Anda di halaman 1dari 18

Bab 7

Metode Penyederhanaan

Kadangkala persoalan dijumpai sebuah ekspresi logika yang sangat panjang.


Pada dasarnya ekspresi logika tersebut dapat ditulis secara ringkas, namun tidak
mengurangi atau mengubah nilai-nilai kemungkinannya. Untuk meringkas ekspresi
logika tersebut dapat digunakan ekspresi yang ekuivalen secara logis terhadap
subekspresi yang ada di dalamnya. Berikut adalah daftar ekuivalensi secara logis.
A∧B≡B∧A
A∨B≡B∨A
A↔B ≡ B↔A
(A ∧ B) ∧ C ≡ A ∧ (B ∧ C)
A→B ≡ ¬A ∨ B
⌐(A ∧ B) ≡ ⌐A ∨ ⌐B
⌐(A ∨ B) ≡ ⌐A ∧ ⌐B
⌐A→⌐B ≡ B→A
A↔B ≡ (A→B) ∧ (B→A)
A ∧ B ≡ ⌐(⌐A ∨ ⌐B)
A∧1≡A atau disebut juga dengan hukum identity of ∧
A∧0≡0 atau disebut juga dengan hukum zero of ∧
A∨1≡1 atau disebut juga dengan hukum identity of ∨
A∨0≡A atau disebut juga dengan hukum zero of ∨

Metode penyederhanaan membuat sebuah ekspresi logika dalam bentuk


sesederhana mungkin dan sudah tidak dimungkinkan dimanipulasi lagi
Contoh:
(A ∨ 0) ∧ (A ∨ ⌐A), dengan menerapkan beberapa ekuivalensi logis didapat:
≡ A ∧ (A ∨ ⌐A) zero of ∨
≡A∧1 tautologi
≡A identity of ∧

47
48

Contoh yang lainnya.


⌐A→⌐(A→⌐B), dengan menerapkan beberapa ekuivalensi logis didapat:
≡ ⌐⌐A v ⌐(A→⌐B) A→B ≡ ⌐A v B
≡ ⌐⌐A v ⌐(⌐A v ⌐B) A→B ≡ ⌐A v B
≡ ⌐⌐A v (⌐⌐A Λ ⌐⌐B) Hk De Morgan
≡ A v (A Λ B) law of double negation
≡A absorption
Sehingga bentuk paling sederhana dari ⌐A→⌐(A→⌐B) adalah ≡ A

Berikut adalah contoh metode penyederhanaan yang lebih panjang.


(A→B)Λ(B→A), dengan menerapkan beberapa ekuivalensi logis didapat:
≡ (⌐AvB) Λ (⌐BvA) A→B ≡ ⌐A v B
≡ (Bv⌐A) Λ (Av⌐B) komutatif
≡ (Av⌐B) Λ (Bv⌐A) komutatif
≡ ((Av⌐B)ΛB) v ((Av⌐B)Λ⌐A) distributif
≡ ((AΛB)v(⌐BΛB)) v ((AΛ⌐A)v(⌐BΛ⌐A)) distributif
≡ ((AΛB)v0) v (0v(⌐BΛ⌐A)) law of contradiction
≡ (AΛB) v (⌐BΛ⌐A) zero of v
≡ (AΛB) v (⌐AΛ⌐B) komutatif

Berikut adalah contoh penerapan metode penyederhanaan yang amat panjang


pengerjaannya.
((AΛ(B→C))Λ(A→(B→⌐C)))→A, dengan menerapkan beberapa ekuivalensi logis
didapat:
≡ ⌐((AΛ(⌐BvC))Λ(⌐Av(⌐Bv⌐C))) v A A→B ≡ ⌐A v B
≡ (⌐(AΛ(⌐BvC)) v ⌐(⌐Av(⌐Bv⌐C))) v A hk de morgan
≡ ((⌐Av⌐(⌐BvC)) v (⌐⌐AΛ⌐(⌐Bv⌐C))) v A hk de morgan
≡ ((⌐Av(⌐⌐BΛ⌐C)) v (⌐⌐AΛ(⌐⌐BΛ⌐⌐C))) v A hk de morgan
≡ ((⌐Av(BΛ⌐C)) v (AΛ(BΛC))) v A law of double negation
≡ (⌐Av(BΛ⌐C)) v (AΛ(BΛC)) v A hapus kurung
≡ (⌐Av(BΛ⌐C)) v A v (AΛ(BΛC)) komutatif
≡ (⌐Av(BΛ⌐C)) v (A v (AΛ(BΛC))) tambah kurung
≡ (⌐Av(BΛ⌐C)) v A absorption
49

≡ A v (⌐Av(BΛ⌐C)) komutatif
≡ A v ⌐A v (BΛ⌐C) hapus kurung
≡ (A v ⌐A) v (BΛ⌐C) tautologi
≡ 1 v (BΛ⌐C) identity of v
≡1 tautologi

Latihan Soal A
Sederhanakan bentuk-bentuk logika berikut ini menjadi bentuk paling sederhana:
(1) A Λ (⌐A→A)
(2) ⌐(⌐AΛ(Bv⌐B))
(3) ⌐A→⌐(A→⌐B)
(4) (A→B) → ((A→⌐B)→⌐A)
(5) (A→(Bv⌐C)) Λ ⌐A Λ B
(6) (⌐A Λ ⌐(B→C)) Λ ⌐(A→(B→⌐C))
(7) (⌐A→B)→((⌐A→⌐B)→A)
(8) (AΛ(⌐AvB)) v B v (AΛ(AvB))
(9) (A Λ ⌐B Λ A Λ ⌐C) v (C Λ A Λ ⌐C)

Jawab latihan soal A.


