Anda di halaman 1dari 26

TUGAS logika

inferensi

NAMA KELOMPOK:
ALI SOBRI RITONGA
AYUNI PUTRI
CLAUDIO GITA MORINDA
INDUN ARININGSIH
NUR NINGSIH PUTRI AMELIA
WAHYU FITRA NINGSIH

• DOSEN PEMBIMBING :

• LIES ANDRIANI
Pengertian inferensi

Proses penarikan kesimpulan melibatkan peryataan tunggal


atau pernyataan majemuk yang saling berelasi pernyataan-
pernyataan tersebut telah diketahui nilai kebenarannya.

Premis (p): Himpunan pernyataan


tunggal atau majemuk yang
ditentukan (diketahui)
Konklusi (∴) : Peryataan tunggal
atau pernyataan majemuk yang
diturunkan dari premis
Contoh:
Premis (1): Semua manusia bisa
mati
Premis (2): Samsul adalah manusia
━━━━━━━━━━━━━━━
Konklusi : Samsul bisa mati

Pola sah penarikan keimpulan


Modus ponen
Modus tollen
Silogisme hipotesis
Silogisme disjungtif
Simplifikasi
Penjumlahan
konjungsi
Modus Ponen (law of detachment)
Modus ponens adalah argumen yang menyatakan bahwa jika
pernyataan 1 berimplikasi dengan pernyataan 2 bernilai
benar,dan pernyataan 1 bernilai benar maka pernyataan 2
dianggap menjadi kesimpulan.

Kaidah ini didasarkan pada tautologi (p^(p→q))→q yang


dalam hal ini p→q adalah hipotesis sedangkan q adalah
konklusi.

Secara umum p→q (premis 1)


Dapat dituliskan: p (premis 2)
━━
∴q (konklusi)
Contoh:
1. Tentukan konklusi dari premis-premis berikut:
jika 20 habis dibagi 2, maka 20 adalah bilangan genap
20 bilangan genap
penyelsaian:
P: 20 habis dibagi 2
q: 20 adalah bilangan genap

Maka menurut kaidah modus ponen, inferensi nya:


p→q: jika 20 habis dibagi 2 maka 20 adalah bilangan genap
p : 20 habis dibagi 2
q(∴ ) : 20 adalah bilangan genap

Atau dapat juga di tuliskan sebagai berikut:


p (1) : Jika 20 habis dibagi 2 maka 20 adalah bilangan genap
p (2) : 20 habis dibagi 2
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
∴ 20 adalah bilangan genap
Tabel kebenaran modus ponen
Kaidah ini didasarkan pada tautologi [p^(p→q)]→q yang dalam hal ini
p→q adalah hipotesis sedangkan q adalah konklusi.
Untuk menguji keabsahannya dapat dilakukan dengan menggunakan
tabel kebenaran.

p q p→q p^(p→q) [p^(p→q] →q

B B B B B
B S S S B
S B B S B
S S B S B

Terbukti bahwa [p^(p→q)]→q merupakan pernyataan yang


bernilai benar.
Modus Tollens
Modus tollens adalah argumen yang menyatakan bahwa jika
pernyataan 1 berimplikasi dengan pernyataan 2 bernilai benar, dan
negasi pernyataan 2 bernilai benar maka negasi pernyataan 1 juga
benar dan dianggap sebagai kesimpulan.

Modus tollens didasarkan pada tautologi [ ̴ q^(p→q)]→ ̴ p.

p→q (premis 1)
Secara umum ̴q (premis 2)
━━━
dapat dituliskan:
∴ ̴p (konklusi)
Contoh:
Tentukan konklusi dari premis-prenis berikut:
1. Jika ia seorang pemimpin, maka tindakannya terpuji. Tindakaanya tidak terpuji.
Penyelesaian:
p: ia seorang pemimpin,
q: tindakaanya terpuji.
~q: tindakanya tidak terpuji.

Maka menurut kaidah modus tollen, inferensi nya:


P→ q : Jika ia seorang pemimpin, maka tindakannya terpuji
~q: tindakanya tidak terpuji.
~p (∴) : ia bukan seorang pemimpin.

Atau dapat juga di tuliskan sebagai berikut:


P(1) : jika ia seorang pemimpin, maka tindakannya terpuji.
P(2) : tindakaanya tidak terpuji
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
Tabel kebenaran modus tollen
Modus tolllens dinyatakan dalam bentuk implikasi, yaitu: [ ̴ q^(p→q)]→ ̴ p]
artinya konjungsi dari (p→q) dan ̴ q berimplikasi konklusi ̴ p . Untuk menguji
keabsahaanya dapat dilakukan dengan menggunakan tabel kebenaran dari [ ̴
q^(p→q)]→ ̴ p] yang merupakan tautologi.

p q p→ q ~p ~q ̴ q^(p→q) [ ̴ q^(p→q)]→ ̴
p]

B B B S S S B
B S S S B S B
S B B B S S B
S S B B B B B

Jadi terbukti : Karena penyataan [ ̴ q^(p→q)]→ ̴ p] merupakan


tautologi (pernyataan yang selalu benar) berarti kesimpulan itu
benar dan sah.
Silogisme hipotesis
Silogisme hipotesis adalah penarikan kesimpulan dimana
jika diketahui “p→q” dan “q→r” maka kesimpulannya
“p→r”.

