Anda di halaman 1dari 13

Nama :Putri Hilda Octaviani

Nim :218030

Kelas :S1-2A

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PENYAKIT


JANTUNG KONGENITAL

1. Pengertian Penyakit Jantung Konginetal


Penyakit jantung konginetal adalah abnormalitas perkembangan jantung & pemb. darah
besar saat kehidupan intra uterin yg dimanifestasikan pada saat lahir / beberapa tr setelah
lahir berupa :
a. Perubahan curah jantung
b. Perubahan sirkulasi o2
2. Klasifikasi Penyakit Jantung Konginetal
a. Acyanotic . tak terjadi percampuran darah untuk sirkulasi sistemik dg darah yg
belum teroksigenasi
b. Cyanotic. darah untuk sirkulasi sistemik bercampur dg darah yg belum teroksigenasi
3. Etiologi Penyakit Jantung Konginetal
Defek perkembangan embrio selama usia kehamilan 5 – 8 minggu yg disebabkan oleh :
a. Prenetal
b. Genetik
c. Lingkungan
4. Acyanotic
Tidak segera menimbulkan masalah dlm kehidupan. bila kebutuhan o2 meningkat anak
mengalami fatigue, irritable, dyspnea dan pingsan. seringkali tak diketahui sampai
dengan dilakukan pemeriksaan fisik dijumpai adanya mur-mur
5. Patent Ductus Arteriosus (P D A)
Ductus arteriosus struktur normal sirkulasi fetal dan menutup saat lahir atau beberapa
waktu setelah lahir jika tetap tidak menutup maka akan menyebabkan masalah tekanan
aorta yg tinggi dan akan menyebabkan flow darah ke a.
6. Manifestasi Klinis
a. Duktus kecil. tidak ada gejala, ukuran jantung normal, terliha pada ics ii kiri , dan
mur-mur pada pulmonik area
b. Duktus sedang. symptom muncul pada usia 2 – 5 bulan tapi tak berat, minum >
lambat, sering mengalami ispa, sesak saat aktiviats, anak cepat lelah tapi masih bisa
hidup, normal, tb & bb < dari normal, rr & dj sedikit meningkat saat istirahat
c. Duktus besar. symptom beratmuncul pada usia 0 – 4 bl. bayi sesak & berkeringat
saat minum, meningkatnya bb minimal / buruk, mur-mur sistolik pada area ics ii kiri
dan mid diastolik pada apex, tanda dan gejala payah jantung sering mengalami ispa,
dan hipertensi pulmonal
7. Ventricular Septal Defect (VSD)
Terdapatnya hubungan antara ventrikel kiri dengan ventrikel kanan. manifestasi klinis :
defect kecil dan rendah ke asymptomatic , 50% menutup dengan spontan seblm usia 3th,
pada mg 2 – 6 , mur-mur pansistolik pada ics 3 – 4 sisi sternum kiri, menjalar ke
sepanjang tepi kiri sternum derajat murmur s/d 4/6 disertai getaran bising, pertumbuhan
pasien biasanya normal, dan radiologi dan ekg normal ,K.LP;[=-
8. Defek Sedang
Terjadi shunting dari kiri ke kanan yang banyak mengakibatkan flow darah ke paru
meningkat dan mengakibatkan darah ke atrium dan ventrikel kiri meningkat dan
mengakibatkan atrium kiri melebar, ventrikel kiri hypertrophy dan dilatasi. manifestasi
klinis:
a. Pada beberapa hari pasca lahir bayi tampak normal
b. Shunting terjadi sekitar umur 2 – 6 mg mengakibatkan tachypnea, toleransi terhadap
aktivitas menurun mengakibatkan kemampuan minum dalam waktu terbatas
c. Retraksi intercostal, suprasternal dan epigastrium dg/tanpa pch
d. Pertumbuhan terlambat

