Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan Maternitas 2

dosen pengampu Suci Noor Hayati., Ners, M.Kep

Disusun Oleh :

Desy Havana Erlianti (218007)

Dwilia Rismayanti (218009)

Eva Kristiani Br Ginting (218011)

Ihda Al Husnayain (218015)

Maram (218020)

Nita Kartini (218027)

Restu Widi Pamulya (218032)

Rizka Hadi Lestari (218034)

Wulansari Kurniasih (218043)

Kelas : S1-3A

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMUKEPERAWATANPPNI JABAR

BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR
Dengan memohon rahmat dan ridho Allah SWT serta mengucap syukur kepada Nya
atas segala limpahan karuniaNya kami diberi kekuatan untuk menyusun makalah yang
berjudul “Hipertensi Pada Kehamilan”. Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
pemenuhan tugas Keperawatan Maternitas 2 yang diampu oleh ibu Suci Noor Hayati.,
Ners, M.Kep.

Kami memiliki harapan yang sangat besar bahwa makalah ini bisa memberikan
manfaat kepada semua pihak, khususnya bagi para pembaca untuk memperluas wawasan
dan juga pengetahuan. Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari
kata sempurna karena berbagai keterbatasan yang kami miliki.

Oleh karena itu, berbagai bentuk kritikan dan juga saran yang membantu akan sangat kami
harapkan untuk makalah ini. Harapan kami, makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan pembaca mengenai materi yang kami bahas. Kritik dan saran membangun
juga sangat kami harapkan.

Bandung, September 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB 1...................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................................3
1.3. Tujuan...................................................................................................................................3
BAB 2...................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN..................................................................................................................................4
2.1. Definisi..................................................................................................................................4
2.2. Metode Penelitian...............................................................................................................5
2.3. Hasil Penelitian....................................................................................................................6
2.3.1 Faktor Resiko Kejadian Hipertensi dalam Kehamilan............................................6
2.3.2 Hubungan Pola Makan Dan Kecukupan Istirahat Tidur Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Biromaru....................................9
2.3.3 Faktor-faktor terjadinya hipertensi dalam kehamilan di Puskesmas X..............10
2.4. Pembahasan......................................................................................................................11
2.4.1 Faktor Resiko Kejadian Hipertensi dalam Kehamilan..........................................11
2.4.2 Hubungan Pola Makan Dan Kecukupan Istirahat Tidur Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Biromaru..................................12
2.4.3 Faktor-faktor terjadinya hipertensi dalam kehamilan di Puskesmas X..............13
2.5. Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil dengan Hipertensi...........................................15
BAB 3.................................................................................................................................................19
KESIMPULAN...................................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................21

ii
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Pada saat ini di Negara-negara berkembang Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) tertinggi Menurut data WHO tahun 2007 didapatkan AKI
adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup sementara untuk AKB pada tahun 2007
adalah 44 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab tigginya AKI di dunia yaitu kematian
ibu dengan perdarahan (25%), sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%),
partus macet (8%), dan komplikasi aborsi tidak aman (13%), serta sebab-sebab
lainnya (8%).

Menurut laporan WHO tahun 2017, AKI di Indonesia tercatat 305/100.000


kelahiran. Artinya ada 400 ribu ibu meninggal setiap bulan, dan 15 ribu meninggal
setiap harinya atau 99% dari seluruh kematian ibu terjadi di negara berkembang.
Dimana penyebab tertinggi kematian ibu diakibatkan oleh pendarahan 32% dan 26%
diakibatkan oleh hipertensi yang menyebabkan terjadinya kejang, keracunan
kehamilan sehingga menyebabkan kematian bagi ibu. (Kemenkes RI, 2017).

Beberapa faktor risiko telah digambarkan sebagai predisposisi terhadap


gangguan hipertensi pada kehamilan di seluruh dunia, seperti: riwayat pre-eklampsia
keluarga, preeklampsia pada kehamilan sebelumnya, kehamilan multifetal, obesitas,
nuliparitas, diabetes, hipertensi kronis, dan ekstrem usia ibu. Pengetahuan tentang
faktor risiko yang paling penting dalam populasi dapat berguna untuk
mengidentifikasi pasien yang memiliki peluang lebih tinggi untuk mengembangkan
gangguan hipertensi, dan perawatan pralahir yang memadai dapat menyebabkan
penurunan rasio mortalitas (Dalmáz, 2011).

Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi


termasuk dalam masalah global yang melanda dunia. Berdasarkan data WHO (World
Health Organization) pada tahun 2017 komplikasi utama penyebab hampir 75% dari
semua kematian ibu adalah perdarahan hebat, infeksi, hipertensi dalam kehamilan
(pre-eklampsia/eclampsia), komplikasi pada persalinan, aborsi yang tidak aman dan
infeksi; malaria atau terkait dengan kondisi kronis seperti penyakit jantung atau
diabetes (WHO, 2017).

Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK) didefinisikan sebagai tekanan darah


≥140/90 mmHg dalam dua kali pengukuran atau lebih. (Cunningham, 2010).

1
Berdasarkan International Society for the Study of Hypertension in Pregnancy
(ISSHP) ada 4 kategori hipertensi dalam kehamilan, yaitu preeklamsia-eklamsia,
hipertensi gestasional, kronik hipertensi dan superimpose preeklamsia hipertensi
kronik. (Manuaba, 2007).

Kejadian hipertensi dalam kehamilan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor


(multiple causation). Usia ibu (<20 atau ≥35 tahun), primigravida, nulliparitas dan
peningkatan Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan faktor predisposisi untuk
terjadinya hipertensi dalam kehamilan.(Prasetyo,2006).

Usia 20-30 tahun adalah periode paling aman untuk hamil/melahirkan.


Hubungan peningkatan usia maternal terhadap hipertensi kehamilan adalah sama,
dan meningkat lagi saat pada usia diatas 35 tahun. Hipertensi karena kehamilan
paling sering mengenai wanita tua.