A.1. A ∧ (⌐A→A)
Dengan menerapkan aturan ekuivalensi logis A→B ≡ ⌐A v B, didapat:
≡ A ∧ (¬¬A ∨ A), dengan menerapkan ¬¬A ≡ A didapat:
≡ A ∧ (A ∨ A)
≡A∧A
≡A

A.2. ⌐(⌐A ∧ (B ∨ ⌐B))


Pertama kali dahulukan prioritas yang akan disederhanakan terlebih dahulu,
dalam hal ini adalah yang diapit tanda kurung yang terdalam. Dengan
menggunakan hukum de morgan didapat:
≡ ⌐⌐A v ⌐(Bv⌐B), dengan menghilangkan tanda negasi ganda maka:
≡ A v ⌐(Bv⌐B), dengan menggunakan hukum de Morgan maka:
≡ A v (⌐B Λ ⌐⌐B), dengan menghilangkan tanda negasi ganda maka:
50

≡ A v (⌐B Λ B), dengan formula yang kontradiksi maka


≡ A v 0, dengan hukum zero of ∨
≡ A (hasil akhir)

A.3. ⌐A→⌐(A→⌐B)
Pertama digunakan formula A→B ≡ ¬A v B, untuk menghilangkan implikasi
”→”, sehingga didapatkan:
≡ ⌐⌐A v ⌐(A→⌐B),
dihilangkan tanda negasi ganda:
≡ A v ⌐(A→⌐B),
diganti operator implikasi sesuai dengan rumus A→B ≡ ¬A v B
≡ A v ⌐(⌐A v ⌐B),
memakai hukum de Morgan didapatkan
≡ A v (⌐⌐A Λ ⌐⌐B),
dihilangkan tanda negasi ganda, sehingga:
≡ A v (A Λ B),
memakai hukum identity of ∧, didapat:
≡ (A Λ 1) v (A Λ B),
hukum distributif, ekspresi logika menjadi:
≡ A Λ (1 v B),
memakai identity of ∨, ekspresi logika menjadi:
≡ A Λ 1,
memakai identity of ∧, ekspresi logika menjadi:
≡ A (hasil akhir).
Sehingga ekspresi logika ⌐A→⌐(A→⌐B) dapat disederhanakan menjadi A, atau
dengan kata lain ⌐A→⌐(A→⌐B) ≡ A (ekuivalen secara logis).

A.4. (A→B) → ((A→⌐B)→⌐A)


Pertama, hilangkan tanda implikasi secara bertahap dengan menggunakan
rumus A→B ≡ ¬A v B
≡ ⌐(A→B) v ((A→⌐B)→⌐A)
≡ ⌐(⌐A v B) v (⌐(A→⌐B) v ⌐A)
≡ ⌐(⌐A v B) v (⌐(⌐A v ⌐B) v ⌐A)
51

Setelah implikasi hilang, baru terapkan hukum de Morgan, didapat:


≡ (⌐⌐A Λ ⌐B) v ((⌐⌐A Λ ⌐⌐B) v ⌐A)
Kemudian hilangkan tanda negasi ganda yang ada dalam ekspresi logika:
≡ (A Λ ⌐B) v ((A Λ B) v ⌐A)
Minimalisir penggunaan tanda kurung, sehingga bentuk ekspresi logika
menjadi:
≡ (A Λ ⌐B) v (A Λ B) v ⌐A
Pakai hukum distributif, didapatkan
≡ (A Λ (⌐B v B)) v ⌐A
Terdapat subekspresi yang dapat diterapkan hukum tautologi, didapatkan:
≡ (A Λ 1) v ⌐A
Pakai hukum identity of ∧
≡ A v ⌐A
≡ 1 (tautologi) – hasil akhir.
Pengerjaan ini membuktikan bahwa metode penyederhanaan dapat dipakai
untuk membuktikan apakah sebuah ekspresi logika itu bersifat tautologi atau
kontradiksi atau bukan keduanya.
Dalam hal ini, ekspresi di atas yaitu (A→B) → ((A→⌐B)→⌐A) adalah
tautologi atau sama dengan 1 (True).

A.5. (A→(Bv⌐C)) Λ ⌐A Λ B
Pertama, hilangkan tanda implikasi:
≡ (⌐A v (Bv⌐C)) Λ ⌐A Λ B
Minimalisir penggunaan tanda kurung:
≡ (⌐A v B v ⌐C) Λ ⌐A Λ B
Susun, atur sedemikian rupa:
≡ ⌐A Λ (⌐A v B v ⌐C) Λ B
Pakai aturan zero of ∨,
≡ (⌐A v 0) Λ (⌐A v B v ⌐C) Λ B
Pakai aturan distributif komutatif
≡ (⌐A v (0 Λ (B v ⌐C))) Λ B
Pakai aturan zero of ∧
≡ (⌐A v 0) Λ B
52

Pakai aturan zero of ∨


≡ ⌐A Λ B (hasil akhir)

A.6. (⌐A Λ ⌐(B→C)) Λ ⌐(A→(B→⌐C))


