Anda di halaman 1dari 17

Peranan Hormon Hipofisis dan Kelenjar Tiroid pada Manusia

Feby sondang junita siburian


102013152
Sondang_feby@yahoo.com
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Kebon Jeruk – Jakarta Barat 11510
Telp. (021) 56942061. Fax (021) 5631731

Abstrak

Metabolisme tubuh manusia merupakan kunci mengetahui bagaimana makanan, racun,


obat mengalami metabolisme sehingga diketahui fungsi, pengeluaran, kompensasi, bahkan juga
kelainan dan dampaknya bagi tubuh. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid, yang
mengendalikan kecepatan metabolisme tubuh. Jika sel-sel bekerja lebih keras, maka organ tubuh
akan bekerja lebih cepat. Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan iodium
yaitu elemen yang terdapat di dalam makanan dan air. Hormon tiroid meningkatkan aktivitas
metabolisme seluruh atau sebagian besar jaringan tubuh. Bila sekresi hormon ini banyak
sekali,maka kecepatan metabolisme basal meningkat dari batas normal.

Kata kunci: tiroid, metabolisme, hormon.

Abstract

The metabolism of the human body is the key to know how food, toxins, drugs metabolized
so that known functions, expenses, compensation, even disorder and its
impact to the body. The thyroid gland produce thyroid hormones, which control body
metabolism speed. If cells worked even harder, then organs would work faster. To produce
thyroid hormones, the thyroid gland requires iodine element is present in food and water.
Thyroid hormone increase the metabolic activity all or most body tissues. If this so much,
hormone secretion the basal metabolism speed up from normal limits.
Keywords : thyroid, metabolism, hormone.

1
Pendahuluan

Sistem endokrin, salah satu dari dua sistem regulatorik utama tubuh, mengeluarkan
hormon yang bekerja pada sel sasaran untuk melaksanakan aktivitas homeostatik yang antara lain
berupa, mengatur konsentrasi molekul nutrien, air, garam, dan elektrolit lain. Hormon juga
berperan besar dalam mengontrol pertumbuhan dan reproduksi serta dalam adaptasi stress. Sistem
endokrin, melalui hormon yang disekresikan dan masuk ke dalam aliran darah, umumnya
mengatur aktivitas yang lebih memerlukan durasi daripada kecepatan.

Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus jaringan endokrin yang menyatu di bagian tengah oleh
bagian sempit kelenjar, sehingga kelenjar ini tampak seperti dasi kupu-kupu. Kelenjar ini bahkan
terletak di posisi yang tepat untuk pemasangan dasi kupu-kupu, yaitu diatas trakea, tepat dibawah
laring.1 Penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui struktur organ kelenjar tiroid, fungsi
kelenjar tiroid, mekanisme pembentukan hormon tiroid, peran hipofisis anterior terhadap
pembentukan hormon tiroid dan pengaruh hormon tiroid.

Makroskopis Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus yang terletak di sebelah kanan dan kiri trakea dan
diikat bersama oleh secarik jaringan tiroid yang disebut ismus serta melintasi permukan anterior
trakea tepat dibawah kertilago tiroid setinggi cincin trachea keempat atau kelima.2,3 Pada
anterolateral lobus tiroid dibatasi oleh musculus sternohyoideus, venter superior musculus
omohyoideus, musculus sternohyoideus dan pinggir anterior musculus sternocleidomastoideus. Di
bagian posterolateral pula kelenjar ini dibatasi oleh selubung carotis dengan arteri carotis
communis, vena jugularis interna dan nervus vagus. Di bagian medial, larnyx, trachea, pharynx
dan oesophagus yang membatasi kelenjar tiroid. Pinggir posterior masing-masing lobus yang bulat
berhubungan di posterior dengan glandula parathyroidea superior dan inferior.4 Bentuk kelenjar
ini menyerupai huruf H atau mirip dasi kupu-kupu bisa dilihat pada gambar 1 dibawah ini.

2
Gambar 1. Topografi Kelenjar Tiroid1

Kelenjar ini diperdarahi oleh arteri thyroidea superior dan arteri thyroidea inferior sebagai
arteri utama. Sedangkan untuk aliran venanya terbagi menjadi tiga yaitu vena thyroidea superior
yang akan bermuara ke vena jugularis interna, vena thyroidea medialis yang bermuara ke vena
jugularis interna juga, dan vena thyroidea inferior yang bermuara ke vena anonyma kiri. 3 Untuk
aliran kelenjar getah beningnya mengikuti dua aliran yaitu nnll intraglandulari dan nnll
ekstraglandularis.3 Kelenjar ini dipersarafi ganglion simpatis cervicalis media dan cervicalis
inferior dan saraf parasimpatis oleh nervus laryngea superior dan nervus laryngea recurrens.4

Gambar2. Perdarahan dan persarafan kelenjar tiroid.