Graviditas merupakan jumlah dari kehamilan terlepas dari usia kehamilan.


Catatan statistik menunjukkan dari seluruh insiden dunia, dalam 5%-8% hipertensi
dalam kehamilan dari semua kehamilan, terdapat 12% lebih dikarenakan oleh
primigravida (kehamilan pertama). Faktor yang mempengaruhi hipertensi dalam
kehamilan frekuensi primigravida lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida,
terutama primigravida muda.

Wanita hamil atau bersalin diusia lebih dari 35 tahun terjadi penurunan fungsi
organ reproduksi sehingga tidak dapat bekerja secara maksimal. Dimana usia tua
juga berhubungan dengan teori iskemia implantasi plasenta, bahwa trofoblas diserap
ke dalam sirkulasi yang memicu peningkatan sensivitas terhadap angiotensin II,
renin aldosteron sehingga terjadi spasme pembuluh darah serta tahananterhadap
garam dan air yang mengakibatkan hipertensi, bahkan edema. (Cunningham, 2005
dan Damayanti, 2008)

Dari hasil penelitian terdahulu pada tahun 2010 terhadap primigravida,


didapatkan hasil yang signifikan antara obesitas dengan kejadian hipertensi dalam
kehamilan. Hubungan antara berat badan ibu hamil dan risiko terjadiya preeklamsia
bersifatprogresif. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan kejadian
preeklamsia dari 4,3 % pada ibu dengan IMT <19,8 kg/m2 menjadi 13,3% pada ibu
hamil dengan IMT >35 kg/m2.(Ibrahim ,2010).

Rasio kematian ibu / Maternal Mortality Rate (MMR) tahun 2000-2017


menurut WHO turun sekitar 38% di seluruh dunia. Sekitar 810 wanita meninggal
dikarenakan komplikasi kehamilan atau persalinan di setiap harinya. Mayoritas

2
sebagian besar dari semua kematian ibu 94% terjadi di negara berpeghasilan rendah
dan menengah (WHO, 2017).

Kejadian hipertensi dalam kehamilan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor


(multiple causation). Usia ibu (<20 atau >35 tahun),primigravida,nulliparitas dan
peningkatan Indeks massa Tubuh (IMT) merupakan faktor predisposisi untuk
terjadinya hipertensi dalam kehamilan.(Prasetyo, 2006).

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari HDK (Hipertensi Dalam kehamilan)?


2. Apa metode HDK (Hipertensi Dalam Kehamilan)?
3. Bagaimana hasil penelitian HDK (hipertensi Dalam Kehamilan)?
4. Apa pembahasan dari HDK (Hipertensi Dalam Kehamilan)?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari HDK (Hipertensi Dalam Kehamilan).


2. Untuk mengetahui metode HDK (Hipertensi Dalam Kehamilan).
3. Untuk mengetahui bagaimana hasil penelitian HDK (Hipertensi Dalam
Kehamilan).
4. Untuk mengetahui Pembahasan apa saja yang terkait dengan HDK (Hipertensi
Dalam Kehamilan)

3
BAB 2

PEMBAHASAN
1 Definisi

Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK) didefinisikan sebagai tekanan darah


≥140/90 mmHg dalam dua kali pengukuran atau lebih. (Cunningham, 2010).
Berdasarkan International Society for the Study of Hypertension in Pregnancy
(ISSHP) ada 4 kategori hipertensi dalam kehamilan, yaitu preeklamsia-eklamsia,
hipertensi gestasional, kronik hipertensi dan superimpose preeklamsia hipertensi
kronik. (Manuaba, 2007).

Menurut laporan WHO tahun 2017, AKI di Indonesia tercatat 305/100.000


kelahiran. Artinya ada 400 ribu ibu meninggal setiap bulan, dan 15 ribu meninggal
setiap harinya atau 99% dari seluruh kematian ibu terjadi di negara berkembang.
Dimana penyebab tertinggi kematian ibu diakibatkan oleh pendarahan 32% dan 26%
diakibatkan oleh hipertensi yang menyebabkan terjadinya kejang, keracunan
kehamilan sehingga menyebabkan kematian bagi ibu. (Kemenkes RI, 2017).

Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi


termasuk dalam masalah global yang melanda dunia. Berdasarkan data WHO
(World Health Organization) pada tahun 2017 komplikasi utama penyebab hampir
75% dari semua kematian ibu adalah perdarahan hebat, infeksi, hipertensi dalam
kehamilan (pre-eklampsia/eclampsia), komplikasi pada persalinan, aborsi yang tidak
aman dan infeksi; malaria atau terkait dengan kondisi kronis seperti penyakit jantung
atau diabetes (WHO, 2017) Kejadian hipertensi dalam kehamilan dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor (multiple causation). Usia ibu (<20 atau >35
tahun),primigravida,nulliparitas dan peningkatan Indeks massa Tubuh (IMT)
merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
(Prasetyo, 2006).

Usia 20-30 tahun adalah periode paling aman untuk hamil/melahirkan. Wanita
yang berada pada awal atau akhir usia reproduksi, dianggap rentan mengalami
komplikasi kehamilan. Dua tahun setelah menstruasi yang pertama, seorang wanita
masih mungkin mencapai pertumbuhan panggul antara 2-7% dan tinggi badan 1%.
Dampak dari usia yang kurang, dapat menimbulkan komplikasi selama kehamilan.
Setiap remaja primigravida mempunyai risiko yang lebih besar mengalami hipertensi
dalam kehamilan. (Rozikhan, 2007).