Seperti biasa, langkah pertama adalah menghilangkan implikasi.
≡ (⌐A Λ ⌐(⌐B v C)) Λ ⌐(⌐A v (⌐B v ⌐C))
Setelah implikasi hilang, barulah diterapkan hukum de Morgan, didapatkan:
≡ (⌐A Λ (⌐⌐B Λ ⌐C)) Λ (⌐⌐A Λ ⌐(⌐B v ⌐C))
Buang tanda negasi ganda dan terapkan hukum de Morgan bila diperlukan,
maka didapatkan
≡ (⌐A Λ (B Λ ⌐C)) Λ (A Λ (⌐⌐B Λ ⌐⌐C))
Lepas tanda kurung karena operatornya sama kesemuanya, dan buang tanda
negasi ganda.
≡ ⌐A Λ B Λ ⌐C Λ A Λ B Λ C
Susun kembali sesuai dengan variabel yang sama, didapatkan:
≡ ⌐A Λ A Λ B Λ B Λ ⌐C Λ C
Pakai hukum kontradiksi, didapatkan
≡ 0 (kontradiksi)
Pengerjaan ini membuktikan bahwa metode penyederhanaan dapat dipakai
untuk membuktikan apakah sebuah ekspresi logika itu bersifat tautologi atau
kontradiksi atau bukan keduanya. Dalam hal ini ekspresi di atas adalah
kontradiksi.

A.7. (⌐A→B)→((⌐A→⌐B)→A)
Dengan menerapkan hukum ekuivalensi logis implikasi secara bertahap dengan
menggunakan rumus A→B ≡ ¬A v B, didapatkan:
≡ ¬(⌐A→B) ∨ ((⌐A→⌐B)→A)
≡ ¬(¬¬A∨B) ∨ (¬(¬¬A∨⌐B) ∨ A)
Kemudian dihilangkan tanda negasi ganda, kita peroleh:
≡ ¬(A ∨ B) ∨ (¬(A ∨ ⌐B) ∨ A)
Memakai hukum de Morgan, akan didapatkan bentuk:
≡ (¬A ∧ ¬B) ∨ ((¬A ∧ ¬¬B) ∨ A)
Hilangkan tanda negasi ganda, diperoleh hasil berikut.
53

≡ (¬A ∧ ¬B) ∨ ((¬A ∧ B) ∨ A)


Minimalisir tanda kurung yang ada, sehingga:
≡ (¬A ∧ ¬B) ∨ (¬A ∧ B) ∨ A
Dengan memakai hukum distributif kumulatif, didapatkan bentuk:
≡ (¬A ∧ (¬B ∨ B)) ∨ A
Ingatlah aturan tautologi, terapkan pada kasus ini, didapat bentuk:
≡ (¬A ∧ 1) ∨ A
Hukum identity of ∧, memberikan hasil:
≡ ¬A ∨ A
Sekali lagi terapkan hukum tautologi, maka dihasilkan:
≡1 (hasil akhir = tautologi)
Dalam hal ini ekspresi di atas adalah tautologi.

A.8. (A ∧ (¬A ∨ B)) ∨ B ∨ (A ∧ (A ∨ B))


Pertama terapkan hukum distributif kumulatif, maka didapat bentuk:
≡ ((A ∧ ¬A) ∨ (A ∧ B)) ∨ B ∨ ((A ∧ A) ∨ (A ∧ B))
Gunakan hukum kontradiksi dan minimalisir penulisan variabel, didapat:
≡ (0 ∨ (A ∧ B)) ∨ B ∨ (A ∨ (A ∧ B))
Gunakan hukum zero of ∨, didapatkan bentuk:
≡ (A ∧ B) ∨ B ∨ ((A ∧ 1) ∨ (A ∧ B))
Gunakan hukum identity of ∧, didapat bentuk:
≡ ((A ∧ B) ∨ (1 ∧ B)) ∨ (A ∧ (1 ∨ B))
Gunakan hukum distributif kumulatif, didapat bentuk:
≡ ((A ∨ 1) ∧ B) ∨ (A ∧ (1 ∨ B))
Gunakan identity of ∨, didapat bentuk:
≡ (1 ∧ B) ∨ (A ∧ 1)
Gunakan hukum identity of ∧, didapat bentuk:
≡B∨A
Atau bisa ditulis ulang dengan bentuk:
≡A∨B (hasil akhir = contingent)
54

A.9. (A Λ ⌐B Λ A Λ ⌐C) v (C Λ A Λ ⌐C)


Susun variabel dengan urut sesuai dengan abjad, menjadi:
≡ (A Λ A Λ ⌐B Λ ⌐C) v (A Λ C Λ ⌐C)
Kurangi (efisienkan) penulisan dan pakai hukum kontradiksi, didapatkan:
≡ (A Λ ⌐B Λ ⌐C) v (A Λ 0)
Pakai hukum zero of ∧, didapatkan:
≡ (A Λ ⌐B Λ ⌐C) v 0
Pakai hukum zero of ∨, didapatkan:
≡ A Λ ⌐B Λ ⌐C (hasil akhir)

