Anda di halaman 1dari 10

Nama : Fauziyah Annisaa

Nim : J310191209
S1 Gizi Transfer

ANALISIS FILM ISLAM YANG BERJUDUL SANG PENCERAH GARAPAN


SUTRADARA HANUNG BRAMANTYO

Film pada dasarnya bukan sekedar tontonan, tetapi sebagai tuntunan juga. Oleh sebab
itu, film Sang Pencerah yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo diyakini memiliki nilai-
nilai tuntunan yang berkaitan dengan Pendidikan Islam dan Kemuhammadiyahan. Nilai-nilai
Pendidikan Islam terdiri dari nilai Islam yang mendukung suatu pelaksaan kegiatan pendidik
dan menjadi suatu rangkaian atau system didalamnya. Saat ini, perkembangan teknologi pun
menjadi salah satu media dalam menyiarkan dan menyebarluaskan ajaran agama Islam di
masyarakat. Salah satu cara menyiarkan ajaran Pendidikan Islam pun dapat melalui sebuah
karya sastra misalnya film.
Salah satu film yang mengandung banyak nilai-nilai Pendidikan Islam adalah film
Sang Pencerah garapan sutradara Hanung Bramantyo. Film drama ”based on true story”
bercerita tentang pendiri Muhammadiyah yaitu K.H Ahmad Dahlan dan film yang berdurasi
112 menit ini dirilis pada tahun 2010. Film ini banyak mengandung unsur Pendidikan ajaran
Islam yang dapat dijadikan pelajaran bagi masyarakat. Film ini juga menjadikan sejarah
sebagai pelajaran pada masa kini tentang toleransi, koeksistensi (bekerja sama dengan orang
lain yang berbeda keyakinan).
Film ini diproduseri oleh Raam Punjabi di bawah naungan PT Multivision Plus
(MVP) dan mendapat dukungan penuh dari PP Muhammadiyah. Pemain film ini diantaranya
adalah Lukman Sardi, Ihsan Taroreh, Slamet Rahardjo, Zazkia Adya Mecca, Yati Surachman,
Pangki Suwito, Ikranegara, Sujewo Tejo, Ricky Perdana, Mario Irwansyah, Denis Adhiswara,
Abdurrahman Afif, serta Giring Nidji.
Di dalam film Sang Pencerah terdapat nilai Pendidikan Islam yang berdasarkan pada
Al-Quran dan As-Sunnah. Melalui film ini, sutradara ingin menyampaikan sebuah kisah
perjuangan K.H Ahmad Dahlan dalam meluruskan aqidah masyarakat di daerah Kauman
Yogyakarta. Film ini mengungkapkan sosok pahlawan nasional itu dari sisi yang tidak
banyak diketahui publik. Selain mendirikan organisasi Islam Muhammadiyah, lelaki tegas
pendirian itu juga dimunculkan sebagai pembaharu Islam di Indonesia. Ia memperkenalkan
wajah Islam yang modern, terbuka, serta rasional.
Tahun 1868 kauman merupakan kampong islami terbesar di Yogyakarta dengan
masjid besar sebagai pusat kegiatan agama dipimpin seorang penghulu Kamaludiningrat, saat
itu islam terpengaruh ajaran syeh siti jenar yang meletakkan raja sebagai perwujudan tuhan
masyarakat meyakini titihan raja adalah sabda tuhan syariat islam bergeser kearah tahayul
atau mistik. Sementara itu kemiskinan dan kebodohan merajalela akibat politik tanam paksa
pemerintah Belanda. Agama tidak biasa mengatasi keadaan terlalu sibuk dengan takhayul
yang bertentangan dengan Al-Quran dan As-Sunnah Rasul Muhammad SAW.
Film ini menceritakan seorang pemuda berusi 21 tahun yang bernama Darwis
(diperani oleh Ihsan Taroreh). Pemuda itu gelisah dengan lingkungannya yang melaksanakan