Pemeriksaan fisik

a. bb < dibanding usia

b. Tachypnea dg/tanpa dyspnea

c. Hiperaktivitas ventr. kiri dapat diraba

d. Bj i dan ii normal

e. Terdengar mur-mur pansistolik di ics bwh tepi kiri sternum - spj sternum -
punggung
f. Terdengar diastolik flow mur-mur di apex o.k >>> drh yang lewat saat
diastolik

g. Tanda payah jantung : gallop’s rythme

h. Rales pd basal paru dg/ tanpa bendungan vena sistemik, edema palpebrae

9. Atrial Septal Defect (ASD)


Atrial septal defect adalah foramen ovale yang tetap terbuka atau septum atrium yang
tidak sempurna. manifestasi klinis :
a. Sebagian besar asymptomatic
b. Pertumbuhan normal kec.pada defek besar : deformitas bentuk dada
c. Kecurigaan biasanya pada pemeriksan ditemukan adanya mur-mur
d. Bj i normal, bj ii split melebar & menetap
e. Payah jantung jarang dijumpai pada masa bayi atau anak
f.  darah yg >>> pada jtg kanan stenosis pulmonal relatif  terdengan mur-mur
sistolik ejeksi di tepi kiri atas sternum menjalar ke tepi kiri sternum bag. tengah
g. Pada defek yg besar dapat terjadi stenosis trikuspid relatif terdengar mur-mur mid
diastolik di tepi kiri sternum bawah
10. Atrioventricular Septal Defect (Avsd)
Atrioventricular Septal Defect (Avsd) adalah gangguan perkembangan bantalan
endocardium (end. cushion)  defek atrium, defek ventrikel, dan defek katup
atrioventrikularshunting pada ke 4 ruang. manifestasi klinik :
gejala muncul pada mg i
a. Bayi mengalami kesulitan minum
b. RR cepat
c. Berat badan sulit naik
d. Tanda payah jantung akan dijumpai pada beberapa bulan pertama
11. Cyanotic
Cyanotic adalah terjadi percampuran darah pulmonal dengan darah membahayakan
kehidupan, sirkulasi sistemik mengakibatkan perfusi sel menurun kesulitan bernafas /
dyspnea saat minum / defekasi, menggunakan otot- otot pernafasan tambahan
menakibatkan retraksi intercostal, nasal flaring. bayi/anak bernafas >baik dg posisi knee
chest sianosis hebat sejak neonatal dan > nyata pada area yang mengandung pemb. drh
>>>hr meningkat, murmurpembesaran hepar , bb naik yg lambat, cenderung mengalami
ispa.

12. Tetralogy Fallot


Tetralogy fallot adalah defek yang terdiri dari stenosis pulmonal, hipertropi ventrikel
kanan, entrikel septal defek over riding aorta. transposition of the great aorta adalah aorta
dan arteri pulmonal berganti posissi anak biasanya tak bertahan hidup. Atresia trikuspid
adalah katup trikuspid tertutup mengakibatkan darah tak bisa lewatmengakibatkan
terbuka pada septum atrium dan duktus arteriosus . truncus arteriosus adalah gagal dlm
pembentukan a.pulmonal dan aorta dari truncus bulbaris ventrikel kiri dan kanan
mengalirkan darah pada 1 saluran
PENGKAJIAN KARDIOVASKULER PADA ANAK

1. Data Biografi
a. Nama
b. Usia
c. Tanggal lahir
d. Jenis kelamin
e. Nama orang tua
f. Alamat
g. Umur/pendidikan/pekerjaan orang tua
h. Agama dan suku bangsa
2. Anamnese

a. Keluhan Utama

1) Keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat


2) Keluhan utama tidak selalu keluhan yang pertama disampaikan pasien atau orang
tua
3) Keluhan utama tidak harus sejalan dengan diagnosis utama
b. Riwayat Kesehatan Sekarang

1) Disusun cerita yang kronologis, terinci dan jelas sejak sebelum terdapat keluhan
sampai ia berobat
2) Bila pasien telah berobat sebelumnya tanyakan kapan, kepada siapa, obat yang
diberikan dan bagaimana hasilnya
3) Perlu ditanyakan perkembangan penyakit kemungkinan terjadinya komplikasi,
adanya gejala sisa, bahkan juga kecatatan
4) Pada dugaan penyakit menular, perlu ditanyakan apakah ada anak lain yang
menderita penyakit yang sama
Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan dalam pengumpulan data riwayat
kesehatan sekarang :
 Nyeri dada
 Napas sesak
 Pusing sewaktu merubah posisi
 Bengkak pada kaki
 Detak jantung yang cepat dan melompat
 Mudah lelah
 Obat- obatan yang diminum khususnya yang mempengaruhi kerja jantung
 Apakah luka pada kaki tidak sembuh ( disebabkan oleh kemunduran sirkulasi
ke ekstremitas bawah )
c. Riwayat Kesehatan Masala Lalu