Latihan Soal B
Buktikan absorption laws berikut ini dengan penyederhanaan:
(1) (AΛB) v (⌐AΛB) ≡ B
(2) (AvB) Λ (⌐AvB) ≡ B
Jawab Latihan Soal B
B.1. (AΛB) v (⌐AΛB) ≡ B
Pakai hukum distributif komutatif, didapatkan:
≡ (A ∨ ¬A) ∧ B
Kemudian berlakukan hukum tautologi, sehingga didapatkan:
≡1∧B
Terakhir, memakai hukum identity of ∧, didapatkan bentuk akhir:
≡ B (terbukti)
B.2. (AvB) Λ (⌐AvB) ≡ B
Hal yang sama, memakai hukum distributif kumulatif, diperoleh bentuk:
≡ (A ∧ ¬A) ∨ B
Kemudian memberlakukan hukum kontradiksi, diperoleh hasil:
≡0∨B
Terakhir, memakai hukum zero of ∨, didapatkan hasil akhir:
≡ B (terbukti)
55

Latihan Soal C
Hilangkan tanda → dan ↔ dari ekspresi logika berikut ini dan sederhanakan lagi jika
memungkinkan.
(1) ⌐A → ⌐B
(2) (A→B) Λ (B→C)
(3) (A→B) ↔ ((AΛB)↔B)

Jawab Latihan Soal C.


C.1. ⌐A → ⌐B
≡ ¬¬A ∨ ¬B
≡ A ∨ ¬B (hasil akhir)
C,2, (A→B) Λ (B→C)
≡ (¬A ∨ B) ∧ (¬B ∨ C) (hasil akhir)
C.3. (A→B) ↔ ((A ∧ B)↔B)
≡ ((A→B) → ((A ∧ B)↔B)) ∧ (((A ∧ B)↔B)→(A→B))

Latihan Soal D
Buktikan bahwa hukum-hukum logika berikut ini adalah tautologi, atau ≡ 1 memakai
penyederhanaan.
(1) Silogisme hipotetis
(2) Silogisme Disjungtif
(3) Modus Ponens
(4) Modus Tollens

Latihan Soal E
Buktikan ekspresi logika berikut ini adalah tautologi. Latihan ini membutuhkan
pemikiran dan pengerjaan yang lebih panjang.
(1) (A→(B→C))→((A→B)→(A→C))
(2) ((AΛ(B→C)) Λ (A→(B→⌐C))) → A
56

Jawab Latihan Soal E.


E.1. (A→(B→C))→((A→B)→(A→C))
Pertama hilangkan tanda implikasi dengan rumus A→B ≡ ¬A v B.
≡ ⌐(A→(B→C)) v ((A→B)→(A→C))
≡ ⌐(⌐A v (B→C)) v (⌐(A→B) v (A→C))
≡ ⌐(⌐A v (⌐BvC)) v (⌐(⌐AvB) v (⌐AvC))
Terapkan hukum de Morgan untuk memasukkan tanda negasi ke dalam tanda
kurung, didapatkan hasil:
≡ (⌐⌐A Λ ⌐(⌐BvC)) v ((⌐⌐A Λ ⌐B) v (⌐AvC))
Sekali lagi terapkan hukum de Morgan disertai menghilangkan tanda negasi
ganda, didapatkan bentuk:
≡ (A Λ (⌐⌐B Λ ⌐C)) v ((A Λ ⌐B) v (⌐AvC))
Minimalisir penggunaan tanda kurung, sementara itu buang tanda negasi ganda,
sehingga didapatkan bentuk:
≡ (A Λ B Λ ⌐C) v ((A Λ ⌐B) v ⌐A v C)
Sekali lagi minimalisir penggunaan tanda kurung:
≡ (A Λ B Λ ⌐C) v (A Λ ⌐B) v ⌐A v C
Pakai hukum distributif kumulatif untuk menggabungkan dua subekspresi yang
mempunyai kemiripan bentuk:
≡ (A Λ ((B Λ ⌐C) v ⌐B)) v ⌐A v C
Jabarkan kembali dengan hukum distributif, didapatkan:
≡ (A Λ ((B v ⌐B) Λ (⌐C v ⌐B))) v ⌐A v C
Ingat hukum tautologi, terapkan pada kasus ini:
≡ (A Λ ( 1 Λ (⌐C v ⌐B))) v ⌐A v C
Gunakan hukum identity of ∧, sehingga didapatkan hasil:
≡ (A Λ (⌐C v ⌐B)) v ⌐A v C
Setelah itu, gunakan kembali hukum distributif:
≡ (A Λ ⌐C) v (A Λ ⌐B) v ⌐A v C
Susun kembali ekspresi logika dengan mendasarkan hukum kumulatif:
≡ (A Λ ⌐C) v C v (A Λ ⌐B) v ⌐A
Sekali lagi gunakan hukum distributif, kita dapatkan bentuk:
≡ ((A v C) Λ (⌐C v C)) v (A Λ ⌐B) v ⌐A
Gunakan hukum tautologi, didapat bentuk:
57

≡ ((A v C) Λ 1 ) v (A Λ ⌐B) v ⌐A
Ingat hukum identity of ∧, terapkan pada kasus ini.
≡ (A v C) v (A Λ ⌐B) v ⌐A
Minimalisir penggunaan tanda kurung, sehingga ada tanda kurung yang harus
dilepas, diperoleh bentuk:
≡ A v C v (A Λ ⌐B) v ⌐A
Dengan sedikit penelurusan logis, maka susunan ekspresi tersebut dapat ditulis
ulang mendasarkan pada hukum kumulatif, didapatkan bentuk:
≡ A v ⌐A v C v (A Λ ⌐B)
Hukum tautologi bahwa (A∨¬A) ≡ 1, didapat bentuk:
≡ 1 v C v (A Λ ⌐B)
Sudah sangat jelas, bahwa apapun bentuk penggabungan dengan 1 (True) pada
operator ∨ (disjungsi) maka tetap akan diperoleh hasil 1 (True)
≡1 (hasil akhir = tautologi)
Dalam hal ini ekspresi (A→(B→C))→((A→B)→(A→C)) di atas adalah
tautologi.

