PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tekstil merupakan salah satu kesenian yang dikenal baik di Indonesia. Macam – macam tekstil dan
coraknya memiliki kekhasan wilayah masing – masing yang menarik bagi wisatawan domestik ataupun
mancanegara. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan
budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya
Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2
Oktober 2009.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan beberapa masalah tentang tekstil, antara lain :
BAB II
PEMBAHASAN
0
A. Pengertian Tekstil
Tekstil adalah material fleksibel yang terbuat dari tenunan benang. Kata “tekstil” berasal dari bahasa
latin (bahasa Yunani Kuno), yaitu kata “texere” yang berarti “menenun” yaitu membuat kain dengan
cara penyilangan atau penganyaman dua kelompok benang yang saling tegak lurus sehingga
membentuk anyaman benang-benang yang
disebut “kain tenun”.
Selanjutnya kata “kain tenun “itu sendiri
berubah menjadi “tekstil” atau “bahan tekstil”
yang identik dengan pengertian “bahan pakaian”
karena pada umumnya kain tenun digunakan
untuk bahan pakaian.Tekstil dibentuk dengan
cara penyulaman, penjahitan, pengikatan, dan
cara pressing. Tekstil juga dapat diartikan
jalinan antara lungsin dan pakan atau dapat
dikatakan sebuah anyaman yang mengikat satu
sama lain , tenunan dan rajutan.
1. Berdasarkan jenis produk/bentuknya:serat staple, serat filamen, dan benang kain product jad
B. Sejarah Tekstil
Diduga, tekstil ada sejak zaman Neolitikum atau Batu Baru (8000-2000 SM). Penemuan alat tenun,
misalnya gelondong benang atau alat tenun batu, membuktikan adanya proses pemintalan dan
penenunan di zaman itu.
Saat orang mulai tinggal di kota, tekstil makin banyak dibuat dari beragam serat. Di Mesir ditemukan
tenun lena yang berusia 6.000-7.000 tahun dan kain dengan pola-pola tertentu yang dibuat dengan
teknik tapestri abad XV SM. Sedangkan di Peru, temuan berupa katun dan wol bulu llama. Di tahun
5000 SM masyarakat Mesir dinilai sudah terampil menenun kain lena dari rami halus. Selain
berdasarkan penemuan berupa secarik kain lena halus, pendapat itu didukung oleh temuan sejumlah
mumi dari tahun 2500 SM yang terbungkus kain lena bermutu sebaik produk sekarang.
Ternyata, pada tahun 3000 SM masyarakat lembah Sungai Indus, kini wilayah Pakistan dan India
bagian barat, telah menggunakan katun kapas. Sedangkan masyarakat Cina sejak sekitar tahun 2700
1
SM telah mengusahakan ulat sutera, selain mengembangkan alat tenun khusus untuk serat sutera.
Perkiraan ini didukung temuan potongan kecil sutera tenun berbordir menempel di patung perunggu
dari Dinasti Shang (1523-1028 SM).
Penyebaran tekstil dari timur ke barat dimulai tahun 300 SM saat balatentara Iskandar Agung
membawa pulang ke Eropa benda-benda katun dari wilayah Pakistan. Mereka lantas mengembangkan
perdagangan kain secara besar-besaran dengan mengimpor pakaian wol dari Inggris, Gaul (kini
Prancis), dan Spanyol, kain lena dari Mesir; Katun dari India; serta sutera dari Cina dan Persia (kini
Iran). Sayangnya sedikit sekali tekstil yang bertahan dari masa Kekaisaran Romawi di Barat dan
Dinasti Han (202 SM – 220) di Timur.
Industri tekstil Eropa mulai bangkit antara tahun 400-awal dan 1500-an. Inggris, Italia bagian utara,
dan Flanders (kini meliputi sebagian Belgia, Prancis dan Belanda) jadi pusat produksi bagian wol.
Sedangkan Italia jadi pusat produksi sutera. Dalam periode ini, tepatnya tahun 1200-an mulai dipakai
roda pemintal, selain ditemukan mesin pembuka kokon sutera.
Perkembangan penting industri tekstil terjadi setelah abad pertengahan (1100-1500). Namun kemajuan
terhebat berlangsung saat Revolusi Industri (abad XVII-awal XIX). Penemuan hebat itu antara lain alat
pintal pertama yang mampu memintal beberapa benang sekaligus yang dikenal dengan Spinning Jenny,
oleh penemu James Hargreaves pada tahun 1764. Mantan tukang cukur Richard Arkwright pada tahun
1769 mematenkan Water Frame, alat pintal bertenaga air. Tahun 1973 penemu berkebangsaan Amerika
Eli Whitney mengembangkan mesin pemisah biji
kapas.
