Anda di halaman 1dari 8

JOURNAL READING

Perbandingan Kemampuan Sealing Apikal Berbasis Sealer Kalsium


Hidroksida, MTA, dan Silikon

Disusun Oleh:

Ambar Purwaningrum K

2022-16-022

KLINIK ILMU KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MOESTOPO
2022
TELAAH KRITIS JURNAL

1. Judul
Perbandingan Kemampuan Sealing Apikal Berbasis Sealer Kalsium Hidroksida, MTA, dan
Silikon

Anil K Tomer, Ruchi Gupta, Midhun Ramachandran, Ashvin G John, Afnan Ajaz Raina,
Akankshita Behera and Nitish Mittal

2. Abstrak
Pendahuluan: Obturasi saluran akar merupakan langkah terpenting dalam perawatan
saluran akar yang bertujuan untuk mendapatkan hermetic seal yang lengkap dan
mencegah pertumbuhan kembali mikroorganisme dalam sistem saluran akar. Untuk
mencapai hal ini, banyak bahan obturasi dan sealer endodontik yang digunakan.
Tujuan: Untuk mengevaluasi dan membandingkan kebocoran mikro apikal kalsium
hidroksida (Sealapex), Agregat Mineral Trioksida (MTA Fillapex) dan sealer berbasis
silikon (Roekoseal).
Bahan dan Metode: Gigi berakar satu manusia yang telah diesktraksi diambil dan
decoronatd (dekoronasi) pada cemento-enamel junction. Akses kavitas dan preparasi
biomekanik dilakukan dengan menggunakan rotary system endodontik. Gigi secara acak
dibagi menjadi tiga kelompok dengan n=10; Grup I - sealer Guttapercha dan Sealapex;
Grup II - Gutta-percha dan MTA Fillapex; Kelompok III- Gutta-percha dan Seal Roeko;
dan kelompok kontrol negatif sebagai saluran akar kosong. Semua spesimen disimpan
pada suhu 37°C dengan kelembaban 100% selama satu minggu. Semua permukaan akar
kecuali bagian apikal 2 mm ditutup dengan dua layers nail varnish dan kemudian
direndam dalam larutan pewarna metilen biru 2% selama 72 jam. Akar dibelah secara
longitudinal menggunakan bur diamond disk. Penetrasi pewarna (dye penetration) apikal
linear diukur di bawah Stereomicroscope pada perbesaran 40X.
Hasil: Kelompok MTA Fillapex menunjukkan microleakage apikal maksimum diikuti
oleh sealer Sealapex dan Roeko Seal.
Kesimpulan: Hasil menyimpulkan bahwa sealer Roeko Seal menunjukkan penetrasi
pewarna minimal diikuti oleh Sealapex dan MTA Fillapex. Dengan demikian
menyimpulkan bahwa sealer Roeko Seal lebih baik dalam sealing apikal dibandingkan
dengan Sealapex dan MTA Fillapex.
Kata kunci: Kebocoran mikro apikal, sealapex, fillapex MTA, seal roeko

3. Pendahuluan

Tujuan dari obturasi saluran akar adalah untuk memperoleh seal tiga dimensi dari
sistem saluran akar. Pengisian yang tidak adekuat selama obturasi dapat mengakibatkan
masuknya dan pertumbuhan mikroorganisme kembali ke dalam sistem saluran akar
sehingga dapat mengiritasi jaringan periapikal dan mengganggu keberhasilan perawatan.1
Gutta-percha telah digunakan sebagai bahan pengisi saluran akar selama hampir
150 tahun, selain digunakan sebagai sealer, penting untuk memperoleh fluid-tight seal
antara dinding dentin dan gutta-percha 2.
Evaluasi in vitro dari dye penetration apikal digunakan untuk memperkirakan
kemampuan sealing yang sesuai dengan jumlah kebocoran mikro in vivo dengan sealer
tertentu 3. Banyak teknik yang digunakan untuk mengevaluasi kebocoran sealer seperti;
dye penetration radiolabeled tracer penetration dissolution pembersihan jaringan keras
gigi, spectrometry of radioisotopes dan kromatografi gas. Namun, banyak penelitian
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara teknik ini 4.
Tujuan dari penelitian in vitro ini adalah untuk mengevaluasi dan
membandingkan kebocoran mikro apikal dari sealer berbahan dasar Kalsium hidroksida;
Sealapex, sealer berbahan dasar MTA; MTA Fillapex dan sealer berbahan dasar Silikon;
RoekoSeal menggunakan teknik penetrasi zat warna di bawah Stereomicroscope pada
perbesaran 40X.