Dalam pengumpulan data status kesehatan dahulu perlu diketahui karena mungkin
ada hubungan dengan penyakit sekarang. Pertanyaan untuk menggali data status
kesehatan dahulu diantaranya :

1) Apakah anak lahir dengan cacat jantung bawaan


2) Apakah anak pernah menderita demam reumatik
3) Murmur jantung
4) Tekanan darah tinggi
5) Tinggi kolesterol
6) Nyeri dada , napas pendek, pingsan bengkak pada kaki, palpitasi, bingung,
lelah, dan reaksi alergi.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
1) Anggota keluarga yang menderita gangguan jantung
2) Meninggal tiba- tiba tanpa diketahui penyebabnya
3) Hipertensi
4) Tinggi kolesterol atau diabetes melitus
e. Pertimbangan Perkembangan
1) Apakah anak mengalami pertumbuhan lambat
2) Masalah koordinasi
3) Nampak biru sewaktu menangis
4) Sering istirahat sewaktu bermain
5) Kesulitan sewaktu makan atau sering mengalami infeksi tenggorokan
f. Riwayat Kehamilan Ibu
Ajukan pertanyaan pada ibu pasien :
1) Bagaimana kesehatan ibu selama hamil
2) Apakah ia mengalami gagal jantung ( murmur jantung )
3) Sering pusing sewaktu mengubah posisi
4) Tekanan darah tinggi dan bengkak pada kaki
5) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit ibu
6) Obat- obatan yang diminum selama kehamilan muda : Talidomid :
amelia/fokomelia
7) Infeksi virus yang terjadi pada TM I : Virus Rubella: sindrom rubela
8) Apakah merokok/minuman keras
9) Anamnesis yang cermat mengenai makanan ibu
g. Riwayat Kelahiran
1) Perlu ditanyakan teliti ( tanggal dan tempat kelahiran, siapa yang menolong
persalinan )
2) Cara kelahiran
3) Adanya kehamilan ganda
4) Keadaan setelah lahir
5) BB dan PB padawaktu lahir
3. Pemeriksaan Fisik
a. Pola Pertumbuhan Anak

1) Tinggi badan. Bayi dan anak dengan kelainan jantung biasanya memiliki
pertumbuhan tinggi badan tetapi tidak signifikan.

2) Berat badan. Bayi dan anak dengan kelainan jantung biasanya memiliki BB
kurang dari normal.