 kaidah ini didasarkan pada tautologi [(p(p→r)

p→q (premis 1)
q→r (premis 2)
Kaidah Silogisme
ditulis dengan cara: ━━━

p→r(konklusi)
Contoh:
Tentukan konklusi dari premis-premis berikut!
1. jika saya belajar , maka saya bisa mengerjakan soal
jika saya bisa mengerjakan soal, maka saya lulus ujian
Penyelesaian:
p: saya belajar
q: saya bisa mengerjakan soal
r: saya lulus ujian
Premis (1) : (p→q): jika saya belajar , maka saya bisa mengerjakan soal.
Premis (2) : (q→r) : jika saya bisa mengerjakan soal, maka saya lulus ujian.
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
(∴) : (p→r) : jika saya belajar maka saya lulus ujian
 
Tabel kebenaran silogisme hipotesis [(p(p→r)

p q r p→q p→r q→r (p→q)^(q→r) [(p→q)^(q→r)→(p


→r)
B B B B B B B B
B B S B S S S B
B S B S B B B B
B S S S S B S B
S B B B B B B B
S B S B B S S B
S S B B B B B B
S S S B B B B B
SILOGISME DISJUNGTIF
Silogisme disjungsi adalah penarikan kesimpulan dimana jika
diberikan dua pilihan “p” atau “q” sedangkan “p” tidak dipilih
maka kesimpulannya yang dipilih adalah “q”.

Kaidah ini didasarkan pada tautologi


[(pѵq)^~p]→q.

Kaidah silogisme disjungtif Pѵq (premis 1)


di tulis dengan cara: ̴ p (premis 2)
━━
∴ q (konklusi)
Contoh:
Tentukan konklusi dari premis-premis berikut!
1. Bulan ini saya akan mudik ke yogyakarta atau saya pergi ke bali

Penyelesaian:
p: bulan ini saya akan mudik ke yogyakarta
q: bulan ini saya pergi ke bali
(premis 1): (pvq): bulan ini saya akan mudik ke yogyakarta atau pergi ke bali
(premis 2): ( ̴ p ):bulan ini saya tidak mudik ke yogyakarta
(∴) : (q) : bulan ini saya pergi ke bali
Tabel kebenaran silogisme disjungif [(pѵq)^~p]→q
p q ~p pѵq (pѵq)^ ~p [(pѵq)^~ p→q
B B S B S B
B S S B S B
S B B B B B
S S B S S B
simplifikasi

Kaidah ini didasarkan pada tautologi (p ˄ q) → p yang dalam hal ini p


dan q adalah hipotesis sedangkan p adalah konklusi.

Kaidah simplifikasi ditulis dengan cara:


p˄q
━━
∴P

Ini akan sama dengan


qp
━━━
∴q

konvers (kebalikan) dari simplifikasi.


p˄q
━━
∴q
Contoh:

Penarikan kesimpulan seperti berikut ini:


“ Hamid adalah mahasiswa ITB dan mahasiswa profesional. Karena itu, Hamid adalah mahasiswa ITB.”
Penyelesaian:
P: hamid adalah mahasiswa ITB
q: hamid adalah mahasiswa profesional
pq
━━━
∴p

Menggunakan kaidah simplifikasi, atau dapat juga ditulis dengan cara:


pq: Hamid adalah mahasiswa ITB dan mahasiswa profesional.
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
∴(p) Hamid adalah mahasiswa ITB.

Simplifikasi berikut juga benar:


qp
━━━
∴q

“ Hamid adalah mahsiswa profesiona dan mahasiswa ITB. Karena itu, Hamid adalah mahasiwa profesional”
karena urutan proposisi didalam konjungsi p ˄ q tidak mempunyai pengaruh apa-apa
Tabel kebenaran dari simplifikasi (p ˄ q) → p
p q p˄q (p ˄ q) → p
B B B B
B S S B
S B S B
S S S B
Penjumlahan

kaidah ini didasarkan pada tautologi p→(pѵq).

Kaidah penjumlahan ditulis


dengan cara:
p
━━━
∴ pѵq

Aturan penjumlahan biasanya digunakan untuk beberapa kejadian yang tidak


sekaligus terjadi, Artinya yang terjadi hanya salah satu saja atau bisa dibilang
pilihan, dan biasanya menggunakan kata penghubung “atau”.
Contoh:
Taslim mengambil kuliah matematika diskrit. Karena itu taslim
mengambil kuliah matematika Diskrit atau mengulang
Algoritma.
Menggunakan kaidah penjumlahan:
p
━━━
∴ pѵq

Taslim mengambil kuliah matematika diskrit


━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
∴ Taslim mengambil kuliah matematika diskrit atau megulang
algoritma.
Tabel kebenaran penjumlahan p→(pѵq).

p q pѵq p→pѵq
B B B B
B S B B
S B B B
S S S B
konjungsi

Pernyataan p dengan q dapat digabung dengan kata hubung logika


“dan” sehingga membentuk pernyataan majemuk “p dan q” yang
disebut konjungsi. Kaidah ini didasarkan pada tautologi
((p)^(q))→(p^q)

p
Kaidah konjungsi ditulis q
dengan cara: ━━━
∴ p^q
contoh:
Kuda makan rumput. Singa makan daging
penyelesaian:
Berdasarkan kaidah Konjungsi dari dua pernyataan di atas dapat
dituliskan :
p
q
━━━
∴ p^q
(p): Kuda makan rumput
(q): Singa makan daging
━━━━━━━━━━━━
∴(pq) : Kuda makan rumput dan singa makan daging
p q p^q (p^q)→(p^q)
Tabel kebenaran konjungsi ((p)^(q))→(p^q)

B B B B
B S S B
S B S B
S S S B

Anda mungkin juga menyukai