3
Hipotalamus - Hipofisis
Hipotalamus adalah area kecil otak yang terletak di bagian otak depan yang disebut
diensefalon. Hipotalamus adalah organ saraf sekaligus oragan endokrin. Hipotalamus memiliki
suatu peran penting untuk mempertahankan homeostatis, yaitu mempertahankan lingkungan
internal tubuh tetap konstan. Ia secara terus-menerus menerima informasi dari sistem saraf pusat
dan perifer mengenai suhu tubuh, nyeri, rasa nikmat, pemerian makanan, rasa lapar, massa tubuh,
dan status metabolik. Hipofisis adalah kelenjar endokrin yang terletak di rongga tulang didasar
otak tepat dibawah hipotalamus. Hipofisis dihubungkan dengan hipotalamus oleh sebuah tangkai
tipis. Hipofisis memiliki dua lobus yaitu hipofisis anterior dan posterior. Hipofisis anterior terdiri
dari jaringan epitel kelenjar atau (adenohipofisis). Hipofisis anterior membentuk hormone yang
dibebaskan kedalam darah. Hipofisis anterior berhubungan dengan hipotalamus melalui pembuluh
darah. Hipofisis posterior berhubungan dengan terdiri dari jaringan saraf atau (neurohipofisis).
Hiposfisis posterior tidak menghasilkan hormone apapun, tetapi bagian ini hanya menyimpan.
Hipofisis posterior berhubungan dengan hipotalamus melalui jalur saraf. Hipotalamus dan
hipofisis posterior membentuk suatu system neuroendokrin yang terdiri dari suatu populasi neuron
sekretorik yang badan selnya terletak di dua kelompok hipotalamus yaitu nucleus paraventrikel
dan nucleus supraoptikus yang mengandung neuron-neuron penghasil vasopressin dan oksitosin
yang disintesis dibadan sel, lalu hormone akan mengalir menyusuri akson untuk disimpan diujung
neuron, jika neuron mengalami eksitasi maka hormone simpanan dibebaskan dari ujung-ujung
saraf kedalam darah sistemik untuk disebar keseluruh tubuh.5
Tiga jenis sel dapat dibedakan dengan metode pewarnaan: asidofil yang berwarna merah,
basofil yang berwarna biru, kromofob yang tidak berwarna. Sementara itu, hipofiis posterior lebih
kecil daripada hipofisis anterior dan terdiri dari serat saraf, neuroglia, dan pembuluh darah. Serat
saraf berjalan menuju lobus ini dari hipotalamus.6
Adapun hormon-hormon yang mengalir dari hipotalamus ke kelenjar hipofisis anterior
terdiri dari hormon pertumbuhan (growth hormon – GH), thyroid stimulating hormone (TSH),
adrenokortokotropik (ACTH), gonadotropin (LH & FSH), dan juga prolaktin. Sementara hormon
yang dialirkan ke lobus posterior adalah hormon antidiuretik (ADH) dan oksitosin.6

4
Hormon Hipofisis Anterior
Growth Hormon (GH)
Growth hormon atau GH memiliki beberapa efek fisiologis. Pertama, GH berperan dalam
sintesis protein, GH mempercepat laju sintesis protein pada seluruh sel tubuh dengan
meningkatkan pemasukan asam amino melalui membran sel. Kedua, berperan dalam konservasi
karbohidart dimana GH menurunkan laju penggunaan karbohidrat oleh sel-sel tubuh, dengan
demikian menambah kadar glukosa darah. Ketiga, GH berperan dalam mobilisasi simpanan lemak
dan pemakaian lemak untuk energi. Terakhir, GH menyebabkan hati (mungkin juga ginjal)
memproduksi somatomedin, sekelompok faktor pertumbuhan dependen-hipofisis yang sangat
penting untuk pertumbuhan tulang dan kartilago.7
Pelepasan GH distimulus oleh hormon pelepas pertumbuhan (growth hormone releasing
hormon – GHRH) dari hipotalamus yang kemudian dibawa melalui saluran portal hipotalamus-
hipofisis anterior. Stimulus tambahan untuk pelepasan GH meliputi kondisi stress, mal-nutrisi, dan
aktivitas yang merendahkan kadar gula darah, termasuk puasa. Sekresi GHRH akan dihambat oleh
peningkatan kadar GH dalam darah melalui mekanisme umpan balik. Somatostatis adalah hormon
yang juga berperan penting sebagai penghambat GH. Stimulus tambahan lainnya untuk inhibisi
GH meliputi obesitas dan peningkatan kadar asam lemak darah.7
Thyroid stimulating hormone (TSH)
TSH adalah hormon tiroid dari hipofisis anterior yang merupakan regulator fisiologik
terpenting sekresi hormon tiroid (TH). TSH selain meningkatkan sekresi hormon tiroid, TSH juga
mempertahankan integritasi kelenjar tiroid. Tanpa adanya TSH, tiroid mengalami atrofi dan
mengeluarkan TH dalam jumlah sangat rendah. Sebaliknya, kelenjar mengalami hipertrofi dan
hiperplasia sebagai respon terhadap TSH yang berlebihan.
Thyrotropin releasing hormon (TRH) hipotalamus melalui efek tropiknya, menyalakan
sekresi TSH oleh hipofisis anterior, sementara hormon tiroid melalui mekanisme umpan balik
negatif, memadamkan sekresi TSH degan menghambat hipofisis anterior. Satu-satunyaa faktor
yang diketahui meningkatkan sekesi TRH adalah pajanan ke cuaca dingin pada bayi baru lahir.
Sementara itu, berbagai jenis stress menghambat sekresi TSH dan hormon tiroid.8
Adrenokortokotropik (ACTH)
ACTH atau yang dikenal sebagai adrenokortokotropik merangsang sekresi kortisol oleh
korteks adrenal dan mendorong pertumbuhan korteks adrenal. Selain dari itu, ACTH juga

