Anda di halaman 1dari 2

Apakah Tenaga Kerja Tak Kompeten Sebabkan Banyaknya

Pengangguran di Indonesia?

Tenaga kerja yang tak kompeten meningkatkan jumlah pengangguran di Indonesia.


Badan Pusat Statistik (BPS) merilis tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia pada
Februari 2018 terbesar jika dilihat dari tingkat pendidikannya berada pada level Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) yang mencapai 8,92%. Kemudian, setelah itu pada level
Diploma I/II/III sebesar 7,92%. Dengan kata lain, ada penawaran tenaga kerja yang tidak
terserap, terutama pada tingkat pendidikan SMK dan Diploma I/II/III.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian, Syarief Hidayat, menyatakan
kebutuhan tenaga kerja di sektor industri masih sangat besar. Setidaknya setiap tahun sektor
industri membutuhkan 600 ribu tenaga kerja. Namun sayangnya, di tengah besarnya
permintaan akan tenaga kerja tersebut, sumber daya manusia (SDM) yang tersedia justru
tidak mampu memenuhi kriteria yang dibutuhkan oleh sektor industri. Jelas dengan
pernyataan tersebut pengangguran di Indonesia bukan disebabkan karena kurangnya lapangan
pekerjaan melainkan karena tenaga kerja yang ada tidak kompeten.
Banyaknya tenaga kerja yang tidak kompeten di Indonesia dapat disebabkan oleh
beberapa hal, salah satunya yaitu karena kesenjangan kompetensi lulusan sekolah di
Indonesia dengan kebutuhan dunia industri. Untuk memperbaiki gap kebutuhan tenaga kerja
ini, Syarif menyatakan pihaknya akan mendorong perbaikan kurikulum pendidikan kejuruan
yang sesuai dengan kompetensi yang sebenarnya dibutuhkan industri nasional.
“Makanya kurikulum harus mengacu pada standar kompetensi nasional Indonesia
bidang industri tertentu. Memang harus begitu,” Ujarnya. Namun, Kementerian Perindustrian
tidak bisa semata-mata mengusulkan kurikulum yang hanya mengacu pada standar
kompetensi nasional. Sebab di sisi lain, keadaan Indonesia yang terlibat dengan Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA) menuntut persaingan yang ketat bukan hanya di antara para tenaga
kerja Indonesia melainkan dengan tenaga kerja dari negara lain yang berada di Asia.
Sehingga, bukankah lebih baik apabila kurikulum dapat mengacu pada kompetensi
internasional?
Sebelumnya, Menteri Perindustrian, Saleh Husin juga menyatakan bahwa
Kementerian Perisdustrian terus menyiapkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang
terampil sesuai kebutuhan industri untuk menghadapi pasar bebas ASEAN. Dia menjelaskan
pihaknya telah menyusun target program pengembangan SDM industri pada tahun ini.
Pertama, tersedianya tenaga kerja industri yang terampil dan kompeten sebanyak 21.880
orang. Kedua, tersedianya SKKNI di bidang industri sebanyak 30 buah. Ketiga, tersedianya
Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) dan Tempat Uji Kompetensi (TUK) bidang industri
sebanyak 20 unit. Keempat, meningkatnya pendidikan dan keterampilan calon asesor dan
asesor kompetensi dan lisensi sebanyak 400 orang. Kelima, pendirian tiga akademi
komunitas di kawasan industri. Mungkin saja program-program tersebut dapat membawa
dampak positif karena meningkatkan kompetensi bagi para tenaga kerja. Sehingga, hal
tersebut mampu untuk mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia.
Selain langkah-langkah yang telah disampaikan oleh Kementrian Perindustrian,
seharunya pemerintah meningkatkan perekonomian nasional agar seluruh rakyat dapat
mengenyam pendidikan setinggi mungkin. Sehingga, tenaga kerja yang berkompeten
semakin banyak di Indonesia. Semoga dengan berlimpahnya tenaga kerja yang berkompeten
di Indonesia dapat mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai