Anda di halaman 1dari 7

RESUME FILM SANG PENCERAH

FIRDA PURNAMA RAMADHANI


A22020176

PRODI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG
TAHUN 2020/2021
IDENTITAS FILM
Judul film : Sang Pencerah.
Sutradara : Hanung Bramantyo.
Penulis : Hanung Bramantyo.
Pemeran : Lukman Sardi, Zaskia A. Mecca, Slamet Rahardjo, Giring Nidji, Ikhsan
Idol, Ikranegara,Sudjiwo Tedjo.
Produksi : MVP Pictures.
Jenis Film : Drama Islami.
Durasi : 112 menit.

SINOPSIS FILM
Sang Pencerah adalah sebuah film Indonesia tahun 2010 yang mengangkat kisah
nyata pendiri Muhammadiyah K.H Ahmad Dahlan. Film ini bergenre Drama islami.
Versi novel film ini, juga berjudul Sang Pencerah, ditulis oleh Akmal Nasery Basral,
novelis yang juga wartawan majalah tempo.Film yang diproduksi atas kerja sama PT
Wanna B Pictures dengan PT MVP Pictures.yang didedikasikan kepada KH. Ahmad
Dahlan dan perjuangannya dalam mendirikan Muhammadiyah. Film berlatar belakang
sejarah di akhir abad ke-19 yang menceritakan sepak terjang Muhammad Darwis, atau
yang kemudian dikenal sebagai KH Ahmad Dahlan.
Muhammad Darwis mengubah namanya menjadi Ahmad Dahlan setelah pulang dari
Mekkah. Ahmad Dahlan kemudian diperankan oleh Lukman Sardi. Di usianya yang
masih cukup muda (awal 20-an), Seorang pemuda usia 21 tahun yang gelisah atas
pelaksanaan syariat Islam yang melenceng ke arah Bid’ah /sesat.
Melalui Langgar / Surau nya Ahmad Dahlan mengawali pergerakan dengan
mengubah arah kiblat yang salah di Masjid Besar Kauman yang mengakibatkan
kemarahan seorang kyai penjaga tradisi, Kyai Penghulu Kamaludiningrat sehingga surau
Ahmad Dahlan dirobohkan karena dianggap mengajarkan aliran sesat. Ahmad Dahlan
juga di tuduh sebagai kyai Kafir hanya karena membuka sekolah yang menempatkan
muridnya duduk di kursi seperti sekolah modern Belanda.
Ahmad Dahlan juga dituduh sebagai kyai Kejawen hanya karena dekat dengan
lingkungan cendekiawan Jawa di Budi Utomo. Tapi tuduhan tersebut tidak membuat
pemuda Kauman itu surut. Dengan ditemani isteri tercinta, Siti Walidah dan lima murid
murid setianya : Sudja, Sangidu, Fahrudin, Hisyam dan Dirjo. Ahmad Dahlan
membentuk organisasi Muhammadiyah dengan tujuan mendidik umat Islam agar
berpikiran maju sesuai dengan perkembangan zaman.