4
Hubungan peningkatan usia maternal terhadap hipertensi kehamilan adalah
sama, dan meningkat lagi saat usia diatas 35 tahun. Hipertensi karena kehamilan
paling sering mengenai wanita tua. Telah dilaporkan di RSUP Dr. Kariadi Semarang
pada tahun 2008, bahwa wanita diatas 35 tahun mengalami hipertensi dalam
kehamilan dengan 29 kehamilan mengalami preeklamsia berat, 22 preeklamsia
ringan, 3 eklamsia, 7 superimpose preeklamsia, 11 hipertensi gestasional dan 4
hipertensi kronis. (Damayanti , 2008).

Graviditas merupakan jumlah dari kehamilan terlepas dari usia kehamilan.


Catatan statistik menunjukkan dari seluruh insiden dunia, dalam 5%-8% hipertensi
dalam kehamilan dari semua kehamilan, terdapat 12% lebih dikarenakan oleh
primigravida (kehamilan pertama). Faktor yang mempengaruhi hipertensi dalam
kehamilan frekuensi primigravida lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida,
terutama primigravida muda. Persalinan yang berulang-ulang akan mempunyai
banyak risiko terhadap kehamilan, telah terbukti bahwa persalinan kedua dan ketiga
adalah persalinan yang paling aman. Pada The New England Journal of Medicine
tercatat bahwa pada kehamilan pertama risiko terjadi preeklampsia 3,9%, kehamilan
kedua 1,7% , dan kehamilan ketiga 1,8%. (Rozikhan, 2007)

Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah salah satu pengukuran antropometri


dengan rasio berat badan dan tinggi badan untuk penilaian status gizi. Peningkatan
IMT sangat erat kaitannya dengan terjadinya hipertensi ringan dan atau preeklamsia.
Dari hasil penelitian terdahulu pada tahun 2010 terhadap primigravida, didapatkan
hasil yang signifikan antara obesitas dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan.
Hubungan antara berat badan ibu hamil dan risiko terjadiya preeklamsia bersifat
progresif. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan kejadian preeklamsia
dari 4,3 % pada ibu dengan IMT 35 kg/m2 .(Ibrahim ,2010).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ubungan antara Usia, Graviditas


dan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kejadian Hipertensi Dalam Kehamilan di
RSUD Tugurejo Semarang Pada Tahun 2013.

2 Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan studi observasional dengan metode


cross-sectional secara prospektif yaitu melakukan pengukuran variabel untuk
menganalisa adanya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat pada
satu saat tertentu dengan mengikuti subyek untuk meneliti peristiwa yang belum
terjadi.

5
Penelitian ini menggunakan survei analitik dengan pendekatan retrospective.
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di
Puskesmas X dengan riwayat keluarga hipertensi sebanyak 106 responden. Teknik
sampling dalam penelitian ini menggunakan metode non probability sampling yaitu
total sampling dengan jumlah sampel 160 responden. Analisis data menggunakan
Chi-Square dan Uji Regresi Logistik.

Populasi penelitian ini adalah semua ibu hamil yang datang di Poli Rawat
Jalan Spesialis Obstetri dan Ginekologi RSUD Tugurejo Semarang pada bulan
Oktober- Desember 2013. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
total sampling yaitu jumlah sampel sama dengan jumlah populasi yang ada.
Responden dipilih dengan menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi
terdiri dari pasien dinyatakan hamil, bersedia mengikuti penelitian dan mempunyai
catatan medik lengkap. Kriteria eksklusinya adalah pasien mengalami diabetes
gestasional, usia <20 tahun, kehamilan multifetus,memiliki riwayat penyakit jantung,
penyakit ginjal serta hipertensi pada kehamilan sebelumnya. Variable bebas
terikatnya yaitu kejadian hipertensi dalam kehamilan.

Data diperoleh dari hasil wawancara dan pengukuran tekanan darah, berat
badan serta tinggi badan yang dilakukan oleh peneliti atau petugas kesehatan.

Teknik analisis yang digunakan adalah uji statistik Chi Square/Fisher’s Exact
Test dengan tingkat kepercayaan α ≤0,05 (95%) . Analisa multivariat dilakukan untuk
melihat hubungan variabel bebas dengan variabel terikat serta variabel bebas mana
yang paling besar pengaruhnya terhadap variabel terikat dengan uji regresi logistik.

3 Hasil Penelitian

2.3.1 Faktor Resiko Kejadian Hipertensi dalam Kehamilan


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ubungan antara Usia, Graviditas dan
Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kejadian Hipertensi Dalam Kehamilan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Afiana Rohmani, dkk. didapatkan 531
sampel yang dapat dianalisis.
Berdasarkan data pada tabel 1, dapat dinyatakan bahwa dari 531 orang ibu hamil
yang periksa di Poli Rawat Jalan Spesialis Obstetri dan Ginekologi RSUD Tugurejo
Semarang, diperoleh 43 orang (8,1%) dengan hipertensi dalam kehamilan

Hipertensi dalam Kehamilan Jumlah Prosentase (%)


Ya 43 8,1

6
Tidak 488 91,9
Jumlah 531 100
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kejadian Hipertensi Dalam Kehamilan di RSUD
Tugurejo, Periode Oktober-Desember 2013

a. Faktor Usia
Berdasarkan data pada tabel 2, dapat dinyatakan bahwa dari 531 ibu hamil yang
periksa di Poli Rawat Jalan Spesialis Obstetri dan Ginekologi RSUD Tugurejo
Semarang, diperoleh jumlah ibu hamil dengan kelompok usia <35 tahun sebanyak
437 (82,3%) orang dan ibu hamil dengan kelompok usia ≥35 tahun sebanyak 94
orang (17,7%).

