Kombinatorik
Hendrata Dharmawan
October 16, 2008
Barisan Fibonacci adalah barisan yang sangat umum ditemui dalam berbagi
bidang matematika (teori bilangan, geometri, persamaan diferensial) maupun
bidang-bidang lainnya seperti musik, biologi, dan kimia. Dalam ilmu matem-
atika, sudah banyak ditemukan sekali identitas-identitas yang menyangkut barisan
Fibonacci. Kebanyakan identitas tersebut bersifat aljabar, dan dapat dengan
mudah dibuktikan secara aljabar atau melalui induksi matematika. Artikel
ini mencoba untuk mengungkap aspek lain dari barisan Fibonacci, yakni as-
pek kombinatorika. Kita akan melihat bahwa beberapa dari identitas yang
menyangkut barisan Fibonacci juga dapat dibuktikan melalui kombinatorika
murni.
1 Barisan Fibonacci
Definisi 1. Barisan Fibonacci didefinisikan sebagai berikut: F0 = 0, F1 = 1,
dan untuk n ≥ 2, Fn = Fn−1 + Fn−2 .
Beberapa bilangan pertama dalam barisan tersebut adalah 0, 1, 1, 2, 3, 5, 8,
13, 21, 34, 55, 89, 144, . . . .
Misalkan fn adalah banyaknya cara untuk mengubin papan dengan panjang
n dan lebar 1 satuan, dan ubin yang boleh kita pakai adalah persegi berukuran
1x1 atau domino berukuran 1x2. Gambar 1 menunjukkan cara mengubin untuk
n = 1, 2, 3, 4, sehingga kita tau bahwa f1 = 1, f2 = 2, f3 = 3, f4 = 5. Dapat kita
lihat bahwa fn mirip dengan barisan Fibonacci. Untuk kemudahan notasi, kita
definisikan f−1 = 0 dan f0 = 1 adalah banyaknya cara mengubin papan kosong.
Kita juga akan menyebut papan berukuran 1xn sebagai papan-n.
Teorema 1. Misalkan fn adalah banyaknya cara mengubin papan-n dengan
persegi dan domino, maka untuk n ≥ −1, fn = Fn+1 .
Bukti. Tinjau ubin pertama. Jika ubin pertama adalah persegi, maka kita
dapat mengubin sisa papan dengan fn−1 cara. Sedangkan jika ubin pertama
adalah domino, maka kita dapat mengubin sisa papan dengan fn−2 cara. Den-
gan demikian, fn = fn−1 + fn−2 .
21
Matriks Matematika 1 (2008) 22
Karena fn untuk n kecil adalah sama dengan barisan Fibonacci yang indek-
snya digeser satu, dan fn memenuhi relasi rekursif yang sama denganFn , maka
fn seterusnya adalah sama dengan barisan Fibonacci yang indeksnya digeser
satu.
2 Beberapa Identitas
Beberapa identitas dalam artikel ini akan kita nyatakan dalam fn untuk memu-
dahkan pembahasan kita, walaupun bentuk aslinya adalah dalam Fn . Pem-
buktian dari identitas-identitas berikut ini adalah murni secara kombinatorik,
namun pembaca juga diharapkan mencoba membuktikannya secara aljabar.
.
Bukti. Ada berapa banyak cara mengubin papan-(2n + 1) ?
Jawaban 1: ada f2n+1 cara.
Jawaban 2: Banyaknya persegi dalam pengubinan ini harus ganjil, karena
itu kita dapat memilih satu persegi yang disebut persegi tengah, yang memiliki
persegi yang sama banyak di sebelah kiri dan kanannya.
Matriks Matematika 1 (2008) 24
Bukti.
Pn Identitas ini lebih cantik jika dinyatakan dalam bentuk aslinya:
F2n = k=0 nk Fk . Ada berapa banyak cara mengubin papan-(2n − 1) ?
pengubinan tersebut dihasilkan, dan kita juga akan tahu pengubinan papan-
n yang mana yang menghasilkannya. Misalnya, jika ubin terakhirnya adalah
persegi, maka dengan membuang persegi tersebut kita memperoleh pengubinan
papan-n yang menghasilkannya. Namun jika ubin terakhirnya adalah domino,
maka kita dapat mengganti domino dengan persegi untuk memperoleh pen-
gubinan papan-n yang diinginkan. Demikian juga jika kita diberikan suatu
pengubinan papan-n − 2, dengan menambahkan satu domino, kita memperoleh
pengubinan papan-n yang menghasilkan pengubinan ini.
3 Pasangan Pengubinan
Teknik pasangan pengubinan adalah teknik yang sangat berguna untuk mem-
buktikan identitas-identitas yang lebih rumit.
