Anda di halaman 1dari 8

J Ked Gi, Vol. 7, No.

2, April 2016: 171 - 178 ISSN 2086-0218

PERBEDAAN BAHAN IRIGASI AKHIR SALURAN AKAR TERHADAP


KEKUATAN PELEKATAN PUSH-OUT BAHAN PENGISI SALURAN AKAR
BERBAHAN DASAR RESIN PADA DINDING SALURAN AKAR

Sylvia Widhihapsari*, Diatri Nari Ratri**, dan Tunjung Nugraheni**


*Program Studi Konservasi Gigi Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
**Departemen Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

ABSTRAK
Bahan irigasi akhir pada perawatan saluran akar merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam kualitas
adhesi antara bahan pengisi saluran akar berbahan dasar resin dan dinding saluran akar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbedaan penggunaan irigasi akhir EDTA 17% dan EDTA 17% diikuti klorheksidin 2% terhadap kekuatan pelekatan
push out siler epoksi dan guta perca dengan siler metakrilat dan resilon pada dinding saluran akar.
Penelitian ini menggunakan 28 gigi premolar mandibula pasca pencabutan. Bagian koronal dipotong sehingga menyisakan
akar sepanjang 14 mm, kemudian dipreparasi sampai file #40/0,04. Spesimen dibagi secara acak menjadi empat kelompok perlakuan
masing-masing 7 gigi. Kelompok IA dan IB diirigasi akhir dengan EDTA 17%, kelompok IIA dan IIB diirigasi akhir dengan EDTA
17% diikuti klorheksidin 2%. Kelompok IA dan IIA diobturasi dengan siler epoksi dan guta perca, sedangkan kelompok IB dan IIB
menggunakan siler metakrilat dan resilon, kemudian disimpan dalam inkubator selama 7 hari. Spesimen dipotong horizontal pada
sepertiga apikal dengan ketebalan 2 mm lalu dilakukan uji push out menggunakan universal testing machine. Data hasil penelitian
dianalisis menggunakan ANAVA dua jalur dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05).
Uji ANAVA dua jalur menunjukkan tidak ada perbedaan kekuatan pelekatan push out antar bahan irigasi akhir EDTA 17%
dan EDTA 17% diikuti klorheksidin 2%, sedangkan siler epoksi dan guta perca secara signifikan menunjukkan kekuatan pelekatan
push out lebih tinggi daripada siler metakrilat dan resilon terhadap dinding saluran akar, tetapi tidak ada interaksi antara keduanya.
Kegagalan kohesif dominan pada siler epoksi dan guta perca, sedangkan kegagalan adhesif dominan pada siler metakrilat dan
resilon.
Kesimpulan : Kekuatan pelekatan push-out menggunakan bahan irigasi akhir EDTA 17% sama dengan EDTA 17% diikuti
klorheksidin 2%,namun dengan menggunakan bahan pengisi saluran akar siler epoksi dan guta perca diperoleh kekuatan pelekatan
push out yang lebih besar dibandingkan siler metakrilat dan resilon.

Kata kunci : irigasi akhir, kekuatan pelekatan push out, siler resin epoksi, siler resin metakrilat, resilon

ABSTRACT

Final irrigation is an important factor for adhesion between resin based sealer and root root canal wall. The aim of this
study was to evaluate the differences of final irrigant solutions namely 17% EDTA, and 17% EDTA followed by 2% chlorhexidine
on push-out bond strength of epoxy sealer and gutta-percha as well as methacrylate sealer and resilon against root canal wall.
Twenty eight extracted human mandibular premolars were used in this study. The crowns were cut on cervical region
to obtain root length of 14 mm, then the root canals were prepared using crown down technique to apical size # 40/0,04. These
specimens were randomly divided into four groups of 7 each teeth. Group IA and IB were irrigated with 17% EDTA, group IIA and
IIB were irrigated with 17% EDTA followed by 2% chlorhexidine. The root canals were obturated with epoxy sealer and guttapercha
in group IA and IIA. In group I B and II B were obturated with methacrylate sealer and resilon, and then were incubated for 7 days.
The specimens were horizontally sectioned into 2mm thick slice, followed by push out test using universal testing machine. All
specimens were then observed under a stereo microscope (magnification of 40X) to determine the adherence failure between root
canal fillings and dentinal walls. Data were analyzed with a two-way ANOVA at 95% confidence level (α=0,05).
A two way ANOVA test showed that push-out bond strength between final irrigant solution of 17% EDTA, and 17% EDTA
followed by 2% chlorhexidine were not different (p>0.05). Epoxy sealer and guttapercha produced significantly higher push-out
bond strength than methacrylate sealer and resilon (p<0.05), however no interaction occurred between final irrigants and root canal
fillings (p>0.05). The failure patterns were dominantly cohesive at the epoxy sealer and gutta percha, whereas adhesive failure at
the methacrylate sealer and resilon.
It can be concluded that push-out bond strength using final irrigant of 17% EDTA were not different with 17% EDTA followed by
2% chlorhexidine, while epoxy sealer and guttapercha had higher push-out bond strength than methacrylate sealer and resilon.