5
merangsang androgen adrenal. Apabila kadar ACTH tinggi, dapat menimbulkan masukulinisasi
pada wanita dan anak. Struktur.8
Gonadotropin
Gonadotropin meliputi dua hormon hipofisis anterior, yaitu Folicle Stimulating Hormone
(FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). Jaringan target FSH dan LH adalah ovarium pada wanita
dan testis pada pria. FSH memiliki fungsi berbeda pada wanita dan pria. Pada wanita, hormon ini
merangsang pertumbuhan dan perkembangan folikel ovarium. Hormon ini juga mendorong sekresi
hormon estrogen oleh ovarium. Pada pria FSH diperlukan untuk produksi sperma. LH juga
memiliki fungsi yang berbeda pada wanita dan pria. Pada wanita LH berperan dalam ovvulasi dan
luteinisasi. LH juga mengatur sekresi hormon-hormon seks wanita. Pada pria hormon ini
mrangsang sel interstisium Leyding di testis untuk mengeluarkan hormon seks pria.8
Prolaktin
Prolaktin meningkatkan perkembangan payudara dan produksi susu pada wanita.
Fungsinya pada pria belum jelas, meskipun bukti menunjukan bahwa hormon ini mungkin
merangsang produksi reseptor LH di terstis. Selain itu, prolaktin mungkin meningkatkan sistem
imun dan menunjang pembentukan pembuluh darah baru di tingkat jaringan pada kedua jenis
kelamin, kedua efek ini sama sekali tidak berkaitan dengan perannnya dalam fisiologi reproduksi.8
Hormon Hipofisis Posterior
Hormon antidiuretik (ADH)
ADH menyebabkan sel duktus pengumpul ginjal menjadi lebih permeabel terhadap air. Hal
ini meningkatkan reabsorpsi air ke dalam darah sehingga menurunkan diuresis urin. Ini adalah
efek antidiuretik ADH. Pada kadar yang sangat tinggi, ADH menyebabkan kontraksi otot polos
vaskular sehingga meningkatkan tahanan perifer total dan tekanan darah.9
Oksitosin
Oksitosin menstimulasi kontraksi lapisan otot polos duktus kelenjar payudara sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan intramamaria dan kemudian keluarnya air susu yang disimpan
ke puting. Oksitosin juga menstimulasi kontraski otot polos uterus. Oksitosin menyebabkan
peningkatan intensitas kontraksi uterus saat terjadi kemajuan persalinan dan mendekati pelahiran.9

Mikroskopis Kelenjar Tiroid

6
Pada sediaan, mereka hampir bulat dan berdiameter antara 0,2 dampai 0,9 mm. Folikel dibatasi
epitel selapis kuboid. Sel-selnya terpolarisasi terhadap lumen, yang terisi substansi mirip-gelatin
atau semicair yang disebut koloid. Tiroksin dan triiodotironin disimpan dalam bentuk koloid
sebagai unsur pembentuk sebuah glikoprotein sekresi besar disebut tiroglobulin. Setiap folikel
dibungkus lamina basal tipis, yaitu jalinan serat retikular halus, dan sebuah plexus kapiler.
Epitel folikel tiroid mamalia terdiri atas dua jenis sel, sel principal yang terbanyak pada
epitel itu dan sel parafolikel yang terdapat satu-satu atau dalam kelompok kecil di antara basis sel-
sel principal ( Gambar 2). Epitel ini umumnya kuboid rendah namun tingginya bervariasi dari
folikel ke folikel dan pada keadaan aktivitas fisiologik berbeda. Ia dapat terutama gepeng atau
kuboid pada kelenjar yang relatif tenang dan kolumnar pada kelenjar hiperaktif.

