persen dan agama Hindu dianut sekitar 2,72 persen
masyarakat Kabupaten Donggala.

Penduduk yang beragama Hindu tersebar di 4 (empat) kecamatan


yakni Rio Pakava, Banawa Selatan, Dampelas, dan Sojol, umumnya
merupakan wilayah transmigrasi yang berasal dari transmigran Bali.

Tabel 2.19
Jumlah Penduduk Per Kecamatan Berdasarkan Agama
Kabupaten Donggala Tahun 2017

Jumlah Penduduk
Kecamatan Kristen
Islam Hindu Budha
Protestan

Rio Pakava 15 926 3 808 5 467 -


Pinembani 3 5 439 - -
Banawa 32 360 779 - -
Banawa Selatan 23 698 4255 140 -
Banawa Tengah 11 635 10 - -
Labuan 24 355 70 - -
Tanantovea 21 602 - - -
Sindue 23 566 59 - -
Sindue Tombusabora 11 819 697 - -
Sindue Tobata 8 530 130 - -
Sirenja 11 973 502 - -
Balaesang 20 558 1 860 - -
Balaesang Tanjung 8 890 899 - -
Dampelas 26 145 1430 4 150 -
Sojol 24 188 133 1 150 -
Sojol Utara 10 163 - - -
Jumlah 270275 20 748 10 907 -

Persentase 90,34 6,94 2,72

Sumber: BPS, Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2018, (diolah kembali).

II - 98
Gambaran Umum Daerah

2.2. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Salah satu alat yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan


pembangunan ekonomi adalah melalui pengukuran pencapaian indikator
makro ekonomi, yang masing-masing indikatornya terdiri dari beberapa
komponen. Komponen-komponen indikator makro tersebut di antaranya
adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Laju Pertumbuhan
Ekonomi (LPE), PDRB perkapita dan tingkat inflasi.

2.2.1.1. Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)

Pertumbuhan ekonomi merupakan Indikator Makro ekonomi jangka


panjang sehingga ditekankan pada prosesnya pencapaiannya, tidak
sekedar pada output (nilai pertumbuhan itu sendiri). Tinggi rendahnya
pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh sumber-sumber yang dimiliki
daerah antara lain, peranan modal (investasi). Laju perkembangan
ekonomi secara nasional dan regional selalu mengalami perubahan
sebagai akibat terjadinya peningkatan skala ekonomi, teknologi serta
kemampuan SDM sebagai salah satu faktor produksi.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Donggala yang dicapai selama


Tahun 2017 sebesar 5 persen (angka sementara) lebih rendah bila
dibandingkan pertumbuhan ekonomi Tahun 2013 yang mencapai 6,86
persen sebelum turun menjadi 4,89 persen di Tahun 2016. Data
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Donggala, dalam kurun waktu 2013-
2017 disajikan pada Tabel 2.20.
Sektor ekonomi mengalami penurunan pada Tahun 2017 terjadi
pada enam sektor. Sektor-sektor yang mengalami penurunan yaitu,
pertanian, kehutanan dan perikanan dari 2,40 persen di Tahun 2016
menjadi 2.11 persen di Tahun 2017, Pertambangan dan penggalian dari
12,23 persen di Tahun 2016 menjadi 10,48 persen di Tahun 2017,
transportasi dan pergudangan mencapai dari 5,58 persen di Tahun 2016

II - 99
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

menjadi 3,26 persen di Tahun 2017, sektor informasi dan komunikasi


turun dari 10,51 persen di Tahun 2016 menjadi 9,30 persen di tahun
2017, sektor jasa keuangan juga mengalami penurunan dari 15,10 persen
di Tahun 2016 menjadi 10,77 persen di Tahun 2017, sektor administrasi
pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib dari 8,75 persen di
Tahun 2016 turun menjadi 8,24 persen di Tahun 2017. Sedangkan
sebelas sektor lainnya mengalami peningkatan pada Tahun 2016-2017.

Tabel 2.20
Laju Pertumbuhan Riil PDRB Kabupaten Donggala
Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (%)
Tahun 2013-2017
Lapangan Usaha/Industri 2013 2014 2015 2016 2017*
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5,40 4,84 3,67 2,40 2,11
B Pertambangan dan Penggalian 10,92 11,38 15,55 12,23 10,48

C Industri Pengolahan 5,21 4,43 3,72 5,38 5,71


D Pengadaan Listrik dan Gas 6,81 6,87 11,85 6,19 6,94
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
E 3,57 6,25 5,57 5,90 6,08
Limbah dan Daur Ulang
F Konstruksi 8,54 8,38 5,91 0,67 4,85
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
G 3,49 2,36 4,25 4,86 4,93
Mobil dan Sepeda Motor
H Transportasi dan Pergudangan 4,77 4,47 5,62 5,58 3,26
Penyediaan Akomodasi dan Makan
I 5,28 4,14 6,05 5,52 6,05
Minum
J Informasi dan Komunikasi 8,25 8,25 10,09 10,51 9,30
K Jasa Keuangan dan Asuransi 9,66 6,85 (0,65) 15,10 10,77
L Real Estat 4,15 4,46 5,69 4,12 4,28
M,N Jasa Perusahaan 8,23 8,18 3,34 3,56 3,61
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
O 13,62 8,93 8,94 8,75 8,24
dan Jaminan Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 5,35 3,46 4,68 4,20 5,42
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4,59 3,24 3,27 4,48 4,67
R,S,
Jasa lainnya 2,29 6,84 4,32 4,86 5,04
T,U
Produk Domestik Regional Bruto 6,86 5,86 5,99 4,89 5,00

Sumber: BPS: Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2013-2018 (Diolah


Kembali).

*) = Angka sementara

II - 100
Gambaran Umum Daerah

Tabel 2.21
Nilai Absolut Sektor PDRB ADH Berlaku Menurut Lapangan Usaha
Kabupaten Donggala Tahun 2013- 2017 (Jutaan Rupiah)

Kategori Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


Pertanian,
A Kehutanan, dan 3,096,634.0 3,365,493.4 3,535,401.4 3,684,452.5 3,815,685,67
Perikanan
Pertambangan 911,423.2 1,151,416.8 1,546,703.6 1,763,742.4 1,959,273,68
B
dan Penggalian
Industri 200,096.6 215,765.2 231,473.5 249,832.6 274,366,85
C
Pengolahan
Pengadaan Listrik 741.4 795.6 793.0 876.7 1,073,16
D
dan Gas
Pengadaan Air,
Pengelolaan 15,872.7 17,134.0 18,682.6 19,880.1 21,678,30
E
Sampah, Limbah
dan
F Konstruksi 1,070,787.1 1,273,439.3 1,401,271.8 1,505,526.3 1,589,711,48

Perdagangan
G Besar dan Eceran; 716,762.0 757,285.4 805,589.2 866,748.6 934,256,14
Reparasi Mobil
Transportasi dan 247,494.3 268,215.0 288,931.3 312,913.5 336,251,20
H
Pergudangan
Penyediaan
I Akomodasi dan 35,291.0 38,076.3 41,451.4 44,645.7 48,421,24
Makan Minum
Informasi dan 152,008.2 164,753.1 182,247.3 201,530.1 226,578,23
J
Komunikasi
Jasa Keuangan 128,602.9 139,074.0 149,354.7 174,601.1 201,101,72
K
dan Asuransi
L Real Estate 89,864.6 97,525.7 103,424.0 109,050.3 115,331,55

M, N Jasa Perusahaan 6,925.3 7,738.3 8,344.7 8,777.0 9,240,42

Administrasi
O Pemerintahan, 558,157.1 668,891.2 796,073.4 858,759.2 940,789,95
Pertahanan dan
P Jasa Pendidikan 126,233.3 136,166.9 148,010.4 162,278.6 174,751,71

Jasa Kesehatan
Q dan Kegiatan 49,408.4 52,864.6 57,241.5 62,805.4 67,780,59
Sosial
R,S,T, 45,820.4 50,428.4 57,112.4 63,103.5 70,120,65
Jasa lainnya
U
PRODUK DOMESTIK 7,452,122.4 8,405,063.2 9,372,106.1 10,786,412,54
6,637,569.8
REGIONAL BRUTO

Sumber: BPS: Kabupaten Donggala Dalam Angka, 2013-2018 (Diolah Kembali)


* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator yang


digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi dalam

II - 101
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

suatu wilayah. Semakin besar kemampuan suatu daerah menghasilkan


barang dan jasa, secara agregat semakin besar pula kemampuan ekonomi
di wilayah tersebut. Kemampuan ekonomi sangat penting dalam
menopang pembangunan karena sumber daya ekonomi itulah yang
digunakan untuk membiayai pembangunan. Walaupun prestasi
pembangunan dapat juga dilihat dari pendekatan non ekonomi, namun
tolok ukur dari sisi pendapatan tetap saja relevan dan paling lazim
diterapkan.

Angka PDRB secara keseluruhan menunjukkan kemampuan suatu


wilayah dalam memproduksi barang dan jasa dalam kegiatan
perekonomian. Tinggi rendahnya kemajuan daerah yang diukur dengan
nilai PDRB diyakini akan memberikan peluang ekonomi yang akhirnya
menumbuhkan berbagai kondisi sektoral yang diperlukan sehingga
distribusi pendapatan sektoral di daerah tersebut mencerminkan struktur
ekonominya. Pemerintah dan investor menggunakan struktur ekonomi
wilayah untuk menentukan prioritas pembangunan sektoral dan
memantau perkembangannya dengan melihat pergeseran struktur
ekonomi dari tahun ke tahun.

PDRB Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017 Atas Dasar Harga


Berlaku di Tahun 2013 mencapai 6.637.569,8 juta rupiah. Selanjutnya
PDRB ini meningkat menjadi 10,786,412,54 juta rupiah di Tahun 2017.
Sedangkan Nilai PDRB ini tanpa mingas mengalami peningkatan
dibandingkan dari 6.637.569,8 juta rupiah di Tahun 2013 menjadi
10,786,412,54 juta rupiah di Tahun 2017.

Tabel 2.22 memberikan informasi terjadinya peningkatan yang


signifikan Produk Domestik Regional Bruto riil ADH Konstan yang
mencapai 6,452,503,5 juta rupiah pada Tahun 2013 menjadi
7,980,978,31 juta rupiah pada Tahun 2017. Dengan demikian, secara
umum PDRB Kabupaten Donggala Tahun 2016 baik Atas Dasar Harga
Berlaku maupun konstan mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

II - 102
Gambaran Umum Daerah

Tabel 2.22
Nilai Absolut Sektor PDRB ADH Konstan 2010 Menurut Lapangan
Usaha Di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017 (Jutaan Rupiah)
Kategori Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


Pertanian,
A Kehutanan, dan
2.798.110,1 2.930.410,1 3.036.177,0 3.109.084,9 3.175.889,2
Perikanan
Pertambangan dan
B
Penggalian 761.139,0 847.738,7 979.563,6 1.099.364,3 1.215.078,7

C Industri Pengolahan
179.823,5 185.794,2 191.782,6 202.095,8 213.638,1
Pengadaan Listrik
D
dan Gas 758,1 866,8 989,4 1.050,7 1.123,7
Pengadaan Air,
E Pengelolaan Sampah,
14.026,1 14.902,9 15.733,3 16.661,9 17.675,0
Limbah dan

F Konstruksi
818.374,3 873.658,2 924.066,1 930.298,2 975.417,6
Perdagangan Besar
G dan Eceran; Reparasi
655.164,9 670.627,4 699.050,3 733.094,4 769.259,6
Mobil
Transportasi dan
H
Pergudangan 223.119,8 233.085,0 246.195,5 259.942,4 268.407,9
Penyediaan
I Akomodasi dan
31.095,2 32.383,0 34.342,5 36.239,2 38.432,4
Makan Minum
Informasi dan
J
Komunikasi 137.363,3 148.702,1 163.712,8 180.924,00 197.753,2
Jasa Keuangan dan
K
Asuransi 115.996,4 123.943,3 123.142,5 141.737,7 157.001,6

L Real Estate
78.550,7 82.054,1 86.719,0 90.289,1 94.153,5

M, N Jasa Perusahaan
6.258,7 6.770,6 6.997,0 7.246,1 7.507,7
Administrasi
O Pemerintahan,
439.923,3 479.212,6 522.075,7 567.765,0 614.548,9
Pertahanan dan

P Jasa Pendidikan
113.503,7 117.431,3 122.923,7 128.086,5 135.028,8
Jasa Kesehatan dan
Q
Kegiatan Sosial 44.826,3 46.276,9 47.790,9 49.454,0 51.763,5
R,S,T,
Jasa lainnya
U 40.728,8 43.513,9 45.393,9 47.600,0 49.999,1
PRODUK DOMESTIK
REGIONAL BRUTO 6.458.762,2 6.837.371,1 7.246.655,8 7.600.934,2 7.982.678,4

Sumber: BPS, Kabupaten Donggala Dalam Angka 2014-2018, (Diolah Kembali)

Peningkatan nilai tambah sektoral ditentukan oleh perkembangan


masing-masing sub sektor, yang berasal dari komoditi-komoditi yang

II - 103
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

termasuk dalam klasifikasi sektor tersebut. Sebagai contoh,


pertumbuhan Sektor Pertanian bersumber dari peningkatan produksi
hasil hutan serta padi dan holtikultura. Peningkatan salah satu sektor
ekonomi juga memberikan daya dorong pergerakan ekonomi pada
sektor yang lainnya yang disebut sebagai multiplier effect. Semakin
beragamnya produk hasil industri terutama industri makanan
menjadi pendorong pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan.
Demikian juga pembangunan infrastruktur dapat menjadi sumber
pertumbuhan pada sektor lainnya. Peningkatan nilai tambah pada
sektor barang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi
peningkatan pada sektor jasa. Perkembangan yang pesat pada Sub
Sektor Komunikasi ditambah dengan bertambahnya output pada
sektor-sektor lainnya menyebabkan pertumbuhan Sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran sangat tinggi.

Pengeluaran pemerintah pun memberikan pengaruh terhadap


pertumbuhan yang tinggi pada Sektor Jasa-jasa melalui Sub Sektor
Pemerintahan Umum. Data perkembangan distribusi PDRB setiap sektor
usaha Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017 secara detail dapat dilihat
pada Tabel 2.23.

Tabel 2.23 menunjukkan bahwa sektor yang memiliki kontribusi


tertinggi terhadap perekonomian Kabupaten Donggala adalah sektor
pertanian yang mencapai hampir separuh dari keseluruhan PDRB, yaitu
sebesar 36,52 persen Tahun 2016 dan mengalami penurunan menjadi
35,42 persen pada Tahun 2017. Namun demikian, besarnya kontribusi
PDRB sektor pertanian tersebut baik berdasarkan harga berlaku maupun
harga terjadi penurunan selama Tahun 2013-2017. Peranan terbesar
urutan kedua pada Tahun 2017 yakni sektor pertambangan dan
pengalian yaitu sebesar 18,16 persen. Sedangkan peranan terbesar ketiga
pada sektor konstruksi sebesar 14,77 persen, administrasi pemerintahan,
pertahanan dan jaminan sosial dan sektor perdagangan besar dan eceran
masing-masing mencapai 8,70 persen dan 8,68 persen sebagai urutan

II - 104
Gambaran Umum Daerah

keempat. Sedangkan sektor-sektor yang lain peranannya kurang dari 3


persen. Sektor pertambangan dan penggalian, sektor administrasi
pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial terhadap total PDRB dari
tahun ke tahun memiliki kecenderungan meningkat.

Tabel 2.23
Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Donggala Atas Dasar Harga
Berlaku (HB) dan Harga Konstan (HK) Menurut Lapangan Usaha
(Persen), 2013─2017
2013 2014 2015 2016 2017
No Lapangan Usaha
HB HK HB HK HB HK HB HK HB HK
Pertanian,
A Kehutanan, dan 41.55 43,32 40.12 42,86 37.77 41,90 36.58 40,90 35,42 39,78
Perikanan
Pertambangan dan
B 12.23 11,78 13.70 12,40 16.50 13,52 17.48 14,46 18,16 15,22
Penggalian
Industri
C 2.69 2,78 2.57 2,72 2.47 2,65 2.48 2,66 2,53 2,68
Pengolahan
Pengadaan Listrik
D 0.01 0,01 0.01 0,01 0.01 0,01 0.01 0,01 0.01 0,01
dan Gas
Pengadaan Air,
Pengelolaan
E 0.21 0,22 0.20 0,22 0.20 0,22 0.20 0,22 0.20 0,22
Sampah, Limbah
dan
F Konstruksi 14.37 12,67 15.15 12,78 14.95 12,75 14.92 12,24 14.77 12,22
Perdagangan Besar
dan Eceran;
G 9.62 10,14 9.01 9,81 8.60 9,65 8.59 9,64 8.68 9,64
Reparasi Mobil dan
Sepeda
Transportasi dan
H 3.32 3,45 3.19 3,41 3.09 3,40 3.12 3,42 3,13 3,36
Pergudangan
Penyediaan
I Akomodasi dan 0.47 0,48 0.45 0,47 0.44 0,47 0.45 0,48 0,45 0,48
Makan Minum
Informasi dan 2.04 2,13 1.96 2,17 1.94 2,26 2.01 2,38 2.06 2,48
J
Komunikasi
Jasa Keuangan dan 1.73 1,80 1.65 1,81 1.59 1,70 1.734 1,86 1.82 1,97
K
Asuransi
L Real Estate 1.21 1,22 1.16 1,20 1.10 1,20 1.09 1,19 1,07 1,18
MN Jasa Perusahaan 0.09 0,10 0.09 0,10 0.09 0,10 0.09 0,10 0.09 0,09
Administrasi
O Pemerintahan, 7.49 6,81 7.96 7,01 8.49 7,20 8.56 7,47 8,70 7,70
Pertahanan dan
P Jasa Pendidikan 1.69 1,76 1.62 1,72 1.58 1,70 1.60 1,69 1,62 1,69
Jasa Kesehatan 0.66 0,69 0.63 0,68 0.61 0,66 0.63 0,65 0.63 0,65
Q
dan Kegiatan Sosial
RSTU Jasa lainnya 0.61 0,63 0.60 0,64 0.61 0,63 0.63 0,63 0.65 0,63
PRODUK
DOMESTIK 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
REGIONAL BRUTO

Sumber: BPS: Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2018 (Diolah Kembali)

II - 105
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

2.2.1.2. Laju Inflasi

Pengumpulan data Indeks harga di tingkat konsumen (IHK) di


Kabupaten Donggala mencakup perkembangan harga 322 jenis
komoditas barang dan jasa, dan setiap jenis komoditas barang dan jasa
dipantau 2 atau 3 kualitas/merk yang merupakan spesifikasi dari
komoditas tersebut. Pengumpulan data dilakukan di pasar Ibukota
Kabupaten Donggala dengan frekuensi yang harian sesuai dengan sifat
dan fluktuasi harga masing-masing barang dan jasa yang dicakup.
Pencatatan harga bahan pokok dan bahan strategis lainnya yang
perubahannya relatif cepat dilakukan setiap minggu, sedangkan
pencatatan komoditas lainnya yang perubahan harganya relatif lebih
lambat dilakukan dalam periode dua mingguan atau bulanan. Di
Kabupaten Donggala sendiri, pencacahan dilakukan di pasar Banawa.
Data berikut disajikan perkembangan inflasi Kabupaten Donggala,
Sulawesi Tengah dan Nasional sebagaimana berikut.

Tabel 2.24
Tingkat Inflasi Kabupaten Donggala, Provinsi dan Nasional
Tahun 2013-2018 (Persen)
Tahun
Uraian
2013 2014 2015 2016 2017 2018

Donggala 6.88 8.13 4.03 1.57 4,56 na

Sulawesi Tengah 7.57 8.85 4.17 1.49 6,46 6,33

Nasional 8.38 8.36 3.35 3.02 3,61 3,13

Sumber: Profil Kabupaten Donggala 2013 – 2018, BPS, Kabupaten Donggala Dalam
Angka Tahun 2018, (diolah kembali); na, data belum tersedia

Tabel 2.24 terlihat Karena IHK mengukur perubahan harga secara


periodik dengan paket komoditasyang tetap, maka penghitungannya
menggunakan rumus Modifikasi Laspeyers (Modified Laspeyers) dengan
tahun dasar tertimbang. Besarnya nilai perubahan indeks (inflasi/deflasi)
yang terjadi setiap bulan sesungguhnya merupakan gabungan

II - 106
Gambaran Umum Daerah

sumbangan atau andil dari jenis barang dan jasa yang mengalami
fluktuasi harga pada bulan yang bersangkutan.

Selama kurun waktu lima tahun terakhir, inflasi di Kabupaten


Donggala mengalami fluktuasi hal ini juga sama kondisinya dengan
inflasi yang terjadi di tingkat Provinsi Sulawesi Tengah dan Nasional
untuk tahun pengukuran yang sama. Angka inflasi tertinggi terjadi pada
Tahun 2014 sebesar 8,13 persen. Inflasi terendah terjadi pada Tahun
2016 sebesar 1,57 persen. Sementara Inflasi pada Tahun 2015 juga
mengalami penurunan dibanding Tahun 2014. Di Tahun 2016 dan 2017,
inflasi di Kabupaten Donggala masing-masing mencapai 1,57 persen dan
4,56 persen.

2.2.1.3. PDRB Per Kapita

Penduduk merupakan subyek dan obyek pembangunan yang paling


penting, karena untuk itulah pembangunan dilaksanakan. Penghitungan
PDRB yang melibatkan adanya penduduk di dalamnya disebut PDRB
perkapita, sebab dihitung dengan membagi nilai PDRB total dengan
jumlah penduduk pada pertengahan tahun, dengan harapan dapat
mewakili jumlah penduduk pada tahun yang bersangkutan.

PDRB perkapita digunakan sebagai ukuran tingkat kesejahteraan


penduduk. Walaupun angka ini menunjukkan ukuran secara agregat,
namun sampai sekarang masih dianggap sebagai ukuran yang cukup
relevan. Berikut ini disajikan data PDRB Perkapita penduduk Kabupaten
Donggala terus meningkat dari tahun ke tahun, baik Atas Dasar Harga
Berlaku maupun Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 pada periode
2013-2017 sebagaimana tabel 2.25.

Dari Tabel 2.25, terlihat PDRB perkapita Tahun 2013 Atas Dasar
Harga Berlaku mencapai Rp 25.882,5 juta, meningkat menjadi Rp
36,053,98 juta di Tahun 2017. Sedangkan PDRB perkapita Tahun 2013

II - 107
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) mencapai Rp 22,432,4 juta meningkat


menjadi Rp 26,676,71,- juta di Tahun 2017.

Tabel 2.25
Nilai dan Persentase Peningkatan Pendapatan Perkapita
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Tahun
PDRB Perkapita
2013 2014 2015* 2016** 2017 2018

ADH Berlaku (Rp 000) 25,882,5 28,891,8 31,750,5 34,055,00 36,053,977 na

Pertumbuhan (%) 10.79 11.63 9.89 7,26 5,87 na

ADH Konstan (Rp000) 22,432,4 23,587,0 24,799,5 25,699,0 26,676,71 na

Pertumbuhan (%) 5.44 5.15 5.14 3,63 3,80 na

Sumber: BPS: Kabupaten Donggala Dalam Angka, 2013-2018 (Diolah Kembali), na,
data belum tersedia
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara

2.2.1.4. Indeks Gini

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menghitung


kesenjangan distribusi pendapatan antar masyarakat adalah konsep
koefisien gini (indeks Gini). Indeks Gini mempunyai nilai dari nol (merata
mutlak) hingga 1,0 (tidak merata mutlak). Indeks Gini dengan nilai nol
menunjukkan bahwa semua penduduk di wilayah tersebut memiliki
pendapatan yang sama. Sementara itu, jika koefisien Gini memiliki angka
1, hal ini menunjukkan bahwa semua pendapatan di wilayah tersebut
hanya dinikmati oleh 1 (satu) orang penduduk. Koefisien Gini dengan
angka nol dan satu adalah tidak pernah terjadi dalam suatu
perekonomian. Sehubungan dengan besarnya angka Gini koefisien yang
digunakan untuk menentukan tingkat kesenjangan distribusi pendapatan
antar masyarakat, maka digunakan kriteria sebagai berikut: jika angka
Gini koefisien berada pada: 1) 0 sampai dengan 0,3, maka memiliki
tingkat kesenjangan rendah, 2) di atas 0,3 sampai dengan 0,4, maka
memiliki tingkat kesenjangan moderat, dan 3) lebih besar dari 0,4

II - 108
Gambaran Umum Daerah

memiliki tingkat kesenjangan tinggi. Selengkapnya disajikan pada Tabel


berikut.
Tabel 2.26
Indeks Gini Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017

No. Indeks Gini 2013 2014 2015 2016 2017 2018

1 Realisasi Donggala 0,40 0,36 0,38 0,33 na na

2 Target P-RPJMD 2014-2019 na na na na na na

3 Realisasi Sulawesi Tengah 0,39 0,36 0,37 0,36 0,34 0,32

4 Realisasi Nasional 0,372 0,352 0,37 0,308 0,313 0,384


Sumber: Kabupaten Donggala dalam angka Tahun 2017 dan 2018 (diolah)

2.2.1.5. Tingkat Kemiskinan

A. Jumlah Penduduk Miskin


Selama Periode 2013-2018, penduduk miskin Kabupaten Donggala
mengalami kenaikan dari 49,60 ribu jiwa di Tahun 2013 menjadi 54,28
jiwa di Tahun 2018. Demikian pula dengan penduduk miskin Sulawesi
Tengah mengalami kenaikan dari 400,40 ribu jiwa di Tahun 2013 menjadi
420,21 ribu jiwa di Tahun 2018. Penduduk miskin Sulawesi Tengah ini,
jumlahnya dua kali lipat dari penduduk miskin Provinsi Sulawesi Utara.
Sebaliknya, penduduk Indonesia menurun dari 28,1 juta jiwa di Tahun
2013 menjadi 25,9 juta jiwa di Tahun 2018.
Tabel 2.27.
Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Donggala, Sulteng dan
Indonesia Tahun 2013-2018

(Ribu Jiwa)
Uraian
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Donggala 49.60 47.56 54.17 55.69 54,44 54,28

Sulawesi Tengah 400.40 387.06 421.63 420.52 417,87 420.21

Nasional (Juta Jiwa) 28,1 28,3 28,6 28,0 27,8 25,9

Sumber : BPS Pusat & Sulteng Tahun 2019, Sumadi, 2018, data diolah

II - 109
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

B. Persentase penduduk Miskin

Tabel 2.28 menunjukkan Persentase Penduduk Miskin di


Kabupaten Donggala, Sulteng, dan Nasional Tahun 2013-2018. Selama
Periode 2013-2018, Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Dongggala
meningkat dari 17,18 persen di Tahun 2013 menjadi 18,03 persen di
Tahun 2018. Sebaliknya, Persentase Penduduk Miskin Sulteng dan
Indonesia mengalami penurunan dari 15,42 persen dan 11,37 persen di
Tahun 2013 menjadi 14,01 persen dan 9,82 persen di Tahun 2018. Baik
Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Donggala maupun Sulteng,
berada di atas persentase penduduk miskin nasional.
Tabel 2.28.
Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Donggala, Sulteng
dan Indonesia Tahun 2013-2018

(%)
Uraian
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Donggala 17.18 16.30 18.11 18.59 18,17 18,03

Sulawesi Tengah 14.32 13.61 14.66 14.45 14,14 14,01

Nasional 11,37 11,25 11,22 10,86 10,64 9,82

Sumber : BPS Pusat & Sulteng Tahun 2019, Sumadi, 2018, data diolah

C. Angka Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)


Tabel 2.29.
Indeks Kedalaman Kemiskinan di Kabupaten Donggala,
Sulteng dan Indonesia Tahun 2013-2018

(P1)
Uraian
2013 2014 2015 2016 2017 2018

Donggala 3.26 2.84 3.01 3.01 3,17 3,04


Sulawesi Tengah 2.28 2.11 2.52 2.72 2,55 2,64

Nasional (September) 1,88 1,75 1,84 1,74 1,79 1,63

Sumber : BPS Pusat & Sulteng Tahun 2019, Sumadi, 2018, data diolah

II - 110
Gambaran Umum Daerah

Data pada tabel 2.29 menjelaskan Indeks Kedalaman Kemiskinan


(P1) di Kabupaten Donggala, Sulteng dan Indonesia Tahun 2013-2018.
Data P1 mengindikasikan bahwa bila P1 meningkat, maka jumlah
penduduk miskin yang menuju dasar kemiskinan semakin banyak dan
sebaliknya. Selama Periode 2013-2018, P1 Kabupaten Donggala menurun
dari 3,26 poin di Tahun 2013 menjadi 3,04 poin di Tahun 2018. Demikian
pula P1 Indonesia menurun dari 1,88 poin di Tahun 2013 menjadi 1,63
poin di tahun 2018. Sebaliknya, P1 Sulteng mengalami kenaikan dari
2,28 poin di Tahun 2013 menjadi 2,64 di Tahun 2018 yang artinya
semakin banyak penduduk miskin Sulteng terjerembab ke dasar
kemiskinan. Angka indeks in mengindikasikan diperlukan adanya strategi
terpadu saling sinergi antara Pemerintah Kabupaten Donggala dan
Provinsi Sulawesi dalam menurunkan angka kemiskinan di daerah ini.

D. Angka Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Tabel 2.30 menunjukkan Indeks Keparahan Kemiskinan di


Kabupaten Donggala, Provinsi Sulteng dan Nasional selama periode 2013-
2018. Angka ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi angka P2, maka
semakin timpangan disparitas antar sesama rumah tangga miskin (RTM),
sebaliknya, semakin rendah P2, maka semakin merata dan/atau semakin
sempit kesenjangan antar RTM. Selama periode tersebut, angka P2
mengalami penurunan di Kabupaten Donggala dan nasional yang berarti
semakin merata/sempit disparitas antar sesama RTM. Sebaliknya, P2 di
Sulteng semakin meningkat selama periode tersebut. Angka P2 meningkat
dari 0,53 poin di Tahun 2013 menjadi 0,74 poin di Tahun 2018 yang
berarti semakin timpang kesenjangan antar sesama RTM di Sulteng.
Angka P2 ini di Sulteng tentunya kontras dengan angka koefisien Gini di
Sulteng yang memperlihat kecenderungan mengalami penurunan dari
0,39 poin di Tahun 2013 menjadi 0,32 poin di Tahun 2018. Strategi
penanganan P2 tentu berbeda jauh dengan penanganan P1. Kabupaten
Donggala membutuhkan waktu yang akan lama dalam mengatasi P2.

II - 111
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Tabel 2.30.
Indeks Keparahan Kemiskinan di Kabupaten Donggala,
Sulteng dan Indonesia Tahun 2013-2018

(P2)
Uraian
2013 2014 2015 2016 2017 2018

Donggala 0.98 0.70 0.89 0.90 1,05 0,86


Sulawesi Tengah 0.53 0.55 0.66 0.73 0,72 0,74

Nasional (September) 0,48 0,44 0,51 0,44 0,46 0,41

Sumber : BPS Pusat & Sulteng Tahun 2019, Sumadi, 2018, data diolah

E. Garis Kemiskinan

Selama periode 2013-2019, Garis kemiskinan Kabupaten Donggala


meningkat dari Rp 233.991,- di Tahun 2013 menjadi Rp 308.212,- di
Tahun 2018. Sedangkan Garis Kemiskinan Sulteng naik dari Rp
301.000,- di Tahun 2013 menjadi Rp 413.785,- di Tahun 2018. Di Tahun
2013, Garis Kemiskinan Nasional berada di bawah Garis Kemiskinan
Provinsi Sulteng. Sedangkan Garis Kemiskinan Nasional di Tahun 2018
berada di atas Garis Kemiskinan Sulteng masing-masing sebesar Rp
292.951,- dan Rp 410.670,-

Tabel 2.31.
Garis kemiskinan Kemiskinan di Kabupaten Donggala,
Sulteng dan Indonesia Tahun 2013-2018
(Rp)
Uraian
2013 2014 2015 2016 2017 2018

Donggala 233.991 247.348 251.529 281.374 291.011 308.212

Sulawesi Tengah 301.000 328.063 338.443 375.659 391.763 413.785.

Nasional 292.951 312.328 344.809 361.990 387.160 410.670

Sumber : BPS Pusat & Sulteng Tahun 2019, Sumadi, 2018, data diolah

II - 112
Gambaran Umum Daerah

Berbagai upaya penanggulangan kemiskinan telah ditempuh oleh


Pemerintah Kabupaten Donggala melalui pembentukan Komite
Penanggulangan Kemiskinan dan pengembangan kerjasama dengan
berbagai pihak, baik dengan pihak perbankan, kelompok dunia usaha,
LSM maupun dengan Perguruan Tinggi. Pemda Kabupaten Donggala telah
membentuk Tim Koordinasi penanggulangan kemiskinan (TKPK)
Kabupaten Donggala, berikut kelompok kerja (POKJA) yang sudah
terbentuk di daerah, yang mempunyai peran dan fungsi untuk mengkaji
Indeks Kedalaman Kemiskinan daerah (P1) dan Keparahan Kemiskinan
(P2) sebagai bahan awal untuk memetakan program-program
penanggulangan kemiskinan dan menyusun kebijakan yang sesuai
dengan kebutuhan pemangku kepentingan khususnya masyarakat
miskin.

Dalam mengentaskan penduduk miskin, pemerintah Kabupaten


Donggala telah menjalankan berbagai strategi dan program pengentasan
kemiskinan di berbagai bidang kehidupan yang dapat dilaksanakan
secara efektif. Berkaitan hal dimaksud, seperti pada tahun-tahun
sebelumnya, maka di Tahun 2014 ini berbagai program dan kegiatan yang
dilaksanakan di antaranya: Bantuan Kesejahteraan Sosial Fakir
Miskin/Keluarga Miskin, Pembinaan, pengawasan dan Pengelolaan
Distribusi RASKIN, Fasilitasi dan Stimulasi pembangunan Perumahan
Masyarakat Kurang Mampu, PAMSIMAS, Fasilitasi Dukungan sistem
penanggulangan kemiskinan daerah, Pengembangan Sarana Pemasaran
Produk UMKM, Pembinaan Petani Bantuan Permodalan Lembaga Mikro,
Pengendalian Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM-PPK)
Mandiri Pendampingan, Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin
(Askeskin), Pendamping program usaha agribisnis perdesaan, Kegiatan
Donggala Kanamavali.

Saat ini, Kabupaten Donggala Tengah mempersiapkan Program


Sistem Inovasi Daerah (SiDA) dalam payung Program Gerakan
Penuntasan Kemiskinan (Gertaskin) berupa Kegiatan Donggala Kana

II - 113
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Mavali, Donggala Kana Maseha, Donggala Nasugi Kana Masagena,


Donggala Nanyama Ngapata sekaligus memulihkan perekonomian
masyarakat Kabupaten Donggala Pasca Bencana Alam Tanggal 28
September 2018.

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial

Pembangunan manusia sebagai insan dan sumberdaya


pembangunan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan,
dilakukan pada seluruh siklus hidup manusia yaitu sejak dalam
kandungan hingga lanjut usia. Upaya tersebut dilandasi pertimbangan
bahwa kualitas manusia yang baik ditentukan oleh pertumbuhan dan
perkembangannya sejak dalam kandungan, pembangunan manusia yang
baik merupakan salah satu kunci bagi tercapainya kemakmuran bangsa.
Selama periode 2013-2018 berbagai program yang telah dilaksanakan
dapat meningkatkan sember daya manusia Kabupaten Donggala yang
ditandai dengan meningkatnya derajat kesehatan dan pendidikan
penduduk yang berangsur meningkat.

Gambaran capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan atas


fokus kesejahteraan sosial dilakukan terhadap Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) yang antara lain yaitu; bidang Pendidikan. Bidang
pendidikan merupakan salah satu variabel penting dari beberapa variabel
untuk mencapai masyarakat yang maju, cerdas, dan mandiri. Untuk
mencapai hal tersebut, dibutuhkan kerjasama yang baik antara
pemerintah, swasta dan masyarakat. Olehnya itu, upaya peningkatan
kecerdasan kehidupan bangsa terus dilakukan guna setiap warga negara
berhak mendapatkan layanan pendidikan. Sebagai konsekuensi dari
komitmen tersebut, setiap warga negara tanpa mengenal latar belakang,
baik yang normal maupun yang berkelainan, yang berkemampuan cerdas
maupun rendah, berstatus sosial ekonomi tinggi, menengah maupun
rendah, memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang
bermutu dan fungsional setidak-tidaknya selama 9 Tahun. Indikator

II - 114
Gambaran Umum Daerah

kinerja terkait bidang pendidikan yakni angka melek huruf, angka rata-
rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka pendidikan yang
ditamatkan dan angka partisipasi murni). Sementara bidang Indikator
Kesehatan yakni angka kelangsungan hidup bayi, angka usia harapan
hidup dan angka kematian bayi). Terakhir, Indikator untuk Indeks daya
beli meliputi Persentase penduduk yang memiliki lahan, dan rasio
penduduk yang bekerja).

2.2.2.1. Indeks Pembangunan Manusia

Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan manusia


dapat dinilai secara parsial dengan melihat seberapa besar permasalahan
yang paling mendasar di masyarakat tersebut dapat teratasi.
Permasalahan-permasalahan tersebut di antaranya adalah kemiskinan,
pengangguran, buta huruf, ketahanan pangan, dan penegakan
demokrasi. Namun persoalannya adalah capaian pembangunan manusia
secara parsial sangat bervariasi yakni beberapa aspek pembangunan
tertentu berhasil dan beberapa aspek pembangunan lainnya gagal.
Selanjutnya bagaimana menilai keberhasilan pembangunan manusia
secara keseluruhan.

Dewasa ini persoalan mengenai capaian pembangunan manusia


telah menjadi perhatian para penyelenggara pemerintahan. Berbagai
ukuran pembangunan manusia dibuat namun tidak semuanya dapat
digunakan sebagai ukuran standar yang dapat dibandingkan antar
wilayah atau antar Negara. Oleh karena itu, Badan Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) menetapkan suatu ukuran standar pembangunan manusia
(IPM) atau Human Development Index (HDI). Indeks ini dibentuk
berdasarkan empat indikator yaitu angka harapan hidup, angka melek
huruf, rata-rata lama sekolah dan kemampuan daya beli. Indikator angka
harapan hidup merepresentasikan dimensi umur panjang dan sehat.
Selanjutnya angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah

II - 115
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

mencerminkan output dari dimensi pengetahuan. Adapun indikator


kemampuan daya beli digunakan untuk mengukur dimensi hidup layak.

Luasnya cakupan pembangunan manusia menjadikan peningkatan


IPM sebagai manifestasi dari pembangunan manusia dapat ditafsirkan
sebagai keberhasilan dalam meningkatkan kemampuan dalam
memperluas pilihan-pilihan (enlarging the choices of the people). Seperti
diketahui, beberapa faktor penting dalam pembangunan yang sangat
efektif bagi pembagunan manusia adalah pendidikan dan kesehatan. Dua
faktor penting ini merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu
dimiliki agar mampu meningkatkan potensi bangsa itu. Di tengah
eskalasi persaingan global, tuntutan terhadap kapabilitas dasar itu
dirasakan semakin tinggi, jika tidak demikian, maka bangsa tersebut
akan kalah bersaing dengan bangsa-bangsa lain yang lebih maju.

Untuk meningkatkan IPM semata-mata tidak hanya pada


pertumbuhan ekonomi karena pertumbuhan ekonomi baru merupakan
syarat perlu. Agar pertumbuhan ekonomi sejalan dengan pembangunan
manusia, maka pertumbuhan ekonomi harus disertai dengan syarat
cukup yaitu pemerataan pembangunan. Dengan pemerataan
pembangunan terdapat jaminan bahwa semua penduduk dapat
menikmati hasil-hasil pembangunan.

Berdasarkan pengalaman pembangunan di berbagai negara diperoleh


pembelajaran bahwa untuk mempercepat pembangunan manusia dapat
dilakukan antara lain melalui dua hal, yaitu distribusi pendapatan yang
merata dan alokasi belanja publik yang memadai untuk pendidikan dan
kesehatan. Korea Selatan sebagai negara contoh sukses, tetap konsisten
melakukan dua hal tersebut, sebaliknya Brazil mengalami kegagalan
karena memiliki distribusi pendapatan yang timpang dan alokasi belanja
publik yang kurang memadai untuk pendidikan dan kesehatan (UNDP,
BPS, Bappenas, 2004).

II - 116
Gambaran Umum Daerah

Saat ini tampaknya pemerintah sangat perhatian dengan isu


pembangunan manusia. Hal ini ditandai dengan diikutkannya IPM
sebagai salah satu alokator dana alokasi umum (DAU) untuk mengatasi
kesenjangan keuangan wilayah (fiscal gap). Alokator lainnya adalah luas
wilayah, jumlah penduduk, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan
Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK). Seyogianya, wilayah dengan IPM
rendah secara perlahan dapat mengejar ketertinggalannya karena
memperoleh alokasi dana yang berlebih. Meskipun demikian, hal itu
masih sangat tergantung dengan strategi pembangunan yang dijalankan
oleh wilayah tersebut.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks komposit


yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari indeks harapan hidup (e0),
indeks pendidikan (angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah), dan
indeks standar hidup layak. Komponen IPM adalah usia hidup (longevity),
pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living). Usia
hidup diukur dengan angka harapan hidup atau e0 yang dihitung
menggunakan metode tidak langsung (metode Brass, varian Trussel)
berdasarkan variabel rata-rata anak lahir hidup dan rata-rata anak yang
masih hidup.

Komponen pengetahuan diukur dengan angka melek huruf dan rata-


rata lama sekolah yang dihitung berdasarkan data Susenas/BPS
menggunakan indikator partisipasi sekolah dasar, menengah, dan tinggi
sebagai pengganti rata-rata lama sekolah karena sulitnya memperoleh
data rata-rata lama sekolah secara global. Indikator angka melek huruf
diperoleh dari variabel kemampuan membaca dan menulis, sedangkan
indikator rata-rata lama sekolah dihitung dengan menggunakan dua
variabel secara simultan yaitu tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani
dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan.

Komponen standar hidup layak diukur dengan indikator rata-rata


konsumsi riil yang telah disesuaikan. Sebagai catatan, UNDP

II - 117
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

menggunakan indikator PDB per kapita riil yang telah disesuaikan


(adjusted real GDP per capita) sebagai ukuran komponen tersebut karena
tidak tersedia indikator lain yang lebih baik untuk keperluan
perbandingan antar negara. Untuk lebih jelasnya posisi relatif Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Donggala dibanding Provinsi
Sulawesi Tengah dapat dilihat dalam Tabel 2.32.

Tabel 2.32
Posisi Relatif Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten
Donggala dibanding
Provinsi Sulawesi Tengah dan Nasional Tahun 2013-2017
Indeks Pembangunan Tahun
Manusia 2013 2014 2015 2016 2017
Donggala 63,38 63,55 63,82 64,42 64,66

Sulawesi Tengah 65,79 66,43 66,76 67,47 68,11

Nasional 68,31 68,90 69,55 70,18 70,81

Sumber: BPS Kabupaten Donggala Tahun 2018, data diolah

Keberhasilan pembangunan tidak hanya diukur melalui


pembangunan fisik, melainkan juga pencapaian pembangunan non fisik
yang lebih menekankan pada aspek pembangunan manusia. Secara
umum Capaian pembangunan mutu modal manusia di Kabupaten
Donggala cenderung meningkat. Hal ini terindikasi dari nilai IPM
Kabupaten Donggala, yakni dari 63,38 pada Tahun 2013 meningkat
menjadi 64,66 pada tahun 2017, dengan posisi peringkat ke-delapan di
Sulawesi Tengah. Namun perkembangan atau peningkatan indeks
pembangunan manusia (IPM) Kabupaten Donggala masih di bawah rata-
rata Provinsi Sulawesi Tengah.

2.2.2.2. Angka Melek Huruf

Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia ditandai oleh semakin


meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia yang dapat terlihat dari tiga
indikator utama, yaitu kesehatan, pendidikan dan daya beli. Dalam

II - 118
Gambaran Umum Daerah

indikator pendidikan dapat diukur dari Angka Melek Huruf penduduk


dewasa serta rata-rata lama sekolah. Faktor lain yang berpengaruh
terhadap kualitas pendidikan adalah belum idealnya rasio siswa terhadap
guru, rasio siswa terhadap daya tampung sekolah dan rasio guru
terhadap sekolah.

Data dari tahun ke tahun menunjukkan perkembangan angka


melek huruf di Kabupaten Donggala terus mengalami peningkatan.
Dengan demikian, terlihat nyata bahwa meskipun secara keseluruhan
belum mencapai nilai sempurna akan tetapi capaian terus mengalami
peningkatan karena kesadaran masyarakat Kabupaten Donggala tentang
pentingnya pendidikan makin meningkat, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 2.6 berikut.

Gambar 2.6
Posisi Relatif Angka Melek Huruf Kabupaten Donggala
Tahun 2013-2018
98,96

99,79
98,13

97,72
97,31
96,12
95,85
95,85

95,72
95,32

95,32
95,12

2013 2014 2015 2016 2017 2018


Proyeksi Angka Melek Huruf 95,85 95,12 95,32 95,32 95,72 97,72
Realisasi Angka Melek Huruf 95,85 96,12 97,31 98,13 98,96 99,79

Sumber: Profil Kabupaten Donggala 2012 – 2016; Dokumen RPKD Kabupaten


Donggala Tahun 2018; BPS Kabupaten Donggala Tahun 2018, IKK Urusan
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018, (Data
Diolah Kembali Penyajiannya)

Peningkatan ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk


terutama pada kelompok usia produktif memiliki rata-rata lama sekolah
lebih tinggi dan makin meningkat. Dengan kata lain penduduk usia
produktif di Kabupaten Donggala memiliki jenjang pendidikan tertinggi
yang ditamatkan semakin meningkat.

II - 119
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

2.2.2.3. Angka Rata-Rata Lama Sekolah

Rata-rata lama sekolah (mean years of schooling) merupakan salah


satu sub-komponen yang mempengaruhi penilaian pembangunan
manusia. Indikator ini menunjukkan sampai pada jenjang pendidikan
apa, tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten Donggala. Pada
indikator ini terlihat rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten
Donggala pada keadaan Tahun 2013 tercatat 7,69 tahun, angka tersebut
mengalami peningkatan sebesar 0,11 menjadi 7,80 tahun keadaan Tahun
2015, dan Tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar 0,02 menjadi
7,82 tahun. Data tersebut berada di bawah capaian provinsi Sulawesi
Tengah sebesar 8,12 pada Tahun 2016. Dengan demikian, capaian
Kabupaten Donggala masih perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan ini
menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk terutama pada kelompok
usia produktif memiliki rata-rata lama sekolah lebih tinggi dan makin
meningkat. Dengan kata lain, penduduk usia produktif di Kabupaten
Donggala memiliki jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan semakin
meningkat.
Gambar 2.7
Rata-Rata Lama Sekolah
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018

7,89
7,81 7,85 7,84
7,79 7,77 008 7,82
008
7,73
7,69
7,65

2013 2014 2015 2016 2017 2018


Proyeksi Angka Rata-rata Lama
7,65 7,73 7,77 7,81 7,85 7,89
Sekolah
Realisasi Angka Rata-rata Lama
7,69 7,79 008 008 7,82 7,84
Sekolah

Sumber: Profil Kabupaten Donggala 2012 – 2016; Dokumen RPKD Kabupaten


Donggala Tahun 2018; BPS Kabupaten Donggala Tahun 2018, IKK Urusan
Pendidikan & Kebudayaan Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018 (Data
Diolah Kembali Penyajiannya)

II - 120
Gambaran Umum Daerah

Peningkatan ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk


terutama pada kelompok usia produktif memiliki rata-rata lama sekolah
lebih tinggi dan makin meningkat. Dengan kata lain, penduduk usia
produktif di Kabupaten Donggala memiliki jenjang pendidikan tertinggi
yang ditamatkan semakin meningkat.

2.2.2.4. Angka Partisipasi Kasar (APK)

Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah siswa, berapapun


usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap
jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang
pendidikan tertentu. Misal, APK SD sama dengan jumlah siswa yang
duduk di bangku SD dibagi dengan jumlah penduduk kelompok usia 7
sampai 12 tahun.

120
100
80
60
40
20
0
2013 2014 2015 2016 2017 SulTen
g 2017
Angka Partisipasi Kasar (APK)
104,81 119 108,28 111,16 106,1 104,19
SD/MI/Paket A
Angka Partisipasi Kasar (APK)
77,41 81 85,87 77,95 87,61 91,86
SMP/MTs/Paket B
Angka Partisipasi Murni (APK)
69,9 51 78,6 64,15 76,86 84,85
SMA/SMK/MA/Paket C

Sumber: Profil Kabupaten Donggala 2011-2015; Dokumen RPKD Kabupaten


Donggala Tahun 2018; BPS Kabupaten Donggala Tahun 2018 (Data Diolah
Kembali Penyajiannya)

Gambar 2.8
APK Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018

Angka Partisipasi Kasar SD/SLTP/SLTA adalah perbandingan


jumlah siswa pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan
jumlah penduduk usia 7 hingga 18 tahun. Terdapat beberapa fakta nilai

II - 121
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

APK di Kabupaten Donggala kurun waktu 2013-2018. APK Donggala


tingkat SD/MI cenderung berfluktuasi dengan nilai yang tertinggi Tahun
2014 dengan 119,00 poin dan APK yang terendah Tahun 2013 yakni
104,81 poin.

Pada tingkatan SMP/MTs di Kabupaten Donggala kurun waktu


2013-2018 nilai APK cenderung berfluktuasi dengan capaian tertinggi
Tahun 2017 yakni 87,61 poin dan yang terendah Tahun 2013 sebesar
77,41 poin. Nilai APK Tahun 2017 pada tingkatan pendidikan ini
meningkat jika dibandingkan dengan Tahun 2016 sebesar 77,95 poin.

Selanjutnya pada tingkatan SMA/SMK/MA, nilai APK Kabupaten


Donggala masih relatif rendah jika dibandingkan dengan tingkatan SD/MI
dan SMP/MTs. Nilai APK Tahun 2013 hingga Tahun 2017 belum
mencapai 80 poin. Selanjutnya dengan melihat data Provinsi Sulawesi
Tengah, pada Tahun 2017 nilai APK Kabupaten Donggala untuk tingkat
SD/MI berada di atas capaian APK Provinsi Sulawesi Tengah dan pada
tingkat SMP/MTs dan SMA/SMK/MA berada di atas capaian Provinsi
Sulawesi Tengah.

APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di


suatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling
sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di
masing-masing jenjang pendidikan. Semakin tinggi nilai indikator ini,
semakin tinggi akses penduduk suatu daerah terhadap pendidikan, dan
semakin tinggi tingkat kemampuan daerah tersebut dalam
menyelenggarakan otonomi daerah.

Jika dibandingkan dengan SDG’s standar yang menjadi acuan


pembangunan di bidang pendidikan untuk indikator APK adalah sebagai
berikut :
1) Meningkatnya Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/sederajat pada
Tahun 2019 menjadi 114,09 persen (2015: 108 persen). Hingga Tahun
2013-2018` APK pada tingkatan SD/MI/sederajat di Kabupaten

II - 122
Gambaran Umum Daerah

Donggala di atas target SDG’s. Namun pada Tahun 2017 nilai APK
mengalami penurunan dengan capaian sebesar 106,10 atau belum
mencapai target SDG’s.
2) Meningkatnya APK SMP/MTs/sederajat pada Tahun 2019 menjadi
106,94 persen (2015: 100,7 persen). Hingga Tahun 2016 dan 2017,
APK pada tingkatan SMP/MTs/sederajat di Kabupaten Donggala
sebesar 77,95 dan 87,61 poin dan belum mencapai target SDG’s.
3) Meningkatnya APK SMA/SMK/MA/sederajat pada Tahun 2019
menjadi 91,63 persen (2015: 76,4 persen). Hingga Tahun 2016 APK
pada tingkatan SMA/SMK/MA/sederajat di Kabupaten Donggala
sebesar 64,15 poin dan belum mencapai target SDG’s sedangkan
untuk Tahun 2017 telah mencapai targer SDG’s dengan capaian
76,87 poin.

2.2.2.5. Angka Partisipasi Murni

Angka partisipasi murni adalah perbandingan penduduk usia antara


7 hingga 18 tahun yang terdaftar sekolah pada tingkat pendidikan
SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18
tahun. Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa dengan
usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk
di usia yang sama. APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia
sekolah di tingkat pendidikan tertentu. Seperti APK, APM juga merupakan
indikator daya serap penduduk usia sekolah di setiap jenjang pendidikan.
Tetapi, jika dibandingkan APK, APM merupakan indikator daya serap
yang lebih baik karena APM melihat partisipasi penduduk kelompok usia
standar di jenjang pendidikan yang sesuai dengan standar tersebut.

Gambar 2.9 menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia


sekolah di masing-masing jenjang pendidikan tersebut di atas cenderung
mengalami peningkatan. Dengan demikian, perbaikan kualitas
pendidikan di masing-masing usia dan jenjang pendidikan semakin
membaik serta menunjukkan bahwa kemampuan penduduk menjangkau

II - 123
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

pendidikan semakin meningkat. Namun pada Tahun 2016 dan 2017, APM
baik di tingkat Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah
Atas mengalami fluktuasi. Hal ini menunjukkan berfluktuasinya jumlah
murid dibanding jumlah penduduk usia sekolah pada setiap jenjang
pendidikan baik SMP maupun SMA. Dibandingkan dengan angka APK
pada tingkat SD/MI dan SMA/MA/SMK terdapat kesenjangan yang
menunjukkan cukup banyaknya peserta didik pada kedua tingkat
pendidikan tersebut yang berusia kurang atau melebihi usia normal
untuk tingkat pendidikan yang bersangkutan. Pada Tahun 2016, APM
untuk tingkat pendidikan SD/Mi lebih tinggi dari Sulawesi Tengah
namun untuk tingkatan SMP/MTs dan SMA/SMK/MA mencapai angka
APM lebih rendah dari capaian Sulawesi Tengah.

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2013 2014 2015 2016 2017 Sul
Teng
2016
APM Donggala Tkt. SD/MI 92,04 093 094 096 095 092
APM Donggala Tkt. SMP/MTs 62,37 068 062 069 072 071
APM Donggala Tkt
56,52 58,25 54,84 55,63 58,18 63,61
.SMA/SMK/MA

Sumber: BPS Kabupaten Donggala Tahun 2017 (Data Diolah Kembali Penyajiannya)

Gambar 2.9
APM Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017

2.2.2.6. Angka Kelangsungan Hidup Bayi

Angka Kelangsungan Hidup Bayi adalah probabilitas bayi hidup


sampai dengan usia 1 tahun. Indikasi peningkatan kesejahteraan sosial
dalam bidang kesehatan di antaranya ditunjukkan dengan Angka
Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB). AKHB adalah angka yang dihitung

II - 124
Gambaran Umum Daerah

berdasarkan jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari satu tahun
pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah kelahiran hidup pada tahun
tertentu untuk setiap seribu kelahiran. Gambaran mengenai angka
kelangsungan hidup bayi di Kabupaten Donggala disajikan dalam Tabel
2.33.
Tabel 2.33
Kelangsungan Hidup Bayi di Kabupaten Donggala
Tahun 2013-2018

Kelangsungan Hidup 2013 2014 2015 2016 2017 2018


Bayi
Realisasi 0,99 1,00 0,99 1,00 0,99 0,99
Target P-RPJMD 0,98 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala Tahun 2018, data diolah

2.2.2.7. Usia Harapan Hidup

Usia Harapan Hidup (UHH) di Kabupaten Donggala Tahun 2013-


2017 meningkat dari 65,76 tahun pada 2013 meningkat menjadi 65,89
tahun pada 2017. Namun, UHH Kabupaten Donggala tersebut lebih
rendah dari rata-rata UHH Sulawesi Tengah 67,32 dan Nasional yang
pada Tahun 2017 mencapai 71,06 tahun (Tabel 2.34).

Tabel 2.34
Angka Usia Harapan Hidup
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018

Tahun
Usia Harapan Hidup
2013 2014 2015 2016 2017 2018

Realisasi Donggala 66,29 66,57 66,85 67,13 67,41 67,69

Target P-RPJMD 68,03 66,81 67,07 67,24 67,37 67,48

Sulawesi Tengah 67.02 67.18 67,26 67,31 67,32 na

Nasional 70,40 70,59 70,78 70,90 71,06 na

Sumber: IKK Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018 dan BPS
Kabupaten Donggala Tahun 2018, data diolah

II - 125
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Situasi Derajat Kesehatan Masyarakat Kabupaten Donggala dapat


diukur dari Umur Harapan Hidup (UHH). Mencermati perkembangan
Umur Harapan Hidup Masyarakat dalam 3 Tahun terakhir menunjukkan
peningkatan yang berarti. Dalam rangka meningkatkan UHH tersebut
berbagai upaya dilakukan Pemerintah Daerah terutama untuk menekan
Angka Kematian Ibu melahirkan

Jika dilihat dari klasifikasi komponen Indeks Harapan Hidup yang


dicapai, maka Kabupaten Donggala pada lima tahun terakhir ini (2013-
2017) berada pada kategori sedang (antara nilai 66,29-67,69). Demikian
juga indeks harapan hidup penduduk Sulawesi Tengah dengan nilai
67,02 pada Tahun 2013 dan 2017 mencapai nilai 67,32. Dengan
demikian, melihat kenyataan tersebut baik rata-rata Kabupaten Donggala
maupun di Sulawesi Tengah, indeks peluang umur panjang dan sehat
tidak ada yang masuk kategori tinggi (antara nilai 69,70-74,40).

Faktor yang mempengaruhi produktivitas sumberdaya manusia


adalah terletak pada keadaan kesehatannya sendiri. Rendahnya kondisi
kesehatan (gizi dan kalori) akan menghasilkan pekerja-pekerja yang
kurang produktif dengan mental yang kurang bagus sehingga
menyebabkan produktivitas rendah dan tingkat output yang dicapai tidak
optimal. Dengan demikian, aspek kesehatan dapat berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi, misalnya perbaikan kesehatan seseorang dapat
menyebabkan peningkatan dalam partisipasi tenaga kerja, perbaikan
kesehatan dapat pula membawa perbaikan dalam tingkat pendidikan,
bahkan perbaikan kesehatan menyebabkan bertambahnya jumlah
penduduk produktif yang dapat meningkatkan partisipasi angkatan kerja,
semua itu dapat berpengaruh terhadap meningkatnya pertumbuhan
ekonomi.

Faktor lain yang memberikan sumbangan positif dalam


meningkatnya angka harapan hidup adalah kesadaran masyarakat dalam
membudayakan pola hidup sehat. Pergeseran nilai budaya tradisional

II - 126
Gambaran Umum Daerah

menuju hidup sehat yang lebih modern, akan menentukan kemampuan


mental dan fisik penduduk.

2.2.2.8. Persentase Balita Gizi Buruk

30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
2014 2015 2016 2017 2018
Jumlah seluruh Balita Gizi
101 122 94 131 198
Buruk
Jumlah Balita 22853 22828 26020 26730 26971
Persentase Balita Gizi
000 001 000 000 001
Buruk

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala berbagai tahun

Gambar 2.10
Persentase Balita Gizi Buruk
di Kabupaten Donggala Tahun 2014-2018

Gizi buruk ~ Keadaan kurang zat gizi tingkat berat yang disebabkan
oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam waktu cukup lama
yang ditandai dengan berat badan menurut umur (BB/U) yang berada
pada <-3SD tabel baku WHO-NCHS. Gizi adalah suatu proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses
digestif, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta
menghasilkan energi. Tanpa adanya gizi yang kuat, maka kualitas hidup
tidak akan optimal dan tentunya akan mempengaruhi proses tumbuh
kembang.

Kurun waktu 2014-2018 jumlah seluruh balita gizi buruk di


Kabupaten Donggala mempunyai kecenderungan meningkat, dengan

II - 127
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

capaian tertinggi Tahun 2018 dengan capaian tertinggi pada Tahun 2018
dengan 198 kasus. Pada Tahun 2017 jumlah kasus gizi buruk di
Kabupaten Donggala sebanyak 131 kasus dengan kasus yang terbanyak
terjadi di Kecamatan Banawa Tengah, Kecamaan Banawa Selatan dan
Kecamatan Sojol masing-masing 43, 19 dan 22 kasus. Tahun 2014
hingga 2018 dari total balita di Kabupaten Donggala tidak mencapai 1
persen dari total Balita.

Malnutrisi (gizi buruk) adalah suatu istilah umum yang merujuk


pada kondisi medis yang disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak
cukup. Walaupun seringkali disamakan dengan kurang gizi yang
disebabkan oleh kurangnya konsumsi, buruknya absorpsi, atau
kehilangan besar nutrisi atau gizi, istilah ini sebenarnya juga mencakup
kelebihan gizi (overnutrition) yang disebabkan oleh makan berlebihan atau
masuknya nutrien spesifik secara berlebihan ke dalam tubuh.

Seorang akan mengalami malnutrisi jika tidak mengkonsumsi


jumlah atau kualitas nutrien yang mencukupi untuk diet sehat selama
suatu jangka waktu yang cukup lama. Malnutrisi yang berlangsung lama
dapat mengakibatkan kelaparan, penyakit, dan infeksi. Tanda-tanda dari
banyak kasus malnutrisi yaitu ketika cadangan nutrisi dihabiskan dan
nutrisi serta energi yang masuk tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari atau tidak memenuhi tambahan metabolic yang
meningkat.

Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan


masukan makanan dalam waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan
kekurangan gizi amat bervariasi dan masih merupakan masalah yang
pelik. Walaupun demikian, secara klinis digunakan istilah malnutrisi
energi dan protein (MEP) sebagai nama umum. Penentuan jenis MEP yang
tepat harus dilakukan dengan pengukuran antropometri yang lengkap
(tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit),
dibantu dengan pemeriksaan laboratorium

II - 128
Gambaran Umum Daerah

Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat


berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau
menderita sakit dalam waktu lama. Itu ditandai dengan status gizi sangat
kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau hasil pemeriksaan klinis
menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik
kwashiorkor.

2.2.2.9. Persentase Penduduk yang Memiliki Lahan

Persentase penduduk yang memiliki lahan menunjukkan jumlah


penduduk yang memiliki lahan secara sah dari total jumlah penduduk
Kabupaten Donggala. Data jumlah penduduk yang memiliki lahan di
Kabupaten Donggala hingga Tahun 2013 sebanyak 2.750 bidang terdiri
atas; tanah hak milik sebanyak 2.597 bidang (6.109.914 M²), hak guna
bangunan sebanyak 9 bidang (1.200 M²), hak guna usaha 54 buah dan
hak pakai sebanyak 90 bidang (103.273 M²). Jika diasumsikan jumlah
bidang tanah sama dengan jumlah orang yang memiliki lahan, maka
persentase penduduk yang memiliki lahan di Kabupaten Donggala hanya
0,88 persen dari jumlah penduduk.

2.2.2.10. Rasio Penduduk Yang Bekerja

Salah satu indikator yang biasa digunakan untuk menggambarkan


tingkat kesejahteraan masyarakat adalah laju pertumbuhan angkatan
kerja yang terserap pada lapangan pekerjaan. Tingginya angkatan kerja di
suatu daerah secara langsung dapat menggerakkan perekonomian daerah
tersebut. Hal sebaliknya dapat mengakibatkan timbulnya masalah sosial.
Gambaran kondisi ketenagakerjaan seperti Persentase angkatan kerja
yang bekerja dan distribusi lapangan pekerjaan sangat berguna dalam
melihat prospek ekonomi suatu daerah.

Indikator rasio penduduk yang bekerja dalam laporan RPJMD ini


menyangkut tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan tingkat
Pengangguran. Yang dimaksud dengan Rasio Penduduk yang Bekerja
adalah rasio Jumlah Orang yang Bekerja terhadap Jumlah Angkatan

II - 129
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah angka yang


menunjukkan rasio jumlah angkatan kerja terhadap Jumlah Tenaga
Kerja. Angkatan Kerja (AK) adalah jumlah penduduk (laki-laki dan
perempuan) yang diperoleh dari perhitungan Jumlah Tenaga Kerja (TK),
yaitu penduduk berusia antara 15 sampai dengan 65 tahun dikurangi
dengan Jumlah Bukan Angkatan Kerja (BAK). Bukan angkatan kerja
adalah penduduk yang berusia di antara 15 sampai dengan 65 tahun
yang tidak sedang mencari pekerjaan (karena sedang sekolah, ibu rumah
tangga, dan lain alasan yang membuat mereka tidak sedang mencari
pekerjaan).
Tabel 2.35
Rasio Penduduk yang Bekerja di Kabupaten Donggala
Tahun 2013-2017

Indikator Rasio Tahun


No.
Penduduk yang Bekerja 2013 2014 2015 2016 2017

Realisasi TPAK Kab.


74,69 61,41 62,50 62,50 79,32
1 Donggala(%)

TPAK Prov. Sulteng(%) 65,92 66,76 67,51 72,28 67,14

Tingkat Pengangguran
3,14 6,19 3,13 3,13 3,32
Kab. Donggala (%)

2 Tingkat Pengangguran
Prov. Sulawesi Tengah 4,27 3,68 4,10 3,29 3,81
(%)

Rasio Penduduk yang


96,86 93,81 96,87 96,87 96,68
Bekerja Kab. Donggala(%)

3 Rasio Penduduk yang


Bekerja Prov. Sulawesi 95,73 96,32 95,90 96,71 96,19
Tengah(%)

Sumber: - Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2017, dan Tahun 2018 (diolah)

II - 130
Gambaran Umum Daerah

Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat apakah benar-benar digerakan


oleh produksi yang melibatkan tenaga kerja daerah atau karena pengaruh
faktor lain. Banyaknya penduduk yang bekerja akan berdampak pada
peningkatan output dan pendapatan. Peningkatan output dan
pendapatan penduduk sangat menentukan pemenuhan kebutuhan hidup
yang layak (kenaikan daya beli). Tabel 2.35 menyajikan tingkat
pengangguran dan penduduk yang bekerja di Kabupaten Donggala.

Tabel 2.35 memberikan informasi bahwa tingkat pengangguran


terbuka (TPT) di Kabupaten Donggala menunjukkan hasil yang kurang
baik dengan angka yang meningkat dari Tahun 2013-2017 terdapat TPT
sebesar 3,32 persen lebih rendah dari TPT provinsi, namun di tahun 2014
mencapai 6,19 persen. Sementara TPAK mengalami peningkatan dari
74,69% tahun 2013 menjadi 79,32 tahun 2017.

2.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olah Raga

2.2.3.1. Seni Budaya

Tabel 2.36
Capaian Pembangunan Seni dan Budaya di Kabupaten Donggala
Tahun 2013-2018

Perkembangan Seni dan Budaya tahun


Capaian
No.
Pembangunan
2013 2014 2015 2016 2017 2018

1. Jumlah grup
kesenian per 10.000 38 38 58 58 na na
penduduk
Target P-RPJMD
na na na na na na
Tahun 2014-2019
2. Jumlah gedung
kesenian per 10.000 1 1 1 1 na na
penduduk
Target P-RPJMD na na na na na na
Tahun 2014-2019

Sumber: Evaluasi Pencapaian Kinerja Pembangunan dan Relevansi Perencanaan


Daerah Kabupaten Donggala, 2013-2018 dan RPJMD Provinsi Sulawesi
Tengah Tahun 2016-2021.

II - 131
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Berdasarkan Lampiran Permendagri Nomor 86 Tahun 2017


menjelaskan bahwa indikator capaian pembangunan pada bidang seni
budaya terdiri atas jumlah grup kesenian per 10.000 penduduk dan
jumlah gedung kesenian per 10.000 penduduk. Capaian pembangunan
seni budaya disajikan pada Tabel 2.36.

2.2.3.2. Pemuda dan Olah Raga

Demikian pula indikator capaian pembangunan pada bidang pemuda


dan olahraga terdiri atas jumlah klub olahraga per 10.000 penduduk dan
jumlah gedung olahraga per 10.000 penduduk. Capaian pembangunan
pemuda dan olahraga disajikan pada Tabel 2.37.

Tabel 2.37
Perkembangan Pembangunan Pemuda dan Olahraga
di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018

Perkembangan Olahraga Tahun


Capaian
No.
Pembangunan
2013 2014 2015 2016 2017 2018

1. Jumlah klub olahraga na na na na na na


per 10.000 penduduk

Target PRPJMD Tahun 18 18 18 19 19 19


2014-2019

2. Jumlah gedung na na na na na na
olahraga per 10.000
penduduk

Target PRPJMD Tahun 3 3 4 4 4 4


2014-2019

Sumber: Indikator Kinerja Kunci OPD dan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018.

II - 132
Gambaran Umum Daerah

2.3. ASPEK PELAYANAN UMUM

2.3.1. Fokus Layanan Urusan Pemerintah Wajib

2.3.1.1 Pendidikan

A. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Pendidikan Anak Usia Dini memegang peranan penting dalam upaya


meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di daerah ini. Gambar
berikut ini memberikan gambaran secara umum tentang perkembangan
jumlah anak didik pada jenjang pendidikan non formal PAUD di
Kabupaten Donggala dari Tahun 2013 hingga Tahun 2017. Dari gambar
tersebut dapat dilihat perkembangan jumlah peserta didik pada PAUD di
wilayah ini yang terus mengalami peningkatan, dengan rata-rata
pertumbuhan mencapai 12,42 persen pertahun.

Jumlah Siswa Pada Jenjang TK/RA/Penitipan Anak

7000

6000

5000

4000

3000

2000

1000

0
2013 2014 2015 2016 2017
Jumlah Siswa Pada
Jenjang TK/RA/Penitipan 5225 5245 4119 4572 6894
Anak

Sumber: Profil Kabupaten Donggala 2013-2018; Dokumen RPKD Kabupaten


Donggala Tahun 2019; BPS Kabupaten Donggala Tahun 2018 (Data Diolah
Kembali Penyajiannya)

Gambar 2.11
Gambaran Jumlah Murid PAUD di Kabupaten Donggala
Tahun 2013-2017

II - 133
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Secara kumulatif, perkembangan jumlah peserta didik pada jenjang


pendidikan PAUD dari Tahun 2013 hingga 2015 di Kabupaten Donggala
cenderung mengami fluktuatif namun dari Tahun 2016-2017 jumlah
peserta didik pada jenjang pendidikan PAUD mengalami peningkatan
dengan jumlah siswa TK di Kabupaten Donggala pada Tahun 2017
mencapai 6894 siswa.

B. Angka Partisipasi Sekolah

Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah jumlah murid kelompok usia


pendidikan dasar (7-12 tahun dan 13-15 tahun) yang masih menempuh
pendidikan dasar per 1000 penduduk usia pendidikan dasar. Adapun
kegunaan dari APS merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan
terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut juga memperhitungkan
terjadinya perubahan penduduk, terutama penduduk usia muda.

120

100

80
Axis Title

60

40

20

0
2013 2014 2015 2016 2017 2018
APS SD/MI/Paket A 108 107,5 102,6 102,35 97,3 94,6
APUS SMP/MTs/Paket B 68,22 75,5 80,87 85,16 90,75 97,9
APUS SMA/SMK/MA/Paket C 52,78 51,11 56,75 63,05 64,75 66,45

Sumber: Profil Kabupaten Donggala Tahun 2011-2015; Dokumen RPKD Kabupaten


Donggala Tahun 2018; BPS Kabupaten Donggala Tahun 2018 (Data Diolah
Kembali Penyajiannya)

Gambar 2.12
Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Kabupaten Donggala,
Tahun 2013-2018

II - 134
Gambaran Umum Daerah

APS yang tinggi menunjukkan terbukanya peluang yang lebih besar


dalam mengakses pendidikan secara umum. Pada kelompok umur mana
peluang tersebut terjadi dapat dilihat dari besarnya APS pada setiap
kelompok umur. Tahun 2013-2018 nilai APS pada tingkat SD/MI dan
SMP/MTs di Kabupaten Donggala cenderung meningkat namun pada
tingkatan SMA/SMK/MA cenderung berfluktuasi. Hingga Tahun 2017
capaian APS pada seluruh tingkatan pendidikan masih di bawah capaian
Sulawesi Tengah.

C. Angka Putus Sekolah

Anak putus sekolah adalah keadaan di mana anak mengalami


keterlantaran karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak
memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang
anak tanpa memperhatikan hak–hak anak untuk mendapatkan
pendidikan yang layak.

Menurut Departemen Pendidikan di Amerika Serikat (MC Millen


Kaufman, dan Whitener, 1996) mendefinisikan bahwa anak putus sekolah
adalah murid yang tidak dapat menyelesaikan program belajarnya
sebelum waktunya selesai atau murid yang tidak tamat menyelesaikan
program belajarnya.

Akibat yang disebabkan anak putus sekolah adalah kenakalan


remaja, tawuran, kebut-kebutan di jalan raya, minum–
minuman dan perkelahian, akibat lainnya juga adalah perasaan minder
dan rendah diri.

Proporsi penduduk menurut kelompok usia sekolah yang sudah


tidak bersekolah lagi atau yang tidak menamatkan suatu jenjang
pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk yang pernah/sedang
bersekolah pada kelompok usia sekolah yang bersesuaian. Adapun
kelompok umur yang dimaksud adalah kelompok umur 7-12 tahun, 13-
15 tahun, 16-18 tahun dan 19-24 tahun.

II - 135
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Selanjutnya untuk mengukur kemajuan pembangunan di bidang


pendidikan dan untuk melihat keterjangkauan pendidikan maupun
pemerataan pendidikan pada masing-masing kelompok umur (7-12, 13-
15, 16-18 tahun dan 19-24 tahun)

Semakin tinggi angka putus sekolah dapat mengindikasikan


buruknya akses pendidikan. Contoh: APTS 7-12 tahun Kabupaten
Donggala Tahun 2013 sebesar 9,58 persen, artinya secara rata-rata dari
100 penduduk berusia 7-12 tahun yang sedang atau pernah bersekolah
terdapat sekitar 9 orang yang putus sekolah.

045
040
035
Axis Title

030
025
020
015
010
005
000
2013 2014 2015 2016 2017
Angka Putus SekolahSD/MI di
010 010 002 002 000
Kab.Donggala
Angka Putus
SekolahSMP/MTS di 032 002 002 002 001
Kab.Donggala
Angka Putus Sekolah
SMA/SMK/MA di 042 003 003 003 000
Kab.Donggala

Gambar 2.13
Angka Putus Sekolah Menurut Tingkat Pendidikan
Di Donggala Tahun 2013-2017

Seperti yang terlihat pada gambar di atas, capaian Angka Putus


Sekolah di Kabupaten Donggala terus mengalami penurunan tahun ke
tahun. Capaian SD/MI pada Tahun 2015 sebesar 2,00 persen turun
menjadi 0,06 persen pada Tahun 2017. APTS SMP/MTs Tahun 2015
sebesar 2,10 persen turun menjadi 0,57 persen pada Tahun 2017,dan
Angka Putus Sekolah SMU/SMK/MA Tahun 2015 sebesar 3,23 persen
menurun menjadi sebesar 0,00 persen pada Tahun 2017.

II - 136
Gambaran Umum Daerah

D. Angka Kelulusan SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA

Capaian Angka kelulusan pada tingkat SD/MI di Kabupaten


Donggala, tahun ke tahun terus mempelihatkan hasil yang
menggembirakan meskipun belum mencapai angka yang sempurna
namun terus memperlihat peningkatan dari tahun ke tahun. Sementara
Angka kelulusan pendidikan tingkat SMP/MTs dan tingkat
SMA/SMK/MA menunjukan Persentase yang tetap bahkan cenderung
mengalami penurunan. Untuk lebih jelasnya data Capaian Angka
Kelulusan menurut jenjang pendidikan di Kabupaten Donggala Tahun
2013-2018 secara tersaji pada gambar berikut.

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2013 2014 2015 2016 2017
Angka Kelulusan SD/MI
90,52 91 99,45 99,45 100
di Kab.Donggala
Angka Kelulusan
SMP/MTs di 70,77 70,77 71 99,49 99,37
Kab.Donggala
Angka Kelulusan
SMA/SMK/MA di 69,41 88,05 99,35 100 100
Kab.Donggala

Sumber: Profil Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018; Dokumen RPKD Kabupaten


Donggala Tahun 2018; BPS Kabupaten Donggala Tahun 2018 (Data Diolah
Kembali Penyajiannya)

Gambar 2.14
Angka Kelulusan SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA
di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017

Angka Kelulusan adalah besarnya jumlah kelulusan siswa kelas 6


SD, kelas 9 SLTP dan kelas 12 SLTA untuk setiap jenjang pendidikan.
Angka kelulusan di Kabupaten Donggala untuk jenjang pendidikan
SD/MI dari Tahun 2013 hingga Tahun 2016 belum tingkat 100 persen
dan 2017 mencapai 100. Pada jenjang pendidikan SMP/MTs pada Tahun

II - 137
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

2013-2018 angka kelulusan belum mencapai 100 persen dengan capaian


tertinggi Tahun 2016 dan 2017 sebesar 99,49 persen dan 99,37. Pada
jenjang pendidikan SMA/SMK/MA, tingkat kelulusan 100 persen dicapai
pada Tahun 2016 dan 2017. Nilai indikator ini, makin tinggi makin baik

E. Angka Melanjutkan

Angka Melanjutkan Sekolah adalah persentase tamatan sekolah yang


melanjutkan ke jenjang sekolah lebih tinggi. Angka melanjutkan lebih
tinggi lebih baik. Pada tingkatan SD/Mi ke SMP/MTs nilai indikator ini
cenderung terus membaik hampir mencapai 100 periode 2013-2018.
Namun angka melanjutkan dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA cenderung
berfluktuasi dengan capaian 2017 98,61 yang berarti ada sekitar 1 persen
yang tidak melajutkan dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA.

Gambar 2.15
Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017

100

95

90

85

80
20 20 20 20 20
13 14 15 16 17
Angka Melanjutkan SD/MI ke
88,05 88,05 99,67 99,88 99,7
SMP/MTs
Angka Melanjutkan
98,73 98,73 99,41 99,6 98,61
SMP/MTs ke SMA/SMK/MA

Sumber: Profil Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018; Dokumen RPKD Kabupaten


Donggala Tahun 2018; BPS Kabupaten Donggala Tahun 2018 (Data Diolah
Kembali Penyajiannya)

F. Sekolah Pendidikan Dasar Dalam Kondisi Baik

Gedung sekolah merupakan fasilitas yang utama dalam proses


belajar-mengajar. Namun pada dasarnya bukan hanya jumlah gedung

II - 138
Gambaran Umum Daerah

sekolah yang menjadi perhatian namun yang juga menjadi fokus adalah
kondisinya juga baik.

G. Rasio Guru/Murid Sekolah Pendidikan Dasar

Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat pendidikan


dasar per 10.000 jumlah murid pendidikan dasar. Rasio ini
mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar di suatu daerah yang
dapat dibaca sebagai cerminan dari kemampuan suatu daerah dalam
menyelenggarakan layanan pendidikan, khususnya pendidikan dasar.

Di samping itu, rasio guru terhadap murid juga dapat digunakan


untuk mengukur tercapai atau tidaknya jumlah ideal murid untuk setiap
guru agar dapat menjamin berlangsungnya proses belajar-mengajar yang
bermutu dengan hasil yang diharapkan. Makin tinggi nilai indikator ini,
makin tinggi kemampuan suatu daerah dalam menyelenggarakan layanan
pendidikan, khususnya pendidikan dasar. Hal ini semakin tinggi pula
daerah tersebut menyelenggarakan otonomi daerah.

Pada Tahun 2013-2017, jumlah guru SD/MI di Kabupaten Donggala


cenderung mengalami fluktuasi dengan jumlah guru SD/MI yang
terbanyak Tahun 2015 sebesar 3391 orang dan jumlah yang paling
sedikit Tahun 2017 sebanyak 2666 orang. Di sisi lain, jumlah murid
SD/MI cenderung mengalami peningkatan walaupun Tahun 2015-2016
jumlah murid menurun 7,78 persen. Jumlah siswa yang terbanyak Tahun
2015 sebanyak 46.923 orang dan yang terendah Tahun 2013 sebanyak
2993 orang siswa.

Selanjutnya pada tingkatan SMP/MTs, jumlah guru dan murid


cenderung berfluktuasi periode 2013-2017. Berdasarkan data dari BPS,
jumlah guru dan murid mencapai 1.037 orang guru dan 14.860 orang
siswa pada Tahun 2017. Rasio Guru SD/MI di Donggala cenderung
mengalami fluktuasi dengan rasio yang tertinggi Tahun 2015 sebesar
1091,92 poin dan yang terendah rasio guru Tahun 2017 mencapai 705,41

II - 139
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

poin. Rasio guru mencapai 705,41 di Tahun 2017 bermakna bahwa


bahwa setiap 100 orang guru melayani sekitar 705 murid atau setiap
guru diperuntukkan bagi 7 orang murid.

Berdasarkan data tersebut dari Tahun 2013-2017, kemampuan


Kabupaten Donggala mengalami fluktuasi sehingga memerlukan
perhatian yang lebih sehingga diharapkan pada tahun-tahun mendatang
dapat ditingkatkan secara permanen sebagai salah satu penanda
kemampuan dalam penyelenggaraan otonomi daerah dalam hal
penyelenggaraan layanan pendidikan khususnya pendidikan dasar.

50000
45000
40000
35000
Axis Title

30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
Jml Guru Jml Murid Rasio Jml Guru Jml Murid Rasio
SD/MI SD/MI SD/MI SMP/MTs SMP/MTs SMP/MTs
2013 2993 42572 703 1107 12432 890
2014 3204 43156 742 1129 13753 821
2015 3391 46923 723 1460 13371 1.092
2016 3127 43428 720 1037 13566 764
2017 2666 40709 654,8920386 1049 14860 706

Sumber: Profil Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018; Dokumen RPKD Kabupaten


Donggala Tahun 2018; BPS Kabupaten Donggala Tahun 2018 (Data Diolah
Kembali Penyajiannya)

Gambar 2.16
Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar
Kabupaten Donggala, Tahun 2013-2018

H. Rasio Guru Terhadap Murid Pendidikan Menengah

Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat pendidikan


menengah per 10.000 jumlah murid pendidikan menengah. Rasio ini
mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar di sebuah daerah yang
dapat dibaca sebagai cerminan dari kemampuan suatu daerah dalam

II - 140
Gambaran Umum Daerah

menyelenggarakan layanan pendidikan, khususnya pendidikan dasar. Di


sisi rasio guru terhadap murid juga dapat digunakan untuk mengukur
tercapai atau tidaknya jumlah ideal murid untuk setiap guru agar dapat
menjamin berlangsungnya proses belajar-mengajar yang bermutu dengan
hasil yang diharapkan.

10000
9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
2013 2014 2015 2016 2017
Jumlah Guru
460 456 631 338 604
SMA/SMK/MA Dongala
Jumlah Murid
7975 7965 9366 9532 9796
SMA/SMK/MA Donggala
Rasio guru terhadap
murid pendidikan 577 573 674 355 617
menengah Donggala

Sumber: Profil Kabupaten Donggala Tahun 2011-2015; Dokumen RPKD Kabupaten


Donggala Tahun 2018; BPS Kabupaten Donggala Tahun 2018 (Data Diolah
Kembali Penyajiannya)

Gambar 2.17
Rasio Guru SMA/SMK/MA di Kabupaten Donggala

Berdasarkan data bahwa pada tingkatan SMA/SMK/MA di


Kabupaten Donggala mempunyai rasio guru yang cenderung berfluktuasi
periode 2013-2017. Dengan rasio guru yang terbesar Tahun 2015 sebesar
673,71 poin dan yang terendah Tahun 2016 sebesar 354,60 poin, hingga
Tahun 2017 rasio guru di Kabupaten Donggala mencapai 616,58 poin.
Makna yang terdapat pada rasio guru Tahun 2016 dimaknai bahwa setiap
100 orang guru melayani 354,60 orang murid. Semakin tinggi nilai
indikator ini, makin tinggi kemampuan suatu daerah dalam
menyelenggarakan layanan pendidikan, khususnya pendidikan dasar. Hal
ini semakin tinggi pula daerah tersebut menyelenggarakan otonomi
daerah.

II - 141
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

2.3.1.2 Kesehatan

A. Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran

Angka kematian ibu dan bayi merupakan salah satu indikator


derajat kesehatan, pendarahan dan prevalensi anemia menjadi penyebab
utama kematian ibu dan bayi pada saat melahirkan. Pantauan kesehatan
ibu semasa kehamilan baik keadaan normal maupun darurat serta
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih memainkan peran
penting dalam menekan angka kematian ibu.

Angka kematian bayi merupakan indikator yang penting untuk


mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat, karena
bayi yang baru lahir sangat sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat
orang tua si bayi tinggal dan sangat erat kaitannya dengan status sosial
orang tua si bayi. Kemajuan yang dicapai dalam bidang pencegahan dan
pemberantasan berbagai penyakit penyebab kematian akan tercermin
secara jelas dengan menurunnya tingkat AKB. Dengan demikian, angka
kematian bayi merupakan tolok ukur yang sensitif dari semua upaya
intervensi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya di bidang
kesehatan.

Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian


neo-natal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah
dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa
anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya atau didapat selama
kehamilan.

Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah


kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia
satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan
pengaruh lingkungan luar. Angka kematian Bayi (per 1.000 kelahiran
hidup) Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018 disajikan pada Gambar
2.18 berikut.

II - 142
Gambaran Umum Daerah

9,000
008 008
8,000
7,000
006
6,000
5,42907
5,000 005
4,000
004
3,000
2,000
1,000
-
2013 2014 2015 2016 2017 2018

Angka Kematian Bayi (AKB)

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala Tahun 2018, data diolah

Gambar 2.18
Angka kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran Hidup)
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018

Pantauan kesehatan ibu semasa kehamilan baik keadaan normal


maupun darurat serta pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
terlatih memainkan peran penting dalam menekan angka kematian ibu.
Data Tahun 2015 mencapai 6,4 persen proses kelahiran meningkat
sampai 8,4 persen Tahun 2018. Proses kelahiran di Kabupaten Donggala
umumnya dilakukan oleh bukan tenaga kesehatan terlatih.

Kegunaan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak


serta Kematian Balita adalah untuk mengembangkan program imunisasi,
program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-
anak, program penerangan tentang gizi dan pemberian makanan sehat
untuk anak di bawah usia 5 tahun.
B. Angka Kematian Neonatal per 1000 Kelahiran Hidup

Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian


neo-natal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah
dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa

II - 143
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya atau didapat selama
kehamilan.
Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah
kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia
satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan
pengaruh lingkungan luar. Angka Kematian Neonatal per 1000 Kelahiran
Hidup Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018 disajikan pada Tabel 2.38.

Tabel 2.38
Angka Kematian Neonatal per 1000 Kelahiran Hidup Kabupaten
Donggala Tahun 2013-2018
Angka Kematian Tahun
No Neonatal per 1000 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Kelahiran Hidup
1 Realisasi 1,05 4,11 5,81 3,77 8,06 7,37

2 P-RPJMD Donggala 8,03 2,41 1,84 1,45 1,17 0,94


Sumber: IKK Dinas Kesehatan Tahun 2013-2018 Kabupaten Donggala (Diolah)

Tabel 2.38 menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 2013-2018,


angka kematian neonatal per 1000 kelahiran hidup di Kabupaten
Donggala, terus mengalami penurunan. Pada Tahun 2013 angka
kematian neonatal mencapai 8 orang yang berarti setiap 1000 kelahiran
hidup sebanyak 8 orang meninggal, dan menurun menjadi 1 orang pada
Tahun 2018.

C. Angka Kematian Ibu per 100,000 Kelahiran Hidup

World Health Organization (WHO) memiliki beberapa istilah berbeda


terkait dengan AKI. Istilah pertama adalah Maternal Death – atau
kematian ibu, yang didefinisikan sebagai “kematian yang terjadi saat
kehamilan, atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan, tanpa
memperhitungkan durasi dan tempat kehamilan, yang disebabkan atau
diperparah oleh kehamilan atau pengelolaan kehamilan tersebut, tetapi
bukan disebabkan oleh kecelakaan atau kebetulan” (WHO, 2004). Konsep

II - 144
Gambaran Umum Daerah

Maternal Death ini berbeda dengan konsep Maternal Mortality Ratio,


atau yang lebih dikenal sebagai Angka Kematian Ibu (AKI), jika mengacu
pada definisi Badan Pusat Statistik (BPS). Baik BPS maupun WHO
mendefinisikan Maternal Mortality Ratio/AKI sebagai angka kematian
ibu per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2004; BPS, 2012).

Menurut laporan dari WHO, kematian ibu umumnya terjadi akibat


komplikasi saat, dan pasca kehamilan. Adapun jenis-jenis komplikasi
yang menyebabkan mayoritas kasus kematian ibu – sekitar 75 persen
dari total kasus kematian ibu – adalah pendarahan, infeksi, tekanan
darah tinggi saat kehamilan, komplikasi persalinan, dan aborsi yang tidak
aman (WHO, 2014). Untuk kasus Indonesia sendiri, berdasarkan data
dari Pusat Kesehatan dan Informasi Kemenkes (2014) penyebab utama
kematian ibu dari Tahun 2010-2013 adalah pendarahan (30.3 persen
pada Tahun 2013) dan hipertensi (27,1 persen pada Tahun 2013). Hal ini
sangat ironis, mengingat berbagai penyebab kematian ibu di atas
sebenarnya dapat dicegah, jika sang ibu mendapatkan perawatan medis
yang tepat.

Safe Motherhood Initiative dan Gerakan Sayang Ibu (GSI)


Tingginya angka kasus kematian ibu sebenarnya bukanlah masalah
yang terbilang baru. Upaya penanganan kasus kematian ibu merupakan
diskursus level global yang telah diperbincangkan sejak abad ke 17.
Dalam penelitiannya yang berjudul “Death In Childbed From The
Eighteent Century To 1935”, Loudon menjelaskan bahwa catatan-
catatan terkait kasus kematian ibu mulai muncul pada awal abad ke-17,
seiring dengan berkembangnya praktik kebidanan di masyarakat Inggris
(Loudon, 1986). Tetapi, komitmen masyarakat global terkait penanganan
kasus kematian ibu agaknya baru hadir di akhir abad ke-20. Pada Tahun
1987, kekhawatiran terkait dampak dari tingginya kasus kematian ibu
mendorong WHO dan organisasi-organisasi internasional lain untuk
melahirkan The Safe Motherhood Initiative (Women & Children First,
2015).

II - 145
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Konsep Safe Motherhood sendiri mencakup serangkaian upaya,


praktik, protokol, dan panduan pemberian pelayanan yang didesain
untuk memastikan perempuan menerima layanan ginekologis, layanan
keluarga berencana, serta layanan Prenatal, Delivery, dan Postpartum
yang berkualitas, dengan tujuan untuk menjamin kondisi kesehatan sang
ibu, janin, dan anak agar tetap optimal pada saat kehamilan, persalinan,
dan pasca-melahirkan (USAID, 2005). Mengacu pada modul yang disusun
oleh The Health Policy Project (2003), konsep Safe Motherhood sendiri
memiliki enam pilar utama.

6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
2014 2015 2016 2017
Jumlah Ibu Meninggal
14 10 5 13
Perkelahiran Hidup
Jumlah Kelahiran Hidup 5595 5504 5577 5958
Angka Kematian Ibu per
250 182 090 218
100,000 kelahiran hidup

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala Tahun 2019, data diolah

Gambar 2.19
Perkembangan Angka Kematian Ibu per 100,000
kelahiran hidup di Kabupaten Donggala Tahun 2014-2017

Kurun waktu 2013-2017, angka kematian ibu di Kabupaten


Donggala cenderung meningkat pada Tahun 2017 dengan capaian 218,19
poin dengan jumlah kejadian kematian ibu sebanyak 13 kematian, dan
Tahun 2014 sebanyak 14 kejadian dengan angka kematian tertinggi
250,22 poin. Hingga Tahun 2017 angka kematian ibu di Kabupaten
Donggala mencapai 218,19 poin per 100.000 kelahiran hidup yang
bermakna setiap 100.000 kelahiran hidup di Kabupaten Donggala terjadi

II - 146
Gambaran Umum Daerah

peristiwa kematian ibu sebanyak 21 kematian ibu. Makin tinggi nilai


indikator ini, maka merupakan gambaran awal makin buruk pelayanan
kesehatan bagi ibu baik yang sedang hamil ataupun pasca melahirkan.

D. Rasio Posyandu Per Satuan Balita

Rasio Posyandu per satuan balita adalah jumlah posyandu per 1000
balita. Posyandu adalah pos pelayanan terpadu yang merupakan kegiatan
pelayanan terpadu untuk imunisasi, kesehatan ibu dan anak, keluarga
berencana, penanggulangan diare dan gizi (melakukan penimbangan dan
pemberian makanan tambahan untuk balita). Posyandu diselenggarakan
oleh masyarakat melalui kader kesehatan di bawah bimbingan
Puskesmas.

Tujuan Posyandu adalah untuk mempercepat penurunan angka


kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran. Selain itu, Posyandu
juga bertujuan untuk mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera (NKKBS), serta agar masyarakat dapat
mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang
menunjang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Satu unit
Posyandu, idealnya melayani sekitar 100 balita (120 kepala keluarga)
atau sesuai dengan kemampuan petugas dan keadaan setempat.

Posyandu KB Kesehatan biasanya dipadukan dengan pelayanan


kesehatan lainnya, sehingga masyarakat dapat memperoleh layanan
kesehatan yang lengkap pada waktu dan tempat yang sama. Posyandu
umumnya dibuka sebulan sekali dan dilaksanakan oleh kader Posyandu
yang terlatih di bidang KB dan kesehatan yang berasal dari PKK, tokoh
masyarakat dan pemuda secara sukarela dengan bimbingan tim pembina
dari Puskesmas. Ketersediaan posyandu untuk melayani balita di
Kabupaten Donggala secara keseluruhan (aggregate) cukup memadai.
Menurut Kementrian Kesehatan idealnya satu posyandu melayani 100
balita atau ratio posyandu per 1000 balita berada di atas angka 10.

II - 147
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Rasio Posyandu per satuan balita digunakan untuk mengukur


ketersediaan Posyandu berdasarkan jumlah balita yang ada. Semakin
besar nilai rasio ini, makin tinggi tingkat kemampuan suatu daerah
dalam penyelenggaraan layanan.

Jumlah Posyandu Jumlah Balita Rasio posyandu per satuan balita Donggala

30459 30459
29374
26021 26731

447 015 447 015 451 015 437 017 442 017

2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: Profil Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018; Dokumen RPKD Kabupaten


Donggala Tahun 2018; BPS Kabupaten Donggala 2014-2018 (Data Diolah
Kembali Penyajiannya)

Gambar 2.20
Rasio Posyandu per Balita Kabupaten Donggala

Berdasarkan data pada tabel di atas, yang menyajikan rasio


posyandu di Kabupaten Donggala kurun waktu 2013-2018. Terlihat
bahwa di Kabupaten Donggala termasuk kategori ideal dengan rasio di
atas 10. Rasio ini mengindikasikan satu posyandu telah melayani lebih
dari 100 orang balita.

E. Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu Per Satuan Penduduk

Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu per Satuan Penduduk adalah


jumlah seluruh puskesmas, poliklinik, puskesmas pembantu per 1000
penduduk. Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat), adalah unit

II - 148
Gambaran Umum Daerah

pelayanan kesehatan milik pemerintah yang bertanggungjawab terhadap


pelayanan kesehatan masyarakat untuk wilayah kecamatan, sebagian
kecamatan, atau kelurahan.
Poliklinik adalah tempat pemeriksaan kesehatan, biasanya tanpa
fasilitas perawatan menginap, berada di bawah pengawasan
dokter/tenaga medis, tidak termasuk klinik yang terdapat di
puskesmas/rumah sakit.

Tabel 2.39
Gambaran Tentang Rasio Puskesmas, Rasio Pustu dan Rasio
Poskesdes di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017
Uraian Tahun
2013 2014 2015 2016 2017
Jumlah 15 16 16 16 17
Puskesmas
Jumlah Penduduk 287.900 291.779 293.742 293.742 299.174
Rasio Puskesmas 0,05 0,05 0,05 0,05 0,06
Jumlah Pustu 72 72 104 71 na
Jumlah Penduduk 287.900 291.779 293.742 293.742 299.174
Rasio Pustu 0,25 0,25 0,35 0,24 na
Jumlah Poskesdes 68 97 101 101 111
Jumlah Penduduk 287.900 291.779 293.742 293.742 299.174
Rasio Poskesdes 0,24 0,33 0,34 0,34 0,37

Sumber: Profil Kabupaten Donggala Tahun 2011-2015; Dokumen RPKD Kabupaten


Donggala Tahun 2018; BPS Kabupaten Donggala Tahun 2018 (Data Diolah
Kembali Penyajiannya)

Poskesdes adalah singkatan dari pos kesehatan desa di mana


lembaga ini adalah upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang
berfungsi sebagai wadah bagi kesehatan masyarakat desa. Poskesdes siap
melayani segala keluhan masyarakat mengenai kesehatan desa sebelum
penanganan lebih lanjut ke puskesmas lalu ke rumah sakit.
Tabel 2.39 menunjukkan bahwa 1 (satu) unit Puskesmas per
120.000 jiwa dengan kualitas lokasi di pusat lingkungan/kecamatan,
bersih, mudah dicapai, tenang, jauh dari sumber penyakit, sumber
bau/sampah, serta jauh dari sumber pencemaran lainnya. Semakin tinggi
nilai rasio ini menunjukkan semakin tinggi kemampuan suatu daerah

II - 149
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

dalam penyelenggaraan layanan bidang kesehatan. Berdasarkan data


pada tabel di atas, rasio puskesmas konstan 2013-2016 sebesar 0,05 dan
meningkat dengan capaian Tahun 2017 dengan rasio 0,06. Di sisi lain
rasio Poskesdes di Kabupaten Donggala 2013-2017 cenderung meningkat
dengan capaian 2017 sebesar 0,37 poin. Poskesdes berperan penting
terhadap tingkat kesadaran masyarakat mengenai kesehatan yang mana
untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana, dan
kegawat daruratan secara mandiri. Persediaan obat yang ada di
poskesdes itu didatangkan dari puskesmas terdekat. Biasanya Obat-obat
tersebut didatangkan setiap 3 bulan sekali.

F. Rasio Rumah Sakit per satuan Penduduk

Rasio ini mengukur ketersediaan fasilitas rumah sakit berdasarkan


jumlah penduduk. Makin tinggi nilai rasio ini menunjukkan, makin tinggi
tingkat kemampuan suatu daerah dalam penyelenggaraan layanan bidang
kesehatan.

300000

250000

200000

150000

100000

50000

0
2013 2014 2015 2016 2017
Jumlah Rumah Sakit 1 1 1 2 2
Jumlah Penduduk 287.900 291.779 293.742 296.273 296.273
Rasio Rumah Sakit 00.000 00.000 00.000 00.000 00.000

Sumber: Profil Kabupaten Donggala Tahun 2011-2015; Dokumen RPKD Kabupaten


Donggala Tahun 2018; BPS Kabupaten Donggala Tahun 2018 (Data Diolah
Kembali Penyajiannya)

Gambar 2.21
Rasio Rumah Sakit Persatuan Penduduk di Kabupaten Donggala
Tahun 2013-2017

II - 150
Gambaran Umum Daerah

Berdasarkan data dari BPS Tahun 2017 bahwa dari Tahun 2013-
2015 jumlah rumah sakit di Kabupaten Donggala sebanyak satu unit
dengan rasio 0,0035 dan pada Tahun 2016, 2017 jumlah rumah sakit
bertambah menjadi 2 yang mengakibatkan meningkatnya rasio rumah
sakit menjadi 0,0068.

G. Rasio Dokter Per Satuan Penduduk

Dokter adalah seseorang yang karena keilmuannya bertugas untuk


menyembuhkan orang-orang yang sakit. Untuk menjadi dokter biasanya
diperlukan pendidikan dan pelatihan khusus dan mempunyai gelar dalam
bidang kedokteran. Dokter yang dimaksud di sini adalah dokter umum
dan dokter ahli/spesialis, tetapi tidak termasuk dokter hewan. Rasio
dokter per 10.000 penduduk menurut standar pelayanan minimal adalah
40 persen dari 10.000 penduduk.
Tabel 2.40
Rasio Dokter per Penduduk di Kabupaten Donggala
Tahun 2013-2017
Uraian 2013 2014 2015 2016 2017

Jumlah Dokter Spesialis 2 6 8 8 10

Jumlah Dokter Umum 34 41 32 35 23

Jumlah Dokter Gigi 6 9 8 7 7

Jumlah Dokter 42 56 48 50 40

Jumlah Penduduk 287.900 291.779 293.742 296.273 299.174

Rasio Dokter Persatuan 0,15 0,19 0,16 0,17 0,13

Penduduk

Sumber: Profil Kabupaten Donggala Tahun 2011-2015; Dokumen RPKD Kabupaten


Donggala Tahun 2018; BPS Kabupaten Donggala Tahun 2018 (Data Diolah
Kembali Penyajiannya)

II - 151
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Standar Kementrian Kesehatan, yaitu 26 dokter per 100.000


penduduk atau dengan angka 0,26. Berdasarkan hasil perhitungan rasio
dokter di Kabupaten Donggala kurun Tahun 2012-2016 belum ada ada
yang mencapai rasio dokter yang ditetapkan oleh Kemenkes.

Kegunaan dari perhitungan rasio ini mengukur ketersediaan akses


penduduk terhadap tenaga dokter. Semakin tinggi nilai indikator ini,
semakin tinggi kemungkinan akses penduduk terhadap layanan
kesehatan. Oleh karena itu, dapat juga diinterpretasikan sebagai semakin
tinggi kemampuan daerah tersebut dalam menyelenggarakan layanan
kesehatan dan semakin mampu daerah tersebut menyelenggarakan
otonomi. Capaian pembangunan terkait rasio dokter per penduduk
disajikan pada Tabel 2.39.

H. Rasio Tenaga Medis Per Satuan Penduduk

300000

250000

200000

150000

100000

50000

0
2013 2014 2015 2016 2017
Jumlah Tenaga Medis 447 447 493 356 315
Jumlah Penduduk 287900 291779 293742 296273 296273
Rasio Tenaga Medis
002 002 002 001 001
Persatuan Penduduk

Sumber: Profil Kabupaten Donggala Tahun 2011-2015; Dokumen RPKD Kabupaten


Donggala Tahun 2018; BPS Kabupaten Donggala Tahun 2018 (Data Diolah
Kembali Penyajiannya)

Gambar 2.22
Rasio Tenaga Medis Per Satuan Penduduk di Kabupaten Donggala
Tahun 2013-2017

II - 152
Gambaran Umum Daerah

Rasio Tenaga Medis per Satuan Penduduk adalah rasio untuk


mengukur ketersediaan akses penduduk terhadap tenaga medis. Dari sisi
lain, rasio ini juga merupakan indikasi ketersediaan akses penduduk
terhadap tenaga medis. Rasio Tenaga Medis per Satuan Penduduk di
Kabupaten Donggala disajikan pada Gambar 2.22

Berdasarkan data pada tabel yang menyajikan rasio tenaga medis


terhadap penduduk, yakni Kabupaten Donggala mempunyai rasio medis
yang berfluktuasi. Rasio tenaga medis yang terkecil Tahun 2016 yakni
1,20 poin dan rasio tenaga medis yang tertinggi Tahun 2015 yakni 1,68
poin. Indikator ini digunakan sebagai indikasi kemampuan suatu daerah
dalam menyelenggarakan layanan kesehatan. Semakin tinggi nilai
indikator ini, makin tinggi kemungkinan akses penduduk terhadap
kesehatan, dan makin tinggi kemampuan suatu daerah dalam
menyelenggarakan layanan kesehatan. Target ideal yang diharapkan
dapat dicapai dalam rangka pencapaian tujuan adalah 88 persen dari
kelahiran bayi mendapat pertolongan linakes (persalinan oleh tenaga
kesehatan).

Berdasarkan data pada tabel di atas yang menyajikan rasio tenaga


medis terhadap penduduk, yakni Kabupaten Donggala mempunyai rasio
medis yang berfluktuasi. Rasio tenaga medis yang terkecil Tahun 2016
yakni 1,20 poin dan rasio tenaga medis yang tertinggi Tahun 2015 yakni
1,68 poin.

I. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang


Memiliki Kompetensi Kebidanan

Angka Kematian Anak dan Angka Kematian ibu merupakan masalah


yang tidak dapat dianggap sebagai masalah sepele. Jika mencari akar
permasalahannya adalah masih rendahnya perhatian yang diberikan
kepada ibu hamil, proses kelahiran atau pasca melahirkan yang
berdampak akan kematian ibu dan bayi yang di kandungnya. Selain itu,
usia anak dari 0 bukan hingga 5 tahun merupakan tahapan kehidupan

II - 153
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

yang membutuhkan perhatian lebih yang harus dilakukan bukan hanya


oleh pemerintah namun harus didukung oleh masyarakat. Perlu kerja
sama dan keiklasan bagi semua pihak agar sebuah tujuan pembangunan
dapat maksimal.

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga


kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan

97,04

91,62
89,08
85,01
81,69

2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala Tahun 2019, data diolah

Gambar 2.23
Cakupan Pertolongan Persalinan
Oleh Tenaga Kesehatan Yang Memiliki Kompetensi Kebidanan
Di Kabupaten Donggala Tahun 2014-2018

Target ideal yang diharapkan dapat dicapai dalam rangka


pencapaian tujuan adalah 88 persen dari kelahiran bayi mendapat
pertolongan linakes (persalinan oleh tenaga kesehatan).

Kurun waktu 2014-2018, di Kabupaten Donggala belum mencapai


target yang ditentukan oleh Kemenkes yaitu 88 persen persalinan
ditangani oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi di bidang kebidanan.
Sering kali masalah kepercayaan dan kebiasaan melatar belakangi ke
mana masyarakat akan melakukan persalinan.

Kurun waktu 2014-2018, ibu yang ditolong masyarakat Kabupaten


Donggala dengan melihat data hingga Tahun 2018 sebesar 85,01 persen
merupakan penanda masih kuatnya kepercayaan masyarakat kepada

II - 154
Gambaran Umum Daerah

pelayanan non medis dalam proses kelahiran. Namun yang tidak dapat
dihindari bahwa dalam proses persalinan seringkali diperhadapkan pada
komplikasi kebidanan misalnya pendarahan atau komplikasi sesak nafas
pada ibu dan bayi yang membutuhkan keahlian, penanganan serta
peralatan sangat penting.

Sangat sulit dalam jangka waktu pendek mengubah kepercayaan


masyarakat untuk tidak melakukan persalinan non medis dalam proses
kelahiran. Salah satu jalan keluar adalah melakukan kerja sama antara
para dukun beranak dengan memberikan pelatihan tentang standar
proses kelahiran dan memberikan bantuan berupa peralatan yang
membantu dalam proses kelahiran. Dengan demikian, diharapkan resiko
dalam proses kelahiran yang ditangani dapat diminimalisir misalnya
kasus pendarahan, tekanan darah.

J. Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani

1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
2014 2015 2016 2017 2018
Jumlah komplikasi
591 1070 1183 1269 1098
kebidanan yg tertangani
Jumlah Ibu dengan
1250 1512 1512 1512 1434
komplikasi kebidanan
Cakupan Neonatus
dengan Komplikasi yg 047 071 078 084 077
ditangani

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala Tahun 2019, data diolah

Gambar 2.24
Cakupan Pertolongan Persalinan
Oleh Tenaga Kesehatan Yang Memiliki Kompetensi Kebidanan
Di Kabupaten Donggala Tahun 2014-2018

II - 155
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani adalah persentase


perbandingan antara jumlah ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga
kesehatan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dengan
jumlah seluruh sasaran ibu bersalin di satu wilayah kerja dalam kurun
waktu yang sama. Selengkapnya disajikan pada Gambar 2.24.

K. Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)

UCI adalah tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-
11 bulan), Ibu hamil, WUS dan anak sekolah tingkat dasar. Imunisasi
dasar lengkap pada bayi meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio,
4 dosis Hepatitis B, 1 dosis Campak. Ibu hamil dan WUS meliputi 2 dosis
TT. Anak sekolah tingkat dasar meliputi 1 dosis DT, 1 dosis campak, dan
2 dosis TT. Namun data yang tersedia hanyalah merupakan data
persentase capaian Imunisasi Dasar di Kabupaten Donggala Tahun 2013-
2018 sebagaimana berikut:

100
87,43
86
80 75,45 74,25 72,46
60
56,29
40

20

0
2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber : Indikator Kinerja Kunci Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala Tahun


2019, data diolah

Gambar 2.25
Cakupan Desa/Kelurahan UCI (Universal Child Immunization)
Kabupaten Donggala Tahun 2013 - 2018

Selanjutnya berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten


Donggala, bahwa pada Tahun 2013 - 2018 dari total desa yang ada di
Kabupaten Donggala belum mencapai 100 persen dengan capaian

II - 156
Gambaran Umum Daerah

tertinggi Tahun 2014 sebesar 87,43 persen desa di Kabupaten Donggala


adalah desa UCI. Hingga Tahun 2018, 27,54 persen dari 167 desa yang
ada di Kabupaten Donggala belum termasuk katagori desa UCI.
Kementerian Kesehatan menargetkan pada Tahun 2014, seluruh
desa/kelurahan mencapai 100 persen UCI (Universal Child Immunization)
atau 90 persen dari seluruh bayi di desa/kelurahan tersebut memperoleh
imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG, Hepatitis B, DPT-HB, Polio
dan campak.

Jenis Imunisasi Dasar yang diberikan terhadap bayi di bawah usia 1


tahun yaitu; BCG, Campak, DPT-HB 1, DPT-HB 2, DPT-HB 3, Polio 1,
Polio 2, Polio 3, dan Polio 4, Hepatitis B 1, Hepatitis B 2 dan Hepatitis B3.
Persentase cakupan imunisasi dasar mengalami penurunan hampir
semua jenis imunisasi di mana pada tahun hanya jenis pelayanan
imunisasi Hepatitis B1, B2 dan B3 yang mengalami peningkatan setiap
tahunnya hingga Tahun 2016 masing-masing angka persentasenya
sebesar 75,81 untuk Hepatitis B1, 61,20 untuk Hepatitis B2 dan 57,02
untuk Hepatitis B3. Hal ini menandakan bahwa peningkatan cakupan
layanan imunisasi dasar untuk menjamin kesehatan bayi dibawah usia 1
tahun di Kabupaten Donggalas perlu ditingkatkan.

Guna mencapai target 100 persen UCI desa/kelurahan pada Tahun


2014, perlu dilakukan berbagai upaya percepatan melalui Gerakan
Akselerasi Imunisasi Nasional untuk mencapai UCI (GAIN UCI). GAIN UCI
merupakan upaya terpadu berbagai sektor terkait dari tingkat Pusat
sampai Daerah untuk mengatasi hambatan serta memberikan dukungan
untuk keberhasilan pencapaian UCI desa/kelurahan.

L. Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat Perawatan

Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi tingkat berat yang


disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan
sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Tanda-tanda klinis

II - 157
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

dari gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan marasmus,


kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor.

Definisi gizi buruk atau malnutrisi adalah suatu bentuk terparah


akibat kurang gizi menahun. Selain akibat kurang konsumsi jenis
makanan bernutrisi seimbang, gizi buruk pada anak juga dapat
disebabkan oleh penyakit-penyakit tertentu yang menyebabkan gangguan
pencernaan atau gangguan penyerapan zat makanan yang penting untuk
tubuh.

Banyak faktor yang dapat mengakibatkan gangguan nutrisi pada


anak seperti pola makan anak dan kurangnya pengetahuan ibu tentang
pemberian jenis makanan yang seimbang, dapat juga karena adanya
penyakit atau kondisi tertentu yang menyebabkan tubuh tidak mampu
mencerna dan menyerap makanan secara sempurna.

Persentase balita gizi buruk adalah proporsi balita dalam kondisi gizi
buruk terhadap jumlah balita. Keadaan tubuh anak atau bayi dilihat dari
berat badan menurut umur.

Gambar 2.26
Jumlah Kasus Buruk
Jumlah Kasus Buruk

203 198

131
101 94
68

2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: Profil Kabupaten Donggala Tahun 2011-2015; Dokumen RPKD Kabupaten


Donggala Tahun 2018; BPS Kabupaten Donggala Tahun 2018 (Data Diolah
Kembali Penyajiannya)

II - 158
Gambaran Umum Daerah

Gambar 2.27
Balita Gizi Buruk Mendapatkan Perawatan
Kabupaten Donggala Tahun 2013 - 2018

120
100 100 100 100 100
100
100

80

60

40

20

0
2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: Profil Kabupaten Donggala Tahun 2011-2015; Dokumen RPKD Kabupaten


Donggala Tahun 2018; BPS Kabupaten Donggala Tahun 2018 (Data Diolah
Kembali Penyajiannya)

Kurun waktu 2013-2018 kasus gizi buruk di Kabupaten Donggala


cenderung berfluktuasi. Kasus gizi buruk yang tertinggi terjadi pada
Tahun 2015 sebanyak 203 kasus dan yang terendah Tahun 2014
sebanyak 68 kasus gizi buruk. Hingga Tahun 2017 jumlah kasus gizi
buruk yang ditemukan mencapai 131 kasus.

Status gizi masyarakat dapat digambarkan terutama pada status


anak balita dan wanita hamil. Oleh karena itu, sasaran dari program
perbaikan gizi makro ini berdasarkan siklus kehidupan yaitu dimulai dari
wanita usia subur, dewasa, ibu hamil, bayi baru lahir, balita, dan anak
sekolah.

M. Persentase Anak Usia 1 Tahun yang Diimunisasi Campak

Persentase Anak Usia 1 Tahun yang Diimunisasi Campak di


Kabupaten Donggala disajikan pada Tabel 2.41.

II - 159
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Tabel 2.41
Persentase Anak Usia 1 Tahun yang Diimunisasi Campak di
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Persentase Anak
Usia 1 Tahun yang Tahun
No
Diimunisasi
Campak 2013 2014 2015 2016 2017 2018

1 Realisasi 94,16 75,36 75,36 78,74 81,98 86,73

2 P-RPJMD Donggala 87,20 91,25 91,79 92,14 92,41 92,62

Sumber: IKK Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018


(Diolah)

N. Non Polio AFP rate per 100.000 Penduduk

Realisasi indikator kesehatan Non Polio AFP rate per 100.000


Penduduk di Kabupaten Donggala selama Tahun 2013-2018 disajikan
pada Tabel 2.42.

Tabel 2.42
Non Polio AFP rate per 100.000 Penduduk di Kabupaten Donggala
Tahun 2013-2018
Non Polio AFP Tahun
No rate per 100.000
Penduduk 2013 2014 2015 2016 2017 2018

1 Realisasi 0,01 - - 0,001 0,001 -

2 P-RPJMD Donggala 0,021 0,004 0,003 0,002 0,002 0,001

Sumber: IKK Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018


(Diolah)

O. Cakupan Balita Pneumonia yang Ditangani

Realisasi Cakupan Balita Pneumonia yang Ditangani selama tahun


2013-2018 di Kabupaten Donggala disajikan pada Tabel 2.43.

II - 160
Gambaran Umum Daerah

Tabel 2.43
Cakupan Balita Pneumonia yang Ditangani
di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Cakupan Balita Tahun
No Pneumonia yang 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Ditangani
1 Realisasi 36,95 47,03 84,00 73,76 67,83 58,40

2 P-RPJMD Donggala 69,34 46,19 47,72 48,83 49,71 50,46

Sumber: IKK Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018


(Diolah)

P. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA

TBC atau tuberculosis adalah infeksi bakteri Mycobacterium


tuberculosis yang menyerang dan merusak jaringan tubuh manusia.
Bakteri tersebut dapat ditularkan melalui saluran udara. TBC biasanya
menyerang paru-paru, namun dapat juga menyebar ke tulang, kelenjar
getah bening, sistem saraf pusat, jantung, dan organ lainnya.
Jenis tuberkulosis yang diderita oleh pasien sering kali merupakan
infeksi TBC laten, di mana terdapat bakteri TBC yang “tertidur” atau
belum aktif secara klinis. Bakteri TBC akan aktif dan mulai menunjukkan
gejala setelah periode waktu tertentu, beberapa minggu bahkan beberapa
tahun, tergantung kondisi kesehatan dan daya tahan pasien.

Tabel 2.44
Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit Penemuan Pasien
Baru TB BTA Positif di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Cakupan Tahun
penemuan dan
No penanganan
2013 2014 2015 2016 2017 2018
penderita penyakit
TB BTA
1 Realisasi 30,86 31,96 30,01 37,91 73,35 30,86

2 P-RPJMD Donggala 33,06 8,57 10,27 12,02 13,93 16,08

Sumber: IKK Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018


(Diolah)

II - 161
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Jika pasien memiliki sistem kekebalan tubuh yang melemah


(misalnya pada penderita HIV, kanker, atau pasien yang menjalani
kemoterapi), maka TBC akan berkembang lebih cepat.

