Anda di halaman 1dari 11

Artikel: Barisan Fibonacci: Suatu Interpretasi

Kombinatorik
Hendrata Dharmawan
October 16, 2008

Barisan Fibonacci adalah barisan yang sangat umum ditemui dalam berbagi
bidang matematika (teori bilangan, geometri, persamaan diferensial) maupun
bidang-bidang lainnya seperti musik, biologi, dan kimia. Dalam ilmu matem-
atika, sudah banyak ditemukan sekali identitas-identitas yang menyangkut barisan
Fibonacci. Kebanyakan identitas tersebut bersifat aljabar, dan dapat dengan
mudah dibuktikan secara aljabar atau melalui induksi matematika. Artikel
ini mencoba untuk mengungkap aspek lain dari barisan Fibonacci, yakni as-
pek kombinatorika. Kita akan melihat bahwa beberapa dari identitas yang
menyangkut barisan Fibonacci juga dapat dibuktikan melalui kombinatorika
murni.

1 Barisan Fibonacci
Definisi 1. Barisan Fibonacci didefinisikan sebagai berikut: F0 = 0, F1 = 1,
dan untuk n ≥ 2, Fn = Fn−1 + Fn−2 .
Beberapa bilangan pertama dalam barisan tersebut adalah 0, 1, 1, 2, 3, 5, 8,
13, 21, 34, 55, 89, 144, . . . .
Misalkan fn adalah banyaknya cara untuk mengubin papan dengan panjang
n dan lebar 1 satuan, dan ubin yang boleh kita pakai adalah persegi berukuran
1x1 atau domino berukuran 1x2. Gambar 1 menunjukkan cara mengubin untuk
n = 1, 2, 3, 4, sehingga kita tau bahwa f1 = 1, f2 = 2, f3 = 3, f4 = 5. Dapat kita
lihat bahwa fn mirip dengan barisan Fibonacci. Untuk kemudahan notasi, kita
definisikan f−1 = 0 dan f0 = 1 adalah banyaknya cara mengubin papan kosong.
Kita juga akan menyebut papan berukuran 1xn sebagai papan-n.
Teorema 1. Misalkan fn adalah banyaknya cara mengubin papan-n dengan
persegi dan domino, maka untuk n ≥ −1, fn = Fn+1 .
Bukti. Tinjau ubin pertama. Jika ubin pertama adalah persegi, maka kita
dapat mengubin sisa papan dengan fn−1 cara. Sedangkan jika ubin pertama
adalah domino, maka kita dapat mengubin sisa papan dengan fn−2 cara. Den-
gan demikian, fn = fn−1 + fn−2 .

21
Matriks Matematika 1 (2008) 22

Karena fn untuk n kecil adalah sama dengan barisan Fibonacci yang indek-
snya digeser satu, dan fn memenuhi relasi rekursif yang sama denganFn , maka
fn seterusnya adalah sama dengan barisan Fibonacci yang indeksnya digeser
satu.

2 Beberapa Identitas
Beberapa identitas dalam artikel ini akan kita nyatakan dalam fn untuk memu-
dahkan pembahasan kita, walaupun bentuk aslinya adalah dalam Fn . Pem-
buktian dari identitas-identitas berikut ini adalah murni secara kombinatorik,
namun pembaca juga diharapkan mencoba membuktikannya secara aljabar.

Teorema 2. Untuk n ≥ 0, f0 + f1 + f2 + · · · + fn = fn+2 − 1.