Gambar 3. Sel-sel kelenjar tiroid


Sumber http://www.histology-world.com/photoalbum/displayimage.php?album=85&pid=4413
Sel principal memiliki inti bulat atau lonjong, sedikit heterokromatin dan mengandung satu
atau dua nukleoli. Sitoplasma selnya basofilik, sedangkan koloidnya terpulas dengan eosin dan
memberi reaksi kuat terhadap karbohidrat dengan asam periodat Schiff. Pada mikrograf elektron,
permukaan lumen dari sel-sel principal memiliki banyak mikrovili pendek. Membran pada dasar
selnya licin dan duduk diatas lamina basal tipis yang mengelilingi folikel secara lengkap.
Sel parafolikel besar yang pucat terletak di dalam epitel namun tidak mencapai permukaan
bebasnya, terpisah darinya oleh bagian melengkung sel-sel principal di sebelahnya. Mereka

7
terdapat satu-satu atau dalam kelompok kecil. Pada mikrograf elektron, semua sel parafolikel
tampak di dalam epitel. Sel-sel parafolikel dua sampai tiga kali lebih besar daripada sel principal,
namun pada manusia mereka hanya merupakan 0,1% dari massa epithelial kelenjar. Mereka
cenderung lebih banyak di bagian pusat lobus tiroid. Intinya bulat atau lonjong dan mungkin
berlekuk pada satu sisinya. Sitoplasmanya berdensitas rendah dan mengandung reticulum
endoplasma dalam jumlah sedang, terutama berbentuk tubular, namun mungkin juga terdapat
tumpukan kecil cysterna. Granul sekresi sel-sel parafolikel mengandung kalsitonin, sebuah
hormon peptide dari 32 asam amino yang menurunkan konsentrasi kalsium darah dengan menekan
reabsorpsi tulang.
Sel – sel sekretorik utama tiroid yang dikenal sebagai sel folikel, tersusun membentuk bola-
bola berongga yang masing- masing membentuk satu unit fungsional yang dinamai folikel . Pada
potongan mikroskopik, folikel tampak sebagai cincin sel- sel folikel mengelilingi suatu lumen
dibagian dalam yang terisi oleh koloid, bahan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan
ekstrasel untuk hormone tiroid. Perhatikan bahwa koloid di dalam lumen folikel bersifat ekstrasel
(yaitu diluar sel tiroid) meskipun terletak dibagian di dalam bagian interior folikel. Koloid tidak
berkontak langsung dengan cairan ekstrasel yang mengelilingi folikel berupa yang mengelilingi
folikel, serupa dengan danau di tengah pulau yang tidak berhubungan langsung dengan lautan yang
mengelilingi pulau tersebut.
Konsistuen utama koloid adalah suatu molekul protein besar yang dikenal sebagai
tiroglobulin (Tg) yang berikatan dengan hormon tiroid dalam berbagai stadium sintesis. Sel
Folikel menghasilkam dua hormone yang mengandung iodium yang berasal dari asam amino
tirosin, tetraiodotironin ( T4 atau tiroksin ) dan triiodotironin (T3) Kedua hormone secara
kolektif disebut hormone tiroid yang merupakan regulator penting terhadap laju metabolik basal
keseluruhan.10,11
Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus lateral dihubungkan melalui sebuah ismus yang
sempit. Organ ini terletak di atas permukaan anterior kartilago tiroid trakea tepat di bawah laring.
Kelenjar ini mensekresikan dua jenis hormon tiroid yaitu tiroksin (tetraiodotironin-T4) dan
Trilodotrionin (T3). T4 mencapai 90% dari seluruh sekresi kelenjar tiroid.
Sintesis dan Penyimpanan Hormon Tiroid10,11