Data berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala 2013 –


2018, cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA
di Kabupaten Donggala masih di bawah 80 persen atau tertinggi pada
Tahun 2017 yakni 73,35 persen. Hal ini disebabkan karena perkiraan
akan pasien baru TB BTA positif di Kabupaten Donggala yang terus
meningkat tidak dikuti jumlah masyarakat yang memeriksakan diri ke
Pusat Kesehatan Masyarakat atau ke fasilitas kesehatan lainya.
Kenyataan ini perlu dilakukan penyuluhan-penyuluhan agar masyarakat
sadar diri untuk memeriksakan diri. Hal ini sangat penting mengingat
penyakit ini dapat mengakibatkan menurunnya kualitas hidup manusia
dengan proses penularan virus ini yang bersifat tidak nyata dengan
multiple jumlah penderita yang tinggi.

Risiko Komplikasi Tuberkulosis

Apabila tidak diobati, bakteri TB dapat menyebar ke bagian tubuh


lain dan berpotensi mengancam jiwa pengidap. Beberapa komplikasi yang
mungkin terjadi adalah:

1) Nyeri tulang punggung;


2) Meningitis;
3) Kerusakan sendi;
4) Gangguan hati, ginjal, atau jantung.

Pengobatan dan Pencegahan Tuberkulosis

Penyakit yang tergolong serius ini dapat disembuhkan jika diobati


dengan benar. Langkah pengobatan yang dibutuhkan adalah dengan
mengkonsumsi beberapa jenis antibiotik dalam jangka waktu tertentu.
Sementara langkah utama untuk mencegah TB adalah dengan
menerima vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin). Di Indonesia, vaksin ini

II - 162
Gambaran Umum Daerah

termasuk dalam daftar imunisasi wajib dan diberikan sebelum bayi


berusia 2 bulan.

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular granulomatosa kronik


yang telah dikenal sejak berabad-abad yang lalu dan paling sering
disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar
kuman TBC menyerang paru, 85 persen dari seluruh kasus TBC adalah
TBC paru, sisanya (15 persen) menyerang organ tubuh lain mulai dari
kulit, tulang, organ-organ dalam seperti ginjal, usus, otak, dan lainnya
(Icksan dan Luhur, 2008). Berdasarkan hasil pemeriksaan sputum, TBC
dibagi dalam: TBC paru BTA positif: sekurangnya 2 dari 3 spesimen
sputum BTA positif, TBC paru BTA negatif: dari 3 spesimen BTA negatif,
foto toraks positif.

Infeksi pada paru-paru dan kadang-kadang pada struktur-struktur


di sekitarnya, yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Tuberkulosis termasuk juga dalam golongan penyakit zoonosis karena
selain dapat menimbulkan penyakit pada manusia, basil Mycobacterium
juga dapat menimbulkan penyakit pada berbagai macam hewan misalnya
sapi, anjing, babi, munggas, biri-biri dan hewan primata, bahkan juga
ikan.

Q. Tingkat Prevalensi TBC (per 100.000 Penduduk)

Tabel 2.45
Tingkat Prevalensi TBC (per 100.000 Penduduk)
di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Tingkat Prevalensi Tahun
No TBC (per 100.000
Penduduk) 2013 2014 2015 2016 2017 2018

1 Realisasi 114,27 117,56 107,58 135,30 160,78 128,32

2 P-RPJMD Donggala 42,18 107,86 97,76 91,07 86,08 82,10

Sumber: IKK Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018


(Diolah)

II - 163
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Realisasi Tingkat Prevalensi TBC (per 100.000 Penduduk) selama


Tahun 2013-2018 di Kabupaten Donggala disajikan pada Tabel 2.44.

R. Tingkat Kematian karena TBC (per 100.000 Penduduk)

Tingkat Kematian karena TBC (per 100.000 Penduduk) selama


Tahun 2013-2018 di Kabupaten Donggala disajikan pada Tabel 2.46.

Tabel 2.46
Tingkat Kematian karena TBC di Kabupaten Donggala
Tahun 2013-2018
Tingkat Kematian Tahun
karena TBC (per
No
100.000 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Penduduk)

1 Realisasi 5,21 6,87 4,43 4,05 6,69 8,62

2 P-RPJMD Donggala 7,84 6,67 5,70 5,06 4,58 4,20

Sumber: IKK Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018


(Diolah)

S. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD

Pengertian DBD terjadinya penyakit demam berdarah dengue


disebabkan oleh virus dengue yang menyerang sel-sel darah. Virus ini
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Aedes
aegypti yang hidup dan tinggal di daerah beriklim tropis dengansuhu
lembab. Pada dasarnya, serangan nyamuk menggigit manusia di siang
hari. Bila seseorang telah terinfeksi dengan virus ini juga mengalami sakit
otot, sakit kepala, sakit sendi, dan penurunan jumlah sel-sel darah putih.
Satu penurunan dalam jumlah sel darah putih menyebabkan kegagalan,
sehingga pasien akan menderita dengue sindrom shock.

II - 164
Gambaran Umum Daerah

100
90
80
70
Axis Title

60
50
40
30
20
10
0
2014 2015 2016 2017 2018
Jumlah penderita DBD yg
34 27 68 - 48
ditangani
Jumlah penderita DBD yg
34 27 68 0 48
ditemukan
Cakupan penemuan dan
penanganan penderita 100 100 100 0 100
penyakit DBD

Gambar 2.28
Perkembangan Cakupan Penemuan Dan Penanganan
Penderita Penyakit DBD di Kabupaten Donggala Tahun 2014-2018

T. Penderita Diare Yang Ditangani

Diare (diarrhea) adalah sebuah penyakit di saat tinja atau feses


berubah menjadi lembek atau cair yang biasanya terjadi paling sedikit
tiga kali dalam 24 jam. Di negara berkembang, diare adalah penyebab
kematian paling umum kematian balita, dan juga membunuh lebih dari
2,6 juta orang setiap tahunnya. Menurut WHO (1999) secara klinis diare
didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari
biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai denganperubahan konsisten
tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan
tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare
persisten. Sedangkan menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah
suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan
konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya
frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari.

II - 165
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

10000
9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
2014 2015 2016 2017 2018
Jumlah Penderita Diare yg
datang dan dilayani di Sarkes 7896 5070 6993 6731 9026
dan Kader
Jumlah Perkiraan Penderita
790 7931 7931 673,0 898
Penyakit Diare
Cakupan Penderita Diare yg
999 064 088 1.000 1.005
ditangani

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala Tahun 2019, data diolah

Gambar 2.29
Perkembangan Penderita Diare Yang Ditangani
Di Kabupaten Donggala Tahun 2014-2018

Tahun 2014 jumlah perkiraan penderita diare di Kabupaten


Donggala 790 kasus dan jumlah penderita diare yang ditangani mencapai
9 kali lipat dari kasus diare yang diproyeksi dan hal tersebut juga terjadi
pada Tahun 2018. Kurun waktu 2014-2018 jumlah proyeksi kasus diare
di bawah kasus yang ditangani. Hal ini berdampak pada kemampuan
penanganan yang tidak optimal yang akibatkan karena persiapan yang
ada berdasarkan proyeksi tidak memadai dengan jumlah yang harus
ditangani.

U. Angka Kejadian Malaria

Indikator kinerja bidang kesehatan terkait angka kejadian malaria


selama Tahun 2013-2018 di Kabupaten Donggala disajikan pada Tabel
2.47.

II - 166
Gambaran Umum Daerah

Tabel 2.47
Angka Kejadian Malaria di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Angka kejadian Tahun
No
malaria 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Realisasi 0,82 0,57 1,28 1,03 0,19 0,21

2 P-RPJMD Donggala 3,95 2,34 1,88 1,59 1,36 1,19

Sumber: IKK Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018


(Diolah)

V. Tingkat Kematian Akibat Malaria

Tingkat Kematian akibat malaria selama tahun 2013-2018 di


Kabupaten Donggala disajikan pada Tabel 2.48.

Tabel 2.48
Tingkat Kematian akibat Malaria di Kabupaten Donggala Tahun
2013-2018
Tingkat Kematian Tahun
No
akibat malaria 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Realisasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

2 P-RPJMD Donggala 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Sumber: IKK Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018


(Diolah)

W. Prevalensi HIV/AIDS dari Total Populasi

Tabel 2.49
Tingkat Kematian karena TBC di Kabupaten Donggala
Tahun 2013-2018
Prevalensi Tahun
No HIV/AIDs dari
total populasi 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Realisasi 0,00 0,0072 0,0027 0,0067 0,0040 0,0090

2 P-RPJMD Donggala 0,01 0,0056 0,0048 0,0043 0,0039 0,0037

Sumber: IKK Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018


(Diolah)

II - 167
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Indikator kinerja kesehatan terkait prevalensi HIV/AIDs dari total


populasi selama tahun 2013-2018 di Kabupaten Donggala disajikan pada
Tabel 2.49.

X. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin

Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin


adalah jumlah rujukan pasien masyarakat miskin dibagi dengan jumlah
pasien masyarakat miskin kali 100 di wilayah dalam kurun waktu yang
sama. Cakupan ini tergantung pada kondisi kesehatan masyarakat
miskin sehingga cakupannya tidak 100 persen.

250000

200000
Axis Title

150000

100000

50000

0
2014 2015 2016 2017 2018
Jumlah kunjungan pasien miskin
75781 73868 20458 111964 111964
di Sarkes srata 1
Jumlah seluruh masyarakat
75781 73868 24491 236522 236522
miskin di Kab. Donggala
Cakupan pelayanan kesehatan
100 100 084 047 047
dasar masyarakat miskin

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala Tahun 2019, data diolah


Gambar 2.30
Perkembangan Cakupan Pelayanan Kesehatan
Rujukan Pasien Masyarakat Miskin
Di Kabupaten Donggala Tahun 2014-2018

Kurun waktu 2014-2018 jumlah masyarakat miskin di Kabupaten


Donggala jumlah kunjungan pasien miskin cenderung mengalami
penurunan dnegan capaian terendah Tahun 2017 dan 2018 dengan
capaian 111.964 orang pasien miskin dengan persentase 47,34 persen
dari total orang miskin yang terdapat di Kabupaten Donggala.

II - 168
Gambaran Umum Daerah

Y. Cakupan Kunjungan Bayi

Selama Periode 2014-2018, Jumlah Kunjungan Bayi yang


memperoleh pelayanan kesehatan menurun dari 5.652 jiwa di Tahun
2013 menjadi 5.259 jiwa di Tahun 2018. Cakupan Kunjungan Bayi
menurun dari 101,02 poin di Tahun 2013 menjadi 90,10 poin di Tahun
2018.

9000
8000
7000
6000
Axis Title

5000
4000
3000
2000
1000
0
2014 2015 2016 2017 2018
Jumlah kunjungan Bayi yg
5652 5531 5394 8165 5259
memperoleh Pelkes
Jumlah seluruh Bayi Lahir
5595 5464 5577 5958 5837
Hidup
Cakupan Kunjungan Bayi 101 101 097 137 090

Gambar 2.31
Cakupan Kunjungan Bayi di Kabupaten Donggala
Tahun 2014-2018

Z. Cakupan Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu


prasarana pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting di
Indonesia. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas
kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan suatu wilayah kerja tertentu (Depkes, 2011).

Pengertian puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang


berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan

II - 169
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan


kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara
menyeluruh, terpadu yang berkesinambungan pada suatu masyarakat
yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu. Puskesmas
merupakan kesatuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan
upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dapat
diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif
masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh
pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang
optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan
(Depkes, 2009).

Jika ditinjau dari sistim pelayanan kesehatan di Indonesia, maka


peranan dan kedudukan puskesmas adalah sebagai ujung tombak sistem
pelayanan kesehatan di Indonesia. Sebagai sarana pelayanan kesehatan
terdepan di Indonesia, maka Puskesmas bertanggungjawab dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat, juga bertanggung
jawab dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran.

Jumlah puskesmas di Kabupaten Donggala pada Tahun 2013 dan


2014 masing-masing sebanyak 15 dan 16 unit puskesmas, dan sejak
Tahun 2017 jumlah puskesmas mencapai 17 unit. Di Kabupaten
Donggala sejak Tahun 2013-2018 terdiri 16 kecamatan yang berarti pada
Tahun 2014-2016 cakupan puskesmas konstan.

Pada Tahun 2013, cakupan puskesmas di Kabupaten Donggala 0,94


dan setelah tahun selanjutnya hingga Tahun 2017, cakupan puskesmas
lebih dari satu. Angka indikator ini lebih tinggi lebih baik. Indikator ini
sebagai gambaran awal tentang kemampuan pemerintah dalam melayani
masyarakat dengan mendekatkan fasilitas kesehatan seperti puskesmas
dengan mempertimbangkan jumlah kecamatan.

II - 170
Gambaran Umum Daerah

18
16
14
12
Axis Title

10
8
6
4
2
0
2013 2014 2015 2016 2017
Jumlah Puskesmas 15 16 16 16 17
Jumlah Kecamatan 16 16 16 16 16
Cakupan Puskesmas 001 001 001 001 001

Sumber: Profil Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018; Dokumen RPKD Kabupaten


Donggala Tahuh 2018; BPS Kabupaten Donggala Tahun 2018 (Data Diolah
Kembali Penyajiannya)

Gambar 2.32
Perkembangan Cakupan Puskesmas
di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017

AA. Cakupan Pembantu Puskesmas

Puskesmas Pembantu (Pustu), yaitu unit pelayanan kesehatan


masyarakat yang membantu kegiatan Puskesmas di sebagian dari wilayah
kerja. Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat), adalah unit pelayanan
kesehatan milik pemerintah yang bertanggungjawab terhadap pelayanan
kesehatan masyarakat untuk wilayah kecamatan, sebagian kecamatan,
atau kelurahan. Poliklinik adalah tempat pemeriksaan kesehatan,
biasanya tanpa fasilitas perawatan menginap, berada di bawah
pengawasan dokter/tenaga medis, tidak termasuk klinik yang terdapat di
puskesmas/rumah sakit.

Berdasarkan keadaan itu cakupan puskesmas pembantu hanya


dipengaruhi oleh jumlah puskesmas karena jumlah desa selama periode
2013-2018 konstan sebanyak 158 unit, dengan cakupan yang tertinggi
Tahun 2015 sebesar 0,66 poin dan yang terendah Tahun 2016 yakni 0,5
poin. Angka indikator ini lebih tinggi lebih baik. Indikator ini sebagai

II - 171
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

gambaran awal tentang kemampuan pemerintah dalam melayani


masyarakat dengan mendekatkan fasilitas kesehatan seperti puskesmas
pembantu dengan mempertimbangkan jumlah desa.

160
140
120
100
Axis Title

80
60
40
20
0
2013 2014 2015 2016 2017
Jumlah Pustu 72 72 104 71 74
Jumlah Desa 158 158 158 158 158
Cakupan pembantu puskesmas 000 000 001 000 000

Sumber: Profil Kabupaten Donggala Tahun 2011-2015; Dokumen RPKD Kabupaten


Donggala Tahun 2018; BPS Kabupaten Donggala Tahun 2018 (Data Diolah
Kembali Penyajiannya)

Gambar 2.33
Perkembangan Puskesmas di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018

AB. Cakupan kunjungan Ibu hamil K4

K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang ke empat


atau lebih untuk mendapatkan pelayanan Ante Natal Care (ANC) sesuai
standar yang ditetapkan dengan syarat:
1) Satu kali dalam trimester pertama (sebelum 14 minggu);
2) Satu kali dalam trimester kedua (antara minggu 14-28;
3) Dua kali dalam trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan setelah
minggu ke 36);
4) Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu;
5) Faktor-faktor yang mempengaruhi Ante Natal Care (ANC).

II - 172
Gambaran Umum Daerah

Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4)


Kab. Donggala Tahun 2013 - 2018
100
90,5
90
84,11 78,78 81,73
80
70
69,73 72,77
60
50
40
30
20
10
0
2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: Profil Kabupaten Donggala Tahun 2011-2015; Dokumen RPKD Kabupaten


Donggala Tahun 2018 (Data Diolah Kembali Penyajiannya)

Gambar 2.34
Cakupan kunjungan Ibu hamil K4 Di Kabupaten Donggala

Berdasarkan data ibu hamil di Kabupaten Donggala dari tahun ke


tahun mengalami fluktuasi namun yang menjadi fokus adalah jumlah ibu
hamil yang melakukan kunjungan ibu hamil K4 tidak mencapai 100
persen kurun waktu 2013-2018. Hal ini berarti ada ibu hamil yang tidak
memperoleh suplemen bagi ibu hamil.

AC. Cakupan Pelayanan Nifas

Keberhasilan upaya kesehatan ibu nifas diukur melalui indikator


cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas (Cakupan KF3). Indikator ini
menilai kemampuan negara dalam menyediakan pelayanan kesehatan ibu
nifas yang berkualitas sesuai standar.

Rendahnya cakupan pelayanan nifas di Kabupaten Donggala juga


pada umumnya disebabkan karena faktor georgafis yang sulit seperti
yang terjadi di Kecamatan Pinembani, kurangnya tenaga bidan, serta
kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya melahirkan di
fasilitas pelayanan kesehatan.

II - 173
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

8000

7000

6000

5000

4000

3000

2000

1000

0
2014 2015 2016 2017 2018
Jumlah peserta Ibu Nifas
5561 5321 5503 5814 5679
(KF3)
Jumlah ibu Nifas (KF3) 5967 6046 5633 7214 6846
Cakupan pelayanan Nifas
093 088 098 081 083
(KF3)

Gambar 2.35
Perkembangan Cakupan Pelayanan Nifas (KF3)
di Kabupaten Donggala Tahun 2014-2018

Kurun waktu 2014 hingga 2018 cakupan pelayanan nifas di


Kabupaten Donggala cenderung berfluktusi dengan cakupan yang
tertinggi Tahun 2016 yaitu 97,69 persen dan yang terendah Tahun 2017
dengan capaian 80,59 persen. Hingga Tahun 2018 indikator cakupan
pelayanan nifas mencapai 82,95 yang bermakna 17,05 persen ibu yang
nifas belum dapat dilayani dengan pelayanan nifas yang dapat diberikan
oleh Dinas Kesehatan melalui Puskesmas, Pustu dan Posyandu yang
terdapat di setiap kecamatan atau desa.

AD. Cakupan Pelayanan Anak Balita

Cakupan pelayanan anak balita adalah persentase anak balita yang


memperoleh pelayanan pemantauan minimal 8 kali di satu wilayah kerja
ada waktu tertentu terhadap Jumlah seluruh anak balita di suatu
wilayah kerja dalam waktu yang sama.

II - 174
Gambaran Umum Daerah

Jumlah Anak Balita yg memperoleh Pelkes min. 8x


Jumlah seluruh Anak Balita
Cakupan Pelayanan Anak Balita

26020 26730 26971


22853 22828 22054
18750 19876
17352

8993

076 082 076 083 033

2014 2015 2016 2017 2018

Gambar 2.36
Cakupan Pelayanan Anak Balita
di Kabupaten Donggala Tahun 2014-2018

AE. Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang Ditangani

900
800
700
600
Axis Title

500
400
300
200
100
0
2014 2015 2016 2017 2018
Jumlah Neonatal dengan komplikasi yg
591 549 622 797 452
tertangani
Jumlah Perkiraan seluruh neonatus
857,0 839,0 820,0 836,0 893,0
dengan komplikasi yg ada
Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yg
069 065 076 095 051
ditangani

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala Tahun 2014-2018, data diolah

Gambar 2.37
Cakupan Neonatal dengan Komplikasi yang Ditangani
di Kabupaten Donggala Tahun 2014-2018

II - 175
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Neonatus adalah bayi berumur 0 – 28 hari dan Neonatus dengan


komplikasi adalah neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat
menyebabkan kesakitan, kecacatan, dan kematian. Neonatus dengan
komplikasi seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum,
infeksisepsis, trauma lahir, BBLR berat badan lahir rendah 2500 gr,
sindroma gangguan pernafasan, kelainan kongenital. 3 Neonatus dengan
komplikasi yang ditangani adalah neonatus komplikasi yang mendapat
pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih, dokter, dan bidan di
sarana pelayanan kesehatan.

Kurun waktu 2014-2018 jumlah perkiraan seluruh Neonatus dengan


komplikasi yang ada di Kabupaten Donggala dengan capaian tertinggi
Tahun 2017 sebanyak 95,33 persen dan hingga Tahun 2018 cakupan
Neonatus mencapai 50,62 persen sebagai akibat dari jumlah perkiraan
yang cenderung meningkat namun jumlah yang riil tertangani menurun
dengan jumlah kasus yang ditangani pada Tahun 2018 mencapai 452
kasus. Jika kasus riil yang ditangani adalah jumlah riil orang yang
mengalami komplikasi, maka hal ini dapat merupakan prestasi. Namun
jika jumlah yang ditangani karena kurangnya kesadaran dan kemampuan
untuk melakukan pemeriksaan atas kasus komplikasi Neonatus yang
dialami, maka ini merupakan sebuah masaalah yang harus diselesaikan.
Hal ini harus menjadi perhatian khusus dengan melihat data angka
kematian bayi Neonatal di Kabupaten Bayi yang mencapai 8,4 per 1000
kelahiran hidup. Kurun waktu 2014-2018, jumlah perkiraan seluruh
Neonatus dengan komplikasi yang ada.

AF. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak Usia 6 -


24 Bulan Keluarga Miskin

Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 -


24 bulan keluarga miskin merupakan persentase jumlah anak usia 6-24
bulan keluarga miskin yang mendapat MP-ASI terhadap jumlah seluruh

II - 176
Gambaran Umum Daerah

anak usia 6-24 bulan keluarga miskin. Kinerja indikator ini tertera pada
Gambar 2.38.

Gambar 2.38
Pemberian Makanan Pendamping (MP) ASI
pada Anak Usia 6-24 Bulan Keluarga Miskin
3
Kab. Donggala Tahun 2013 - 2018
2,61
2,5 2,61

2 2,12
1,84 1,95 1,98
1,5

0,5

0
2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala Tahun 2014-2018, data diolah

AG. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan setingkat

Indikator kinerja kesehatan terkait cakupan Penjaringan Kesehatan


Siswa SD dan setingkat selama Tahun 2013-2018 di Kabupaten Donggala
disajikan pada Tabel 2.50.

Tabel 2.50
Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan setingkat di
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Cakupan Tahun
Penjaringan
No
Kesehatan Siswa 2013 2014 2015 2016 2017 2018
SD dan setingkat

1 Realisasi 55,68 87,53 100,00 82,86 87,45 100,00

2 P-RPJMD Donggala 83,55 73,20 77,53 80,33 82,40 84,03

Sumber: IKK Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018


(Diolah)

II - 177
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

AH. Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Masyarakat Miskin

Indikator kinerja kesehatan terkait cakupan Pelayanan Kesehatan


Dasar Masyarakat Miskin selama Tahun 2013-2018 di Kabupaten
Donggala disajikan pada Tabel 2.51.

Gambar 2.51
Perkembangan Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Masyarakat
Miskin Di Kabupaten Donggala 2014-2018
Perkembangan Tahun
Cakupan Pelayanan
No
Kesehatan Dasar 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Masyarakat Miskin
1 Realisasi 35,69 45,90 75,00 58,85 47,34 47,34

2 P-RPJMD Donggala 67,27 68,79 69,48 69,93 70,25 70,50

Sumber: IKK Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018


(Diolah)

AI. Cakupan Pelayanan Gawat Darurat Level 1 yang Harus Diberikan


Sarana Kesehatan (RS)

Indikator kinerja kesehatan terkait cakupan Pelayanan Gawat


Darurat Level 1 yang Harus Diberikan Sarana Kesehatan (RS) selama
tahun 2013-2018 di Kabupaten Donggala disajikan pada Tabel 2.52.

Gambar 2.52
Pelayanan Gawat Darurat Level 1 yang Harus Diberikan Sarana
Kesehatan (RS) Di Kabupaten Donggala 2014-2018
Cakupan Tahun
Pelayanan Gawat
Darurat Level 1
No
yang Harus 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Diberikan Sarana
Kesehatan (RS)
1 Realisasi 100 100 100 100 100 100

2 P-RPJMD Donggala 100 100 100 100 100 100

Sumber: IKK Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018


(Diolah)

II - 178
Gambaran Umum Daerah

AJ. Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang Dilakukan


Penyelidikan Epidemiologi < 24 jam

Indikator kinerja kesehatan terkait cakupan Desa/Kelurahan


mengalami KLB yang Dilakukan Penyelidikan Epidemiologi < 24 jam
selama tahun 2013-2018 di Kabupaten Donggala disajikan pada Tabel
2.53.
Gambar 2.53
Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang Dilakukan
Penyelidikan Epidemiologi < 24 jam Di Kabupaten Donggala 2014-
2018
Cakupan Tahun
Desa/Kelurahan
mengalami KLB
No yang Dilakukan
Penyelidikan 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Epidemiologi < 24
jam
1 Realisasi 100 100 100 100 100 100

2 P-RPJMD Donggala 100 100 100 100 100 100

Sumber: IKK Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018


(Diolah)

2.4.1.3 Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

1. Pekerjaan Umum

A. Proporsi Panjang Jaringan Jalan Dalam Kondisi Baik

Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik adalah angka


perbandingan antara panjang jaringan jalan dalam kondisi baik, terhadap
panjang jalan secara keseluruhan (nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota). Mutu jalan di suatu daerah berpengaruh terhadap
berbagai kegiatan penduduk, khususnya kegiatan perdagangan dan
upaya untuk melakukan integrasi antar wilayah terbelakang dengan
pasar yang lebih besar.

II - 179
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Kurun waktu 2013-2017 panjang jalan di Kabupaten Donggala


cenderung konstan dengan panjang 1015,31 Km, lalu Tahun 2018
meningkat menjadi 1035,53 km. Dilihat dari sisi komposisi keadaan
jalan, kondisi jalan dalam kondisi baik dari Tahun 2013-2017 tidak
mencapai 50 persen.

Tabel 2.54
Proporsi Panjang Jaringan Jalan dalam Kondisi Baik
Kabupaten Donggala Periode 2013 – 2018 (Dalam Km)

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018


Baik 359,21 353,82 353,82 200,52 378,88 58,12
Sedang 22,05 80,94 80,94 77,04 63,75 134,85
Rusak 278,76 233,64 233,64 213,04 143,24 491,16
Rusak Berat 357,34 346,91 346,91 336,25 429,44 351,40
Total Panjang Jalan 1015,31 1015,13 1015,31 1015,13 1015,31 1035,53
Rasio Panjang Jalan 0,35 0,43 0,43 0,27 0,44 0,19
dalam Kondisi Baik

Sumber: IKK Dinas PU-PR Kabupaten Donggala Tahun 2019; Dokumen RPKD
Kabupaten Donggala Tahun 2018; BPS Kabupaten Donggala Tahun 2018
(Data Diolah Kembali Penyajiannya)

Berdasarkan Tabel 2.54, rasio panjang jalan dalam kondisi baik


mengalami penurunan drastis pada Tahun 2018. Hal ini disebabkan
karena bertambahnya jumlah panjang jalan yang disertai dengan
terjadinya bencana alam yang menyebabkan penurunan kualitas panjang
jalan dalam kondisi baik menjadi kategori sedang serta meningkatnya
panjang jalan dalam kondisi rusak.

B. Rasio Panjang Jalan Dengan Jumlah penduduk

Panjang jalan yang diperhitungkan adalah jalan nasional (belum


termasuk jalan tol), jalan provinsi, jalan kabupaten dan jalan kota. Rasio
panjang jalan dengan jumlah penduduk diperoleh dengan membagi
jumlah penduduk suatu wilayah dengan panjang jalan (km). Rasio ini
memiliki arti 1 km jalan di wilayah tersebut berbanding dengan akses
untuk melayani sejumlah penduduk. Semakin tinggi nilai indikator ini,

II - 180
Gambaran Umum Daerah

maka makin baik dengan indikasi awal makin banyak masyarakat yang
dilayani.

Nilai rasio panjang jalan dengan jumlah penduduk dan jumlah


kendaraan menginformasikan tingkat penggunaan jalan di suatu wilayah,
meskipun belum mencerminkan kepadatan jalannya dikarenakan belum
diperhitungkan bobot perbedaan jenis kendaraan. Sumber dari Buku
Informasi Statistik Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2015,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

300000

250000

200000
Axis Title

150000

100000

50000

0
2013 2014 2015 2016 2017
Total Panjang Jalan 1015,31 1015,13 1015,31 1015,13 1015,31
Jumlah Penduduk 287900 291779 293742 296273 299174
Rasio Panjang jalan
00.000 00.000 00.000 00.000 00.000
Perpenduduk

Sumber: Profil Kabupaten Donggala Tahun 2011-2015; Dokumen RPKD Kabupaten


Donggala Tahun 2018; BPS Kabupaten Donggala Tahun 2018 (Data Diolah
Kembali Penyajiannya)

Gambar 2.39
Rasio panjang jalan dengan jumlah penduduk
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017

Hasil perhitungan dengan membandingkan antara total panjang


jalan dibagi dengan jumlah penduduk diperoleh hasil yang konstan
dengan kecenderungan menurun dari Tahun 2013-2018 sebesar 0,0035-
0,0034.

II - 181
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

D. Persentase Jalan Kabupaten dalam Kondisi Baik ( > 40 KM/Jam)

Persentase panjang jaringan jalan dalam kondisi baik adalah angka


perbandingan antara panjang jaringan jalan dalam kondisi baik, terhadap
panjang jalan secara keseluruhan (nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota). Mutu jalan di suatu daerah berpengaruh terhadap
berbagai kegiatan penduduk, khususnya kegiatan perdagangan dan
upaya untuk melakukan integrasi antar wilayah terbelakang dengan
pasar yang lebih besar.

Nilai indikator ini memiliki kegunaan untuk mengindikasikan


kualitas jalan dari keseluruhan panjang jalan yang ada di suatu daerah
tertentu. Hal tersebut dapat juga dibaca sebagai kemampuan daerah
tersebut dalam menyediakan dan memelihara sarana dan prasarana
publik. Semakin besar nilai indikator ini, semakin tinggi kemampuan
daerah tersebut dalam menyediakan dan memelihara sarana dan
prasarana publik.

450
400
350
300
Axis Title

250
200
150
100
050
000
2013 2014 2015 2016 2017
Panjang jalan dalam
407 354 389 403 443
keadaan Baik
Persentase Panjang Jalan
040 035 038 040 044
dalam Kondisi Baik

Sumber: Profil Kabupaten Donggala Tahun 2011-2015; Dokumen RPKD Kabupaten


Donggala Tahun 2018; BPS Kabupaten Donggala Tahun 2018 (Data Diolah
Kembali Penyajiannya)

Gambar 2.40
Persentase Panjang Jalan Kabupaten dalam Kondisi Baik (> 40
Km/Jam) Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017

II - 182
Gambaran Umum Daerah

Pada pengukuran indikator ini tim mengasumsikan bahwa proporsi


jalan dalam kondisi baik merupakan jalan yang dapat ditempuh dengan
roda empat dengan kecepatan ≥ 40 Km perjam.

Berdasarkan data panjang jalan berdasarkan kondisi jalan, kurun


waktu 2013-2017 proporsi panjang jalan dalam kondisi baik masih di
bawah 50 persen dari total panjang jalan. Di sisi lain, proporsi panjang
jalan dengan kondisi rusak dan rusak parah cenderung berfluktuasi
dengan proporsi yang paling besar Tahun 2014 sebanyak 57,19 persen
dari total panjang jalan dan yang paling kecil Tahun 2013 di kisaran
35,41 persen. Hingga Tahun 2017 persentase jalan dalam kondisi rusak
mencapai 56,40 persen.

E. Persentase Jalan yang Memiliki Trotoar dan Drainase/Saluran


Pembuangan Air

Besarnya persentase jalan di Kabupaten Donggala yang memiliki


trotoar dan drainase/saluran pembuangan air diperoleh dengan membagi
data panjang jalan yang memiliki trotoar dan drainase dengan total
panjang seluruh jalan di kabupaten Donggala (km) dikalikan seratus
(100).

Tabel 2.55
Persentase Jalan yang Memiliki Trotoar dan Drainase/Saluran
Pembuangan Air di Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Panjang jalan yang memiliki 405,41 453,3 453,3 472,35 495,52 444,02
trotoar dan drainase (Km)
Panjang seluruh jalan 1.015,3 1.015,3 1.015,31 1.015,31 1.015,3 1.015,31
kabupaten (Km) 1 1 1
Persentase jalan yang 39,93 44,65 44,65 46,52 48,80 43,73
memiliki trotoar dan
drainase/ saluran
pembuangan air (minimal
1,5 m)

Sumber : Data EKPD Dinas PUPR Kabupaten Donggala Tahun 2019, (Data diolah)

II - 183
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Berdasarkan data dalam tabel di atas memperlihatkan peningkatan


persentase panjang jalan yang memiliki trotoar dan drainase dari Tahun
2013 sebesar 39,93 persen menjadi 43,73 persen pada Tahun 2018.

F. Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi

Persentase rumah tinggal bersanitasi adalah proporsi rumah tinggal


bersanitasi terhadap jumlah rumah tinggal. Sanitasi rumah adalah usaha
kesehatan masyarakat yang menitik-beratkan pada pengawasan terhadap
struktur fisik, di mana orang menggunakannya sebagai tempat
berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Sarana
tersebut antara lain ventilasi, suhu, kelembaban, kepadatan hunian,
penerangan alami, konstruksi bangunan, sarana pembuangan sampah,
sarana pembuangan kotoran manusia, dan penyediaan air bersih. Rumah
tinggal bersanitasi baik harus memiliki system pembuangan air limbah
berupa unit pengolahan kotoran manusia/tinja dengan menggunakan
sistem setempat (memiliki septic tank ). Persentase rumah tinggal
bersanitasi di Kabupaten Donggala diperlihatkan dalam tabel 2.56.

Tabel 2.56
Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi
di Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018


Jumlah Rumah Tinggal 943 692 744 746 1.500 1.500
berakses sanitasi
Jumlah Rumah Tinggal 34.286 16.785 14.629 18.506 27.176 28.202
Persentase rumah
27,50 41,23 50,86 40,31 55,20 53,19
tinggal bersanitasi
Rumahtangga
54,58 58,0 58,8 58,8 78,8 na
bersanitasi Sulteng

Sumber : Data EKPD Dinas Perkimtan Kabupaten Donggala Tahun 2019; Dokumen
RPKD Kabupaten Donggala Tahun 2018

Data dalam tabel 2.56 memperlihatkan semakin meningkatnya


persentase rumah tinggal bersanitasi dari sebesar 27,50 persen pada
Tahun 2013 meningkat menjadi sebesar 53,19 persen pada Tahun 2018.

II - 184
Gambaran Umum Daerah

Kondisi tersebut merupakan indikator semakin meningkatnya kesadaran


masyarakat akan pentingnya kesehatan lingkungan sekitar tempat
tinggalnya, karena salah satu faktor penentu tingginya kesadaran
masyarakat akan kesehatan lingkungan apabila persentase rumah tinggal
yang bersanitasi semakin meningkat. Data juga memperlihatkan bahwa
hingga Tahun 2017, persentase rumah bersanitasi di Kabupaten
Donggala masih berada di bawah Sulawesi Tengah. Proporsi rumah
tinggal bersanitasi terhadap jumlah rumah tinggal merupakan indikasi
tersedianya fasilitas dan akses penduduk suatu daerah terhadap rumah
layak huni bersanitasi. Semakin tinggi nilai indikator ini, semakin
mampu suatu daerah menyediakan layanan yang layak bagi penduduk
dan semakin tinggi kemampuan daerah tersebut untuk
menyelenggarakan otonomi.

G. Persentase Drainase Dalam Kondisi Baik/ Pembuangan Aliran Air


Tidak Tersumbat

Aliran air drainase yang lancar dan tidak tersumbat merupakan


faktor utama untuk memperpanjang umur jalan yang ada di suatu
daerah. Besarnya persentase drainase dalam kondisi baik merupakan
pembagian antara panjang drainase tidak tersumbat (km) dengan total
panjang drainase yang ada di daerah tersebut dikalikan dengan 100.
Tabel 2.57
Persentase Drainase dalam Kondisi Baik
di Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018
Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Panjang drainase tidak 3,90 1,95 2,10 2,25 2,63 2,63
tersumbat (km)
Panjang Total drainase 7,80 11,70 14,50 17,50 21,00 24,60
(km)
Persentase Drainase 50 17 14 13 13 11
Dalam Kondisi Baik (%)
Target PRPJMD 65 66 67 67 68 69
Realisasi Provinsi 54,6 58,0 58,7 58,7 78,8 na
Sulteng

Sumber : EKPD Dinas PU dan Penataan Ruang Kabupaten Donggala Tahun 2019

II - 185
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Data dalam tabel 2.57 memperlihatkan penurunan persentase


drainase dalam kondisi baik di mana pada Tahun 2013 sebesar 50 persen
kemudian mengalami penurunan sampai 11 persen pada Tahun 2018.
Kondisi tersebut disebabkan karena pertambahan panjang drainase yang
dibangun akan tetapi tidak sejalan dengan perbaikan drainase yang
sudah ada sebelumnya.

H. Persentase Irigasi Kabupaten dalam Kondisi Baik

Besarnya persentase irigasi kabupaten dalam kondisi baik diperoleh


dari hasil pembagian antara Luas irigasi kabupaten dalam kondisi baik
dibagi dengan Luas total seluruh irigasi kabupaten dikalikan 100.
Besarnya persentase irigasi Kabupaten Donggala dalam kondisi baik
dalam Tahun 2013 – sampai 2018 diperlihatkan dalam tabel berikut.

Tabel 2.58
Persentase Irigasi Kabupaten dalam Kondisi Baik
di Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Luas irigasi kabupaten dalam 6.670 6.670 6.870 7.070 7.170 7.270
kondisi baik (Ha)

Luas Total Irigasi Kabupaten 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395
(Ha)

Persentase Irigasi 71,00 72,06 73,12 75,25 76,32 77,38


Kabupaten dalam Kondisi
Baik (%)

Sumber : Data EKPD Dinas PU & Penataan Ruang Kabupaten Donggala Tahun
2019, data diolah

I. Rasio Jaringan Irigasi

Rasio jaringan irigasi pada suatu daerah merupakan indikator


kondisi keberadaan jaringan irigasi yang berada dan mengairi lahan
pertanian penduduk. Rasio jaringan irigasi diperoleh dari hasil

II - 186
Gambaran Umum Daerah

perbandingan antara panjang saluran irigasi dengan luas lahan budidaya


pertanian.

Tabel 2.59
Indikator Rasio Jaringan Irigasi di Kabupaten Donggala
Tahun 2013 – 2018

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Panjang saluran irigasi (m) 43.305 43.305 43.305 43.305 43.305 43.305

Luas lahan (Ha) 54.128 54.128 54.128 54.128 54.128 54.128

Rasio Jaringan Irigasi 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80

Target Rasio Jaringan


Irigasi RPJMD Donggala 0,11 0,15 0,17 0,20 0,23 0,25

Sumber: Data EKPD Dinas PU & Penataan Ruang Kabupaten Donggala 2019 (Data
diolah)

Berdasarkan data yang ada pada Tabel 2.59 memperlihatkan bahwa


rasio jaringan irigasi di Kabupaten Donggala tidak mengalami
peningkatan dari Tahun 2013 sampai dengan 2018. Kondisi ini sejalan
dengan bertambahnya panjang saluran irigasi yang tersedia. Tetapi dalam
dua tahun terakhir (2017 dan 2018) mengalami pengurangan panjang
saluran irigasi yang ada sehingga menyebabkan menurunnya rasio
jaringan irigasi yang ada di kabupaten Donggala.

J. Persentase Penduduk Berakses Air Minum

Persentase Rumah Tangga (RT) yang menggunakan air bersih adalah


proporsi jumlah rumah tangga yang menggunakan air bersih terhadap
jumlah rumah tangga.

II - 187
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Air Bersih (clean water) adalah air yang digunakan untuk keperluan
sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila telah dimasak.

Rumah Tangga yang memiliki akses terhadap air bersih adalah


keluarga yang mempunyai kemudahan dalam memperoleh air bersih
dalam jumlah yang cukup sesuai kebutuhan.

Persentase Rumah Tangga (RT) yang menggunakan air bersih adalah


proporsi jumlah rumah tangga yang menggunakan air bersih terhadap
jumlah rumah tangga. Indikator ini mencerminkan kemampuan suatu
daerah untuk menyelenggarakan pelayanan publik. Semakin tinggi nilai
indikator ini di suatu daerah, semakin tinggi kemampuan daerah tersebut
menjalankan otonomi.

Gambar 2.41
Persentase Rumah Tangga Pengguna Air Bersih
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017
79,9 79,9 79,9
78,94

70,67

2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: Profil Kabupaten Donggala Tahun 2011-2015; Dokumen RPKD Kabupaten


Donggala Tahun 2018; BPS Kabupaten Donggala Tahun 2018 (Data Diolah
Kembali Penyajiannya)

Pada Tahun 2013-2017, persentase rumah tangga berakses air


bersih belum mencapai 80 persen yang artinya lebih dari 20 persen
rumah tangga di Kabupaten Donggala belum menikmati air untuk
kebutuhan hidup yang dikatagorikan sebagai air bersih.

II - 188
Gambaran Umum Daerah

K. Persentase Areal Kawasan Kumuh

Besarnya Persentase areal kawasan kumuh diperoleh dengan


membagi antara Luas areal kawasan kumuh dengan Luas Wilayah
dikalikan 100. Besaran persentase areal kawasan kumuh Kabupaten
Donggala Tahun 2013 – 2018 diperlihatkan dalam tabel berikut.

Tabel 2.60
Persentase Areal Kawasan Kumuh Kabupaten Donggala
Tahun 2013 – 2018

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Luas kawasan 83,39 83,39 83,39 83,39 83,39 83,39


kumuh (Ha)

Luas Wilayah 5.275,69 5.275,69 5.275,69 5.275,69 5.275,69 5.275,69


(Ha)

Persentase 1,58 1,58 1,58 1,58 1,58 1,58


Areal Kawasan
Kumuh (%)

Sumber : EKPD Dinas PU & Penataan Ruang Kabupaten Donggala Tahun 2019, data
diolah

L. Rasio Tempat Pemakaman Umum Per Satuan Penduduk

Tabel 2.61
Rasio Tempat Pemakaman Umum per Satuan Penduduk
Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Jumlah daya 17.298


17.298 17.298 17.298 17.298 17.298
tampung TPU

Jumlah Penduduk 32.963 33.220 33.452 33.614 33.783 33.975

Rasio TPU per 0,5248 0,5207 0,5171 0,5146 0,5120 0,5091


Satuan Penduduk

Sumber: EKPD Dinas PU & Penataan Ruang Kabupaten Donggala Tahun 2019

II - 189
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Rasio tempat pemakaman umum per satuan penduduk diperoleh


dari hasil pembagian antara Jumlah daya tampung tempat pemakaman
umum dengan Jumlah penduduk. Adapun besarnya rasio tempat
pemakaman umum per satuan penduduk Kabupaten Donggala
diperlihatkan dalam tabel 2.61.

M. Rasio Tempat Ibadah Per Satuan Penduduk

Rasio tempat ibadah merupakan salah satu indikator kinerja urusan


Pekerjaan Umum yang diperoleh dari rasio antara jumlah tempat ibadah
dengan jumlah penduduk Kabupaten Donggala, dalam satuan persentase.
Selengkapnya hasil analisis disajikan pada Tabel 2.62.

Tabel 2.62
Rasio Tempat Ibadah per Satuan Penduduk
Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Jumlah Tempat Ibadah 596 597 733 736 773 775

Jumlah Penduduk 287.921 290.915 293.742 296.380 299.174 301.968

Rasio Tempat Ibadah 2,070 2,052 2,495 2,483 2,584 2,567

per Satuan Penduduk

Sumber : EKPD Dinas PU & Penataan Ruang Kabupaten Donggala Tahun 2019

Tabel 2.61 menunjukkan bahwa rasio tempat ibadah dengan


penduduk mengalami peningkatan. Rasio menunjukkan bahwa setiap 1
rumah ibadah mampu dimanfaatkan 2000-3000 penduduk.

2. Penataan Ruang

A. Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah ber HPL/HGB

II - 190
Gambaran Umum Daerah

Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah ber HPL/HGB
adalah perbandingan antara Luas ruang terbuka hijau dengan Luas
wilayah ber HPL/HGB. Hasil analisis capaian dan target indikator kinerja
selama 2103-2018 di Kabupaten Donggala disajikan pada Tabel 2.63.

Tabel 2.63
Rasio RTH per satuan luas wilayah ber HPL/HGB
Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Rasio RTH per satuan 0,3 0,3 0,3 0,26 0,26 0,26
luas wilayah ber
HPL/HGB

Proyeksi dalam RPJMD 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3


2013 - 2018

Sumber : IKK Urusan Perumahan & Kawasan Permukiman, Pertanahan Kabupaten


Donggala Tahun 2019 – 2023

B. Rasio Bangunan ber-IMB per satuan Bangunan

Tabel 2.64
Rasio Bangunan ber IMB per Satuan Bangunan
Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Rasio Bangunan ber-IMB


per Satuan Bangunan 0,35 0,34 0,33 0,32 0,32 0,32

Target dalam RPJMD


Donggala 0,4 0,5 0,7 0,8 0,9 1,0

Sumber: EKPD Urusan PU & Penataan Ruang Kabupaten Donggala Tahun 2019

II - 191
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Indikator capaian pembangunan terkait Rasio bangunan ber- IMB


per satuan bangunan diperoleh dari perbandingan antara Jumlah
bangunan ber – IMB dengan Jumlah bangunan. Hasil analisis disajikan
pada Tabel 2.64.

C. Ruang Publik Yang Berubah Peruntukannya

Ruang Publik Yang Berubah adalah persentase perbandingan antara


Jumlah ruang publik yang berubah fungsi (ha) dengan Jumlah ruang
publik yang tersedia (ha). Peruntukannya Hasil analisis disajikan pada
Tabel 2.65.

Tabel 2.65
Ruang Publik Yang Telah Berubah Peruntukannya
Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Ruang Publik Yang 0,49 0,49 0,49 0,52 0,52 0,52

Telah Berubah
Peruntukannya

Proyeksi dalam RPJMD 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5


2014 - 2019

Sumber : IKK Urusan PU & Penataan Ruang Kabupaten Donggala Tahun 2019 –
2023

2.4.1.4 Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman

A. Rasio Rumah Layak Huni

Rasio rumah layak huni adalah perbandingan rumah layak huni


dengan total rumah. Rumah tidak layak huni adalah rumah yang dibuat
dari bahan bekas/sampah (seperti potongan triplek, lembaran plastik
sisa, dsb) yang dipertimbangkan tidak cocok untuk bertempat tinggal
atau terletak pada areal yang diperuntukkan bukan untuk permukiman.

II - 192
Gambaran Umum Daerah

Termasuk rumah gubuk. Ciri–ciri rumah tidak layak huni adalah kondisi
di mana rumah beserta lingkungannya tidak memenuhi persyaratan yang
layak untuk tempat tinggal baik secara fisik, kesehatan maupun sosial
dengan kriteria antara lain :

1) Luas lantai perkapita, di kota kurang dari 4 m2 sedangkan di desa


kurang dari 10 m2;
2) Jenis atap rumah terbuat dari daun dan lainnya;
3) Jenis dinding rumah terbuat dari anyaman bambu yang belum di
proses;
4) Jenis lantai tanah;
5) Tidak mempunyai fasilitas tempat mandi, cuci, kakus (MCK).

Gambar 2.42
Persentase Rumah Layak Huni
di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017

90
85
80
75
70
65
2013 2014 2015 2016 2017
Persentase Rumah
75 83 85 87 89
Tangga Layak Huni

Sumber: Profil Kabupaten Donggala Tahun 2011-2015; Dokumen RPKD Kabupaten


Donggala Tahun 2018; BPS Kabupaten Donggala Tahun 2018 (Data Diolah
Kembali Penyajiannya)

Pada Tahun 2013 persentase rumah layak huni di Kabupaten


Donggala sebesar 75,00 persen dan kurun waktu 2013-2017 mengalami
peningkatan dengan capaian Tahun 2017 sebesar 89,00 persen. Rumah
Sederhana Sehat, yaitu rumah yang dibangun dengan menggunakan
bahan bangunan dan konstruksi sederhana akan tetapi masih memenuhi
standar kebutuhan minimal dari aspek kesehatan, keamanan, dan
kenyamanan, dengan mempertimbangkan dan memanfaatkan potensi

II - 193
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

lokal meliputi potensi fisik seperti bahan bangunan, geologis, dan iklim
setempat serta potensi sosial budaya seperti arsitektur lokal, dan cara
hidup.

Fungsi rumah pokok rumah sebagai tempat tinggal yang layak dan
sehat bagi setiap manusia, dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1) Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok jasmani manusia;
2) Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok rohani manusia;
3) Rumah harus melindungi manusia dari penularan penyakit;
4) Rumah harus melindungi manusia dari gangguan luar.

Patokan rumah yang sehat dan ekologis yang dapat digunakan


dalam membangun rumah sebagai berikut:

1. Menciptakan kawasan penghijauan di antara kawasan pembangunan


sebagai paru–paru hijau;

2.Memilih tapak bangunan yang sebebas mungkin dari gangguan/radiasi


geobiologis dan meminimalkan medan elektromagnetik buatan;

3. Mempertimbangkan rantai bahan dan menggunakan bahan bangunan


alamiah;

4. Menggunakan ventilasi alam untuk menyejukkan udara dalam


bangunan;

5. Menghindari kelembapan tanah naik ke dalam kontruksi bangunan


dan memajukan sistem bangunan kering.

B. Rasio Permukiman Layak Huni

Rasio Permukiman Layak Huni adalah indiaktor kinerja yang


diperoleh dari perbandingan antara luas pemukiman yan layak huni
dengan luas wilayah pemukiman. Realisasi dan target kinerja indikator
Rasio Permukiman Layak Huni pada Tahun 2013-2018 di Kabupaten
Donggala disajikan pada Tabel 2.66.

II - 194
Gambaran Umum Daerah

Tabel 2.66
Rasio Permukiman Layak Huni
Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Luas 3.165,40 3.165,40 3.165,40 3.165,40 3.165,40 3.165,40


permukiman
layak huni

Luas wilayah 5.275,69 5.275,69 5.275,69 5.275,69 5.275,69 5.275,69


permukiman

Rasio 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60


Permukiman
Layak Huni

Target
PRPJMD
Donggala 0,981 0,983 0,985 0,987 0,986 0,9864

Sumber : EKPD Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan


Kabupaten Donggala Tahun 2019 (data diolah)

C. Cakupan Ketersediaan Rumah Layak Huni

Tabel 2.67
Cakupan ketersediaan rumah Layak Huni di
Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Realisasi 84,17 87,18 88,76 90,19 91,93 64,95

Target
PRPJMD
Donggala 84,17 87,18 88,76 90,19 91,93 93,99

Sumber : EKPD dan IKK Dinas Perumahan & Kawasan Pemukiman, Pertanahan
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018 (Diolah)

Indikator Cakupan Ketersediaan Rumah Layak Huni adalah


persentase Jumlah seluruh rumah layak huni di suatu wilayah kerja

II - 195
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

pada kurun waktu tertentu dengan Jumlah rumah di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu. Realisasi dan target kinerja indikator
cakupan ketersediaan rumah Layak Huni pada Tahun 2013-2018 di
Kabupaten Donggala disajikan pada Tabel 2.67.

D. Cakupan Layanan Rumah Layak Huni Yang Terjangkau

Realisasi dan target kinerja indikator Cakupan Layanan Rumah


Layak Huni Yang Terjangkau pada Tahun 2013-2018 di Kabupaten
Donggala disajikan pada Tabel 2.68.

Tabel 2.68
Cakupan Layanan Rumah Layak Huni Yang Terjangkau
Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Realisasi (%) 63,06 65,32 66,50 67,57 65,20 46,06

Target
PRPJMD
Donggala 63,06 65,32 66,50 67,57 65,20 66,65

Sumber : EKPD dan IKK Urusan Perumahan & Kawasan Pemukiman, Pertanahan
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018 (Diolah)

E. Persentase Pemukiman Yang Tertata

Tabel 2.69
Persentase Pemukiman Yang Tertata di Kabupaten Donggala
Tahun 2013 – 2018

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Realisasi 0,08 0,16 0,18 0,21 0,23 0,24

Target
PRPJMD
Donggala 0,08 0,16 0,18 0,21 0,23 0,24

Sumber : EKPD dan IKK Urusan Perumahan & Kawasan Pemukiman, Pertanahan
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018 (Diolah)

II - 196
Gambaran Umum Daerah

Realisasi dan target kinerja indikator Persentase Pemukiman Yang


Tertata pada Tahun 2013-2018 di Kabupaten Donggala disajikan pada
Tabel 2.69.

F. Persentase Lingkungan Pemukiman Kumuh

Realisasi dan target kinerja indikator Persentase Lingkungan


Pemukiman Kumuh pada Tahun 2013-2018 di Kabupaten Donggala
disajikan pada Tabel 2.70.

Tabel 2.70
Persentase Lingkungan Pemukiman Kumuh
Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Realisasi 0,02 0,02 0,02 0,02 0,01 0,01

Target
PRPJMD
Donggala 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02

Sumber : EKPD dan IKK Urusan Perumahan & Kawasan Pemukiman, Pertanahan
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018 (Diolah)

G. Persentase Luasan Permukiman Kumuh Di Kawasan Perkotaan

Tabel 2.71
Persentase Luasan Permukiman Kumuh Di Kawasan Perkotaan
Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Realisasi 2,40 2,40 2,40 2,40 25,13 26,09

Target
PRPJMD
Donggala 2,40 2,40 2,40 2,40 25,13 26,09

Sumber : EKPD dan IKK Urusan Perumahan & Kawasan Pemukiman, Pertanahan
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018 (Diolah)

II - 197
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Realisasi dan target kinerja indikator Persentase Luasan Permukiman


Kumuh Di Kawasan Perkotaan pada Tahun 2013-2018 di Kabupaten
Donggala disajikan pada Tabel 2.71.

H. Proporsi Rumah Tangga Kumuh Perkotaan

Realisasi dan target kinerja indikator Proporsi Rumah Tangga


Kumuh Perkotaan pada Tahun 2013-2018 di Kabupaten Donggala
disajikan pada Tabel 2.72.

Tabel 2.72
Proporsi Rumah Tangga Kumuh Perkotaan di Kabupaten Donggala
Tahun 2013 – 2018

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Realisasi 6,0 7,03 7,17 7,40 7,0 7,0

Target
PRPJMD
Donggala 7,03 7,17 7,31 7,46 7,40 7,33

Sumber : EKPD dan IKK Urusan Perumahan & Kawasan Pemukiman, Permukiman
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018 (Diolah)

I. Cakupan Lingkungan Yang Sehat Dan Aman Yang Didukung dengan


Prasarana-Sarana Utilitas (PSU)

Tabel 2.73
Cakupan Lingkungan Yang Sehat Dan Aman Yang Didukung dengan
PSU Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018


Realisasi 0,71 1,43 1,57 1,86 2,00 2,14

Target PRPJMD
Donggala 0,71 1,43 1,57 1,86 2,00 2,14

Sumber : EKPD dan IKK Urusan Perumahan & Kawasan Pemukiman, Pertanahan
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018 (Diolah)

Realisasi dan target kinerja indikator Cakupan Lingkungan Yang


Sehat Dan Aman Yang Didukung dengan PSU ada Tahun 2013-2018 di
Kabupaten Donggala disajikan pada Tabel 2.73.

II - 198
Gambaran Umum Daerah

2.4.1.5. Ketenteraman, Ketertiban Umum, dan Pelindungan


Masyarakat

Terdapat 5 indikator yang dapat diukur untuk mengetahui capaian


pembangunan di bidang Ketenteraman, Ketertiban Umum, dan
Pelindungan Masyarakat. Selengkapnya disajikan pada Tabel 2.74.

Tabel 2.74
Indikator Ketenteraman, Ketertiban Umum, dan Pelindungan
Masyarakat di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018

Tahun
Ketentraman dan Ketertiban Umum, serta
No
Perlindungan Masyarakat
2013 2014 2015 2016 2017 2018

1. Cakupan petugas Perlindungan Masyarakat


6 6 6 6 6 6
(Linmas)

Target PRPJMD Tahun 2014-2018 28 28 28 28 28 28

2. Tingkat penyelesaian pelanggaran K3


75 75 75 80 85 90
(ketertiban, ketentraman, keindahan)

Target PRPJMD 100 100 100 100 100 100

3. Cakupan pelayanan bencana kebakaran


na na 12 12 12 12
kabupaten/kota

Target PRPJMD Tahun 2014-2018 na na na na na na

4. Tingkat waktu tanggap (response time rate)


100 100 66,67 0 100
daerah layanan Wilayah Manajemen na
Kebakaran (WMK)

Target PRPJMD Tahun 2014-2018 na na na na na na

5. Persentase Penegakan PERDA na na na na na na

Target PRPJMD Tahun 2014-2018 na na na na na na

Sumber: EKPD dan IKK Urusan Ketenteraman, Ketertiban Umum, dan Pelindungan
Masyarakat Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018.

2.3.1.6 Sosial

Terdapat 9 indikator yang dapat diukur untuk mengetahui capaian


pembangunan di bidang sosial. Selengkapnya disajikan pada Tabel 2.75.

II - 199
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Tabel 2.75
Indikator Capaian Pembangunan Bidang Sosial pada di Kabupaten
Donggala Tahun 2013-2018

Realisasi pada Tahun


No. Indikator Capaian Urusan Sosial
2013 2014 2015 2016 2017 2018

1. PMKS yang memperoleh bantuan


47.37 35 30 25 22 19
social (jiwa)

2. Persentase PMKS yang tertangani 47.37 35 30 25 22 19

3. Persentase PMKS skala yang


memperoleh bantuan sosial untuk na na na na na na
pemenuhan kebutuhan dasar

4. Jumlah panti sosial yang menerima


program pemberdayaan sosial
melalui kelompok usaha bersama na na na na na na
(KUBE) atau kelompok sosial
ekonomi sejenis lainnya

5. Persentase panti sosial yang


menyediakan sarana prasarana na na na na na na
pelayanan kesehatan social

6. Persentase wahana kesejahteraan


sosial berbasis masyarakat (WKBSM)
na na na na na na
yang menyediakan sarana prasarana
pelayanan kesejahteraan sosial

7. Persentase korban bencana yang


menerima bantuan sosial selama na na na na na na
masa tanggap darurat (persen)

8. Persentase korban bencana yang


dievakuasi dengan mengunakan
na na na na na na
sarana prasarana tanggap darurat
lengkap

9. Persentase penyandang cacat fisik


dan mental, serta lanjut usia tidak 46 38 41 37 35 18-80 18-91
potensial yang telah menerima
jaminan sosial

Sumber: EKPD Urusan Sosial Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018.

Tabel 2.75 menunjukkan bahwa secara umum terdapat peningkatan


realisasi pembangunan dalam bidang sosial, dan ada beberapa indikator
yang belum diidentifikasi oleh OPD. Dalam hal indikator jumlah (bukan
persentase karena ketidaktersediaan data target PRPJMD Donggala 2014-

II - 200
Gambaran Umum Daerah

2018). Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan persentase


PMKS yang tertangani, dan juga penyandang cacat fisik dan mental serta
lanjut usia menunjukkan peningkatan jumlah orang yang memperoleh
bantuan (jaminan) sosial dari pemerintah daerah. Demikian pula dengan
adanya kejadian bencana pada Tahun 2013-2018, seluruh korban
bencana menerima bantuan sosial selama masa tanggap darurat.

2.3.1.7 Tenaga Kerja

Tabel 2.76
Indikator Capaian Pembangunan Bidang Tenaga Kerja di Kabupaten
Donggala Tahun 2013-2018

Realisasi pada Tahun


No. Indikator Capaian Urusan Sosial
2013 2014 2015 2016 2017 2018

1. Angka sengketa pengusaha-pekerja per na


na na na na na
tahun

2. Besaran kasus yang diselesaikan dengan 100 77,78


0 0 0 0
Perjanjian Bersama (PB)

3. Besaran pencari kerja yang terdaftar 461 331 65 208 0


0
yang ditempatkan
na
4. Keselamatan dan perlindungan na na na na na

5. Besaran pekerja/buruh yang menjadi


68,26 78,05 89,52 90,45 86,92 na
peserta program Jamsostek

6. Perselisihan buruh dan pengusaha


na na na na na na
terhadap kebijakan pemerintah daerah

7. Besaran Pemeriksaan Perusahaan na na na na na na

8. Besaran Pengujian Peralatan di 66,67 100 na na


na na
Perusahaan

9. Besaran tenaga kerja yang mendapatkan 100,00 80,00 131,25 187,50 na na


pelatihan berbasis kompetensi

10. Besaran tenaga kerja yang mendapatkan 100,0 66,67 10,00 na


na na
pelatihan berbasis masyarakat

11. Besaran tenaga kerja yang mendapatkan 9,24 17,94 19,00 2,56 5,92 na
pelatihan kewirausahaan

12. Rasio lulusan S1/S2/S3 17,94 19,00 2,56 5,92 na na

Sumber: EKPD Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018.

Terkait urusan pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan, terdapat


beberapa indikator yang dapat diukur dalam menilai keberhasilan

II - 201
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

pembangunan selama lima tahun terakhir (2013-2018). Indikator tersebut


meliputi: angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun, besaran kasus
yang diselesaikan dengan Perjanjian Bersama (PB), besaran pencari kerja
yang terdaftar yang ditempatkan, keselamatan dan perlindungan, besaran
pekerja/buruh yang menjadi peserta program Jamsostek, perselisihan
buruh dan pengusaha terhadap kebijakan pemerintah daerah, Besaran
Pemeriksaan Perusahaan, Besaran Pengujian Peralatan di Perusahaan,
Besaran tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan berbasis kompetensi,
Besaran tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan berbasis masyarakat,
Besaran tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan kewirausahaan, dan
Rasio lulusan S1/S2/S3. Untuk lebih lengkapnya realisasi pembangunan
pada urusan pemerintah bidang tenaga kerja di sajikan pada Tabel 2.76.

2.3.1.8 Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Terdapat 19 indikator yang dapat diukur untuk mengetahui


capaian pembangunan di urusan pemberdyaan perempuan dan
perlindungan anak. Selengkapnya disajikan pada Tabel 2.77.

Tabel 2.77
Indikator Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak di
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018

Realisasi pada Tahun


No. Indikator Kinerja
2013 2014 2015 2016 2017 2018

1. Persentase partisipasi 0,42 0,11 0,42 0,72 5,34 1,27


perempuan di lembaga
pemerintah

2. Proporsi kursi yang 0 7 7 7 3 7


diduduki perempuan di
DPR

3. Partisipasi perempuan di 9,97 11,43 0,80 1,55 32,22 38,86


lembaga swasta

4. Rasio KDRT 0,069 0,084 0,062 0,043 0,044 0,016

II - 202
Gambaran Umum Daerah

5. Persentase jumlah tenaga 1,60 1,25 3 1,56 0 1,60


kerja dibawah umur

6. Partisipasi angkatan kerja 0 70.000 62.179 35.547 5.260 22.041


perempuan (orang)

7. Cakupan perempuan dan 0 0 0 0 10,6 0,6


anak korban kekerasan
yang mendapatkan
penanganan pengaduan
oleh petugas terlatih di
dalam unit pelayanan
terpadu

8. Cakupan perempuan dan 0 0 0 0 0 0


anak korban kekerasan
yang mendapatkan layanan
kesehatan oleh tenaga
kesehatan terlatih di
Puskesmas mampu
tatalaksana KtP/A
PPT/PKT di Rumah Sakit

9. Cakupan layanan 0 0 0 0 0 0
rehabilitasi sosial yang
diberikan oleh petugas
rehabilitasi sosial terlatih
bagi perempuan dan anak
korban kekerasan di dalam
unit pelayanan terpadu.

10. Cakupan penegakan 0 0 0 0 0 0


hukum dari tingkat
penyidikan sampai dengan
putusan pengadilan atas
kasus kasus kekerasan
terhadap perempuan
dananak

11. Cakupan perempuan dan 0 0 0 0 0 0


anak korban kekerasan
yang mendapatkan layanan
bantuan hukum

12. Cakupan layanan 0 0 0 0 0 0


pemulangan bagi
perempuan dan anak
korban kekerasan

II - 203
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

13. Cakupan layanan 0 0 0 0 0 0


reintegrasi sosial bagi
perempuan dan anak

14 Rasio APM na na na na na na
perempuan/laki-laki di SD

15. Rasio APM na na 0,99 1 ,01 1.01 na


perempuan/laki-laki di
SMP

16. Rasio APM na na 0.844 0.98 0.97 na


perempuan/laki-laki di
SMA

17. Rasio APM na na na na na na


perempuan/laki-laki di
Perguruan Tinggi

18. Rasio melek huruf na na 1.22 0.75 1.00 na


perempuan terhadap laki-
laki pada kelompok usia
15-24 tahun

19. Kontribusi perempuan na na 1.06 0.633 0.90 na


dalam pekerjaan upahan di
sector non pertanian

Sumber: EKPD dan IKK Urusan P3A Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018.

Keterwakilan perempuan di lembaga legislatif tidak hanya penting


dari aspek perimbangan antara laki-laki dan perempuan. Populasi
Indonesia separuhnya berjenis kelamin perempuan. Namun lebih dari itu,
kehadiran anggota parlemen perempuan diharapkan dapat menjamin
kepentingan kaum perempuan menjadi salah satu prioritas kebijakan, di
antaranya terkait dengan isu pengentasan kemiskinan, pemerataan
pendidikan, dan layanan kesehatan.
Angka keterwakilan perempuan di Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia (DPR-RI) terus menunjukkan peningkatan dari tahun
ke tahun. Saat pemilu pertama kali digelar pada Tahun 1955, jumlah
kursi perempuan hanya 5,06 persen, dan angka ini terus bertambah
secara bertahap hingga mencapai 11,4 persen pada 1997 (KPU 2014).

II - 204
Gambaran Umum Daerah

2.3.1.9. Pangan

A. Ketersediaan Pangan Utama

Ketersediaan pangan merupakan aspek penting dalam mewujudkan


ketahanan pangan. Penyediaan pangan diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan pangan bagi masyarakat, rumah tangga, dan perseorangan
secara berkelanjutan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat
dan meningkatkan kuantitas serta kualitas konsumsi pangan, diperlukan
target pencapaian angka ketersediaan pangan per kapita per tahun sesuai
dengan angka kecukupan gizinya. Analisis indikator ketersediaan pangan
utama dilakukan dengan membandingkan ketersediaan pangan dengan
jumlah penduduk Kabupaten Donggala (Hasil kinerja dan target disajikan
pada Tabel 2.78.

Tabel 2.78
Ketersediaan Pangan Utama Tahun 2013-2018 di Kabupaten Donggala

Ketersediaan
No. 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Pangan Utama
1. Realisasi 24,3 22,51 22,42 20,85 18,09 20,57

2. Target PRPJMD 23,5 20 40 60 70 80

Sumber: EKPD Urusan Pangan Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018.

Tabel 2.77 menunjukkan bahwa berdasarkan produksi dan


konsumsi pangan utama, secara umum Kabupaten Donggala memiliki
cadangan pangan setara beras yang cukup besar setiap tahunnya (Tahun
2016 dua kali lipat) sehingga dapat dikatakan bahwa ketersediaan beras
di daerah ini mengalami surplus. Jika dibandingkan dengan realisasi
persentase ketersediaan pangan utama di Provinsi Sulawesi Tengah,
Kabupaten Donggala masih lebih tinggi ketersediaannya. Apabila
konsumsi pangan masih tetap didominasi oleh beras sebagai sumber
karbohidrat, maka akan cukup memberatkan bagi upaya pemantapan
ketahanan pangan yang berkelanjutan dan bertumpu kepada sumber
daya lokal. Diversifikasi pangan menjadi sangat penting untuk dilakukan

II - 205
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

agar tidak terjadi ketergantungan yang sangat tinggi pada jenis pangan
tertentu saja seperti beras.

B. Ketersediaan Energi dan Protein Perkapita

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) X Tahun 2012


merekomendasikan kriteria ketersediaan pangan minimal 2.400
kkal/kapita/hari untuk energi dan minimal 63 gram/kapita/hari untuk
protein. Hasil perhitungan ketersediaan energi dan protein per kapita di
Kabupaten Donggala disajikan pada Tabel 2.79.

Tabel 2.79
Ketersediaan Energi (Kkal) dan Protein (gr) per Kapita
di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Ketersediaan Energi dan
No. 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Protein

Energi (Kkal)
A.
Realisasi Donggala 3.402 3.887 2.680 2.800 1.650 1.773

Target PRPJMD 3.000 2.423 2.500 2800 1.663 1.523

Protein (gr)

B. Realisasi Donggala na na na na na na

Target PRPJMD na na na na na na

Sumber: BPS, Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2014-1018 dan EKPD
Urusan Pangan Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018.

Tabel 2.79 menunjukkan bahwa ada kecenderungan ketersediaan


energi per kapita per hari selama 5 tahun terakhir mengalami penurunan,
sebaliknya ketersediaan protein perhari mengalami peningkatan.

2.3.1.10 Pertanahan

Indikator kinerja bidang pertanahan meliputi pengukuran persentase


luas lahan bersertifikat, penyelesaian kasus tanah negara dan
penyelesaian izin lokasi. Persentase luas lahan bersertifikat diperoleh dari

II - 206
Gambaran Umum Daerah

persentase perbandingan jumlah luas lahan bersertifikat dengan jumlah


luas wilayah daratan Kabupaten Donggala. Penyelesaian kasus tanah
negara merupakan persentase jumlah kasus yang diselesaikan dibagi
dengan jumlah kasus yang terdaftar. Penyelesaian izin lokasi diperoleh
dari perbandingan jumlah izin lokasi dengan permohonan izin lokasi.
Untuk lebih jelasnya nilai indikator urusan pertanahan di Kabupaten
Donggala disajikan pada Tabel 2.80.

Tabel 2.80
Indikator Capaian Pembangunan Bidang Pertanahan
di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018

Realisasi dan Target pada Tahun


Indikator Capaian
No.
Urusan Pertanahan
2013 2014 2015 2016 2017 2018

1. Persentase luas lahan


na na na na 20 35
bersertifikat

Target PRPJMD
58,18 58 60 65 68 70
Donggala

2. Penyelesaian kasus
na Na na na 20 35
tanah Negara

Target PRPJMD
10 30 30 30 30 30
Donggala

3. Penyelesaian izin lokasi na Na na na na na

Target PRPJMD
10 30 30 30 30 30
Donggala

Sumber: EKPD Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Donggala Tahun
2013-2018.

Tabel 2.80 menunjukkan bahwa tidak terdapat data ketiga indikator


kinerja urusan pertanahan pada Tahun 2013-2018 termasuk target
kinerja pada perubahan RPJMD Donggala. Namun, berdasarkan data
EKPD 2013-2018 bidang pertanahan menyebutkan bahwa persentase
luas lahan bersertifikat lebih kurang (diperkirakan) mencapai 45 persen,
sementara penyelesaian Kasus Tanah Negara terdapat dua kasus (kasus

II - 207
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Abd. Rabbie dan Abd. Rauf). Untuk penyelesaian Izin lokasi, tupoksi
berada pada Badan PM & PTSP.

2.3.1.11. Lingkungan Hidup

Berdasarkan Permendagri Nomor 86 Tahun 2017, indikator capaian


pembangunan bidang Lingkungan Hidup pada tingkat kabupaten
memiliki 24 indikator. Penilaian capaian setiap indikator tersebut ada
yang sifatnya terukur (kuantitatif) dan tidak terukur atau bersifat
kualitatif. Hasil analisis terhadap seluruh indikator capaian kinerja
bidang lingkungan hidup diperlihatkan pada Tabel 2.81.

Tabel 2.81
Indikator Capaian Pembangunan Bidang Lingkungan Hidup di
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018

Realisasi pada Tahun


Indikator Capaian OPD
No.
Lingkungan Hidup
2013 2014 2015 2016 2017 2018
1.
Tersusunnya RPPLH Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Kabupaten Donggala Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Target PRPJMD Tahun 2014- Tidak ada Target
2018
2.
Terintegrasinya RPPLH Tidak
dalam rencana Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ada
pembangunan Kabupaten Ada Ada Ada Ada Ada
Donggala

Target PRPJMD Tahun 2014- Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
2018 Ada Ada Ada Ada Ada Ada
3.
Terselenggaranya KLHS
untuk K/R/P daerah na na na na na na
provinsi
Target PRPJMD Tahun 2014-
na na na na na na
2018
4.
Hasil Pengukuran Indeks
na na na na na na
Kualitas air
Target PRPJMD Tahun 2014-
na na na na na na
2018
5.
Hasil Pengukuran Indeks
na na na na na na
Kualitas udara
Target PRPJMD Tahun 2014-
na na na na na na
2018
6.
Hasil Pengukuruan Indeks
na na na na na na
Kualitas tutupan lahan

II - 208
Gambaran Umum Daerah

Target PRPJMD Tahun 2014-


na na na na na na
2018
7.
Pembinaan dan Pengawasan
terkait ketaatan
penanggungjawab usaha
dan/atau kegiatan yang
0,30 0,42 0,45 0,50 0,56 0,67
diawasi ketaatannya
terhadap izin lingkungan,
izin PPLH dan PUU LH d
yang diterbitkan oleh
pemerintah daerah Kabupten
Target PRPJMD Tahun 2014- 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
2018
8
Peningkatan kapasitas dan
sarana prasarana pejabat
pengawas Lingkungan Hidup na Na na na na na
di Daerah (PPLHD) di
Kabupaten/Kota
Target PRPJMD Tahun 2014-
na Na na na na na
2018
9
Terfasilitasi Pendampingan
na na na na na na
Pengakuan MHA
Target PRPJMD Tahun 2014-
na na na na na na
2018
10
Terverifikasinya MHA dan
kearifan lokal atau na na na na na na
pengetahuan tradisional
Target PRPJMD Tahun 2014-
na na na na na na
2018
11
Terverifikasi hak kearifan
lokal atau hak pengetahuan na na na na na na
tradisional
Target PRPJMD Tahun 2014-
na na na na na na
2018
12
Penetapan hak MHA na na na na na na
Target PRPJMD Tahun 2014-
na na na na na na
2018
13
Terfasilitasi kegiatan
peningkatan pengetahuan na na na na na na
dan keterampilan
Target PRPJMD Tahun 2014-
na na na na na na
2018
14
Terfasilitasi penyediaan
na na na na na na
sarana/prasarana
Target PRPJMD Tahun 2014-
na na na na na na
2018
15
Terlaksananya pendidikan 4 4 2 1 0 0
dan pelatihan masyarakat
Target PRPJMD Tahun 2014-
4 4 3 2 2 2
2018

II - 209
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

16
Terlaksananya pemberian Tdk Tdk
penghargaan lingkungan Ada Ada Tdk Ada Ada
Ada Ada
hidup
Target PRPJMD Tahun 2014- Ada Ada Ada Ada Ada Ada
2018
17
Pengaduan masyarakat
terkait izin lingkungan, izin
PPLH dan PUU LH yang
diterbitkan oleh pemerintah 0 0 0 0 0 1,00
daerah Kabupaten, Lokasi
usaha dan dampaknya di
daerah kabupaten
Target PRPJMD Tahun 2014- 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
2018
18
Timbulan sampah yang
0,67 0,81 0,78 0,90 0,89 0,88
ditangani
Target PRPJMD Tahun 2014-
0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80
2018
19
Persentase jumlah sampah 0,07 0,08 0,08 0,10 0,11 0,12
yang terkurangi melalui 3R
Target PRPJMD Tahun 2014- 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10
2018
20
Persentase cakupan area 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
pelayanan
Target PRPJMD Tahun 2014-
0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
2018
21
Persentase jumlah sampah 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
yang tertangani
Target PRPJMD Tahun 2014- 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
2018
22
Operasionalisasi >71 >71 <71 <71 <71 >71
TPA/TPST/SPA di kabupaten
Target PRPJMD Tahun 2014-
>71 >71 >71 >71 >71 >71
2018
23
Persentase izin pengelolaan
sampah oleh swasta yang na na na na na na
diterbitkan
Target PRPJMD Tahun 2014-
na na na na na na
2018
24
Persentase pengelolaan
sampah oleh swasta yang
taat terhadap na na na na na na
peraturanperundang-
undangan
Target PRPJMD Tahun 2014-
na Na na na na na
2018

Sumber: IKK dan EKPD Urusan Lingkungan Hidup Kabupaten Donggala Tahun
2013-2018.

II - 210
Gambaran Umum Daerah

2.3.1.12. Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Indikator pembangunan dalam bidang Kependudukan dan Catatan


Sipil yang dapat dievaluasi pencapaiannya adalah Rasio penduduk ber-
KTP per satuan penduduk, Rasio bayi berakte kelahiran, Rasio pasangan
berakte nikah, Ketersediaan database kependudukan skala provinsi,
Penerapan KTP nasional berbasis NIK, Cakupan penerbitan Kartu Tanda
Penduduk (KTP) dan Cakupan penerbitan akte kelahiran. Realisasi
pembangunan pada bidang Kependudukan dan Catatan Sipil di
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018 disajikan pada Tabel 2.82.

Tabel 2.82
Indikator Capaian Pembangunan Bidang Kependudukan dan Catatan
Sipil di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018

Realisasi pada Tahun


No. Indikator Capaian Urusan
2013 2014 2015 2016 2017
1. Rasio penduduk ber-KTP per
54,79 52,69 56,40 62,29 68,90
satuan penduduk
Target PRPJMD Donggala 42,51 56,70 63,27 69,14 74,72
2. Rasio bayi berakte kelahiran 64,79 65,63 69,37 77,24 76,64
Target PRPJMD Donggala na na na Na na
3. Rasio pasangan berakte nikah 0,02 0,04 0,03 0,09 0,01
Target PRPJMD Donggala 0,12 0,20 0,09 0,34 0,83
4. Ketersediaan database
Ada Ada Ada Ada Ada
kependudukan skala provinsi
Target PRPJMD Donggala Ada Ada Ada Ada Ada
5. Penerapan KTP nasional
Sudah Sudah Sudah Sudah Sudah
berbasis NIK
Target PRPJMD Donggala Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai
6. Cakupan penerbitan Kartu
99,92 100 99,97 100 100
Tanda Penduduk (KTP) (%)
Target PRPJMD Donggala na na na na na
7. Cakupan penerbitan akte
na na na na na
kelahiran (%)
Target PRPJMD Donggala na na na na na

Sumber: EKPD Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Donggala Tahun
2013-2018.

II - 211
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

2.3.1.13. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Tabel 2.83
Indikator Capaian Pembangunan Bidang Pemberdayaan Masyarakat
dan Desa di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018

Indikator Urusan Realisasi pada Tahun


No. Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa 2013 2014 2015 2016 2017 2018

1. Cakupan sarana 125 - - 138 141 141


prasarana perkantoran
pemerintahan desa yang
baik

2. Rata-rata jumlah na na na na na na
kelompok binaan
lembaga pemberdayaan
masyarakat (LPM)

3. Rata-rata jumlah na na na na na na
kelompok binaan PKK

4. Persentase LSM aktif na na na na na na

5. Jumlah LPM 0 173 173 0 0 0


Berprestasi

6. PKK aktif 173 457 441 173 173 173

7. Jumlah Posyandu aktif 457 11 11 443 452 452

8. Swadaya Masyarakat 11 7 5 9 6 6
terhadap Program
pemberdayaan
masyarakat

9. Pemeliharaan Pasca 7 125 128 5 3 3


Program pemberdayaan
masyarakat

Sumber: EKPD Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Donggala Tahun
2013-2018.

II - 212
Gambaran Umum Daerah

Urusan pemerintahan terkait dengan Pemberdayaan Masyarakat dan


Desa memiliki beberapa indikator kinerja yakni: (1) Cakupan sarana
prasarana perkantoran pemerintahan desa yang baik yang diperoleh dari
persentase perbandingan jumlah kantor pemerintahan desa yang baik
dengan Jumlah seluruh pemerintahan desa; (2) Rata-rata jumlah
kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) diperoleh
dari perbandingan Jumlah kelompok binaan LPM dengan Jumlah LPM;
(3) Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK adalah rasio Jumlah
kelompok binaan PKK dengan Jumlah PKK; (4) Persentase LSM aktif
adalah rasio Jumlah LSM aktif dengan Jumlah LPM dikali 100 persen; (5)
Persentase LPM Berprestasi adalah rasio Jumlah LPM berprestasi dengan
Jumlah LPM dikali 100 persen; (6) Persentase PKK aktif adalah rasio
Jumlah PKK aktif dengan Jumlah PKK dikali 100 persen; (7) Persentase
Posyandu aktif adalah rasio Jumlah Posyandu aktif dengan Total
Posyandu dikali 100 persen; (8) Swadaya Masyarakat terhadap Program
pemberdayaan masyarakat adalah rasio Jumlah Swadaya masyarakat
mendukung Program Pemberdayaan Masyarakat dengan Total Program
Pemberdayaan Masyarakat dikali 100 persen; dan (9) Pemeliharaan Pasca
Program pemberdayaan masyarakat adalah rasio program pemberdayaan
masyarakat yang dikembangkan dan dipelihara masyarakat dengan Total
pasca program pemberdayaan masyarakat. Hasil analisis data
selengkapnya disajikan pada Tabel 2.83.

2.3.1.14. Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

A. Laju pertumbuhan penduduk (LPP)

Laju pertumbuhan penduduk merupakan persentase pertambahan


penduduk dari waktu ke waktu dalam satu daerah, dalam kajian ini
dilakukan analisis per tahun. Hasil analisis data selengkapnya disajikan
pada Tabel 2.84.

II - 213
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Tabel 2.84
Indikator Capaian Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten
Donggala Tahun 2013-2018

Realisasi pada Tahun


No. Indikator Capaian LPP
2013 2014 2015 2016 2017 2018

1. Realisasi 1,49 1,35 0,67 0,86 0,98 1,39

2. 1,04 1,04 1,04 1,04 1,1 1,1


Target PRPJMD 2013-2018

Sumber: BPS, Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2018, data diolah.

Kurun waktu 2014-2017 jumlah penduduk di Kabupaten Donggala


mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan penduduk di
kisaran hampir 1 persen dengan pertumbuhan yang tertinggi Tahun
2013-2014 di atas 1,00 persen dan untuk tahun 2015-2017 di bawah 1
persen.

B. Total Fertility Rate (TFR)

Capaian pembangunan terkait dengan indikator Total Fertility Rate


(TFR) di Kabupaten Donggala disajikan pada Gambar 2.43.

7000
6000
5000
Axis Title

4000
3000
2000
1000
0
-1000
2014 2015 2016 2017
Jumlah Kelahiran 5672 5563 5650 6032
Persentase Pertumbuhan
-002 002 007
Kelahiran

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala Tahun 2019, data diolah

Gambar 2.43
Indikator Capaian Total Fertility Rate (TFR) di Kabupaten Donggala
Tahun 2013-2018

II - 214
Gambaran Umum Daerah

Pada Tahun 2014, di Kabupaten Donggala jumlah kelahiran di


Kabupaten Donggala sebanyak 5.672 kelahiran dan 77 di antaranya
meninggal dunia. Selanjutnya hingga Tahun 2017 di Kabupaten Donggala
terjadi 6.032 peristiwa kelahiran dan 74 di antaranya meninggal dunia.
Tahun 2014-2015 terjadi penurunan sebesar 1,92 persen peristiwa
kelahiran. Hingga Tahun 2017 jumlah kelahiran di Kabupaten Donggala
mengalami peningkatan sebesar 6,76 persen dari Tahun 2016, sementara
tahun 2018 mencapai 2,4 persen.

C. Perkembangan Peserta KB Aktif

Keluarga berencana adalah gerakan untuk membentuk keluarga


yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Hal ini bermakna
adalah perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang dapat
dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau
penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya.

Gambar 2.44 Peserta KB Aktif


Kab. Donggala Tahun 2013 - 2018

74
72,69
72
70,31
70
69,22 69,08
68
66
64 64,49

62
60,85
60
58
56
54
2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber : BPS, Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2014-2018 dan IKK OPD,
2019.

II - 215
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Kurun waktu 2013-2016, persentase peserta KB Aktif Kabupaten


Donggala terhadap total usia subur belum mencapai 72,69 persen,
sebagai persentase yang tertinggi dengan capaian 72,69 persen, namun
terus menurun dengan capaian pada Tahun 2018 mencapai 69,08
persen.

D. Persentase Akseptor KB di Kabupaten Donggala

Persentase akseptor KB adalah prosentase jumlah akseptor KB


dalam periode 1 (satu) tahun per 1000. Ever User, yaitu banyaknya
perempuan usia 15-49 yang berstatus kawin (PUS) yang pernah memakai
sesuatu cara KB dari seluruh perempuan usia subur yang berstatus
kawin. Informasi persentase ever user bermanfaat untuk mengetahui
potensi pemakaian alat/cara KB tertentu di kalangan PUS. Para
pelaksana program akan dapat memperbaiki pelayanan atau
mengarahkan program secara lebih tepat sasaran.

Jumlah Akseptor KB Jumlah Pasangan Usia Subur Persentase aseptor kb

58598

41102 40674

29997
21168
16792 18221
13913 13913 13913

073 029 066 034 076

2013 2014 2015 2016 2017

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Donggala Tahun 2018, data diolah

Gambar 2.45
Berkembangan Rasio Aseptor KB di Kabupaten Donggala
Tahun 2013-2018

Persentase PUS yang pernah memakai sesuatu cara KB dihitung


dengan membagi jumlah semua PUS yang pernah memakai sesuatu cara

II - 216
Gambaran Umum Daerah

KB dengan jumlah semua jumlah semua PUS kemudian dikalikan dengan


100.

Selain keempat indikator di atas, beberapa indikator kinerja urusan


Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana disajikan pada Tabel
2.85.

Tabel 2.85
Indikator Kinerja Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana di
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Indikator Urusan Realisasi pada Tahun
No. Pengendalian
Penduduk dan KB 2013 2014 2015 2016 2017 2018

1. Persentase Perangkat
Daerah (Dinas/Badan)
yang berperan aktif
0 0 0 0 8 10
dalam pembangunan
Daerah melalui
Kampung KB

2. Persentase Perangkat
Daerah (Dinas/Badan)
yang menyusun dan
2 2 2 2 4 5
memanfaatkan
Rancangan Induk
Pengendalian Penduduk

3. Persentase Perangkat
Daerah (Dinas/Badan)
yang menyusun dan
1 1 1 1 1 2
memanfaatkan
Rancangan Induk
Pengendalian Penduduk

4. Jumlah sektor yang


menyepakati dan
memanfaatkan data
profil (parameter dan
2 3 3 4 4 5
proyeksi penduduk)
untuk perencanaan dan
pelaksanaan program
pembangunan

II - 217
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

5. Jumlah kerjasama
penyelenggaraan
pendidikan formal, non
formal, dan informal 2 2 2 2 2 2
yang melakukan
pendidikan
kependudukan

6. Rata-rata jumlah anak


2,9 2,8 2,8 2,7 2,6 2,5
per keluarga

7. Angka pemakaian
kontrasepsi/CPR bagi
3126 3985 4027 4118 4189 4221
perempuan menikah
usia 15 - 49

8. Persentase Penggunaan
Kontrasepsi Jangka 9,25% 9,64% 9,98% 10,02% 10,30% 11,29%
Panjang (MKJP)

9. Persentase tingkat
keberlangsungan 50% 60% 64% 68% 72% 75%
pemakaian kontrasepsi

10. Cakupan anggota Bina


Keluarga Lansia (BKL) 1124 1130 1164 1175 1180 1465
ber-KB

11. Pusat Pelayanan


Keluarga Sejahtera
16 16 16 16 16 16
(PPKS) di setiap
Kecamatan

12. Cakupan Remaja dalam


Pusat Informasi Dan
65 66 68 70 75 78
Konseling
Remaja/Mahasiswa

13. Cakupan PKB/PLKB


yang didayagunakan
Perangkat Daerah KB 33 33 33 33 33 33
untuk perencanaan dan
pelaksanaan
pembangunan daerah di

II - 218
Gambaran Umum Daerah

bidang pengendalian
penduduk

14. Cakupan PUS peserta


KB anggota Usaha
Peningkatan
90 98 98 100 102 102
Pendapatan Keluarga
Sejahtera (UPPKS) yang
ber-KB mandiri

15. Rasio petugas Pembantu na Na na na na na


Pembina KB Desa
(PPKBD) setiap
desa/kelurahan

16. Cakupan ketersediaan


dan distribusi alat dan
obat kontrasepsi untuk 28% 29% 35% 38% 39% 40%
memenuhi permintaan
masyarakat

17. Persentase Faskes dan


jejaringnya (diseluruh
tingkatan wilayah) yang
bekerjasama dengan
17 17 18 19 21 21
BPJS dan memberikan
pelayanan KBKR sesuai
dengan standarisasi
pelayanan

18. Persentase remaja yang


terkena Infeksi Menular 37 37 36 36 35 35
Seksual (IMS)

19. Cakupan kelompok


kegiatan yang
melakukan pembinaan 3 3 3 3 4 4
keluarga melalui 8
fungsi keluarga

20. Cakupan keluarga yang na na na na na na


mempunyai balita dan
anak yang memahami
dan melaksanakan
pengasuhan dan

II - 219
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

pembinaan tumbuh
kembang anak

21. Rata-rata usia kawin


18 18 19 19 20 20
pertama wanita

22. Persentase Pembiayaan


Program
Kependudukan,
Keluarga Bencana dan 6% 6% 7% 7% 7% 8%
Pembangunan Keluarga
melalui APBD dan
APBDes

Sumber: IKK Urusan Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Donggala Tahun


2013-2018

2.3.1.15. Perhubungan

A. Jumlah Arus Penumpang Angkutan Umum

Capaian indikator Jumlah Arus Penumpang Angkutan Umum di


Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018 disajikan pada Tabel 2.86.

Tabel 2.86
Jumlah Arus Penumpang Angkutan Umum di Kabupaten Donggala
Tahun 2013 – 2018

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Realisasi dalam na na Na na na na
RPJMD 2013 – 2018

Proyeksi dalam na na Na na na na
RPJMD 2013 - 2018

Sumber : IKK Urusan Perhubungan Kabupaten Donggala Tahun 2019 – 2023

B. Rasio Ijin Trayek

Rasio Ijin Trayek adalah perbandingan antara Jumlah ijin trayek


yang dikeluarkan dengan Jumlah penduduk. Capaian indikator rasio ijin

II - 220
Gambaran Umum Daerah

trayek di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018 disajikan pada Tabel


2.87.
Tabel 2.87
Rasio Ijin Trayek
Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Realisasi dalam 0,00069 0,00075 0,0008 0,00085 0,0009 0,00095


RPJMD 2013 – 2018

Proyeksi dalam 0,00069 0,00075 0,0008 0,00085 0,0009 0,00095


RPJMD 2013 - 2018

Sumber : IKK Urusan Perhubungan Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018

C. Jumlah Uji Kir Angkutan Umum

Jumlah Uji kir angkutan umum merupakan pengujian setiap


angkutan umum yang diimpor, baik yang dibuat dan/atau dirakit di
dalam negeri yang akan dioperasikan di jalan agar memenuhi persyaratan
teknis dan laik jalan. Capaian indikator Jumlah Uji kir angkutan umum
di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018 disajikan pada Tabel 2.88.

Tabel 2.88
Jumlah Uji KIR Angkutan Umum
Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Realisasi dalam RPJMD 320 198 88 49 38 37


2013 – 2018

Proyeksi dalam RPJMD 400 250 179 100 95 70


2013 - 2018

Sumber : IKK Urusan Perhubungan Kabupaten Donggala Tahun 2019 – 2023

D. Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bis

Jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bis yang dapat diukur


berdasarkan jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bis. Indikator ini

II - 221
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

digunakan sebagai indikasi kemampuan suatu daerah dalam menye-


diakan sarana transportasi. Semakin tinggi nilai indikator ini, makin
tinggi kemungkinan akses penduduk terhadap akses transportasi, dan
makin tinggi kemampuan suatu daerah dalam menyelenggarakan layanan
transportasi. Capaian indikator Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal
Bis di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018 disajikan pada Tabel 2.89.

Tabel 2.89
Jumlah Pelabuhan Laut/ Udara/ Terminal Bis
Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Realisasi dalam RPJMD 5 5 5 5 5 5


2013 – 2018

Proyeksi dalam RPJMD 5 5 5 5 5 5


2013 - 2018

Sumber : IKK Urusan Perhubungan Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018

Kurun waktu 2013-2018 jumlah terminal Bis di Kabupaten Donggala


sebanyak sepuluh unit dan jumlah pelabuhan juga konstan sebanyak 5
unit.

E. Persentase Layanan Angkutan Darat

Tabel 2.90
Persentase Layanan Angkutan Darat
di Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Realisasi dalam RPJMD 17,5 19,98 13,99 16,04 15,15 17,34


2013 – 2018

Proyeksi dalam RPJMD 18,5 19,82 13,45 15,98 15,23 16,98


2013 - 2018

Sumber : IKK Urusan Perhubungan Kabupaten Donggala Tahun 2019 – 2023

II - 222
Gambaran Umum Daerah

Persentase Layanan Angkutan Darat adalah persentase


perbandingan Jumlah angkutan darat dengan Jumlah penumpang
angkutan darat. Capaian indikator Persentase Layanan Angkutan Darat
di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018 disajikan pada Tabel 2.90.

F. Persentase Kepemilikan KIR Angkutan Umum

Capaian indikator Persentase Kepemilikan KIR Angkutan Umum di


Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018 disajikan pada Tabel 2.91.

Tabel 2.91
Persentase Kepemilikan KIR Angkutan Umum
di Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Realisasi dalam RPJMD 6,9 3,74 2,37 1,15 0,95 0,8


2013 – 2018

Proyeksi dalam RPJMD 6,2 3,64 2,76 1,34 1,05 0,9


2013 - 2018

Sumber : IKK Urusan Perhubungan Kabupaten Donggala Tahun 2019 – 2023

G. Pemasangan Rambu-rambu

Capaian indikator Pemasangan Rambu-rambu di Kabupaten


Donggala Tahun 2013-2018 disajikan pada Tabel 2.92.

Tabel 2.92
Pemasangan Rambu - Rambu
di Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018
Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Realisasi dalam RPJMD 100 50 75 100 0 0
2013 – 2018

Proyeksi dalam RPJMD 125 90 83 75 60 50


2013 - 2018

Sumber : IKK Urusan Perhubungan Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018

II - 223
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

2.3.1.16. Komunikasi dan Informatika

A. Cakupan pengembangan dan pemberdayaan Kelompok Informasi


Masyarakat di Tingkat Kecamatan

Capaian indikator Cakupan pengembangan dan pemberdayaan


Kelompok Informasi Masyarakat di Tingkat Kecamatan di Kabupaten
Donggala Tahun 2013-2018 disajikan pada Tabel 2.93.

Tabel 2.93
Cakupan Pengembangan dan Pemberdayaan Kelompok Informasi
Masyarakat di Tingkat Kecamatan
Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018
Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Realisasi dalam RPJMD - - - - 38 % 38 %

2013 – 2018

Proyeksi dalam RPJMD 75 % 75 % 75 % 75 % 75 % 75 %

2013 - 2018
Sumber : IKK Urusan Komunikasi & Informatika, Persandian Kabupaten Donggala
Tahun 2013 – 2018

B. Cakupan Layanan Telekomunikasi

Capaian indikator Cakupan Layanan Telekomunikasi di Kabupaten


Donggala Tahun 2013-2018 disajikan pada Tabel 2.94.

Tabel 2.94
Cakupan Layanan Telekomunikasi (Jumlah Tower)
di Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018
Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Realisasi dalam RPJMD 53 60 60 60 60 61


2013 – 2018

Proyeksi dalam RPJMD 60 60 60 60 60 60


2013 - 2018

Sumber : IKK Urusan Komunikasi & Infomatika, Persandian Kabupaten Donggala


Tahun 2013 – 2018

II - 224
Gambaran Umum Daerah

C. Proporsi rumah tangga dengan akses internet

Capaian indikator Proporsi rumah tangga dengan akses internet di


Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018 disajikan pada Tabel 2.95.

Tabel 2.95
Proporsi RT dengan akses Internet
di Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018
Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Realisasi dalam RPJMD 41.355 43.815 46.330 48.854 50.740 53.562

2013 – 2018

Proyeksi dalam RPJMD 41.355 43.815 46.330 48.854 50.740 53.562

2013 - 2018

Sumber : IKK Urusan Komunikasi & Informatika, Persandian Kabupaten Donggala


Tahun 2013 – 2018

D. Proporsi rumah tangga yang memiliki komputer pribadi

Capaian indikator Proporsi rumah tangga yang memiliki komputer


pribadi di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018 disajikan pada Tabel
2.96.
Tabel 2.96
Proporsi RT Memiliki Komputer Pribadi
di Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Realisasi dalam RPJMD 12.121 12.211 13.030 13.125 13.972 14.135


2013 – 2018

Proyeksi dalam RPJMD 12.121 12.211 13.030 13.125 13.972 14.135


2013 - 2018

Sumber : IKK Urusan Komunikasi & Informatika, Persandian, Kabupaten Donggala


Tahun 2013 – 2018

II - 225
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

2.3.1.17. Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah

Upaya mewujudkan kemakmuran bagi masyarakat juga telah


dilakukan melalui pemberdayaan Usaha Ekonomi Rakyat dan
Perkoperasian. Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan
koperasi dan usaha kecil dan menengah dapat dilihat dari beberapa
indikator antara lain; Persentase koperasi aktif; Jumlah Koperasi Aktif;
Jumlah UKM non BPR/LKM UKM; Jumlah BPR/LKM dan; Usaha Mikro
dan Kecil, yang dijabarkan secara detail sebagaimana pada Tabel 2.97.

Tabel 2.97
Indikator Kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Capaian dan Target Tahun
No. Indikator
2013 2014 2015 2016 2017 2018
A. Koperasi
1. Jumlah koperasi aktif 78 81 82 90 96 45
2. Jumlah seluruh koperasi 142 149 143 131 131 131
Persentase Koperasi aktif 55 54 57 69 73 34
B. UKM non BPR/LKM
Jumlah UKM non BPR/LKM
1. aktif
Jumlah seluruh UKM non
2. BPR/LKM 1.933 2.269 3.179 3.306 3.316 3.326
Persentase UKM non
BPR/LKM aktif 33 102 33 26 108 84
C. BPR/LKM
1. Jumlah BPR/LKM aktif
2. Jumlah seluruh BPR/LKM 10 10 10 10 6 6
Persentase BPR/LKM 0,17 0,45 0,10 0,08 0,20 0,15
D. Usaha Mikro dan Kecil
1. Jumlah UMK
2. Jumlah seluruh UKM 5.922 2.214 9.775 12.482 3.057 3.972
Persentase UKM (%)

Sumber: EKPD Urusan Koperasi & UMKM Kabupaten Donggala Tahun 2018.

UMKM, secara kolektif, merupakan pengusaha terbesar di banyak


negara berpenghasilan rendah, namun kelangsungan hidup mereka dapat

II - 226
Gambaran Umum Daerah

terancam oleh kurangnya akses terhadap alat manajemen risiko seperti


tabungan, asuransi dan kredit. Pertumbuhan mereka seringkali
terhambat oleh akses terbatas terhadap layanan kredit, ekuitas dan
pembayaran. Akses terhadap layanan keuangan dapat meningkatkan
penciptaan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan, mengurangi
kerentanan dan meningkatkan investasi pada modal manusia. UMKM
menyumbang sebagian besar pekerjaan dan PDB di seluruh dunia,
namun, ketika mereka memiliki akses finansial terbatas, ekonomi
menderita serangkaian konsekuensi negatif: Peluang ekonomi dan sosial
dibatasi, penciptaan dan pertumbuhan perusahaan terkendali, rumah
tangga dan perusahaan lebih rentan terhadap ancaman, dan pembayaran
lebih mahal dan kurang aman.

Gambar 2.46
Usaha Mikro dan Kecil di Kabupaten Donggala
Tahun 2013-2018
Usaha Mikro dan Kecil

12482
9775

5922
3972
3057
2214

2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber : EKPD Urusan Koperasi dan UMKM Kabupaten Donggala 2018

Kurun waktu 2014-2018 jumlah usaha mikro dan kecil di Kabupaten


Donggala cenderung berfluktuasi. Capaian tertinggi tahun 2016 sebanyak
12482 usaha mikro dan kecil dan tahun 2017 mengalami penurunan
sebesar 75,5 persen. Hingga tahun 2018 jumlah usaha mikro dan kecil di
Kabupaten Donggala sebanyak 3972 buah unit usaha atau meningkat
sebesar 29,93 persen dari Tahun 2017.

II - 227
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

2.3.1.18. Penanaman modal

Indikator penanaman modal menunjukkan kondisi investasi yang


masuk dan berkembang di wilayah Kabupaten Donggala. Indikator
penanaman modal terdiri atas Jumlah investor berskala nasional
(PMDN/PMA), Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA)
(ribu), Rasio daya serap tenaga kerja (TK/PMA dan PMDN), dan Kenaikan
/penurunan Nilai Realisasi PMDN (juta). Rasio daya serat tenaga kerja
diperoleh dari perbandingan antara jumlah tenaga kerja bekerja pada
perusahaan PMA/PMD dengan jumlah seluruh PMA/PMDN. Sedangkan
nilai kenaikan/penurunan nilai realisasi PMDN diperoleh dari rasio
realisasi PMDN tahun evaluasi-realisasi PMDN tahun sebelum evaluasi
dengan realisasi PMDN sebelum evaluasi, satuan persen.

Tabel 2.98
Indikator Capaian dalam Penanaman Modal di Kabupaten Donggala
Tahun 2013 -2018
No. Indikator 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Jumlah investor berskala


2 2 4 8 10 16
nasional (PMDN/PMA)
1.
Target PRPJMD 16 22 23 24 25 25

Jumlah nilai investasi


berskala nasional 2,46 0,0 150,47 7,85 109,24 244,21
(PMDN/PMA) (Milyar)

2. Target PRPJMD 222 559 567 590 600 600

Rasio Daya Serap Tenaga


8,5 9 10 11 11 10
Kerja

3. Target PRPJMD 8,29 9,58 9,63 10 10 10

Kenaikan/Penurunan
Nilai realisasi PMDN 10 0 0 0 0 0
(milyar rupiah)

4. Target PRPJMD 5 10 10 10 10 10

Sumber: PRPJMD Donggala 2014 – 2019 dan IKK Urusan Penanaman Modal, Tahun
2019

II - 228
Gambaran Umum Daerah

2.3.1.19. Kepemudaan dan Olah Raga

Capaian indikator bidang kepemudaan dan olahraga berdasarkan


lampiran Permendagri Nomor 86 Tahun 2017 terdiri dari Persentase
organisasi pemuda yang aktif (jumlah organisasi pemuda), Persentase
wirausaha muda, Cakupan pembinaan olah raga, Cakupan Pelatih yang
bersertifikasi, Cakupan pembinaan atlet muda, Jumlah atlet berprestasi,
dan Jumlah prestasi olahraga. Realisasi bidang kepemudaan dan
olahraga tersebut disajikan pada bagian berikut.
A. Jumlah organisasi olah raga

Gambar 2.47
Jumlah Klub Olah Raga Di Kabupaten Donggala
Tahun 2013-2018
Jumlah Klub Olah Raga Di Kabupaten Donggala

7
6
5 5
4

2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber : IKK dan EKPD Urusan Pemuda & Olah Raga Tahun 2013-2018, data diolah

Organisasi kepemudaan adalah lembaga yang menghimpun segenap


potensi anak muda baik mahasiswa maupun anak sekolah yang masuk
kategori pemuda bahkan mereka yang tidak menjadi anak terdidik.
Organisasi kepemudaan ini berdiri bersama dengan visi dan stgruktur
kepemimpinan, budaya dan model aktualisasi ide dan gagasannya.

B. Gelanggang/balai remaja (selain milik swasta)

Diterjemahkan dari bahasa Inggris-Tempat olahraga adalah


bangunan, struktur, atau tempat di mana kompetisi olahraga diadakan.

II - 229
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Sebuah stadion adalah tempat atau tempat untuk olahraga outdoor atau
acara lainnya dan terdiri dari lapangan dan fasilitas-fasilitas penunjang.

300000

250000

200000
Axis Title

150000

100000

50000

0
2013 2014 2015 2016 2017
Jumlah Gelanggang 8 8 12 12 12
Jumlah Penduduk 284113,0 287900,0 293742,0 296273,0 299174,0
Rasio 0,028 0,028 0,04 0,04 0,04

Gambar 2.48
Rasio Gelanggang Olahraga Per Penduduk
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017

Tahun 2013-2017 jumlah gelanggang olah raga di Kabupaten


Donggala cenderung mengalami peningkatan. Tahun 2013 dan 2014
sebanyak 8 dan 2015 hingga 2017 menjadi 12 gelanggang. Capaian
tersebut menunjukkan adanya peningkatan yang tidak terlalu signifikan
dan setiap gelanggang melayani penduduk dalam jumlah yang sangat
besar.
C. Lapangan olah raga

Berolahraga merupakan aktivitas yang bermanfaat untuk menjaga


kesehatan dan kebugaran tubuh. Namun seringkali rutinitas dan
kesibukan yang padat menyebabkan masyarakat jarang untuk

II - 230
Gambaran Umum Daerah

berolahraga. Gaya hidup masyarakat perkotaan yang cenderung praktis


menyebabkan segala sesuatu harus dilakukan serba cepat dan efisien,
sehingga sering ditemui masyarakat berolahraga di tempat–tempat yang
memang tidak digunakan untuk olahraga.

300000

250000

200000

150000

100000

50000

0
2013 2014 2015 2016 2017
Jumlah Lapangan Olahraga 402 402 402 402 402
Jumlah Penduduk 284113,0 287900,0 293742,0 296273,0 299174,0
Rasio Lapangan Olah Raga 1,41 1,4 1,34 1,35 001

Sumber data : EKPD Urusan Pemuda & Olah Raga Kabupaten Donggala Tahun
2013-2018, data diolah

Gambar 2.49
Rasio Lapangan olah raga
Di Kabupaten Donggala 2013-2017

Jumlah lapangan olah raga di Kabupaten Donggala kurun waktu


2013-2017 konstan dengan 402 unit. Namun rasio lapangan olah raga
cenderung menurun sebagai akibat meningkatnya jumlah penduduk.

2.3.1.20. Statistik

Indikator kinerja untuk urusan statistik yakni tersedianya sistem data


dan statistik yang terintegrasi, indikator Buku ”Kabupaten Dalam Angka",
dan Buku ”PDRB” semua telah tersedia (terealisasi). Hasil capaian kinerja
dan target per indikator disajikan pada Tabel 2.99.

II - 231
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Tabel 2.99
Realisasi Pembangunan Bidang Statistik di Kabupaten Donggala
Tahun 2013-2017

No Indikator Kinerja 2013 2014 2015 2016 2017

1. Tersedianya sistem data dan


Ada Ada Ada Ada Ada
statistik yang terintegrasi

Target P-RPJMD 2013-2018 Ada Ada Ada Ada Ada

2. Buku ”kabupaten dalam angka" Ada Ada Ada Ada Ada

Target P-RPJMD 2013-2018 Ada Ada Ada Ada Ada

3. Buku ”PDRB” Ada Ada Ada Ada Ada

Target P-RPJMD 2013-2018 Ada Ada Ada Ada Ada

Sumber: IKK dan EKPD Urusan Statistik Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018.

2.3.1.21. Persandian

Persandian memiliki satu indikator kinerja yakni Persentase


Perangkat daerah yang telah menggunakan sandi dalam komunikasi
Perangkat Daerah. Hasil penelusuran data baik BPS, EKPD dan IKK pada
OPD di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018, belum diperoleh data
yang bersangkutan.

2.3.1.22. Kebudayaan

Indikator kinerja untuk urusan kebudayaan yakni Penyelenggara


festival seni dan budaya, Benda, Situs dan kawasan Cagar Budaya yang
dilestarikan dan Sarana Penyelenggaraan seni dan budaya. Hasil capaian
kinerja dan target per indikator disajikan pada Tabel 2.100.

II - 232
Gambaran Umum Daerah

Tabel 2.100
Realisasi Pembangunan Bidang Kebudayaan di Kabupaten Donggala
Tahun 2013-2017

No Indikator Kinerja 2013 2014 2015 2016 2017 2017

Penyelanggara festival seni


0 0 0 0 0 0
dan budaya
1.

Target P-RPJMD 2013-2018 0 4 4 5 6 6

Benda, Situs dan kawasan


Cagar Budaya yang 0 0 0 9 0 0

2. dilestarikan

Target P-RPJMD 2013-2018 1 10 25 40 60 80

Sarana Penyelenggaraan
0 0 0 0 0 0
seni dan budaya
3.

Target P-RPJMD 2013-2018 3 4 4 4 4 5

Sumber: EKPD Urusan Kebudayaan Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018.

2.3.1.23. Perpustakaan

Indikator kinerja untuk urusan statistik yakni Jumlah pengunjung


perpustakaan per tahun, Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan
daerah, Rasio perpustakaan persatuan penduduk, Jumlah rata-rata
pengunjung perpustakaan/tahun, Jumlah koleksi judul buku
perpustakaan, Jumlah pustakawan, tenaga teknis, dan penilai yang
memiliki sertifikat. Hasil capaian indikator kinerja dan target per
indikator urusan perpustakaan Kabupaten Donggala disajikan pada Tabel
2.101.

II - 233
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Tabel 2.101
Realisasi Pembangunan Bidang Perpustakaan di Kabupaten Donggala
Tahun 2013-2018

No Indikator Kinerja 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Jumlah pengunjung
perpustakaan per 6000 5345 5550 6996 5000 3415
1. tahun
Target P-RPJMD
12.000 12000 12000 12000 12000 12000
2013-2018
Koleksi buku yang
tersedia di 19341 19341 19936 19936 21738 21738
2. perpustakaan daerah
Target P-RPJMD
67121 67421 67621 67800 68000 68500
2013-2018
Rasio perpustakaan
persatuan 0,02 0,16 0,16 0,16 2,07 2,08
3. penduduk

Target P-RPJMD
0 0 0 0 0 0
2013-2018
Jumlah rata-rata
pengunjung 500 445 462 583 415 284
4. pepustakaan/tahun

Target P-RPJMD
1000 1000 1000 1000 1000 1000
2013-2018
Jumlah koleksi
judul buku 6712 6712 6811 6811 7313 7313
5. perpustakaan

Target P-RPJMD
4651 4651 4651 4721 4771 6613
2013-2018
Jumlah
pustakawan, tenaga
teknis, dan penilai 0 0 0 0 0 2
6. yang memiliki
sertifikat

Target P-RPJMD
0 0 0 0 0 0
2013-2018

Sumber: EKPD Urusan Pepustakaan Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018.

2.3.1.24. Kearsipan

Indikator kinerja untuk urusan kearsipan yakni Persentase


Perangkat Daerah yang mengelola arsip secara baku (pengelolaan arsip
secara baku). Hasil capaian indikator kinerja dan target di Kabupaten
Donggala disajikan pada Tabel 2.102.

II - 234
Gambaran Umum Daerah

Tabel 2.102
Realisasi Pembangunan Bidang Kearsipan di Kabupaten Donggala
Tahun 2013-2018

No Indikator Kinerja 2013 2014 2015 2016 2017

Persentase Perangkat Daerah


yang mengelola arsip secara
na 15 15 15 na
baku (pengelolaan arsip
1.
secara baku)

Target P-RPJMD 2013-2018 na na na na na

Sumber: IKK dan EKPD Urusan Kearsipan Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018.

2.3.2 Fokus Layanan Urusan Pemerintah Pilihan

2.3.2.1. Kelautan dan Perikanan

A. Produksi Perikanan

Dijelaskan dalam SDG’s bahwa melestarikan dan memanfaatkan


secara berkelanjutan sumber daya kelautan dan samudera untuk
pembangunan berkelanjutan menjadi salah satu tujuan global. Pada
Tahun 2020, secara efektif mengatur pemanenan dan menghentikan
penangkapan ikan yang berlebihan, penangkapan ikan ilegal dan praktek
penangkapan ikan yang merusak, serta melaksanakan rencana
pengelolaan berbasis ilmu pengetahuan, untuk memulihkan persediaan
ikan secara layak dalam waktu yang paling singkat yang memungkinkan,
setidaknya ke tingkat yang dapat memproduksi hasil maksimum yang
berkelanjutan sesuai karakteristik biologisnya.

Menurut sasaran nasional RPJMN 2015-2019 bahwa produksi


perikanan tangkap dapat meningkat menjadi 6.982.560 ton pada Tahun
2019 (2015: 6.299.290 ton). Perikanan dibedakan atas dua, yaitu
perikanan tangkap dan perikanan budidaya, perikanan tangkap terdiri
dari penangkapan ikan di laut dan penangkapan ikan di perairan umum.
Di pihak lain perikanan budidaya diklasifikasikan atas jenis budidaya
yaitu budidaya laut, tambak, kolam, karamba, jaring apung, dan sawah.

II - 235
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Indikator ini digunakan untuk melihat berapa persen jumlah


produksi ikan pertahun terhadap target daerah. Indikator ini dihitung
dengan cara membagi jumlah produksi ikan dengan target produksi ikan
daerah. Untuk lebih lengkapnya produksi perikanan disajikan pada Tabel
2.103.

Tabel 2.103
Persentase Realisasi Produksi Perikanan Tangkap Menurut Jenisnya
(ton) Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018

No. Indikator 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Total Produksi
26.203,34 26.203,34 18.075,50 23.274,00 29.504,31 na
Perikanan (Ton)
1.

Target PRPJMD 20.780 21.400 23.608 31.464 33.039 34.785

Produksi Perikanan
871,31 871,31 80,50 276,20 3.618,31 na
Budidaya (Ton)
2.

Target PRPJMD 6.000 6.150 6.458 6.780 7.120 7.570

Produksi Perikanan
25.332,03 25.332,03 17.995,00 22.997,80 25.886,00 na
Tangkap (Ton)
3.

Target PRPJMD 14.780 15.250 17.150 24.684 25.919 27.215

Produksi Perikanan
na na na na na na
yang diolahan (Ton)
4.

Target PRPJMD 3.550 3.850 3.950 4.150 4.250 4.950

Sumber: BPS, Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2014-2018, dan IKK-EKPD
Dinas Perikanan Kabupaten Donggala Tahun 2018

Pada Tahun 2013-2018, perikanan tangkap merupakan produksi


perikanan dengan kontribusi terbesar di Kabupaten Donggala. Produksi
perikanan tangkap yang terendah di Kabupaten Donggala yakni pada
Tahun 2015 dengan jumlah produksi 17.150 ton, produksi tertinggi
Tahun 2017 sebesar 25.886 ton. Produksi perikanan sebelum Tahun
2015 melampui target daerah, namun di atas Tahun 2015, produksi
perikanan baik secara total maupun per jenis kegiatan perikanan tidak
mencapai target.

II - 236
Gambaran Umum Daerah

B. Konsumsi Ikan

Konsumsi ikan merupakan bagian dari pemenuhan kebutuhan


pangan oleh individu guna memenuhi kebutuhan gizi manausia. Indikator
ini digunakan untuk melihat berapa persen jumlah ikan yang dikonsumsi
terhadap target daerah setiap tahunnya. Berdasarkan perilaku
pengeluaran pangan rumahtangga telah menunjukkan pergeseran dari
perilaku pangan ikan di dalam rumah ke perilaku pangan ikan di luar
rumah. Konsumsi langsung di dalam rumahtangga turut berubah sesuai
dengan pertambahan jumlah anggota rumahtangga yang serumah dan
pendapatan. Khusus perilaku pangan ikan di luar rumah tangga semakin
beragam bentuk dan menu sajiannya, baik yang disediakan oleh hotel,
restoran, rumah makan, dan warung tenda. Nilai persentase konsumsi
ikan perkapita diperoleh dari rasio konsumsi ikan perkapita dengan
target konsumsi ikan perkapita pada P-RPJMD Donggala disajikan pada
Tabel 2.104.

Tabel 2.104
Capaian Konsumsi Ikan Perkapita di Kabupaten Donggala
Tahun 2013-2018
No. Indikator 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Konsumsi ikan perkapita
1. 26,25 32,13 33,14 33,72 34,75 Na
(kg/tahun)
Target konsumsi ikan perkapita 25,50 31,50 32,10 33,15 34,50 35,25
2.
pada PRPJMD (ton)
3. Konsumsi ikan perkapita provinsi 41,65 44,73 45,07 47,27 52,34 na
Sulawesi Tengah
Sumber: IKK dan EKPD Urusan Perikanan Kabupaten Donggala Tahun 2018; DKP
Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018

Capaian konsumsi ikan masyarakat di Kabupaten Donggala mulai


Tahun 2013 sampai 2018 melampui target, namun secara keseluruhan
masih di bawah angka konsumsi ikan Provinsi Sulawesi Tengah.

C. Cakupan Bina Kelompok Nelayan

Cakupan bina kelompok nelayan digunakan untuk melihat kinerja


Organisasi Perangkat Daerah (OPD) khususnya Dinas Perikanan daerah
dalam mengembangkan lembaga-lembaga usaha perikanan melalui

II - 237
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

kelompok nelayan pemberian bantuan program dari pemda Donggala.


Indikator ini dihitung dengan cara membagi jumlah kelompok nelayan
yang mendapatkan bantuan Pemerintah Kabupaten Donggala dengan
jumlah total kelompok nelayan di kabupaten yang bersangkutan setiap
tahunnya dikali 100 persen. Mengingat target cakupan binaan kelompok
nelayan tidak terdapat pada P-RPJMD Periode 2013-2018, maka tabel
2.105 berikut menyajikan realisasi cakupan binaan kelompok nelayan di
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018.