Usia Maternal Jumlah Prosentase (%)


<35 Tahun 437 82,3
≥35 tahun 94 17,7
Jumlah 531 100
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Usia Maternal di RSUD Tugurejo
Semarang Periode Oktober-Desember 2013

Hasil analisis dengan uji Chi-square hubungan antara usia maternal dengan kejadian
hipertensi dalam kehamilan diperoleh bahwa ada sebanyak 15 dari 94 (16,0%) ibu
dengan usia risiko tinggi yaitu ≥35 tahun yang mengalami hipertensi dalam kehamilan.
Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara usia maternal dengan kejadian
hipertensi dalam kehamilan dan ibu dengan usia risiko tinggi mempunyai peluang
2,774 kali mengalami hipertensi dalam kehamilan dibandingkan dengan ibu yang
memiliki usia risiko rendah.

Kejadian Hipertensi Dalam Kehamilan


Usia Maternal Ya Tidak Jumlah
n % n % n %
Resiko Tinggi 15 16,0 79 84,0 94 100
Risiko Rendah 28 6,4 409 94,0 437 100
Jumlah 43 8,1 488 91,9 531 100
Tabel 3. Hubungan Usia Maternal dengan Kejadian Hipertensi Dalam Kehamilan di
RSUD Tugurejo Periode Oktober-Desember 2013

b. Faktor Graviditas
Berdasarkan data pada tabel 3, dapat dinyatakan bahwa dari 531 ibu hamil yang
periksa di Poli Rawat Jalan Spesialis Obstetri dan Ginekologi RSUD Tugurejo
Semarang, diperoleh 132 (24,9%) orangdengan kehamilan kurang dari 2 dan 399
(75,1%) orang dengan kehamilan lebih dari 2.

Graviditas Jumlah Prosentase (%)


Kehamilan <2 132 24,9

7
Kehamilan <2 399 75,1
Jumlah 531 100
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Graviditas di RSUD Tugurejo Semarang
Periode Oktober-Desember 2013

Hasil analisis dengan uji Chi Square hubungan antara graviditas dengan kejadian
hipertensi dalam kehamilan diperoleh bahwa ada sebanyak 16 dari 132 (12,1%) ibu
dengan primigravida yaitu kehamilan <2 mengalami hipertensi dalam kehamilan. Maka
dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara graviditas dengan kejadian hipertensi
dalam kehamilan.

Kejadian Hipertensi Dalam Kehamilan


Graviditas Ya Tidak Jumlah
n % n % N %
Primigravida 16 12,1 116 87,9 132 100
Multigravida 27 6,8 372 93,2 399 100
Jumlah 43 8,1 488 91,9 531 100
Tabel 4. Hubungan Graviditas dengan Kejadian Hipertensi Dalam Kehamilan di RSUD
Tugurejo Periode Oktober-Desember 2013

c. Faktor IMT
d. Berdasarkan data pada tabel 4, dapat dinyatakan bahwa dari 531 ibu hamil yang
periksa di Poli Rawat Jalan Spesialis Obstetri dan Ginekologi RSUD Tugurejo
Semarang, diperoleh 312 (58,8%) orang dengan indeks massa tubuh ≤26,0 dan 219
(41,2%) orang dengan indeks massa tubuh >26,0.

Indek Massa Tubuh (IMT) Jumlah Prosentase (%)


IMT ≤26,0 312 58,8
IMT >26,0 219 41,2
Jumlah 531 100
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Indeks Massa Tubuh (IMT) di RSUD
Tugurejo Semarang Periode Oktober-Desember 2013

Hasil analisis dengan uji Chi Square hubungan antara indeks massa tubuh dengan
kejadian hipertensi dalam kehamilan diperoleh bahwa ada sebanyak 27 dari 219
(12,3%) orangdengan indeks massa tubuh risiko tinggi. maka dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian hipertensi dalam
kehamilan. Ibu dengan indeks massa tubuh risiko tinggi mempunyai peluang 2,602 kali
mengalami hipertensi dalam kehamilan dibandingkan dengan ibu yang memiliki indeks
massa tubuh risiko rendah.

Indeks Massa Tubuh Kejadian Hipertensi Dalam Kehamilan


Ya Tidak Jumlah

8
n % N % n %
Resiko Tinggi 27 12,3 192 87,7 219 100
Resiko Rendah 16 5,1 296 94,9 312 100
Jumlah 43 8,1 488 91,9 531 100
Tabel 6. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Hipertensi Dalam
Kehamilan di RSUD Tugurejo Periode Oktober-Desember 2013

2.3.2 Hubungan Pola Makan Dan Kecukupan Istirahat Tidur Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Biromaru.
Populasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah 69 ibu hamil sesuai data
dari Puskesmas Sigi-Biromaru dari bulan Agustus - September 2014.
a. Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil
Hasil analisis hubungan pola makan dengan kejadian hipertensi pada ibu
hamil menunjukkan bahwa dari 41 responden diperoleh bahwa ada 31 orang. Pola
makannya baik ada 6 orang (14,63%) yang mengalami hipertensi dan ada 25 orang
(60,97%) yang tidak hipertensi. Selanjutnya yang pola makannya kurang baik ada 10
orang, 9 orang (21,95%) mengalami hipertensi dan 1 orang (2,43%) tidak hipertensi.
Maka dapat disimpulkan berarti ada hubungan yang signifikan antara Pola makan
dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil.
b. Hubungan Istirahat Tidur Dengan Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil
Hasil analisis hubungan istirahat tidur dengan kejadian hipertensi pada ibu
hamil menunjukkan bahwa dari 41 orang diperoleh bahwa ada 25 orang yang
istirahat tidurnya baik. Ada 6 orang (14,63%) mengalami hipertensi dan ada 19 orang
(46,34%) yang tidak hipertensi. Selanjutnya yang istirahat tidurnya kurang baik ada
16 orang, 9 orang (21,95%) mengalami hipertensi dan 7 orang (17,07%) tidak
hipertensi. Maka dapat disimpulkan berarti ada hubungan yang signifikan antara
istirahat tidur dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil.