ULASAN FILM SANG PENCERAH


1. Orientasi
Saat itu Islam dipengaruhi oleh ajaran Syaikh Siti Jenar yang meletakan raja sebagai
perwujudan Tuhan dan masyarakat banyak meyakini bahwa raja adalah sabda Tuhan
yang membuat syariat Islam bergeser kearah takhayul dan mistik. Sementara itu,
kemiskinan dan kebodohan sangat merajalela yang diakibatkan oleh politik tanam kerja
paksa penjajah Belanda. Sedangkan Agama tidak bisa mengatasi keadaan dikarenakan
terlalu sibuk dengan urusan takhayul yang jelas-jelas jauh meleset bertentangan dengan
Al’Quran dan Sunah Rasul.
Pada suatu masa lahirlah seorang anak laki-laki yang memiliki sifat berbeda dengan
masyarakat kampung kauman dan diberina Muhammad Darwis, kebanyakan masyarakat
kampung selalu memberikan sesajen ditempat-tempat yang dianggap sakral salah
satunya menyimpan kelapa muda dan kembang-kembang dibawah pohon rindang.
Setelah tumbuh besar anak tersebut menjadi seorang pengajar ngaji akan tetapi
masyarakat malah semakin dibutakan dengan kebohohan bahkan tercipta adanya suatu
kelompok yang disebut kelompok kejawen. Kebiasaan dari kelompok tersebut adalah
menjelek-jelekan islam, menganggap Islam itu agama yang terbelakang mereka lebih
memilih untuk bersenang-senang dengan kaum penjajah Belanda salah satunya yaitu
minum alkohol yang sudah jelas dilarang oleh ajaran Islam.
2. Tafsiran
Pada tahun 1890, pada usia yang masih remaja Muhammad Darwis diminta oleh
ayahnya untuk menunaikan ibadah haji sambil memperdalam ilmu agama Islam di
tanahh suci. Saat Muhammad Darwis berangkat ke tanah suci sang ayah berkata padanya
untuk pulang dengan membawa perubahan. Setelah ia pulang haji ia berganti nama
menjadi Ahmad Dahlan.
Setelah ia kembali ke Kauman, ia mulai merubah kebiasan-kebiasaan warga Kauman
yang ia anggap banyak menyimpang dari ajaran Islam, pertama ia mulai dengan
menghilangkan upacara- upacara kebudayaan, selanjutnya yang paling dianggap heboh
ialah, mengubah arat kiblat, ia mendapat penolakan keras terutama dari Kiai Penghulu,
perubahan yang ia sampaikan diannggap menentang adat, sampai-sampai ia disebut Kiai
Kafir, yang sungguh sangat memilukan ialah saat adegan perobohan Langgar Kidul,
karena nampaknya si Muslim yang lain menampakkan sisi buruknya karena terpancing
emosi, Ahmad Dahlan pun hampir menyerah, tetapi ternyata masih ada orang yang baik
padanya.
Kemudian setelahnya ia mulai bergabung dengan Budi Utomo, ia mulai belajar
bagaimana mendirikan sekolah, selalu aktif memberikan santunan kepada warga
disekitar Kauman, karena ia sudah bermimpi untuk mendirikan sekolah formal, dan juga
mendirikan Muhammadiyah. Ia bermimpi bisa mendirikan organisasi sebagai tempat
berjuang. Itulah cikal bakal Muhammadiyah bisa sebesar ini, dari impian seorang Ahmad
Dahlan
3. Rangkuman
Film ini sangat diapresiasi untuk ditonton , banyak teladan yang baik didalamnya.
Terutama bagi kalangan warga Muhammadiyah harus menontonya, banyak kisah
menarik dan hikmah yang bisa didapat dari menonton film ini. Bagaimana impian bisa
menghasilkan sesutu yang bermanfaat, menghasilkan cahaya untuk sesama, dengan
hanya bermodal keikhlasan dan ketulusan.
AMANAT FILM SANG PENCERAH
Tokoh ini merepresentasikan figur anti kemapanan sistem sosial yang diyakininya
menyimpang. Ia dengan gagasan perubahan yang diusungnya memberi cahaya baru
melalui gerakan pemurnian dan pencerahan.Walaupun untuk ikhtiarnya itu ia harus
menghadapi olok-olok, caci maki, fitnah dan arogansi kekuasaan. Sikap istiqomah pada
akhirnya mengantarkan gagasan perubahan yang diusungnya semakin nyata dan
memberi inspirasi bagi banyak orang untuk melakukan perlawanan terhadap kemapanan
sebuah sistem sosial dan arogansi penguasa lokal yang menyimpang . Itulah KH. Ahmad
Dahlan, Sang Pencerah.
Jika kita memperhatikan, ada begitu banyak petinggi pemerintahan dan tokoh
masyarakat yang bergelar Haji, tetapi mungkin masih sedikit diantara mereka yang