Tabel 2.105
Cakupan Bina Kelompok Nelayan di Kabupaten Donggala
Tahun 2013-2018

No. Indikator 2013 2014 2015 2016 2017 2018

1. Capaian 0 4,762 43,979 46,411 83,710 32,550

2. Target PRPJMD 6,00 5,29 7,85 9,57 11,31 10,07

Sumber: IKK dan EKPD Urusan Perikanan Kabupaten Donggala Tahun 2018

Secara umum pembinaan kelompok nelayan di Kabupaten Donggala


mengalami peningkatan setiap tahun, dengan persentase tertinggi 11,31
persen pada Tahun 2017.

D. Produksi Perikanan Kelompok Nelayan

Indikator produksi perikanan kelompok nelayan adalah jumlah hasil


tangkapan ikan yang berasal dari kelompok selama satu tahun. Indikator
ini digunakan untuk melihat berapa persen jumlah produksi ikan yang
berasal dari hasil kelompok nelayan terhadap jumlah produksi ikan dari
perikanan tangkap di Kabupaten Donggala. Selengkapnya disajikan pada
tabel 2.106.

Capaian produksi perikanan dari kelompok nelayan cenderung


berfluktuasi dan belum memenuhi target PRPJMD. Ini berarti bahwa

II - 238
Gambaran Umum Daerah

pengaruh pelaksanaan program pemerintah masih sangat rendah bagi


kelompok nelayan atau karena cakupan binaan kelompok yang masih
rendah.

Tabel 2.106
Persentase Produksi Perikanan Kelompok Nelayan
Terhadap Total Produksi Perikanan Kabupaten Donggala
Tahun 2013-2018

No. Indikator 2013 2014 2015 2016 2017 2018

1. Capaian 50,99 51,79 78,75 66,28 59,40 na

2. Target PRPJMD 82,35 98,04 97,89 76,28 72,64 71,87

Sumber: IKK dan EKPD Urusan Perikanan Kabupaten Donggala Tahun 2018

E. Proporsi Tangkapan yang Berada dalam Batasan Biologis yang


Aman

Indikator proporsi tangkapan ikan yang berada dalam batasan


biologis yang aman digunakan sebagai salah satu ukuran apakah
kegiatan perikanan perikanan tangkap di suatu daerah telah mengalami
overfishing (berlebih tangkapan ikan ) atau belum berlebih. Nilai proporsi
ini diperoleh dari perbandingan antara jumlah hasil tangkapan ikan
periode satu tahun dengan 80 persen dari tangkapan maksimum lestari
(Maximum Sustainable Yield, MSY). Hasil penelitian dari Dinas Kelautan
dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah (2013) menyebutkan bahwa nilai
stok ikan pada kondisi MSY kelompok ikan Pelagis di Laut Sulawesi dan
Selat Makassar yang merupakan wilayah perairan laut Kabupaten
Donggala yakni 34,41 ribu ton di Tahun 2017. Selengkapnya proporsi
hasil tangkapan ikan terhadap nilai maksimum tangkapan lestari di
Kabupaten Donggala disajikan pada Tabel 2.107.

II - 239
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Tabel 2.107
Proporsi Tangkapan Ikan Terhadap MSY Ikan Pelagis di Kabupaten
Donggala Tahun 2013-2018
(ton)

No. Indikator 2013 2014 2015 2016 2017 2018

1. Capaian (ribu ton) 33,67 33,67 23,92 30,57 34,41 na

Potensi Lestari Ikan


2. Pelagis Kab Donggala 75.237 75.237 75.237 75.237 75.237 75.237
Tahun 2014*)

Sumber: IKK dan EKPD Urusan Perikanan Kabupaten Donggala Tahun 2018
Keterangan: *)= Masterplan Ikan Pelagis Sulteng, Tahun 2014

Berdasarkan hasil kajian Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi


Sulawesi Tengah, potensi lestari ikan pelagis (kecil dan besar) di perairan
Selat Makassar sebagai bagian dari wilayah operasional penangkapan
ikan nelayan di Kabupaten Donggala diperoleh nilai 75.237 ton. Dengan
menggunakan nilai tersebut, maka hasil analisis data diperoleh nilai
capaian pada Tabel 2.89 yang menunjukkan bahwa proporsi hasil
tangkapan ikan yang lestari oleh nelayan di Kabupaten Donggala baru
mencapai 33,67 persen pada Tahun 2013 dan meningkat sampai 34,41
ribu ton persen pada Tahun 2017.

F. Rasio Kawasan Lindung Perairan Terhadap Total Luas Perairan


Teritorial

Indikator rasio kawasan lindung perairan terhadap total luas


perairan territorial dimaksudkan untuk meningkatkan kelestarian
ekosistem sumberdaya perairan melalui peningkatan luas kawasan
lindung guna meningkatkan populasi sumberdaya ikan. Rasio kawasan
lindung perairan diperoleh dari rasio/perbandingan antara luas kawasan
lindung perairan dengan total luas perairan territorial Kabupaten
Donggala. Selengkapnya disajikan pada Tabel 2.108.

II - 240
Gambaran Umum Daerah

Tabel 2.108
Rasio Kawasan Lindung Perairan Terhadap Total Luas Perairan
Territorial di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018

No. Indikator 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Luas kawasan na na na na na
na
1. Lindung (ha)

Luas Perairan na na na na na
na
2. Territorial(ha)

Rasio - - - - - -

Sumber: EKPD Urusan Perikanan Kabupaten Donggala Tahun 2018

G. Nilai Tukar Nelayan

Berkembangnya usaha sektor pertanian dan perikanan, khususnya


petani dan nelayan yang kurang mampu menjadi salah satu tujuan dalam
pembangunan berkelanjutan. Dengan indikator ini, kita dapat melihat
bagaimana perkembangan usaha sektor pertanian dan sektor perikanan
khususnya bagi petani dan nelayan yang kurang mampu. Perkembangan
kedua sektor usaha tersebut diharapkan dapat merangsang tingkat
produktivitas produk pertanian dan perikanan melalui pendekatan yang
lebih mutakhir, serta meningkatan pendapatan terutama masyarakat,
terutama masyarakat di wilayah perdesaan.

Nilai Tukar Nelayan atau disingkat NTN dapat dijadikan indikator


dari proxy kesejahteraan nelayan yang merupakan perbandingan antara
indeks harga yang diterima nelayan (It) dengan Indeks harga yang dibayar
nelayan (Ib). It adalah produksi yang dihasilkan oleh nelayan dan segala
konsumsi RTP (rumah tangga nelayan), biaya produksi dan Penambahan
Barang Modal (BPPBM).

Apabila NTN lebih dari 100, maka dapat dikatakan petani mengalami
surplus. Harga produksi naik lebih besar dari kenaikan harga
konsumsinya atau pendapatan nelayan naik, lebih besar dari
pengeluarannya. Apabila NTN sama dengan 100, berarti nelayan
mengalami impas, kenaikan atau penurunan harga produksinya sama

II - 241
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

dengan kenaikan atau penurunan harga barang konsumsi, pendapatan


nelayan sama dengan pengeluarannya. Jika NTN kurang dari 100 berarti
nelayan mengalami defisit, kenaikan harga produksi relatif lebih kecil
dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya, pendapatan
nelayan turun dan lebih kecil dari pengeluarannya. Hasil analisis NTN di
Kabupaten Donggala disajikan pada Tabel 2.109.

Tabel 2.109
Capaian Indikator Nilai Tukar Nelayan di Kabupaten Donggala Tahun
2013-2017

No. Indikator 2013 2014 2015 2016 2017

Nilai Tukar Nelayan Kabupaten


1 na na na na na
Donggala

Target Nilai Tukar Nelayan


2 PRPJMD Kabupaten Donggala na na na na na
Tahun 2014-2019

Nilai Tukar Nelayan Provinsi


3 97,46 100,8 106,4 113,0 117,1
Sulawesi Tengah

Sumber: BPS, Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2017, dan Tahun 2018

Tabel 2.109 menunjukkan bahwa belum ada data dan kajian tentang
realisasi NTN di Kabupaten Donggala. Nilai pihak, Nilai Tukar Nelayan
merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat
kesejahteraan nelayan dari waktu ke waktu. NTN Provinsi Sulawesi
Tengah selama kurun waktu empat tahun terakhir rata-rata NTN selalu
berada di atas 100 persen. Hal ini menunjukkan pertanda kehidupan
nelayan beranjak menuju sejahtera. Tahun 2014 rata-rata NTN Sulawesi
Tengah sebesar 100,8, tertinggi pada Tahun 2017 NTN menjadi 117,1.

2.3.2.2. Pariwisata

A. Kunjungan Wisata

Menurut Soetomo (1994:25) yang didasarkan pada ketentuan WATA


(World Association of Travel Agent atau Perhimpunan Agen Perjalanan

II - 242
Gambaran Umum Daerah

Sedunia), wisata adalah perjalanan keliling selama lebih dari tiga hari,
yang diselenggarakan oleh suatu kantor perjalanan di dalam kota dan
acaranya antara lain melihat-lihat di berbagai tempat atau kota baik di
dalam maupun di luar negeri. Pengembangan sektor pariwisata
merupakan salah satu cara untuk memajukan ekonomi di suatu daerah.
Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,
pengembangan sektor kepariwisataan antara lain bertujuan untuk: 1)
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, 2) meningkatkan kesejahteraan
rakyat, 3) menghapus kemiskinan, dan 4) mengatasi pengangguran.
Menurut Prof. Salah Wahab dalam Oka A. Yoeti (1994, 116), pariwisata
dalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang
mendapat pelayanan secara bergantian di antara orang-orang dalam
suatu negara itu sendiri/di luar negeri, meliputi pendiaman orang-orang
dari daerah lain untuk sementara waktu mencari kepuasan yang
beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya, di mana ia
memperoleh pekerjaan tetap.

Dalam pengertian ini wisatawan dibedakan berdasarkan waktu dan


tujuan yang disebut wisatawan adalah orang-orang yang berkunjung dan
yang datang berdasarkan motivasi mengisi waktu senggang seperti
bersenang, berlibur, untuk kesehatan, studi, keperluan agama, dan
olahraga, serta bisnis, keluarga, perutusan, dan pertemuan-pertemuan.
Jumlah kunjungan wisatawan selama Tahun 2013-2018 disajikan pada
Tabel 2.110.

Tabel 2.110 menunjukkan bahwa sampai Tahun 2016, total


kunjungan wisatawan ke Kabupaten Donggala mengalami peningkatan
dan melampaui target yang direncanakan. Namun pada Tahun 2017
mulai menurun sampai Tahun 2018 total jumlah kunjungan setengah
dari kunjungan Tahun 2016.

Selanjutnya, berdasarkan asal kunjungan wisatawan, wisatawan


dibedakan menjadi kunjungan wisata domestik dan mancanegara.

II - 243
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Dengan adanya kunjungan wisata diharapkan suatu daerah akan


mendapatkan nilai tambah dari kekayaan alam dan kebudayaan, serta
berbagai keunikan yang dimiliki oleh suatu daerah termasuk Kabupaten
Donggala. Dari total wisatawan yang berkunjung di Kabupaten Donggala
masih didominasi oleh wisatawan Domestik dengan persentase lebih dari
90 persen.
Tabel 2.110
Target dan Realisasi Kunjungan Wisata
di Kabupaten Donggala 2013-2018

No. Indikator 2013 2014 2015 2016 2017 2018

1. Mancanegara 315 358 378 3.576 3.264 698

2. Domestik 65.275 69.736 71.854 94.333 84.391 43.694

Total Kunjungan 65.590 70.094 72.232 97.909 87.655 44.392


Wisata

Target Kunjungan 65.590 70.350 71.757 73.193 74.657 76.150


PRPJMD Kabupaten
3.
Donggala Tahun 2014-
2018

Capaian 100 100 101 134 117 58

Sumber: Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2017, dan IKK Urusan Pariwisata
Kabupaten Donggala Tahun 2018

B. Lama Kunjungan dan Kontribusi terhadap PAD

Selain indikator jumlah kunjungan wisatawan, kinerja urusan


pariwisata juga dapat diketahui melalui lama kunjungan wisata dan
kontribusi kegiatan wisata terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Capaian kinerja kedua indikator disajikan pada Tabel 2.111.

II - 244
Gambaran Umum Daerah

Tabel 2.111
Target dan Realisasi Lama Kunjungan Wisata
di Kabupaten Donggala 2013-2018

No. Indikator 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Lama Kunjungan Wisata


na na na na na na
(Hari)
1.

Target Lama Kunjungan na na na na na na

PAD Sektor Pariwisata


123,09 162,51 158,59 276,03 248,64 181,48
(Rp.juta)
2.

Target PAD (Rp juta) 102,00 150,00 200,00 275,00 375,00 385,00

Sumber: BPS, Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2017, dan Tahun 2018

2.3.2.3. Pertanian

Sektor pertanian di Kabupaten Donggala masih merupakan kegiatan


yang masih mendominasi sumber pendapatan dan mata pencaharian
masyarakat setempat. Sektor pertanian sampai saat ini masih memegang
peranan penting dan strategis dalam upaya peningkatan taraf hidup
masyarakat. Keberhasilan program pembangunan sektor pertanian
menjadi faktor penting terwujudnya Ketahanan Pangan Nasional. Sebagai
gambaran dan dasar evaluasi serta perencanaan pengembangan
selanjutnya, berikut ini disajikan data mengenai keadaan sektor
pertanian di Kabupaten Donggala beserta sub sektornya, yakni: Sub-
Sektor Pertanian Tanaman Pangan dan hortikultura, Sub-Sektor
Perkebunan, Sub Sektor Kehutanan, dan Sub Sektor Peternakan.
Indikator kinerja urusan pilihan sektor pertanian dapat dievaluasi melalui
pencapaian besaran kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB,
produktivitas, cakupan bina kelompok pada setiap sub sektornya.
Selengkapnya disajikan sebagai berikut.

II - 245
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

A. Kontribusi Sektor Pertanian/Perkebunan Terhadap PDRB

Kontribusi sub-sektor perkebunan merupakan besarnya sumbangan


pendapatan bagi sub-sektor tersebut terhadap total PDRB Kabupaten
Donggala. Nilai kontribusi diperoleh dengan cara membandingkan
pendapatan PDRB sektor pertanian/sub sektor perkebunan dengan total
PDRB Kabupaten Donggala pada setiap tahun analisis. Hasil analisis
selengkapnya disajikan pada Tabel 2.112.

Tabel 2.112
Kontribusi Sektor Pertanian/Perkebunan Terhadap PDRB
(Berdasarkan Harga Berlaku) Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
(dalam %)
No. Indikator 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Realisasi Kontribusi Sektor


1 Pertanian/Sub Sektor 33,07 31,61 29,29 27,89 26,65 na
Perkebunan

Target Kontribusi Sektor


Pertanian/Sub Sektor
2 34,96 33,69 32,42 31,15 29,88 28,61
Perkebunan P-RPJMD
Kabupaten Donggala

Kontribusi Sektor Pertanian/


3 Sub Sektor Perkebunan 34,36 34,39 31,28 29,57 28,92 na
Provinsi Sulawesi Tengah

Sumber: BPS Kabupaten Donggala, 2018, P-RPJMD Kabupaten Donggala Tahun


2014-2019 dan BPS Provinsi Sulawesi Tengah

Secara umum dalam lima tahun terakhir, kontribusi PDRB sektor


pertanian di Kabupaten Donggala mengalami penurunan, dan realisasi
PDRB masih di bawah target PRPJMD Tahun 2014-2019.

B. Kontribusi Sektor Pertanian (Palawija) Terhadap PDRB

Kontribusi sub-sektor pertanian tanaman pertanian (palawija)


merupakan besarnya sumbangan pendapatan bagi sub-sektor tersebut

II - 246
Gambaran Umum Daerah

terhadap total PDRB Kabupaten Donggala. Nilai kontribusi diperoleh


dengan cara membandingkan pendapatan PDRB sektor pertanian
(palawija) dengan total PDRB Kabupaten Donggala pada setiap tahun
analisis. Hasil analisis selengkapnya disajikan pada Tabel 2.113.

Tabel 2.113
Kontribusi Sub Sektor Pertanian (Palawija) Terhadap PDRB
(Berdasarkan Harga Berlaku) Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
(dalam %)

No. Indikator 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Realisasi Kontribusi Sektor 6,06 5,51 4,98 4,77 4,56 na


1
Pertanian/Palawija

Target Kontribusi Sektor


2 Pertanian/Palawija 6,05 5,69 5,33 4,97 4,61 4,25

PRPJMD Kab.Donggala

Kontribusi Sektor
3 Pertanian/Palawija Provinsi na Na na na na na
Sulawesi Tengah

Sumber: BPS, Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2018, P-RPJM Kabupaten
Donggala Tahun 2014-2019 dan BPS Provinsi Sulawesi Tengah

Tabel 2.123 menunjukkan bahwa salah penyumbang penurunan


(walaupun tidak signifikan) kontribusi PDRB sektor pertanian di
Kabupaten Donggala berasal dari PDRB sub sektor pangan dan palawija,
dan realisasi PDRB masih di bawah target P-RPJMD 2014-2019.

C. Kontribusi Sektor Perkebunan (Tanaman Keras) Terhadap PDRB

Kontribusi sub sektor pertanian tanaman perkebunan merupakan


besarnya sumbangan pendapatan bagi sub sektor tersebut terhadap total
PDRB sektor pertanian/perkebunan Kabupaten Donggala. Nilai
kontribusi diperoleh dengan cara membandingkan pendapatan PDRB
sektor perkebunan dengan total PDRB pertanian Kabupaten Donggala
pada setiap tahun analisis. Hasil analisis selengkapnya disajikan pada
Tabel 2.114.

II - 247
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Tabel 2.114
Kontribusi Sub Sektor Perkebunan (Tanaman keras) Terhadap PDRB
(Berdasarkan Harga Berlaku) Kabupaten Donggala
Tahun 2013-2018 (dalam %)

No. Indikator 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Realisasi Kontribusi Sektor


1 Pertanian/Sub Sektor 22,15 21,42 19,89 18,57 17,55 na
Perkebunan Tanaman Keras

Target Kontribusi Sektor


Pertanian/Sub Sektor
2 Perkebunan Tanaman Keras 22,12 21,48 20,84 20,20 19,56 18,92
P-RPJMD Kabupaten
Donggala

Kontribusi Sektor
Pertanian/Sub Sektor na na na na na na
3
Perkebunan Tanaman Keras
Provinsi Sulawesi Tengah

Sumber: BPS, Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2018, P-RPJMD Kabupaten
Donggala Periode 2014-2019 dan BPS Provinsi Sulawesi Tengah

Demikian pula pada sub sektor perkebunan, merupakan salah


penyumbang penurunan (cukup signifikan) kontribusi PDRB sektor
pertanian di Kabupaten Donggala berasal, dan realisasi PDRB masih di
bawah target P-RPJMD 2014-2109.

D. Kontribusi Produksi Kelompok Petani terhadap PDRB

Kontribusi produksi kelompok petani merupakan besarnya


sumbangan produksi kelompok petani pada produksi padi atau pangan
lokal utama terhadap total produksi padi atau pangan utama lokal
Kabupaten Donggala. Nilai kontribusi diperoleh dengan cara
membandingkan produksi padi/pangan utama lokal dari kelompok tani
dengan total produksi padi atau pangan utama lokal Kabupaten Donggala
pada setiap tahun analisis, dalam satuan persen. Kontribusi produksi
kelompok petani terhadap PDRB disajikan pada Tabel 2.115.

II - 248
Gambaran Umum Daerah

Tabel 2.115
Kontribusi produksi kelompok petani terhadap PDRB
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018 (dalam %)
No. Indikator 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Jumlah Produksi
padi/bahan pangan
1 na na na na na na
utama lokal hasil
kelompok petani (ton)

Jumlah produksi
2 padi/bahan pangan
utama di daerah (ton) 113.773 110.893 107.033 93.829 107.643 122.911

Kontribusi produksi
3 kelompok petani na na na na na na
terhadap PDRB

Sumber: BPS, Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2018, P-RPJMD Kabupaten
Donggala Periode 2014-2019 dan BPS Provinsi Sulawesi Tengah

Berdasarkan Tabel 2.115, data produksi padi yang berasal dari


kelompok belum tersedia dari OPD, sehingga Kontribusi Produksi
Kelompok Petani terhadap Total Produksi Padi setiap tahun di Kabupaten
Donggala belum diketahui.

E. Produktivitas Padi atau Bahan Pangan Utama Lokal Lainnya Per


Hektar

Dalam SDGs dituangkan bahwa dalam mencapai ketahanan pangan


dan gizi yang baik, serta meningkatkan pertanian berkelanjutan menjadi
tantangan untuk mewujudkannya. Sasaran Global bahwa pada Tahun
2030, menjamin sistem produksi pangan yang berkelanjutan dan
menerapkan praktek pertanian tangguh yang meningkatkan produksi dan
produktivitas, membantu menjaga ekosistem, memperkuat kapasitas
adaptasi terhadap perubahan iklim, cuaca ekstrim, kekeringan, banjir,
dan bencana lainnya, serta secara progresif memperbaiki kualitas tanah
dan lahan. Ditetapkannya kawasan pertanian pangan berkelanjutan
menjadi sasaran nasional RPJMN.

II - 249
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Tabel 2.116
Perkembangan Produktivitas Tanaman Pangan Utama Kabupaten
Donggala Tahun 2013-2018
Produktivitas
2013 2014 2015 2016 2017 2018
(Kwintal/Ha)

- Padi Sawah 45,29 47,05 52,07 49,62 47,02 48,77

- Padi Ladang 25,00 23,07 22,08 17,80 18,42 19,06

- Jagung 46,16 38,60 40,12 57,35 63,86 62,24

- Kedelai 12,38 11,48 12,04 15,93 9,27 12,46

- Kacang Tanah 19,26 12,32 17,50 13,03 9,39 12,56

- Kacang Hijau 8,28 8,35 8,28 - - -

- Ubi Kayu 205,09 165,60 162,85 129,63 157,54 161,07

- Ubi Jalar 100,28 94,34 93,88 179,00 160,87 164,73

Sumber : BPS, Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2013-2018, data diolah

Berdasarkan Tabel di atas, produktivitas tanaman pangan utama


Kabupaten Donggala mengalami fluktuatif selama lima tahun terakhir
dan cenderung mengalami penurunan. Dilihat dari sisi produktivitas,
tanaman padi sawah mempunyai produktivitas di kisaran 48,77
Kwintan/Ha pada Tahun 2017 dan tertinggi pada Tahun 2015 yang
mencapai 52,07 kwintal/hektar.

F. Produktivitas Hortikultura

Indikator produktivitas tanaman hortikultura diperoleh dari rasio


produksi beberapa jenis tanaman hortikultura dengan luas tanam tiap
jenis hortikultura. Tanaman hortikultura ini dikelompokkan pada

II - 250
Gambaran Umum Daerah

tanaman sayuran dan buah-buahan. Produktivitas tanaman hortikultura


selanjutnya disajikan pada Tabel 2.117.

Tabel 2.117
Produktivitas Beberapa Jenis Tanaman Hortikultura Sayuran (Ku/Ha)
di Kabupaten Donggala, Tahun 2013-2018
Produktivitas (ku/ha)
Jenis Tanaman
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Bawang merah 59 125 50,19 51,1 47,3 na
Cabe rawit 60 47 na 144 143,8 na
Kangkung 47 74 na na na na
Tomat 105 28 na 154,1 88,8 na
Petsai/Sawi 107 199 113,3 65,4 62,5 na
Bayam 27 98 na na na na
Ketimun 59 88 na na na na
Kacang Panjang 72 - na na na na
Cabe besar 64 249 114,5 181,4 131,52 na
Terung 86 58 na 97,82 98,41 na
Bawang daun 82 107 na na na na
Buncis 86 232 na na na na
Kentang 145 138 75 50,1 76,6 na
Kubis 240 122 250 189,7 250 na
Labu siam 131 122 na na na na
Wortel 230 83 na 233,08 233,1 na
Kembang kol 42 73 na na na na
Kacang merah - 67 na na na na

Sumber: BPS, Kabupaten Donggala dalam Angka Tahun 2014-2018 (diolah kembali)

G. Produktivitas Tanaman Perkebunan

Perkebunan menjadi hal penting dalam perekonomian suatu daerah,


perkebunan dapat memberikan sumbangan besar terhadap perekonomian
daerah, bahkan bagi perekonomian nasional. Dengan meningkatnya
peran sub sektor perkebunan terhadap perekonomian nasional

II - 251
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

diharapkan dapat memperkokoh pembangunan perkebunan secara


menyeluruh. Sektor perkebunan menjadi sektor strategis dengan nilai
ekonomi tinggi.
Tabel 2.118
Produksi Hasil Perkebunan Menurut Jenis Tanaman
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Jenis Komoditi Produksi (Ton) pada Tahun
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Kelapa 25.430 27.258 28.355 27.994 27.994 na

Kelapa Sawit 54.783 10.956,6 12.962 16.970 16.971 na

Kakao 18.724 19.075,4 19.020 19.335 17.335 na

Cengkeh 1.454,0 1.454,2 1.170 1.424 850,0 na

Kopi 359 360 328 339 339 na

Lada 18 58 30,7 34,7 34,7 na

Jambu Mete 161,0 161,1 152,1 154,4 154,3 na

Pala 4,80 4,75 15,5 65,45 65,0 na

Vanili 9 8 8 8 8,1 na

Kapuk 44 44 40,8 40,8 41,0 na

Sumber: BPS, Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2013-2018, data diolah

Kurun waktu 2013-2018 ada beberapa tanaman perkebunan yang


mempunyai produksi terbesar yaitu kelapa, kelapa sawit, dan cacao.
Produksi tanaman kelapa dan cacao cenderung konstan, sementara
kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan dengan produksi yang
terbesar dengan kecenderungan produksi yang berfluktuasi.

H. Peternakan

Indikator peternakan menyangkut realisasi produksi ternak besar


terutama ternak sapi di Kabupaten Donggala selama lima tahun terakhir.
Selengkapnya disajikan pada Tabel 2.119.

II - 252
Gambaran Umum Daerah

Tabel 2.119
Produksi Sapi di Kabupaten Donggala
Tahun 2013-2018 (ekor)

Target dan realisasi (ekor) Tahun


No. Indikator
2013 2014 2015 2016 2017 2018

1 Produksi ternak sapi 36.328 37.374 38.346 40.321 42.217 na

Target Produksi
2 na na na na na na
PRPJMD Donggala

Sumber: Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2017, dan Tahun 2018 (setelah
Diolah) dan PRPJMD Donggala Tahun 2014-2019.

I. Cakupan Bina Kelompok Petani

Cakupan bina kelompok petani digunakan untuk melihat kinerja


Organisasi Perangkat Daerah (OPD) khususnya Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan daerah dalam mengembangkan kelompok usaha tani
melalui pemberian bantuan program dari Pemerintah Kabupaten
Donggala. Indikator ini dihitung dengan cara membagi jumlah kelompok
tani yang mendapatkan bantuan Pemerintah Kabupaten Donggala dengan
jumlah total kelompok tani di kabupaten yang bersangkutan setiap
tahunnya dikali 100 persen.

Tabel 2.120
Cakupan Bina Kelompok Petani dan Peternak di Kabupaten Donggala
Tahun 2013-2018
Target dan realisasi (%) Tahun
No. Indikator
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Cakupan Bina Kelompok 28,89 12,06 32,87 25,43 32,00 na
Petani
1
Target PRPJMD Donggala 18,00 18,00 18,00 18,00 18,00 18,00

Cakupan Bina Kelompok 0 0 0 0 8,00 7,00


Peternak
2
Target PRPJMD Donggala 0 0 0 0 8,00 7,00

Sumber: IKK dan EKPD Urusan Pertanian, dan Urusan Peternakan dan Keswan
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018 (data diolah) dan PRPJMD Donggala
Tahun 2014-2019.

II - 253
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

2.3.2.4. Kehutanan

Kinerja urusan kehutanan memiliki 3 (tiga) indikator yakni


rehabilitasi hutan dan lahan kritis, Kerusakan Kawasan Hutan, dan Rasio
luas kawasan lindung untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati
terhadap total luas kawasan hutan. Capaian kinerja ketiga indicator
disajikan pada Tabel 2.121.

Tabel 2.121
Indikator Capaian dan Kinerja Urusan Kehutanan di Kabupaten
Donggala Tahun 2013-2017

Target dan realisasi (%) Tahun


No Indikator
2013 2014 2015 2016 2017

Realisasi rehabilitasi
1. 57,44 30,84 30,84 30,84 65,23
hutan dan lahan kritis

Realisasi Kerusakan
2. 11,14 12,47 12,47 12,47 26,63
Kawasan Hutan

Realisasi Rasio luas


3. 0,03 0,29 0,29 0,29 0,29
kawasan lindung

Sumber: Provinsi Sulawesi Tengah dalam Angka Tahun 2014-2018 (data Diolah)

2.3.2.5. Energi dan Sumber Daya Mineral

Kinerja urusan energi dan sumberdaya mineral dapat dikaji melalui


dua parameter yakni persentase rumah tangga pengguna listrik dan
ketersediaan daya listrik.

A. Persentase Rumah Tangga Pengguna Listrik

Persentase rumhatangga pengguna listrik merupakan besarnya


rumahtangga yang telah terpenuhi kebutuhan listriknya. Semakin tinggi
nilai persentase, semakin banyak rumahtangga yang terpenuhi sumber
energi listriknya. Selengkapnya persentase rumahtangga yang telah
terpenuhi kebutuhan listriknya disajikan pada Tabel 2.122.

II - 254
Gambaran Umum Daerah

Tabel 2.122
Persentase Rumah Tangga Pengguna Listrik
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018

No Indikator 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Jumlah Rumah
1 71.669 65.418 73.436 74.095 74.793 na
Tangga*(RT)

Rumah Tangga
2 47.780 50.275 47.056 55.287 35.963 na
Pengguna Listrik

3 Persentase (%) 66,67 76,85 64,08 74,62 48,08 na

Sumber: BPS, Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2017 dan 2018, data diolah
Keterangan: *dengan asumsi setiap rumah tangga terdiri 4 (empat) orang
anggota/jiwa

Selama periode 2013-2018, pada Tahun 2014, persentase rumah


tangga pengguna listrik meningkat sampai 76,85 persen lalu menurun
menjadi 48,08 persen di Tahun 2017.

B. Rasio Ketersediaan Daya Listrik

Selain indikator rumahtangga pengguna listrik, indiaktor kinerja


urusan energi dan sumberdaya mineral juga dapat dilihat melalui rasio
ketersediaan daya listrik. Data realisasi dan target ketersedian daya listrik
di Kabupaten Donggala selengkapnya disajikan pada Tabel 2.123.

Tabel 2.123
Daya Terpasang Listrik (kw)
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018

No. Indikator 2013 2014 2015 2016 2017

1. Daya Listrik Terpasang 146.292 137.670 na na na

2. Jumlah Kebutuhan na Na na na na

Rasio na Na na na na

Sumber: BPS, Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2017 dan Tahun 2018,
data diolah

II - 255
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

C. Persentase Pertambangan Tanpa Ijin

Persentase pertambangan tanpa izin menunjukkan kondisi kegiatan


pertambangan yang ilegal di suatu wilayah. Nilai indikatornya diperoleh
dari pembagian antara luas penambangan liar yang ditertibkan dengan
luas area penambangan yang liar. Selengkapnya disajikan pada Tabel
2.124.

Tabel 2.124
Persentase Pertambangan Tanpa Izin (%)
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018

Realisasi dan capaian tahun


No. Indikator
2013 2014 2015 2016 2017

Luas penambangan
1 liar yang ditertibkan na Na na na na
(Ha)

Total Luas area


2. penambangan yang na Na na na na
liar

3. Persentase na Na na na na

Sumber: EKPD Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018.

2.4.3.6. Perdagangan

Ekspor (export) adalah berbagai macam barang dan jasa yang


diproduksi di dalam negeri lalu dijual di luar negeri (Mankiw, 2006).
Ditinjau dari sudut pengeluaran, ekspor merupakan salah satu faktor
terpenting dari Gross Nasional Product (GNP), sehingga dengan
berubahnya nilai ekspor, maka pendapatan masyarakat secara langsung
juga akan mengalami perubahan. Di lain pihak, tingginya ekspor suatu
negara akan menyebabkan perekonomian tersebut akan sangat sensitif
terhadap guncangan-guncangan atau fluktuasi yang terjadi di pasaran
internasional maupun di perekonomian dunia.

II - 256
Gambaran Umum Daerah

8.000.000
7.000.000
6.000.000
Axis Title

5.000.000
4.000.000
3.000.000
2.000.000
1.000.000
000
2013 2014 2015 2016 2017
Ekspor 1.132.423 1.128.512 1.205.588 1.295.415 1394486
Impor 1.183.540 1.184.318 1.266.352 1.308.732 1.420.542
PDRB 6.458.762 6.837.371 7.246.756 7.600.934 7.980.978
Keterbukaan Ekonomi 000 000 000 000 000

Sumber: BPS, Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2018, data diolah

Gambar 2.50
Keterbukaan Ekonomi Kabupaten Donggala
Tahun 2013-2017

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), indikator


keterbukaan ekonomi di Kabupaten Donggala dari Tahun 2013 ke Tahun
2017 cenderung konstan pada Tahun 2014 keterbukaan ekonomi sebesar
0,36 poin. Hingga Tahun 2017, keterbukaan ekonomi Kabupaten
Donggala mencapai 0,35 poin. Makin tinggi nilai ini, makin baik
menandakan makin terbukanya ekonomi suatu daerah. Jika dilihat dari
total impor dan total ekspor Kabupaten Donggala mengalami defisit.

Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara


mengeluarkan barang-barang dari dalam negeri keluar negeri dengan
memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan total barang dan
jasa yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain, termasuk di antara
barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu.

Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri


adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik,
yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan
ekonomi. Dengan tingkat output yang lebih tinggi, lingkaran setan

II - 257
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat


ditingkatkan (Jhingan, 2000). Selain menambah peningkatan produksi
barang untuk dikirim ke luar negeri, ekspor juga menambah permintaan
dalam negeri, sehingga secara langsung ekspor memperbesar output
industri-industri itu sendiri, dan secara tidak langsung permintaan luar
negeri mempengaruhi industri untuk mempergunakan faktor
produksinya, misalnya modal, dan juga menggunakan metode-metode
produksi yang lebih murah dan efisien sehingga harga dan mutu dapat
bersaing di pasar perdagangan internasional.
Dalam konteks daerah, ekspor adalah penjualan barang dan jasa
dari daerah yang bersangkutan kepada daerah lain, baik dalam negara
yang sama maupun pada negara yang lain. Hal yang sebaliknya tentang
pengertian impor. Ekspor berarti tambahan permintaan atas barang dan
jasa daerah yang bersangkutan yang dengan demikian mendorong
meningkatnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah
pengekspor. Ekspor barang dan jasa ke daerah lain dalam negara yang
sama tidak menambah devisa bagi negara. Di lain pihak, ekspor barang
dan jasa ke negara lain akan menambah devisa bagi negara dari daerah
pengekspor. Makna lain dari semakin terbukanya ekonomi suatu daerah
adalah bahwa pengaruh eksternal (daerah lain, dalam negara yang sama
dan atau negara lain) terhadap ekonomi lokal semakin besar.

2.3.2.7. Perindustrian

Tabel 2.125
Cakupan Bina Kelompok Pengrajin Tahun 2013-2018 di
Kabupaten Donggala

No. Indikator 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Cakupan bina 6 8 10 13 14 14
1
kelompok pengrajin (%)

2 Target PRPJMD 6 8 10 12 14 16

Sumber: IKK Urusan Perindustrian Kabupaten Donggala 2013-2018

II - 258
Gambaran Umum Daerah

Indikator capaian urusan perindustrian memiliki 1 (satu) indikator


yakni Cakupan bina kelompok pengrajin. Selengkapnya disajikan pada
Tabel 2.124.

2.3.2.8.Transmigrasi

Indikator capaian kinerja urusan transmigrasi membahas tentang


persentase transmigran swakarsa. Persentase transmigran swakarsa
diperoleh dari perbandingan antara jumlah transmigran swakarsa dengan
jumlah transmigrasi. Hasil analisis kinerja OPD transmigrasi disajikan
pada Tabel 2.126.

Tabel 2.126
Persentase Transmigrasi Swakarsa Tahun 2013-2018 di
Kabupaten Donggala

Realisasi dan capaian tahun


No. Indikator
2013 2014 2015 2016 2017 2018

Jumlah
1 transmigran 9.157 9.157 na na na na
swakarsa (jiwa)

Jumlah
2. transmigrasi 28.141 28.141 na na na na
(jiwa)

3. Rasio (%) 24,55 24,55 na na na na

Sumber: Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2017 dan Tahun 2018

2.4. ASPEK DAYA SAING

Daya Saing Daerah merupakan salah satu aspek tujuan


penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dengan potensi, ciri khas dan
keunggulan daerah. Suatu daya saing (competitiveness) merupakan salah
satu faktor kunci keberhasilan pembangunan ekonomi yang berhubungan
dengan tujuan pembangunan daerah dalam mencapai tingkat
kesejahteraan masyarakat yang tinggi dan berkelanjutan.

II - 259
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Kondisi umum aspek daya saing daerah sebagai bagian dari


indikator kinerja pembangunan secara keseluruhan. Berbagai indikator
yang telah diolah pada tahap perumusan, dapat ditampilkan, khususnya
indikator yang paling dapat menjelaskan kondisi dan perkembangan
aspek daya saing daerah bersangkutan. Uraian mengenai kondisi daerah
terkait Aspek Daya Saing Daerah dapat dilihat dari capaian pemerintah
daerah terhadap aspek-aspek antara lain; 1) Fokus Kemampuan Ekonomi
Daerah, 2) Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur, 3) Fokus Iklim
Berinvestasi, dan 4) Fokus Sumber Daya Manusia.

2.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

Kemampuan ekonomi daerah dalam kaitannya dengan daya saing


daerah adalah bahwa kapasitas ekonomi daerah harus memiliki daya
tarik (attractiveness) bagi pelaku ekonomi yang telah berada dan akan
masuk ke suatu daerah untuk menciptakan multiflier effect bagi
peningkatan daya saing daerah.

Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan kemampuan


ekonomi daerah salah satunya dapat dilihat dari; Pengeluaran Rata-Rata
Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita/Angka Konsumsi Rata-Rata Rumah
Tangga Per Kapita Sebulan (Pangan dan Non Pangan) dan Produktivitas
Total Daerah.

2.4.1.1. Rata-Rata Pengeluaran Rumahtangga per Kapita

Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah mencakup berbagai


pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga atas barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan individu ataupun kelompok secara langsung.
Pengeluaran rumah tangga di sini mencakup pembelian untuk makanan
dan bukan makanan (barang dan jasa) di dalam negeri maupun luar
negeri. Termasuk pula disini pengeluaran lembaga nirlaba yang tujuan
usahanya adalah untuk melayani keperluan rumah tangga.
Indikator pengeluaran rata-rata konsumsi rumah tangga per kapita
dimaksudkan untuk mengetahui tingkat konsumsi rumah tangga yang

II - 260
Gambaran Umum Daerah

menjelaskan seberapa atraktif tingkat pengeluaran rumah tangga.


Semakin besar angka konsumsi Rumah Tangga semakin atraktif bagi
peningkatan kemampuan ekonomi daerah. Untuk lebih jelasnya
mengenai Angka Konsumsi Rumah Tangga Perkapita (Pangan) di
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017 dapat dilihat pada gambar 2.51.

4500000
4000000
3500000
3000000
2500000
2000000
1500000
1000000
500000
0
2013 2014 2015 2016 2017
Pengeluaran Rumah tangga 3439709 3611172 3734712 3900914 4073790
Jumlah Penduduk 287900 291779 293742 296273 299174
Pengeluaran konsumsi rumah
012 012 013 013 014
tangga per kapita

Sumber: Badan Pusat Statistik: Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2018,
(diolah kembali).

Gambar 2.51
Angka Konsumsi Rumah Tangga Perkapita (Pangan)
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017
Berdasarkan data BPS, kurun waktu 2013-2017 Atas Dasar Harga
Konstan Tahun 2010 mengalami peningkatan dengan capaian Tahun
2017 mencapai Rp 4.073.790 juta. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga
di Kabupaten Donggala mencapai 4,3 persen pada periode 2013-2017.

2.4.1.3. Produktivitas Total Daerah

Produktivitas total daerah dapat menggambarkan seberapa besar


tingkat produktivitas tiap sektor dalam rangka mendorong perekonomian
suatu daerah. Perhitungan produktivitas total daerah didasarkan pada
PDRB berdasarkan harga berlaku pada periode 2014-2017.

II - 261
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

8.000.000
7.000.000
6.000.000
Axis Title

5.000.000
4.000.000
3.000.000
2.000.000
1.000.000
000
2014 2015 2016 2017
PDRB 6.837.371 7.246.756 7.600.934 7.980.978
Angkatan Kerja 122581 126444 126444 125194
Produktivitas Total
056 057 060 064
Daerah

Sumber : Badan Pusat Statistik

Gambar 2.52
Produktivitas Total Daerah
Kabupaten Donggala Tahun 2014 – 2017.

Berdasarkan data BPS, produktivitas total daerah Kabupaten


Donggala mengalami peningkatan kurun waktu 2014-2017 dengan
peningkatan yang tertinggi terjadi pada Tahun 2016-2017 sebesar 60,11
dan 63,75 juta rupiah, namun yang harus kita fahami apakah ini
mewakili seluruh yang diterima oleh angkatan kerja yang berada di
Kabupaten Donggala.

2.4.1.4. Nilai Tukar Petani

Salah satu indikator dalam mengukur kesejahteraan petani yakni


menggunakan pendekatan Nilai Tukar Petani (NTP). Nilai ini
menunjukkan tingkat kemampuan pendapatan petani dari usahataninya
dalam memenuhi seluruh pengeluaran dalam keluarga/rumahtangga
petani. Mengingat perhitungan NTP pada tingkat pemerintah kabupaten
tidak dilakukan oleh BPS, maka dalam laporan ini ditampilkan NTP
provinsi Sulawesi Tengah yang mewakili NTP kabupaten. Secara khusus
ketersediaan data NTP di Kabupaten Donggala pada setiap tahunnya

II - 262
Gambaran Umum Daerah

sangat terbatas, dan tersedia pada Tahun 2014-2018. NTP di atas 100
hanya pada Tahun 2014-2015. Selengkapnya disajikan pada Tabel 2.127.

Tabel 2.127
Nilai Tukar Petani Gabungan Sulawesi Tengah 2014-2018

No. Bulan 2014 2015 2016 2017 2018

1 Januari 101,36 98,37 99,09 97,03 95,5

2 Februari 102,15 97,75 99,08 96,28 95,92

3 Maret 103,3 97,85 99,67 95,36 97

4 April 103,24 96,52 99,48 94,79 97,98

5 Mei 103,53 96,7 99,91 93,96 99,19

6 Juni 103,78 97,62 100,62 93,84 98,49

7 Juli 102,87 102,87 100,59 93,02 97,76

8 Agustus 102,71 102,71 99,77 94,22 96,92

9 September 102,26 102,26 99,24 94,43 na

10 Oktober 101,8 101,81 98,68 95,13 95,99

11 November 100,66 100,66 98,2 96,42 95,7

12 Desember 98,49 98,49 97,87 96,01 95,72

Sumber: BPS, Provinsi Sulawesi Tengah Dalam Angka Tahun 2018

2.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur

Fasilitas wilayah atau infrastruktur adalah penunjang daya saing


daerah dalam hubungannya dengan ketersediaan (availability) fasilitas
untuk mendukung aktivitas ekonomi daerah di berbagai sektor di daerah
dan antar-wilayah. Semakin lengkap ketersediaan infrastruktur, maka
semakin kuat dalam menghadapi daya saing daerah.

Gambaran umum kondisi daya saing daerah terkait dengan fasilitas


wilayah/infrastruktur dapat dilihat dari aksesibilitas daerah, penataan
wilayah, fasilitas bank dan non bank, ketersediaan air bersih, fasilitas

II - 263
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

listrik, ketersediaan Rumah Makan/Restoran serta ketersediaan


penginapan.

Ketersediaan fasilitas/infrastruktur perhubungan merupakan salah


satu faktor salah satunya dapat dilihat dari indikator yang mempengaruhi
dalam aspek Daya Saing daerah. Seiring dengan meningkatnya jumlah
penduduk dan perekonomian suatu darah menyebabkan jumlah
perjalanan/mobilisasi yang dilakukan setiap individu semakin meningkat
oleh karenanya kebutuhan akan transportasi umum akan semakin tinggi
pula. Meningkatnya kebutuhan transportasi harus disertai dengan
pengembangan sarana/prasarana transportasi (kendaraan, jalan dan
lingkungan).

Rasio panjang jalan terhadap jumlah kendaraan merupakan salah


satu indikator penting aksesibilitas daerah yang digunakan untuk melihat
ketersediaan sarana jalan terhadap jumlah kendaraan dalam rangka
memberikan kemudahan/akses bagi seluruh masyarakat dalam
melakukan segala aktivitas di semua lokasi dengan kondisi dan
karakteristik fisik yang berbeda. Seiring dengan meningkatnya jumlah
penduduk dan perekonomian suatu daerah menyebabkan jumlah
perjalanan/mobilisasi yang dilakukan setiap individu semakin meningkat
dan diikuti oleh peningkatan kebutuhan transportasi. Meningkatnya
kebutuhan transportasi harus disertai dengan pengembangan
sarana/prasarana transportasi (kendaraan, jalan dan lingkungan).

2.4.2.1. Rasio Panjang Jalan Per Jumlah Kendaraan

Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan adalah perbandingan


panjang jalan terhadap jumlah kendaraan. Kegunaan Indikator ini
mencerminkan kemampuan suatu daerah untuk membangun fasilitas.
Semakin tinggi nilai indikator ini, semakin tinggi kemampuan daerah
dalam membangun fasilitas wilayah, dan semakin mampu daerah
tersebut melaksanakan otonomi.

II - 264
Gambaran Umum Daerah

Tabel 2.128
Rasio Panjang Jalan Persatuan Jumlah Kendaraan
di Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Realisasi dalam RPJMD


5,09 5,28 5,93 6,59 10,22 10,59
2013 – 2018

Proyeksi dalam RPJMD


4,98 5,45 5,78 7,84 11,29 12,34
2013 - 2018

Sumber : IKK Urusan PU & Penataan Ruang Kabupaten Donggala Tahun 2013 –
2018

Berdasarkan Tabel di atas, capaian rasio panjang jalan per satuan


kendaraan mengalami peningkatan pada setiap tahunnya, walaupun
belum memenuhi target PRPJMD 2013-2018.

2.4.2.2. Jumlah Orang/ Barang Yang Terangkut Angkutan Umum

Capaian indikator Jumlah Orang/ Barang Yang Terangkut Angkutan


Umum di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018 disajikan pada Tabel
2.129.
Tabel 2.129
Jumlah Orang/ Barang Yang Terangkut Angkutan Umum di
Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Realisasi dalam RPJMD


3440 5804 3290 3414 3431 3161
2013 – 2018

Proyeksi dalam RPJMD


3500 3475 3300 3450 3467 3213
2013 - 2018

Sumber : IKK Urusan Perhubungan Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018

II - 265
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

2.4.2.3. Jumlah orang/Barang Melalui Dermaga/Bandara/ Terminal


Per Tahun

Capaian indikator Jumlah orang/Barang Melalui Dermaga/Bandara/


Terminal Per Tahun di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018 disajikan
pada Tabel 2.130.

Tabel 2.130
Jumlah orang/Barang Melalui Dermaga/Bandara/ Terminal Per Tahun
di Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Realisasi dalam RPJMD


3425 5947 3190 3329 3354 3016
2013 – 2018

Proyeksi dalam RPJMD


3467 3450 3349 3467 3432 3275
2013 - 2018

Sumber : IKK Urusan Perhubungan Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018.

2.4.2.4. Ketaatan terhadap RTRW

Penataan wilayah di Kabupaten Donggala diatur dalam Rencana Tata


Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Donggala Tahun 2011-2031. Bentuk
penataan wilayah yang diatur dalam RTRW tersebut adalah perencanaan
pemanfaatan lahan dan penataan kawasan.

Rencana pemanfaatan lahan dan penataan kawasan di Kabupaten


Donggala berdasarkan RTRW Kabupaten Donggala terbagi 2 (dua)
kawasan, yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan
lindung meliputi hutan konservasi, sempadan, hutan lindung, ruang
terbuka hijau dan perairan. Kawasan budidaya meliputi kawasan
budidaya berfungsi lindung (hutan produksi, tanaman
tahunan/perkebunan, hutan rakyat); kawasan budidaya pertanian
(pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, perikanan, peternakan)
dan kawasan budidaya non pertanian (kawasan pariwisata, kawasan

II - 266
Gambaran Umum Daerah

peruntukan industri, kawasan pemerintahan/fasilitas umum, kawasan


permukiman, kawasan perdagangan.

Seiring dengan pesatnya perkembangan pembangunan, terdapat


konsekuensi yang tidak dapat dihindari dalam pemanfaatan/tata guna
lahan, yaitu tingginya rasio perubahan alih fungsi lahan. Hal ini ditandai
dengan timbulnya pusat-pusat kegiatan baru seperti kawasan industri,
perdagangan/jasa dan tumbuhnya kawasan-kawasan permukiman.

Tabel 2.131
Persentase Ketaatan Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah
di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Ketaatan Terhadap 73 73 73 73 73 75
RTRW

Proyeksi dalam RPJMD 75 75 75 75 75 75


2013 - 2018

Sumber : IKK Urusan PU & Penataan Ruang Kabupaten Donggala Tahun 2019 –
2023.

Tabel 2.131 memberikan informasi bahwa persentase ketaatan


terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah mengalami peningkatan.
Kesesuaian pelaksanaan pembangunan yang sesuai dengan RTRW pada
Tahun 2018 mencapai 75,00 persen yang menunjukkan semakin semakin
taatnya pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Donggala yang
mengacu pada RTRW.

2.4.2.5. Luas Wilayah Produktif

Informasi mengenai luas wilayah produktif di Kabupaten Donggala


dapat memberikan arahan bagi pengembangan kegiatan yang ditujukan
untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Donggala. Luas
wilayah produktif Kabupaten Donggala pada periode 2013 – 2018 dapat
dilihat pada Tabel 2.132 berikut.

II - 267
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Tabel 2.132
Persentase Luas Wilayah Produktif di Kabupaten Donggala, Tahun
2013-2018

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Persentase Luas Wilayah


Produktif 155,89 155,89 155,89 155,89 155,89 155,89

Proyeksi dalam RPJMD


2013 - 2018 155,89 155,89 155,89 155,89 155,89 155,89

Sumber : IKK Urusan PU & Penataan Ruang Kabupaten Donggala Tahun 2019 –
2023

Tabel di atas memperlihatkan bahwa capaian Luas wilayah produktif


di Kabupaten Donggala berdasarkan RTRW Kabupaten sesuai target
RPJMD Donggala yakni 155,89 Ha atau tidak mengalami peningkatan
meningkat dari Tahun 2013 sampai 2018.

2.4.2.6. Jenis dan Jumlah Bank dan Cabang

Ketersediaan infrastruktur penunjang pembangunan, khususnya


bidang ekonomi seiring dengan pesatnya perkembangan pembangunan.
Tingginya dinamika suatu daerah akan dipengaruhi oleh banyak faktor
penunjang termasuk ketersediaan bank, asuransi dan lembaga keuangan
lainnya.

Ketersediaan fasilitas bank dan non bank sangat penting dalam


rangka menunjang aspek daya saing daerah. Dengan adanya fasilitas
tersebut segala urusan berkaitan dengan jasa dan lalu lintas keuangan
dapat berjalan dengan lancar. Indikator kinerja berkaitan dengan fasilitas
bank dan non bank salah satunya dapat dilihat dari jenis dan jumlah
bank serta cabang-cabangnya.

Jumlah Kantor Bank di Kabupaten Donggala sampai dengan Tahun


2018 tercatat sebanyak 11 (sebelas) unit Bank yang terdiri dari 3 (tiga)
Kantor Cabang Pembantu dan 8 (delapan) Kantor Unit Pembantu yang

II - 268
Gambaran Umum Daerah

tersebar di beberapa daerah Kecamatan di Kabupaten Donggala yaitu


Kecamatan Rio Pakava, Banawa, Banawa Selatan, Sirenja, Dampelas dan
Sojol. Untuk lebih jelasnya jumlah dan status Bank di Kabupaten
Donggala dapat dilihat pada Tabel 2.133.

Tabel 2.133
Jumlah dan Status Bank di Kabupaten Donggala
Tahun 2013-2018

Status Bank
Nama Bank Jumlah
KCP KK Unit
PT. BRI (Persero) Tbk. - - 1 1
PT. BNI (Persero) Tbk. 1 - - 1
PT Bank Mandiri 1 - - 1
Bank Sulteng 1 - - 2
PT. BRI (Persero) Tbk. - - 1 1
PT. Bank Danamon - - 1 1
PT. BTN (Persero) - - - -
PT. BRI (Persero) Tbk. - - 2 2
PT. BRI (Persero) Tbk. - - 1 1
PT. BRI (Persero) Tbk. - - 1 1
PT BRI (persero) Tbk - - 1 1

2018 3 - 8 11
2017 3 - 8 11
2016 3 - 8 11
2015 3 - 8 11
2014 3 - 8 11
2013 3 - 8 11

Sumber: Profil Kabupaten Donggala Tahun 2011-2015; Dokumen RPKD Kabupaten


Donggala Tahuh 2018; BPS Kabupaten Donggala Tahun 2018 (Data Diolah
Kembali Penyajiannya)

2.4.2.7. Persentase Rumah tangga (RT) yang Menggunakan Air Bersih

Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan Lingkungan Hidup


dapat dilihat dari Rumah tangga penggunaair bersih sebagaimana
dijelaskan pada tabel berikut.

II - 269
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Tabel 2.134
Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Air Bersih
di Kabupaten DonggalaTahun 2013-2018

Tahun
Uraian
2013 2014 2015 2016 2017 2018

Jumlah Rumah Tangga na na


55.380 57.266 57.266 61.876
menggunakan Air Bersih
Jumlah Rumah Tangga 71.302 72.945 72.945 72.945 na na

Persentase 70,67 78,51 78,51 84,83 na na

Sumber: Profil Kabupaten Donggala Tahun 2011-2015; Dokumen RPKD


Kabupaten Donggala Tahun 2018; BPS Kabupaten Donggala Tahun 2018
(Data Diolah Kembali Penyajiannya)

Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 2.134, dapat diketahui


bahwa jumlah rumah tangga pengguna Air Minum Bersih di Kabupaten
Donggala Tahun 2016 sebanyak 61.876 rumah tangga atau sebanyak
84,83 persen dari jumlah rumah tangga di Kabupaten Donggala.
Peningkatan presentase rumah tangga yag menggunakan air bersih di
Kabupaten Donggala pada Tahun 2016 memberikan arti bahwa
kemampuan Kabupaten Donggala dalam penyelenggaraan pelayanan di
bidang penyediaan air bersih semakin baik.

2.4.2.8. Rasio Ketersediaan Daya Listrik

Penyediaan tenaga listrik bertujuan untuk meningkatkan


perekonomian serta memajukan kesejahteraan masyarakat. Bila tenaga
listrik telah dicapai pada suatu daerah atau wilayah, maka kegiatan
ekonomi dan kesejahteraan pada daerah tersebut dapat meningkat.
Terwujudnya pembangunan bidang ekonomi sangat ditentukan oleh
ketersediaan energi listrik.

2.4.2.9. Persentase Rumah Tangga Yang Menggunakan Listrik

Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan fasilitas listrik salah


satunya dapat dilihat dari Persentase jumlah rumah tangga yang

II - 270
Gambaran Umum Daerah

mengunakan listrik. Berikut adalah gambaran secara lengkap mengenai


data rumah tangga yang menggunakan listrik selama Tahun 2013-2018.

Tabel 2.135
Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik
di Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018

Tahun
Uraian
2013 2014 2015 2016 2017 2018

Jumlah Rumah
Tangga menggunakan 55.458 62.556 62.556 62.556 na na
Listrik

Jumlah Rumah 71.302 72.945 72.945 72.945 na na


Tangga

Donggala 77,78 85,76 85,76 85,76 na na

Sumber: Profil Kabupaten Donggala Tahun 2011-2015; Badan Pusat Statistik:


Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2018, (diolah kembali).

2.4.2.10. Persentase Penduduk yang Menggunakan HP/Telepon

Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan Komunikasi dan


Informatika salah satunya dapat dilihat dari ketersediaan daya listrik,
Rumah tangga pengguna listrik dan penggunaan sarana telekomunikasi
sebagaimana dijelaskan berikut. Perkembangan kegiatan pelayanan jasa
telekomunikasi sangat tergantung pemanfaatannya pada tingkat
masyarakat. Sub sektor telekomunikasi, kebutuhan akan informasi yang
cepat menuntut tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dan
mudah dijangkau oleh masyarakat. Hingga Tahun 2016, ketersediaan
sarana telekomunikasi seperti telepon genggam (HP) dan jasa telepon
telah menyebar di seluruh wilayah Kabupaten Donggala.

Persentase penduduk yang menggunakan HP/telepon di Kabupaten


Donggala dalam kurun waktu 2013 – 2018 mengalami peningkatan yang
mencerminkan kemampuan Kabupaten Donggala untuk menyediakan
akses penduduk terhadap sarana komunikasi yang memungkinkan

II - 271
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Kabupaten Donggala mendapat akses terhadap informasi ke arah yang


semakin baik.
Tabel 2.136
Persentase Penduduk Yang Menggunakan HP/Telepon
di Kabupaten Donggala Tahun 2013 – 2018

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Realisasi dalam RPJMD 60 63 66 69 72 75


2013 – 2018

Proyeksi dalam RPJMD 60 63 66 69 72 75


2013 - 2018

Sumber: IKK Urusan Komunikasi & Informatika, Persandian Kabupaten Donggala


Tahun 2019 – 2023

2.4.3. Fokus Iklim Berinvestasi

Investasi merupakan salah satu indikator penting dalam


meningkatkan pembangunan perekonomian. Investasi akan mendorong
pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja baru sehingga
diharapkan akan mengurangi beban pengangguran dan kemiskinan.
Masuknya investor asing ke suatu wilayah, sangat tergantung dari
kondisi keamanan dan politik dalam negeri suatu wilayah. Kondisi
keamanan dan politik dalam negeri yang stabil merupakan modal penting
dalam menarik minat investasi asing di Indonesia pada umumnya,
khususnya di Kabupaten Donggala.

Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan iklim investasi salah


satunya dapat dilihat dari indikator kinerja Angka Kriminalitas, Jumlah
Demonstrasi, Kemudahan Perizinan, Pengenaan Pajak Daerah, Peraturan
Daerah (Perda) yang Mendukung Iklim Usaha dan Status Desa
(Persentase Desa Berstatus Swasembada Terhadap Total Desa).
Berdasarkan informasi yang teradapat pada dokumen RKPD Kabupaten
Donggala Tahun 2018 akan diuraikan indikator kinerja untuk
mengetahui kondisi iklim investasi yang ada di Kabupaten Donggala.

II - 272
Gambaran Umum Daerah

Investasi asing yang akan masuk ke suatu wilayah/daerah


bergantung kepada daya saing investasi yang dimiliki oleh
wilayah/daerah yang bersangkutan. Pembentukan daya saing investasi
berlangsung secara terus-menerus dari waktu ke waktu dan dipengaruhi
oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kemudahan perizinan.
Kemudahan perizinan suatu wilayah/daerah sangat menunjang dalam
pembuatan proses administrasi suatu investasi.

A. Jumlah dan Macam Pajak Dan Retribusi Daerah

Pajak daerah merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh pribadi


atau badan usaha (dalam hal ini perusahaan) kepada daerah tanpa
imbalan langsung yang seimbang berdasarkan perundang-undangan yang
berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah dan pembangunan daerah (sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku). Sedangkan Retribusi daerah
merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan (dalam
hal ini perusahaan).

B. Persentase Desa Berstatus Swasembada Terhadap Total Desa

Pembangunan Desa dan pembangunan sektor yang lain di setiap


pedesaan mempercepat pertumbuhan desa menjadi desa swasembada
yang memiliki ketahanan di segala bidang. Dengan demikian dapat
mendukung pemantapan ketahanan nasional. Pembangunan
Desa/kelurahan dalam jangka panjang ditujukan untuk memperkuat
dasar-dasar sosial ekonomi perdesaan yang memiliki hubungan
fungsional yang kuat dan mendasar dengan kota-kota dan wilayah di
sekitarnya. Berdasarkan statusnya, Desa atau kelurahan diklasifikasikan
menjadi 3 (tiga), yakni Desa/kelurahan swadaya; Desa/kelurahan
swakarya; dan Desa/kelurahan swasembada (berkembang).

II - 273
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

2.4.4. Fokus Sumberdaya Manusia

Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan kunci


keberhasilan pembangunan daerah dan nasional. Manusia merupakan
subyek dan obyek dalam pembangunan. Oleh karenanya pembangunan
SDM harus benar-benar diarahkan dan ditingkatkan agar mampu dan
memiliki etos kerja yang produktif, terampil, kreatif, disiplin, profesional
dan mampu memanfaatkan, mengembangkan serta menguasai ilmu dan
teknologi yang inovatif dalam rangka memacu pelaksanaan pembangunan
nasional.

Gambaran umum kondisi daerah aspek daya saing daerah terkait


dengan sumber daya manusia sebagaimana terdapat pada dokumen
RKPD Kabupaten Donggala Tahun 2018 akan diuraikan pada bagian
berikut.

A. Kualitas Tenaga Kerja (Rasio lulusan S1/S2/S3)

Salah satu faktor penting yang tidak dapat diabaikan dalam


kerangka pembangunan daerah adalah kualitas sumber daya manusia
(SDM). Kualitas SDM ini berkaitan erat dengan kualitas tenaga kerja yang
tersedia untuk mengisi kesempatan kerja di dalam negeri dan di luar
negeri. Kualitas tenaga kerja di suatu wilayah sangat ditentukan oleh
tingkat pendidikan. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang
ditamatkan penduduk suatu wilayah, maka semakin baik kualitas tenaga
kerjanya.

B. Rasio Ketergantungan

Tingkat ketergantungan penduduk digunakan untuk melihat


gambaran besarnya beban yang harus ditanggung oleh setiap penduduk
berusia produktif terhadap penduduk yang tidak produktif. Penduduk
muda berusia di bawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk
yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada
orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Selain itu, penduduk

II - 274
Gambaran Umum Daerah

berusia di atas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah


melewati masa pensiun. Sementara penduduk usia 15-64 tahun, adalah
penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Atas dasar konsep
ini dapat digambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantung
pada penduduk usia kerja. Meskipun tidak terlalu akurat, rasio
ketergantungan semacam ini memberikan gambaran ekonomis penduduk
dari sisi demografi.

Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat menunjukkan


keadaan ekonomi suatu daerah apakah tergolong daerah maju atau
negara yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu
indikator demografi yang penting. Semakin tinggi Persentase dependency
ratio, maka semakin tinggi beban yang harus ditanggung penduduk yang
produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan
tidak produktif lagi. Sedangkan Persentase dependency ratio yang
semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang
ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang
belum produktif dan penduduk yang tidak produktif lagi. Gambaran
secara lengkap mengenai rasio ketergantungan penduduk Kabupaten
Donggala Tahun 2014-2017 disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.137
Rasio Ketergantungan Penduduk di Kabupaten Donggala
(Per 100 Orang Penduduk) Tahun 2014-2017

Indikator 2014 2015 2016 2017

(0-14)+(65+) 114669 115787 106054 107100

15-64 176236 178015 190326 192074

Rasio ketergantungan 65,07 65,04 55,72 55,76

Rasio Ketergantungan Muda 59,08 59,05 48,36 48,34

Rasio Ketergantungan Tua 5,99 5,99 7,36 7,42

Sumber : BPS, Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2014-2018, data diolah

II - 275
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah perbandingan


antara jumlah penduduk berumur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah
penduduk 65 tahun ke atas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia
15-64 tahun. Rasio ketergantungan dapat dilihat menurut usia yakni
Rasio Ketergantungan Muda dan Rasio Ketergantungan Tua. Pada kurun
waktu Tahun 2016, Tahun 2017, Dependency Ratio di Kabupaten
Donggala di atas 55,72 dan 55,76. pada Tahun 2017, rasio
ketergantungan 50,76 yang berarti 50,76 persen dari jumlah
penduduk adalah tidak produktif ditanggung 49,24 persen penduduk
yang produktif, angka ini makin kecil makin baik.

Sedangkan jika dilihat dari sisi rasio ketergantungan muda dan


rasio ketergantungan tua, untuk kasus Kabupaten Donggala kurun
waktu 2014-2017 lebih besar angka ketergantungan muda dari pada
angka ketergantungan tua. Hal ini dapat berimplikasi kepada
kebijakan pemerintah tentang penyediaan fasilitas pendidikan, sarana
dan prasarana olah raga, sangat diharapkan sarana dan prasarana
digunakan sebagai saluran minat dan bakat generasi muda serta
mengoptimalkan kualitas diri generasi penerus di Kabupaten Donggala
dengan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan semangat untuk
survive dalam menyambut era keterbukaan ekonomi.

2.5. Hasil Evaluasi Indikator Kinerja Daerah Sampai Tahun 2018

Evaluasi capaian indikator kinerja RPJMD sampai tahun 2018


ditunjukkan dengan capaian Indikator Kinerja Kabupaten Donggala yang
terbagi atas Aspek Kesejahteraan Masyarakat, Aspek Pelayanan Umum
dan Aspek Daya Saing Daerah. Pada evaluasi tersebut, status
pencapaian kinerja yang dijabarkan dalam Evaluasi Hasil RPJMD terdiri
dari 3 kategori, yaitu melebihi target, tercapai dan tidak tercapai.
Rekapitulasi capaian indikator kinerja daerah RPJMD Kabupaten
Donggala 2013 – 2018 tersebut dilakukan terhadap 302 indikator kinerja

II - 276
Gambaran Umum Daerah

daerah yang memiliki data target dan realisasi. Hasil evaluasi kinerja ke
seluruh indikator capaian tersebut disajikan sebagai berikut:
92 indikator kinerja yang melebihi target yakni 30,46 persen.
64 indikator kinerja yang tercapai (21,20 persen)
146 indikator tidak tercapai (48,34 persen),
Dan terdapat indikator kinerja yang belum terukur oleh karena
belum ada kegiatan, indikator yang hanya memiliki target saja atau
realisasi saja tidak dapat dievaluasi dalam dokumen ini.

Untuk lebih jelasnya hasil evaluasi capaian kinerja pembangunan setiap


organisasi perangkat daerah di Kabupaten Donggala disajikan pada Tabel
Lampiran bab II ini.

II - 277
Gambaran Umum Kondisi Daerah

II-278
Gambaran Umum Kondisi Daerah

II-279
Gambaran Umum Kondisi Daerah

II-280
Gambaran Umum Kondisi Daerah

II-281
Gambaran Umum Kondisi Daerah

II-282
Gambaran Umum Kondisi Daerah

II-283
Gambaran Umum Kondisi Daerah

II-284
Gambaran Umum Kondisi Daerah

II-285
Gambaran Umum Kondisi Daerah

II-286
Gambaran Umum Kondisi Daerah

II-287
Gambaran Umum Kondisi Daerah

II-288
Gambaran Umum Kondisi Daerah

II-289
Gambaran Umum Kondisi Daerah

II-290
Gambaran Keuangan Daerah

BAB III
GAMBARAN KEUANGAN DAERAH

Dalam lingkup makro, gambaran keuangan daerah bukan saja


tentang pengelolaan kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam
mendanai penyelenggaraan pembangunan daerah tetapi juga meliputi
gambaran hubungan antara perekonomian daerah dan perekonomian
nasional disatu pihak dengan pos-pos pendapatan daerah yang
mempunyai hubungan fungsional dipihak lainnya. Oleh karena itu,
walaupun Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017
menyatakan bahwa gambaran keuangan daerah pada dasarnya
dimaksudkan untuk menjelaskan tentang kapasitas atau kemampuan
keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan pembangunan
daerah, dan bahwa keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban
daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat
dinilai dengan uang, termasuk segala bentuk kekayaan yang
berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah, namun penyajian
gambaran keuangan daerah dalam lingkup makro akan lebih
memperjelas setidaknya tiga hal yaitu, pertama : hubungan antara
perekonomian daerah dengan pos-pos tertentu yang besarannya
dipengaruhinya: kedua : hubungan antara perekonomian nasional dengan
pos-pos tertentu yang besarannya dipengaruhinya: ketiga : bagaimana
belanja daerah mempengaruhi perubahan ekonomi daerah. Hal yang
pertama dan kedua akan disajikan dalam Bab III ini, dan hal yang ketiga
disajikan dalam Bab VII dan Bab VIII.
Dalam lingkup mikro gambaran keuangan daerah meliputi Analisis
pengelolaan keuangan daerah baik dari segi pendapatan daerah maupun
dari segi belanja daerah. Dari segi pendapatan daerah dikaji tentang ;
pertumbuhan dan perubahan struktur pendapatan daerah; ratio pos-pos
pendapatan tertentu dengan perekonomian daerah (diwakili oleh Produk
Domestik Regional Bruto, PDRB) dan perekonomian nasional (diwakili
oleh Produk Domestik Bruto). Dari segi belanja daerah dikaji tentang ;

III - 1
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Pertumbuhan belanja daerah; laju pertumbuhan dan struktur belanja


daerah, dalam hal ini ratio Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung
masing-masing terhadap Total Belanja; proporsi realisasi belanja
terhadap anggaran; neraca daerah dan pertumbuhannya; dan berbagai
analisis rasio keuangan.
Mengingat bahwa pengelolaan keuangan daerah diwujudkan dalam
APBD, maka analisis pengelolaan keuangan daerah dilakukan terhadap
APBD dan laporan keuangan daerah pada umumnya.
Pengelolaan keuangan daerah diselenggarakan sesuai dengan
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2015 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah yang telah diganti dengan Peraturan Pemerintah no 12
Tahun 2019. PP No 12 Tahun 2019 ini belum dapat sepenuhnya
diterapkan oleh Kabupaten Donggala yang berkaitan tentang struktur
APBD, Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun
2006 yang kemudian diubah dan dilengkapi dengan ketentuan baru yang
diatur dalam Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 dan Permendagri Nomor
21 Tahun 2011 tentang Perubahan kedua atas Permendagri Nomor 13
Tahun 2006 serta Peraturan Daerah yang mengatur tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah.

Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun


2003 telah dikeluarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang menjadi landasan
pemberian kewenangan kepada daerah untuk mengelola keuangan
daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan di daerah
berdasarkan kewenangan pada masing-masing tingkatan pemerintahan.
Dalam upaya mendorong kemandirian pengelolaan pembangunan daerah,
maka arah kebijakan pengelolaan keuangan daerah dititikberatkan pada

III - 2
Gambaran Keuangan Daerah

kemandirian pemanfaatan sumberdaya daerah secara optimal, efisien,


dan efektif guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

3.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU

3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD

Analisis Kinerja Keuangan masa lalu dilakukan terhadap dua sisi,


sisi Pendapatan dan sisi Belanja sebagaimana diuraikan berikut ini:

Sumber pendapatan daerah yang dikelola oleh Pemerintah


Kabupaten Donggala meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana
perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah. PAD terdiri dari Pajak
Daerah, Retribusi Daerah, Bagian Laba Perusahaan Milik Daerah atau
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan lain-lain PAD
yang sah. Sedangkan Dana Perimbangan meliputi Dana Alokasi Umum
(DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil Pajak (DBHP), dan
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (DBHBP). Disamping kedua sumber
pendapatan tersebut, ada sumber ketiga pendapatan yaitu Lain-lain
Pendapatan Daerah Yang Sah yang terdiri dari ; Hibah, Dana Darurat;
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya;
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus; Bantuan keuangan dari Provinsi
atau Pemerintah Daerah lainnya; dan Pendapatan lainnya. Untuk
kepentingan proyeksi pendapatan daerah dimasa datang, pos-pos
pendapatran dalam bentuk Hibah, dan Dana Darurat diabaikan karena
menurut sifatnya yang sama sekali tidak mempunyai hubungan
fungsional dengan otoritas fiscal tiap-tiap daerah.

Kebijakan pengelolaan pendapatan daerah diarahkan pada


intensifikasi dan ekstensifikasi pengelolaan pendapatan daerah terutama
sumber penerimaan dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam hal ini
pajak daerah dan retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah,
serta penerimaan lain-lain PAD yang sah. Kebijakan pengelolaan
pendapatan daerah juga dilakukan dengan mengoptimalkan dana
perimbangan termasuk dana alokasi khusus dan dana bagi hasil.

III - 3
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Pada Tabel 3.1 berikut disajikan data rata-rata pertumbuhan


pendapatan dan belanja daerah Kabupaten Donggala sejak Tahun 2013
sampai dengan Tahun 2018. Data dalam tabel tersebut menunjukkan
bahwa:

1. Pendapatan Daerah. Dalam kurun waktu 2013 – 2016 Pendapatan


Daerah meningkat secara konsisten dari 788,24 milyar rupiah pada
Tahun 2013 menjadi 1.267,00 milyar rupiah pada Tahun 2016, atau
meningkat rata-rata 17,38 persen pertahun. Namun, pada Tahun
2017 Pendapatan menurun menjadi 1.068,58 milyar rupiah, menurun
15,65 persen jika dibandingkan dengan Pendapatan Tahun 2016.
Penurunan Pendapatan di Tahun 2017 diakibatkan oleh menurunnya
sumber-sumber utama pendapatan, yaitu PAD sebesar 28,36 persen,
Dana Perimbangan sebesar 15,44 persen, dan Lain-lain Pendapatan
Daerah yang Sah sebesar 12,00 persen. Besarnya kontribusi masing-
masing sumber utama atas menurunnya Pendapatan pada Tahun
2017 adalah; PAD 10,14 persen; Dana Perimbangan 78,54 persen; dan
Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 11,32 persen. Untuk kurun
waktu 2013 – 2017, rata-rata laju pertumbuhan Pendapatan adalah
9,12 persen; Tahun 2018 realisasi pendapatan daerah sebesar 1,098
milyar rupiah atau tumbuh sebesar 2,84 persen dibanding Tahun
2017. Rata-rata pertumbuhan total pendapatan sejak Tahun 2013-
2018 sebesar 7,87 persen pertahun;
2. Pendapatan Asli Daerah. Dalam kurun waktu 2013 – 2016 PAD
meningkat dari 41,338 milyar rupiah pada tahun 2013 menjadi
70,884 milyar rupiah pada tahun 2016 atau meningkat rata-rata
20,68 persen pertahun. Dari Tahun 2016 ke Tahun 2017 PAD
menurun menjadi 50,780 milyar rupiah atau 28,36 persen.
Penurunan PAD di Tahun 2017 sebagai akibat dari menurunnya tiga
sumber PAD, yaitu; Retribusi Daerah menurun sebesar 42,37 persen;
Hasil Pengelolaan Keuangan Daerah Yang Dipisahkan menurun
sebesar 21,11 persen; dan Lain-lain Penerimaan Daerah Yang Sah

III - 4
Gambaran Keuangan Daerah

menurun sebesar 56,27 persen. Sumber PAD yang meningkat di


Tahun 2017 hanyalah Pajak Daerah sebesar 18,19 persen. Besarnya
kontribusi negative masing-masing sumber atas menurunnya PAD di
Tahun 2017 adalah; Retribusi Daerah 8,05 persen; Hasil Pengelolaan
Keuangan Daerah Yang Dipisahkan 3,52 persen; dan Lain-lain
Penerimaan Daerah yang Sah 110,39 persen. Pajak Daerah memberi
kontribusi positif terhadap perubahan PAD yaitu sebesar 21,96
persen. Rata-rata pertumbuhan PAD dalam kurun waktu 2013 – 2017
adalah sebesar 8,42 persen per tahun, lebih rendah dari pada rata-
rata laju pertumbuhan Pendapatan sehingga berpotensi menurunkan
rasio PAD terhadap Pendapatan. Namun demikian, untuk lima tahun
ke depan, kondisi ini harus di balik, merencanakan dan berupaya
keras dan cerdas demikian rupa sehingga laju pertumbuhan PAD
lebih tinggi dari pada laju pertumbuhan Pendapatan untuk
mewujudkan komitmen untuk meningkatkan derajat kemandirian
fiskal daerah, sebagaimana kebijakan dan langkah-langkah yang
direkomendasikan pada bagian ahir pembahasan tentang analisis
Pendapatan ini; Tahun 2018, PAD sebesar 47,65 milyar rupiah,
mengalami penurunan sebesar 6,16 persen jika dibandingkan dengan
PAD Tahun 2017 sebesar 50,78 milyar rupiah sehingga rata-rata laju
pertumbuhan PAD selama periode 2013 – 2018 hanya sebesar 5,64
persen pertahun, lebih rendah dari rata-rata laju pertumbuhan total
pendapatan sebesar 7,87 persen pertahun. Akibatnya adalah bahwa
rasio PAD terhadap Total Pendapatan menurun dari 6,82 persen di
tahun 2014 menjadi 4,34 persen di tahun 2018, dengan kata lain
bahwa Kabupaten Donggala dalam periode 2013 – 2018 meningkat
ketergantungan fiskalnya dari 93,18 persen di tahun 2014 menjadi
95,66 persen di tahun 2018, sesuatu yang harus menjadi focal point
untuk merubahnya dalam perencanaan lima tahun kedepan ;
3. Dana Perimbangan. Dalam kurun waktu 2013 – 2016, Dana
Perimbangan meningkat secara konsisten dari 637,678 milyar rupiah
pada tahun 2013 menjadi 1.008,832 milyar rupiah pada tahun 2016

III - 5
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

atau meningkat rata-rata 16,95 persen pertahun. Namun, di Tahun


2017, Dana Perimbangan menurun menjadi 853,073 milyar rupiah,
menurun sebesar 15,44 persen jika dibandingkan dengan Dana
Perimbangan tahun 2016. Menurunnya Dana Perimbangan di Tahun
2017 disebabkan oleh menurunnya pendapatan dari sumber Dana
Alokasi Umum (DAU) sebesar 1,57 persen; dan Dana Alokasi Khusus
(DAK) sebesar 54,36 persen. Di lain pihak pendapatan dari sumber
Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak (DBHP/BHBP)
meningkat sebesar 6,15 persen di Tahun 2017. Besarnya kontribusi
negatif DAU dan DAK terhadap menurunnya penerimaan Dana
Perimbangan di Tahun 2017 masing-masing adalah 6,71 persen dan
94,23 persen. Di lain pihak, kontribusi positif atas perubahan Dana
Perimbangan disumbangkan oleh DBHP/BHBP sebesar 0,94 persen.
Rata-rata pertumbuhan Dana Perimbangan selama kurun waktu 2013
– 2017 adalah sebesar 8,85 persen per tahun, lebih rendah dari pada
rata-rata laju pertumbuhan Pendapatan untuk periode yang sama
sehingga juga berpotensi menurunkan rasio Dana Perimbangan
terhadap Pendapatan. Dana perimbangan pada Tahun 2018 sebesar
899,82 milyar rupiah, atau tumbuh sebesar 5,48 persen dari Tahun
2017 sehingga rata-rata laju pertumbuhan Dana Perimbangan selama
periode 2013 – 2018 adalah sebesar 8,18 persen pertahun, lebih tinggi
dari pada rata-rata laju pertumbuhan Total Pendapatan untuk periode
yang sama yakni sebesar 7,87 persen pertahun. Akibatnya, rasio Dana
Perimbangan terhadap Total Pendapatan meningkat dari 77,43 persen
pada tahun 2014 menjadi 81,88 persen pada tahun 2018, dengan
kata lain semakin meningkatnya ketergantungan fiscal Kabupaten
Donggala kepada Dana Perimbangan ;
4. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah mengikuti pola sumber
pendapatan lainnya, pendapatan dari sumber utama Lain-lain
Pendapatan Daerah Yang Sah meningkat secara konsisten selama
periode 2013 – 2016 lalu menurun secara konsisten pula sampai
dengan tahun 2018. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah pada

III - 6
Gambaran Keuangan Daerah

Tahun 2013 berjumlah 109,228 milyar rupiah meningkat menjadi


187,184 milyar rupiah di Tahun 2016 dengan rata-rata pertumbuhan
20,48 persen pertahun. Pada Tahun 2017 menurun menjadi 164,731
milyar rupiah atau menurun sebesar 12,00 persen. Menurunnya Lain-
lain Pendapatan Daerah Yang Sah pada Tahun 2017 terutama
disebabkan oleh menurunnya pendapatan Hibah dari 64,815 milyar
rupiah pada Tahun 2016 menjadi 8,396 milyar rupiah pada Tahun
2017, menurun sebesar 87,05 persen, yang tidak cukup diimbangi
oleh meningkatnya pendapatan dari Dana Penyesuaian dan Otonomi
Khusus sebesar 28,30 persen, dan pendapatan DBHP dari Provinsi
dan Pemerintah Daerah lainnya sebesar 27,77 persen. Namun
demikian, rata-rata pertumbuhan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang
Sah periode 2013 – 2017 sebesar 12,36 persen per tahun, lebih tinggi
dari pada rata-rata pertumbuhan Pendapatan untuk periode yang
sama sehingga berpotensi meningkatkan rasionya terhadap
Pendapatan; Tahun 2018 Lain lain PAD yang sah sebesar 151,44
milyar rupiah atau turun sebesar 8,07 persen dari Tahun 2017
sehingga rata-rata laju pertumbuhan Lain-lain Pendapatan Daerah
yang Sah untuk periode 2013 – 2018 menjadi sebasar 8,27 persen
pertahun, lebih tinggi dari pada rata-rata laju pertumbuhan Total
Pendapatan sebesar 7,87 persen pertahun;
5. Struktur Pendapatan. Struktur Pendapatan ditunjukkan oleh proporsi
masing-masing sumber utama pendapatan (PAD; Dana Perimbangan;
dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah) terhadap Pendapatan
selama periode analisis 2013 – 2017 sebagaimana disajikan dalam
Tabel 3.2 ;
5.a. PENDAPATAN. Dalam periode 2013 – 2017 nampak inkonsistensi
dalam pertumbuhan Pendapatan Daerah Kabupaten Donggala di
mana pada Tahun 2014 pertumbuhannya sebesar 8,37 persen
meningkat menjadi 27,00 dan 16,78 persen masing-masing untuk
Tahun 2015 dan 2016. Namun, pada Tahun 2017 pertumbuhannya
menukik turun sebesar – 15,65 persen untuk kemudian meningkat

III - 7
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

lagi sebesar 2,84 persen di tahun 2018.. Perubahan kecenderungan


pertumbuhan Pendapatan dari kecenderungan positif menjadi
kecenderungan negatif yang relatif besar mengindikasikan adanya
perubahan kecenderungan pertumbuhan pada sumber-sumber utama
pendapatan dengan implikasi lebih jauh bukan saja pada Struktur
Pendapatan melainkan juga pada Struktur Belanja (yang akan
disajikan dalam Tabel 3.6). Walaupun terjadi pertumbuhan minus
pada Tahun 2017 namun rata-rata laju pertumbuhan Pendapatan
selama periode 2013 - 2017 masih cukup tinggi yaitu 9,12 persen per
tahun tapi dengan pertumbuhan yang hanya 2,84 persen di tahun
2018 maka rata-rata laju pertumbuhan Pendapatan selama periode
2013 – 2018 hanya sebesar 7,87 persen pertahun. Kedepan, dengan
mengoptimalkan semua sumber-sumber utama pendapatan
khususnya PAD, harus diupayakan rata-rata laju pertumbuhan
Pendapatan minimal 10,00 persen per tahun disertai dengan struktur
Pendapatan yang cenderung kearah kemandirian yang lebih tinggi;
5.b. PAD. Proporsi PAD dalam Pendapatan berfluktuasi antara
tertinggi 6,82 persen (2014) dan terendah 4,34 persen (2018).
Kecenderungan menurunnya proporsi PAD dalam Pendapatan
merupakan konsekwensi dari lebih rendahnya rata-rata laju
pertumbuhan PAD, yaitu 5,64 persen pertahun, dibandingkan dengan
rata-rata laju pertumbuhan Pendapatan sebesar 7,87 persen
pertahunnya. Kecenderungan terjadinya penurunan proporsi PAD
dalam Pendapatan di dalamnya terdapat dua kelemahan, yaitu: i.
Pola-nya yang fluktuatif, tidak konsisten; dan ii. Proporsi PAD yang
sangat kecil (rata-rata 5,41 persen), sehingga untuk meningkatkan
proporsi PAD dalam Pendapatan diperlukan selisih yang relatif besar
antara laju pertumbuhan PAD dari pada pertumbuhan Pendapatan.
Dengan rata-rata proporsi PAD sebesar 5,41 persen selama periode
2013 - 2018 menunjukkan bahwa rata-rata Tingkat Kemandirian
Fiskal Kabupaten Donggala sangat rendah atau sebaliknya Tingkat

III - 8
Gambaran Keuangan Daerah

Ketergantungan Fiskal Kabupaten Donggala sangat tinggi yaitu 94,59


persen;
5.c. Dana Perimbangan. Proporsi Dana Perimbangan dalam
Pendapatan pada Tahun 2013 sebesar 80,90 persen menurun menjadi
77,43 persen pada Tahun 2014, satu sama lain sebagai akibat dari
meningkatnya proporsi PAD dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang
Sah, selanjutnya proporsi Dana Perimbangan terus meningkat secara
konsisten sampai dengan Tahun 2018 menjadi sebesar 81,88 persen,
sebagai konsekwensi dari lebih tingginya rata-rata laju pertumbuhan
Dana Perimbangan yaitu 8,18 persen pertahun dibandingkan dengan
laju pertumbuhan Pendapatan yaitu 7,87 persen pertahun.
Kecenderungan meningkatnya proporsi Dana Perimbangan secara
konsisten sejak tahun 2014 menunjukkan bahwa struktur
pendapatan Kabupaten Donggala dalam periode 2013 – 2018 dalam
kondisi ketergantungan yang semakin parah terhadap Dana
Perimbangan, sesuatu yang menjadi tantangan dalam perencanaan
periuode selanjutnya untuk merubah kondisi tersebut;

5.d. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah. Proporsi Lain-lain


Pendapatan Daerah Yang Sah bersifat fluktuatif dari 13,86 persen
pada Tahun 2013 meningkat menjadi 15,75 persen pada Tahun 2014
dan 16,85 persen pada Tahun 2015, kemudian menurun pada Tahun
2016 menjadi 14,77 persen lalu meningkat kembali menjadi 15,42
persen pada Tahun 2017 untuk kemudian menurun kembali menjadi
13,78 persen pada tahun 2018. Proporsi rata-rata Lain-lain
Pendapatan Daerah Yang Sah selama periode 2013 – 2018 sebesar
15,31 persen. Dalam analisis kecenderungan, terdapat peningkatan
proporsi Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah dan berpotensi akan
berlanjut dalam lima tahun ke depan, karena adanya potensi yang
besar pada sumber DBHP dari Provinsi atau Pemerintah Daerah
lainnya satu sama lain karena telah beroperasinya pertambangan biji

III - 9
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

nikel (or), dan Industri Feronikel di Morowali, Industri LNG di Banggai,


dan beroperasinya penambangan minyak bumi di Selat Makassar.

III - 10
Gambaran Keuangan Daerah

Tabel 3.1.
Rata-rataa Pertumbuhan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018 (%)
REALISASI
NO URAIAN
2013 2014 2015 2016 2017 2018 Rata-rata (%)
1 PENDAPATAN 788,243,573,933.39 854,226,691,741.36 1,084,867,390,073.68 1,266,899,313,486.24 1,068,583,246,749.50 1,098,920,925,712.11 7.87
1.1 Pendapatan Asli Daerah 41,337,534,716.39 58,214,324,450.36 59,927,050,650.68 70,883,672,512.24 50,780,080,307.50 47,654,166,974.11 5.51
1.1.1 Pajak Daerah 23,443,910,399.00 21,711,427,790.56 23,590,442,564.24 24,271,459,455.14 28,685,668,156.86 28,322,937,331.71 4.21
1.1.2 Retribusi Daerah 8,541,884,652.00 15,235,047,820.00 2,530,099,810.00 3,816,785,590.00 2,199,486,860.00 2,019,742,200.00 (0.95)
1.1.3 Hasil pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan 1,926,261,117.39 1,273,397,902.94 2,744,554,659.46 3,353,913,533.96 2,645,844,479.00 2,305,234,581.00 13.97
1.1.4 Lain-lain PAD yang sah 7,425,478,548.00 19,994,450,936.86 31,061,953,616.98 39,441,513,933.14 17,249,080,811.64 15,006,252,861.40 36.47
1.2 Dana Perimbangan 637,677,790,603.00 661,470,140,292.00 842,198,740,950.00 1,008,832,124,005.00 853,072,586,876.00 899,825,802,898.00 8.18
1.2.1 Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak 33,664,663,603.00 24,448,490,292.00 22,535,408,950.00 23,811,018,508.00 25,274,647,654.00 31,433,848,326.00 0.20
1.2.2 Dana alokasi umum 523,660,657,000.00 573,670,222,000.00 604,513,881,000.00 663,388,901,000.00 652,945,096,000.00 659,731,826,000.00 4.83
1.2.3 Dana alolasi khusus 80,352,470,000.00 63,351,428,000.00 215,149,451,000.00 321,632,204,497.00 174,852,843,222.00 208,660,128,572.00 48.33
1.3 Lain-lain Pendapatan Dearah yang Sah 109,228,248,614.00 134,542,226,999.00 182,741,598,473.00 187,183,516,969.00 164,730,579,566.00 151,440,955,840.00 8.27
1.3.1 Hibah 1,405,080,299.00 2,325,905,000.00 3,741,470,050.00 64,815,208,150.00 8,396,051,680.00 294,000,000.00 315.04
1.3.2 Dana darudat - - - - - -
Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan Pemerintah
1.3.3
Daerah Lainnya ***) 13,131,257,315.00 18,505,254,374.00 20,360,232,798.00 18,651,941,377.00 23,831,584,102.00 27,686,148,840.00 17.30
1.3.4 Dana penyesuaian dan otonomi khusus ****) 86,944,731,000.00 102,838,777,000.00 155,485,145,000.00 102,662,743,600.00 131,717,943,784.00 123,460,807,000.00 11.51
Bantuan keuangan dari provinsi atau Pemerintah
1.3.5
Daerah lainnya 7,747,180,000.00 10,872,290,625.00 3,154,750,625.00 1,053,623,842.00 785,000,000.00 - (44.55)
1.3.6 Pendapatan Lainnya - - - - - - -
2 BELANJA 789,259,660,108.53 836,773,664,875.22 1,052,255,558,570.97 1,280,361,008,486.84 1,086,326,678,577.00 901,651,738,252.00 4.26
2.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 401,668,373,799.00 428,961,445,380.00 546,199,607,932.00 629,712,205,877.00 649,780,620,613.00 519,415,711,817.00 6.51
2.1.1 Belanja Pegawai 343,548,485,477.00 378,642,185,076.00 421,387,929,301.00 453,878,624,670.00 425,634,440,512.00 472,139,883,695.00 6.78
2.1.2 Belanja Bunga - - - - - - -
2.1.3 Belanja Subsidi - - - - - - -
2.1.4 Belanja Hibah 27,739,966,297.00 15,035,609,000.00 5,773,261,870.00 5,267,625,000.00 26,650,432,000.00 37,873,544,750.00 66.38
2.1.5 Belanja Bantuan Sosial 14,461,684,100.00 7,075,402,000.00 8,069,464,000.00 450,100,000.00 560,151,850.00 2,849,715,800.00 60.35
2.1.6 Belanja Bagi Hasil 1,447,623,701.00 1,439,322,180.00 1,367,626,010.00 3,082,224,793.00 622,606,773.00 - (12.00)
2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan 13,678,614,224.00 24,193,297,124.00 109,002,819,439.00 167,009,856,414.00 193,971,318,378.00 - 79.36
2.1.8 Belanja Tidak Terduga 792,000,000.00 2,575,630,000.00 598,507,312.00 23,775,000.00 2,341,671,100.00 6,552,567,572.00 1,996.31
2.2 BELANJA LANGSUNG 387,591,286,309.53 407,812,219,495.22 506,055,950,638.97 650,648,802,609.84 436,546,057,964.00 382,236,026,435.00 2.51
2.2.1 Belanja Pegawai 33,863,250,913.00 39,343,626,630.00 43,385,316,004.00 52,649,541,137.00 55,812,081,302.00 4,662,789,950.00 (7.57)
2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 149,502,282,171.53 184,579,670,862.22 202,444,749,725.97 238,978,713,669.85 217,546,890,357.00 233,612,961,874.00 9.92
2.2.3 Belanja Modal 204,225,753,225.00 183,888,922,003.00 260,225,884,909.00 359,020,547,802.99 163,187,086,305.00 143,960,274,611.00 0.64
3 PEMBIAYAAN 49,287,956,425.55 43,908,034,250.51 59,033,262,235.00 37,804,772,540.99 20,147,255,541.11 4,189,931,406.00 (27.67)
3.1 Penerimaan Pembiayaan 52,287,956,425.55 48,271,870,250.51 61,360,934,039.00 91,972,765,541.71 24,347,255,541.11 4,189,931,406.00 (17.40)
3.2 Pengeluaran Pembiayaan 3,000,000,000.00 4,363,836,000.00 2,327,671,804.00 54,167,993,000.72 4,200,000,000.00 - 406.74
Sumber: Pemerintah Kabupaten Donggala: Ringkasan Laporan Target dan Realisasi Anggaran Tahun 2013 sampai dengan 2018
(data belanja 2018 unconfirm BPK)

III - 11
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Tabel 3.2
Laju Pertumbuhan dan Struktur Pendapatan Daerah
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
Dalam Persen (%)

TAHUN RATA-
RATA
No. URAIAN INDIKATOR
2013-
2013 2014 2015 2016 2017 2018
2018

LAJU PERTUMBUHAN - 8,37 27,00 16,78 -15,65 2,84 7,78


0 PENDAPATAN
PROPORSI 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

LAJU PERTUMBUHAN - 40,83 2,94 18,28 -28,36 -5,51 5.64


1 PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
PROPORSI 5,24 6,82 5,52 5,60 4,75 4,34 5,41

LAJU PERTUMBUHAN - 3,73 27,32 19,79 -15,44 5,48 8,18


2 DANA PERIMBANGAN
PROPORSI 80,90 77,43 77,63 79,63 79,83 81,88 79,28

LAJU PERTUMBUHAN - 23,18 35,82 2,43 -12,00 -8,07 8,27


LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH
3
YANG SAH
PROPORSI 13,86 15,75 16,85 14,77 15,42 13,78 15,31

Keterangan : 1. Diolah dari data dalam Tabel 3.1

2. Proporsi dihitung terhadap Pendapatan

III - 12
Gambaran Keuangan Daerah

Tingkat ketergantungan Fiskal Kabupaten Donggala terhadap Dana


Perimbangan yang merupakan dana transfer dari Pemerintah Pusat masih
sangat tinggi, rata-rata 79,28 persen selama periode 2013 - 2018. Harus
disadari bahwa pada hakekatnya dana transfer merupakan stimulus pada
awal berdirinya daerah otonom baru. Setelah itu, Pemerintah Daerah
harus mempunyai kreatifitas dalam mengelola keuangan daerahnya agar
lebih banyak memperoleh pendapatan dalam bentuk PAD demikian rupa
sehingga kontribusi PAD dalam struktur Pendapatan Daerah meningkat
secara konsisten. Dengan kata lain, bahwa tingkat ketergantungan
kepada dana perimbangan menurun secara konsisten pula dan
berkelanjutan. Dengan demikian, tantangan dalam lima tahun mendatang
adalah optimalisasi PAD sebagai sumber pendapatan daerah dengan
memperhatikan keberlanjutan fiskal dan prinsip pembangunan
berkelanjutan.

Sumber-sumber PAD yang telah ada perlu didukung oleh kebijakan


intensifikasi yang dilakukan melalui kegiatan pemutakhiran data untuk
penghitungan pengenaan atas obyek pajak daerah seperti pada Pajak
Bumi dan Bangunan (penentuan Nilai Jual Obyek Pajak yang baru), Pajak
Pembangunan untuk hotel dan restoran (dengan cara mengharuskan
penggunaan Cash Register untuk setiap transaksi usaha yang dilakukan),
Pajak Reklame dan Pajak Hiburan, serta Retribusi Terminal, Retribusi
Pelayanan Pasar, dan retribusi lainnya. Kebijakan intensifikasi juga
dilakukan terhadap sumber-sumber penerimaan daerah yang belum
dikelola secara optimal dengan mengintensifkan kegiatan penyuluhan
kepada wajib pajak dan retribusi daerah yang diikuti dengan kegiatan
peningkatan intensitas penagihan oleh petugas. Kebijakan intensifikasi
pajak/retribusi daerah tersebut dapat dilakukan antara lain melalui
penyederhanaan proses administrasi pemungutan dan penyempurnaan
sistem pelayanan pajak dan retribusi daerah; Optimalisasi kerangka
regulasi yang berhubungan dengan pengelolaan pendapatan daerah;
Peningkatan koordinasi dan kerja sama antar Satuan Kerja Pengelola

III - 13
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Pendapatan Daerah; Peningkatan sosialisasi dan penyuluhan tentang


ketentuan pajak dan retribusi daerah kepada masyarakat, wajib pajak
dan pembayar retribusi daerah; Peningkatan efektivitas, efisiensi, dan
pengawasan pelaksanaan pungutan penerimaan daerah.

Pajak daerah dalam struktur PAD belum menjadi sumber utama, satu
sama lain disebabkan oleh masih kecilnya nilai transaksi ekonomi yang
dapat menumbuhkan potensi pajak, terbatasnya wajib pajak dan belum
berkembangnya sistem pengelolaan pajak daerah. Selain itu, masih
terbatasnya PAD juga disebabkan oleh kurang berkembangnya
penerimaan retribusi daerah, belum berjalannya retribusi di beberapa
sektor dan belum tersusunnya kerangka regulasi daerah yang
berhubungan dengan optimalisasi pengelolaan Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah. Oleh sebab itu, dalam lima tahun mendatang yakni
periode 2019-2023 tantangan yang harus diatasi antara lain adalah
perlunya percepatan pembangunan ekonomi untuk menumbuhkan
potensi pajak, intensifikasi pendataan dan penataan Pajak Daerah,
pembenahan administrasi perpajakan, perbaikan pelayanan perpajakan,
sosialisasi dan penyuluhan pajak untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam membayar pajak. Selain itu, tantangan yang perlu
dihadapi adalah meningkatkan pelayanan publik, mengoptimalkan
pengelolaan kekayaan dan asset daerah, dan memberikan kemudahan
perizinan usaha. Langkah lain yang perlu dilakukan adalah penguatan
koordinasi antar dinas/instansi pemungut Retribusi Daerah. Berbagai
langkah tersebut secara bertahap diharapkan akan meningkatkan PAD
Kabupaten Donggala.

Pengelolaan belanja daerah merupakan bagian dari pelaksaaan


program pembangunan untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran
pembangunan. Kebijakan pengelolaan belanja daerah secara bertahap
didasarkan pada anggaran berbasis kinerja dengan orientasi pada
pencapaian hasil, dan prinsip transparansi, akuntabilitas, efisiensi,

III - 14
Gambaran Keuangan Daerah

efektivitas serta dilengkapi dengan prinsip equity atau keadilan bagi


semua agar hasil pembangunan dapat dinikmati oleh semua masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang


Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,
struktur belanja daerah dibedakan menjadi belanja langsung dan belanja
tidak langsung. Belanja tidak langsung diarahkan untuk pemenuhan
kebutuhan belanja pegawai, belanja bantuan sosial, belanja bantuan
keuangan kepada pemerintahan desa, serta belanja tidak terduga.
Sedangkan belanja langsung diarahkan untuk: Meningkatkan efisiensi,
efektivitas, jangkauan, mutu dan nilai tambah dalam pelayanan umum
dan administrasi pemerintahan; Melaksanakan kegiatan tugas pokok dan
fungsi OPD yang memenuhi kriteria kesesuaian antara masukan dan
daya dukung setiap unit kerja, antara keluaran dan manfaat yang
dirasakan masyarakat, serta antara dampak dan nilai tambah bagi
kemajuan daerah; Meningkatkan efektivitas organisasi dengan kriteria
kegiatan yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi unit kerja, tidak
terjadi tumpang tindih, dan dapat mendorong keterpaduan tindakan
antar unit.

Kebijakan umum belanja daerah harus menganut asas keadilan


anggaran. Hal ini diartikan bahwa pendapatan daerah pada hakekatnya
diperoleh melalui mekanisme pajak dan retribusi atau beban lainnya yang
dipikul oleh segenap lapisan masyarakat. Pemerintah Daerah
berkewajiban mengalokasikan penggunaan pendapatan di dalam belanja
secara reprensentatif dan proporsional agar dalam pemberian pelayanan
dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi.
Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah harus diupayakan dapat
memperkuat alokasi anggaran di sektor publik untuk mengejar target-
target sasaran strategis sehingga dalam penyusunan APBD dilakukan
peningkatan secara proporsional antara jumlah alokasi belanja tidak
langsung dengan belanja langsung. Kebijakan dalam belanja tidak

III - 15
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

langsung, meliputi: Belanja tidak langsung diarahkan dengan prinsip


efisiensi pada seluruh kegiatan serta diupayakan untuk mendorong
tercapainya efektivitas kegiatan yang semakin meningkat dan memberi
nilai tambah bagi kualitas pelayanan umum dan administrasi
pemerintahan; Belanja tidak langsung selalu diupayakan diarahkan pada
kegiatan yang memenuhi kriteria-kriteria yaitu masukannya proporsional
dengan daya dukung yang tersedia pada setiap unit kerja, keluarannya
dapat dihitung secara akurat, hasilnya dapat tergambarkan, manfaatnya
dapat terasakan oleh masyarakat, dan dampaknya memberikan nilai
tambah bagi kemajuan daerah; Belanja tidak langsung diharapkan
mampu mendorong efektifitas organisasi Pemerintah Daerah sehingga
kegiatan-kegiatan aparatur dapat dibiayai sepanjang memenuhi kriteria
yaitu sesuai dengan tugas pokok dan fungsi unit kerja, tidak terjadi
tumpang tindih, dan dapat mendorong keterpaduan tindakan antar unit.

Kebijakan Belanja Langsung diarahkan untuk mempercepat


operasionalisasi pencapaian visi daerah terutama menjadikan sektor-
sektor unggulan sebagai pendorong kapasitas daerah serta menunjang
penguatan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat; Meningkatkan
kapasitas peranan sektor/bidang penentu yang meliputi peningkatan
sarana dan prasarana wilayah/perhubungan, penguatan bidang umum
pemerintahan, dan peningkatan pendapatan daerah; Mendukung upaya
peningkatan kualitas SDM melalui penyediaan layanan pendidikan dan
kesehatan masyarakat Menumbuhkembangkan aktivitas perekonomian
masyarakat berbasis pontensi lokal; Memberikan perhatian yang
proporsional bagi belanja publik antar bidang penentu, bidang kebutuhan
dasar, dan bidang penunjang yang secara sinergi dan komprehensif
dengan bidang-bidang andalan untuk pencapaian visi dan misi yang telah
ditetapkan.

Untuk mengefektifkan dan mengefisiensikan alokasi dana,


dilakukan analisis belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan daerah.
Analisis ini bertujuan untuk memperoleh gambaran realisasi dari

III - 16
Gambaran Keuangan Daerah

kebijakan pembelanjaan dan pengeluaran pembiayaan daerah pada


periode tahun anggaran sebelumnya yang digunakan sebagai bahan
untuk menentukan kebijakan pembelanjaan dan pengeluaran
pembiayaan di masa datang dalam rangka peningkatan kapasitas
pendanaan pembangunan daerah. Analisis ini sekurang-kurangnya
dilakukan melalui analisis proporsi realisasi belanja daerah dibanding
anggaran dan analisis proporsi belanja untuk pemenuhan kebutuhan
aparatur.

Tabel 3.3 berikut menjabarkan proporsi realisasi belanja terhadap


target anggaran Kabupaten Donggala Tahun 2013 sampai dengan Tahun
2018. Pada Tahun 2013, proporsi realisasi terhadap anggaran dari
belanja tidak langsung sebesar 96,32 persen dari rencana, di akhir
periode (Tahun 2018) sebesar 97,0 persen atau rata rata per tahun
sebesar 102,07 persen. Proporsi realisasi terhadap anggaran dari belanja
langsung rata-rata selama Tahun 2013-2018 sebesar 90,95 persen
pertahun. Pada belanja Modal mengalami penyerapan yang terus
menurun dari tahun ke tahun selama periode 2013-2018, pada Tahun
2013 proporsi belanja modal terhadap anggaran sebesar 92,49 persen
dan pada akhir tahun di Tahun 2018 proporsi realisasi terhadap
anggaran sebesar 88,77 persen. Rata-rata proporsi realisasi terhadap
anggaran dari Tahun 2013 sampai pada Tahun 2018 sebesar 97,31
persen. Pada Tahun 2013, dari target anggaran sebesar Rp 220 milyar
hanya terealisasi sebesar Rp 204 milyar, pada Tahun 2018 target
anggaran untuk belanja modal sebesar Rp 162 milyar, tetapi yang
terealisasi hanya sebesar Rp 143 milyar. Untuk belanja modal, jika dilihat
dari sisi penyerapan anggaran selain proporsinya masih belum setinggi
penyerapan pada belanja operasional juga belum dapat disimpulkan
bagaimana dengan output yang dihasilkan dari penyerapan tersebut
karena hal ini masih perlu dikaji lebih mendalam.

Berbagai permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan belanja daerah


antara lain adalah belum adanya konsistensi peraturan perundang-

III - 17
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

undangan yang mengatur tentang struktur keuangan daerah. Selain itu,


peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan keuangan daerah
terus mengalami perubahan yang menyebabkan keterlambatan dalam
proses penyusunan anggaran, mengganggu kelancaran dalam
pelaksanaan anggaran dan menghambat kecepatan dalam pelaporan
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran; Adanya perubahan
peraturan perundangan yang sangat cepat tanpa diikuti oleh sosialisasi
juga telah menyebabkan keterlambatan penyesuaian terhadap peraturan
yang baru dan berdampak terhadap kurang optimalnya penyerapan
belanja daerah; Terbatasnya pemahaman aparatur terhadap tata cara dan
teknis penyusunan anggaran dan teknis pengalokasian dana terutama
dalam penentuan prioritas belanja dengan mengacu pada prinsip
anggaran berbasis kinerja; Belum adanya standar pelayanan minimal
sebagai acuan dalam mengalokasikan anggaran belanja daerah; Belum
adanya standar analisis belanja sebagai acuan yang digunakan untuk
mengukur tingkat kewajaran belanja dan beban kerja; Belum semua
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) baik Badan, Dinas, Kantor, maupun
Bagian menggunakan anggaran berbasis kinerja sebagai dasar
penyusunan anggaran. Kondisi ini menyebabkan kesulitan dalam
menetapkan indikator kinerja program dan kegiatan setiap OPD dan
ketidaktepatan dalam mengalokasikan belanja daerah untuk
mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan.

III - 18
Gambaran Keuangan Daerah

Tabel 3.3
Proporsi Realisasi Belanja Terhadap Target Anggaran Belanja
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018 (%)

TAHUN
NO URAIAN
2013 2014 2015 2016 2017 2018

A BELANJA TIDAK LANGSUNG 96,32 93.3 93.7 134.0 98.1 97.0


1 Belanja Pegawai 97.16 93.33 92.69 99.59 98.16 97.53
2 Belanja Bunga 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
3 Belanja Subsidi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
4 Belanja Hibah 88.32 92.46 87.19 72.04 94.73 95.45
5 Belanja Bantuan Sosial 93.34 95.50 94.40 72.82 61.13 63.77
6 Belanja Bagi Hasil 99.84 95.95 61.90 99.05 42.99 0.00
7 Belanja Bantuan Keuangan 98.94 96.14 99.37 99.39 99.00 0.00
8 Belanja Tidak Terduga 63.36 73.59 59.34 13.59 99.98 91.01
B BELANJA LANGSUNG 91.37 90.44 87.77 117.16 76.86 82.10
1 Belanja Pegawai 93.32 94.17 88.97 91.60 73.01 95.17
2 Belanja Barang dan Jasa 89.48 88.19 90.09 92.31 79.84 78.26
3 Belanja Modal 92.49 92.01 85.85 150.23 74.51 88.77

Sumber: Pemerintah Kabupaten Donggala, Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2013-2018 (data belanja 2018 unconfirm
BPK), diolah kembali

III - 19
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Dalam analisis belanja daerah, hal yang perlu untuk diperhatikan


dan dianalisis lebih lanjut adalah belanja periodik dan pengeluaran
pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas utama. Analisis ini
diperlukan untuk menghitung kebutuhan pendanaan belanja dan
pengeluaran pembiayaan yang tidak dapat dihindari atau harus dibayar
dalam suatu tahun anggaran. Belanja periodik yang wajib dan mengikat
adalah pengeluaran yang wajib dibayar serta tidak dapat ditunda
pembayarannya dan dibayar setiap tahun oleh Pemerintah Daerah seperti
gaji dan tunjangan pegawai serta anggota dewan, bunga, belanja jasa
kantor, sewa kantor yang telah ada kontrak jangka panjang atau belanja
sejenis lainnya.

3.1.2 Neraca Daerah

Neraca daerah merupakan salah satu laporan keuangan daerah


yang menyajikan informasi mengenai aset, utang dan ekuitas dana pada
akhir tahun anggaran. Pemerintah Kabupaten Donggala menyusun
neraca dengan mengumpulkan, menganalisis, mencatat anggaran dan
realisasinya ke dalam pos-pos neraca. Neraca Daerah Kabupaten
Donggala selama periode 2013 – 2017 disajikan pada Tabel 3.4.

Selama periode 2013-2017 total aset yang dimiliki Pemerintah Daerah


Kabupaten Donggala mengalami peningkatan yaitu dari Rp 1.635 milyar
pada Tahun 2013 menjadi Rp 1.677 milyar pada Tahun 2017.
Peningkatan tertinggi terjadi pada aset lancar berupa kas, piutang, dan
persediaan, diikuti oleh aset tetap berupa jalan irigasi dan jaringan, dan
berikutnya oleh asset lainnya. Tahun 2015 ke Tahun 2016 pada asset
lancar turun dari Rp 114 milyar menjadi Rp 50 milyar dan penurunan ini
terus terjadi di Tahun 2017 menjadi Rp30 milyar

III - 20
Gambaran Keuangan Daerah

Tabel 3.4
Rata-rata pertumbuhan Neraca Kabupaten Donggala Tahun 2015-2017

No Uraian 2015 2016 2017


Rata-rata pertumbuhan(%)
1 ASET 1,731,694,021,406.75 1,719,238,235,261.82 1,677,327,110,234.49 (3.46)
1.1 ASET LANCAR 114,546,858,942.51 50,329,085,819.95 30,048,559,631.67 (18.83)
1.1.1 Kas 94,725,779,680.43 24,690,929,854.84 4,440,860,367.58 (34.43)
1.1.2 Piutang 12,149,702,966.08 12,685,490,615.42 12,711,629,966.83 (1.03)
1.1.3 Persediaan 7,671,376,296.00 12,952,665,349.69 12,896,069,297.26 27.75

1.2 ASET TETAP 1,572,856,035,440.24 1,633,027,170,935.57 1,605,630,616,568.52 (1.92)


1.2.1 Tanah 112,664,981,480.00 113,661,629,980.00 110,000,693,770.00 19.31
1.2.2 Peralatan Dan Mesin 279,762,813,714.26 344,928,262,307.45 337,363,985,448.46 14.99
1.2.3 Gedung Dan Bangunan 807,514,693,540.80 902,494,414,163.03 867,390,388,835.31 8.76
1.2.4 Jalan, Irigasi, Dan Jaringan 819,457,665,085.92 1,028,000,338,678.35 1,122,953,281,065.87 16.98
1.2.5 Aset Tetap Lainnya 17,685,612,050.20 17,733,730,950.20 17,948,949,450.20 4.03
1.2.6 Kontruksi Dalam Pengerjaan 22,914,266,252.00 28,078,760,977.50 20,365,878,871.50 52.46
1.2.7 Akumulasi Penyusutan (487,143,996,682.94) (801,869,966,120.96) (870,392,560,872.82) 24.38

1.3 ASET LAINNYA 44,291,127,024.00 35,881,978,506.30 41,647,934,034.30 (15.13)


1.3.1 Tagihan Penjualan Angsuran 469,556,781.00 370,829,281.00 356,153,481.00 27.11
1.3.2 Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah - - - (33.33)
1.3.3 Kemitraan Dengan Pihak Ketiga 25,000,000.00 25,000,000.00 25,000,000.00 -
1.3.4 Aset Tak Berwujud 3,914,677,152.00 34,658,333.30 34,658,333.30 (32.84)
1.3.5 Aset Lainnya 96,484,184,894.01 93,787,628,612.66 41,232,122,220.00 (8.64)
1.3.6 Akumulasi Penyusutan (56,602,291,803.01) (58,336,137,720.66) - (32.31)

2 KEWAJIBAN 6,232,526,036.63 26,907,850,320.96 34,198,857,225.30 107.77


2.1 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 6,232,526,036.63 26,907,850,320.96 34,198,857,225.30 107.77
2.1.1 Utang Perhitungan Pihak Ketiga 42,878,550.00 48,770,250.00 230,987,066.00 118.28
2.1.2 Utang Muka Dari Kas Daerah - - - -
2.1.3 Pendapatan Diterima Dimuka 1,115,168,352.78 1,099,337,880.81 569,889,969.45 (16.53)
2.1.4 Utang Pegawai - - - (33.33)
2.1.5 Utang Pemerintah Pusat - - - (33.33)
2.1.6 Utang jangka pendek lainnya 73,161,396.85 12,879,871,095.07 13,759,062,015.85 5,804
2.1.7 Utang Beban 5,001,317,737.00 12,879,871,095.07 19,638,918,174.00 4,032

III - 21
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

3 EKUITAS DANA 1,732,660,057,667.11 1,718,314,453,753.90 1,668,813,233,357.17 (3.68)


3.1 EKUITAS DANA LANCAR - - - -
3.1.1 SILPA - - - -
3.1.2 Cadangan Piutang - - - -
3.1.4 Cadangan Persediaan - - - -
3.1.5 Utang Jangka Pendek - - -
3.1.6 Pendapatan Yang Ditangguhkan - - - -
-
3.2 EKUITAS DANA INVESTASI - - - -
3.2.1 Diinvestasikan Dalam Aset Tetap - - - -
3.2.2 Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya - - - -
3.2.3 Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka Panjang - - -
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 1,738,892,583,703.74 1,745,222,304,074.86 1,703,012,090,582.47 -3.18

Tabel 3.5
Analisi Rasio Keuangan Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017

A Rasio Likuiditas 2013 2014 2015 2016 2017


a. Rasio Lancar 7.87709 8.47253 18.37888 1.87042 0.87864
b. Rasio Quick 7.26276 7.78141 17.14802 1.38905 0.50155
B Rasio Solvabilitas:
A. Rasio Total Utang Terhadap Total Aset 0.00523 0.00811 0.00676 0.01565 0.02039
B. Rasio Hutang Terhadap Modal 0.00522 0.00810 0.00676 0.01566 0.02049
C Rasio Aktivitas
A. Rata-rata Umur Piutang = (365 : Perputaran Piutang) 2.82813 2.47848 2.67184 2.69120 2.75844
B. Rata-rata Umur Persediaan = (365: Perputaraan Persediaan) 630.20381 495.88925 431.85423 255.77101 256.89349
Sumber: Tabel 3.4, data diolah

III - 22
Gambaran Keuangan Daerah

Selanjutnya pada Tabel 3.5 Analisis Rasio Keuangan Pemerintah


Daerah Kabupaten Donggala selama Periode 2013 – 2017.

1. Rasio Lancar (Current Ratio)

Berdasarkan hasil perhitungan nilai rasio lancar (rasio antara aset


lancar terhadap hutang lancar) neraca keuangan Pemerintah Kabupaten
Donggala pada Tahun 2013 sebesar 7,8; Tahun 2014 sebesar 8,4; Tahun
2015 sebesar 18,3; Tahun 2016 sebesar 1,8; dan Tahun 2017 sebesar
0,8. Nilai ini mengindikasikan bahwa Pemerintah Kabupaten Donggala
mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya melalui pencairan aset
lancarnya, namun di sisi lain selama periode tersebut terjadi penurunan
nilai rasio lancar terutama di Tahun 2015 ke Tahun 2016 penurunannya
sangat tajam. Pada Tahun 2017 nilai rasio lancar hanya 0,8. Hal ini
memberi pertanda yang tidak baik yang perlu mendapat perhatian dari
Pemerintah Daerah Kabupaten Donggala.

2. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Hasil perhitungan, nilai rasio cepat (rasio antara aset lancar


dikurangi persediaan, terhadap hutang lancar) pada Tahun 2013 sebesar
7,2; Tahun 2014 sebesar 7,7; Tahun 2015 sebesar 17,1; Tahun 2016
sebesar 1,3; dan Tahun 2017 sebesar 0,5. Hasil perhitungan tersebut
memperlihatkan adanya kemampuan aset lancar dalam menyelesaikan
hutang secara cepat namun terjadi penurunan nilai rasio cepat terutama
di Tahun 2015 ke Tahun 2016. Hal ini berarti pemerintah Kabupaten
Donggala memiliki aset yang cukup untuk membayar utang namun perlu
diwaspadai adanya kecenderungan penurunan kemampuan aset di dalam
menutup utang. Di Tahun 2017 quick ratio hanya mencapai 0,5.

3. Rasio Utang terhadap Total Aset (Total Debt to Total Assets Ratio)

Hasil perhitungan rasio total utang terhadap total aset


menunjukkan bahwa pada Tahun 2013 sebesar 0,523 persen; Tahun
2014 sebesar 0,811 persen; Tahun 2015 sebesar 0,676 persen; Tahun

III - 23
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

2016 sebesar 1,565 persen; dan Tahun 2017 sebesar 2,039 persen. Rasio
total hutang terhadap total aset selama periode tersebut menunjukkan
nilai yang relatif kecil sehingga Pemerintah Kabupaten Donggala
mempunyai kemampuan untuk melunasi utang jika melakukan pinjaman
kepada kreditur.

4. Rasio Utang terhadap Ekuitas (Total Debt to Equity Ratio)

Hasil perhitungan rasio hutang terhadap ekuitas selama periode


2013 – 2017 menunjukkan bahwa Tahun 2013 sebesar 0,522 persen;
Tahun 2014 sebesar 0,810 persen; Tahun 2015 sebesar 0,676 persen;
Tahun 2016 sebesar 1,566 persen; dan Tahun 2017 sebesar 2,049
persen. Rasio total hutang terhadap ekuitas selama periode tersebut juga
menunjukkan nilai yang relatif kecil sehingga Pemerintah Kabupaten
Donggala mempunyai kemampuan untuk melunasi utang jika melakukan
pinjaman kepada kreditur.

Tabel 3.6
Pengeluaran Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama
Kabupaten Donggala Tahun 2013-2017 (Rp milyar)
TAHUN
NO URAIAN
2013 2014 2015 2016 2017
A Belanja Tidak Langsung 1,447,623,701 308,203,243,394 417,837,669,319 452,106,798,710 420,998,226,475
1 Belanja Gaji dan Tunjangan 0 306,763,921,214.00 416,470,043,309.00 449,024,573,917.00 420,375,619,702.00
Belanja Penerimaan Anggota dan
2 0 0 0 0 0
Pimpinan DPRD serta Operasional
3 Belanja Bunga 0 0 0 0 0
4 Belanja Bagi Hasil 1,447,623,701.00 1,439,322,180.00 1,367,626,010.00 3,082,224,793.00 622,606,773.00
Dst..... 0 0 0 0 0
B Pembiayaan Pengeluaran 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
1 Pembentukan Dana Cadangan 0 0 0 0 0
2 Pembayaran Pokok Utang 0 0 0 0 0
Dst..... 0 0 0 0 0
Total A + B 1,447,623,701.00 308,203,243,394.00 417,837,669,319.00 452,106,798,710.00 420,998,226,475
Sumber: Pemerintah Kabupaten Donggala, Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran
Tahun 2013-2017, diolah kembali

Pada tabel 3.6 disajikan belanja wajib dan mengikat serta prioritas
utama Kabupaten Donggala Tahun 2013 sampai Tahun 2017. Dari tabel
tersebut dapat dijelaskan bahwa dari komponen belanja yang wajib
mengikat serta prioritas utama, didominasi oleh belanja gaji dan

III - 24
Gambaran Keuangan Daerah

tunjangan. Di Tahun 2014, Rp 306 milyar diperuntukkan untuk belanja


gaji dan tunjangan dari total belanja wajib mengikat serta prioritas utama
sebesar Rp 308 milyar dan sisanya untuk belanja bagi hasil, pada Tahun
2017 dari total belanja wajib mengikat serta prioritas utama sebesar Rp
420,9 milyar, hanya sebesar Rp 622 juta untuk belanja bagi hasil.

3.2. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN MASA LALU

3.2.1. Proporsi Penggunaan Anggaran

Analisis selanjutnya adalah realisasi belanja untuk pemenuhan


kebutuhan aparatur di Kabupaten Donggala Tahun 2013 sampai dengan
Tahun 2017. Tahun 2013, untuk pemenuhan kebutuhan aparatur di
Kabupaten Donggala hanya dialokasikan untuk memenuhi belanja
langsung saja yaitu untuk komponen belanja modal berupa kebutuhan
kantor, mobil dinas, peralatan dan perlengkapan yaitu sebesar Rp 204
milyar. Selanjutnya pada Tahun 2014, untuk belanja tidak langsung yang
memenuhi kebutuhan aparatur sebesar Rp 377,3 milyar yang didominasi
oleh belanja gaji dan tunjangan sebesar Rp 306,7 milyar. Pada tahun
yang sama belanja untuk memenuhi kebutuhan aparatur dari sisi belanja
langsung sebesar Rp 277,9 milyar yang didominasi oleh belanja modal
sebesar 183,9 milyar rupiah yang terdiri dari belanja kebutuhan kantor,
mobil dinas, peralatan dan perlengkapan. Antar Tahun 2013-2016,
belanja pemenuhan kebutuhan aparatur terus mengalami kenaikan
tetapi pada Tahun 2017 turun dari Rp 452,5 milyar menjadi Rp 424,3
milyar. Dari belanja langsung untuk pemenuhan kebutuhan aparatur
pada pos belanja perjalanan dinas di Tahun 2015 mencapai Rp42 milyar
kemudian meningkat lagi menjadi Rp 56 milyar di Tahun 2016. Rincian
belanja pemenuhan kebutuhan aparatur tersaji pada tabel 3.5 berikut.

III - 25
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Tabel 3.7
Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur
Kabupaten Donggala, Tahun 2013-2017 (Rp)
TAHUN
NO URAIAN
2013 2014 2015 2016 2017 2018
A Belanja Tidak Langsusng 343,548,485,477 377,385,608,152 419,829,690,146 452,569,609,149 426,237,284,943 227,181,453,443
1 Belanja Gaji Tunjangan 343,548,485,477.00 306,763,921,214.00 416,470,043,309.00 449,024,573,917.00 421,903,083,776.00 186,994,203,421.00
2 Belanja Tambahan Penghasilan **) 0 68,490,967,985.00 1,220,046,837.00 1,507,035,232.00 1,798,501,167.00 36,074,750,022.00
Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD serta
3 0 1,774,500,000.00 2,139,600,000.00 2,038,000,000.00 2,535,700,000.00 4,112,500,000.00
Operasional KDH/WKDH
4 Belanja Pemungutan Pajak Daerah**) 0 356,218,953.00 0 0 0.00 0.00
B Belanja Langsung 238,089,004,138.00 201,731,033,301 227,399,466,382 270,501,107,048 170,970,344,592 129,359,773,033
1 Belanja Honorraium PNS ***) 18,229,543,548.00 19,470,904,462.00 22,806,179,416.00 20,773,367,928.00 8,052,558,835.00
33,863,250,913.00
2 Belanja Uang Lembur PNS**) 2,533,116,024.00 2,727,174,500.00 3,843,789,600.00 4,741,107,800.00 4,486,866,950.00
3 Belanja Beasiswa Pendidikan PNS 0 54,904,000.00 320,200,000.00 0 261,339,000.00 199,050,000.00
4 Belanja Kursus, Pelatihan, Sosialisasi dan Binbingan Teknis PNS**) 0 7,869,658,559.00 9,190,515,109.00 16,558,549,279.00 11,542,199,913.00 11,520,776,879.00
5 Belanja Premi Asuransi Kesehatan 0 300,000,000.00 1,485,000.00 33,749,000.00 46,023,700.00 25,366,000.00
6 Belanja Makanan dan Minuman Pegawai 0 14,803,966,278.00 16,561,807,816.00 20,934,635,760.00 20,380,848,467.00 9,056,345,708.00
7 Belanja Pakaian Dinas dan Atributnya 0 470,255,000.00 513,688,000.00 308,252,000.00 475,000,238.00 673,263,000.00
8 Belanja Pakaian Khusus dan Hari-hari Tertentu*) 0 1,428,150,953.00 1,198,978,200.00 2,425,811,800.00 2,309,420,707.00 969,349,500.00
9 Belanja Perjalanan Dinas**) 0 920,719,400.00 42,333,714,586.00 56,615,939,663.00 54,724,133,891.00 38,601,827,129.00
10 Belanja Perjalanan Pindah Tugas 0 47,356,110,740.00 0 0 428,667,800.00 0.00
11 Belanja Pemulangan Pegawai 0 99,675,000.00 99,375,000.00 0 0.00 0.00
Belanja Modal (Kantor, Mobil Dinas, Maubelair, Peralatan dan
12 204,225,753,225.00 107,664,933,799.00 134,981,623,709.00 146,974,200,529.99 55,288,235,148.00 55,774,369,032.00
Perlengkapan dll
TOTAL 581,637,489,615 579,116,641,453 647,229,156,528 723,070,716,197 597,207,629,535 356,541,226,476

Sumber: Laporan realisasi anggaran OPD Tahun 2013 - 2017 data diolah

Tabel 3.8
Laju Pertumbuhan dan Struktur Belanja Daerah Kabupaten Donggala
Tahun 2013-2017, dalam Persen (%)

TAHUN
RATA-RATA
No. URAIAN INDIKATOR
2014-2017
2013 2014 2015 2016 2017

LAJU PERTUMBUHAN - - 17,87 21,05 -24,74 4,73


0. TOTAL BELANJA
PROPORSI - 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

LAJU PERTUMBUHAN - - 11,25 7,86 -6,24 4,29


1. BELANJA TIDAK LANGSUNG
PROPORSI - 57,59 54,35 48,40 60,29 54,59

LAJU PERTUMBUHAN - - 35,76 7,82 -6,38 12,40


(BELANJA GAJI DAN
1.n.
TUNJANGAN)
(PROPORSI) - (46,81) (53,91) (48,02) (59,73) (51,93)

LAJU PERTUMBUHAN - - 26,87 36,84 -42,08 7,21


2. BELANJA LANGSUNG
PROPORSI - 42,41 45,65 51,60 39,71 45,41

LAJU PERTUMBUHAN - - 41,51 37,96 -45,45 11,34


2.n. (BELANJA MODAL)
(PROPORSI) - (28,06) (33,69) 38,39 23,19 31,51

Keterangan : 1. Diolah dari data dalam Tabel 3.7

III - 26
Gambaran Keuangan Daerah

2. Proporsi dihitung terhadap Total Belanja

Analisis pertumbuhan dan struktur Belanja Daerah Kabupaten


Donggala periode 2013 – 2017. Sajian data dalam Tabel 3.8 menjelaskan
sebagai berikut:

1). Total Belanja. Pertumbuhan Total Belanja di Tahun 2015 dan 2016
cukup tinggi masing-masing 17,87 persen dan 21,05 persen namun pada
Tahun 2017 menurun menjadi -24,74 persen. Secara rata-rata laju
pertunbuhan Total Belanja sebesar 4,73 persen per tahun. Menurunnya
total belanja pada Tahun 2017 satu sama lain disebabkan oleh
menurunnya Pendapatan (lihat Tabel 3.1 dan Tabel 3.2);

2). Belanja Tidak Langsung. Pertumbuhan Belanja Tidak Langsung


menurun secara konsisten, yaitu dari 11,25 persen di Tahun 2015
menjadi 7,86 persen dan – 6,24 persen masing-masing untuk Tahun 2016
dan 2017. Secara rata-rata laju pertumbuhan Belanja Tidak Langsung
sebesar 4,29 persen per tahun, lebih rendah dari pada rata-rata laju
pertumbuhan Total Belanja sehingga akan memperkecil proporsi Belanja
Tidak Langsung dalam struktur belanja daerah. Hal tersebut terlihat
bahwa proporsi Belanja Tidak Langsung Tahun 2014 sebesar 57,59
persen menurun menjadi 54,35 persen dan 48,40 persen masing-masing
untuk Tahun 2015 dan 2016, namun kembali meningkat menjadi 60,29
persen di Tahun 2017, sebagai konsekuensi dari menurunnya Total
Belanja dampak dari menurunnya Pendapatan. Rata-rata proporsi
Belanja Tidak Langsung periode 2014 – 2017 adalah sebesar 54,59
persen. Walaupun terdapat kecenderungan proporsi Belanja Tidak
Langsung menurun namun kondisinya masih jauh dari harapan yaitu
maksimum 40,00 persen;

3). Belanja Gaji, Tunjangan. Belanja Gaji dan Tunjangan adalah bagian
dari Belanja Tidak Langsung yang mengalami pertumbuhan yang
semakin kecil yaitu 35,76 persen pada Tahun 2015 menjadi 7,82 persen
dan – 6,38 persen masing-masing untuk Tahun 2016 dan 2017. Rata-rata

III - 27
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

laju pertumbuhan Belanja Gaji dan Tunjangan dalam periode 2014 –


2017 adalah sebesar 12,40 persen per tahun, lebih tinggi dari pada
pertumbuhan Total Belanja. Dengan memperhitungkan kenaikan gaji
berkala dan kenaikan gaji pokok serta pertambahan jumlah pegawai,
maka asumsi normal pertumbuhan Belanja Gaji dan Tunjangan sekitar
7,00 sampai dengan 8,00 persen per tahun Akibatnya, proporsi Belanja
Gaji dan Tunjangan dalam periode pengamatan cenderung meningkat
dengan rata-rata sebesar 51,93 persen. Ke depan, dengan
memperhitungkan kenaikan gaji pokok, gaji berkala, dan tunjangan serta
pertambahan jumlah pegawai, maka asumsi normal pertumbuhan
Belanja Gaji dan Tunjangan berkisar 7,00 sampai dengan 8,00 persen per
tahun. Di lain pihak, laju pertumbuhan Total Belanja yang lebih besar,
diharapkan minimal 10,00 persen per tahun, dan dengan pengelolaan
anggaran yang lebih efektif dan efisien dapat diharapkan proporsi Belanja
Gaji dan Tunjangan akan semakin menurun;

4). Belanja Langsung. Pertumbuhan Belanja Langsung di Tahun 2015 dan


2016 sangat tinggi, masing-masing 26,87 persen dan 36,84 persen,
namun menurun drastis pada Tahun 2017 sebesar -42,08 persen, sebagai
konsekuensi dari menurunnya Total Belanja. Secara rata-rata laju
pertumbuhan Belanja Langsung sebesar 7,21 persen per tahun, cukup
jauh lebih tinggi dari pada rata-rata laju pertumbuhan Total Belanja.
Akibat dari hal tersebut, proporsi Belanja Langsung dalam Total Belanja
meningkat dari 42,41 persen di Tahun 2014 menjadi 45,65 persen dan
51,60 persen masing-masing untuk Tahun 2015 dan 2016 namun
menurun menjadi 39,71 persen pada Tahun 2017. Proporsi rata-rata
Belanja Langsung dalam Total Belanja selama periode 2014 – 2017 adalah
sebesar 45,41 persen, masih jauh dari harapan yaitu minimum 60,00
persen;

5). Belanja Modal. Belanja Modal merupakan bagian dari Belanja


Langsung yang mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi, yaitu 41,51
persen dan 37,96 persen masing-masing untuk Tahun 2015 dan 2016,

III - 28
Gambaran Keuangan Daerah

namun menurun drastis di Tahun 2017 menjadi -45,45 persen di Tahun


2017. Secara rata-rata, laju pertumbuhan Belanja Modal sebesar 11,34
persen per tahun, jauh lebih tinggi dari pada pertumbuhan Belanja
Modal. Akibat dari hal tersebut, proporsi Belanja Modal dalam Total
Belanja pada Tahun 2014 sebesar 28,06 persen meningkat menjadi 33,69
persen dan 38,39 persen masing-masing untuk Tahun 2015 dan 2016
namun menurun menjadi 23,19 persen pada Tahun 2017. Rata-rata
proporsi Belanja Modal dalam Total Belanja selama periode 2014 – 2017
adalah sebesar 31,51 persen, jauh melampaui harapan yaitu minimum
20,00 persen. Capaian ini harus dapat dipertahankan pada masa
mendatang.

3.2.2. Analisis Pembiayaan

Pembiayaan daerah ditetapkan untuk menutup defisit atau


memanfaatkan surplus. Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan
pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.

(1) Penerimaan Pembiayaan

Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu


dibayar kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun
pada tahun anggaran berikutnya, meliputi sisa lebih perhitungan
anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA), pencairan dana cadangan,
hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman
daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan penerimaan
piutang daerah.

Kebijakan penerimaan pembiayaan sebaiknya mencegah terjadinya


Sisa Lebih Anggaran tahun sebelumnya (SiLPA) dengan menerapkan
perencanaan dan penganggaran secara terpadu dan konsisten, serta
prinsip perencanaan dan anggaran berbasis kinerja. Selain itu,
penggunaan SiLPA dilakukan secara cermat untuk mempertahankan
kesinambungan fiskal dan menjaga keberlanjutan pelayanan umum.

III - 29
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

(2) Pengeluaran Pembiayaan

Pengeluaran pembiayaan adalah pengeluaran yang akan diterima


kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada
tahun anggaran berikutnya, yang meliputi pembentukan dana cadangan,
penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah, pembayaran pokok
utang, dan pemberian pinjaman daerah.

Tabel 3.9
Penutup Defisit Riil Anggaran
Kabupaten Donggala Tahun 2016-2018

2016 2017 2018


No Uraian
(Rp) (Rp) (Rp)

1 Realisasi Pendapatan Daerah 1,266,899,313,486.24 1,078,980,830,145.51 1,098,920,925,712

Dikurangi realisasi:

2 Belanja Daerah 1,280,361,008,486.84 1,096,261,791,171.00 901,651,738,252

Pengeluaran Pembiayaan
3 4,189,931,406
Daerah 54,163,815,000.00 4,200,000,000.00

A Defisit riil -67.625.510.000,60 -21.480.961.025


193.079.256.054

Ditutup oleh realisasi


Penerimaan Pembiayaan:

Sisa Lebih Perhitungan


4 Anggaran (SiLPA) Tahun 91,972,765,541.71 24,347,255,541.11 4,189,931,406
Anggaran sebelumnya

5 Pencairan Dana Cadangan 0.00 0.00 0.00

Hasil Penjualan Kekayaan


6 0.00 0.00 0.00
Daerah Yang di Pisahkan

Penerimaan Pinjaman
7 0.00 0.00 0.00
Daerah

Penerimaan Kembali
8 0.00 0.00 0.00
Pemberian Pinjaman Daerah

9 Penerimaan Piutang Daerah 0.00 0.00 0.00

Total Realisasi Penerimaan


B 91,972,765,542 24,347,255,541 4,189,931,406
Pembiayaan Daerah

III - 30
Gambaran Keuangan Daerah

Sisa lebih pembiayaan


A-B 24,347,255,541 2,866,294,516 188,889,324,648
anggaran tahun berkenaan

Sumber: Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten Donggala Tahun 2016-2018, data


diolah

Pada tabel 3.9 disajikan gambaran penutup Defisit Riil Anggaran


Tahun 2016-2018. Pada Tahun 2016 kebijakan anggaran yang digunakan
untuk menutup defisit riil anggaran pemerintah daerah sebesar (Rp
67.625.510.000,60) adalah dengan menambahkan penerimaan
pembiayaan sebesar Rp 91,9 Milyar yaitu dari sisa lebih perhitungan
anggaran (SiLPA) tahun anggaran sebelumnya. Pada tahun tersebut
besarnya belanja adalah Rp 1.280 milyar,- sedangkan pendapatan hanya
sebesar Rp 1.266 milyar, dan pengeluaran pembiayaan daerah sebesar Rp
54 milyar sehingga besarnya SILPA tahun anggaran berkenan adalah
sebesar Rp 24,347 Milyar. Tahun anggaran 2017 pendapatan daerah yang
terealisasi Rp 1.078 milyar,- sedangkan belanja sebesar Rp 1.096 milyar,-
Pada tahun ini, sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berkenan sebesar
Rp 2,866 Milyar. Tahun 2018 realisasi pendapatan daerah sebesar 1,098
T Rupiah belanja daerah sebesar 901,6 Milyar Rupiah adapun
pengeluaran pembiayaan daerah sebesar 4,1 Milyar Rupiah. sisa lebih
pembiayaan tahun anggaran berkenan (SILPA) di Tahun 2017 hanya
sebesar 2,8 Milyar Rupiah tetapi pada Tahun 2018 sisa lebih perhitungan
anggaran (SiLPA) sebesar 4,1 Milyar Rupiah sehingga pada posisi akhir
tahun terjadi unbalance yang mengakibatkan sisa lebih pembiayaan
anggaran tahun berkenan tidak nihil tetapi sebesar 188.8 Milyar Rupiah.

Dari hasil analisis Tahun 2016 dan Tahun 2018 mengindikasikan


bahwa pengelolaan keuangan yang tidak efektif karena masih
menyisihkan SiLPA yang besar. Merujuk pada ketentuan Pasal 62
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, Kondisi ini sumber terjadinya SiLPA
berasal dari pelampauan penerimaan PAD, pelampauan penerimaan dana
perimbangan, pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang
sah, pelampauan penerimaan pembiayaan, penghematan belanja,

III - 31
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum


terselesaikan, dan sisa dana kegiatan lanjutan. Kebijakan pengeluaran
pembiayaan Kabupaten Donggala sebaiknya mendorong percepatan
pengembangan ekonomi daerah melalui pengeluaran pembiayaan untuk
penyertaan modal; Menjamin kesinambungan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan dengan pinjaman daerah pada saat
terjadi defisit anggaran; Mendukung penyertaan modal dan pemberian
pinjaman pada saat terjadi surplus anggaran dengan tetap
mempertimbangkan kesinambungan fiskal daerah dan ketentuan
peraturan perundangan yang berlaku.

Pada Tahun 2018 rasio surplus terhadap total pendapatan sebesar


0,18 yang menunjukkan performa fiskal Pemerintah Daerah Kabupaten
Donggala dalam menghimpun pendapatan untuk mengcover belanja.
Dengan nilai sebesar 0,18 artinya dalam meliputi belanja daerah
pemerintah Kabupaten Donggala hanya sebatas mengelolah dana transfer
dan tidak optimal dalam menghimpun sumber pendapatan daerah
lainnya. Pada tahun yang sama rasio SiLPA terhadap total belanja APBD
sebesar 0,21, rasio ini mencerminkan proporsi belanja atau kegiatan
yang tidak digunakan dengan efektif oleh pemerintah selama Tahun 2018.

3.3. KERANGKA PENDANAAN KEBUPATEN DONGGALA TAHUN


2019-2023

3.3.1. Proyeksi Pendapatan dan Belanja

Proyeksi pendanaan pada tabel 3.12 disusun dengan asumsi-


asumsi sebagai berikut:
1) Proyeksi pendapatan dalam bentuk Pajak Daerah, Retribusi Daerah,
Lain-lain PAD yang Sah, Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak
Pusat, dan Dana Bagi Hasil Pajak Provinsi merupakan Fungsi dari
Proyeksi Kondisi Ekonomi Daerah yang dalam hal ini diwakili oleh
proyeksi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam Harga
Berlaku (PDRB-HB), lihat Tabel 3.11.

III - 32
Gambaran Keuangan Daerah

2) Proyeksi pendapatan dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU), Dana


Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Penyesuaian merupakan Fungsi dari
Proyeksi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Di lain
pihak, Proyeksi APBN merupakan Fungsi dari Proyeksi Produk
Domestik Bruto (PDB);
3) Kelembagaan Pemerintah Daerah (SDM, dan Infrastruktur yang
mendukungnya) pada umumnya, dan Kelembagaan Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten Donggala pada khususnya semakin baik dan
semakin kuat;
4) Akibat dari bencana alam dalam bentuk Gempa Bumi (7,4 SR) pada
tanggal 28 September 2018 yang menimbulkan Tsunami yang
melanda sebagian pesisir pantai Kabupaten Donggala, Tanah Longsor,
Abrasi, Rusaknya jaringan Listrik dan Komunikasi sehingga berakibat
berhentinya kegiatan ekonomi daerah dalam skala waktu dan luasan
yang berbeda antara satu sector dengan sector ekonomi lainnya.
Dengan memperhitungkan kondisi berhentinya kegiatan ekonomi
dalam skala waktu dan luasan yang berbeda antara sector-sektor
ekonomi khususnya dalam rentang waktu 29 September sampai
dengan 31 Desember 2018 disatu pihak dan kecenderungan
pertumbuhan produksi pada masing-masing sub sector dan sector
ekonomi pada rentang waktu 1 Januari sampai dengan 28 September
2018 dilain pihak maka dibuat proyeksi kondisi sektoral PDRB
Kabupaten Donggala tahun 2018 sebagai basis proyeksi PDRB
Kabupaten Donggala periode 2019 – 2023 sebagaimana disajikan
dalam Tabel 3.10 untuk harga konstan tahun 2010 dan Tabel 3.11
untuk harga berlaku;
5) Dalam tahun 2018 diproyeksikan terjadinya penurunan nilai PDRB
secara Riil sebesar minus 2,719 persen dengan skala yang berbeda
diantara sub sector dan sector, yaitu penurunan nilai produksi riil
terbesar pada Sub Sektor Perikanan (minus 9,393 persen), semua
sub sector Pertanian kecuali sub sector Peternakan juga
diproyeksikan mengalami penurunan nilai produk yang cukup besar.

III - 33
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Secara keseluruhan sector pertanian diproyeksikan mengalami


penurunan produksi sebesar minus 6,307 persen. Selain sector
pertanian ada tujuh sector lainnya yang mengalami penurunan
produksi. Disamping itu ada Sembilan sector yang diproyeksikan
mengalami pertumbuhan positif, namun kesembilan sector ini hanya
merupakan 32,07 persen dari total PDRB HK Kabupaten Donggala
tahun 2018. Sektor yang diperhitungkan mengalami pertumbuhan
tertinggi pada tahun 2018 adalah sector Administrasi Pemerintahan
dan Keamanan yang karena sifat dan fungsinya tidak terganggu oleh
bencana alam, bahkan sangat dimungkinkan sector ini dapat
bertumbuh lebih besar dari pada kondisi normal akibat bertambah
besarnya volume kegiatan pelayanan administrasi pemerintahan dan
keamanan dalam situasi bencana. Implikasi lain yang ditimbulkan
oleh bencana adalah akan meningkatnya secara tajam jumlah orang
miskin dan semakin tingginya tingkat keparahan kemiskinan, satu
sama lain karena lokasi bencana justru pada wilayah dimana tingkat
kemiskinan relative tinggi;
6) Dalam proses rekonstruksi sarana dan prasaran yang rusak akibat
bencana alam tanggal 28 September 2018 dan mulai pulihnya
kegiatan ekonomi sejak awal tahun 2019 maka laju pertumbuhan
PDRB Kabupaten Donggala tahun 2019 diproyeksikan sebesar 6,219
persen. Tingkat pertumbuhan ini terlihat sangat tinggi jika
dibandingkan rata-rata laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Donggala
periode 2013 – 2018 yaitu 3,80 persen pertahun bahkan masih cukup
tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhannya
untuk periode 2013 – 2017 yaitu sebesar 5,44 persen pertahun,
namun sesungguhnya proyeksi PDRB tahun 2019 tersebut hanya
bertumbuh 3,33 persen jika dibandingkan dengan PDRB tahun 2017,
tahun terahir sebelum bencana. Proyeksi pertumbuhan PDRB
Kabupaten Donggala dilakukan dengan menggunakan bangun
hubungan fungsionalnya dengan perekonomian nasional yang diwakili
oleh PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia. Dalam periode 2019 –

III - 34
Gambaran Keuangan Daerah

2023 diasumsikan PDB bertumbuh secara konsisten dari 5,20 persen


di tahun 2019 menjadi 6,40 persen di tahun 2023, rata-rata 5,74
persen pertahun. Elastisitas pertumbuhan PDRB Kabupaten Donggala
terhadap pertumbuhan PDB diperhitungkan meningkat secara
konsisten dari; 1,196 di tahun 2019; 1,345 di tahun 2021 dan
menjadi 1,235 di tahun 2023 dengan elastistas rata-rata sebesar
1,268;
7) Dengan memperhitungkan hubungan fungsional terhadap PDB
tersebut maka proyeksi PDRB Harga Konstan dan PDRB Harga
Berlaku Kabupaten Donggala tahun 2019 – 2023 disajikan masing-
masing pada tabel 3.10 dan tabel 3.11. dalam laporan ini. Nilai PDRB
harga konstan tahun 2010 Kabupaten Donggala meningkat dari
8,246,809 milyar rupiah pada tahun 2019 menjadi 11.031,805 milyar
rupiah pada tahun 2023. Laju pertumbuhan riil PDRB Kabupaten
Donggala diproyeksikan sebesar ; 6,219 persen (2019); 6,809 persen
(2020); 7,670 persen (2021); 7,803 persen (2022); dan 7,901 persen
(2023); rata-rata 7,28 persen per tahun. Nilai PDRB harga berlaku
meningkat dari 12.450,890 milyar rupiah pada tahun 2019 menjadi
20.469,761 milyar rupiah pada tahun 2023. Laju pertumbuhan PDRB
Harga Berlaku Kabupaten Donggala diproyeksikan sebesar ; 11,64
persen (2019); 12,39 persen (2020); 13,49 persen (2021); 13,44 persen
(2022); dan 13,63 persen (2023);
8) Sektor-sektor dengan rata-rata laju pertumbuhan yang lebih tinggi
dari pada rata-rata laju pertumbuhan PDRB adalah ; 1).
Pertambangan dan penggalian (10,852%); 2). Pengadaan Listrik dan
Gas (10,115%); 3). Informasi dan Komunikasi (9,155%); 4).
Administrasi Pemerintahan dan Keamanan (8,956%); 5). Jasa
Keuangan dan Asuransi (8,207%); 6). Pengadaan Air, Pengolahan
Sampah dan Limbah (8,003%); dan 7). Industri Pengolahan (7,935%).
Sub sector di sector Pertanian dengan rata-rata laju pertumbuhan
yang lebih tinggi dari pada rata-reata laju pertumbuhan PDRB adalah
;1). Perikanan (9,426%); dan 2). Peternakan (8,165%). . Sektor dan sub

III - 35
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

sector lainnya memiliki rata-rata laju pertumbuhan yang lebih kecil


dari pada rata-rata laju pertumbuhan PDRB;
9) Rata-rata laju pertumbuhan sector Pertanian sebesar 6,041 persen
pertahun memang cukup ambisius namun tetap realistic bila ; i.
Peningkatan intensifikasi dengan memanfaatkan teknologi pertanian
secara benar; ii. Melakukan Program Tanaman Jangka Pendek secara
Massal, misalnya Tanaman Jagung; iii. Motorisasi Nelayan Tangkap;
iv. Percepatan pertumbuhan populasi Ternak bernilai ekonomi tinggi
(Sapi, Kambing, Itik, Ayam), misalnya dengan inseminasi buatan pada
Ternak Sapi. Percepatan rata-rata laju pertumbuhan sector
Pertanian merupakan strategi utama dalam rangka menurunkan
tingkat kemiskinan;
10) Variasi pertumbuhan antar sector hanya merubah sedikit struktur
ekonomi daerah Kabupaten Donggala, misalnya sector Pertanian yang
pada tahun 2013 berperan sebesar 38,31 persen dalam pembentukan
PDRB ditahun 2023 menurun menjadi 36,15 persen. Struktur
ekonomi menurut kelompok-kelompok Sektor juga hanya berubah
sedikit, misalnya pada tahun 2018 kelompok Sektor Ekstraktif
(gabungan sector Pertanian dengan sector Pertambangan dan
Penggalian; kelompok Sektor Industri (gabungan sector Industri
Pengolahan; Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan Air, Pengolahan
Sampah dan Limbag; Konstruksi; dan Real Estate); dan kelompok
Sektor Jasa (sector-sektor lainnya) masing-masing berperan sebesar
53,61 persen; 17,02 persen; dan 29,37 persen. Struktur tersebut pada
tahun 2023 diproyeksikan berubah menjadi 54,18 persen; 16,49
persen; dan 29,33 persen. Dengan demikian maka dalam lima tahun
kedepan perekonomian Kabupaten Donggala masih didominasi oleh
sector ekstraktif;
11) Kaitannya dengan Keuangan Daerah, khususnya yang berkenaan
dengan Pendapatan Daerah, rata-rata laju pertumbuhan Riil PDRB
yang tinggi (7,280 persen per tahun, lihat Tabel 3.10) memperbanyak
dan memperbesar unit usaha dengan ragam usaha yang juga semakin

III - 36
Gambaran Keuangan Daerah

banyak sehingga akan memperbanyak Wajib Pajak Daerah dan


memperbesar obyek pajak demikian rupa sehingga elastisitas
pertumbuhan nilai pajak terhadap pertumbuhan PDRB semakin
membesar, meningkat dari 1,0 di 2019 sampai dengan 1,4 (yang
berarti pertumbuhan penerimaan pajak sama dengan 1,0 kali
pertumbuhan PDRB dalam harga berlaku) sampai dengan 1,4 (yang
berarti pertumbuhan penerimaan pajak 1,40 kali pertumbuhan PDRB
harga berlaku). Dengan cara ini maka tax ratio akan meningkat
sebagai indicator semakin intensifnya penggalian sumber-sumber
pendapatan dari potensi ekonomi daerah. Wujud dari meningkatnya
tax ratio adalah pertumbuhan PAD (Pendapatan Asli Daerah) menjadi
lebih tinggi dari pada pertumbuhan PDRB harga berlaku. Elastisitas
Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak terhadap PDRB
diperhitungkan meningkat dari 1,02 sampai dengan 1,12. Elastisitas
Dana Bagi Hasil Pajak dari Pemerintah Provinsi diperhitungkan
sebesar 1,0 sepanjang tahun perencanaan;
12) Pendapatan daerah dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Dana Alokasi Khusus (DAK) diproyeksikan dalam hubungan
fungsional dengan APBN, dan APBN diproyeksikan dalam hubungan
fungsional dengan ekonomi nasional, dalam hal ini diwakili oleh
Produk Domestik Bruto (PDB). Asumsi yang digunakan adalah
elastisitas APBN terhadap PDB dianggap konstan sebesar 1,0.
Elastisitas DAU terhadap APBN diperhitungkan sebesar 0,90. Hal
yang sama juga atas DAK dan Dana Penyesuaian dan Otonomi
Khusus.

Dengan latar belakang proyeksi perkembangan ekonomi/PDRB


Kabupaten Donggala dan perkembangan ekonomi nasional/PDB, disertai
dengan penggunaan asumsi dalam penyusunan proyeksi, maka diperoleh
Proyeksi Pendanaan Kabupaten Donggala Tahun 2019-2023 sebagaimana
disajikan dalam Tabel 3.12

III - 37
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Tabel 3.10
Proyeksi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Donggala Tahun 2019-2023, Dalam Milyar
Rupiah Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010
URAIAN; 2018 2019 2020 2021 2022 2023
NO
SEKTOR DAN SUB SEKTOR g (%) Rp g (%) Rp g (%) Rp g (%) Rp g (%) Rp g (%) Rp gr
1 PERTANIAN -6,307 2.974,454 5,323 3.132,775 5,777 3.313,931 5,837 3.507,357 6,554 3.737,244 6,715 3.988,205 6,041
1.1 Ta na ma n Ba ha n Ma ka na n -7,988 369,284 2,772 407,271 2,996 419,472 3,177 432,799 4,535 452,425 4,207 473,330 3,537
1.2 Ta na ma n Horti kultura -8,585 186,811 1,950 190,454 2,107 194,468 3,283 200,853 4,969 210,834 5,079 221,542 3,478
1.3 Ta na ma n Perkebuna n -6,090 1.600,142 5,387 1.686,339 5,821 1.784,498 5,412 1.881,072 6,348 2.000,491 6,505 2.130,615 5,895
1.4 Peternaka n dan Ha s i l -ha s i l nya 0,734 180,012 7,485 193,485 8,088 209,133 7,519 224,858 8,821 244,692 8,910 266,495 8,165
1.5 Kehutanan -1,140 190,297 5,039 199,886 5,445 210,770 4,236 219,699 3,727 227,887 3,539 235,951 4,397
1.6 Perikanan -9,393 420,908 8,180 455,340 8,839 495,590 10,591 548,076 9,641 600,915 9,878 660,272 9,426
2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN -2,185 1.188,043 10,768 1.315,972 11,636 1.469,093 10,818 1.628,019 10,477 1.798,595 10,563 1.988,587 10,852
3 INDUSTRI PENGOLAHAN -6,845 199,015 4,347 207,667 4,698 217,422 9,790 238,709 9,220 260,718 11,620 291,013 7,935
4 PENGADAAN LISTRIK DAN GAS 5,545 1,186 6,876 1,268 7,430 1,362 10,769 1,509 12,294 1,695 13,204 1,919 10,115
PENGADAAN AIR, PENGOLAHAN
5 3,92 18,369 4,867 19,629 5,259 20,661 8,811 22,482 8.929 24,489 12,148 27,464 8,003
SAMPAH, LIMBAH
6 KONSTRUKSI 4,065 1.015,069 5,041 1.066,237 5,447 1.124,315 8,322 1.217,879 6,915 1.302,097 6,602 1.388,063 6,465
PERDAGANGAN BESAR, ECERAN,
7 -7,433 712,079 3,537 737,262 3,822 765,437 7,343 821,642 7,334 881,903 8,134 953,635 6,034
REPARASI MOBIL
8 TRANSPOTASI DAN PERGUDANGAN -6,942 249,776 4,214 260,302 4,554 272,155 7,588 292,805 7,229 313,973 7,764 338,350 6,270
PENYEDIAN AKOMODASI DAN MAKAN
9 -6,51 35,930 4,808 37,657 5,195 39,613 6,364 42,134 6,548 44,893 6,713 47,906 5,926
MINUM
10 INFORMASI DAN KOMUNIKASI 6,653 210,910 8,250 228,311 8,915 248,665 9,086 271,258 9,723 297,633 9,803 326,809 9,155
11 JASA KEUANGAN DAN ASURANSI 5,984 166,396 7,420 178,742 8,018 193,073 8,038 208,593 8,744 226,833 8,816 246,831 8,207
12 REAL ESTATE -7,070 87,496 4,036 91,028 4,361 94,998 4,900 99,648 5,239 104,868 5,229 110,351 4,753
13 JASA PERUSAHAAN -6,526 7,018 4,787 7,354 5,172 7,734 5,879 8,188 5,641 8,650 5,687 9,142 5,433
14 ADM. PEMERINTAHAN DAN KEAMANAN 6,951 657,269 8,620 713,927 9,315 780,427 9,493 854,512 9,111 932,369 8,242 1.009,217 8,956
15 JASA PENDIDIKAN 0,731 136,016 4,109 141,605 4,440 147,892 4,895 155,132 5,367 163,457 5,411 172,301 4,844
16 JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 2,904 53,267 3,601 55,185 3,891 57,332 5,776 60,644 6,286 64,456 6,496 68,643 5,210
17 JASA LAINNYA 3,348 51,673 4,152 51,888 4,486 54,216 5,140 57,003 5,414 60,089 5,458 63,369 4,930
PDRB -2,719 7.763,966 6,219 8.246,809 6,809 8.808,326 7,670 9.483,930 7,803 10,223,962 7,901 11.031,805 7,280

Sumber : Data Historis APBD Donggala 2013-2018, Data proyeksi PDRB ADHB, ADHK, data diolah.
Keterangan : g adalah pertumbuhan disbanding tahun sebelumnya
gr adalah laju pertumbuhan rata-rata pertahun selama Tahun 2019-2023

III - 38
Gambaran Keuangan Daerah

Tabel 3.11
Proyeksi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten
Donggala Tahun 2019-2023, Dalam Milyar Rupiah Atas Dasar Harga
Berlaku
URAIAN; 2018 2019 2020 2021 2022 2023
NO
SEKTOR DAN SUB SEKTOR Rp Rp Rp Rp Rp Rp
1 PERTANIAN 3.791,414 4.124,716 4.509,706 4.939,496 5.444,717 6.014,191
1.1 Ta nama n Ba han Ma kana n 466,134 488,889 513,860 541,040 577,168 616,216
1.2 Ta nama n Hortikultura 217,971 226,547 235,826 248,312 265,725 284,658
1.3 Ta nama n Perkebuna n 1.964,120 2.123,639 2.305,568 2.493,410 2.720,514 2.972,662
1.4 Peternaka n da n Ha s il -ha s il nya 224,149 247,620 275,084 303,988 339,995 380,580
1.5 Kehuta na n 259,934 283,885 311,242 337,323 363,803 391,650
1.6 Peri ka na n 659,106 754,136 868,126 1.015,423 1.177,512 1.368,425
2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 2.051,987 2.433,643 2.908,889 3,451,478 4.082,695 4.833,101
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 264,914 286,493 310,869 353,728 400,405 463,200
4 PENGADAAN LISTRIK DAN GAS 1,250 1,345 1,454 1,622 1,834 2,090
PENGADAAN AIR, PENGOLAHAN
5 23,195 25,520 27,656 30,984 34,749 40,123
SAMPAH, LIMBAH
6 KONSTRUKSI 1.774,295 1.998,483 2.259,701 2.624,723 3.009,116 3,439,703
PERDAGANGAN BESAR, ECERAN,
7 889,505 946,935 1.010,847 1.115,671 1.231,266 1.368,960
REPARASI MOBIL
8 TRANSPOTASI DAN PERGUDANGAN 323,155 347,793 375,527 417,241 462,044 514,209
PENYEDIAN AKOMODASI DAN MAKAN
9 46,785 50,679 55,100 62,258 66,705 73,570
MINUM
10 INFORMASI DAN KOMUNIKASI 246,398 271,963 302,023 335,931 375,831 420,773
11 JASA KEUANGAN DAN ASURANSI 220,811 245,733 274,991 307,791 346,755 390,910
12 REAL ESTATE 110,330 118,160 126,940 137,069 148,492 160,851
13 JASA PERUSAHAAN 8,898 9,604 10,405 11,347 12,348 13,444
14 ADM. PEMERINTAHAN DAN KEAMANAN 1.069,206 1.234,202 1.433,771 1.669,468 1.934,483 2.225,238
15 JASA PENDIDIKAN 182,344 196,921 213,340 232,135 253,721 277,430
16 JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 72,474 78,030 84,247 92,611 102,295 113,214
17 JASA LAINNYA 76,054 80,670 87,892 96,985 107,296 118,754
8 PDRB 11.153,015 12.450,890 13.993,358 15.880,538 18.014,752 20.469,761

III - 39
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Tabel 3.12

Proyeksi Pendanaan Kabupaten Donggala Tahun 2019-2023


(Dalam Juta Rupiah)
2018r 2018p 2019 2020 2021 2022 2023
NO URAIAN
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
1 PENDAPATAN 1.098.921,926 1.086.073,917 1.206.149,617 1.312.932,068 1.436.628,986 1.579.810,923 1.745.242,412
1.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) 47.654,167 58,254,874 65.886,599 75,149,062 87.091,055 101.421,323 118.563,673
1.1.1 Pajak Daerah 28.322,937 25.168,160 28.096,976 31.925,821 37,092,536 43.572,948 51.672,627
1.1.2 Retribusi Daerah 2.019,792 6.684,458 7.462,328 8.386,792 9.517,856 10.796,978 12.230,568
Hasil pengelohan keuangan daerah yang
1.1.3 2.305,235
2.388,790
2.820,773 3.070,401 3.359,554 3.694,290 4.107,338
dipisahkan
1.1.4 Lain-lain PAD yang sah 15.006,253 24.013,466 27.506,522 31.766,048 37.121,109 43.357,107 50.553,140
1.2 DANA PERIMBANGAN 899.825,803 880.072,550 954.709,621 1.037.172,709 1.131.507,938 1.240.322,583 1.365.629,082
1.2.1 Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 31.433,848 26.829,043 32.153,185 35.738,127 40.075,887 44.923,171 50.291,458
1.2.2 Dana Alokasi Umun 659.731,826 661.794,800 715.555,462 776.735,121 846.539,176 927.178,593 1.020.205,360
1.2.3 Dana Alokasi Khusus 208.660,129 191.448,707 207.000,974 224.699,461 244.892,875 268.220,819 295.132,264
1.3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 151.440,956 147.746,493 185.553,397 200.610,297 218.029,993 238.067,017 261.049,657
1.3.1 Hibah 294,000 - - - - - -
1.3.2 Dana Darurat _ - − _ _ __ _
DBHP dari Provinsi dan Pemerintah Daerah
1.3.3 27.686,149
21.053,274
23.503,241 26.414,919 29.977,301 34.006,004 38.521,219
lainnya
1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 123.460,807 126.693,219 142.050,156 154.195,378 168.052,692 184.061,013 202.528,438
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda
1.3.5 _
-
20.000,000 20.000,000 20.000,000 20.000,000 20.000,000
lainnya
1.3.6 Pendapatan lainnya _ - - - - - -

Sumber: P-APBD Kabupaten Donggala Tahun 2018 sebagai baseline data, data diolah kembali

III - 40
Gambaran Keuangan Daerah

Kerangka Pendanaan Kabupaten Donggala periode perencanaan


2019-2023 sebagaimana disajikan dalam Tabel 3.12 diatas diiringi
dengan rekomendasi untuk pencapaian, sebagai berikut ;

1. Mengoptimalkan potensi dan pendapatan Pajak Daerah melalui


intensifikasi dan ekstensifikasi pajak;
2. Mengoptimalkan potensi dan pendapatan Retribusi Daerah;
3. Mengoptimalkan potensi dan pendapatan Lain-lain Pendapataan
Daerah;
4. Membantu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Sulawesi
Tengah dalam mengoptimalkan Pendapatan Pajak dan Bukan Pajak
yang menjadi kewenangan mereka dalam rangka peningkatan
Pendapatan Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak baik dari
Pemerintah Pusat maupun dari Pemerintah Provinsi Sulawesi
Tengah;
5. Menyelenggarakan fiskal daerah secara efektif, efisien, transparan,
dan akuntabel;
6. Secara konsisten mengurangi ketergantungan kepada dana transfer
dari pemerintah pusat.
Tabel 3.13
Analisis Proporsi Terhadap Total Pendapatan dan PDRB

Uaraian Ket 2018 2019 2020 2021 2022 2023


Ratio PAD Terhadap Pendapatan % 5,364 5,463 5,724 6,062 6,420 6,794
Ratio Dana Transfer terhadap pendapatan % 94,636 94,537 94,276 93,938 93,580 93,206
Ratio Pajak Terhadap PDRB % 0,226 0,226 0,228 0,234 0,242 0,252
Ratio PAD Terhadap PDRB % 0,522 0,529 0,537 0,548 0,563 0,579
Ratio Pendapatan Dari Sumber Ragional Terhadap PDRB
% 0,952 0,976 0,981 0,990 1,001 1,013
Ratio Pendapatan Terhadap PDRB % 9,738 9,687 9,382 9,046 8,770 8,528
Sumber: Tabel 3.12, data diolah kembali

Analisis untuk proyeksi pendanaaan Kabupaten Donggala Tahun


2019-2023 sebagai berikut:

i. Total pendapatan daerah direncanakan meningkat secara


konsisten dari 1.206,149 milyar rupiah di Tahun 2019 menjadi

III - 41
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

1.745,242 milyar rupiah pada Tahun 2023, dengan demikian ratio


pendapatan terhadap PDRB di Tahun 2019 sebesar 9,687 persen
menjadi 8,528 persen pada Tahun 2023. Hal ini mengindikasikan
bahwa perekonomian daerah semakin tumbuh dan bergerak
dikarenakan aktivitas masyarakat yang terus meningkat dan
dominan;
ii. Pendapatan Asli Daerah direncanakan meningkat dari 65,886
milyar rupiah pada Tahun 2019 menjadi 118,563 milyar rupiah di
Tahun 2023 atau meningkat rata-rata 15,8 persen per tahun.
Dengan rencana tersebut, maka kontribusi PAD dalam Total
pendapatan daerah direncanakan meningkat dari 5,463 persen
pada Tahun 2019 menjadi 6,794 persen pada Tahun 2023. Hal ini
menunjukkan terjadinya proses ke arah kemandirian fiskal. Rasio
PAD terhadap PDRB meningkat dari Tahun 2019 sebesar 0,529
persen menjadi 0,579 persen Tahun 2023;
iii. Pendapatan pajak daerah direncanakan meningkat dari 28,096
milyar rupiah pada Tahun 2019 menjadi 51,672 milyar rupiah
pada Tahun 2023. Dengan peningkatan pajak daerah itu maka tax
ratio 1 yaitu ratio pendapatan pajak daerah terhadap PDRB
meningkat dari 0,226 persen pada Tahun 2019 menjadi 0,252
persen pada Tahun 2023. Pendapatan retribusi daerah
direncanakan meningkat dari 7,462 milyar rupiah di Tahun 2019
menjadi 12,230 milyar rupiah di Tahun 2023. Dengan rencana
peningkatan pendapatan retribusi daerah seperti itu, maka
retribution ratio 0,06 persen selama 5 tahun perencanaan ini;
iv. Upaya Pajak/Tax Effort menunjukkan perbandingan antara hasil
suatu sistem pajak dengan kemampuan bayar pajak suatu daerah.
Kemampuan bayar pajak suatu daerah lazim diukur dengan
PDRB. Upaya Pajak merupakan analisis yang digunakan untuk
mengetahui hasil suatu sistem pajak dibandingkan dengan
kemampuan bayar pajak daerah yang bersangkutan. Pengukur
kemampuan bayar pajak yang biasa digunakan adalah PDRB. Jika

III - 42
Gambaran Keuangan Daerah

PDRB meningkat, maka kemampuan wajib pajak daerah dalam


membayar pajak akan meningkat.
Tingkat elastisitas pajak merupakan perbandingan pertumbuhan
realisasi penerimaan Pajak dengan tingkat perubahan PDRB yang
diproyeksikan sebesar 1,0-1,4 berarti elastis terhadap PDRB.
Demikian pula untuk elastisitas retribusi daerah dan elastisitas
lain lain PAD yang sah masing masing sebesar 1 dan 1,25,
keduanya elastis terhadap PDRB;
v. Pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
direncanakan meningkat dari 2,820 milyar rupiah pada Tahun
2019 menjadi 4.107 milyar rupiah pada Tahun 2023;
vi. Lain-lain PAD yang sah direncanakan meningkat dari 27,506
milyar rupiah pada Tahun 2019 menjadi 50,553 milyar rupiah
pada Tahun 2023.
vii. Pendapatan Transfer yang terdiri dari dua komponen yaitu
transfer dari Pemerintah Pusat dan transfer dari Pemerintah
Provinsi, direncanakan meningkat dari 1.140,263 milyar rupiah
pada Tahun 2019 menjadi 1.626,679 milyar rupiah pada Tahun
2023, dengan demikian kontribusinya dalam Pendapatan Daerah
menurun dari 94,537 persen pada Tahun 2019 menjadi 93,206
persen pada Tahun 2023;
viii. Dana bagi hasil pajak dan bukan pajak direncanakan meningkat
dari 32,153 milyar rupiah pada Tahun 2019 menjadi 50,291
milyar rupiah pada Tahun 2023. Dengan rencana perkembangan
pendapatan dana bagi hasil pajak pusat ini, maka tax ratio-nya
meningkat dari 0,976 persen pada Tahun 2019 menjadi 1,013
persen pada Tahun 2023, suatu rencana yang semakin
mengoptimalkan pemanfaatan potensi pajak yang ada dalam
perekonomian daerah;
ix. Dana Alokasi Umum direncanakan meningkat dari 715,554 milyar
rupiah pada Tahun 2019 menjadi 1.020,205 milyar rupiah pada
Tahun 2023, proporsi terhadap total pendapatan menurun dari

III - 43
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

59,3 persen pada Tahun 2019 menjadi 58,4 persen pada Tahun
2023 yang menandakan adanya komitmen untuk mengurangi
ketergantungan kepada dana dari pusat ;
x. Dana Alokasi Khusus direncanakan meningkat dari 229,082
milyar rupiah pada Tahun 2017 menjadi 365,036 milyar rupiah
pada Tahun 2023, proporsi DAK terhadap total pendapatan pada
Tahun 2019 sebesar 17,2 persen menjadi 16,9 persen Tahun
2023;
xi. Dana Penyesuaian direncanakan meningkat dari 142,050 milyar
rupiah pada Tahun 2019 menjadi 202,528 milyar rupiah pada
Tahun 2023, kontribusi Dana Penyesuaian dalam Pendapatan
Daerah menurun dari 11,7 persen pada Tahun 2019 menjadi 11,6
persen pada Tahun 2023;
xii. Dana transfer dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dalam
bentuk Dana Bagi Hasil Pajak direncanakan meningkat dari
23,503 milyar rupiah pada Tahun 2019 menjadi 38,521 milyar
pada Tahun 2023, kontribusi Dana bagi hasil pajak dari
Pemerintah Provinsi terhadap total pendapatan direncanakan
meningkat dari 1,9 persen menjadi 2,2 persen pada Tahun 2023.

Alokasi Pendapatan kepada Belanja Langsung dan Belanja Tidak


Langsung disajikan dalam Tabel 3.14. Alokasi kepada Belanja Langsung
meningkat dari 548,184 milyar rupiah pada tahun 2019 menjadi 748,290
milyar rupiah di tahun 2023. Dilain pihak Belanja Tidak Langsung
meningkat dari 657,965 milyar rupiah di tahun 2019 menjadi 996,951
milyar rupiah di tahun 2023. Komposisi masing-masing belanja tersebut
berubah sebagai berikut ; Belanja Langsung 45,45 persen terhadap Total
Belanja pada tahun 2019 menjadi 42,88 persen terhadap Total Belanja di
tahun 2023. Dilain pihak, komposisi Belanja Tidak Langsung dari 54,55
persen terhadap Total Belanja di tahun 2019 menjadi 57,12 persen
terhadap Total Belanja di tahun 2023.

III - 44
Gambaran Keuangan Daerah

Dari alokasi Pendapatan kepada Belanja Langsung dan Belanja Tidak


Langsung dan dengan menyediakan dana Pengeluaran Pembiayaan
sebesar 5,00 milyar rupiah setiap tahunnya maka diperoleh dana yang
tersedia sebagai Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan sebagaimana
disajikan dalam Tabel 3.15. Pengeluaran Pembiayaan antara lain
digunakan untuk penyertaan modal Pemerintah Daerah pada Perusahaan
Umum Daerah dan atau pada Bank Sulteng Kapasitas Riil Kemampuan
Keuangan meningkat dari 543,183 milyar rupiah ditahun 2019 menjadi
743,290 milyar rupiah di tahun 2023. Di lain pihak Penerimaan
meningkat dari 1.206,149 milyar rupiah di tahun 2019 menjadi
1.745,242 milyar di tahun 2023, hanya meningkat rata-rata 9,68 persen
pertahun.

Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan tersebut kemudian dialokasikan


kepada Program Prioritas I; II; dan III sebagaimana disajikan dalam Tabel
3.16. Kapasitas riil digunakan untuk memenuhi Prioritas I yaitu program
program prioritas nasional yaitu untuk pendidikan, kesehatan dan
infrastruktur Prioritas II yaitu program program untuk mendukung
pencapaian Visi Misi kepala daerah karena Visi-Misi Kepala Daerah juga
meliputi Pendidikan, Kesehatan, dan Infrastruktur, maka Prioritas II lebih
diperuntukkan kepada program-program inovasi daerah sebagai bagian
dari Visi-Misi Kepala Daerah. Rincian penjabaran besaran anggaran
untuk tiap misi disajikan pada bab 7 dokumen RPJMD.

III - 45
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Tabel 3.14
Proyeksi Belanja Kabupaten Donggala Tahun 2020-2023
RINCIAN BELANJA 2020 2021 2022 2023

BELANJA TIDAK LANGSUNG 821,859,922,575.35 864,221,088,803.15 927,413,419,220.98 996,951,995,991.33

BELANJA PEGAWAI 571,289,259,270.95 628,418,185,198.05 691,260,003,717.85 760,386,004,089.63

BELANJA BUNGA - - - -

BELANJA SUBSIDI - - - -

BELANJA HIBAH 3,000,000,000.00 3,000,000,000.00 3,000,000,000.00 3,000,000,000.00

BELANJA BANTUAN SOSIAL 3,500,000,000.00 3,500,000,000.00 3,500,000,000.00 3,500,000,000.00

BELANJA BAGI HASIL 1,943,686,324.20 2,176,928,683.10 2,459,929,411.91 2,804,319,529.57

BELANJA BANTUAN KEUANGAN 235,442,702,800.00 256,714,198,300.00 281,271,189,400.00 309,578,119,800.00

BELANJA TIDAK TERDUGA 6,684,274,180.20 6,751,116,922.00 6,818,628,091.22 6,886,814,372.13

BELANJA LANGSUNG 491,072,145,424.65 572,407,897,196.85 652,397,503,779.02 748,290,416,008.67

BELANJA PEGAWAI 42,043,273,609.92 50,451,928,331.90 60,542,313,998.28 72,650,776,797.94


BELANJA BARANG DAN JASA 110,795,854,814.73 270,121,412,968.41 257,236,333,973.21 247,340,872,964.56

BELANJA MODAL 338,233,017,000.00 369,157,246,500.00 404,952,730,750.00 446,310,603,000.00

Sumber: P-APBD 2018 sebagai baseline data, data diolah kembali

III - 46
Gambaran Keuangan Daerah

3.3.2. Perhitungan Kerangka Pendanaan

Tabel 3.15

Tahun n+1 Tahun n+2 Tahun n+3 Tahun n+4 Tahun n+5
Uraian
2019 2020 2021 2022 2023
Pendapatan 1,206,149,617,000 1,312,932,068,000 1,436,628,986,000 1,579,810,923,000 1,745,242,412,000
Pencairan Dana Cadangan
0 0 0 0 0
(sesuai Perda)
Selisih Lebih Riil Perhitungan
0 0 0 0 0
Anggaran
TOTAL PENERIMAAN 1,206,149,617,000 1,312,932,068,000 1,436,628,986,000 1,579,810,923,000 1,745,242,412,000
Dikurangi;

Belanja Tidak Langsung


657,965,749,354.00 821,859,922,575.35 864,221,088,803.15 927,413,419,220.98 996,951,995,991.33
Pengeluaran Pembiayaan 5,000,000,000.00 7,000,000,000.00 10,000,000,000.00 15,000,000,000.00 5,000,000,000.00
KAPASITAS RIIL KEMAMPUAN
543,183,867,646.00 484,072,145,424.65 562,407,897,196.85 637,397,503,779.02 743,290,416,008.67
KEUANGAN
Proyeksi Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten DonggalaTahun 2019-2023
Sumber: P-APBD 2018 sebagai baseline data, tabel 3.12, 3.14

III - 47
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

BAB IV
PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH

4.1. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN

4.1.1. Perumusan Permasalahan Pembangunan Daerah

Tujuan dari perumusan permasalahan pembangunan daerah adalah


untuk mengidentifikasi berbagai faktor yang mempengaruhi
keberhasilan/kegagalan kinerja pembangunan daerah di masa lalu,
khususnya yang berhubungan dengan kemampuan manajemen
pemerintahan dalam memberdayakan kewenangan yang dimilikinya.

Selanjutnya, identifikasi permasalahan pembangunan dilakukan


terhadap seluruh bidang urusan penyelenggaraan pemerintahan daerah
secara terpisah atau sekaligus terhadap beberapa urusan. Hal ini
bertujuan agar dapat dipetakan berbagai permasalahan yang terkait
dengan urusan yang menjadi kewenangan dan tanggungjawab
penyelenggaraan pemerintahan daerah.

1) Perumusan Permasalahan untuk Penentuan Prioritas dan Sasaran


Pembangunan Kabupaten Donggala

Permasalahan pembangunan adalah merupakan penyebab terjadinya


kesenjangan antara kinerja pembangunan yang dicapai saat ini dengan
yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai di masa datang
dengan kondisi riil saat perencanaan dibuat. Suatu permasalahan daerah
dianggap memiliki nilai prioritas jika berhubungan dengan tujuan dan
sasaran pembangunan, khususnya untuk penyusunan RPJPD, RPJMD
dan RKPD, termasuk di dalamnya prioritas lain dari kebijakan
nasional/provinsi yang bersifat mandatori.

Dari rumusan permasalahan yang telah diidentifikasi berdasarkan


data kesenjangan (gap) antara kinerja pembangunan yang dicapai saat ini
dengan yang direncanakan, kemudian rumusan permasalahan tersebut

IV - 1
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

dipetakan menjadi masalah pokok, masalah dan akar masalah.


Permasalahan umum yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Donggala:

Tabel 4.1.
Pemetaan Permasalahan untuk Penentuan Prioritas dan Sasaran
Pembangunan Daerah Kabupaten Donggala Tahun 2013-2018
diukur hingga Tahun 2019

No Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

1 Kemiskinan Jumlah Penduduk Miskin Konsentrasi


meningkat dari 49,60 ribu jiwa kemiskinan pada
pada Tahun 2013 menjadi 54,28 Kecamatan Sojol
ribu jiwa di Tahun 2018. Angka Utara dan Rio
Kemiskinan di atas angka Pakava.
kemiskinan Sulteng dan nasional Penyebabnya
berturut-turut 17,18 persen pada kelembagaan
Tahun 2013 meningkat menjadi ekonomi kurang
18,03 persen pada 2018; Indeks berfungsi baik.
Kedalaman Kemiskinan (P1) turun Kegagalan
dari 3,26 poin pada 2013 menjadi perikanan
3,04 poin pada 2018; Indeks budidaya, akses
Keparahan Kemiskinan turun dari infastruktur, air
0,98 di Tahun 2013 menjadi 0,86 bersih yang
pada Tahun 2018. disalurkan 90,02
persen bersumber
dari sungai, 9,98
persen mata air,
lemah daya tawar
nelayan, asimetri
informasi pada
pasar

2 Ketahanan Permintaan beras meningkat Realisasi


Pangan seiring peningkatan penduduk; Ketersediaan
alih fungsi lahan pertanian Pangan Utama
menjadi kawasan pertambangan menurun dari 24,3
dan penggalian, permukiman dan ton di Tahun 2013
niaga; degradasi hutan pada DAS menjadi 20,57 ton
Hulu; rendahnya penyediaan di Tahun 2018 juga
irigasi pada daerah baru; berada di bawah
ancaman gizi buruk di wilayah target P-RPJMD
terpencil dan pegunungan. sebesar 80 ton di
Tahun 2018;

IV - 2
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

3 Kesehatan dan UHH lebih rendah dari nasional Span of Control &
Kesejahteraan 65,76 tahun pada 2013 menjadi Span of
Masyarakat 65,89 tahun pada 2017, management
sedangkan Sulteng 67,02 tahun Puskesmas sangat
menjadi 67,32 tahun ; nasional luas; dokter dan
70,40 tahun dan 71,06 tahun; nakes
Kasus Balita Gizi Buruk masih terkonsentrasi di
ada meningkat dari 101 kasus perkotaan
atau 0.44 persen pada Tahun
2014 menjadi 198 kasus atau
0,73 persen pada Tahun 2018 ;
Rasio dokter menurun dari 0,15
di Tahun 2013 menjadi 0,13 di
Tahun 2017, artinya belum
mencapai rasio ideal 0,26
menurut Kemenkes, di samping
penyebarannya dokter belum
merata; Linakes belum mencapai
rasio ideal 88 persen; Cakupan
persalinan oleh nakes yang
memiliki kompetensi kebidanan
menurun dari 91,62 persen di
Tahun 2014 menjadi 85,01 di
Tahun 2018; Cakupan UCI
menurun dari 86 persen di Tahun
2013 menjadi 72,46 di Tahun
2018. Kunjungan bayi mendapat
yankes menurun dari 5.652 bayi
di Tahun 2014 menjadi 5.259 bayi
di Tahun 2018; wilayah kerja
Puskesmas masih sangat luas,
termasuk desa-desa terpencil;

4 Pendidikan Angka rata-rata lama sekolah Perluasan dan


Inklusif (RLS) pada Tahun 2017-2018 Peningkatan Mutu
mencapai 7,82 tahun dan 7,84 Pendidikan Dasar
tahun berada di bawah target belum optimal
masing-masing 7,85 tahun dan
7,89 tahun. Angka tersebut
berada juga di bawah RLS Sulteng
yang meningkat dari 7,82 di
Tahun 2013 menjadi 8,29 tahun
pada 2017.

5 Kesetaraan Masyarakat masih melakukan Realisasi


Gender dan doing gender Persentase
Perlindungan perempuan di
Perempuan lembaga
pemerintah berada
di bawah target
yakni hanya 1,3
persen pada Tahun

IV - 3
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

2018 dari target 1,6


persen; Proporsi
perempuan di
DPRD hanya
mencapai 6,67
persen dari target
30 persen;

6 Ketersediaan Air Penyediaan air bersih dan sanitasi Kemiskinan


Bersih dan lingkungan masih menjadi infrastruktur
Pengelolaan masalah di wilayah perdesaan (Decile 4)
Sanitasi dan Kota Donggala
Permasalahan yang
ada :

1. Kualitas
jaringan Sarana
Air Bersih (SAB)
belum
memenuhi
persyaratan
teknis,
2. Kurangnya
ketersediaan
sumber mata
air,
3. Masih ada
kebocoran air di
jaringan
eksisting PDAM,
Di luar jaringan
perpipaan, saat ini
opsi yang tersedia
adalah sumur bor
(sumur dalam)
sehingga ada
kemungkinan
kegagalan dalam
proses pengeboran.

7 Energi; Ketidakcukupan sumber energi Daya terpasang


listrik sumber energi
listrik 146.292 Kwh
di Tahun 2013
menurun menjadi
137.670 Kwh di
Tahun 2014.

IV - 4
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

8 Pertumbuhan Pertumbuhan ekonomi menurun Non inklusivitas


Ekonomi dan dari 6,86 persen di Tahun 2013 pertumbuhan
Kesempatan menjadi 5 persen di Tahun 2017; ekonomi
Kerja; Tingkat pengangguran terbuka
meningkat dari 3,14 persen di
Tahun 2013 menjadi 3,32 persen
di Tahun 2017 walaupun masih
berada di bawah tingkat
pengangguran terbuka Sulteng
yang meningkat dari 4,27 persen
di Tahun 2013 menjadi 3,81
persen di Tahun 2017.

9 Pembangunan Rasio Panjang Jalan per satuan Jalan dalam


Infrastruktur, kenderaan meningkat dari 5,09 di kondisi rusak berat
Peningkatan Tahun 2013 menjadi 10,59 poin meningkat dari
Industri dan di Tahun 2018, namun masih 334,89 km di
Inovasi berada di bawah target Tahun Tahun 2013
2018 sebesar 12,34 poin; Proporsi menjadi 429,44 km
panjang jalan dalam kondisi baik di Tahun 2017.
meningkat dari 0,40 di Tahun
2013 menjadi 0,37 poin di Tahun
2017; Rasio Panjang jalan per
penduduk menurun dari 0,0035
pada 2013 menjadi 0,0034 pada
2017; proporsi industri
mengalami peningkatan dari 5,21
persen pada 2013 menjadi 5,71
persen pada 2017.

10 Kesenjangan Adanya ketimpangan antar Akses


Intra dan Antar kecamatan berbasis kepemilikan infrastruktur, air
Daerah, Antar SDA dan geografis khususnya bersih dan energi
Negara; Kecamatan Rio Pakava, belum tersedia
Pinembani, Sojol Utara. memadai.

11 Permukiman; Persentase rumah tinggal Penataan


bersanitasi meningkat dari 27,5 Permukiman baik
persen di Tahun 2013 menjadi di pesisir maupun
53,19 persen di Tahun 2018, di perkotaan belum
namun masih di bawah target dilakukan secara
periode tersebut yakni 57,58-60 terpadu lintas
persen; Realisasi rumah layak urusan.
huni menurun dari 48.753 unit di
Tahun 2013 menjadi tinggal
37.202 unit di Tahun 2018; Rasio
rumah layak huni menurun dari
0,164 poin di Tahun 2013
menjadi 0,126 poin di Tahun
2018; cakupan ketersediaan
rumah layak huni menurun dari
88,76 persen di Tahun 2014

IV - 5
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

menjadi 64,95 persen di Tahun


2017; Persentase permukiman
tertata meningkat dari 10 persen
di Tahun 2013 menjadi 11 persen
di Tahun 2017; Persentase jumlah
sampah yang tertangani stabil
pada angka 0,01 persen.

12 Pola Produksi Konsumsi beras diharapkan Ketergantungan


dan Konsumsi; menurun sebesar 1,03 persen per pada monokultur
tahun, sebaliknya, konsumsi beras masih tinggi
beras meningkat dari 103,25 kg di tanpa adanya
Tahun 2014 menjadi 127,5 kg di diversifikasi
Tahun 2017; terjadi perubahan pangan, yang
struktural di sektor pertanian diikuti oleh luas
yang ditandai dengan turunnya lahan pertanian
kontribusi sektor pertanian semakin
terhadap PDRB baik ADHB berkurang.
maupun ADHK masing-masing
dari 33,07 persen dan 34,93
persen di Tahun 2013 menjadi
26,65 persen dan 31,07 persen di
Tahun 2017; Produktivitas padi
dan bahan pangan utama
meningkat selama periode 2013-
2018, tetapi lahan pertanian
makin berkurang karena
degradasi lingkungan dan alih
fungsi lahan; Kontribusi sub
sektor peternakan menurun dari
1,94 persen di Tahun 2013
menjadi 1,79 di Tahun 2017.

13 Perubahan Tidak adanya target cakupan Adanya aktivitas


Iklim; wilayah rawan bencana yang masyarakat yang
mendapat penyuluhan dan minim bersahabat
pelatihan simulasi penanganan dengan lingkungan
bencana; Degradasi lingkungan dan kegiatan
akibat aktivitas pertambangan manusia yang tidak
yang mencemari sungai dan laut; berorientasi pada
Menurunnya daya tampung dan harmoni antara
daya dukung lingkungan daratan manusia dan
terutama hutan dan ekosistem lingkungannya.
laut; Meningkatnya suhu udara,
menipisnya persediaan air dan
perubahan cuaca akibat
berkurangnya daerah tangkapan
air; Menurunnya tutupan
terumbu karang.

IV - 6
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

14 Sumberdaya Potensi perikanan laut dan Adanya kerusakan


Kelautan; budidaya belum dioptimalkan ekosistem bakau
untuk menanggulangi dan terumbu
kemiskinan; masih terjadi karang sebagai
pengeboman, setrum dan tempat pemijahan
pembiusan ikan; Produksi ikan sebagai
perikanan meningkat dari 26.203 konsekuensi
ton di Tahun 2013 menjadi penangkapan dan
29.504 ton di Tahun 2017, tetapi budidaya secara
di bawah target periode 2015- instan.
2018; Produksi perikanan
budidaya meningkat dari 871,31
ton menjadi 3618,31 ton, namun
lebih rendah dari target dalam
RPJMD 2013-2018; Produksi
Perikanan Tangkap meningkat
sedikit dari 25.332 ton menjadi
25.886 ton, tetapi realisasi di
tahun 2017 berada di bawah
target RPJMD Tahun 2013-2018;
Produksi perikanan kelompok
nelayan menurun dari 50,99 di
Tahun 2013 menjadi 59,40 di
Tahun 2017, sayangnya, capaian
ini berada di bawah target RPJMD
yakni di atas 72 ton; Konsumsi
ikan meningkat dari 26,25
kg/tahun di Tahun 2013 menjadi
34,75 kg/tahun di Tahun 2017
melampaui target yakni yakni
25,5 kg/kapita menjadi 35,25
kg/kg. Capaian Kabupaten
Donggala ini masih berada di
bawah Konsumsi Ikan Perkapita
Sulteng yang meningkat dari
41,65 kg/tahun pada 2013
menjadi 52,34 kg/tahun pada
2017;Proporsi hasil tangkapan
ikan yang lestari oleh nelayan di
Kabupaten Donggala baru
mencapai 33,67 persen pada
Tahun 2013 dan meningkat
sampai 34,41 ribu ton persen
pada Tahun 2017; teknologi
penangkapan dan budidaya
masih sangat sederhana; belum
tercapainya ketersediaan induk
dan benih ikan unggul; Jumlah
Pokdakan budidaya dan KUBE
Perikanan yang dibina masih
rendah; Penyediaan Prasarana

IV - 7
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

dan Sarana di TPI belum


mencukupi; Nilai Tukar Nelayan
masih berada di bawah 100;
Penegakan hukum masih rendah
terhadap oknum pemanfaat
ekosistem dan sumberdaya
perairan laut; Kurangnya akses
nelayan dan pembudidaya pada
modal dan perbankan; Tingginya
kerusakan ekosistem bakau dan
terumbu karang; Jumlah Rumah
Tangga Perikanan menurun
karena beralih ke mata
pencaharian nelayan
pembudidaya.

15 Ekosistem Adanya Patahan Palu-Koro; Tidak Fasilitasi dan


daratan, hutan, adanya target cakupan wilayah edukasi
degradasi lahan, rawan bencana yang mendapat pembangunan
dan penyuluhan dn pelatihan simulasi berkelanjutan
keanekaragaman penanganan bencana; Degradasi belum dilakukan
hayati; lingkungan akibat aktivitas secara terpadu.
pertambangan yang mencemari
sungai dan laut; Menurunnya
daya tampung dan daya dukung
lingkungan daratan terutama
hutan dan ekosistem laut;
Meningkatnya suhu udara,
menipisnya persediaan air dan
perubahan cuaca akibat
berkurangnya daerah tangkapan
air; Meningkatnya timbunan
sampah di wilayah perkotaan dan
kawasan cepat tumbuh yang
tidak diikuti dengan ketersediaan
sarana dan prasarana
persampahan yang memadai;

16 Kedamaian Gangguan Keamanan, Ketertiban Masalah


masyarakat, Masyarakat masih menjadi Kamtibmas; Konflik
kesamaan akses masalah umum di Kabupaten batas antar desa;
pada keadilan, Donggala; Tindakan pengeboman konflik lahan garap
dan ikan, pembiusan masih menjadi antara masyarakat
pembangunan masalah; Narkoba dam Kejahatan dan area
kelembagaan siber patut diantisipasi; pertambangan.
yang efektif, Penyelesaian sengketa tanah
akuntabel, dan garapan lintas desa dalam 1 (satu)
inklusif; wilayah Kecamatan belum
optimal; Tumpang tindih antar
penggunaan lahan terutama
antara lahan pertanian
masyarakat dengan penggunaan

IV - 8
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

untuk pertambangan;
Penyelesaian masalah ganti
kerugian dan santunan tanah
untuk pembangunan oleh
Pemerintah Daerah kabupaten
belum optimal; Penetapan subyek
dan obyek redistribusi tanah,
serta ganti kerugian tanah
kelebihan maksimum dan tanah
absentee lintas desa dalam 1
(satu) daerah kabupaten belum
optimal;Penyelesaian Inventarisasi
dan pemanfaatan tanah kosong
lintas desa dalam 1 (satu) wilayah
Kecamatan belum optimal.

17 Penguatan Belum adanya kerjasama terpadu Inisiasi Forum


sarana antar daerah baik antar Kerjasama belum
pelaksanaan dan kabupaten/kota dalam provinsi dilakukan dalam
kemitraan global maupun antar kabupaten/kota payung regulasi PP
untuk bertetangga pada provinsi lain se Nomor 28 Tahun
pembangunan kawasan seperti se kawasan Laut 2018
berkelanjutan Sulawesi dan Selat Makassar.

Sumber : Data diolah dari Hasil Telaah 16 kecamatan dalam angka, RKPD Tahun
2019, Kabupaten Donggala Dalam Angka Tahun 2018

1. Pertumbuhan ekonomi selama periode 2013-2018 mengalami


kecenderungan penurunan dengan terendah pada Tahun 2016
mencapai 4,89 persen lebih rendah dari capaian Tahun 2013 mencapai
6,86 persen sebelum meningkat sebesar 5 persen di Tahun 2017;
2. Realisasi IPM Tahun 2017 hanya mencapai 64,66 poin di bawah target
IPM mencapai 65,03 poin;
3. Masih tingginya angka kemiskinan: persentase Tahun 2014 sebesar
16,30 persen, sedangkan target dalam RPJMD Tahun 2014-2019
diproyeksikan mencapai 16,02 persen, tetapi realisasinya di Tahun
2016 dan 2017 sebesar 18,59 persen dan 18,17 persen jauh di atas
target RPJMD Periode 2014-2019 masing-masing sebesar 14,02 persen
dan 13,02 persen). Angka kemiskinan ini menjadi yang terbanyak
kedua jumlah masyarakat miskin setelah Kabupaten Parigi Moutong;
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) menurun dari 3,26 poin pada 2013
menjadi 3,17 poin pada 2017; Sebaliknya, Indeks Keparahan

IV - 9
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Kemiskinan (P2) meningkat dari 0,98 poin menjadi 1,05 poin pada
periode yang sama; Di Tahun 2018 penduduk miskinan Kabupaten
Donggala mencapai 54,28 ribu jiwa, sedangkan persentase penduduk
miskin sebesar 18,03 persen, Kedalaman Kemiskinan (P1) menurun
dari 3,17 poin menjadi 3.04 poin dan Keparahan Kemiskinan (P2)
mencapai 0,86 poin menurun dari 1,05 poin;
4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) meningkat dari 63,38 poin di
Tahun 2013 menjadi 64,66 poin di Tahun 2017 yang bermakna bahwa
IPM Kabupaten Donggala berada di peringkat ke 8 di Sulteng;
5. Umur Harapan Hidup (UHH) Kabupaten Donggala hanya meningkat
dari 65,76 tahun pada 2013 menjadi 65,89 tahun pada 2017 lebih
rendah dari UHH Provinsi Sulteng dan Nasional masing-masing 67,02
tahun dan 67,32 tahun dan 70,04 tahun dan 71,06 tahun;
6. Rata-rata lama sekolah (RLS) meningkat dari 7,74 tahun pada 2013
menjadi 7,84 tahun pada 2017, tetapi masih berada di bawah RLS
Sulteng yakni 8,29 tahun pada 2017;
7. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) masih cukup tinggi, yakni pada
Tahun 2015 sebesar 6,16 persen (target 3,42 persen), walaupun
mengalami penurunan signifikan pada Tahun 2016 menjadi 3,13
persen (target 3,20 persen) dan 3,32 persen pada Tahun 2017;
Penduduk yang bekerja menurun dari 90,82 persen pada Tahun 2013
menjadi 81,30 persen pada Tahun 2017;

2) Identifikasi Permasalahan Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan


Daerah

Permasalahan pada bagian ini merupakan permasalahan


pembangunan yang dibuat tiap urusan pemerintah untuk bekerjanya
fungsi-fungsi yang menjadi hak dan kewajiban setiap tingkatan dan/atau
susunan pemerintah untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi yang
menjadi kewenangannya dalam melindungi, melayani, memberdayakan
dan mensejahterakan masyarakat.

IV - 10
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

4.1.1.1. Permasalahan Pembangunan Berdasarkan Urusan Wajib Yang


Berkaitan Layanan Dasar

a. Urusan Pendidikan

Sesuai tabel Lampiran Bab II, Urusan pendidikan meliputi sebagai


berikut :

1. Selama Periode 2013-2018, target Angka Melek Huruf (AMH) belum


tercapai. Hal ini terlihat dari realisasi hanya mencapai 97,72 persen
berada di bawah target Tahun 2018 mencapai 99,79 persen;
2. Realisasi Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI meningkat dari 104,81
persen pada Tahun 2013 menjadi 106,1 persen pada Tahun 2017;
APK SMP/MTs meningkat dari 77,41 persen pada 2013 menjadi 87,61
persen pada 2017. Namun, capaian ini berada di bawah target Tahun
2013 sebesar 81 persen dan 92,7 persen. APK SMA/SMK/MA belum
mencapai target masing mencapai 87,61 persen dan 76,86 persen di
Tahun 2017 lebih rendah dari target;
3. Realisasi Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI meningkat dari 92,04
persen pada 2013 menjadi 94,88 persen pada Tahun 2017. Realisasi
ini berada di bawah target 97-99,5 persen. Selanjutnya, APM
SMP/MTs meningkat dari 62,23 persen pada 2013 menjadi 71,56
persen pada Tahun 2017. Khusus capaian pada Tahun 2017, berada
di bawah target yakni 80,61 persen. Sedangkan realisasi APM
SMA/MA/SMK sebesar 56,52 persen pada Tahun 2013 menjadi 58,18
pada Tahun 2017 melampaui target yakni 47,47 persen pada Tahun
2013, tetapi realisasi pada Tahun 2017 berada di bawah target yakni
60,15 persen;
4. Angka Partisipasi Sekolah (APS) SMA/MA/SMK/Paket C berada di
bawah target yang terealisasi dari 52,78 persen pada Tahun 2013
menjadi 66,45 persen pada Tahun 2017. APS tersebut berada di
bawah target yakni 57,6 pada Tahun 2013 menjadi 67,60 persen pada
Tahun 2017;

IV - 11
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

5. Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs meningkat dari 70,77 persen pada


Tahun 2013 menjadi 99,37 persen di Tahun 2013, namun berada di
bawah target periode 2013-2017 masing-masing 90,52 persen pada
Tahun 2013 dan 100 persen pada Tahun 2017;
6. Angka Melanjutkan ke SMA/MA/SMK/Paket C meningkat dari 98,73
persen pada Tahun 2013 menjadi 98,61 persen, namun berada di
bawah target pada Tahun 2017 yakni 100 persen;
7. Rasio Ketersediaan SD/MI/Penduduk Usia SD/MI menurun dari
1:180 pada Tahun 2013 menjadi 1:120 pada Tahun 2018. Target pada
periode tersebut berada pada kisaran 1:118 sampai dengan 1:120. Hal
ini menunjukkan bahwa ada ruang kelas yang tidak lagi digunakan
dalam aktivitas belajar-mengajar.
b. Urusan Kesehatan

Permasalahan Urusan Kesehatan yang muncul selama periode 2013-


2018 meliputi sebagai berikut:

1. Cakupan pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang


memiliki Kompetensi Kebidanan menurun dari 94,48 persen pada
Tahun 2013 menjadi 85,01 persen pada Tahun 2018. Namun,
penurun ini berada di bawah target periode 2013-2018 yakni 94,48-98
persen;
2. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani menurun dari 89,55
persen pada Tahun 2013 menjadi 76,57 persen pada Tahun 2018.
Realisasi ini berada di bawah target periode tersebut yakni 90,50-93
persen;
3. Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
menurun dari 86 persen pada Tahun 2013 menjadi 72,46 persen pada
Tahun 2018. Angka ini berada di bawah target periode tersebut pada
interval 86-99 persen;
4. Cakupan Pelayanan Anak Balita dari 37,59 persen pada Tahun 2013
menjadi 33,34 persen pada Tahun 2018. Angka ini berada di bawah

IV - 12
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

target periode tersebut yakni pada interval 37,59 persen sampai


dengan 82,51 persen;

c. Urusan Pekerjaan Umum & Penataan Ruang

Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang meliputi sebagai


berikut:

1. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik mengalami


penurunan dari 0,4 pada Tahun 2013 menjadi 0,37 pada Tahun 2017.
Capaian ini berada di bawah target sebesar 0,5 persen selama periode
2013-2018;
2. Rasio panjang jalan dengan jumlah penduduk mengalami penurunan
dari 0,0035 poin pada Tahun 2013 menjadi 0,0034 pada Tahun 2017;
3. Panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik (>40 km/jam) menurun
dari 359,21 km pada Tahun 2013 menjadi 192,97 km di Tahun 2018;
4. Proporsi panjang jalan dalam kondisi baik menurun dari 35,38 persen
di Tahun 2013 menjadi 19,10 persen di Tahun 2018;
5. Rasio tempat pemakaman umum menurun dari 6,01 persen di Tahun
2013 menjadi 5,73 persen di Tahun 2018. Capaian ini berada di
bawah target periode tersebut berkisar 80-85 persen;
6. Pembangunan turap di wilayah jalan penghubung dan aliran sungai
rawan longsor lingkup kewenangan kota menurun dari 162 meter di
Tahun 2013 menjadi 80 meter di Tahun 2018;
7. Rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah berHPL/HGB
menurun dari 0,30 di Tahun 2013 menjadi 0,26 pada Tahun 2018.
Capaian ini berada di bawah target periode tersebut yang mencapai
yakni 0,3 poin;
8. Persentase bangunan berIMG per satuan bangunan menurun dari
0,35 persen menjadi 0,32 persen di Tahun 2018. Capaian ini berada
di bawah rata-rata target periode 2013-2018 yakni 0,4 persen.

IV - 13
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

d. Urusan Permukiman, Kawasan Permukiman dan Pertanahan

Urusan Permukiman, Kawasan Permukiman dan Pertanahan


mencakup permasalahan pembangunan sebagai berikut :

1. Rasio rumah layak huni menurun dari 0,164 poin di Tahun 2013
menjadi 0,126 di Tahun 2018. Angka ini berada di bawah target
walaupun di Tahun 2015-2017 mengalami kenaikan mencapai 0,17
poin;
2. Cakupan Ketersediaan Rumah Layak Huni mengalami penurunan dari
88,76 persen di Tahun 2015 menjadi 64,95 persen di Tahun 2017.
Angka ini berada di bawah rata-rata target periode 2013-2018;
3. Persentase Luasan Permukiman Kawasan Kumuh di Kawasan
Perkotaan meningkat 0,68 persen di Tahun 2014 menjadi 0,72 persen
di Tahun 2016, namun berada di bawah target periode 2013-2018
yang meningkat dari 0,68 persen di Tahun 2013 menjadi 0,96 persen
di Tahun 2018;

e. Urusan Ketentraman dan Ketertiban Umum, serta Perlindungan


Masyarakat

Permasalahan Pembangunan selama periode 2013-2018 yang


muncul dalam urusan ini sebagai berikut:

1. Rasio jumlah Petugas Satpol Polisi Pamong Praja per 10.000


penduduk menurun dari 3 poin di Tahun 2013 menjadi 1 poin di
Tahun 2018. Angka ini berada di bawah target 5,7 poin pada periode
tersebut;
2. Jumlah Petugas Perlindungan Masyarakat tidak mencapai target
yakni antara 27-29 orang periode 2013-2018, hanya terealisasi 6
orang;
3. Target penegakan Perda meningkat dari 75 persen di Tahun 2013
menjadi 90 persen di Tahun 2018. Capaian ini berada di bawah target
100 persen;

IV - 14
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

4. Walaupun realisasi tingkat penyelesaian pelanggaran K3 meningkat


dari 75 persen di Tahun 2013 menjadi 90 persen di Tahun 2018,
namun berada di bawah target 100 persen;
5. Tingkat waktu tanggap daerah wilayah manajemen kebakaran (WMK)
belum mencapai target 95 persen karena hanya tercapai 66,67 persen.

f. Urusan Sosial

Permasalahan Pembangunan urusan sosial di Kabupaten Donggala


selama periode 2013-2018 mencakup sebagai berikut:

1. Dalam konteks Penyandang Masyarakat Kesejahteraan Sosial (PMKS),


fakir miskin yang memperoleh bantuan dana APBN baik PKH, KIS,
KIP, KKS, KUBE meningkat dari 6.212 jiwa di Tahun 2013 menjadi
48.697 jiwa di Tahun 2018. Hal ini menunjukkan kegagalan
Pemerintah Kabupaten Donggala menurunkan angka maupun
persentase kemiskinan;
2. Komunitas Adat Terpencil yang ditangani menurun dari 235 jiwa di
Tahun 2013 menjadi tinggal 108 jiwa di Tahun 2018.

4.1.1.2 Permasalahan Pembangunan Berdasarkan Urusan Wajib Yang


Tidak Berkaitan Layanan Dasar

Permasalahan Pembangunan berdasarkan Urusan wajib yang tidak


berkaitan layanan dasar meliputi berbagai urusan sebagai berikut:

a. Urusan Tenaga Kerja

Permasalahan pembangunan yang muncul dalam urusan tenaga


kerja meliputi :

1. Besaran Tenaga Kerja yang mendapatkan pelatihan kewirausahaan


menurun dari 80 orang di Tahun 2013 menjadi tinggal 15 orang di
Tahun 2016;

IV - 15
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

2. Persentase perusahaan yang mengikuti Jamsostek/BPJS


Ketenagakerjaan berflutuasi antara 68-100 persen selama periode
2013-2018. Angka ini berada di bawah target 100 persen.

b. Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Permasalahan pembangunan yang muncul dalam urusan


Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak sebagai berikut:

1. Persentase perempuan di lembaga pemerintah hanya mencapai 1,3


persen di Tahun 2018 berada di bawah target 1,4 persen periode
2013-2018;
2. Proporsi kursi yang diduduki perempuan di DPRD Kabupaten
Donggala hanya mencapai 6,67 persen selama periode 2013-2018
jauh di bawah target 30 persen;
3. Realisasi partisipasi angkatan kerja perempuan mengalami
penurunan drastis dari 70 ribu orang di Tahun 2014 menjadi 5.260
orang di Tahun 2017 sebelum meningkat pada 22.041 jiwa di Tahun
2018. Angka ini berada di bawah target periode tersebut meningkat
dari 68 ribu jiwa di Tahun 2013 menjadi 72 ribu jiwa di Tahun 2018;

c. Urusan Pangan

1. Produktivitas padi menurun: Tahun 2015 yakni 5,2 ton/Ha menjadi


4,96 ton/Ha Tahun 2016 (target produksi sesuai RPJMD 2014-2019
yakni 131.985 ton sementara realisasi hanya mencapai 92.076 ton);
2. Realisasi Nilai Tukar Petani hanya mencapai 99,35 persen;
3. Permintaan pangan khususnya beras meningkat seiring peningkatan
jumlah penduduk. Hal ini gagal menurunkan konsumsi beras 1,03
persen pada periode 2013-2018 karena konsumsi beras perkapita
meningkat dari 103,25 kg/tahun di Tahun 2014 menjadi 127,5
kg/tahun di Tahun 2017.
4. Budaya makan beras yang cenderung tidak dapat tergantikan oleh
makanan lain;

IV - 16
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

5. Alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan permukiman dan


komersial;
6. Keandalan sistem irigasi semakin menurun;
7. Perubahan iklim global akibat pemanasan global menyebabkan
perilaku iklim semakin sulit diprediksi;
8. Keberlanjutan sistem produksi padi akibat Degradasi hutan dan lahan
khususnya di kawasan upstream (DAS Hulu) yang berdampak kepada
rapuhnya fungsi hidrologi kawasan DAS;
9. Fenomena gizi buruk di masyarakat masih mengancam.

d. Urusan Pertanahan

Permasalahan pembangunan urusan pertanahan meliputi sebagai


berikut:

1. Penetapan lokasi pengadaan tanah untuk kepentingan umum


kabupaten belum optimal;
2. Lahan yang memiliki sertifikat masih kurang (25,03 persen);
3. Penyelesaian sengketa tanah garapan lintas desa dalam 1 (satu)
wilayah Kecamatan belum optimal;
4. Penyelesaian masalah ganti kerugian dan santunan tanah untuk
pembangunan oleh Pemerintah Kabupaten Donggala belum optimal;
5. Penetapan subyek dan obyek redistribusi tanah, serta ganti kerugian
tanah kelebihan maksimum dan tanah absentee lintas Desa dalam 1
(satu) daerah kabupaten belum optimal;
6. Penyelesaian Inventarisasi dan pemanfaatan tanah kosong lintas desa
dalam 1 (satu) wilayah Kecamatan belum optimal;
7. Perencanaan penggunaan tanah yang hamparannya lintas desa dalam
1 (satu) Wilayah Kecamatan belum optimal.

e. Urusan Lingkungan Hidup

Permasalahan pembangunan urusan lingkungan hidup meliputi


permasalahan berikut:

IV - 17
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

1. Terjadinya degradasi lingkungan akibat meningkatnya kegiatan


masyarakat yang mencemari air;
2. Menurunnya daya dukung dan daya tampung lingkungan;
3. Meningkatnya suhu udara, menipisnya persediaan air dan perubahan
cuaca;
4. Meningkatnya timbulan sampah yang tidak diikuti dengan
ketersediaan sarana dan prasarana persampahan yang memadai;
5. Belum adanya dokumen Rencana Pengelolaan dan Perlindungan
Lingkungan Hidup (RPPLH) Kabupaten Donggala sehingga RPPLH
belum dapat diintegrasikan dalam rencana pembangunan Kabupaten
Donggala;
6. Realisasi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dalam urusan
lingkungan hidup masyarakat hanya mencapai sekali jauh di bawah
target yakni empat kali;
7. Adanya pengaduan masyarakat terkait izin lingkungan, izin PPLH dan
PUULH yang diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten Donggala, lokasi
usaha dan dampaknya di Kabupaten Donggala.

f. Urusan Penduduk dan Catatan Sipil

Permasalahan Pembangunan urusan penduduk dan catatan sipil


meliputi :

1. Belum semua penduduk memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu


Keluarga (KK), Akte Kelahiran terutama penduduk Kabupaten
Donggala di wilayah terpencil di Kecamatan Rio Pakava, Pinembani,
Sojol Utara karena minimnya alat pencetakan dan petugas tehnis.

g. Urusan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

Permasalahan Pembangunan berkaitan dengan urusan Pengendalian


Penduduk dan Keluarga Berencana meliputi :

1. Cakupan PKB/PLKB yang didayagunakan Perangkat Daerah KB


pelaksanaan pembangunan di bidang pengendalian penduduk selama

IV - 18
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

periode 2013-2018 mencapai 33 persen, namun berada di bawah


target sebesar 80 persen.

h. Urusan Perhubungan

Permasalahan pembangunan urusan perhubungan sebagai berikut:

1. Jumlah arus penumpang angkutan umum menurun dari 3.440 orang


di Tahun 2013 menjadi 3.161 orang di Tahun 2018;
2. Jumlah uji KIR angkutan umum menurun dari 320 unit kenderaan di
Tahun 2013 menjadi 37 unit di Tahun 2018;
3. Jumlah kenderaan angkutan darat menurun dari 231 unit di Tahun
2013 menjadi tinggal 105 unit di Tahun 2018;
4. Kepemilikan KIR angkutan umum kenderaan menurun dari 6,9
kenderaan di Tahun 2013 menjadi 0,8 kenderaan di Tahun 2018;
5. Jumlah orang/barang melalui dermaga/terminal pertahun menurun
dari 3.425 orang di Tahun 2013 menjadi 3.016 orang di Tahun 2018.

i. Urusan Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah

Permasalahan pembangunan dalam urusan Koperasi, Usaha Kecil


dan Menengah meliputi sebagai berikut:

1. Persentase Koperasi Aktif menurun dari 55 persen di Tahun 2013


menjadi 34 persen di Tahun 2018. Hal ini sejalan dengan jumlah
koperasi aktif menurun dari 78 unit di Tahun 2013 menjadi 45 unit di
Tahun 2018;
2. Jumlah usaha mikro menurun dari 5.922 unit di Tahun 2013 menjadi
3.972 unit di Tahun 2018;
3. Rasio BPR/LKM aktif menurun dari 0,17 poin di Tahun 2013 menjadi
0,13 poin di Tahun 2018.

j.Urusan Penanaman Modal

Permasalahan Pembangunan dalam urusan Penanaman Modal


meliputi sebagai berikut:

IV - 19
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

1. Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA) meningkat dari 2


investor di Tahun 2013 menjadi 16 investor di Tahun 2018. Namun,
jumlah ini berada di bawah target 24-25 investor pada periode
tersebut;

k. Urusan Kepemudaan dan Olah Raga

Permasalahan Pembangunan dalam urusan Kepemudaan dan


Olahraga meliputi sebagai berikut:

1. Jumlah atlit yang berbakat dan berprestasi menurun dari 15 orang di


Tahun 2013 menjadi 7 orang di Tahun 2018;
l. Urusan Perpustakaan

Permasalahan Pembangunan Urusan Perpustakaan meliputi sebagai


berikut:

1. Jumlah koleksi buku meningkat dari 19.341 buku di Tahun 2013


menjadi 21.700 buku di Tahun 2018, namun jumlah pengunjung
menurun dari 6.000 orang di Tahun 2013 menjadi 3.415 orang di
Tahun 2018;

4.1.1.3. Permasalahan Pembangunan Berkaitan dengan Urusan


Pilihan
Permasalahan Pembangunan di Kabupaten Donggala berkaitan
dengan urusan pilihan meliputi Urusan Perikanan, Urusan Pariwisata,
Urusan Pertanian, Urusan Kehutanan, Urusan Energi dan Sumberdaya
Mineral, Urusan Perdagangan, Urusan Transmigrasi sebagai berikut:

a. Urusan Perikanan

1. Realisasi Produksi Perikanan menurun dari 31.948 ton di Tahun 2013


menurun menjadi 23.017 ton di Tahun 2018;
2. Produksi Perikanan Tangkap menurun dari 21.323 ton di Tahun 2013
menjadi 18.406 ton di Tahun 2018;

IV - 20
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

3. Belum ada zonasi yang jelas bagi kawasan budidaya serta pembukaan
kawasan tanpa mengikuti aturan yang berlaku;
4. Tata letak (layout) dan konstruksi petak budidaya tidak kokoh, terlalu
dangkal dan luas;
5. Masih tingginya harga pakan ikan yang mengakibatkan meningkatnya
biaya operasional sehingga margin keuntungan pembudidaya
menurun;
6. Nelayan, pembudidaya, dan pengolah ikan umumnya belum
mengikuti kaidah dan persyaratan mutu produk;
7. Teknologi yang diterapkan masih sederhana sehingga produksi tingkat
produktifitas cenderung rendah;
8. Kelembagaan nelayan, pembudidaya dan pengolah ikan yang kurang
optimal;
9. Kurangnya akses terhadap permodalan, lembaga keuangan dan
perbankan;
10. Terbatasnya sarana produksi seperti induk dan benih unggul, pakan,
pupuk dan obat-obatan yang standar;
11. Realisasi produksi perikanan kelompok nelayan meningkat dari 50,99
ton pada Tahun 2013 meningkat menjadi sebesar 59,40 ton di Tahun
2017. Namun, produksi ini berada di bawah target periode 2013-2018
yakni 72-98 ton;
12. Terbatasnya prasarana produksi yang memadai seperti jalan produksi.
Jaringan irigasi tambak, sarana PPI/TPI, mekanisme nelayan kecil,
rumpon;
13. Tingginya kerusakan ekosistem mangrove dan terumbu karang
sebagai habitat vital untuk tempat pemijahan ikan laut di Kabupaten
Donggala;
14. Lemahnya data sistem informasi sumber daya kelautan yang akurat
dan mudah diakses masyarakat.
15. Produksi perikanan belum mencapai target (73,29 persen);
16. Kelompok nelayan yang dibina masih rendah yakni hanya 24,62
persen.

IV - 21
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

b. Urusan Pariwisata

Permasalahan Pembangunan berkaitan dengan Urusan Pariwisata


meliputi sebagai berikut:

1. Jumlah kunjungan wisatawan menurun dari 65.590 orang di Tahun


2013 menjadi 44.392 orang di Tahun 2018;
2. Jumlah kunjungan wisatawan nusantara mengalami penurunan dari
65.275 orang di Tahun 2013 menjadi tinggal 43.693 orang di Tahun
2018;
3. Jumlah teknologi informasi pemasaran pariwisata mengalami
peningkatan dari 1 unit menjadi 2 unit, namun tidak aktif lagi;
4. Kontribusi sub sektor pariwisata baik ADHB maupun ADHK menurun
dari masing-masing 0,47 persen dan 0,48 persen di Tahun 2013
menjadi 0,44 persen di Tahun 2018, tetapi kontribusi sub sektor
pariwisata ADHB stagnan pada 0,48 persen juga di Tahun 2018;
5. Penerimaan PAD dari sub sektor pariwisata menurun dari Rp 102 juta
di Tahun 2013 menjadi tinggal Rp 85 juta di Tahun 2018.

c. Urusan Pertanian

Permasalahan Pembangunan dalam urusan Pertanian meliputi


sebagai berikut:

1. Meningkatnya kebutuhan tanaman pangan sebagai bahan makanan


pokok sejalan dengan pertambahan penduduk menjadi salah satu
masalah dan tantangan yang dihadapi. Selain itu, meningkatnya alih
fungsi lahan dari pertanian ke pemukiman dapat menyebabkan
produksi pertanian semakin menurun. Untuk itu, perlu dilakukan
diversifikasi tanaman serta menggunakan teknologi tepat guna;
2. Permasalahan lainnya adalah faktor pemasaran hasil produksi yang
tidak didukung oleh informasi pasar, dan adanya para pengijon
sehingga belum dapat meningkat kesejahteraan petani, untuk itu,
diharapkan koperasi sebagai sokoguru perekonomian dapat berperan

IV - 22
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

lebih optimal melayani kebutuhan petani akan sarana produksi dan


kredit serta menampung hasil produksi;
3. Tingkat produktivitas masih rendah sebagai akibat tingkat
pengetahuan dan keterampilan petani belum memadai, di samping
kurangnya modal;
4. Mutu hasil perkebunan relatif masih rendah sebagai akibat
penanganan pasca panen belum baik;
5. Menurunnya produktifitas air irigasi dalam mendukung hasil
pertanian di wilayah rentan banjir dan lahan kering karena faktor
lingkungan hidup dan perubahan iklim;
6. Mekanisme pasaran hasil perkebunan belum memberikan
keuntungan bagi petani;
7. Usaha peternakan umumnya merupakan usaha peternakan rakyat
yang berskala kecil dan merupakan usaha sampingan;
8. Aktivitas peternakan yang meliputi ternak besar, kecil dan unggas
berfluktuasi dan masih dikelola secara tradisional;
9. Pelayanan kesehatan hewan belum mampu menjangkau seluruh
daerah pengembangan ternak;
10. Konsumsi daging dan telur masih di bawah standar gizi;
11. Tata niaga ternak masih belum optimal;
12. Keterampilan peternak masih rendah dan belum memanfaatkan
teknologi tepat guna seoptimal mungkin;
13. Cakupan bina kelompok petani masih rendah yakni hanya 67,26
persen;
14. Produktivitas padi meningkat dari 4,49 ton/Ha di Tahun 2013
menjadi 4,68 ton/Ha di Tahun 2018, namun berada di bawah target
yang meningkat dari 4,65 ton/Ha di Tahun 2013 menjadi 5,45 ton/Ha
di Tahun 2018;
15. Produktivitas jagung meningkat dari 1,238 ton/Ha di Tahun 2013
meningkat menjadi 1,25 ton/Ha di Tahun 2018, tetapi berada di
bawah target yang meningkat dari 1,15 ton/Ha di Tahun 2013
menjadi 1,30 ton/Ha di Tahun 2018;

IV - 23
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

16. Produktivitas ubi kayu menurun dari 20,51 ton/Ha di Tahun menjadi
16,11 ton/Ha di Tahun 2018 berada di bawah target yang meningkat
dari 16,56 ton/Ha di Tahun 2013 menjadi 21,51 ton/Ha di Tahun
2018.

d. Urusan Kehutanan

Permasalahan pembangunan dalam Urusan Kehutanan meliputi


sebagai berikut:

1. Maraknya pencurian kayu di area hutan negara, khususnya pada


areal HPH;
2. Pemanfaatan jasa lingkungan (air,wisata, carbon trade) di hutan
produksi dan hutan lindung masih rendah;
3. Pemanfaatan kawasan hutan untuk pembangunan non kehutanan
belum optimal;
4. Kerusakan kawasan hutan meningkat dari 11,14 persen di Tahun
2013 menjadi 26,63 persen di Tahun 2017.

e. Urusan Energi dan Sumberdaya Mineral

Permasalahan Pembangunan dalam urusan Energi dan Sumberdaya


Mineral meliputi sebagai berikut:

1. Persentase rumah tangga pengguna listrik mengalami penurunan dari


66,67 persen di Tahun 2013 menjadi 48,08 persen di Tahun 2017.

f. Urusan Perdagangan

Permasalahan Pembangunan dalam Urusan Perdagangan meliputi


sebagai berikut:

1. Ekspor bersih perdagangan menurun dari US$1.238.727,- di Tahun


2-13 menjadi US$287.005,- di Tahun 2018;
2. Adanya pasar yang mubazir tidak digunakan di wilayah kecamatan
tertentu.

IV - 24
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

g. Urusan Transmigrasi

Permasalahan Pembangunan dalam Urusan Transmigrasi meliputi


sebagai berikut:

1. Aksesibilitas calon transmigran ke lokasi Unit Pemukiman


Transmigrasi masih belum memadai;
2. Bimbingan dan penyuluhan masih belum optimal;
3. Rasa keterkaitan penduduk calon transmigrasi dengan penduduk
lokal masih rendah;
4. Keterlambatan penyiapan lahan dan bangunan pemukiman bagi
transmigrasi;
5. Adanya tumpang tindih lahan;
6. Persentase transmigrasi swakarsa stagnan pada angka 24,55 persen
lebih rendah dari target yang ditetapkan 37,38 persen;
7. Persentase transmigran dalam binaan yang berhasil meningkat dari
7,40 persen di Tahun 2013 menjadi 30,23 persen, namun berada di
bawah target 100 persen.

4.2. ANALISIS ISU STRATEGIS

Isu strategis merupakan suatu kondisi yang berpotensi menjadi


masalah maupun menjadi peluang suatu daerah di masa datang. Isu
strategis lebih berorientasi pada masa depan. Suatu hal yang belum
menjadi masalah saat ini, namun berpotensi akan menjadi masalah
daerah pada suatu saat dapat dikategorikan sebagai isu strategis. Selain
itu, isu strategis juga dapat dimaknai sebagai potensi yang daerah yang
belum terkelola, dan jika dikelola secara tepat dapat menjadi potensi
modal pembangunan yang signifikan.

Dalam merumuskan isu strategis dilakukan langkah sebagai berikut:

IV - 25
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Dalam menentukan isu strategis, harus disesuaikan dengan jenis


dokumen yang akan disusun, apakah itu jangka panjang (20 tahun)
jangka menengah (5 tahun) maupun jangka pendek (1 tahun). Jika suatu
isu strategis berpotensi muncul dalam kurun waktu sesuai masing-
masing jenis dokumen, maka isu strategis itu dapat dimasukkan. Namun
jika suatu isu strategis berpotensi muncul dalam di luar (lebih dari)
kurun waktu sesuai masing-masing jenis dokumen, maka sebaiknya
tidak usah dimasukkan ke dalam dokumen.

Isu-isu krusial dan strategis terkait dengan tantangan dan peluang


serta penyelesaian dan pengembangan pembangunan berkelanjutan di
bidang kemiskinan; ketahanan pangan; kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat; pendidikan inklusif; kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan; ketersediaan air bersih dan pengelolaan sanitasi; energi;
pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja; pembangunan
infrastruktur, peningkatan industri dan inovasi; kesenjangan intra dan
antardaerah, antarnegara; permukiman; pola produksi dan konsumsi;
perubahan iklim; sumber daya kelautan; ekosistem daratan, hutan,
degradasi lahan, dan keanekaragaman hayati; kedamaian masyarakat,
kesamaan akses pada keadilan, dan pembangunan kelembagaan yang
efektif, akuntabel, dan inklusif; penguatan sarana pelaksanaan dan
kemitraan global.

4.2.1. Isu Strategis Internasional

Pada sub bab 4.2.1 dipaparkan beberapa isu strategis internasional


meliputi meliputi Volatilitas Kurs, Hutang Luar Negeri, Perang Dagang
Amerika Serikat dan Tiongkok, Perubahan Iklim dan Pemanasan Global,
Krisis Pangan Sejak Tahun 2010, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

a. Volatilitas Kurs

Hampir dua dekade setelah krisis moneter di Asia, negara-negara


Asia beralih dari sistem yang menganut kurs tetap menuju pada kurs

IV - 26
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

fleksibel. Namun, kurs mengambang terkendali selalu diasosiasikan


dengan dolar Amerika membutuhkan biaya mahal intervensi yang
menggerus cadangan devisa yang mengakibatkan defisit neraca berjalan
sehingga menimbulkan menurunnya kepercayaan asing atas kemampuan
bayar Indonesia. Adanya traumatis krisis Asia mendorong negara-negara
Asia Timur melakukan kerjasama moneter di Asia. Bentuk kerjasama
tersebut berupa riset dan antisipasi krisis, aplikasi secara kolektif mata
uang yang dipatok terhadap dolar amerika atau yen atau penggunaan
sekeranjang mata uang utama.

Sesudah krisis Asia, para ekonom mendukung solusi dua arah yaitu
sistem kurs tetap, pergerakan sempurna modal dan pengelolaan secara
independen kebijakan keuangan yang dapat dicapai secara simultan.
Tujuan solusi ini menyatakan bahwa hanya sistem kurs tetap adalah
satu-satunya sistem moneter yang dapat berkesinambungan dalam
lingkungan di mana mobilitas modal sempurna dan mengambang bebas
atau kurs yang dipatok seperti currency board system (CBS) atau
dolarisasi yang cocok di Asia Timur. Sistem kurs yang terdapat di tengah-
tengah antara kurs tetap dan kurs bebas sangat rentan terhadap krisis
moneter dan perbankan. Dalam proses pencarian sistem moneter
alternatif yang tepat di Asia, khususnya dari stabilitas, ketertarikan pada
penyatuan moneter Asia (Asian Monetary Unit, AMU) juga merupakan
solusi yang tepat. Peluncuran penyatuan ekonomi dan moneter model
Eropa oleh negara-negara Asia dipandang sebagai usulan yang tidak
realistik walaupun para pemimpin Asia tertarik dengan ide yang sama.
Namun, fluktuasi mata uang regional khususnya terhadap USD sangat
mengganggu target-target ekonomi dan kinerja jangka pendek
perekonomian negara-negara Kawasan Asia Timur, khusus Indonesia
berupa gejolak kurs atau fluktuasi kurs tidak terlepas dari pilihan
kebijakan Indonesia di bidang moneter internasional.

Konsekuensi dari pilihan Indonesia pada rezim kurs mengambang


tentu punya akibat yang memang sudah dapat diperkirakan. Konsekuensi

IV - 27
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

ini terlihat selama minggu ketiga November hingga pertengahan Desember


2015. Pada 25 November 2015, nilai tukar rupiah ditutup menguat pada
tingkat Rp 13.690,00 per USD atau rupiah menguat 0,2 persen terhadap
penutupan sebelumnya. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat itu
ditutup menguat 0,88 persen pada tingkat 4.585,55 poin. Saat itu,
investor asing mencatat net buy sebesar Rp 89 milyar. Lima indeks
sektoral dengan kapitalisasi pasar terbesar ditutup menguat berturut-
turut sektor keuangan menguat 1,36 persen, manufaktur 0,95 persen,
consumer 1,38 persen, infrastruktur 0,28 persen, perdagangan 0,62
persen. Indeks di kawasan Asia semuanya melemah kecuali Shanghai
yang menguat 0,88 persen. Mata uang di kawasan Asia Timur menguat
yakni dolar Taiwan 0,59 persen, dolar Singapura 0,41 persen, Baht 0,17
persen, Peso 0,2 persen, Yen 0,01 persen, Ringgit 1,41 persen kecuali
Yuan yang melemah -0,01 persen. Hari itu, merupakan masa akhir
penguatan mata uang regional Asia terhadap USD sebelum melemah
secara kontinyu hingga pertengahan Desember walaupun menguat
sejenak selama 17-18 Desember 2015. Jadi wajar jika kondisi ini akan
berlangsung terus, inilah yang disebut sebagai kerentanan makroekonomi
(macroeconomic vulnerability) saat Indonesia memilih memberlakukan
rezim kurs mengambang. Hal ini tidak berarti bahwa pilihan pada rezim
kurs tetap merupakan pilihan tanpa konsekuensi.

Lalu pada 26 November 2015, nilai tukar rupiah mulai terdepresiasi


secara perlahan-lahan hingga 16 Desember 2015. Pada 26 November
2015 rupiah ditutup melemah pada tingkat Rp 13.742,00 per USD atau
melemah 0,38 Persen terhadap masa penutupan sebelumnya. Mata uang
di kawasan Asia ditutup bervariasi yakni dolar Taiwan melemah -0,28
persen, dolar Singapura melemah -0,22 persen, Baht -0,24 persen, Peso -
0,24 persen, Peso -0,22 persen dan Ringgit -0,28 persen. Pada 4
Desember 2015, rupiah ditutup pada level Rp 13.834,00 atau menguat
0,08 persen terhadap hari sebelumnya, sedangkan mata uang regional
ditutup bervariasi yakni dolar Taiwan menguat 0,25 persen, dolar

IV - 28
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

Singapura melemah -0,16 persen, Baht 0,03 persen, Peso 0,29 persen,
Yen -0,14 persen, Yuan -0,07 persen, serta Ringgit menguat 0,03 persen.

Pada 11 Desember 2015, kurs rupiah bersama mata uang regional


lainnya ditutup melemah. Rupiah ditutup pada tingkat Rp 13.993,00 per
USD, dolar Singapura -0,22 persen, Peso -0,12 persen, Yen -0,28 persen,
Yuan -0,26 persen, dan Ringgit -0,78 persen. Pada 16 Desember 2015,
kurs rupiah kembali ditutup melemah pada tingkat Rp14.071,00 per USD
atau melemah 0,18 persen terhadap penutupan sebelumnya. Mata uang
regional ditutup melemah yakni dolar Taiwan -0,42 persen, dolar
Singapura -0,29 persen, Baht -0,30 persen, Peso 0,03 persen, Yen -0,30
persen, Yuan -0,16 persen dan Ringgit -0,34 persen. Sebaliknya, pada
sesi penutupan kamis sore, kurs rupiah kembali menguat lagi pada
tingkat Rp 14.009,00 per USD atau terjadi penguatan 0,44 persen dari
hari sebelumnya. Di kawasan Asia Timur, dolar Taiwan menguat 0,11
persen dan Ringgit menguat 0,07 persen. Sedangkan dolar Singapura
melemah -0,39 persen, Baht -0,32 persen, Peso -0,28 persen, Yen -0,14
persen dan Yuan juga melemah -0,17 persen. Mengapa sejak 26
November rupiah ditutup melemah terus, setelah sehari sebelumnya
menguat, lalu menguat lagi selama kamis-jum’at pada minggu ketiga
desember 2015? Lalu apa yang terjadi di balik ini?

Tiga tahun kemudian, yakni pada 3 Agustus 2018, kurs rupiah


ditutup pada level Rp14.498,00 per dolar atau melemah -0,24 persen
ketimbang penutupan sehari sebelumnya pada Rp14.478,00 per USD
dengan rentang transaksi Rp14.495-Rp14.512,00 per USD. Depresiasi
rupiah ini juga terjadi mata uang regional seperti RM melemah -0,12
persen, dolar Singapura melemah -0,11 persen, Baht melemah -0,15
persen dan Yuan melemah -0,36 persen.

Fenomena ini sebenarnya merupakan hal yang biasa dalam pasar


keuangan global. Secara teoretis, pertama, fluktuasi kurs rupiah ini tidak
terlepas dari pilihan Indonesia dalam pemberlakuan sistem kurs dalam

IV - 29
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

impossible trinity atau segitiga Mundell. Indonesia menurut konsep


Mundell tidak dapat mencapai tiga tujuan kebijakan moneter sekaligus
yakni independensi kebijakan moneter, stabilitas kurs, dan integrasi
pasar keuangan dunia. Independensi kebijakan moneter dan stabilitas
kurs bertumpu pada pengendalian arus modal, stabilitas kurs dan
integrasi pasar keuangan dunia bertumpu pada penyatuan moneter,
sedangkan integrasi pasar keuangan dan independensi kebijakan moneter
bertumpu pada sistem kurs mengambang. Seperti beberapa negara Asia
lainnya yakni Korea Selatan, Filipina, Thailand, Indonesia hingga saat ini
lebih memilih integrasi dalam perekonomian global dan independensi
kebijakan moneter. Pilihan rezim kursnya adalah kurs bebas. Tentu saja
melepaskan pilihan stabilitas nilai tukar dan integrasi ekonomi dunia
serta pilihan antara stabilitas kurs dan independensi kebijakan moneter.
Konsekuensinya, stabilitas kurs diserahkan pada mekanisme pasar
sehingga kondisinya seperti saat ini yang berlangsung sejak pemulihan
pasca krisis Asia 1997.

Kedua, fluktuasi kurs atau tepatnya kurs yang tervolatiled seperti


saat ini juga merupakan konsekuensi derasnya arus modal masuk ke
Indonesia sebagai konsekuensi dari integrasi ekonomi Indonesia dalam
perekonomian Global. Hanya saja berbeda dengan saat masa krisis Asia.
Jika pada masa krisis Asia, arus masuk modal berupa financial
investment bersifat jangka pendek atau hot money yang sewaktu-waktu
hengkang ke negara lain dan menimbulkan sudden stop. Saat ini arus
modal masuk didominasi oleh Arus Modal Asing Langsung (FDI)
khususnya pada bidang infrastruktur.