Bukti. Ada berapa banyak cara mengubin papan-(n + 2) dengan menggu-
nakan paling sedikit satu domino?
Jawaban 1: ada fn+2 cara mengubin papan-(n + 2), dan ada 1 cara dengan
menggunakan persegi semua, jadi ada fn+2 −1 cara dengan menggunakan paling
sedikit satu domino.
Jawaban 2: Perhatikan domino terakhir. Misalkan domino tersebut menem-
pati sel ke k + 1 dan k + 2, maka kita dapat mengubin sel 1 sampai k dengan
fk cara. Namun, karena domino ini adalah domino terakhir, maka kita harus
menyelesaikan pengubinan hanya dengan menggunakan persegi. Jadi secara to-
tal ada fk cara untuk mengubin seluruh papan. Karena 0 ≤ k ≤ n, maka ada
f0 + f1 + f2 + · · · + fn cara.
Teorema 3. Untuk n ≥ 0, f0 + f2 + f4 + · · · + f2n = f2n+1 .
Bukti. Ada berapa banyak cara mengubin papan-(2n + 1)?
Jawaban 1: ada f2n+1 cara.
Jawaban 2: Karena panjang papan adalah ganjil, maka pasti ada paling
sedikit satu persegi. Perhatikan persegi terakhir. Karena sel-sel sesudah persegi
ini haruslah diubin dengan menggunakan domino saja, maka persegi ini harus
menempati sel bernomor ganjil. Misalkan persegi ini menempati sel 2k + 1,
maka ada f2k cara untuk mengubin sel-sel sebelum persegi ini. Dan hanya ada
satu cara menyelesaikan pengubinan, yakni dengan menggunakan domino saja.
Karena 0 ≤ k ≤ n, maka ada f0 + f2 + f4 + · · · + f2n cara.
Definisi 2. Suatu pengubinan papan-n disebut dapat dipecah di sel k jika
pengubinan tersebut dapat dibagi menjadi 2 pengubinan, yang satu mengubin sel
1 sampai sel k, yang lain mengubin sel k+1 sampai n.
Dengan kata lain, pengubinan tersebut tidak dapat dipecah di sel k hanya
jika ada domino yang menempati sel k dan k +1. Perhatikan bahwa pengubinan
papan-n selalu dapat dipecah di sel 0 dan sel n.
Teorema 4. Untuk m, n ≥ 0, fm+n = fm fn + fm−1 fn−1 .
Matriks Matematika 1 (2008) 23

Bukti. Ada berapa banyak cara mengubin papan-(m + n) ?


Jawaban 1: ada fm+n cara.
Jawaban 2: Kita tinjau keterpecahan di sel m. Jika pengubinan tersebut
dapat dipecah di sel m, maka ada fm cara untuk mengubin m sel pertama dan
ada fn cara untuk mengubin n sel sisanya. Maka total ada fm fn cara.
Jika pengubinan tersebut tidak dapat dipecah di sel m, berarti ada domino
yang menempati sel m dan m + 1. Maka kita harus mengubin m − 1 sel pertama
dan n − 1 ubin terakhir dengan fm−1 fn−1 cara.
Keterpecahan adalah sifat eksklusif. Pengubinan dapat dipecah atau tidak
dapat dipecah di suatu sel, tidak mungkin keduanya. Jadi banyaknya cara
mengubin papan-(m + n) adalah penjumlahan kedua kasus di atas.

Definisi 3. Koefisien binomial nk adalah banyaknya cara untuk memilih k




anggota dari suatu himpunan dengan n anggota.


Bagi pembaca yang belum terlalu mengenal konsep koefisien binomial, di-
harapkan mendalaminya terlebih dahulu dengan membaca buku-buku kombina-
torik dasar.

Teorema 5. Untuk n ≥ 0, fn = n0 + n−1 + n−2


  
1 2 + ···.

Bukti. Karena nk = 0 jika k > n, maka penjumlahan di ruas kanan adalah




hingga. Ada berapa banyak cara mengubin papan-n ?