Faktor yang Tekanan Darah


Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah
Berhubungan n % N % n %
Pola Makan
Baik 6 14,63 25 60,97 31 75,9
Kurang Baik 9 21,95 1 2,44 24,38 24,38
Istirahat tidur
Baik 6 14,63 19 46,34 25 60,97
Kurang Baik 9 21,95 7 17,07 16 39,02
Jumlah 15 34,14 26 63,41 41 100
Tabel 7. Hubungan Pola Makan dan Kecukupan Istirahat Tidur Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Biromaru

9
2.3.3 Faktor-faktor terjadinya hipertensi dalam kehamilan di Puskesmas X
Berdasarkan tabel 1 Distribusi frekuensi usia pada ibu hamil menunjukan
bahwa frekuensi terbanyak adalah usia 20-35 tahun berjumlah 89 responden
(84,0%), sedangkan 17 responden (16%) lainnya, yaitu berusia < 20 tahun dan > 35
tahun. Paritas pada ibu hamil menunjukan bahwa frekuensi terbanyak adalah paritas
tidak berisiko berjumlah 81 responden (76,4%) dan 25 responden (23,6%) lainnya
paritas beresiko. Riwayat keluarga hipertensi pada ibu hamil menunjukan bahwa
frekuensi terbanyak adalah ibu hamil yang berisiko berjumlah 103 responden
(97,2%) sedangkan 3 responden (2,8%) lainnya adalah ibu hamil tidak beresiko, dan
Hipertensi pada ibu hamil menunjukan bahwa frekuensi terbanyak adalah ibu hamil
dengan tidak hipertensi berjumlah 95 responden (89,6%) dan frekuesni paling sedikit
adalah ibu hamil dengan hipertensi berjumlah 11 responden (10,4%). Maka di
dapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia ibu, paritas dan
riwayat keluarga hipertensi dengan hipertensi dalam kehamilan.

Faktor-faktor Jumlah
F % F %
Hipertensi
Usia Ibu
Beresiko 17 16 17 16
Tidak Beresiko 89 84 89 84
Paritas
Beresiko 25 23,6 25 23,6
Tidak Beresiko 81 76,4 81 76,4
Riwayat Keluarga Hipertensi
Beresiko 103 97,2 103 97,2
Tidak Beresiko 3 2,8 3 2,8
Hipertensi dalam Kehamilan
Beresiko 11 10,4 11 10,4
Tidak Beresiko 95 89,6 96 89,6
Jumlah 106 100 106 100
Tabel 8. Distribusi frekuensi faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi dalam kehamilan di
Puskesmas X Tahun 2017

4 Pembahasan

2.4.1 Faktor Resiko Kejadian Hipertensi dalam Kehamilan


a. Hubungan antara Usia dengan Kejadian Hipertensi Dalam Kehamilan
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia
maternal dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan, dimana ibu hamil dengan
usia ≥35 tahun mempunyai peluang 2,774 kali menyebabkan kejadian hipertensi
dalam kehamilan.

10
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa hamil
atau bersalin diusia lebih dari 35 tahun terjadi penurunan fungsi organ reproduksi
sehingga tidak dapat bekerja secara maksimal. Dimana usia tua juga berhubungan
dengan teori iskemia implantasi plasenta, bahwa trofoblas diserap ke dalam sirkulasi
yang memicu peningkatan sensivitas terhadap angiotensin II, renin aldosteron
sehingga terjadi spasme pembuluh darah serta tahanan terhadap garam dan air
yang mengakibatkan hipertensi, bahkan edema. (Cunningham, 2005 dan Damayanti,
2008)
b. Hubungan antara Graviditas dengan Kejadian Hipertensi Dalam Kehamilan
Berdasarkan hasil uji statistik diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan antara graviditas dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan. Hasil ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Muflihan mengenai analisis faktor
risiko preeklamsi berat di RSUD Tugurejo Semarang pada tahun 2011. Namun hasil
tersebut berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan Rozhikan di Rumah
Sakit Dr.H Soewondo Kendal pada tahun 2012.
Perbedaan penelitian ini dapat terjadi karena pembentukan blocking
antibodies terhadap antigen tak sempurna dan HLA-G yang sering menyebabkan
hipertensi dalam kehamilan pada primigravida, dipengaruhi oleh aktivin A. Aktivin A
adalah suatu glikoprotein yang termasuk dalam keluarga Transfoming Growth
Factor-β, sebuah kelompok protein yang mengontrol proliferasi dan diferensiasi sel
dari banyak sistem tubuh, terutama sistem imun. Perbedaan sistem imun dan genetik
pada tiap individu mampu mempengaruhi kejadian hipertensi dalam kehamilan pada
primigravida. (Rozikhan, 2007)
c. Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Hipertensi Dalam
Kehamilan
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara
indeks massa tubuh dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan, dimana ibu hamil
dengan indeks massa tubuh >26.0 mempunyai peluang 2,602 kali menyebabkan
kejadian hipertensi dalam kehamilan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa tingginya
nilai IMT berkaitan dengan dyslipidemia, yang akan meningkatkan trigliserid
serum/plasma, LDL (Low Density Lipoprotein) dan penurunan VLDL (Very Low
Density Lipoprotein. Keadaan ini akan menginduksi oxidative stress dan
menimbulkan disfungsi sistem endhotel yang merupakan konsep dasar penyebab
hipertensi dalam kehamilan. (Ibrahim 2010, Tsania 2010).