Adanya arus modal masuk baik melalui penanaman modal asing


langsung maupun obligasi pemerintah serta kurs rupiah yang sering
tervolatiled akan mempengaruhi penerimaan negara dari penjualan Surat
Berharga Negara (SBN), Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), yang
selanjutnya akan menambah anggaran pembangunan bila cost of fund
penjualan SBN dan SBSN tersebut lebih murah karena credit rating

IV - 30
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

Indonesia lebih baik seperti 20 tahun lalu. Selain itu, volatilitas kurs
tersebut juga mempengaruhi kemampuan Indonesia dalam pembiayaan
negara khususnya pembayaran pokok hutang dan bunganya yang akan
jatuh tempo. Besarnya penerimaan dari hasil penjualan obligasi
pemerintah tersebut selanjutnya akan digunakan dalam menunjang
keuangan Pemerintah dalam bentuk pembiayaan operasional
Kementrian/Lembaga serta Transfer ke Daerah dan Dana Desa termasuk
ke 519 kabupaten/kota termasuk Kabupaten Donggala dan 34 provinsi di
Indonesia.

b. Hutang Luar Negeri

Hutang luar negeri sebenarnya juga merupakan penyelesaian dari


surplus ekspor negara donor yang sekaligus memang dimaksud untuk
mengatasi modal dari negara-negara sedang berkembang. Surplus ekspor
ini merupakan investasi aktif jika disalurkan sebagai bantuan luar negeri
di negara sedang berkembang. Politik luar negeri yang diprakarsai
merupakan persoalan pokok dari ketergantungan terhadap modal dari
luar negeri. Secara konseptual ini ditetapkan sebagai pelengkap yang
mendampingi pendapatan pemerintah dari berbagi sektor dan kegiatan
ekonomi.

Utang luar negeri pada awalnya memang menjadi pasokan modal


bagi sistem ekonomi untuk mengeliminir defisit transaksi berjalan. Faktor
kendali dan pengawasan terhadap transaksi hutang luar negeri ini tidak
berjalan efektif, karena segala keputusan yang dilakukan negara
(Pemerintah) sangat mendominasi kebijakan publik yang ada bahkan
tidak sedikit yang dilakukan tanpa proses dan konfirmasi dan diketahui
publik. Birokrasi pada dasarnya mempunyai sifat cost maximizer,
sehingga transaksi utang luar negeri yang tidak efisien pun terus
dilaksanakan.

Pengaruh utang luar negeri pemerintah menjadi tumpuan terhadap


pertumbuhan ekonomi karena muncul defisit atau transfer negatif keluar,

IV - 31
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

semakin tinggi bahkan utang itu sendiri telah menjadi beban atau
bahkan perangkap bagi perekonomian nasional kebijakan pembangunan
yang bertumpuh kepada utang luar negeri telah memperlihatkan gejala
kegagalannya pada akhir Tahun 1980-an kini betul-betul mengerti bahwa
utang dengan porsi berlebihan merupakan candu yang mengerikan dari
pada sumber energi pembangunan perekonomian. Krisis nilai tukar
Rupiah dan krisis ekonomi pada akhir dekade 1990-an tidak dapat
terhindarkan, sekaligus merupakan puncak kegagalan dan kebijakan
ekonomi yang bertumpu pada utang luar negeri. Pertambahan efek
permintaan terhadap valuta jauh lebih besar dari pada pertumbuhan
penawarannya, terutama jika ditambah beban sektor produksi riil yang
berbasis bahan baku impor. Kegiatan impor inilah yang mengurus devisa
dalam jumlah besar dan pengaruh yang kuat beban berganda dari utang
pemerintah dan swasta telah menimbulkan spekulasi bagi investor dan
tidak cukup kuat menopang perkembangannya yang kompleks untuk
menghindari, resiko yang fatal, maka para investor tersebut mengambil
langkah seribu yang kemudian dirasakan pada keambrukan pasar modal
sejak September sampai Desember 1997.

Kegagalan pelaksanaan utang luar negeri Pemerintah merupakan


kesalahan awal (State Faillure) dan sekaligus menjadi landasan untuk
kesalahan berikutnya yakni, kesalahan swasta (Private Faillure),
kesalahan kebijakan di sektor negara itu secara otomatis menjalar ke
sektor swasta. Jadi persoalan ekonomi nasional kemudian disambung
oleh kombinasi dua kesalahan pemerintah dan swasta secara bersama-
sama.

Krisis keuangan pada Tahun 1997 meninggalkan Indonesia dan


Hutang publik yang sangat besar sama besarnya dengan produk domestik
bruto. Restrukturisasi sektor keuangan (Rekapitalisasi, dukungan
likuiditas dan jaminan keuangan) yang dimandatkan oleh LoI (leter of
intent) IMF telah menciptakan biaya bagi sektor publik sebesar U$ 80
Milyar Hutang publik domestik ini merupakan bagian dari total hutang

IV - 32
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

publik Indonesia U$ 150 Milyar angka ini sama dengan 100 persen PDB.
Hutang ini membutuhkan biaya kemanusiaan yang besar dan menyerap
dana yang kiranya dapat digunakan untuk memperkuat pertumbuhan
dan meringankan kemiskinan massal.

Dampak nyata dari beban hutang itu pada anggaran pembangunan


Indonesia sebesar 40 persen dari total pengeluaran dan lebih 5 Persen
PDB Indonesia setelah krisis, pengeluaran pembangunan terpotong
menjadi hampir sepertiganya sekali krisis pada Tahun 1997. Pada Tahun
2001, pembayaran bunga atas hutang domestik dan luar negeri Indonesia
diperkirakan sekitar 35 Persen dari pengeluaran Pemerintah Pusat.
Sebagai perbandingan pengeluaran pembangunan yang sangat
dibutuhkan hanya sekitar 17,5 persen dari pengeluaran dalam negeri
Pemerintah.

Setelah krisis ekonomi pada Tahun 1997, status ekonomi Indonesia


berdasarkan pendapatan dan besarnya hutang telah menurun. Laporan
tahunan Bank Dunia tentang Tahun 2000, menempatkan Indonesia
sebagai kelompok negara rendah, SILIC (Severely Indepted Low Income
Countries = negara berpendapatan rendah yang terlilit hutang). Sebelum
krisis, Indonesia menempati urutan sebagai negara yang berpendapatan
menengah dan hutang menengah, berada satu tingkat dengan Mali,
Nigeria, Afganistan, Malawi, dan Ethiopia. Negara Asia lain menderita
krisis seperti Malaysia, Thailand dan Korea bukanlah kelompok SILIC.
Cara mengatasi krisis pinjaman secara bilateral dengan melakukan
penjadwalan kembali pinjaman disertai keringanan pengembaliannya
(debt relief) sudah sering dilakukan. Indonesia pernah A kebijaksanaan
tersebut antara Tahun 1969 sampai sampai 1971, juga Pemerintah Turki
melakukan penjadwalan pinjaman lamanya dan menerima pinjaman baru
dengan persyaratannya lebih ringan. Tetapi, cara demikian tidak dapat
dilakukan dalam mengatasi krisis pinjaman yang terjadi pada Tahun
1982. Meksiko adalah negara pertama menghentikan pembayaran
kembali pinjamannya. Tindakan negara tetangga dan sekutu dekat ini

IV - 33
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

sungguh mengejutkan pemerintah Amerika Serikat. Pinjaman Meksiko


dan negara–negara Amerika Latin yang lain dari bank–bank swasta
internasional sudah sedemikian besar sehingga dikuatirkan krisis itu
dapat merusak sistem perbankan dan keuangan internasional. Untuk
mengatasinya dilakukan pendekatan bersifat multilateral (pinjaman itu
memang bukan pinjaman resmi bilateral) dan tidak pula disertai
pemberian keringanan pembayaran. IMF diminta untuk merumuskan
cara dan langkah–langkah penyelesaian pinjaman luar negeri itu yang
dituangkan ke dalam suatu program penyesuaian (adjustment program)
untuk dilaksanakan dalam beberapa tahun. Program itu menekankan
penyelamatan dana pinjaman yang sudah diberikan dengan cara
mengendalikan pengeluaran devisa dan meningkatkan kemampuan
keuangan negara peminjam khususnya penerima ekspor.

Pelaksanaan program ini dititik beratkan pada neraca pembayaran


dan neraca modal yang harus dipatuhi oleh negara peminjam. Dalam
neraca pembayaran diperinci mengenai arus pemasukan dan pengeluaran
devisa dengan menekan impor dan memaksimalkan penerimaan ekspor.
Naraca modal memperhitungkan arus modal asing yang akan masuk dan
tambahan pinjaman yang akan diberikan oleh bank asing kepada negara
tersebut. Dari kedua neraca akan terlihat jumlah dana yang harus
disediakan negara peminjam untuk pembayaran royalty dan dividen dari
investasi asing dari negara itu serta pengembalian pinjaman pokok dan
bunga pinjamannya. Program ini berhasil meningkatkan kemampuan
negara peminjam. Pembayaran cicilan pokok pinjaman dan bunganya
dapat dilakukan lagi, setelah dihentikan beberapa waktu lamanya, tetapi
di pihak lain beban yang sangat besar harus ditanggung negara peminjam
yang telah menyebabkan terjadinya penurunan dalam investasi dan
meningkatnya laju inflasi, tingkat pertumbuhan investasi di beberapa
negara peminjam besar (Argentina, Brazil, Columbia, Equador, Uruguay,
dan Bolovia) laju inflasi telah meningkat dari 57,6 persen pada Tahun
1981 menjadi 84,8 persen (1982), 131,1 persen, 185,2 persen, laju inflasi

IV - 34
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

yang tertinggi terjadi di negara – negara yang mempunyai pinjaman besar


dan di negara – negara kecil. Perkapita PDB dan tingkat hidup menurun
dratis.

IMF yang menjadi otak dari penyusunan program ini dituduh terlalu
mengutamakan kepentingan pihak perbankan dan negara donor dan
kurang memperhatikan beban yang ditimbulkan kepada rakyat di negara–
negara peminjam. Dikatakan, beban pembayaran kembali pinjaman luar
negeri itu telah menimbulkan kemunduran dalam pembangunan,
sehingga sangat bertentangan dengan tujuan semula dari pinjaman
tersebut. Akibatnya PDB dari negara–negara Amerika Latin yang
melaksanakan program itu telah mengalami pertumbuhan negatif antara
Tahun 1982–1983 dan pertumbuhan yang rendah (sekitar 3 persen)
antara Tahun 1984–1987 tingkat pertumbuhan PDB perkapita juga
menurun dari 8,9 persen antara Tahun 1981–1985 menjadi 1,45 persen
dan 0,5 persen pada Tahun 1986–1987.

Langkah – langkah untuk pengumpulan dana bagi pembayaran


cicilan pinjaman luar negeri itu diikuti pula dengan penekanan impor.
Ekspor yang berhasil di tingkatkan masih kurang cukup untuk
menghasilkan dana pembayaran pinjaman, sehingga harus dilakukan
penekanan konsumsi masyarakat melalui pengurangan impor.
Pengurangan impor telah menghambat pertumbuhan ekonomi negara–
negara tersebut karena berkurangnya barang modal dan peralatan yang
diperlukan.

Debt Service Ratio (DSR) adalah rasio pembayaran bunga dan cicilan
utang luar negeri yang jatuh tempo terhadap ekspor yang dihasilkan
dalam periode satu tahun. Angka DSR semakin besar akan semakin
riskan dan semakin kecil akan semakin baik bagi perekonomian nasional.
Namun DSR nasional tergolong tinggi karena sudah mencapai angka lebih
dari 30 persen jauh lebih tinggi dari batas wajar yang dapat dikendalikan
artinya dengan angka besar lebih dari 30 persen, hasil ekspor nasional

IV - 35
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

banyak dipakai untuk membayar hutang luar negeri. Hal ini dapat
dihubungkan dengan industri berorientasi ekspor kandungan bahan
bakunya berasal dari impor yang tinggi dan sebagaimana diketahui
bahwa nilai impor sudah mendekati nilai ekspor (75–89 persen) dengan
angka DSR yang lebih dari 30 persen, maka sungguh terlalu besar
pengorbanan ekspor bersih untuk pembayaran hutang luar negeri
bahkan angka DSR pasca krisis ini (1998–1999) mencapai 45 persen
sampai 59 persen.

Negara donor pada umumnya percaya bahwa persoalan–persoalan


hutang dari negara penghutang bersifat sementara. Dengan demikian,
untuk membayar cicilan hutang mengambil bentuk penjadwalan kembali
pembayaran, kadang–kadang dibarengi dengan paket–paket pinjaman
baru. Menurut suatu dokumen IMF dan Bank Dunia, sekitar US$ 60
miliar dari jumlah hutang dan pembayaran cicilan hutang dan bunga
telah dihapuskan lewat proses Paris club. Penjadwalan ulang dalam
kenyataannya tidak cukup karena semakin banyak negara mengajukan
untuk diulanginya penjadwalan ulang. Para kreditor mulai mencari cara–
cara untuk mempertahankan jumlah yang terhutang pada tingkat yang
dapat dikendalikan. Pada September 1996, Bank Dunia dan IMF
melancarkan prakarsa untuk negara–negara miskin yang sangat terbeban
hutang. Sekitar 180 Pemerintah di seluruh dunia menyetujuinya dan IMF
serta Bank Dunia memujinya sebagai suatu pendekatan efektif untuk
membantu mengurangi hutang negara–negara miskin, negara penghutang
yang memikul beban hutang berat dan berbagai bagian dari suatu
strategi pengurangan kemiskinan secara keseluruhan. Pada September
1999, tiga tahun setelah prakarsa itu dilancarkan, pada kesempatan
sidang tahunan Bank Dunia dan IMF. Prakarsa Hipe mengalami
perluasan signifikan dengan menyediakan peringanan hutang lebih besar
kepada negara lebih cepat lagi. Peningkatan ini dan strategi yang
dirancang ulang untuk menghubungkan peringanan hutang dengan
pengurangan kemiskinan akan membantu menghilangkan hutang sebagai

IV - 36
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

suatu hambatan terhadap pembangunan dan memungkinkan negara–


negara untuk melakukan investasi lebih besar di masa depan.

Adanya kinerja hutang luar negeri ini akan menimbulkan


kepercayaan tinggi pada pihak asing apabila debt service ratio di bawah
nilai benchmarking sebesar 30 persen atas kinerja perekonomian
Indonesia. Turunnya hutang luar negeri akan menimbulkan keleluasaan
pembiayaan pembangunan yang tercermin dari besarnya ruang fiskal
yang selanjutnya akan menambah dana pembangunan baik melalui K/L
maupun Transfer ke Daerah dan Dana Desa sehingga dapat membiayai
prioritas I, II maupun prioritas III di masing-masing daerah.

c. Perang Dagang Amerika dan Tiongkok

Perang dagang Tiongkok–Amerika Serikat 2018 dimulai


setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan pada 22
Maret 2018, niatnya untuk mengenakan tarif sebesar US$ 50 miliar bagi
barang-barang Tiongkok di bawah Seksi 301 Undang-Undang
Perdagangan 1974, dengan menyebut riwayat "praktik perdagangan tidak
adil" dan pencurian kekayaan intelektual. Produk Tiongkok yang terkena
tarif itu beragam mulai dari mesin, peralatan elektronik, peralatan
manufaktur, peralatan kantor, motor, hingga suku cadang pesawat.
Sebaliknya, Pemerintah Tiongkok menerapkan tarif mereka pada lebih
dari 128 produk Amerika Serikat, termasuk terutama sekali kedelai,
mesin jet, chip komputer, pesawat, mobil, emas sebagai ekspor utama AS
ke Tiongkok.

Pada 6 Juli 2018 Presiden Amerika Serikat Donald


Trump memberlakukan tarif terhadap barang-barang Tiongkok senilai $
34 milyar, yang kemudian menyebabkan Tiongkok membalas dengan tarif
yang serupa terhadap produk-produk Amerika Serikat. Administrasi
Trump mengatakan bahwa tarif tersebut diperlukan untuk melindungi
keamanan nasional dan kekayaan intelektual bisnis AS, dan untuk
membantu mengurangi defisit perdagangan Amerika Serikat dengan

IV - 37
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Tiongkok. Trump pada Agustus 2017 telah membuka penyelidikan resmi


mengenai serangan terhadap kekayaan intelektual Amerika dan sekutu-
sekutunya, pencurian yang telah merugikan Amerika sendiri sekitar $
600 miliar per tahun.

Perang Dagang tersebut dilatar belakangi oleh fenomena bahwa


Amerika Serikat mengalami defisit perdagangan $500 miliar per tahun,
ditambah pencurian kekayaan intelektual sebesar $300 miliar per tahun.
Pemerintah Amerika tidak dapat membiarkan keadaan ini terus berlanjut.
Menurut Menteri Perdagangan Amerika Serikat Wilbur Ross, bahwa tarif
terhadap produk Tiongkok yang direncanakan hanya mencerminkan 0,3
persen dari produk domestik bruto Amerika Serikat.

Perang dagang ini dapat mempengaruhi kinerja perdagangan


Indonesia karena kedua negara merupakan patner dagang Indonesia.
Pada satu sisi. adanya Perang Dagang tersebut dapat berpengaruh positif
pada Indonesia melalui gencarnya arus modal asing jangka panjang ke
Indonesia asal Tiongkok yang terkena dampak proteksi di Amerika
Serikat. Selain itu, karena Indonesia di mata Amerika Serikat sebagai
Negara Berkembang, ekspor produk-produk berbasis logam dasar ke
Amerika Serikat mendapat pembebasan bea masuk sebesar 15 persen
ketimbang Tiongkok yang dianggap negara maju. Pada sisi lain, dampak
negatif yang muncul harus diantisipasi karena para pemodal akan wait
and see sehingga mengurangi keinginan investasi bahkan membatalkan
komitmen investasinya ke negara-negara Emerging Economic termasuk ke
Indonesia khususnya pada Kawasan Industri yang sedang atraktif
menarik modal asing. Akibatnya, daerah yang sedang gencar menarik
arus modal asing mendapat ketidakpastian.

d. Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Peningkatan suhu rata-rata di permukaan bumi merupakan


ancaman yang serius bagi planet bumi dan seluruh mahluk di dalamnya,
sehingga perlu langkah terpadu dalam penanggulangan dan pencegahan

IV - 38
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

serta pengawasan. Terjadinya perubahan iklim dan pemanasan global


tersebut terjadi akibat menipisnya lapisan ozon (O3) merupakan
konsekuensi pembentukan beberapa jenis gas rumah kaca yang
dihasilkan oleh peternakan, pembakaran bahan bakar fosil pada
kendaraan bermotor, pabrik-pabrik modern, deforestrasi, serta
pembangkit tenaga listrik dan lainnya, pengunaan hairspray, pengharum
ruangan. Pemanasan global menimbulkan pencairan es di artic (kutub
utara) yang menimbulkan kenaikan pada permukaan air laut. Akibatnya
terjadi perubahan musim, el-nino, la nina, anomali cuaca menimbulkan
perubahan dan kacaunya iklim yang selanjutnya berpengaruh pada
musim tanam petani, kacaunya ekosistem biota laut, intensitas bencana,
dan lain-lain. Adanya perubahan iklim mengubah kalender tanam petani
dan waktu melaut nelayan sehingga menimbulkan gejolak permintaan
dan penawaran produk-produk pertanian termasuk di daerah yang
kontribusi sektor pertaniannya besar seperti Kabupaten Donggala.

e. Sejak Tahun 2010, Krisis Pangan menglobal

Dunia mengalami krisis pangan sebagai konsekuensi dari anomali


cuaca dan penguasaan aset pangan hanya pada negara tertentu. Setiap
hari, ada 1,7 milyar penduduk dunia yang tidak memperoleh nutrisi yang
layak terutama penduduk yang berdomisili di Afrika Sub Sahara dan
India. Hal ini diperparah lagi oleh dominasi kartel dalam penentuan harga
pangan membuat volatilitas harga pangan dunia sulit diantisipasi oleh
berbagai negara. Thailand, sejak beberapa dekade telah menjadi
pemegang seperempat pasokan beras terbesar di dunia. Sementara
Indonesia sejak pertengahan dekade 1980an menjadi importir bahan
pangan. Hampir semua kendali harga pangan ini dilakukan di Jenewa,
Swiss, negara yang tidak mempunyai kultur pangan kecuali produsen
susu. Krisis pangan dunia akan menyulitkan negara-negara berpenduduk
banyak sehingga harus dapat diantisipasi sebelum. Ikan dapat menjadi
alternatif terbaik karena protein yang dikandungnya sangat tinggi, apalagi
ikan merupakan nutrisi kecerdasan.

IV - 39
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Krisis pangan meningkat karena kebutuhan pangan mengalami


peningkatan seiring dengan peningkatan penduduk. Tanpa adanya
diversifikasi pangan dan pola pikir monokultur, ditambah dengan
degradasi lingkungan akan berpengaruh pada pasokan pangan termasuk
di Kabupaten Donggala yang target penurunan kebutuhan pangan utama
tidak tercapai sebesar 1,5 persen pertahun pada periode 2013-2018
berbanding terbalik dengan ketersediaan pangan utama.

f. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan 17 tujuan dengan


169 capaian yang terukur dan tenggat yang telah ditentukan oleh PBB
sebagai agenda dunia pembangunan untuk kemaslahatan manusia dan
planet bumi. Tujuan ini dicanangkan bersama oleh berbagai negara dan
lintas pemerintahan pada resolusi PBB pada 21 Oktober 2015 sebagai
ambisi pembangunan bersama hingga tahun 2030. Tiga tujuan mulia
SDGs yakni pertama, diharapkan mengakhiri segala bentuk kemiskinan
di semua negara di dunia ini. Kedua, SDGs bertujuan mengakhiri segala
bentuk kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan gizi
dan mendorong pertanian berkelanjutan. Ketiga, target SDGs adalah
menjamin adanya kehidupan sehat, serta mendorong kesejahteraan
untuk semua orang di dunia ini pada semua usia. Oleh karena itu,
pencapaian SDGs diperlukan koordinasi, kerjasama, serta komitmen dan
kebersamaan dari seluruh pemangku kepentingan terutama pemerintah
dan masyarakat untuk bersama-sama memastikan kemajuan-kemajuan
yang telah dicapai dalam tujuan pembangunan millennium (MDGs).
Adanya baiknya, Kabupaten Donggala sejak awal mempersiapkan
rencana aksi pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan walaupun
secara umum, Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 hanya
mewajibkan adanya RAD TPB hanya pada Pemerintah Provinsi.

IV - 40
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

4.2.2. Isu Strategis Nasional

Dalam sub bab 4.2.2. ini akan diuraikan beberapa isu strategi
nasional yakni kebijakan fiskal dan defisit neraca pembayaran,
optimalisasi PNBP, Efektivitas Hutang Luar Negeri Indonesia, Stabilitas
Pertumbuhan Ekonomi Regional Bertumpu Pada APBN Berkualitas,
Mengoptimalkan Ekspor Hasil Pertanian, Mengurangi Impor Pangan,
Upaya Menurunkan Konsumsi Beras Nasional, Pengendalian dan
Pengelolaan Sumberdaya Perikanan, Perubahan Iklim, Kerusakan
Lingkungan dan Bencana Alam.

a. Kebijakan Fiskal dan Defisit Neraca Pembayaran

Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam


rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik
dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
Kebijakan fiskal lebih menekankan pada pengaturan pendapatan dan
belanja pemerintah. Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah
dalam rangka mendapatkan dana-dana dan kebijaksanaan yang
ditempuh oleh pemerintah untuk membelanjakan dananya
tersebut dalam rangka melaksanakan pembangunan. Dengan kata lain,
kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan
penerimaan atau pengeluaran Negara. Dari semua unsur APBN
hanya pembelanjaan negara atau pengeluaran dan negara dan
pajak yang dapat diatur oleh pemerintah dengan kebijakan fiskal.
Contoh kebijakan fiskal adalah apabila perekonomian nasional
mengalami inflasi, pemerintah dapat mengurangi belanja.

Ada tiga instrumen kebijakan fiskal yang dapat ditempuh


yakni memperkuat kualitas belanja. Kualitas belanja dalam
jangka panjang dapat ditempuh melalui penguatan kualitas
sumberdaya manusia melalui kanal perluasan dan kualitas
pendidikan, peningkatan derajat kesehatan. Selain itu,
pemerintah dapat mendorong peningkatan invstasi dan ekspor

IV - 41
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

seperti diutarakan pada bagian sebelumnya. Pemerintah fokus


belanja pada perlindungan sosial berbasis pada Basis Data
Terpadu TNP2K dan program prioritas yang tidak menimbul time
mismatch dan maturity mismatch, serta memperkuat kualitas
desentralisasi fiskal. Instrumen kedua yakni memperlebar ruang
fiskal. Hal ini dapat ditempuh melalui peningkatan tax ratio fokus
pada perbaikan dan administrasi penerimaan negara. Selain itu,
pemberian insentif fiskal pada investasi, ekspor dan
industrialisasi berbasis pada substitusi impor bagi produk-produk
yang dapat dihasilkan domestik. Optimalisasi pengelolaan aset
negara dan efisiensi belanja non prioritas dan efektivitas subsidi
dan bansos, serta pengembangan pembiayaan kreatif dan inovatif.
Instrumen ketiga yakni menjaga daya tahan dan mengendalikan
risiko melalui pengendalian defisit dan rasio hutang, transformasi
keseimbangan primer menuju keseimbangan surplus, serta
memperkuat ketahanan fiskal untuk mengantisipasi
ketidakpastian global.

Bertumpu pada uraian di atas, maka stabilitas neraca berjalan yang


berakar pada volatilitas kurs sebagai konsekuensi dari defisit neraca
berjalan dari sisi kebijakan fiskal dapat diatasi sebagai berikut:

Pertama, Peningkatan Penerimaan Negara yang lebih realistis


melalui dukungan insentif fiskal, mendorong iklim investasi dan dunia
usaha. Fokus Penerimaan Negara pada sektor perdagangan dan Wajib
Pajak Pribadi, ekstensifikasi melalui geo tagging, memperbaiki basis pajak
dan kepatuhan wajib pajak melalui penguatan data base pajak, serta
optimalisasi penggunaan IT dan konfirmasi status wajib pajak. Selain itu,
pemerintah juga melakukan optimalisasi perjanjian pajak internasional;
cukai dan pajak lainnya untuk mengurangi konsumsi pada produk
tertentu dan atau untuk mengurangi dengan eksternalitas negatif.
Pemerintah melakukan pula optimalisasi Penerimaan Negara Bukan

IV - 42
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

Pajak (PNBP) dengan tetap memperhatikan pelestarian SDA dan


peningkatan kualitas pelayanan publik.

Kedua, Pemerintah akan fokus pada belanja lebih produktif seperti


Belanja Infrastruktur dan Belanja Sosial, efisiensi pada Belanja Barang,
mempertahankan anggaran kesehatan sebesar 5 persen dan pendidikan
20 persen. Selain itu, belanja pemerintah difokuskan pada fleksibilitas
dalam merespon kondisi perekonomian, mitigasi bencana alam dan risiko
fiskal, dan percepatan penyerapan anggaran.

Ketiga, melakukan subsidi lebih tepat sasaran. Kebijakan ini


dilakukan melalui subsidi energi yakni melakukan subsidi untuk Bahan
Bakar Minyak (BBM) jenis solar, distribusi tertutup (targeted) subsidi
liquefied petro gaz (LPG) 3 kg, penggunaan Basis Data Terpadu TNP2K
bagi Rumah Tangga yang akan memperoleh subsidi listrik serta dari sisi
non ekonomi, memperbaiki ketepatan sasaran.

Keempat, Pemerintah sebaiknya memperkuat desentralisasi fiskal


melalui reformulasi perhitungan alokasi DAU, memperbaiki
pengalokasian, penyaluran dan arah penggunaan Dana Bagi Hasil (DBH).
Pemerintah akan memperbaiki pengalokasian Dana Transfer Khusus
untuk mempercepat pembangunan infrastruktur dasar serta
meningkatkan secara bertahap anggaran Dana Desa untuk memenuhi
amanat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sesuai
dengan kemampuan keuangan negara.

Kelima, Pemerintah sebaiknya fokus pada Kesinambungan Fiskal


melalui kebijakan menjaga defisit di bawah 3 persen terhadap PDB,
memperbaiki mekanisme pembiayaan untuk proyek infrastruktur dan
pembiayaan usaha kecil menengah. Selain itu, Pemerintah menempuh
kebijakan investasi selektif, serta menyempurnakan mekanisme
penjaminan untuk percepatan pembangunan infrastruktur.

IV - 43
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

b. Optimalisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak

Satu dari berbagai akar masalah dalam optimalisasi Penerimaan


Negara Bukan Pajak (PNBP) adalah jalinan sinergitas antara pemungutan
pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) antara lain, pertama
masalah penyamaan persepsi. Penyamaan persepsi tentang optimalisasi
Penerimaan Negara antara Aparat Sipil Negara (ASN) di daerah dan
Aparat Sipil Negara (ASN) instansi vertikal baik yang berkiprah di Kantor
Wilayah Pajak atau Kantor Pajak Pratama (KPP) tingkat kota/kabupaten.
Bila penyamaan persepsi telah terpatrih dalam benak masing-masing
ASN, utamanya bekerja mempunyai satu tujuan yakni optimalisasi PNBP,
maka kendala kedua akan muncul di antara mereka adalah masalah
koordinasi. Koordinasi menjadi penting dalam arti transformasi dari para
ASN sama-sama telah bekerja tetapi belum bekerja bersama-sama.
Ketiga, masalah agenda aksi bersama dalam optimalisasi PNBP karena
tujuan ini akan sulit dilaksanakan apabila antara ASN instansi vertikal
dan daerah saling berharap untuk menjalankan tugas bersama dan
biasanya mereka lebih fokus pada tupoksi masing-masing.
Pada sisi Optimalisasi PNBP, menghadapi berbagai kendala pertama,
pada sisi PNBP SDA Migas menghadapi kendala berupa fluktuasi harga
minyak mentah internasional, gejolak kurs rupiah terhadap dolar
Amerika, turunnya produksi migas yang dapat mempengaruhi lifting
minyak bumi, tingginya biaya cost recovery serta adanya gangguan baik
cuaca, aktivitas produksi pada fasilitas produksi. Kedua, pada PNBP non
migas khususnya minerba menghadapi kendala berupa lemahnya
regulasi, pengawasan, sanksi dan struktur organisasi. Ketiga, pada PNBP
bagian Pemerintah atas laba BUMN besarnya sangat dipengaruhi oleh
laba bersih BUMN, payout ratio dan besarnya kepemilikan saham
Pemerintah. Secara riil, kendala yang terjadi yakni masih banyak BUMN
dan BUMD yang belum sehat dan belum memiliki kinerja baik, belum
efisiennya biaya operasional BUMN/BUMD, kebutuhan BUMN/BUMD
untuk peningkatan capital expenditure guna meningkatkan kegiatan
usaha dan pencapaian laba yang lebih tinggi. Keempat, Penerimaan

IV - 44
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

bersumber dari PNBP lainnya dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas


pelayanan yang diberikan oleh K/L, besaran tarif pelayanan, serta
ketepatan waktu penyetoran ke rekening kas negara. Kendala umum yang
dihadapi PNBP lainnya yakni masih banyak potensi PNBP pada K/L dan
di daerah yang belum tergali, masih banyak jenis pelayanan yang dapat
diberikan K/L dan daerah tetapi belum terungkap. Untuk merealisasikan
potensi yang ada, diperlukan waktu cukup lama. Hal ini disebabkan
karena untuk dapat memungut PNBP harus ada Peraturan Pemerintah
(PP) sebagai landasan pemungutannya. Masih terdapat kelemahan data
base pada K/L yang dapat digunakan untuk mengkaji, menganalisis, dan
mengevaluasi besaran tariff PNBP, serta masih terdapat beberapa K/L
yang melakukan pemungutan PNBP tanpa dasar hukum, serta masih
terdapat beberapa K/L yang melakukan pemungutan PNBP tanpa dasar
hukum. Hal ini jelas menyalahi ketentuan atau aturan yang ada, yakni
suatu K/L baru diperbolehkan memungut PNBP kalau sudah ada PP yang
mengatur tentang jenis dan tarif PNBP yang berlaku bagi K/L
bersangkutan. Kendala lain yakni masih ada penggunaan langsung PNBP
oleh K/L. Hal ini terutama terjadi pada akhir tahun anggaran, yakni
suatu K/L melampaui target PNBP. Terkait pencairan dana PNBP ini, K/L
harus terlebih dahulu merevisi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Tahun Anggaran berjalan, serta belum optimalnya pengawasan yang
dilakukan terhadap PNBP di K/L dan daerah. Kelima, Pendapatan BLU
sangat dipengaruhi oleh volume kegiatan pelayanan, tarif atas kegiatan
pelayanan yang dilaksanakan dan ditetapkan Menteri Keuangan, kualitas
pelayanan, administrasi pengelolaan BLU. Oleh karena itu, permasalahan
yang muncul dalam BLU erat kaitannya dengan ketiga faktor di atas.
Pada sektor properti, identifikasi terhadap tantangan yang dihadapi
oleh pengembang-pengembang perumahan dalam mengembangkan
kegiatan di sektor properti di antaranya adalah: Tingginya tingkat suku
bunga. Hal ini diperkuat antara lain dari data tingkat suku bunga kredit
pemilikan rumah yang mencapai 12,7 persen atau paling tinggi
dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Filipina,

IV - 45
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Thailand, dan Singapura yang berada dalam kisaran 4,9 persen sampai
dengan 6,9 persen ; Selanjutnya, Perizinan banyak, lambat, dan tidak ada
standar biaya maupun pelayanan; kemudian, lahan semakin mahal dan
terdapat tumpang tindih kepemilikan; dan akhirnya, dukungan
pemerintah dalam menyediakan infrastruktur dasar dirasakan belum
maksimal. Instrumen penerimaan pemerintah dari sektor properti
meliputi 12 jenis penerimaan baik pusat maupun daerah. Penerimaan
pusat dari sektor properti: (1) PPh final persewaan tanah dan bangunan;
(2) PPh final atas jasa konstruksi; (3) PPh pasal 23 (properti dan jasa); (4)
PPN dan PPnBM; (5) PPN atas sewa ruangan; (6) PPh pasal 22 untuk
penjualan barang sangat mewah; (7) PPh final pengalihan hak atas tanah
dan bangunan; (8) PPN kegiatan membangun sendiri (KMS); (9) PBB-P3.
Penerimaan daerah dari sektor properti: (1) PBB-P2; (2) BPHTB; dan (3)
IMB.
Tantangan yang dihadapi dalam memungut penerimaan pemerintah
di sektor properti antara lain adalah pertama, Nilai jual objek pajak yang
sangat rendah dibandingkan nilai pasar terutama di daerah perdesaan;
Kedua, kesadaran masyarakat sebagai wajib pajak BPHTB untuk
melaporkan nilai transaksi yang sebenarnya masih rendah; Ketiga,
kesadaran masyarakat masih rendah dalam membayar PBB P2,
membayar hanya “jika diperlukan”; Keempat, ketersediaan tenaga
fungsional penilai di daerah masih terbatas; Kelima, Piutang PBB-P2 yang
diterima pemda dari Pemerintah Pusat masih memerlukan penanganan
yang tepat; Keenam, dirasakan relatif tingginya nilai jual objek pajak
tidak kena pajak (NJOPTKP) di daerah perdesaan; Ketujuh, terdapat surat
setoran BPHTB palsu. Beberapa modus penghindaran pajak oleh WP di
sektor properti, antara lain: memperkecil laporan nilai penjualan; tidak
melakukan pemotongan pajak dengan benar; memecah luas bangunan;
melaporkan penjualan rumah sebagai penjualan kavling; dan
menggunakan faktur pajak yang tidak sah.

IV - 46
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

Dalam mendorong sinergitas Pemerintah Pusat dan Pemerintah


Daerah untuk mencapai optimalisasi PNBP, maka hal-hal yang dapat
dilakukan adalah Pertama, melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi
koordinasi antara ASN instansi vertikal dan di ASN di daerah dalam
melakukan agenda bersama optimalisasi penerimaan negara karena
Penerimaan Negara ini berguna bagi pembiayaan pembangunan baik di
pusat maupun di daerah.

Kedua, dalam rangka meningkatkan PNBP minerba, maka upaya-


upaya yang dilakukan yakni melaksanakan percepatan pengembangan
lapangan minyak baru, term and condition yang lebih menarik untuk
wilayah kerja yang berada di remote area dan atau laut dalam, melakukan
efisiensi cost recovery dan mengupayakan penurunan angka cost recovery
terhadap gross revenue. Selanjutnya mengadakan penyempurnaan
peraturan tentang tata cara pemungutan, penagihan, pembayaran dan
penyetoran PNBP sektor pertambangan minerba, membangun sistem
pembayaran online dan data base terkait pertambangan minerba.
Selanjutnya, merumuskan ketentuan reimbursement PPN terkait dengan
adanya penahanan DHPB oleh Kemenkeu. Pemerintah perlu melakukan
negosiasi ulang atas kontrak kerjasama yang nilainya sudah tidak wajar,
seperti berkaitan dengan besarnya royalty dan pengurang. Pemerintah
perlu mengatur secara spesifik mengenai jenis dan biaya komponen
pengurang harga pejualan, tidak hanya pada batubara saja, namun juga
pada komoditi mineral lainnya. Pemerintah perlu memberikan sanksi
tegas atas ketidakmampuan pemilik izin usaha (IUP) pertambangan
Minerba yang lalai memenuhi kewajibannya. Di samping itu, Pemerintah
perlu memperkuat peran Kementrian ESDM dalam pengawasan atau
membentuk lembaga baru dalam rangka mempertajam fungsi
pengawasan sektor pertambangan minerba bila perlu menyewa surveyor
independen untuk mencegah transfert pricing. Kemenkeu perlu
melakukan reorganisasi pengelolaan PNBP SDA non-migas pada
Direktorat PNBP Ditjen Anggaran. Selanjutnya, Pemerintah dapat

IV - 47
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

membentuk payung hukum kerjasama dalam bentuk Surat Keputusan


Bersama (SKB) Kementrian ESDM dan Kemenkeu dalam rangka integrasi
minerba serta memberikan kesempatan kepada surveyor independen yang
bekerja untuk Pemerintah untuk memantau data produksi dengan baik,
reliable untuk penerimaan SDA.

Ketiga, Pemerintah dapat memberikan fasilitas fiskal dan non-fiskal


terhadap kegiatan usaha sektor hulu migas guna meningkatkan lifting
minyak bumi dan gas alam, menerbitkan Peraturan Pemerintah tentang
cost recovery dalam kegiatan usaha hulu migas dengan tetap
menghormati kontrak yang berlaku, memperkuat penagihan dan
pengawasan dari sektor migas oleh BP migas. Selanjutnya, meningkatkan
produksi dan revisi tarif atas jenis PNBP yang berlaku pada sektor
sumberdaya mineral dan menggali potensi-potensi penerimaan yang ada
pada sub sektor kehutanan dengan tanpa merusak lingkungan dan
mempertahankan kelestarian hutan, serta mengoptimalkan penerimaan
dari sub sektor perikanan dengan mempertimbangkan peningkatan
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat pesisir nelayan.

Keempat, untuk meningkatkan PNBP dari bagian Pemerintah atas


laba BUMN/BUMD perlu dilakukan yakni Pemerintah melakukan
penyehatan dan peningkatan kinerja BUMN/BUMD, melakukan efisiensi
biaya operasional BUMN/BUMD, melakukan optimalisasi dividen pay-out
ratio, serta menyelesaikan audit oleh Kantor Akuntan Publik atas laporan
BUMN/BUMD yang harus selesai lebih awal dari peraturan yang ada
guna mengetahui dari awal definitif atas rugi/laba BUMN/BUMD,
meningkatkan sinergi antar BUMN/BUMD guna meningkatkan daya
saing, serta menjaga keseimbangan antara capital expenditure dan
sharing dividen kepada APBN/APBD, mengingat BUMN/BUMD juga
memberikan sumbangan penerimaan pajak yang besar kepada Negara.

Kelima, untuk meningkatkan PNBP lainnya, maka perlu dilakukan


berbagai kebijakan yakni Pemerintah melalui Kementerian Keuangan

IV - 48
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

meminta kepada seluruh K/L dan daerah, agar melakukan inventarisasi


potensi PNBP yang ada pada masing-masing K/L dan daerah. Selanjutnya
K/L dan daerah diminta mengusulkan potensi PNBP tersebut untuk
diterbitkan Peraturan Pemerintah sebagai landasan pemungutannya.
Pengusulan ini dilakukan K/L dan daerah dengan menerbitkan surat
permohonan kepada Menteri Keuangan ce qui Direktur Jenderal
Anggaran. Pemerintah memberikan sanksi yang tegas kepada K/L dan
daerah yang melakukan pemungutan PNBP tanpa dasar hukum, dan
Menteri Keuangan agar memerintahkan kepada K/L dan daerah yang
bersangkutan untuk menyampaikan usulan Peraturan Pemerintah
sebagai landasan pemungutan PNBP oleh K/L yang bersangkutan,
apabila telah nyata diketahui ada K/L yang melakukan pemungutan
tanpa dasar hukum tersebut. Berkaitan dengan pengawasan PNBP, agar
dapat terlaksana dengan baik, dapat dilakukan oleh pegawai pada Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan sebagai satker yang salah
satu tugas dan fungsinya melaksanakan monitoring dan evaluasi PNBP di
daerah, untuk melakukan tugas pengawasan dan monitoring PNBP
tersebut. Guna lebih mendongkrak PNBP lainnya ini, tidak kalah
pentingnya adalah K/L harus meningkatkan pelayanan dan memperbaiki
administrasi PNBP, dan kebijakan yang ditempuh terutama difokuskan
pada peninjauan dan penyempurnaan peraturan PNBP pada masing-
masing K/L; monitoring, evaluasi, dan koordinasi pelaksanaan
pengelolaan PNBP pada K/L; dan peningkatan akurasi target,
penyusunan pagu penggunaan, serta pelaporan PNBP K/L.

Keenam, berkaitan dengan pendapatan BLU, solusi yang dapat


dilakukan yakni Pelaksana BLU dapat meningkatkan pelayanan publik
melalui peningkatan sumber daya manusianya. Selanjutnya, Kementrian
Keuangan melalui Kanwil Perbedaharaan Provinsi membina pelaksana
BLU untuk dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan
keuangan BLU. Akhirnya, pembinaan dari Kanwil PBN Provinsi dapat

IV - 49
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pada pengelolaan


keuangan instansi pemerintah.

Ketujuh, Total penerimaan pemerintah pusat dan daerah dari sektor


properti pada Tahun 2014 mencapai Rp101,3 triliun. Dalam periode
Tahun 2008-2014, penerimaan pemerintah dari sektor properti
mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 2.05 persen sampai dengan
27.2 persen dengan trend pertumbuhan melambat sejak tahun 2013.
Sementara itu, analisis Tabel I-O nasional menunjukkan kontribusi pajak
tak langsung dari sektor konstruksi terhadap output berkisar antara 1.0
persen sampai dengan 1.5 persen, dan sektor real estate mencapai 2.1
persen. Analisis data menunjukkan bahwa Penerimaan Pemerintah dari
sektor properti baik yang berbasis penghasilan, berbasis konsumsi,
maupun berbasis kepemilikan masih terkonsentrasi di daerah-daerah
yang bercirikan perkotaan (urban bias). Daerah perkotaan menikmati
penerimaan dari sektor properti yang lebih besar utamanya dari PBB-P2
dan BPHTB, sementara di daerah pedesaan kedua jenis pajak ini belum
memberikan penerimaan yang berarti. Setidaknya terdapat dua
instrumen penerimaan pusat dari sektor properti yang dalam
pemungutannya sangat erat kaitannya dengan peranan Pemerintah
Daerah, yaitu PPh Final atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan
dan PPN KMS. Hal ini karena pertama, Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP)
sebagai basis perhitungan PPh final pengalihan hak atas tanah dan
bangunan ditentukan oleh pemda; Kedua, PPh final pengalihan hak atas
tanah dan bangunan dipungut secara bersamaan dengan BPHTB yang
merupakan pajak daerah; Ketiga, Direktorat Jenderal Pajak dalam
melakukan pemungutan PPN KMS menggunakan data IMB yang
dikeluarkan oleh pemda. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan
penerimaan dari kedua instrumen dimaksud perlu dilakukan kerja sama
pemungutan pajak antara Pemerintah Pusat dan daerah dengan
memberikan kompensasi berupa bagi hasil kepada daerah dari
penerimaan tersebut.

IV - 50
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

PNBP sebagai salah satu jenis penerimaan negara dari dalam negeri,
memang harus mendapat perhatian kita bersama. Usaha-usaha untuk
meningkatkan PNBP ini harus terus digalakkan karena dalam
pelaksanaannya untuk mendapatkan PNBP ini banyak hambatan dan
kendala yang dihadapi pemerintah Indonesia. Kendala/hambatan
tersebut bukan terjadi pada salah satu jenis PNBP saja, namun dalam
semua komponen PNBP dalam APBN terdapat kendala masing-masing.
Kebijakan-kebijakan yang diterapkan Pemerintah Indonesia dalam upaya
meningkatkan PNBP inilah yang menjadi perhatian kita bersama untuk
kita tunjang dan sukseskan sesuai bidang kita masing-masing.
Beberapa rekomendasi kebijakan yang didorong berdasarkan hasil
kajian ini adalah dalam rangka mendorong peran sektor properti dalam
pembangunan baik secara nasional maupun di daerah, perlu dilakukan
hal-hal sebagai berikut yakni dalam upaya mengoptimalkan penerimaan
pemerintah dari sektor properti, dapat kiranya dilakukan hal-hal berikut
yaitu, meningkatkan peran Pemerintah Pusat maupun daerah dalam
penyediaan dukungan infrastruktur dasar seperti jalan, air bersih,
pengelolaan persampahan, drainase, serta listrik ; Mendorong pemberian
insentif fiskal daerah bagi pengembang yang menyediakan rumah
sederhana, sebagi contoh melalui penghapusan BPHTB untuk
kepemilikan pertama rumah sederhana ; Mendorong upaya
penyederhanaan perizinan kepemilikan dan pembangunan lahan ;
Pemerintah perlu mendorong penurunan tingkat suku bunga kredit
pemilikan rumah secara terukur. Untuk mengetahui pengaruh suku
bunga terhadap permintaan sektor properti lebih lanjut perlu dilakukan
pengkajian tersendiri; Mendorong Pemda untuk mengembangkan inovasi
dan kreativitas pemungutan penerimaan pemda dari sektor properti
dalam batas-batas yang diatur oleh perundang-undangan, di antaranya
melalui yakni melakukan penyesuaian NJOP mendekati nilai pasar secara
berkala; Melakukan penelusuran dan penagihan piutang PBB-P2;
Menyiapkan sistem pembayaran pajak daerah secara online; dan
Meningkatkan sosialisasi manfaat membayar pajak kepada masyarakat ;

IV - 51
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Meningkatkan sinergi antara Pemerintah Pusat dan Daerah dalam


melakukan pemungutan pajak-pajak di sektor properti terutama PPh final
atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan dan Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) Kegiatan Membangun Sendiri (KMS), antara lain dengan
melakukan pertemuan dan pertukaran data secara rutin ; Mendorong
aktivitas ekonomi masyarakat sehingga terjadi peningkatan transaksi
properti yang pada gilirannya akan meningkatkan penerimaan
pemerintah dari sektor properti.

d. Efektivitas Hutang Luar Negeri Indonesia

Berdasarkan sejarah, Hutang Luar Negeri (HLN) di Indonesia sudah


dilakukan sejak Orde Lama. Pada awalnya penggunaan HLN hanya
sebagai dana pendamping untuk menutup kekurangan dana
pembangunan yang belum dapat dipenuhi dari sumber dana domestik.
Namun dalam perkembangannya HLN telah mengarah menjadi sumber
dana utama ketika terjadi defisit fiskal. Sehubungan dengan keadaan
tersebut, jumlah HLN dari tahun ke tahun mengalami peningkatan
signifikan dengan meningkatnya defisit fiskal. Adanya pembiayaan defisit
anggaran menentukan tingkat suku bunga domestik dan inflasi yang
pada gilirannya mempengaruhi ekspektasi nilai tukar dan kapasitas
perekonomian untuk memperoleh devisa.
Pada awalnya HLN dimaksudkan sebagai sumber pembiayaan untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi namun perkembangan sosial politik
membelokkan fungsi pelengkap dari HLN menjadi beban bagi
perekonomian. Kebijakan di sektor publik langsung mempengaruhi
kondisi HLN suatu negara, terutama menyangkut beban pembayaran
cicilan dan bunga hutang. Beban pemerintah semakin berat apabila
tingkat kepercayaan terhadap negara tersebut menurun dan hal ini
menimbulkan masalah pinjaman luar negeri. Terkadang pemerintah
terpaksa mengambil alih hutang swasta demi menjaga kredibilitas di
mata internasional.

IV - 52
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

Kemampuan pemerintah untuk menanggung seluruh biaya


pembangunan semakin terbatas sejak krisis harga minyak dunia Tahun
1980-an, sehingga pemerintah melakukan sejumlah deregulasi di bidang
pembangunan. Pemerintah mendorong sektor swasta untuk ikut terlibat
dalam pembangunan ekonomi pada berbagai sektor yang diizinkan.
Sejalan dengan semakin besarnya minat investasi swasta, tetapi tanpa
didukung oleh sumber-sumber dana investasi di dalam negeri yang
memadai, telah mendorong pihak swasta melakukan pinjaman keluar
negeri, baik dalam bentuk pinjaman komersial maupun investasi
portofolio.
Menurut sumbernya, pinjaman terdiri dari Hutang Dalam Negeri
(HDN) dan HLN. Perhatian pada HLN lebih serius ketimbang HDN karena
kemampuan pembayaran HLN dipengaruhi oleh kemampuan memperoleh
devisa dan akan mempengaruhi kesejahteraan nasional. Pandangan
demikian membawa kekeliruan pada negara-negara berkembang
terutama di belahan Amerika Latin pada dekade 1970an yang
berimplikasi munculnya krisis HLN pada Tahun 1982.
Akumulasi utang luar negeri (external debt) merupakan suatu gejala
umum yang wajar. Rendahnya tabungan dalam negeri tidak
memungkinkan dilakukannya investasi secara memadai, sehingga
pemerintah negara-negara berkembang harus menarik dana pinjaman
dan investasi dari luar negeri. Bantuan luar negeri dapat memainkan
peranan yang sangat penting dalam usaha negara yang bersangkutan
guna mengurangi kendala utamanya yang berupa kekurangan devisa,
serta untuk mempertinggi tingkat pertumbuhan ekonominya.
Pada awalnya, HLN sangat efektif sebagai injeksi untuk tetap
mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi kita agar tetap tinggi rata-
rata di atas 7 persen pertahun. Tetapi rupanya hal tersebut membuat kita
kecanduan untuk semakin tergantung pada bantuan luar negeri dari
tahun ke tahun dan hingga kini. Hal ini perlu diwaspadai oleh pemerintah
dan swasta yang menerima modal sehingga diperlukan strategi dan
kebijakan yang tepat.

IV - 53
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

ULN sebenarnya tidak sesederhana bila ditinjau dalam jangka


panjang. Khususnya menyangkut implementasi pemanfaatannya serta
evaluasinya. Meskipun dalam jangka waktu pendek berperan sebagai
injeksi, tetapi dalam jangka panjang akan menjadi beban ekonomi jika
tidak dipergunakan secara tepat, inilah yang perlu dipertahankan seleksi
pemanfaatannya yang baik.
Pembiayaan ditentukan oleh kebutuhan pemerintah, jika
pembiayaan utang yang digunakan untuk investasi, maka berpengaruh
lebih besar terhadap perekonomian, daripada digunakan untuk
membiayai konsumsi pemerintah dan menutupi cicilan pokok pinjaman
serta bunga pinjaman. Ketika kondisi ini terus berlanjut, maka
kecenderungan yang terjadi adalah semakin meningkatnya defisit
anggaran pada masa yang akan datang dengan pembayaran utang
ataupun pengeluaran belanja pemerintah yang lain, sehingga
pemanfaatan pembiayaan tidak lagi meningkatkan investasi dalam
mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Antara Tahun 1965 sampai 1997 perekonomian Indonesia tumbuh
dengan persentase rata-rata per tahunnya hampir di atas 7 persen.
Pencapaian ini memampukan perekonomian Indonesia bertumbuh dari
peringkat negara berpendapatan rendah menjadi negara berpendapatan
menengah ke bawah. Kendati begitu, krisis finansial Asia yang meletus
pada akhir Tahun 1990-an mengakibatkan dampak sangat negatif untuk
perekonomian Indonesia, menyebabkan penurunan Produk Domestik
Bruto (PDB) sebesar 13,6 persen pada Tahun 1998 dan pertumbuhan
yang terbatas pada 0,3 persen pada 1999, selanjutnya antara Tahun
2000-2004, pemulihan ekonomi terjadi dengan rata-rata pertumbuhan
PDB pada 4,6 persen per tahun. Setelah itu, pertumbuhan PDB
berakselerasi (dengan pengecualian pada Tahun 2009 waktu, akibat
guncangan dan ketidakjelasan finansial global, pertumbuhan PDB
Indonesia jatuh menjadi 4,6 persen, sebuah angka yang masih
mengagumkan yang termasuk tertinggi ketiga setelah Tiongkok dan India)
dan memuncak pada 6,5 persen di 2011. Kendati begitu, setelah Tahun

IV - 54
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

2011 ekspansi perekonomian Indonesia mulai sangat melambat. Di


antara Tahun 2011-2015 pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat
dengan cukup tajam yang terus menurun persentase tiap tahunnya.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)
menunjukkan bahwa nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga
berlaku pada periode 2005-2016 terus mengalami peningkatan ini
dikarenakan seiring dengan adanya inflasi. Pada Tahun 2005 PDB
Indonesia sebesar 2.774.281,1 miliar rupiah dan mencapai 12.406.809,8
miliar rupiah di Tahun 2016, dan kenaikan besar terjadi pada Tahun
2009-2010 yaitu dari 5.606.203,4 miliar rupiah menjadi 6.864.133,1
miliar rupiah dengan selisih 1.257.929,7 miliar rupiah.

Berdasarkan kelompok peminjam, posisi utang luar negeri Indonesia


sebagian besar terdiri dari utang luar negeri swasta. Pada Tahun 2005
memang utang luar negeri sektor pemerintah dan Bank Indonesia lebih
besar dari utang luar negeri sektor swasta yaitu sebesar 80,8 miliar dolar
AS (59,6 persen dari total utang luar negeri), sementara utang luar negeri
swasta berada pada jumlah 54,3 miliar dolar AS (40,4 persen dari total
utang luar negeri). Seiring dari tahun ke tahun jumlah utang luar negeri
swasta Indonesia terus meningkat, sehingga pada Tahun 2014 utang luar
negeri swasta di Indonesia mencapai 163,6 miliar dolar AS (55,7 persen
dari total utang luar negeri) sedangkan utang luar negeri pemerintah dan
Bank Indonesia sebesar 129,7 miliar dolar AS (44,3 persen dari total
utang luar negeri).

Berdasarkan jangka waktu, posisi ULN Indonesia pada Tahun 2015


meningkat akibat meningkatnya ULN jangka panjang, baik di sektor
publik maupun swasta. Sementara itu, ULN jangka pendek di sektor
publik maupun swasta mengalami penurunan di tengah perlambatan
kegiatan ekonomi domestik. Struktur posisi ULN tersebut menunjukkan
perkembangan yang sehat sebagaimana tercermin dari dominasi posisi
ULN jangka panjang dibandingkan dengan posisi ULN jangka pendek baik
pada sektor publik maupun sektor swasta. Posisi ULN tersebut meningkat

IV - 55
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

dari 293,4 miliar dolar AS pada Tahun 2014 menjadi 310,7 miliar dolar
AS. Sejalan dengan peningkatan posisi ULN yang disertai dengan
perlambatan pertumbuhan PDB, rasio posisi ULN terhadap PDB pada
2015 meningkat dari 33 persen pada 2014 menjadi 36,1 persen. Rasio
tersebut masih relatif aman dan berada dalam kisaran negara peer group.
Selain itu, seiring dengan melambatnya perekonomian Indonesia,
pertumbuhan ULN Indonesia pada Tahun 2015 melambat dari 10,4
persen pada tahun sebelumnya menjadi 5,8 persen.

Berdasarkan profil risikonya, ULN swasta didominasi oleh ULN


jangka panjang yang memiliki profil risiko yang relatif rendah. Selain itu,
posisi ULN swasta yang berasal dari afiliasi juga cukup besar. Posisi ULN
dari afiliasi tersebut relatif lebih aman karena utang yang ditarik biasanya
diperoleh dari induk perusahannya sehingga posisi utangnya lebih
terjamin. Pada Desember 2015, posisi ULN swasta jangka panjang
sebesar 77,7 persen dari total posisi ULN swasta. Adapun ULN swasta
yang berasal dari afiliasi (baik jangka panjang maupun jangka pendek)
tercatat sebesar 50,1 miliar dolar AS atau sebesar 33,7 persen dari total
posisi ULN swasta.

Profil risiko ULN swasta paling besar berada pada utang nonbank
non-afiliasi yang berjangka pendek yang porsinya pada akhir 2015 relatif
kecil. Pada Desember 2015, posisi ULN korporasi nonbank non-afiliasi
yang berjangka pendek tersebut sebesar 16,4 miliar dolar AS atau hanya
9,8 persen dari total ULN swasta atau hanya 5,3 persen dari total ULN.
Guna memitigasi berbagai risiko seperti risiko nilai tukar, likuditas dan
beban utang yang berlebihan yang timbul dari ULN, khususnya korporasi
nonbank, Bank Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia
Nomor 16/21/PBI/2014 mengenai Penerapan Prinsip Kehati-Hatian
Dalam Pengelolaan Utang Luar Negeri Korporasi Nonbank. Lebih lanjut,
guna memonitor pelaksanaannya, Bank Indonesia juga telah
mengeluarkan peraturan lanjutan dengan Nomor 16/22/PBI/2014
tentang Pelaporan Kegiatan Lalu Lintas Devisa dan Pelaporan Kegiatan

IV - 56
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

Penerapan Prinsip Kehati-Hatian Dalam Pengelolaan Utang Luar Negeri


Korporasi Nonbank. Dalam hal ini, setiap korporasi di Indonesia yang
memiliki ULN dalam valuta asing sesuai yang dipersyaratkan wajib
melakukan transaksi lindung nilai dengan besaran tertentu. Selain itu,
korporasi tersebut juga harus menyediakan aset valuta asing yang
memadai terhadap kewajiban valuta asingnya yang jatuh tempo dengan
rasio tertentu serta wajib memenuhi minimum peringkat utang sesuai
ketentuan. Sampai dengan akhir Tahun 2015, implementasi Peraturan
Bank Indonesia ini menunjukkan upaya penerapan prinsip kehati-hatian
oleh korporasi nonbank terus meningkat sehingga risiko ULN dapat
dimitigasi dengan lebih baik.

ULN Indonesia pada akhir triwulan I 2017 berada pada posisi 326,3
miliar dolar AS, tumbuh terkendali sebesar 2,9 persen (yoy) atau sedikit
meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 2,0 persen (yoy).
Berdasarkan kelompok peminjam, peningkatan ULN tersebut dipengaruhi
oleh lebih kecilnya kontraksi pertumbuhan ULN swasta pada triwulan I
2017 yaitu sebesar -3,6 persen (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang
sebesar -5,5 persen (yoy). Sementara itu, ULN sektor publik tumbuh
melambat dari 11,0 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 10,0
persen (yoy). Pada akhir triwulan I 2017, posisi ULN sektor publik tercatat
sebesar 166,5 miliar dolar AS (51,0 persen dari total ULN), sementara
posisi ULN sektor swasta tercatat sebesar 159,9 miliar dolar AS (49,0
persen dari total ULN). Dengan perkembangan tersebut, rasio ULN
Indonesia terhadap PDB pada akhir triwulan I 2017 tercatat relatif stabil
di kisaran 34 persen sebagaimana pada akhir triwulan IV 2016, namun
menurun jika dibandingkan dengan triwulan I 2016 yang sebesar 37
persen.

Selama periode 2014-2017, pembiayaan hutang neto meningkat


sejalan dengan kebijakan ekspansif Pemerintahan Jokowi-JK dalam
pembangunan dengan menekankan pada prioritas utama pada
pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan sejak Tahun

IV - 57
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

2015. Pembiayaan Hutang Neto meningkat dari Rp.353,4 trilyun di Tahun


2014 menjadi Rp.416,1 trilyun di Tahun 2017 atau mengalami
peningkatan sebesar 5,6 persen. Sedangkan pembiayaan infrastruktur
meningkat dari Rp.154,7,- trilyun di Tahun 2014 menjadi Rp.387,7
trilyun di Tahun 2017 atau mengalami peningkatan sebesar 35,83 persen
suatu peningkatan sangat besar selama tiga tahun. Sementara
pembiayaan pendidikan meningkat sebesar 54,79 persen yakni dari
Rp.31,9 trilyun pada Tahun 2017 menjadi Rp.118,3,- trilyun pada Tahun
2017. Selanjutnya, pembiayaan kesehatan meningkat dari Rp. 59,7
trilyun pada Tahun 2014 menjadi Rp.104,1 trilyun pada Tahun 2017 atau
terjadi peningkatan sebesar 20,36 persen. Sedangkan alokasi anggaran
bagi perlindungan sosial meningkat dari Rp.13,1 trilyun pada Tahun
2014 menjadi Rp.157,7 trilyun pada Tahun 2017 atau mengalami
peningkatan sebesar 129,19 persen.

Selama periode 2015-2017, beberapa capaian output prioritas


sektor infrastruktur terjadi pada rekonstruksi, pelebaran jalan,
pembangunan jalan kecuali jalan tol. Panjang jalan bertambah dari
realisasi pada Tahun 2015 sepanjang 5.229 km bertambah 2.528 km
pada Tahun 2016, diperkirakan pada Tahun 2017 bertambah lagi 2.571
km. Bandara yang selesai dibangun pada Tahun 2016 mencapai 3 unit,
diperkirakan pada Tahun 2017 6 bandara akan selesai dibangun.
Selanjutnya, bendungan yang telah terealisir pada Tahun 2015 dan 2016
masing-masing 29 unit dan 37 unit. Pemerintah akan menyelesaikan
pada Tahun 2017 sebanyak 39 unit bendungan. Pemerintah membangun
juga jalur kereta api baru. Pada Tahun 2015, Pemerintah telah
menyelesaikan 85 km dan pada Tahun 2016 Pemerintah telah menambah
114,6 km rel kereta api di luar rel Long Rapid Transportation (LRT) di
Sumatra Selatan dan Jabodetabek. Pada Tahun 2017 ini Pemerintah
tengah menyelesaikan 175 km rel. Di bidang perumahan, pada Tahun
2015 Pemerintah telah merealisasikan 99,2 ribu unit pembangunan
rumah, 111,2 ribu unit di Tahun 2016, serta akan menyelesaikan

IV - 58
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

pembangunan rusun, rumah khusus, serta peningkatan kualitas rumah


swadaya sebanyak 123,4 unit pada Tahun 2017 ini.

Capaian output prioritas pada sektor pendidikan selama periode


2015-2016 mencakup Kartu Indonesia Pintar mencapai 20,5 juta siswa
pada Tahun 2015 dan 20,7 juta siswa pada Tahun 2016, beasiswa
bidikmisi masing-masing sebanyak 274,5 ribu siswa dan 324 ribu siswa.
Pembangunan ruang kelas baru dan rehabilitasi gedung sekolah masing-
masing mencapai 21,6 ribu unit pada 2015 dan 28,4 ribu unit pada 2016.
Selain itu, Biaya Operasional Sekolah (BOS) masing-masing mencapai 7,9
juta siswa dan 8 juta siswa. Belanja pendidikan yang berasal dari sumber
HLN ini bertujuan meningkatkan akses, distribusi dan kualitas
pendidikan di seluruh pelosok negeri. Alokasi anggaran pendidikan dijaga
tetap stabil pada angka 20 persen sesuai amanah Undang-Undang. Di
sektor kesehatan, selama periode 2015-2016, realisasi Kartu Indonesia
Sehat (KIS) masing-masing mencapai 86,4 juta jiwa dan 91,1 juta atau
mengalami kenaikan sebesar 5,44 persen. Selanjutnya, pelayanan
Imunisasi Dasar Lengkap Anak Usia 0-11 bulan masing-masing mencapai
3,4 juta bayi dan 4 juta bayi. Prevalensi stunting (kategori pendek dan
sangat pendek) pada anak baduta (bayi usia dua tahun) masing-masing
mencapai 29 persen dan 27,5 persen. Persentase ketersediaan obat dan
vaksin di puskesmas masing-masing mencapai 77 persen dan 81,5
persen. Alokasi anggaran kesehatan dijaga sebesar 5 persen terhadap
APBN untuk meningkatkan supply side dan layanan serta menjaga
keberlanjutan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Capaian output prioritas di sektor perlindungan sosial selama


periode 2012-2017 yakni program yang ditujukan untuk menanggulangi
kemiskinan dan mengurangi kesenjangan. Program-program tersebut
mencakup CCT/PKH yang meningkat anggarannya dari Rp.1,83 trilyun
menjadi Rp.11,34 trilyun, Jamkes/KIS naik dari Rp.5,62 trilyun menjadi
Rp.25,50,- trilyun, Bantuan Siswa Miskin (BSM) meningkat dari Rp.4,64,-
trilyun menjadi Rp.14,21 trilyun, serta BOS meningkat dari Rp.3,96

IV - 59
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

menjadi Rp.8,07 trilyun. Selain itu, belanja infrastruktur melalui


anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) mencapai 10 persen
dari total APBN periode 2015-2017.

e. Stabilitas Pertumbuhan Ekonomi Regional Bertumpu Pada APBN


Berkualitas

APBN Tahun 2017 disusun berdasarkan asumsi laju pertumbuhan


ekonomi akan mencapai 5,1 persen, inflasi terkendali pada angka 4,0
persen, tingkat bunga SPN 3 bulan mencapai 5,3 persen, kurs
diperkirakan terkendali pada Rp.13.300,- per dolar US, harga minyak
mentah Indonesia diperkirakan mencapai US$45 per barel, lifting atau
kebutuhan per hari minyak Indonesia diperkirakan akan mencapai 815
ribu barel, serta lifting gas diperkirakan mencapai 1.150 ribu barel setara
minyak per hari.

Untuk menjamin keberlanjutan pembangunan dan keterkaitan


program-program pembangunan lintas penguasa dan lintas wilayah
yuridiksi, adanya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional memberikan payung hukum.
Undang-Undang tersebut mewajibkan Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah dalam melakukan penyusunan APBN dan APBD harus selaras
agar tercapai pembangunan nasional berbarengan dengan pencapaian
tujuan pembangunan daerah. Baik tujuan pembangunan nasional dan
tujuan pembangunan daerah tidak terpisah satu sama lain. Pentingnya
peran APBN dalam perekonomian daerah dimulai dengan terbitnya
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
serta Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Reformasi
pengelolaan Keuangan Negara ini mencakup keseluruhan aspek seperti
penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran dan pertanggung jawaban
pelaksanaan anggaran. Paket Undang-Undang Pengelolaan Keuangan

IV - 60
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

Negara ini meletakkan profesionalisme dan berusaha menghapus


masalah korupsi dalam pengelolaan Keuangan Negara. Penyusunan APBN
menggunaan format anggaran terpadu (unified budget) yakni alokasi
anggaran berdasarkan pada program Kementrian/Lembaga. Format
anggaran terpadu ini meniadakan pengelompokkan antara anggaran rutin
dan anggaran pembangunan sebagaimana dalam sistem dual budgeting di
mana alokasi anggaran didasarkan pada sektor dan sub sektor.
Perubahan ini sepatutnya memberikan kreativitas Aparat Sipil Negara
(ASN) di bidang perencanaan pada K/L dan di daerah untuk
menyesuaikan money follow program berbasis pada pencapaian misi
pasangan Presiden dan Wakil Presiden terpilih seperti termaktub dalam
bab VIII RPJMN dan dan Gubernur/Wagub dan Bupati/Wabup-
Walikota/Wakil Walikota terpilih juga seperti termaktub dalam juga
dalam bab VIII RPJMD. Sayangnya, transformasi money follow function
menjadi money follow program ini terutama di daerah tidak serta merta
diikuti oleh ASN di daerah karena akan menciptakan “anti kemapanan”
yang sudah bertahun-tahun dinikmati oleh ASN di daerah melalui
berbagai kegiatan dalam Rencana Strategis maupun Rencana Kerja OPD.
Konsekuensinya, belanja di daerah baik Belanja Pemerintah Pusat
maupun belanja Pemerintah Daerah lebih dominan diarahkan pada
belanja yang hanya menciptakan kesejahteraan ASN ketimbang belanja
publik yang menciptakan multiplier effect pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Hal ini terlihat dari indikasi besarnya belanja aparatur yang
mencapai di atas 70 persen ketimbang belanja publik baik di bidang
pendidikan, kesehatan, infrastruktur dasar yang dapat menimbulkan
dampak ganda pada penciptaan lapangan kerja, kemudahan akses pasar
dan akses pada layanan pendidikan dan kesehatan.

Ketiga payung hukum tersebut juga memberikan dasar yuridis


formal secara signifikan berupa penyusunan anggaran berbasis kinerja
(performance based budgeting) dan penyerapan penyusunan anggaran
dalam kerangka pengeluaran jangka menengah (medium term

IV - 61
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

expenditure framework/MTEF). Ketiga undang-undang ini juga


menerapkan disiplin fiskal baik ke Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Daerah. Defisit anggaran Pemerintah Pusat dibatasi maksimal 3 persen
dari PDB dan jumlah hutang maksimal 60 persen dari PDB. Aturan yang
sama berlaku bagi Pemerintah Daerah. Disiplin fiskal ini sepatutnya
dimulai dari pemimpin tertinggi di daerah agar pemborosan anggaran
dapat diminimalisir.

f. Kemiskinan

Berdasarkan data BPS (2018), pada bulan Maret 2018, jumlah


penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di
bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 25,95 juta orang (9,82
persen), berkurang sebesar 633,2 ribu orang dibandingkan dengan
kondisi September 2017 yang sebesar 26,58 juta orang (10,12 persen).
Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2017
sebesar 7,26 persen, turun menjadi 7,02 persen pada Maret 2018.
Sementara itu, persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada
September 2017 sebesar 13,47 persen, turun menjadi 13,20 persen pada
Maret 2018. Selama periode September 2017–Maret 2018, jumlah
penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 128,2 ribu orang
(dari 10,27 juta orang pada September 2017 menjadi 10,14 juta orang
pada Maret 2018), sementara di daerah perdesaan turun sebanyak 505
ribu orang (dari 16,31 juta orang pada September 2017 menjadi 15,81
juta orang pada Maret 2018).

Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih


besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan,
sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan
Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada Maret 2018 tercatat sebesar
73,48 persen. Angka ini naik dibandingkan kondisi September 2017,
yaitu sebesar 73,35 persen. Jenis komoditi makanan yang berpengaruh
besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan maupun di perdesaan

IV - 62
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, mie
instan, dan gula pasir. Sedangkan komoditi non makanan yang
berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan maupun
perdesaan adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan
perlengkapan mandi.

Jika dirunut lebih dalam, salah satu penyebab utama penurunan


angka kemiskinan adalah intervensi pemerintah dalam bentuk
lonjakan dana bantuan sosial (bansos) bagi masyarakat miskin. Hingga
akhir kuartal I 2018, penyaluran bansos naik signifikan hingga 87,6
persen. Penyaluran ini pun bertepatan dengan dilaksanakannya survei
sosial ekonomi nasional (Susenas) pada Maret 2018 yang menjadi sumber
penghitungan angka kemiskinan saat ini. Pengamat menilai penurunan
angka kemiskinan itu semu dan temporer. Sebab, ada lonjakan bansos,
yang penyalurannya dilakukan sebelum survei BPS sehingga jika
anggaran bansos dikurangi, maka jumlah orang miskin terancam naik
lagi.
Jika melihat postur APBN, anggaran bansos tahun ini mencapai Rp
78,2 triliun atau naik 41 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Jumlahnya juga paling tinggi pada masa pemerintahan Jokowi. Tahun
2016, alokasi dana bansos hanya sebesar Rp 49,61 triliun. Kenaikan
alokasi bansos menjelang masa Pilpres sebenarnya bukan kali ini saja
terjadi. Selama dua periode pemerintahannya, Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) juga melakukan hal serupa yakni pada 2008-2009 dan
2013-2014. Pada 2009, dana bansos naik 27 persen dibandingkan tahun
sebelumnya. Sedangkan pada 2013, alokasinya naik 21 persen. Intervensi
pemerintah juga terlihat dari indikator laju inflasi. Pada Juni 2018, inflasi
tercatat sebesar 0,59 persen dan 1,9 persen sepanjang tahun kalender
(Januari-Juni 2018). Sedangkan inflasi tahun ke tahun (Juni 2018
dibanding Juni 2017/YoY) mencapai 3,12 persen.

IV - 63
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

g. Bidang Ketahanan Pangan dan Pertanian

Indonesia terus berusaha mengembangkan sektor pertaniannya


dengan potensi yang dimilikinya. Setelah kinerja tahun lalu yang dapat
dibilang sangat bagus, tahun ini Indonesia masih terus berusaha untuk
mencapai target-target pengembangan sektor pertaniannya. Banyak
langkah dari Kementerian Pertanian yang nantinya akan dijalankan di
Tahun 2018 ini. Kementerian Pertanian sebagai pusat dan ujung tombak
dalam pembuatan kebijakan pertanian di Indonesia terus berusaha dalam
melakukan inovasi dan pengembangan kinerja guna meningkatkan
kualitas sektor pertanian dalam negeri. Isu strategis terkait ketahanan
pangan nasional meliputi:

g.1. Pengembangan 4 Komoditas Pertanian

Setelah suksesnya swasembada produk pertanian seperti beras,


bawang merah, cabai dan jagung, tahun ini Kementerian Pertanian akan
lebih fokus untuk mengembangkan rempah-rempah, bawang putih, gula,
dan kedelai. Kementerian menilai jika produk-produk tersebut dapat
berkembang, maka komoditas strategis lain juga akan ikut berkembang.
Langkah yang akan diambil adalah meminta pemerintah provinsi untuk
mengembalikan luas tanam yang luasnya lebih rendah dibanding luas
tanam tahun lalu.

g.2. Revitalisasi KRPL dan TTIC

KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) juga akan menjadi fokus


pengembangan pemerintah tahun ini. KRPL sebenarnya sudah berjalan
cukup lama, namun sempat terhenti dan tidak berjalan maksimal. Tahun
ini jumlah KPRL akan ditambah dan dikembangkan. Indonesia memiliki
lahan pekarangan sekitar 10,4 juta hektar. Sejak 2010 hingga saat ini
ada 18.000 titik lokasi KPRL dan akan ditingkatkan hingga 23.000 titik di
Tahun 2018. KPRL akan sangat membantu ekonomi rumah tangga di

IV - 64
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

sekitar lokasi karena akan menghemat pengeluaran biaya 750.000 hingga


1,2 juta rupiah, di setiap rumah tangganya.

Untuk TTIC (Toko Tani Indonesia Center), BKP (Badan Ketahanan


Pangan) akan me-launching TTIC Digital (e-commerce) yang dimana
nantinya berfungsi sebagai distributor TTI. Sampai akhir tahun 2017,
sudah dibangun 1.800 unit TTI dan target di Tahun 2018 sudah ada 3000
unit TTI di daerah penyangga pasar. Fungsi TTIC nantinya sebagai
koordinator distributor kebutuhan komoditi TTI yang akan bekerjasama
dengan gapoktan sebagai produsen kebutuhan komoditi TTI.

g.3. Mengangkat Kesejahteraan Petani

Dalam rakernas Kementerian Pertanian awal Tahun 2018, sudah


dibahas bagaimana program-program yang mampu menyentuh langsung
para petani dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidupnya. Salah
satunya adalah dengan mekanisasi pertanian untuk mendorong produksi
komoditas strategis Indonesia. Petani yang kurang mampu akan diberi
alsintan gratis untuk usahataninya. Selain itu, kementerian juga akan
melanjutkan dan mengembangkan bentuk kerja sama dengan TNI AD
yang bernama Satgas Pangan yang berfungsi untuk penegakan hukum di
bidang pangan, pemberian binaan, dan tindakan pencegahan
pelanggaran. Sejak Mei 2017, Satgas Pangan sudah berhasil menangani
169 kasus dengan 185 tersangka untuk pelanggaran komoditas beras,
bawang, cabai, minyak goreng, sampai tepung terigu. Langkah ini
diharapkan akan mampu lebih melindungi petani-petani Indonesia.

g.4. Regenerasi Petani

Jumlah dan kualitas petani sebagai sumber daya manusia menjadi


faktor penting dalam mengoptimalkan pembangunan pertanian. Oleh
karena itu, tahun ini kementerian juga akan berfokus
dalam regenerasi petani dengan cara melakukan transformasi pendidikan

IV - 65
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

pendidikan tinggi pertanian yang semula program studinya hanya


penyuluhan, ditambah dengan harus berorientasi agribisnis hortikultura,
agribisnis perkebunan, dan mekanisasi pertanian. Untuk pembinaan
lebih lanjut, penyuluh dan pendamping pertanian dari mahasiswa juga
diharapkan mampu terjun langsung ke masyarakat. Perguruan tinggi
pertanian di Indonesia dinilai memiliki peran penting dalam
pengembangan sumberdaya manusia pertanian dan perkembangan
masyarakat Indonesia pada umumnya.

g.5. Produksi Benih

Kementerian Pertanian dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2018


akan memprioritaskan program perbenihan. Pihak kementerian sudah
menganggarkan dana sebesar 2,1 triliun rupiah untuk program
perbenihan ini di sektor hortikultura dan perkebunan. Dana tersebut
akan dialokasikan untuk memproduksi benih-benih unggul yang
diberikan secara gratis kepada para petani. Hasil yang berkualitas unggul
nantinya diharapkan mampu menambah kuantitas produk ekspor
Indonesia.

g.6. Pola produksi dan konsumsi

Secara historis, konsumsi beras/kapita/tahun sebesar 139,15 kg


Tahun 2009 termasuk yang sangat tinggi di dunia. Bahkan menurut
USDA, pada 2006 konsumsi beras penduduk Indonesia 160,8
kg/kapita/tahun. Angka-angka konsumsi yang lain seperti Siswono
(2006) sebesar 125-130 kg dan konsumsi rumah tangga 105-110 kg,
mungkin belum menggambarkan angka konsumsi menyeluruh karena
mengabaikan konsumsi beras di restoran, rumah makan, warung, acara-
acara pesta, kongres, seminar, lokakarya, dan sebagainya yang secara
kuantitas cukup siknifikan. Berdasarkan data Kementan, hingga Tahun
2017 tren konsumsi beras nasional terus mengalami penurunan. Pada
Tahun 2010, konsumsi beras di Indonesia mencapai 130 kilogram per
kapita per tahun, dan Tahun 2014 mencapai 124 kilogram per kapita per

IV - 66
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

tahun, kemudian Tahun 2017 mencapai 111,58 kilogram per kapita per
tahun. Kendati demikian, angka tersebut masih jauh di atas konsumsi
negara-negara Asia, seperti Korea Selatan 40 kilogram per kapita per
tahun, Jepang 50 kilogram per kapita per tahun, Malaysia 80 kilogram
per kapita per tahun, dan Thailand 70 kilogram per kapita per tahun,
serta rata-rata dunia 60 kg/kapita/tahun dan ASEAN 60-80
kg/kapita/tahun. Kementerian Pertanian menargetkan angka konsumsi
beras nasional berada pada posisi 90 kilogram per kapita per tahun dari
117 kilogram per kapita per tahun pada 2017. Survei Sosial Ekonomi
Nasional oleh Badan Pusat Statistik (BPS) 2015 menyebutkan bahwa
konsumsi beras per kapita per Maret 2015 adalah sebesar 98
kilogram per tahun. Jumlah ini meningkat dibanding tahun sebelumnya
yang hanya 97,2 kg per tahun.
Konsumsi per kapita ini dinilai berdasarkan aneka masakan yang
mengandung beras mencakup konsumsi beras dalam bentuk nasi, beras
ketan, tepung beras, dan konsumsi padi-padian lainnya. Selain itu,
kelompok bahan makanan mengandung beras lain yang ikut
diperhitungkan adalah bihun, bubur bayi kemasan, kue basah, nasi
rames, nasi goreng, nasi putih, dan lontong sayur. Beberapa program
yang dilakukan, salah satunya diversifikasi pangan pada lahan-lahan
yang tidak akan menciptakan persaingan penggunaan lahan dengan
komoditas padi, jagung, dan kedelai. Program diversifikasi pangan akan
mengoptimalkan lahan pekarangan yang akan diintegrasikan dalam
program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Potensi lahan
pekarangan Indonesia sekitar 10,4 juta hektar di luar lahan program
PAJALE, bisa menggunakan polybag sebagai media tanam. Adapun
komoditas yang akan dikembangkan mulai dari sagu, gembili, ganyong,
garut, dan singkong.

Tingginya ketergantungan penduduk Indonesia terhadap beras


memberikan resiko yang tinggi terhadap penyediaannya karena
peningkatan konsumsi akibat pertambahan penduduk akan terus terjadi.

IV - 67
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Peningkatan konsumsi ini semakin sulit diimbangi oleh peningkatan


produksi yang cenderung stagnan karena penurunan produktivitas usaha
tani akibat kondisi tanah yang semakin marginal disebabkan kurangnya
upaya konservasi dan konversi lahan sawah untuk keperluan lain. Di
samping itu, proporsi asupan karbohidrat yang terlalu didominasi padi-
padian (lebih dari 50 persen) membuat kualitas gizi kurang baik dan tidak
kondusif terhadap kesehatan.

h. Perubahan Iklim

Ancaman dan krisis pangan dunia beberapa tahun terakhir memiliki


kaitan sangat erat dengan perubahan iklim global. Dampak perubahan
iklim global adalah perubahan pola dan intensitas curah hujan, makin
sering terjadinya fenomena iklim ekstrim El-Nino dan La-Nina yang dapat
mengakibatkan kekeringan dan banjir, kenaikan suhu udara dan
permukaan laut, dan peningkatan frekuensi dan intensitas bencana alam.
Bagi sektor pertanian, dampak lanjutan dari perubahan iklim adalah
bergesernya pola dan kalender tanam, perubahan keanekaragaman
hayati, eksplosi hama dan penyakit tanaman dan hewan, serta pada
akhirnya adalah penurunan produksi pertanian. Di tingkat lapangan,
kemampuan para petugas lapangan dan petani dalam memahami data
dan informasi prakiraan iklim masih sangat terbatas, sehingga kurang
mampu menentukan awal musim tanam serta melakukan mitigasi dan
adaptasi terhadap perubahan iklim yang terjadi.

Sejak Tahun 1898 telah terjadi kenaikan suhu yang mencapai 1


derajat celsius, sehingga diprediksi akan terjadi lebih banyak curah hujan
dengan perubahan 2-3 persen per tahun. Dalam 5 tahun terakhir rata-
rata luas lahan sawah yang terkena banjir dan kekeringan masing-masing
sebesar 29.743 Ha terkena banjir (11.043 Ha di antaranya puso karena
banjir) dan 82.472 Ha terkena kekeringan (8.497 Ha di antaranya puso
karena kekeringan). Kondisi ini cenderung akan terus meningkat pada
tahun-tahun ke depan.

IV - 68
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

Tantangan ke depan dalam menyikapi dampak perubahan iklim


global adalah bagaimana meningkatkan kemampuan petani dan petugas
lapangan dalam melakukan prakiraan iklim serta melakukan upaya
adaptasi dan mitigasi yang diperlukan. Untuk membangun kemampuan
petani dalam melakukan adaptasi dan mitigasi terhadap dampak
perubahan iklim, salah satunya melalui Sekolah Lapang Iklim (SLI) serta
membangun sistem informasi iklim dan penyesuaian pola dan kalender
tanam yang sesuai dengan karakteristik masing-masing wilayah. Di
samping itu, inovasi dan teknologi tepat guna sangat penting dan
strategis untuk dikembangkan dalam rangka untuk upaya adaptasi dan
mitigasi terhadap perubahan iklim. Penciptaan varietas unggul yang
memiliki potensi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) rendah, toleran terhadap
suhu tinggi maupun rendah, kekeringan, banjir/genangan dan salinitas
menjadi sangat penting.

Selain itu, Indonesia termasuk wilayah dengan frekuensi bencana


alam sangat tinggi dan sering disebut sebagai wilayah “rawan bencana”.
Sejumlah bencana alam kerap terjadi yang meliputi erupsi gunung berapi,
gempa bumi, tsunami, banjir, kekeringan dan macam bencana alam
lainnya. Semua bencana alam tersebut berpotensi mengganggu aktivitas
perekonomian nasional mulai proses produksi, jalur distribusi,
rehabilitasi ekonomi, masa panen, dan menimbulkan trauma bagi
masyarakat korban bencana. Karena itu, kemampuan untuk antisipasi
bencana alam, penanganan korban bencana, serta kemampuan
rehabilitasi ekonomi pascabencana menjadi penting.

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sering


terdampak bencana alam paling besar. Bencana alam tersebut
berdampak buruk dan mengakibatkan rusaknya infrastruktur pertanian
yang meliputi bangunan bendung, dam, jaringan irigasi, jalan usahatani,
kerusakan tanaman dan ternak, hingga penurunan produktivitas dan
produksi pangan. Naiknya suhu permukaan bumi dan pergeseran pola
curah hujan menyebabkan terjadinya pergeseran pola musim yang

IV - 69
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

berdampak pada perubahan pola dan kalender tanam. Cuaca yang tidak
menentu sering mengakibatkan petani sulit memperkirakan waktu untuk
mengolah lahan dan memanen. Akibat perubahan iklim, tidak kurang
dari 50 persen wilayah pertanian di Indonesia menghadapi musim hujan
yang cenderung mundur dan musim kemarau yang cenderung maju,
sehingga musim tanam menjadi pendek. Kondisi ini akan sangat
berdampak buruk terhadap intensitas tanam jika tidak ada terobosan
inovasi dan teknologi yang mampu memecahkan masalah tersebut. Salah
satu inovasi yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian,
Kementerian Pertanian adalah varietas unggul berumur genjah dan
sangat genjah serta inovasi teknologi pengelolaan tanah, air dan tanaman
pendukungnya.

i. Sumberdaya Kelautan

Kementerian Kelautan dan Perikanan yang sekarang dinakhodai ibu


Susi Pudjiastuti telah melakukan gebrakan–gebrakan dengan
memberantas praktik IUU (Ilegal, Unregulated and Unreported) Fishing.
Hal itu mampu menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia memiliki
kedaulatan ekonomi di bidang Kelautan dan perikanan. Indonesia mampu
memiliki nilai tawar (Barganning Position) yang kuat di mata bangsa lain,
khususnya yang selama ini menginjak–injak martabat dan ekonomi
bangsa dengan menggerogoti kekayaan nasional di sektor kelautan dan
perikanan, hal ini adalah prestasi besar. Blue Print kelautan dan
perikanan sedang dicetak, tetapi kita tidak dapat menutup mata dengan
beragam permasalahan yang masih nampak di depan mata kita yakni
permasalahan kesejahteraan nelayan dan para pelaku usaha perikanan
kasta terendah, sejak Indonesia merdeka ekonomi di sektor kelautan dan
perikanan dikuasai oleh para pemegang modal, Kapitalis yang mampu
mempermainkan kondisi perputaran uang di sektor kelautan dan
perikanan, dimulai dari semakin meraja lelanya para tengkulak yang
semakin mencekik nelayan.

IV - 70
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

Melihat dari sisi perikanan tangkap nelayan kita ibarat sapi perah
para pemodal besar, nelayan tidak memiliki nilai tawar terhadap hasil
ikan yang mereka tangkap, karena kapal, biaya Bahan bakar dan logistik
disediakan oleh sang Tengkulak dengan sistem yang diatur sesuai
kehendak para tengkulak atau pemodal–pemodal besar sehingga para
nelayan tak ubahnya kerja untuk para tengkulak sehingga pendapatan
mereka jauh dari harapan dan nilai ideal sebuah usaha perikanan.
Tengkulak atau pemain pasar di industri tangkap dapat menjelma dalam
bentuk juragan–juragan kapal, atau pemilik industri perikanan yang
memodali para nelayan untuk menyediakan bahan baku produksi
usahanya.

Para tengkulak tidak hanya menguasai sistem perputaran uang


usaha perikanan di suatu daerah yang imbasnya sangat merugikan
nelayan, tetapi juga sering bermain curang dalam hal pelaporan hasil
tangkapan, laporan hasil tangkapan yang dilaporkan ke pemerintah tidak
sesuai dengan hasil tangkapan sebenarnya, banyak praktik para
tengkulak mendatangi langsung para petugas dengan memberi imbalan
serta pelaporan yang sudah disesuaikan dengan keinginan tengkulak
tersebut, bahkan kapal–kapal nelayan banyak yang tidak bongkar hasil
tangkapan di Tempat pelelangan ikan (TPI), tetapi langsung di
perusahaan mereka. Hal itu semua berdampak pada pendapatan retribusi
negara dari Industri perikanan tangkap serta tidak validnya data produksi
perikanan tangkap pemerintah.

Dari sektor Industri pengolahan perikanan, masih banyak kita


jumpai pabrik–pabrik atau Unit pengolahan ikan (UPI) yang
mengesampingkan AMDAL, masih banyak pelaku usaha yang tidak
memasang Instalasi pengolahan limbah (IPAL) yang standar sehingga
limbah industri yang pada umumnya dibuang di laut mengotori laut. Hal
ini berimbas pada rusaknya ekosistem perairan di sekitar kawasan
industri pengolahan ikan tersebut. Di sisi lain, banyak pengusaha yang
tidak menerapkan sistem upah minimum bagi para buruh pabrik

IV - 71
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

perikanan. Kita dapat mengambil contoh di kawasan Industri perikanan


Muncar Banyuwangi semua hal tersebut di atas dapat kita lihat dengan
mata telanjang kita. Kawasan pabrik yang berbaur dengan pemukiman
penduduk, sungai–sungai yang sudah tercemar oleh limbah pabrik
mengalir ke pantai Muncar. Banyak perusahaan yang telah mendapat
catatan hitam (Black List), tetapi masih beroperasi hingga saat ini.

Di sektor budidaya perikanan, pembukaan lahan untuk budidaya


yang tidak memperhatikan dampak ekosistem dan lingkungan setempat
marak terjadi, sehingga usaha budidaya liar yang merusak lingkungan
terdapat di mana–mana, banyak lahan budidaya masyarakat karena
kurangnya pemahaman terhadap sistem budidaya baik ikan maupun
udang yang baik. Tidak sedikit juga usaha budidaya skala besar dengan
korporasi besar yang mengesampingkan dampak lingkungan tersebut.

Faktor keberpihakan pemerintah masih menjadi sesuatu yang


sentral bagi penyebab kemiskinan nelayan. Pemerintah memiliki peran
yang sangat strategis dalam menentukan kebijakan. Kebijakan
pemerintahlah yang ditunggu dan diharapkan oleh para nelayan.
Kebijakan Bahan bakar solar yang sangat dibutuhkan bagi para nelayan,
masih jauh dari ekspetasi para nelayan.

Termasuk harga yang terlalu mahal, ketersediaan yang terbatas, dan


lemahnya pengawasan terhadap penyelewengan distribusi BBM bagi
nelayan. Hal ini membuat nelayan kebingungan dalam memikirkan
bagaimana langkah ke depannya sehingga tengkulaklah yang mengambil
keuntungan dari permasalahan ini.

Lalu permasalahan yang terpenting dan tak disadari perannya ialah


kesadaran masyarakat terhadap potensi perikanan dan kelautan yang
masih kecil. Masyarakat belum terlalu tertarik terhadap perikanan dan
kelautan Indonesia. Hal ini dapat dicontohkan seperti, konsumsi ikan
yang belum menempati peringkat teratas masyarakat Indonesia.
Masyarakat belum menyadari bahwa kandungan hasil laut memiliki gizi

IV - 72
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

yang tinggi. Kita dapat mencontoh pada Jepang yang masyarakatnya


sangat menyukai makanan laut, sehingga Jepang dapat sangat maju.
Contoh yang kedua ialah dapat terlihat dari minat masyarakat untuk
mempelajari ilmu perikanan dan kelautan yang belum menjadi prioritas
utama. Passing grade jurusan Kelautan dan Perikanan di beberapa
Perguruan Tinggi di Indonesia masih menempati posisi pertengahan.

Permasalahan–permasalahan di atas adalah permasalahan dalam


porto folio Kelautan dan Perikanan yang harus segera diselesaikan,
karena indikator keberhasilan sebuah program pemerintah adalah
seberapa besar dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat, langkah–
langkah strategis dan cepat yang harus segera dilaksanakan adalah
antara lain sebagai berikut.

1. Pemerintah harus meninjau ulang Subsidi BBM untuk nelayan, serta


memastikan ketersediaan sesuai dengan kebutuhan nelayan,
pemerintah harus segera bertindak terhadap praktik–praktik
penyelewengan terhadap program subsidi BBM untuk nelayan.
Praktek–praktik tersebut harus segera diakhiri agar ada kepastian bagi
para nelayan;
2. Pemerintah harus memperkuat permodalan nelayan, Pembudidaya ikan
skala kecil, dan para pelaku usaha kecil di bidang kelautan dan
perikanan dengan memperkuat kelembagaan, Induk Koperasi
Perikanan (INKA MINA) harus dihidupkan kembali, dengan sistem dan
manajemen yang baru sehingga praktik–praktik memperkaya diri
sendiri bagi pengurus koperasi dapat hilang, sehingga koperasi dapat
benar–benar bermanfaat bagi masyarakat. Pemerintah juga harus
membuka pos–pos permodalan yang terjangkau untuk masyarakat
perikanan seperti KUR untuk nelayan dan sebagainya;
3. Jika Koperasi perikanan yang sehat sudah berjalan dengan baik, maka
bantuan–bantuan pemerintah dalam bentuk Kapal, alat tangkap,
sarana budidaya ikan, dan permodalan dapat melalui lembaga
tersebut, karena praktik di lapangan selama ini banyak bantuan

IV - 73
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

pemerintah yang tidak tepat sasaran, banyak kelompok–kelompok


usaha nelayan fiktif yang dibuat hanya untuk mencairkan dana
bantuan pemerintah;
4. Pelatihan serta pendampingan masyarakat dalam bidang usaha
perikanan harus lebih tepat sasaran, tidak hanya sebatas upaya
menghabiskan anggaran, tetapi minim hasil, pelatihan usaha mikro
dan kecil (UMKM) bidang perikanan harus dititik beratkan pada
kemampuan masyarakat untuk berusaha dan bersaing di pasar.
Pelatihan dan pendampingan Budidaya di laut (marinculture) seperti
Keramba Jaring Apung (KJA) harus digalakkan khususnya wilayah
kepulauan yang memiliki perairan yang berpotensi untuk usaha
tersebut;
5. Memperketat sistem pencatatan hasil tangkapan kapal – kapal nelayan,
dan mewajibkan kapal – kapal penangkap ikan untuk bongkar muat di
pelabuhan perikanan, memperkuat sistem pelelangan ikan,
memangkas praktek– praktek permainan harga tengkulak di pelabuhan
perikanan hal ini untuk akurasi data hasil tangkapan, serta
memperkuat nilai jual hasil tangkapan nelayan;
6. Mengevaluasi semua Unit Pengolahan Ikan (UPI), dan usaha budidaya
perikanan, jika ada yang melanggar dengan tidak menggunakan IPAL
atau tidak memerhatikan dampak lingkungan akibat proses produksi
pengolahan ikan, maka pelaku usaha harus ditindak, dan ditutup jika
tidak menggunakan Instalasi pengolahan limbah;
7. Pemerintah dapat melibatkan semua elemen termasuk institusi
pendidikan, organisasi kemahasiswaan dalam rangka pendampingan
masyarakat yang menitik beratkan pada pendampingan pengembangan
usaha perikanan berbasis masyarakat di berbagai lini usaha,
pendampingan dalam rangka pengawasan di bidang perikanan.

Pemerintah mengevaluasi kembali dana–dana bantuan dalam


berbagai bentuk program di sektor kelautan dan perikanan, karena
banyak ditemukan praktek bantuan tidak tepat sasaran, obyek

IV - 74
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

pendanaan fiktif, menguntungkan pihak tertentu, tak sedikit yang hanya


dimanfaatkan untuk pencitraan politik oknum–oknum tertentu.

j. Ekosistem Daratan, Hutan, Degradasi lahan, dan Keanekaragaman


Hayati

Upaya pemerintah pusat melalui Kementerian Lingkungan Hidup


dan Kehutanan (KLHK) dalam meningkatkan kinerja kerja dengan
menguatkan isu-isu kebijakan alokasi sumber daya hutan dan
lingkungan. Hal ini dilakukan agar fungsi-fungsi hutan dapat mendukung
rencana pembangunan pemerintah dengan tetap memperhatikan aspek-
aspek lingkungan yang berkelanjutan. Selain itu, tentu juga harus dapat
memberikan keseimbangan produksi hutan kita. Beberapa hal yang akan
dilakukan dalam mengevaluasi kinerja yakni perizinan yang berada di
dalam kawasan hutan baik itu hutan lindung, hutan konversi dan
lainnya. Dengan berpijak pada Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan, pada Tahun 2016 ini, KLHK juga berencana akan
melakukan terobosan dengan mengganti beberapa regulasi.

Terkait dengan pengendalian perubahan iklim, setelah hasil


konferensi perubahan iklim di Paris menghasilkan kesepakatan yang
disebut dengan Paris Agreement (Kesepakatan Paris), KLHK menyatakan
akan sangat fokus bagaimana melakukan pengendalian pencegahan
kebakaran hutan dan lahan karena kebakaran tersebut telah
menyumbang banyak sekali emisi karbon bagi dunia. Selain itu,
membahas konservasi tentang bagaimana konservasi ke depan dapat
memfasilitasi kehidupan masyarakat yang ada dan tetap mendukung
pembangunan berskala nasional. Kebijakan KLHK ke depan, lanjutnya,
fungsi hutan lindung dan konservasi akan diperkuat dengan pola pikir
dan kesiapan mental para pejabat KLHK. KLHK tidak akan lagi
melakukan pemberian izin tanpa memperhatikan kajian lingkungan
hidup strategis, izin lingkungan dan juga tata ruang.

IV - 75
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Isu lain terkait dengan lingkungan adalah penguasaan dan konversi


hutan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit. Terdapat perusahaan
kelapa sawit yang menguasai konsesi 2,6 juta Ha lahan. Grup Sinarmas
merupakan salah satu usaha dengan penguasaan lahan terbesar, dengan
sektor usaha meliputi sawit, hutan dan tambang. Untuk menguasai
sektor kehutanan, Sinar mas membangun Asia Pulp and Paper yang
berdomisili di Singapura dan Indah Kiat Pulp and Paper, sebagai industri
kertas di Indonesia. Beberapa kasus yang melibatkan perusahaan seperti
Beberapa perusahaan dalam grup APP (Arara Abadi) pernah terkait
dengan kasus korupsi di Provinsi Riau yang melibatkan suap kepada
Gubernur Tengku Azmun Jaafar. Tahun 2015, kebakaran hutan melanda
86 ribu hektar tanaman Akasia di dalam konsesinya. Keterbatasan
penanaman yang dilakukan APP, membuat industri kayu Sinarmas
tersebut terindikasi menggunakan kayu hutan alam. IKPP pernah
melakukan wanprestasi terbesar, dengan gagal bayar. Dengan
penguasaan lahan yang luas, laporan perusahaan menyebutkan
pembayaran pajaknya sepanjang 2004-2014 hanya mencapai 42 juta
dolar.

4.2.3. Isu Strategis Regional Sulawesi

Pada sub ba 4.2.3 diuraikan beberapa isu strategis regional Sulawesi


meliputi Pengembangan Pertanian dan Ketahanan Pangan, Memacu
Pertumbuhan Ekonomi Melalui Pengelolaan Sumberdaya Mineral,
Lingkungan dan Mitigasi Bencana, Sumberdaya Air dan Irigasi.

a. Pengembangan Pertanian dan Ketahanan Pangan

Sulawesi merupakan produsen pangan ketiga terbesar di Indonesia


yang menyumbang 10 persen produksi padi nasional dan 15 persen
produksi jagung nasional. Pertanian pangan menyumbang 13 persen
PDRB Sulawesi. Terdapat kawasan potensial untuk pengembangan
pangan di wilayah Sulawesi, yaitu Kawasan BOSOWASIPI (Bone-Soppeng-

IV - 76
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

Wajo-Siderap-Pinrang di Sulawesi Selatan, dengan luas areal 116 847


hektar sawah dengan pola tanam padi-padi-palawija atau padipadi-padi.
Mengingat adanya keterbatasan potensi ekspansi areal pertanian, maka
peningkatan produksi pangan yang paling memungkinkan adalah
melakukan intensifikasi pangan. Produktivitas padi di Sulawesi masih
lebih rendah dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia.

Kegiatan pengembangan perkebunan dan industri kakao bertujuan


untuk meningkatkan produksi kakao (biji dan produk olahan kakao) yang
berdaya saing internasional; dan mengembangkan industri kakao yang
mampu memberi peningkatan pendapatan bagi para petani dan pelaku
usaha kakao. Koridor Ekonomi Sulawesi mempunyai potensi besar bagi
pengembangan kegiatan kakao, baik perkebunan maupun industri
pengolahan kakao. Total luas lahan kakao di Sulawesi mencapai 838.037
ha atau 58 persen dari total luas lahan di Indonesia. Sebagian besar
lahan tersebut dimiliki oleh petani (96 persen). Namun demikian,
pengembangan kakao di Pulau Sulawesi menghadapi tantangan berupa
kendala produksi, teknologi, kebijakan dan infrastruktur. Kurang
tersedianya infrastruktur jalan, pelabuhan, listrik, dan gas di provinsi
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat menyebabkan
pula kehilangan peluang pasar sebesar 600 ribu ton yang setara dengan
USD 360 juta.

Dilihat dari produksi perikanan di Indonesia berdasarkan sebaran


wilayahnya, Koridor Ekonomi Sulawesi merupakan wilayah yang memiliki
produksi perikanan laut terbesar di Indonesia. Hal ini menunjukkan
bahwa sektor perikanan merupakan salah satu kegiatan ekonomi utama
di Koridor Ekonomi Sulawesi. Saat ini perikanan berkontribusi sekitar 22
persen dari total PDRB sub sektor pertanian pangan (70 persen
tangkapan dan 30 persen budidaya) di mana sekitar 20 persen dari
aktivitas perikanan tersebut merupakan perikanan tangkap dan sisanya
adalah perikanan budidaya. Potensi pengembangan perikanan terus
berkembang secara signifikan karena sebagian besar hasil perikanan di

IV - 77
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Sulawesi adalah untuk pemenuhan kebutuhan ekspor seiring dengan


permintaan global yang terus meningkat.

b. Memacu Pertumbuhan Ekonomi Melalui Pengelolaan Sumberdaya


Mineral

Pengembangan wilayah Pulau Sulawesi, sebagai salah satu pulau


terbesar di Indonesia, sangat penting dalam mendukung peningkatan
kinerja pembangunan nasional. Wilayah Pulau Sulawesi memiliki posisi
geografis yang relatif strategis di wilayah timur Indonesia dan berhadapan
langsung dengan kawasan Asia Timur, khususnya Philipina yang
menjadi salah satu lintasan perekonomian dunia. Wilayah Pulau Sulawesi
berada pada posisi strategis nasional karena dari arah utara sampai
timur pulau ini dilintasi oleh lautan Pasifik yang merupakan alur laut
terbuka bagi pelayaran dari Laut Pasifik ke Samudera Hindia dan
sebaliknya. Sementara Pulau Sulawesi bagian selatan terdapat wilayah
kelautan Makassar-Buton yang juga terbuka bagi pelayaran menuju
kawasan Asia Pasifik, dan Amerika Bagian Selatan. Dengan demikian,
Wilayah Pulau Sulawesi berpotensi besar sebagai pusat pertumbuhan di
kawasan sub-regional ASEAN, Asia Pasifik, dan kawasan internasional
lainnya. Selain itu, wilayah Pulau Sulawesi memiliki akses perdagangan
paling strategis sebagai pusat pertumbuhan Kawasan Indonesia Timur
dengan sumber daya alam cukup lengkap baik pertanian, perkebunan,
perikanan, kehutanan dan pertambangan. Wilayah Pulau Sulawesi juga
memiliki letak geografis dan hubungan interaksi yang kuat dengan pulau
Jawa sebagai pusat perekonomian di Indonesia.

Tantangan terbesar dalam percepatan dan perluasan kegiatan


pertambangan nikel adalah menciptakan industri hilir dari pertambangan
nikel khususnya dalam pemurnian (refining) hasil produksi nikel.
Indonesia belum memilki fasilitas pemurnian nikel padahal kegiatan
pemurnian memberikan nilai tambah yang sangat tinggi. Empat lokasi
penting di Sulawesi yang memiliki cadangan nikel berlimpah adalah: (1)

IV - 78
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan; (2) Kabupaten


Morowali, Sulawesi Tengah; (3) Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi
Tenggara;dan (4) Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

Koridor Ekonomi Sulawesi mempunyai potensi minyak dan gas bumi


yang belum teridentifikasi dan tereksplorasi dengan baik. Industri minyak
dan gas bumi memiliki potensi untuk berkembang di Pulau Sulawesi
namun menghadapi tantangan berupa kontur tanah dan laut dalam. Hal
ini menyebabkan tingkat kesulitan teknis yang tinggi yang berujung pada
tingginya biaya eksploitasi migas di Sulawesi. Potensi minyak bumi
Koridor Ekonomi Sulawesi relatif kecil dibandingkan wilayah lain
Indonesia dengan cadangan sebesar 49,78 MMSTB dari total 7.998,49
MMSTB cadangan minyak bumi Indonesia, atau hanya 0,64 persen dari
total cadangan Indonesia. Sedangkan potensi gas bumi Koridor Ekonomi
Sulawesi juga relatif tidak besar dibandingkan wilayah lain Indonesia
dengan cadangan sebesar 4,23 TSCF dari total 157,14 TSCF cadangan
gas bumi Indonesia, atau hanya 2,69 persen dari total cadangan
Indonesia. Kegiatan ekonomi utama migas di Koridor Ekonomi Sulawesi
akan terpusat pada beberapa lokasi berikut: (1) Area eksploitasi gas bumi
di Donggi Senoro, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah (2) Area
eksploitasi minyak bumi di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah (3) Area
eksploitasi gas bumi di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (4) Area
eksploitasi gas bumi di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan dan (5)
Lapangan Migas Karama, Sulawesi Barat.

c. Lingkungan dan Mitigasi Bencana

Salah satu isu strategis di wilayah Pulau Sulawesi adalah


meningkatnya luasan lahan kritis dan degradasi kualitas lingkungan,
yang berpotensi menambah ancaman bencana alam. Profil PKN, PKW dan
PKSN di wilayah Pulau Sulawesi menunjukkan rata-rata multirisiko tinggi
sehingga perlu dilakukan upaya pengendalian pemanfaatan ruang sampai
dengan kesiapsiagaan untuk mengantisipasi bencana alam. Keadaan

IV - 79
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

lingkungan hidup di wilayah Pulau Sulawesi dapat diindikasi dari


beberapa kondisi antara lain kerusakan hutan dan lahan kritis, bencana
alam banjir, tanah longsor, gempa bumi dan sebagainya. Berdasarkan
data statistik lingkungan hidup Tahun 2010 diperoleh informasi bahwa
kerusakan hutan di seluruh wilayah Pulau Sulawesi pada akhir Tahun
2008 mencapai sekitar 12.150 hetar, yang terdiri dari perambahan hutan
9.476 hektar dan 2.674 hetar penebangan liar terhadap batang dan kayu
bulat.

Sementara itu, luas lahan kritis di seluruh wilayah Sulawesi


mencapai areal sekitar 6,22 juta hektar atau 33 persen luas daratan,
yang meliputi sangat kritis 3,62 juta hektar, lahan kritis 1,71 juta hektar
dan agak kritis 0,89 juta hektar (lihat Tabel 2.22). Dibandingkan dengan
wilayah pulau lainnya, lahan kritis di wilayah Pulau Sulawesi termasuk
tinggi. Luas lahan kritis yang terbesar di wilayah Pulau Sulawesi
Tenggara, mencapai 2,80 juta hektar atau 60 persen luas daratan dan
Provinsi Sulawesi Selatan (termasuk Sulawesi Barat, mencapai 1,57 juta
hektar atau 25,4 persen wilayah daratan.

Wilayah Sulawesi mempunyai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi


yang masuk ke dalam daerah rawan bencana. Adapun pusat
pertumbuhan ekonomi meliputi: (1) Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
meliputi Gorontalo, Palu dan Makasar; (2) Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
meliputi Isimu-Gorontalo, Tilamuta-Boalemo, Luwuk-Banggai dan lain-
lain. Potensi bencana di wilayah regional Sulawesi meliputi Liquifaksi,
Gempa, Banjir dan Tsunami (LGBT), serta longsor dan gunung berapi.

Dari aspek kegempaan, sistem patahan di bagian tengah Sulawesi


dimana Kota Palu terdapat terdiri dari kompleks zona patahan yang yang
berletak dalam pertemuan lempeng Pasifik, Indo-Australia dan lempeng
Eurasia. Dari perhitungan terhadap pergerakan patahan Palu-Koro ini
(Bellier, O. et al, 2001), diperoleh data kisaran pergerakan lempeng, yaitu
35 ± 8 mm per tahun. Sejarah gempa bumi di bagian tengah Sulawesi

IV - 80
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

telah tercatat sejak abad ke-19, di mana beberapa di antaranya


mempunyai magnitude yang besar, di antaranya Tahun 1968 (6,7 SR),
1993 (5,8 SR), 2005 (6,2 SR) dan 2018 (7,4 SR). Gempa bumi yang terjadi
di laut dapat mengakibatkan terjadinya tsunami (gelombang laut),
terutama pada gempa yang terjadi di laut dalam yang diikuti deformasi
bawah laut seperti yang pernah terjadi di pantai barat Sumatera dan di
pantai utara Papua. Sementara itu, letusan gunung berapi juga dapat
menimbulkan gelombang pasang seperti yang terjadi pada letusan
Gunung Krakatau. Kegempaan di Sulawesi ini juga ditandai dengan
frekuensi yang tinggi tsunami di bagian Selat Makassar, sebagaimana
yang terjadi pada Tahun 1927 di Teluk Palu dengan ketinggian gelombang
mencapai 15 m, Tahun 1968 di Mepaga (10 m) dan Tahun 1996 di
Simuntu-Pangalaseang (1 - 3,4 m), terakhir tanggal 28 Oktober 2018
gempa bumi di patahan sesar Palu-Koro juga diikuti oleh tsunami dan
liquifaksi. Jalur patahan yang melalui bagian tengah Pulau Sulawesi,
tepat berada di bagian tengah yang membelah Kota Palu bagian timur dan
barat. Bencana alam bersifat geologi yang terjadi di Sulawesi Tengah
sangat terkait dengan kondisi dan proses-proses geologi yang telah,
sedang dan akan terus berlangsung. Termasuk di antaranya adalah
patahan aktif Palu-Koro, patahan Matano melewati wilayah Kabupaten
Morowali dan patahan Sorong yang mendorong bagian timur Sulawesi.
Bentuk topografi dan kerawanan longsor pada banyak kawasan serta
ruas-ruas jalan strategis di wilayah ini sangat terkait dengan struktur
material yang rapuh serta serta dapat dipicu oleh kegempaan.

Tantangan yang akan dihadapi wilayah Sulawesi adalah penyesuaian


terhadap perubahan yang terjadi pada tataran global dengan tetap
mengutamakan nilai-nilai keutamaan lokal. Tantangan ini tidak hanya
menyangkut perubahan tatanan politik, sosial, ekonomi, teknologi
informasi, tetapi juga perubahan cara pandang, nilai dan gaya hidup.
Tantangan hanya dapat diatasi dengan terus meningkatkan mutu
sumberdaya manusia, mendorong peningkatan kesejahteraan rakyat

IV - 81
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

antara lain melalui perbaikan jangkauan dan kualitas layanan publik,


penguatan ketahanan budaya, peningkatan kemandirian, pengembangan
ekonomi rakyat, dan peningkatan daya saing. Upaya menjawab berbagai
tantangan akan sangat dipengaruhi oleh berbagai upaya dalam
peningkatan kualitas, proses dan kinerja politik dalam menghormati,
melindungi dan memenuhi hak-hak dasar rakyat; pemantapan ketertiban
yang menciptakan rasa aman bagi rakyat; penegakan hukum secara adil
dan tanpa diskriminasi, serta peningkatan kapasitas dan integritas aparat
dalam memberikan layanan kepada rakyat. Tantangan yang tidak kalah
pentingnya adalah peningkatan dan perluasan jangkauan sarana dan
prasarana yang menghubungkan rakyat di pelosok daerah ke pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi dan pemerintahan; pengembangan wilayah dan
penataan ruang secara cermat, disiplin, dan terpadu dengan
memperhatikan tata guna lahan, zonasi, serta pengelolaan sumberdaya
alam dan lingkungan hidup yang menjamin pembangunan berkelanjutan.
Rekayasa, pengembangan dan penyebaran teknologi dalam bidang
produksi, informasi, dan komunikasi yang sesuai dengan perkembangan
jaman juga menjadi tantangan wilayah Sulawesi. Oleh sebab itu,
pengembangan pengetahuan dan teknologi sebagai basis penguatan daya
saing wilayah Sulawesi menjadi kian penting dan mendesak.

Salah satu isu yang dihadapi dalam bidang penanggulangan bencana


adalah kinerja yang masih belum optimal. Secara umum dapat dikatakan
bahwa pemerintah, masyarakat dan para pemangku kepentingan terkait
di Indonesia belum siap dalam menghadapi bencana sehingga
mengakibatkan tingginya jumlah korban jiwa maupun kerugian material
yang ditimbulkan oleh bencana. Kinerja yang belum optimal seperti
belum terpadu dan menyeluruhnya koordinasi dan kerjasama dalam
menghadapi situasi tanggap darurat masih terlihat. Tanggap darurat
bencana seringkali berlangsung dengan agak tidak teratur, terutama
dalam hal pengerahan tenaga pencarian dan penyelamatan serta dalam
koordinasi pengumpulan dan penyaluran bantuan bagi para korban.

IV - 82
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

Upaya pemulihan pasca bencana juga belum maksimal. Data tentang


jumlah korban meninggal dan mereka yang luka-luka serta jumlah
rumah yang hancur total, rusak berat dan rusak ringan kerap kali ada
beberapa versi yang saling berbeda satu sama lain. Perbedaan data dalam
hal jumlah korban terluka dan jenis luka yang dialami korban akan
mempersulit alokasi tenaga medis dan perlengkapan medis, termasuk
obat-obatan, yang dibutuhkan untuk upaya pemulihan kesehatan warga
yang menjadi korban. Begitu pula dengan perbedaan data dalam hal
rumah, fasilitas dan infrastruktur publik yang rusak akan menghambat
penghitungan kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi yang selanjutnya
akan memperlambat pemulihan seluruh aspek kehidupan masyarakat
secara menyeluruh.

Isu lain yang juga perlu mendapat perhatian adalah orientasi


kelembagaan penanggulangan bencana di Indonesia yang pada umumnya
masih lebih terarah pada penanganan kedaruratan dan belum pada
aspek pencegahan serta pengurangan risiko bencana. Tampaknya
pemahaman dan kesadaran bahwa risiko bencana dapat dikurangi
melalui intervensi-intervensi pembangunan masih minim. Undang
undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
memang telah mengubah paradigma penanggulangan bencana dari
responsif (terpusat pada tanggap darurat dan pemulihan) ke preventif
(pengurangan risiko dan kesiapsiagaan), tetapi dalam pelaksanaannya
masih sedikit program-program pengurangan risiko bencana yang
terencana dan terprogram. Risiko bencana dapat dikurangi melalui
program-program pembangunan yang berperspektif pengurangan risiko
serta penataan ruang yang berdasarkan pemetaan dan pengkajian risiko
bencana. Hal lain yang tampak mencolok dari berbagai kejadian bencana
adalah masih dominannya peranan pemerintah dan pihak-pihak dari luar
komunitas dalam situasi darurat bencana. Dalam banyak kejadian
bencana terakhir di Indonesia belum terlihat adanya kiprah yang
signifikan dari tim-tim siaga bencana komunitas. Pemberitaan media

IV - 83
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

biasanya didominasi oleh kisah tim-tim reaksi cepat dari berbagai


instansi pemerintah, termasuk yang paling dominan biasanya dari
angkatan bersenjata, dan pihak swasta. Mengingat Indonesia terdiri dari
ribuan pulau yang tidak semuanya mudah dijangkau, penting untuk
mengembangkan tim-tim siaga bencana di tingkat masyarakat, karena
masyarakatlah yang pertama-tama berhadapan dengan bencana dan
dampak-dampak negatifnya. Jumlah korban dan kerugian yang
diakibatkan oleh bencana akan dapat dikurangi secara signifikan dengan
adanya masyarakat dan Pemerintah Daerah yang tangguh dan siaga
bencana. Ketangguhan dan kesiapsiagaan ini dapat dicapai melalui gladi-
gladi dan simulasi bencana di tingkat komunitas yang dilaksanakan
secara rutin dan teratur. Isu lain yang masih dihadapi adalah kurangnya
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengurangi risiko
bencana, termasuk pemanfaatan sistem-sistem peringatan dini yang
berbasis teknologi. Banyak daerah yang menghadapi ancaman alam
seperti gempabumi, tsunami dan letusan gunungapi, yang berpotensi
menimbulkan banyak korban jiwa, belum memiliki data dan informasi
terinci tentang ancaman yang mereka hadapi berikut tingkat
intensitasnya yang disusun berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi
terkini. Informasi semacam ini sangat dibutuhkan terutama di daerah-
daerah dengan tingkat kerawanan tinggi, untuk menyusun upaya-upaya
pengurangan risiko yang berdasarkan ilmu pengetahuan. Diperlukan
adanya upaya melibatkan perguruan tinggi untuk mengembangkan
penelitian-penelitian, ilmu dan teknologi kebencanaan. Isu yang tidak
kalah pentingnya adalah belum adanya perencanaan penanggulangan
bencana yang komprehensif. Setiap terjadi bencana, siapa berbuat apa
belum jelas, masih sangat abu-abu. Semua ingin membantu, tetapi
kadang kala tidak tahu apa yang dilakukan. Apalagi pada saat sebelum
terjadi bencana, apa yang harus dilakukan kadang masih bingung. Pada
beberapa kegiatan malah dilakukan oleh beberapa instansi, sehingga
terjadi tumpang tindih produk yang berbeda satu dengan yang lain yang
malah membingungkan pengguna (pemerintah daerah). Hal seperti ini

IV - 84
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

perlu dibuat suatu rencana penanggulangan bencana yang melibatkan


berbagai pelaku penanggulangan bencana.

d. Sumberdaya Air dan Irigasi

Indonesia memiliki enam persen dari persediaan air dunia atau


sekitar 21 persen dari persediaan air Asia Pasifik terutama yang
bersumber dari danau, waduk dan sungai. Berikut kondisi sumberdaya
air dan irigasi di Wilayah Pulau Sulawesi.