Keyword : final irrigant, push-out bond strength, epoxy sealer, methacrylate sealer, resilon

PENDAHULUAN dukung keberhasilan perawatan saluran akar.


Bahan irigasi akan membantu melarutkan kom-
Penggunaan bahan irigasi selama pre- ponen organik dan anorganik dari lapisan smear
parasi biomekanis berperan penting dalam men- untuk membersihkan permukaan dentin, sehing-

171
Sylvia Widhihapsari, dkk. : Perbedaan Bahan Irigasi Akhir Saluran Akar ISSN 2086-0218

ga dapat membantu mengeliminasi ruang kosong Pengisian saluran akar bertujuan untuk
saatobturasi (Garg dan Garg, 2008; Tuncer dan menutup saluran akar agar cairan maupun bak-
Tuncer, 2012; Vilanova dkk., 2012). teri tidak masuk kembali (Walton dkk., 2008; Stoll
Shokouhinejad dkk. (2010), menyarankan dkk., 2010). Pengisian saluran akar dilakukan
penggunaan EDTA dan NaOCl sebagai pro- dengan cara mengisi saluran akar mengguna-
tokol yang efektif untuk menghilangkan lapisan kan bahan pengisi inti padat atau semipadat
smear. NaOCl bersifat antimikroba dan mampu seperti guta perca, dan siler saluran akar (Garg
melarutkan jaringan organik dengan baik, namun dan Garg, 2008). Guta perca telah digunakan
penggunaan NaOCl sebagai bahan irigasi akhir bertahun-tahun karena mudah manipulasinya
ternyata dapat mempengaruhi polimerisasi siler dan radio-opasitasnya (Oliver dkk., 2001; James
resin. Efek negatif lainnya juga dapat menyebab- dkk., 2007; Stoll dkk., 2010).
kan degenerasi dentin oleh karena hancurnya Siler berbahan dasar resin dikembangkan
kolagen (Vilanova dkk., 2012; Prado dkk., 2013). dengan harapan dapat meningkatkan kerapatan
Menurut Gutmann dkk. (2006), alternatif bahan apikal. Siler berbahan dasar resin epoksi me-
irigasi akhir yang dapat digunakan sebelum mungkinkan adhesi yang lebih baik terhadap
obturasi menggunakan siler resin adalah EDTA, dentin dan kelarutan terhadap air rendah, dan
klorheksidin atau MTAD. menunjukkan penutupan saluran akar yang
EDTA sebagai bahan irigasi akhir ber- adekuat ketika digunakan bersama guta perca
tujuan untuk mendemineralisasi dentin dan (James dkk., 2007; Tyagi dkk., 2013).
membersihkan dinding saluran akar, karena pe- Resilon merupakan bahan pengisi inti sa-
rannya sebagai bahan kelasi dapat mengikat ion luran akar pengganti guta perca dengan bahan
kalsium dalam dentin dan membentuk kalsium dasar polycaprolactone, bersifat retreatable,
kelat (Violich dan Chandler, 2010). Hal tersebut elastis dan tampak seperti guta perca, namun
akan meningkatkan penetrasi substansi kimia dapat diaplikasikan dengan teknik adhesif (Stoll
dan membuat kontak yang baik antara dinding dkk., 2010). Siler yang dikombinasikan dengan
dentin dan bahan pengisi saluran akar, namun resilon adalah siler resin dual cure, dengan hara-
efek kelasi ini kurang mendapat perhatian pada pan mampu berikatan terhadap bahan pengisi
sepertiga apikal saluran akar (Farina dkk., 2010; inti berbahan dasar polycaprolactone dan dentin
Violich dan Chandler, 2010). akar untuk membentuk sistem monoblok (Stelzer
Klorheksidin disarankan sebagai bahan dkk., 2014).
irigasi akhir karena tidak memiliki efek negatif Pelekatan antara bahan pengisi dan den-
terhadap kolagen namun tidak memiliki kemam- tin akar terjadi oleh karena adanya kontak yang
puan melarutkan jaringan pulpa. Kombinasi baik dan adaptasi yang baik antara bahan dan
NaOCl dan klorheksidin saja, tidak dapat meng- dinding saluran akar melalui penetrasi ke dalam
hilangkan lapisan smear, maka disarankan tetap tubuli dentinalis (Rached dkk., 2014). Penetrasi
digunakan EDTA sebagai agen kelasi kemudian siler resin ke dalam tubuli dentinalis, dipengaruhi
diakhiri dengan klorheksidin (Prado dkk., 2013). oleh kualitas pembersihan lapisan smear dalam
Farina dkk. (2011) menyatakan EDTA 17% se- saluran akar (Kim dkk., 2010).
bagai bahan irigasi akhir memiliki kemampuan Kekuatan pelekatan dentin dan bahan
membersihkan lapisan smear, sehingga mem- pengisi dapat dipengaruhi oleh penggunaan
bantu penetrasi resin ke dalam tubuli dentinalis. bahan irigasi akhir yang berbeda, sehingga
Penggunaan klorheksidin 2% di akhir irigasi diperlukan pemilihan bahan irigasi akhir yang
setelah EDTA 17% dapat membantu pelekatan tepat untuk meningkatkan kekuatan pelekatan
siler resin dan meningkatkan kekuatan peleka- antara dinding dentin saluran akar dan siler resin
tan, karena tidak memiliki efek negatif terhadap (Farina dkk., 2010; Tuncer dan Tuncer, 2012;
permukaan dentin (Gomes dkk., 2013). Menurut Shokouhinejad dkk., 2013).
Shokouhinejad dkk. (2013), klorheksidin mampu Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
menghambat matrix mettalloproteinase (MMP), perbedaan bahan irigasi akhir EDTA 17% dan
sehingga meningkatkan integritas lapisan hybrid EDTA 17% diikuti klorheksidin 2% terhadap
dan stabilitas ikatan resin dentin dalam waktu kekuatan pelekatan push-out bahan pengisi salu-
yang lama. ran akar siler resin epoksi dan guta perca dengan
bahan pengisi saluran akar siler resin metakrilat
dan resilon pada dinding saluran akar.