syariat Islam tetapi melenceng kearah sesat. Untuk mendalami ajaran Islam, Darwis (Ahmad
Dahlan) pun pergi ke Mekkah. Sepulang dari Mekkah, Darwis mengubah Namanya menjadi
Ahmad Dahlan. Seorang pemudia berusia 21 tahun itu gelisah atas pelaksaan syariat Islam
yang melenceng kea rah sesat, syirik dan bid’ah. Dengan sebuah kompas, dia menunjukkan
arah kiblat di Mesjid Besar Kauman yang selama ini diyakini menghadap ke Barat ternyata
tidak menghadap ke Kiblat umat Islam yaitu Kabah di Mekkah, melainkan ke Afrika. Usul
perubahan arah kiblat ini ditolak oleh beberapa kiyai termasuk penghulu masjid agung
Kauman, Kiayi Penghulu Cholil Kamaludiningrat.
Bukan sekali ini Ahmad Dahlan membuat para kyai naik darah. Dalam khutbah
pertamanya sebagai khatib, beliau menyindir kebiasaan penduduk di kampungnya, yaitu
kampung Kauman, Yogyakarta. “dalam berdoa itu Cuma ikhlas dan sabra yang dibutuhkan,
tidak perlu kyai apalagi sesajen” katanya dalam khutbahnya. Karena itu Ahmad Dahlan
dimusuhi oleh penduduk sekitar dan yang paling memusuhi adalah kyai-kyai yang disindir
olehnya.
Langgar kidul disamping rumahnya, tempat beliau shalat berjamaah dan mengajar
mengaji sempat hancur karena diamuk massa lantaran dianggap menyebarkan aliran sesat.
Cobaan Ahmad Dahlan dalam pergerakannya meluruskan syariat Islam pun tak hanya sampai
disitu. Dirinya juga dituduh sebagai kyai kejawen hanya karena dekat dengan lingkungan
cendekiawan Jawa di Budi Utomo, bahkan dirinya disebut kafir. Selain itu Ahmad Dahlan
dituduh sebagai kyai kafir karena membuka sekolah yang menempatkan muridnya duduk
dikursi seperti sekolah modern Belanda, serta mengajar agama Islam di Kweekschool atau
sekolah para bangsawan di Jetis, Yogyakarta. Ahmad Dahlan juga dituduh sebagai kyai
Kejawen hanya karena dekat dengan lingkungan cendekiawan priayi Jawa di Budi Utomo.
Tapi tuduhan tersebut tidak membuat Ahmad Dahlan itu surut dalam menyiarkan agama
Islam yang sesungguhnya. Dengan ditemani sang istri tercinta, Siti Walidah dan lima murid
setianya yaitu Sudja, Sangidu, Fahrudin, Hisyam dan Dirjo, Ahmad Dahlan membentuk
organisasi Muhammadiyah dengan tujuan mendidik umat Islam agar berpikiran maju sesuai
dengan perkembangan zaman. Perjuangan demi perjuangan yang dilakukan Ahmad Dahlan
akhirnya membuahkan hasil, ia dapat mendirikan sekolah, dan mendirikan sebuah organisasi
dengan nama Muhammadiyah yang artinya pengikut nabi Muhammad SAW.
Dari film Sang Pencerah terdapat banyak nilai-nilai yang dikandung didalamnya yang
dapat diambil sebagai pembelajaran umat manusia. Nilai-nilai tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Nilai Pendidikan Keimanan (aqidah)
Salah satu nilai keimanan yang dapat diambil dari sebuah film ini adalah
adanya larangan menyekutukan Allah SWT. Ditunjukan pada cerita dimana
masyarakat Kauman memberikan sesajen pada pohon-pohon besar dan mandi di
awal puasa yang menjadi syarat sahnya puasa. Berikut beberapa kutipan film yang
menunjukkan adanya penyekutukan terhadap Allah.