3) Lingkar kepala

4) Lingkar lengan atas

b. Keadaan Umum

1) Perlu dicatat adanya dismorfia, kesadaran, status gizi, pucat, sianosis, ikterus,
dan apakan pasien dalam keadaan distress.
2) Perhatikan sikap pasien waktu berbaring, apakah ia gelisah ataukah tenang atau
kooperatif.
3) Apakah terdapat gerakan involunteer, tremor, atau paresis.
4) Perhstikan cara pasien berjalan, duduk, atau berbaring. Umumnya pasien
mencari posisi yang nyaman. Pasien dengan gagal jantung akan merasa lebih
nyaman apabila ia duduk atau berbaring setengah duduk. Pasien dengan
perikarditis lebih suka duduk membungkuk untuk mengurangi rasa sakit. Pasien
yang menderita hipoksia akut, disamping bernapas cepat, juga tampak gelisah,
demikian pula pasien edema paru atau tamponade jantung
c. Terdapatnya kelainan bawaan atau sindrom tertentu
Beberapa sindrom akibat kelainan kromosom dan rubela seringkali disertai penyakit
jantung bawaan. Pengetahuan tentang berbagai sindrom tersebut amat penting,
karena penyakit jantung bawaan yang menyertainya sering cukup khas.
d. Kulit dan selaput lendir
Perhatikan apakah ada sianosis atau warna kebiruan pada kulit dan selaput lendir
atau tidak untuk mengklasifikasi penyakit dalam golongan sianotik atau asianotik.
Penilaian pada anak besar mudak dilakukan. namun pada bayi sianotik yang ringan
tidak mudah untuk terdeteksi. Lebih-lebih secara fisiologis pada neonatus sampai
usia beberapa hari memang tedarapat sianosis perifer yang tampak pada kukunya.
Sehingga perlu dibedakan antara sianosis perifer dan sianosis sentral. Pada kelainan
jantung biasanya ditunjukkan dengan sianosis sentral yang terjadi kebiruan pada
mukosa bibir, lidah, dan konjungtiva, yakni daerah dengan perfusi yang baik.
e. Pemeriksaan Nadi
Pemeriksaan nadi harus dilakukan pada keempat ekstremitas, yaitu :
1) Kedua a. Radialis ( atau a. Brakialis pada bayi )
2) Kedua a. Dorsalis pedis ( atau a. Femoralis pada bayi )
Apabila ditemukan nadi pada lengan lebih kuat sedangkan nadi femoralis atau
dorsalis pedis sulit diraba atau sebaliknya dapat dicurigai terdapat kelainan jantung.
f. Pemeriksaan Tekanan Darah
Tekanan darah pada bayi dan anak hendaknya diukur pada keempat ekstremitas.
Pengukuran pada satu ekstremitas dapat dibenarkan bila nadi di keempat ekstremitas
terbaba normal dan ekual.Pada pengukuran tekanan darah, pasien dapat berbaring
telentang atau duduk. Nilai normal tekanan darah pada bayi dan anak sangat
bergantung kepada umur, makin tua umur, makin tinggi tekanan sistolik dan
diastoliknya
g. Pulsasi Vena
Pemeriksaan pulsasi vena sebenarnya mempunyai nilai diagnostik yang penting,
tetapi pada bayi dan anak seringkali tidak dilakukan karena sulitnya pemeriksaan
akibat leher yang pendek. Pemeriksaan pulsasi vena dilakukan pada pemeriksaan
tekanan vena jugularis. Secara kasar tekanan vena jugularis ini menggambarkan
tekanan atrium kanan. Nilai normal adalah PVJ <= 8 cmH2O.
h. Pemeriksaan Jantung
1) Inspeksi. Inspeksi jantung berarti mencari tanda-tanda yang mengungkapan
keadaan jantung pada permukaan dada dengan cara melihat / mengamati.
Tanda-tanda itu adalah (1) bentuk prekordium (2) Denyut pada apeks jantung
(3) Denyut nadi pada dada (4) Denyut vena.
 Bentuk prekordium . Perlu diperhatikan apakah terdapat asimetri atau
kelainan bentuk prekordium. Normalnya, bentuk prekordium pada orang
sehat kedua belah dada simetris, tidak terjadi perubahan bentuk seperti
cekungan ataupun gembung. Pembesaran jantung kanan oleh berbagai
sebab dapat menyebabkan pebonjolan (bulging) dada kiri. Hipertensi
pulmonal pada pirau dari kiri ke kanan dapat menyebabkan dada membulat.
Penonjolan dada yang difus dapat terjadi akibat hipertrofi biventrikular
berat dang berlangsung lama.
 Denyut apeks jantung ( iktus kordis ). Perhatikan iktus kordis dan
terdapatnya pulsasi epigastrium yang mungkin disebabkan oleh
