Anda di halaman 1dari 9

Sam Ipoel - Creativy.id E-Book - Creativy.

id

MEMAHAMI
KEKUATAN ETHOS,
YANG BIKIN AUDIENS
ANTI MELENGOS
Sam Ipoel - Creativy.id E-Book - Creativy.id

“Aristotle Rethorics” atau


#1 Retorika Aristoteles
Ini adalah teknik berkomunikasi yang
dikembangkan saat masih tinggal di Athena
Teknik Yunani. Teknik komunikasi ini umurnya jauh
lebih tua dari Saya, Bapak, Ibu, Nyonya Meneer
Berkomunikasi atau bahkan tugu pancoran sekalipun.
gimana gak tua wong tahun 367 sd 347 SM.
Sejak Tahun
367 sd 347 SM Aristoteles mulai mengembangkan teori yang
dinamakan “Rhetoric” atau Aristotle Rethoric
atau dalam bahasa Indonesia
“Retorika Aristoteles” Dalam definisi formalnya.
RETORIKA (dari bahasa Yunani: rhêtôr,
orator, teacher) adalah sebuah teknik
pembujuk-rayuan secara persuasi untuk
menghasilkan bujukan dengan melalui karakter
pembicara, emosional atau argumen (logo),
awalnya Aristoteles mencetuskan dalam sebuah
dialog sebelum The Rhetoric dengan judul
‘Grullos’ atau Plato menulis dalam Gorgias.

Definisi versi gampangannya seperti ini.


RETORIKA adalah bagian dari ilmu komunikasi yang ditujukan untuk
mempengaruhi atau INFLUENCE orang atau lawan bicara kita. Dalam cakupan
sempit nya. dia dalam bentuk omongan yang memiliki pengaruh yang sangat
kuat terhadap lawan bicaranya.

Dalam dunia digital penerapan dari RETORIKA ini amat sangat luas.
Bukan hanya dalam ujaran atau orasi atau pidato. Sebuah tulisan juga harus
memiliki unsur ini. Tulisan yang sangat kuat untuk mempengaruhi orang.

1
Sam Ipoel - Creativy.id E-Book - Creativy.id

Intinya RETORIKA itu jadi tujuannya bukan sekedar untuk MENYAMPAIKAN


SESUATU. tetapi juga bertujuan untuk MEYAKINKAN ORANG LAIN atau
lawan bicara agar mempercayai agumen-argumen yang kita sampaikan.
Sama dong dengan tujuan MARKETING. yang ingin cutomers MEMPERCAYAI
pada BRAND. BEING TRUSTED Iya kurang lebih sama karena esensi
dari Marketing adalah mendapatkan TRUST atau kepercayaan.

Sekali kita dipercaya atau TRUSTED. Maka kita ngomong apapun juga akan bikin
lawan bicara kita manggut-manggut. Hmmm. bener juga loh Tong.
Yahh mirip Anda yang manggut-manggut baca tulisan ini.
Manggut-manggut bukan karena paham atau mengiyakan sih.
tapi manggut-manggut karena sambil dengerin lagu
‘Sayang’ nya Mbah Vhaiyaaaa Vheeeiilen.

Tiga Elemen Penting


#2 Retorika
Apa saja tiga hal tersebut?

Yang pertama adalah ETHOS


atau KREDIBILITAS orang yang berbicara

Yang kedua adalah PATHOS


atau menyentuh dan menggugah
secara EMOSIONAL lawan bicara kita.

Dan yang terakhir adalah LOGOS


atau LOGIKA dari poin-poin yang kita
sampaikan. LOGIKA berarti termasuk
data-data yang mendukung omongan kita

Ini yang sering Saya singkat dengan


singkatan EPL. Iyess.
Enggak-Pake-Lama orang yang ngomong
sama kita atau menikmati tulisan kita
akan manggut-manggut.

Kali ini kita akan kita bahas


satu elemen terlebih dahulu.

2
Sam Ipoel - Creativy.id E-Book - Creativy.id

ETHOS
#3 atau kredibilitas si pembicara.
Kenapa ETHOS Saya letakkan di yang
paling atas. karena Siapa yang ngomong
itu yang paling menentukan orang mau
mendengarkan atau tidak.
Ndak heran kalo biasanya pas sebelum
presentasi. PEMBICARA baik itu Key Note
speaker seminar, motivator, trainer selalu
memajang dulu. track record atau sepak
terjangnya dia. ini namanya BRAGGING
OUT atau menggebrak audiens.bikin jiper
audiens.
Seolah-olah mau ngomong gini.
“Eh ini ya. gue pengalaman udah
sepanjang ini. titel gue udah satu paragraf
sendiri panjangnya. Awas ya kalo lu masih
gak dengerin gua.”