Jawaban 1: ada fn cara.
Jawaban 2: Misalkan suatu pengubinan menggunakan k domino. Tentu
saja, 0 ≤ k ≤ n/2. Pengubinan ini menggunakan k domino dan n − 2k persegi,
sehingga total ada n − k ubin yang digunakan.
Ada n−kk cara untuk mengurutkan k domino dan n − 2k persegi. Buktinya
ditinggalkan kepada pembaca. Salah satu ide yang dapat digunakan adalah
sebagai berikut: Jika ada p anak laki-laki dan q anak perempuan yang harus
dibariskan untuk membentuk barisan (p + q) anak, ada berapa barisan yang
mungkin kita bentuk?
Setiap urutan domino dan persegi akan menghasilkan tepat satu pengubinan,
sehingga teorema tersebut terbukti.
Teorema 6. Untuk n ≥ 0,
X X n − in − j 
f2n+1 =
j i
i≥0 j≥0

.
Bukti. Ada berapa banyak cara mengubin papan-(2n + 1) ?
Jawaban 1: ada f2n+1 cara.
Jawaban 2: Banyaknya persegi dalam pengubinan ini harus ganjil, karena
itu kita dapat memilih satu persegi yang disebut persegi tengah, yang memiliki
persegi yang sama banyak di sebelah kiri dan kanannya.
Matriks Matematika 1 (2008) 24

Misalkan persegi tengah memiliki i domino di sebelah kirinya dan j di sebe-


lah kanannya. Pengubinan ini memiliki (i + j) domino, maka (2n + 1 − 2(i + j))
persegi. Berarti persegi tengah memiliki (n − i − j) persegi di setiap sisinya.
Ada berapa banyak cara mengubin sel-sel di sebelah
 kiri persegi tengah? Ada
(n − i − j) persegi dan ada i domino, maka ada n−ji cara mengurutkan mereka.
n−i

Demikian juga, ada j cara mengubin sel-sel di sebelah kanan persegi tengah,
sehingga ada n−i
 n−j 
j i cara mengubin papan.
Pn
Teorema 7. Untuk n ≥ 0, f2n−1 = k=1 nk fk−1 .


Bukti.
Pn Identitas ini lebih cantik jika dinyatakan dalam bentuk aslinya:
F2n = k=0 nk Fk . Ada berapa banyak cara mengubin papan-(2n − 1) ?


Jawaban 1: ada f2n−1 cara.


Jawaban 2: Ambil n ubin pertama. Ubin-ubin ini harus mengandung paling
sedikit 1 persegi dan paling banyak n persegi. Misalkan ubin-ubin ini mengan-
dung kpersegi, maka mereka akan menempati sel-sel 1 sampai 2n−k. Sekarang,
ada nk cara mengubin sel-sel tersebut, dan ada fk−1 cara untuk mengubin
(k − 1) ubin sisanya.
Untuk identitas berikut ini, kita menggunakan ide bahwa jika kedua him-
punan memiliki korespondensi satu-dua, maka yang satu akan 2 kali lebih besar
dari pada yang lain. Korespondensi satu-dua X1 , X2 dari A ke B berarti bahwa
untuk setiap elemen a ∈ A, ada 2 elemen berbeda X1 (a), X2 (a) ∈ B, dan untuk
setiap elemen b ∈ B, ada tepat satu a0 ∈ A sehingga X1 (a0 ) = b atau X2 (a0 ) = b.
Dengan kata lain, untuk setiap elemen di A kita memperoleh 2 elemen di B, dan
untuk setiap elemen di B, kita tahu persis dari mana elemen tersebut berasal.
Jika kita dapat membuktikan sifat korespondensi ini, maka kita memperoleh
|B| = 2|A|.

Teorema 8. Untuk n ≥ 2, 2fn = fn+1 + fn−2 .