E.2. ((AΛ(B→C)) Λ (A→(B→⌐C))) → A


Pertama kali hilangkan implikasi secara bertahap, didapatkan rentetan bentuk:
≡ ⌐((AΛ(B→C)) Λ (A→(B→⌐C))) v A
≡ ⌐((AΛ(⌐B v C)) Λ (⌐A v (⌐B v ⌐C))) v A
≡ ((⌐A v ⌐(⌐B v C)) v (⌐⌐A Λ ⌐(⌐B v ⌐C))) v A
Gunakan hukum de Morgan, sambil menghilangkan tanda negasi ganda.
≡ ((⌐A v (⌐⌐B Λ ⌐C)) v (A Λ (⌐⌐B Λ ⌐⌐C))) v A
Sekali lagi gunakan hukum de Morgan, sambil menghilangkan tanda negasi
ganda, didapat bentuk:
≡ ((⌐A v (B Λ ⌐C)) v (A Λ B Λ C)) v A
Minimalisir penggunaan tanda kurung, didapat hasil:
≡ ⌐A v (B Λ ⌐C) v (A Λ B Λ C) v A
Dengan sedikit penelurusan logis, maka susunan ekspresi tersebut dapat ditulis
ulang mendasarkan pada hukum kumulatif, didapatkan bentuk:
≡ ⌐A v A v (B Λ ⌐C) v (A Λ B Λ C)
Hukum tautologi bahwa (A∨¬A) ≡ 1, didapat bentuk:
58

≡ 1 v (B Λ ⌐C) v (A Λ B Λ C)
Sudah sangat jelas, bahwa apapun bentuk penggabungan dengan 1 (True) pada
operator ∨ (disjungsi) maka tetap akan diperoleh hasil 1 (True)
≡1 (hasil akhir = tautologi)
Dalam hal ini ekspresi ((AΛ(B→C)) Λ (A→(B→⌐C))) → A di atas adalah
tautologi.

Tanya Jawab Soal.


Buktikan validitas argumen berikut dengan penyederhanaan!
1. (AvB) Æ ((CvD)ÆE)
∴ AÆ ((C∧D)ÆE)

(AvB) Æ ((CvD)ÆE)
= ¬(A∨B) ∨ (¬(C∨D)∨E)
= (¬A∧¬B) ∨ ((¬C∧¬D) ∨ E)
A Æ ((C∧D) Æ E)
= ¬A ∨ (¬(C∧D) ∨ E)
= ¬A ∨ ¬C ∨ ¬D ∨ E
{(AvB) Æ ((CvD)ÆE)} Æ {AÆ ((C∧D)ÆE)}
= {(¬A∧¬B) ∨ ((¬C∧¬D) ∨ E)} Æ (¬A ∨ ¬C ∨ ¬D ∨ E)
= ¬{(¬A∧¬B) ∨ ((¬C∧¬D) ∨ E)} ∨ (¬A ∨ ¬C ∨ ¬D ∨ E)
= {¬(¬A∧¬B) ∧ ¬((¬C∧¬D) ∨ E)} ∨ (¬A ∨ ¬C ∨ ¬D ∨ E)
= { (A∨B)∧(¬(¬C ∧¬D) ∨ ¬E)} ∨ (¬A ∨ ¬C ∨ ¬D ∨ E)
= { (A∨B)∧((C ∨ D) ∨ ¬E)} ∨ (¬A ∨ ¬C ∨ ¬D ∨ E)
= { ((A∨B) ∨ (¬A ∨ ¬C ∨ ¬D ∨ E)) ∧ (((C ∨ D) ∨ ¬E)∨(¬A∨¬C∨¬D∨E)) }
= { (A ∨ ¬A ∨ B ∨ ¬C ∨ ¬D ∨ E) ∧ (C ∨ D ∨ ¬E ∨ E ∨ ¬A ∨ ¬C ∨ ¬D) }
=1∧1
= 1 (terbukti valid)
59

2. AÆB
B Æ ((C Æ ¬¬C) Æ D)
∴AÆD

A Æ B = ¬A ∨ B
B Æ ((C Æ ¬¬C) Æ D)
= ¬B ∨ (¬(C Æ C) ∨ D)
= ¬B ∨ (¬(¬C ∨ C) ∨ D)
= ¬B ∨ ( 0 ∨ D)
= ¬B ∨ D
A Æ D = ¬A ∨ D

{(A Æ B) ∧ ( B Æ ((C Æ ¬¬C) Æ D))} Æ (A Æ D)