Ada sebuah anggapan yang mengatakan. makin panjaaaaang Curriculum Vitae


sang speaker, maka bisa dikatakan makin berbobot dan berkelas tuh speaker.
Wuiihhh gila Men. Track record nya orang ini panjang banget.
Saking panjangnya kalo di print tebel tuh kayak buku nya Harry Potter.
BRAG OUT memang biasanya menjadi andalan buat pembicara
agar ia didengarkan audiens.

Siapa yang berbicara akan ikut mempengaruhi sikap


atau attiitude si pendengar.

“Diiinn. dipanggil mang jajang satpam komplek depan tuuh.”


“Haah ngapain satpam manggil-manggil Saya kenapa dia gak yang kesini aja.”

Bedain sama.

“Din.kemana aja Lu? dicariin Big Boss Lu.”


Sontak si Udin panik.”Ehhh.seriusssan lu Dang? dimana si Boss sekarang?
diruangannya kah?? Waduuuhh salah apa ya Saya sampe dicari-cariin
sama si Boss???”

3
Sam Ipoel - Creativy.id E-Book - Creativy.id

Kalo dalam Neuroscience atau ilmu yg mempelajari tentang otak. di otak kita
ada yg namanya “Critical Factor”
Dia ini fungsinya macam satpam portal perumahan.
Dia ini yang sering kasih ijin apakah seseorang boleh masuk keperumahan atau
tidak. Hanya yang menurut satpam itu meyakinkan dan terpercaya yang bisa
dikasih ijin masuk ke perumahan.

Sama juga sih. Di otak kita ada yang jagain ‘portal’ yg mengijinkan sebuah
stimulus yang berupa informasi bisa lolos atau nggak namanya
CRITICAL FACTOR. Fungsi dari critical factor sendiri pada dasarnya memang
untuk memastikan apakah ‘sesuatu yang mau masuk’ ini AMAN DAN TIDAK
MEMBAHAYAKAN.
Critical Factor itu isinya daftar
siapa-siapa yang boleh masuk
dan lalu lalang dengan mudah.
Dalam otak data-data orang-orang
dengan karakternya yang muncul dari
pengalaman kita sebelumnya di simpan
di HIPPOCAMPUS atau memori jangka
panjang otak.
Dari hippocampus akan diekstrak
nama-nama siapa yang orang yang
berbahaya dan perlu dicurigai. yang
menyenangkan. yang sering kasih
hadiah semuanya ada disana.

Yang
- ter-kejam - ter-seram
- ter-baik - ter-waaahh

diletakkan di TOP LIST.

Kalo dia masih asing atau gak populer pasti akan dicegah sama sama si SATPAM
portal tadi. ETHOS atau KREDIBILITAS akan sangat memudahkan kita
melewati pos pemeriksaan SATPAM. Semakin sering kita lewat semakin
kita dihapal apalagi sering bawain oleh-oleh buat satpam maka akan semakin
mulus kita melewati portal. Kita siap nyelonong kapan aja paling cuman
klakson aja sambil melambaikan tangan. Senyum aja kadang cukup.

Atau kalo yg udah dekeeet banget sama si Satpam cukup membatin dalam hati
aja tau-tau udah dibukaan portal.

4
Sam Ipoel - Creativy.id E-Book - Creativy.id

Nahhh gimana kalo kita merasa tidak


punya cukup kredibilitas?
- Kita bukan professor.
- Kita bukan presiden or anaknya
presiden or menantunya presiden.
- Kita bukan pengusaha papan atas
yang sering masuk majalah forbes.
- Kita bukan pak rojak bapaknya artis
kenamaan indonesia ayu ting-ting
yang followers nya ngalahin madonna
or britney spears.

Gimana caranya agar kita dapat kredibilitas. Biar dikenal dan dihormati??
Jawabannya Ada dua cara.
Pertama bangun kredibilitas itu bangun ethos itu. Tunjukkan siapa anda
sebenarnya dan layak melewati critical factor.