8
Sintesis hormone tiroid memerlukan dua bahan dasar yaitu tirosin dan iodium, yang
keduanya harus diserap dari darah oleh sel – sel folikel. Tahap pembentukan hormone tiroid
dimulai dari pengangkutan iodida dari darah ke dalam sel –sel dan folikel ke tiroid. Membran
basal sel tiroid mempunyai kemampuan yang spesifik untuk memompakan iodida secara aktif ke
bagian dalam sel. Kemampuan ini dinamakan penjeratan iodida (iodida trapping). Pada kelenjar
tiroid yang normal, pompa iodida dapat memekatkan iodide kurang lebih 30 kali dari
konsentrasinya di dalam darah. Tirosin adalah asam amino yang disintesis tubuh, sedangkan
iodium tidak disintesis oleh tubuh sehingga harus diperoleh dari makanan.
Sintesis, penyimpanan, dan sekresi hormon tiroid terdiri dari langkah – langkah berikut:
Semua langkah sintesis hormone tiroid berlangsung di dalam molekul tiroglobulin di dalam koloid.
Tiroglobulin di sintesis oleh reticulum endoplasma sel folikel. Di dalam sel folikel, tiroglobulin
yang disintesis akan menyatu dengan tirosin dan kemudian dikeluarkan ke dalam koloid dengan
cara eksositosis. Sel-sel folikel yang mengelilingi koloid membentuk suatu glikoprotein yang
disebut tiroglobulin dan enzim untuk sintesis hormone tiroid. Protein – protein ini di kemas
kedalam vesikel dan disekresikan ketengah – tengah ruang folikel . Sel –sel folikel juga secara
akif menimbun iodida, I- yang berasal dari makanan dengan menggunakan sodium – iodide-
symporter ( NIS).
Iodium dari darah terjerat di membran secara aktif oleh enzim hydrogen peroksidase yang
dihasilkan enzim tiroid peroksidase di sel folikel. Kemudian melalui pompa iodium yaitu pompa
Na – K ATPase terletak di membran luar sel folikel, iodium secara aktif masuk ke dalam sel folikel
menuju ke dalam koloid.
Di dalam koloid, iodium cepat melekat dengan molekul tiroglobulin. Perlekatan sebuah
iodium ke tirosin menghasilkan monoiodotirosin (MIT). Perlekatan dua iodium ke tirosin
menghasilkan diiodotirosin (DIT).
Kemudian terjadi penggabungan antar molekul MIT dan DIT. Penggabungan antar satu
molekul MIT dengan satu molekul DIT menghasilkan triiodotironin (T3). Penggabungan antar dua
molekul MIT menjadi tetraiodotironin (T4 atau tiroksin). Penggabungan tidak terjadi antara dua
molekul MIT.
Sekitar 90% produk sekretorik yang dikeluarkan dari kelenjar tiroid adalah dalam bentuk
T4, walaupun T3 memiliki aktivitas biologis sekitar empat kali lebih poten daripada T3. Namun
sebagian besar T4 kemudian diubah atau diaktifkan oleh enzim deiodinase menjadi T3 melalui

9
proses pengeluaran satu iodium di hati dan ginjal. Sekitar 80% T3 dalam darah berasal dari
pengubahan T4. Dengan demikian T3 adalah bentuk hormone yang paling aktif di tingkat sel,
meskipun tiroid menghasilkan lebih banyak T4. Dalam kerjanya, T3 memiliki potensial lebih besar
sekitar 2-4 kali dari pada T4, selain itu juga T3 bekerja lebih cepat, mempunyai efek dalam
beberapa jam. Sedangkan T4 membutuhkan waktu beberapa hari untuk mencapai respons
maksimal. Dalam sirkulasi hanya sekitar 20% T3 yang dihasilkan dari kelenjar tiroid. Sekitar 80%
T3 dalam darah berasal dari pengubahan T4. Dimana T4 berperan sebagai prohormon (simpanan).
Sebagian besar T4 dan T3 diangkut di darah dalam keadaan terikat ke protein plasma
tertentu. Setelah dikeluarkan ke dalam darah, hormon tiroid yang sangat lipofilik berikatan dengan
beberapa protein plasma. Kurang dari 1% T3 dan 0,1% T4 tetap berada dalam bentuk tidak terikat
(bebas), karena hanya hormone bebas dari keseluruhan hormone tiroid memiliki akses ke reseptor
sel sasaran dan mampu menimbulkan suatu efek.
Terdapat 3 protein plasma yang penting dalam pengikatan hormone tiroid. Pertama,
globulin pengikat tiroksin ( thyroxine binding globulin ): secara selektif mengikat hormone tiroid,
kurang dari 55% T4 dan 65 % dari T3 dalam sirkulasi. Kedua, albumin: secara non selektif
mengikat banyak hormone hipofilik, termasuk 10 % dari T4 dan 35% dari T3. Ketiga, thyroxine
binding prealbumin: dimana hormon ini akan mengikat sisa 35% T4.
Semua produk ini tetap melekat ke tiroglobulin. Hormon tiroid tetap tersimpan dalam
bentuk ini di koloid sampai terurai dan disekresikan. Jumlah hormone tiroid yang tersimpan
normalnya dapat memenuhi kebutuhan tubuh untuk beberapa bulan. Karena reaksi – reaksi ini
berlangsung di dalam molekul tiroglobulin, semua produk tetap melekat ke protein besar tersebut
sampai kemudian dipecah dan di sekresikan jika diperlukan tubuh.
Sumber iodium dalam bahan makanan
Iodium berfungsi dalam sintesis hormone tiroid (iodium diperoleh dari makanan, asam
amino tirosin). Asupan iodium yang dianjurkan dari makanan (atau AKG iodium) untuk berbagai
kelompok umur dan bagi ibu hamil serta menyusui terdapat dalam tabel 1.
Tabel 1. Asupan iodium dari makanan yang dirokemendasikan oleh
WHO/UNICEF/ICCIDD (2001).
Kategori Asupan (µg/hari)
Bayi, 0-59 bulan 90
Anak sekolah, 6-12 tahun 120