11
2.4.2 Hubungan Pola Makan Dan Kecukupan Istirahat Tidur Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Biromaru.
a. Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil
Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai
pola makan yang baik yaitu 31 orang dan kurang baik ada 10 orang. Berdasarkan
hasil uji statistic chi-square.
Peneliti menyimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pola makan ibu
hamil dengan hipertensi. Kebiasaan makan-makanan berlemak dan bergaram sering
dihubungkan dengan tekanan darah karena konsumsi lemak berlebih dapat memicu
aterosklerosis yang merupakan faktor penyebab terjadinya hipertensi sedangkan
konsumsi garam berlebih dapat meningkatkan timbunan cairan dalam darah
(diuretik) yang menyebabkan sirkulasi darah terganggu sehingga jantung akan
bekerja lebih kuat dan akhirnya tekanan darah seseorang akan tinggi. Aterosklerosis
menyebabkan penebalan pada dinding arteri sehingga jantung akan bekerja lebih
kuat dalam memompa darah dan pada akhirnya tekanan darah seseorang akan
tinggi sesuai dengan aktifitas jantungnya dalam memompa darah.
b. Hubungan Istirahat Tidur Dengan Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil
Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai
istirahat tidur yang baik yaitu 25 orang dan kurang baik ada 16 orang. Hasil uji
statistic chi-square didapatkan hubungan yang bermakna antara istirahat tidur ibu
hamil dengan kejadian hipertensi.
Menurut asumsi peneliti terlalu sedikit atau terlalu banyak tidur pada saat
hamil akan memicu kenaikan tekanan darah pada trimester III. Hal ini karena proses
hemostasis yang memegang peranan dalam pengaturan keseimbangan tekanan
darah ibu hamil. Ibu hamil juga harus mendapatkan cukup istirahat dan berolah raga
demi menjaga kebugaran tubuh. Istirahat yang cukup dapat menghindari ibu hamil
dari kondisi stress karena saat stress produksi hormone adrenalin meningkat
sehingga menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Kondisi ini tentunya dapat
menyebabkan tekanan darah ibu hamil menjadi tinggi.
Peningkatan tekanan darah cenderung terjadi pada orang-orang yang kurang
tidur karena jika kurang tidur tingkat hormon stress pada tubuh akan meningkat dan
juga terjadi peningkatan peradangan. Faktor lama tidur tidak saja menjadi penyebab
adanya hubungan dengan tekanan darah, tetapi bisa juga ada faktor lain yang dapat
mempengaruhi perubahan tekanan darah yaitu faktor yang tidak dapat dimodifikasi
seperti umur, jenis kelamin, dan genetik.

12
2.4.3 Faktor-faktor terjadinya hipertensi dalam kehamilan di Puskesmas X
a. Usia
Ibu hamil yang berusia < 20 tahun mudah mengalami kenaikan tekanan darah dan
lebih cepat menimbulkan kejang, sedangkan umur > 35 tahun juga merupakan faktor
prediposisi untuk terjadinya preeklampisa, karena bertambahnya usia (Djannah,
2010).
Ibu hamil dengan usia < 20 tahun dan > 35 tahun dapat mengalami hipertensi dalam
kehamilan yang diakibatkan oleh perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi
fisiologisnya belum optimal serta belum tercapainya emosi dan kejiwaan yang cukup
matang, dan hal tersebut akan meningkatkan terjadinya gangguan kehamilan dalam
bentuk preeklampsia-eklamsia yang di akibatkan adanya ganguan sel endotel. Selain
itu tekanan darah yang meningkat seiring dengan pertumbuhan usia lebih rentan
terjadinya berbagai penyakit dalam bentuk hipertensi dan pre-eklampsia (Etika,
2013).
b. Paritas
Primipara lebih berisiko untuk mengalami hipertensi (pre-eklampsia/eklampsia) dari
pada multigravida karena preeklampsia timbul pada wanita yang pertama kali
terpapar vilus korion. Hal ini terjadi karena pada wanita tersebut mekanisme
imunologik pembentukan blocking antibody yang dilakukan oleh HLA-G (human
leukocyte antigen G) terhadap antigen plasenta belum terbentuk secara sempurna,
sehingga proses implantasi trofoblas ke jaringan desidual ibu menjadi terganggu.
Primigravida juga rentan mengalami stress dalam menghadapi persalinan yang akan
menstimulasi tubuh untuk mengeluarkan kortisol. Efek kortisol adalah meningkatkan
respon simpatis, sehingga curah jantung dan tekanan darah juga akan meningkat
(Djamil, 2015).
Hal tersebut sesuai dengan penelitian Suwanti (2012) yaitu faktor yang memengaruhi
hipertensi dalam kehamilan frekuensi primigravida lebih tinggi bila dibandingkan
dengan multigravida, terutama primigravida muda. Persalinan yang berulang-ulang
akan mempunyai banyak risiko terhadap kehamilan, telah terbukti bahwa persalinan
kedua dan ketiga adalah persalinan yang paling aman.
c. Riwayat Keluarga Hipertensi
Triyanto (2014) menyebutkan risiko menderita hipertensi sangat tinggi apabila dalam
keluarga memiliki riwayat atau keturunan hipertensi. Hipertensi banyak dijumpai
pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita
hipertensi. Riwayat keluarga merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi.
Jika seorang dari orangtua memiliki riwayat hipertensi maka sepanjang hidup
memiliki kemungkinan 25% terkena hipertensi. Hal ini berhubungan dengan

13
peningkatan kadar natrium intraseluler dan rendahnya rasio antara kalium terhadap
natrium. Penelitian yang dilakukan oleh Androgue dan Madias mengenai
patogenesis kalium dan natrium pada hipertensi, menyebutkan factor keturunan
berpengaruh terhadap hipertensi primer melalui beberapa gen yang terlibat dalam
regulasi vaskuler dan reabsorpsi natrium oleh ginjal (Irza, 2009).
d. Hipertensi dalam Kehamilan
Wanita dengan riwayat hipertensi sebelum kehamilan berisiko lebih besar untuk
mengalami pre-eklampsia berat/eklampsia dengan peningkatan ≥ 25%. Ibu hamil
dengan riwayat pre-eklampsia sebelumnya berisiko mengalami pre-eklampsia
berat/eklampsia 20% lebih tinggi pada kehamilan berikutnya. Ibu hamil dengan
riwayat kehamilan kembar berisiko dua kali lebih besar mengalami preeklampsia.
Komplikasi yang terjadi pada ibu hamil dan bersalin dipengaruhi oleh status
kesehatan sebelum masa kehamilan maupun pada saat kehamilan. Dengan
demikian, setiap wanita harus dapat menjaga kesehatan reproduksinya di sepanjang
daur kehidupan karena akan berpengaruh terhadap kondisi ketika hamil dan
melahirkan (Yulianti, 2008).
Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan Radjamuda (2014), yaitu
pada ibu hamil yang memiliki riwayat hipertensi maka kemungkinan pada
primigravida akan meningkat empat kali dan tidak ada perbedaan yang signifikan
antara ibu yang mempunyai riwayat preeklamsi dengan terjadinya preeklamsi berat.
Hal tersebut menunjukkan bahwa seorang ibu hamil yang mempunyai riwayat
hipertensi cenderung mengalami kejadian preeklamsi berat.