mampu memahami dan mengaktualisasikan agama secara benar sesuai kondisi kekinian
dan kontekstual. Kondisi seperti itu jelas tersirat dalam ucapan Kyai M. Fadlil, saat
memberi nasihat kepada Darwis (Ahmad Dahlan muda) ketika meminta ijin untuk
berangkat haji. “.. berapa banyak kyai-kyai di Kauman itu yang pergi ke Mekkah, sekali,
dua kali, tiga kali, tetapi tetap goblok soal agama”. Sejalan dengan itu, KH Ahmad
Dahlan juga memberikan ilustrasi menarik tentang bagaimana agama difahami secara
keliru melalui contoh permainan biola yang “kacau”, menurutnya itulah agama, kalau
kita tidak mempelajarinya dengan benar akan membuat resah lingkungan kita dan jadi
bahan tertawaan. Jadi buat apa kita mengaji banyak-banyak surat tetapi hanya untuk
dihafal?
Selain tentang pemahaman agama yang dangkal, juga terdapat pesan moral tentang
bagaimana penyakit sesat fikir menjangkiti otak manusia, bahkan yang bergelar Kyai
sekalipun. Hanya karena peta (ilmu falaq) dibuat oleh orang Barat yang mereka sebut
Kafir, maka arah kiblat yang mendasarkan pada perhitungan dalam peta tersebut ditolak
karena dianggap sama dengan kafir, meskipun perhitungannya secara geografis sudah
benar. Digambarkan juga contoh sesat fikir lainnya melalui adegan seorang Kyai Sepuh
dari Magelang yang mencerca sekolah KH. Ahmad Dahlan karena dianggap
menggunakan caranya orang kafir hanya karena Madrasah Ibtidaiyah Dinniyah Islam
pada waktu itu tidak mengenal tradisi belajar dengan menggunakan meja seperti yang
dirintis KH. Ahmad Dahlan. Padahal sang Kyai Sepuh sendiri berangkat dari
Megelang ke Jogjakarta mengendarai Kereta Api yang itu notabene buatan Belanda.
Saya tersenyum geli ketika sampai pada adegan ini karena mengingatkan pada penyakit
sesat fikir yang saat ini menjangkiti sebagian masyarakat “Islam” saat ini karena selalu
sibuk menyoal “siapa” tanpa pernah mau mendengarkan “apa”. Untuk mengoreksi hal
ikhwal penyakit sesat fikir ini, KH. Ahmad Dahlan mengatakan; “..tapi, satu hal yang
penting, bukan siapa kita, tetapi bagaimana kita untuk umat”.
Pesan berikutnya tentang bagaimana kekuasaan yang dibungkus agama kerap
digunakan untuk memberangus orang-orang yang dirasa mengancam kedudukan.
Penghulu Masjid Besar sebagai penguasa lokal di Kauman ketika itu bahkan meminta
menutup langgar KH. Ahmad Dahlan dengan alasan antara lain karena jumlah jamaah
Masjid Besar berkurang dan arah kiblat Langgar dianggap tidak sesuai dengan Masjid
Besar. Setelah permintaan tersebut ditolak KH. Ahmad Dahlan, bahkan sang Penghulu
mengerahkan massa untuk merobohkan langgar itu. Arogansi kekuasaan secara lebih
ilustratif juga dipertontonkan dalam adegan penolakan sang Penghulu
terhadap permohonan ijin mendirikan perkumpulan Muhammadiyah karena mengira
KH.Ahmad Dahlan ingin mengangkat dirinya sendiri menjadi Resident yang akan
menancam kedudukan serta kekuasaan Penghulu Masjid Besar Kauman. Syukur pada
akhirnya Sang Penghulu menyadari kekeliruannya dan memberikan pesan yang sangat
inspiratif; “..ketika kita memimpin orang lain, kita lupa bertanya apakah kita sudah
mampu memimpin diri kita sendiri.”
Setidaknya inilah beberapa amanat yang terkandung dalam film Sang Pencerah
garapan Sutradara Hanung Bramantyo. Saya membayangkan setelah menonton film
tersebut ada diskursus menarik untuk menggali konteks kekinian dari semangat
perjuangan dan perlawanan KH. Ahmad Dahlan yang dapat memberi inspirasi
positif bagi perubahan. Sebab amanat yang terkandung dalam film
tersebut rasanya terlalu berharga untuk sekadar dibawa lelap tidur setelah menontonnya.
KELEBIHAN FILM
1. Film ini memiliki nilai religius yang tinggi
2. Film ini memiliki penggambaran kehidupan masyarakat jaman sekarang yang
mengangap sesuatu yang tidak sesuai dengan dirinya adalah salah
3. Film ini mampu membuat suasan yang kental dengan tahun 1800-an

Anda mungkin juga menyukai