Anda di halaman 1dari 9

Kelainan Kromosom Trisomi 13 dan Manifestasi Klinisnya

Asrianti Saddi Pairunan

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

email : asriantisaddi@gmail.com

Pendahuluan

Kelainan kromosom terjadi jauh lenih sering daripada yang umumnya diperkirakan.
Diduga sekitar 1 dari 200 neonatus mengalami suatu bentuk kelainan kromosom. Angkanya
akan jauh lebih tinggi pada janin yang tidak bertahan hidup sampai aterm. Diperkirakan 50%
dari abortus trimester pertama, janin mengalami kelainan kromosom. Kelainan sitogenetik
dapat terjadi akibat perubahan jumlah dan struktur kromosom dan mungkin mengenai atosom
atau kromosom seks.

Kelainan jumlah. Pada manusia, jumlah kromosom normal adalah 46 (yaitu 2n = 46).
Setiap kelipatan bulat jumlah haploid (n) disebut euploid. Jumlah kromosom seperti 3n atau
4n disebut poliploid. Poliploidi biasanya menyebabkan abortus spontan. Semua jumlah yang
bukan merupakan kelipatan bulat dari n disebut aneuploid. Penyebab utama aneuploidi
adalah nondisjunction pasangan homolog kromosom pada pembelahan meiosis pertama atau
kegagalan sister chromatid memisah sewaktu pembelahan meiotik kedua. Yang terakhir juga
dapat terjadi sewaktu pembelahan sel somatik yang menyebabkan terbentuknyadua sel
aneuploid. Kegagalan pembentukan pasangan kromosom homolog yang diikuti oleh
penyusunan acak (anaphase lag) juga dapat menyebabkan aneuploidi. Apabila nondisjunction
terjadi pada saat meiosis, gamet yang terbentuk memiliki kromosom tambahan (n + 1) atau
kekurangan kromosom (n – 1). Pembuahan terhadap gamet ini oleh gamet normal akan
menghasilkan dua jenis zigot : trisomik, dengan kromosom ekstra (2n + 1), atau monosomik
(2n – 1). Monosomi melibatkan autosom tidak memungkinkan kehidupan, sedangkan trisomi
autosom tertentu dan monosomi yang melibatkan kromosom seks masih memungkinkan
kehidupan.

Anamnesis

1
Anamnesis adalah suatu teknik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan
antara seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang
mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan
medisnya. Sebuah anamnesis yang baik haruslah mengikuti suatu metode atau sistematika
yang baku sehingga mudah diikuti. Tujuannya adalah agar selama melakukan anamnesis
seorang dokter tidak kehilangan arah, agar tidak ada pertanyaan atau informasi yang terlewat.
Sistematika ini juga berguna dalam pembuatan status pasien agar memudahkan siapa saja
yang membacanya. Sistematika tersebut terdiri dari data umum pasien, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, serta riwayat
kebiasaan/sosial. Sepertimana yang telah kita ketahui, trisomy 13 ini merupakan suatu
kelainan genetic. Jadi, anamnesis dilakukan melalui orang tua pasien yaitu secara
alloanamnesis. Menjadi suatu hal yang penting bagi kita untuk menanyakan faktor-faktor
risiko yang dapat menyebabkan trisomy 13.

Pertanyaan yang diajukan saat anamnesis :

- Identitas (usia ibu)


- KU (ANC)
- Kehamilan ke berapa? (G?P?A?)
- Riwayat kehamilan sebelumnya?
- Adakah kelainan pada kehamilan sebelumnya?
- Adakah riwayat keluarga yang mengalami kelainan genetic? (baik suami atau istri)
- Adakah riwayat kelainan genetic yang di derita sendiri?
- Pernahkah memeriksakan kromosom pada dokter sebelumnya?
- Pernahkah mengikuti konseling pranikah?
- Apakah merokok, minum alcohol, pernah terpapar radiasi atau zat-zat toksin?
- Apakah selama kehamilan mengonsumsi obat-obatan? Obat apa?
- dll

Pemeriksaan fisik

Saat mengevaluasi anak dengan gambaran dismorfik, pendekatan berikut harus digunakan.

Pertumbuhan, tinggi (panjang), berat dan lingkar kepala harus diukur dengan teliti dan diplot
pada kurva pertumbuhan yang sesuai. Berat yang rendah dan retriksi pertumbuhan mungkin

2
sekunder terhadap abnormalitas kromosom, displasia skeletal, atau pajanan terhadap agen
toksik atau teratogenik. Bayi yang besar masa kehamilan mungkin mengalami sindrom
pertumbuhan berlebih atau bila terjadi pada masa neonatal, mungkin disebabkan oleh ibu
yang menderita diabetes, klinis harus menilai apakah anak proporsional.

Kraniofasial : pemeriksaan kepala dan leher yang seksama penting untuk menegakkan
diagnosis banyak sindrom malformasi kongenital. Bentuk kepala harus dinilai dengan teliti;
bila bentuk dan ukuran kepala tidak normal (normosefalik), mungkin dapa ditemukan kepala
yang panjang dan kurus (dolikosefalik), pendek dan lebar (brakisefalik) atau asimetrik atau
ireguler (plagiosefalik). Selanjutnya perlu dinilai gambaran wajah. Setiap asimetris harus
dicatat. Wajah dibagi empat regio, kening mungkin didapatkan prominen nyata
(akondroplasia) atau defisiensi sering sebagai gambaran sloping appearance yang terjadi
pada anak mikrosefali primer, wajah tengah (middface) membentang dari alis mata ke bibir
atasdan dari kantus eksternus mata ke komisura mulut, penilaian seksama terhadap jarak
kedua mata. Rego malar wajah memanjang dari telinga ke wajah tengah, bentuk, posisi (letak
telingah rendah didefinisikan sebagai telingah terletak dibawah garis yang ditarik dari kantus
eksternus ke oksiput. Regio mandibua adalah area mulai dari bagian bawah telinga sampai ke
dagu yang dihubungkan oleh mandibula. Pada sebagian besar bayi baru lahir, posisi dagu
sering sedikit retrusi(letak sedikit kebelakang garis vertkal yang memanjang dari kening ke
filtrum)

Leher : pemeriksaan leher mungkin webbing sebuah gambaran pada sindrom turner, sindro
noonan, atau leher pendek.hal yang perlu dievaluasi adalah posisi gambar rambut posterior
dan ukuran kelenjar tiroid.

Batang tubuh : pemeriksaan dada meliputi bentuk dan simetrisitas. Harus dinilai ada tidaknya
deformitas pektus, ada tidaknya skoliosis.

Ekstremitas : banyak sindrom malformasi kongenital melibatkan anomali ekstremitas. Range


of motion semua sendi perlu dievaluasi, Pemeriksaan tangan perlu dilakukan. Polidaktili
(adanya jari tambahan) umumnya terjadi pada trait autosomal dominan terisolasi tetapi dapat
juga dijumpai pada trisomi 13.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan kromosom1

3
Kariotipe kromosom manusia normal terdiri dari 22 pasang kromosom autosom dan 1
pasang kromosom seks. Pemeriksaan kromosom dapat dilakukan terhadap sel yang dapat
membelah dengan memicu mitosis. Apabila pembelahan sel dihentikan disuatu fase pada
mitosis dan inti sel dilisiskan melalui pembengkakan osmotic, preparat pasangan-pasangan
kromosom ini dapat dibuat dan difoto. Potongan foto masing-masing kromosom kemuan
dapat disusun sesuai penurunan ukuran dan dibandingkan satu sama lain dengan tata nama
morfologik standar. Selain itu kromosom ini juga bisa diwarnai dengan beberapa metode
yang menghasilkan beberapa pita. Bergantung pada letak pita dan intensitas pewarnaan, pita-
pita tersebut kemudian disubklasifikasikan. Titik pemutusan (breakpoints), pertukaran bahan
genetic antara kromosom-kromosom, dan kelainan lain kemudian dapat dianalisis. Juga dapat
dilihat adanya kelebihan bahan kromosom. Kelainan spesifik bahan kromosom dapat
digunakan secara diagnostic.