= {(¬A ∨ B) ∧ (¬B ∨ D)} Æ (¬A ∨ D)
= ¬{(¬A ∨ B) ∧ (¬B ∨ D)} ∨ (¬A ∨ D)
= {¬(¬A ∨ B) ∨ ¬(¬B ∨ D)} ∨ (¬A ∨ D)
= (A ∧ ¬B) ∨ (B ∧ ¬D) ∨ ¬A ∨ D
= (A ∧ ¬B) ∨ ¬A ∨ (B ∧ ¬D) ∨ D
= ((A∨¬A) ∧ (¬B∨¬A)) ∨ ((B∨D) ∧ (¬D∨D))
= (¬B∨¬A) ∨ (B∨D)
= ¬B ∨ B ∨ ¬A ∨ D
= 1 (terbukti valid)

3. (E ∨ F) Æ G
H Æ (I ∧ J)
∴ (E Æ G) ∧ (H Æ I)

(E ∨ F) Æ G
= ¬(E ∨ F) ∨ G
= (¬E ∧ ¬F) ∨ G
H Æ (I ∧ J)
= ¬H ∨ (I ∧ J)
60

(E Æ G) ∧ (H Æ I)
= (¬E ∨ G) ∧ (¬H ∨ I)

{((E ∨ F) Æ G) ∧ (H Æ (I ∧ J))} Æ {(E Æ G) ∧ (H Æ I)}


= {((¬E ∧ ¬F) ∨ G) ∧ (¬H ∨ (I ∧ J))} Æ {(¬E ∨ G) ∧ (¬H ∨ I)}
= ¬{((¬E ∧ ¬F) ∨ G) ∧ (¬H ∨ (I ∧ J))} ∨ {(¬E ∨ G) ∧ (¬H ∨ I)}
= {¬((¬E ∧ ¬F) ∨ G) ∨ ¬(¬H ∨ (I ∧ J))} ∨ {(¬E ∨ G) ∧ (¬H ∨ I)}
= {(¬(¬E ∧ ¬F) ∧ ¬G) ∨ (H ∧ ¬(I ∧ J))} ∨ {(¬E ∨ G) ∧ (¬H ∨ I)}
= {((E ∨ F) ∧ ¬G) ∨ (H ∧ (¬I ∨ ¬J))} ∨ {(¬E ∨ G) ∧ (¬H ∨ I)}
= {((E ∨ F) ∧ ¬G) ∨ (H ∧ (¬I ∨ ¬J))} ∨ {(¬E ∨ G) ∧ (¬H ∨ I)}
= {((E ∨ F) ∧ ¬G) ∨ (H ∧ (¬I ∨ ¬J)) ∨ (¬E ∨ G)}
∧ {((E ∨ F) ∧ ¬G) ∨ (H ∧ (¬I ∨ ¬J)) ∨ (¬H ∨ I)}
= {((E ∨ F) ∧ ¬G) ∨ (¬E ∨ G) ∨ (H ∧ (¬I ∨ ¬J))}
∧ {((E ∨ F) ∧ ¬G) ∨ (H ∧ (¬I ∨ ¬J)) ∨ (¬H ∨ I)}
= {((E ∧ ¬G) ∨ (F ∧ ¬G) ∨ (¬E ∨ G) ∨ (H ∧ (¬I ∨ ¬J))}
∧ {((E ∨ F) ∧ ¬G) ∨ (H ∧ (¬I ∨ ¬J)) ∨ (¬H ∨ I)}
= {((E ∧ ¬G) ∨ ¬E ∨ (F ∧ ¬G) ∨ G) ∨ (H ∧ (¬I ∨ ¬J))}
∧ {((E ∨ F) ∧ ¬G) ∨ (H ∧ (¬I ∨ ¬J)) ∨ (¬H ∨ I)}
= {((E ∧ ¬G) ∨ ¬E ∨ (F ∧ ¬G) ∨ G) ∨ (H ∧ (¬I ∨ ¬J))}
∧ {((E ∨ F) ∧ ¬G) ∨ (H ∧ (¬I ∨ ¬J)) ∨ ¬H ∨ I}
= {((E ∨ ¬E) ∧ (¬G ∨ ¬E)) ∨ ((F ∨ G) ∧ (¬G ∨ G)) ∨ (H ∧ (¬I ∨ ¬J))}
∧ {((E ∨ F) ∧ ¬G) ∨ ((H ∨ ¬H) ∧ (¬I ∨ ¬J) ∨ ¬H) ∨ I}
= {(¬G∨¬E)∨(F∨G)∨(H∧(¬I∨¬J))} ∧ {((E∨F)∧¬G) ∨ ((¬I∨¬J)∨¬H)∨I}
= {(¬G∨G∨¬E∨F) ∨ (H ∧ (¬I∨¬J))} ∧ {((E∨F)∧¬G) ∨ (¬I∨I∨¬J∨¬H }
= {(1 ∨ ¬E ∨ F) ∨ (H ∧ (¬I ∨ ¬J))} ∧ {((E ∨ F) ∧ ¬G) ∨ (1 ∨ ¬J ∨ ¬H }
= {(1 ∨ (H ∧ (¬I ∨ ¬J))} ∧ {((E ∨ F) ∧ ¬G) ∨ 1}
= { 1 ∧ 1}
= 1 (terbukti valid)
61

4. (K Æ L) ∧ (M Æ N)
(L ∨ N) Æ ((O Æ (O ∨ P)) Æ (K ∧ M))
∴K↔M

(K Æ L) ∧ (M Æ N)
= (¬K ∨ L) ∧ (¬M ∨ N)
(L ∨ N) Æ ((O Æ (O ∨ P)) Æ (K ∧ M)
= (L ∨ N) Æ ((¬O ∨ (O ∨ P)) Æ (K ∧ M))
= (L ∨ N) Æ ( 1 Æ (K ∧ M))
= (L ∨ N) Æ ( 0 ∨ (K ∧ M))
= (L ∨ N) Æ (K ∧ M)
= ¬(L ∨ N) ∨ (K ∧ M)
= (¬L ∧ ¬N) ∨ (K ∧ M)
K↔M
= (¬K ∧ ¬M) ∨ (K ∧ M)

((K Æ L) ∧ (M Æ N)) ∧ ((L ∨ N) Æ ((O Æ (O ∨ P)) Æ (K ∧ M))) Æ (K ↔ M)


= {((¬K∨L) ∧ (¬M∨N)) ∧ ((¬L∧¬N) ∨ (K∧M))} Æ {(¬K∧¬M) ∨ (K∧M)}
= ¬{((¬K∨L) ∧ (¬M∨N)) ∧ ((¬L∧¬N) ∨ (K ∧ M))} ∨ {(¬K∧¬M) ∨ (K∧M)}
= {¬((¬K∨L) ∧ (¬M∨N)) ∨ ¬((¬L∧¬N) ∨ (K∧M))} ∨ {(¬K∧¬M) ∨ (K∧M)}
= {(¬(¬K∨L) ∨ ¬(¬M∨N))∨(¬(¬L∧¬N)∧¬(K∧M))} ∨ {(¬K∧¬M)∨(K∧M)}
= ((K ∧ ¬L) ∨ (M ∧ ¬N)) ∨ ((L ∨ N) ∧ ¬(K ∧ M)) ∨ (¬K ∧ ¬M) ∨ (K ∧ M)
= ((K ∧ ¬L) ∨ (M ∧ ¬N)) ∨ ((L ∨ N) ∧ ¬(K ∧ M)) ∨ (K ∧ M) ∨ (¬K ∧ ¬M)
= ((K ∧ ¬L) ∨ (M ∧ ¬N)) ∨ (L ∨ N) ∨ (K ∧ M) ∨ (¬K ∧ ¬M)
= ((K ∧ ¬L) ∨ L ∨ (M ∧ ¬N)) ∨ N ∨ (K ∧ M) ∨ (¬K ∧ ¬M)
= ((K ∨ L) ∨ (M ∨ N) ∨ (K ∧ M) ∨ (¬K ∧ ¬M)
= K ∨ L ∨ N ∨ (K ∧ M) ∨ (¬K ∧ ¬M) ∨ M
= K ∨ L ∨ N ∨ (K ∧ M) ∨ (¬K ∨ M)
= K ∨ ¬K ∨ L ∨ N ∨ (K ∧ M) ∨ M
= 1 ∨ L ∨ N ∨ (K ∧ M) ∨ M
= 1 (terbukti valid)
62

5. Q ∨ (R Æ S)
(R Æ (R ∧ S)) Æ (T ∨ U)
(T Æ Q) ∧ (U Æ V)
∴Q∨V

Q ∨ (R Æ S)
= Q ∨ (¬R ∨ S)
(R Æ (R ∧ S)) Æ (T ∨ U)
= ¬( ¬R ∨ (R ∧ S)) ∨ (T ∨ U)
= (R ∧ ¬(R ∧ S)) ∨ (T ∨ U)
= (R ∧ (¬R ∨ ¬S)) ∨ (T ∨ U)
= (R ∧ ¬S) ∨ (T ∨ U)
(T Æ Q) ∧ (U Æ V)
= (¬T ∨ Q) ∧ (¬U ∨ V)
{(Q∨(RÆS)) ∧ ((R Æ (R ∧ S)) Æ (T ∨ U)) ∧ ((T Æ Q) ∧ (U Æ V))} Æ (Q ∨ V)
= { (Q∨(¬R∨S)) ∧ ((R∧¬S) ∨ (T ∨ U)) ∧ ((¬T ∨ Q) ∧ (¬U ∨ V)) } Æ (Q ∨ V)
= ¬{ (Q∨(¬R∨S)) ∧ ((R∧¬S) ∨ (T∨U)) ∧ ((¬T∨Q) ∧ (¬U ∨ V)) } ∨ (Q ∨ V)
= { ¬(Q∨(¬R∨S)) ∨ ¬((R∧¬S) ∨ (T∨U)) ∨ ¬((¬T∨Q) ∧ (¬U∨V)) } ∨ (Q∨V)
= {(¬Q∧¬(¬R∨S))∨(¬(R∧¬S)∧¬(T∨U))∨(¬(¬T∨Q)∨¬(¬U∨V))} ∨ (Q∨V)
= {(¬Q∧(R∧¬S)) ∨ ((¬R∨S) ∧ (¬T∧¬U)) ∨ ((T∧¬Q) ∨ (U∧¬V))} ∨ (Q∨V)
= (¬Q ∧ (R ∧ ¬S)) ∨ Q ∨ ((¬R ∨ S) ∧ (¬T ∧ ¬U)) ∨ (T∧¬Q) ∨ (U∧¬V) ∨ V
= (Q ∨ (R ∧ ¬S)) ∨ ((¬R ∨ S) ∧ (¬T ∧ ¬U)) ∨ (T ∧ ¬Q) ∨ (U ∨ V)
= (Q ∨ (R ∧ ¬S)) ∨ ((¬R ∨ S) ∧ (¬T ∧ ¬U)) ∨ U ∨ (T ∧ ¬Q) ∨ V
= (R ∧ ¬S) ∨ (((¬R ∨ S) ∨ U) ∧ ((¬T ∧ ¬U) ∨ U)) ∨ (T ∧ ¬Q) ∨ Q ∨ V
= (R ∧ ¬S) ∨ (((¬R ∨ S) ∨ U) ∧ (¬T ∨ U)) ∨ T ∨ Q ∨ V
= (R ∧ ¬S) ∨ ((¬R ∨ S) ∨ U) ∧ ¬T ∨ T ∨ U ∨ Q ∨ V
= (R ∧ ¬S) ∨ (¬(R ∧ ¬S) ∨ U) ∧ 1 ∨ U ∨ Q ∨ V
= (R ∧ ¬S) ∨ (¬(R ∧ ¬S) ∨ U) ∧ 1
= (R ∧ ¬S) ∨ ¬(R ∧ ¬S) ∨ U
=1∨U
= 1 (terbukti valid)
63