10
Anak-anak >12 tahun dan orang dewasa 150
Ibu hamil dan menyusui 200
Sumber http://www.netterimages.com/image/4526.htm
Laut merupakan sumber utama iodium, dengan demikian makanan laut seperti ikan,
kerang-kerangan serta rumput laut yang dapat dimakan merupakan sumber pangan yang kaya
akan iodium. Siklus ekologis iodium di alam dimulai dalam bentuk uap air laut (yang mengandung
iodium) yang dibawa oleh angin dan awan ke wilayah daratan. Uap air laut ini akan jatuh sebagai
air hujan yang sebagian akan menggantikan iodium yang hilang pada lapisan permukaan tanah
kendati salju, hujan, banjir, dan sungai melarutkan kembali iodium dan membawanya ke laut.
Sebagian iodium yang diperoleh dari tanah akan masuk ke dalam air minum serta sejumlah kecil
iodium masuk ke dalam tanaman, hewan, dan produk pangan yang dihasilkan seperti sereal,
kacang-kacangan, buah, sayuran, daging, susu, serta telur.
Bila masukan iodium dalam makanan turun dibawah 10 µg/hari, sintesis hormone tiroid
tidak adekuat dan sekresinya menurun. Akibatnya terjadi peningkatan sekresi TSH, sehingga
kelenjar tiroid terlalu aktif memproduksi hormone tiroid dan terjadi hipertrofi tiroid (gondok
defisiensi iodium). Adapun yang namanya hipertiroidisme yang ditandai dengan peningkatan laju
metabolik basal, peningkatan pembentukan keringat sehingga pengeluaran keringat bertambah
banyak, penurunan berat badan, karena tubuh membakar bahan makanan dengan kecepatan
abnormal, terjadi degradasi netto simpanan karbohidrat, lemak dan protein sehingga menyebabkan
penurunan massa protein otot rangka, sehingga terjadi kelemahan otot. Hal ini disebabkan oleh
bermacam kelainan, meskipun jarang yaitu adanya tumor pada bagian hipofisis anterior yang
meproduksi hormone TSH atau aktifasi konstitutif reseptor TSH.12,14

Pengaturan sekresi hormon tiroid


Hormon tiroid diatur oleh sumbu hipotalamus-hipofisis-tiroid. Thyroid-stimulating
hormone (TSH), hormon tropik tiroid dari hipofisis anterior, adalah regulator fisiologis terpenting
bagi sekresi hormon tiroid. Hampir semua langkah dalam pembentukan dan pengeluaran hormon
tiroid dirangsang oleh TSH. Selain meningkatkan sekresi hormon tiroid, TSH bertanggung jawab
untuk mempertahankan integritas struktural kelenjar tiroid. Tanpa adanya TSH, tiroid mengalami

11
atrofi (ukurannya mengecil) dan sekresi hormonnya berkurang. Sebaliknya, kelenjar ini meng-
alami hipertrofi (peningkatan ukuran setiap sel folikel) dan hiperplasia (peningkatan jumlah sel
folikel) sebagai respons terhadap stimulasi TSH yang berlebihan.