hiperaktivitas ventrikel kanan. Iktus kordis ini sulit dinilai pada neonatus
dan anak yang gemuk. Pada iktus kordis normalnya hanya berbentuk
tonjolan kecil. Jika terjadi pembesaran atau perluasan pada iktus kordis
menandakan adanya indikasi terjadi kelainan jantung
 Denyut nadi pada dada Bagian prekordium di samping sternum dapat
bergerak naik-turun seirama dengan diastolic dan sistolik.Tanda ini terdapat
pada ventrikel kanan yang membesar.Apabila di dada bagian atas terdapat
denyutan maka harus curiga adanya kelainan pada aorta.Aneurisma aorta
ascenden dapat menimbulkan denyutan di ruang interkostal II kanan,
sedangkan denyutan dada di daerah ruang interkostal II kiri menunjukkan
adanya dilatasi a. pulmonalis dan aneurisma aorta descenden.
 Denyut vena. Vena yang tampak pada dada dan punggung tidak
menunjukkan denyutan. Vena yang menunjukkan denyutan hanyalah vena
jugularis interna dan eksterna.
2) Palpasi
 Pemeriksaan iktus kordis. Hal yang dinilai adalah teraba tidaknya iktus, dan
apabila teraba dinilai kuat angkat atau tidak. Kadang-kadang kita tidak
dapat melihat, tetapi dapat meraba iktus.Pada keadaan normal iktus cordis
dapat teraba pada ruang interkostal kiri V, agak ke medial (2 cm) dari linea
midklavikularis kiri. Apabila denyut iktus tidak dapat dipalpasi, bisa
diakibatkan karena dinding toraks yang tebal misalnya pada orang gemuk
atau adanya emfisema, tergantung pada hasil pemeriksaan inspeksi dan
perkusi.
 Pemeriksaan getaran. Adanya getaran seringkali menunjukkan adanya
kelainan katub bawaan atau penyakit jantung congenital. Disini yang harus
diperhatikan :Lokalisasi dari getaran, terjadinya getaran : saat systole atau
diastole, getaran yang lemah akan lebih mudah dipalpasi jika frekuensi
jantung dan darah mengalir lebih cepat, dengan terabanya getaran maka
pada auskultasi nantinya akan terdengar bising jantung.
 Pemeriksaan gerakan trakea. Pada pemeriksaan jantung, trachea harus juga
diperhatikan karena anatomi trachea berhubungan dengan arkus aorta.
Pada aneurisma aorta denyutan aorta menjalar ke trachea dan denyutan ini
dapat teraba. Cara pemeriksaannya adalah sebagai berikut : Pemeriksa
berdiri di belakang pasien dan kedua jari telunjuknya diletakkan pada
trachea sedikit di bawah krikoid. Kemudian laring dan trachea diangkat ke
atas oleh kedua jari telunjuk itu. Jika ada aneurisma aorta maka tiap kali
jantung berdenyut terasa oleh kedua jari telunjuk itu bahwa trachea dan
laring tertarik ke bawah.
3) Perkusi
Perkusi dada untuk menentukan pembesaran dan kontur jantung merupakan hal
yang rutin dilakukan pada pasien dewasa. Oleh karena ukurannya yang kecil,
makan pada bayi dan anak kecil cara pemeriksaan tersebut tidak memberikan
informasi yang akurat mengenai besar danbentuk jantung. Inspeksi dan palpasi
yang cermat dapat meberi informasi yang lebih baik, karena itu kebanyakan ahli
jantung anak menafikan cara pemeriksaan ini, kecuali pada anak besar. Foto
toraks merupakan cara obyektif untuk menentuka pembesaran dan kontur
jantung pada bayi dan anak kecil.
4) Auskultasi
 Bunyi jantung .
Bunyi jantung 1 terjadi karena getaran menutupnya katub atrioventrikularis,
yang terjadi pada saat kontraksi isometris dari bilik pada permulaan systole.
Getaran yang terjadi tersebut akan diproyeksikan pada dinding toraks yang
kita dengar sebagai bunyi jantung I. Bunyi jantung II Terjadi akibat proyeksi
getaran menutupnya katub aorta dan a. pulmonalis pada dinding toraks. Ini
terjadi kira-kira pada permulaan diastole. BJ II normal selalu lebih lemah
daripada BJ I. Pada anak-anak akan didengarkan BJ II pulmonal lebih keras
daripada BJ II aortal. Perhatikan ada tidaknya bunyi jantung III dan bunyi
jantung IV
 Bising Jantung / cardiac murmur
4. Pemeriksaan lain
Karakteristik pernapasan pasien sangat penting dinilai, yang harus mencakup frekuensi,