Sesuai dengan daur hidrologis, air hujan sebagian akan mengisi


danau dan situ baik secara langsung atau tidak langsung seperti melalui
mata air dan aliran sungai. Indonesia diperkirakan memiliki lebih dari
500 danau yang tersebar dari dataran rendah hingga puncak gunung.
Dari sekian banyak danau tersebut, terdapat tiga danau utama di
Sulawesi yaitu Danau Tondano di Sulawesi Utara dengan luas 4638
hektar, Danau Limboto di Gorontalo dengan luas sekitar 3500 hektar dan
Danau Tempe, Towuti dan Matana di Sulawesi Selatan dengan luas
masing-masing 10200, 50000 dan 14600 hektar serta Danau Poso dan
Lindu di Sulawesi Tengah. Masing-masing 32300 dan 3150 hektar.
Danau tersebut selain berfungsi sebagai pengatur keseimbangan tata air
juga berfungsi sebagai sumber air irigasi pesawahan.

Sebagian air hujan juga akan masuk ke cekungan air tanah yang
potensinya tinggi yang kemudian dikembangkan sebagai waduk
penampung air. Waduk yang utama di wilayah Pulau Sulawesi adalah
waduk Bili-Bili di Sulawesi Selatan. Hasil pemantauan volume beberapa
waduk utama di Indonesia, menunjukkan bahwa volume air permukaan
waduk pada musim kemarau. Persentase penurunan volume waduk
selama musim kemarau mengindikasikan adanya kerusakan fungsi
resapan air di bagian hulu. Untuk waduk Bili-Bili, volume air terendah
pada bulan September sampai dengan November yaitu sekitar 30 -60 juta
m3 dan volume tertinggi pada bulan Februari sampai dengan Mei, yaitu
sekitar 260 – 310 juta m3. Air hujan juga akan mengalir ke sungai-sungai

IV - 85
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

besar dan kecil yang tersebar di seluruh wilayah Pulau Sulawesi. Jumlah
sungai di wilayah Pulau Sulawesi sangat banyak, namun hanya terdapat
10 sungai yang luas daerah pengalirannya lebih dari 1000 km2.

4.2.4. Isu Strategis Provinsi Sulawesi Tengah

Pada sub bab 4.2.4 isu strategis Sulteng meliputi isu kemiskinan,
Ketahanan Pangan dan Pengelolaan Sumberdaya Agribisnis, Pengelolaan
Sumberdaya Maritim Yang Optimal, Lingkungan dan Mitigasi Bencana:

a. Kemiskinan

Berdasarkan data BPS (2018), pada bulan Maret 2018, jumlah


penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di
bawah Garis Kemiskinan) di Sulawesi Tengah mencapai 420,21 ribu
orang (14,01 persen), berkurang sebesar 3,06 ribu orang dibandingkan
dengan kondisi September 2017 yang sebesar 423,27 ribu orang (14,22
persen). Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada
September 2017 sebesar 10,39 persen turun menjadi 10,15 persen pada
Maret 2018. Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan
pada September 2017 sebesar 15,59 persen turun menjadi 15,51 persen
pada Maret 2018. Selama periode September 2017– Maret 2018, jumlah
penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 3,47 ribu orang
(dari 81,56 ribu orang pada September 2017 menjadi 85,03 ribu orang
pada Maret 2018), sementara di daerah perdesaan turun sebanyak 6,54
ribu orang (dari 341,72 ribu orang pada September 2017 menjadi 335,18
ribu orang pada Maret 2018).

Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih


besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan,
sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan
Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada Maret 2018 tercatat sebesar
75,69 persen. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi September
2017 yaitu sebesar 76,16 persen. Jenis komoditi makanan yang

IV - 86
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan maupun


di perdesaan, adalah beras, rokok kretek filter, tongkol/tuna/cakalang,
kue basah, gula pasir, telur ayam ras, cabe rawit, mie instan, dan bawang
merah. Sedangkan, untuk komoditi bukan makanan yang besar
pengaruhnya adalah biaya perumahan, listrik, bensin, pendidikan, dan
perlengkapan mandi.

Upaya pengentasan kemiskinan yang dijalankan di Sulawesi Tengah


diharapkan dapat ditingkatkan terutama pada daerah pedesaan. Tingkat
kemiskinan diharapkan dapat menurun seiring dengan adanya
peningkatan alokasi Anggaran Dana Desa (ADD) untuk Sulawesi Tengah
pada 2016 yang meningkat Rp610 miliar sehingga total ADD 2016
mencapai Rp 1,12 triliun. Alokasi ADD juga diharapkan mendorong
proses pembangunan Indonesia dari daerah pinggiran dengan
memperkuat ekonomi di daerah pedesaan. Dalam menanggulangi tingkat
kemiskinan di Provinsi Sulawesi Tengah, pemerintah daerah juga pernah
melakukan Program Terpadu Pengentasan Kemiskinan berbasis Bedah
Kampung (PTPK-BBK) dan melaksanakan program nasional dalam bentuk
Bantuan Langsung Tunai (BLT), serta PKH dan Rastra yang berlangsung
hingga kini. Kebijakan tersebut tidak meningkatkan pembangunan fisik,
tetapi juga untuk meningkatkan pemberdayaan dan kualitas sumberdaya
manusia. Bentuk lain program penanggulangan kemiskinan di provinsi
ini adalah program beras untuk warga sejahtera (wastra) yang
realisasinya mencapai 100 persen. Namun demikian, program-program
yang diberikan tersebut tidak serta merta mampu mengurangi warga
miskin secara signifikan, malah kecenderungan konstan. Jika dianalisis
lokasi tempat tinggal masyarakat pada September 2015, jumlah
penduduk miskin masyarakat di perkotaan Sulawesi Tengah mengalami
peningkatan dari bulan sebelumnya yakni 10,93 persen menjadi 11,06
persen, sementara jumlah penduduk di pedesaan mengalami penurunan.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka diperlukan sebuah kajian yang

IV - 87
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

mengevaluasi efektifitas program penanggulangan kemiskinan di provinsi


ini.

b. Ketahanan Pangan dan Pengelolaan Sumberdaya Agribisnis

Permasalahan pemanfaatan sumber daya alam hingga saat ini tidak


memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup yang mengakibatkan
daya dukung lingkungan menurun dan ketersediaan sumber daya alam
semakin menipis. Penurunan kualitas sumber daya alam ditunjukkan
dengan tingkat eksploitasi hutan yang semakin marak akibat terjadinya
pembalakan liar, penambangan liar, rusaknya wilayah laut akibat
penangkapan ikan secara ilegal serta meluasnya alih fungsi lahan
pertanian dan tambak untuk kegiatan perumahan dan ekonomi lainnya.

Permasalahan yang dihadapi dalam pemanfaatan sumber daya alam


untuk mendukung pembangunan ekonomi adalah masih belum
optimalnya pemanfaatan sumberdaya alam untuk pembangunan. Hal ini
ditandai dengan tingginya tingkat eksploitasi sumber daya hutan dan
energi untuk pembangunan serta masih rendahnya pemanfaatan sumber
daya perikanan dibanding potensinya.

c. Pengelolaan Sumberdaya Maritim Yang Optimal

Sulawesi Tengah merupakan wilayah di Indonesia yang memiliki


potensi penangkapan cukup besar karena menjadi satu-satunya provinsi
yang memiliki tiga wilayah pengelolana perikanan (WPP) yakni Selat
Makassar, Teluk Tomini dan Teluk Tolo. Selain itu, investasi pemerintah
di sektor kelautan perikanan dalam 10 tahun terakhir cukup signifikan
mencapai Rp200 miliar untuk pembangunan pelabuhan dan sarana,
prasarana serta fasilitas untuk nelayan, belum termasuk pembangunan
kapal-kapal penangkap ikan bertonase 30 GT. Namun demikian, para
nelayan yang menangkap ikan di laut Sulteng cenderung menjual hasil
tangkapannya ke luar daerah, sehingga seolah-olah laut Sulteng ini tidak
menghasilkan ikan? Salah satu sebabnya adalah harga ikan di daerah

IV - 88
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

lain lebih menarik dibanding di Sulteng. Selain itu, sarana pendaratan


ikan di Sulteng seperti dermaga yang menyediakan es balok, ruang
pendingin dan pembekuan ikan masih sangat terbatas, apalagi di WPP
Teluk Tolo. Gubernur Sulteng pernah mengeluarkan himbauan kepada
nelayan agar membawa ikan hasil tangkapannya ke Sulteng karena hal
itu penting untuk perekonomian daerah karena akan menjaga stabilitas
harga ikan. Pihak Dinas KP Sulteng sendiri akan membuat membuat
kebijakan tidak akan menerbitkan surat izin melaut kepada kapal-kapal
penangkap ikan bila tidak berkomitmen membawa hasil tangkapannya ke
daratan Sulawesi Tengah. Para nelayan Donggala misalnya, kebanyakan
membawa hasil tangkapannya ke Kalimantan Timur karena harga ikan di
sana lebih tinggi. Hal ini menyebabkan stok ikan di pasaran Kota Palu
sering langka sehingga memicu terjadinya inflasi.

d. Lingkungan dan Mitigasi Bencana

Topografi Sulawesi Tengah didominasi oleh topografi perbukitan dan


pegunungan, dengan elevasi tertinggi sekitar 2.850 m di atas permukaan
laut. Persentase ketinggian terbesar adalah pada ketinggian 101 – 1000
m, yaitu sebesar 53,9 persen. Wilayah dataran pada kisaran 0 – 100 m
hanya pada kisaran 20,2 persen. Nilai-nilai di atas menyiratkan bahwa
pembangunan dan pengembangan wilayah akan berhadapan kondisi
alam yang dominan perbukitan dan pegunungan. Hal tersebut pula
merupakan indikasi bahwa potensi bencana alam berupa longsoran tanah
sangat mungkin terjadi sebagai hasil interaksi pembangunan dengan
perubahan keseimbangan bentang alam.

Hampir sebagian besar tanah di daerah tropis bersifat mudah


longsor karena tingkat pelapukan batuan di daerah ini sangat tinggi dan
komposisi tanah secara fisik didominasi oleh material lepas dan berlapis
serta potensial longsor. Kestabilan tanah ini sangat dipengaruhi oleh
kerusakan hutan penyangga yang ada di Indonesia. Karena banyaknya
penebangan di hutan penyangga, wilayah rawan bencana longsor di

IV - 89
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Indonesia semakin bertambah. Kondisi ini akan dipercepat oleh


perubahan tata guna lahan yang di dalamnya termasuk hilangnya
perkuatan lereng akibat terganggunya media perakaran serta
kecenderungan perubahan infiltrasi air tanah menjadi aliran air
permukaan.

Ekstensifikasi wilayah hunian, pembukaan kawasan perkebunan


dan diterbitkannya izin eksploitasi kawasan untuk pertambangan tanpa
memperhitungkan secara cermat aspek lingkungan fisik semuanya
merupakan agen pencetus bahaya longsoran. Anomali curah hujan yang
di luar perkiraan disertai struktur batuan dan tanah yang rapuh serta
bentuk topografi yang relatif datar akan menjadi pencetus utama bencana
alam dahsyat seperti yang terjadi di wilayah Bungku Utara Tahun 2007.
Salah satu hasil pembangunan yang kerap terancam akibat faktor
topografi dan kelongsoran ini adalah prasarana transportasi jalan raya.
Sebagai contoh adalah ruas jalan Tawaeli-Kebun kopi. Ruas jalan ini
sudah untuk kesekian kalinya direhabilitasi ataupun dengan pembuatan
trase baru tambahan. Dana puluhan milyar sudah digelontorkan untuk
perbaikan ruas jalan ini namun hingga kini pun problem yang sama tetap
berulang. Lalu, di mana letak kekeliruannya? Jawaban untuk ini
sebenarnya sangat sederhana : perlakukanlah alam secara bijak. Artinya
bahwa kestabilan lahan memiliki batas yang jika terlampaui, maka akan
mencari keseimbangan baru, dengan cara alamiah merobah geometrinya
mencapai keadaan seimbang. Hal inilah yang berulang terjadi di kawasan
Kebun Kopi. Pertanyaan berikut adalah mengapa keseimbangannya
terlampaui? Jawaban ini inipun dapat ditelusuri dengan cara mengamati
penggunaan lahan di dan di kawasan hulu lereng. Metode penggalian pun
perlu dicermati. Sepatutnya kegiatan penggalian ini dilakukan dengan
diawali survey lengkap dampak akibat penggunaan lahan sekitarnya. Jika
tidak, maka perulangan akan terjadi dan sekian milyar anggaran barupun
harus digelontorkan. Fenomena di atas tidak saja berlaku untuk kawasan
Kebun Kopi namun juga beberapa kawasan lain di Sulawesi Tengah

IV - 90
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

seperti ruas Salua-Kulawi, Tambu-Kasimbar, Mepanga-Basi, Tentena-


Gintu, Podi-Ampana dan beberapa ruas kritis lainnya di Sulawesi Tengah.
Rekayasa sipil tentu saja dapat diterapkan pada kasus-kasus di atas
dengan diawali faktor penyebab sehingga alternatif desain dapat dibuat
dengan mengakomodir faktor-faktor lain.

Sebagai langkah awal dalam upaya penanggulangan bencana adalah


identifikasi karakteristik bencana. Karakteristik bencana ini perlu
dipahami oleh aparatur pemerintah dan masyarakat terutama yang
tinggal di wilayah yang rawan bencana. Upaya mengenal karakteristik
bencana yang sering terjadi di Indonesia merupakan suatu upaya
mitigasi, sehingga diharapkan dampak dari bencana dapat dikurangi.
Salah satu penyebab timbulnya bencana di Indonesia adalah kurangnya
pemahaman terhadap karakteristik ancaman bencana. Sering kali seolah-
olah bencana terjadi secara tiba-tiba sehingga masyarakat kurang siap
menghadapinya, akibatnya timbul banyak kerugian bahkan korban jiwa.
Padahal sebagian besar bencana dapat diprediksi waktu kejadiannya
dengan tingkat ketepatan peramalan sangat tergantung dari ketersediaan
dan kesiapan alat serta sumber daya manusia. Pada dasarnya mitigasi
(mitigation) merupakan upaya yang dilakukan untuk menekan timbulnya
dampak bencana, baik secara fisik struktural maupun melalui
pembuatan bangunan-bangunan fisik, maupun non fisik-struktural
melalui perundang-undangan.

Perencanaan pembangunan secara integral sepatutnya sudah


mengintegrasikan aspek lingkungan termasuk di dalamnya aspek
kerawanan terhadap bencana alam. Hal ini dimaksudkan agar kiranya
hasil pembangunan tidak bersifat merusak atau menyebabkan degradasi
lingkungan lainnya. Untuk tercapainya maksud ini menjadi kebutuhan
penting tersedianya database berupa peta-peta yang menunjukan zonasi
kestabilan lereng ataupun peta-peta sejenisnya yang pada intinya akan
menjadi dasar perencanaan pembangunan. Pengurangan risiko bencana
atas dasar landasan internasional maupun nasional di atas seharusnya

IV - 91
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

menginstruksikan bagi badan perencanaan, instansi ataupun lembaga


terkait lainnya untuk menyiapkan peta rawan bencana atau sejenisnya
yang juga harus sudah mutahir tidak terlalu ekstrim perbedaan antara
sumber satu dengan yang lainnya. Kemutahiran menjadi sangat penting
mengingat pengalaman selama ini menunjukkan bahwa data yang ada
tidak sinkron dengan kondisi nyata lapangan. Karenanya, pengganggaran
setiap tahun harus dialokasikan khusus untuk penyiapan database yang
valid.

Provinsi Sulawesi Tengah sangat berpotensi dalam keterdapatan


bahan galian baik bahan galian golongan A, B maun C. Namun
konstribusi terhadap pendapatan daerah masih minim sehingga hal ini
menjadikan tantangan tersendiri yang membutuhkan perhatian tidak saja
bagi pemerintah, tetapi juga oleh kalangan akademisi. Dalam hal
pengurangan risiko bencana, memperhatikan Landasan Global, Landasan
Regional dan Landasan Nasional dalam Pengurangan Risiko Bencana
dalam kerangka pembangunan nasional, sepatutnya hal ini memberikan
pijakan sekaligus tantangan bagi Universitas Tadulako khususnya
Fakultas Teknik dalam mengimplementasikan strategi-strategi yang telah
digariskan, di antaranya dengan melibatkan tenaga ahli dalam kegiatan-
kegiatan pembangunan fisik terutama yang rentan terhadap bencana
alam, berperan dalam penentuan kebijakan pengembangan perencanaan
wilayah, memberikan masukan dan solusi terhadap penganggulangan
permasalahan bencana alam, bekerjasama dengan instansi terkait dalam
melakukan pemetaan dan update wilayah rawan bencana dan
memberikan penyuluhan terstruktur baik secara institusional maupun
bekerjasama dengan instansi terkait.

4.2.5. Isu Strategis Kabupaten Donggala

Pada sub bab 4.2.5 isu strategis Kabupaten Donggala dijelaskan isu
strategis tentang kenaikan angka kemiskinan, Pertanian dan Ketahanan
Pangan, Revitalisasi Pertanian, kehutanan, Perikanan dan Kelautan, Iklim

IV - 92
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

Investasi dan Iklim Usaha belum mendukung, Lingkungan dan Bencana


Alam, Pengurangan Risiko Bencana, Reformasi Birokrasi,

a. Kenaikan Angka Kemiskinan

Selama periode 2013-2018, penduduk miskin di Kabupaten


Donggala meningkat dari 49,6 ribu menjadi 54,44 ribu jiwa sebelum
menurun menjadi 54,28 ribu di Tahun 2018. Persentase kemiskinan juga
mengalami kenaikan dari 17,18 persen menjadi 18,17 persen sebelum
menurun menjadi 18,03 persen di Tahun 2018. Pada sisi lain, Indeks
Kedalaman Kemiskinan (P1) mengalami penurunan dari 3,26 poin
menjadi 3,17 poin yang berarti kecepatan penduduk miskin Kabupaten
Donggala naik status di atas garis kemiskinan 1,03 kali lipat ketimbang
kecepatan penduduk miskin terjerembab ke dasar garis kemiskinan. Lalu
menurun menjadi 3,04 poin di Tahun 2018. Sebaliknya, Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan bahwa kesenjangan antara
sesama penduduk miskin atau rumah tangga miskin selama periode
tersebut semakin melebar yakni dari 0,98 poin menjadi 1,05 poin. Lalu
tinggal 0,86 poin di Tahun 2018.

a. Pertanian dan Ketahanan Pangan


Beberapa isu strategis bidang pertanian dan ketahanan pangan
Kabupaten Donggala sebagai berikut:

• Peningkatan produksi pertanian dalam rangka penguatan


ketahanan pangan;
• Perluasan lahan pertanian dalam rangka meningkatkan produksi
pertanian;
• Upaya inovasi teknologi dalam rangka peningkatan produktivitas;
• Revitalisasi lahan-lahan terlantar untuk pemanfaatan tanaman
pangan;
• Diversifikasi pangan dalam upaya peningkatan ketahanan pangan;
• Peningkatan nilai tambah produk pertanian tanaman pangan;
• Fluktuasi harga pangan pokok;

IV - 93
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

• Penurunan Produktivitas Tanaman Perkebunan akibat serangan


hama penyakit;
• Sistem pemasaran dan distribusi komoditi pertanian dan
perikanan;
• Kepemilikan lahan pertanian dalam reforma agraria;
• Peningkatan produksi pangan hewani (daging sapi) melalui
pengembangan kawasan peternakan sapi;
• Penyediaan sarana dan prasarana penigkatan hasil tangkapan ikan,
perikanan budidaya dan nilai tambah produk perikanan;
• Penggunaan teknologi informasi dalam pengembangan usaha
pertanian, peternakan dan perikanan;
• Pengembangan badan usaha milik desa dalam kegiatan usaha
pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan;
• Peningkatan akses petani, nelayan dan peternak pada lembaga
permodalan;
• Penggunaan teknologi pertanian, peternakan dan perikanan yang
ramah lingkungan.

c. Revitalisasi Pertanian, kehutanan, Perikanan dan Kelautan

Peningkatan sistem pertanian secara luas yang berbasis keragaman


produksi, pengembangan mutu produktivitas serta pengembangan
pertanian secara luas belum semua dapat terakses pada peningkatan
nilai tambah ekonomi yang mampu meningkatkan kesejateraan
masyarakat petani di Kabupaten Donggala. Di samping itu, masalah
lainnya adalah: 1) Luas pemilikan lahan sempit dan tidak memenuhi
skala ekonomi; 2) Modal terbatas, sehingga pemberdayaan sumberdaya
belum optimal; 3) Rendahnya produktivitas dan mutu hasil komoditi
pertanian, menyebabkan rendahnya daya saing; 4) Kurangnya SDM
terdidik di bidang pertanian dalam pelaksanaan usaha pertanian yang
profesional; 5) Penerapan teknologi tepat guna, spesifik lokasi, effisiensi
dan ramah lingkungan masih belum optimal; 6) Sistem pemasaran dan
distribusi hasil pertanian belum efisien; 7) Penanganan panen ditingkat

IV - 94
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

petani belum dilakukan dengan baik, dan teknologi pengolahan hasil


pertanian belum berkembang merata di setiap desa/kecamatan.

d. Iklim Investasi dan Iklim Usaha belum mendukung.

Sebagian besar pengusaha di Kabupaten Donggala berada pada


kategori usaha kecil, sehingga sulit berkembang karena faktor
keterbatasan di bidang permodalan, kemampuan manajerial usaha,
kurangnya wawasan usaha dan terbatasnya akses terhadap sumberdaya
produktif seperti teknologi, pasar dan informasi. Masih belum optimalnya
infrastruktur yang mendukung sehingga jumlah investor yang
berinvestasi di Kabupaten Donggala masih kurang.

e. Lingkungan dan Bencana Alam

Permasalahan yang dihadapi dalam pemanfaatan sumber daya alam


untuk mendukung pembangunan ekonomi adalah masih belum
optimalnya pemanfaatan sumberdaya alam untuk pembangunan. Hal ini
ditandai dengan tingginya tingkat eksploitasi sumber daya hutan dan
energi untuk pembangunan, masih rendahnya pemanfaatan sumber daya
perikanan dibanding potensinya

Dilansir dari laman InaRISK milik BNPB, Kota Palu, Kabupaten


Donggala dan Kabupaten Sigi termasuk ke dalam wilayah yang paling
rawan terkena dampak gempa. Bahkan, bila gempa bumi terjadi dapat
dipastikan 100 persen dari total penduduk di ketiga wilayah tersebut
akan merasakan dampaknya. Tak hanya itu, penduduk di ketiga wilayah
ini juga diketahui sangat rentan terhadap bencana kekeringan. Namun,
Yashinta menyayangkan, tingkat pemahaman penduduk atas bahaya
bencana masih rendah. Tingkat kerentanan terhadap bencana di
Kabupaten Donggala dengan jumlah penduduk 299.174 jiwa) adalah:

i. Banjir: 30 persen (jiwa terpapar) : 70 persen (jiwa tidak terpapar);


ii. Kekeringan: 100 persen (jiwa terpapar) Tsunami: 8 persen (jiwa
terpapar) : 92 persen (jiwa tidak terpapar);

IV - 95
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

iii. Gempa bumi: 99 persen (jiwa terpapar) : 1 persen (jiwa tidak


terpapar);
iv. Tanah longsor: 13 persen (jiwa terpapar) : 87 persen (jiwa tidak
terpapar) Banjir bandang: 100 persen (jiwa tidak terpapar);
v. Tingkat kapasitas daerah rendah.

Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah termasuk


dalam wilayah dengan potensi bencana gempa bumi kategori tinggi.
Potensi intensitas guncangan gempa mencapai lebih dari 8 MMI pada peta
rawan bencana gempa bumi (Palu dan Donggala) termasuk dalam zona
merah). Gempa bumi berkekuatan 7,4 magnitudo yang mengguncang
Palu dan Donggala dipicu oleh aktifitas patahan Palu-Koro. Patahan ini
memanjang dari sebelah barat Donggala sampai Teluk Palu. Patahannya
memang panjang tidak hanya di Palu ke utara saja, tetapi ke selatan juga
Patahan Palu-Koro itu juga memang patahan aktif. Mengenai potensi
kembalinya gempa besar seperti di Lombok, diharapkan itu tidak terjadi
sehingga tidak membuat masyarakat khawatir. Meskipun demikian,
pemerintah mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan mengikuti
arahan dari pihak-pihak terkait. "Kita hidup di Indonesia sadar pada
posisi tektonik sering ada 3 lempeng aktif dunia”.

Sebagai langkah awal dalam upaya penanggulangan bencana adalah


identifikasi karakteristik bencana. Karakteristik bencana ini perlu
dipahami oleh aparatur pemerintah dan masyarakat terutama yang
tinggal di wilayah yang rawan bencana. Upaya mengenal karakteristik
bencana yang sering terjadi di Indonesia merupakan suatu upaya
mitigasi, sehingga diharapkan dampak dari bencana dapat dikurangi.
Salah satu penyebab timbulnya bencana di Indonesia adalah kurangnya
pemahaman terhadap karakteristik ancaman bencana. Sering kali seolah-
olah bencana terjadi secara tiba-tiba sehingga masyarakat kurang siap
menghadapinya, akibatnya timbul banyak kerugian bahkan korban jiwa.
Padahal sebagian besar bencana dapat diprediksi waktu kejadiannya

IV - 96
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

dengan tingkat ketepatan peramalan sangat tergantung dari ketersediaan


dan kesiapan alat serta sumber daya manusia.

Pada dasarnya mitigasi (mitigation) merupakan upaya yang


dilakukan untuk menekan timbulnya dampak bencana, baik secara fisik
struktural maupun melalui pembuatan bangunan-bangunan fisik,
maupun non Sebagai langkah awal dalam upaya penanggulangan
bencana adalah identifikasi karakteristik bencana. Karakteristik bencana
ini perlu dipahami oleh aparatur pemerintah dan masyarakat terutama
yang tinggal di wilayah yang rawan bencana. Upaya mengenal
karakteristik bencana yang sering terjadi di Indonesia merupakan suatu
upaya mitigasi, sehingga diharapkan dampak dari bencana dapat
dikurangi. Salah satu penyebab timbulnya bencana di Indonesia adalah
kurangnya pemahaman terhadap karakteristik ancaman bencana. Sering
kali seolah-olah bencana terjadi secara tiba-tiba sehingga masyarakat
kurang siap menghadapinya, akibatnya timbul banyak kerugian bahkan
korban jiwa. Padahal sebagian besar bencana dapat diprediksi waktu
kejadiannya dengan tingkat ketepatan peramalan sangat tergantung dari
ketersediaan dan kesiapan alat serta sumber daya manusia.

f. Reorientasi Paradigma Pengelolaan Bencana

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008


Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana menyebutkan bahwa
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Selanjutnya
penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya
yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko
timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan
rehabilitasi. Dalam penyelenggaraannya dikenal dengan rencana aksi

IV - 97
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

nasional pengurangan risiko bencana yang disusun secara menyeluruh


dan terpadu dalam suatu forum yang meliputi unsur dari Pemerintah,
non pemerintah, masyarakat, dan lembaga usaha yang dikoordinasikan
oleh BNPB.

Dalam paradigma pengelolaan bencana, Rahmawati Husein (2014)


dalam tulisannya berjudul Bencana Di Indonesia Dan Pergeseran
Paradigma Penanggulangan Bencana: Catatan Ringkasan menyatakan
bahwa selama ini masih banyak masyarakat yang melihat bencana alam
sebagai sesuatu yang datang di luar kemampuan manusia atau suatu
peristiwa yang begitu saja terjadi tanpa pemberitahuan sehingga
kecenderungannya adalah menunggu kejadian tersebut dialami atau
menimpa diri mereka. Hal ini dipengaruhi oleh pandangan konvensional
yang menganggap bencana merupakan sifat alam dan terjadinya
bencana adalah karena kecelakaan. Bencana alam juga tidak dapat
diprediksi, tidak menentu, dan suatu peristiwa atau kejadian yang tidak
terelakkan atau terhindarkan serta tidak terkendali (Triutomo, 2007). Di
samping itu adanya keyakinan bahwa bencana adalah “kehendak Tuhan”
(the Acts of God) di mana kejadian bencana alam itu di luar kemampuan
manusia ataupun kehendak Tuhan (Lindell et al., 2006), sebagai bentuk
peringatan, cobaan bahkan kutukan, sehingga manusia tidak berhak dan
tidak dapat mempersiapkan diri menghadapi bencana. Berdasarkan pada
pandangan ini, masyarakat terdampak dipandang sebagai “korban” dan
penerima bantuan dari pihak luar atau harus segera mendapat
pertolongan, sehingga fokus dari penanggulangan bencana lebih pada
bantuan (relief) dan kedaruratan (emergency). Oleh karena itu, pada
umumnya tindakan yang dilakukan adalah upaya reaktif yang sifatnya
kedaruratan, yang menekankan pada penanganan dan pemberian
bantuan bukan penanggulangan. Bentuk penanganan biasanya berfokus
pada pemenuhan kebutuhan darurat seperti pangan, penampungan
darurat, kesehatan dan mengatasi krisis yang dialami oleh masyarakat.
Sementara tujuan dari penanganan bencananya adalah untuk menekan

IV - 98
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

tingkat kerugian, kerusakan dan cepat memulihkan keadaan (Bakornas


BP, 2007; Pujiono, 2007).

Di dunia termasuk di Indonesia hampir mayoritas sumber daya


manusia, dana, maupun program-program penanggulangan bencana
diarahkan pada saat tanggap darurat. Dicontohkan sebuah organisasi
keagamaan, 80 persen kegiatan penanggulangan bencana maupun
sumber daya dan sumber dana masih diperuntukkan untuk kegiatan
kedaruratan seperti pemberian bantuan kebutuhan dasar bagi
masyarakat yang terdampak bencana alam di seluruh Indonesia, serta
pendampingan sosial, bantuan medis dan pemulihan kehidupan dan
penghidupan. Dari pandangan konvensional paradigma penanggulangan
bencana berkembang ke pandangan yang lebih progressif yang melihat
bahwa bencana sebagai bagian dari pembangunan dan bencana adalah
masalah yang tidak berhenti. Oleh karena itu, penanggulangan bencana
tidak dapat dilepaskan dari masalah pembangungan sehingga upaya yang
dilakukan adalah mengintegrasikan program pembangunan dengan
penanggulangan bencana. Pandangan yang lebih progresif yang
berkembang juga dipengaruhi ilmu pengetahuan alam dan sosial.
Berkembangnya pengetahuan mendorong timbulnya pandangan bahwa
bencana adalah merupakan proses geofisik, geologi dan hidrometeorologi
yang dapat mempengaruhi lingkungan fisik dan membahayakan
kehidupan manusia. Berdasarkan pandangan ini paradigma yang
berkembang adalah mitigasi di mana fokus penanggulangan bencana
diarahkan pada kesiapan masyarakat dalam menghadapi bahaya dan
meningkatkan kekuatan fisik struktur bangunan untuk memperkecil
kerusakan yang terjadi akibat adanya kejadian alam. Paradigma ini
memandang bahwa upaya penanggulangan bencana lebih diarahkan
kepada identifikasi daerah rawan bencana, mengenali pola yang
menimbulkan kerawanan serta melakukan kegiatan mitigasi yang bersifat
struktural seperti membangun konstruksi (rumah, bangunan, dam,
tanggul dan lain-lain) maupun non struktural seperti penataan ruang

IV - 99
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

termasuk tata guna lahan, standar bangunan dan lain-lain (Bakornas PB,
2007; Godschalk et al, 1999). Sementara itu, pandangan holistik melihat
bahwa kejadian alam dapat menjadi ancaman bencana jika bertemu
dengan kerentanan serta ketidakmampuan masyarakat menghadapi
risiko. Pandangan ini dikenal dengan paradigma pengurangan risiko.
Pendekatan ini merupakan perpaduan dari sudut pandang teknis dan
ilmiah dengan faktor-faktor sosial, ekonomi dan politik dalam
pengurangan bencana. Oleh karena itu, berdasarkan pandangan ini
upaya penanggulangan bencana ditujukan untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam mengelola dan menekan risiko terjadinya
bencana.

Cara pandang baru terhadap pengelolaan bencana ini juga kemudian


dijadikan kesepakatan international melalui Kerangka Aksi Hygo 2005-
2015 yang diadopsi oleh Konferensi Dunia untuk Pengurangan Bencana
atau yang dikenal dengan World Conference on Disaster Reduction
(WCDR). WCDR ini ditandatangani oleh 168 negara dan badan-badan
multilateral. Lima prioritas yang ditegaskan dalam kerangka tersebut
meliputi:
1. Meletakkan pengurangan resiko bencana sebagai prioritas nasional
maupun daerah yang pelaksanaannya harus didukung oleh
kelembagaan yang kuat;
2. Mengidentifikasikan, mengkaji dan memantau resiko bencana serta
menerapkan system peringatan dini;
3. Memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk
membangun kesadaran keselamatan diri dan ketahanan terhadap
bencana pada semua tingkatan masyarakat;
4. Mengurangi faktor-faktor penyebab resiko bencana;
5. Memperkuat kesiapan menghadapi bencana pada semua tingkatan
masyarakat agar respons yg dilakukan lebih efektif (UNISDR, 2005).

Pada paradigma ini, masyarakat merupakan subyek, obyek sekaligus


sasaran utama upaya pengurangan risiko bencana dengan mengadopsi

IV - 100
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

dan memperhatikan kearifan local (local wisdom) dan pengetahuan


tradisional (tradisional knowledge) yang ada dan berkembang dalam
masyarakat. Perubahan paradigma tersebut membawa perubahan dalam
pengelolaan bencana yaitu:
1. Penanggulangan bencana tidak lagi berfokus pada aspek tanggap
darurat tetapi lebih pada keseluruhan manajemen risiko;
2. Perlindungan masyarakat dari ancaman bencana oleh pemerintah
merupakan wujud pemenuhan hak asasi rakyat dan bukan semata-
mata karena kewajiban pemerintah;
3. Penanggulangan bencan bukan lagi hanya urusan pemerintah tetapi
juga menjadi urusan bersama masyarakat, lembaga usaha, di mana
pemerintah menjadi penanggung jawab utamanya (Bakornas PB,
2007).

Perubahan pandangan dan paradigma tentang bencana dan


pengelolaannya mendorong adanya pendekatan baru melalui manajemen
risiko. Pendekatan ini mengharuskan setiap individu dalam masyarakat
untuk memahami situasi dan memiliki kemampuan untuk
mengidentifikasi ancaman serta kapasitas yang dimiliki untuk menekan
risiko seminimal mungkin. Untuk meningkatkan kemampuan dan
kapasitas masyarakat dalam mengurangi risiko bencana beberapa
langkah dapat dilakukan melalui peningkatan :
1. Kesadaran masyarakat dalam memahami situasi lingkungan dan
ancaman bahaya;
2. Pemahaman tentang kerentanan dan kemampuan untuk mengukur
kapasitas yang dimiliki;
3. Kemampuan untuk menilai risiko yang dihadapi baik oleh individu,
keluarga, dan masyarakat di lingkungannya;
4. Kemampuan untuk merencanakan dan melakukan tindakan untuk
mengurangi risiko yang dimiliki baik melalui peningkatan kapasitas
dan mengurangi kerentanan;

IV - 101
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

5. Kemampuan untuk memantau, mengevaluasi dan menjamin


keberlangsungan upaya pengurangan risiko sehingga dampak
bencana dapat dikurangi atau dicegah.

Pendekatan pengurangan risiko ini merupakan sebuah usaha atau


ikhtiar untuk lebih sensitif dalam memahami lingkungan. Bencana tidak
lagi hanya menjadi pengetahuan, peringatan dan bentuk kepedulian saat
terjadinya saja, akan tetapi pengetahuan akan anacaman bencana dan
kemampuan menghadapi dan mengelola bencana menjadi kegiatan yang
terus menerus dilakukan.

Pelaksanaan pengurangan risiko bencana di Indonesia merupakan


bagian dari upaya pengurangan risiko bencana di tingkat global dan
regional. Beberapa forum internasional telah menghasilkan kesepakatan-
kesepakatan yang melandasi upaya pengurangan risiko bencana di
tingkat nasional. Agar dapat terlaksana dengan efektif dan efisien, upaya
pengurangan risiko bencana di Indonesia perlu didukung dengan
landasan yang kuat dengan mengacu pada kesepakatan-kesepakatan
internasional tersebut dan peraturan perundang-undangan di Indonesia.

Tahapan pengelolaan bencana telah diatur pada Peraturan


Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana yang menyebutkan bahwa
Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi tahap prabencana,
saat tanggap darurat, dan pascabencana. Penyelenggaraan
penanggulangan bencana pada tahap prabencana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah tersebut meliputi: a.
dalam situasi tidak terjadi bencana; dan b. dalam situasi terdapat potensi
terjadinya bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak
terjadi bencana meliputi:

IV - 102
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

1. Perencanaan penanggulangan bencana


Untuk mendukung penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam
situasi tidak terjadi bencana dapat dilakukan melalui penelitian dan
pengembangan di bidang kebencanaan yang merupakan bagian dari
perencanaan pembangunan. Perencanaan penanggulangan bencana
disusun berdasarkan hasil analisis risiko bencana dan upaya
penanggulangan bencana yang dijabarkan dalam program kegiatan
penanggulangan bencana dan rincian anggarannya. Saat ini, terdapat dua
dokumen perencanaan terkait dengan perencanaan penanggulangan
bencana di Kabupaten Donggala yakni Dokumen RPJMD Donggala Tahun
2019-2023 ini dan Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Bencana
Gempa. Selanjutnya dalam perencanaan penanggulangan bencana
tersebut memuat tentang:
a. Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana;
b. Pemahaman tentang kerentanan masyarakat;
c. Analisis kemungkinan dampak bencana;
d. Pilihan tindakan pengurangan risiko bencana;
e. Penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak
bencana; dan
f. Alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia.
Penyusunan rencana penanggulangan bencana dikoordinasikan oleh
BNPB untuk tingkat nasional, BPBD provinsi untuk tingkat provinsi; dan
BPBD kabupaten/kota untuk tingkat kabupaten/kota. Rencana
penanggulangan bencana yang ditetapkan oleh Pemerintah atau
Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya untuk jangka waktu 5
(lima) tahun.
2. Pengurangan risiko bencana
Pengurangan risiko bencana dilakukan melalui kegiatan: a.
pengenalan dan pemantauan risiko bencana; b. perencanaan partisipatif
penanggulangan bencana; c. pengembangan budaya sadar bencana; d.
peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana; dan e.

IV - 103
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan


bencana.
3. Pencegahan
Pencegahan bencana dilakukan dengan cara mengurangi ancaman
bencana dan kerentanan pihak yang terancam bencana yang dilakukan
oleh pemerintah, pemda dan masyarakat melalui kegiatan:
a. Identifikasi dan pengenalan terhadap sumber bahaya atau ancaman
bencana;
b. Pemantauan terhadap: 1) penguasaan dan pengelolaan sumber daya
alam; 2) penggunaan teknologi tinggi.
c. Pengawasan terhadap pelaksanaan tata ruang dan pengelolaan
lingkungan hidup;
d. Penguatan ketahanan sosial masyarakat.
4. Pemaduan dalam perencanaan pembangunan
Pemaduan penanggulangan bencana dalam perencanaan
pembangunan dilakukan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
melalui koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi. Pemaduan
penanggulangan bencana dalam perencanaan pembangunan dilakukan
dengan cara memasukkan unsur-unsur penanggulangan bencana ke
dalam rencana pembangunan nasional dan daerah.
5. Persyaratan analisis risiko bencana
Analisis risiko bencana ditujukan untuk mengetahui dan menilai
tingkat risiko dari suatu kondisi atau kegiatan yang dapat menimbulkan
bencana. Persyaratan analisis risiko bencana digunakan sebagai dasar
dalam penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan, penataan
ruang serta pengambilan tindakan pencegahan dan mitigasi bencana.
Setiap kegiatan pembangunan yang mempunyai risiko tinggi
menimbulkan bencana, wajib dilengkapi dengan analisis risiko bencana.
6. Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang

Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang dilakukan untuk


mengendalikan pemanfaatan ruang sesuai rencana tata ruang wilayah.

IV - 104
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

Pengendalian pemanfaatan ruang mencakup pemberlakuan peraturan


yang berkaitan dengan penataan ruang, standar keselamatan, dan
penerapan sanksi terhadap pelanggarnya. (3) Pemerintah dan Pemerintah
Daerah secara berkala melaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap
perencanaan, pelaksanaan tata ruang, dan pemenuhan standar
keselamatan.

7. Pendidikan dan pelatihan dan Persyaratan standar teknis


penanggulangan bencana
Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran, kepedulian, kemampuan, dan kesiapsiagaan
masyarakat dalam menghadapi bencana. Pendidikan dan pelatihan
diselenggarakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam bentuk
pendidikan formal, nonformal, dan informal yang berupa pelatihan dasar,
lanjutan, teknis, simulasi, dan gladi. Penyelenggaraan penanggulangan
bencana dalam situasi terdapat potensi terjadi bencana meliputi:

1. Kesiapsiagaan

Pelaksanaan kegiatan kesiapsiagaan dilakukan oleh


instansi/lembaga yang berwenang, baik secara teknis maupun
administratif, yang dikoordinasikan oleh BNPB dan/atau BPBD dalam
bentuk:
a. Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan
bencana;
b. Pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini;
c. Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan
dasar;
d. Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang
mekanisme tanggap darurat;
e. Penyiapan lokasi evakuasi;
f. Penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tetap
tanggap darurat bencana; dan

IV - 105
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

g. Penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk


pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.

Kegiatan kesiapsiagaan merupakan tanggung jawab Pemerintah,


Pemerintah Daerah dan dilaksanakan bersama-sama masyarakat dan
lembaga usaha. Rencana penanggulangan kedaruratan bencana dapat
dilengkapi dengan penyusunan rencana kontinjensi. Untuk kesiapsiagaan
dalam penyediaan, penyimpanan serta penyaluran logistik dan peralatan
ke lokasi bencana, BNPB dan BPBD membangun sistem manajemen
logistik dan peralatan. Pembangunan sistem manajemen logistik dan
peralatan dilakukan untuk mengoptimalkan logistik dan peralatan yang
ada pada masing-masing instansi/lembaga dalam jejaring kerja BNPB.

2. Peringatan dini

Peringatan dini dilakukan untuk mengambil tindakan cepat dan


tepat dalam rangka mengurangi risiko terkena bencana serta
mempersiapkan tindakan tanggap darurat. Peringatan dini dilakukan
dengan cara:

a. Mengamati gejala bencana;

b. Menganalisa data hasil pengamatan;

c. Mengambil keputusan berdasarkan hasil analisa;

d. Menyebarluaskan hasil keputusan; dan

e. Mengambil tindakan oleh masyarakat.

Pengamatan gejala bencana dilakukan oleh instansi/lembaga yang


berwenang sesuai dengan jenis ancaman bencananya, dan masyarakat
untuk memperoleh data mengenai gejala bencana yang kemungkinan
akan terjadi, dengan memperhatikan kearifan lokal. Instansi/lembaga
yang berwenang menyampaikan hasil analisis kepada BNPB dan/atau
BPBD sesuai dengan lokasi dan tingkat bencana, sebagai dasar dalam
mengambil keputusan dan menentukan tindakan peringatan dini. Dalam
hal peringatan dini ditentukan, seketika itu pula keputusan

IV - 106
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

disebarluaskan melalui dan wajib dilakukan oleh lembaga pemerintah,


lembaga penyiaran swasta, dan media massa untuk mengerahkan
sumber daya.

3. Mitigasi bencana
Mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi risiko dan dampak
yang diakibatkan oleh bencana terhadap masyarakat yang berada pada
kawasan rawan bencana. Kegiatan mitigasi bencana dilakukan melalui:
a. Perencanaan dan pelaksanaan penataan ruang yang berdasarkan pada
analisis risiko bencana;
b. Pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, dan tata
bangunan; Pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur,
dan tata bangunan, wajib menerapkan aturan standar teknis
bangunan yang ditetapkan oleh instansi/lembaga berwenang.
c. Penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan, baik secara
konvensional maupun modern.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap
darurat meliputi:
a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan,
kerugian, dan sumber daya;
b. Penentuan status keadaan darurat bencana;
c. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
d. Pemenuhan kebutuhan dasar;
e. Perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
f. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap
darurat dikendalikan oleh Kepala BNPB atau kepala BPBD sesuai dengan
kewenangannya. Pengkajian secara cepat dan tepat dilakukan oleh Tim
Kaji Cepat yang ditugaskan oleh BPBD melalui identifikasi terhadap:
a. Cakupan lokasi bencana;
b. Jumlah korban bencana;
c. Kerusakan prasarana dan sarana;

IV - 107
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

d. Gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan; dan


e. Kemampuan sumber daya alam maupun buatan.
Penentuan status keadaan darurat bencana dilaksanakan oleh
Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai dengan tingkatan bencana.
Penentuan status keadaan darurat bencana untuk tingkat nasional
ditetapkan oleh Presiden, tingkat provinsi oleh gubernur, dan tingkat
kabupaten/kota oleh bupati/walikota.
Pada saat status keadaan darurat bencana ditetapkan, BNPB dan
BPBD mempunyai kemudahan akses di bidang:
a. Pengerahan sumber daya manusia;
b. Pengerahan peralatan;
c. Pengerahan logistik; d. imigrasi, cukai, dan karantina;
e. Perizinan;
f. Pengadaan barang/jasa;
g. Pengelolaan dan pertanggungjawaban uang dan/atau barang;
h. Penyelamatan; dan
i. Komando untuk memerintahkan instansi/lembaga.

Terkait dengan penanganan korban gempa di Kota Palu, Donggala


dan Sigi, terdapat enam prioritas fokus penanganan yang dilakukan
selama sebulan setelah gempa. Pertama, melanjutkan evakuasi,
pencarian dan penyelamatan korban. Menurut Kepala Pusat Data,
Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, pihaknya membutuhkan banyak
alat berat untuk proses evakuasi dan pencarian tersebut. Sebab, banyak
korban yang diduga tertimpa reruntuhan bangunan, material longsor,
dan tertimbun lumpur yang masih perlu untuk dievakuasi. Prioritas
kedua, adalah pemakaman jenazah harus segera dilakukan pemakaman
massal lantaran tiga hari pascagempa korban meninggal dunia sudah
mengeluarkan bau. Ketiga, percepatan pemulihan jaringan listrik. Sebab,
saat itu jaringan listrik di Kota Palu belum semua menyala. Bahkan di
Donggala, Sigi, dan Parigi Mountong, kondisi listrik masih padam.

IV - 108
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

Prioritas keempat, adalah percepatan pengadaan bahan bakar minyak


(BBM), terutama genset rumah sakit dan operator seluler. Kelima, adalah
distribusi logistik dan makanan untuk pengungsi baik dari jalur udara,
darat, dan laut Terakhir, yaitu percepatan jaringan komunikasi.

Secara khusus di Kabupaten Donggala, untuk menangani korban


bencana, Pemerintah kabupaten Donggala menetapkan status tanggap
darurat dari tanggal 28 September 2018 sampai dengan tanggal 26
Oktober 2018 (tahap I: 30 September sampai dengan 13 Oktober 2018,
Tahap II: 14 – 27 Oktober 2018). Sampai dengan berakhirnya status
tanggap darurat tanggal 27 Oktober 2018, dalam penanganan tanggap
darurat pemerintah Kabupaten Donggala telah melaksanakan kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
1. Membentuk posko tanggap darurat bencana gempa bumi dan Tsunami
kabupaten Donggala di kantor BPBD kabupaten Donggala kecamatan
Banawa kelurahan Kabonga Kecil;
2. Upaya pencarian, penyelamatan dan evakuasi korban bencana gempa
bumi dan tsunami di seluruh wilayah yang terdampak bencana;
3. Bupati telah meminta tambahan beras ke Bulog sebanyak 100 ton;
4. Membangun tenda Shelter pengungsian sementara;
5. Bupati mengeluarkan SK untuk pembangunan Hunian Sementara
(Huntara) di 38 lokasi;
6. Presiden RI mengunjungi lokasi pengungsian di desa Loli Tasiburi
kecamatan Banawa tanggal 3 Oktober 2018;
7. Kunjungan pertama Wakil Presiden pada tanggal 5 Oktober 2018
bersama Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan,
Menteri Sosial dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
8. Kunjungan kedua Wakil Presiden RI mengunjungi lokasi pengungsian
dan meninjau dampak gempa bumi dan tsunami di desa Wani
kecamatan Tanantovea tanggal 12 Oktober 2018;
9. Memobilisasi sumber daya (yang tercatat).

IV - 109
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap


pascabencana terdiri atas:

a. rehabilitasi
Rehabilitasi pada wilayah pascabencana dilakukan melalui kegiatan:
a. Perbaikan lingkungan daerah bencana;
b. Perbaikan prasarana dan sarana umum;
c. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;
d. Pemulihan sosial psikologis;
e. Pelayanan kesehatan;
f. Rekonsiliasi dan resolusi konflik;
g. Pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya;
h. Pemulihan keamanan dan ketertiban;
i. Pemulihan fungsi pemerintahan; dan
j. Pemulihan fungsi pelayanan publik.

Untuk mempercepat pemulihan kehidupan masyarakat pada wilayah


pascabencana, Pemerintah Daerah menetapkan prioritas dari kegiatan
rehabilitasi. Penetapan prioritas didasarkan pada analisis kerusakan dan
kerugian akibat bencana. Kegiatan rehabilitasi merupakan
tanggungjawab Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah yang terkena
bencana. Dalam menyusun rencana rehabilitasi harus memperhatikan: a.
pengaturan mengenai standar konstruksi bangunan; b. kondisi sosial; c.
adat istiadat; d. budaya; dan e. ekonomi.

b. rekonstruksi.
Rekonstruksi pada wilayah pascabencana dilakukan melalui
kegiatan:
a. Pembangunan kembali prasarana dan sarana;
b. Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat;
c. Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat;
d. Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang
lebih baik dan tahan bencana;

IV - 110
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

e. Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan,


dunia usaha dan masyarakat;
f. Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya;
g. Peningkatan fungsi pelayanan publik; atau
h. Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.
Untuk mempercepat pembangunan kembali semua prasarana dan
sarana serta kelembagaan pada wilayah pascabencana, Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah menetapkan prioritas dari kegiatan
rekonstruksi yang didasarkan pada analisis kerusakan dan kerugian
akibat bencana. Kegiatan rekonstruksi merupakan tanggung jawab
Pemerintah Daerah yang terkena bencana, kecuali prasarana dan sarana
yang merupakan tanggung jawab Pemerintah.
Berdasarkan hasil verifikasi kerugian bencana untuk pemukiman,
komposisi dalam kategori rumah rusak berat, rusak sedang, dan rusak
ringan, sebagai berikut:
• Jumlah Rumah Rusak Berat sebanyak 7.290 unit atau 34,10 persen;
• Jumlah Rumah Rusak Sedang sebesar 6.099 Unit atau 28,53 persen;
• Jumlah Rumah Rusak Ringan sebesar 7.989 unit atau 37,37 persen.
• Sebanyak 21.378 Unit rumah tidak mengalami kerusakan.

Hasil perhitungan penilaian dampak bencana terhadap sector


permukiman/perumahan menimbulkan kerusakan sebesar Rp 1,648
triliun dan kerugian yang ditimbulkan sebesar Rp 278,51 milyar
sedangkan total dampak bencana adalah penjumlahan nilai kerusakan
dengan nilai kerugian menjadi sebesar Rp 1,927 triliun. Hasil
perhitungan dampak bencana pada sektor infrastruktur menghasilkan
nilai kerusakan sebesar Rp 800,37 milyar dan kerugian akibat rusaknya
sarana umum sebesar Rp 134,37 milyar. Total dampak bencana adalah
hasil penjumlahan nilai kerusakan dan kerugian sebesar Rp 934,519
milyar. Nilai kerusakan jalan dan jembatan di Kabupaten Donggala
sebesar Rp 519,56 milyar dan nilai kerugian yang ditimbulkan sebesar Rp
50,00 milyar sehingga total dampak bencana pada subsektor transportasi

IV - 111
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

darat sebesar Rp.569,56 milyar. Perhitungan penilaian kerusakan dan


kerugian pada sektor sosial menghasilkan nilai kerusakan sebesar Rp
441,78 milyar nilai kerugian sebesar Rp 8,68 milyar dengan total dampak
bencana yang ditimbulkan sebesar Rp 451,56 milyar.
Besarnya kebutuhan pendanaan untuk kegiatan rehabilitasi dan
rekonstruksi ditetapkan berdasarkan hasil Penilaian Kerusakan dan
Kerugian (Damages and Losses Assessment) yang dipadukan dengan hasil
Pengkajian Kebutuhan Pemulihan Kemanusiaan (Human Recovery Need
Assesment), yang meliputi sektor: a) Perumahan dan prasarana
permukiman, b) Infrastruktur, c) Sosial, d) Ekonomi, dan Lintas Sektor.
Berdasarkan hasil pengkajian kebutuhan yang dikoordinasikan oleh
BPBD, maka kebutuhan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi adalah
sebesar Rp 6,483 triliun.
Sumber pendanaan rehabilitasi dan rekonstruksi diharapkan berasal
dari APBN dan APBD sesuai dengan kewenangan masing-masing yang
akan dilaksanakan dalam 2 (dua) tahun anggaran dari Tahun 2019 –
2020. Sesuai dengan arahan Presiden dan Wakil Presiden yang
menginstruksikan untuk mensinergikan program/kegiatan yang terdapat
pada Kementerian/Lembaga terkait dengan rencana kegiatan rehabilitasi
dan rekonstruksi pascabencana gempa bumi dan tsunami, maka
pengidentifikasian potensi sumber pendanaan ditempuh dengan cara
pendayagunaan anggaran pemerintah. Dalam kerangka situasi
penanggulangan bencana, diperlukan langkah-langkah percepatan
penyaluran dana sebagai berikut:
1. Percepatan penyelesaian administrasi dokumen anggaran, baik dalam
kerangka penyusunan anggaran maupun revisi anggaran;
2. Percepatan pembayaran melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara (KPPN);
3. Percepatan proses pengesahan anggaran di lembaga legislatif.

Pelaksanaan Anggaran Penanggulangan Bencana pada Tahap Pasca


Bencana yang dapat dilaksanakan dalam 3 bentuk, yaitu:

IV - 112
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

1. Swakelola atau Kontraktual yang dikerjakan oleh OPD terkait dengan


atau tanpa melibatkan BPBD;
2. Pemberian Bantuan Langsung kepada Masyarakat/Kelompok
Masyarakat (BLM);
3. Pemberian Bantuan kepada masyarakat terkena bencana berupa Dana
Bantuan Sosial Berpola Hibah.

g. Reformasi Birokrasi

Birokrasi pemerintah memegang peranan sangat penting untuk


mencapai suatu kemajuan masyarakat melalui berbagai program
pembangunan. Posisi penting birokrasi pemerintah ini dikarenakan
birokrasi mengimplementasikan kebijakan-kebijakan berkaitan sukses
dan gagalnya suatu program pembangunan. Oleh karena itu, setiap
negara/daerah menginginkan agar birokrasinya dapat tampil prima
sehingga dapat mengimplementasikan program-program yang dapat
mensejahterakan masyarakat.

Bagi negara/daerah yang berhasil menata birokrasinya nampak


sekali kemajuan dan dampak dari penataan tersebut. Kemajuan dan
kesejahteraan masyarakat terlihat dengan jelas disertai kemajuan
ekonomi. Oleh karena itu, saat ini berbagai negara melakukan reformasi
birokrasinya secara total dan dampak dari reformasi birokrasi tersebut
dapat kita lihat pada negara-negara yang sudah maju seperti Austria,
Denmark, Singgapura, Korea Selatan bahkan sekarang ini Tiongkok yang
berpaham Komunispun menata birokrasinya secara total dan kita dapat
lihat hasilnya sekarang, Tiongkok tampil sebagai negara kuat bahkan
sebagian orang mengatakan bahwa sekarang ini sebenarnya Tiongkoklah
sebagai Negara Super Power khususnya di bidang Ekonomi.

Reformasi birokrasi yang dilakukan pada negara-negara maju


tersebut meliputi (1) penataan pada Sistem Birokrasi Perizinan yang
cepat, mudah disertai informasi yang akurat, (2) kepastian Hukum dan

IV - 113
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

sanksi yang ketat dan tidak pandang bulu terhadap berbagai pelanggaran
dan indikasi tindakan-tindakan yang akan menghambat proses hukum,
(3) Sumber Daya Manusia yang mempunyai Kapabilitas, Kapasitas dan
berprinsip pada Hukum yang ketat dan Adil dalam tindakan, (4)
menghindari praktek-praktek kolusi, korupsi dan nepotisme (KK). Kita
dapat melihat negara-negara tersebut dengan sangat serius dan ketat
melakukan reformasi birokrasi sekarang ini tampil sebagai negara dengan
tingkat kemakmuran dan kesejahteraan ekonomi yang mengagumkan
dan secara otomatis memberikan kesejahteraan dan kemakmuran
ekonomi kepada warganya.

Untuk negara Indonesia saat ini, kondisi birokrasinya belum


menampakkan suatu perubahan yang berarti walaupun berbagai undang-
undang tentang reformasi birokrasi telah lama dibuat dan sangat banyak.
Sejak masa Orde Lama dan Orde Baru, reformasi birokrasi pemerintah
dilakukan untuk menekan penyimpangan dan kebijakan-kebijakan yang
tidak berpihak pada masyarakat dan menghambat kemajuan bangsa.
Namun dampak positif dari berbagai aturan dan kebijakan reformasi
birokrasi belum memperlihatkan hasil yang mengembirakan. Birokrasi
Indonesia belum menemukan format dan model yang tepat sesuai dengan
keinginan masyarakat, lingkungan dan kehidupan global saat ini. Potret
birokrasi Indonesia belum lepas atau melepaskan diri dari “stigma”
lamban, berbelit-belit, tidak produktif, korup dan tidak taat hukum.

Reformasi yang bergulir Tahun 1998 sebagai antitesa terhadap


dominasi orde baru yang sentralistik juga tidak membawa suatu
perubahan berarti dalam menata pemerintahan utamanya penataan
mesin pemerintahan. Birokrasi pemerintah tetap masih belum beranjak
sebagai “mesin yang lambat”. Fenomena ini terjadi dari tingkat
Pemerintah Pusat sampai di tingkat provinsi, kabupaten dan kota.

Guna melaksanakan percepatan dalam pelaksanaan Reformasi


Birokrasi di Indonesia agar berjalan dengan baik, pemerintah dalam hal

IV - 114
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

ini Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi


Birokrasi (PAN-RB) menerapkan sembilan program untuk mencapai 8
area perubahan yang menjadi tujuan dalam pelaksanaan grand design
reformasi birokrasi. Dengan adanya 9 program Reformasi Birokrasi
tersebut diharapkan, akan mendorong pelaksanaan Reformasi Birokrasi
di Kementerian, lembaga, dan pemerintah Daerah lebih terarah dan
berjalan dengan baik serta dapat mencapai tujuan akhir dari reformasi
birokrasi tersebut. 9 sembilan program Reformasi dimaksud adalah:

g.1. Manajemen perubahan


Manajemen perubahan bertujuan untuk secara sistematis dan
konsistensi dari sistem dan mekanisme kerja organisasi, pola pikir serta
budaya kerja individu atau unit kerja di dalamnya menjadi lebih baik.
Target dari program ini adalah terciptanya komitmen dari seluruh elemen
pemerintahan untuk melaksanakan reformasi birokrasi, terjadinya
perubahan pola pikir dan budaya kerja, serta menurunkan risiko
resistensi dalam pelaksanaan reformasi birokrasi.

g.2. Penataan peraturan perundang-undangan

Salah satu program reformasi birokrasi ini diharapkan dapat


meningkatkan efektifitas dalam pengelolaan peraturan perundang-
undangan yang dikeluarkan oleh Kementerian/Lembaga/Pemerintah
Daerah. Efektifitas tersebut di antaranya dapat menurunkan tumpang
tindih peraturan dari seluruh tingkatan pemerintahan serta efektifitas
dalam pengelolaan peraturan perundang-undangan.

g.3. Penataan dan penguatan organisasi

Program penataan dan penguatan organisasi ditujukan untuk


mengatasi masalah yang paling sering muncul dari pemerintah terutama
dari Pemerintah Daerah. Tujuan utama dari program ini adalah untuk
meningkatkan efesiensi organisasi kementerian/lembaga/pemerintah
daerah secara proporsional dan sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan

IV - 115
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

tugas masing-masing sehingga organisasi menjadi tepat fungsi dan tepat


ukuran.

g.4. Penataan ketatalaksanaan

Program ini bertujuan untuk meningkatkan efesiensi dan efektifitas


sistem, proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien dan terukur
pada masing-masing instansi. Target program penataan ketatalaksanaan
adalah meningkatnya penggunaan teknologi informasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan manajemen pemerintah, adanya
efisiensi proses manajemen pemerintah dan meningkatnya kinerja
pemerintahan.

g.5. Penataan sistem manajemen SDM aparatur

Ini salah menjadi salah satu program prioritas dalam reformasi


birokrasi. Program ini diharapkan dapat menciptakan SDM yang
profesional dan berkompetensi dengan dukungan rekrutmen dan promosi
aparatur yang berbasis kompetensi dan transparan. Program ini dapat
dilaksanakan kegiatan perbaikan sistem rekrutmen, analisis jabatan,
evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi, assesmen individu
dan sistem penilaian kinerja.

g.6. Penguatan pengawasan

Dengan adanya program ini memungkinkan terciptanya


penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas dari praktek KKN
pada seluruh instansi pemerintah. Target dari program ini adalah
meningkatnya kepatuhan terhadap pengelolaan keuangan negara dan
menurunnya tingkat penyalahgunaan wewenang dari masing-masing
kementerian/lembaga/pemerintah daerah. Kegiatan yang menjadi
prioritas antara lain adalah penguatan kembali peran SPIP.

IV - 116
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

g.7. Penguatan akuntabilitas kinerja

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan


akuntabilitas kinerja dari instansi pemerintah dengan target akhir yang
ingin dicapai adalah meningkatnya kinerja dan akuntabilitas pemerintah.
Kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai target tersebut adalah
kegiatan penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah,
pengembangan sistem manajemen kinerja dan penyusunan indikator
kinerja utama (IKU).

g.8. Peningkatan kualitas pelayanan publik

Pelayanan Publik menjadi salah satu indikator dalam reformasi


birokrasi pemerintah. Program peningkatan kualitas pelayanan publik
bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dari masing-
masing instasi pemerintah sesuai dengan kebutuhan dan harapan
masyarakat. Kegiatan yang dapat mendukung program tersebut adalah
dengan menetapkan Standar Pelayanan, Penerapan Standar Pelayanan
Minimal (SPM) serta peningkatan partisipasi masyarakat dalam
peningkatan kualitas pelayanan publik melalui pelaksanaan Survei
Kepuasan Masyarakat.

g.9. Monitoring, evaluasi dan pelaporan

Program ini ditujukan untuk menjamin agar pelaksanaan reformasi


birokrasi dijalankan dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan
target yang telah ditetapkan dalam roadmap masing-masing kementerian,
lembaga dan Pemerintah Daerah.

Tujuan akhir dari keseluruhan 9 program reformasi birokrasi adalah


terciptanya pemerintahan yang bersih dari KKN, Akuntabel dan
berkinerja serta Pelayanan publik yang berkualitas.

Dalam kaitannya dengan isu strategis reformasi di Kabupaten


Donggala, reformasi yang disentuh lebih ditekankan pada bidang:

IV - 117
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

1. Tata Kelola Kelembagaan;


Tata kelola kelembagaan yang dimaksud adalah menata
kelembagaan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Donggala lebih
efektif dan efisien. Efektif dilihat dari kelembagaan Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) yang mampu mengimplementasikan program-program kerja
sesuai masalah yang ada di masyarakat. Sedangkan efisien adalah
Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Donggala dikelola secara
profesional dan proporsional melalui pemahaman pegawai pada tupoksi
dan tujuan organisasi. Pemahaman pada tupoksi diperlukan agar semua
pegawai memahami tugas dan tanggung jawabnya yang akan
memudahkan pelaksanaan pekerjaan.
2. Iklim dan Lingkungan Kerja
Perubahan iklim dan lingkungan kerja diperlukan untuk
menciptakan suasana kerja yang kondusif. Inovasi dan kreatifitas
pegawai ditingkatkan guna melahirkan semangat kerja produktif.
Produktivitas pegawai bukan hanya dilihat dari “output”, tetapi juga pada
“proses”. Proses ditekankan agar pegawai memahami bahwa tujuan
organisasi melalui suatu tahapan-tahapan penting yang harus diketahui,
dipahami secara jelas. Iklim organisasi kondusif diyakini membawa
perubahan terhadap perilaku, cara pandang dan kinerja pegawai. Iklim
organisasi perangkat Organisasi Kabupaten Donggala seharusnya ditata
dengan menekankan pada aspek kerjasama secara tim.
3. Pelayanan Publik berdasarkan Nilai-Nilai Lokal;
Pelayanan berkualitas dan prima menjadi kebutuhan mendasar yang
harus dilakukan oleh pemerintah. Masyarakat menginginkan pelayanan
publik oleh pemerintah memperhatikan aspek-aspek mendasar yakni,
cepat, tepat, murah, berkualitas serta ramah. Oleh karena itu, Organisasi
Perangkat Daerah Kabupaten Donggala dapat mengabungkan bentuk-
bentuk pelayanan memakai atau bersimbol pada nilai-nilai lokal. “Local
Wisdom” dapat menjadi salah satu cara dan bentuk pelayanan publik
memakai nilai-nilai budaya dan simbol-simbol budaya lokal yang telah
diyakini dipercaya masyarakat sejak dahulu. Mengabungkan pelayanan

IV - 118
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

publik profesional dengan nilai-nilai budaya membawa keuntungan yakni


masyarakat lebih dekat pada pelayanan, merasa bahwa pelayanan
diberikan bersendi pada nilai-nilai dianut oleh masyarakat.
4. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur

Titik tekan dari isu strategis Penataan Sistem Manajemen SDM


Aparatur adalah penataan pada Sistem Rekrutmen dan penempatan ASN
sesuai dengan keahlian/skill. Program ini diharapkan dapat menciptakan
SDM yang profesional dan berkompetensi dengan dukungan rekrutmen
dan promosi aparatur yang berbasis kompetensi dan transparan. Program
ini dapat dilaksanakan kegiatan perbaikan sistem rekrutmen, analisis
jabatan, evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi, assesmen
individu dan sistem penilaian kinerja.

4.2.2. Pembobotan Isu Strategis

Setelah dilakukan identifikasi terhadap isu-isu strategis


(internasional, nasional, regional, provinsi dan kabupaten) yang ada
kemudian masing-masing isu dibobot. Dalam menentukan pembobotan
dilakukan Focus Group Discussion (FGD) di tingkat Kabupaten Donggala
dan kecamatan untuk memahami usulan dan masukan tentang berbagai
isu strategis. Pembobotan dilakukan untuk menentukan mana isu
strategis yang paling prioritas dan akan dijadikan dasar bagi penyusunan
visi dan misi kepala pemerintahan yang baru di Kabupaten Donggala.
Hasil pembobotan isu strategis disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa terdapat 7 (tujuh) kriteria yang


dijadikan dasar dalam penentuan urgensi isu strategis bagi
pembangunan Kabupaten Donggala. Ketujuh kriteria isu strategis
tersebut merupakan pengembangan dari kriteria isu strategis yang
tertuang dalam Permendagri Nomor 86 Tahun 2017 sebanyak 6 (enam)
kriteria. Setelah dilakukan pembobotan kriteria, kemudian dilakukan
penilaian isu strategis terhadap kriteria yang telah ditetapkan

IV - 119
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

berdasarkan bobot pada Tabel 4.2 dengan cara memberikan skor pada
setiap isu-isu strategis yang dikaitkan dengan ketujuh kriteria yang ada
guna menentukan skala prioritas isu strategis. Pemberian skor mengikuti
ketentuan:
1 = Keterkaitan sangat rendah terhadap kriteria strategis/bukan issu
prioritas;
2 = Keterkaitan rendah terhadap kriteria strategis/isu kurang prioritas;
3 = Keterkaitan sedang terhadap kriteria strategis/isu cukup prioritas;
4 = Keterkaitan tinggi terhadap kriteria strategis/isu prioritas;
5 = Keterkaitan sangat tinggi terhadap kriteria strategis/isu prioritas.

Tabel 4.2.

Bobot Kriteria Isu-Isu Strategis Pembangunan Kabupaten Donggala

No. Kriteria Bobot

Memiliki pengaruh yang besar/signifikan terhadap


1
pencapaian sasaran pembangunan nasional. 17

2 Merupakan tugas dan tanggungjawab pemerintah daerah 12

Dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkannya terhadap


3
daerah dan masyarakat. 20

Dampak yang ditimbulkannya terhadap sumberdaya alam


4
dan lingkungan. 13

Memiliki daya ungkit yang signifikan terhadap pembangunan


5
daerah. 15

6 Kemungkinan atau kemudahannya untuk ditangani. 12

7 Prioritas janji politik yang perlu diwujudkan. 11

Total 100

Sumber: Hasil FGD Kabupaten Donggala dan Kecamatan Februari 2019

IV - 120
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

Berdasarkan hasil analisis data skor/bobot diperoleh nilai skala


kriteria (total skor) yang disajikan pada Lampiran terpisah. Setelah
dilakukan penilaian isu strategis, kemudian dihitung rata-rata
skor/bobot setiap isu strategis dengan mengakumulasikan nilai tiap-tiap
isu strategis dibagi jumlah peserta, yang dituangkan dalam Tabel 4.3.

Tabel 4.3
Rata-Rata Skor Isu-Isu Strategis Pembangunan Kabupaten Donggala

Rata-
Total Prioritas
No Isu-Isu Strategis rata
Skor Isu
Skor

1 Volatilitas Kurs 31 4,43 31

2 Hutang Luar Negeri 39 5,57 27

3 Perang Dagang Amerika dan Tiongkok 32 4,57 30

4 Perubahan Iklim dan Pemanasan Global 46 6,57 12

5 Krisis Pangan Mengglobal 43 6,14 22

6 Pembangunan Berkelanjutan 42 6,00 24

Kebijakan Fiskal dan Defisit Neraca


7 44 6,29 17
Berjalan

Optimalisasi Penerimaan Negara Bukan


8 45 6,43 14
Pajak

9 Efektivitas Hutang Luar Negeri Indonesia 38 5,43 28

Stabilitas Pertumbuhan Ekonomi Regional


10 38 5,43 28
Bertumpu Pada APBN Berkualitas

IV - 121
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

11 Kemiskinan dan Pengangguran 52 7,43 3

12 Ketahanan Pangan dan Pertanian 49 7,00 7

Pengembangan 4 Komoditi Pertanian dalam


13 44 6,29 17
rangka swasembada

14 Revitalisasi KRPL dan TTIC 45 6,43 14

15 Masalah Kesejahteraan Petani 51 7,29 4

16 Regenerasi Petani 44 6,29 17

17 Ketersediaan benih dan Saprodi lainnya 45 6,43 14

18 Pola Produksi dan Konsumsi Pangan 47 6,71 10

Degradasi Sumberdaya Kelautan dan


19 46 6,57 12
Perikanan

Ekosistem Daratan, Hutan, Degradasi


20 40 5,71 26
lahan, dan Keanekaragaman Hayati

Memacu Pertumbuhan Ekonomi Melalui


21 43 6,14 22
Pengelolaan Sumberdaya Mineral

22 Lingkungan dan Mitigasi Bencana 53 7,57 2

23 Sumberdaya Air dan Irigasi 50 7,14 5

Pengelolaan Sumberdaya
24 49 7,00 7
Agribisnis/Agroindustri

Pengelolaan Sumberdaya Maritim Yang


25 44 6,29 17
Optimal

IV - 122
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

26 Kenaikan angka kemiskinan 48 6,86 9

27 Revitalisasi Perkebunan dan Perikanan 47 6,71 10

28 Iklim Investasi dan Usaha 44 6,29 17

29 Pengurangan resiko bencana 50 7,14 5

30 Reformasi Birokrasi 42 6,00 24

Pemulihan Infrastruktur pasca bencana


31 56 8,00 1
alam

Sumber: Data Primer yang diolah, Tahun 2019

4.3. Hasil Telaahan Dokumen Terkait

4.3.1. Hasil Telaahan RPJMD terhadap RPJPD Kabupaten Donggala


2005-2025

RPJMD Kabupaten Donggala 2019-2023 disusun dengan


berpedoman pada RPJPD. Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan
pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah di Kabupaten
Donggala yang baik dan bersih (good and clean governance), maka
penyelenggaraan pembangunan harus didasarkan pada otonomi yang
luas dan bertanggung jawab. Pelaksanaan pembangunan diupayakan
harus dapat mendorong peran serta masyarakat sebagai upaya
partisipatif untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam
pembangunan.

Berdasarkan tantangan yang dihadapi di masa mendatang serta


dengan memperhatikan potensi wilayah, kondisi geografis, perekonomian
daerah, sosial budaya, prasarana dan sarana, serta kodisi sumberdaya
aparatur pemerintah yang ada sebagai modal dasar yang dimiliki oleh
Kabupaten Donggala dan faktor-faktor strategis lainnya, serta amanat

IV - 123
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

pembangunan sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD


1945 dan arah pembangunan nasional, maka visi dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Donggala yang
akan diwujudkan adalah “KABUPATEN DONGGALA YANG MANDIRI,
SEJAHTERA DAN DAMAI”

Adapun misi yang diemban untuk mewujudkan Visi tersebut adalah:

Misi 1: Mewujudkan Kabupaten Donggala yang mandiri;


Misi 2: Mewujudkan Masyarakat yang Sejahtera dan Berkualitas;
Misi 3: Mewujudkan Suasana yang Aman dan Damai;
Misi 4: Mewujudkan Pemerintahan yang Partisipatif, Transparansi dan
Akuntabilitas.

Mengacu pada tahapan RPJPD Kabupaten Donggala Tahun 2005-


2025, perencanaan pembangunan Kabupaten Donggala sudah memasuki
periode RPJMD tahap ke-4 dengan fokus pembangunan pada isu utama
Mewujudkan masyarakat yang mandiri, sejahtera dan damai melalui
percepatan pembangunan di berbagai bidang yang difokuskan pada
terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif yang didukung oleh sumberdaya manusia yang
berkualitas dan berdaya saing.

Misi adalah kerangka operasional dari visi yang disesuaikan dengan


kebutuhan pada masa akan datang. Untuk mewujudkan visi
pembangunan daerah Kabupaten Donggala ditempuh melalui 4 (empat)
misi pembangunan sebagai berikut:

1. Mewujudkan Kabupaten Donggala yang mandiri.


a. Meningkatkan kualitas Sumberdaya Manusia.
b. Mewujudkan Masyarakat yang tangguh dan Kompetitif.
c. Memantapkan Budaya Lokal dalam memperkuat jati diri dan
kepribadian masyarakat.
d. Mengurangi dampak bencana pesisir dan pencemaran laut.
2. Mewujudkan Masyarakat yang Sejahtera dan Berkualitas.

IV - 124
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

a. Menurunkan Angka Kemiskinan Penduduk sampai dengan 50


persen dari Jumlah Penduduk miskin saat ini.
b. Meningkatkan Angka rata-rata Pertumbuhan Ekonomi sebesar 7 - 8
persen per tahun yang berkesinambungan dalam kurun waktu
2005-2025.
c. Meningkatkan Pendapatan Per Kapita Penduduk pada Tahun 2025
mencapai Rp 25.000.000,-
d. Meningkatkan infrastruktur dan pelayanan publik yang memadai
pada seluruh wilayah Kabupaten Donggala.
e. Meningkatkan pelibatan masyarakat dalam pengelolaan Sumber
Daya Alam secara berkelanjutan.
f. Memperkuat struktur dan basis perekonomian daerah.
3. Mewujudkan Suasana yang Aman dan Damai.
a. Menciptakan keharmonisan sosial antar umat beragama dan etnik.
b. Mewujudkan Supremasi Hukum dan HAM serta kestabilan Politik
dan Keamanan.
c. Menciptakan suasana yang kondusif dan perlindungan hukum bagi
masyarakat dalam melakukan aktifitas sosial ekonomi dan
kemasyarakatan.
d. Meningkatkan peran dan tanggungjawab masyarakat dalam
mewujudkan ketentraman dan ketertiban.
4. Mewujudkan Pemerintahan yang Partisipatif, Transparansi dan
Akuntabilitas.
a. Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik pada semua
jenjang pemerintahan (mulai dari tingkat desa/Kelurahan sampai
tingkat Kabupaten).
b. Mewujudkan pelayanan prima aparatur pemerintah kepada seluruh
lapisan masyarakat.
c. Menciptakan rasa saling percaya antara pemerintah dan
masyarakat.

IV - 125
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

d. Meningkatkan pelibatan pemangku kepentingan (stakeholders)


dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
pembangunan serta produk-produk hukum.
e. Meningkatnya profesionalisme penggunaan SDA yang dicerminkan
oleh tetap terjaganya fungsi dan daya dukung dan kemampuan
pemulihan dalam mendukung kualitas kehidupan sosial dan
ekonomi yang serasi.

4.3.2. Hasil Telaahan RPJMD terhadap RTRW

Pengembangan wilayah Kabupaten Donggala didasarkan atas


Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Donggala Tahun 2011 – 2031. Tujuan
penataan ruang wilayah Kabupaten Donggala dirumuskan berdasarkan:
Visi dan misi pembangunan wilayah Kabupaten Donggala, Karakteristik
wilayah kabupaten, Isu strategis, dan Kondisi obyektif yang diinginkan.
Berdasarkan analisis yang telah diselenggarakan, telah dirumuskan isu
strategis Kabupaten Donggala yaitu:
1. Pengembangan Kawasan Pertanian;

2. Pengembangan Kawasan Pesisir dan Budidaya Laut;

3. Belum maksimalnya pengambangan pariwisata alam yang terdapat di


Kabupaten Donggala;

4. Kondisi sistem prasarana terutama jaringan jalan yang masih kurang


baik yang menghubungkan setiap kawasan;

5. Pengelolaan kawasan bekas pertambangan;

6. Rencana Pelabuhan Internasional di Kawasan Perkotaan Donggala


tepatnya berada di Kabango Kecil dan Pembangunan Pelabuhan Udara
di Lepaloang;

7. Kondisi morfologi wilayah yang menyebabkan banyaknya kawasan


rawan bencana terutama bencana geologi yang dapat menghambat
pembangunan wilayah.

IV - 126
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

Berdasarkan visi dan misi pembangunan jangka panjang Kabupaten


Donggala, karakteristik wilayah kabupaten, isu strategis, dan kondisi
obyektif yang diinginkan yang telah dirumuskan bersama oleh para
pengambil keputusan di Kabupaten Donggala, maka rumusan tujuan
penataanruang Kabupaten Donggala adalah mewujudkan ruang wilayah
Kabupaten Donggala yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan
sebagai sentra pertanian dan perikanan di Sulawesi Tengah yang
didukung oleh agropolitan, minapolitan dan ekowisata.

Berdasarkan tujuan penataan ruang Kabupaten Donggala, maka


kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Donggala untuk mencapai
tujuan tersebut melalui :
a. Penetapan dan pengembangan sistem agropolitan dan minapolitan
untuk peningkatan komoditi pertanian unggulan disertai pengelolaan
hasil dan peningkatan peran dalam agrowisata;
b. Penetapan dan pengembangan pusat-pusat pelayanan secara
berhirarki dan bersinergis antara pusat pengembangan utama di
ibukota kabupaten dan perkotaan lainnya serta pengembangan sistem
permukiman perdesaan berbasis agropolitan dan minapolitan;
c. Pendistribusian persebaran penduduk sesuai dengan kebijakan pusat-
pusat pelayanan;
d. Pengembangan kelengkapan prasarana wilayah dan prasarana
lingkungan dalam mendukung pengembangan sentra produksi
pertanian, perikanan, industri, ekowisata dan pusat permukiman
secara terpadu dan efisien;
e. Pemantapan pelestarian dan perlindungan kawasan lindung untuk
meningkatkan kualitas lingkungan, sumberdaya alam/buatan dan
ekosistemnya, meminimalkan resiko dan mengurangi kerentanan
bencana, mengurangi efek pemanasan global yang berprinsip
partisipasi, menghargai kearifan lokal, serta menunjang pariwisata,
penelitian, dan edukasi;

IV - 127
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

f. Pengembangan kawasan budidaya untuk mendukung pemantapan


sistem agropolitan serta industri berbasis pertanian dan ekowisata;
g. Pengembangan pemanfaatan ruang pada kawasan strategis baik untuk
fungsi pengembangan wilayah maupun guna perlindungan kawasan
sesuai fungsi utama kawasan; dan
h. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.

Kriteria utama untuk penetapan PKN adalah sebagai berikut :


1. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan
internasional;
2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat
kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa
provinsi; dan/atau
3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.
Simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa
provinsi, antara lain, meliputi pelabuhan internasional/nasional,
bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan
primer/sekunder/tersier, stasiun skala besar, dan terminal tipe A.

Sedangkan PKW ditetapkan dengan kriteria :


1. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN;
2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat
kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa
kabupaten; dan/atau
3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.
Simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa
kabupaten, antara lain, meliputi pelabuhan regional, bandar udara
pusat penyebaran skala pelayanan tersier, stasiun skala menengah,
dan terminal tipe B.

IV - 128
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

Untuk PKL ditetapkan dengan kriteria:


1. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat
kegiatan industri dan jasa yang melayani skala kabupaten atau
beberapa kecamatan; dan/atau
2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan.
Simpul transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa
kecamatan, antara lain, meliputi pelabuhan lokal, bandar udara bukan
pusat penyebaran, stasiun skala kecil, dan terminal tipe C.

PKSN ditetapkan dengan kriteria:

1. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas


dengan negara tetangga;
2. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional
yang menghubungkan dengan negara tetangga;
3. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang
menghubungkan wilayah sekitarnya; dan/atau
4. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang
dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.
5. Kawasan megapolitan merupakan kawasan yang ditetapkan dengan
kriteria memiliki 2 (dua) atau lebih kawasan metropolitan yang
mempunyai hubungan fungsional dan membentuk sebuah sistem.
6. Kawasan metropolitan merupakan kawasan perkotaan yang ditetapkan
dengan kriteria :
a) Memiliki jumlah penduduk paling sedikit 1.000.000 (satu juta) jiwa;
b) Terdiri atas satu kawasan perkotaan inti dan beberapa kawasan
perkotaan di sekitarnya yang membentuk satu kesatuan pusat
perkotaan; dan
c) Terdapat keterkaitan fungsi antarkawasan perkotaan dalam satu
sistem metropolitan.

IV - 129
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

7. Kawasan perkotaan besar merupakan kawasan perkotaan yang


ditetapkan dengan kriteria jumlah penduduk lebih dari 500.000 (lima
ratus ribu) jiwa.
8. Kawasan perkotaan sedang merupakan kawasan perkotaan yang
ditetapkan dengan kriteria jumlah penduduk lebih dari 100.000
(seratus ribu) sampai dengan 500.000 (lima ratus ribu) jiwa.
9. Kawasan perkotaan kecil merupakan kawasan perkotaan yang
ditetapkan dengan kriteria jumlah penduduk lebih dari 50.000 (lima
puluh ribu) sampai dengan 100.000 (seratus ribu) jiwa.

Tabel 4.4
Prakiraan Luas (Ha) dan Proporsi (%) Rencana Pola Ruang
Tahun 2011 – 2031

Rencana Fungsi Kawasan Luas %

HSAW, TN, TB, TWL, TAHURA, CA, SM, dll 22.621,00 4,29
Hutan Lindung 83.092,98 15,75
Kawasan Lindung Setempat 31.237,32 5,92
Hutan Produksi Terbatas 158.216,35 29,99
Hutan Produksi Tetap 12.421,91 2,35
Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi 24.901,39 4,72
Perikanan 14.082,00 2,67
Perkebunan 70.944,00 13,45
Permukiman 14.631,00 2,77
Pertambangan 0 0,00
Pertanian Lahan Basah 14.216,00 2,69
Pertanian Lahan Kering 78.931,00 14,96
Tubuh Air 2.274,05 0,43
Jumlah 527.569,00 100

Sumber: hasil analisi kebutuhan Pola Ruang Tahun 2011-2031

IV - 130
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

Penataan ruang kawasan perdesaan diarahkan untuk:

a. Pemberdayaan masyarakat perdesaan;


b. Pertahanan kualitas lingkungan setempat dan wilayah yang
didukungnya;
c. Konservasi sumber daya alam;
d. Pelestarian warisan budaya lokal;
e. Pertahanan kawasan lahan abadi pertanian pangan untuk ketahanan
pangan; dan
f. Penjagaan keseimbangan pembangunan perdesaan-perkotaan.

Penataan ruang kawasan perdesaan diselenggarakan pada:


a. Kawasan perdesaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten; atau
b. Kawasan yang secara fungsional berciri perdesaan yang mencakup 2
(dua) atau lebih wilayah kabupaten pada satu atau lebih wilayah
provinsi.
c. Kawasan perdesaan dapat berbentuk kawasan agropolitan.

Berdasarkan RTRWN, Kawasan Strategis Nasional yang ada di Kabupaten


Donggala yaitu
a. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) PALAPAS (Palu,
Donggala, Parigi Moutong, Sigi) yang merupakan kawasan strategis
dari sudut kepentingan ekonomi;
b. Wilayah Sungai (SW) Palu – Lariang yang merupakan wilayah sungai
lintas provinsi dan kewenangan Nasional serta merupakan kawasan
strategis dari sudut kepentingan ekonomi dan fungsi serta daya
dukung lingkungan hidup;
c. Cagar Alam Gunung Sojol yang merupakan kawasan strategis untuk
kepentingan ekologi dan lingkungan hidup;
d. Suaka Margasatwa Pulau Pasoso di Kecamatan Balaesang Tanjung
yang merupakan kawasan strategis untuk kepentingan ekologi dan
lingkungan hidup.

IV - 131
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Kawasan Strategis Provinsi yang ada di Kabupaten Donggala, terdiri


atas:

a. Kawasan Damsol dan sekitarnya, yang merupakan kawasan strategis


dari sudut kepentingan ekonomi;
b. Kawasan Lalundu yang merupakan kawasan strategis dari sudut
kepentingan ekonomi;
c. Kawasan Surumana yang berbatasan dengan provinsi sulawesi barat
yang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi;
dan
d. Kawasan terusan khatulistiwa yang meliputi Parigi Moutong -
Donggala yang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Rencana penetapan kawasan strategis ekonomi sebagaimana
Kabupaten Donggala, meliputi :
(1) Kawasan agropolitan terdapat di Kecamatan Rio Pakava, Kecamatan
Sindue, Kecamatan Balaesang dan Kecamatan Damsol.
(2) Kawasan agrowisata sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b,
terdapat di Kecamatan Banawa Tengah dan Kecamatan Balaesang
Tanjung.
(3) Kawasan minapolitan terdapat di Kecamatan Balaesang, Kecamatan
Balaesang Tanjung, Kecamatan Banawa Tengah, Kecamatan Banawa
Selatan, Kecamatan Sojol dan Kecamatan Sojol Utara;
(4) Kawasan agroindustri terdapat di Kecamatan Rio Pakava, Kecamatan
Banawa, Kecamatan Sindue Tobata, Kecamatan Sirenja, Kecamatan
Balaesang, dan Kecamatan Damsol.
(5) Kawasan ekowisata meliputi : Air Terjun di Desa Sipeso Kecamatan
Sindue Tobata, di Desa Bou dan Desa Pangalasiang Kecamatan Sojol,
dan di Desa Nupabomba Kecamatan Tanantovea; Danau Dampelas di
Kecamatan Damsol; Danau Rano di Kecamatan Balaesang Tanjung;
Pusat Laut di Kecamatan Banawa Tengah; Pantai Tanjung Karang,
Boneoge, Towale di Kecamatan Banawa; Pulau Pasoso di Kecamatan
Balaesang Tanjung; Pulau Maputi – Pulau Pangalaseng di Kecamatan

IV - 132
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

Sojol dan Cagar Alam di Kecamatan Sojol, Kecamatan Sojol Utara,


Kecamatan Damsol.
(6) Kawasan pelabuhan terdapat di Pelabuhan Donggala Kecamatan
Banawa, dan Pelabuhan Wani di Kecamatan Tanantovea, Pelabuahan
Ogoamas di Kecamatan Sojol Utara
(7) Kawasan pertambangan.
Kawasan stategis sosial budaya Kabupaten Donggala meliputi wisata
pantai yang berada di sepanjang pesisir Kabupaten Donggala. Keberadaan
obyek-obyek wisata yang terkait dengan wisata pantai pantai Pusentasi,
Tanjung Karang, air panas Sibado dan tempat – tempat wisata lainnya
yang tersebar diseluruh wilayah Kabupaten Donggala.
Rencana penetapan kawasan strategis penyelamatan lingkungan
hidup Kabupaten Donggala, meliputi:
a. Kawasan suaka margasatawa Pulau Pasoso dengan luas ± 61 Ha di
Kecamatan Balesang Tanjung;
b. Kawasan cagar alam Gunung Sojol dengan luas ± 22.621 Ha meliputi
Kecamatan Sojol, Damsol, Sojol Utara;
c. Kawasan Hutan bakau dengan luas ± 1531,47 Ha meliputi Kecamatan
Banawa, Kecamatan Banawa Selatan,Kecamatan Banawa,Kecamatan
Sirenja, Kecamatan Balaesang, Kecamatan Balaesang Tanjung,
Kecamatan Damsol, Kecamatan Sojol, Kecamatan Sojol Utara.

5. Sistem Inovasi Daerah (SIDa)

Sistem Inovasi Daerah (SIDa) adalah program terobosan daerah


yang bertujuan untuk percepatan pencapaian target kinerja pemerintah
daerah. Diharapkan dengan adanya SIDa target capaian indikator kinerja
yang ada dalam RPJMD dan Rencana Strategis Perangkat Daerah terkait
lebih cepat tercapai. Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Donggala
terdiri dari 6 (enam) Inovasi daerah yaitu:

IV - 133
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

5.1. Donggala Nasugi Kana Masagena (Donggala Kaya,


Masyarakatnya Harus Sejahtera)

Donggala Nasugi Kana Masagena adalah program


Penanggulangan Kemiskinan yang mengacu pada empat pendekatan
yaitu thematik, holistic, teriingrasi dan spasial. Arah kebijakan
program penanggulangan kemiskinan, ditujukan pada tiga tuntas (Tri
Tas) yaitu tuntas kebutuhan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
dasar, tuntas pendapatan melalui pelaksanaan padat karya dan
tuntas usaha melalui pemberian bantuan modal dan alat untuk
menopang lapangan mata pencaharian penduduk kurang mampu.
Berikut ini penjelasan rinci tentang program tiga tuntas:
5.1.1. Tuntas Kebutuhan Dasar
Kebutuhan dasar masyarakat pada umumnya termasuk
masyarakat kurang mampu meliputi Pangan, Papan dan
sandang. Oleh karena itu, penanggulangan kemiskinan
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut.
5.1.1.1 Tuntas Kebutuhan Pangan
Tuntas kebutuhan Pangan diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan dasar masyarakat kurang mampu
yang meliputi pangan, papan dan sandang. Pemenuhan
kebutuhan pangan adalah masyarakat kurang mampu
harus dipenuhi kebutuhan makan sehari-hari sesuai
standar. Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka program
beras untuk masyarakat pra sejahtera (rastra) harus tepat
jumlah dan tepat sasaran.
5.1.1.2 Tuntas Kebutuhan Papan
Tuntas Kebutuhan Papan diarahkan bahwa
masyarakat kurang mampu harus dipenuhi atau
diberikan tempat tinggal yang layak sesuai standar
rumah sehat. Untuk memenuhi kebutuhan ini
masyarakat kurang mampu diberikan atau dibangunkan
rumah layak huni.

IV - 134
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

5.1.1.3 Tuntas Kebutuhan Kesehatan


Tuntas pemenuhan kebutuhan kesehatan diarahkan
bahwa masyrakat kurang mampu harus diberikan jaminan
kesehatan secara penuh. Dalam hal ini masyarakat kurang
mampu harus mendapat layanan kesehatan secara memadai
melalui program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) dan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
5.1.2. Tuntas Pendapatan
Tuntas pendapatan diarahkan agar masyarakat kurang
mampu memiliki pendapatan yang mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Dalam hal ini, program diarahkan untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat kurang mampu di atas garis
kemiskinan, yaitu RP 283.100 per bulan. Untuk mewujudkan
tuntas pendapatan perlunya didorong program padat karya.
5.1.3. Tuntas Usaha
Tuntas usaha diarahkan untuk menjaga keberlangsungan
(sustainable) pendapatan masyarakat kurang mampu. Bantuan
yang akan diberikan dalam program tuntas usaha adalah bantuan
modal usaha dan peningkatan SDM dalam pengelolaan usaha.
Modal usaha yang akan diberikan bukan dalam bentuk uang,
melainkan dalam bentuk barang yang berkaitan dengan bidang
pertanian (sarana produksi) berupa lahan pertanian, bibit unggul,
pupuk dan obat-obatan.

5.2. Donggala Kanamavali (Donggala Cerdas)

Program Donggala Kanamavali merupakan terjemahan langsung


dari Program Indonesia Pintar (PIP). Kanamavali merupakan bahasa
daerah yang diterjemahkan menjadi cerdas, menjadi hebat atau menjadi
pintar. Jadi Program Donggala Kanamavali diartikan Donggala
Cerdas.Kemasan program Donggala Kanamavali bersifat implementatif,
terukur, melibatkan semua kelompok kepentingan (Stake Holder),
memberdayakan potensi daerah dan berbasis kebutuhan serta

IV - 135
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

menggunakan kata awalan “Gerakan”. Gerakan diartikan dikerjakan


bersama-sama dengan daya dorong yang kuat, tekat dan komitmen yang
sungguh-sungguh, tindakan nyata dan produktif serta semangat pantang
menyerah.

Program Donggala Kanamavali meliputi:

5.2.1 GERSADESAPA

GERakan SAtu DEsa SAtu PAud yang bertujuan untuk


menyediakan daya tampung dan memotivasi orangtua anak usia
dini untuk menyekolahkan putra putrinya sekaligus menaikkan
APM PAUD kabpaten Donggala dari 19,10 % menjadi 45,50 %;

5.2.2 GERTAKSARA

GERakan penunTAsan buta aksaRA yang bertujuan


mewujudkan kabupaten Donggala bebas buta aksara tahun 2015
dan untuk menaikkan AMH kabupaten Donggala dari 97,81 %
menjadi 100 %

5.2.3 GEJARSETARA

GERakan waJAR keSETARAan yang bertujuan untuk


menyediakan layanan pendidikan bagi kelompok masyarakat yang
belum memperoleh pendidikan pada jenjang SD/MI, SMP/MTs dan
SMA/SMK serta untuk menaikan angka rata-rata lama sekolah dari
7,67 tahun menjadi 9 tahun bahkan menjadi 12 tahun;

5.2.4 GERAYOKUR

GERakan aYO KURsus bertujuan untuk membekali


ketrampilan life skill masyarakat Donggala sesuai potensi daerah
dan peluang pasar domestik maupun internasional. Life skill
diarahkan mengoptimalkan pemberian nilai tambah (value edded)
produk tradisional daerah.

IV - 136
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

5.2.5 GERTU-MESESEBU,

Gerakan orangtua siswa mengunjungi sekolah setiap bulan


bertujuan mengoptimalkan peran orangtua siswa dalam
mewujudkan anaknya meraih prestasi di sekolah dan berkarakter
/berakhlak mulia.

5.2.6 GERMUTU

Gerakan peningkatan mutu guru yang bertujuan untuk


peningkatan mutu guru dalam proses pembelajaran terutama
dalam penguasaan metode mengajar yang Asyik Gampang dan
Menyenangkan/ “Gasing”

5.2.7 PROSANGRA,

PROgram SANG JuaRA merupakan program pembinaan


bakat dan minat siswa baik dalam bidang Matematika, Sains,
Olahraga dan Seni. Program ini dimaksudkan untuk meraih juara
berbagai lomba pada tingkat Provinsi, Nasional maupun
internasional.

5.2.8 TASTAGU
TunTAS pemeraTAan GUru adalah program pemerataan guru
berdasarkan kebutuhan. Penempatan guru di sekolah benar-
benar berdasarkan analisis kebutuhan
5.2.9 TAKWANPODA

Gerakan ceTAK ilmuWAN sesuai POtensi DAerah yang


bertujuan untuk mencetak tenaga ahli (ilmuwan) sesuai potensi
dan kebutuhan daerah. Program keahlian yang menjadi sasaran
adalah teknik kelautan, Geo thermal, teknik kelistrikan, geologi
tambang, kedokteran Psikologis, dan Kebencanaan.

5.3. Donggala Kanamaseha (Donggala Sehat)

IV - 137
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Program Inovasi Daerah Donggala Kanamasagena atau


Donggala sehat bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Indikator kinerja program Donggala Kanamaseha
adalah naiknya Usia Harapan Hidup (UHH), menurunnya angka
penderita gizi buruk dan menunnya angka Stunting. Saat ini UHH
Kabupaten Donggala 65,89 tahun dan diharapkan pada akhir
pelaksanaan RPJMD (2024) menjadi 71,50 tahun.
Program Donggala Kanamaseha terdiri dari 4 program utama yaitu:
5.3.1 Program Peningkatan Usia Harapan Hidup
Program ini akan dilaksanakan melalui kegiatan
Penyediaan layanan kesehatan bagi masyarakat secara
memadai dengan indikator Jumlah masyarakat yang
menerima JKN, Jumlah masyarakat yang mengikuti program
Indonesia Sehat (PIS), dan Jumlah masyarakat yang
menerima program Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM).
5.3.2 Program Penurunan Angka Gizi Buruk dan
Penurunan Stunting
Program ini akan dilakukan melalui kegiatan
Penyediaan bantuan untuk menurunkan penderita stunting
dan Gizi buruk. Indikator capaian kinerja program ini adalah
Jumlah anak yang menerima bantuan untuk peningkatan
tinggi badan dan Jumlah anak yang menerima asupan gizi
yang memadai.
5.3.3 Program Penurunan Angka Kematian Ibu Melahirkan
Program ini akan dilaksanakan melalui kegiatan
Penyediaan layanan kesehatan khusus bagi ibu yang
melahirkan dengan indicator kinerja Jumlah kasus ibu
meninggal melahirkan per 100.000 penduduk semakin
menurun.

IV - 138
Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah

5.4 Program Na Nyama Ngapata (Program Kampungku Yang


Nyaman)
Program ini bertujuan untuk menciptakan suasana desa yang
indah, nyaman dan asri. Kegiatan yang akan dilakukan untuk
mewujudkan program ini adalah Program Ngapaku Nagaya
(Kampungku Indah) yang ditandai dengan Terbentuknya Ngapaku
Nagaya (Kampungku Indah) pada daerah tujuan wisata Indikator
kinerjanya adalah Jumlah Ngapaku Nagaya (Kampungku Indah)
pada daerah tujuan wisata sehingga meningkatkan jumlah
kunjungan wisatawan ke detinasi wisata yang ada di Kabupaten
Donggala.
Di samping itu, untuk mencapai target kinerja program Na Nyama
Ngapata pemda Donggala akan melaksanakan kegiatan
Terbentuknya “Desa Hijau” tiap kecamatan dan Terkelolanya
sampah rumah tangga sesuai standar teknis. Untuk menciptakan
keadaan sosial yang aman dan tenteram akan dilaksanakan
kegiatan Ngapaku Na’ama (Kampungku Aman) yang ditandai
dengan Terbentuknya Terbentuknya kelompok masyarakat sadar
Hukum. Program lain yang mendorong terwujudnya Program Na
Nyama Ngapata adalah Program Nosampesuvu Nosimpotove
(Bersaudara Berkasih Sayang), Prog. Ngapaku Noada (Kampungku
Beradat), dan Prog. Kubangu Nagapaku (Kubangun Kampunglku).
5.5 Program Ngapaku Narisi Ante Balaa (Program Desaku Bebas
Bencana)
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan
masyarakat Donggala dalam menghadapi bencana. Sebagaimana
diketahui bahwa Kabupaten Donggala merupakan wilayah bencana
(Ring Of Fire), oleh karena itu masyarakat harus dibekali
pengetahuan tentang kebencanaan agar siap selalu dalam
menghadapi bencana sewaktu-waktu. Oleh karena itu mitigasi
bencana menjadi program yang harus dijalankan. Indikator capaian
kinerja ini secara umum adalah terbentuknya Desa Tangguh

IV - 139
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Bencana, dan indicator rincinya adalah jumlah masyarakat yang


memiliki karakter “Akrab” dengan bencana.

IV - 140
Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

BAB V
VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

5.1. VISI

Akselerasi pembangunan daerah merupakan kebijakan yang sangat


strategis dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
berdasarkan faktor endowment yang dimiliki oleh masing-masing daerah,
seyogyanya harus didukung oleh perencanaan yang sistematis dan
terstruktur serta pelibatan seluruh masyarakat secara partisipatif.
Perencanaan pembangunan daerah adalah rangkaian proses penyusunan
tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku
kepentingan dalam memanfaatkan dan mengalokasikan sumber daya
daerah secara efisien, efektif dan berdaya guna. Keberhasilan
pembangunan daerah dapat tercapai bila dalam implementasinya
didasarkan pada konsep perencanaan yang disertai dengan tindakan
nyata sesuai dengan apa yang telah direncanakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.

Oleh karena itu, perumusan Visi dan Misi sebagai satu kesatuan
merupakan konsep perencanaan yang disertai dengan tindakan nyata
sesuai dengan yang direncanakan untuk mencapai tujuan.
Visi pembangunan daerah merupakan gambaran arah tentang
kondisi masa depan yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang,
yang secara obyektif dan faktual memiliki kewajaran dan kelayakan
untuk dicapai dalam situasi, kondisi dan kapasitas sumber daya daerah
yang tersedia. Pengerahan dan pemanfaatan kapasitas sumber daya yang
bersifat strategis tersebut dimaksudkan guna menjawab isu-isu strategis
dan permasalahan utama daerah, sehingga pemeritahan dan
pembangunan daerah dapat terselenggara secara berkelanjutan serta
dapat menjamin eksistensi daerah di masa depan.
Keberadaan Visi Pemerintah Daerah Kabupaten Donggala juga
merupakan konsepsi dasar dari suatu tatanan kehidupan yang dicita-
citakan, sehingga dapat menjadi daya pendorong dan daya ungkit

V-1
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

(leverage) bagi seluruh komponen masyarakat dalam mewujudkan


kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Dalam menentukan arah
pandangan ke depan yang bersifat strategis tersebut yang
menggambarkan tujuan yang ingin dicapai dari pengelolaan manajemen
pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam
melakukan pemberdayaan masyarakat, menyatukan persepsi, interpretasi
dan komitmen seluruh elemen masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan daerah.

Berdasarkan hasil diskusi kelompok yang dilakukan secara


partisipatif, dengan mempertimbangkan potensi daerah, analisis
permasalahan pembangunan, tantangan yang dihadapi serta isu-isu
strategis baik skala daerah, nasional dan global, maka dirumuskan Visi,
Misi, Tujuan dan Sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD). Mengacu pada RPJPD Kabupaten Donggala dan Visi
dan Misi Bupati dan Wakil Bupati yang disusun atas dasar kondisi
obyektif kekinian daerah, maka ditetapkan Visi Pemerintah Kabupaten
Donggala Periode 2019–2023, dengan rumusan sebagai berikut:

“TERWUJUDNYA MASYARAKAT KABUPATEN DONGGALA YANG


SEJAHTERA, BERDAYA SAING, MANDIRI DAN BERKARAKTER
DENGAN BERPIJAK PADA NILAI KEARIFAN LOKAL”

Sebagai gambaran dan harapan yang ingin diwujudkan oleh


Kabupaten Donggala 5 (lima) tahun ke depan, pada hakekatnya
mengandung makna dengan Penjabaran Visi tersebut dapat uraikan
sebagai berikut:

Masyarakat: adalah sekelompok orang atau warga yang membentuk


sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), yakni sebagian besar
interaksi yang terjadi adalah antara individu-individu yang berada dalam
kelompok tersebut, dengan kata lain masyarakat adalah kesatuan hidup
manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu
yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama.

V-2
Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

Donggala: adalah kesatuan wilayah dan masyarakat Kabupaten yang


terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 1822). Dalam perjalanannya pada Tahun 2002 Kabupaten
Donggala dimekarkan, dengan terbentuknya Kabupaten Parigi Moutong
sesuai Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2002 tentang Pembentukan
Kabupaten Parigi Moutong. Dalam perkembangannya selanjutnya pada
Tahun 2008 kembali dilakukan pemekaran dan berdasarkan Undang-
Undang Nomor 27 tanggal 21 Juli 2008 tentang Pembentukan Kabupaten
Sigi di Provinsi Sulawesi Tengah yang merupakan pemekaran dari
Kabupaten Donggala yang diresmikan pada tanggal 15 Januari 2009.
Sebagai daerah otonom, maka Kabupaten Donggala dalam kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah dan berwenang
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
dalam sistem negara kesatuan Republik Indonesia. Daerah menunjukkan
suatu kesatuan pemerintah dan kemasyarakatan beserta semua potensi
yang dimiliki.

Penjelasan Visi RPJMD Kabupaten Donggala


Periode 2019-2023

Pokok-Pokok
Visi Penjelasan Visi
Visi
“Terwujudnya Sejahtera Gambaran masyarakat
Masyarakat Kabupaten Donggala yang
Kabupaten semakin mampu memenuhi
Donggala yang kebutuhan dasarnya meliputi:
Sejahtera, Berdaya sandang, pangan, papan dan
Saing, Mandiri dan memperoleh pelayanan dasar
Berkarakter pendidikan dan kesehatan secara
dengan Berpijak layak, merata dan adil serta
pada Nilai Kearifan terbukanya kesempatan kerja
Lokal” yang luas dibarengi dengan
peningkatan penghasilan yang

V-3
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

memadai.
Berdaya Saing Gambaran masyarakat
Kabupaten Donggala yang
semakin memiliki kemampuan
untuk menghasilkan barang dan
jasa yang berkualitas sehingga
mampu bersaing secara nasional
dan global. Kemampuan ini
tercermin dari tingkat
pendapatan dan daya beli, tingkat
pendidikan, derajat kesehatan,
penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi, aksesibilitas
terhadap informasi, lembaga dan
pranata sosial yang kuat, serta
struktur ekonomi yang kokoh
(meningkatnya pertumbuhan
ekonomi, terbukanya kesempatan
kerja dan meratanya distribusi
pendapatan).

Mandiri Dimaknai sebagai suatu kondisi


masyarakat yang sedang dalam
proses meningkatkan
kapasitasnya untuk
menggerakkan dan mengelola
secara swadaya segala potensi
dan sumber daya yang dimiliki
atas prakarsa, inovatif dan
adaptif teknologi untuk
mendukung pembangunan
daerah melalui pelibatan seluruh
pemangku kepentingan
(stakeholders).

Berkarakter Dimaknai sebagai suatu kondisi


masyarakat Kabupaten Donggala
yang memiliki watak dan
kepribadian yang tercermin dari

V-4
Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

akhlak dan budi pekerti dalam


berperilaku, menjunjung tinggi
nilai-nilai kejujuran, kebenaran
dan kearifan lokal serta
menghargai perbedaan dalam
keberagaman, sehingga menjadi
pembeda dengan masyarakat
lainnya.
Nilai Kearifan Nilai kearifan lokal adalah suatu
Lokal gagasan konseptual tatanan yang
hidup dalam masyarakat berupa
sikap, nilai-nilai, etika, cara-cara,
perilaku, kepercayaan,
keyakinan, adat istiadat, hukum
adat, pandangan, kemampuan,
dan pengetahuan dari komunitas
atau masyarakat lokal untuk
mengelola lingkungan hidup,
tradisi, dan budaya setempat.
Dalam kaitan dengan Visi
RPJMD, kearifan lokal (local
wisdom), dimaknai sebagai suatu
pendekatan pelaksanaan
pembangunan dan
penyelenggaraan pemerintahan
dan penataan perekonomian
daerah melalui pemberdayaan
masyarakat, sehingga dalam
pengelolaan sumber daya tetap
mengacu pada nilai-nilai sosio-
kultural masyarakat setempat,
yang telah diakui dan dihargai
secara turun-temurun sebagai
sebuah tatanan dalam kehidupan
bermasyarakat.

Visi Kabupaten Donggala yang tertuang dalam RPJMD Periode 2019–


2023 harus pula merefleksikan Visi yang tertuang dalam RPJPD
Kabupaten Donggala 2005–2025, yaitu “Kabupaten Donggala yang
Mandiri, Sejahtera dan Damai”. Kabupaten Donggala yang dicirikan

V-5
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

dengan kondisi geografis wilayah yang memiliki sumber daya yang


potensial di berbagai sektor sebagai keunggulan daerah, sehingga dapat
dikelola, dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal guna
meningkatkan kesejahteraan, daya saing, kemandirian guna mewujudkan
suatu tatanan masyarakat yang berkarakter berdasarkan nilai-nilai
kearifan lokal.

5.2. MISI

Misi adalah rumusan umum atau pernyataan tentang apa yang


harus dilakukan oleh lembaga atau pemerintah untuk menjamin
terwujudnya visi yang telah ditetapkan. Rumusan misi disusun untuk
memberikan kerangka acuan bagi pencapaian tujuan dan sasaran serta
arah kebijakan yang akan ditempuh untuk mewujudkan Visi daerah.

Oleh karena pentingnya pernyataan misi, maka dalam


penyusunannya perlu memperhatikan faktor-faktor lingkungan baik
internal maupun eksternal, sebagai acuan dalam perumusan strategi
yang selanjutnya diterjemahkan ke dalam langkah-langkah kerja atau
tahapan pencapaian tujuan dari misi tersebut, yang dituangkan dalam
program dan kegiatan.

Misi sebagai penjabaran dari visi, maka dapat dirumuskan misi


Kabupaten Donggala yang tertuang dalam RPJMD 2019–2023, sebagai
pedoman bagi seluruh organisasi Perangkat Daerah dalam penyusunan
program dan kegiatan tahunan yang dijabarkan dalam Renstra dan
diimplementasikan dalam Renja Perangkat Daerah berdasarkan tugas
dan fungsinya, adalah sebagai berikut:

V-6
Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

Tabel 5.2
Perumusan Penjelasan Misi RPJMD Kabupaten Donggala
Pernyataan Misi Penjelasan Misi
Visi
“Terwujudnya 1. Mewujudkan Misi ini dimaksudkan untuk
Masyarakat Reformasi menciptakan kelembagaan
Kabupaten Birokrasi, birokrasi yang kuat, sehingga
Supermasi
Donggala yang mampu memberikan pelayanan
Hukum dan
Sejahtera, Penegakkan Nilai- prima dan berkualitas,
Berdaya Saing, Nilai menjalankan fungsi birokrasi
Mandiri dan kemanusiaan dan sebagai pelayan kepada
Berkarakter HAM. masyarakat, sehingga terwujud
dengan tata kelola pemerintahan yang
Berpijak pada bersih dan berwibawa.
Nilai Kearifan Peningkatan sumber daya
Lokal” manusia aparatur pemerintah
melalui berbagai pendidikan
dan pelatihan teknis untuk
meningkatkan kompetensi
aparatur yang profesional
melalui inovasi berbasis Iptek,
sehingga mampu melaksanakan
tugas dan fungsinya secara
efisien, efektif dan akuntabel.
Penyelenggaraan pemerintahan
dilaksanakan melalui
penegakan supremasi hukum
sehingga seluruh masyarakat
memperoleh pelayanan yang
adil dan merata sebagai
perwujudan azas kesamaan di
hadapan hukum (equality before
the law) serta menjunjung tinggi
penegakan nilai-nilai
kemanusiaan dan HAM.

2. Mewujudkan Misi ini dimaksudkan untuk


Pengelolaan mewujudkan terciptanya
Sumber Daya suasana kondusif sehingga
Pembangunan
dapat menjamin terwujudnya
yang Kompetitif
pengelolaan sumber daya bagi

V-7
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

dan berbasis terlaksananya pembangunan di


Kerakyatan. berbagai bidang. Misi ini juga
dimaksudkan untuk
menciptakan tatanan
masyarakat yang menjunjung
tinggi solidaritas sosial dan
kearifan lokal yang berkembang
di tengah-tengah masyarakat,
sehingga pengelolaan sumber
daya pembangunan dapat
meningkatkan daya saing dan
membentuk masyarakat yang
berkarakter.
3. Mewujudkan Misi ini, dimaksudkan untuk
Peningkatan mewujudkan tatanan
Kualitas Sumber masyarakat Kabupaten
Daya Manusia
Donggala yang memiliki
yang Kompetitif
berlandaskan kemampuan bersaing melalui
Keimanan dan peningkatan sumber daya
Ketaqwaan manusia yang dicirikan oleh
aksesibilitas pendidikan yang
merata, berkualitas serta
berlandaskan pada keimanan
dan ketaqwaan. Peningkatan
kualitas sumber daya manusia
juga harus didukung oleh
meningkatnya derajat
kesehatan melalui pemerataan
akses kesehatan yang merata,
pelayanan yang berkualitas dan
terjangkau.

4. Mewujudkan Dimaksudkan untuk


Peningkatan mengembangkan infrastuktur
Pembangunan daerah yang berkualitas guna
Infrastruktur
mendukung terwujudnya
Daerah
peningkatan kesejahteraan
masyarakat melalui
pengembangan usaha kreatif,
peningkatan aktivitas
pengelolaan sumber daya alam

V-8
Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

berbasis potensi wilayah di


berbagai sektor ekonomi
terutama usaha kecil
menengah, membuka
keterisolasian dan
meningkatkan konektivitas
antar wilayah, khususnya
daerah terpencil. Merevitalisasi
berbagai sarana dan prasarana
pendidikan, kesehatan, irigasi
dan sanitasi sebagai daerah
terdampak bencana alam.
5. Mewujudkan Misi ini dimaksudkan untuk
Peningkatan mewujudkan peningkatan
Kualitas Hidup kesejahteraan masyarakat
Masyarakat
miskin dan rentan melalui
melalui
Pemberdayaan pemberdayaan ekonomi
Ekonomi kerakyatan dan penguatan
Kerakyatan dan kelembagaan, sehingga mampu
Penguatan menggerakkan perekonomian
Kelembagaan guna meningkatkan
pendapatan dan daya beli
masyarakat. Misi ini juga
dimaksudkan sebagai upaya
mengatasi kerentanan sosial
yang dihadapi oleh masyarakat
khususnya masyarakat miskin
dan masyarakat yang
terdampak bencana alam dan
sekaligus merupakan bagian
dari tanggung jawab
pemerintah daerah dalam
percepatan pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan
(TPB/SDGs) di Kabupaten
Donggala.

Rumusan Keterkaitan Misi sebagai penjabaran dari visi, yang


tertuang dalam RPJMD Kabupaten Donggala Periode 2019–2023, adalah
sebagai berikut:

V-9
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Tabel 5.3
Katerkaitan Visi dan Misi RPJMD Kabupaten Donggala
Periode 2019-2023

Visi Misi
Mewujudkan Reformasi Birokrasi,
Supermasi Hukum dan Penegakkan Nilai-
Nilai kemanusiaan dan HAM.