Bukti. Kita akan memperlihatkan 2 himpunan yang memiliki korespondensi
satu-dua.
Himpunan 1: Pengubinan papan-n. Himpunan ini memiliki fn elemen.
Himpunan 2: Pengubinan papan-n + 1 dan pengubinan papan-n − 2. Him-
punan ini memiliki fn+1 + fn−2 elemen.
Korespondensi pertama: Untuk setiap pengubinan papan-n, tambahkan satu
persegi di belakangnya untuk memperoleh pengubinan papan-n + 1 yang be-
rakhir dengan persegi.
Korespondensi kedua: Untuk setiap pengubinan papan-n, tinjau ubin ter-
akhirnya. Jika ubin terakhir adalah domino, buang domino tersebut untuk
memperoleh pengubinan papan-n − 2. Jika ubin terakhir adalah persegi, gan-
tilah persegi tersebut dengan sebuah domino untuk memperoleh pengubinan
papan-n + 1.
Jelas bahwa korespondensi pertama dan kedua menghasilkan elemen yang
berbeda. Sekarang, jika kita diberikan suatu pengubinan papan-n + 1, maka
dengan melihat ubin terakhirnya kita tahu dengan korespondensi yang mana
Matriks Matematika 1 (2008) 25

pengubinan tersebut dihasilkan, dan kita juga akan tahu pengubinan papan-
n yang mana yang menghasilkannya. Misalnya, jika ubin terakhirnya adalah
persegi, maka dengan membuang persegi tersebut kita memperoleh pengubinan
papan-n yang menghasilkannya. Namun jika ubin terakhirnya adalah domino,
maka kita dapat mengganti domino dengan persegi untuk memperoleh pen-
gubinan papan-n yang diinginkan. Demikian juga jika kita diberikan suatu
pengubinan papan-n − 2, dengan menambahkan satu domino, kita memperoleh
pengubinan papan-n yang menghasilkan pengubinan ini.

3 Pasangan Pengubinan
Teknik pasangan pengubinan adalah teknik yang sangat berguna untuk mem-
buktikan identitas-identitas yang lebih rumit.
Definisi 4. Misalkan A dan B adalah dua buah papan-n, yang diletakkan berje-
jeran. Pasangan pengubinan A dan B memiliki retakan di sel i jika kedua
pengubinan dapat dipecahkan di sel i.
Ekor dari pasangan pengubinan ini adalah sel-sel sesudah retakan terakhir.
Teorema 9. Untuk n ≥ 0, f0 + f4 + · · · + f4n = f2n f2n+1 .
Bukti. Ada berapa banyak pasangan pengubinan papan-(2n) dan papan-
(2n + 1) ?
Jawaban 1: ada f2n f2n+1 cara.
Jawaban 2: Tinjau retakan terakhir. Misalkan retakan ini terjadi pada sel
genap, yakni 2k. Agar tidak ada lagi retakan sesudah 2k, hanya ada satu cara
untuk mengubin ekor pasangan ini. Papan pertama harus diubin dengan (n−k)
domino, dan sisa papan kedua diubin dengan persegi diikuti oleh (n−k) domino.
Sel-sel sebelum 2k dapat diubin dengan xk cara, dimana xk adalah banyaknya
pengubinan papan-4k yang dapat dipecah di sel 2k. Sel-sel 1 sampai 2k dari
pengubinan ini akan menjadi 2k sel pertama di papan pertama dan sisanya
menjadi 2k sel pertama di papan kedua.
Misalkan retakan ini terjadi pada sel ganjil, yakni 2k−1. Seperti sebelumnya,
agar tidak ada lagi retakan sesudah ini, maka sisa papan pertama harus diubin
dengan persegi diikuti oleh sejumlah domino, dan sisa papan kedua harus diubin
dengan sejumlah domino. Sel-sel sebelum 2k − 1 dapat diubin dengan yk cara,
dimana yk adalah banyaknya pengubinan papan-4k yang tidak dapat dipecah
di sel 2k. Perhatikan bahwa sel 2k dan 2k + 1 haruslah ditempati oleh satu
domino. Sel-sel di sebelah kiri domino ini akan menjadi 2k − 1 sel pertama di
papan pertama dan sel-sel di sebelah kanan di papan kedua.
Jadi secara total ada x0 + x1 + · · · + xn + y0 + y1 + · · · + yn cara. Namun
xk + yk = f4k (mengapa?), sehingga secara total ada f0 + f4 + · · · + f4n cara.
Teorema 10. Untuk n ≥ 0,
n
X
fk2 = fn fn+1
k=0
.
Matriks Matematika 1 (2008) 26

Bukti. Ada berapa banyak pasangan pengubinan papan-n dan papan-(n +


1) ?
Jawaban 1: ada fn fn+1 cara.
Jawaban 2: Tinjau retakan terakhir. Misalkan retakan ini terjadi pada sel-k,
maka kita dapat mengubin sel-sel 1 sampai k dengan fk cara di setiap papan,
berarti total fk2 cara. Agar tidak terjadi retakan lagi sesudah sel-k, maka hanya
ada satu cara untuk mengubin sisa papan, yakni dengan cara berselang-seling.
Domino di papan yang satu haruslah terletak pada posisi k + 2, k + 4, k + 6, · · · ,
dan domino di papan yang lain haruslah terletak pada posisi k, k + 1, k + 3, · · · .
Berarti di papan yang kedua ini, sel ke k + 1 haruslah ditempati oleh persegi.
Dan juga, agar rangkaian berselang-seling ini tepat habis mengubin sisa papan,
maka papan yang mendapat rangkaian domino adalah papan yang memiliki se-
jumlah genap sisa sel, sedangkan papan yang mendapat persegi diikuti rangkaian
domino adalah papan yang satunya. Tidak ada cara yang lain agar tidak terjadi
retakan sesudah sel k.
Dapat dilihat bahwa 0 ≤ k ≤ n (karena retakan dapat terjadi di sel 0),
sehingga identitas kita terbukti.
Teorema 11. Untuk n ≥ 0, fn2 = fn−1 fn+1 + (−1)n .
Bukti. Ada berapa banyak pasangan pengubinan papan-n dan papan-n ?
Jawaban 1: ada fn2 cara.
Jawaban 2: Misalkan kedua papan itu disebut A dan B. Letakkan A di atas
B, namun B digeser satu sel ke belakang, sehingga sel kedua B berada di bawah
sel pertama A, sel ketiga B di bawah sel kedua A dan seterusnya. Perhatikan
retakan-retakan yang terjadi. Dalam kasus ini, suatu retakan terjadi jika papan
B dapat dipecah di sel k dan papan A dapat dipecah di sel k − 1.
Misalkan n ganjil, maka kedua papan memiliki sedikitnya satu persegi. Per-
hatikan bahwa jika salah satu papan memiliki persegi di sel k, maka terjadi
retakan di sel k atau k − 1. Dengan demikian, pasangan pengubinan ini memi-
liki paling sedikit satu retakan. Tinjau retakan terakhir. Tukar ekor dari kedua
papan, sehingga ekor A berpindah ke papan B dan sebaliknya. Karena ekor dari
A memiliki panjang 1 sel lebih pendek dari ekor B, maka bertukar ekor papan
A akan memiliki panjang n + 1 dan papan B memiliki panjang n − 1. Maka
terciptalah suatu pasangan pengubinan papan-(n + 1) dan papan-(n − 1), dan
pasangan yang baru ini memiliki retakan-retakan yang sama dengan pasangan
mula-mula (karena yang kita tukar hanya ekor setelah retakan terakhir).
Perhatikan bahwa step ini memiliki invers. Dengan kata lain, jika diberikan
suatu pasangan pengubinan papan-(n + 1) dan papan-(n − 1), maka kita dapat
memperoleh pasangan pengubinan papan-n dan papan-n, kecuali jika pasangan
tersebut tidak memiliki retakan sama sekali. Sekarang, ada berapa banyak
pasangan pengubinan papan-(n + 1) dan papan-(n − 1) yang tidak memiliki
invers? Ada 1, yakni jika kedua papan diubin oleh domino yang berselang-
seling. Karena n ganjil, maka (n + 1) dan (n − 1) genap, sehingga pengubinan
ini dapat terjadi. Dengan demikian, fn2 = fn−1 fn+1 − 1.
Dengan cara yang sama, jika n genap, anggap pasangan pengubinan ini
memiliki retakan. Tinjau retakan yang terakhir, dan lakukan penukaran ekor.
Matriks Matematika 1 (2008) 27