Definisi 4. Misalkan A dan B adalah dua buah papan-n, yang diletakkan berje-
jeran. Pasangan pengubinan A dan B memiliki retakan di sel i jika kedua
pengubinan dapat dipecahkan di sel i.
Ekor dari pasangan pengubinan ini adalah sel-sel sesudah retakan terakhir.
Teorema 9. Untuk n ≥ 0, f0 + f4 + · · · + f4n = f2n f2n+1 .
Bukti. Ada berapa banyak pasangan pengubinan papan-(2n) dan papan-
(2n + 1) ?
Jawaban 1: ada f2n f2n+1 cara.
Jawaban 2: Tinjau retakan terakhir. Misalkan retakan ini terjadi pada sel
genap, yakni 2k. Agar tidak ada lagi retakan sesudah 2k, hanya ada satu cara
untuk mengubin ekor pasangan ini. Papan pertama harus diubin dengan (n−k)
domino, dan sisa papan kedua diubin dengan persegi diikuti oleh (n−k) domino.
Sel-sel sebelum 2k dapat diubin dengan xk cara, dimana xk adalah banyaknya
pengubinan papan-4k yang dapat dipecah di sel 2k. Sel-sel 1 sampai 2k dari
pengubinan ini akan menjadi 2k sel pertama di papan pertama dan sisanya
menjadi 2k sel pertama di papan kedua.
Misalkan retakan ini terjadi pada sel ganjil, yakni 2k−1. Seperti sebelumnya,
agar tidak ada lagi retakan sesudah ini, maka sisa papan pertama harus diubin
dengan persegi diikuti oleh sejumlah domino, dan sisa papan kedua harus diubin
dengan sejumlah domino. Sel-sel sebelum 2k − 1 dapat diubin dengan yk cara,
dimana yk adalah banyaknya pengubinan papan-4k yang tidak dapat dipecah
di sel 2k. Perhatikan bahwa sel 2k dan 2k + 1 haruslah ditempati oleh satu
domino. Sel-sel di sebelah kiri domino ini akan menjadi 2k − 1 sel pertama di
papan pertama dan sel-sel di sebelah kanan di papan kedua.
Jadi secara total ada x0 + x1 + · · · + xn + y0 + y1 + · · · + yn cara. Namun
xk + yk = f4k (mengapa?), sehingga secara total ada f0 + f4 + · · · + f4n cara.
Teorema 10. Untuk n ≥ 0,
n
X
fk2 = fn fn+1
k=0
.
Matriks Matematika 1 (2008) 26
4 Rumus Binet
Rumus Binet adalah salah satu teorema yang paling terkenal mengenai barisan
Fibonacci. Adalah fakta yang cukup menakjubkan bahwa kita dapat membuk-
tikan Rumus Binet dengan menggunakan argumen kombinatorik. Walaupun
pembuktian Rumus Binet berikut ini membutuhkan sedikit aljabar, namun ide
utama dari buktinya diperoleh dengan cara kombinatorik.
Teorema 12. (Rumus Binet) Untuk n ≥ 0,
" √ !n √ !n #
1 1+ 5 1− 5
Fn = √ −
5 2 2
Bukti. Sepintas lalu, rumus ini terlihat sangat sukar untuk dibuktikan
secara kombinatorik karena adanya bentuk-bentuk irasional dalam rumus terse-
but. Salah satu mengatasi kesukaran ini adalah dengan interpretasi √
menggu-
nakan peluang. Kunci utamanya adalah dengan menyadari bahwa 5±1 2 adalah
penyelesaian dari persamaan x2 −√x − 1 = 0. Rasio ini juga sering
√
disebut ”The
Golden Ratio”. Maka jika r = 1+2 5 kita memiliki −1/r = 1−2 5 dan keduanya
adalah akar-akar dari persamaan x2 − x − 1 = 0, sehingga berlaku:
1 1
+ 2 =1
r r
Misalkan kali ini papan yang ingin kita ubin memiliki panjang tak hingga,
dan kita mengubinnya satu demi satu. Setiap kali akan mengubin, kita melem-
par uang logam dengan peluang mendapat ”Angka” 1/r dan peluang mendapat
”Gambar” 1/r2 . Jika hasilnya adalah ”Angka”, maka kita meletakkan persegi,
dan jika hasilnya ”Gambar”, kita meletakkan domino, kemudian kita melan-
jutkan ke ubin berikutnya.