172
J Ked Gi, Vol. 7, No. 2, April 2016: 171 - 178 ISSN 2086-0218

METODE PENELITIAN lurus terhadap sumbu gigi (horizontal), ujung


akar dipotong terlebih dahulu setebal 2 mm dan
Penelitian ini adalah penelitian eksperi- dilanjutkan pemotongan sepertiga apikal dengan
mental laboratoris yang dilakukan untuk menghi- ketebalan 2 mm.
tung kekuatan pelekatan bahan pengisi saluran
akar guta perca dengan siler resin epoksi dan
resilon dengan siler resin metakrilat pada dinding
saluran akar yang telah dilakukan irigasi akhir
menggunakan EDTA 17% dan EDTA 17% diikuti
klorheksidin 2%.
Spesimen penelitian yang digunakan
pada penelitian ini adalah gigi premolar man-
dibula pasca pencabutan dengan kriteria utuh
dan bebas karies. Jumlah spesimen ditentukan
menggunakan rumus Federer sebanyak 28 gigi
(Federer, 1991 sit. David dan Arkeman, 2008). a.
Spesimen dipotong bagian koronalnya
dan menyisakan bagian akar sepanjang 14 mm,
kemudian dilanjutkan preparasi saluran akar
dengan teknik crown down menggunakan file
putar nickel-titanium 0,04 kecepatan 300 rpm
dan torsi 2 ncm dengan panjang kerja yaitu 13
mm. Setiap pergantian file selalu menggunakan
lubrikasi EDTA gel 24% dan masing-masing
saluran akar dipreparasi sampai file #40/0,04
sesuai panjang kerja. Setiap pergantian file selalu b.
diirigasi menggunakan NaOCl 2,5% sebanyak 2 Gambar 1. a) Pemotongan gigi
ml dengan teknik continuous irrigating. b) Cetakan resin modifikasi dengan
Spesimen secara acak dibagi menjadi mengadopsi cetakan resin dari Caravia dan
dua kelompok utama yaitu kelompok I terdiri Barbero (2006).
dari 14 gigi yang menggunakan bahan irigasi
akhir EDTA 17% dan kelompok II terdiri dari 14 Bagian spesimen yang akan diuji diletak-
gigi yang menggunakan bahan irigasi EDTA17% kan ke dalam cetakan resin silindris berdiameter
diikuti klorheksidin 2%. Dua kelompok utama 20 mm dan tinggi 7 mm. Cetakan ini telah di-
dibagi lagi menjadi empat sub kelompok untuk lubangi bagian tengahnya dengan diameter 2,5
dilakukan obturasi menggunakan teknik single mm dan tinggi 7 mm. Lubang tersebut dibuat
cone yaitu : untuk menyediakan ruang bagi bahan pengisi
a. Kelompok IA terdiri dari 7 gigi diobturasi yang terlepas dari dinding dentin setelah dilaku-
dengan siler resin epoksi dan guta perca. kan uji push-out.
b. Kelompok IB terdiri dari 7 gigi diobturasi Besarnya gaya dihitung menggunakan
dengan siler resin metakrilat dan resilon. universal testing machine dengan ujung plugger
c. Kelompok IIA terdiri dari 7 gigi diobturasi bergerak dari atas ke bawah dan mendorong
dengan siler resin epoksi dan guta perca. bahan pengisi saluran akar dari arah apikal ke
d. Kelompok IIB terdiri dari 7 gigi diobturasi koronal dengan kecepatan 0,5 mm/menit yang
dengan siler resin metakrilat dan resilon. disebut uji push-out. Setelah guta perca maupun
Seluruh spesimen ditutup dengan semen resilon terlepas dari saluran akar, maka nilai gaya
ionomer kaca kemudian diletakkan dalam con- push-out dapat dibaca pada layar. Kekuatan
tainer plastic dan disimpan dalam inkubator pada pelekatan push-out dihitung melalui rumus per-
suhu 37°C dengan kelembaban 100% selama 7 bandingan besarnya gaya (N) dengan luas per-
hari untuk memaksimalkan pengerasan siler. mukaan pelekatan bahan pengisi (mm2) sehingga
Spesimen penelitian dalam masing- diperoleh besar kekuatan pelekatan (MPa).
masing kelompok dipotong dengan arah tegak