Maka akan terbentuk pasangan pengubinan papan-(n + 1) dan papan-(n − 1)


yang memiliki retakan yang sama. Sebaliknya, jika diberikan suatu pasangan
pengubinan papan-(n + 1) dan papan-(n − 1), kita dapat mengembalikan pasan-
gan papan-n mula-mula. Perhatikan bahwa pasangan pengubinan papan-(n+1)
dan papan-(n − 1) pasti memiliki retakan karena panjang mereka adalah ganjil.
Sekarang, ada berapa pasangan papan-n dan papan-n yang tidak memi-
liki invers? Sekali lagi ada 1, yakni dengan cara mengubin dengan domino
yang berselang-seling. Karena n genap, pengubinan ini dapat terjadi. Dengan
demikian, fn2 = fn−1 fn+1 + 1.
Dengan menggabungkan kedua kasus untuk n ganjil dan genap, teorema
tersebut terbukti.

4 Rumus Binet
Rumus Binet adalah salah satu teorema yang paling terkenal mengenai barisan
Fibonacci. Adalah fakta yang cukup menakjubkan bahwa kita dapat membuk-
tikan Rumus Binet dengan menggunakan argumen kombinatorik. Walaupun
pembuktian Rumus Binet berikut ini membutuhkan sedikit aljabar, namun ide
utama dari buktinya diperoleh dengan cara kombinatorik.
Teorema 12. (Rumus Binet) Untuk n ≥ 0,
" √ !n √ !n #
1 1+ 5 1− 5
Fn = √ −
5 2 2

Bukti. Sepintas lalu, rumus ini terlihat sangat sukar untuk dibuktikan
secara kombinatorik karena adanya bentuk-bentuk irasional dalam rumus terse-
but. Salah satu mengatasi kesukaran ini adalah dengan interpretasi √
menggu-
nakan peluang. Kunci utamanya adalah dengan menyadari bahwa 5±1 2 adalah
penyelesaian dari persamaan x2 −√x − 1 = 0. Rasio ini juga sering

disebut ”The
Golden Ratio”. Maka jika r = 1+2 5 kita memiliki −1/r = 1−2 5 dan keduanya
adalah akar-akar dari persamaan x2 − x − 1 = 0, sehingga berlaku:
1 1
+ 2 =1
r r
Misalkan kali ini papan yang ingin kita ubin memiliki panjang tak hingga,
dan kita mengubinnya satu demi satu. Setiap kali akan mengubin, kita melem-
par uang logam dengan peluang mendapat ”Angka” 1/r dan peluang mendapat
”Gambar” 1/r2 . Jika hasilnya adalah ”Angka”, maka kita meletakkan persegi,
dan jika hasilnya ”Gambar”, kita meletakkan domino, kemudian kita melan-
jutkan ke ubin berikutnya.
Klaim: Peluang bahwa n sel pertama diubin dengan cara tertentu adalah
1/rn . Klaim ini dapat dipahami secara intuitif. Setiap persegi dalam pen-
gubinan akan menyumbangkan faktor 1/r dalam peluang tersebut dan setiap
domino akan menyumbangkan faktor 1/r2 , sedangkan setiap persegi menem-
pati satu sel dan setiap domino menempati 2 sel. Jika pembaca masih belum
Matriks Matematika 1 (2008) 28

yakin, dapat melihat contoh berikut. Misalkan 7 sel pertama diubin dengan
cara domino, persegi, domino, persegi, persegi. Peluang hal ini terjadi adalah
1/r2 · 1/r · 1/r2 · 1/r · 1/r = 1/r7 .
Misalkan qn adalah peluang bahwa pengubinan ini dapat dipecah di sel n.
Karena ada fn cara untuk mengubin n sel pertama, dan setiap cara memiliki
peluang tepat 1/rn , maka:
fn
qn =
rn
Berarti 1 − qn adalah peluang bahwa pengubinan ini tidak dapat dipecah
di sel n. Agar hal ini terjadi, maka pengubinan ini harus dapat dipecah di sel
n − 1, kemudian sel n dan n + 1 ditempati oleh sebuah domino. Dengan kata
lain,