Klaim: Peluang bahwa n sel pertama diubin dengan cara tertentu adalah
1/rn . Klaim ini dapat dipahami secara intuitif. Setiap persegi dalam pen-
gubinan akan menyumbangkan faktor 1/r dalam peluang tersebut dan setiap
domino akan menyumbangkan faktor 1/r2 , sedangkan setiap persegi menem-
pati satu sel dan setiap domino menempati 2 sel. Jika pembaca masih belum
Matriks Matematika 1 (2008) 28
yakin, dapat melihat contoh berikut. Misalkan 7 sel pertama diubin dengan
cara domino, persegi, domino, persegi, persegi. Peluang hal ini terjadi adalah
1/r2 · 1/r · 1/r2 · 1/r · 1/r = 1/r7 .
Misalkan qn adalah peluang bahwa pengubinan ini dapat dipecah di sel n.
Karena ada fn cara untuk mengubin n sel pertama, dan setiap cara memiliki
peluang tepat 1/rn , maka:
fn
qn =
rn
Berarti 1 − qn adalah peluang bahwa pengubinan ini tidak dapat dipecah
di sel n. Agar hal ini terjadi, maka pengubinan ini harus dapat dipecah di sel
n − 1, kemudian sel n dan n + 1 ditempati oleh sebuah domino. Dengan kata
lain,
qn−1
1 − qn =
r2
qn−1
qn = 1− 2
r
Melalui definisi, kita tahu bahwa q0 = 1, sehingga rumus rekursi di atas
dapat kita buka menjadi:
n
1 1 1 1
qn = 1 − 2 + 4 − 6 + · · · +
r r r r2
Di sini, kita dapat menggunakan rumus deret geometri untuk menyeder-
hanakannya menjadi:
n+1 n+1 " n+1 #
1 − −1 1 − −1
r2 r2 r −1
qn = = = √ 1−
1 + r12 2 − 1r 5 r2
Di sini, kita menggunakan rumus deret geometri secara aljabar. Namun
jika kita ingin tetap mempertahankan pembuktian rumus Binet secara kombi-
natorik, maka kita harus membuktikan rumus deret geometri tersebut secara
kombinatorik dahulu.
Lemma 1. Untuk n ≥ 1, (x − 1)(1 + x + x2 + · · · + xn ) = xn+1 − 1
Bukti. Pertama kita buktikan dulu lemma tersebut untuk x bilangan asli.
Ada berapa barisan yang terdiri dari n + 1 bilangan di mana setiap bilangan
dapat mengambil nilai dari {1, . . . , x}? Syaratnya adalah bilangan-bilangan
tersebut boleh berulang, namun tidak boleh semuanya x?
Jawaban 1: Ada xn+1 − 1 cara.
Jawaban 2: Tinjau suku bukan x yang terakhir. Misalkan suku ini adalah
suku ke k. Ada xk−1 cara untuk memilih k−1 suku pertama, dan ada (x−1) cara
untuk memilikih suku ke k, namun hanya ada satu cara untuk menyelesaikan
barisan, yakni dengan x saja. Jadi ada (x − 1)xk−1 barisan di mana suku bukan
x terakhir adalah suku ke k. Perhatikan bahwa k tidak boleh 0 karena paling
Matriks Matematika 1 (2008) 29
Latihan
Buktikan identitas-identitas berikut ini dengan argumen kombinatorik murni.
Jika pembaca merasa tertantang, beberapa identitas tersebut juga cukup menarik
untuk dikerjakan secara aljabar.
1. Untuk n ≥ 0, f1 + f3 + · · · + f2n−1 = f2n − 1.
2. Untuk n ≥ 0, f0 + f3 + · · · + f3n = 12 f3n+2 .
3. Untuk n ≥ 1, f1 + f4 + · · · + f3n−2 = 12 (f3n − 1).
4. Untuk n ≥ 1, f2 + f5 + · · · + f3n−1 = 21 (f3n+1 − 1).
2
5. Untuk n ≥ 1, f1 + f5 + · · · + f4n−3 = f2n−1 .
6. Untuk n ≥ 1, f2 + f6 + · · · + f4n−2 = f2n−1 f2n .
7. Untuk n ≥ 1, f3 + f7 + · · · + f4n−1 = f2n−1 f2n+1 .
2
8. Untuk n ≥ 0, fn2 + fn+1 = f2n+2 .
2
9. Untuk n ≥ 1, fn2 − fn−2 = f2n−1 .
10. Untuk n ≥ 0, fn+1 fn+2 − fn−1 fn = f2n+2 .
11. Untuk n ≥ 2, 3fn = fn+2 + fn−2 .
12. Untuk n ≥ 2, 4fn = fn+2 + fn + fn−2 .
Pp
13. Untuk n ≥ p, fn+p = k=o kp fn−k .
Petunjuk
7. Lihat teorema 9. Papan yang lebih pendek dapat digeser satu sel (dimulai
satu sel lebih lambat).
8. Tinjau keterpecahan sel n + 1.
9. Apakah sel n − 1 dapat dipecah? Sel n? Ataukah keduanya?