173
Sylvia Widhihapsari, dkk. : Perbedaan Bahan Irigasi Akhir Saluran Akar ISSN 2086-0218

Pengamatan tipe kegagalan dilakukan resin epoksi yang menggunakan bahan irigasi
setelah uji push-out, menggunakan mikroskop akhir EDTA 17% diikuti klorheksidin 2% (4,22 ±
stereo dengan perbesaran 40x. Tipe kegagalan 0,58 MPa). Rata-rata kekuatan pelekatan push-
yang diperiksa meliputi kegagalan adhesif, yaitu out terendah pada kelompok resilon dengan
antara permukaan siler dan dinding saluran akar; siler resin metakrilat yang menggunakan irigasi
kegagalan kohesif yaitu di dalam bahan pengisi NaOCl 2,5% dan EDTA 17% (2,57 ± 0,38).
saluran akar (siler); kegagalan campuran yaitu
adhesif dan kohesif (Teixeira dkk., 2009). Tabel 1. Rerata kekuatan pelekatan push-out
Data yang diperoleh dari hasil peneli- dan standar deviasi (dalam MPa)
tian kemudian dilakukan uji normalitas dan uji bahan pengisi saluran akar berbahan
homogenitas. Jika hasil uji menunjukkan data dasar resin pada dinding saluran akar
tersebut terdistribusi normal dan homogen maka dengan irigasi akhir yan berbeda
dapat dilanjutkan uji ANAVA dua jalur dan uji
LSD dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05)
(Sugiyono, 2005).

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian (Tabel 1) menunjukkan


bahwa rata-rata kekuatan pelekatan push-out
tertinggi pada kelompok guta perca dengan siler

Tabel 2. Hasil uji ANAVA dua jalur kekuatan pelekatan push-out bahan pengisi saluran akar berbahan
dasar resin pada dinding saluran akar dengan irigasi yang berbeda

* signifikan

Tabel 3. Persentase tipe kegagalan kekuatan pelekatan push-out bahan pengisi saluran akar berbahan
dasar resin pada dinding saluran akar dengan irigasi yang berbeda