FISH

FISH dirancang secara khusus untuk mengidentifikasi trisomi 13, 18, dan 21 dan tiap
kelainan kromosom seks. Sederhananya, FISH menggunakan probe DNA warna yang
menempel pada daerah tertentu di kromosom sel janin, sehingga sel tersebut dapat dianalisis
menggunakan mikroskop. Probe DNA, yang memiliki pewarna fluoresen yang berbeda,
dicampur dengan sel janin dan dilekatkan pada kromosom melalui proses yang disebut
hibridisasi. Karna labelnya yang berbeda, pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi
lebih dari satu kondisi pada waktu yang sama.

QF-PCR

Teknik cepat kedua untuk diagnosis trisomi 13, 18, 21 serta kelainan kromosom seks
adalah QF-PCR suatu teknologi yang cepat dan tangguh dan sangat automatis sehingga
membutuhkan staf yang lebih sedikit daripada yang dibutuhkan pada penentuan kariotipe
lengkap dan sekali lagi melibatkan penggunaan teknologi fluoresen. DNA diekstrasi dari sel
janin kemudian kadarnya dilipatgandakan dan diberi label dengan pewarna fluoresen untuk
memungkinkan dilakukan nya analisis. Suatu sekuenser mengukur daerah spesifik pada
molekul DNA dan hasilnya ditampilkan pada grafik dilayar komputer sebagai rangkaian
puncak-puncak. Untuk meyakinkan bahwa hasilnya akurat, setidaknya dilakukan analisis
pada empat fragmen yang berbeda untuk tiap kromosom.

4
Karyogram2
Karyotipe adalah gambar penampilan sebenarnya dari kromosom yang terlihat di bawah
mikroskop dan pengaturan yang sesuai.
Idiogram adalah representasi diagram dari kromosom. memungkinkan peta identifikasi
kromosom dari genom haploid.
Karyogram adalah istilah lain untuk mewakili seluruh kromosom ditetapkan sebagai
serangkaian kromosom banded.
Karakter kariotipe merupakan informasi fundamental dalam studi sistematis dan evolusi.
Pentingnya mempertimbangkan posisi centromeric dan panjang relatif lengan kromosom
untuk klasifikasi kromosom yang diperlukan untuk mempersiapkan kariotipe. Rasio lengan
dapat ditentukan dengan lengan panjang (P), lengan pendek (Q).
Kromosom diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Metacentric (median centromere)
2. Sub metacentric (sub median centromere)
3. Sub terminal (sub terminal centromere)
4. Telocentric (tail end centromere)

Diagnosis kerja

Trisomi 13

Sindrom trisomi 13 (yang juga dikenal sebagai sindrom Patau) merupakan sindrom
malformasi multipel ketiga sebaagai kelainan kromosom yang paling sering dijumpai adalah
trisomi 13 (47, XX,+13 atau 47,XY,+13) terjadi pada 1 dari 12.000 kelahiran hidup, beberapa
diantaranya mengalami sindrom trisomi 13 tipe mosaik parsial yang langka (dengan fenotip
bervariasi) atau tipe translokasi. Biasanya fatal pada tahun pertama kehidupan, hanya 8,6%
bayi bertahan hidup melewati ulang tahun pertama mereka. Bayi dengan trisomi 13 memiliki
banyak malformasi. Bayi ini kecil usia kehamilan dan mikrosefalik. Sering ditemukan defek
fasial garis tengah, seperti siklop (orbita tunggal), sebosefali (nostril tunggal), dan bibir dan
palatum sumbing, demikian juga dengan anomali sistem saraf pusat, seperti holoprosensefali
alobar. Kening tampak sloping, telinga sering didapatkan berukuran kecil dan malformasi,
mungkin didapatkan mikroftalmia atau anoftalmia. Polidaktili postaksial tangan sering
dijumpai, demikian juga clubfeet atau rocker-bottom feet. Hipospadia dan kriptorkidisme
sering dijumpai pada anak laki – laki sedangkan anak perempuan umumnya mengalami

5
hipoplasia labia minora. Kebanyakan bayi dengan trisomi 13 juga memiliki penyakit jantung
kongenital. Banyak bayi dengan kondisi ini memiliki lesi tengkorak berbentuk punched – out
di oksiput kiri atau kanan yang disebut aplasia kutis kongenita; bila ditemukan bersama
dengan polidaktili dan beberapa atau semua kelainan wajah yang disebutkan sebelumnya,
maka temuan tesebut patognomonik untuk diagnosis trisomi 13.