4. Metode dan Bahan

Gigi berakar tunggal manusia yang baru diekstraksi digunakan sebagai sampel
penelitian. Gigi dengan fraktur akar, karies akar, apeks terbuka, developmental anomaly
dan akar eksternal dan internal dikeluarkan dari penelitian. Gigi tersebut dibersihkan
dengan hand scaler dan direndam dalam sodium hipoklorit 5,25% selama dua jam
kemudian disimpan dalam larutan yang mengandung thymol crystals. Gigi didekoronasi
menggunakan bur diamond disk pada cement-enamel junction secara seragam dan
kemudian dipasang pada alginate yang baru dicampur dalam wadah plastik berukuran
seragam. Preparasi akses saluran akar dilakukan menggunakan endo-access bur dan
panjang kerja ditentukan menggunakan K-ifle yang sesuai. Standardized wooden block
dibangun untuk mengambil radiovisiograph, sehingga dapat mempertahankan
standarisasi untuk semua sampel penelitian. Kemudian dilakukan preparasi biomekanik
dengan menggunakan NiTi rotary protaper files sampai ukuran F2. Protokol irigasi yang
diikuti dengan penggunaan 5,0% sodium hypochlorite di antara setiap instrumentasi dan
17% Ethylenediaminetetracetic Acid (EDTA) yang ditinggalkan di saluran akar selama
empat menit, diikuti dengan pembilasan akhir dengan normal saline. Saluran akar
kemudian dikeringkan dengan paper point. Gigi secara acak dibagi menjadi tiga
kelompok masing-masing 10 spesimen dan kelompok kontrol negatif. Obturasi dilakukan
sebagai berikut:
 Kelompok I: Gutta-percha dan Sealapex sealer.
 Kelompok II: Gutta-percha dan MTA Fillapex.
 Kelompok III: Gutta-percha dan Roeko seal.
Bahan yang diuji ditangani sesuai dengan instruksi pabrik. Sealapex sealer, MTA
Fillapex dan Roeko Seal diaplikasikan pada seluruh panjang kerja saluran akar
menggunakan spiral lentulo. Gutta-percha cone yang dipilih dilapisi ringan dengan
sealer dan ditempatkan perlahan di saluran sampai panjang kerja penuh. Kelebihan gutta-
percha cone dibakar dari lubang kanal menggunakan instrumen yang dipanaskan. Setelah
obturasi saluran akar, gigi diradiografi untuk memastikan saluran akar sepenuhnya
obturasi. Gigi kemudian disimpan pada suhu 37 °C dengan kelembapan 100% selama
satu minggu agar sealer dapat bekerja sepenuhnya.
Semua permukaan akar, kecuali bagian apikal 2 mm ditutup dengan dua lapis nail
varnish. Pada kontrol negatif, permukaan akar termasuk foramen apikal dilapisi
seluruhnya dengan dua layers nail varnish, untuk menguji impermeabilitas nail varnish
terhadap metilen biru. Sticky Wax kemudian diaplikasikan pada area varnish; gigi
direndam dalam pewarna biru metalin 2% dan kemudian disimpan dalam inkubator
selama 72 jam pada suhu 37 °C. Akar dibilas dengan air mengalir dan dikeringkan
dengan paper towels. Lapisan nail varnish dan Sticky Wax dihilangkan dengan pisau
bedah (scalpel baldeI) dan guide groove dipreparasi dengan bur diamond disc dalam arah
crown sampai apex di tengah gigi hingga kedalaman kanal. Akar dibelah dengan arah
longitudinal menggunakan sendok besar excavator. Dye penetration linear diukur dari
apeks akar hingga batas paling koronal di bawah Stereomicroscope pada perbesaran 40X.
Kedalaman dye penetration dievaluasi menggunakan kriteria yang diberikan oleh W.P.
Saunders dkk. 5 Seluruh penelitian diulang tiga kali dan pembacaan dihitung. Data yang
diperoleh kemudian dilakukan analisis statistik dengan menggunakan software SPSS
(versi 20.0). Uji yang digunakan untuk analisis statistik yang digunakan adalah Shapiro-
Wilks, Uji Krusk Wallis, Mann-Whitney.

5. Hasil
Kebocoran mikro apikal untuk kelompok studi dievaluasi dan hasil yang diperoleh
dianalisis secara statistik menggunakan perangkat lunak SPSS (versi 20.0). Kontrol
negatif menunjukkan tidak ada dye penetration dengan mengkonfirmasi kapasitas isolasi
nail varnish dan Sticky Wax. Berdasarkan skor dye penetration, jumlah sampel penelitian
didistribusikan untuk ketiga kelompok penelitian. Dye penetration apikal diamati
minimal pada kelompok kontrol negatif diikuti oleh kelompok III, I dan II. Nilai rata-rata
untuk kebocoran mikro apikal, menurut uji dye penetration untuk ketiga kelompok studi
dihitung. Rata-rata maksimum ditemukan pada kelompok II diikuti oleh kelompok I,
kelompok III, dan paling sedikit pada kelompok kontrol negatif.

6. Diskusi
Obturasi tiga dimensi dari sistem saluran akar dengan fluid impervioud seal (seal
kedap cairan) merupakan faktor penting untuk keberhasilan terapi endodontik. Pengisian
saluran akar harus menutup saluran akar baik secara apikal maupun koronal untuk
mencegah lewatnya mikroorganisme ke apeks atau sebaliknya 6. Metode yang paling
dapat diandalkan adalah penggunaan gutta-percha cone dengan semen sealer. Berbagai
macam sealer saluran akar tersedia secara komersial. Sealer berdasarkan Kalsium
hidroksida (Sealapex), MTA (MTA Fillapex) dan Silikon (Roekoseal) dimasukkan
kedalam penelitian ini. Dalam studi dye leakage ini, Roekoseal menunjukkan kebocoran
pewarna (dye leakage) paling sedikit dibandingkan dengan kelompok eksperimen lainnya
(Tabel 1).