Mewujudkan Pengelolaan Sumber Daya


Pembangunan yang Kompetitif dan
berbasis Kerakyatan.
“Terwujudnya Masyarakat
Donggala yang Sejahtera,
Mewujudkan Peningkatan Kualitas
Berdaya Saing, Mandiri
Sumber Daya Manusia yang Kompetitif
dan Berkarakter dengan
berlandaskan Keimanan dan Ketaqwaan.
Berpijak pada Nilai
Kearifan Lokal”
Mewujudkan Peningkatan Pembangunan
Infrastruktur Daerah.

Mewujudkan Peningkatan Kualitas Hidup


Masyarakat melalui Pemberdayaan
Ekonomi Kerakyatan dan Penguatan
Kelembagaan.
Masyarakat Donggala yang Sejahtera, Berdaya Saing, Mandiri, dan
Berkarakter dengan Berpijak pada Nilai Kearifan Lokal dapat dimaknai
sebagai terciptanya suatu tatanan masyarakat secara kolektif, yang
semakin Sejahtera ditandai oleh terpenuhi kebutuhan dasarnya, meliputi
sandang, pangan, papan dan memperoleh pelayanan dasar pendidikan
dan kesehatan secara layak serta terbukanya kesempatan kerja yang luas
dan menyerap tenaga kerja dengan penghasilan yang memadai, sehingga
akan terwujud suatu tatanan masyarakat yang memiliki daya saing dan
mandiri yang ditandai oleh kemampuan bersaing atas prakarsa,
kreatifitas, inovatif, adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta memiliki kekuatan yang bersumber dari dirinya
sendiri secara swadaya. Sedangkan berkarakter dimaknai sebagai
terbentuknya tatanan masyarakat yang memiliki watak dan kepribadian
yang menjunjung tinggi solidaritas sosial, harkat kemanusiaan dan harga

V - 10
Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

diri, yang tercermin dari akhlak dan budi pekerti yang berbasis pada
nilai-nilai kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah
masyarakat.
Indikator tercapainya kondisi masyarakat sesuai dengan Visi daerah
tersebut adalah: (i) Penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, akuntabel
dan inovatif, melalui tata kelola pemerintahan yang efisien dan efektif,
memberikan pelayanan secara merata dan akuntabel melalui penegakan
supremasi hukum dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM), dengan
dukungan ketersediaan infrastruktur yang berkualitas dan merata di
seluruh wilayah, serta penerapan teknologi dalam pengelolaan dan
penyelenggaraan pemerintahan, yang tercermin dari meningkatnya Indeks
Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan yang diberikan oleh birokrasi
pemerintahan; (ii) Meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
sebagai gambaran meningkatnya kesejahteraan masyarakat, yang
tercermin dari meningkatnya kualitas dan pemerataan pendidikan,
meningkatnya pelayanan dan derajat kesehatan, serta daya beli
masyarakat; (iii) Meningkatnya secara nyata rerata pendapatan per-kapita
dan menurunnya angka kemiskinan, sebagai cerminan semakin
meningkatnya perekonomian masyarakat, meningkatnya secara signifikan
produksi pertanian dan nelayan dibarengi dengan meningkatnya nilai
tukar petani dan nelayan serta penanganan secara tepat dan efektif
berbagai masalah sosial bagi masyarakat miskin, rentan dan terdampak
bencana alam. Hal-hal tersebut sekaligus mencerminkan bahwa hasil-
hasil pembangunan tersebar lebih merata/berkeadilan; (iv) Meningkatnya
solidaritas sosial sebagai wujud terbentuknya tatanan masyarakat yang
berkarakter berbasis pada nilai kearifan lokal.
Indikator keberhasilan Reformasi Birokrasi, Supermasi Hukum dan
Penegakkan Nilai-Nilai kemanusiaan dan HAM adalah: (i) Meningkatnya
pemerataan akses masyarakat terhadap pelayanan dasar yang terjangkau
dan berkualitas; (ii) Meningkatnya kualitas sumber daya aparatur sipil
Negara (ASN) guna mendukung pelayanan yang prima dan berkeadilan;
(iii) Meningkatnya penegakan supremasi hukum berdasarkan nilai-nilai

V - 11
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

kemanusiaan dan HAM guna menciptakan keamanan dan ketertiban di


tengah masyarakat; (iv) Menurunnya disparitas gender dalam proses
pembangunan melalui meningkatnya partisipasi dan peran perempuan
dalam pengambilan keputusan politik dan strategis.
Indikator keberhasilan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
yang Kompetitif berlandaskan Keimanan dan Ketaqwaan adalah (i)
Meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan dan
kesehatan yang berkualitas dan terjangkau; (ii) Meningkatnya kualitas
dan kuantitas fasilitas pendidikan dan kesehatan; (iii) Meningkatnya daya
saing sumber daya manusia berlandaskan keimanan dan ketaqwaan.
Indikator keberhasilan dalam pengelolaan sumber daya
pembangunan dan peningkatan infrastruktur daerah menuju
peningkatan kesejahteraan rakyat adalah: (i) Terbukanya keterisolasian
wilayah dan percepatan pembangunan daerah terpencil terutama melalui
penyediaan infrastruktur yang berkualitas dan merata yang dapat
mendukung aksesibilitas dan akselerasi pengembangan potensi daerah;
(ii) Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam merumuskan dan
merencanakan pemanfaatan sumber daya pembangunan secara arif,
bijaksana dan berbasis pada kelestarian lingkungan dan keberlanjutan
pembangunan; (iii) Berkembangnya ekonomi kreatif dan peningkatan
ekonomi kerakyatan melalui penguatan kelembagaan dan kerjasama
kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha
Misi yang tertuang dalam RPJMD Tahun 2019–2023 tersebut,
sebagai penjabaran tahapan, arah dan kebijakan untuk mencapai Visi,
harus pula menjadi bagian dari arah, kebijakan dan tahapan dalam
pencapaian Misi RPJPD Kabupaten Donggala Tahun 2005–2025, yaitu
“Kabupaten Donggala Yang Mandiri, Sejahtera dan Damai”.
Tabel 5.4.
Keselarasan Misi RPJMD 2019–2023 dan Misi RPJPD 2005–2025

Misi RPJMD 2019 – 2023 Misi RPJPD 2005 - 2025

Misi 1 Misi 2
Mewujudkan Reformasi Birokrasi, Mewujudkan Masyarakat yang

V - 12
Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

Supermasi Hukum dan Penegakkan Sejahtera dan Berkualitas


Nilai-Nilai kemanusiaan dan HAM.
Misi 3
Mewujudkan Suasana yang Aman
dan Damai

Misi 4
Mewujudkan Pemerintahan yang
Partisipatif, Transparansi dan
Akuntabilitas

Misi 2 Misi 1
Mewujudkan Pengelolaan Sumber Mewujudkan Kabupaten Donggala
Daya Pembangunan yang yang mandiri
Kompetitif dan berbasis Misi 2
Kerakyatan Mewujudkan Masyarakat yang
Sejahtera dan Berkualitas

Misi 3
Mewujudkan Suasana yang Aman
dan Damai

Misi 3 Misi 1
Mewujudkan Peningkatan Kualitas Mewujudkan Kabupaten Donggala
Sumber Daya Manusia yang yang mandiri
Kompetitif berlandaskan Keimanan Misi 2
dan Ketaqwaan.
Mewujudkan Masyarakat yang
Sejahtera dan Berkualitas

Misi 3

Mewujudkan Suasana yang Aman


dan Damai

Misi 4 Misi 1
Mewujudkan Peningkatan Mewujudkan Kabupaten Donggala
Pembangunan Infrastruktur Daerah yang mandiri

Misi 2

Mewujudkan Masyarakat yang

V - 13
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Sejahtera dan Berkualitas

Misi 3

Mewujudkan Suasana yang Aman


dan Damai

Misi 5 Misi 1
Mewujudkan Peningkatan Kualitas Mewujudkan Kabupaten Donggala
Hidup Masyarakat melalui yang mandiri
Pemberdayaan Ekonomi Misi 2
Kerakyatan dan Penguatan
Kelembagaan Mewujudkan Masyarakat yang
Sejahtera dan Berkualitas

Misi 3

Mewujudkan Suasana yang Aman


dan Damai

RPJMD Kabupaten Donggala Tahun 2019–2023 yang merupakan


penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah harus pula
menjadi bagian dari pencapaian 5 Misi dari Visi RPJMD Provinsi Sulawesi
Tengah 2016–2021 yaitu “Sulawesi Tengah Maju, Mandiri dan Berdaya
Saing”, sehingga terjadi keselarasan misi antara perencanaan
pembangunan Kabupaten Donggala dengan perencanaan Pembangunan
Provinsi Sulawesi Tengah.

Tabel 5.5.
Keselarasan Misi RPJMD Kabupaten Donggala Periode 2019–2023
dengan
Misi RPJMD Provinsi Sulawesi Tengah Periode 2016–2021

Misi RPJMD Sulawesi Tengah


Misi RPJMD 2019 – 2023
2016 - 2021
Misi 1 Misi 1
Mewujudkan Reformasi Birokrasi, Melanjutkan Reformasi Birokrasi,
Supermasi Hukum dan Penegakkan Mendukung Penegakan Supremasi
Nilai-Nilai kemanusiaan dan HAM. Hukum dan HAM

Misi 2
Meningkatkan pembangunan
Infrastruktur Daerah dan

V - 14
Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

mendukung Kemandirian Energi


Misi 5
Meningkatkan Kualitas
Sumberdaya Manusia yang
Berdaya Saing dan Berbudaya

Misi 2 Misi 2
Mewujudkan Pengelolaan Sumber Meningkatkan pembangunan
Daya Pembangunan yang Infrastruktur Daerah dan
Kompetitif dan berbasis mendukung Kemandirian Energi
Kerakyatan Misi 3

Meningkatkan Pertumbuhan
Ekonomi melalui Pemberdayaan
Ekonomi Kerakyatan

Misi 4

Mewujudkan Pengelolaan
Sumberdaya Agribisnis dan Maritim
yang Optimal dan Berkelanjutan
Sejajar dengan Provinsi Maju di
Kawasan Timur Indonesia

Misi 5
Meningkatkan Kualitas
Sumberdaya Manusia yang
Berdaya Saing dan Berbudaya

Misi 3 Misi 2
Mewujudkan Peningkatan Kualitas Meningkatkan pembangunan
Sumber Daya Manusia yang Infrastruktur Daerah dan
Kompetitif berlandaskan Keimanan mendukung Kemandirian Energi
dan Ketaqwaan. Misi 3

Meningkatkan Pertumbuhan
Ekonomi melalui Pemberdayaan
Ekonomi Kerakyatan

Misi 5

Meningkatkan Kualitas
Sumberdaya Manusia yang

V - 15
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Berdaya Saing dan Berbudaya

Misi 4 Misi 2
Mewujudkan Peningkatan Meningkatkan pembangunan
Pembangunan Infrastruktur Daerah Infrastruktur Daerah dan
mendukung Kemandirian Energi
Misi 3

Meningkatkan Pertumbuhan
Ekonomi melalui Pemberdayaan
Ekonomi Kerakyatan

Misi 4
Mewujudkan Pengelolaan
Sumberdaya Agribisnis dan Maritim
yang Optimal dan Berkelanjutan
Sejajar dengan Provinsi Maju di
Kawasan Timur Indonesia
Misi 5
Meningkatkan Kualitas
Sumberdaya Manusia yang
Berdaya Saing dan Berbudaya

Misi 5 Misi 2
Mewujudkan Peningkatan Kualitas Meningkatkan pembangunan
Hidup Masyarakat melalui Infrastruktur Daerah dan
Pemberdayaan Ekonomi mendukung Kemandirian Energi
Kerakyatan dan Penguatan Misi 3
Kelembagaan
Meningkatkan Pertumbuhan
Ekonomi melalui Pemberdayaan
Ekonomi Kerakyatan

Misi 4
Mewujudkan Pengelolaan
Sumberdaya Agribisnis dan Maritim
yang Optimal dan Berkelanjutan
Sejajar dengan Provinsi Maju di
Kawasan Timur Indonesia
Misi 5
Meningkatkan Kualitas

V - 16
Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

Sumberdaya Manusia yang


Berdaya Saing dan Berbudaya

Sebagai wujud dari pelaksanaan amanat Undang-Undang Nomor 25


Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional (SPN) Pasal 5 ayat (2),
maka penyusunan RPJMD Kabupaten Kabupaten Donggala Tahun 2019–
2023, di samping berpedoman pada RPJPD Kabupaten Donggala 2005–
2025 dan RPJMD Provinsi Sulawesi Tengah, perlu pula memperhatikan
RPJM Nasional, sehingga penjabaran program dalam RPJMD Kabupaten
Kabupaten Donggala menjadi bagian integral dari program pembangunan
nasional. Oleh karena itu, misi pemerintah daerah yang tertuang dalam
RPJMD Kabupaten Donggala harus memiliki keselarasan dengan misi
RPJMN sebagai arah dan kebijakan pembangunan nasional lima tahunan.

Tabel 5.6.
Keselarasan Misi RPJMD Kabupaten Donggala Periode 2019–2023
dengan Misi RPJM Nasional Periode 2015–2019

Misi RPJMD Periode 2019 – 2023 Misi RPJM Nasional


Periode 2015 – 2019

Misi 1 Misi 2
Mewujudkan Reformasi Birokrasi, Mewujudkan masyarakat maju,
Supermasi Hukum dan Penegakkan berkeseimbangan, dan demokratis
Nilai-Nilai kemanusiaan dan HAM. berlandaskan negara hukum.
Misi 3
Mewujudkan politik luar negeri
bebas-aktif dan memperkuat jati
diri sebagai negara maritim.
Misi 5
Mewujudkan bangsa yang berdaya
saing.

Misi 2 Misi 2
Mewujudkan Pengelolaan Sumber
Mewujudkan masyarakat maju,
Daya Pembangunan yang berkeseimbangan, dan demokratis
Kompetitif dan berbasis
berlandaskan negara hukum.
Kerakyatan.

V - 17
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Misi 4

Mewujudkan kualitas hidup


manusia Indonesia yang tinggi,
maju, dan sejahtera.

Misi 5

Mewujudkan bangsa yang berdaya


saing.

Misi 6

Mewujudkan Indonesia menjadi


negara maritim yang mandiri,
maju, kuat, dan berbasiskan
kepentingan nasional.

Misi 3 Misi 1
Mewujudkan Peningkatan Kualitas Mewujudkan keamanan nasional
Sumber Daya Manusia yang yang mampu menjaga kedaulatan
Kompetitif berlandaskan Keimanan wilayah, menopang kemandirian
dan Ketaqwaan. ekonomi dengan mengamankan
sumber daya maritim, dan
mencerminkan kepribadian
Indonesia sebagai negara
kepulauan.
Misi 2
Mewujudkan masyarakat maju,
berkeseimbangan, dan demokratis
berlandaskan negara hukum
Misi 4
Mewujudkan kualitas hidup
manusia Indonesia yang tinggi,
maju, dan sejahtera.
Misi 5
Mewujudkan bangsa yang berdaya
saing.
Misi 6
Mewujudkan Indonesia menjadi
negara maritim yang mandiri,

V - 18
Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

maju, kuat, dan berbasiskan


kepentingan nasional.

Misi 4 Misi 1
Mewujudkan Peningkatan Mewujudkan keamanan nasional
Pembangunan Infrastruktur yang mampu menjaga kedaulatan
Daerah. wilayah, menopang kemandirian
ekonomi dengan mengamankan
sumber daya maritim, dan
mencerminkan kepribadian
Indonesia sebagai negara
kepulauan.
Misi 4
Mewujudkan kualitas hidup
manusia Indonesia yang tinggi,
maju, dan sejahtera.
Misi 5
Mewujudkan bangsa yang berdaya
saing.

Misi 6

Mewujudkan Indonesia menjadi


negara maritim yang mandiri,
maju, kuat, dan berbasiskan
kepentingan nasional.

Misi 5 Misi 1
Mewujudkan Peningkatan Kualitas Mewujudkan keamanan nasional
Hidup Masyarakat melalui yang mampu menjaga kedaulatan
Pemberdayaan Ekonomi wilayah, menopang kemandirian
Kerakyatan dan Penguatan ekonomi dengan mengamankan
Kelembagaan. sumber daya maritim, dan
mencerminkan kepribadian
Indonesia sebagai negara
kepulauan.
Misi 4
Mewujudkan kualitas hidup
manusia Indonesia yang tinggi,
maju, dan sejahtera.

V - 19
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Misi 5

Mewujudkan bangsa yang berdaya


saing.

Misi 6
Mewujudkan Indonesia menjadi
negara maritim yang mandiri,
maju, kuat, dan berbasiskan
kepentingan nasional.

Keselarasan antara misi RPJMD Kabupaten Donggala Periode 2019–


2023, dengan misi yang tertuang dalam berbagai dokumen perencanaan
terkait lainnya secara normatif sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional,
maka misi RPJMD Kabupaten Donggala Periode 2019–2023 perlu pula
memperhatikan tiga dimensi pembangunan, yang meliputi: (1) Dimensi
Pembangunan Manusia dan Masyarakat; (2) Dimensi Pembangunan
sektor unggulan dan prioritas, dan; (3) Dimensi Pemerataan dan
Kewilayahan serta menyelaraskan dengan sembilan agenda prioritas
NAWA CITA, menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri
dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.

Tabel 5.7.
Keselarasan Misi RPJMD Kabupaten Donggala Periode 2019–2023
dengan Agenda Prioritas Nawa Cita

Misi RPJMD Agenda Prioritas Nawa Cita


Periode 2019 – 2023 Periode 2015 – 2019

Misi 1 1. Menghadirkan kembali negara untuk


melindungi segenap bangsa dan
Mewujudkan Reformasi Birokrasi, memberikan rasa aman kepada
Supermasi Hukum dan seluruh warga negara;
Penegakkan Nilai-Nilai 2. Memperkuat kehadiran negara dalam
kemanusiaan dan HAM. melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas

V - 20
Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

korupsi, bermartabat, dan terpercaya;


3. Membuat Pemerintah selalu hadir
dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif,
demokratis, dan terpercaya;
7. Melakukan revolusi karakter bangsa.

Misi 2 6. Meningkatkan kualitas hidup


manusia dan masyarakat Indonesia;
Mewujudkan Pengelolaan Sumber
7. Melakukan revolusi karakter bangsa;
Daya Pembangunan yang
Kompetitif dan berbasis 8. Meningkatkan produktivitas rakyat
Kerakyatan dan daya saing di pasar internasional
sehingga bangsa Indonesia bisa maju
dan bangkit bersama bangsa Asia
lainnya;
9. Mewujudkan kemandirian ekonomi
dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.

Misi 3
Mewujudkan Peningkatan 1. Menghadirkan kembali negara untuk
Kualitas Sumber Daya Manusia melindungi segenap bangsa dan
yang Kompetitif berlandaskan memberikan rasa aman kepada
Keimanan dan Ketaqwaan. seluruh warga negara;
5. Memperteguh kebhinekaan dan
memperkuat restorasi sosial
Indonesia;
8. Meningkatkan kualitas hidup
manusia dan masyarakat Indonesia.
7. Melakukan revolusi karakter bangsa.

Misi 4
Mewujudkan Peningkatan 4. Membangun Indonesia dari pinggiran
Pembangunan Infrastruktur dengan memperkuat daerah-daerah
Daerah dan desa dalam kerangka negara
kesatuan;
8. Meningkatkan produktivitas rakyat
dan daya saing di pasar internasional
sehingga bangsa Indonesia bisa maju
dan bangkit bersama bangsa Asia

V - 21
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

lainnya;
9. Mewujudkan kemandirian ekonomi
dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.

Misi 5
Mewujudkan Peningkatan 4. Membangun Indonesia dari pinggiran
Kualitas Hidup Masyarakat dengan memperkuat daerah-daerah
melalui Pemberdayaan Ekonomi dan desa dalam kerangka negara
Kerakyatan dan Penguatan kesatuan;
Kelembagaan 8. Meningkatkan produktivitas rakyat
dan daya saing di pasar internasional
sehingga bangsa Indonesia dapat
maju dan bangkit bersama bangsa
Asia lainnya;
9. Mewujudkan kemandirian ekonomi
dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.
Keselarasan misi RPJMD Kabupaten Donggala Periode 2019–2023,
dengan berbagai dokumen perencanaan pada skala nasional, provinsi dan
RPJP maupun RTRW Kabupaten Donggala, harus pula terintegrasi
dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Keselarasan
dokumen perencanaan ini dimaksudkan agar misi pembangunan daerah
menjadi bagian dari target-target tujuan pembangunan global, sehingga
pada Tahun 2030, akan menghasilkan kondisi kesejahteraan yang relatif
semakin membaik bagi penduduk di seluruh dunia dengan tetap menjaga
keberlanjutan pembangunan di masa yang akan datang, melalui
pelaksanaan pembangunan yang berbasis pada keseimbangan
lingkungan.

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang merupakan


komitmen bersama secara global dan nasional bertujuan mewujudkan
peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan,
menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, menjaga kualitas
lingkungan hidup serta pembangunan yang menjamin keadilan dan
terlaksananya tata kelola yang mampu meningkatan kualitas hidup dari satu
generasi ke generasi berikutnya.

V - 22
Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

Penyusunan perencanaan pembangunan yang mengintegrasikan


SDGs ke dalam dokumen perencanaan, tercermin dari program yang
akan dilaksanakan dalam lima tahun mendatang yang bertujuan untuk:

1) Menurunkan angka kemiskinan, meningkatkan ketersediaan dan


kecukupan pangan, meningkatkan derajat kesehatan, melaksanakan
pendidikan yang berkualitas, meningkatkan kesataraan gender serta
penyediaan air bersih dan sanitasi yang berkualitas dan menjangkau
seluruh masyarakat;
2) Penyediaan energi yang terjangkau, peningkatan pertumbuhan
ekonomi dan penyediaan pekerjaan yang layak, pembangunan
infrastruktur dan pengembangan industri inklusif dan inovatif,
penurunan kesenjangan dan penataan kota inklusif dan
berkelanjutan;
3) Menumbuhkan perilaku konsumsi dan produksi berkelanjutan,
meningkatkan mitigasi perubahan iklim dan pengurangan resiko
bencana, menjaga kelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan
ekosistem laut, menjaga kelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan
ekosistem darat;
4) Menjaga perdamaian, keadilan dan penguatan kelembagaan, serta
menjalin kemitraan untuk melaksanakan semua tujuan
pembangunan.

Pencapaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs),


bertumpu pada prinsip dasar manajemen pembangunan yang
dilaksanakan, yaitu memanfaatkan secara optimal seluruh potensi
sumberdaya pembangunan yang dimiliki daerah dengan mengacu pada
batas-batas toleransi kerusakan lingkungan, degradasi daya dukung
lahan, perubahan iklim, mitigasi bencana dan keberlanjutan ekosistem
laut dan darat.

Target pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)


mencakup 17 tujuan, yang dikelompokkan ke dalam 4 pilar, yaitu Pilar

V - 23
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Sosial, Ekonomi, Lingkungan dan Pembangunan Inklusif. Misi pemerintah


daerah sebagai penjabaran Visi diuraikan ke dalam tujuan, sasaran, strategi
dan arah kebijakan, untuk selanjutnya menentukan program dan kegiatan,
harus memenuhi 17 tujuan dimaksud.

Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (SDGs)

Pembangunan
Lingkungan
Ekonomi

Inklusif
Sosial

Program dan Kegiatan

Tujuan, Sasaran, Strategi & Arah Kebijakan

Visi dan Misi Pembangunan Daerah

Integrasi Visi Pembangunan Daerah Kabupaten Donggala yang


tertuang dalam RPJMD Periode 2019–2023, dengan 17 Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (MDGs), adalah sebagai berikut:

V - 24
Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

Tabel 5.8
Integrasi Misi RPJMD Kabupaten Donggala Periode 2019–2023
Kedalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)

Misi RPJMD
Tujuan SDGs 2015–2030
Periode 2019–2023
Misi 1 Tujuan 1 Mengakhiri segala bentuk
kemiskinan.
Mewujudkan
Reformasi Birokrasi, Tujuan 2 Menghilangkan kelaparan,
Supermasi Hukum mencapai ketahanan pangan dan
dan Penegakkan gizi yang baik, serta meningkatkan
Nilai-Nilai pertanian berkelanjutan.
kemanusiaan dan Tujuan 3 Menjamin kehidupan yang sehat
HAM. dan meningkatkan kesejahteraan
seluruh penduduk semua usia.
Tujuan 4 Menjamin kualitas pendidikan yang
inklusif dan merata serta
meningkatkan kesempatan belajar
sepanjang hayat untuk semua.
Tujuan 5 Mencapai kesetaraan gender dan
memberdayakan kaum perempuan.
Tujuan 6 Menjamin ketersediaan serta
pengelolaan air bersih dan sanitasi
yang berkelanjutan untuk semua.
Tujuan 7 Menjamin akses energi yang
terjangkau, andal, berkelanjutan,
dan modern untuk semua.
Tujuan 16 Menguatkan masyarakat yang
inklusif dan damai untuk
pembangunan berkelanjutan,
menyediakan akses keadilan untuk
semua, dan membangun
kelembagaan yang efektif,
akuntabel, dan inklusif di semua
tingkatan.
Tujuan 17 Menguatkan sarana pelaksanaan
dan merevitalisasi kemitraan global
untuk pembangunan berkelanjutan.

V - 25
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Misi 2 Tujuan 1 Mengakhiri segala bentuk


kemiskinan.
Mewujudkan
Pengelolaan Sumber Tujuan 2 Menghilangkan kelaparan,
Daya Pembangunan mencapai ketahanan pangan dan
yang Kompetitif dan gizi yang baik, serta meningkatkan
berbasis Kerakyatan pertanian berkelanjutan.
Tujuan 5 Mencapai kesetaraan gender dan
memberdayakan kaum perempuan.
Tujuan 6 Menjamin ketersediaan serta
pengelolaan air bersih dan sanitasi
yang berkelanjutan untuk semua
Tujuan 7 Menjamin akses energi yang
terjangkau, andal, berkelanjutan,
dan modern untuk semua.
Tujuan 8. Meningkatkan pertumbuhan
ekonomi yang inklusif dan
berkelanjutan, kesempatan kerja
yang produktif dan menyeluruh,
serta pekerjaan yang layak untuk
semua.
Tujuan 9. Membangun infrastruktur yang
tangguh, meningkatkan industri
inklusif dan berkelanjutan, serta
mendorong inovasi.
Tujuan 10. Mengurangi kesenjangan intra dan
antar negara.
Tujuan 17. Menguatkan sarana pelaksanaan
dan merevitalisasi kemitraan global
untuk pembangunan berkelanjutan.

Misi 3 Tujuan 1. Mengakhiri segala bentuk


Mewujudkan kemiskinan.
Peningkatan Tujuan 2. Menghilangkan kelaparan,
Kualitas Sumber mencapai ketahanan pangan dan
Daya Manusia yang gizi yang baik, serta meningkatkan

V - 26
Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

Kompetitif pertanian berkelanjutan.


berlandaskan
Keimanan dan
Ketaqwaan. Tujuan 3. Menjamin kehidupan yang sehat
dan meningkatkan kesejahteraan
seluruh penduduk semua usia.
Tujuan 4. Menjamin kualitas pendidikan yang
inklusif dan merata serta
meningkatkan kesempatan belajar
sepanjang hayat untuk semua.
Tujuan 5. Mencapai kesetaraan gender dan
memberdayakan kaum perempuan
Tujuan 6. Menjamin ketersediaan serta
pengelolaan air bersih dan sanitasi
yang berkelanjutan untuk semua.
Tujuan 7. Menjamin akses energi yang
terjangkau, andal, berkelanjutan,
dan modern untuk semua.
Tujuan 8. Meningkatkan pertumbuhan
ekonomi yang inklusif dan
berkelanjutan, kesempatan kerja
yang produktif dan menyeluruh,
serta pekerjaan yang layak untuk
semua.
Membangun infrastruktur yang
Tujuan 9.
tangguh, meningkatkan industri
inklusif dan berkelanjutan, serta
mendorong inovasi.
Tujuan 10. Mengurangi kesenjangan intra dan
antar negara.
Tujuan 12. Menjamin pola produksi dan
konsumsi yang berkelanjutan.
Tujuan 16. Menguatkan masyarakat yang
inklusif dan damai untuk
pembangunan berkelanjutan,
menyediakan akses keadilan untuk
semua, dan membangun
kelembagaan yang efektif,

V - 27
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

akuntabel, dan inklusif di semua


tingkatan.
Menguatkan sarana pelaksanaan
Tujuan 17.
dan merevitalisasi kemitraan global
untuk pembangunan berkelanjutan.

Misi 4 Tujuan 3. Menjamin kehidupan yang sehat


Mewujudkan dan meningkatkan kesejahteraan
Peningkatan seluruh penduduk semua usia.
Pembangunan Tujuan 4. Menjamin kualitas pendidikan yang
Infrastruktur Daerah inklusif dan merata serta
meningkatkan kesempatan belajar
sepanjang hayat untuk semua.
Tujuan 6. Menjamin ketersediaan serta
pengelolaan air bersih dan sanitasi
yang berkelanjutan untuk semua
Tujuan 7. Menjamin akses energi yang
terjangkau, andal, berkelanjutan,
dan modern untuk semua
Tujuan 8. Meningkatkan pertumbuhan
ekonomi yang inklusif dan
berkelanjutan, kesempatan kerja
yang produktif dan menyeluruh,
serta pekerjaan yang layak untuk
semua.
Tujuan 9. Membangun infrastruktur yang
tangguh, meningkatkan industri
inklusif dan berkelanjutan, serta
mendorong inovasi.
Tujuan 10. Mengurangi kesenjangan intra dan
antar negara.
Tujuan 11. Menjadikan kota dan permukiman
inklusif, aman, tangguh, dan
berkelanjutan.
Tujuan 13. Mengambil tindakan cepat untuk
mengatasi perubahan iklim dan
dampaknya.

V - 28
Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

Tujuan 14. Melestarikan dan memanfaatkan


secara berkelanjutan sumber daya
kelautan dan samudera untuk
pembangunan berkelanjutan.

Tujuan 17. Menguatkan sarana pelaksanaan


dan merevitalisasi kemitraan global
untuk pembangunan berkelanjutan.

Misi 5 Tujuan 1. Mengakhiri segala bentuk


Mewujudkan kemiskinan.
Peningkatan Tujuan 2. Menghilangkan kelaparan,
Kualitas Hidup mencapai ketahanan pangan dan
Masyarakat melalui gizi yang baik, serta meningkatkan
Pemberdayaan pertanian berkelanjutan.
Ekonomi Kerakyatan
Tujuan 3. Menjamin kehidupan yang sehat
dan Penguatan
dan meningkatkan kesejahteraan
Kelembagaan
seluruh penduduk semua usia.
Tujuan 5. Mencapai kesetaraan gender dan
memberdayakan kaum perempuan
Tujuan 6. Menjamin ketersediaan serta
pengelolaan air bersih dan sanitasi
yang berkelanjutan untuk semua.
Tujuan 7. Menjamin akses energi yang
terjangkau, andal, berkelanjutan,
dan modern untuk semua.
Tujuan 8. Meningkatkan pertumbuhan
ekonomi yang inklusif dan
berkelanjutan, kesempatan kerja
yang produktif dan menyeluruh,
serta pekerjaan yang layak untuk
semua.
Tujuan 9. Membangun infrastruktur yang
tangguh, meningkatkan industri
inklusif dan berkelanjutan, serta
mendorong inovasi.

V - 29
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Tujuan 12. Menjamin pola produksi dan


konsumsi yang berkelanjutan.
Tujuan 14. Melestarikan dan memanfaatkan
secara berkelanjutan sumber daya
kelautan dan samudera untuk
pembangunan berkelanjutan.
Tujuan 15. Melindungi, merestorasi, dan
meningkatkan pemanfaatan
berkelanjutan ekosistem daratan,
mengelola hutan secara lestari,
menghentikan penggusuran,
memulihkan degradasi lahan, serta
menghentikan kehilangan
keanekaragaman hayati.
Tujuan 17. Menguatkan sarana pelaksanaan
dan merevitalisasi kemitraan global
untuk pembangunan berkelanjutan.

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) sebagaimana


diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 Pasal 2
ayat (b), wajib dilaksanakan dalam penyusunan RPJMD. Oleh karena itu,
intergrasi Misi RPJMD Kabupaten Donggala dengan Kajian Lingkungan
Hidup Strategis (KLHS), bertujuan untuk memastikan bahwa prinsip
pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam
penyusunan dokumen RKP yang telah dituangkan dalam program
pencapaian misi RPJMD Kabupaten Donggala Periode 2019–2023.

KLHS digunakan sebagai acuan untuk merencanakan dan


mengevaluasi kebijakan, program dan kegiatan yang akan atau telah
ditetapkan. Dalam penyusunan kebijakan, rencana atau program, KLHS
digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan agar
dampak atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat
diminimalisir, sedangkan dalam evaluasi kebijakan rencana dan/atau
program, KLHS digunakan untuk mengidentifikasi dan memberikan

V - 30
Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

solusi alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program


yang menimbulkan dampak dan/atau risiko negatif terhadap lingkungan.

KLHS RPJMD Kabupaten Donggala bermanfaat untuk memfasilitasi


dan menjadi media proses belajar bersama antar pelaku pembangunan, di
mana seluruh pihak yang terkait (stakeholder) dalam penyusunan dan
evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program dapat secara aktif
mendiskusikan seberapa jauh substansi kebijakan, rencana dan/atau
program yang dirumuskan telah mempertimbangkan aspek lingkungan
dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan terintegrasi dalam
kebijakan tersebut.

Melalui proses KLHS, diharapkan pihak-pihak yang terlibat dalam


penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program dapat
mengetahui dan memahami pentingnya menerapkan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan dalam setiap penyusunan dan evaluasi
kebijakan, rencana dan/atau program. Dengan demikian, maka
implementasi program atau kegiatan yang mengacu pada misi yang
tertuang dalam RPJMD dapat mempertimbangkan seberapa besar
dampak negative yang ditimbulkan dari aktivitas pembangunan terhadap
keseimbangan dan keberlanjutan ekosistem dan lingkungan.

5.3. TUJUAN DAN SASARAN

Berdasarkan Visi dan Misi, maka Tujuan dan Sasaran yang ingin
dicapai dalam pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten
Donggala selama Periode 2019–2023, adalah:

1. Terwujudnya Reformasi Birokrasi, Supermasi Hukum dan Penegakkan


Nilai-Nilai Kemanusiaan dan HAM, dengan sasaran:
1) Terselenggaranya tata kelola pemerintahan yang baik (Good
Governance);
2) Optimalnya pelaksanaan pelayanan publik/pelayanan prima;

V - 31
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

3) Profesionalnya aparatur dalam penyelenggaan aktivitas


pemerintahan;
4) Terlaksananya Akuntabilitas dalam semua level kepemimpinan;
5) Meningkatnya peran perempuan dalam proses pengambilan
keputusan ditingkat pemerintahan Desa sampai pada level
pemerintahan kabupaten;
6) Meningkatnya kesadaran masyarakat, pemerintah dan semua
komponen kekuatan terhadap penegakan aturan dan tertib hukum
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;
7) Terciptanya suasana kondusif, kerukunan dan toleransi inter dan
antar umat beragama;
8) Meningkatnya kesadaran, kepekaan dan kepedulian Masyarakat
terhadap nilai-nilai Kemanusian dan Hak Azazi Manusia;
9) Terciptanya suasana kehidupan masyarakat yang harmonis,
dinamis, berkeadilan dan bermartabat;
10) Meningkatnya kualitas pelayanan, rehabilitasi, bantuan sosial dan
jaminan sosial bagi masyarakat penyandang sosial.
2. Terwujudnya Pengelolaan Sumber Daya Pembangunan yang Kompetitif
dan berbasis Kerakyatan, dengan Sasaran:
a. Pengelolaan Sumber Daya (Pemerintah dan Masyarakat)
1) Optimalnya peran aktif Aparatur dalam penyelenggaraan
pemerintahan;
2) Meningkatnya partisipasi Masyarakat secara konstruktif dalam
pelaksanaan program pembangunan (pembangunan partisipatif).
b. Sumber Daya Alam dan Energi (semua terdapat di bumi baik yang
hidup maupun yang mati yang berguna bagi manusia)
1) Terkelolahnya sumber daya hutan, tambang, energi dan kelautan
secara berkelanjutan, produktif dan bermutu dengan tetap
mempertahankan kelestarian lingkungan;
2) Meningkatnya luas hutan tanaman rakyat (HTR), hutan
kemasyarakatan (HKM), hutan desa (HD), hutan rakyat (HR) yang
berorientasi pada kearifan lokal;

V - 32
Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

3) Optimalnya peran aktif masyarakat dan kesadaran para


pemangku kepentingan untuk menjaga kelestarian sumber daya
alam;
4) Terciptanya kawasan konservasi hutan, laut dan perairan.
c. Sumber Daya Ekonomi (Pasar/DUDI)
1) Lahirnya regulasi yang dapat menjamin peningkatan PAD serta
stabilitas harga dan kepastian pasar secara berkelanjutan;
2) Meningkatnya kerjasama ekonomi, kegiatan eskpor dan
perdagangan dengan dunia usaha dan dunia industri sebagai
upaya menciptaan iklim investasi yang memacu pertumbuhan
ekonomi daerah;
3) Berkembangnya usaha mikro, kecil dan menengah melaui pola
kemitraaan;
4) Optimalnya pemberian pelayanan perizinan usaha secara
profesional, mudah, efektif dan efesien.

d. Sumber Daya IPTEK (Sains dan TTG)

Meningkatnya produktivitas kegiatan pembangunan melalui


penerapan sains dan teknologi tepat guna

e. Sumber Daya Jasa/Mitra (Swasta)

Meningkatnya peran swasta dalam menciptakan iklim usaha dan


kesempatan kerja bagi masyarakat.

f. Sumber Daya Kelembagaan (Organisasi)

1) Meningkatnya peran serta organisasi kemasyarakatan dan


organisasi kepemudaan dalam aktivitas pembangunan.

2) Meningkatnya peran perempuan guna menguatkan sendi-sendi


kehidupan dalam berkeluarga dan bermasyarakat.

3. Terwujudnya Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia yang


kompetitif berlandaskan Keimanan dan Ketaqwaan, dengan Sasaran:

V - 33
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

1) Meningkatnya kompetensi aparatur disemua level pemerintahan;


2) Meningkatnya kemampuan dan keterampilan masyarakat dalam
pengelolaan sumber daya lokal;
3) Meningkatnya kualitas, pemerataan dan keterjangkauan
pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat khususnya dalam
penuntasan program wajib belajar 9 tahun dan 12 tahun bagi anak
usia sekolah;
4) Tuntasnya buta aksara;
5) Meningkatnya akses dan mutu layanan kesehatan bagi
masyarakat;
6) Terciptanya keluarga yang berkualitas;
7) Meningkatnya kesetaraan gender dalam kegiatan pembangunan;
8) Tersedianya sumber daya manusia sesuai potensi Daerah;
9) Terimplementasinya nilai nilai Keimanan dan Ketaqwaan
dalam pengambilan kebijakan dan pelaksanaan program
pembangunan;
10) Meningkatnya penghayatan dan pendalaman nilai-nilai etika, moral
dan agama dalam kehidupan bermasyarakat;
11) Meningkatnya kualitas keimanan dan ketaqwaan.
4. Terwujudnya Peningkatan Pembangunan Infrastruktur Daerah, dengan
Sasaran:
1) Tersedianya infrastruktur penunjang yang memadai;
2) Penataan lingkungan perumahan dan pelayanan publik pasca
bencana alam;
3) Membangun sarana transportasi guna membuka keterisolasian
wilayah.
5. Terwujudnya Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat melalui
Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Penguatan Kelembagaan,
dengan Sasaran:
1) Meningkatnya pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui
pemberdayaan potensi lokal;

V - 34
Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

2) Menurunnya angka kemiskinan dan meningkatnya taraf hidup


masyarakat petani, pesisir dan nelayan;
3) Terbangunnya sistim dan kelembagaan ekonomi perdesaan yang
kuat, berdaya saing dan mandiri;
4) Meningkatnya keberdayaan masyarakat secara ekonomi, sosial,
politik dan budaya berbasis kearifan lokal dan berkeadilan gender;
5) Meningkatnya kesempatan dan lapangan kerja bagi masyarakat;
6) Tersedianya tata ruang publik yang ramah bagi perempuan dan
anak (Penyediaan fasilitas pojok laktasi dan nutrisi di ruang
publik);
7) Menguatnya kelembagaan Pusat Pelayanan terpadu perempuan dan
anak dan efektifnya kerjasama PPA, LSM dan jaringan lainnya yang
koseren dalam penananganan kasus kekerasan terhadap
perempuan dan anak;
8) Berkembangnya aktivitas agribisnis dan agroindustri, serta
agropolitan pada lokasi yang potensial dan prospektif.

Tabel 5.9
Keterkaitan Visi, Misi Tujuan, Sasaran dan Strategi

Visi: “Terwujudnya Masyarakat Donggala yang Sejahtera, Berdaya


Saing, Mandiri dan Berkarakter dengan Berpijak pada Nilai
Kearifan Lokal”

Misi Tujuan Sasaran

Misi 1 Tujuan 1.1 Sasaran 1.1.1

Mewujudkan Mewujudkan Tata Terwujudnya tata


Reformasi Birokrasi, Kelola Pemerintahan kelola pemerintahan
Supermasi Hukum yang bersih, akuntabel yang baik dan bersih
dan Penegakkan dan Inovatif
Nilai-Nilai Sasaran 1.1.2
Kemanusiaan dan
HAM Meningkatnya
Kapabilitas dan
profesionalisme

V - 35
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

aparatur

Sasaran 1.1.3

Terciptanya suasana
kondusif, kerukunan
dan solidaritas antar
warga masyarakat

Sasaran 1.1.4

Meningkatnya
kesadaran, kepekaan
dan kepedulian
Masyarakat terhadap
nilai-nilai
Kemanusian dan Hak
Azazi Manusia

Sasaran 1.1.5

Meningkatnya
kesiagaan
Masyarakat
menghadapi bencana
alam

Tujuan 1.2 Sasaran 1.2.1

Meningkatkan kualitas Meningkatnya


pelayanan Publik yang pelayanan Publik
efektif dan transparan yang cepat dan Prima

Sasaran 1.2.2

Mewujudkan
administrasi
kearsipan dan
pelestarian dokumen
daerah

V - 36
Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

Tujuan 1.3 Sasaran 1.3.1

Mewujudkan Meningkatnya
perlindungan dan kualitas pelayanan,
jaminan sosial yang rehabilitasi, bantuan
merata sosial dan jaminan
sosial bagi
masyarakat
penyandang sosial

Misi Tujuan Sasaran

Misi 2 Tujuan 2.1 Sasaran 2.1.1

Mewujudkan Mewujudkan Optimalnya peran


Pengelolaan Sumber Optimalisasi Pengelolaan aktif aparatur
Daya Pembangunan Sumber Daya pemerintah dalam
yang Kompetitif dan (Pemerintah dan perencanaan
berbasis Kerakyatan Masyarakat) pembangunan

Sasaran 2.1.2

Meningkatnya
partisipasi
Masyarakat secara
konstruktif dalam
pelaksanaan
program
pembangunan
(pembangunan
partisipatif)

Tujuan 2.2 Sasaran 2.2.1

Pengelolaan Sumber Terkelolahnya


Daya Alam dan sumber daya hutan
Penyediaaan Energi secara
(semua terdapat di bumi berkelanjutan,
baik yang hidup maupun produktif dan
yang mati yang berguna bermutu dengan

V - 37
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

bagi manusia) tetap


mempertahankan
kelestarian
lingkungan

Sasaran 2.2.2

Meningkatnya luas
hutan tanaman
rakyat (HTR), hutan
kemasyarakatan
(HKM), hutan desa
(HD), hutan rakyat
(HR) yang
berorientasi pada
kearifan lokal

Sasaran 2.2.3

Meningkatnya peran
aktif dan kesadaran
para pemangku
kepentingan untuk
menjaga kelestarian
sumber daya alam

Sasaran 2.2.4

Meningkatnya
penyediaan tenaga
listrik bagi
masyarakat
khususnya daerah
terpencil dan
kepulauan

Tujuan 2.3 Sasaran 2.3.1

Mewujudkan Lahirnya regulasi


Pengelolaan Sumber yang dapat
Daya Sumber Daya menjamin

V - 38
Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

Ekonomi (Pasar/DUDI) peningkatan PAD


serta stabilitas harga
dan kepastian pasar
secara berkelanjutan

Sasaran 2.3.2

Terbinanya Pedagang
Kaki Lima dan
Asongan

Sasaran 2.3.3

Meningkatnya
kerjasama ekonomi,
kegiatan eskpor dan
perdagangan dengan
dunia usaha dan
dunia industri
sebagai upaya
memacu
pertumbuhan
ekonomi daerah

Sasaran 2.3.4

Meningkatnya
Pengembangan
Industri Kecil dan
Menengah

Sasaran 2.3.5

Terwujudnya
Penataan Struktur
Industri dan
Pengembangan
sentra-sentra
industri potensial

V - 39
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Tujuan 2.4 Sasaran 2.4.1

Mengembangkan obyek Terlaksananya


wisata Inventarisasi
Destinasi wisata

Sasaran 2.4.2

Meningkatnya
aksesibiltas obyek
wisata

Misi Tujuan Sasaran

Misi 3 Tujuan 3.1 Sasaran 3.1.1

Mewujudkan Mewujudkan pelayanan Menyelenggakan


Peningkatan Kualitas pendidikan yang merata pelayanan
Sumber Daya guna meningkatkan pendidikan dasar
Manusia yang kualitas SDM yang secara merata dan
kompetitif kompetitif, beriman dan berkualitas
berlandaskan bertaqwa
Keimanan dan Sasaran 3.1.2
Ketaqwaan
Meningkatnya
kuantitas dan
kualitas tenaga
pengajar

Sasaran 3.1.3

Meningkatnya sarana
dan prasarana
pendidikan

Tujuan 3.2 Sasaran 3.2.1

Mewujudkan pelestarian Terwujudnya

V - 40
Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

nilai-nilai budaya pembentukan


masyarakat dan lembaga adat untuk
pembentukan lembaga melestarikan nilai-
adat nilai Budaya
Masyarakat dan
kearifan lokal

Tujuan 3.3 Sasaran 3.3.1

Meningkatkan Meningkatnya akses


pelayanan kesehatan terhadap pelayanan
yang merata dan Kesehatan gratis
berkualitas
Sasaran 3.3.2

Meningkatnya
sarana dan
prasarana kesehatan

Sasaran 3.3.3

Meningkatnya
kuantitas dan
kualitas tenaga
kesehatan

Sasaran 3.3.4

Tersedianya obat
yang berkualitas

Sasaran 3.3.5

Meningkatnya Status
Gizi Masyarakat

Sasaran 3.4.1
Tujuan 3.4
Terwujudnya
Meningkatkan Pembinaan Keluarga
pelayanan Keluarga Sehat dan Sejahtera
Berencana dan

V - 41
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Keluarga Sejahtera

Tujuan 3.5 Sasaran 3.5.1

Mengembangkan Meningkatnya
Potensi Pemuda dan ketersediaan
Olahraga Fasilitas olahraga

Sasaran 3.5.2

Meningkatnya
Pengembangan
Potensi dan peran
serta pemuda

Tujuan 3.6 Sasaran 3.6.1

Mewujudkan Terwujudnya
Pengarusutamaan pengarusutamaan
Gender dan peningkatan Gender
Peran Perempuan
Sasaran 3.6.2

Meningkatnya peran
perempuan dalam
berbagai aspek

Sasaran 3.6.3

Terwujudnya
pemenuhan Hak
perempuan dan anak

Misi Tujuan Sasaran

Misi 4 Tujuan 4.1 Sasaran 4.1.1

Mewujudkan Mewujudkan Terwujudnya


Peningkatan pembangunan pembangunan
Pembangunan infrastruktur yang infrastruktur
perhubungan yang

V - 42
Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

Infrastruktur Daerah merata dan berkualitas membuka


keterisolasian
wilayah

Sasaran 4.1.2

Terwujudnya
pengelolaan sungai,
jaringan irigasi dan
jaringan pengairan
lainnya

Tujuan 4.2 Sasaran 4.2.1

Mewujudkan Terwujudnya
Pembangunan Prasarana Pembangunan
dan Fasilitas Prasarana dan
Perhubungan yang Fasilitas
berkualitas Perhubungan

Tujuan 4.3 Sasaran 4.3.1

Mewujudkan Penataan Terwujudnya


Ruang dan Lingkungan Perencanaan Tata
Sehat Perumahan Ruang dan
Pengendalian
Pemanfaatan Ruang

Sasaran 4.3.2

Terwujudnya
Pengembangan dan
pengelolaan
Lingkungan
Perumahan dan
pencegahan bahaya
kebakaran

Tujuan 4.4 Sasaran 4.4.1

Mewujudkan Terwujudnya
Pengendalian Pengendalian

V - 43
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Pencemaran Lingkungan Pencemaran


dan konservasi sumber Lingkungan
daya alam
Sasaran 4.4.2

Terwujudnya
Perlindungan dan
Pengendalian
kawasan konservasi

Tujuan 4.5 Sasaran 4.5.1

Mewujudkan Reformasi Terwujudnya


Agraria dan Penyelesaian Penataan
konflik pertanahan penguasaan,
pemilikan,
penggunaan dan
pemanfaatan tanah

Misi Tujuan Sasaran

Misi 5 Tujuan 5.1 Sasaran 5.1.1

Mewujudkan Mewujudkan Kualitas Meningkatnya


Peningkatan Kualitas hidup masyarakat pertumbuhan
Hidup Masyarakat melalui Pemberdayaan ekonomi melalui
melalui Ekonomi Kerakyatan pemberdayaan
Pemberdayaan dan Penguatan potensi lokal
Ekonomi Kerakyatan Kelembagaan
dan Penguatan Sasaran 5.1.2
Kelembagaan
Menurunnya angka
kemiskinan dan
meningkatnya taraf
hidup masyarakat
petani, pesisir dan
nelayan

Sasaran 5.1.3

V - 44
Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

Terbangunnya sistim
dan kelembagaan
ekonomi perdesaan
yang kuat, berdaya
saing dan mandiri

Sasaran 5.1.4

Meningkatnya
keberdayaan
masyarakat secara
ekonomi, sosial,
politik dan budaya
berbasis kearifan
lokal dan
berkeadilan gender

Sasaran 5.1.5

Meningkatnya
kesempatan dan
lapangan kerja bagi
masyarakat

Sasaran 5.1.6

Tersedianya tata
ruang publik yang
ramah bagi
perempuan dan anak
(Penyediaan fasilitas
pojok laktasi dan
nutrisi di ruang
publik)

Sasaran 5.1.7

Menguatnya
kelembagaan Pusat
Pelayanan terpadu
perempuan dan anak

V - 45
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

dan efektifnya
kerjasama PPA, LSM
dan jaringan lainnya
yang koseren dalam
penananganan kasus
kekerasan terhadap
perempuan dan anak

Sasaran 5.1.8

Berkembangnya
aktivitas agribisnis
dan agroindustri,
serta agropolitan
pada lokasi yang
potensial dan
prospektif

1.4. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH

Visi dan misi menjadi sumber inspirasi dan motivasi sekaligus


menjadi acuan pembangunan daerah selama 5 (lima) tahun mendatang.
Visi dan Misi Pemerintah Daerah Kabupaten Donggala Tahun 2019–2023,
perlu dijabarkan lebih operasional ke dalam rumusan prioritas
pembangunan daerah agar dapat diimplementasikan dan terukur tingkat
keberhasilannya. Prioritas pembangunan daerah bertujuan untuk
memberikan arah dan fokus pembangunan dalam lima tahun mendatang,
sebagai jawaban atas tantangan yang dihadapi Pemerintah Daerah dan
masyarakat Kabupaten Donggala, sekaligus sebagai agenda utama dalam
pencapaian visi “Terwujudnya Masyarakat Donggala Yang Sejahtera,
Berdaya Saing, Mandiri dan Berkarakter dengan Berpijak pada
Nilai Kearifan Lokal ”

Pemanfaatan secara optimal, efisien dan efektif potensi sumber daya


yang dimiliki dibarengi dengan langkah-langkah kebijakan strategis

V - 46
Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

sesuai Misi yang dirumuskan untuk mendukung pencapaian Visi


tersebut, maka prioritas pembangunan daerah Kabupaten Donggala lima
tahun mendatang adalah:

Misi 1: Mewujudkan Reformasi Birokrasi, Supermasi Hukum dan


Penegakkan Nilai-Nilai kemanusiaan dan HAM.

Peningkatan kapasitas dan profesionalisme Aparatur Sipil Negara


dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat;

Restrukturisasi lembaga pemerintahan sesuai kebutuhan daerah


guna mencapai efisiensi, efektifitivitas dan akuntabilitas;

Peningkatan sarana dan prasarana yang mampu mendukung


pelayanan prima kepada masyarakat secara adil dan merata;

Meningkatkan koordinasi lintas OPD dalam mewujudkan pelayanan


yang berkualitas dan merata.

Penegakan supremasi hukum berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan


dan HAM

Misi 2: Mewujudkan Pengelolaan Sumber Daya Pembangunan yang


Kompetitif dan berbasis Kerakyatan

Mewujudkan pengelolaan sumber daya hutan, tambang, energi dan


kelautan secara berkelanjutan, produktif dan bermutu dengan
tetap mempertahankan kelestarian lingkungan;
Meningkatkan peran aktif masyarakat dan kesadaran para
pemangku kepentingan untuk menjaga kelestarian sumber daya
alam dan lingkungan;
Mewujudkan pembentukan regulasi yang dapat menjamin
peningkatan PAD serta stabilitas harga dan kepastian pasar secara
berkelanjutan.

Misi 3: Mewujudkan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia yang


Kompetitif berlandaskan Keimanan dan Ketaqwaan.

V - 47
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Membangun fasilitas pendidikan dan Kesehatan yang berkualitas


dan terjangkau;

Meningkatkan mutu tenaga pendidik dan anak didik;

Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan dan


pengelolaan pendidikan;

Peningkatan Derajat kesehatan dan status gizi masyarakat;

Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan sampai ke


pelosok desa terpencil ;

Pemberian insentif bagi petugas kesehatan di daerah terpencil dan


pulau-pulau kecil.

Peningkatan pembinaan keagamaan di kalangan masyarakat;

Misi 4: Mewujudkan Peningkatan Pembangunan Infrastruktur Daerah.

Terwujudnya percepatan pembangunan infrastruktur daerah;

Membangun sarana transportasi yang dapat membuka


keterisolasian wilayah;

Mendukung dan memfasilitasi pembangunan hunian yang layak


pasca bencana alam;

Penataan dan pembangunan lingkungan perumahan yang


pelayanan publik pasca bencana alam;

Membangun sarana dan prasarana umum berbasis kelestarian


lingkungan.

Misi 5: Mewujudkan Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat melalui


Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Penguatan Kelembagaan.

Pengembangan investasi dibidang Pertanian dan Perikanan;

Mendukung dan Memfasilitasi penyediaan sarana produksi


pertanian dan perikanan;

Mendukung dan Memfasilitasi penyediaan sarana pemasaran hasil-


hasil pertanian dan perikanan;

V - 48
Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

Mendorong penguatan kelembagaan ekonomi masyarakat melalui


pemberdayaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UMKM);

Mendorong Penguatan Dunia Usaha Lokal yang Berbasis Potensi


Daerah dan Penataan Kebijakan Investasi;
Mendukung dan Memfasilitasi Peningkatan Koordinasi dan
Kerjasama di Bidang Investasi antara Pemerintah dan Dunia Usaha.

V - 49
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

BAB VI
STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

6.1. STRATEGI

Untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan daerah Kabupaten


Donggala lima tahun ke depan, strategi dan arah kebijakan
pembangunan jangka menengah tersebut perlu diimplementasikan secara
berkelanjutan dengan melakukan identifikasi terhadap berbagai faktor
dengan harapan mampu memberikan solusi atas berbagai permasalahan,
tantangan dan peluang pembangunan dalam kurun waktu 2019-2023.

Strategi pembangunan dalam RPJMD Kabupaten Donggala Tahun


2019-2023, ditentukan berdasarkan hasil analisis SWOT (Kekuatan,
Kelemahan, Peluang dan Tantangan) yang dilakukan. Strategi merupakan
rumusan berupa pernyataan yang menjelaskan langkah-langkah yang
ditempuh pemerintah daerah melalui program-program indikatif untuk
mewujudkan sasaran visi dan misi pembangunan, dan menjadi salah
satu rujukan penting dalam perencanaan pembangunan daerah (strategy
focussed-management). Sedangkan arah kebijakan adalah pedoman untuk
melaksanakan strategi yang dipilih agar lebih terarah pada pencapaian
tujuan dan sasaran dalam kurun waktu selama lima tahun.

Strategi yang ditempuh dalam RPJMD Kabupaten Donggala Tahun


2019-2023, berdasarkan misi adalah sebagai berikut:

Misi 1: Mewujudkan Reformasi Birokrasi, Supermasi Hukum dan


Penegakkan Nilai-Nilai kemanusiaan dan HAM.

Strategi yang digunakan terkait dengan misi ke satu yang telah


dirumuskan dalam RPJMD Kabupaten Donggala Tahun 2019-2023, yaitu
melakukan reformasi birokrasi, supremasi hukum dan penegakan nilai-
nilai kemanusiaan dan HAM untuk mewujudkan tata kelola pemerintah
yang bersih, transparan dan akuntabel, sehingga dapat memberikan
pelayanan yang optimal, berkualitas dan merata kepada seluruh

VI - 1
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

masyarakat Kabupaten Donggala. Pelibatan secara aktif kaum perempuan


dalam menunjang pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Donggala
dalam lima tahun ke depan harus didorong, sehingga misi ini
menempatkan kesetaraan gender pada posisi yang cukup strategis.

Visi dan Misi yang telah dirumuskan dan dijelaskan tujuan serta
sasarannya perlu dipertegas dengan upaya atau cara maksimal untuk
mencapai tujuan dan sasaran misi tersebut melalui arah kebijakan dan
strategi pembangunan daerah yang akan dilaksanakan selama lima
Tahun (2019 – 2023).

Adapun strategi yang dilakukan sesuai dengan sasaran yang ingin


dicapai, adalah:

1.1. Strategi: Meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan publik pada


semua tingkat pemerintahan

Program:

a. Pelayanan Administrasi Perkantoran;


b. Peningkatan sarana dan prasarana aparatur;
c. Peningkatan disiplin aparatur;
d. Fasilitas pindah/purna tugas PNS.

1.2. Strategi: Meningkatkan penataan organisasi, tatalaksana dan tertib


regulasi

Program:

a. Peningkatan pelayanan kedinasan kepala daerah/ wakil kepala


daerah;
b. Penataan Daerah Otonomi Baru;
c. Mengintensifkan penanganan pengaduan masyarakat.

1.3. Strategi: Meningkatkan akuntabilitas dan kinerja pemerintahan

Program:

VI - 2
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

a. Peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah;


b. Penataan Peraturan Perundang-undangan.

1.4. Strategi: Meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah

Program:

a. Peningkatan dan Pengembangan pengelolaan keuangan daerah;


b. Pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan kabupaten/ kota;
c. Pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan desa.

1.5. Strategi: Meningkatkan pengawasan Internal Pemerintah Daerah.

Program:

a. Peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian


pelaksanaan kebijakan KDH;
b. Peningkatan Profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur
pengawasan;
c. Penataan dan Penyempurnaan kebijakan sistem dan prosedur
pengawasan.

1.6. Strategi: Meningkatkan koordinasi lintas OPD

Program:

a. Pembinaan dan Pengembangan Aparatur;


b. Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah.

1.7. Strategi: Meningkatkan Kapasitas Sumberdaya ASN

Program:

a. Pendidikan Kedinasan;
b. Peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur.

1.8. Strategi: Meningkatkan Budaya Kerja dan Profesionalitas ASN

Program:

VI - 3
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

a. Optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi.

1.9. Strategi: Meningkatkan toleransi dan solidaritas antar warga


masyarakat

Program:

a. Pendidikan politik masyarakat;


b. Pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan
keamanan.

1.10. Strategi: Meningkatkan wawasan kebangsaan

Program:

a. Pengembangan wawasan kebangsaan;


b. Kemitraan pengembangan wawasan kebangsaan.

1.11. Strategi: Meningkatkan kesadaran hukum dan Hak Azasi Manusia

Program:

a. Peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan;


b. Pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan tindak criminal;
c. Peningkatan pemberantasan penyakit masyarakat (pekat).

1.12. Strategi: Meningkatkan kesiapsiagaan Masyarakat dalam


mengantisipasi terjadinya bencana alam dan penanganan pasca
bencana

Program:

a. Pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam;


b. Pencegahan dan Kesiapsiagaan;
c. Rehabilitasi dan Rekonstruksi;
d. Kedaruratan dan Logistik;
e. Perencanaan dan Pengawasan.

VI - 4
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

1.13. Strategi: Mewujudkan Pelayanan Publik berbasis teknologi


informasi

Program:

a. Penataan Administrasi Kependudukan;


b. Pengembangan data/informasi/statistik daerah;
c. Peningkatan kualitas pelayanan informasi;
d. Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa;
e. Pengkajian dan penelitian bidang komunikasi dan informasi;
f. Fasilitasi Peningkatan SDM bidang komunikasi dan informasi;
g. Kerjasama informsi dan media massa.

1.14. Strategi: Menciptakan Iklim Investasi yang efisien dan kondusif

Program:

a. Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi;


b. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi;
c. Penyiapan potensi sumberdaya, sarana dan prasarana daerah.

1.15. Strategi: Menyelenggarakan pengelolaan administrasi kearsipan


optimal

Program:

a. Perbaikan sistem administrasi kearsipan;


b. Penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah;
c. Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana kearsipan.

1.16. Strategi: Meningkatkan pelayanan dan rehabilitasi penyandang


masalah kesejahteraan sosial

Program:

a. Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial;

VI - 5
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

b. Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan


Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya.

1.17. Strategi: Meningkatkan pembinaan kepada masyarakat penyandang


masalah kesejahteraan sosial

Program:

a. Pembinaan anak terlantar;


b. Pembinaan para penyandang cacat dan trauma;
c. Pembinaan panti asuhan/ panti jompo;
d. Pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks narapidana, PSK,
narkoba dan penyakit sosial lainnya).

1.18. Strategi: Memperkuat kelembagaan Kesejahteraan sosial

Program:

a. Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial.

Misi 2: Mewujudkan Pengelolaan Sumber Daya Pembangunan yang


Kompetitif dan berbasis Kerakyatan

Strategi yang digunakan terkait dengan misi kedua yang telah


dirumuskan dalam RPJMD Kabupaten Donggala Tahun 2019-2023, yaitu
mewujudkan pengelolaan sumber daya pembangunan yang kompetitif
dan berbasis kerakyatan dimaksudkan agar sumber daya pembangunan
lebih berdaya guna sehingga percepatan pembangunan daerah dapat
dilaksanakan secara efektif, efisien dan partisipatif.

Pelaksanaan RPJMD Tahun 2019-2023, untuk melaksanakan misi 2


tersebut, digunakan strategi sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai,
sebagai berikut:

2.1. Strategi: Meningkatkan penyusunan perencanaan dan evaluasi


penyelenggaraan pemerintahan

VI - 6
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

Program:

a. Pengembangan data/informasi;
b. Pengembangan Wilayah Perbatasan;
c. Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan cepat tumbuh;
d. Perencanaan Pengembangan Kota-kota menengah dan besar;
e. Peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan
daerah;
f. Perencanaan pembangunan ekonomi;
g. Perencanaan sosial budaya;
h. Penyusunan Data Base Koordinasi Bidang Sosial Budaya;
i. Perencanaan prasarana wilayah dan sumber daya alam;
j. Perencanaan pembangunan daerah rawan bencana.

2.2. Strategi: Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses


pembangunan

Program:

a. Kerjasama Pembangunan;
b. Perencanaan pembangunan daerah;
c. Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Donggala Tim
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD).

2.3. Strategi: Meningkatkan keberdayaan masyarakat dalam


pengembangan ekonomi desa

Program:

a. Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Pedesaan;


b. Pengembangan lembaga ekonomi pedesaan.

2.4. Strategi: Meningkatkan keberdayaan masyarakat dalam


pembangunan dan pemerintahan desa

Program:

VI - 7
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

a. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun desa;


b. Peningkatan kapasitas aparatur Pemerintah Desa;
c. Peningkatan peran perempuan di perdesaan.

2.5. Strategi: Meningkatnya Kualitas dan Perlindungan Tenaga Kerja

Program:

a. Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja;


b. Perlindungan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan.

2.6. Strategi: Meningkatkan peluang kerja usia produktif dan perluasan


lapangan kerja daerah

Program:

a. Peningkatan Kesempatan Kerja.

2.7. Strategi: Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemanfaatan


dan perlindungan sumber daya hutan

Program:

a. Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan;


b. Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan.

2.8. Strategi: Meningkatkan luasan Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Hutan


Kemasyarakatan (HKM), Hutan Desa (HD), Hutan Rakyat (HR) yang
berbasis kearifan lokal

Program:

a. Rehabilitasi hutan dan lahan;


b. Pembinaan dan penertiban industri hasil hutan;
c. Perencanaan dan pengembangan baton;
d. Pemanfaatan kawasan baton industri.

2.9. Strategi: Mengotimalkan peran aktif masyarakat untuk menjaga


kelestarian sumber daya alam

VI - 8
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

Program:

a. Pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan;


b. Pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat yang berpotensi
merusak lingkungan.

2.10. Strategi: Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dalam


penyediaan ketenagalistrikan

Program:

a. Pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrikan

2.9. Strategi: Mewujudkan lahirnya regulasi yang mendukung


peningkatan PAD

Program:

a. Peningkatan dan Pengembangan pengelolaan keuangan daerah;


b. Pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan kabupaten/ kota.

2.12. Strategi: Mewujudkan lahirnya regulasi yang menjamin stabilitas


harga dan kepastian pasar

Program:

a. Perlindungan Konsumen dan pengamanan perdagangan;


b. Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri bagi “Donggala
Nasugi Kana Masagena”.

2.13. Strategi: Memberikan pembinaan dan penertiban Pedagang Kaki


Lima dan Asongan

Program:

a. Pembinaan Pedagang Kaki Lima dan Asongan.

2.14. Strategi: Meningkatkan kerjasama ekonomi untuk mendukung


kegiatan ekspor dan perdagangan

VI - 9
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Program:

a. Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional;


b. Peningkatan dan Pengembangan Ekspor.

2.15. Strategi: Meningkatkan dukungan dalam pengembangan IKM

Program:

a. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah

2.16. Strategi: Meningkatkan kemampuan Iptek dalam pengembangan


IKM

Program:

a. Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi;


b. Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri;
c. Penataan Struktur Industri;
d. Pengembangan sentra-sentra industri potensial.

2.17. Strategi: Menyediakan informasi destinasi wisata daerah

Program:

a. Pengembangan Destinasi Pariwisata.

2.18. Strategi: Mengembangkan keunggulan dan daya tarik wisata


potensial

Program:

a. Pengembangan Pemasaran Pariwisata.


b. Pengembangan Kemitraan.

Misi 3: Mewujudkan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia yang


Kompetitif berlandaskan Keimanan dan Ketaqwaan.

Strategi yang digunakan terkait dengan misi ketiga yang telah


dirumuskan dalam RPJMD Kabupaten Donggala Tahun 2019-2023, yaitu

VI - 10
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

mewujudkan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang kompetitif


berlandaskan keimanan dan ketaqwaan. Strategi ini dimaksudkan agar
masyarakat memiliki kemampuan untuk berperan dalam pembangunan
daerah. Oleh karena melalui pendidikan yang berkualitas, derajat
kesehatan yang tinggi didukung oleh keimanan dan ketaqwaan, maka
seluruh pemangku kepentingan dapat beradaptasi secara cepat terhadap
perubahan zaman dan tangguh dalam menghadapi kompleksitas
permasalahan daerah.

Untuk menjalankan misi 3 ini, maka pada RPJMD Tahun 2019-2023


diperlukan strategi yang sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai, yaitu:

3.1. Strategi: Meningkatkan pelayanan pendidikan dasar

Program:

a. Pendidikan Anak Usia Dini menuju “Donggala Kana Mavali” untuk


Indonesia Pintar;
b. Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun menuju
“Donggala Kana Mavali” untuk Indonesia Pintar;
c. Inovasi Pendidikan “Donggala Kana Mavali”.

3.2. Strategi: Meningkatkan pelayanan pendidikan untuk semua

Program:

a. Pendidikan Non Formal menuju “Donggala Kana Mavali” untuk


Indonesia Pintar.

3.3. Strategi: Mendorong tumbuhnya minat baca bagi masyarakat

Program:

a. Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan.

3.4. Strategi: Meningkatkan pelayanan pendidikan yang berkualitas

Program:

VI - 11
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

a. Manajemen Pelayanan Pendidikan.

3.5. Strategi: Meningkatkan kualitas SDM tenaga Pendidik dan


kependidikan

Program:

a. Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

3.6. Strategi: Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan yang


berkualitas

Program:

a. Pendidikan Luar Biasa.

3.7. Strategi: Penguatan Pemahaman tentang Nilai-Nilai Budaya di


masyarakat

Program:

a. Pengembangan Nilai Budaya.

3.8. Strategi: Pengembangan Sarana dan Prasarana Kebudayaan

Program:

a. Pengelolaan Kekayaan Budaya.

3.9. Strategi: Mengembangkan Kesenian dan kebudayaan daerah

Program:

a. Pengelolaan Keragaman Budaya.

3.10. Strategi: Mendorong Kerjasama antar daerah dan pemangku


kepntingan dalam pengelolaan kekayaan budaya

Program:

a. Pengembangan kerjasama pengelolaan kekayaan budaya.

VI - 12
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

3.11. Strategi: Meningkatkan pelayanan kesehatan bagi seluruh


masyarakat secara merata

Program:

a. Peningkatan pelayanan kesehatan anak balita;


b. Peningkatan pelayanan kesehatan lansia;
c. Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin menuju “Donggala Kana
Maseha”;
d. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Tradisional menuju “Donggala
Kana Maseha”;
e. Pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan;
f. Peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak;
g. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular;
h. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan masyarakat;
i. Pengembangan Lingkungan Sehat menuju “Donggala Kana
Maseha”.

3.12. Strategi: Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan yang


berkualitas

Program:

a. Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana


puskesmas/ puskesmas pembantu dan jaringannya;
b. Pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah
sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paru-paru/rumah sakit mata;
c. Pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit
jiwa/rumah sakit paru-paru/rumah sakit mata menuju “Donggala
Kana Maseha”.

3.13. Strategi: Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas

Program:

a. Standarisasi Pelayanan Kesehatan;

VI - 13
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

b. Penyediaan Jasa Layanan BLUD;


c. Kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan.

3.14. Strategi: Meningkatkan penyediaan obat yang berkualitas

Program:

a. Obat dan Perbekalan Kesehatan menuju “Donggala Kana Maseha”;


b. Upaya Kesehatan Masyarakat menuju “Donggala Kana Maseha”;
c. Pengawasan Obat dan Makanan;
d. Pengembangan Obat Asli Indonesia.

3.15. Strategi: Meningkatkan Pelayanan Gizi masyarakat

Program:

a. Perbaikan Gizi Masyarakat menuju “Donggala Kana Maseha”.

3.16. Strategi: Mendorong kesadaran masyarakat dan meningkatkan


pelayanan KB dan Penanggulangan HIV/AIDS

Program:

a. Keluarga Berencana;
b. Kesehatan Reproduksi Remaja;
c. Pelayanan kontrasepsi;
d. Pembinaan peran serta masyarakat dalam pelayanan KB/KR yang
madiri;
e. Promosi kesehatan ibu, bayi dan anak melalui kelompok kegiatan
di masyarakat;
f. Pengembangan pusat pelayanan informasi dan konseling KRR;
g. Peningkatan penanggulangan narkoba, PMS termasuk HIV/AIDS.

3.17. Strategi: Meningkatkan pembinaan tumbuh kembang anak dan bina


keluarga

Program:

VI - 14
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

a. Pengembangan bahan informasi tentang pengasuhan dan


pembinaan tumbuh kembang anak;
b. Penyiapan tenaga pendamping kelompok bina keluarga;
c. Pengembangan model operasional BKB-Posyandu-PADU.
3.18. Strategi: Meningkatkan pembinaan potensi pemuda dan olahraga

Program:

a. Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Olahraga;


b. Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga;
c. Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga.

3.19. Strategi: Meningkatkan upaya penumbuhan kewirausahaan


pemuda

Program:

a. Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Pemuda;


b. Peningkatan peran serta kepemudaan;
c. Peningkatan upaya penumbuhan kewirausahaan dan kecakapan
hidup pemuda;
d. Melakukan upaya pencegahan penyalahgunaan narkotika dan zat
adaptif lainnya.

3.20. Strategi: Mewujudkan Penguatan kelembagaan pengarusutamaan


gender (PUG)

Program:

a. Penguatan kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak;


b. Peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam
pembangunan.

3.21. Strategi: Mewujudkan Penguatan peran perempuan dan kualitas


anak

Program:

VI - 15
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

a. Keserasian Kebijakan peningkatan kualitas anak;


b. Peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan.

3.22. Strategi: Mewujudkan Pemenuhan hak-hak perempuan dan anak

Program:

a. Perlindungan Hak Perempuan dan Perlindungan Khusus Anak;


b. Pemenuhan Hak Anak.

Misi 4: Mewujudkan Peningkatan Pembangunan Infrastruktur Daerah

Perwujudan misi keempat RPJMD Kabupaten Donggala sangat


strategis sifatnya. Hal tersebut disebabkan karena misi ini bertujuan
untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur daerah. Tersedianya
infrastruktur yang berkualitas dan merata sebagai penunjang berbagai
kegiatan pembangunan lainnya, maka strategi dalam mencapaian misi
tersebut sangat menentukan keberlanjutan pembangunan lima tahun
mendatang di Kabupaten Donggala, terutama jika dikaitkan dengan
kondisi infrastruktur (jalan, jembatan, fasilitas pendidikan, fasilitas
kesehatan pemukiman dan berbagai fasilitas lainnya) pasca bencana
(gempa dan tsunami).

Untuk mewujudkan misi tersebut, Pemerintah Kabupaten Donggala


seperti dirumuskan dalam RPJMD Tahun 2019-2023, perlu melakukan
strategi dan program pembangunan sebagai berikut:

4.1. Strategi: Meningkatkan pembangunan infrastruktur Jalan dan


jembatan

Program:

a. Perencanaan Umum dan Pengendalian Kegiatan;


b. Pembinaan Jasa Konstruksi;
c. Pembangunan Jalan dan Jembatan;
d. Tanggap darurat Jalan dan Jembatan;

VI - 16
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

e. Pembangunan saluran drainase/gorong-gorong;


f. Pembangunan turap/talud/brojong;
g. Rehabilitasi/pemeliharaan Jalan dan Jembatan;
h. Rehabilitasi/pemeliharaan talud/bronjong;
i. Pembangunan sistem informasi/data base jalan dan jembatan;
j. Peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan;
k. Inspeksi kondisi Jalan dan Jembatan.

4.2. Strategi: Meningkatkan pembangunan infrastruktur jalan desa dan


jalan ke kantong produksi

Program:

a. Pembangunan infrastruktur perdesaaan;


b. Pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh.

4.3. Strategi: Meningkatkan Pengembangan Wilayah Transmigrasi

Program:

a. Pengembangan Wilayah Transmigrasi;


b. Transmigrasi Lokal;
c. Transmigrasi Regional.

4.4. Strategi: Meningkatkan Pengembangan dan pengelolaan jaringan


irigasi dan pengairan lainnya

Program:

a. Pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringan


pengairan lainnya;
b. Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif;
c. Pengembangan, pengelolaan dan konversi sungai, danau dan
sumber daya air lainnya;
d. Pengendalian banjir.

4.5. Strategi: Meningkatkan penyediaan air baku dan pengelolaan limbah

VI - 17
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Program:

a. Penyediaan dan pengolahan air baku;


b. Pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah.

4.6. Strategi: Meningkatkan Pembangunan Prasarana dan Fasilitas


Perhubungan

Program:

a. Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan;


b. Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ;
c. Peningkatan pelayanan angkutan;
d. Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan;
e. Peningkatan dan pengamanan lalu lintas;
f. Peningkatan kelaikan pengoperasian kendaraan bermotor.

4.7. Strategi: Meningkatkan Perencanaan dan Pengendalian Pemanfaatan


Ruang

Program:

a. Perencanaan Tata Ruang;


b. Pemanfaatan Ruang;
c. Pengendalian Pemanfaatan Ruang;
d. Penataan, Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan
Lahan.

4.8. Strategi: Meningkatkan pengelolaan Lingkungan Perumahan dan


areal pemakaman

Program:

a. Pengembangan Perumahan;
b. Lingkungan Sehat Perumahan;
c. Pemberdayaan komunitas Perumahan;
d. Perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial;

VI - 18
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

e. Pengelolaan areal pemakaman.

4.9. Strategi: Meningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran

Program:

a. Peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran.

4.10. Strategi: Meningkatkan Pengendalian pencemaran dan Perusakan


Lingkungan

Program:

a. Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan;


b. Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup;
c. Peningkatan Pengendalian Polusi;
d. Penataan dan Penegakkan Hukum Lingkungan;
e. Pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH).

4.11. Strategi: Meningkatkan Pengawasan pada kawasan konservasi

Program:

a. Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam;


b. Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber daya Alam;
c. Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup;
d. Pengembangan ekowisata dan jasa lingkungan di kawasan-
kawasan konservasi laut dan hutan;
e. Pengendalian kebakaran hutan;
f. Pengelolaan dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan laut.

4.12. Strategi: Meningkatkan Penataan pemanfaatan tanah dan


Penyelesaian konflik-konflik pertanahan

Program:

a. Pembangunan sistem pendaftaran tanah;

VI - 19
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

b. Penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan


tanah;
c. Penyelesaian konflik-konflik pertanahan;
d. Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan.

Misi 5: Mewujudkan Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat melalui


Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Penguatan
Kelembagaan

Perwujudan misi 5 RPJMD Kabupaten Donggala sangat strategis


sifatnya. Hal tersebut disebabkan karena misi ini bertujuan untuk
meningkatkan pembangunan infrastruktur daerah. Tersedianya
infrastruktur yang berkualitas dan merata sebagai penunjang berbagai
kegiatan pembangunan lainnya, maka strategi dalam mencapaian misi
tersebut sangat menentukan keberlanjutan pembangunan lima tahun
mendatang di Kabupaten Donggala, terutama jika dikaitkan dengan
kondisi infrastruktur (jalan, jembatan, fasilitas pendidikan, fasilitas
kesehatan pemukiman dan berbagai fasilitas lainnya) pasca bencana
(gempa dan tsunami).

Untuk mewujudkan misi 5 tersebut, RPJMD Kabupaten Donggala


Tahun 2019-2023 akan menempuh strategi serta program yang akan
dilaksanakan sebagai berikut:

5.1. Strategi: Meningkatkan Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah


(UMKM)

Program:

a. Penciptaan iklim Usaha Kecil Menengah yang kondusif;


b. Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha
Kecil Menengah.

5.2. Strategi: Meningkatkan Kualitas Kelembagaan Koperasi dan Usaha


Mikro Kecil Menengah (UMKM)

VI - 20
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

Program:

a. Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil


Menengah;
b. Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi.

5.3. Strategi: Meningkatkan hasil produksi pertanian dan Perkebunan

Program:

a. Peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan;


b. Pemberdayaan penyuluh pertanian/perkebunan lapangan;
c. Peningkatan produksi pertanian/perkebunan;
d. Peningkatan Ketahanan Pangan pertanian/perkebunan;
e. Peningkatan Infrastruktur Pangan bagi “Donggala Kana Maseha”.

5.4. Strategi: Meningkatkan Keamanan dan Ketahanan Pangan Daerah

Program:

a. Pemantapan Ketersediaan dan Penanganan Rawan pangan bagi


“Donggala Kana Maseha”;
b. Kemampuan Kelembagaan Distribusi dan Cadangan Pangan serta
stabilitas harga Pangan;
c. Peningkatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Keamanan
Pangan.

5.5. Strategi: Meningkatkan hasil produksi Peternakan

Program:

a. Pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak;


b. Peningkatan produksi hasil peternakan;
c. Peningkatan penerapan teknologi peternakan.

5.6. Strategi: Meningkatkan hasil produksi Kelautan dan Perikanan

Program:

VI - 21
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

a. Pengembangan budidaya perikanan;


b. Pengembangan sistem Penyuluhan perikanan;
c. Pengembangan kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar;
d. Pengembangan perikanan tangkap bagi “Donggala Nasugi Kana
Masagena”.

5.7. Strategi: Meningkatkan Kesadaran masyarakat dalam pengawasan


dan pengendalian sumberdaya kelautan

Program:

a. Pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian


sumberdaya kelautan;
b. Peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam
pendayagunaan sumberdaya laut;
c. Peningkatan mitigasi bencana alam laut dan prakiraan iklim laut;
d. Peningkatan kegiatan budaya kelautan dan wawasan maritim
kepada masyarakat.

5.8. Strategi: Meningkatkan taraf hidup masyarakat petani, pesisir dan


nelayan

Program:

a. Peningkatan Kesejahteraan Petani;


b. Peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan;
c. Peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan;
d. Pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir;
e. Optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan bagi
“Donggala Nasugi Kana Masagena”;
f. Pemberdayaan Nelayan bagi “Donggala Nasugi Kana Masagena”;
g. Pengembangan Sarana dan Prasarana Perikanan dan kelautan;
h. Optimalisasi dan Pemanfaatan Tempat Pendaratan Ikan.

VI - 22
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.2. ARAH KEBIJAKAN

Arah kebijakan RPJMD sebagaimana diamanatkan dalam


Permendagri Nomor 86 Tahun 2017 Pasal 172 ayat 1, dirumuskan secara
teknokratik dengan memperhatikan permasalahan dan isu strategis
Daerah serta memedomani Prioritas Nasional.

Oleh karena itu, arah kebijakan pembangunan jangka menengah


daerah merupakan pedoman untuk menentukan tahapan dan prioritas
pembangunan selama kurun waktu lima tahun mendatang, guna
mencapai sasaran RPJMD secara bertahap. Arah kebijakan juga
merupakan instrumen perencanaan yang memberikan panduan kepada
Pemerintah Daerah agar lebih terarah dalam menentukan strategi
pencapaian tujuan, melalui berbagai program dan kegiatan.

Tahapan dan prioritas yang ditetapkan harus mencerminkan urgensi


permasalahan dan isu strategis yang hendak diselesaikan dengan
memerhatikan sumber daya dan waktu yang tersedia. Meskipun
penekanan prioritas setiap tahapan berbeda, namun memiliki
kesinambungan dari satu periode ke periode lainnya dalam rangka
mencapai sasaran tahapan lima tahunan dalam RPJMD.

Arah kebijakan juga dimaksudkan untuk memberikan jawaban atas


permasalahan dan isu-isu strategis pembangunan kewilayahan serta
usulan sesuai kebutuhan dan lokalitas dari berbagai komponen
masyarakat sebagai pemangku kepentingan (stakeholder).

Analisis permasalahan dan isu-isu strategis tersebut akan menjadi


basis utama rumusan arah kebijakan pembangunan untuk memberikan
prioritas terkait percepatan dan pemerataan pembangunan guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Arah kebijakan harus
dipedomani bersama oleh seluruh Perangkat Daerah yang selanjutnya
akan dijabarkan dalam dokumen Rencana Strategis (Rensta) Perangkat
Daerah sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing.

VI - 23
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Arah kebijakan yang akan ditempuh berfungsi untuk merasionalkan


pilihan strategi dan program pembangunan yang telah ditetapkan agar
fokus pada pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan daerah
berdasarkan visi dan misi Pemerintah Daerah yang telah ditetapkan
dalam RPJMD Kabupaten Donggala dalam lima tahun ke depan,
sebagaimana disajikan pada Tabel 6.1, sebagai berikut:

Tabel 6.1
Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan
Kabupaten Donggala Tahun 2019–2023

Visi:

“TERWUJUDNYA MASYARAKAT KABUPATEN DONGGALA YANG


SEJAHTERA, BERDAYA SAING, MANDIRI DAN BERKARAKTER
DENGAN BERPIJAK PADA NILAI KEARIFAN LOKAL”

Misi 1: Mewujudkan Reformasi Birokrasi, Supermasi Hukum dan


Penegakkan Nilai-Nilai Kemanusiaan dan HAM

Strategi Arah Kebijakan Program Pembangunan

Strategi 1.1.1.1 Menyediakan sarana Pelayanan Administrasi


dan prasarana kerja Perkantoran;
Meningkatkan
yang memadai
sarana dan
prasarana Peningkatan sarana dan
pelayanan publik prasarana aparatur;
pada semua
tingkat Peningkatan disiplin
pemerintahan aparatur;

Fasilitas pindah/purna
tugas PNS.

Strategi 1.1.1.2 Melaksanakan Peningkatan pelayanan


Penataan organisasi kedinasan kepala daerah/
Meningkatkan
perangkat daerah wakil kepala daerah;
penataan
(SOTK) yang tepat
organisasi,
Penataan Daerah Otonomi

VI - 24
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

tatalaksana dan fungsi Baru;


tertib regulasi
Mengintensifkan
penanganan pengaduan
masyarakat.

Strategi 1.1.1.3 Meningkatkan Peningkatan kapasitas


pengawasan lembaga perwakilan rakyat
Meningkatkan
pelaksanaan daerah;
akuntabilitas dan
pembangunan
kinerja
secara komprehensif Penataan Peraturan
pemerintahan
Perundang-undangan.

Strategi 1.1.1.4 Meningkatkan Peningkatan dan


pengelolaan Pengembangan pengelolaan
Meningkatkan
keuangan daerah keuangan daerah;
akuntabilitas
efisien dan efektif
pengelolaan
keuangan daerah Pembinaan dan fasilitasi
pengelolaan keuangan
kabupaten/ kota;

Pembinaan dan fasilitasi


pengelolaan keuangan
desa.

Strategi 1.1.1.5 Mengembangkan Peningkatan sistem


Sistem Pengendalian pengawasan internal dan
Meningkatkan
Intern Pemerintah pengendalian pelaksanaan
pengawasan
(SPIP) kebijakan KDH;
Internal
Pemerintah
Daerah. Peningkatan
Profesionalisme tenaga
pemeriksa dan aparatur
pengawasan;

Penataan dan
Penyempurnaan kebijakan
sistem dan prosedur

VI - 25
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

pengawasan.

Strategi 1.1.1.6 Meningkatkan Pembinaan dan


profesionalisme Pengembangan Aparatur;
Meningkatkan
aparatur dalam
koordinasi lintas
penyelenggaraan Peningkatan Kerjasama
OPD
pemerintahan Antar Pemerintah Daerah.

Strategi 1.1.2.1 Meningkatkan Pendidikan Kedinasan;


kapasitas SDM
Meningkatkan
melalui pendidikan Peningkatan kapasitas
kapasitas
penjenjangan karier sumberdaya aparatur.
sumberdaya ASN
ASN

Strategi 1.1.2.2 Meningkatkan Optimalisasi pemanfaatan


integritas dan teknologi informasi;
Meningkatkan
kinerja aparatur
budaya kerja dan
memberikan
profesionalistas
pelayanan
ASN

Strategi Arah Kebijakan Program Pembangunan

Strategi 1.1.3.1 Meningkatkan Pendidikan politik


Pembinaan masyarakat;
Meningkatkan
Kemasyarakatan
toleransi dan
berlandaskan Pemberdayaan masyarakat
solidaritas antar
kebhinekaan untuk menjaga ketertiban
warga masyarakat
dan keamanan.

Strategi 1.1.3.2 Memfasilitasi Pengembangan wawasan


peningkatan kebangsaan;
Meningkatkan
wawasan
wawasan
kebangsaan Kemitraan pengembangan
kebangsaan
wawasan kebangsaan.

Strategi 1.1.4.1 Meningkatkan Peningkatan keamanan dan

VI - 26
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

Meningkatkan partisipasi kenyamanan lingkungan.


kesadaran hukum masyarakat dalam
dan Hak Azazi menjaga keamanan
Manusia lingkungan

Meningkatkan Pemeliharaan
partisipasi kantrantibmas dan
masyarakat dalam pencegahan tindak
pencegahan dan kriminal;
pembantasan tindak
kriminal Peningkatan
pemberantasan penyakit
masyarakat (pekat).

Strategi 1.1.5.1 Meningkatkan Pencegahan dini dan


upaya dalam penanggulangan korban
Meningkatkan
pencegahan dan bencana alam;
kesiap-siagaan
penanggulangan
Masyarakat dalam
bencana alam Pencegahan dan
mengantisipasi
terjadinya bencana Kesiapsiagaan;
alam
Rehabilitasi dan
Rekonstruksi;

Kedaruratan dan Logistik;

Perencanaan dan
Pengawasan.

Strategi 1.2.1.1 Terwujudnya Penataan Administrasi


Pelayanan Publik Kependudukan;
Mewujudkan
Prima berbasis
Pelayanan Publik
teknologi informasi Pengembangan
berbasis teknologi
dalam menunjang data/informasi/statistik
informasi keterseidaan data daerah;
yang akurat

Peningkatan kualitas
pelayanan informasi;

VI - 27
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Pengembangan
Komunikasi, Informasi dan
Media Massa;

Pengkajian dan penelitian


bidang komunikasi dan
informasi;

Fasilitasi Peningkatan SDM


bidang komunikasi dan
informasi;

Kerjasama informsi dan


media massa.

Strategi 1.2.1.2 Terwujudnya Peningkatan Promosi dan


Pelayanan Kerjasama Investasi;
Menciptakan Iklim
Perizinan dan
Investasi yang
Kerjasama investasi Peningkatan Iklim Investasi
efisien dan
kondusif dan Realisasi Investasi;

Penyiapan potensi
sumberdaya, sarana dan
prasarana daerah.

Strategi 1.2.2.1 Perbaikan sistem Perbaikan sistem


kearsipan dan administrasi kearsipan;
Menyelenggarakan
pelestarian
pengelolaan
dokumen daerah Penyelamatan dan
administrasi
kearsipan optimal pelestarian dokumen/arsip
daerah;

Pemeliharaan rutin/berkala
sarana dan prasarana
kerasipan.

Strategi 1.3.1.1 Memberikan Pelayanan dan Rehabilitasi

VI - 28
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

Meningkatkan pelayanan, Kesejahteraan Sosial;


pelayanan dan rehabilitasi dan
rehabilitasi perlindungan Pemberdayaan Fakir
penyandang kepada penyandang Miskin, Komunitas Adat
masalah masalah Terpencil (KAT) dan
kesejahteraan kesejahteraan sosial Penyandang Masalah
sosial Kesejahteraan Sosial
(PMKS) Lainnya.

Strategi Arah Kebijakan Program Pembangunan

Strategi 1.3.1.2 Memberikan Pembinaan anak terlantar;


pembinaan kepada
Meningkatkan
anak terlantar, panti Pembinaan para penyandang
pembinaan kepada
jompo dan cacat dan trauma;
masyarakat
penyandang cacat
penyandang
masalah Pembinaan panti asuhan/
kesejahteraan panti jompo;
sosial
Pembinaan eks penyandang
penyakit sosial (eks
narapidana, PSK, narkoba
dan penyakit sosial lainnya);

Strategi 1.3.1.3 Menfasilitasi Pemberdayaan Kelembagaan


penguatan Kesejahteraan Sosial.
Memperkuat
kelembangaan
kelembagaan
perlindungan sosial
Kesejahteraan
sosial

Misi 2. Mewujudkan Pengelolaan Sumber Daya Pembangunan yang


Kompetitif dan berbasis Kerakyatan

Strategi Arah Kebijakan Program Pembangunan

Strategi 2.1.1.1 Meningkatkan Pengembangan

VI - 29
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Meningkatkan konsistensi data/informasi;


penyusunan perencanaan
perencanaan dan pengendalian dan Pengembangan Wilayah
evaluasi evaluasi Perbatasan;
penyelenggaraan pembangunan
pemerintahan
Perencanaan
Pengembangan Wilayah
Strategis dan cepat
tumbuh;

Perencanaan
Pengembangan Kota-kota
menengah dan besar;

Peningkatan kapasitas
kelembagaan perencanaan
pembangunan daerah;

Perencanaan pembangunan
ekonomi;

Perencanaan sosial budaya;

Penyusunan Data Base


Koordinasi Bidang Sosial
Budaya;

Perencanaan prasarana
wilayah dan sumber daya
alam;

Perencanaan pembangunan
daerah rawan bencana.

Strategi 2.1.2.1 Pelibatan masyarakat Kerjasama Pembangunan;


dalam penyusunan,
Meningkatkan
pelaksanaan dan Perencanaan pembangunan

VI - 30
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

partisipasi evaluasi program daerah;


masyarakat dalam pembangunan
proses Perencanan Pembangunan
pembangunan Daerah Kabupaten
Donggala Tim Koordinasi
Penanggulangan
Kemiskinan Daerah
(TKPKD;

Strategi 2.1.2.2 Memfasilitasi Peningkatan Keberdayaan


peningkatan Masyarakat Pedesaan;
Meningkatkan
ketrampilan dan
keberdayaan
Pengembangan Pengembangan lembaga
masyarakat dalam
lembaga ekonomi ekonomi pedesaan.
pengembangan
desa
ekonomi desa

Strategi 2.1.2.3 Meningkatkan Peningkatan partisipasi


partisipasi masyarakat dalam
Meningkatkan
masyarakat dan membangun desa;
keberdayaan
kapasistas aparatur
masyarakat dalam
dalam Peningkatan kapasitas
pembangunan dan
penyelenggaraan aparatur pemerintah desa;
pemerintahan desa
pemerintahan dan
pembangunan desa

Memfasilitasi Peningkatan peran


peningkatan peran perempuan di perdesaan.
perempuan di
perdesaan

Strategi Arah Kebijakan Program Pembangunan

Strategi 2.2.1.1 Meningkatkan Peningkatan Kualitas dan


kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja;
Meningkatnya
perlindungan tenaga
Kualitas dan
Perlindungan

VI - 31
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Perlindungan kerja Pengembangan Lembaga


Tenaga Kerja Ketenagakerjaan;

Strategi 2.2.2.1 Penyediaan Peningkatan Kesempatan


lapangan kerja bagi Kerja;
Meningkatkan
usia produktif
peluang kerja usia
produktif dan
perluasan
lapangan kerja
daerah

Strategi 2.3.1.1 Pelibatan Pemanfaatan Potensi


masyarakat dalam Sumber Daya Hutan;
Meningkatkan
pemanfaatan dan
peran serta
perlindungan Perlindungan dan
masyarakat dalam
sumber daya hutan Konservasi Sumber Daya
pemanfaatan dan
perlindungan Hutan.
sumber daya hutan

Strategi 2.3.2.1 Memfasilitasi Rehabilitasi hutan dan


penanaman Hutan lahan;
Meningkatkan
Tanaman Rakyat
luasan Hutan
(HTR) dan Hutan
Tanaman Rakyat
Kemasyarakat
(HTR), Hutan
(HKM)
Kemasyarakatan
(HKM), Hutan Desa
(HD), Hutan Rakyat Memfasilitasi Pembinaan dan penertiban
(HR) yang berbasis pembinaan dan industri hasil hutan;
kearifan lokal pengembangan
Hutan Desa (HD) Perencanaan dan
dan Hutan Rakyat pengembangan baton;
(HR)

Memfasilitasi Pemanfaatan kawasan


penanaman dan baton industri;
pengembangan

Strategi 2.3.3.1 Pelibatan Pembinaan dan


masyarakat untuk pengawasan bidang

VI - 32
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

Mengotimalkan menjaga kelestarian pertambangan;


peran aktif sumber daya alam
masyarakat untuk Pengawasan dan penertiban
menjaga kegiatan rakyat yang
kelestarian sumber berpotensi merusak
daya alam lingkungan;

Strategi 2.3.4.1 Memfasilitasi Pembinaan dan


pnyiaan listik yang pengembangan bidang
Meningkatkan
mata dan terjangkau ketenagalistrikan.
koordinasi dan
kerjasama dalam
penyediaan
ketenagalistrikan

Strategi 2.4.1.1 Menyusun Regulasi Peningkatan dan


tentang Peningkatan Pengembangan pengelolaan
Mewujudkan
Pendapatan Asli keuangan daerah;
lahirnya regulasi
Daerah (PAD)
yang mendukung
peningkatan PAD Pembinaan dan fasilitasi
pengelolaan keuangan
kabupaten/ kota.

Strategi 2.4.1.2 Menyusun Regulasi Perlindungan Konsumen


tentang Penyangga dan pengamanan
Mewujudkan
harga harga untuk perdagangan;
lahirnya regulasi
menjamin stabiltas
yang menjamin
harga dan kepastian Peningkatan Efisiensi
stabilitas harga dan
pasar Perdagangan Dalam Negeri
kepastian pasar
bagi “Donggala Nasugi Kana
Masagena”.

Strategi 2.4.2.1 Meningkatkan Pembinaan Pedagang Kaki


Pembinaan Lima dan Asongan.
Memberikan
Pedagang Kaki Lima
pembinaan dan
dan Asongan
penertiban
Pedagang Kaki
Lima dan Asongan

VI - 33
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Strategi Arah Kebijakan Program Pembangunan

Strategi 2.4.3.1 Menfasilitasi Peningkatan Kerjasama


kerjasama ekonomi Perdagangan Internasional;
Meningkatkan
di bidang
kerjasama ekonomi
perdagangan dan Peningkatan dan
untuk mendukung
ekspor Pengembangan Ekspor.
kegiatan ekspor
dan perdagangan

Strategi 2.4.4.1 Memberikan Pengembangan Industri


kemudahan Kecil dan Menengah.
Meningkatkan
perizinan usaha
dukungan dalam
pendirian industri
pengembangan
kecil dan menengah
IKM

Strategi Arah Kebijakan Program Pembangunan

Strategi 2.4.4.2 Menfasilitasi Peningkatan Kapasitas


penerapan Iptek Iptek Sistem Produksi;
Meningkatkan
dalam
kemampuan Iptek
pengembangan Peningkatan Kemampuan
dalam
Industri Kecil Teknologi Industri.
pengembangan
Menengah
IKM

Pembangunan akses Penataan Struktur Industri;


transportasi menuju
sentra-sentra Pengembangan sentra-
indrustri potensial sentra industri potensial.

Strategi 2.5.1.1 Mengembangkan Pengembangan Destinasi


data dan informasi Pariwisata;
Tersedianya
kepariwisataan
informasi destinasi

VI - 34
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

wisata daerah

Strategi 2.5.2.1 Meningkatkan Pengembangan Pemasaran


apresiasi masyarakat Pariwisata;
Mengembangkan
dan mendorong
keunggulan dan
pengembangan
daya tarik wisata
Pariwisata
potensial

Pengembangan Pengembangan Kemitraan.


daerah tujuan dan
produk wisata (alam
dan budaya), usaha
ekonomi kreatif
serta peningkatan
promosi wisata

Misi 3. Mewujudkan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia yang


kompetitif berlandaskan Keimanan dan Ketaqwaan

Strategi Arah Kebijakan Program Pembangunan

Strategi 3.1.1.1 Menyelenggarakan Pendidikan Anak Usia Dini


pendidikan formal menuju “Donggala Kana
Meningkatkan
pada semua jenjang, Mavali” untuk Indonesia
pelayanan
sesuai kewenangan Pintar;
pendidikan dasar
daerah
Wajib Belajar Pendidikan
Dasar Sembilan Tahun,
menuju “Donggala Kana
Mavali” untuk Indonesia
Pintar;

Inovasi Pendidikan
“Donggala Kana Mavali”;

Strategi 3.1.1.2 Menyelenggarakan Pendidikan Non Formal


pendidikan non menuju “Donggala Kana
Meningkatkan
formal Mavali” untuk Indonesia
pelayanan

VI - 35
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

pendidikan untuk Pintar.


semua

Strategi 3.1.1.3 Pengembangan Pengembangan Budaya


Budaya Baca dan Baca dan Pembinaan
Mendorong
Pembinaan Perpustakaan.
tumbuhnya minat
Perpustakaan
baca bagi
masyarakat

Strategi 3.1.2.1 Menyediakan Manajemen Pelayanan


beasiswa bagi Pendidikan.
Meningkatkan
peserta didik yang
pelayanan
berprestasi dan
pendidikan yang
kurang mampu
berkualitas

Meningkatkan Peningkatan Mutu Peningkatan Mutu Pendidik


kualitas SDM Pendidik dan Tenaga dan Tenaga Kependidikan;
tenaga Pendidik Kependidikan
dan kependidikan

Strategi 3.1.3.1 Pembangunan Pendidikan Luar Biasa;


fasilitas pendidikan
Meningkatkan
yang berkualitas dan
sarana dan
merata
prasarana
pendidikan yang
berkualitas

Strategi 3.2.1.1 Meningkatkan Pengembangan Nilai


kuantitas Pranata Budaya.
Penguatan
Pemahaman
tentang Nilai- Pelestarian dan
Nilai Budaya di aktualisasi adat
masyarakat budaya daerah

Penyusunan
kebijakan tentang
budaya lokal daerah

VI - 36
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

Strategi Arah Kebijakan Program Pembangunan

Strategi 3.2.1.2 Mendorong Pengelolaan Kekayaan


partisipasi Budaya.
Pengembangan
masyarakat dalam
Sarana dan
Penyediaan sarana
Prasarana
dan Prasarana
Kebudayaan,
Kebudayaan

Menyelenggarakan
Penyusunan
kebijakan
pengelolaan
kekayaan budaya
lokal daerah

Strategi 3.2.1.3 Menyelenggarakan Pengelolaan Keragaman


festival kesenian dan Budaya.
Mengembangkan
budaya daerah
Kesenian dan
kebudayaan daerah
Menyelenggarakan
seminar dan dialog
kebudayaan guna
merevitalisasi dan
mereaktualisasi
budaya lokal

Strategi 3.2.1.4 Membangun Pengembangan kerjasama


Kemitraan dalam pengelolaan kekayaan
Mendorong
pengelolaan budaya.
Kerjasama antar
kebudayaan daerah
daerah dan
pemangku
kepntingan dalam
pengelolaan
kekayaan budaya

Strategi 3.3.1.1 Meningkatkan Peningkatan pelayanan

VI - 37
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Meningkatkan pemerataan kesehatan anak balita;


pelayanan pelayanan
kesehatan bagi kesehatan yang Peningkatan pelayanan
seluruh berkualitas dan kesehatan lansia;
masyarakat secara terjangkau
merata
Pelayanan Kesehatan
Penduduk Miskin menuju
“Donggala Kana Maseha”;

Peningkatan Pelayanan
Kesehatan Tradisonal
menuju “Donggala Kana
Maseha”;

Pengawasan dan
pengendalian kesehatan
makanan;

Peningkatan keselamatan
ibu melahirkan dan anak;

Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit
Menular;

Promosi Kesehatan dan


Pemberdayaan masyarakat;

Pengembangan Lingkungan
Sehat menuju “Donggala
Kana Maseha”.

Strategi 3.3.2.1 Membangun fasilitas Pengadaan, peningkatan


kesehatan yang dan perbaikan sarana dan
Meningkatkan
berkualitas sesuai prasarana puskesmas/
sarana dan
kebutuhan puskesmas pembantu dan
prasarana
jaringannya;
kesehatan yang

VI - 38
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

berkualitas
Pengadaan, peningkatan
sarana dan prasarana
rumah sakit/rumah sakit
jiwa/rumah sakit paru-
paru/rumah sakit mata;

Pemeliharaan sarana dan


prasarana rumah
sakit/rumah sakit
jiwa/rumah sakit paru-
paru/rumah sakit mata
menuju “Donggala Kana
Maseha”.

Strategi Arah Kebijakan Program Pembangunan

Strategi 3.3.3.1 Memberikan Standarisasi Pelayanan


pelayanan Kesehatan;
Meningkatkan
kesehatan yang
pelayanan
berkualitas Penyediaan Jasa Layanan
kesehatan yang
berkualitas BLUD;

Meningkatkan Kemitraan peningkatan


kuantitas dan pelayanan kesehatan.
kualitas tenaga
kesehatan

Strategi 3.3.4.1 Menjaga Obat dan Perbekalan


ketersediaan obat Kesehatan menuju
Meningkatkan
yang berkualitas “Donggala Kana Maseha”;
penyediaan obat

VI - 39
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

yang berkualitas dan terjangkau


Upaya Kesehatan
Masyarakat menuju
“Donggala Kana Maseha”;

Pengawasan Obat dan


Makanan;

Pengembangan Obat Asli


Indonesia.

Strategi 3.3.5.1 Penanganan gizi Perbaikan Gizi Masyarakat


kurang dan gizi menuju “Donggala Kana
Meningkatkan
buruk, khususnya Maseha”.
Pelayanan Gizi
bagi bayi dan balita.
masyarakat

Memberikan
Strategi 3.4.1.1 Keluarga Berencana;
Pelayanan
Mendorong Kontrasepsi dan
kesadaran Kesehatan Kesehatan Reproduksi
masyarakat dan reproduksi remaja Remaja;
meningkatkan
pelayanan KB dan Pelayanan kontrasepsi;
Penanggulangan
HIV/AIDS Pembinaan peran serta
masyarakat dalam
pelayanan KB/KR yang
madiri;

Promosi kesehatan ibu,


bayi dan anak melalui
kelompok kegiatan di
masyarakat;

pengembangan pusat
pelayanan informasi dan
konseling KRR;

peningkatan

VI - 40
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

penanggulangan narkoba,
PMS termasuk HIV/ AIDS.

Menyediakan
Strategi 3.4.1.2 Pengembangan bahan
informasi
informasi tentang
Meningkatkan pengasuhan dan
pengasuhan dan
pembinaan tumbuh pembinaan tumbuh
pembinaan tumbuh
kembang anak dan kembang anak dan
kembang anak;
bina keluarga bina keluarga

Penyiapan tenaga
pendamping kelompok bina
keluarga;

Pengembangan model
operasional BKB-Posyandu-
PADU;

Strategi 3.5.1.1 Meningkatkan Pengembangan Kebijakan


prestasi olah raga dan Manajemen Olahraga;
Meningkatkan
yang profesional
pembinaan potensi
melalui pembinaan Pembinaan dan
pemuda dan
dan pembangunan Pemasyarakatan Olahraga;
olahraga
sarana dan
prasarana olah raga
Peningkatan Sarana dan
Prasarana Olahraga.

Strategi 3.5.2.1 Meningkatkan Pengembangan dan


ketrampilan Keserasian Kebijakan
Meningkatkan
kewirausahaan bagi Pemuda;
upaya
pemuda
penumbuhan
kewirausahaan Peningkatan peran serta
pemuda kepemudaan;

Peningkatan upaya
penumbuhan
kewirausahaan dan
kecakapan hidup pemuda;

VI - 41
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Melakukan upaya Melakukan upaya


pencegahan pencegahan
penyalahgunaan penyalahgunaan narkotika
narkotika dan zat dan zat adaptif lainnya.
adaptif lainnya

Strategi 3.6.1.1 Meningkatkan Penguatan kelembagaan


penguatan Pengarusutamaan Gender
Penguatan
kelembagaan PUG dan Anak;
kelembagaan
dalam
pengarusutamaan
pembangunan Peningkatan peran serta &
gender (PUG)
kesetaraan gender dalam
pembangunan.

Strategi Arah Kebijakan Program Pembangunan

Strategi 3.6.2.1 Meningkatkan Keserasian Kebijakan


kualitas hidup dan peningkatan kualitas anak;
Penguatan peran
perlindungan
perempuan dalam
perempuan dan Peningkatan kualitas hidup
pembangunan
Anak dan perlindungan
perempuan;

Strategi 3.6.3.1 Meningkatkan Perlindungan Hak


Pemenuhan hak-hak Perempuan dan
Pemenuhan hak-
perempuan dan Perlindungan Khusus Anak;
hak perempuan
perlindungan
dan anak
khusus Anak Pemenuhan Hak Anak.

Misi 4. Mewujudkan Peningkatan Pembangunan Infrastruktur Daerah

Strategi Arah Kebijakan Program Pembangunan

VI - 42
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

Strategi 4.1.1.1 Meningkatkan Perencanaan Umum dan


Kualitas Pengendalian Kegiatan;
Meningkatkan
Perencanaan dan
pembangunan
Pembinaan Jasa Pembinaan Jasa
infrastruktur Jalan
Konstruksi Konstruksi.
dan jembatan yang
berkualitas
Pembangunan jalan Pembangunan Jalan dan
dan jembatan Jembatan;

Tanggap darurat Jalan dan


Jembatan.

Pembangunan Pembangunan saluran


drainase dan turap drainase/ gorong-gorong;

Pembangunan
turap/talud/brojong.

Perbaikan jalan, Rehabilitasi/pemeliharaan


jembatan dan Turap Jalan dan Jembatan;

Rehabilitasi/pemeliharaan
talud/bronjong.

Meningkatkan Pembangunan sistem


sarana dan informasi/data base jalan
prasarana dan jembatan;
kebinamargaan
Peningkatan sarana dan
prasarana kebinamargaan;

Inspeksi kondisi Jalan dan


Jembatan.

Strategi 4.1.1.2 Pembangunan jalan Pembangunan infrastruktur


penghubung antar perdesaaan;
Meningkatkan

VI - 43
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

pembangunan kecamatan dan desa


Pengembangan wilayah
infrastruktur jalan serta jalan antar
strategis dan cepat
desa dan jalan ke desa
tumbuh.
kantong produksi

Strategi 4.1.1.3 Meningkatkan Pengembangan Wilayah


pengmbangan Transmigrasi;
Meningkatkan
infrastruktur pada
Pengembangan
daerah Transmigrasi Transmigrasi Lokal;
Wilayah
Transmigrasi
Transmigrasi Regional.

Strategi 4.1.2.1 Pengembangan dan Pengembangan dan


pemeliharaan pengelolaan jaringan irigasi,
Meningkatkan
jaringan irigasi, rawa dan jaringan
Pengembangan dan
rawa dan pengairan pengairan lainnya;
pengelolaan
lainnya
jaringan irigasi dan
pengairan lainnya Pengembangan dan
Pengelolaan Sistem Irigasi
Partisipastif;

Pemeliharaan Pengembangan,
sungai, danau dan pengelolaan dan konversi
sumber daya air sungai, danau dan sumber
lainnya daya air lainnya.

Melakukan tanggap Pengendalian banjir;


darurat terhadap
bahaya banjir

Strategi 4.1.2.2 Meningkatkan Penyediaan dan pengolahan


penyediaan air baku air baku;
Meningkatkan
dan pengelolaan
penyediaan air
limbah Pengembangan kinerja
baku dan
pengelolaan limbah pengelolaan air minum dan
air limbah.

Strategi 4.2.1.1 Meningkatkan Pembangunan Prasarana

VI - 44
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

Pembangunan pembangunan dan Fasilitas Perhubungan;


Prasarana dan Prasarana dan
Fasilitas Fasilitas Rehabilitasi dan
Perhubungan Perhubungan Pemeliharaan Prasarana
dan Fasilitas LLAJ;

Peningkatan pelayanan
angkutan;

Pembangunan Sarana dan


Prasarana Perhubungan;

Peningkatan dan
pengamanan lalu lintas;

Peningkatan kelaikan
pengoperasian kendaraan
bermotor.

Strategi 4.3.1.1 Penyusunan Recana Perencanaan Tata Ruang;


Tata Ruang berbasis
Meningkatkan
daya dukung Pemanfaatan Ruang;
Perencanaan dan
lingkungan
Pengendalian
Pemanfaatan Pengendalian Pemanfaatan
Ruang Ruang;

Penataan, Penguasaan,
Pemilikan, Penggunaan dan
Pemanfaatan Lahan.

Strategi Arah Kebijakan Program Pembangunan

Strategi 4.3.2.1 Meningkatkan Pengembangan Perumahan;


penataan
Meningkatkan
Perumahan dan Lingkungan Sehat

VI - 45
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

pengelolaan areal pemakaman Perumahan;


Lingkungan
Perumahan dan Pemberdayaan komunitas
areal pemakaman Perumahan;

Perbaikan perumahan
akibat bencana
alam/sosial;

Pengelolaan areal
pemakaman.

Strategi 4.3.2.2 Meningkatan Peningkatan kesiagaan dan


pencegahan pencegahan bahaya
Meningkatan
bahaya kebakaran kebakaran;
kesiagaan dan
pencegahan
bahaya kebakaran

Strategi 4.4.1.1 Melakukan Pengembangan Kinerja


Pengendalian Pengelolaan Persampahan;
Meningkatkan
pencemaran dan
Pengendalian
pencegahan Pengendalian Pencemaran
pencemaran dan
Perusakan dan Perusakan Lingkungan
Perusakan
Lingkungan Hidup;
Lingkungan

Peningkatan Pengendalian
Polusi;

Penataan dan Penegakkan


Hukum Lingkungan.

Menyediakan ruang Pengelolaan ruang terbuka


terbuka hijau (RTH) hijau (RTH);

Strategi 4.4.2.1 Melakukan Perlindungan dan


Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya
Meningkatkan
Rehabilitasi Sumber Alam;
Pengawasan pada

VI - 46
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

kawasan Daya Alam


Rehabilitasi dan Pemulihan
konservasi
Cadangan Sumber daya
Alam.

Meningkatan Peningkatan Kualitas dan


Aksesibilitas Akses Informasi Sumber
Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Daya Alam Hidup.
Lingkungan Hidup
dan kawasan
konservasi

Meningkatan Pengembangan ekowisata


Pengelolaan dan jasa lingkungan di
kawasan konservasi kawasan-kawasan
laut dan hutan konservasi laut dan hutan;

Pengendalian kebakaran
hutan;

Pengelolaan dan rehabilitasi


ekosistem pesisir dan laut.

Strategi 4.5.1.1 Melakukan Pembangunan sistem


Penataan pendaftaran tanah;
Meningkatkan
pemanfaatan tanah,
Penataan
Informasi Penataan penguasaan,
pemanfaatan tanah
Pertanahan dan pemilikan, penggunaan dan
dan Penyelesaian
Penyelesaian pemanfaatan tanah;
konflik-konflik
konflik-konflik
pertanahan
pertanahan
Penyelesaian konflik-konflik
pertanahan;

Pengembangan Sistem
Informasi Pertanahan.

VI - 47
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Misi 5: Mewujudkan Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat melalui


Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Penguatan
Kelembagaan

Strategi Arah Kebijakan Program Pembangunan

Strategi 5.1.1.1 Menciptakan iklim Penciptaan iklim Usaha


yang kondusif untuk Kecil Menengah yang
Meningkatkan
pengembangan UMKM kondusif.
Pengembangan
Usaha Mikro Kecil
Menengah Memfasilitasi Pengembangan
(UMKM) peningkatan Kewirausahaan dan
kemitraan investasi Keunggulan Kompetitif
Usaha Mikro Kecil Usaha Kecil Menengah.
Menengah

Strategi 5.1.1.2 Memfasilitasi Pengembangan Sistem


Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi
Meningkatkan
Pendukung Usaha Usaha Mikro Kecil
Kualitas
Bagi UMKM Menengah.
Kelembagaan
Koperasi dan
Usaha Mikro Kecil Membina dan Peningkatan Kualitas
Menengah memfasilitasi Kelembagaan Koperasi.
(UMKM) penguatan
kelembagaan Koperasi

Strategi 5.1.1.3 Penyediaan sarana Peningkatan penerapan


dan prasaranan teknologi
Meningkatkan
teknologi pertanian/perkebunan;
hasil produksi
pertanian/perkebunan
pertanian dan
tepat guna Pemberdayaan penyuluh
Perkebunan
pertanian/perkebunan
lapangan.

Penyediaan sarana Peningkatan produksi


produksi pertanian/perkebunan;
pertanian/perkebunan
Peningkatan Ketahanan
Pangan

VI - 48
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

pertanian/perkebunan;

Peningkatan Infrastruktur
Pangan bagi “Donggala
Kana Maseha”.

Strategi 5.1.1.4 Penguatan Pemantapan Ketersediaan


kelembagaan dalam dan Penanganan Rawan
Meningkatkan
distribusi dan pangan bagi “Donggala
keamanan dan
penyediaan Pangan Kana Maseha”;
ketahan pangan
serta Penanganan
daerah
Rawan pangan Kemampuan Kelembagaan
Distribusi dan Cadangan
Pangan serta stabilitas
harga Pangan.

Peningkatan
Penganekaragaman
Konsumsi Pangan dan
Keamanan Pangan.

Strategi 5.1.1.5 Pemeliharaan Pencegahan dan


kesehatan dan penanggulangan penyakit
Meningkatkan
pencegahan penyakit ternak;
hasil produksi
ternak
Peternakan

Pembangunan sarana Peningkatan produksi


dan prasarana hasil peternakan;
pembibitan ternak

Penyediaan sarana Peningkatan penerapan


dan prasarana teknologi peternakan.
teknologi peternakan
tepat guna

Strategi 5.1.1.6 Melakukan Pengembangan budidaya


pendampingan perikanan;
Meningkatkan

VI - 49
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

hasil produksi penyediaan bibit


Pengembangan sistem
Kelautan dan unggul dan
Penyuluhan perikanan;
Perikanan Pengembangan
kawasan budidaya
Pengembangan kawasan
budidaya laut, air payau
dan air tawar.

Melakukan Pengembangan perikanan


Pendampingan tangkap bagi “Donggala
kelompok nelayan Nasugi Kana Masagena”.
perikanan tangkap

Strategi 5.1.1.7 Memfasilitasi Pemberdayaan masyarakat


masyarakat dalam dalam pengawasan dan
Meningkatkan
pengendalian pengendalian sumberdaya
Kesadaran
sumberdaya kelautan kelautan;
masyarakat dalam
melalui penyuluhan
pengawasan dan
pengendalian Peningkatan kesadaran
sumberdaya dan penegakan hukum
kelautan dalam pendayagunaan
sumberdaya laut;

Peningkatan mitigasi
bencana alam laut dan
prakiraan iklim laut;

Peningkatan kegiatan
budaya kelautan dan
wawasan maritim kepada
masyarakat.

Strategi 5.1.2.1 Meningkatkan Peningkatan


pendapatan Kesejahteraan Petani;
Meningkatkan
masyarakat petani,
taraf hidup
pesisir dan nelayan Peningkatan pemasaran
masyarakat
petani, pesisir dan hasil produksi
pertanian/perkebunan;

VI - 50
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

nelayan
Peningkatan pemasaran
hasil produksi peternakan;

Pemberdayaan ekonomi
masyarakat pesisir;

Optimalisasi Pengelolaan
dan Pemasaran Produksi
Perikanan bagi “Donggala
Nasugi Kana Masagena”;

Pemberdayaan Nelayan
bagi “Donggala Nasugi
Kana Masagena”;

Pengembangan Sarana
dan Prasarana Perikanan
dan kelautan;

Optimalisasi dan
Pemanfaatan Tempat
Pendaratan Ikan.

Berdasarkan arah kebijakan yang dirumuskan sesuai strategi yang


ditempuh maka ditetapkan arah kebijakan umum tahunan berdasarkan
visi dan misi Pemerintah Daerah Kabupaten Donggala dalam lima tahun
yang akan datang adalah sebagai berikut:

Tabel 6.2
Arah Kebijakan Pembangunan Kabupaten Donggala
Tahun 2019-2023

Arah Kebijakan
2019 2020 2021 2022 2023
• Mempercepat • Rehabilitasi • Meningkatkan • Mengoptimalka • Pemberdayaan
penanggulangan dan kualitas n pengelolaan ekonomi

VI - 51
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

kerusakan Rekonstruksi pendidikan potensi Daerah Masyarakat;


infrastruktur, infrastruktur, melalui melalui • Penguatan
jalan dan jalan dan program program kelembagaan
jembatan; jembatan pasca Donggala Donggala ekonomi
• Meningkatkan bencana; Kanamavali Nasugi kerakyatan
akses • Mewujudkan secara Kanamasagena; (Bumdes,
masyarakat akses sungguh- • Menjamin Perumda);
terhadap rumah masyarakat sungguh; Kelancaran pola • Meningkatkan
layak huni; terhadap rumah • Meningkatkan distribusi dan kualitas dan
• Meningkatan layak huni dan derajat perluasan pasar pemerataan
akses kesehatan bagi komoditas pelayanan dasar
masyarakat lingkungan Masyarakat unggulan guna
terhadap sehat melalui daerah; meningkatkan
lingkungan sehat perumahan; program • Meningkatkan kualitas hidup
perumahan; Donggala perluasan masyarakat ;
• Meningkatkan • Meningkatkan Kanamaseha kesempatan • Memantapkan
proses akses secara kerja; pelaksanaan
perencanaan, masyarakat sungguh- • Meningkatkan pengentasan
pemanfaatan dan terhadap sungguh ketahanan kemiskinan
pengendalian penyediaan air (menurunkan sosial secara terpadu
pemanfaatan bersih dan angka stunting, masyarakat guna
ruang untuk sanitasi; penderita gizi pasca bencana; meningkatkan
mewujudkan tata buruk, layanan • Merwujudkan daya beli
• Meningkatkan
ruang wilayah kesehatan, peningkatan masyarakat;
kualitas SDM
yang aman dan germas, dll); pendapatan • Mewujudkan
melalui
nyaman; pelayanan • Meningkatkan masyarakat ; penyusunan
• Meningkatkan pendidikan dan ketahanan dan • Menciptakan regulasi
pengendalian kesehatan yang keamanan iklim kondusif penyanggan
dan pengawasan berkualitas dan pangan daerah; bagi harga guna
lingkungan merata; • Mewujudkan tumbuhnya memastikan
pasca Gempa; • Rehabilitasi pemerataan usaha kecil teciptanya
• Meningkatkan sarana penyediaan air menengah dan stabilitas harga
sarana dan prasarana bersih terutama sektor informal; komoditas hasil
prasarana pendukung pada daerah • Mewujudkan pertanian dan
penanggulangan pelayanan terdampak peningkatan perkebunan;
bencana; pendidikan dan bencana; PAD sebagai • Menuntaskan
• Meningkatkan kesehatan; • Meningkatkan sumber wajib belajar
SDM • Rehabilitasi sarana penerimaan pendidikan
penanggulangan sarana prasarana daerah; dasar;
bencana; prasarana dan pendukung • Melanjutkan • Memantapkan
• Melanjutkan penataan pelayanan arah kebijakan penyelenggaraa
arah kebijakan kelembagaan pendidikan dan Tahun 2019. n
Tahun 2018. pada semua kesehatan; pemerintahan
tingkatan • Melanjutkan berbasis IT;
pemerintahan arah kebijakan • Melanjutkan
daerah; Tahun 2020. arah kebijakan
• Melanjutkan Tahun 2019.
arah kebijakan
Tahun 2019.

Rumusan arah kebijakan umum tahunan tersebut berfungsi untuk


merasionalkan pilihan strategi agar penyusunan rencana kerja perangkat
daerah fokus sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Penekanan
fokus atau tema setiap tahun selama 5 (lima) tahun memiliki
kesinambungan dalam rangka mencapai visi, misi, tujuan, dan sasaran.

VI - 52
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

Fokus atau tema pembangunan Kabupaten Donggala Tahun 2019-2023


disajikan pada Gambar 6.1. sebagai berikut:

Penguatan Peningkatan
ekonomi kualitas dan
daerah melalui pemerataan
Pengembangan
optimalisasi pelayanan
ekonomi
Memantapkan pengelolaan dasar guna
kerakyatan
Pelaksanaan potensi daerah meningkatkan
melalui
Mitigasi untuk kualitas
penguatan
Bencana dan meningkat-kan hidup
Rehabilitasi kelembagaan
memastikan PAD dan masyarakat
dan dan
penanganan perluasan
Rekonstruksi peningkatan
secara pasar
Infrastruktur kualitas SDM
komprehensif
Pelayanan Pasca Bencana
Dasar dan
bagi 2023
masyarakat
Tanggap 2022
terdampak
Darurat Pasca
Bencana 2021

2020
2019

Gambar 6.1
Fokus/Tema Pembangunan Kabupaten Donggala Tahun 2019-2023

VI - 53
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-55
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-56
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-57
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-58
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-59
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-60
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-61
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-62
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-63
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-64
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-65
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-66
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-67
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-68
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-69
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-70
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-71
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-72
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-73
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-74
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-75
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-76
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-77
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-78
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-79
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-80
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-81
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-82
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-83
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-84
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-85
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-86
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-87
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-88
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-89
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-90
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-91
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-92
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-93
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-94
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-95
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-96
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-97
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-98
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-99
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-100
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VI-101
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

BAB VII
KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN
DAN PROGRAM PERANGKAT DAERAH

Bab VII merupakan bagian dari Dokumen RPJMD Kabupaten


Donggala yang menguraikan kerangka pendanaan pembangunan untuk
membiayai program-program yang dikelompokkan sebagai program
Prioritas Pertama, Prioritas Kedua, dan Prioritas Ketiga. Penyajian
program prioritas ini disertai dengan indikator kinerja, kondisi target
capaian awal RPJMD, serta capaian kinerja program dan kerangka
pendanaan berdasarkan proyeksi Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan
Kabupaten Donggala yang diarahkan guna pencapaian visi dan misi
Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Donggala 2019 – 2023. Uraian bab
VII ini disajikan menjadi dua sub bab sebagaimana dapat dilihat pada
bagian berikut.

7.1. KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH


KABUPATEN DONGGALA PERIODE RPJMD TAHUN 2019-
2023

Kerangka pendanaan pembangunan daerah Kabupaten Donggala


untuk periode RPJMD 2019 – 2023 merinci besaran proyeksi Kapasitas
Riil Keuangan yang akan digunakan untuk membiayai sejumlah program
pembangunan guna pencapaian visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati
Kabupaten Donggala. Besaran nilai Kapasitas Riil Keuangan sangat
menentukan besaran anggaran untuk membiayai setiap program
prioritas, olehnya proyeksi terhadap Kapasitas Riil Keuangan dihitung
dengan mempertimbangkan sejumlah informasi yang berkaitan dengan
dinamika komponen pada Belanja Tidak Langsung (BTL) dan komponen
Belanja Langsung (BL). Proyeksi besaran Kapasitas Riil Kabupaten
Donggala yang akan dibagi untuk membiayai sejumlah program
pembangunan di Kabupaten Donggala dapat dilihat pada Tabel 7.1
berikut.

VII - 1
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Tabel 7.1
Kerangka Pendanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Donggala Tahun 2019 – 2023

Proyeksi

Kode Kapasitas Riil/Belanja


Tahun 2019
Tahun Dasar 2018 Tahun 2019* Tahun 2020** Tahun 2021** Tahun 2022** Tahun 2023**
Belanja Langsung

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Prioritas Pertama - 407,604,353,780.00 324,097,801,357.11 330,934,267,166.90 384,488,236,034.41 435,754,624,183.31 508,147,951,579.05

Prioritas Kedua - 155,528,547,881.00 123,665,166,843.89 126,273,739,569.31 146,708,190,119.18 166,269,774,361.24 193,892,710,627.07

Prioritas Ketiga - 33,087,960,288.00 26,309,177,223.65 26,864,138,688.44 31,211,471,043.26 35,373,105,234.47 41,249,753,802.55

Prioritas 1+2+3 - 596,220,861,949.00 543,183,867,646.00 484,072,145,424.65 562,407,897,196.85 637,397,503,779.02 743,290,416,008.67

KAPASITAS RIIL 484,072,145,424.65 562,407,897,196.85 637,397,503,779.02 743,290,416,008.67


- 596,220,861,949.00 543,183,867,646.00
KEUANGAN

BELANJA 1,207,494,164,565.00 - 1,206,149,617,000.00 1,312,932,068,000.00 1,436,628,986,000.00 1,579,810,923,000.00 1,745,242,412,000.00

BELANJA TIDAK
- 657,965,749,534.00 831,859,922,575.35 874,221,088,803.15 937,413,419,220.98 1,006,951,995,991.33
LANGSUNG

Belanja Pegawai 472,139,883,695.00 - 519,353,872,064.50 571,289,259,270.95 628,418,185,198.05 691,260,003,717.85 760,386,004,089.63

Belanja Bunga 0 - 0 - - - -

Belanja Subsidi 0 - 0 - - - -

Belanja Hibah 5,267,625,000.00 - 5,320,301,250.00 13,000,000,000.00 13,000,000,000.00 13,000,000,000.00 13,000,000,000.00

Belanja Bantuan Sosial 560,151,850.00 - 124,922,414,031.24 3,500,000,000.00 3,500,000,000.00 3,500,000,000.00 3,500,000,000.00

Belanja Bagi Hasil 1,591,880,691.40 - 1,751,068,760.54 1,943,686,324.20 2,176,928,683.10 2,459,929,411.91 2,804,319,529.57

Belanja Bantuan Keuangan 0 - 0 235,442,702,800.00 256,714,198,300.00 281,271,189,400.00 309,578,119,800.00

Belanja Tidak Terduga 6,552,567,572 - 6,618,093,247,72 6,684,274,180.20 6,751,116,922.00 6,818,628,091.22 6,886,814,372.13

BELANJA LANGSUNG - 548,183,867,646.00 481,072,145,424.65 562,407,897,196.85 642,397,503,779.02 738,290,416,008.67

Belanja Pegawai 4,662,789,950.00 - 4,849,301,548.00 42,043,273,609.92 50,451,928,331.90 60,542,313,998.28 72,650,776,797.94

Belanja Barang dan Jasa 204,444,211,443.00 - 218,755,306,244.47 110,795,854,814.73 270,121,412,968.41 257,236,333,973.21 247,340,872,964.56

Belanja Modal 219,084,744,809.33 - 324,579,259,853.53 328,233,017,000.00 359,157,246,500.00 394,952,730,750.00 436,310,603,000.00

Sumber: Bab III RPJMD Kabupaten Donggala Periode 2019-2023 (Penyajian Data
Diolah Kembali)

Keterangan:
* = Perhitungan Anggaran pada Tahun 2019 (Tahun berjalan) berdasarkan belanja
langsung belum mengacu pada Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan.

** = Proyeksi Anggaran berdasarkan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan


Kabupaten Donggala berbasis Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86
Tahun 2017.

VII - 2
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

Tabel 7.1 menunjukkan Aspek Kerangka Pendanaan Pembangunan


Daerah Kabupaten Donggala yang diawali dari uraian Kerangka
Pendanaan Tahun Dasar 2018. Proyeksi Kerangka Pendanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Donggala untuk kebutuhan RPJMD
Periode 2019-2023 didasarkan pada Kapasitas Riil Kemampuan
Keuangan untuk membiayai sejumlah program yang menjadi acuan
pembiayaan kegiatan yang melekat pada setiap Perangkat Daerah dalam
rangka pencapaian visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Donggala Propinsi Sulawesi Tengah.

7.2. INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI


KEBUTUHAN PENDANAAN KABUPATEN DONGGALA PRIODE
RPJMD TAHUN 2019-2023

Sub bab ini memuat sejumlah program prioritas dalam pencapaian

visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Donggala periode

RPJMD Tahun 2019-2023. Sejumlah program yang diutarakan pada sub

bab ini akan menjadi acuan perumusan program dalam rangka

penyusunan Rencana Strategis (renstra) Perangkat Daerah beserta

indikator kinerja, pagu indikatif target, Perangkat Daerah penanggung

jawab berdasarkan bidang urusan.

Perumusan sejumlah program pembangunan daerah pada sub bab

ini bertujuan untuk menggambarkan keterkaitan antara bidang urusan

pemerintahan daerah dengan rumusan indikator kinerja sasaran yang

menjadi acuan penyusunan program pembangunan jangka menengah

daerah berdasarkan strategi dan arah kebijakan yang ditetapkan.

Program pembangunan daerah merupakan sekumpulan program prioritas

yang secara khusus berkaitan dengan capaian sasaran pembangunan

daerah.

VII - 3
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Penjabaran sejumlah program disertai kebutuhan pendanaan guna

pencapaian visi melalui visi mengacu pada Pendekatan Money Follow

Programe (MFP). Sub bab ini mempertimbangkan sejumlah program

pembangunan daerah yang disusun dan diklasifikasikan berdasarkan: 1).

Tujuan dari masing-masing bidang pembangunan berkelanjutan dan

menyertakan target pencapaian pada tahun terakhir dokumen

perencanaan dengan rincian target pada tiap tahunnya, 2). Fokus lokasi

penerapan program yang diagendakan selama tahun perencanaan

berdasarkan hasil kajian dan dukungan Fokus Grup Diskusi (FGD), serta

3). Memasukkan indikasi pendanaan bagi pelaksanaan program

perangkat daerah.

Uraian visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Donggala

yang menjadi acuan pencapaian target pembangunan pada periode Tahun

2019-2023. Pencapaian target pembangunan dilakukan melalui sejumlah

program yang didesain untuk menjadi acuan penetapan sejumlah

kegiatan yang ditujukan pada pencapaian target pembangunan yang

menjadi dasar melekatnya sejumlah program dan kegiatan yang diemban

oleh Perangkat Daerah yang ada di Kabupaten Donggala. Desain bobot

misi untuk mencapai visi Bupati dan Wakil Bupati Periode 2019-2023

didesain dengan uraian bobot pada Tabel 7.2 berikut.

VII - 4
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

Tabel 7.2
Visi dan Misi, serta Uraian Bobot Prioritas Misi
Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Donggala
Periode RPJMD Tahun 2019-2023

Koefisien Misi (Point) Bobot Misi (%)


Periode Misi
No. Misi
2019-2023
2019 2020 2021 2022 2023 2019 2020 2021 2022 2023

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Reformasi Birokrasi, Supermasi


0.1960 0.1940 0.1885 0.1887 0.1889 19.60 19.40 18.85 18.87 18.89
1 Hukum dan Penegakkan Nilai-Nilai

kemanusiaan dan HAM,

Pengelolaan Sumber Daya


0.0552 0.0558 0.0558 0.0558 0.0558 5.52 5.58 5.58 5.58 5.58
2 Pembangunan yang Kompetitif dan

berbasis Kerakyatan,
TERWUJUDNYA
MASYARAKAT
Peningkatan Kualitas Sumber Daya KABUPATEN
DONGGALA
Manusia yang Kompetitif YANG
0.3865 0.3796 0.3830 0.3828 0.3820 38.65 37.96 38.30 38.28 38.20
3 SEJAHTERA,
berlandaskan Keimanan dan BERDAYA
SAING,
Ketaqwaan, MANDIRI DAN
BERKARAKTER
DENGAN
Peningkatan Pembangunan BERPIJAK
0.2938 0.3021 0.3042 0.3042 0.3042 29.38 30.21 30.42 30.42 30.42
4 PADA NILAI
Infrastruktur Daerah, KEARIFAN
LOKAL

Peningkatan Kualitas Hidup

Masyarakat melalui Pemberdayaan


0.0684 0.0684 0.0684 0.0684 0.0690 6.84 6.84 6.84 6.84 6.90
5
Ekonomi Kerakyatan dan Penguatan

Kelembagaan.

Total Bobot / Koefesien 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 100 100 100 100 100

Sumber: Visi – Misi Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Donggala, Periode 2019-
2023 Berdasarkan Prioritas yang Menjadi Acuan ArahKebijakan
PembangunanSetiap Tahun Mempertimbangkan Aspek: Penanganan
Bencana/Rencana Aksi Daerah; Inovasi Pembangunan; serta Amanat
Perundang-Undangan terkait dengan Urusan Pendidikan dan Kesehatan
(Data Diolah Kembali).

VII - 5
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

Tabel 7.3
Keberpihakan Anggaran Setiap Misi terhadap Pencapaian Visi
Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Donggala
Periode RPJMD Tahun 2019-2023

Tahun

No. Misi

2019** 2020 2021 2022 2023

1 2 3 4 5 6 7

Reformasi Birokrasi, Supermasi Hukum dan


1 116,859,288,942 93,909,996,212 106,013,888,622 120,276,908,963 140,407,559,584
Penegakkan Nilai-Nilai kemanusiaan dan HAM,

Pengelolaan Sumber Daya Pembangunan yang


2 32,911,391,580 27,011,225,715 31,382,360,664 35,566,780,711 41,475,605,213
Kompetitif dan berbasis Kerakyatan,

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia yang


3 230,439,363,143 183,753,786,403 215,402,224,626 243,995,764,447 283,936,938,915
Kompetitif berlandaskan Keimanan dan Ketaqwaan,

175,169,689,241
4 Peningkatan Pembangunan Infrastruktur Daerah, 146,238,195,133 171,084,482,327 193,896,320,650 226,108,944,550

Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat melalui

5 Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Penguatan 40,781,506,957 33,110,534,747 38,468,700,168 43,597,989,258 51,287,038,705

Kelembagaan.

Total 596,220,861,949 484,072,145,424.65 562,407,897,196.85 637,397,503,779.02 743,290,416,008.67

Sumber: Alokasi Anggaran Berdasarkan Bobot Misi Bupati dan Wakil Bupati
Kabupaten Donggala Periode 2019-2023 (Data DiolahKembali)

Arah pergerakkan anggaran setiap misi dalam rangka pencapaian


visi difokuskan pada misi 3 dan 4, dalam rangka perbaikan mutu
pendidikan, peningkatan layanan kesehatan, pengentasan kemiskinan,
Perbaikan IPM (sebagai wujud komitmen berkaitan dengan
penyelenggaraan SDG’s),serta pemulihan kondisi Sosial, Ekonomi dan
Infrastruktur di Kabupaen Donggala Pasca Bencana. Pergerakkan
anggaran dapat dilihat pada Grafik 7.1 berikut.

VII - 6
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

Misi 1
Misi 2
Misi 3
Misi 4
Misi 5

2019 2020 2021 2022 2023

Sumber: Data pada Tabel 7.2 dan Tabel 7.3 (Data Diolah Kembali)

Grafik 7.1
Pergerakkan Anggaran Setiap Misi terhadap Pencapaian Visi
Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Donggala
Periode RPJMD Tahun 2019-2023

VII - 7
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

Tabel 7.4
Kerangka Pendanaan Dalam Pencapaian Visi - Misi
Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Donggala
Tahun 2019-2023

Bidang Urusan Pemerintahan dan Program Perangkat Daerah


Kode Kondisi Kinerja Akhir Tahun
Prioritas Pembangunan 2019 2020 2021 2022 2023 Penanggungjawab
2023
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Urusan Wajib Terkait dengan Pelayanan
Dasar
Pendidikan 74.716.878.395,00 63.545.376.341,66 73.750.538.500,74 83.417.187.905,57 97.084.683.945,36 97.084.683.945,36
Program Pelayanan Administrasi
2.143.173.395,00 1.664.812.540,95 1.945.424.920,01 2.209.936.887,01 2.583.917.248,28 2.583.917.248,28
Perkantoran
Program Peningkatan Sarana dan
17.206.305.000,00 12.628.750.871,46 14.757.389.225,28 16.763.894.853,80 19.600.793.722,01 19.600.793.722,01
Prasarana Aparatur Dinas Pendidikan dan
Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Kebudayaan; Perangkat Daerah
Sembilan Tahun-Menuju Donggala Kana 49.662.600.000,00 37.900.900.891,92 44.289.284.992,92 50.311.129.254,48 58.825.116.420,66 58.825.116.420,66 Penunjang dan Koordinasi:
Mavali - untuk Indonesia Pintar Dinas Pemuda dan Olahraga;
Program Pendidikan Non Formal-Menuju Dinas Sosial; Badan
Donggala Kana Mavali - untuk Indonesia 629.700.000,00 489.149.622,46 571.598.208,05 649.316.224,72 759.197.876,87 759.197.876,87 Perencanaan Pembangungan
Pintar Daerah (Bappeda); Dinas
Program Manajemen Pelayanan Pemberdayaan Masyarakat
30.500.000,00 23.692.335,22 27.685.795,37 31.450.126,81 36.772.328,48 36.772.328,48 Desa; Satuan Polisi Pamong
Pendidikan
Program Pendidikan Anak Usia Dini Praja
Menuju Donggala Kana Mavali - untuk 5.044.600.000,00 3.918.634.564,83 4.579.139.781,39 5.201.747.859,62 6.082.022.565,73 6.082.022.565,73
Indonesia Pintar
Program Inovasi Pendidikan "Donggala
- 4.211.830.313,38 4.921.755.121,94 5.590.947.294,33 6.537.084.942,52 6.537.084.942,52
Kana Mavali"
Program Peningkatan Mutu Pendidik dan
- 2.707.605.201,46 2.658.260.455,78 2.658.765.404,81 2.659.778.840,82 2.659.778.840,82
Tenaga Kependidikan

Kesehatan "Dinas Kesehatan" 116.307.262.697,00 78.045.681.650,91 91.205.468.207,71 103.585.203.344,79 121.069.867.745,18 121.069.867.745,18


Program Pelayanan Administrasi
18.899.722.000,00 8.172.956.441,44 10.037.394.572,84 11.574.492.062,26 13.374.550.135,57 13.374.550.135,57
Perkantoran
Program Peningkatan Sarana dan
49.636.699.573,00 1.253.520.926,60 1.575.265.455,28 1.733.121.152,76 1.907.159.939,20 1.907.159.939,20
Prasarana Aparatur
Program Peningkatan Kapasitas Sumber Dinas Kesehatan; RSUD
1.149.000.000,00 5.614.720.793,59 7.166.113.923,17 7.948.229.991,39 9.541.511.521,78 9.541.511.521,78
Daya Aparatur Kabelota; RSU Pratama Tambu;
Program Obat dan Perbekalan Kesehatan Badan Perencanaan
5.592.433.427,00 350.985.859,45 447.966.113,84 537.661.448,53 645.439.665,37 645.439.665,37 Pembangungan Daerah
"Menuju Donggala Kana Maseha"
(Bappeda)
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
964.551.000,00 1.654.647.623,11 2.111.840.250,98 2.534.689.685,92 3.042.786.993,90 3.042.786.993,90
"Menuju Donggala Kana Maseha"
Program Promosi Kesehatan dan
384.000.000,00 699.262.705,00 892.474.691,17 1.071.173.065,10 1.286.791.261,19 1.286.791.261,19
Pemberdayaan Masyarakat
Program Perbaikan Gizi Masyarakat
278.265.000,00 7.463.140.940,69 9.525.267.626,25 11.466.530.858,34 13.765.081.838,12 13.765.081.838,12
"Menuju Donggala Kana Maseha"

Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan 179.886.633,00 501.408.370,64 639.951.591,21 768.087.783,61 998.894.720,22 998.894.720,22

Program pelayanan kesehatan penduduk


21.352.470.064,00 18.309.899.450,35 17.976.210.723,76 17.979.625.389,21 17.986.478.645,18 17.986.478.645,18
miskin "Menuju Donggala Kana Maseha"

VII - 8
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

Bidang Urusan Pemerintahan dan Program Perangkat Daerah


Kode Kondisi Kinerja Akhir Tahun
Prioritas Pembangunan 2019 2020 2021 2022 2023 Penanggungjawab
2023
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Program Pencegahan dan Penanggulangan
547.150.000,00 9.712.704.056,01 12.282.123.209,46 14.665.146.261,83 18.957.611.551,38 18.957.611.551,38
Penyakit Menular
Program Pengadaan, Peningkatan dan
Perbaikan Sarana dan Prasarana
16.997.680.000,00 14.819.085.490,16 16.234.349.319,79 19.264.287.528,32 19.264.287.528,32
Puskesmas/Puskemas Pembantu dan
Jaringannya
Program Pengembangan Lingkungan Sehat
116.005.000,00 1.554.365.948,98 1.343.898.341,53 2.381.072.129,19 2.858.375.660,93 2.858.375.660,93
"Menuju Donggala Kana Maseha"
Program peningkatan keselamatan ibu
184.900.000,00 8.317.507.460,61 10.615.702.580,89 12.741.262.900,00 15.295.343.352,43 15.295.343.352,43
melahirkan dan anak
Program Peningkatan Pelayanan
Kesehatan Tradisional "Menuju Donggala 24.500.000,00 501.408.370,64 590.724.545,73 649.920.432,29 715.184.977,20 715.184.977,20
Kana Maseha"

Program Pengawasan dan Pengendalian


- 501.408.370,64 590.724.545,73 649.920.432,29 715.184.977,20 715.184.977,20
Kesehatan Makanan

Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan


- 501.408.370,64 590.724.545,73 649.920.432,29 715.184.977,20 715.184.977,20
Kesehatan

Kesehatan "RSUD Kabelota" 25.666.259.000,00 18.944.706.899,95 21.891.795.620,01 24.655.576.457,13 28.551.529.452,35 28.551.529.452,35


Program Pelayanan Administrasi
3.427.600.000,00 2.662.552.399,48 3.111.338.761,19 3.534.375.562,71 4.132.486.331,18 4.132.486.331,18
Perkantoran
Program Peningkatan Sarana dan
5.152.521.630,00 4.002.467.857,78 4.677.103.590,06 5.313.031.431,73 6.212.138.291,25 6.212.138.291,25
Prasarana Aparatur RSUD Kabelota; Dinas
Program pengadaan, peningkatan sarana Kesehatan; Badan Perencanaan
dan prasarana rumah sakit/ rumah sakit Pembangungan Daerah
6.586.137.370,00 5.116.097.519,48 5.978.441.033,32 6.791.306.737,41 7.940.577.271,80 7.940.577.271,80 (Bappeda)
jiwa/ rumah sakit paru-paru/ rumah sakit
mata
Program Peyediaan Jasa Layanan BLUD 10.500.000.000,00 7.163.589.123,21 8.124.912.235,44 9.016.862.725,29 10.266.327.558,12 10.266.327.558,12
Program Peningkatan Kemitraan
- - - - - -
Pelayanan Kesehatan

Kesehatan "Rumah Sakit Pratama Tambu" - 2.945.279.444,18 3.441.720.846,14 3.909.678.432,96 4.571.300.473,56 4.571.300.473,56

Program Pelayanan Administrasi


- 665.638.099,87 777.834.690,30 883.593.890,68 1.033.121.582,80 1.033.121.582,80 Rumah Sakit Pratama Tambu;
Perkantoran
Dinas Kesehatan; RSUD
Program Peningkatan Sarana dan
- 1.000.616.964,44 1.169.275.897,51 1.328.257.857,93 1.553.034.572,81 1.553.034.572,81 Kabelota; Badan Perencanaan
Prasarana Aparatur
Pembangungan Daerah
Program pengadaan, peningkatan sarana (Bappeda)
dan prasarana rumah sakit/ rumah sakit
- 1.279.024.379,87 1.494.610.258,33 1.697.826.684,35 1.985.144.317,95 1.985.144.317,95
jiwa/ rumah sakit paru-paru/ rumah sakit
mata
Program Pemeliharaan Sarana dan
Prasarana rumah sakit/ rumah sakit jiwa/
rumah sakit paru-paru/ rumah sakit mata - - - - - -
"Donggala Kana Maseha - Menuju
Indonesia Sehat"

VII - 9
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

Bidang Urusan Pemerintahan dan Program Perangkat Daerah


Kode Kondisi Kinerja Akhir Tahun
Prioritas Pembangunan 2019 2020 2021 2022 2023 Penanggungjawab
2023
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pekerjaan Umum 131.014.947.179,00 108.228.633.186,32 126.471.104.031,36 143.666.895.116,83 167.979.171.930,24 167.979.171.930,24
Program Pelayanan Administrasi
2.656.164.290,00 2.063.199.472,44 2.410.961.937,10 2.738.771.187,30 3.202.244.440,35 3.202.244.440,35
Perkantoran
Program Peningkatan Sarana dan
2.426.095.500,00 1.884.491.473,11 4.663.484.095,42 2.501.547.241,66 2.924.875.865,50 2.924.875.865,50
Prasarana Aparatur
Program Peningkatan Kapasitas Sumber
140.000.000,00 108.746.257,61 127.075.976,61 144.354.009,90 168.782.564,89 168.782.564,89
Daya Aparatur
Program Pembangunan Jalan dan
57.114.245.660,00 44.808.698.987,69 52.548.732.134,92 59.827.258.989,35 70.117.896.462,98 70.117.896.462,98
Jembatan
Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan
2.345.478.963,00 2.824.688.595,10 3.113.498.265,59 3.403.151.452,37 3.812.788.669,25 3.812.788.669,25
dan Jembatan
Program Pembangunan Infrastruktur
2.707.315.600,00 4.108.565.194,53 4.801.084.157,12 5.453.869.161,11 6.376.809.527,02 6.376.809.527,02
Perdesaan/Kelurahan Dinas Pekerjaan Umum dan
Program Pembangunan Saluran Perumahan Rakyat Kabupaten
1.959.615.000,00 1.522.148.554,37 1.778.714.213,63 2.020.559.165,11 2.362.491.756,48 2.362.491.756,48
Drainase/Gorong-Gorong Donggala; Dinas Perumahan,
Kawasan Permukiman dan
Program Pengembangan dan Pengelolaan
Penataan Ruang Kabupate
Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan 27.342.209.000,00 20.436.053.061,33 22.145.463.532,05 27.727.500.705,54 32.736.891.572,62 32.736.891.572,62
Donggala; Badan Perencanaan
Pengairan Lainnya
Pembangungan Daerah
Program Pengembangan Kinerja (Bappeda)
27.222.706.666,00 21.646.890.313,58 24.901.764.262,16 28.734.923.732,54 33.597.640.501,29 33.597.640.501,29
Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah
Program Pengendalian Banjir 3.618.700.000,00 3.813.674.472,87 4.456.488.147,36 5.062.419.753,19 5.919.116.421,45 5.919.116.421,45
Program Pengendalian Pemanfaatan
202.845.000,00 307.984.187,09 381.027.656,74 455.335.475,78 540.078.835,00 540.078.835,00
Ruang
Program Peningkatan Sarana dan
412.855.000,00 2.326.322.312,47 2.343.824.335,70 2.395.150.675,12 2.467.940.304,68 2.467.940.304,68
Prasarana Kebinamargaan
Program Perencanaan Tata Ruang 1.240.020.000,00 963.196.674,03 1.125.548.232,27 1.278.584.709,71 1.494.955.400,86 1.494.955.400,86
Program Perencanaan Umum dan
832.245.000,00 646.453.779,76 755.416.758,25 858.127.878,37 1.003.346.040,86 1.003.346.040,86
Pengendalian Kegiatan
Program Pengembangan dan Pengelolaan
490.638.500,00 381.107.862,25 445.345.475,36 505.897.392,06 591.508.746,19 591.508.746,19
Sistem Irigasi Partisipatif
Program Pembinaan Jasa Konstruksi 303.813.000,00 386.411.988,08 472.674.851,07 559.443.587,72 661.804.820,80 661.804.820,80

Perumahan, Kawasan Pemukiman dan


16.714.752.000,00 12.482.575.479,36 14.586.575.248,64 16.569.855.955,71 19.373.918.258,49 19.373.918.258,49
Penataan Ruang

Program Pelayanan Administrasi


511.000.000,00 396.943.714,59 463.850.538,85 526.918.518,07 616.087.208,32 616.087.208,32
Perkantoran

Dinas Perumahan, Kawasan


Program Peningkatan Sarana dan Permukiman dan Penataan
12.000.000,00 9.321.574,51 10.892.771,95 12.373.820,39 14.467.801,37 14.467.801,37
Prasarana Aparatur Ruang Kabupate Donggala;
Program Penataan, Penguasaan, Badan Perencanaan
Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan 6.071.200.000,00 704.828.299,12 823.630.591,25 935.616.484,69 1.093.947.789,54 1.093.947.789,54 Pembangungan Daerah
Lahan (Bappeda)
Program Pengembangan Pemukiman - - - - - -

VII - 10
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

Bidang Urusan Pemerintahan dan Program Perangkat Daerah


Kode Kondisi Kinerja Akhir Tahun
Prioritas Pembangunan 2019 2020 2021 2022 2023 Penanggungjawab
2023
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Program Perbaikan Perumahan Akibat
1.917.000.000,00 4.998.980.122,61 5.841.582.920,56 6.635.840.551,82 7.758.802.054,22 7.758.802.054,22
Bencana Alam/Sosial
Program Perencanaan Umum dan
16.875.000,00 13.108.464,16 15.317.960,55 17.400.684,92 20.345.345,68 20.345.345,68
Pengendalian Kegiatan
Program Penataan dan Peningkatan
168.700.000,00 131.045.801,67 153.134.218,99 173.955.291,58 203.393.174,25 203.393.174,25
Kualitas Kawasan Pemukiman Kumuh
Program Pengembangan Perumahan 8.017.977.000,00 6.228.347.502,71 7.278.166.246,48 8.267.750.604,25 9.666.874.885,12 9.666.874.885,12

Ketenteraman dan Ketertiban Umum


serta Perlindungan Masyarakat "Badan 2.234.140.000,00 1.735.475.206,49 2.027.998.126,95 2.303.737.256,29 2.693.591.145,98 2.693.591.145,98
Kesatuan Bangsa dan Politik"

Program Pelayanan Administrasi


848.860.000,00 659.392.644,95 770.536.533,09 875.303.431,02 1.023.428.155,88 1.023.428.155,88
Perkantoran
Program Peningkatan Sarana dan
24.000.000,00 18.643.149,02 21.785.543,90 24.747.640,77 28.935.602,74 28.935.602,74
Prasarana Aparatur Badan Kesatuan Bangsa dan
Program pengembangan wawasan Politik
111.000.000,00 86.224.564,23 100.758.140,53 114.457.838,56 133.827.162,67 133.827.162,67
kebangsaan
Program Peningkatan Keamanan dan
547.480.000,00 425.281.301,10 496.964.565,58 564.534.932,04 660.069.324,48 660.069.324,48
Kenyamanan Lingkungan
Program pendidikan politik masyarakat 524.800.000,00 407.663.525,28 476.377.226,59 541.148.411,51 632.725.179,89 632.725.179,89
Program kemitraan pengembangan
178.000.000,00 138.270.021,91 161.576.117,25 183.545.002,38 214.605.720,31 214.605.720,31
wawasan kebangsaan

Ketenteraman dan Ketertiban Umum


serta Perlindungan Masyarakat "Satuan 1.087.894.000,00 1.963.214.414,95 2.047.988.676,78 2.113.683.171,18 2.194.945.600,28 2.194.945.600,28
Polisi Pamong Praja"
Satuan Polisi Pamong Praja
Program Pelayanan Administrasi
832.894.000,00 1.614.708.445,40 1.640.740.304,21 1.651.062.798,91 1.654.037.501,80 1.654.037.501,80
Perkantoran
Program pemeliharaan kantrantibmas dan
118.000.000,00 242.084.660,55 282.889.226,14 321.352.589,54 375.734.032,84 375.734.032,84
pencegahan tindak kriminal
Program Penegakan Perundang -
74.000.000,00 57.483.042,82 67.172.093,69 76.305.225,71 89.218.108,45 89.218.108,45
Undangan / Peraturan Daerah
Program Kesiapsiagaan Linmas 63.000.000,00 48.938.266,18 57.187.052,74 64.962.557,02 75.955.957,19 75.955.957,19

Ketenteraman dan Ketertiban Umum


serta Perlindungan Masyarakat "Badan 14.202.357.809,00 11.032.361.378,98 12.891.920.396,61 14.644.785.381,29 17.123.074.313,29 17.123.074.313,29
Penanggulangan Bencana Daerah"

Program Pelayanan Administrasi Badan Penanggulangan


2.736.526.000,00 2.125.727.584,18 2.484.029.471,00 2.821.773.433,63 3.299.292.884,21 3.299.292.884,21 Bencana Daerah Kabupaten
Perkantoran
Program Peningkatan Sarana dan Donggala; Dinas Sosial; Badan
384.500.000,00 298.678.783,29 349.022.567,88 396.477.828,18 463.572.468,88 463.572.468,88 Perencanaan Pembangungan
Prasarana Aparatur
Daerah (Bappeda)
Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi 9.034.831.809,00 7.018.238.158,46 8.201.196.874,83 9.316.282.167,95 10.892.846.001,64 10.892.846.001,64
Program Kedaruratan dan Logistik 872.000.000,00 677.367.747,80 791.541.428,33 899.164.281,33 1.051.326.899,52 1.051.326.899,52

VII - 11
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

Bidang Urusan Pemerintahan dan Program Perangkat Daerah


Kode Kondisi Kinerja Akhir Tahun
Prioritas Pembangunan 2019 2020 2021 2022 2023 Penanggungjawab
2023
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Program Pencegahan dan Kesiapsiagaan 782.000.000,00 607.455.938,96 709.845.638,71 806.360.628,44 942.818.389,25 942.818.389,25

Program Perencanaan dan Pengawasan 392.500.000,00 304.893.166,30 356.284.415,85 404.727.041,77 473.217.669,79 473.217.669,79

Sosial 5.342.060.373,00 6.305.757.144,49 7.368.623.665,84 8.370.507.172,08 9.787.020.609,43 9.787.020.609,43

Program Pelayanan Administrasi


942.982.860,00 732.507.082,67 855.974.770,53 972.358.378,00 1.136.907.392,78 1.136.907.392,78
Perkantoran
Program Peningkatan Sarana dan
147.000.000,00 114.189.287,76 133.436.456,38 151.579.299,72 177.230.566,78 177.230.566,78
Prasarana Aparatur
Program peningkatan pengembangan
sistem pelaporan capaian kinerja dan 47.451.514,00 36.860.235,28 43.073.210,06 48.929.709,27 57.209.923,27 57.209.923,27
keuangan
Program Pelayanan dan Rehabilitasi
835.038.140,00 648.655.853,46 757.990.002,35 861.050.996,60 1.006.763.828,79 1.006.763.828,79
Kesejahteraan Sosial Dinas Sosial; Badan
Perencanaan Pembangungan
Program Pemberdayaan Kelembagaan
1.033.425.999,00 802.763.120,94 938.072.811,15 1.065.618.974,42 1.245.950.173,64 1.245.950.173,64 Daerah (Bappeda) Kabupaten
Kesejahteraan Sosial
Donggala; Badan
Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Penanggulangan Bencana
Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Daerah Kabupaten Donggala
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial 1.855.111.860,00 1.441.046.952,43 1.683.942.535,99 1.912.901.745,85 2.236.615.825,73 2.236.615.825,73
(PMKS)
Lainnya
Program pembinaan anak terlantar 65.500.000,00 50.880.260,87 59.456.380,22 67.540.436,27 78.970.082,48 78.970.082,48

Program pembinaan eks penyandang


penyakit sosial (eks narapidana, PSK, 91.700.000,00 71.232.365,22 83.238.932,31 94.556.610,78 110.558.115,47 110.558.115,47
narkoba dan penyakit sosial lainnya)
Program pembinaan panti asuhan /panti
94.500.000,00 73.407.399,27 85.780.579,10 97.443.835,53 113.933.935,79 113.933.935,79
jompo

Program pembinaan para penyandang


129.600.000,00 100.673.004,72 117.641.937,06 133.637.260,16 156.252.254,79 156.252.254,79
cacat dan trauma

Program Pembinaan nilai - nilai


99.750.000,00 77.485.588,12 90.546.166,83 102.857.381,95 120.263.598,88 120.263.598,88
kepahlawanan dan kesetiakawanan sosial

Program Pemberdayaan dan Peningkatan


- 2.156.055.993,75 2.519.469.883,85 2.862.032.543,53 3.346.364.911,05 3.346.364.911,05
Kualitas Hidup Korban Bencana Alam

Jumlah Anggaran Urusan Wajib Terkait


387.286.551.453,00 305.229.061.147,30 355.683.733.320,77 403.237.110.193,83 470.429.103.474,16 470.429.103.474,16
dengan Pelayanan Dasar

Urusan Wajib yang Tidak Bekaitan dengan


- - - - - -
Pelayanan Dasar

Tenaga Kerja 3.137.850.000,00 2.437.475.214,93 2.848.323.705,16 3.235.599.357,99 3.783.149.210,61 3.783.149.210,61


Program Pelayanan Administrasi
821.723.000,00 638.312.680,99 745.903.437,06 847.321.067,37 990.710.428,73 990.710.428,73
Perkantoran

VII - 12
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

Bidang Urusan Pemerintahan dan Program Perangkat Daerah


Kode Kondisi Kinerja Akhir Tahun
Prioritas Pembangunan 2019 2020 2021 2022 2023 Penanggungjawab
2023
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Program Peningkatan Sarana dan
6.000.000,00 4.660.787,26 5.446.385,97 6.186.910,19 7.233.900,68 7.233.900,68
Prasarana Aparatur
Dinas Tenaga Kerja dan
Program Peningkatan Kesempatan Kerja 2.253.627.000,00 1.750.612.666,70 2.045.687.080,86 2.323.831.309,44 2.717.085.649,75 2.717.085.649,75 Transmigrasi

Program Perlindungan dan Pengembangan


56.500.000,00 43.889.079,99 51.286.801,26 58.260.070,98 68.119.231,45 68.119.231,45
Lembaga Ketenagakerjaan

Program Peningkatan Kualitas dan


- - - - - -
Produktivitas Tenaga Kerja
Pemberdayaan Perempuan dan
1.582.400.000,00 1.229.143.414,61 1.436.360.991,57 1.695.620.067,23 1.971.756.932,05 1.971.756.932,05
Perlingungan Anak
Program Pelayanan Administrasi
881.500.000,00 765.149.173,60 1.001.154.527,92 1.156.070.587,13 1.301.321.425,45 1.301.321.425,45
Perkantoran
Program Peningkatan Kualitas Hidup dan
327.400.000,00 265.746.436,44 169.341.036,44 182.214.055,74 241.350.302,22 241.350.302,22
Perlindungan Perempuan
Program Perlindungan Hak Perempuan Dinas Pemberdayaan
217.800.000,00 87.245.056,49 98.454.090,95 110.289.527,90 123.703.189,32 123.703.189,32
dan Perlindungan Khusus Anak Perempuan, Perlindungan Anak

Program Pemenuhan Hak Anak 155.700.000,00 111.002.748,09 167.371.954,62 183.038.581,16 241.350.302,22 241.350.302,22

Program Peningkatan Sarana dan


- - - - - -
Prasarana Aparatur

Program Peran Serta dan Kesetaraan


- - 39.381,64 64.007.315,30 64.031.712,83 64.031.712,83
Gender dalam Pembangunan

Pangan 1.761.200.000,00 1.852.630.931,48 2.164.901.028,86 2.459.254.320,27 2.875.425.852,05 2.875.425.852,05

Program Pelayanan Administrasi


728.400.000,00 763.143.540,11 976.799.647,50 1.062.956.650,13 1.197.121.665,57 1.197.121.665,57
Perkantoran
Program Peningkatan Sarana dan
51.000.000,00 85.239.423,01 - - 300.235.312,46 300.235.312,46
Prasarana Aparatur
Program Peningkatan Sistem Pelaporan
- 51.143.653,81 98.454.090,95 120.686.318,84 - -
Capaian Kinerja dan Keuangan
Program Peningkatan Infrastruktur Pangan Dinas Ketahanan Pangan;
553.700.000,00 41.115.486,39 49.227.045,48 64.007.315,30 73.882.745,58 73.882.745,58
- Bagi Donggala Kana Maseha Badan Perencanaan
Program Pemantapan Ketersediaan dan Pembangungan Daerah
Penanganan Rawan Pangan - Bagi Donggala 59.320.500,00 279.785.870,82 275.671.454,67 322.990.760,29 348.726.559,13 348.726.559,13 (Bappeda) Kabupaten Donggala
Kana Maseha
Program Kemampuan Kelembagaan
Distribusi dan Cadangan Pangan serta 55.700.000,00 224.630.950,05 261.887.881,94 355.486.781,90 390.100.896,65 390.100.896,65
Stabilitas Harga Pangan

Program Peningkatan Penganekaragaman


313.079.500,00 407.572.007,29 502.860.908,31 533.126.493,80 565.358.672,65 565.358.672,65
Konsumsi Pangan dan Keamanan Pangan

Lingkungan Hidup 2.755.391.000,00 3.811.536.872,34 4.453.990.243,38 5.059.582.219,15 5.915.798.700,64 5.915.798.700,64

VII - 13
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

Bidang Urusan Pemerintahan dan Program Perangkat Daerah


Kode Kondisi Kinerja Akhir Tahun
Prioritas Pembangunan 2019 2020 2021 2022 2023 Penanggungjawab
2023
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Program Pelayanan Administrasi
564.234.416,00 832.337.895,26 1.156.835.568,72 1.272.760.846,56 1.428.399.747,85 1.428.399.747,85
Perkantoran

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana


- 476.337.952,11 147.681.136,43 196.945.585,54 246.275.818,59 246.275.818,59
Aparatur
Program peningkatan pengembangan
sistem pelaporan capaian kinerja dan - 30.084.502,24 39.381.636,38 43.328.028,82 49.255.163,72 49.255.163,72
keuangan Dinas Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Donggala; Badan
Program Pengendalian Pencemaran dan
2.191.156.584,00 1.078.027.996,88 1.511.270.296,16 1.715.888.414,03 2.101.225.284,25 2.101.225.284,25 Perencanaan Pembangungan
Perusakan Lingkungan Hidup Daerah (Bappeda) Kabupaten
Donggala
Program Pengembangan Kinerja
- 1.324.551.353,96 1.431.449.651,07 1.616.973.383,88 1.795.111.703,92 1.795.111.703,92
Pengelolaan Persampahan

Program Perlindungan dan Konservasi


- 50.140.837,06 137.835.727,34 174.296.843,20 246.275.818,59 246.275.818,59
Sumberdaya Alam

Program Peningkatan Kualitas dan Akses


- 20.056.334,83 29.536.227,29 39.389.117,11 49.255.163,72 49.255.163,72
Informasi SDA dan LH

Program Penataan dan Penegakkan Hukum


- - - - - -
Lingkungan

Administrasi Kependudukan dan


3.642.470.000,00 2.806.018.523,13 3.278.986.808,80 3.724.818.072,53 4.355.156.801,47 4.355.156.801,47
Pencatatan Sipil

Program Pelayanan Administrasi


1.593.350.000,00 1.237.648.925,48 1.446.260.766,68 1.642.903.297,71 1.920.926.426,97 1.920.926.426,97
Perkantoran

Program Peningkatan Sarana dan


652.650.000,00 506.951.750,22 592.400.972,40 672.947.461,17 786.828.149,85 786.828.149,85
Prasarana Aparatur
Program Pelayanan Administrasi Dinas Kependudukan dan
1.366.470.000,00 1.061.417.847,43 1.240.325.069,72 1.408.967.313,66 1.647.402.224,66 1.647.402.224,66
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pencatatan Sipil
Program Peningkatan Kapasitas Sumber
- - - - - -
Daya Aparatur

Program Penataan Administrasi


30.000.000,00 - - - - -
Kependudukan

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa 4.835.000.000,00 3.755.629.682,55 4.388.659.620,85 4.985.368.842,01 5.829.026.437,62 5.829.026.437,62

Program Pelayanan Administrasi


1.052.470.000,00 817.515.526,78 955.311.807,89 1.085.201.891,45 1.268.847.043,39 1.268.847.043,39
Perkantoran

Program Peningkatan Sarana dan


170.000.000,00 132.049.027,10 154.306.543,03 175.287.012,03 204.950.257,37 204.950.257,37
Prasarana Aparatur

Program peningkatan kapasitas aparatur


1.439.820.000,00 1.118.393.118,83 1.306.903.804,61 1.484.598.503,85 1.735.832.232,77 1.735.832.232,77
pemerintah desa
Program pengembangan lembaga ekonomi Dinas Pemberdayaan
347.530.000,00 269.947.049,34 315.447.958,23 358.338.207,58 418.978.605,56 418.978.605,56 Masyarakat Desa; Badan
pedesaan

VII - 14
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

Bidang Urusan Pemerintahan dan Program Perangkat Daerah


Kode Kondisi Kinerja Akhir Tahun
Prioritas Pembangunan 2019 2020 2021 2022 2023 Penanggungjawab
2023
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Perencanaan Pembangungan
Program Peningkatan Keberdayaan
70.000.000,00 54.373.128,81 63.537.988,31 72.177.004,95 84.391.282,45 84.391.282,45 Daerah (Bappeda) Kabupaten
Masyarakat Perdesaan
Donggala
Program peningkatan partisipasi
339.160.000,00 263.445.576,66 307.850.630,20 349.707.899,99 408.887.819,36 408.887.819,36
masyarakat dalam membangun desa
Program peningkatan peran perempuan di
250.000.000,00 194.189.745,74 226.921.386,81 257.775.017,68 301.397.437,31 301.397.437,31
perdesaan

Program Peningkatan kualitas


873.420.000,00 678.436.830,89 792.790.710,66 900.583.423,78 1.052.986.198,79 1.052.986.198,79
Pemerintahan Desa

Program Peningkatan Kapasitas Aparatur


292.600.000,00 227.279.678,41 265.588.791,12 301.699.880,70 352.755.560,63 352.755.560,63
Pemerintahan Desa/Kelurahan
Pengendalian Penduduk dan Keluarga
8.904.105.700,00 6.916.344.087,58 8.082.128.054,89 9.181.024.017,11 10.734.698.558,16 10.734.698.558,16
Berencana
Program Pelayanan Administrasi
1.022.737.000,00 794.420.151,94 928.323.593,52 1.054.544.193,04 1.233.001.243,38 1.233.001.243,38
Perkantoran
Dinas Pengendalian Penduduk
Program Peningkatan Sarana dan dan Keluarga Berencana
67.600.000,00 52.508.907,25 61.359.542,99 69.702.364,78 81.497.867,05 81.497.867,05
Prasarana Aparatur

Program Keluarga Berencana 6.964.158.000,00 5.409.472.285,16 6.321.265.565,22 7.180.743.806,42 8.395.917.496,96 8.395.917.496,96

Program pelayanan kontrasepsi 50.000.000,00 38.837.949,15 45.384.277,36 51.555.003,54 60.279.487,46 60.279.487,46

Program Pengendalian, Pergerakkan dan


799.610.700,00 621.104.794,09 725.795.075,80 824.478.649,33 964.002.463,31 964.002.463,31
Informasi

Program Peningkatan Disiplin Aparatur - - - - - -

Program Peningkatan Kapasitas Sumber


- - - - - -
Daya Aparatur
Program peningkatan pengembangan
sistem pelaporan capaian kinerja dan - - - - - -
keuangan
Perhubungan 11.372.000.000,00 7.494.542.804,46 8.757.785.022,18 9.948.547.471,57 11.632.107.486,03 11.632.107.486,03

Program Pelayanan Administrasi


1.509.000.000,00 1.172.129.305,27 1.369.697.490,77 1.555.930.006,74 1.819.234.931,62 1.819.234.931,62
Perkantoran

Program Peningkatan Sarana dan


3.000.000,00 2.330.276,95 2.723.056,64 3.093.300,21 3.616.769,25 3.616.769,25
Prasarana Aparatur
Program Peningkatan Kapasitas Sumber
200.000.000,00 155.351.796,59 181.537.109,45 206.220.014,15 241.117.949,85 241.117.949,85
Daya Aparatur
Dinas Perhubungan Kabupaten
Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan
100.000.000,00 77.675.898,29 90.768.554,72 103.110.007,07 120.558.974,92 120.558.974,92 Donggala
Prasarana dan Fasilitas Perhubungan
Program Pembangunan Sarana dan
9.430.000.000,00 5.986.076.859,58 6.995.059.689,46 7.946.151.134,20 9.290.852.192,98 9.290.852.192,98
Prasarana Perhubungan

Program Peningkatan Pelayanan Angkutan 40.000.000,00 31.070.359,32 36.307.421,89 41.244.002,83 48.223.589,97 48.223.589,97

Program Peningkatan Pelayanan Bidang


50.000.000,00 38.837.949,15 45.384.277,36 51.555.003,54 60.279.487,46 60.279.487,46
Lalu Lintas

VII - 15
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

Bidang Urusan Pemerintahan dan Program Perangkat Daerah


Kode Kondisi Kinerja Akhir Tahun
Prioritas Pembangunan 2019 2020 2021 2022 2023 Penanggungjawab
2023
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Program Peningkatan Bidang SARPRAS 40.000.000,00 31.070.359,32 36.307.421,89 41.244.002,83 48.223.589,97 48.223.589,97

Komunikasi dan Informatika 4.855.797.500,00 3.771.784.327,22 4.407.537.210,83 5.006.813.146,16 5.854.099.734,56 5.854.099.734,56

Program Pelayanan Administrasi


846.860.000,00 854.259.469,23 848.536.428,30 890.783.967,98 1.058.591.062,88 1.058.591.062,88
Perkantoran
Program Peningkatan Sarana dan
232.062.500,00 175.555.605,77 239.661.013,52 228.518.424,72 239.797.906,69 239.797.906,69
Prasarana Aparatur
Dinas Komuniksi dan
Program Peningkatan Kapasitas Sumber
448.150.000,00 88.040.884,84 86.436.383,90 86.452.802,90 86.485.755,93 86.485.755,93 Informatika Kabupaten
Daya Aparatur
Donggala
Program Pengembangan Komunikasi,
303.995.000,00 - - - - -
Informasi dan Media Massa
Program Kerjasama Informasi Dengan
423.000.000,00 - - - - -
Mass Media

Program Pengkajian dan Penelitian Bidang


329.750.000,00 - - - - -
Komunikasi, Informasi dan Media Massa

Program Pengembangan Aplikasi 140.580.000,00 - - - - -

Program Pengembangan e-Government 2.131.400.000,00 - - - - -

Program peningkatan pengembangan


sistem pelaporan capaian kinerja dan - 45.126.753,36 44.304.340,93 44.312.756,75 44.329.647,35 44.329.647,35
keuangan

Program Pengelolaan Informasi dan


- 861.718.490,35 838.213.303,06 906.626.972,62 851.704.648,57 851.704.648,57
komunikasi Publik

Program Pengelolaan Aplikasi Informatika - 1.200.323.433,91 1.650.032.072,83 1.904.210.235,88 2.420.841.291,96 2.420.841.291,96

Program Penyelenggaraan Statistik Sektoral - 227.689.541,11 302.303.286,28 392.976.452,39 481.789.576,01 481.789.576,01

Program Pengamanan Informasi


- 319.070.148,66 398.050.382,00 552.931.532,92 670.559.845,17 670.559.845,17
Pemerintah Daerah

Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah 2.070.000.000,00 1.607.891.094,70 1.878.909.082,76 2.134.377.146,42 2.495.570.780,95 2.495.570.780,95

Program Pelayanan Administrasi


978.506.000,00 760.063.325,37 888.175.754,08 1.008.937.605,82 1.179.676.803,18 1.179.676.803,18
Perkantoran
Program Penciptaan Iklim Usaha Usaha
358.400.000,00 278.390.419,49 325.314.500,13 369.546.265,35 432.083.366,13 432.083.366,13
Kecil Menengah yang Konduktif
Program Peningkatan Kualitas
269.750.000,00 209.530.735,65 244.848.176,36 278.139.244,08 325.207.834,86 325.207.834,86
Kelembagaan Koperasi

Program Pemberdayaan dan


Pengembangan Koperasi dan Usaha Mikro 463.344.000,00 359.906.614,19 420.570.652,20 477.754.031,18 558.602.776,78 558.602.776,78 Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan
"Bagi Donggala Nasugi Kana Masagena" Menengah; Badan Perencanaan

VII - 16
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

Bidang Urusan Pemerintahan dan Program Perangkat Daerah


Kode Kondisi Kinerja Akhir Tahun
Prioritas Pembangunan 2019 2020 2021 2022 2023 Penanggungjawab
2023
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pembangungan Daerah
Program Peningkatan sarana dan (Bappeda) Kabupaten Donggala
- - - - - -
prasarana aparatur

Program Peningkatan Disiplin Aparatur - - - - - -

Program Pengembangan Kewirausahaan


dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil - - - - - -
Menengah

Program Pengembangan Sistem


- - - - - -
Pendukung bagi UMKM

Penanaman Modal 1.691.802.300,00 1.314.122.633,89 1.535.624.496,48 1.744.417.471,20 2.039.619.510,64 2.039.619.510,64

Program Pelayanan Administrasi


871.627.800,00 677.044.723,44 791.163.956,62 898.735.486,24 1.050.825.540,84 1.050.825.540,84
Perkantoran.

Program Peningkatan sarana dan


19.000.000,00 14.758.420,68 17.246.025,40 19.590.901,34 22.906.205,24 22.906.205,24
prasarana aparatur
Program Peningkatan Kapasitas Sumber-
60.000.000,00 46.605.538,98 54.461.132,83 61.866.004,24 72.335.384,95 72.335.384,95
daya Aparatur
Badan Penanaman Modal
Program Peningkatan Efisiensi Perizinan dan Pelayanan Satu
110.700.000,00 85.987.219,41 100.480.790,08 114.142.777,83 133.458.785,24 133.458.785,24
Perdagangan dalam Negeri Pintu
Program Peningkatan Promosi dan
395.807.000,00 307.446.642,76 359.268.293,39 408.116.625,70 477.180.861,88 477.180.861,88
kerjasama Investasi

Program Optimalisasi Pemanfaatan


129.070.000,00 100.256.281,93 117.154.973,58 133.084.086,13 155.605.468,94 155.605.468,94
Teknologi Informasi

Program Peningkatan Iklim Investasi dan


105.597.500,00 82.023.806,70 95.849.324,57 108.881.589,72 127.307.263,55 127.307.263,55
realisasi investasi

Kepemudaan dan Olah Raga 4.368.000.000,00 3.392.883.237,51 3.964.770.470,29 4.503.845.108,97 5.266.016.024,72 5.266.016.024,72

Program Pelayanan Administrasi


1.007.106.800,00 782.279.253,69 914.136.286,88 1.038.427.892,72 1.214.157.634,48 1.214.157.634,48
Perkantoran

Program Pembinaan dan Pemasyarakatan


348.106.800,00 270.395.083,92 315.971.511,25 358.932.946,10 419.673.989,72 419.673.989,72
Olah Raga

Program peningkatan peran serta


1.788.386.400,00 1.389.145.201,18 1.623.292.488,14 1.844.005.343,54 2.156.060.311,54 2.156.060.311,54
kepemudaan

Program Peningkatan Sarana dan


1.224.400.000,00 951.063.698,72 1.111.370.184,03 1.262.478.926,61 1.476.124.088,98 1.476.124.088,98
Prasarana Olah Raga
Program Peningkatan Sarana dan Dinas Pemuda dan Olahraga
- - - - - -
Prasarana Aparatur

VII - 17
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

Bidang Urusan Pemerintahan dan Program Perangkat Daerah


Kode Kondisi Kinerja Akhir Tahun
Prioritas Pembangunan 2019 2020 2021 2022 2023 Penanggungjawab
2023
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Program Pengembangan dan Keserasian
- - - - - -
Kebijakan Pemuda

Program Upaya Penumbuhan


Kewirausahaan dan Kecakapan Hidup - - - - - -
Pemuda
Program Upaya Pencegahan dan
- - - - - -
Penyalagunan Narkoba

Program Pembangunan dan Kebijakan


- - - - - -
Menajemen Olah Raga

Kebudayaan - 1.353.802.600,73 1.581.992.717,77 1.797.090.201,75 2.101.205.874,38 2.101.205.874,38

Program Pengembangan Nilai Budaya - 426.197.115,04 498.034.744,48 565.750.619,07 661.490.738,23 661.490.738,23

Program Pengelolaan Kekayaan Budaya - 476.337.952,11 556.627.067,36 632.309.515,43 739.313.178,02 739.313.178,02


Dinas Pendidikan dan
Program Pengelolaan Keragaman Budaya - 285.802.771,26 333.976.240,42 379.385.709,26 443.587.906,81 443.587.906,81 Kebudayaan

Program pengembangan kerjasama


- 165.464.762,31 193.354.665,50 219.644.357,99 256.814.051,31 256.814.051,31
pengelolaan kekayaan budaya

Perpustakaan 1.457.000.000,00 1.964.075.733,42 2.295.130.402,12 2.607.190.482,66 3.048.396.765,20 3.048.396.765,20

Program Pelayanan Administrasi


1.225.523.000,00 951.935.999,06 1.112.389.514,90 1.263.636.851,99 1.477.477.966,27 1.477.477.966,27
Perkantoran
Dinas Perpustakaan
Program Pengembangan Budaya Baca dan
80.927.000,00 895.198.669,48 1.046.088.828,09 1.188.321.515,02 1.389.417.262,18 1.389.417.262,18
Pembinaan Perpustakaan
Program Peningkatan Sarana dan
150.550.000,00 116.941.064,88 136.652.059,14 155.232.115,65 181.501.536,75 181.501.536,75
Prasarana Aparatur

Kerasipan 738.400.000,00 573.558.833,01 670.235.008,07 761.364.292,23 890.207.470,85 890.207.470,85

Program Pelayanan Administrasi


388.400.000,00 301.693.188,98 352.545.066,54 400.479.267,47 468.251.058,61 468.251.058,61
Perkantoran
Program Penyelamatan dan Pelestarian
130.000.000,00 100.978.667,78 117.999.121,14 134.043.009,20 156.726.667,40 156.726.667,40
Dokumen/Arsip Daerah Dinas Kearsipan

Program Peningkatan Kualitas Pelayanan


180.000.000,00 139.816.616,93 163.383.398,50 185.598.012,73 217.006.154,86 217.006.154,86
Informasi

Program Peningkatan Kapasitas Sumber


40.000.000,00 31.070.359,32 36.307.421,89 41.244.002,83 48.223.589,97 48.223.589,97
Daya Aparatur

Jumlah Anggaran Urusan Wajib yang


53.171.416.500,00 44.281.439.991,55 51.745.334.864,01 58.844.912.217,25 68.792.236.139,93 68.792.236.139,93
Tidak Terkait dengan Pelayanan Dasar

Urusan Pilihan - - - - - -

VII - 18
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

Bidang Urusan Pemerintahan dan Program Perangkat Daerah


Kode Kondisi Kinerja Akhir Tahun
Prioritas Pembangunan 2019 2020 2021 2022 2023 Penanggungjawab
2023
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kelautan dan Perikanan 12.223.665.100,00 10.497.658.411,93 12.079.785.054,98 13.588.549.876,97 15.721.828.617,20 15.721.828.617,20

Program Peningkatan Sarana dan


322.040.600,00 290.260.598,57 292.311.598,24 332.056.085,44 388.248.846,20 388.248.846,20
Prasarana Aparatur

Program Peningkatan Kapasitas Sumber


117.000.000,00 99.906.151,68 106.199.209,03 120.638.708,28 141.054.000,66 141.054.000,66
Daya Aparatur
Program Peningkatan Pengembagan
Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan 181.900.000,00 141.292.459,00 165.108.001,04 187.557.102,87 219.296.775,39 219.296.775,39
Keuangan
Program Pengembangan Budidaya
800.769.802,00 1.042.311.804,18 726.847.175,93 825.673.799,49 965.399.864,80 965.399.864,80
Perikanan Dinas Perikanan dan Kelauatan;
Program Pengembangan Perikanan Badan Perencanaan
Tangkap "Bagi Donggala Nasugi Kana 800.000.000,00 841.942.076,77 726.148.437,78 824.880.056,59 964.471.799,40 964.471.799,40 Pembangungan Daerah
Masagena" (Bappeda) Kabupaten Donggala
Program Optimalisasi Pengelolaan dan
Pemasaran Produksi Perikanan"Bagi 837.766.330,00 1.014.330.728,11 760.428.389,70 863.820.922,12 1.010.002.499,71 1.010.002.499,71
Donggala Nasugi Kana Masagena"

Program Pelayanan Administrasi


1.883.719.268,00 1.864.322.559,28 1.709.824.754,60 1.942.303.070,48 2.270.992.639,97 2.270.992.639,97
Perkantoran

Program Pemberdayaan Nelayan "Bagi


3.027.578.400,00 819.560.004,35 2.748.089.156,78 3.121.736.302,40 3.650.017.484,09 3.650.017.484,09
Donggala Nasugi Kana Masagena"

Program Pengembangan Sarana dan


4.252.890.700,00 3.380.915.288,72 3.860.287.422,33 4.385.155.901,60 5.127.241.432,60 5.127.241.432,60
Prasarana Perikanan dan Kelautan

Program Optimalisasi dan Pemanfaatan


- 1.002.816.741,28 984.540.909,55 984.727.927,71 985.103.274,38 985.103.274,38
Tempat Pendaratan Ikan

Pariwisata 7.145.602.454,00 5.550.410.894,71 6.485.960.073,74 7.367.831.195,77 8.614.665.070,76 8.614.665.070,76

Program Peningkatan Sarana dan


24.500.000,00 431.211.198,75 145.712.054,61 364.349.333,25 124.595.862,14 124.595.862,14
Prasarana Aparatur
Program Peningkatan Pengembangan
Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan 153.000.000,00 176.445.605,63 198.877.263,73 228.752.297,61 274.607.388,77 274.607.388,77
Keuangan
Program Pengembangan Destinasi
Pariwisata "Bagi Donggala Nasugi Kana 3.804.471.000,00 2.119.544.439,02 2.830.118.963,33 3.023.879.871,66 3.697.600.310,97 3.697.600.310,97
Masagena"
Dinas Pariwisata; Badan
Perencanaan Pembangungan
Program Pengembangan Kemitraan 846.014.000,00 317.067.989,93 373.547.501,97 410.980.304,97 493.364.348,97 493.364.348,97
Daerah (Bappeda) Kabupaten
Donggala
Program Pengembangan Pemasaran
961.537.500,00 950.360.651,06 1.119.648.966,29 1.239.143.170,60 1.487.538.590,63 1.487.538.590,63
Pariwisata

Program Pengembangan Ekonomi Kreatif


235.000.000,00 259.228.127,62 305.404.590,14 336.008.863,49 403.364.327,14 403.364.327,14
"Bagi Donggala Nasugi Kana Masagena"

VII - 19
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

Bidang Urusan Pemerintahan dan Program Perangkat Daerah


Kode Kondisi Kinerja Akhir Tahun
Prioritas Pembangunan 2019 2020 2021 2022 2023 Penanggungjawab
2023
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Program Pelayanan Administrasi
1.121.079.954,00 1.236.383.878,21 1.438.810.165,45 1.685.939.119,97 2.039.024.327,80 2.039.024.327,80
Perkantoran

Program Pengembangan Kapasitas Sumber


- 60.169.004,48 73.840.568,22 78.778.234,22 94.569.914,34 94.569.914,34
Daya Aparatur

Pertanian "Dinas Tanaman Pangan


5.724.169.652,00 14.662.081.246,84 17.016.262.833,89 19.329.898.845,47 22.601.034.142,49 22.601.034.142,49
Hortikultura dan Perkebunan"

Program Pelayanan Adminstrasi 3.991.304.786,00 4.122.623.677,14 4.168.915.657,05 4.294.798.789,55 4.425.328.903,69 4.425.328.903,69

Program Peningkatan Sarana dan


1.107.591.500,00 952.675.904,22 836.859.773,12 590.836.756,62 591.061.964,63 591.061.964,63
Prasarana Aparatur
Program Peningkatan Produksi,
Produktivitas dan Mutu Hasil Produksi
625.273.366,00 1.645.673.770,09 1.696.466.300,64 1.866.467.407,60 2.053.896.729,36 2.053.896.729,36
Tanaman Pangan "Bagi Donggala Nasugi
Kana Masagena"
Program Peningkatan Produksi,
Produktivitas dan Mutu Hasil Hortikultura
- 992.602.802,07 1.071.964.425,67 1.340.210.062,68 1.675.901.135,40 1.675.901.135,40
Ramah Lingkungan "Bagi Donggala Nasugi Dinas Tanaman Pangan
Kana Masagena" Hortikultura dan Perkebunan;
Program Peningkatan Produksi dan Badan Perencanaan
Produktivitas Tanaman Perkebunan Pembangungan Daerah
- 1.114.870.022,85 1.368.190.095,63 1.710.562.486,44 2.139.018.123,17 2.139.018.123,17 (Bappeda) Kabupaten Donggala
Berkelanjutan "Bagi Donggala Nasugi Kana
Masagena"

Program Peningkatan Penytuluhan,


- 1.504.225.111,92 689.178.636,68 738.545.945,78 738.827.455,78 738.827.455,78
Pendidikan dan Pelatihan Pertanian

Program Penyediaan dan Pengembangan


- 3.081.152.665,61 6.117.786.200,09 7.850.527.704,90 9.866.694.506,70 9.866.694.506,70
Prasarana dan Sarana Pertanian

Program Peningkatan Pengembangan


Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan - 339.511.251,23 416.654.785,88 520.917.414,51 651.394.963,39 651.394.963,39
Keuangan

Program Peningkatan Kapasitas


- 350.985.859,45 379.048.250,18 417.032.277,38 458.910.360,37 458.910.360,37
Sumberdaya Aparatur

Program Peningkatan Nilai Tambah,


Daya Saing Mutu, Pemasaran Hasil dan - 557.760.182,27 271.198.708,95 - - -
Investasi Pertanian

Pertanian "Dinas Peternakan Dan


6.194.046.426,00 4.811.281.202,18 5.622.246.419,74 6.386.681.707,99 7.467.478.877,56 7.467.478.877,56
Kesehatan Hewan"

Program Peningkatan Sarana dan


69.000.000,00 53.596.369,82 62.630.302,76 71.145.904,88 83.185.692,70 83.185.692,70
Prasarana Aparatur

Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak


2.821.196.426,00 2.191.389.666,55 2.560.759.221,77 2.908.935.834,41 3.401.205.491,81 3.401.205.491,81 Dinas Peternakan dan
dan Agribisnis Peternakan Rakyat
Kesehatan Hewan; Badan

VII - 20
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

Bidang Urusan Pemerintahan dan Program Perangkat Daerah


Kode Kondisi Kinerja Akhir Tahun
Prioritas Pembangunan 2019 2020 2021 2022 2023 Penanggungjawab
2023
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Program Peningkatan Nilai Tambah, daya Perencanaan Pembangungan
Saing Mutu, Pemasaran Hasil dan Investasi 55.950.000,00 43.459.665,10 50.785.006,37 57.690.048,96 67.452.746,47 67.452.746,47 Daerah (Bappeda) Kabupaten
Pertanian Donggala

Program Penyediaan dan Pengembangan


1.792.800.000,00 1.392.573.504,63 1.627.298.649,07 1.848.556.206,82 2.161.381.302,46 2.161.381.302,46
Prasarana dan Sarana Pertanian

Program Peningkatan Penyuluhan,


300.100.000,00 233.105.370,78 272.396.432,72 309.433.131,23 361.797.483,75 361.797.483,75
Pendidikan, dan Pelatihan Pertanian
Program Pelayanan Administrasi
1.115.000.000,00 866.086.265,99 1.012.069.385,16 1.149.676.578,87 1.344.232.570,41 1.344.232.570,41
Perkantoran
Program Peningkatan Pengembangan
Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan 40.000.000,00 31.070.359,32 36.307.421,89 41.244.002,83 48.223.589,97 48.223.589,97
Keuangan

Perindustrian dan Perdagangan 8.997.860.900,00 7.114.871.327,23 8.314.118.041,99 9.444.556.793,23 11.042.828.120,52 11.042.828.120,52

Program Pelayanan Adm. Perkantoran 1.019.200.000,00 1.272.674.093,58 1.271.136.724,91 1.429.226.134,19 1.606.130.612,29 1.606.130.612,29

Program Peningkatan Kapasitas Sumber


70.000.000,00 701.971.718,90 945.159.273,17 945.338.810,60 945.699.143,40 945.699.143,40
Daya Aparatur

Program Peningkatan Sarana dan


- 153.859.318,60 204.895.354,71 224.628.833,11 237.229.017,27 237.229.017,27
Prasarana Aparatur
Dinas Perindustrian dan
Program Pengembangan Industri Kecil Perdagangan; Badan
433.000.000,00 656.042.109,45 839.948.277,95 1.235.045.175,11 1.632.215.293,43 1.632.215.293,43 Perencanaan Pembangungan
Menengah
Daerah (Bappeda) Kabupaten
Program Penataan Struktur Industri - 200.563.348,26 295.362.272,86 344.654.774,70 541.806.800,91 541.806.800,91 Donggala

Program Peningkatan Kemampuan


356.000.000,00 443.675.738,52 495.646.966,37 594.213.909,61 791.461.059,75 791.461.059,75
Teknologi Industri

Program Perlindungan konsumen dan


152.108.900,00 502.412.422,72 771.565.809,70 848.268.530,09 978.531.891,36 978.531.891,36
pengamanan perdagangan

Program Peningkatan Efisiensi


Perdagangan Dalam Negeri "Bagi Donggala 6.967.552.000,00 2.983.109.228,94 3.244.268.134,93 3.527.762.247,53 3.795.766.817,66 3.795.766.817,66
Nasugi Kana Masagena"

Program Pembinaan Pedagang Kaki Lima


- 200.563.348,26 246.135.227,39 295.418.378,31 513.987.484,44 513.987.484,44
dan Asongan

Transmigrasi 60.000.000,00 46.605.538,98 54.461.132,83 61.866.004,24 72.335.384,95 72.335.384,95


Dinas Tenaga Kerja dan
Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi
60.000.000,00 46.605.538,98 54.461.132,83 61.866.004,24 72.335.384,95 72.335.384,95
Transmigrasi

Jumlah Anggaran Urusan Pilihan 40.345.344.532,00 42.682.908.621,87 49.572.833.557,17 56.179.384.423,67 65.520.170.213,48 65.520.170.213,48

VII - 21
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

Bidang Urusan Pemerintahan dan Program Perangkat Daerah


Kode Kondisi Kinerja Akhir Tahun
Prioritas Pembangunan 2019 2020 2021 2022 2023 Penanggungjawab
2023
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Urusan Fungsi Penunjang Pemerintah
- - - - - -
Daerah

Sekretariat Daerah 38.023.480.346,00 30.918.678.089,73 35.287.299.074,14 39.483.630.273,59 45.417.114.179,46 45.417.114.179,46

Program Pelayanan Administrasi


6.429.300.000,00 5.415.210.402,91 6.180.346.609,23 6.915.307.360,53 7.954.519.372,86 7.954.519.372,86
Perkantoran

Program Penataan Peraturan Perundang-


952.000.000,00 802.253.393,02 915.606.905,07 1.024.489.979,34 1.178.447.314,50 1.178.447.314,50
Undangan

Program Peningkatan Sarana dan


643.770.000,00 501.408.370,64 572.254.315,67 640.306.237,09 736.529.571,56 736.529.571,56
Prasarana Aparatur

Program Perencanaan Pembangunan


129.675.000,00 150.422.511,19 171.676.294,70 192.091.871,13 220.958.871,47 220.958.871,47
Daerah
Program Peningkatan Kualitas Pelayanan
106.590.000,00 100.281.674,13 114.450.863,13 128.061.247,42 147.305.914,31 147.305.914,31
Informasi Publik

Program peningkatan pelayanan kedinasan


192.350.000,00 145.398.323,40 165.942.219,82 185.675.905,69 213.578.733,65 213.578.733,65
kepala daerah/wakil kepala daerah

Program Penataan Daerah Otonomi Baru 435.809.346,00 401.126.696,51 457.803.452,54 512.244.989,67 589.223.657,25 589.223.657,25

Program Peningkatan Promosi dan


106.000.000,00 325.915.440,92 371.965.305,18 416.199.054,11 478.744.221,51 478.744.221,51
Kerjasama Investasi

Program Peningkatan Kualitas Pelayanan


275.400.000,00 165.464.762,31 188.843.924,17 211.301.058,24 243.054.758,62 243.054.758,62 Sekretaria Daerah (SEKDA)
Informasi Publik

Program kerjasama informasi dengan mas


2.248.400.000,00 1.646.183.223,13 1.878.778.873,63 2.102.201.412,81 2.418.114.046,43 2.418.114.046,43
media

Program Pembinaan Kemasyarakatan 316.476.111,00 235.797.494,69 269.114.242,73 301.117.044,28 346.368.026,37 346.368.026,37

Program pembinaan nilai-nilai agama 459.875.001,00 651.830.881,83 743.930.610,37 832.398.108,21 957.488.443,03 957.488.443,03

Program Pembinaan Kesejahteraan Sosial 85.968.888,00 70.197.171,89 80.115.604,19 89.642.873,19 103.114.140,02 103.114.140,02

Program Reformasi Birokrasi 133.751.000,00 205.577.431,96 234.624.269,42 262.525.557,21 301.977.124,34 301.977.124,34

Program Peningkatan Kualitas Pelayanan


183.969.000,00 180.507.013,43 206.011.553,64 230.510.245,35 265.150.645,76 265.150.645,76
Publik

Pembinaan dan Pengembangan Aparatur 195.080.000,00 190.535.180,84 217.456.639,95 243.316.370,09 279.881.237,19 279.881.237,19

Program Peningkatan Sarana dan


64.000.000,00 47.706.941,43 54.447.641,32 60.922.501,37 70.077.755,35 70.077.755,35
Prasarana Aparatur

Program peningkatan pengembangan


sistem pelaporan capaian kinerja dan 176.550.000,00 140.394.343,78 160.231.208,39 179.285.746,38 206.228.280,04 206.228.280,04
keuangan

VII - 22
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

Bidang Urusan Pemerintahan dan Program Perangkat Daerah


Kode Kondisi Kinerja Akhir Tahun
Prioritas Pembangunan 2019 2020 2021 2022 2023 Penanggungjawab
2023
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Program Perencanaan Pembangunan
180.000.000,00 165.464.762,31 188.843.924,17 211.301.058,24 243.054.758,62 243.054.758,62
Daerah

Program Pembinaan dan Fasilitas


193.366.000,00 155.436.594,90 177.398.837,86 198.494.933,50 228.324.167,18 228.324.167,18
Pengelolaan Keuangan Kabupaten

Program Pelayanan Administrasi


10.520.580.000,00 8.022.533.930,24 9.156.069.050,71 10.244.899.793,38 11.784.473.144,97 11.784.473.144,97
Perkantoran

Program Peningkatan Sarana dan


9.292.470.000,00 6.371.844.690,40 7.272.147.487,69 8.136.944.127,60 9.359.740.113,40 9.359.740.113,40
Prasarana Aparatur

Program Pelayanan Administrasi


580.702.000,00 911.165.895,68 1.039.908.080,17 1.163.572.928,15 1.338.431.239,01 1.338.431.239,01
Perkantoran

Program Peningkatan Sarana dan


20.698.000,00 50.140.837,06 57.225.431,57 64.030.623,71 73.652.957,16 73.652.957,16
Prasarana Aparatur

Program Peningkatan Kapasitas Sumber


165.000.000,00 150.422.511,19 171.676.294,70 192.091.871,13 220.958.871,47 220.958.871,47
Daya Aparatur

Program Peningkatan Pelayanan Kedinasan


2.197.100.000,00 1.945.464.478,08 2.220.346.744,80 2.484.388.199,89 2.857.734.737,66 2.857.734.737,66
Kepala Daerah

Program Peningkatan Sarana Prasarana


165.000.000,00 135.380.260,07 154.508.665,23 172.882.684,01 198.862.984,32 198.862.984,32
Aparatur (KDH)

Program Peningkatan Sarana Prasarana


100.000.000,00 105.295.757,83 120.173.406,29 134.464.309,79 154.671.210,03 154.671.210,03
Aparatur (WKDH)

Program Peningkatan Pelayanan


1.473.600.000,00 1.529.317.113,92 1.745.400.617,82 1.952.962.182,10 2.246.447.881,40 2.246.447.881,40
Kedinasan Wakil Kepala Daerah

Sekretariat DPRD 19.685.266.032,00 14.502.493.263,41 16.946.960.154,92 19.251.173.347,25 22.508.986.185,91 22.508.986.185,91

Program Pelayanan Administrasi


9.550.120.032,00 7.097.240.165,87 8.293.515.060,91 9.421.152.503,82 11.015.463.200,02 11.015.463.200,02
Perkantoran
Sekretariat DRPDR
Program Peningkatan Sarana dan
1.376.500.000,00 1.014.053.819,26 1.184.977.600,59 1.346.094.461,37 1.573.889.606,07 1.573.889.606,07
Prasarana Aparatur

Program Peningkatan Kapasitas Lembaga


8.758.646.000,00 6.391.199.278,28 7.468.467.493,42 8.483.926.382,06 9.919.633.379,82 9.919.633.379,82
Perwakilan Rakyat Daerah

Perencanaan 6.159.046.934,00 5.739.531.565,13 5.590.477.886,70 6.350.593.729,31 7.425.283.848,78 7.425.283.848,78

Program Pelayanan Administrasi


1.311.220.100,00 1.018.501.991,30 1.190.175.534,01 1.351.999.137,86 1.580.793.511,57 1.580.793.511,57
Perkantoran

Program Peningkatan Sarana dan Badan Perencanaan


810.829.834,00 629.819.357,20 735.978.521,58 836.046.699,19 977.528.136,26 977.528.136,26 Pembangunan Daerah
Prasarana Apartur
(Bappeda) Kabupaten Donggala
Program Perencanaan Pembangunan
1.886.499.950,00 1.465.355.782,49 1.712.348.739,46 1.945.170.231,89 2.274.345.001,68 2.274.345.001,68
Daerah

VII - 23
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

Bidang Urusan Pemerintahan dan Program Perangkat Daerah


Kode Kondisi Kinerja Akhir Tahun
Prioritas Pembangunan 2019 2020 2021 2022 2023 Penanggungjawab
2023
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Program Perencanaan Prasarana Wilayah
599.250.000,00 465.472.820,53 543.930.564,18 617.886.717,39 722.449.657,24 722.449.657,24
dan Sumber Daya Alam

Program Perencanaan Pembangunan


671.197.050,00 521.358.337,91 609.235.861,63 692.071.325,73 809.188.283,21 809.188.283,21
Ekonomi

Program Perencanaan Sosial dan Budaya 313.800.000,00 243.746.968,85 284.831.724,72 323.559.202,20 378.314.063,31 378.314.063,31

Program Pengembangan
142.050.000,00 - - - - -
Data/Informasi/Statistik Daerah
Program Penyusunan Data Base
234.100.000,00 292.177.891,44 341.425.918,59 387.848.291,61 453.482.584,18 453.482.584,18
Perencanaan Daerah

Program Koordinasi Penanggulangan


190.100.000,00 1.103.098.415,41 172.551.022,53 196.012.123,45 229.182.611,33 229.182.611,33
Kemiskinan Daerah Kabupaten Donggala

Pengelola Keuangan dan Aset Daerah 21.183.781.146,00 12.687.791.342,62 14.826.381.259,55 16.842.267.470,44 19.692.429.079,17 19.692.429.079,17

Program Pelayanan Administrasi


4.758.425.254,00 3.244.882.027,15 3.791.822.924,70 4.307.382.548,74 5.036.306.750,67 5.036.306.750,67
Perkantoran

Program Pembinaan dan Pengembangan


192.100.000,00 149.215.400,62 174.366.393,62 198.074.323,59 231.593.790,83 231.593.790,83
Sumber Daya Aparatur
Badan Pengelola Keuangan dan
Program Peningkatan Sarana dan Aset Daerah
3.482.000.000,00 197.632.925,42 230.944.931,44 262.345.628,25 306.741.517,29 306.741.517,29
Prasarana Aparatur

Program Peningkatan dan Pengembangan


12.455.455.892,00 8.866.295.682,27 10.360.753.624,92 11.769.465.568,94 13.761.173.572,55 13.761.173.572,55
Pengelolaan Keuangan Daerah

Program Pembinaan dan Fasilitasi


295.800.000,00 229.765.307,16 268.493.384,87 304.999.400,92 356.613.447,83 356.613.447,83
Pengelolaan Keuangan Desa

Pendapatan Daerah 3.246.785.091,00 5.590.486.424,97 6.532.790.532,63 7.421.029.012,59 8.676.865.379,40 8.676.865.379,40

Program Pelayanan Administrasi


1.740.335.091,00 1.830.682.841,83 2.139.253.479,61 2.430.119.572,67 2.841.360.726,68 2.841.360.726,68
Perkantoran

Program Peningkatan dan Pengembangan


1.506.450.000,00 1.593.177.132,98 1.861.715.010,10 2.114.845.261,63 2.472.733.579,44 2.472.733.579,44
Pengelolaan Keuangan Daerah
Badan Pendapatan Daerah
Program Peningkatan Sarana dan
- 1.830.682.841,83 2.139.253.479,61 2.430.119.572,67 2.841.360.726,68 2.841.360.726,68
Prasarana Aparatur

Program Peningkatan Kapasitas Sumber


- 210.591.515,67 246.087.756,10 279.547.364,72 326.854.247,13 326.854.247,13
Daya Aparatur

Program Pembinaan dan Fasilitasi


- 125.352.092,66 146.480.807,20 166.397.240,90 194.556.099,48 194.556.099,48
Pengelolaan Keuangan Kabupaten

Inspektorat 2.510.722.100,00 3.631.943.180,64 4.244.125.147,96 4.821.182.571,02 5.637.055.463,24 5.637.055.463,24

Program Pelayanan Administrasi


1.010.722.100,00 994.695.955,44 1.162.356.873,19 1.320.398.080,40 1.543.844.710,94 1.543.844.710,94
Perkantoran

VII - 24
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

Bidang Urusan Pemerintahan dan Program Perangkat Daerah


Kode Kondisi Kinerja Akhir Tahun
Prioritas Pembangunan 2019 2020 2021 2022 2023 Penanggungjawab
2023
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Program peningkatan sarana dan
- 170.478.846,02 199.213.897,79 226.300.247,63 264.596.295,29 264.596.295,29
prasarana aparatur
Program Peningkatan sistem pengawasan Inspektorat
internal dan pengendalian pelaksanaan 1.100.000.000,00 1.956.994.682,11 2.286.855.804,64 2.597.790.819,88 3.037.406.428,37 3.037.406.428,37
kebijakan KDH
Program Peningkatan profesionalisme
tenaga pemeriksa dan aparatur 400.000.000,00 393.657.546,60 460.010.471,01 522.556.330,92 610.986.822,57 610.986.822,57
pengawasan
Program Penataan dan Penyempurnaan
Kebijakan Sistem dan Prosedur - 116.116.150,47 135.688.101,33 154.137.092,19 180.221.206,07 180.221.206,07
Pengawasan

Kepegawaian Daerah dan Pengembangan


5.826.305.700,00 4.525.635.289,87 5.288.453.477,63 6.007.504.219,40 7.024.134.427,92 7.024.134.427,92
Sumber Daya Manusia

Program Pelayanan Administrasi


1.721.889.200,00 1.337.492.903,74 1.562.933.940,77 1.775.440.075,92 2.075.891.968,86 2.075.891.968,86
Perkantoran
Badan Kepegawaian Daerah
Program Peningkatan Kapasitas Sumber
1.968.310.800,00 1.528.903.095,13 1.786.607.265,61 2.029.525.405,11 2.372.975.323,82 2.372.975.323,82 dan Pengembangan Sumber
Daya Aparatur
Daya Manusia

Program Pembinaan dan Pengembangan


2.136.105.700,00 1.659.239.291,00 1.938.912.271,24 2.202.538.738,37 2.575.267.135,23 2.575.267.135,23
Aparatur

Program Peningkatan Sarana dan


- - - - - -
Prasarana Aparatur

Penelitian dan Pengembangan Daerah 2.752.600.000,00 2.138.106.776,46 2.498.495.237,30 2.838.206.054,71 3.318.506.343,79 3.318.506.343,79

Program Pelayanan Administrasi


1.058.621.456,00 822.293.725,49 960.895.395,60 1.091.544.658,16 1.276.263.175,69 1.276.263.175,69
Perkantoran
Program Peningkatan Sarana dan
203.600.600,00 158.148.594,98 184.805.322,03 209.932.593,06 245.458.796,30 245.458.796,30
Prasarana Aparatur Badan Penelitian dan
Program Penelitian dan Pengembangan 1.390.377.944,00 1.079.988.557,69 1.262.025.964,95 1.433.618.796,41 1.676.225.396,87 1.676.225.396,87 Pengembangan Daerah
(Balitbangda); Badan
Program Pembinaan dan Penilaian Inovasi Perencanaan Pembangungan
100.000.000,00 77.675.898,29 90.768.554,72 103.110.007,07 120.558.974,92 120.558.974,92
Daerah Daerah (Bappeda) Kabupaten
Donggala
Program Peningkatan Kapasitas Sumber
- - - - - -
Daya Aparatur
Program Peningkatan Pengembangan
Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan - - - - - -
Keuangan
Program Divusi Inovasi dan Penerapan
- - - - - -
Teknologi

Program data dan Informasi Kelitbangan - - - - - -

Urusan Penunjang pada Setiap Kecamatan - - - - - -

VII - 25
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

Bidang Urusan Pemerintahan dan Program Perangkat Daerah


Kode Kondisi Kinerja Akhir Tahun
Prioritas Pembangunan 2019 2020 2021 2022 2023 Penanggungjawab
2023
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kecamatan Rio Pakava 431.392.000,00 335.087.611,17 391.568.283,59 444.808.321,71 520.081.773,11 520.081.773,11
Program Pelayanan Administrasi
343.142.000,00 266.538.630,93 311.465.034,05 353.813.740,47 413.688.477,74 413.688.477,74 Kecamatan Rio Pakava
Perkantoran
Program Peningkatan Sarana dan
88.250.000,00 68.548.980,25 80.103.249,54 90.994.581,24 106.393.295,37 106.393.295,37
Prasarana Aparatur

Kecamatan Pinembani 361.120.000,00 355.714.459,52 415.671.889,14 472.189.202,09 552.096.229,94 552.096.229,94

Program Pelayanan Administrasi


351.920.000,00 348.568.276,87 407.321.182,10 462.703.081,43 541.004.804,24 541.004.804,24 Kecamatan Pinembani
Perkantoran
Program Peningkatan Sarana dan
9.200.000,00 7.146.182,64 8.350.707,03 9.486.120,65 11.091.425,69 11.091.425,69
Prasarana Aparatur

Kecamatan Banawa 419.680.000,00 7.759.722.769,86 9.067.662.380,92 10.300.557.666,60 12.043.687.210,25 12.043.687.210,25

Program Pelayanan Administrasi


419.680.000,00 7.626.496.086,48 8.911.979.681,83 10.123.707.387,86 11.836.909.139,67 11.836.909.139,67
Perkantoran
Kecamatan Banawa; Badan
Program Peningkatan Sarana dan Perencanaan Pembangungan
- 45.878.865,91 53.611.975,44 60.901.390,17 71.207.532,41 71.207.532,41
Prasarana Aparatur Daerah (Bappeda) Kabupaten
Program Pembangunan Wilayah Donggala
- 15.794.363,68 18.456.581,71 20.966.052,35 24.514.068,53 24.514.068,53
Kecamatan

Program Partisipasi Masyarakat dalam


- 71.553.453,79 83.614.141,94 94.982.836,22 111.056.469,64 111.056.469,64
Membangun Desa/Kelurahan

Kecamatan Banawa Selatan 392.352.000,00 304.762.940,48 356.132.239,83 404.554.174,95 473.015.549,30 473.015.549,30

Program Pelayanan Administrasi


352.580.000,00 273.869.682,21 320.031.770,24 363.545.262,94 425.066.833,79 425.066.833,79
Perkantoran
Kecamatan Banawa Selatan
Program Peningkatan Sarana dan
39.772.000,00 30.893.258,27 36.100.469,58 41.008.912,01 47.948.715,51 47.948.715,51
Prasarana Aparatur

Kecamatan Banawa Tengah 361.120.000,00 280.503.203,92 327.783.404,82 372.350.857,54 435.362.570,25 435.362.570,25

Program Pelayanan Administrasi


343.020.000,00 266.443.866,33 311.354.296,41 353.687.946,26 413.541.395,79 413.541.395,79
Perkantoran
Kecamatan Banawa Tengah
Program Peningkatan Sarana dan
18.100.000,00 14.059.337,59 16.429.108,40 18.662.911,28 21.821.174,46 21.821.174,46
Prasarana Aparatur

Kecamatan Tanantovea 362.096.000,00 281.261.320,69 328.669.305,91 373.357.211,21 436.539.225,84 436.539.225,84

VII - 26
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

Bidang Urusan Pemerintahan dan Program Perangkat Daerah


Kode Kondisi Kinerja Akhir Tahun
Prioritas Pembangunan 2019 2020 2021 2022 2023 Penanggungjawab
2023
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Program Pelayanan Administrasi
320.000.000,00 248.562.874,54 290.459.375,11 329.952.022,64 385.788.719,76 385.788.719,76
Perkantoran

Program Peningkatan Sarana dan Kecamatan Tanantovea


42.096.000,00 32.698.446,15 38.209.930,80 43.405.188,58 50.750.506,08 50.750.506,08
Prasarana Aparatur

Program Peningkatan Penyelenggaraan


Pemerintahan, Pembangunan, serta - - - - - -
Kegiatan Kemasyarakatan

Kecamatan Labuan 349.408.000,00 271.405.802,71 317.152.591,69 360.274.613,52 421.242.703,11 421.242.703,11

Program Pelayanan Administrasi


324.408.000,00 251.986.828,14 294.460.453,01 334.497.111,75 391.102.959,37 391.102.959,37 Kecamatan Labuan
Perkantoran
Program Peningkatan Sarana dan
25.000.000,00 19.418.974,57 22.692.138,68 25.777.501,77 30.139.743,73 30.139.743,73
Prasarana Aparatur

Kecamatan Sindue 375.760.000,00 291.874.955,43 341.071.921,23 387.446.162,58 453.012.404,18 453.012.404,18


Program Pelayanan Administrasi
340.760.000,00 264.688.391,03 309.302.927,07 351.357.660,10 410.816.762,95 410.816.762,95
Perkantoran Kecamatan Sindue

Program Peningkatan Sarana dan


35.000.000,00 27.186.564,40 31.768.994,15 36.088.502,48 42.195.641,22 42.195.641,22
Prasarana Aparatur

Kecamatan Sindue Tombusabora 358.192.000,00 278.228.853,62 325.125.701,53 369.331.796,54 431.832.603,46 431.832.603,46


Kecamatan Sindue
Program Pelayanan Administrasi Tombusabora
358.192.000,00 278.228.853,62 325.125.701,53 369.331.796,54 431.832.603,46 431.832.603,46
Perkantoran

Program Partisipasi Masyarakat dalam


- - - - - -
Membangun Desa

Kecamatan Sindue Tobata 347.456.000,00 269.889.569,18 315.380.789,50 358.261.906,18 418.889.391,92 418.889.391,92

Program Pelayanan Administrasi


316.289.200,00 245.680.477,31 287.091.135,58 326.125.816,49 381.315.017,32 381.315.017,32 Kecamatan Sindue Tobata
Perkantoran
Program Peningkatan Sarana dan
31.166.800,00 24.209.091,87 28.289.653,91 32.136.089,68 37.574.374,60 37.574.374,60
Prasarana Aparatur

Kecamatan Sirenja 393.328.000,00 305.521.057,24 357.018.140,92 405.560.528,62 474.192.204,89 474.192.204,89

Program Pelayanan Administrasi


369.328.000,00 286.878.841,65 335.233.687,79 380.814.126,92 445.258.050,91 445.258.050,91 Kecamatan Sirenja
Perkantoran

Program Peningkatan Sarana dan


24.000.000,00 18.642.215,59 21.784.453,13 24.746.401,70 28.934.153,98 28.934.153,98
Prasarana Aparatur

Kecamatan Balaesang 370.880.000,00 288.084.371,60 336.642.415,76 382.414.394,23 447.129.126,20 447.129.126,20

Program Pelayanan Administrasi


370.880.000,00 288.084.371,60 336.642.415,76 382.414.394,23 447.129.126,20 447.129.126,20
Perkantoran

VII - 27
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

Bidang Urusan Pemerintahan dan Program Perangkat Daerah


Kode Kondisi Kinerja Akhir Tahun
Prioritas Pembangunan 2019 2020 2021 2022 2023 Penanggungjawab
2023
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Program Peningkatan Sarana dan Kecamatan Balaesang
- - - - - -
Prasarana Aparatur

Program Peningkatan Penyelenggaraan


Pemerintahan, Pembangunan, serta - - - - - -
Kegiatan Kemasyarakatan

Kecamatan Balaesang Tanjung 334.768.000,00 260.034.051,20 303.864.075,27 345.179.308,48 403.592.869,18 403.592.869,18

Program Pelayanan Administrasi


319.143.000,00 247.897.192,09 289.681.488,60 329.068.369,87 384.755.529,34 384.755.529,34 Kecamatan Balaesang Tanjung
Perkantoran

Program Peningkatan Sarana dan


15.625.000,00 12.136.859,11 14.182.586,68 16.110.938,61 18.837.339,83 18.837.339,83
Prasarana Aparatur

Kecamatan Dampelas 390.400.000,00 303.246.706,94 354.360.437,64 402.541.467,62 470.662.238,11 470.662.238,11

Program Pelayanan Administrasi


367.637.500,00 285.565.730,59 333.699.245,37 379.071.052,26 443.220.001,44 443.220.001,44 Kecamatan Dampelas
Perkantoran
Program Peningkatan Sarana dan
22.762.500,00 17.680.976,35 20.661.192,27 23.470.415,36 27.442.236,67 27.442.236,67
Prasarana Aparatur

Kecamatan Sojol 358.192.000,00 278.228.853,62 325.125.701,53 369.331.796,54 431.832.603,46 431.832.603,46

Program Pelayanan Administrasi


342.692.000,00 266.189.089,38 311.056.575,55 353.349.745,44 413.145.962,35 413.145.962,35 Kecamatan Sojol
Perkantoran
Program Peningkatan Sarana dan
15.500.000,00 12.039.764,24 14.069.125,98 15.982.051,10 18.686.641,11 18.686.641,11
Prasarana Aparatur

Kecamatan Sojol Utara 361.120.000,00 280.503.203,92 327.783.404,82 372.350.857,54 435.362.570,25 435.362.570,25

Program Pelayanan Administrasi


341.000.000,00 264.874.813,18 309.520.771,60 351.605.124,12 411.106.104,49 411.106.104,49
Perkantoran

Program Peningkatan Sarana dan


20.120.000,00 15.628.390,74 18.262.633,21 20.745.733,42 24.256.465,75 24.256.465,75
Prasarana Aparatur
Kecamatan Sojol Utara

Program Peningkatan Penyelenggaraan


Pemerintahan, Pembangunan, serta - - - - - -
Kegiatan Kemasyarakatan

Jumlah Anggaran Urusan Fungsi


105.355.251.349,00 91.878.735.663,93 105.405.995.454,89 119.136.096.944,27 138.548.906.181,10 138.548.906.181,10
Penunjang Pemerintah Daerah

Total Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan 599.181.264.049,00 484.072.145.424,65 562.407.897.196,85 637.397.503.779,02 743.290.416.008,67 743.290.416.008,67

Selisih Kapasitas Riil Kemampuan


Keuangan dan Total Pemanfaatan - - - - - -
Pendanaan

VII - 28
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-29
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-30
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-31
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-32
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-33
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-34
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-35
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-36
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-37
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-38
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-39
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-40
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-41
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-42
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-43
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-44
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-45
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-46
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-47
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-48
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-49
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-50
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-51
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-52
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-53
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-54
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-55
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-56
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-57
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-58
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-59
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-60
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-61
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-62
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-63
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-64
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-65
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-66
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-67
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-68
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-69
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-70
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-71
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-72
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-73
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-74
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-75
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-76
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-77
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-78
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-79
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-80
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-81
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-82
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-83
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah

VII-84
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Donggala Menurut Bidang Urusan

BAB VIII
KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN DONGGALA MENURUT BIDANG URUSAN
TAHUN 2019-2023

Bab VIII menguraikan tentang penjabaran keberhasilan pencapaian


Indikator Kinerja Daerah. Penetapan capaian indikator kinerja daerah
bertujuan untuk memberi gambaran tentang ukuran keberhasilan
pencapaian Visi dan Misi Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Donggala
dari sisi keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan daerah, khususnya
dalam memenuhi kinerja pada aspek kesejahteraan, layanan, dan daya
saing. Hal ini ditunjukkan oleh akumulasi pencapaian indikator outcome
program pembangunan Kabupaten Donggala setiap tahun atau indikator
capaian yang bersifat mandiri setiap tahun sehingga kondisi kinerja yang
diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat dicapai. Indikator kinerja
daerah secara teknis pada dasarnya dirumuskan dengan mengambil
indikator dari program yang telah ditetapkan (outcomes) atau
kompositnya (impact).

Suatu indikator kinerja daerah yang diuraikan berdasarkan aspek,


urusan dan layanan dapat dirumuskan berdasarkan hasil analisis
pengaruh dari satu atau lebih indikator capaian kinerja program terhadap
tingkat capaian kinerja daerah berkenaan setelah program dan kegiatan
prioritas ditetapkan. Indikator kinerja yang ditetapkan dibagi menjadi dua
yakni Indikator Kinerja Utama (IKU) daerah dan indikator kinerja
penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah yang ditetapkan menjadi
Indikator Kinerja Kunci (IKK) pada akhir periode masa jabatan.

Indikator Kinerja Utama adalah ukuran keberhasilan dalam


mencapai tujuan dan merupakan ikhtisar hasil program dan kegiatan
sebagai penjabaran tugas dan fungsi organisasi. Indikator Kinerja
Daerah terhadap capaian kinerja penyelenggaraan urusan pemerintahan
daerah terdiri atas 3 (tiga) aspek yakni aspek kesejahteraan masyarakat,

VIII - 1
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

aspek pelayanan umum, dan aspek daya saing daerah. Aspek


kesejahteraan masyarakat dapat diketahui dari gambaran pencapaian
indikator kesejahteraan dan pemerataan ekonomi (terdapat minimal tujuh
indikator), kesejahteraan sosial (fokus pada bidang pendidikan, kesehatan
dan sumberdaya), dan indikator seni budaya dan olahraga. Aspek
pelayanan umum dapat diketahui dari gambaran pencapaian indikator
Urusan Wajib Pelayanan Dasar, Urusan Wajib Pelayanan Non Dasar
(terdapat 24 urusan) dan Urusan Pilihan (8 urusan). Aspek daya saing
merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan otonomi daerah
sesuai dengan potensi, kekhasan dan unggulan daerah. Suatu daya saing
merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan ekonomi
yang berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam mencapai
tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan. Dalam hal ini daya
saing daerah digambarkan oleh fokus kemampuan Ekonomi Daerah,
Fasilitas Wilayah/Infrastruktur, Iklim Investasi dan Fokus Sumberdaya
Manusia. Lebih lanjut capaian dan penetapan Indikator Kinerja Utama
dan Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan Daerah dapat dilihat pada Tabel 8.1.

Tabel 8.1 menunjukkan indikator kinerja berbagai urusan


penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Donggala selama
pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
kurun waktu 2013-2018, serta data proyeksi atau data target kinerja
untuk RPJMD berikutnya (kurun waktu 2019-2023). Secara ilmiah, data
indikator kinerja selama kurun waktu 2013-2018 merupakan data
realisasi/capaian (sesungguhnya), yang diperoleh dari beberapa sumber
data seperti data Evaluasi Kinerja Pemerintahan Daerah (EKPD), Badan
Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Donggala dan Provinsi Sulawesi Tengah,
data Indikator Kinerja Kunci (IKK) per urusan, data dari instansi
pemerintah dan sumber valid lainnya. Untuk data target kinerja pada
periode waktu 2019-2023 merupakan data proyeksi yang didasarkan
pada kecenderungan data selama RPJMD 2013-2018.

VIII - 2
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Donggala Menurut Bidang Urusan

Secara spesifik, terdapat 3 (tiga) pendekatan yang digunakan dalam


memperkirakan besaran nilai target masing-masing indikator pada Tabel
8.1 terkait target indikator RPJMD Donggala Tahun 2019-2023, yakni:
pertama, besarnya indikator didasarkan pada besarnya pertumbuhan
rata-rata tahunan indikator yang bersangkutan selama kurun waktu
2013-2018. Sebagian indikator memiliki pola pertumbuhan yang relatif
teratur, sesuai dengan pola seharusnya, serta menjadi target pemerintah
daerah (contoh indikator tingkat pengangguran, dan tingkat kemiskinan
yang diharapkan semakin menurun, sementara indikator IPM dan APM
yang diharapkan semakin meningkat). Kedua, nilai indikator pada kurun
waktu 2019-2023 didasarkan pada nilai-rata-rata tahunan dari indikator
yang bersangkutan selam periode 2013-2018. Pendekatan ini digunakan
untuk memperkirakan nilai suatu indikator yang tidak menunjukkan
kecenderungan perubahan yang teratur (misalnya produksi sektor
perikanan dan pertumbuhan tahunan yang cenderung berfluktuasi setiap
tahunnya). Ketiga, nilai indikator selama 2019-2023 didasarkan pada
nilai tertentu dari indikator yang bersangkutan dalam kurun waktu 2013-
2018. Pendekatan ini digunakan mengingat indikator yang bersangkutan
datanya tidak tersedia setiap tahun bahkan hanya tersedia pada tahun
tertentu saja. Dengan pendekatan ini, maka hanya besarnya nilai
indikator setiap tahunnya selama kurun waktu 2019-2023 merupakan
nilai target yang ditentukan dengan berbagai pertimbangan historis dan
akademik yang dianggap sudah cukup rasional. Selanjutnya mengingat
ada beberapa data berbagai indikator pembangunan Tahun 2018 belum
terpublikasi, maka nilai indikator-indikator yang bersangkutan pada
Tahun 2018 juga merupakan data proyeksi yang didasarkan pada data
kurun waktu 2013-2017.

Terkait dengan hasil kinerja pembangunan pada kurun waktu 2013-


2018 dan target 2019-2023, terdapat beberapa indikator umum
kesejahteraan masyarakat seperti pendapatan perkapita, dan IPM
cenderung membaik. Namun peningkatan IPM belum mampu menyamai

VIII - 3
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

atau melampaui IPM provinsi, sementara untuk indikator tingkat


kemiskinan dan tingkat pengangguran cenderung meningkat. Beberapa
indikator pelayanan dasar pendidikan cenderung membaik, namun
pelayanan kesehatan masih relatif kurang peningkatan

VIII - 4
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Donggala Menurut Bidang Urusan

VIII-5
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Donggala Menurut Bidang Urusan

VIII-6
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Donggala Menurut Bidang Urusan

VIII-7
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Donggala Menurut Bidang Urusan

VIII-8
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Donggala Menurut Bidang Urusan

VIII-9
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Donggala Menurut Bidang Urusan

VIII-10
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Donggala Menurut Bidang Urusan

VIII-11
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Donggala Menurut Bidang Urusan

VIII-12
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Donggala Menurut Bidang Urusan

VIII-13
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Donggala Menurut Bidang Urusan

VIII-14
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Donggala Menurut Bidang Urusan

VIII-15
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Donggala Menurut Bidang Urusan

VIII-16
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Donggala Menurut Bidang Urusan

VIII-17
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Donggala Menurut Bidang Urusan

VIII-18
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Donggala Menurut Bidang Urusan

VIII-19
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Donggala Menurut Bidang Urusan

VIII-20
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Donggala Menurut Bidang Urusan

VIII-21
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Donggala Menurut Bidang Urusan

VIII-22
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Donggala Menurut Bidang Urusan

VIII-23
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Donggala Menurut Bidang Urusan

VIII-24
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Donggala Menurut Bidang Urusan

VIII-25
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Donggala Menurut Bidang Urusan

VIII-26
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Donggala Menurut Bidang Urusan

VIII-27
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Donggala Menurut Bidang Urusan

VIII-28
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Donggala Menurut Bidang Urusan

VIII-29
Penutup

BAB IX
PENUTUP

Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah


Kabupaten Donggala Tahun 2019 – 2023 merupakan penjabaran dari Visi
– Misi Bupati dan Wakil Bupati terpilih hasil Pilkada Tanggal 27 Juni
2018 yang dilantik pada 16 Januari 2019 di Palu. Dokumen RPJMD ini
dijabarkan ke dalam tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan, dan
program pembangunan. RPJMD ini dimaksudkan merupakan pedoman
bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Donggala, Dunia Usaha, dan
Masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dalam rangka pemberdayaan
masyarakat Kabupaten Donggala kurun waktu 2019 sampai dengan
2023, dengan Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan sebagai berikut:

9.1. PEDOMAN TRANSISI

Masa Jabatan Bupati dan Wakil Bupati Donggala Tahun 2019-2023


dimulai pada saat pelantikannya pada Tanggal 16 Januari 2019 dan akan
berakhir pada Tanggal 16 Januari 2024. Oleh karena itu, maka RPJMD
ini berlaku sampai dengan akhir Tahun 2023. Karena RKPD (Rencana
Kerja Pemerintah Daerah) Tahun 2024 secara reguler disusun pada bulan
Maret 2024, maka RKPD tersebut belum mempunyai RPJMD acuan.
Dalam rangka mengisi kekosongan perencanaan dan menjaga
kesinambungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
daerah, maka penyusunan RKPD Kabupaten Donggala Tahun 2024,
berpedoman pada sasaran pokok dan arah kebijakan RPJPD Kabupaten
Donggala Tahun 2005-2025 dan mengacu pada RPJMD Provinsi Sulawesi
Tengah Tahun 2021-2025 dan RPJMN 2020-2024 demi keselarasan
program dan kegiatan pembangunan daerah Kabupaten Donggala dengan
pembangunan Provinsi Sulawesi Tengah dan Pembangunan Nasional,
sesuai dengan ketentuan dalam Permendagri Nomor 86 Tahun 2017.

IX - 1
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

RKPD dalam masa transisi tersebut menjadi bagian dari RPJMD


Periode 2019-2023, yang akan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

9.2. KAIDAH PELAKSANAAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah harus


diimplementasikan dalam Rencana Strategis Organisasi Perangkat
Daerah (Renstra-OPD), RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah) dan
Perencanaan Penganggaran sebagai dokumen perencanaan pembangunan
tahunan. Di samping itu, RPJMD merupakan Pedoman bagi setiap Kepala
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dalam menyusun Renstra (Rencana
Strategis) OPD. Sehubungan dengan hal tersebut, maka ditetapkan
kaidah-kaidah pelaksanaan sebagai berikut:

1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten


Donggala Periode 2019-2023 ini disusun dalam kondisi keterbatasan
data dan informasi sehingga bila dalam perjalanannya dapat
terhimpun data yang lebih lengkap dan akurat yang menyebabkan
dinilai perlu untuk melakukan revisi terhadap RPJMD ini, maka
RPJMD harus segera direvisi dan disesuaikan dengan data dan
informasi yang akurat tersebut. Penyesuaian dilakukan tidak hanya
pada aspek teknis perencanaan dan anggaran, tetapi juga pada hal-
hal yang yang menyangkut manajemen perencanaan pembangunan
secara menyeluruh serta adanya tambahan regulasi;
2. RPJMD ini disusun berdasarkan realisasi Kinerja Pembangunan
Tahun 2013-2018 dibandingkan dengan Bab X Perubahan RPJMD
Kabupaten Donggala Tahun 2014-2019. Untuk maksud ini, bila target
dalam Perubahan RPJMD Tahun 2014-2019 belum tersedia, maka
pemenuhan Tabel T-B.4 belum dapat dilakukan sehingga harus
dilakukan penyusunan Data Indikator Kinerja Kunci sesuai Norma
Standar Prosedur Kriteria (NSPK), Standar Pelayanan Minimum (SPM),
indikator sesuai Permendagri Nomor 86 Tahun 2017;

IX - 2
Penutup

3. RPJMD adalah barometer untuk mengukur sejauhmana capaian dari


pelaksanaannya sehingga merupakan ukuran kinerja Pemerintah
Daerah. Karena pada RPJMD belum semua tujuan dan sasaran
disajikan secara terukur, maka Renstra OPD harus disajikan dengan
sasaran yang lebih terukur sehingga memudahkan pelaksanaan
evaluasi baik terhadap Renstra yang bersangkutan juga terhadap
RPJMD;
4. Sebagai barometer, RPJMD harus dievaluasi baik dalam kurun waktu
setiap tahun, pertengahan periode pelaksanannya, dan akhir periode
pelaksanaannya, sehingga jika dalam pelaksanaannya terdapat
kelemahan dan kekurangan dapat segera disesuaikan agar efektivitas
pelaksanaan pembangunan dapat tercapai dan dapat menjadi acuan
penyusunan RPJMD periode berikutnya;
5. RPJMD harus menjadi pedoman bagi semua pihak, baik Pemerintah
Daerah, dunia usaha maupun masyarakat seperti termaktub dalam
Peraturan Pemerintahan Nomor 45 Tahun 2017 tentang Pelibatan
Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan. Oleh karena itu,
maka sosialisasi RPJMD harus segera dilaksanakan secara
menyeluruh dan terpadu agar jelas bagi seluruh pemangku
kepentingan tentang tugas dan tanggungjawabnya dalam pelaksanaan
pembangunan di daerah ini;
6. Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Kerja Tahunan
(renja) OPD, dalam lingkup Pemerintah Kabupaten Donggala
berpedoman pada Visi, Misi, Tujuan, Strategi, Kebijakan, Prioritas,
Program dan Kegiatan Prioritas pembangunan yang tertuang dalam
RPJMD. Sesuai dengan tujuan dan fungsinya serta menjamin
konsistensi dan keberlanjutan program, maka kegiatan serta
pembiayaannya ditetapkan oleh masing-masing pimpinan OPD. Untuk
maksud ini, sepantasnya penyusunan dokumen perencanaan berbasis
sistem yakni Sistem Informasi Perencanaan Daerah (SIPD), sesuai
Pemendagri Nomor 98 Tahun 2018 ;

IX - 3
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Donggala Periode 2019-2023

7. Bila terjadi hal-hal yang berada di luar kendali Pemerintah Kabupaten


Donggala yang diperkirakan akan dapat menghambat pelaksanaan
RPJMD Kabupaten Donggala dan/atau terjadi perubahan yang
mendasar dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) sehubungan dengan dilaksanakannya Pemilihan Presiden
Republik Indonesia pada Tanggal 17 April 2019, maka strategi, arah
kebijakan, dan program yang ada dapat ditinjau kembali dan hasilnya
dikonsultasikan kepada DPRD Kabupaten Donggala untuk
mendapatkan pertimbangan lebih lanjut dalam proses
pelaksanaannya;
8. Bila dalam pelaksanaannya dinilai perlu untuk melakukan perubahan
sasaran pada tahun-tahun tertentu tetapi tidak mengubah sasaran
akhir RPJMD untuk program yang bersangkutan, maka atas
persetujuan Bupati, penetapan perubahan sasaran tersebut dimuat
dalam RKPD tahun yang bersangkutan;
Demikian Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Donggala Periode 2019-2023 ini
untuk dilaksanakan sebaik-baiknya.

IX - 4

Anda mungkin juga menyukai