Gimana caranya melewati satpam


kompleks? Tukang bakso ‘professional’
pastinya akan memberikan pendekatan yg
beda.
“ Siang pak. Sudah makan pak? “
“ Belum.Emang kenapa mas? “
“ Ini buat cemilan pak.Bakso kebetulan
saya lagi ulang taun nih pak.
Sweet seventeen. Saya bagi-bagi bakso
gratis nih pak.”

Nahh habis itu kasih bakso dengan micin


yang banyak pasti cair tuh si satpam.
Kalo akrab akhirnya boleh deh kita dikasih
jualan keliling komplek.

Itu hanya analogi pendekatan inbound methodologi buat bagun kredibilitas.


Ada cara yang lebih singkat atau short cut buat bangun kredibilitas.

Kita juga bisa sebenarnya bilang ke satpam..


Pak saya dadang sodaranya yg punya perumahan ini. Pak boleh saya jualan
disini katanya omnya om saya yang punya om yang bikin perumahan ini saya
boleh jualan disini. Pantesan tadi pikir ponakannya..

5
Sam Ipoel - Creativy.id E-Book - Creativy.id

PENERAPAN DAN PENGGUNAAN


#4 ETHOS DALAM PENULISAN

Dalam penulisan jika kita merasa tidak


memiliki ETHOS yang kuat. Kita bisa pinjam
mereka yg ETHOS nya sudah kuat dan
DIKENAL oleh target market kita.

Misal nih karena saya sering nulis artikel tentang marketing dan bisnis.
maka saya sering pinjem mereka yang sudah kuat ETHOS marketing nya..
Menurut Marketing Guru Seth Godin..
Menurut Pakar Brnading Dunia. Professor Kevin Lane Keller.
Menurut Bill Gates.
Menurut Steve Jobs.
Menurut Prof. Rhenald Kasali.
Menurut Indrawan Nugroho.
Menurut Jamil Azzaini.
Meskipun ETHOS Saya tidak begitu kuat. Tapi meminjam ETHOS beliau-beliau
itu cukup membuat kita didengarkan.

Ketika kita sudah mulai didengarkan maka pelan-pelan kita bisa membangun
kredibilitas kita sendiri. Biar kedepannya tanpa menyebut nama-nama tadi pun
kita juga sudah mampu membuka ‘CRITICAL FACTOR’ audiens.
Tapi kita harus paham bahwa kekuatan ETHOS itu biasanya juga sangat
segmented dan berlaku untuk segmen tertentu. Kuat di segmen ini belum tentu
kuat untuk segmen yang lain.

6
Sam Ipoel - Creativy.id E-Book - Creativy.id

Artinya kita harus meriset dulu nih target audiens kita seperti apa siapa tokoh
yg mereka idolakan siapa panutan mereka. Kita tinggal menyesuaikan dan
menuruti mereka.
Pemilihan sosok ETHOS itu harus dikenal oleh target market Itu intinya.

Sebenarnya cara kerja ENDORSER juga


seperti itu.

Brand menggunakan ETHOS dari si


endorser untuk melewati critical factor
nya AUDIENS. Oleh karena itu pemilihan
endorser harus bener-bener sesuai
dengan siapa yang diidolakan sama
Target Market kita.

Nahh.. sekali lagi RISET MARKET baik melalui survey, kuisioner, digital form,
social media survey, atau forum diskusi sangatlah penting untuk mengenal
dengan sangat baik target market kita

Jika kita mengenal target market mereka kita bisa menempatkan ETHOS
terbaik yang mampu menginfluence mereka. Jadi biar kita gak sia-sia
nulis panjang-panjang tapi gak diijinin lewat sama si satpam portal.

7
Sam Ipoel - Creativy.id E-Book - Creativy.id

Sekian materi kali ini.

Oh iya seperti biasa jangan lupa untuk terus berlatih REPHRASING atau
menuliskan ulang apa yang sudah Saya sampaikan. Tidak harus Anda
menyertakan kredit tulisan dengan menyebut nama saya. apalagi sambil
hentak-hentak tanah tiga kali.

Semoga apa yang Saya sampaikan ini bermanfaat


Saiful Islam

Joint Group Telegram inbound Markeing


http://bit.ly/inbound_strategy
Joint Chanel Telegram Creativy.id
https://t.me/creativyjogja

Anda mungkin juga menyukai