Diagnosis banding

Trisomi 18

Sintdom trisomi 18 (uang juga dikenal sebagai sindrom edward). Trisomi 18 (47,XX,
+18 atau 47,XY,+18) adalah trisomi autosomal kedua tersering, terjadi pada 1 dari 7500
kelahiran hidup. Lebih dari 95% hasil konsepsi dengan trisomi 18 mengalami aborsi spontan
pada trimester pertama. Trisomi 18 umumnya letal; hanya kurang dari 10% bayi yang terkena
yang dapat bertahan sampai ulang tahun pertama. Sebagian besar bayi dengan trisomi 18lahir
kecil untuk usia kehamilan. Gambaran klinis meliputi hipertonia, oksiput prominen, dagu
yang mundur kebelakang, malformasi telinga dan telinga letak rendah, sternum pendek,
rockerbottom feet, kuku hipoplastik, dan kepalan tangan yang khas – jari kedua dan ke lima
tumpang tindih dengan jari kedua dan keempat. Tanda dan gejala trisomi 18 meliputi;
retardasi pertumbuhan yang dimulai in utero dan tetap signifikan sesudah lahir, hipotonia
inisial yang segera dapat menjadi hipertonia, mikrosefalus dan dolikosefalus, mikrognatia,
hidung yang pesek dan sempit dengan lubang hidung mendongak keatas, labio – dan
palatoskizis unilateral atau bilateral, telinga yang ujungnya agak runcing dan terletak rendah,
lehet pendek, tangan mengepal dengan jari – jari saling bertumpuk, kistik higroma, kista
pleksus koroideus (yang juga terlihat pada beberapa bayi normal).

Sindrom Down

Sindrom down adalah sebuah gengguan genetik yang disebabkan oleh trisomo
kromosom 21. Berdasarkan nomenklatur stabdar sitogenik trisomi 21 ditulis sebagai 47,XX,
+21 atau 47, XY,+21. Gangguan ini adalah gangguan kromosom tersering yang dijumpai
dalam kelahiran hidup, yaitu 1dari 800 kelahiran hidup. Dalam 95% kasus, sindrom down
disebabkan oleh nondisjungsi kromosom ibu nomor 21 selama meiosis. Insidens sindrom
Down yang berhubungan dengan nondisjungsion meningkat seiring dengan usia ibu. Sindrom
Down terjadi pada 1 dari 1350 bayi yang lahir dari ibu berusia kurang dari 24 tahun, dan 1
dari 65 bayi yang lahir dari ibu berusia 41 sampai 45 tahun. Kurang dari 5% kasus sindrom

6
Down dapat dilacak berasal dari kromosom ekstra ayah. Penyebab sindrom Down ketiga
tidak lazim adalah translokasi total atau sebagian dari slah satu duplikat kromosom 21 normal
menjadi kromosom yang berbeda, biasanya menjadi kromosom 13, 14,15, 18, atau 22, namun
kromosom lain juga dapat menjadi target. Anak yang mengidap sindrom Down memiliki
tingkat retardasi mental yang bervariasi, sering dapat diinterverensi secara positif dengan
program intervensi anak secara dini. Anak dengan Down sindrom sering didiagnosis pada
masa neonatus. Bayi – bayi umumnya memiliki berat dan panjang lahir normal, dan hipotoni.
Saat lahir didapatkan penampilan wajah yang karakteristik , dengan brakisefali, oksiput datar,
hipoplasia midface, flattened nasal bridge, fisura palpebra yang mengarah keatas, lipatan
epikantus, dan lidah besar yang menonjol. Bayi juga memiliki tangan pendek yang lebar,
seringkali disertai guratan palmar melintang, dan jarak yang lebar antara jari kaki pertama
dan kedua. Hipotonia yang berat dapat menyebabkan masalah makan dan penurunan
aktivitas. Sekitar 40% anak dengan Down sindrom memiliki penyakit jantung bawaan.
Anomali ini meliputi kanal atrioventrikular, defek septum ventrikel dan atrium, dan kelainan
katup.