174
J Ked Gi, Vol. 7, No. 2, April 2016: 171 - 178 ISSN 2086-0218

Data penelitian yang diperoleh dari semua PEMBAHASAN


kelompok perlakuan kemudian diuji homogenitas
dengan Levene’s test yang menunjukkan bahwa Adhesi terhadap dinding dentin dapat
semua data penelitian bersifat homogen dengan dievaluasi menggunakan uji kekuatan pelekatan
nilai 0,600 (p > 0,05). Hasil uji normalitas meng- push-out dianggap reliable dan memungkinkan
gunakan Shapiro-Wilk menunjukkan data kekua- penempatan siler secara langsung pada din-
tan pelekatan push-out pada semua kelompok ding saluran akar. Penelitian dilakukan dengan
perlakuan terdistribusi normal dengan nilai 0,178 mengamati sepertiga apikal gigi, karena pem-
(p > 0,05). Homogenitas dan normalitas meru- bersihan lapisan smear pada bagian tersebut
pakan syarat utama yang harus dipenuhi dalam lebih sulit dibandingkan bagian korona dan se-
metode parametrik sehingga dapat dilanjutkan pertiga tengah saluran akar (Tuncer dan Tuncer,
analisis data dengan uji ANAVA. 2012).
Hasil uji ANAVA pada tabel 2 menunjukkan Hasil uji ANAVA (Tabel 2) menunjukkan
ada perbedaan signifikan kekuatan pelekatan bahwa bahan pengisi saluran akar guta perca
push-out antar kelompok perlakuan berdasarkan dan siler resin epoksi memiliki kekuatan peleka-
bahan pengisi saluran akar (p < 0,05), sedang- tan push-out secara signifikan lebih baik daripada
kan untuk kekuatan pelekatan pada kelompok resilon dan siler resin metakrilat. Lemahnya
perlakuan berdasarkan bahan irigasi akhir kekuatan pelekatan yang dihasilkan oleh resilon
menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan (p dan siler resin metakrilat dihubungkan dengan
> 0,05). Hasil uji ANAVA juga menunjukkan tidak adanya faktor konfigurasi yaitu perbandingan
ada interaksi antara bahan pengisi saluran akar permukaan yang terikat dan tidak terikat (Mahdi
dengan bahan irigasi akhir terhadap kekuatan dkk., 2013). Semakin besar jumlah permukaan
pelekatan push-out (p > 0,05). dinding yang terikat maka faktor konfigurasinya
Hasil pengamatan pada tabel 3 menun- juga akan meningkat. Besarnya faktor konfigurasi
jukkan tipe kegagalan kohesif yaitu kegagalan akan meningkatkan stress yang terjadi selama
pelekatan di dalam siler, lebih banyak terjadi polimerisasi siler resin metakrilat.
pada kelompok guta perca dan siler resin epoksi Hal lain yang mempengaruhi lemahnya
(85,7%), sedangkan tipe kegagalan adhesif yaitu kekuatan pelekatan resilon dan siler resin metak-
kegagalan pelekatan yang terjadi antar permu- rilat adalah bentuk kavitas dan ketebalan siler
kaan siler dan permukaan dinding saluran akar, resin. Saluran akar memiliki bentuk kerucut ter-
lebih banyak terjadi pada kelompok resilon dan balik dengan diameter yang cukup kecil sehingga
siler resin metakrilat (85,7%). permukaan yang terikat lebih banyak akibatnya
faktor konfigurasinya meningkat dan shrinkage
stress juga meningkat. Ketebalan siler resin pada
dinding saluran akar juga dapat mempengaruhi
shrinkage stress. Semakin tipis ketebalan siler
resin pada dinding saluran akar maka shrink-
age akan meningkat selama polimerisasi (Tay,
dkk., 2005). Hal ini disebabkan kontraksi arah
aksial lebih besar dibandingkan arah transversal
sehingga meningkatkan terjadinya shrinkage
longitudinal sepanjang dinding saluran akar, aki-
batnya terbentuk suatu celah yang melemahkan
kekuatan pelekatan ( Stelzer dkk., 2014 ; Abada
dkk., 2015 ).
Siler resin epoksi tidak memiliki sistem
fotopolimerisasi sehingga polimerisasinya lebih
sempurna. Hal ini dihubungkan dengan nilai
Gambar 2. (a) kohesif, tampak sisa siler menu- rerata yang tinggi pada kekuatan pelekatan
tupi seluruh permukaan dinding saluran akar push-out guta perca dengan siler epoksi (Tabel
(b) adhesif, tampak permukaan dinding saluran 1). Polimerisasi secara kimia mampu menunda
akar bersih dari sisa siler (c) campuran, terjadi fase gel dan memungkinkan untuk meminimal-
kegagalan kohesi dan adhesi, tampak se-
bagian permukaan akar tertutup sisa siler.