Tabel 1. Nilai rata-rata dan standar deviasi kelompok

Kebocoran diminimalkan dengan sealer Roekoseal dan maksimal dengan sealer


MTA. Sealer roekoseal memiliki kemampuan sealing yang lebih baik dibandingkan
dengan sealer lain yang digunakan dalam penelitian ini bila digunakan dalam konjugasi
dengan kondensasi lateral dingin menggunakan gutta-percha. Kelompok kontrol negatif
tidak menunjukkan adanya kebocoran sama sekali, yang menunjukkan bahwa kedua
lapisan nail varnish tersebut cukup efisien dalam mencegah dye penetration.
Sealapex adalah sealer jenis kalsium hidroksida. Kalsium hidroksida digunakan
sebagai sealer saluran akar karena merangsang jaringan periapikal untuk menjaga
kesehatan atau meningkatkan penyembuhan dan kedua untuk efek antimikroba 7. Telah
diamati dalam beberapa studi bahwa, sealer kalsium hidroksida menunjukkan ekspansi
volumetrik yang signifikan selama pengaturan karena dapat menyerap air, sehingga
meningkatkan kelarutannya. Investigasi in vitro menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara Sealapex dan Roekoseal. (Tabel 2)
Tabel 2. Perbandingan antar kelompok untuk pewarna

Pada penelitian ini, microleakage apikal MTA Fillapex memiliki kebocoran


tertinggi. Menurut pabrikan, sealer berbasis MTA ini menciptakan seal yang terintegrasi,
sangat baik dan sempurna serta memberikan regenerasi biologis yang tinggi.8 Namun,
penelitian yang lebih baru menunjukkan hasil yang bertentangan mengenai klaim ini 8, 9
.
Pengaturan MTA mengarah pada hidrasi senyawa oksida anorganik, menghasilkan fase
kalsium hidroksida dan kalsium silikat hidrat 10
, yang pada gilirannya menyebabkan
ekspansi pada margin, sehingga meningkatkan seal dan mengurangi kebocoran mikro 11.
Masa studi penelitian ini adalah tujuh hari, sedangkan telah ditemukan MTA berkembang
setelah 28 hari. Ini mungkin menjadi alasan utama kebocoran pewarna (dye leakage)
maksimum untuk sealer MTA.

7. Kesimpulan
Dalam penelitian ini, sealer MTA Fillapex memiliki kebocoran mikro yang jauh
lebih besar dibandingkan dengan sealer Sealapex dan Roekoseal selama 1 minggu setelah
pengisian. Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok Sealapex dan
Roekoseal.
DAFTAR PUSTAKA

1. Gomes flho JE, Moreira JV, Watanabe S, Lodi CS, Cintra LTA, Junior ED, et al. Sealability
of MTA and calcium hydroxide-contaning sealers. J Appl Oral Sci. 2012; 20(3):347-51.
2. Ørstavik D. Materials used for root canal obturation; technique, biological and clinical
testing. Endod Topics. 2005; 12:25-38.
3. Veríssimo DM, do Vale MS. Methodologies for assessment of apical and coronal leakage of
endodontic filling materials: A critical review. J Oral Sci. 2006; 48(3):93-8.
4. Cobankara FK, Adanir N, Belli S, Pashley DH. Aquantitative evaluation of apical leakage of
four root- canal sealers. Int Endod J. 2002; 35(12):979-84.
5. Saunders WP, Saunders EM. The effect of smear layer upon coronal leakage of G.P. Root
fillings. J Endod. 1992; 25:246-9.
6. Joseph R, Singh S. Evaluation of apical sealing ability of four different sealers using
centrifuging dye penetration method: An in vitro study. J Contemp Dent Pract. 2012;
13(6):830-3.
7. Desai S, Chandler N. Calcium hydroxide-based root canal sealers: A review. J Endod. 2009;
35(4):475-80.
8. Assmann E, Bottcher DE, Hoppe CB, Grecca FS, Kopper PM. Evaluation of bone tissue
response to a sealer containing mineral trioxide aggregate. J Endod. 2015; 41(1):62-6.
9. Braga JM, Oliveira RR, de Castro Martins R, Vieira LQ, Sobrinho AP. Assessment of the
cytotoxicity of a mineral trioxide aggregatebased sealer with respect to macrophage activity.
Dent Traumatol 2015; 31(5):390-5.
10. Camilleri J. Hydration mechanisms of mineral trioxide aggregate. Int Endod J. 2007;
40(6):462-70.
11. Storm B, Eichmiller FC, Tordik PA, Goodell GG. Setting expansion of gray and white
mineral trioxide aggregate and Portland cement. J Endod. 2008; 34(1):80-2.

Anda mungkin juga menyukai