6. (M ∨ N) Æ (O ∧ P)
(O ∨ Q) Æ (¬R ∧ S)
(R ∨ T) Æ (M ∧ U)
∴ ¬R

(M ∨ N) Æ (O ∧ P)
= ¬(M ∨ N) ∨ (O ∧ P)
= (¬M ∧ ¬N) ∨ (O ∧ P)
(O ∨ Q) Æ (¬R ∧ S)
= ¬(O ∨ Q) ∨ (¬R ∧ S)
= (¬O ∧ ¬Q) ∨ (¬R ∧ S)
(R ∨ T) Æ (M ∧ U)
= ¬(R ∨ T) ∨ (M ∧ U)
= (¬R ∧ ¬T) ∨ (M ∧ U)

{ ((M ∨ N) Æ (O ∧ P)) ∧ ((O ∨ Q) Æ (¬R ∧ S)) ∧ ((R ∨ T) Æ (M ∧ U)) } Æ ¬R


= {((¬M∧¬N)∨(O∧P))∧((¬O∧¬Q) ∨ (¬R∧S)) ∧ ((¬R∧¬T)∨(M∧U))} ƬR
= ¬{((¬M ∧¬N)∨(O∧P)) ∧ ((¬O∧¬Q)∨(¬R∧S)) ∧ ((¬R∧¬T)∨(M∧U))}∨¬R
= {¬((¬M∧¬N)∨(O∧P))∨¬((¬O∧¬Q) ∨ (¬R∧S))∨¬((¬R∧¬T)∨(M∧U))}
∨¬R
= {(¬(¬M∧¬N)∧¬(O∧P))∨(¬(¬O∧¬Q)∧¬(¬R∧S))∨(¬(¬R∧¬T)∧¬(M∧U))}
∨¬R
= ((M∨N) ∧ (¬O∨¬P)) ∨ ((O∨Q) ∧ (R∨¬S)) ∨ ((R∨T) ∧ (¬M∨¬U))∨¬R
= ((M∨N)∧(¬O∨¬P))∨((O∨Q)∧(R∨¬S)) ∨ ((¬R∨(R∨T)) ∧ (¬R∨(¬M∨¬U)))
= ((M ∨ N) ∧ (¬O ∨ ¬P)) ∨ ((O ∨ Q) ∧ (R ∨ ¬S)) ∨ ( 1 ∧ (¬R ∨(¬M ∨ ¬U))
= ((M ∨ N) ∧ (¬O ∨ ¬P)) ∨ ((O ∨ Q) ∧ (R ∨ ¬S)) ∨ (¬R ∨ ¬M ∨ ¬U)
= ((M ∨ N) ∧ (¬O ∨ ¬P)) ∨ ((¬R ∨ (O ∨ Q)) ∧ (¬R ∨ (R ∨ ¬S))) ∨ ¬M ∨ ¬U
= ((M ∨ N) ∧ (¬O ∨ ¬P)) ∨ ((¬R ∨ O ∨ Q) ∧ ( 1 ∨ ¬S)) ∨ ¬M ∨ ¬U
= ((M ∨ N) ∧ (¬O ∨ ¬P)) ∨ ¬R ∨ O ∨ Q ∨ ¬M ∨ ¬U
= ((M ∨ N) ∧ (¬O ∨ ¬P)) ∨ ¬M ∨ ¬R ∨ O ∨ Q ∨ ¬U
= ((¬M ∨ (M ∨ N)) ∧ (¬M ∨ (¬O ∨ ¬P))) ∨ ¬R ∨ O ∨ Q ∨ ¬U
64

= ( 1 ∧ (¬M ∨ (¬O ∨ ¬P))) ∨ ¬R ∨ O ∨ Q ∨ ¬U


= ¬M ∨ ¬O ∨ ¬P ∨ ¬R ∨ O ∨ Q ∨ ¬U
= ¬M ∨ ¬O ∨ O ∨ ¬P ∨ ¬R ∨ Q ∨ ¬U
= ¬M ∨ 1 ∨ ¬P ∨ ¬R ∨ Q ∨ ¬U
= 1 (terbukti valid)

Anda mungkin juga menyukai