175
Sylvia Widhihapsari, dkk. : Perbedaan Bahan Irigasi Akhir Saluran Akar ISSN 2086-0218

kan shrinkage stress. Siler resin epoksi juga dengan bahan irigasi akhir terhadap kekuatan
memiliki kemampuan melakukan ekspansi saat pelekatan pada dinding saluran akar menunjuk-
setting, sehingga mampu mengimbangi stress kan tidak ada perbedaan bermakna. Hal terse-
polimerisasi yang mengakibatkan shrinkage but menunjukkan bahwa penggunaan resilon
(Jang dkk., 2010). dengan siler resin metakrilat tidak lebih baik
Hasil uji kekuatan pelekatan push-out dari guta perca dengan siler resin epoksi ketika
kelompok guta perca dengan siler epoksi yang dikombinasi dengan penggunaan bahan irigasi
menggunakan irigasi NaOCl 2,5%, EDTA 17% akhir EDTA 17% maupun EDTA 17% diikuti klor-
diikuti klorheksidin 2% memiliki nilai rerata heksidin 2%.
kekuatan pelekatan push-out tertinggi. Hal ini Hasil pengamatan tipe kegagalan yang ter-
dihubungkan dengan kombinasi bahan irigasi jadi, tipe kegagalan kohesif terlihat lebih banyak
NaOCl 2,5% dan EDTA 17% sebagai protokol terjadi pada kelompok bahan pengisi saluran
yang efektif untuk menghilangkan lapisan smear akar berupa guta perca dengan siler resin epoksi
sehingga memudahkan penetrasi siler saluran (Tabel 3). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
akar ke dalam tubuli dentinalis yang akan me- guta perca memiliki karakter adhesi yang kurang
ningkatkan retensi mekanis dari siler berbahan baik terhadap siler resin epoksi sedangkan siler
dasar resin terhadap dinding saluran akar. resin epoksi memiliki kemampuan berikatan cu-
Penggunaan klorheksidin 2% setelah kup baik pada permukaan dentin yang irregular
EDTA 17% di akhir irigasi akan meningkatkan sehingga siler resin epoksi masih tersisa pada
daya antimikroba dan mampu menghambat ak- permukaan dentin pada uji push-out ( Prado dkk.,
tivitas MMP. Matriks Metaloproteinase berperan 2013 ; Stelzer dkk., 2014).
dalam mendegradasi jaringan kolagen, sedang- Persentase kegagalan kohesif tertinggi
kan kolagen merupakan komponen utama den- terdapat pada kelompok guta perca dan siler
tin yang berperan penting dalam ikatan antara epoksi yang menggunakan irigasi akhir EDTA
dentin dan siler berbahan dasar resin (Villanova 17% diikuti klorheksidin 2%. Hasil tersebut
dkk., 2012; Gomes dkk., 2013). Hal tersebut di- menunjukkan bahwa kekuatan pelekatan push-
hubungkan dengan mekanisme ikatan dari siler out meningkat dengan penggunaan irigasi akhir
berbahan dasar resin epoksi yaitu terbentuknya EDTA 17% diikuti klorheksidin 2%. Siler resin
ikatan kovalen dari cincin epoksi yang terbuka epoksi mengandung minyak silikon yang dapat
terhadap kelompok amino yang terekspose dari menghalangi pembasahan terhadap dinding
kolagen dentin saluran akar (Abada dkk., 2015). saluran akar. Penambahan klorheksidin akan
Keefektifan pembersihan lapisan smear oleh meningkatkan kemampuan pembasahan siler
EDTA diikuti dengan kemampuan klorheksidin endodontik terhadap dentin karena adanya kan-
menghambat aktifitas MMP akan meningkatkan dungan surfaktan sehingga dapat meningkatkan
integritas lapisan hybrid. dan stabilitas ikatan energi permukaan dentin saluran akar. Energi
resin dentin dalam waktu yang lama. Waktu yang permukaan dinding saluran akar yang lebih tinggi
cukup singkat antara aplikasi klorheksidin dengan membuat kemampuan membasahi dentin lebih
uji kekuatan pelekatan push-out pada penelitian baik sehingga meningkatkan pelekatan siler
ini dianggap sebagai salah satu penyebab hasil dengan dinding dentin (Dinesh dkk., 2014 ; Prado
uji antar bahan irigasi akhir EDTA 17% dan EDTA dkk., 2014).
17% diikuti klorheksidin 2% tidak menunjukkan Tipe kegagalan adhesif dominan terjadi
perbedaan bermakna (Tabel 2). pada kelompok bahan pengisi berupa resilon
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan siler resin metakrilat.Hal tersebut ter-
kekuatan pelekatan push-out tidak dipengaruhi jadi karena kekuatan yang dibutuhkan untuk
oleh jenis bahan irigasi akhir yang digunakan. melepaskan ikatan antara permukaan siler dan
Penggunaan klorheksidin tidak mempengaruhi dentin lebih rendah daripada kekuatan yang
matriks organik sehingga tidak memberikan dibutuhkan untuk melepaskan ikatan antara re-
efek negatif terhadap kekuatan pelekatan bahan silon dan permukaan siler. Celahyang terbentuk
pengisi saluran akar berbahan dasar resin ter- antara siler dengan dinding saluran akar diang-
hadap dinding saluran akar (Prado dkk., 2013). gap sebagai penyebab utama kegagalan adhesi
Hasil uji ANAVA interaksi antara bahan (Barbizam dkk., 2009 ; Prado dkk., 2013).
pengisi saluran akar berbahan dasar resin

176
J Ked Gi, Vol. 7, No. 2, April 2016: 171 - 178 ISSN 2086-0218

KESIMPULAN Gomes, B. F. A., Vianna, M. E., Zaia, A. A., Almeida,


J. F. A., Filho, F. J. S. dan Ferraz, C. C. R..,
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 2013. Chlorhexidine in Endodontics. Braz
kesimpulan yaitu apakah terdapat perbedaan Dent J., 24(2)
Gutmann, J.L., Dumsha, T, C dan Lovdahl, P.E., 2006,
kekuatan pelekatan push-out bahan pengisi
Problem Solving in Endodontics, Elsevier
saluran akar siler resin epoksi dan guta perca Mosby, Missouri, hal.146
dengan siler resin metakrilat dan resilon pada Jang, J., Kim, H., Lee, K. dan Yu, M., 2010, Effect
dinding saluran akar yang diirigasi akhir EDTA of Moisture on Sealing Ability of Root Canal
17%, dan EDTA 17% diikuti klorheksidin 2%. Filling with Different Types of Sealer through
The Glucose Penetration Model, J Kor Acad
SARAN Cons Dent., 35(5) : 335-343
James, B. L., Brown, C. E., Legan, J. J., Moore, B. K.
Berdasarkan penelitian yang telah dilaku- dan Vail, M. M., 2007, An In Vitro evaluation
of the contents OF root Canals Obturated
kan, maka dapat diajukan saran yaitu :
with Guta perca and AH-26 Sealer or Resilon
1. Penggunaan EDTA 17% diikuti klorheksidin and Epiphany Sealer, J. Endod., 53(11) : 1359
2% serta bahan pengisi saluran akar siler – 1363
resin epoksi dan guta perca untuk mendapat- Kim, Y. K., Grandini, S., Ames, J. M., Gu, L. S., Kim,
kan kekuatan pelekatan yang lebih besar. S. K., Pashley, D. H., Gutmann, J. L. dan Tay,
2. Perlu penelitian lebih lanjut tentang perbe- F. R., 2010, Critical Review on Methacrylate
daan bahan irigasi saluran akar terhadap Resin-based Root Canal Sealers, J. Endod.,
kekuatan pelekatan push-out bahan pengisi 36(3) : 383-399
saluran akar dengan pengamatan kegagalan Mahdi, A. A., Bolanos-Camona, V. dan Gonzales-
Lopez, S., 2013, Bond Strength to Root Dentin
menggunakan scanning electron microscop
And Fluid Filtration Test of AH-Plus/Gutta-
(SEM). Percha, EndoREZ And RealSeal System, J
Appl Oral Sci., 21(4) : 369-375
DAFTAR PUSTAKA Oliver, C. M. dan Abbott, P. V., 2001, Correlation
between clinical success and apical dye
Abada, H. M., Farag, A. M., Alhadainy, H. A. dan penetration, Int Endod J., 34: 637
Darrag, A. M., 2015, Push-out Bond Strength Prado, M., Simao, R. A. dan Gomes, B. P. F A., 2013,
of Different Root Canal Obturation Systems Effect of Different Irrigation Protocols on Resin
to Root Canal Dentin, Tanta Dental Journal., Sealer Bond Strength to Dentin, J Endod.,
12 : 185 -191 39(5): 689-692
Barbizam, J. V. B., Trope, M., Tanomaro-Filho, M., Rached-Jr, F. J.A., Sousa-Neto, M. D., Souza-Gabriel,
Teixeira, E. C. N dan Teixeira, F. B., 2011, Bond A. E., Duarte, M. A. H. dan Silva-Sousa, Y. T.
Strength of Different Endodontic Sealers to C., 2014, Impact of Remaining Zinc Oxide-
Dentin : Push-out Test, J Appl Oral Sci., 19(6): Eugenol-Based Sealer on The Bond Strength of
644 -647 A Resinous Sealer to Dentine after Root canal
Caravia, L. G. dan Barbero, E. G., 2006, Influence Retrratment, Int Endod J., 47: 463-469
of Humidity and Setting Time on The Push- Shokouhinejad, N., Meraji Naghmeh., Shamsiri, A.
out Strength of Mineral Trioxide Aggregate R., Khoshkhounejad, M. dan Raoof, M., 2013.
Obturations, J. Endod., 32(9) : 894-896 Effect of Different Final Irrigants on Bond St
David dan Arkeman, H., 2008, Evaluation of the Oral Resilon/Epiphany and Reslon/Epiphany Self
Toxicity of Formaldehyde in Rats, Universa Etch, J. Dent (Tehran)., 10(4) : 296-302
Medicina, 27(3) : 107 Stelzer, R., Schaller, H. G. dan Gernhardt, C. R.,
Dinesh, K., Murthy, B. V. S., Narayana, I. H., Hedge, 2014, Push-out Bond Strength of Real Seal
S., Madhu, S. K. dan Nagaraja, S., 2014, SE and AH Plus after Using Different Irrigation
The Effect of 2% Chlorhexidine on The Bond Solutions, J. Endod., 40(10) : 1654 -1657
Strength of Two Different Obturating Materials, Stoll, R., Thull, P., Hobeck, C., Yuksel, S., Momeni,
J Contemp Dent Pract., 15(1) : 82-85 A. J., Roggendorf, M.J. dan Frankenberger,
Farina, A.P., Cecchin, D., Barbizam, J.V.B. dan Carlini R., 2010, Adhesion of Self-adhesive Root
Jr, B., 2010, Influence of Endodontic Irrigants canal sealers on Gutta-Percha and Resilon, J.
on Bond Strength of A Self Etching Adhesive, Endod., 36(5) : 890-893
Aust Endod J., 37(1) : 26-30 Sugiyono, 2005, Statistika untuk Penelitian, Penerbit
Garg, N. dan Garg, A., 2008, Textbook of Endodontics, Alfabeta, Bandung, hal. 134-138
Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd,
New Delhi, hal 164, 211, 218, 222

177
Sylvia Widhihapsari, dkk. : Perbedaan Bahan Irigasi Akhir Saluran Akar ISSN 2086-0218

Tay, F. R., Loushine, R. J., Lambrechts, P., Weller, R. N. Tyagi, S., Mishra, P. dan Tyagi, P., 2013, Evolution of
dan Pashley, D. H., 2005, Geometric Factors Root Canal sealers : An Insight Story, Eur Gen
Affecting Dentin Bonding in Root Canals : A Dent J., 2(3) : 199 – 218
Theoretical Modelling Approach, J. Endod., Vilanova, W. V., Carvalho-Jr, J. R., Alfredo, E.,
31(8) : 584-589 Sousa-Neto, M. D. dan Silva-Sousa, Y. T.
Teixeira, F. B., Teixeira, E. C. N., Thompson, J. Y. C., 2012. Effect of Intracanal Irrigant on The
dan Trope, M., 2004, Fracture Resistance of Bond Strength of Epoxy Resin-Based and
Endodonically Treated Roots Using A New Methacrylate Resin-Based Sealers to Root
Type Resin Filling Material, J. Am Dent Assoc., Canal Walls, Int Endod J., 45: 42-48
135: 646-652 Violich, D. R dan Chandler, N. P., 2010. The Smear
Teixeira, C. S., Alfredo, E., Thome, L. H., Gariba- Layer in Endodontics - A Review, Int Endod
Silva, R., Silva-Sousa, Y. T. C. dan Sousa- J., 43 : 2-15
Neto, M. D., 2009, Adhesion of An Endodontic Walton, R. dan Torabinedjad, M., 2008. Prinsip dan
Sealer to Dentin and Push-out Bond Strength Praktik Ilmu Endodonsia Ed.3, Penerbit Buku
Measurements and SEM Analysis, J Appl Oral Kedokteran EGC, Jakarta, hal.324
Sci., 17(2) : 129 - 135
Tuncer, A. K. dan Tuncer, S., 2012. Effect of Different
Final Irrigation Solutions on Dentinal Tubule
Penetration Depth and Percentage of Root
Canal Sealer, J Endod., 38(6) : 860-863

178

Anda mungkin juga menyukai