kedalaman, keteraturan, pola pernapasan, pernapasan cuping hidung, retraksi
( interkostal, epigastrium, suprasternal ), serta stridor ( inspiratorik atau ekspiratorik ).
Takipnea dengan pernapasan dangkal merupakan bagian dari gagal jantung. Pernapasan
yang cepat dan dalam ( kusmaul ) terdapat pada asidosis, misalnya pada serangan
sianotik. Perhatikan adanya pola pernapasan abnormal yang lain misalnya apnea
periodik, pernapasan biot, atau Cheyne Strokes. Frekuensi pernapasan dihitung pada
waktu pasien tidur atau berbaring tenang, dan harus dihitung selama 1 menit penuh.
Adanya stidor inspiratorik dapat merupakan tanda kelainan aorta, antara lain cincin
vaskuler. Ekspirasi yang memanjang dan mengi selain merupakan tanda obstruksi jalan
napas bawah juga merupakan tanda gagal jantung yang berat.Perkusi dada dilakukan
pada anak besar untuk mencari adanya efusi pleura. Abdomen diperiksa untuk
menentukan terdapatnya asites atau pembesaran hati. Hepatomegali pada gagal jantung
kongestif ditandai oleh permukaan yang rata dengan tepi tumpul. Splenomegali dapat
ditemukan pada pasien endokarditis.Evaluasi neurologis sangat penting dilakukan pada
anak dan bayi dengan penyakit jantung bawaan sianotik. Perhatikanlah apakah terdapat
paresis atau paralisis yang mungkin merupakan komplikasi dari kelainan jantung. Korea
minor ( korea Sydenham, St. Vitus dance ) pada demam reumatik perlu dibedakan dari
kelainan neurologis lain
5. Pertimbangan Khusus
Pemeriksaan fisik seorang anak dilakukan secara terstruktur dan sistematik, tetapi
pendekatan cephalocaudalyang biasanya lebih disukai untuk orang dewasa mungkin
tidak selalu dapat dilakukan dengan sempurna pada anak-anak. Untuk anak-anak yang
lebih dewasa dan remaja, urutan pemeriksaan seperti pada pasien dewasa mungkin dapat
dilakukan, tetapi makin muda pasiennya maka makin besar kemungkinannya untuk
menggunakan pendekatan “oportunisik” untuk dapat memperoleh data pengkajian vital.
Atau dengan kata lain, urutan pemeriksaan mungkin perlu disesuaikan untuk
mengakomodasi sikap anak. Bayi biasanya lebih mudah, karena mereka tidak terlalu
takut terhadap orang tak dikenal, dapat dialihkan perhatiannya sambil mengumpulkan
data untuk pengkajian kesehatan, dan dapat dipegang oleh orangtua selama pemeriksaan
berlangsung. Jika bayitidur atau mengantuk, maka toraks paru-paru dan kardiovaskular
dapat diperiksa terlebih dahulu, sebelum bayi terbangun. Jika bayi aktif dan mau
bermain, maka pemeriksaan tangan dan kaki dilakukan terlebih dahulu. Pemeriksaan
kepala dan leher biasanya membuat pasien bayi distress, sehingga area ini diperiksa
terakhir. Bayi yang berusia sekitar 1 tahun, balita dan anak-anak sebelum usia sekolah
merupakan tantangan bahkan bagi pemeriksa yang berpengalaman. Anak-anak ini secara
normal telah mengembangkan ketidakpercayaan terhadap orang tak dikenal dengan
berbagai tingkat. Mereka mungkin malah pernah mempunyai pengalaman yang
menakutkan dengan praktisi kesehatan dan, mungkin sangat takut terhadap siapa saja di
suasan kantor atau yang memakai baju putih. Untuk alasa ini, biasanya akan sangat
membantu untuk memakai pakaian putih ketika berinteraksi dengan anak-anak. Juga,
mungkin akan bermanfaat untuk menunjukkan teknik pemeriksaan pada orangtuanya,
boneka, atau mainan binatang terlebih dahulu. Mungkin juga akan membantu, jika pasien
anak tersebut bermain dengan perlatan dan mengkondisikan suasana pemeriksaan.
Hampir selalu diperlukan untukmelakukan pemeriksaan sambil orangtuanya memegang
pasien, namun tidak perlu menghalangi pasien anak tersebut untuk bangun dan berjalan-
jalan di sekitar ruang pemeriksaan. Banyak yang dapat diperiksa ketika pasien mau. Jika
tidak, banyak data mungkin tidak diperoleh, dan mungkin seluruh system harus
diabaikan tidak diperiksa.

Anda mungkin juga menyukai