a) Menit ke 2.01
b) Menit ke 2.11

c) Menit ke 2.31

Dalam cuplikan film ini juga mengajarkan bahwa umat manusia harus
meyakini adanya tempat kembali seperti yang dilakukan oleh Ahmad Dahlan
pada usia muda berkeinginan untuk pergi haji sekaligus mendalami ilmu agama.
Untuk pertama kalinya, Ahmad Dahlan ingin pergi ke Mekkah dengan meminta
izin kepada pamannya untuk memperdalam ilmu agama. Setelah disana, hatinya
dipenuhi pertanyaan tentang keberadaan Tuhan. Saat berada di Mekkah, beliau
mengatakan “bahwa jiwaku akan ku serahkan kepada-Mu ya Allah”.

2. Nilai Ibadah (Syari’ah)


Nilai ibadah yang dapat diambil dari film Sang Pencerah adalah perintah
dalam mendirikan shalat. Diceritakan ketika Ahmad Dahlan sedang pergi
berbelanja membeli kain, saat proses tawar-menawar berlangsung, adzanpun
berkumandang lali K.H Ahmad Dahlan berhenti melakukan transaksi dan pergi
melaksanakan sholat. Ini menandakan bahwa sesibuk apapun sebagai hamba yang
taat haruslah melaksanakan perintah-Nya, salah satunya mendirikan sholat.
Berikut ini kutipan film Sang Pencerah yang mengandung nilai ibadah.
a) Menit ke 16.27

b) Menit ke 16.34

Pada cuplikan di film ini kyai Ahmad Dahlan mengajarkan bagaimana cara
berwudhu dan menjelaskan kepada muridnya bahwa jika ingin menghadap Allah
SWT tubuh harus bersih dahulu dan juga mengajarkan bagaimana cara untuk
sholat.

3. Nilai Pendidikan Akhlak


Pendidikan akhlak adalah nilai Pendidikan yang berusaha mengenalkan,
menanamkan serta menghayatkan kepada anak didik tentang system aturan nilai
yang mengatur polah laku, sikap dan tindakan manusia atas isi bumi yang
mencakup hubungan dengan Allah SWT.
a) Akhlak kepada Allah SWT
Sebagai seorang hamba, seseorang sudah seharusnya taat dan patuh
akan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dalam hal ini,
hubungan akhlak kepada Allah dapat dilihat pada cuplikan film Sang
Pencerah yang mengisahkan ada seorang suami isteri yang memuja pohon
dengan memberikan sesajian, kemudian sesaji itu di ambil oleh Darwis
(K.H. Ahmad Dahlan saat berumur 15 tahun).
Suami istri tersebutberfikir bahwa sesaji yang diberikan telah
diterima oleh penunggu pohon besar tersebut. Suami istri tersebut
mengucapkan terima kasih pada pohon besar itu. Peristiwa dalam cuplikan
film tersebut masuk ke dalam larangan Allah, karena telah menduakan-
Nya.
Berikut ini merupakan kutipan dari film Sang Pencerah:
1) Menit ke 2.31

Sepasang suami istri yang menyembah pohon besar dengan sesaji.

2) Menit ke 2.40

Saat Ahmad Dahlan mengambil sesaji kedua suami istri yang


menyembah pohon.
3) Menit ke 2.44

Saat Ahmad Darwis membagikan sesaji kepada pohon besar untuk


fakir miskin yang ada di desanya.