qn−1
1 − qn =
r2
qn−1
qn = 1− 2
r
Melalui definisi, kita tahu bahwa q0 = 1, sehingga rumus rekursi di atas
dapat kita buka menjadi:
 n
1 1 1 1
qn = 1 − 2 + 4 − 6 + · · · +
r r r r2
Di sini, kita dapat menggunakan rumus deret geometri untuk menyeder-
hanakannya menjadi:
n+1 n+1 " n+1 #
1 − −1 1 − −1

r2 r2 r −1
qn = = = √ 1−
1 + r12 2 − 1r 5 r2
Di sini, kita menggunakan rumus deret geometri secara aljabar. Namun
jika kita ingin tetap mempertahankan pembuktian rumus Binet secara kombi-
natorik, maka kita harus membuktikan rumus deret geometri tersebut secara
kombinatorik dahulu.
Lemma 1. Untuk n ≥ 1, (x − 1)(1 + x + x2 + · · · + xn ) = xn+1 − 1
Bukti. Pertama kita buktikan dulu lemma tersebut untuk x bilangan asli.
Ada berapa barisan yang terdiri dari n + 1 bilangan di mana setiap bilangan
dapat mengambil nilai dari {1, . . . , x}? Syaratnya adalah bilangan-bilangan
tersebut boleh berulang, namun tidak boleh semuanya x?
Jawaban 1: Ada xn+1 − 1 cara.
Jawaban 2: Tinjau suku bukan x yang terakhir. Misalkan suku ini adalah
suku ke k. Ada xk−1 cara untuk memilih k−1 suku pertama, dan ada (x−1) cara
untuk memilikih suku ke k, namun hanya ada satu cara untuk menyelesaikan
barisan, yakni dengan x saja. Jadi ada (x − 1)xk−1 barisan di mana suku bukan
x terakhir adalah suku ke k. Perhatikan bahwa k tidak boleh 0 karena paling
Matriks Matematika 1 (2008) 29

sedikit harus ada satu suku bukan x, jadi 1 ≤ k ≤ n + 1. Menjumlahkan semua


kemungkinan, kita memperoleh ruas kiri dari persamaan yang ingin dibuktikan.
Sekarang, persamaan tersebut berlaku untuk semua x bilangan asli. Namun
kedua ruas persamaan adalah polinom berderajat n + 1. Berarti persamaan
tersebut adalah identitas, dan harus berlaku untuk semua x bilangan real dan
kompleks.
Setelah berhasil membuktikan rumus deret geometri di atas, maka kita sub-
stitusikan qn untuk memperoleh fn .
"  n+1 #
1 −1
fn = rn qn = √ rn+1 −
5 r
Karena Fn+1 = fn , maka rumus Binet terbukti.

Latihan
Buktikan identitas-identitas berikut ini dengan argumen kombinatorik murni.
Jika pembaca merasa tertantang, beberapa identitas tersebut juga cukup menarik
untuk dikerjakan secara aljabar.
1. Untuk n ≥ 0, f1 + f3 + · · · + f2n−1 = f2n − 1.
2. Untuk n ≥ 0, f0 + f3 + · · · + f3n = 12 f3n+2 .
3. Untuk n ≥ 1, f1 + f4 + · · · + f3n−2 = 12 (f3n − 1).
4. Untuk n ≥ 1, f2 + f5 + · · · + f3n−1 = 21 (f3n+1 − 1).
2
5. Untuk n ≥ 1, f1 + f5 + · · · + f4n−3 = f2n−1 .
6. Untuk n ≥ 1, f2 + f6 + · · · + f4n−2 = f2n−1 f2n .
7. Untuk n ≥ 1, f3 + f7 + · · · + f4n−1 = f2n−1 f2n+1 .
2
8. Untuk n ≥ 0, fn2 + fn+1 = f2n+2 .
2
9. Untuk n ≥ 1, fn2 − fn−2 = f2n−1 .
10. Untuk n ≥ 0, fn+1 fn+2 − fn−1 fn = f2n+2 .
11. Untuk n ≥ 2, 3fn = fn+2 + fn−2 .
12. Untuk n ≥ 2, 4fn = fn+2 + fn + fn−2 .
Pp
13. Untuk n ≥ p, fn+p = k=o kp fn−k .