Hormon tiroid, dengan mekanisme umpan-balik negatif, "mematikan" sekresi TSH,


sementara thyrotropin- releasing hormone (TRH) dari hipotalamus secara tropik
"menghidupkan" sekresi TSH oleh hipofisis anterior. Pada sumbu hipotalamus-hipofisis-tiroid,
inhibisi terutama berlangsung di tingkat hipofisis anterior. Seperti lengkung umpan-balik negatif
lainnya, lengkung antara hormon tiroid dan TSH cenderung mempertahankan stabilitas keluaran
(sekresi) hormon tiroid.
Pengaturan sehari-hari kadar hormon tiroid bebas tampaknya dilaksanakan oleh umpan-
balik negatif antara tiroid dan hipofisis anterior, sementara penyesuaian jangka-panjang
diperantarai oleh hipotalamus. Tidak seperti sebagian besar sistem hormonal lain, pada orang
dewasa hormon-hormon di sumbu tiroid secara normal tidak mengalami pergeseran sekresi yang
mendadak dan lebar. Kecepatan sekresi hormon tiroid yang relatif stabil sesuai dengan respons
terhadap hormon yang bersifat lamban dan berlangsung lama; peningkatan atau penurunan kadar
hormon tiroid dalam plasma yang mendadak tidak memiliki nilai adaptif. Satu-satunya faktor yang
diketahui meningkatkan sekresi TRH (dan dengan demikian, TSH dan hormon tiroid) adalah
pajanan ke dingin pada bayi, keadaan ini merupakan mekanisme yang sangat adaptif pada bayi
baru lahir. Peningkatan drastis sekresi hormon tiroid penghasil panas diperkirakan ikut berperan
dalam mempertahankan suhu tubuh dalam menghadapi penurunan mendadak suhu lingkungan
pada saat lahir, sewaktu bayi berpindah dari tubuh ibunya yang hangat ke udara lingkungan yang
lebih dingin. Pada orang dewasa, respons TSH serupa terhadap pajanan dingin tidak terjadi,
walaupun hal ini secara fisiologis masuk akal dan memang terjadi pada beberapa jenis hewan
percobaan.8
Peran katabolisme dan sekresi hormone tiroid6,8
Efek pada plasma dan lemak hati, meningkatnya hormon tiroid akan menurunkan jumlah
kolesterol, fosfolipid, dan trigliserida dalam darah dan meningkatkan asam lemak bebas.
Sedangkan apabila sekresinya menurun, maka akan meningkatkan konsentrasi kolesterol,
fosfolipid dan trigiserida plasma dan hampir selalu menyebabkan pengendapan lemak secara
berlebihan di dalam hati.

12
Efek pada laju metabolisme, hormon tiroid adalah penentu utama laju metabolik basal,
dibandingkan dengan hormone lain, kerja hormone tiroid relative “lamban”. Hormon tiroid
meningkatkan laju metabolisme basal keseluruh tubuh. Hormon ini adalah regulator terpenting
laju konsumsi O2 dan pengeluaran energi tubuh pada keadaan istirahat. Efek metabolik hormone
toroid berkaitan erat dengan efek kalorgenik “ penghasil panas”.
Efek pada metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak, hormon ini meningkatkan
glikolisis, glukogenesis, meningkatkan kecepatan absorpsi, peningkatan sekresi insulin. Pada
metabolisme protein, hormone ini akan mempengaruhi sintesis dan penguraian protein. Pada
metabolisme lemak, hornom tiroid akan meningkatkan metabolismenya, dimana lipid akan
diangkut dari jaringan lemak sehingga konsentrasi asam lemak bebas di dalam plasma, serta
mempercepat proses oksidasi asam lemak bebas oleh sel.
Efek pada tumbuh kembang, hormone tiroid akan merangsang sekresi dan mendorong
efek dari Growth Hormon (GH) pada sintesis structural, pertumbuhan rangka. Hormon tiroid
penting untuk pertumbuhan anak. Pada anak hipotiroidisme, kecepatan pertumbuhan sangat
tertinggal. Pada anak hipertiroidisme, terjadi pertumbuhan tulang yang sangat berlebihan. Akan
tetapi, epifisis lebih cepat menutup, sehingga anak tersebut mempunyai masa pertumbuhan yang
lebih singkat .Hormon ini juga memberikan efek pada metabolisme tulang dan Ca++. Selain itu
peningkatan produksi hormone tiroid akan menyebabkan berat badan menurun, sebaliknya apabila
produksinya berkurang maka berat badan akan meningkat.
Efek pada kebutuhan vitamin, hormon tiroid meningkatkan metabolisme dalam tubuh
dengan cara meningkatkan jumlah enzim tubuh. Jadi sejumlah vitamin yang berperan sebagai
koenzim diperlukan untuk kerja enzim. Oleh karena itu peningkatan hormone tiroid yang berlebih,
akan menyebabkan defisiensi vitamin.
Efek pada pertumbuhan dan perkembangan sistem saraf pusat (SSP), hormon tiroid
penting untuk perkembangan SSP pada janin. Sehingga bayi yang kekurangan hormon tiroid pasca
melahirkan yang tidak di beri pengobatan, maka perkembangan SSP khususnya otak akan
terhambat dan terjadi keterbelakangan mental yang menetap selama hidupnya. Pada umumnya,
hormon tiroid meningkatkan kecepatan berpikir, tetapi juga sering menimbulkan disosiasi pikiran,
dan sebaliknya, berkurangnya hormon tiroid menyebabkan kecemasan yang berlebihan, atau
paranoia.