b) Akhlak Terhadap Sesama Manusia


Di dalam kehidupan sosial, manusia tentu harus memiliki sikap santun,
ramah, tidak sombong, dan toleransi yang tinggi. Pada film Sang pencerah
nilai-nilai pendidikan akhlak yang dapat dijadikan sebagai teladan,
terutama tokoh utamanya, yaitu, K.H. Ahmad Dahlan. K.H Ahmad Dahlan
mendapatkan ujian yang begitu berat, dimulai saat usianya 15 tahun,
Darwis (Ahmad Dahlan) dimarahi ayahnya lantaran ia mengambil sesaji
dan dibagikan kepada para fakir miskin. Namun, Darwis (Ahmad Dahlan)
sama sekali tidak melawan, karena ia menghormati ayahnya. Tetapi dia
juga tidak mengikuti ajaran dan keyakinan yang dimilki oleh ayahnya.
Selanjutnya, K.H. Ahmad Dahlan diuji oleh Allah, ketika ia mencoba
untuk mengubah kiblat sholat masjid yang tidak mengarah ke ka’bah.
Namun, para ulama menolak. Akhirnya, K.H Ahmad Dahlan mengubah
arah kiblat di langgarnya. Semua orang berbondong-bondong pergi sholat
tarawih di Langgar Kidul yang dibuat K.H Ahmad Dahlan.Masjid besar
menjadi sepi.Kyai Cholil Kamaludiningrat dan ulama-ulama yang lain
menjadi geram. Lalu, mereka bersama sebagian warga pergi
menghancurkan Langgar Kidul saat K.H Ahmad Dahlan pergi.
Kemudian, Ahmad Dahlan ingin bergabung di dalam perkumpulan
Budi Utomo. Ia diterima dengan baik, tetapi masyarakat Kauman
menjulukinya sebagai Kyai kafir. Namun, K.H Ahmad Dahlan hanya
membalas mereka dengan senyuman. Padahal, K.H. Ahmad bergabung
dengan Budi Utomo memiliki tujuanuntuk belajar cara membuat sebuah
perkumpulan dan sekolah Islam. Akhirnya, Ahmad Dahlan belajar menjadi
guru di sekolah. Dia mengajarkan ilmu agama Islam.
Saat K.H. Ahmad Dahlan pertama kali mengajarkan ilmu agama, ia
diejek oleh muridnya dengan suara kentut. Tetapi, perbuatan siswanya itu
tak membuatnya marah. Melalui kejadian itu, Ahmad Dahlan mengenalkan
kembali kebenaran ajaran agama Islam kepada para muridnya.
Kesabarannya telah membawa kembali muridnya pada jalan kebenaran.
Kemudian, cuplikan adegan sikap penghulu masjid besar Kauman (Kyai
Cholil Kamaludiningrat) yang merasa dirinya harus dihormati karena
kebiasaan di masyarakat Kauman bahwa seorang penghulu besar masjid
haruslah dihormati para jamaahnya. Dan, jamaah harus tunduk kepada
penghulu seperti rakyat kepada rajanya. Padahal di dalam Islam, semua
manusia itu sama.
Berikut ini, kutipan film Sang Pencerah saat terjadi perbedaan letak
kiblat yang mengakibatkan masjid yang dibuat oleh Kh. Ahmad Dahlan
dihancurkan.
1) Menit ke 28.16

Terjadi peselisihan beda pendapat antara letak kiblat.

2) Menit ke 38.36
Detik-detik saat akan terjadinya serangan untuk menghancurkan
masjid kidul yang dibangun oleh Ahmad Dahlan.

3) Menit ke 42.03
Sebagai sutradara, Hanung juga dituntut untuk menghidupkan atmosfer dan lanskap

Yogyakarta pada akhir 1800-an. Selain dilakukan di Yogyakarta, syuting digelar di Musium
Kereta Api Ambarawa dan kompleks Kebun RayaBogor yang disulap menjadi Jalan
Malioboro lengkap dengan Tugu Yogyakarta pada zaman itu. Hanung juga mengembalikan
dan mereka ulang bangunan Masjid Besar Kauman, Kota Gede, Bintaran, dan wilayah
keraton seratus tahun silam dengan bangunan set lokasi serealistis mungkin.
Dana yang dikeluarkan untuk pembuatan film ini lumayan besar, sekitar Rp 12 miliar.
Selain itu, biaya besar dibutuhkan untuk kostum pemain. Misalnya, pakaian batik yang
dikenakan pemain mesti sesuai dengan batik pada 1900. Jarik atau kain panjang sengaja
didesain khusus untuk film Sang Pencerah sesuai dengan motif yang memang dikenal pada
1900-an; termasuk perlengkapan sorban yang sengaja dibuat sendiri untuk keperluan syuting.
Film Sang Pencerah ini merupakan salah satu film yang layak untuk ditonton. Hal ini
berkaitan dengan tema film yang menonjolkan nasionalisme terhadap agama Islam
Muhamadiyah. Hadirnya film ini diharapkan para penonton untuk saling mengerti antara
perbedaan agama islam yang biasa dengan yang muhamadiyah dan agama muhamadiyah itu
merupakan agama yang diturunkan oleh Allah, serta agama yang baik dan patut dihormati.
Film ini memiliki dampak yang positif dan negatif. Dampak positifnya orang akan
saling menghormati antara sesama, orang akan merasa takut akan datangnya hari kiamat, dan
mereka akan berusaha berbuat baik setelah nonton film itu. Dampak negatifnya adalah
kekhawatiran terjadinya salah paham antara sesama, cerita ini bertentangan dengan syariat
Islam juga merusak aqidah umat Islam. Sebab, sudah menjadi keyakinan umat Islam bahwa
kiamat akan dating. Tak ada satupun makhluk yang tahu hanya Allah SWT yang tahu. Selain
itu film juga memberikan hiburan tersendiri bagi penikmatnya karena mengandung unsur
islam

Anda mungkin juga menyukai