Ada banyak sekali interpretasi kombinatorik untuk barisan Fibonacci.


Buktikan bahwa interpretasi-interpretasi berikut ini ekuivalen dengan in-
terpretasi pengubinan yang sudah kita bicarakan, dengan cara mencip-
takan korespondensi satu-satu, atau dengan membuktikan bahwa interpre-
tasi tersebut memenuhi rumus rekursif yang sama. Setiap soal di bawah ini
Matriks Matematika 1 (2008) 30

dapat dikerjakan dengan kedua cara tersebut, pembaca disarankan untuk


mencoba keduanya.
14. Untuk n ≥ 0, fn+1 adalah banyaknya bilangan biner dengan n digit yang
tidak mempunyai dua buah 0 berurutan.

15. Untuk n ≥ 0, fn+1 adalah banyaknya subset dari himpunan {1, 2, · · · , n}


yang tidak mempunyai 2 bilangan berurutan.
16. Untuk n ≥ 2, fn−2 adalah banyaknya pengubinan papan-n dengan ubin-
ubin yang panjangnya 2 atau lebih.
17. Untuk n ≥ 1, fn−1 adalah banyaknya pengubinan papan-n dengan ubin-
ubin yang panjangnya ganjil.
18. Untuk n ≥ 1, fn adalah banyaknya permutasi (a1 , · · · , an ) dari (1, · · · , n)
sehingga untuk setiap 1 ≤ i ≤ n, |ai − i| ≤ 1.
19. Untuk n ≥ 1, f2n+1 adalah banyaknya bilangan terner dengan panjang n,
di mana 0 tidak pernah langsung diikuti oleh 2.

Petunjuk

1. Tinjau persegi terakhir.


2. Di antara sel-sel yang berbentuk 3k, tinjau sel terakhir yang dapat dipecah.
3. Di antara sel-sel yang berbentuk 3k + 1, tinjau sel terakhir yang dapat
dipecah, jika ada.

4. Di antara sel-sel yang berbentuk 3k + 2, tinjau sel terakhir yang dapat


dipecah, jika ada.
5. Lihat teorema 9
6. Lihat teorema 9

7. Lihat teorema 9. Papan yang lebih pendek dapat digeser satu sel (dimulai
satu sel lebih lambat).
8. Tinjau keterpecahan sel n + 1.
9. Apakah sel n − 1 dapat dipecah? Sel n? Ataukah keduanya?

10. Lihat latihan 9


11. Lihat teorema 8
Matriks Matematika 1 (2008) 31

12. Korespondensi keempat adalah identitas.


13. Lihat teorema 7
14. Gantilah domino dengan ”01” dan persegi dengan ”1”, buang digit ter-
akhir.

15. Ambil sel pertama yang ditempati oleh domino.


16. Setiap ubin menjadi domino diikuti oleh sejumlah persegi.
17. Setiap ubin menjadi persegi diikuti oleh sejumlah domino.

18. Balikkan angka-angka yang ditempati oleh domino.


19. Bilangan kita berbentuk 2a0 0b0 12a1 0b1 1 · · · 2ak 0bk 1c , dengan ai , bi ≥ 0, c =
0, 1. Setiap 2 menjadi domino, setiap 1 menjadi persegi. Untuk i > 0,
setiap 0bi menjadi persegi dan bi domino. Jika c = 1, kita punya 2 persegi,
bukan 1.

Anda mungkin juga menyukai