13
Efek terhadap system kardiovaskular, meningkatnya metabolisme jaringan
mempercepat pemakaian oksigen dan memperbanyak pelepasan jumlah produk akhir metabolism
dari jaringan. Efek ini menyebabkan vasodilatasi di sebagian besar jaringan tubuh untuk sehingga
meningkatkan aliran darah. Kecepatan aliran darah di kulit juga meningkat untuk membuang panas
dari tubuh. Sebagai meningkatnya aliran darah, maka curah jantung juga meningkat sampai 60%
atau lebih di atas normal dan turun sampai hanya 50% dari nomal jika hipotiroidisme yang sangat
berat. Frekuensi dan kekuatan denyut jantung juga meningkat karena kebutuhan jaringan untuk
proses metabolisme meningkat.
Efek pada saluran cerna, selain meningkatkan nafsu makan dan asupan makanan,
hormon tiroid mempercepat sekresi getah pencernaan dan motilitas saluran cerna. Hipertiroidisme
seringkali menyebabkan diare, dan sebaliknya, hipotiroidisme menyebabkan konstipasi.
Efek pada kulit, kecepatan aliran darah pada kulit akan meningkat oleh karena
meningkatnya kebutuhan untuk pembuangan panas. Jadi karena adanya efek kalorgenik hormone
tiroid, menyebabkan vasodilatasi perifer.
Efek pada kelenjar kelamin dan kelenjar mammae, sekresi hormon tiroid yang normal
dapat membuat fungsi seksual yang normal. Pada pria, jika terjadi hipertiroidism akan
menyebabkan impotensi, dan sebaliknya jika hipotiroidisme akan menyebabkan hilangnya libido.
Pada wanita hipertiroidisme, biasanya menderita oligomenore, bahkan kadangkala timbul
amenore. Sedangkan pada wanita hipotiroidisme menyebabkan timbulnya menoragia (darah
menstruasi berlebih) dan polimenore (frekuensi menstruasi lebih sering). Namun pada beberapa
wanita kekurangan hormone ini menimbulkan periode menstruasi yang tidak teratur dan bahkan
timbul amenore. Pada wanita hipotiroidsme juga mengalami penurunan libido yang sangat besar.
Efek pada kelenjar endokrin lain, meningkatnya hormon tiroid menyebabkan
meningkatnya kecepatan sekresi sebagian besar kelenjar endokrin lain. Sebagai contoh
meningkatnya sekresi T4 akan menyebabkan peningkatan metabolisme glukosa menyebabkan
peningkatan sekresi insulin oleh pankreas..

Kesimpulan

14
Hormon tiroid meningkatkan aktivitas metabolisme seluruh atau sebagian besar jaringan
tubuh. Bila sekresi hormon ini banyak sekali, maka kecepatan metabolisme basal meningkat dari
batas normal atau sebaliknya. Salah satu contohnya adalah penyakit gondok yang mengacu pada
pembesaran kelenjar tiroid. Gondok akan timbul jika terdapat stimulasi berlebihan terhadap
kelenjar tiroid oleh TSH. Gondok dapat menyertai hipotiroidisme atau hipertiroidisme, tetapi
gondok tidak selalu ada pada kedua keadaan tersebut. Pada hipotiroidisme yang disebabkan oleh
kegagalan kelenjar tiroid atau kekurangan iodium, gondok timbul karena kadar hormon tiroid
dalam darah sirkulasi sedemikian rendah, sehingga tidak ada inhibisi umpan-balik negatif ke
hipofisis anterior, dan dengan demikian sekresi TSH meningkat. Sekresi TSH yang berlebihan
akibat defek hipotalamus atau hipofisis anterior jelas akan disertai oleh gondok karena terjadi
stimulasi berlebihan terhadap pertumbuhan kelenjar tiroid. Selain itu hormone tiroid akan
merangsang sekresi dan mendorong efek dari Growth Hormon (GH) pada sintesis structural,
pertumbuhan rangka apabila terjadi penurunan sekresi oleh kelenjar tiroid maka akan
mempengaruhi pertumbuhan seorang anak.

15
Daftar Pustaka

1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke 2. Jakarta: EGC; 2001.
2. Evelyn CP. Anantomi dan fisiologi untuk paramedic. Jakarta: Gramedia; 2009. h.281-4
3. Ethel S. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004. h.208-10
4. Snell RS. Kepala dan leher dalam Anatomi klinis. Alih bahasa, Sugiharto L. Ed 6. Jakarta:
EGC; 2006. h.705-6.
5. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC;2009.h.272-4.

6. Silverthorn DU. Fisiologi manusia sebuah pendekatan terintegrasi. Edisi 6. Jakarta:


ECG;2013.h.822-30.

7. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC;2004.
8. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC;2012.
9. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC;2009.h.272-4.
10. Junqueria LC, Carneiro J.Histologi dasar:teks & atlas. Edisi 6. Jakarta :EGC, 2007.
11. Gunawijaya F, Kartawiguna E. Penuntun pratikum, kumpulan foto mikroskopik histologi.
Jakarta : universitas Trisakti,2007.
12. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 20. Jakarta:EGC.h.306-17.
13. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta:EGC;2008.h.978-
87.
14. Gibney MJ. Gizi kesehatan masyarakat.Jakarta: EGC; 2008.h.269-70.

16
17

Anda mungkin juga menyukai