Etiologi

Sindrom Patau adalah hasil dari trisomi 13, yang berarti setiap sel dalam tubuh
memiliki tiga salinan kromosom 13 bukan dua biasa. Sebagian kecil kasus terjadi ketika
hanya beberapa sel-sel tubuh memiliki salinan tambahan, kasus tersebut disebut mosaik
Patau. Sebagian besar kasus sindrom patau tidak diwariskan, tetapi terjadi peristiwa yang
acak selama pembentukan sel-sel reproduksi (telur dan sperma). Sebuah kesalahan dalam
pembelahan sel yang disebut : non-disjungsi dapat menghasilkan sel-sel reproduksi dengan
jumlah abnormal kromosom. Sebagai contoh : sel telur atau sperma dapat memperoleh
salinan ekstra kromosom. Jika salah satu dari sel-sel reproduksi atipikal berkontribusi pada
susunan genetic seorang anak, anak akan memiliki ekstra kromosom 13 disetiap sel tubuh.
Sindrom patau mosaic juga tidak diwariskan. Hal ini terjadi sebagai kesalahan acak selama
pembelahan sel pada awal perkembangan janin
Factor risiko terjadinya trisomy 13 adalah usia ibu saat hamil lebih dari 35 tahun.
Insidensi trisomy 13 adalah 90% tipe mosaic dengan manifestasi klinis bervariasi, mulai dari
malformasi total sampai mendekati fenotipe normal. Umur harapan hidup biasanya lebih
lama dan derajat defisiensi mental bervariasi. Sedangkan pembelahan sel terjadi setelah
konsepsi, dimana ekstra kromosom timbul pada beberapa bagian sel tubuh.

7
Patofisiologi

Gejala klinis

Kepala dan wajah : defek kulit kepala (misalnya, aplasia kutis), mikroftalmia, abnormalitas
kornea, bibir dan palatum sumbing pada 60 – 80% kasus, mikrosefali, sloping forehead,
holoprosensefali (arinensefali), hemangioma kapiler, tuli.

Dada : penyakit jantung kongenital (misalnya VSD,PDA, dan ASD) pada 80% kasus, Iga –
iga posterior yang tipis (iga – iga hilang)

Ekstremitas :Tumpang tindih jari jemari tangan dan kaki (klinodaktili), polidaktili, kuku
hipoplastik, kuku hiperkonveks.

Umum : keterlambatan perkembangan berat dan retardasi pertumbuhan pranatal dan


pascanatal, abnormalitas ginjal, projeksi nukleus pada neutrofil, hanya 5% hidup > 6 bulan.

Komplikasi

Komplikasi dapat berupa :

- Defek jantung kongenital (sering ditemukan), khususnya hipoplasia jantung kiri,


defek septum ventrikuler, duktus arteriosus paten, atau dekstroposisi yang secara
signifikan turut menyebabkan kematian dengan sindrom ini.
- Kelainan muskuloskeletal
- Mikrooftalmia, katarak, dan kelainan mata lain.

Penatalaksanaan

Prognosis

Pada umumnya progosis sangat buruk pada neonatus dengan trisomi 13. Umur harapan hidup
rata – rata hanya 2,5 hari, 82% meninggal dalam usia 1 bulan, 95% meninggal dalan usia 6
bulan.

Kesimpulan

Pasien didiagnosis menderita Sindrom Patau (Trisomi 13) yang merupakan kelainan
autosomal ketiga tersering yang terjadi pada bayi lahir yang hidup setelah Sindrom Down
(trisomi 21) dan Sindrom Edwards (trisomi 18), Penyebab trisomi 13 dapat terjadi akibat non-

8
disjunction saat pembelahan miosis I atau miosis II. Sekitar 85% trisomi 13 berhubungan
dengan non-disjunction miosis maternal, dapat pula terjadi akibat translokasi genetik

Anda mungkin juga menyukai