Kemampuan masyarakat Indonesia dalam hal menenun dan merajut pakaiannya sendiri sudah dimulai
sejak adanya kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia dalam bentuk kerajinan, yaitu tenun-menenun dan
membatik yang hanya berkembang disekitar lingkungan istana dan juga ditujukan hanya untuk
kepentingan seni dan budaya serta dikonsumsi/digunakan sendiri.
Tahun 1960-an, sesuai dengan iklim ekonomi terpimpin, pemerintah Indonesia membentuk Organisasi
Perusahaan Sejenis (OPS) yang antara lain seperti OPS Tenun Mesin; OPS Tenun Tangan; OPS
Perajutan; OPS Batik; dan lain sebagainya yang dikoordinir oleh Gabungan Perusahaan Sejenis (GPS)
2
Tekstil dimana pengurus GPS Tekstil tersebut ditetapkan dan diangkat oleh Menteri Perindustrian
Rakyat dengan perkembangannya sebagai berikut:
Pertengahan tahun 1965-an, OPS dan GPS dilebur menjadi satu dengan nama OPS Tekstil dengan
beberapa bagian menurut jenisnya atau sub-sektornya, yaitu pemintalan (spinning); pertenunan
(weaving); perajutan (knitting); dan penyempurnaan (finishing).
Menjelang tahun 1970, berdirilah berbagai organisasi seperti Perteksi; Printer’s Club (kemudian
menjadi Textile Club); perusahaan milik pemerintah (Industri Sandang, Pinda Sandang Jabar,
Pinda Sandang Jateng, Pinda Sandang Jatim), dan Koperasi (GKBI, Inkopteksi).
Diawali pada tahun 1970-an industri TPT Indonesia mulai berkembang dengan masuknya investasi dari
Jepang di sub-sektor industri hulu (spinning dan man-made fiber making). Adapun fase
perkembangannya sebagai berikut:
Periode 1970 – 1985, industri tekstil Indonesia tumbuh lamban serta terbatas dan hanya mampu
memenuhi pasar domestik (substitusi impor) dengan segment pasar menengah-rendah.
Tahun 1986, industri TPT Indonesia mulai tumbuh pesat dengan faktor utamannya adalah: (1)
iklim usaha kondusif, seperti regulasi pemerintah yang efektif yang difokuskan pada ekspor non-
migas, dan (2) industrinya mampu memenuhi standard kualitas tinggi untuk memasuki pasar
ekspor di segment pasar atas-fashion.
Periode 1986 – 1997 kinerja ekspor industri TPT Indonesia terus meningkat dan membuktikan
sebagai industri yang strategis dan sekaligus sebagai andalan penghasil devisa negara sektor non-
migas. Pada periode ini pakaian jadi sebagai komoditi primadona.
Periode 1998 – 2002 merupakan masa paling sulit. Kinerja ekspor tekstil nasional fluktuatif. Pada
periode ini dapat dikatakan periode cheos, rescue, dan survival.
Periode 2003 – 2006 merupakan outstanding rehabilitation, normalization, dan expansion. Upaya
revitalisasi stagnant yang disebabkan multi-kendala, karena sulitnya sumber pembiayaan, dan
iklim usaha yang tidak kondusif.
Periode 2007 pertengahan – onward dimulainya restrukturisasi permesinan industri TPT Indonesia.
Makna Filosofi : Truntum artinya menuntun, diharapkan orang tua bisa menuntun calon
pengantin.
Daerah: Jogja
3
Unsur Motif : Ceplok, Parang, Meru dll
Makna Filosofi : Ada kepercayaan bila orang sakit menggunakan kain ini sebagai selimut,
sakitnya cepat sembuh, karena tambal artinya menambah semangat baru
Daerah: Jogja
Daerah: Jogja
6. Motif Cuwiri
4
Filosofi : Orang yang memakai akan selalu mempunyai cita-cita atau tujuan tentang sesuatu.
8. Motif Grompol
9. Motif kasatrian
5
Filosofi: Kata gurda berasal dari kata garuda, yaitu nama sejenis burung besar yang menurut
pandangan hidup orang Jawa khususnya Yogyakarta mempunyai kedudukan yang sangat
penting. Menurut orang Yogyakarta burung ini dianggap sebagai binatang yang suci.
Daerah: Yogyakarta
Daerah: Yogyakarta
Warna alami yang dihasilkan oleh tarum adalah warna biru, warna tersebut diperoleh dari rendaman
daun tarum dalam jumlah yang banyak selama semalam. Air rendamannya kemudian direbus dan
dikeringkan setelah itu barulah pewarna alami ini dapat digunakan sebagai pewarna kain.
6
Warna alami yang dihasilkan oleh pinang adalah warna merah, warna tersebut diperoleh dari
tumbukkan halus biji buah pinang tua.
Warna alami yang dihasilkan dari bunga kuma-kuma yaitu kuning keemasan, yang dapat dijadikan
sebagai pewarna alami pada kain.
Warna alami yang dihasilkan dari umbi atau rimpang yaitu kuning hingga jingga yang dapat dijadikan
sebagai pewarna alami pada kain. Kunyit diparut hingga halus kemudian parutan kunyit direbus dan
didiamkan hingga tidak panas.
Warna alami yang dihasilkan dari tumbuhan ini yaitu warna hijau. Warna tersebut diperoleh dengan
cara menumbuk halus daun suji kemudian diberi air dan didiamkan selama semalam.
Warna alami yang dihasilkan dari kulit manggis yaitu biru, ungu dan merah. Warna alami tersebut
diperoleh dengan cara menumbuk halus kulit manggis kemudian bubuk kulit manggis direndam
menggunakan etanol dan dikeringkan.
7. Angsana
Warna alami yang dihasilkan oleh kayu angsana yaitu warna merah sedangkan daunnya berwarna
coklat kekuningan. Warna dan motif serat kayunya yang indah kemerah-merahan, menjadikan kayu
sonokembang sebagai kayu pilihan untuk pembuatan mebel, kabinet berkelas tinggi, alat-alat musik,
lantai parket, panil kayu dekoratif, gagang peralatan, dan meja berharga mahal.
Warna alami yang dihasilkan dari biji kesumba yaitu warna merah atau kuning.
Warna yang dihasilkan dari akar mengkudu ini yaitu warna merah kecoklatan.
Rebusan dari kayunya yang memberi warna merah gading banyak dimanfaatkan untuk pengecatan,
bahan anyaman, pewarna makanan dan minuman serta tinta.
Gambir yaitu sejenis getah yang telah dikeringkan dari ekstrak remasan daun dan ranting tumbuhan.
Warna merah tua hingga kecoklatan yang dihasilkan dari tumbuhan ini, menjadikan getah gambir
sebagai pewarna alami yang dapat digunakan pada kain.
Warna alami yang dihasilkan dari kulit kayu dan getahnya yaitu merah dan hitam.
Warna hitam yang dihasilkan oleh daun dan kulit kayunya di manfaatkan masyarakat sebagai pewarna
alami pada textile dan sebagai warna tinta. Kayunya menghasilkan warna kuning kecoklatan hingga
warna zaitun dan dapat dimanfaatkan sebagai pembuatan perahu.
7
Daunnya yang muda dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami. Warna yang dihasilkan dari daun jati
yaitu warna merah kecoklatan.
Kayu dan kulit buahnya menghasilkan warna hijau yang dapat digunakan sebagai pewarna alami pada
textile.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat kita simpulkan bahwa tekstil adalh kain
yang dibuat dari tenunan benang. Tekstil mulai dikenal sejak zaman Neolitikum dengan bukti
ditemukannya alat tenun dan berkembang sampai sekarang dengan adanya mesin ATBM. Corak –
corak yang ditemukan di batik memiliki makna dan filosofinya masing – masing sehingga
kegunaannya pun berbeda – beda. Pewarna alami mudah ditemukan dan lebih murah, namun harus ada
usaha lebih untuk membuatnya menjadi pewarna.
B. Saran
Masyarakat Indonesia sudah sepatutnya menjaga dan melestarikan kebudayaan Indonesia. Masyarakat
diharapkan ikut menjaga makna yang terdapat dalam ragam tekstil di Indonesia. Pemerintah juga harus
lebih mendukung kelestarian budaya tekstil agar dapat dikenal di kalangan masyarakat awam.
8
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Tekstil
http://infodanpengertian.blogspot.co.id/2016/02/pengertian-tekstil.html
http://jinggagroup.net/sejarah-tekstil/
https://teknologitekstil.wordpress.com/2012/01/14/sejarah-tekstil/
https://meandeachotherblablablah.blogspot.co.id/2012/03/beberapa-macam-motif-batik-dan.html
http://yulutrip.blogspot.co.id/2014/05/15-pewarna-alami-untuk-textile_21.html