5 Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil dengan Hipertensi

1. Pengkajian
1) Pengumpulan data
a. Identitas Klien
b. Keluhan Utama
Pasien dengan hipertensi pada kehamilan didapatkan keluhan berupa seperti sakit
kepala terutama area kuduk bahkan mata dapat berkunang-kunang, pandangan
mata kabur, proteinuria (protein dalam urin), peka terhadap cahaya, nyeri ulu hati.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien jantung hipertensi dalam kehamilan, biasanya akan diawali dengan
tanda-tanda mudah letih, nyeri kepala (tidak hilang dengan analgesik biasa ),
diplopia, nyeri abdomen atas (epigastrium), oliguria (<400 ml/ 24 jam)serta nokturia

14
dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan apakah klien menderita diabetes, penyakit
ginjal, rheumatoid arthritis, lupus atau skleroderma, perlu ditanyakan juga mulai
kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan
atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti kronis hipertensi
(tekanan darah tinggi sebelum hamil), Obesitas, ansietas, angina, dispnea, ortopnea,
hematuria, nokturia dan sebagainya. Ibu beresiko dua kali lebih besar bila hamil dari
pasangan yang sebelumnya menjadi bapak dari satu kehamilan yang menderita
penyakit ini. Pasangan suami baru mengembalikan resiko ibu sama seperti
primigravida. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor
predisposisi
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit
yang disinyalir sebagai penyebab jantung hipertensi dalam kehamilannya. Ada
hubungan genetik yang telah diteliti. Riwayat keluarga ibu atau saudara perempuan
meningkatkan resiko empat sampai delapan kali
f. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta
bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya
2) Pengkajian Sistem Tubuh
a. B1 (Breathing): Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas, batuk dengan atau
tanpa sputum, riwayat merokok, penggunaan obat bantu pernafasan, bunyi nafas
tambahan, sianosis
b. B2 (Blood): Gangguan fungsi kardiovaskular pada dasarnya berkaitan dengan
meningkatnya afterload jantung akibat hipertensi. Selain itu terdapat perubahan
hemodinamik, perubahan volume darah berupa hemokonsentrasi. Pembekuan darah
terganggu waktu trombin menjadi memanjang. Yang paling khas adalah
trombositopenia dan gangguan faktor pembekuan lain seperti menurunnya kadar
antitrombin III. Sirkulasi meliputi adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung coroner,
episodepalpitasi, kenaikan tekanan darah, takhicardi, kadang bunyi jantung
terdengar S2 pada dasar , S3 dan S4, kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis,
jugularis, radialis, takikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit
pucat, sianosis, suhu dingin.
c. B3 (Brain): Lesi ini sering karena pecahnya pembuluh darah otak akibat hipertensi.
Kelainan radiologis otak dapat diperlihatkan dengan CT-Scan atau MRI. Otak dapat
mengalami edema vasogenik dan hipoperfusi. Pemeriksaan EEG juga

15
memperlihatkan adanya kelainan EEG terutama setelah kejang yang dapat bertahan
dalam jangka waktu seminggu.Integritas ego meliputi cemas, depresi, euphoria,
mudah marah, otot muka tegang, gelisah, pernafasan menghela, peningkatan pola
bicara. Neurosensori meliputi keluhan kepala pusing, berdenyut, sakit kepala sub
oksipital, kelemahan pada salah satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (diplopia,
pandangan kabur), epitaksis, kenaikan terkanan pada pembuluh darah cerebral
d. B4 (Bladder): Riwayat penyakit ginjal dan diabetes mellitus, riwayat penggunaan
obat diuretic juga perlu dikaji. Seperti pada glomerulopati lainnya terdapat
peningkatan permeabilitas terhadap sebagian besar protein dengan berat molekul
tinggi. Sebagian besar penelitian biopsy ginjal menunjukkan pembengkakan endotel
kapiler glomerulus yang disebut endoteliosis kapiler glomerulus. Nekrosis hemoragik
periporta dibagian perifer lobulus hepar kemungkinan besar merupakan penyebab
meningkatnya kadar enzim hati dalam serum
e. B5 (Bowel): Makanan/cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang
mengandung tinggi garam, protein, tinggi lemak, dan kolesterol, mual, muntah,
perubahan berat badan, adanya edema.
f. B6 (Bone): Nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada tungkai,sakit
kepala sub oksipital berat, nyeri abdomen, nyeri dada, nyeri ulu hati. Keamanan
meliputi gangguan cara berjalan, parestesia, hipotensi postural
3) Diagnosa
Diagnosa keperawatan ditegakkan melalui analisis cermat terhadap hasil pengkajian.
Diagnosa keperawatan yang umum untuk orang tua dengan gangguan hipertensi
pada kehamilan meliputi hal-hal berikut.
a. Perubahan perfusi jaringan/organ, menurun, b.d perdarahan
b. Risiko tinggi cedera ibu b.d iritabilitas SSP
c. Risiko tinggi cedera pada janin b.d fetal distress
d. Kecemasan berhubungan dengan ancaman cedera pada bayi sebelum Lahir
4) Intervensi

No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1. Perubahan tidak terjadi klien akan pantau asupan oral dan ifus
perfusi jaringan vasospasme dan mengalami IV MGSO4
b.d. Perdarahan perfusi jaringan vasodilatasi Memantau urin yang kluar
tidak terjadi ditandai Memantau edema yang
dengan terlihat
diuresis, Mempertahankan tirah baring

16
penurunan total dengan posisi miring
tekanan darah,
edema
2. Resiko cedera gangguan SSP klien tidak dapatkan data-data dasar
tinggi pada ibu akan menurun mengalami (misal DTRs,klonus)
b.d. iritabilitas mencapai tingkat kejang Memantau pemberian IV
SSP normal MgSO4 dan kadar serum
MgSO4
mengkaji adanya
kemungkinan keracunan
MgSO4
mempertahankan lingkungan
yang tenang, gelap dan
nyaman
3. Resiko tinggi Setelah – DJJ ( + ) : 12- Monitor DJJ sesuai indikasi
cedera pada dilakukan 12-12 Kaji tentang pertumbuhan
janin b.d fetal tindakan janin
distress perawatan tidak Jelaskan adanya tanda-tanda
terjadi fetal solutio plasenta ( nyeri perut,
distress pada perdarahan, rahim tegang,
janin aktifitas janin turun )
Kaji respon janin pada ibu
yang diberi SM
Kolaborasi dengan medis
dalam pemeriksaan USG dan
NST
4. cedera pada ansietas dapat Tampak rileks, Kaji tingkat ansietas pasien.
bayi sebelum teratasi dapat istirahat Perhatikan tanda depresi dan
lahir dengan tepat pengingkaran
Menuujukkan Dorong dan berikan
ketrampilan kesempatan untuk pasien
pemecahan atau orang terdekat
masalah mengajukan pertanyaan dan
menyatakan masalah
Dorong orang terdekat
berpartisipasi dalam asuhan,
sesuai indikasi
Kaji respon janin pada ibu

17
yang diberi SM
Kolaborasi dengan medis
dalam pemeriksaan USG dan
NST

18
BAB 3

KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Hipertensi Dalam Kehamilan didefinisikan sebagai tekanan darah 140/90
mmHg dalam dua kali pengukuran atau lebih. Berdasarkan International Society for
the Study of Hypertension in Pregnancy ada 4 kategori hipertensi dalam kehamilan,
yaitu preeklamsia-eklamsia, hipertensi gestasional, kronik hipertensi dan
superimpose preeklamsia hipertensi kronik. Hipertensi merupakan tekanan darah di
atas batas normal, hipertensi termasuk dalam masalah global yang melanda dunia.

Setiap remaja primigravida mempunyai risiko yang lebih besar mengalami


hipertensi dalam kehamilan. Hubungan peningkatan usia maternal terhadap
hipertensi kehamilan adalah sama, dan meningkat lagi saat usia diatas 35 tahun.
Hipertensi karena kehamilan paling sering mengenai wanita tua.

Catatan statistik menunjukkan dari seluruh insiden dunia, dalam 5%-8%


hipertensi dalam kehamilan dari semua kehamilan, terdapat 12% lebih dikarenakan
oleh primigravida . Faktor yang mempengaruhi hipertensi dalam kehamilan frekuensi
primigravida lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama
primigravida muda. Peningkatan IMT sangat erat kaitannya dengan terjadinya
hipertensi ringan dan atau preeklamsia. Dari hasil penelitian terdahulu pada tahun
2010 terhadap primigravida, didapatkan hasil yang signifikan antara obesitas dengan
kejadian hipertensi dalam kehamilan.

Hal tersebut sesuai dengan penelitian Suwanti yaitu faktor yang


memengaruhi hipertensi dalam kehamilan frekuensi primigravida lebih tinggi bila
dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda. Triyanto
menyebutkan risiko menderita hipertensi sangat tinggi apabila dalam keluarga
memiliki riwayat atau keturunan hipertensi. Hipertensi banyak dijumpai pada
penderita kembar monozigot , apabila salah satunya menderita hipertensi. Riwayat
keluarga merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi.

Jika seorang dari orangtua memiliki riwayat hipertensi maka sepanjang hidup
memiliki kemungkinan 25% terkena hipertensi. Penelitian yang dilakukan oleh
Androgue dan Madias mengenai patogenesis kalium dan natrium pada hipertensi,
menyebutkan factor keturunan berpengaruh terhadap hipertensi primer melalui
beberapa gen yang terlibat dalam regulasi vaskuler dan reabsorpsi natrium oleh

19
ginjal. Wanita dengan riwayat hipertensi sebelum kehamilan berisiko lebih besar
untuk mengalami pre-eklampsia berat/eklampsia dengan peningkatan 25%.

20
DAFTAR PUSTAKA
Corry, P., Ihda, E., Meldasari, J., & Mirnawati, F. (2016). 5747HUBUNGAN POLA MAKAN
DAN KECUKUPAN ISTIRAHAT TIDUR DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA IBU
HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BIROMARU Pe-18999-1-Pb. Jurnal Kesehatan
Tadu, 2(1), 68–75.

Makmur, N. S., & Fitriahadi, E. (2020). Faktor-faktor terjadinya hipertensi dalam kehamilan di
Puskesmas X. JHeS (Journal of Health Studies), 4(1), 66–72.
https://doi.org/10.31101/jhes.561

Rohmani, A., Setyabudi, M. T., & Puspitasari, D. R. (2015). Faktor Resiko Kejadian
Hipertensi dalam Kehamilan. Faktor Resiko Kejadian Hipertensi Dalam Kehamilan, 4, 1–9.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/kedokteran/article/download/2564/2414

21

Anda mungkin juga menyukai